• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman jenis Burung pada beberapa tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman jenis Burung pada beberapa tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA

TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA,

BOGOR, JAWA BARAT

ASEP SAEFULLAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Hutan Penelitan Dramaga, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ASEP SAEFULLAH. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ABDUL HARIS MUSTARI dan ANI MARDIASTUTI.

Hutan Penelitian Dramaga terletak di pinggiran Kota Bogor yang menyediakan habitat baik bagi burung. Penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman jenis burung, mengidentifikasi karakteristik habitat (sekitar jalan hutan, tepian rumah, tepian sungai dan daerah interior) dan mencatat aktivitas masyarakat sekitar hutan. Metode yang digunakan ialah metode titik hitung, daftar jenis MacKinnon, pembuatan profil habitat dan wawancara. Menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kesamaan jenis. Indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi terdapat pada habitat daerah interior (2,34), diikuti habitat sekitar jalan hutan (2,21), habitat tepian rumah (1,87) dan habitat tepian sungai (1,86). Kekayaan jenis burung tertinggi terdapat pada habitat tepian sungai yaitu 27, diikuti sekitar jalan hutan 21 jenis, tepian rumah memiliki 26 jenis, sedangkan daerah interior adalah rumah bagi 21 jenis burung. Kesamaan jenis burung tertinggi pada habitat sekitar jalan hutan dengan daerah interior yaitu 0,81. Masyarakat sekitar hutan paling sering ialah memanfaatkan kayu bakar. Kegiatan lainnya ialah menangkap burung, mengambil pakis, mengambil buah dan mengambil kroto. Kegiatan yang akan mengganggu populasi burung adalah menangkap burung.

Kata kunci: aktivitas masyarakat, hutan penelitian Dramaga, keanaekaragaman.

ABSTRACT

habitat characteristics (around the forest path, along house edge, riparian habitat and the interior area) and recorded the activities of the local people around the forest. Point count, MacKinnon list, habitat profiling and interviews were conducted. Shannon-Wiener diversity indices and similarity level were calculated. The highest index of species diversity was in the interior area (2.34), followed by around the forest path (2.21), along house edge (1.97) and riparian habitat (1.86). The highest species richness, however, was in the riparian habitat (27 species), the forest path had 21 species, along house edge had 26 species, while the interior area was a home for 21 bird species. The highest similarity (0.81) was between forest path and interior area. On the activities of the local people, the most often was firewood harvesting. Other activities were hunting for cage birds, harvesting ferns, harvesting wild fruit and harvesting ant larvae. Activity that might disrupt the bird population was hunting.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA

TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA,

BOGOR, JAWA BARAT

ASEP SAEFULLAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat

Nama : Asep Saefullah NIM : E34100141

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc.F. Pembimbing I

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc. Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni, Juli, Agustus dan Desember 2014 ini ialah keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc.F. dan Ibu Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc. selaku pembimbing, serta tim peneliti dan teknisi kelompok peneliti Konservasi Biodiversitas Satwa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi yang telah memberikan berbagai saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Zaenal, Bapak Ano, Bapak Rinto beserta tim lapangan Hutan Penelitian Dramaga maupun tim penangkaran rusa Hutan Penelitian Dramaga. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, ungkapan terima kasih kepada sahabat, teman, rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu maupun mendukung hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Obyek 3

Metode Penelitian 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 13

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tingkat kelimpahan burung 5

2 Jenis burung di habitat sekitar jalan hutan 6

3 Jenis burung di habitat tepian rumah 8

4 Jenis burung di habitat tepian sungai 9

5 Jenis burung di habitat daerah interior 10

6 Rekapitulasi data dengan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon, indeks keanekaragaman (H’) dan indeks kemerataan jenis

(E) 11

7 Indeks kesamaan jenis burung (IS) pada empat tipe habitat di Hutan

Penelitian Dramaga 11

8 Jenis burung dilindungi pada areal penelitian 11 9 Karakteristik masyarakat yang memanfaatkan HPD 12

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 2

2 Pengamatan metode titik hitung 4

3 Kondisi dan profil habitat sekitar jalan hutan 7

4 Kondisi dan profil habitat tepian rumah 7

5 Kondisi dan profil habitat tepian sungai 8

6 Kondisi dan profil habitat daerah interior 9

7 Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Burung merupakan satwa yang mempunyai mobilitas tinggi dan menyebar ke berbagai wilayah serta jumlahnya mencapai 9.000 jenis (Perrins dan Birkhead 1983). Jumlah jenis burung di Indonesia tercatat 1.666 jenis (Susanti 2014) yang mampu hidup di hutan yang lebat hingga ke perkotaan padat penduduk.

Penelitian mengenai burung penting dilakukan karena jika suatu areal tersebut memiliki kelimpahan burung yang tinggi, maka bisa menjadi salah satu indikator lingkungan yang baik (Sujatnika et al. 1995). Hal ini dikarenakan burung memiliki kemampuan untuk menyebarkan biji, membantu penyerbukan, predator alami satwa lain, dan lain-lain. Salah satu habitat yang diduga baik untuk burung adalah Hutan Penelitian Dramaga (HPD) karena memiliki beragam jenis tanaman yang mampu mendukung perkembangbiakan burung.

Hutan Penelitian Dramaga seluas 60 ha berada di Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) sejak tahun 1956. Kawasan HPD ditanami beragam jenis pohon dan berbatasan dengan permukiman serta sungai sehingga memungkinkan tingkat keanekaragaman burungnya melimpah karena terdapat vegetasi untuk tempat bersarang, tempat mencari makan dan minum. Namun pihak pengelola belum mempunyai kegiatan pengelolaan berupa monitoring burung, karena pengelolaan HPD masih terbatas pada penelitian tanaman. Kurangnya monitoring burung menyebabkan tidak adanya data aktual untuk pengelolaan burung dalam rangka menunjang kelestarian ekosistem HPD.

Penelitian burung di HPD telah dilakukan oleh Solihati (2007) yang berhasil mendapatkan informasi mengenai keanekaragaman jenis burung sebanyak 29 jenis. Namun, tidak ada tindak lanjut untuk kegiatan monitoring dari pihak pengelola sehingga diduga akan terjadi perubahan data jumlah jenis burung. Oleh sebab itu, penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di HPD perlu dikaji kembali agar mendapatkan informasi terkini. Selain itu, pembagian HPD menjadi beberapa tipe habitat diharapkan bisa mengetahui perbedaan jenis burung antar tipe habitat serta penambahan data mengenai karakteristik habitat maupun aktivitas masyarakat sekitar HPD diharapkan bisa menambah informasi untuk pengelolaan burung kedepannya.

Tujuan

(12)

2

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data aktual mengenai keanekaragaman jenis burung dan menjadi salah satu pedoman dalam pengelolaan burung di HPD.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Hutan Penelitian Dramaga secara administrasi termasuk dalam Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat, sedangkan secara geografis terletak pada 6o33’08” - 6o33’35” LS dan 106o44’50” - 106o45’19” BT. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus dan Desember 2014.

(13)

3 Alat dan Obyek

Alat yang digunakan untuk penelitian adalah binokular, kompas, kamera, alat tulis, jam tangan, meteran, pita ukur, walking stick dan tally sheet. Obyek yang digunakan untuk penelitian ini adalah burung, komponen habitat dan responden masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga (HPD).

Metode Penelitian

Pemilihan lokasi

Lokasi penelitian dibagi menjadi empat tipe habitat yang dijadikan pengamatan yaitu sekitar jalan hutan, tepian rumah, tepian sungai dan daerah interior. Lokasi ini dipilih karena untuk mengetahui perbedaan tipe habitat, selain itu HPD berbatasan langsung dengan permukiman maupun sungai serta hutan yang di batasi oleh jalan umum. Sekitar jalan hutan merupakan areal di dalam hutan yang dilewati oleh jalanan besar yang mempunyai lebar jalan 7 m. Tepian rumah merupakan peralihan antara Hutan Penelitian Dramaga dengan perumahan warga. Tepian sungai merupakan peralihan antara Hutan Penelitian Dramaga dengan Sungai Cisadane. Daerah interior merupakan areal Hutan Penelitian Dramaga yang berada di bagian dekat sungai dan berjarak sekitar 200 m dari jalan hutan.

Profil habitat

Pengamatan terhadap pohon yang menempati setiap tipe lokasi yang dipilih untuk melihat struktur pohon dan habitat sekitarnya dengan ukuran 10 m x 50 m. Data yang diambil adalah pohon yang ada di plot tersebut dengan pengukuran terhadap diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang, arah tajuk dan posisi pohon serta pengukuran jarak pohon dengan garis absis dan jarak pohon dengan garis ordinat.

Keanekaragaman burung

Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai keanekaragaman jenis burung adalah observasi langsung dengan metode titik hitung (Bibby et al. 2000). Titik hitung ditempatkan di areal yang mewakili setiap tipe habitat sehingga menghasilkan data burung secara kuantitatif. Jumlah titik hitung pengamatan berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi lapang tiap tipe habitat.

(14)

4

Informasi mengenai kekayaan jenis burung pada penelitian ini menggunakan metode daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 2010). Setiap daftar berisikan 10 jenis burung yang berbeda. Setelah daftar pertama terisi sepuluh jenis berbeda, maka dilanjutkan pada daftar selanjutnya. Pada daftar selanjutnya diperbolehkan sama dengan jenis yang terdapat pada daftar sebelumnya.

Aktivitas masyarakat sekitar hutan

Pengamatan aktivitas masyarakat sekitar HPD dilakukan dengan metode wawancara dengan pemilihan responden menggunakan teknik snowball sampling. Responden yang dipilih merupakan masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas di hutan. Responden pada awalnya ditentukan berdasarkan arahan dari pengelola kemudian bertambah dari referensi responden yang telah diwawancarai. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang. Bentuk-bentuk aktivitas masyarakat sekitar hutan yang diamati berupa pemanfaatan hasil hutan secara langsung.

Analisis Data

Pengolahan data mengenai diagram profil pohon dengan cara membuat posisi absis dan ordinat serta diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang dan arah tajuk.

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 2004) yang digunakan yaitu:

H′ = − pi ln pi

�=1

Keterangan : H′ : indeks keanekaragaman jenis burung pi : nilai kelimpahan burung (ni/N) ln : logaritma natural

Indeks kemerataan (Ludwig dan Reynolds 1988) yang digunakan yaitu:

E = H′

ln (S)

Keterangan : E : indeks kemerataan jenis H′ : indeks keanekaragaman jenis ln : logaritma natural

(15)

5 Perbandingan kesamaan jenis burung pada dua habitat yang berbeda digunakan indeks kesamaan jenis (Krebs 1978) dengan rumus:

IS = 2C

A + B

Keterangan : IS : indeks kesamaan jenis

A : jumlah jenis yang ada di tempat A B : jumlah jenis yang ada di tempat B C : jumlah jenis yang sama di kedua tempat Informasi mengenai tingkat kemudahan dalam melihat burung digunakan data dari daftar jenis MacKinnon. Tingkat pertemuan tersebut dianalisis menurut beberapa kategori kelimpahan yaitu jarang, sedang, umum dan melimpah yang dimodifikasi dari klasifikasi kelimpahan sederhana (Bibby et al. 2000) (Tabel 1).

Tabel 1 Tingkat kelimpahan burung

No Jumlah Daftar Jenis MacKinnon Kategori Kelimpahan

1 16 – 20 Melimpah

2 10 – 15 Umum

3 6 – 10 Sering

4 1 – 5 Jarang

Data hasil wawancara masyarakat disajikan dalam bentuk tabulasi dan persentase. Hasil tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi umum lokasi penelitian

Hutan Penelitian Dramaga merupakan salah satu hutan yang berada di Kota Bogor. Hutan ini termasuk kategori hutan yang berada di perkotaan dan berada pada ketinggian 244 mdpl. Akses menuju hutan ini bisa menggunakan angkutan umum. Akses jalan bisa digunakan untuk jalur alternatif menuju kampus IPB Dramaga. Hutan Penelitian Dramaga Bogor mulai ditanam pada tahun 1956 seluas 60 ha oleh Balai Penyelidikan Kehutanan. Secara administrasi pemerintahan, HPD termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. Sejak tahun 1956 sampai 1998 di HPD telah diintroduksi sebanyak 130 jenis tanaman. Berdasarkan daerah penyebaran alaminya, jenis tanaman tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis asing (penyebaran alaminya di luar Indonesia) sebanyak 42 jenis dan jenis asli (penyebaran alaminya di Indonesia) sebanyak 88 jenis (Fahutan IPB 1999).

(16)

1970-6

an, sedangkan penangkaran rusa pada tahun 2008. Akses menuju kedua tempat ini mudah, karena terdapat jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda empat pribadi dan angkutan umum.

Keadaan iklim selama periode 10 tahun (1989-1998), suhu rata-rata tertinggi pada bulan Mei sebesar 26,08oC dan terrendah pada bulan Januari sebesar 24,99oC dengan kelembaban relatif rata-rata tertinggi pada bulan Januari dan Februari sebesar 89,2% dan terrendah pada bulan Agustus 79,8%. Curah hujan tertinggi pada bulan Januari sebesar 444 mm dan terrendah pada bulan Juli sebesar 163 mm, sedangkan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.940 mm. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, tipe curah hujan di HPD termasuk tipe A dan tidak memiliki bulan kering (Fahutan IPB 1999).

Tipe habitat sekitar jalan hutan

Habitat sekitar jalan hutan merupakan areal di dalam hutan yang dilewati oleh jalanan besar yang mempunyai lebar 7 m (Gambar 3). Jalan hutan ini menghubungkan dari Kelurahan Situ Gede menuju Kelurahan Bubulak serta digunakan untuk jalur alternatif menuju kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga. Jalan hutan dilewati oleh kendaraan pribadi dan tidak digunakan oleh angkutan umum. Jalannya berlubang sehingga saat hujan akan tergenang dengan air. Jalan hutan tidak diperbaiki agar kendaraan tidak menggunakan jalur ini. Meskipun jalan ini rusak dan tidak diperbaiki, tapi masih banyak kendaraan melewati jalur ini.

Jenis burung yang ditemukan di tipe habitat sekitar jalan hutan sebanyak 21 jenis burung dari 17 suku (Tabel 2). Jenis burung yang melimpah pada habitat sekitar jalah hutan yaitu Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus, Cacomantis sepulcralis, Halcyon chloris dan Orthotomus sepium.

Tabel 2 Jenis burung di habitat sekitar jalan hutan

No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan

1 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah

2 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Melimpah

3 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Melimpah

4 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Umum

5 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Sering

6 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Umum

7 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Melimpah

8 Takur Tulungtumpuk Megalaima javensis Capitonidae Jarang

9 Layanglayang batu Hirundo tahitica Hirundinidae Jarang

10 Jingjing batu Hemipus hirundinaceus Campephagidae Jarang

11 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Sering

12 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Jarang

13 Anis merah Zoothera citrina Turdidae Jarang

14 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Umum

15 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Umum

16 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah

17 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae Jarang

18 Munguk beledu Sitta frontalis Sittidae Jarang

19 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Sering

20 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Jarang

(17)

7

Gambar 4 Kondisi dan profil habitat tepian rumah Gambar 3 Kondisi dan profil habitat sekitar jalan hutan

Tipe habitat sekitar jalan hutan memiliki kerapatan tajuk yang cukup rapat. Jenis tanaman yang ditemukan adalah Litsea sp., Tracy lobium, Calophyllum soulatri, Melia excelsa, Dracontomelon dao, Khaya grandifolia, Strombosia zeylanica, Maesopsis eminii, Terminalia superba, Delonix regia dan Pinus merkusii (Gambar 3).

Tipe habitat tepian rumah

Tepian rumah merupakan peralihan antara HPD dengan perumahan warga (Gambar 4). Peralihan ini dibatasi jalan beraspal yang mempunyai lebar 5 m. Jalan ini cukup baik untuk dilalui oleh kendaraan. Kendaraan umum yang melewati jalan ini ialah angkutan perkotaan jurusan Merdeka-Sindang Barang Jero. Perumahan yang terdapat di kawasan ini merupakan rumah permanen yang menggunakan tembok dan atapnya memakai genting. Selain itu, terdapat tambak milik warga yang berada dekat dengan perumahan.

(18)

8

Gambar 5 Kondisi dan profil habitat tepian sungai Tabel 3 Jenis burung di habitat tepian rumah

No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan

1 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae Jarang

2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah

3 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Umum

4 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Umum

5 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae Jarang

6 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Melimpah

7 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Jarang

8 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Sering

9 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Umum

10 Caladi tilik Dendrocopos moluccensis Picidae Jarang

11 Layanglayang batu Hirundo tahitica Hirundinidae Jarang

12 Layanglayang loreng Hirundo striolata Hirundinidae Jarang

13 Jingjing batu Hemipus hirundinaceus Campephagidae Jarang

14 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Jarang

15 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Umum

16 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Umum

17 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Jarang

18 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah

19 Cabai bunga-api Dicaeum trigonostigma Dicaeidae Jarang

20 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Umum

21 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Jarang

22 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Melimpah

23 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Jarang

24 Bondol peking Lonchura punctulata Estrildidae Jarang

25 Burunggereja erasia Passer montanus Ploceidae Jarang

26 Kekep babi Artamus leucorhynchus Artamidae Jarang

Tipe habitat tepian sungai

Tepian sungai merupakan peralihan antara HPD dengan Sungai Cisadane. Lebar sungai mencapai 25 m dan di seberang sungai merupakan kebun masyarakat yang ditanami pisang, singkong dan lain-lain. Jenis yang ditemukan ialah Pinus merkuisii, Evodia aromatic, Bambusa sp. dan Paraserianthes falcataria (Gambar 5).

(19)

9

Gambar 6 Kondisi dan profil habitat daerah interior Tabel 4 Jenis burung di habitat tepian sungai

No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan

1 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae Jarang

2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah

3 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Sering

4 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Umum

5 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae Jarang

6 Bubut alang-Alang Centropus bengalensis Cuculidae Jarang

7 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Melimpah

8 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Sering

9 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Umum

10 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Umum

11 Takur tulungtumpuk Megalaima javensis Capitonidae Jarang

12 Takur tenggeret Megalaima australis Capitonidae Jarang

13 Layanglayang batu Hirundo tahitica Hirundinidae Jarang

14 Layanglayang loreng Hirundo striolata Hirundinidae Jarang

15 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Jarang

16 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Umum

17 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae Jarang

18 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Sering

19 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Jarang

20 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah

21 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae Jarang

22 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Sering

23 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Jarang

24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Umum

25 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Umum

26 Bondol peking Lonchura punctulata Estrildidae Jarang

27 Bondol haji Lonchura maja Estrildidae Jarang

Tipe habitat daerah interior

Habitat daerah interior merupakan areal hutan yang berada di dalam hutan yang berdekatan dengan sungai dan sekitar 200 m dari jalan hutan. Areal ini didominasi oleh Pinus merkusii yang ditanami pada tahun 1978 (Gambar 6).

Terdapat jalan setapak yang tertutupi oleh semak-semak.

(20)

10

ditemukan pada habitat daerah interior yang biasa ditemukan di areal lahan basah yaitu Amaurornis phoenicurus. Hal ini dikarenakan habitat yang berdekatan dengan sungai sehingga memungkinkan untuk dikunjungi Amaurornis phoenicurus.

Tabel 5 Jenis burung di habitat daerah interior

No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan

1 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae Jarang

2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah

3 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Sering

4 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Umum

5 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae Jarang

6 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Umum

7 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Umum

8 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Melimpah

9 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Sering

10 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Jarang

11 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Umum

12 Anis merah Zoothera citrina Turdidae Jarang

13 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Sering

14 Perenjak jawa Prinia familiaris Sylviidae Jarang

15 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Sering

16 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah

17 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae Jarang

18 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Sering

19 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Sering

20 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Melimpah

21 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Jarang

Kekayaan dan keanekaragaman jenis burung

Total jenis burung yang dijumpai selama penelitian adalah 35 jenis yang terdiri atas 22 suku. Kurva penemuan jenis burung yang diperoleh dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon dari empat tipe habitat pada areal penelitian tersaji dalam Gambar 7. Kurva penemuan jenis pada habitat tepian sungai menempati jenis tertinggi yaitu 27 jenis. Jumlah jenis terkecil ada dua tipe habitat yaitu sekitar jalan hutan dan daerah interior sebanyak 21 jenis. Sedangkan tepian rumah sebanyak 26 jenis burung.

(21)

11 Indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi pada tipe habitat daerah interior yaitu sebesar 2,34 (Tabel 6). Indeks keanekaragaman jenis burung Shannon-Wiener terrendah pada tipe habitat tepian sungai yaitu sebesar 1,86. Indeks kemerataan jenis burung tertinggi pada tipe habitat daerah interior yaitu sebesar 0,84 (Tabel 6). Indeks kemerataan jenis burung terrendah pada tipe habitat tepian sungai yaitu sebesar 0,62.

Indeks kesamaan jenis burung

Indeks kesamaan jenis merupakan indeks yang menunjukkan kesamaan suatu komunitas dengan komunitas lainnya di areal penelitian (Tabel 7). Indeks kesamaan jenis tertinggi adalah jalan hutan dengan daerah interior sebesar 0,81. Indeks kesamaan jenis terrendah ialah antara habitat sekitar jalan hutan dengan habitat tepian rumah sebesar 0,72.

Jenis burung dilindungi

Jenis burung pada areal penelitian beberapa diantaranya dilindungi oleh Peraturan Pemerintan Nomor 7 Tahun 1999. Jumlah jenis burung yang dilindungi sebanyak 6 jenis yang terdiri dari 4 famili (Tabel 8). Tipe habitat sekitar jalan hutan dan tepian sungai ditemukan 6 jenis burung yang dilindungi. Tepian rumah memiliki jumlah jenis dilindungi terrendah yaitu 4 jenis.

Tabel 6 Rekapitulasi data dengan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon, indeks keanekaragaman (H′) dan indeks kemerataan jenis (E)

Tipe Habitat Jumlah Famili Jumlah Jenis H′ E

IPA MacKinnon IPA MacKinnon

Sekitar jalan hutan 12 17 15 21 2,21 0,81

Tabel 8 Jenis burung dilindungi pada areal penelitian

(22)

12

Aktifitas masyarakat sekitar hutan

Hutan Penelitian Dramaga selain menjadi habitat bagi burung tapi juga menjadi tempat aktivitas masyarakat sekitar. Aktivitas tersebut dibatasi mengenai pemanfaatan sumberdaya hutan berupa penangkapan burung, mengambil kayu, mengambil pakis dan kegiatan lainnya.

Kelompok umur tertinggi yang memanfaatkan HPD adalah kelompok umur >61 tahun dan kelompok umur 41-50 tahun dengan jumlah 10 orang (33,33%) (Tabel 9). Kemudian pada urutan berikutnya pada kelompok umur 51-60 tahun.

Persentase jenis kelamin yang melakukan kegiatan pemanfaatan dilakukan oleh laki-laki sebanyak 23 orang (76,67%), sedangkan perempuan hanya 7 orang (23,33%). Aktivitas di hutan biasanya menggunakan fisik yang kuat sehingga jenis kelamin laki-laki yang banyak beraktivitas di hutan seperti mengambil kayu. Pengambilan kayu ini bisa satu ikat dan dipanggul sehingga aktivitas fisiknya cukup tinggi.

Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan hutan ialah 20 orang atau 66,67% memiliki tingkat pendidikan SD (Tabel 9). Pendidikan SD menempati persentase tertinggi dari pendidikan masyarakat sekitar hutan yang melakukan pemanfaatan terhadap HPD. Persentase tingkat pendidikan terrendah ialah tidak sekolah.

Tabel 9 Karakteristik masyarakat yang memanfaatkan HPD

No Kriteria Kategori Jumlah

Responden Persentase (%)

Mengambil kayu bakar 22 59,46

Menanam tanaman 5 13,51

Menangkap burung 4 10,81

Mengambil pakis 3 8,11

Mengunduh buah 2 5,41

Mengambil kroto 1 2,70

(23)

13 Bentuk pemanfaatan masyarakat terdapat 6 tipe (Tabel 9). Pemanfaatan tertinggi ialah mengambil kayu bakar sebesar 59,46%. Bentuk pemanfaatan berikutnya ialah menanam tanaman sebanyak 5 orang (13,51%).

Pembahasan

Keanekaragaman jenis burung

Jumlah jenis burung yang ditemukan di HPD secara keseluruhan sebanyak 35 jenis burung. Jumlah jenis burung menggunakan metode daftar jenis burung MacKinnon dengan metode titik hitung terdapat perbedaan. Daftar jenis burung MacKinnon menghasilkan jumlah jenis burung lebih tinggi yaitu sebanyak 35 jenis, sedangkan metode titik hitung menghasilkan 26 jenis. Perbedaan ini dikarenakan metode daftar jenis MacKinnon tidak dibatasi oleh waktu dan batasan jangkauan areal penelitian. Jenis burung yang ditemui dengan metode MacKinnon, tetapi tidak ditemukan dengan metode titik hitung sebanyak 9 jenis, yaitu Megalaima javensis, Hirundo striolata, Hemipus hirundinaceus, Pycnonotus goiavier, Zoothera citrina, Sitta frontalis, Dicaeum trigonostigma, Lonchura maja dan Passer montanus.

Jumlah jenis burung pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (Solihati 2007) yang menemukan jenis burung sebanyak 29 jenis. Terdapat 17 jenis burung yang ditemukan sama dengan penelitian sebelumnya, diantaranya yaitu Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus, Aegithina tiphia dan Prinia familiaris. Perbedaan jenis burung yang ditemukan diduga karena penggunaan metode yang digunakan. Penelitian Solihati (2007) hanya menggunakan metode titik hitung sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon. Penggunaan daftar jenis MacKinnon mampu menghasilkan data jumlah jenis burung lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan metode titik hitung.

Terdapat beberapa jenis burung yang ditemukan pada penelitian ini, namun tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya. Jenis burung tersebut diantaranya Amaurornis phoenicurus, Surniculus lugubris dan Alcedo meninting. Amaurornis phoenicurus hidup di dekat air dan lantai hutan sehingga terkadang sulit dilihat saat berjalan karena tertutup oleh tumbuhan bawah atau rerumputan. Alcedo meninting hidup di dekat air dan terbang di atas air serta memiliki ukuran yang kecil.

Terdapat beberapa jenis burung pada penelitian sebelumnya ditemukan, namun pada penelitian ini tidak ditemukan seperti elang jawa (Nisaetus bartelsi). Pada hasil pengamatan yang tidak ditemukannya elang jawa dikarenakan habitat HPD banyak aktivitas manusia. Elang jawa sensitif terhadap gangguan manusia sehingga populasi di alam terbatas.

(24)

14

luas memungkinkan memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi (Kurni et al. 2005).

Habitat yang memiliki kekayaan jenis burung paling tinggi dibandingkan ketiga habitat lainnya ialah pada habitat tepian sungai. Hal ini diduga karena habitat tepian sungai memiliki tutupan tajuk yang terbuka sehingga burung lebih sering terlihat. Aktivitas burung yang bisa terlihat pada tutupan tajuk yang terbuka diantaranya terbang dan mencari makan. Menurut Wisnubudi (2009) keterbukaan tajuk mempengaruhi banyaknya jenis burung yang ditemukan, semakin terbuka tutupan tajuknya maka semakin banyak burung yang akan ditemukan dibandingkan dengan habitat yang tajuknya rapat dan tertutup. Hal ini juga dibuktikan pada habitat sekitar jalan hutan yang memiliki tajuk yang rapat sehingga menghasilkan jumlah jenis burung lebih kecil dibandingkan dengan habitat tepian sungai. Selain itu, pengaruh dari efek tepi membuat habitat tepian sungai lebih banyak ditemukan jumlah jenis burung (Odum 1993).

Jenis burung di habitat dengan gangguan rendah seperti habitat daerah interior mempunyai jumlah jenis burung lebih kecil dibandingkan dengan habitat yang banyak aktivitas masyarakat seperti habitat tepian sungai dan habitat tepian rumah. Termasuk penelitian Ahmadi (2014) dan Sayogo (2009) yang mendapatkan informasi jumlah jenis burung lebih banyak pada habitat terganggu dibandingkan tidak terganggu.

Habitat daerah interior memiliki indeks keanekaragaman jenis (H′) tertinggi yaitu 2,34 dan memiliki indeks kemerataan (E′) 0,84. Padahal jumlah jenis burung yang ditemukan sebanyak 16 jenis menggunakan metode IPA sedangkan menggunakan daftar jenis MacKinnon sebanyak 21 jenis. Adanya jenis burung yang mendominasi di habitat ini menyebabkan indeks keanekaragamannya tinggi tapi jumlah jenis burungnya rendah. Nilai H′ dan E′ di habitat daerah interior yang didominasi oleh pinus lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian di Gunung Merbabu oleh Sawitri et al. (2010) yang memiliki nilai H′ 0,9153 dan E′ 0,3167. Hal ini dikarenakan habitat di Gunung Merbabu banyak aktivitas masyarakat yang mengganggu seperti pengambilan rumput, pengambilan kayu bakar dan konversi lahan.

Habitat sekitar jalan hutan memiliki indeks keaneragaman jenis (H′) urutan kedua yaitu 2,21 dan indeks kemerataan jenisnya (E′) 0,81. Hal ini didukung dengan berbagai tanaman yang berada di kanan kiri jalan hutan untuk keberlangsungan hidup burung. Tutupan tajuk yang cukup rapat dan adanya kendaraan yang sering melewati jalan hutan mempengaruhi pertemuan dengan burung.

Indeks kesamaan jenis

Seluruh indeks kesamaan jenis pada empat habitat berada pada rentangan 0,72-0,81. Indeks kesamaan jenis tertinggi antara habitat sekitar jalan hutan dengan habitat daerah interior sebesar 0,81. Indeks kesamaan jenis yang tinggi berikutnya ialah antara habitat tepian rumah dengan habitat tepian sungai dan antara habitat tepian sungai dengan habitat daerah interior.

(25)

15 Dramaga sebesar 60 ha tidak mempengaruhi penyebaran jenis burung sehingga tidak terlihat perbedaan jenis yang signifikan antara empat habitat yang diteliti. Hal ini didukung oleh penelitian Purnomo (2010) di Stasiun Penelitian Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah yang menghasilkan data indeks keanekaragaman jenis yang sama karena luasan yang sempit dan plot contoh yang kecil.

Kelimpahan jenis

Tingkat kelimpahan tiap jenis berbeda-beda pada setiap tipe habitat. Terdapat jenis yang melimpah pada salah satu habitat, namun menjadi tidak melimpah pada habitat lainnya. Selain itu, terdapat jenis yang hanya ditemukan di salah satu habitat dan termasuk kategori jarang.

Jenis Streptopelia chinensis merupakan jenis yang melimpah di empat tipe habitat. Hal ini dikarenakan ukuran tubuhnya yang berukuran agak besar sehingga mudah untuk dilihat. Kebiasaan bertengger di bagian tajuk luar memudahkan dalam penemuan jenis ini. Selain itu, jenis ini menyukai habitat yang sedikit terbuka dan memiliki suara yang khas berupa “tekukkur” yang cukup keras.

Jenis burung yang kategori kelimpahannya jarang, bahkan hanya ditemukan pada satu habitat yaitu Dicaeum trigonostigma yang hanya ditemukan di habitat tepian rumah. Jenis Dicaeum trigonostigma ditemukan di pekarangan rumah, sama halnya menurut MacKinnon et al. yang menyebutkan kebiasaan burung Dicaeum trigonostigma menyukai pekarangan dan beraktivitas di tajuk pohon kecil (MacKinnon et al. 2010). Jenis Dicaeum trigonostigma ini juga ditemukan di Kampus IPB Dramaga pada penelitian Dewi (2014), padahal penelitian sebelumnya pada tahun 1986-2012 belum pernah ditemukan.

Collocalia linchi termasuk jenis umum pada habitat sekitar jalan hutan dan habitat daerah interior, namun jenis melimpah pada habitat tepian rumah dan habitat tepian sungai. Jenis ini mudah ditemukan pada habitat yang terbuka seperti habitat tepian rumah dan habitat tepian sungai dibandingkan pada habitat sekitar jalan hutan dan daerah interior yang tertutup tajuk sehingga tidak mudah mendeteksi Collocalia linchi. Kelimpahan jenis ini lebih mudah dideteksi pada habitat yang terbuka dibandingkan dengan tutupan tajuk tertutup karena perilakunya yang aktif terbang (Ahmadi 2014).

Jenis burung khas lainnya yang hanya menempati satu habitat ialah Passer montanus pada habitat tepian rumah. Jenis ini sudah mampu beradaptasi dengan manusia sehingga sering ditemukan di permukiman (Sawitri et al. 2012). Oleh sebab itu, jenis ini bisa ditemukan di permukiman jarang penduduk maupun padat penduduk.

Jenis burung dilindungi

(26)

16

Empat jenis burung menempati seluruh tipe habitat, sedangkan dua jenis lainnya menempati dua dan tiga tipe habitat. Megalaima javensis yang merupakan jenis burung endemik di Jawa dan Bali hanya menempati dua tipe habitat di Hutan Penelitian Dramaga yaitu habitat sekitar jalan hutan dan habitat tepian sungai. Jenis ini sulit dilihat karena bentuknya yang menyerupai warna daun sehingga lebih mudah diketahui dengan suaranya.

Jenis Nectarinia jugularis termasuk kategori burung yang dilindungi oleh PP No 7 Tahun 1999 tapi tidak termasuk kategori daftar merah IUCN. Peranan burung madu yang membantu penyerbukan di alam menjadi salah satu alasan dilindunginya jenis ini. Burung ini menyukai habitat dataran rendah terbuka (MacKinnon et al. 2010), hutan sekunder, sungai dan lahan budidaya (Coates et al. 1997) sehingga Hutan Penelitian Dramaga menjadi habitat yang cocok untuk Nectarinia jugularis.

Aktivitas masyarakat sekitar hutan

Masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga sampai saat ini masih terdapat yang memanfaatkan hasil hutan kayu maupun non kayu. Hasil hutan kayu yang dimanfaatkan adalah kayu bakar, sedangkan hasil hutan non kayu berupa pakis, buah, burung dan kroto. Selain itu, terdapat lahan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan untuk ditanami tanaman. Pada umumnya, masyarakat sekitar hutan seringkali memanfaatkan hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari (Indrawan et al. 2012).

Pemanfaatan masyarakat sekitar hutan tertinggi ialah pada pengambilan kayu bakar sebanyak 22 orang (59,46%) (Tabel 11). Hal ini dikarenakan Hutan Penelitian Dramaga merupakan hutan tanaman berupa kayu yang mulai ditanam sejak tahun 1956 sehingga saat ini pohonnya memiliki diameter besar dan tajuk yang lebar. Pohon berkayu inilah yang menghasilkan ranting kayu. Ranting-ranting kayu tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk digunakan sebagai kayu bakar. Teknik pengambilan ranting kayu oleh masyarakat yaitu dengan cara memungut di lantai hutan. Penggunaan ranting kayu untuk kayu bakar yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan hal umum yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan lainnya di Indonesia (Noerdjito et al. 2005).

Ranting kayu yang diambil memiliki ukuran diameter <10 cm dan berada di lantai hutan. Ranting tersebut tidak dipotong saat masih dalam bentuk tegakan sehingga tidak merusak pohon. Ranting pohon yang berukuran >10 cm tidak diambil karena ranting tersebut dibiarkan membusuk. Kegiatan pengambilan kayu bakar masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga termasuk kegiatan yang tidak merusak habitat karena tetap memperhatikan keberlangsungan ekosistem hutan. Keberlangsungan ekosistem ini penting untuk mendukung habitat burung agar terus berkembangbiak. Pemanfaatan hutan yang memperhatikan kelestarian hutan akan tetap lestari dan memberikan hasil yang berkelanjutan (Hidayatullah dan Saragih 2013).

(27)

17 Dramaga mempunyai motif untuk menangkap burung yang memiliki suara burung yang indah diantaranya cipoh kacat (Aegithina tiphia).

Penangkapan burung di Hutan Penelitian Dramaga dilakukan 3 cara yaitu jaring, kandang pemikat dan tenggeran berlem. Teknik penangkapan menggunakan jaring yaitu dengan membentangkan jaring di areal hutan kemudian didiamkan hingga burung tersebut terkena jaring. Penangkap menunggu seharian agar saat burung tertangkap bisa langsung diambil kemudian dikandangkan. Kandang pemikat merupakan teknik penangkapan burung yang menggunakan kandang. Kandang sebelumnya telah diisi oleh burung yang sama jenisnya dengan burung buruan. Bagian luar kandang dibuat tenggeran sehingga saat burung liar menghampiri burung yang berada di kandang dan kemudian bertengger maka burung liar tersebut masuk ke dalam kandang, karena tenggeran tersebut dibuat rapuh sehingga pada saat burung bertengger maka akan jatuh ke dalam kandang. Penangkapan burung menggunakan tenggeran berlem hampir sama dengan kandang pemikat, namun bedanya tenggeran yang digunakan diberikan lem sehingga saat burung bertengger tidak bisa terbang lagi karena terkena lem.

Kegiatan penangkapan dilakukan diantaranya di daerah interior yang sedikit aktivitas manusia sehingga lebih leluasa melakukan penangkapan burung. Penangkapan burung di daerah interior bisa menggunakan jaring. Jaring ini bisa menangkap burung yang sedang terbang. Setelah diketahui terdapat burung yang terkena perangkap maka segera dilepaskan agar tidak terjadi kematian pada burung. Penangkapan ini bisa sesuai dengan harapan bahkan bisa juga tidak, karena perangkap berbentuk jaring membuat burung yang sedang terbang bisa terkena jaring tersebut. Penangkapan jenis burung ditentukan dari awal. Burung yang ditangkap biasanya burung peliharaan yang lepas. Hal ini sangat mungkin menjadi tempat habitat burung peliharaan yang lepas, karena areal hutannya dekat dengan permukiman.

Penangkapan burung bisa terjadi di areal Hutan Penelitian Dramaga. Areal hutan yang berbatasan langsung dengan permukiman dan tidak ada pembatas sehingga masyarakat bisa keluar masuk dengan mudah. Akses yang mudah membuat kelonggaran dalam melakukan pemburuan. Hal ini sesuai dengan Indrawan et al. (2012) yang menyatakan akses masuk hutan yang mudah membuat para pemburu lebih leluasa dalam berburu.

Kegiatan penanaman tanaman yang dilakukan merupakan salah satu aktivitas masyarakat sekitar hutan. Tanaman yang ditanam yaitu singkong, buah mangga, buah pepaya, sirsak dan lain-lain. Kegiatan penanaman ini bisa menimbulkan dampak menguntungkan dan merugikan bagi kelestarian burung yang terdapat di HPD. Hal yang menguntungkan dalam kegiatan penanaman oleh masyarakat yaitu tersedianya pakan burung berupa buah. Namun, kegiatan ini bisa menjadi hal merugikan yang mengganggu burung karena aktivitas manusia yang tinggi seperti penanaman singkong yang dimulai dari persiapan penanaman, proses penanaman, pembersihan rumput hingga panen. Hal ini dikarenakan burung merupakan satwaliar yang jika ada kedatangan manusia maka akan pergi. Sama halnya dengan Warsito dan Yuliana (2007) menyatakan bahwa aktivitas manusia mampu mempengaruhi jumlah jenis burung yang ditemui.

Upaya konservasi

(28)

18

habitat Hutan Penelitian Dramaga. Habitat yang terjaga ini bisa terlihat secara visual seperti pohon yang menempati areal hutan masih lebat, tajuk yang lebar dan diameter pohon yang besar.

Pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam mengelola keanekaragaman burung belum dilakukan dengan intensif. Pengelola masih terbatas penjagaan habitat diantaranya inventarisasi pohon. Terkait bertambah atau berkurangnya burung yang menghuni Hutan Penelitian Dramaga belum dilakukan, bahkan kebijakan dalam pengelolaan burung belum ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa kegiatan konservasi yang memungkinkan untuk dilakukan oleh pihak pengelola adalah sebagai berikut: 1. Monitoring burung

Kegiatan monitoring burung merupakan kegiatan untuk mengetahui populasi, kelimpahan jenis burung, penyebaran burung, potensi dan manfaat burung, dan sebagainya. Kegiatan monitoring ini sebaiknya dilakukan sebulan sekali yang dilaksanakan oleh pengelola HPD yang dibantu lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun bekerja sama dengan organisasi mahasiswa dari perguruan tinggi terdekat. Perubahan data burung tiap tahun diduga akan berubah, hal ini terlihat pada perbandingan pada penelitian ini menghasilkan data jumlah jenis burung sebanyak 35 jenis, sedangkan oleh Solihati (2007) menghasilkan data sebanyak 29 jenis burung. Adanya monitoring burung bermanfaat untuk mengetahui jenis burung aktual.

2. Pengamanan HPD

Kegiatan pengamanan HPD ini penting dilakukan agar habitat yang ada bisa terjaga dengan baik. Pengamanan ini juga bisa mencegah orang-orang yang melakukan kegiatan ilegal seperti perburuan burung. Hal ini dikarenakan mudahnya akses ke dalam hutan sehingga sulit terkontrol orang yang masuk maupun keluar dari dalam hutan. Pengamanan tersebut diantaranya adalah patroli harian atau mingguan dengan menyisir seluruh kawasan Hutan Penelitian Dramaga.

3. Pembinaan habitat burung

Pembinaan habitat ini telah dilakukan oleh pihak pengelola berupa inventarisasi hutan sehingga bisa mengetahui potensi HPD. Selain itu, pemeliharaan berupa penyulaman pohon yang telah tumbang juga rutin dilakukan. Namun, belum adanya pembinaan khusus untuk pembinaan habitat yang mendukung perkembangbiakkan burung. Pembinaan habitat burunhg yang bisa dilakukan adalah dengan mengkaitkan kegiatan pembinaan habitat yang ada dengan pengelolaan burung seperti menjaga pohon sarang dan pohon pakan. Pohon yang perlu dibina tersebut diantaranya adalah Paraserianthes falcataria. 4. Sosialisasi

(29)

19 masyarakat sekitar HPD. Teknik sosialisasi pada masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan FGD (Focus Group Discussion), sedangkan teknik sosialisasi pada siswa diantaranya dengan memberi pengetahuan di kelas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Habitat yang terdapat di HPD yaitu sekitar jalan hutan, tepian rumah, tepian sungai dan daerah interior. Keterbukaan tajuk tiap habitat berbeda-beda, habitat tepian rumah dan tepian sungai memiliki keterbukaan tajuk sedangkan habitat sekitar jalan hutan dan daerah interior ditutupi tajuk yang cukup rapat. Keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada habitat daerah interior (H′=2,34) dibandingkan habitat yang lainnya. Kekayaan jenis burung tertinggi berada pada habitat tepian sungai sebanyak 27 jenis burung. Indeks kesamaan jenis burung tertinggi berada pada habitat sekitar jalan hutan dengan daerah interior. Aktivitas masyarakat sekitar hutan terdapat 6 tipe (mengambil kayu bakar, menanam tanaman, menangkap burung, mengambil pakis, mengunduh buah dan mengambil kroto) dengan responden tertinggi ialah mengambil kayu.

Saran

Perlunya melakukan monitoring burung agar bisa mengetahui data aktual kelimpahan burung. Monitoring ini bisa menjadi data acuan untuk pengelolaan lebih lanjut, selain itu bisa menjadi acuan untuk mengembangkan pada aspek wisata pengamatan burung.

Perlunya pengawasan yang lebih ketat agar mengurangi kegiatan perburuan burung. Pengawasan yang ketat diharapkan menjadi salah satu hal yang membuat takut para pemburu melakukan perburuan burung. Pengawasan ini mendukung keamanan habitat.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi RA. 2009. Komunitas burung pada beberapa habitat dengan gangguan berbeda di Hutan Lambusango, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bibby C, Jones M, Marsden S. 2000. Teknik-Teknik Ekspedisi Lapangan: Survei Burung. Yayasan Pribumi Alam Lestari, penerjemah; Kartikasari SN, Shannaz J, editor. Bogor (ID): Birdlife International: Indonesia Programme. Terjemahan dari: Expedition Field Technique: Bird Surveys.

(30)

20

editor. Bogor (ID): BirdLife International-Indonesia Programme & Dove Publications. Terjemahan dari: A Guide to the Birds of Wallaceae: Sulawesi, The Moluccas and Lesser Sunda Islands.

Dewi LK. 2014. Komunitas burung bawah tajuk pada berbagai tingkat gangguan habitat di Kampus IPB Darmaga [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Fahutan IPB] Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 1999. Design

Engineering Pengelolaan Kebun Percobaan Darmaga. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Hermawan W. 2001. Keragaman jenis burung di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hidayatullah M, Saragih GS. 2013. Pemanfaatan Sumberdaya Alam Berbasis Kearifan Lokal di Pulau Timor – Nusa Tenggara Timur. Di dalam: Pratiwi, Gunawan H, Kuntai, Heriansyah I, editor. Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Dalam Upaya Mensejahterakan Masyarakat Sumba Timur, GelarTeknologi Hasil Penelitian; 2012 Jun 21-22; Waingapu, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Hlm 55-71.

[HIMAKOVA] Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 2011. Buku Panduan Lapang Burung Kampus IPB Dramaga. Bogor (ID): IPB Pr.

Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. 2012. Biologi Konservasi. Ed Ke-3. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Krebs CJ. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. 2nd Ed. New York (US): Harper & Row Publishers.

Kurnia I, Fadly H, Kusdinar U, Gunawan WG, Idaman DW, Dewi RS, Yandhi D, Saragih GS, Ramdhan GF, Djuanda TD, Risnawati R, Firdaus M. 2005. Keanekaragaman jenis burung di Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Media Konservasi X(2): 37-46.

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer On Methods And

Computing. John Wiley & Sons.

MacKinnon J, Phillipps K, vanBalen B. 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor (ID): Burung Indonesia.

Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Blackwell Publishing.

Noerdjito M, Maryanto I, Prijono SN, Waluyo EB, Ubaidillah R, Mumpuni, Tjakrawidjaja AH, Marwoto RM, Heryanto, Noerdjito WA, Wiriadinata H. 2005. Kriteria Jenis Hayati yang Harus Dilindungi oleh dan Untuk Masyarakat Indonesia. Noerdjito M, Maryanto I, editor. Bogor (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia – World Agroforestry Centre – ICRAF.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Ed Ke-3. Samingan T, penerjemah; Srigandono B, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Terjemahan dari: Fundamentals of Ecology. 3rd Ed.

Perrins CM, Birkhead TR. 1983. Tertiary Level Biology: Avian Ecology. New York (US): Chapman & Hall.

(31)

21 Sawitri R, Mukhtar AS, Iskandar S. 2010. Status konservasi mamalia dan burung di Taman Nasional Merbabu. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam II (3): 227-239.

Sawitri R, Iskandar S. 2012. Keragaman jenis burung di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 9 (2): 175-187.

Sayogo AP. 2009. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di Taman Nasional Lore Lindu Provinsi Sulawesi Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Solihati E. 2007. Keragaman jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sujatnika PJ, Soehartono TR, Crosby MJ, Mardiastuti A. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik. Jakarta (ID): PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme.

Susanti T. 2014. Indonesia miliki 1666 jenis burung dan terkaya jenis endemis [internet]. [diunduh 2014 Nov 16]: Bogor (ID). Tersedia pada: http://www.burung.org/index.php?option=com_content&view=article&id=920 &catid=28&Itemid=75.

Warsito H, Yuliana S. Keanekaragaman jenis burung di Saribi, Numfor Barat, Papua: Beberapa catatan. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam IV(6): 563-560.

(32)

Lampiran 1 Kelimpahan jenis burung di empat tipe habitat Hutan Penelitian Dramaga

No Jenis Burung Nama Ilmiah Family

Lokasi Penelitian Status Perlindungan JH TR TS DI IUCN PP No. 7 Tahun

1999

1 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae - √ √ √ - -

2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae √ √ √ √ - -

3 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae √ √ √ √ - -

4 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae √ √ √ √ - -

5 Kedasi hjitam Surniculus lugubris Cuculidae - √ √ √ - -

6 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae - - √ - - -

7 Walet linci Collocalia linchi Apodidae √ √ √ √ - -

8 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae √ √ √ √ - √

9 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae √ √ √ √ - √

10 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae √ √ √ √ - √

11 Takur tulungtumpuk Megalaima javensis Capitonidae √ - √ - √ √

12 Takur tenggeret Megalaima australis Capitonidae - - √ - - -

13 Caladi tilik Dendrocopos moluccensis Picidae - √ - - - -

14 Layanglayang Batu Hirundo tahitica Hirundinidae √ √ √ - - -

15 Layanglayang Loreng Hirundo striolata Hirundinidae - √ √ - - -

16 Jingjing batu Hemipus hirundinaceus Campephagidae √ √ - - - -

17 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae √ √ √ √ - -

18 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae √ √ √ √ - -

19 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae - - √ - - -

20 Anis merah Zoothera citrina Turdidae √ - - √ - -

21 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae √ √ √ √ - -

22 Perenjak jawa Prinia familiaris Sylviidae - - - √ - -

(33)

2

Keterangan : JH = Sekitar Jalan Hutan, TR = Tepian Rumah, TS = Tepian Sungai, DI = Daerah Interior Tidak terdapat jenis burung yang termasuk kategori CITES.

Lampiran 1 Kelimpahan jenis burung di empat tipe habitat Hutan Penelitian Dramaga (Lanjutan)

No Jenis Burung Nama Ilmiah Family

Lokasi Penelitian Status Perlindungan JH TR TS DI IUCN PP No. 7 Tahun

1999

23 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae √ √ √ √ - -

24 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae √ √ √ √ - -

25 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae √ - √ √ - √

26 Munguk beledu Sitta frontalis Sittidae √ - - - - -

27 Cabai bunga-api Dicaeum trigonostigma Dicaeidae - √ - - - -

28 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae √ √ √ √ - -

29 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae √ √ √ √ - √

30 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae √ √ √ √ - -

31 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae - √ √ √ - -

32 Bondol peking Lonchura punctulata Estrildidae - √ √ - - -

33 Bondol haji Lonchura maja Estrildidae - - √ - - -

34 Burunggereja erasia Passer montanus Ploceidae - √ - - - -

35 Kekep babi Artamus leucorhynchus Artamidae - √ - - - -

Jumlah 21 26 27 21 1 6

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 03 Desember 1990. Penulis merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara dari ayah Bapak Saiduddin (Am) dan Ibu Lili Suhartili. Penulis menempuh pendidikan formal dari SD Negeri 1 Jatiseeng Kidul pada tahun 1997-2003, kemudian penulis melanjutkan ke tingkatan berikutnya di SMP Negeri 1 Ciledug pada tahun 2003-2006. Penulis menempuh pendidikan selanjutnya di SMK Negeri 1 Lemahabang jurusan akuntansi pada tahun 2006-2009. Penulis melanjutkan ke jenjang berikutnya di Institut Pertanian Bogor (IPB) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) pada tahun 2010 dengan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama kuliah, penulis pernah aktif di berbagai organisasi seperti anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA). Dewan asrama tingkat persiapan bersama (TPB) pada asrama C4-Sylva pada tahun 2010-2011. Anggota Departemen Keuangan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah IPB pada tahun 2011. Anggota Kementrian Budaya Olahraga dan Seni (BOS) Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) pada tahun 2012. Anggota PSDM Pengurus Cabang Sylva Indonesia IPB pada tahun 2012. Anggota Kelompok Pemerhati Burung (KPB) dan Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE). Pernah mengikuti kepanitiaan di International Zakat Conference (IZC) pada tahun 2011, ketua pelaksana Buka Bersama Civitas Konservasi (Kamaciko) pada tahun 2011, sekretaris pada acara buka bersama fakultas kehutanan pada tahun 2011, anggota logistik dan transportasi dalam acara Leadership and Entrepreneurship School (LES) pada tahun 2011.

Penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan lapang. Praktek pengenalan ekosistem hutan dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Ciremai dan KPH Cemara – Indramayu pada tahun 2012. Praktek Pengelolaan Hutan dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2014. Pelaksanaan magang pengganti praktek kerja lapang profesi (PKLP) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) Bogor pada tahun 2014. Pernah mengikuti ekspedisi “eksplorasi flora fauna Indonesia” di Cagar Alam (CA) dan Taman Wisata Alam (TWA) Sukawayana pada tahun 2012. Pernah melaksanakan magang mandiri di Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan (Pusprohut) pada tahun 2013. Pernah mengikuti ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi Subkorwil Minahasa sebagai tim kehutanan pada tahun 2013. Pernah membantu penelitian mahasiswa mengenai keanekaragaman amfibi di Cagar Alam Donoloyo, Wonogiri pada tahun 2013. Pernah membantu penelitian kelompok peneliti konservasi biodiversitas satwa Puskonser mengenai karakteristik habitat Elang Jawa di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Haur Bentes pada tahun 2014.

Gambar

Gambar 1  Lokasi penelitian
Gambar 2  Pengamatan metode titik hitung
Tabel 2  Jenis burung di habitat sekitar jalan hutan
Gambar 3  Kondisi dan profil habitat sekitar jalan hutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

dapat diakses secara luas oleh masyarakat, dan juga untuk menghindari plagiarisme. Berdasarkan surat edaran dari Kemenristek Dikti dan untuk meningkatkan kualitas

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kualitas pelayanan dan harga berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Rental Mobil Fany di Kota Palu?; 3). Apakah nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan di bidang penanaman modal dan penyelenggaraan pelayanan

Pada kajian ini, ikatan kekerabatan Bidayuh Sontas Indonesia dengan Bidayuh Sontas Entubuh Malaysia dapat menjadi modal sosial dalam pembangunan Kecamatan Entikong

Pada saat pasang suhu tertinggi untuk staisun tambak terdapat pada stasiun 5 yaitu stasiun tambak 2 yang berada di desa Jayamukti sebesar 34 o C, suhu terendah terdapat pada

Pengaruh Aplikasi Media Komputer Coreldraw Terhadap Peningkatan Belajar Menggambar Tabung Untuk Anak Tunarungu Kelas X SMALB.. Universitas Pendidikan Indonesia |

From the classroom observation, it can be concluded that the active teachers’ use of English gave most of the students positive influence on their activeness in the class, strong