• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat ProduktivitasMedicago sativa L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat ProduktivitasMedicago sativa L"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBERIAN URIN SAPI

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT

PRODUKTIVITAS

Medicago sativa

L

RINI ANGGINI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemupukan dan

Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Produktivitas

Medicago

sativa

L adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Rini Anggini

(4)
(5)

ABSTRAK

RINI ANGGINI. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Produktivitas Medicago sativa L. Dibimbing oleh SUDARSONO JAYADI dan PANCA DEWI MHK.

Medicago sativa L (Alfalfa) merupakan salah satu jenis legumyang berasal dari Iran (Cheeke 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemupukan dan pemberian urin sapi terhadap pertumbuhan dan tingkat produktivitas alfalfa dengan kandungan iso nitrogen dan dilakukan di Ciwidey, Bandung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan dengan jenis perlakuanP1 (NPK (kontrol) 15 g m-2), P2 (pupuk ayam 0.33 kg m-2), P3 (pupuk sapi 1 kg m-2), P4 (pupuk ayam 0.17 kg m-2 + urin 0.3 liter m-2), dan P5 ( pupuk sapi 0.5 kg m-2 + urin 0.3 liter m-2) dengan mengamati parameter persentase daya tumbuh benih, tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar dan berat kering daun dan batang, serta protein kasar dan serat kasar. Hasil dari penelitian ini menunjukan pemupukan dan pemberian urin sapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman alfalfa. Hasil lain dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan kombinasi pupuk ayam 0.17 kg m-2 + urin 0.3 liter m-2 dapat menggantikan penggunaan NPK dan

menghasilkan pertumbuhan, tingkat produktivitas serta kandungan protein kasar yang tinggidibandingkan NPK.

Kata kunci: alfalfa, iso nitrogen, produksi, pupuk, urin

ABSTRACT

RINI ANGGINI. Effect of Fertilization and Urine of Cattle for Growth and Productivity of Medicago sativa L. Supervised by SUDARSONO JAYADI and PANCA DEWI MHK.

Medicago sativa L (Alfalfa) is one of kind legume comes from Iran (Cheeke 2005). This research was conducted to measureeffect of fertilized with manure and urin of cattleforgrowth and production of alfalfa with same value of nitrogen where was tried in Ciwidey, Bandung. This research used Randomized Complete Design (RCD) with 5 treatments and 3 replications. The treatment were P1 (NPK (control) 15 g m-2), P2 (manure of chicken 0.33 kgm-2), P3 (manure of cattle 1 kgm-2), P4 (manure of chicken 0.17 kgm-2+ urine 0.3 litersm-2), and P5 ( manure of cattle 0.5 kgm-2+ urine 0.3 litersm-2). The observation was the response of plant which include presentage of seed, plant height, total leaf, as feed and dry matter of leaf and stem, crude protein and crude fiber. The result showed that the treatment of iso nitrogen which fertilized with manure and urin of cattle is not significant togrowth and productivity of alfalfa. Another result of this reaserch is the treatment P4 (manure of chicken 0.17 kgm-2+ urine 0.3 litersm-2) can subtitution NPK and showed the better growth, productivity and crude protein of alfalfa than NPK treatment.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBERIAN URIN SAPI

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT

PRODUKTIVITAS

Medicago sativa

L

RINI ANGGINI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DANTEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi :Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat ProduktivitasMedicago sativa L Nama : Rini Anggini

NIM : D24090111

Disetujui oleh

IrSudarsono Jayadi, MSc Agr Pembimbing I

Prof DrIrPanca Dewi MHK, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof DrIrPanca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan mulai bulanFebuari hingga Mei 2013 di Ciwidey, Bandung. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah budidaya pakan hijauan yang masih terbatas didunia peternakan di Indonesia. Penelitian dibidang budidaya hijauan makanan ternak ini berjudul Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Produktivitas Medicago sativa Lyang dilakukan di Ciwidey.

Alfalfa yang memiliki nama latin Medicago sativa L ini merupakan legume yang memiliki nilai protein yang tinggi namun benihnya masih harus didatangkan dari luar negeri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan mempelajari dan meneliti cara budidaya dan pemberian unsur hara terbaik dalam menghasilkan produksi dan pertumbuhan alfalfa.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan untuk penulis dimasa mendatang. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan alfalfa 5 Pengaruh perlakuan terhadap produktivitas alfalfa 8 Pengaruh perlakuan terhadap protein kasar dan serat kasar alfalfa 9

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

1 Pengaruhfaktor perlakuan terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, dan

presentase daya tumbuh benih bedeng-1 5

2 Pengaruh faktor perlakuan terhadap berat segar dan berat kering (oven

60oC) daun dan batang bedeng-1 8

3 Pengaruh faktor perlakuan terhadap berat segar dan berat kering (oven

60oC) daun dan batang bedeng-1 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rancangan pola pengacakan 12

2 Hasil ANOVA jumlah daunbedeng-1 12

3 Hasil ANOVA pertambahan jumlah daun bedeng -1 12

4 Hasil ANOVA tinggi tanamanbedeng-1 12

5 Hasil ANOVA pertambahan tinggi tanamanbedeng-1 13 6 Hasil ANOVA persentase daya tumbuh benihbedeng-1 13

7 Hasil ANOVA berat segar daunbedeng-1 13

8 Hasil ANOVA berat kering daun oven 60obedeng-1 13

(11)

10 Hasil ANOVA berat kering batang oven 60obedeng-1 13

11 Perhitungan pemberian pupuk 14

12 Pertumbuhan tanaman alfalfa 15

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Alfalfa merupakan tanaman pakan jenis legum yang berasal dari Iran (Cheeke 2005) dan belum terlalu banyak dilakukan penelitian tentang pembudidayaan alfalfa di Indonesia, terutama mengenai pengaruh pemupukan dan pemberian urin sapi dengan tingkat kandungan nitrogen yang sama terhadap pertumbuhan dan produktivitasnya. Alfalfa merupakan jenis kacangan yang biasa tumbuh di dataran tinggi yaitu 600 meter diatas permukaan laut. Alfalfa juga merupakan jenis legum yang dapat tumbuh pada pH>6 dan pada lahan yang gembur (Rowell 1994). Whiteman (1980) menambahkan bahwa alfalfa dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 500 mmtahun-1.

Pemberian pupuk dan urin sapi terhadap pertumbuhan dan tingkat produktivitas alfalfa dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Susanto (2002) mengatakan bahwa pupuk organik mencegah terjadinya erosi, sebagai pembenah tanah dan sebagai internal drainage.Selain itu pupuk organik mudah didapatkan, tetapi diperlukan dalam jumlah sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara suatu tanaman.

Pembudidayaan alfalfa ini dilakukan di daerah Ciwidey dataran Kampung Gambung Pangkalan, Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung Selatan. Daerah ini memiliki ketinggian kurang lebih 1100 meter di atas permukaan air laut dengan rata-rata temperatur tahunan sebesar 21.5°C (Triwidyaratih 2011) dan memiliki tanah berjenis Litosol, yaitu tanah yang berkembang diatas batuan keras dan belum mengalami perkembangan akibat erosi karena berada di daerah yang curam (Suparaptoharjo 1982). Lingkungan yang sesuai diharapkan akan memacu pertumbuhan alfalfa untuk berproduksi dengan maksimal. Sumber nitrogen yang digunakan antara lain adalah pupuk NPK, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan urin sapi.

Nitrogen memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, diantaranya seperti mempercepat pertumbuhan secara vertikal, jumlah anakan, mempengaruhi panjang dan lebar daun, serta membuat tanaman menjadi hijau karena N terkandung didalam klorofil untuk proses fotosintesis (Soepardi 1983).

Lingga (1991) menyatakan bahwa kotoran ayam broiler mengandung unsur hara primer seperti 0.8% K2O, 1.3% P2O5, 1.5% N, dan 57% air. Berbeda dengan

pupuk ayam, pupuk sapi memiliki kandungan unsur hara sekitar 0.3 sampai 0.6% N, 0.1 sampai 0.3% P2O5 dan 0.3 sampai 0.5% K2O, sehingga memerlukan

jumlah yang lebih banyak untuk diberikan kepada tanaman (Williams 2006). Menurut Sosrosoedirjo et al.(1981) urin memiliki kandungan N dan K yang mudah diserap oleh tanaman. Kandungan unsur hara dalam urin pada sapi adalah 1% N, 1.35% K, 0.2% P dan 92% air.

(14)

2

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih tanaman alfalfa yang berasal dari Amerika sebanyak 6 075 buah benih, pupuk NPK 2.16 kg, 94.5 kg pupuk kandang ayam, 13.5 kg pupuk kandang sapi perah, tanah sebagai media tanam, air, 86.4 liter urin sapi, dan 225 kg kapur pertanian.

Alat

Alat yang digunakan adalah pH meter tanah, tali rafia, sekop cangkul, kored, selang, sebagai peralatan budidaya. Penggaris dan alat tulis sebagai peralatan untuk pengamatan tiap minggu, serta gunting, timbangan digital, plastik sebagai peralatan pemanenan.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai Mei 2013 selama 3 bulan di Dusun Gambung Pangkalan, Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu, Ciwidey, Bandung dengan suhu sekitar 21.5 oC.

Prosedur

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan pembuatan bedeng dengan ukuran panjang 3 meter dan lebar60 cm. Pengapurandengan memberikan kapur tanah sebanyak 15 kgbedeng-1 serta pemberian pupuk kandang sebanyak 6 kgbedeng-1 untuk memacu kestabilan pH dan unsur hara didalam tanah. Proses pengapuran ini didiamkan selama 2 minggu dan diberikan naungan berupa paranet pada lahan yang digunakan agar tidak terkena air hujan secara langsung. Persiapan lahan dilakukan pada minggu ke empat bulan Januari 2013 di di Dusun Gambung Pangkalan, Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu, Ciwidey-Bandung.

Penanaman

Sebanyak 6075 benih alfalfa ditanam pada lima belas bedeng. Masing-masing bedeng dibuatkan 3 larikan yang terdiri atas 81 lubang tanam dengan jarak tanam antar lubang 10 cm. Setiap lubang tanam ditumbuhkan benih alfalfa sebanyak 5 biji dan berikan pupuk sesuai dengan perlakuan. Penanaman benih dilakukan pada waktu yang sama pada setiap larikan agar pertumbuhan alfalfa sama dan merata.

Pemeliharaan

(15)

3 menggunakan air dengan perbandingan pengenceran 1:5. Penyiraman dilakukan tanpa membuat tanah tergenang air, karena akar alfalfa akan busuk jika tergenang air.

Pengamatan

Peubah yang diamati yang dilakukan selama penelitian dibagi kedalam dua jenis pengamatan, yaitu peubah pertumbuhan yang diamati setiap minggu dan peubah produktivitas yang diamati pada saat pemanenan sebagai berikut :

a. Persentase Daya tumbuh Benih

Daya tumbuh benih adalah melihat berapa banyak tanaman yang tumbuh setiap lubangnya.

b. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris dari mulai permukaan tanah hingga ke titik tertinggi pada setiap tanaman.

c. Jumlah Daun

Jumlah daun didapat dengan menghitung jumlah seluruh helai daun tanaman-1. Pemanenan

Pemanenan tanaman alfalfa dilakukan pada umur tanam hari ke 75. Pemanenan dilakukan serentak dalam satu hari mulai dari pemangkasan daun dan batang tanaman alfalfa. Penimbangan berat segar daun dan batang yang dipanen dilakukan secara terpisah untuk 15 sampel yang diamati, setelah itu masukan daun dan batang yang telah dipanen ke dalam oven 60oC untuk mengetahui berat keringnya.

a. Berat Segar Daun dan Batang

Berat segar daun dan batang didapatkan dengan menimbang masing-masing daun dan batang tanaman yang dipanen menggunakan timbangan digital. b. Berat Kering Daun dan Batang

Berat kering daun dan batang adalah berat yang diperoleh dari hasil pengeringan daun dan batang melalui oven 60oC yang ditimbang menggunakan timbangan digital.

Analisa Kadar Protein Kasar

Analisis kadar protein kasar dilakukan dengan cara menimbang alfalfa yang telah digiling sebanyak 0.3 gram (x) danmasukkan ke labu destruksi.Katalis ditambahkan secukupnya serta tambahkan juga 25 ml H2SO4 pekat. Larutan

dipanaskan sampai bewarna hijau kekuningan di dalam ruangan asam dan didinginkan selama beberapa saat, lalu larutan dimasukan kedalam labu penyulingan untuk diencerkan menggunakan air sebanyak 300 ml. Batu didih serta 100 ml NaOH 33% dimasukan kedalam labu penyulingan saat pengenceran. Sebanyak 2/3 cairan dalam labu penyulingan yang menguap akan ditangkap oleh larutan H2SO4 berindikator dalam labu erlenmeyer. Kemudian hasil

(16)

4

Kadar protein kasar =(y−z)xNaOHx0.014

x x 100%

Analisis Kadar Serat Kasar

Sampel alfalfa yang telah digiling ditimbang sekitar 1 gram (x) dan 50 ml H2SO4 0.3 N dan dimasukkan dalam gelas piala 500.Larutan dipanaskan selama

30 menit (dari mendidih),kemudian ditambahkan 25 ml NaOH 1.5 N dan dididihkan kembali. Setelah didihkan selama 30 menit, cairan disaring untuk memisahkan antara cairan dengan endapan menggunakan kertas saring (a) pada corong Buchner dan dibilas dengan 50 ml air panas hinggga netral. Setelah disaring,kertas saring dicuci dengan 50 ml H2SO4, dan bilas kembali dengan 50

ml air panas hingga netral dan disiram 25 ml Aceton. Kertas saring beserta isinya dikeringkan dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC. Setelah diangkat dan dinginkan dalam eksikator, kemudian sampel ditimbang (y), setelah itu pijarkan dalam tanur sampai putih dan didinginkan kembali serta ditimbang (z). Perhitungan kadar serat kasar sebagai berikut:

Kadar serat kasar =(y−z−a) x

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : P1 : NPK (kontrol) 15 gm-2

P2 : Pupuk kandang ayam petelur 0.33 kgm-2 P3 : Pupuk kandang sapi perah 1 kgm-2

P4 : Pupuk kandang ayam petelur 0.17 kgm-2+ urin 0.3 literm-2 P5 : Pupuk kandang sapi perah 0.5 kgm-2+ urin 0.3 literm-2

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5 perlakuan dengan 3 ulangan. Model matematik yang digunakan dalan rancangan acak lengkap adalah:

Yij= µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = respon produktivitas alfalfa yang diberikan pupuk dan urin sapi dengan

kandungan iso nitrogen µ = nilai rataan umum

τi = efek perlakuan pemberian NPK (kontrol) 15 gm-2, Pupuk kandang ayam

0.33 kgm-2, Pupuk kandang sapi 1 kgm-2,Pupuk kandang ayam 0.17 kgm-2+ urin 0.3 literm-2, Pupuk kandang sapi 0.5 kgm-2+ urin 0.3 literm

-2

εij = galat yang mungkin terjadi selama penelitian dari perlakuan ke-i, dan

ulangan ke-k

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Alfalfa

Pengaruh pemberian pupuk dan urin sapi dengan kandungan iso nitrogen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan alfalfa. Hasil data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Pengaruh faktor perlakuan terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, danpresentase daya tumbuh benih bedeng-1

Parameter Perlakuan

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa hasil uji statistik dari pengaruh faktor perlakukan dengan pemberian pupuk tunggal maupun pupuk kombinasi dengan iso nitrogen sebanyak 15 g N m-1tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah helai daun alfalfa. Banyaknya jumlah helai daun yang diperoleh tanaman alfalfa pada saat pemeliharaan selama 10 minggu berkisar antara 41.03 ± 8.94 sampai 63.32 ± 12.24 helai daun individu tanaman-1. Produksi daun alfalfa yang belum optimal tersebut diasumsikan karena pemberian pupuk dengan hanya memperhatikan kandungan nitrogen saja diduga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan produktivitas tanaman, sehingga diperlukan penambahan pupuk lainnya untuk asupan unsur lain seperti kalium dan fosfor.

(18)

6

sehingga dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain itu, tanaman yang kekurangan K dalam memenuhi kebutuhannyaakan menyebabkan produksi daun tanaman tersebut akan berkurang, serta daun akan berwarna sedikit kekuningan (Marsono dan Sigit 2001). Hal ini terbukti pada penelitian Sirait et al. (2009) yang memperoleh jumlah helai daun yang cukup tinggi sekitar 251.1 helai ha-1 dengan memberikan nitrogen 8 g m-2, 10 g m-2, kalium serta 12 g m-2 pospor. Selain itu, menurut Sirait et al. (2009) semakin tinggi jumlah pospor yang diberikan, maka semakin tinggi pula proporsi jumlah daun yang diproduksi.

Pertambahan Jumlah Daun

Hanson dan Barnes (1973) mengatakan bahwa alfalfa merupakan tanaman dengan daun trifoliat dan letaknya berselang-seling. Pertambahan jumlah daun alfalfa pada setiap minggu setelahmasa tanam (MST) berkisar antara 4.56 sampai 7.04 helai individu tanaman-1 dalam 1 minggu, dimana pertumbuhan daun pada tanaman yang berjenis trifoliat akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan jumlah daun yang berjenis tunggal. Pertambahan jumlah daun tertinggi yang di peroleh melalui pemberian pupuk NPK dikarenakan jumlah helai daun tertinggi dihasilkan pada perlakuan pemberian NPK 15 g m-2, dimana pertambahan jumlah daun akan berbanding lurus dengan produksi daun dari tanaman tersebut. Sirait et al. (2009) juga menyatakan bahwa semakin banyak dilakukan pemupukan maka akan semakin banyak pula jumlah daun percabang dari tanaman alfalfa tersebut. Jumlah cabang pada tanaman alfalfa berkisar antara 5 sampai 25 cabang tanaman-1 (Wheeler 1950), dan semakin banyak jumlah cabang, maka semakin banyak pula pertambahan jumlah daun yang dihasilkan setiap minggunya.

Tinggi Tanaman

Uji statistik dari tinggi tanaman alfafa menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata antara pengaruh pemberian perlakuan terhadap P1, P2, P3,P4 dan P5. Marsono dan Sigit (2001) menyatakan bahwa fase vegetatif sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen bagi tanaman, dan pertumbuhan legume sangat pesat pada fase vegetatif. Oleh sebab itu nitrogen sangat memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif, dan apabila terjadi kekurangan nitrogen pertumbuhan tanaman akan terhambat serta pertumbuhan tangkai menjadi kurus (Parker 2004). Diduga perlakuan pemupukan dan pemberian urin sapi dengan kandungan iso nitrogen pada perlakuan P1, P2 dan P3 ini tidak cukup memenuhi kebutuhan alfalfa untuk tinggi tanaman. Suriatna (2002) menambahkan bahwa nitrogen merupakan unsur hara paling utama dalam pertumbuhan tanaman, dan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil apabila tanaman tersebut mengalami kekurangan nitrogen. Hal tersebut terbukti pada penelitian Sirait et al. (2009) yang menggunakan nitrogen 8 gm-210 g m-2, kalium serta fospor 12 g m-2memperoleh tinggi tanaman hingga mencapai 62.2 cm hektar-1.

Pertambahan Tinggi Tanaman

(19)

7 setiap minggunya karena diduga akibat pengaruh dari faktor lingkungan dan cuaca seperti curah hujan serta penyinaran matahari. Pertambahan tinggi tanaman yang maksimal akan menghasilkan tinggi tanaman yang maksimal pula. Curah hujan dan penyinaran matahari yang cukup akan membantu pertambahan tinggi tanaman yang optimal, sedangkan curah hujan dan sinar matahari tersebut merupakan hal yang tidak bisa dikendalikan dalam membantu pertumbuhan tanaman alfalfa. Pemberian pupuk NPK, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, serta kombinasi pupuk kandang dengan urin menghasilkan pertambahan tinggi tanaman yang tidak terlalu berbeda nyata meski pertambahan tinggi tanaman terbesar dihasilkan melalui pemberian pupuk kadang ayam 0.17 kg m-2+ 0.3 liter urin m-2. Persentase Daya Tumbuh Benih

Hasil sidik ragam dari penelitian alfalfa yang dilakukan selama 75 hari ini menunjukan bahwa nitrogen (N) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap presentase daya tumbuh benih pada perlakuan P1, P2, P3 P4 dan P5. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, rataan presentase daya tumbuh benih selama pemeliharaan adalah sekitar 26 sampai 37% bedeng-1. Berdasarkan hasil tersebut, pemberian pupuk NPK, pupuk ayam dan kombinasi pupuk sapi dan urin terlihat lebih optimal dalam membantu daya tumbuh benih dibandingkan pemberian pupuk lainnya. Menurut Hayati et al. (2010) persentase daya tumbuh benih alfalfa di Indonesia masih belum optimal karena biji yang dihasilkan oleh tanaman yang ditumbuhkan di Indonesia tidak memiliki embrio, sehingga sedikit sulit untuk dikecambahkan. Daya tumbuh benih alfalfa yang berasal dari Amerika umumnya memiliki daya tumbuh dibawah 90%, tidak seperti benih alfalfa yang berasal dari Cina dan Thailand yang memiliki daya tumbuh benih diatas 90%. Marsono dan Sigit (2001) menambah bahwa pertumbuhan benih tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh genetik dari tanaman tersebut, tetapi dipengaruhi juga oleh kandungan Phospor (P) yang tersedia pada tanah untuk pertumbuhan tanaman itu senidiri. Perlakuan P1, P2 dan P5 memiliki kandungan fosfor sekitar Menurut Jumin (2002) nitrogen yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga berfungsi dalam merangsang pertunasan tanaman.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Produktivitas Alfalfa

(20)

8

Tabel 2 Pengaruh faktor perlakuan terhadap berat segar dan berat kering (oven 60o) daun dan batang bedeng-1.

Berdasarkan Tabel 2, hasil pemberian pupuk tunggal maupun pupuk kombinasi dengan urindengan kandungan iso nitrogen tidak menunjukan hasil yang signifikan terhadap berat segar daun dan batang alfalfa. Rataan berat segar daun alfalfa berkisar antara 0.43 g sampai 0.88 gindividu tanaman-1.Indriani (2002) menyatakan bahwa pupuk sapi berfungsi menahan kandungan air yang tersedia didalam tanah sebagai kebutuhan bagi tanaman dengan mengurangi pencucian. Hal ini terlihat dimana berat segar tertinggi tanaman diperoleh melalui perlakuan P3 pupuk kandang sapi 1 kgm-2 dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berat segar daun tanaman alfalfa dapat mencapai 10.26 kg ha-1 pada penelitian Sirait et al. (2009) dengan memberikan pupuk nitrogen 8 gm-210 g m-2, kalium serta 12 g m-2 pospor.

Berat Kering Daun

(21)

9 Berat Segar Batang

Rataan berat segar batang tanaman alfalfa melalui pengaruh faktor perlakuan tidak berbeda nyata. Namun, pemberian pupuk kadang ayam 0.17 kgm-2 + 0.3 liter urinm-2 pada perlakuan P4 memperoleh berat segarteringgi dibandingkan perlakuan pemberian pupuk lainnya.Menurut Parman dan Harnina (2008) Indonesia mampu memproduksi hijauan alfalfa sebesar 4.22 g panen-1 tanaman-1 sedangkan penelitian ini hanya mampu menghasilkan produksi 0.51 g individu tanaman-1 . Faktor jumlah pupuk yang diberikan merupakan salah satu faktor terbesar yang dapat mempengaruhi berat segar tanaman.

Berat Kering Batang

Pemberian pupuk dan urin sapi dengan kandungan iso nitrogen sebanyak 15 g m-2 tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering batang tanaman alfalfa. Berat kering batang tanaman alfalfa yang diperoleh berkisar antara 0.03 g individu tanaman-1pada perlakuan P1 sampai 0.07 g individu tanaman-1pada perlakuan P4. Sirait et al. (2009) menyatakan bahwa tanaman alfalfa berpotensi untuk menghasilkan berat kering tanaman hingga mencapai 27.17% hektar-1. Akan tetapi pemberian pupuk yang kurang dalam memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman akan menghasilkan berat kering batang yang rendah.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Protein Kasar dan Serat Kasar Alfalfa Kandungan protein kasar serta serat kasar alfalfa tidak dipengaruhi oleh pemberian perlakuan pupuk dan urin sapi selama masa pemeliharaan. Hasil data disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3Pengaruh faktor perlakuan terhadap protein kasar dan serat kasar alfalfa

Parameter (%) Perlakuan

P1 P2 P3 P4 P5

Protein kasar 27.24 27.16 26.32 27.55 25.20

Serat kasar 10.55 11.68 9.73 10.38 8.77

P1 (NPK (kontrol) 15 g m-2), P2 (pupuk kandang ayam 0.33 kg m-2), P3 (pupuk kandang sapi 1 kg m-2), P4 (pupuk kadang ayam 0.17 kg m-2 + 0.3 liter urin m-2), P5 (pupuk kandang sapi 0.5 kg m-2 + urin 0.3 liter urin m-2).

Protein Kasar

(22)

10

selama masa tanam alfalfa. Semakin tinggi curah hujan selama masa tanam masa akan semakin tinggi pula kandungan protein kasar dalam tanaman.

Serat Kasar

Tanaman alfalfa merupakan legume yang rendah serat (Earthnote 2004). Pengaruh faktor perlakuan pupuk NPK, pupuk kandang ayam, pupuk sapi, serta kombinasi pupuk kandang dan urin memiliki kandungan serat kasar lebih rendah berkisar antara 8.77% sampai 11.68% dibandingkan Subantoro et al. (2006) yang memiliki kandungan serat kasar sebesar 22%. Umumnya kandungan serat kasar berbanding terbalik dengan kandungan protein kasar suatu tanaman.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pemberian pupuk dan urin sapi dengan kandungan iso nitrogen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan tingkat produktivitas tanaman alfalfa karena kekurangan kuantitas nitrogen untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Hasil lain dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan P4 dapat menggantikan penggunaan NPK dan menghasilkan pertumbuhan serta tingkat produktivitas serta menghasilkan kandungan protein kasar yang tinggidibandingkan penggunaan NPK.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat meningkatkan produktifitas pertumbuhan dan produksi tanaman alfalfa dengan menggunakan kombinasi pupuk organik lainnya dengan memperhatikan keseimbangan N, P, dan K dalam memenuhi kebutuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition, Feeds And Feeding. 3rd Ed. Oregon (US): Pearson Education Inc, State University.

Earthnotes. 2001. Alfalfa, or Lucerne, [MU-SU], (Medicago sativa.L) [Internet]. [diunduh pada 27 Januari 2013]. Tersedia pada http://earthnotes.tripod.com/alfalfa.htm.

Hanson CH, Barnes DK. 1973. Alfalfa. Di dalam: ME Heath, DS Metcalfe, RF Barnes, editor.Forages The Sciense of Gassland Agiculture. 3rd Ed. Iowa (US): The Iowa State University Pr.

Hayati SK, Yulita N, Nintya S. 2010. Induksi Kalus dari Hipokotil Alfalfal (Medicago sativa L) secara In Vitro dengan Penambahan Benzyl Amino Purine (BAP) dan α-Naphtalene Acetic Acid (NAA). BIOMA. 12(1): 6-12.

(23)

11 Jumin HB. 2002. Dasar-Dasar Agonomi. Jakarta (ID): PT RajaGafindo.

Konova MM. 1966. Soil Organic Matter. London (GB): Pergamon Press Ltd. Lakitan B. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali Press. Lingga. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Lingga P. 1991. Jenis dan Kandungan Hara pada Beberapa Kotoran Ternak. Bogor

(ID): Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) ATANAN.

Lucas R, Kirschner HE, Corely BL. 2006. The Benefits of Alfalfa. http://www.pjstory.com/Alfalfa.htm. [diunduh pada 27 Januari 2013]. Tersedia pada http://www.picstory.com/Alfalfa.htm

Marsono, Sigit P. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Parker R. 2004. Introduction of Plant Science : Revised Edition. New York (US): Thomson Learning Inc.

Parman S, Harnina S. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Serat Kasar pada Defoliasi Pertama Alfalfa (Medicago sativa L) Akibat Pemupukan Mikoriza. Bull Anatomi dan Fisiologi. 16(2):1-8.

Rowell DL. 1994. SoilScience Methods and Applications. England (GB): Longman Goup UK Limited.

Sirait J, Syawal M, Simanihuruk K. 2010. Tanaman alfalfa (Medicago sativa.L) Adaptif Dataran Tinggi Iklim Basah sebagai Sumber Pakan: Morfologi, Produksi dan Palatabilitas. Di dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Sumatera Utara (ID): Puslitbang Peternakan. Hal : 519-528.

Sitompul SM, GuritnoB. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sosrosoedirdjo RS, Rivai B, Iskandar SS. 1981. Ilmu Memupuk 2. Jakarta (ID):

CVYasaguna.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. M. Syah, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Subantoro R, Wahyuningsih S, Prabowo R. 2006. Pengaruh GA3, Kompos, Pupuk

Organik Cair, dan TSP Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Serta Kuantitas Benih Alfalfa Tropika (Medicago sativa.L). J Mediagro. 3(1):67-80.

Supraptohardjo D. 1982. Klasifikasi Tanah Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah.

Suriatna S. 2002. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta (ID): Penerbit PT. Medyatama Sarana Perkasa.

Susanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Triwidyaratih A. 2011. Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usaha ternak sapi perah pada anggota Kaum-Mandiri di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wheeler WA. 1950. Forage and Pasture Crops. New Jersey (GB): DVan Nostrand Company Inc.

Whiteman PC. 1980. Tropical Pasture Science. Oxford (GB): Oxford University Pr.

(24)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rancangan pola pengacakan dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan Bedeng 2 Lampiran 2 Hasil ANOVA jumlah daun bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 6076,291

Perlakuan 4 1489,884 372,471 0,893 3,357 5,6683 NS Galat 11 4586,407 416,946

Keterangan : SK = Sumber Keragaman; JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat Tengah; F = Faktor hitung; Sig. = Signifikansi

Lampiran 3 Hasil ANOVA pertambahan jumlah daun bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 75,016

Perlakuan 4 18,394 4,598 0,893 3,357 5,6683 NS Galat 11 56,622 5,147

Lampiran 4 Hasil ANOVA tinggi tanaman bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 148,566

(25)

13

Lampiran 5 Hasil ANOVA pertambahan tinggi tanaman bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 33,044

Perlakuan 4 5,239 1,310 0,518 3,357 5,6683 NS Galat 11 27,805 2,528

Lampiran 6 Hasil ANOVA persentase daya tumbuh benih bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 689,652

Perlakuan 4 243,849 60,962 1,504 3,357 5,6683 NS Galat 11 445,803 40,528

Lampiran 7 Hasil ANOVA berat segar daun bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 861,349

Perlakuan 4 201,589 50,397 0,840 3,357 5,6683 NS Galat 11 659,760 59,978

Lampiran 8 Hasil ANOVA berat kering oven 60o daun bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 31,237

Perlakuan 4 8,244 2,061 0,986 3,357 5,6683 NS Galat 11 22,993 2,090

Lampiran 9 Hasil ANOVA berat segar batang bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 93,877

Perlakuan 4 20,331 5,083 0,760 3,357 5,6683 NS Galat 11 73,547 6,686

Lampiran 10 Hasil ANOVA berat kering oven 60o batang bedeng-1

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 15 2,129

(26)

14

Lampiran 11 Perhitungan pemberian pupuk

Standarisasi kebutuhan nitrogen m-2 = 50 kg N ha-1 = 15 g N3m-2 (Widyati 2009) 1. Perhitungan penggunaan pupuk NPK

Ketersediaan N dalam pupuk NPK :

50 kg

/10 000 = 0.005 kg m-2 = 5 g m-2 = 15 g N m-2

= 15 g N m-2 dalam 45 g 3m-2 Kebutuhan NPK

P1 = 45 g3m-2x 3 = 135 g 3m-2 2. Pupuk kandang ayam

Ketersediaan nitrogen dalam pupuk kandang ayam = 15 kg Nton-1 Maka : 50 kg/15 kg = 3.33tonha-1

3.33 ton

/10 000 = 0.000333 tonm-2

= 0.333 kgm-2 = 1 kg 3m-2 Kebutuhan pupuk kandang ayam

Pengapuran = 6 kg 3m-2 x 15 = 90 kg3m-2 P2 = 1 kg 3m-2 x 3 =3 kg 3m-2 P4 = 0.5 kg 3m-2 x 3 =1.5 kg 3m-2+

94.5 kg 3m-2 3. Pupuk kandang sapi

Ketersediaan nitrogen dalam pupuk kandang sapi = 5 kg Nton-1 Maka : 50 kg/5 kg = 10 ton

10 ton

/10 000 = 0.001 ton m-2

= 1 kg m-2 =3 kg3m-2 Kebutuhan pupuk kandang sapi

P3 = 3 kg 3m-2 x 3 = 9kg 3m-2

P5 = 1.5 kg 3m-2 x 3 = 4,5 kg 3m-2 + 13.5 kg 3m-2 4. Urin sapi

Ketersediaan nitrogen dalam urin sapi = 1 % dari setiap pemberian.

Untuk memberikan standarisasi kebutuhan 50 kg N ha-1 diasumsikandiberikan urin sebanyak = 5000 kgurin ha-1

(27)

15

Lampiran 12 Pertumbuhan tanaman alfalfa

Alfalfa pada hari ke-8 Alfalfa pada hari ke-10

Alfalfa pada hari ke-14 Alfalfa hari ke 21

(28)

16

Lampiran 13 Kondisi lapang

Bentuk bedeng Jarak Antar Lobang Tanam

(29)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 6 Juni 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Odih Setiadi dan Sri Mulyani. Pendidikan penulis diawalipada tahun 1996 di TK Pertiwi Tangerang, kemudian dilanjutkan di bangku sekolah dasar di SDN Pondok Kacang Timur III, Tangerang Selatan pada tahun 1997 hingga tahun 2003. Penulis melanjutkan sekolah di SMP Negri 3 Tangerang pada tahun 2003 dan memasuki sekolah menengah atas pada tahun 2006 hingga tahun 2009 di SMA Negri 10 Tangerang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

di Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, melalui Ujian Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009.

Selama masa studi di IPB penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti Famm Al-An’aam pada tahun 2010-2011 pada divisi Keputrian, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-D) pada tahun 2010-2011 pada divisi Riset dan Pengembangan Mahasiswa Internal, dan Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMASITER) 2011-2012 pada divisi Kewirausahaan, serta menjadi ketua penyelenggara D’Catra pada 2011. Selain kegiatan organisasi, penulis juga aktif di kegiatan non-organisasi seperti perkusi (D’Ransum Percussion) sejak tahun 2011-2013 dan teater (Teater Kandang) 2011-2013. Penulis juga merupakan salah satu penerima beasiswa ASTAGA pada tahun 2009 dan beasiswa BBM pada tahun 2010.

UCAPAN TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi empiris yang diperoleh sangat bermanfaat untuk meramalkan kondisi proses di dalam pembuatan microsphere berdiameter sesuai yang diinginkan, misalnya sebagai

Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang kami hormati, Dalam rangka penyelesaian tugas akhir penyusunan Tesis pada Program Study Magister Administrasi Publik Universitas Terbuka Jakarta, bersama

Kallinkankaan laella ja ylärinteillä, noin 30–40 metrin korkeudella esiintyy hieman vyömäisesti ja hajallaan kohtalaisen edustavia rantakivikoita, jotka ovat synty-

Masalah yang terjadi diatas adalah bagaimana mencari solusi untuk membantu para klien dan kandidat memperoleh tenaga kerja bagi klien sesuai dengan kriteria yang diinginkan

Secara klinis, pengetahuan tentang keselamatan pasien yang baik meningkatkan sikap yang baik tentang keselamatan pasien pada residen obstetri dan ginekologi dalam pelayanan di

Didapatkan hasil penelitian adalah ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola) tidak memiliki daya antibakteri yang kuat sehingga tidak dapat menghambat

Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat, dengan melibatkan banyaknya unsur yang menjadi pemain di dalam teknologi tersebut, maka sistem keamanan

surat dakwaan tidak memenuhi ketentuan syarat materiil tersebut maka surat dakwaan tersebut dapat dibatalkan. Mengingat pentingnya surat dakwaan untuk dapat