• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENINGKATAN INVESTASI DI SEKTOR

PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI

PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

ANNISA MEIDIANTY

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Annisa Meidianty

(4)

ABSTRAK

ANNISA MEIDIANTY. Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja. Dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI.

Industrialisasi pertanian dianggap penting bagi perekonomian Indonesia, karena dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan memperluas pasar produk pertanian. Peningkatan nilai investasi pada sektor pertanian dan agroindustri berperan dalam mencapai tujuan industrialisasi pertanian yaitu memperbaiki distribusi pendapatan dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sektor pertanian dan agroindustri terhadap perekonomian Indonesia dan menganalisis dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dengan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian dan agroindustri berperan penting dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri secara bersamaan lebih baik dalam memperbaiki distribusi pendapatan dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dibandingkan peningkatan investasi pada sektor agroindustri saja.

Kata kunci : agroindustri, investasi, pertanian, SNSE

ABSTRACT

ANNISA MEIDIANTY. The Impact of Increased Investment in Agricultural and Agroindusty Sector on Income Distribution and Labor Absorption. Supervised by WIWIEK RINDAYATI.

Agricultural industrialization is important for Indonesian economy, because it can increase value-added and market size of agricultural products . An increased investment in agriculture and agroindustry sector can play a part in achieving the goal of agricultural industrialization which is improving income distribution and increasing labor absorption . The objectives of this study are to analyze the role of agricultural and agroindustry sector in Indonesian economy and to analyze the impact of the increased investment in agricultural and agroindustry sector on income distribution and labor absorption using Social Accounting Matrix (SAM) approach. The result of this study shows that agriculture and agroindustry sector have important role on Indonesian economy. It also shows that increased investment in agriculture and agroindustry sector will have greater impact in improving income distribution and increasing labor absorption compared to the increased investment in agroindustry sector only.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DAMPAK PENINGKATAN INVESTASI DI SEKTOR

PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI

PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah H. Ide Guswandi dan ibu Hj. Erni Wilda atas kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak pernah putus baik moril maupun materil. Terima kasih untuk adik Farhan Dheni Aulia untuk semangat dan doanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan, kritik serta motivasi dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji utama dan Dr. Eka Puspitawati selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik, saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

3. Para dosen dan staff akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB atas ilmu dan bantuannya kepada penulis.

4. Teman-teman satu bimbingan : Khairunnisa, Oktavina Widya, Dian Rahmadhani dan Selamet Widodo atas dukungan dan bantuannya kepada penulis.

5. Sahabat-sahabat penulis : Agnes Eka, Ramadhian, Kurnia Sekar Negari, Ika Fauziah dan Rusy Laytifah serta teman-teman ESP 48 dan Sharia Economics Student Club (SES-C) atas semangat dan motivasinya kepada penulis.

6. Pihak-pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Investasi 6

Konsep Pembangunan Ekonomi 7

Tahap Pembangunan Pertanian 7

Social Accounting Matrix (SAM) 8

Komponen Pendapatan Nasional 10

Penelitian Terdahulu 11

Kerangka Pemikiran 13

METODOLOGI PENILITIAN 14

Data dan Sumber Data 14

Metode Analisis 15

Analisis Multiplier 15

Analisis Simulasi Kebijakan 16

Asumsi dan keterbatasan model 18

GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 18

Investasi Asing dan Investasi dalam Negeri 20

Ketenagakerjaan 21

Distribusi Pendapatan 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Peran Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Nasional 23

(10)

Pengganda pendapatan institusi 25

Pengganda produksi 26

Pengganda total (GM) 28

Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri

terhadap Distribusi Pendapatan 30

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri

terhadap pendapatan faktor produksi 30

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri

terhadap pendapatan institusi 31

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri

terhadap pendapatan sektor produksi 32

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri

terhadap penyerapan tenaga kerja 34

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

(11)

DAFTAR TABEL

1 Laju pertumbuhan produk domestik bruto sektor pertanian dan industri pengolahan non-migas atas dasar harga konstan 1993 1998 –

2001 (%) 1

2 Jumlah tenaga kerja menurut sektor ekonomi, 2010-2014 2 3 Realisasi investasi sektor pertanian dan agroindustri tahun 2012-2014

5

4 Kerangka dasar SNSE 9

5 Nilai investasi sektor pertanian dan agroindustri tahun 2013, 2014 dan

nilai injeksi pada tabel SNSE 17

6 Sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi, 2010-triwulan III 2014

sisi pengeluaran (%) 19

7 Sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi, 2010-triwulan III 2014

sisi produksi (%) 19

8 Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA), 2012-2014 (US$ juta) 20 9 Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), 2012-2014 (Rp

miliar) 21

10 Jumlah tenaga kerja berdasarkan sektor, 2010-2014 22 11 Pengganda nilai tambah berdasarkan SNSE 2008 24

12 Pengganda institusi berdasarkan SNSE 2008 26

13 Pengganda produksi berdasarkan SNSE 2008 28

14 Pengganda total berdasarkan SNSE 2008 29

15 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap pendapatan faktor

produksi 31

16 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap pendapatan

institusi 32

17 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap pendapatan faktor

produksi 33

18 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap penyerapan tenaga

kerja 35

DAFTAR GAMBAR

1 Kontribusi sektor perekonomian terhadap PDB (%), 1998 – 2014 2

2 Kerangka pemikiran 14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nomor kode dan nama neraca pada SNSE 2008 39

2 Nilai pengganda faktor produksi dan institusi sektor pertanian dan

agroindustri berdasarkan SNSE 2008 42

3 Nilai injeksi investasi pada sektor agroindustri (simulasi 1) 43 4 Nilai injeksi investasi pada sektor pertanian dan agroindustri (simulasi

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang penting bagi negara berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari peran sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utama masyarakat negara berkembang khususnya yang tinggal di pedesaan. Selain itu, sektor pertanian juga menyerap banyak tenaga kerja. Johnston dan Mellor (1961) mengemukakan lima peran pertanian dalam perekonomian negara berkembang yaitu : 1) pertumbuhan sektor pertanian adalah salah satu karakteristik pembangunan ekonomi, 2) pertumbuhan ekspor dari produk pertanian meningkatkan pendapatan dan penerimaan devisa, 3) penyedia tenaga kerja bagi sektor manufaktur dan sektor lanjutan lainnya, 4) sektor pertanian adalah kontributor utama bagi kapital yang dibutuhkan untuk investasi industri sekunder, dan 5) sektor pertanian menyediakan pasar bagi sektor industri karena banyaknya penduduk di pedesaan.

Saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, sektor pertanian berhasil menjadi sektor yang dapat bertahan dan menyelamatkan perekonomian nasional di tengah terpuruknya sektor-sektor industri yang banyak menggunakan input impor (tabel 1). Selain sektor pertanian primer, sektor agroindustri yang merupakan sektor industri berbasis pertanian juga berhasil bertahan dari krisis karena kemampuan sektor agroindustri dalam menggunakan bahan baku dari dalam negeri.

Tabel 1 Laju pertumbuhan produk domestik bruto sektor pertanian dan industri pengolahan non-migas atas dasar harga konstan 1993 1998 – 2001 (%)

Jenis Industri 1998 1999 2000 2001

Pertanian, peternakan, kehutanan dan

perikanan -1.13 2.16 1.88 0.98

Makanan, minuman dan tembakau -0.23 4.65 2.41 0.85 Tekstil, barang kulit dan alas kaki -14.87 8.50 10.83 7.48 Barang kayu dan hasil hutan lain -25.48 -13.54 6.72 -2.23 Kertas dan barang cetakan -4.04 2.29 5.87 -5.05 Pupuk, kimia dan barang dari karet -16.01 10.26 10.45 17.34 Semen dan barang galian bukan logam -29.75 5.24 6.38 16.96 Logam dasar besi dan baja -26.91 -0.21 13.11 -0.47 Alat angkutan, mesin dan peralatan -52.35 -10.27 42.90 21.30

Barang lainnya -36.02 -1.51 15.67 23.72

Sumber : BPS, 2001

(14)

2

Tabel 2 Jumlah tenaga kerja menurut sektor ekonomi, 2010-2014

Sektor ekonomi Jumlah tenaga kerja (juta orang) 2010 2011 2012 2013 2014

Ket : data diambil pada bulan Agustus setiap tahunnya Sumber : BPS, diolah Bappenas (2015)

Besarnya jumlah tenaga kerja ternyata tidak sejalan dengan pertumbuhan PDB sektor pertanian. Sejak tahun 1998 hingga 2014, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional cenderung menurun seperti yang diperlihatkan dalam gambar 1.

Sumber : BPS (diolah)

Gambar 1 Kontribusi sektor perekonomian terhadap PDB (%), 1998 – 2014 Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB meskipun banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor tersebut menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja sektor pertanian relatif rendah. Kondisi ini akan berdampak pada menurunnya kesejahteraan masyarakat pertanian dan memperlebar ketimpangan distribusi pendapatan.

Bergesernya struktur perekonomian dari perekonomian berbasis pertanian menjadi perekonomian berbasis industri menghendaki adanya keseimbangan pembangunan antara keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian dengan sektor

0

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(15)

3 industri, karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih menjadikan pertanian sebagai lapangan pekerjaan utama. Karena pembangunan agroindustri dianggap menjadi jalan keluar sehingga terjadi keseimbangan antara pembangunan sektor pertanian dengan sektor industri.

Menurut Departemen Pertanian (2005) menyebutkan bahwa paling sedikit terdapat lima alasan kenapa agroindustri penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional masa depan, yaitu : (1) industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif, yang pada akhirnya akan memperkuat daya saing produk agribisnis Indonesia; (2) produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional secara keseluruhan; (3) memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir

(forward and backward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya; (4) memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya; dan (5) memiliki peluang untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional dari pertanian ke industri dengan agroindustri sebagai motor penggeraknya.

Pembangunan agroindustri dengan daerah pedesaan sebagai wilayah penunjang dan penyedia bahan baku telah menjadi program pemerintah sejak tahun 2005. Pembangunan agroindustri di pedesaan diharapkan dapat mengurangi gap

antara daerah perkotaan dan pedesaan, sehingga tercapai distribusi pendapatan yang merata. Sementara beberapa tahun terakhir, industrialisasi produk pertanian pun kembali menjadi prioritas utama pemerintah, di mana agroindustri ditetapkan sebagai salah satu industri andalan masa depan. Sesuai dengan tujuan pembangunan pemerintah yang dikenal dengan triple track strategy yaitu pro-growth, pro-job dan

pro-poor, maka industrialisasi pertanian diharapkan dapat berperan besar dalam meningkatkan perekonomian nasional, menyediakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya tenaga kerja sektor pertanian dan meningkatnya tenaga kerja pada sektor industri. Dalam pelaksanaannya, pelaksanaan industrialisasi pertanian memerlukan berbagai sarana pendukung, di antaranya investasi baik investasi pemerintah maupun investasi dari pihak swasta.

(16)

4

pada sektor agroindustri, pemerintah melakukan berbagai kebijakan sehingga investor berminat untuk menanamkan modalnya. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain dengan memberikan insentif pajak dan insentif investasi.

Rumusan Masalah

Pembangunan perekonomian bagi seluruh negara memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, di samping meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi. Suatu negara harus menghadapi berbagai kendala dalam membangun perekonomiannya, di antaranya penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan yang tidak merata.

Rendahnya daya saing produk pertanian Indonesia yang sebagian besar masih berupa barang primer membuat produktivitas dan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia semakin menurun. Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB membuat kesejahteraan tenaga kerja Indonesia yang sebagian besar terserap pada sektor pertanian semakin menurun. Sementara sektor industri yang menjadi andalan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi membuat pembangunan ekonomi menjadi terpusat di kota-kota besar sehingga memperparah ketimpangan pendapatan antara masyarakat kota dengan masyarakat di pedesaan yang sebagian besar masih bergantung pada sektor pertanian.

Berdasarkan data dan latar belakang yang telah dipaparkan, pengembangan agroindustri atau industri berbasis pertanian menjadi penting agar tidak terjadi ketimpangan antara sektor pertanian dan sektor non-pertanian yang juga dapat berdampak pada pengurangan kemiskinan dan ketimpangan. Studi oleh FAO dan UNINDO (2009) menyebutkan bahwa agroindustri dapat menjadi faktor yang kuat dalam pembangunan ekonomi, karena selain mampu menyerap banyak tenaga kerja, dari sudut pandang investasi luar negeri dan perdagangan internasional, produk-produk agroindustri akan lebih berdaya saing dibandingkan dengan produk-produk dari pertanian kecil. Pemerintah sendiri sudah mencanangkan program industrialisasi pertanian dengan tujuan agar produk-produk pertanian memiliki nilai tambah yang besar sehingga dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, industrialisasi pertanian juga diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan sehingga distribusi pendapatan semakin merata.

(17)

5 karena terjadi kenaikan nilai investasi yang signifikan pada sektor pertanian dan sektor agroindustri (tabel 3).

Tabel 3 Realisasi investasi sektor pertanian dan agroindustri tahun 2012-2014

Sektor PMA ( US$ juta) PMDN (Rp miliar) Sumber : BPKM, 2015 (diolah)

Meskipun terdapat kenaikan nilai investasi, namun dapat terlihat bahwa terdapat ketimpangan nilai investasi yang sangat jauh antara sektor tanaman pangan dan perkebunan dan sektor industri makanan dengan sektor pertanian dan agroindustri lainnya. Hal tersebut dikarenakan pengembangan industrialisasi pertanian oleh pemerintah sebagian besar terfokus pada produk-produk di sektor tanaman pangan dan perkebunan yang berbasis pengusaha besar seperti CPO, sehingga investasi yang didorong pun adalah investasi pada sektor industri berbasis pertanian pangan dan perkebunan. Padahal sektor pertanian dan agroindustri mempunyai lingkup yang luas, sehingga menurut Direktur Eksekutif Institute for Sustainable Agriculture and Rural Livelihood (Elsppat) Daniel Mangoting, banyak tenaga kerja di sektor pertanian lainnya menjadi tidak terserap.

Berdasarkan paparan di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peranan sektor pertanian dan agroindustri terhadap perekonomian Indonesia?

2. Bagaimana dampak peningkatan investasi terhadap distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis peranan sektor pertanian dan agroindustri dalam perekonomian Indonesia.

(18)

6

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi penulis, kalangan akademisi dan pelaku industri antara lain :

1. Sebagai bahan studi komparatif bagi penelitian yang berkaitan dengan investasi sektor pertanian dan agroindustri.

2. Sebagai bahan pertimbangan kebijakan untuk pengembangan sektor pertanian dan agroindustri.

3. Pengaplikasian ilmu yang telah dipelajari selama rentang waktu perkuliahan sebagai manfaat bagi penulis.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian akan menggunakan tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia ukuran 105 x 105 yang diterbitkan BPS tahun 2008. Tabel SNSE 2008 adalah tabel SNSE terakhir yang dipublikasikan oleh BPS. Karena BPS belum memperbaharui tabel SNSE hingga tahun 2015, maka dapat dikatakan bahwa tabel SNSE tahun 2008 masih relevan untuk dianalisis. Data pendukung yang digunakan adalah data-data terbaru yang didapatkan dari BPS.

Fokus dalam penelitian ini adalah sektor pertanian dan agroindustri di mana pada tabel SNSE, sektor agroindustri yang akan diinjeksi adalah sektor dengan dengan kode sektor 35 dan 37 yaitu industri makanan, minuman dan tembakau serta industri kayu dan barang dari kayu. Sementara sektor pertanian primer yang akan diberikan injeksi pada penelitian ini adalah sektor dengan kode sektor 28, 30, 31 dan 32 yaitu sektor pertanian tanaman pangan, sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sektor kehutanan dan perburuan dan sektor perikanan. Injeksi pada sektor-sektor tersebut didasarkan pada ketersediaan data aktual yang didapatkan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang akan digunakan pada penelitian ini. Industri kertas dan pulp tidak dimasukkan dalam pengelompokkan karena industri kertas dan pulp menjadi satu kelompok dengan industri alat angkutan, logam dan industri lainnya. Penelitian ini tidak mendisagregasi tabel SNSE sesuai dengan industri-industri pada sektor industri agro karena keterbatasan ilmu dari penulis.

TINJAUAN PUSTAKA

Investasi

(19)

7 Sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa sekitar setengah dari pertumbuhan pendapatan agregat pada 9 negara maju sejak tahun 1975 lebih disebabkan oleh adanya ekspansi input modal fisikal riil di negara tersebut. Banyak studi yang mengungkapkan bahwa rendahnya tingkat investasi di AS pada tahun 1970-an (sebesar 18 persen dari GNP, terendah di antara negara-negara industri pada masa itu) sebagai penyebab utama dari rendahnya tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita negara tersebut sejak tahun 1970-an, dibandingkan dengan Jepang dan negara-negara di kawasan Eropa Barat (Arsyad, 2010). Pada penelitian dengan pendekatan SNSE, pengeluaran investasi diartikan dengan investasi dari pihak swasta, karena investasi yang dikeluarkan pemerintah seperti pembangunan infrastruktur digolongkan dalam pengeluaran dari anggaran pemerintah.

Konsep Pembangunan Ekonomi

Todaro dan Smith (2010) mengemukakan tiga tujuan pembangunan ekonomi yaitu : 1) meningkatkan ketersediaan dan perluasan distribusi barang-barang kebutuhan pokok, 2) meningkatkan kualitas kehidupan, termasuk di dalamnya perluasan lapangan kerja dan perbaikan kualitas pendidikan, dan 3) memperluas pilihan-pilihan ekonomi dan sosial masyarakat.

Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan secara fisik maupun sikap pandang masyarakat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh proses sosial, ekonomi dan institusi untuk mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

Tahap Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian terdiri dari tiga tahap, yaitu pertanian tradisional, tahap penakeragaman produk pertanian dan tahap pertanian modern. Pertanian tradisional adalah tahap pembangunan pertanian di mana produksi pertanian ditujukan untuk konsumsi sehingga jumlahnya hampir sama. Pertanian tradisional memiliki tingkat produktivitas yang rendah karena masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana.

Tahap penakeragaman produk pertanian adalah tahap di mana produk pertanian pokok tidak lagi mendominasi dan perlahan-lahan digantikan dengan produk pertanian yang ditujukan untuk perdagangan seperti teh, kopi dan buah-buahan. Perubahan tersebut juga dikombinasikan dengan peternakan sederhana.

(20)

8

Social Accounting Matrix (SAM)

Social Accounting Matrix (SAM) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) adalah teknik yang berhubungan dengan penghitungan pendapatan ekonomi yang menyediakan konsep dasar untuk menilai pertumbuhan ekonomi dan isu distribusi dengan satu kerangka kerja dalam perekonomian (Huseyin, 1996).

Round (1981) mendefinisikan SAM sebagai sistem perhitungan tunggal di mana masing-masing komponen makroekonomi diwakilkan oleh kolom untuk pengeluaran, dan baris untuk pemasukan. BPS (2003) menyebutkan bahwa SNSE merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matrik yang merangkum berbagai variabel sosial dan ekonomi secara kompak dan terintegrasi sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara dan keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial pada suatu waktu tertentu.

(21)

9 Tabel 4 Kerangka dasar SNSE

Pengeluaran

Penerimaan

Neraca Endogen Neraca

Endogen Jumlah

Faktor Institusi Sektor

1 2 3 4 5

Tujuan menggunakan SNSE adalah untuk melihat kinerja sosial ekonomi suatu wilayah secara makro, seperti (BPS, 2003) :

(22)

10

2. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang diterima oleh faktor- faktor produksi tenaga kerja dan modal.

3. Distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga.

4. Pola pengeluran rumah tangga.

5. Distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka bekerja termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai balas jasa tenaga kerja yang mereka sumbangkan.

Melalui penggunaan SNSE, kinerja ekonomi dan sosial suatu negara atau propinsi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional, termasuk masalah-masalah distribusi pendapatan, baik distribusi pendapatan rumah tangga maupun distribusi pendapatan faktorial, dan juga pola pengeluaran rumah tangga, dapat ditelaah. Data SNSE menggunakan kerangka keseimbangan umum, hal yang sama pada tabel I-O. Tetapi cakupan SNSE lebih luas dari tabel I-O. Tabel I-O menyajikan informasi mengenai distribusi pendapatan, konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja tetapi secara agregat sehingga perincian secara mendalam tidak dapat dilakukan. Selama ini distribusi pendapatan dalam I-O hanya menurut sektor ekonomi, tidak menurut golongan tenaga kerja/rumah tangga. Jumlah tenaga kerja hanya dirinci menurut sektor ekonomi tanpa merinci apakah tenaga kerja tersebut bekerja sebagai manajer, staf, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Wagner (1999) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010), ada tiga keuntungan menggunakan model SAM dalam suatu perencanaan ekonomi. Pertama, SAM dapat menggambarkan struktur perekonomian, keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri. Berarti model SAM dapat menjelaskan keterkaitan antara permintaan, produksi, dan pendapatan di dalam suatu kawasan perekonomian. Kedua, SAM mampu memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah. Ketiga, penghitungan multiplier dalam SAM mampu mengukur dampak dari suatu aktivitas terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, yang menggambarkan struktur perekonomian.

Komponen Pendapatan Nasional

Teori makroekonomi membagi pendapatan nasional (PDB) ke dalam 4 komponen, yaitu konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto (NX). Apabila PDB dilambangkan dengan Y, maka :

Y = C + I + G + NX

(23)

11 jalan, dan lainnya. Sedangkan ekspor neto merupakan selisih antara nilai ekspor dan nilai impor suatu negara.

Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan pendekatan SAM atau SNSE telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adelman dan Robinson (1986) menganalisis tentang dampak kebijakan di sektor pertanian Amerika Serikat dengan menggunakan tabel SAM Amerika Serikat tahun 1982. Adelman dan Robinson menganalisis nilai pengganda (multiplier) dekomposisi (decomposed multiplier) yang kemudian diinjeksi dengan

shock berupa kebijakan. Kebijakan yang diinjeksikan pada tabel SAM oleh Adelman dan Robinson adalah : 1) peningkatan ekspor sektor pertanian; 2) peningkatan ekspor sektor industri pengolahan; 3) peningkatan nilai tambah sektor pertanian; 4) peningkatan pendapatan rumah tangga akibat transfer dari pemerintah dalam bentuk subsidi atau pengurangan pajak, sehingga pada penelitian Adelman dan Robinson, neraca pemerintah dijadikan sebagai neraca eksogen. Hasil penelitian menyebutkan bahwa peningkatan nilai tambah sektor pertanian akan lebih banyak meningkatkan nilai tambah petani. Peningkatan ekspor sektor pertanian akan lebih banyak meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Peningkatan ekspor industri pengolahan akan lebih banyak meningkatkan nilai tambah sektor non-pertanian. Sedangkan peningkatan transfer pemerintah kepada rumah tanggaakan lebih banyak meningkatkan nilai tambah sektor non-pertanian.

Keuning dan Thorbecke (1989) menganalisis tentang dampak pengurangan anggaran pemerintah terhadap distribusi pendapatan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SNSE Indonesia tahun 1980 berukuran 106 x 106 yang didisagregasi menjadi SNSE berukuran 75 x 75. Peneliti melihat dampak pengurangan anggaran pemerintah tersebut melalui 6 simulasi kebijakan dengan hasil analisis yaitu pengurangan investasi pada sektor pertanian akan menurunkan tingkat penyerapan tenaga kerja dan upah tenaga kerja pada sektor pengolahan. Selain itu pengurangan anggaran untuk pendidikan dapat menurunkan pendapatan tenaga kerja terlatih, dan secara tidak langsung akan menurunkan pendapatan rumah tangga.

Townsend dan McDonald (1998) menganalisis tentang dampak perubahan kebijakan pada sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan di Afrika Selatan. Penelitian Townsend dan McDonald menggunakan tabel SAM Afrika Selatan tahun 1988 berbentuk matriks ukuran 112 x 112. Peneliti menganalisis dampak kebijakan pertanian di Afrika Selatan dengan menghitung multiplier keterkaitan ke depan dan ke belakang, multiplier nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja, serta multiplier pendapatan faktor dan pendapatan rumah tangga. Hasil penghitungan multiplier tersebut digunakan untuk melakukan simulasi kebijakan. Hasil menelitian Townsend dan McDonald yaitu kebijakan pertanian di Afrika Selatan dapat menstimulasi pertumbuhan sektor perekonomian lainnya dan telah mencapai tujuan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan. Kebijakan yang direkomendasikan untuk meningkatkan pemerataan distribusi pendapatan adalah mengurangi bantuan baik dalam bentuk harga maupun non-harga.

(24)

12

yang diolah oleh Backe (2005) dengan penyederhanaan sehingga tabel SNSE yang digunakan menjadi tabel SNSE dengan ukuran 29x29 dan penghitungan elastisitas tenaga kerja terhadap PDB. Simulasi yang dilakukan adalah injeksi pada PMA dan PMDN sebesar 1 triliun rupiah yang didistribusikan pada sektor pertanian, sektor agroindustri dan sektor lainnya melalui 8 skenario kebijakan. Hasil analisis Kalangi menyebutkan bahwa kenaikan PDB sebesar 1% akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 66 ribu sampai 2.7 juta orang, dengan rata-rata tenaga kerja yang terserap sebesar 917 ribu orang. Sementara melalui injeksi investasi, skenario pemberian investasi pada sektor pertanian dan pemberian investasi pada sektor pertanian dan agroindustri secara bersamaan akan memiliki dampak yang lebih besar pada peningkatan rumah tangga pedesaan sehingga dapat memperbaiki distribusi pendapatan.

Susilowati (2007) meneliti tentang dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia dengan pendekatan Social Accounting Matrix (SAM) tahun 1998 dan 2003 di mana sektor agroindustri pada tabel SNSE dikelompokkan menjadi menjadi sektor agroindustri makanan dan agroindustri non-makanan. Hasil analisis Susilowati adalah sektor agroindustri non-makanan memiliki pengganda output lebih tinggi dibandingkan sektor agroindustri makanan dan sektor pertanian primer. Sektor agroindustri non-makanan juga meningkatkan PDB nasional melalui nilai tambah yang ditunjukkan melalui pengganda keterkaitan sektor. Namun dalam penyerapan tenaga kerja, sektor agroindustri makanan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan sektor agroindustri non-makanan dan sektor pertanian primer. Pengembangan sektor agroindustri kurang dirasakan oleh golongan rumah tangga buruh dan petani, melainkan lebih banyak manfaatnya terhadap rumah tangga non-pertanian di perkotaan. Pengembangan sektor agroindustri makanan akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar bagi rumah tangga buruh dan rumah tangga pertanian, sementara pengembangan sektor agroindustri non-makanan lebih meningkatkan pendapatan rumah tangga non-pertanian. Agar pengembangan sektor agroindustri dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasional, perlu diimbangi dengan peningkatan produktivitas sektor pertanian primer dan pengembangan sektor agroindustri, khususnya sektor agroindustri kecil dan menengah.

Sarmila (2013) menganalisis peranan investasi pada sektor peternakan terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Data yang digunakan oleh Sarmila adalah tabel SNSE tahun 2008 berbagai data pendukung. Sarmila menginjeksikan dana pagu indikatif Kementerian Pertanian untuk program swasembada daging sapi (PSDS) tahun 2014 sebesar 2.5 triliun rupiah sebagai investasi pemerintah pada sektor produksi pertanian. Berdasarkan penelitian Sarmila, dana PSDS tersebut dapat meningkatkan pendapatan tenaga kerja di seluruh sektor yang terkait dengan peternakan sebesar 3 227.87 miliar rupiah dan penyerapan tenaga kerja berdasarkan domisili mencapai 140 194 orang. Sarmila menarik kesimpulan bahwa dengan dana tersebut, target jumlah penyerapan tenaga kerja dengan adanya PSDS dapat tercapai.

(25)

13 pengganda yang merupakan dasar bagi analisis simulasi kebijakan melalui pendekatan SNSE.

Kerangka Pemikiran

Pembangunan sektor pertanian melalui industrialisasi pertanian dengan pengembangan agroindustri merupakan solusi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Industrialisasi pertanian juga diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pedesaan sehingga dapat memperbaiki distribusi pendapatan. Investasi merupakan komponen yang penting dalam industrialisasi pertanian, karena modal diperlukan baik pada sektor hulu maupun hilir. Penanaman investasi juga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, sehingga kenaikan investasi dapat berperan dalam pencapai tujuan industrialisasi pertanian.

(26)

14

Gambar 2 Kerangka pemikiran

METODOLOGI PENILITIAN

Data dan Sumber Data

(27)

15

Metode Analisis

Analisis dalam penelitian ini menggunakan neraca SNSE berukuran 105x105. Neraca SNSE 2008 terdiri dari 101 neraca endogen dan 4 neraca eksogen. Neraca endogen meliputi neraca faktor produksi (17 neraca), neraca institusi (10 neraca), neraca sektor produksi (24 neraca), neraca margin perdagangan dan margin pengangkutan, neraca komoditas domestik (24 neraca) dan komoditas impor (24 neraca). Sedangkan neraca eksogen terdiri dari neraca kapital, pajak tidak langsung, subsidi dan luar negeri. Pada analisis neraca SNSE digunakan analisis pengganda neraca dan analisis simulasi kebijakan. Analisis ini dilakukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan ekonomi terhadap perekonomian Indonesia dan penyerapan tenaga kerja sesuai dengan tujuan penelitian Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel 2013.

Analisis Multiplier

Terdapat dua macam analisis multiplier dalam pengolahan model SAM, yaitu accounting SAM (pengganda neraca) dan fixed price multiplier (pengganda harga tetap). Analisis pengganda neraca pada SAM kurang lebih sama dengan analisis pengganda neraca pada model Input-Output yang meliputi own multiplier, other linkage multiplier dan total multiplier. Sedangkan analisis pengganda harga tetap dihunakan untuk mengukur respons rumah tangga terhadap perubahan neraca eksogen yang memperhitungkan expenditure propensity.

Matriks SAM sederhana dapat dituliskan dengan persamaan umum sebagai berikut :

Y = T + X ……..……….(1)

dimana Y adalah pendapatan/pengeluaran, T adalah transaksi dan X adalah neraca eksogen. Sedangkan matriks T dapat ditulis sebagai berikut :

� = (�0 �0 �0

0 � � ) ……...……….(2)

Jika besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, Aij, dianggap sebagai perbandingan antara pengeluaran sektor j untuk sektor ke-i dengan total pengeluaran ke j (Yj), maka :

Aij = Tij / Yj ………..……….(3)

dengan matriks Aij dapat disusun sebagai berikut :

�� = (

0 0 �

� � 0

0 � � ) ……….………...(4)

Jika persamaan (1) dibagi dengan Y, maka : Y/Y = T/Y + X/Y, karena A = T/Y maka

(28)

16

Y = Ma X ………..(5)

dimana Ma = (I – A)-1 merupakan matriks pengganda neraca.

Berdasarkan nilai Ma dapat dilihat nilai pengganda neraca, sementara bila nilai pengganda tersebut diberikan stimulus atau injeksi pada neraca eksogen (X), dapat dilihat besaran perubahan nilai neraca tersebut yang akan dilihat melalui analisis simulasi kebijakan. Nilai pengganda neraca sendiri terdiri dari :

1. Pengganda nilai tambah atau value-added multiplier (VAM) merupakan pengaruh suatu sektor perekonomian terhadap pendapatan nasional (PDB) atau pendapatan daerah (PDRB). Nilai pengganda nilai tambah didapatkan dengan menjumlahkan nilai pengganda di neraca faktor produksi yang terdiri dari neraca pendapatan tenaga kerja dan modal sepanjang kolom sektor ke-i. Karena salah satu komponen VAM adalah pengganda tenaga kerja, maka dapat juga dilihat pengaruh sektor produksi terhadap pendapatan tenaga kerja.

2. Pengganda institusi merupakan pengaruh suatu sektor perekonomian terhadap pendapatan institusi. Nilai pengganda ini dihitung dari dari penjumlahan nilai pengganda pendapatan rumah tangga atau household income multiplier (HIIM), pengganda pendapatan perusahaan atau private income multiplier (PIM) dan pengganda pendapatan pemerintah atau government income multiplier (GIM) sepanjang kolom sektor ke-i. Nilai HIIM juga dapat digunakan untuk melihat distribusi pendapatan kelompok-kelompok rumah tangga dalam suatu negara atau daerah.

3. Pengganda produksi atau production multiplier (PROM) menunjukkan pengaruh suatu sektor produksi terhadap perubahan produksi total dalam perekonomian. Pengganda produksi didapatkan dengan menjumlahkan nilai

own multiplier dan pengganda keterkaitan sektor lainnya atau other-sector linkage multiplier (OSLM). Komponen-komponen dalam PROM dapat digunakan untuk melihat keterkaitan suatu sektor produksi dengan sektor produksi lainnya dan sektor produksi itu sendiri.

4. Pengganda total menunjukkan pengaruh suatu sektor ekonomi terhadap output perekonomian secara keseluruhan. Nilai pengganda total didapatkan dari penjumlahan nilai pengganda nilai tambah, pengganda institusi dan pengganda produksi.

Analisis Simulasi Kebijakan

(29)

17 Tabel 5 Nilai investasi sektor pertanian dan agroindustri tahun 2013, 2014 dan

nilai injeksi pada tabel SNSE

Nama sektor Nilai investasi (miliar rupiah) 2013 2014 Nilai injeksi Tanaman pangan dan perkebunan 25 205.83 39 313.69 14 107.87

Peternakan 491.68 1 022.23 530.55

Kehutanan 334.36 643.28 308.91

Perikanan 120.12 447.25 327.13

Industri makanan 39 640.32 57 450.23 17 809.91

Industri kayu 848.80 1 352.59 503.80

Industri kertas dan pencetakan 25 205.83 39 313.69 14 107.87 Sumber : BPKM (2015), diolah

Simulasi dengan data aktual tersebut akan dibagi menjadi dua skenario, yaitu :

Skenario 1 : penginjeksian selisih nilai investasi sektor industri makanan dan kayu pada sektor agroindustri.

Skenario 2 : penginjeksian selisih nilai investasi seluruh sektor pada tabel 5 pada sektor pertanian dan sektor agroindustri.

Berdasarkan penghitungan masing-masing nilai injeksi, dapat dilihat perubahan dari pendapatan faktor produksi, pendapatan institusi dan pendapatan sektor produksi. Perubahan pada pendapatan faktor produksi dan institusi untuk penelitian ini akan dirinci menjadi pendapatan kelompok tenaga kerja dan kelompok rumah tangga berdasarkan pengelompokkan dalam neraca SNSE tahun 2008.

Analisis lebih lanjut dapat memperlihatkan pengaruh sektor produksi setelah diberi stimulus/injeksi terhadap penyerapan tenaga kerja dengan pendekatan elastisitas penyerapan tenaga kerja. Analisis akan dilakukan dengan menghitung rasio jumlah tenaga kerja pada tiap kelompok tenaga kerja di tabel SNSE dengan nilai PDB atas dasar harga faktor produksi yang didapatkan pada SNSE tahun 2008. Angka perubahan nilai pendapatan faktor produksi yang didapatkan pada masing-masing simulasi kebijakan dikalikan dengan rasio tersebut untuk mendapatkan jumlah tambahan tenaga kerja yang akan terserap.

(30)

18

Asumsi dan keterbatasan model

Analisis dengan pendekatan SNSE memiliki asumsi yang hampir sama dengan pendekatan Input-Output, yaitu :

1. Keseragaman (homogenity), yaitu tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis dari output sektor yang berbeda.

2. Kesebandingan (proportionality), yaitu hubungan antara input dan output di dalam sektor merupakan fungsi linier atau jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut.

3. Penjumlahan (additivity), yaitu efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.

4. Efek kapasitas atau kapasitas sumberdaya berlebih. Artinya sisi penawaran selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan, sehingga interaksi permintaan dan penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan antara keduanya. Berarti harga-harga bersifat tetap (fixed price) dan bersifat eksogen (tidak muncul dalam persamaan SNSE).

GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA

(31)

19 Tabel 6 Sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi, 2010-triwulan III 2014 sisi

pengeluaran (%)

2010 2011 2012 2013 2014 Tw 1-3

Konsumsi rumah tangga 2.7 2.7 2.9 3.0 3.0

Pengeluaran pemerintah 0.0 0.3 0.1 -0.4 0.2

Pembentukan modal tetap bruto 2.0 2.0 2.4 1.9 1.2

Perubahan stok 0.1 0.4 1.7 3.0 0.6

Diskrepansi statistik 0.5 -0.4 0.7 -0.9 -0.8

Ekspor barang dan jasa 6.5 6.3 1.0 0.2 -0.3

Impor barang dan jasa -5.6 -4.8 -2.5 -2.8 1.2

PERTUMBUHAN PDB 6.2 6.4 6.3 6.2 5.1

Permintaan domestik 5.3 4.9 7.8 8.7 4.2

Permintaan luar negeri 0.9 1.6 -1.5 -2.5 0.9

PERTUMBUHAN PDB 6.2 6.5 6.3 6.2 5.1

Sumber : BPS, diolah Bappenas (2015)

Sumbangan dari sisi produksi terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2010 hingga triwulan III tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 7. Tahun 2010 dan 2011, sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor produksi dengan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan PDB. Namun tahun 2012 hingga triwulan III 2014, sektor industri non migas menjadi sektor produksi dengan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara sektor produksi dengan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri non migas dan sektor.

Tabel 7 Sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi, 2010-triwulan III 2014 sisi produksi (%)

2010 2011 2012 2013 2014 Tw 1-3

Pertanian 0.4 0.4 0.5 0.2 0.4

Pertambangan dan penggalian 0.3 0.3 0.1 -0.4 -0.0

Industri pengolahan 1.2 1.6 1.5 1.6 1.2

- Industri migas 0.0 -0.0 -0.1 -0.1 -0.0

- Industri non-migas 1.2 1.6 1.5 1.7 1.3

Listrik, gas dan air bersih 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0

Bangunan 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4

Perdagangan, hotel, restoran 1.5 1.6 1.4 1.4 0.8 Pengangkutan dan komunikasi 1.2 1.0 1.0 1.0 1.0 Keuangan, persewaan, jasa usaha 0.5 0.7 0.7 0.7 0.6

Jasa-jasa 0.6 0.6 0.5 0.5 0.6

PERTUMBUHAN PDB 6.2 6.5 6.3 6.2 5.1

(32)

20

Investasi Asing dan Investasi dalam Negeri

Investasi asing (PMA) di Indonesia terus mengalami kenaikan seperti yang ditunjukkan pada tabel 8. PMA di Indonesia lebih banyak didominasi oleh investasi pada sektor pertambangan meskipun nilainya sedikit menurun dibandingkan tahun 2013. Pada sektor sekunder, sektor industri makanan menjadi sektor dengan nilai investasi tertinggi yaitu 3 139.6 US$ juta pada tahun 2014. Namun sektor industri kayu menjadi sektor dengan nilai investasi yang relatif kecil dibandingkan sektor sekunder lainnya, yaitu 63.7 US$ juta pada tahun 2014.

Nilai PMA sektor pertanian pada tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun 2013 yang dapat diartikan minat investor terhadap sektor pertanian primer meningkat. Namun investasi pada sektor pertanian masih terfokus pada sektor tanaman pangan dan perkebunan yang disebabkan besarnya promosi pemerintah kepada investor untuk menanamkan modalnya di sektor tersebut, khususnya sektor perkebunan.

Tabel 8 Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA), 2012-2014 (US$ juta)

Sektor 2012 2013 2014

Industri Tekstil 473.1 750.7 422.5

Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 158.9 96.2 210.7 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik &

Jam 3.4 26.1 7.2

Ind. Kendaraan Bermotor & Alat

Transportasi Lain 1 840.0 3 732.2 2 061.3

Industri Lainnya 100.2 111.7 151.8

Sektor tersier 6 861.7 6 286.9 8 519.2 Total 24 564.7 28 617.5 28 529.7

Sumber : BKPM, 2015

(33)

21 Sektor kehutanan menjadi sektor dengan realisasi PMDN terkecil yaitu 0.3 miliar rupiah pada tahun 2014.

Tabel 9 Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), 2012-2014 (Rp miliar) Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik

& Jam - 210 -

Ind. Kendaraan Bermotor & Alat

Transportasi Lain 664.4 2 069 490.1

Industri Lainnya 31.5 62 68.1

Sektor tersier 21 924.0 51 263.9 80 570.8 Total 92 182.0 128 150.6 156 126.2

Sumber : BKPM, 2015

Pemaparan data PMA dan PMDN di atas dapat menjadi suatu kesimpulan bahwa investor, baik investor asing maupun investor dalam negeri lebih berminat untuk menanamkan investasinya pada sektor pertanian pangan dan perkebunan untuk sektor hulu dan sektor industri makanan sebagai sektor hilirnya. Sementara sektor kehutanan dan sektor industri kayu belum terlalu menarik minat investor baik investor asing maupun investor dalam negeri.

Ketenagakerjaan

(34)

22

kerja tertinggi, yaitu sekitar 39 juta orang bekerja pada sektor pertanian. Sektor lainnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tenaga kerja di sektor industri pengolahan sendiri relatif sedikit dibandingkan dengan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB, yang berarti tenaga kerja di sektor industri pengolahan relatif lebih produktif.

Tabel 10 Jumlah tenaga kerja berdasarkan sektor, 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014 Angkatan kerja (juta orang 116.5 117.4 118.0 120.2 121.9 Kesempatan kerja (juta orang) 108.2 109.7 110.8 112.8 114.6

Pertanian 41.5 39.3 38.9 39.2 39.0

Industri pengolahan 13.8 14.5 15.4 15.0 15.3

Bangunan 5.6 6.3 6.8 6.4 7.3

Perdagangan, hotel, restoran 22.5 23.4 23.2 24.1 24.8 Pengangkutan, telekomunikasi 5.6 5.1 5.0 5.1 5.1

Keuangan 1.7 2.6 2.7 2.9 3.0

Jasa kemasyarakatan 16.0 16.6 17.1 18.5 18.4

Lainnya 1.5 1.7 1.9 1.7 1.7

Ket : data diambil bulan Agustus tiap tahunnya Sumber : BPS, diolah Bappenas (2015)

Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan nasional Indonesia semakin tidak merata selama hampir 10 tahun terakhir seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Pada bulan Maret 2014, 40% penduduk berpendapatan menengah dan 40% penduduk berpendapatan terendah mengalami penurunan presentase pendapatan nasional sekitar 3-4%, namun 20% penduduk tertinggi mengalami kenaikan presentase pendapatan nasional yang cukup besar yaitu sekitar 7%.

Sumber : Bappenas (2015)

Gambar 3 Distribusi pendapatan nasional Maret 2004 dan Maret 2013 (%) 2004 (Maret) 2013 (Maret)

20.8 16.87

37.13

34.09 42.07

49.04

(35)

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Nasional

Analisis dengan pendekatan SNSE dapat membantu untuk melihat peranan sektor perekonomian dalam perekonomian nasional. Analisis pengganda neraca dalam penelitian ini terdiri dari analisis pengganda nilai tambah (VAM), analisis pengganda pendapatan institusi yang terdiri dari pendapatan rumah tangga (Household Income Multiplier/HIIM), pengganda pendapatan perusahaan (Private Income Multiplier/PIM), dan pengganda pendapatan pemerintah (Government Income Multiplier/GIM). Selain itu akan dilihat juga pengganda produksi (PROM) yang terdiri dari own multiplier dan keterkaitan dengan sektor lain (OSLM), serta pengganda total (GOM). Analisis lebih lanjut akan memperlihatkan peran sektor agroindustri dalam penyerapan tenaga kerja.

Pengganda nilai tambah (VAM)

Angka pengganda nilai tambah menunjukkan besar pengaruh pada neraca sektor faktor produksi (tenaga kerja dan modal) akibat perubahan pada neraca eksogen. Pada penghitungan pengganda neraca SNSE 2008, nilai pengganda nilai tambah tertinggi berada pada sektor pertanian tanaman pangan dengan nilai VAM 2.2472 dan diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian lainnya dengan nilai VAM 2.1030. Sektor dengan nilai VAM terendah adalah nilai VAM pada sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dan industri lainnya dengan nilai 1.3667. Angka pengganda ini mengandung arti bahwa untuk setiap injeksi ekonomi pada sektor pertanian sebesar 1 miliar, maka pendapatan tenaga kerja dan modal akan naik sebesar 2.2472 miliar rupiah. Interpretasi yang sama juga berlaku untuk sektor lainnya.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa sektor pertanian tanaman pangan lebih berperan dalam meningkatkan PDB dibandingkan dengan sektor lainnya. Secara umum, sektor pertanian menempati peringkat 10 besar pada nilai VAM kecuali sektor kehutanan dan perburuan yang menempati peringkat 11. Sektor agroindustri yang menempati peringkat 10 besar dalam nilai VAM adalah industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai 1.8908, sementara industri kayu dan barang dari kayu memiliki nilai VAM yang rendah yaitu 1.7811 dan menempati peringkat 14. Penghitungan nilai pengganda ini sesuai dengan distribusi PDB nasional pada tahun 2008, di mana sub-sektor pertanian tanaman pangan menjadi sektor dengan presentase terbesar terhadap PDB dibandingkan dengan sub-sektor lainnya dalam sub-sektor pertanian. Sementara sub-sub-sektor industri makanan, minuman dan tembakau merupakan sub-sektor dengan presentase terhadap PDB terbesar dibandingkan sub-sektor lainnya dalam sektor industri pengolahan non-migas.

(36)

24

kerja sektor pertanian primer lebih tinggi dibandingkan nilai pengganda tenaga kerja sektor agroindustri. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan banyaknya tenaga kerja di Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian. Hasil penghitungan ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susilowati (2007), sementara sektor lainnya seperti sektor pertambangan batu bara, biji logam dan minyak bumi serta sektor industri kimia, hasil dari tanah liat dan semen memiliki nilai tambah modal yang lebih besar yang berarti bahwa industri tersebut bersifat padat modal. Tabel 11 Pengganda nilai tambah berdasarkan SNSE 2008

No

30 Peternakan dan hasil-hasilnya 1.2897 0.7245 2.0142 6

31 Kehutanan dan perburuan 0.9461 0.9250 1.8711 11

32 Perikanan 0.9474 0.9421 1.8895 10

33 Pertambangan batu bara, biji

logam dan minyak bumi 0.5754 1.0918 1.6671 17

34 Pertambangan dan penggalian

lainnya 1.3476 0.7554 2.1030 2

35 Industri makanan, minuman dan

tembakau 1.1469 0.7439 1.8908 9

36 Industri pemintalan, tekstil,

pakaian dan kulit 0.8388 0.7538 1.5926 22

37 Industri kayu dan barang dari kayu 0.9728 0.8083 1.7811 14

38

Industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dan industri lainnya

0.6976 0.6691 1.3667 24

39 Industri kimia, hasil dari tanah liat,

semen 0.6727 0.8037 1.4764 23

46 Angkutan udara, air dan

komunikasi 0.8121 0.8215 1.6336 20

47 Jasa penunjang angkutan dan

pergudangan 1.1598 0.6931 1.8529 12

51 Jasa perseorangan, rumah tangga

dan jasa lainnya 0.9476 0.6982 1.6458 18

(37)

25

Pengganda pendapatan institusi

Pengganda pendapatan institusi terdiri dari pengganda pendapatan rumah tangga (Household Income Multiplier/HIIM), pengganda pendapatan perusahaan (Private Income Multiplier/PIM), dan pengganda pendapatan pemerintah (Government Income Multiplier/GIM). Pada tabel 12 dapat terlihat bahwa sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor dengan pengganda pendapatan institusi terbesar dibandingkan sektor lainnya dengan nilai pengganda institusi 2.5979. Angka tersebut berarti bahwa setiap injeksi ekonomi pada sektor pertanian tanaman pangan akan meningkatkan pendapatan institusi sebesar 2.5979 miliar rupiah, dengan share terbesar pada pendapatan rumah tangga sebesar 1.8975 miliar rupiah. Sektor dengan nilai pengganda pendapatan institusi terkecil adalah sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dan industri lainnya dengan nilai pengganda 1.6934.

(38)

26

Tabel 12 Pengganda institusi berdasarkan SNSE 2008 No

33 Pertambangan batu bara,

biji logam dan minyak bumi 1.0069 0.8118 0.3478 2.1665 15

34 Pertambangan dan

penggalian lainnya 1.6597 0.5738 0.2703 2.5039 2

35 Industri makanan, minuman

dan tembakau 1.4513 0.5630 0.2600 2.2743 11

36 Industri pemintalan, tekstil,

pakaian dan kulit 1.1434 0.5661 0.2541 1.9636 21

37 Industri kayu dan barang

dari kayu 1.3002 0.6080 0.2746 2.1828 14

39 Industri kimia, hasil dari

tanah liat, semen 0.9939 0.6008 0.2638 1.8586 23

46 Angkutan udara, air dan

komunikasi 1.1428 0.6157 0.2738 2.0323 19

47 Jasa penunjang angkutan

dan pergudangan 1.4466 0.5254 0.2461 2.2182 13

51 Jasa perseorangan, rumah

tangga dan jasa lainnya 1.2327 0.5265 0.2409 2.0001 20

Sumber : data diolah

Pengganda produksi

(39)

27 memiliki angka PROM tertinggi yaitu 4.2464. Angka tersebut berarti bahwa jika sektor restoran diberi injeksi sebesar 1 miliar rupiah, maka pendapatan sektor-sektor produksi akan naik sebesar 4.2464 miliar rupiah. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki angka PROM paling kecil adalah sektor pertambangan batu bara, biji logam dan minyak bumi dengan nilai pengganda 2.6306.

(40)

28

Tabel 13 Pengganda produksi berdasarkan SNSE 2008 No

30 Peternakan dan hasil-hasilnya 1.2808 2.7253 4.0061 2

31 Kehutanan dan perburuan 1.0236 2.1174 3.1410 17

32 Perikanan 1.1665 2.0347 3.2013 16

33 Pertambangan batu bara, biji

logam dan minyak bumi 1.1433 1.4873 2.6306 24

34 Pertambangan dan penggalian

lainnya 1.0130 2.5919 3.6049 10

35 Industri makanan, minuman dan

tembakau 1.4644 2.4955 3.9600 3

36 Industri pemintalan, tekstil,

pakaian dan kulit 1.3486 2.0994 3.4480 13

37 Industri kayu dan barang dari kayu 1.2365 2.3887 3.6252 9

38

Industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dan industri lainnya

1.3284 1.6758 3.0042 20

39 Industri kimia, hasil dari tanah liat,

semen 1.2184 1.6396 2.8580 23

46 Angkutan udara, air dan

komunikasi 1.1239 1.9397 3.0637 19

47 Jasa penunjang angkutan dan

pergudangan 1.0629 2.4826 3.5455 12

51 Jasa perseorangan, rumah tangga

dan jasa lainnya 1.0795 2.1628 3.2423 15

Sumber : data diolah

Pengganda total (GM)

Pengganda total (gross-output multiplier) menjelaskan peran suatu sektor perekonomian terhadap perekonomian secara keseluruhan. Pengganda total tertinggi terdapat pada sektor restoran dengan nilai GM sebesar 8.7657 (tabel 14) dengan kontribusi terbesar dari nilai pengganda produksi (PROM). Artinya apabila sektor restoran diberikan injeksi sebesar 1 miliar rupiah maka akan meningkatkan pendapatan perekonomian secara keseluruhan sebesar 8.7657 miliar rupiah.

(41)

29 pengganda total yang kurang baik karena kedua sektor tersebut memiliki nilai pengganda produksi yang cukup rendah. Sektor agroindustri yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai GM 8.1251, sedangkan sektor kayu dan barang dari kayu menempati peringkat 11 dengan nilai GM 7.5891.

Tabel 14 Pengganda total berdasarkan SNSE 2008 No

37 Industri kayu dan barang

dari kayu 1.7811 2.1828 3.6252 7.5891 11

38

Industri kertas,

percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dan industri lainnya

1.3667 1.6934 3.0042 6.0643 24

39 Industri kimia, hasil dari

tanah liat, semen 1.4764 1.8586 2.8580 6.1930 23

46 Angkutan udara, air dan

komunikasi 1.6336 2.0323 3.0637 6.7296 20

47 Jasa penunjang angkutan

dan pergudangan 1.8529 2.2182 3.5455 7.6166 10

51 Jasa perseorangan, rumah

tangga dan jasa lainnya 1.6458 2.0001 3.2423 6.8882 18

(42)

30

Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan

Analisis ini dapat memperlihatkan pengaruh dari peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri terhadap distribusi pendapatan di berbagai neraca dalam SNSE. Neraca yang akan dilihat dampaknya adalah neraca faktor produksi, neraca institusi dan neraca sektor produksi.

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan faktor produksi

Dampak investasi pada sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan faktor produksi dapat dilihat pada tabel 15. Dapat terlihat bahwa terjadi perubahan angka yang cukup signifikan pada pendapatan faktor produksi apabila investasi hanya diberikan pada sektor agroindustri (simulasi 1) dan apabila investasi tersebut diberikan pada sektor pertanian dan sektor agroindustri (simulasi 2). Pemberian investasi pada sektor agroindustri akan menaikkan pendapatan tenaga kerja sebesar 0.6387%, sedangkan apabila investasi diberikan pada sektor pertanian dan agroindustri, pendapatan faktor produksi akan naik sebesar 1.2703%. Hasil analisis ini sejalan dengan hasil analisis multiplier, di mana seluruh sub-sektor dalam sektor pertanian memiliki peringkat yang baik pada pengganda faktor produksi.

Peningkatan investasi pada sektor agroindustri akan lebih berdampak pada kenaikan pendapatan tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa (3) yang akan menerima kenaikan pendapatan sebesar 1.2517% dan tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di kota (4) yang akan menerima kenaikan pendapatan sebesar 1.2087%. Sedangkan tenaga kerja kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi bukan penerima upah dan gaji di kota (16) akan menerima tambahan pendapatan terkecil akibat peningkatan investasi pada sektor agroindustri yaitu 0.4664%. Faktor produksi bukan tenaga kerja akan menerima tambahan pendapatan sebesar 0.5202% akibat peningkatan investasi pada sektor agroindustri.

(43)

31 Tabel 15 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap pendapatan faktor

produksi Faktor

Prod. Nilai Awal (miliar)

Perubahan (%)

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan institusi

Dampak peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri dapat dilihat pada tabel 16. Rumah tangga pengusaha pertanian (kode 19) akan mendapatkan kenaikan pendapatan tertinggi yaitu 0.8227% apabila ada peningkatan investasi pada sektor agroindustri, dan 2.0328% apabila ada peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri. Kelompok rumah tangga lainnya yang akan mendapat kenaikan pendapatan tertinggi adalah rumah tangga pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas di pedesaan (kode 22) yaitu 0.7246% apabila ada peningkatan investasi pada sektor agroindustri dan 1.5762% apabila ada peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri.

(44)

32

pemerintah akan menerima kenaikan pendapatan dari masing-masing peningkatan investasi sebesar 0.5658% dan 1.1083%. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan investasi dapat membantu pencapaian target industrialisasi pertanian yaitu meningkatkan pendapatan rumah tangga pedesaan.

Tabel 16 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap pendapatan institusi Institu

Ket : kode institusi dapat dilihat pada Lampiran 1 Sumber : data diolah

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan sektor produksi

Dampak peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan sektor produksi dapat dilihat pada tabel 17. Peningkatan nilai investasi pada sektor agroindustri akan meningkatkan pendapatan sektoral sebesar 0.0066%, sedangkan apabila peningkatan investasi terjadi pada sektor pertanian dan agroindustri, dampaknya terhadap kenaikan pendapatan sektoral akan meningkat hampir 2 kali lipatnya yaitu 0.0120%. Sektor pertanian akan menerima kenaikan pendapatan terbesar akibat adanya peningkatan investasi, diikuti oleh sektor jasa dan sektor industri. Peningkatan investasi di sektor agroindustri (simulasi 1) akan meningkatkan pendapatan sektor pertanian sebesar 0.0111% dengan sektor pertanian tanaman pangan (kode 28) dan sektor pertanian tanaman lainnya (kode 29) mendapatkan kenaikan pendapatan tertinggi yaitu 0.0134%. Sektor industri akan menerima kenaikan pendapatan sebesar 0.0056% dengan sektor industri makanan, minuman dan tembakau (kode 35) sebagai penerima kenaikan pendapatan terbesar yaitu 0.0227%. Sektor jasa akan menerima tambahan pendapatan sebesar 0.0067% akibat adanya kenaikan pendapatan di sektor agroindustri, dengan sektor perdagangan (kode 42) sebagai penerima kenaikan pendapatan terbesar yaitu 0.0089%.

(45)

33 industri akan menerima pendapatan sebesar 0.0083% dengan kenaikan pendapatan terbesar pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau (kode 35) yaitu 0.0287%. Sedangkan sektor jasa akan menerima tambahan pendapatan sebesar 0.0127% dengan kenaikan pendapatan terbesar pada sektor perdagangan (kode 42) yaitu 0.0161%.

Tabel 17 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap pendapatan faktor produksi

Ket : kode sektor produksi dapat dilihat pada Lampiran 1 Sumber : data diolah

Industrialisasi pertanian bertujuan untuk mengembangkan sektor pertanian

(46)

34

produksi pertanian. Namun investasi perlu dilakukan secara lebih merata di seluruh sektor pertanian dan agroindustri, khususnya di sektor peternakan karena sektor peternakan memiliki potensi yang sangat baik apabila dikembangkan jika dilihat dari nilai pengganda produksinya, tetapi realisasi investasi khususnya PMA dari sektor peternakan selama ini relatif kecil.

Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap penyerapan tenaga kerja

Kenaikan penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja di pedesaan merupakan target dari industrialisasi pertanian. Penghitungan penyerapan tenaga kerja menggunakan elastisitas penyerapan tenaga kerja dapat memperlihatkan berapa tenaga kerja yang akan terserap akibat perubahan total pendapatan faktor produksi dari simulasi kebijakan pada SNSE. Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap penyerapan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 18. Pada simulasi 1 yaitu peningkatan nilai investasi pada sektor agroindustri, pendapatan faktor produksi akan meningkat sebesar 32 988.99 miliar rupiah. Kenaikan pendapatan faktor produksi tersebut berdampak pada jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 660.70 ribu orang. Pada simulasi 2 yaitu peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri, jumlah kenaikan pendapatan faktor produksi adalah 65 612.73 miliar rupiah. Kenaikan output tersebut akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja sebanyak 1 314.09 ribu orang.

(47)

35 Tabel 18 Dampak kebijakan di sektor agroindustri terhadap penyerapan tenaga

kerja

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sektor pertanian dan agroindustri berperan cukup baik bagi perekonomian

(48)

36

sedangkan sektor industri kayu dan barang dari kayu menempati peringkat 11 dengan nilai GM 7.5891.

2. Peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri akan meningkatkan pendapatan faktor produksi, pendapatan institusi, pendapatan sektor produksi dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Tetapi peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri secara bersamaan akan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan peningkatan investasi pada sektor agroindustri saja. Peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri akan meningkatkan pendapatan faktor produksi sebesar 65 612.73 miliar rupiah, meningkatkan pendapatan institusi sebesar 77 661.90 miliar rupiah, meningkatkan pendapatan sektor produksi sebesar 124 464.90 miliar rupiah dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1 314.09 ribu orang. Peningkatan investasi tersebut akan berperan dalam mencapai tujuan industrialisasi pertanian yaitu meningkatkan pendapatan rumah tangga pedesaan, meningkatkan pendapatan sektor pertanian dan menyerap tenaga kerja di pedesaan.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Peningkatan investasi pada sektor pertanian dan sektor agroindustri secara bersamaan akan lebih berdampak pada peningkatan distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, untuk itu iklim investasi pada sektor pertanian dan agroindustri khususnya sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan sebagai industri hulu dan industri makanan, minuman dan tembakau sebagai industri hilir harus dipertahankan. Perlu kebijakan untuk menarik investor di sektor kehutanan dan sektor peternakan dan perikanan pada sektor hulu dan sektor industri kayu dan barang dari kayu pada sektor hilir, untuk itu pemerintah dapat mengalokasikan anggaran untuk pemberian insentif pajak dalam bentuk tax allowance, tax holiday dan perbaikan kualitas birokrasi. 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa tenaga kerja dan rumah tangga golongan

bawah yaitu tenaga kerja dan rumah tangga buruh pertanian kurang mendapatkan peningkatan pendapatan dari seluruh opsi kebijakan, sehingga diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan buruh petani misalnya peningkatan keahlian, peningkatan penguasaan teknologi dan kemudahan akses modal.

Gambar

Tabel 1 Laju pertumbuhan produk domestik bruto sektor pertanian dan industri  pengolahan non-migas atas dasar harga konstan 1993 1998 – 2001 (%)
Gambar 1 Kontribusi sektor perekonomian terhadap PDB (%), 1998 – 2014    Menurunnya  kontribusi  sektor  pertanian  terhadap  PDB  meskipun  banyak  tenaga kerja yang terserap pada sektor tersebut menunjukkan bahwa produktivitas  tenaga  kerja  sektor  per
Tabel 3 Realisasi investasi sektor pertanian dan agroindustri tahun 2012-2014
Gambar 2 Kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak sekali pihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan membantu penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif, dapat disimpulkan bahwa Variabel Kepemimpinan Transformasional berada pada kriteria cenderung baik, sebanyak

Artinya, aktivitas bermain atletik cocok diberikan bagi siswa sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan biomotoriknya, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk

maksimum dari campuran batubara dengan minyak pelumas bekasMetodologi Upgrade Brown Coal yang dilakukan adalah mengambil sampel batubara secara sistimatis dan

Adapun solusi yang dilakukan dari refleksi pada siklus dua adalah dengan memperbanyak tugas mahasiswa baik di rumah atau saat pembelajaran dengan menggunakan media

Rataan pertambahan bobot badan (PBBH) landak jantan PI nyata lebih tinggi (P<0,05) dari landak betina, sebaliknya PBBH landak betina PII nyata lebih tinggi (P<0,05) dari

Dapat dilihat bahwa angka porositas terbesar terletak pada spesimen B yang merupakan hasil pengecoran dari almuniun yang menggunakan media pasir cetak dengan campuran pasir

Pada aspek ini penilaian terhadap fasilitas yang telah tersedia dilihat dari bagaimana fasilitas yang aksesibel tersebut dapat dipergunakan bagi setiap orang termasuk