• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa di MA Darunnajah Cipinang Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa di MA Darunnajah Cipinang Bogor"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HUBUNGAN KEDISIPLINAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI MA DARUNNAJAH CIPINING BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Kanafi 104018200667

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

HUBUNGAN KEDISIPLINAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH CIPINING BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Kanafi 104018200667

Di Bawah Bimbingan :

Drs. H. Mudjahid AK. M.Sc NIP. 19470714 196510 1 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Sekripsi berjudul “HUBUNGAN KEDISIPLINAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA”. Diajukan. Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 16 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, Desember 2010

Panitia Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Kependidikan Islam) Tanggal Tanda Tangan

Rusydi Zakaria, M.Ed., M.Phill ……….. ………

Nip. 19560530 198503 1 002 Sekretaris Jurusan

Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd ……….. ……… Nip. 19650717 199403 1 005

Penguji I

Dra. Manerah ……….. ………

Nip. 19680323 199403 2 002 Penguji II

Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd ……….. ……… Nip. 19650717 199403 1 005

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kanafi

NIM : 104018200667

Tempat/tanggal lahir : Kendal, 23 Desember 1981 Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Judul Skripai : Hubungan Kedisiplinan Guru dengan Motivasi Belajar Siswa

Dosen Pembimbing : Drs. H. Mudjahid AK. M.Sc

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 November 2010

(6)

UJI REFRENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KEDISIPLINAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR

SISWA DI MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH CIPINING BOGOR”,

yang disusun oleh KANAFI NIM 104018200667 Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah disetujui kebenaranya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal, 7 maret 2010.

Jakarta, 7 Maret 2010 Dosen Pembimbing,

(7)

ABSTRAK

Kanafi, NIM 104018200667, Judul Skripsi: Hubungan Kedisiplinan Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Darunnajah Cipining Bogor.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kedisiplinan guru terhadap motivasi belajar siswa. Kedisiplinan guru tidak diartikan sebatas guru selalu datang dan pulang tepat waktu ketika mengajar. Akan tetapi guru harus melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah ataupun lembaga pendidikan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian diskriptif kuantitatif melalui penelitian lapangan, yaitu dengan cara peneliti langsung melakukan pengamatan dan melalui penyebaran angket.

Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara kedisiplinan guru dengan dengan motivasi belajar siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Cipining Bogor. Adanya hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa yang signifikan ini dilihat dari hasil yang diperoleh terhadap penghitungan nilai jumlah “ r hitung” lebih besar dari “r tabel” pada tarif signifikansi 5% (0,5>0,224) angka tersebut menunjukan pengaruh yang cukup/sedang antara kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa. Adapun pengaruh tersebut berdasarkan pada perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi diperoleh sebesar 25 % sedangkan 75 % dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain faktor keluarga, faktor lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut para guru diharapkan mempunyai kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab dalam melaksanakan profesinya dan berusaha meningkatkan kedisiplinan secara terus menerus, sehingga motivasi belajar siswa semakin meningkat, sehingga meningkatkan prestasi belajar mereka. Kepaqla sekolah hendaknya secara intensif memberikan motivasi kepada guru untuk selalu berdisiplin, baik melalui teguruan, reward and punishment dan sebagainya sehingga kedisiplinan guru meningkat.

(8)

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi SAW. Keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejaknya sampai akhir zaman.

Alhamdulillahirobbil’alamiin, berkat pertolongan Allah SWT. Dan dengan izin serta kuasan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan sekripsi, yang merupakan salah satu persyaratan kelulusan studi Strata 1 (S1), Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan dan penyusunan sekripsi ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan, petunjuk dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah da Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Rusdy Zakaria M.Ed. M.Phill, Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Drs. Muarif SAM M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Drs. Mudjahid Ak, M.Sc, Pembimbing Skripsi, terimakasih yang tak terhingga atas saran, kritikan dan masukanya yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh Dosen dan Staf Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bantuan dan masukanya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

7. K.H. Jamhari Abdul Jalal Lc, yang selalu membimbing dan mendorong penulis dalam menuntut ilmu.

8. Drs. Abdul Rosyid kepala MA Darunnajah Cipining Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Guru-guru pesantren Darunnjah Cipining, terimakasih atas do’a,

dukungan, dan kebaikanya terutama Ust. Khoirudin S.Ag, Nur Sodiq dan A.A. Khuseini S.Pd.I.

10.Istriku tercinta Nihayatul Hasanah yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan sekripsi ini.

11.Kawan-kawan KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2004 yang selalu menghiasi hari-hariku selama masih kuliah.

Akhirnya, kepada Allah SWT. Penulis memohon ampun dan memanjatkan do’a semoga kontribusi mereka mendapatkan ganjaran berlipat ganda. Amin.

Jakarta, 2010

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……….. i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……… ii

LEMBAR PERNYATAAN ……… iii

UJI REFERENSI ………. iv

ABSTRAK ……… v

KATA PENGANTAR ………. vi

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL ……… i x DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I. Pendahuluan ………. 1

A. Latar Belakang ………..……….. 1

B. Identifikasi Masalah ………. 3

C. Pembatasan Masalah ……….. 3

D. Perumusan Masalah Penelitian ……….. 3

E. Manfaat Hasil Penelitian ……… 3

BAB II. Kajian Teori, Kerangka Berfikir, Pengajuan hipotesis ……….. 5

A. Kajian Teori ………. 5

1. Motivasi Belajar Siswa ………. 5

a. Pengertian Motivasi ……… 5

b. Pengertian Belajar ………. 7

c. Macam-macam Motivasi ………. 9

d. Fungsi Motivasi Dalam Belajar …..……… 12

e. Usaha-usaha Untuk Memper Mudah Motivasi Belajar ………… 12

2. Disiplin Kerja Guru ………. 13

a. Pengertian Disiplin Kerja Guru ……… 13

b. Bentuk dan Macam-macam Disiplin ……… 15

(11)

d. Peran dan Tugas Guru ……….. 18

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja ……… 20

B. Kerangka Berfikir ………. 21

C. Pengajuan Hipotesis ……….. 22

BAB III. Metodologi Penelitian ……….. 23

A. Tujuan Penelitian ………. 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 23

C. Metode Penelitian ………. 23

D. Populasi dan Sampel ………. 23

E. Teknik Pengumpulan data ……… 24

F. Instrumen Penelitian ………. 25

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….. 27

BAB IV. Hasil Penelitian ………. 30

A. Gambaran Umum Pesantren Darunnajah Cipining ……….. 30

B. Diskripsi Data ……….. 33

C. Uji Normalitas ………. 40

D. Uji Hipotesis ………. 44

E. Interpretasi Data ……… 47

BAB V. Kesimpulan dan Saran ……… 49

A. Kesimpulan ……… 49

B. Saran-saran ……… 49

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel

1 Populasi dan sampel

2 Kisi-kisi instrument kedisiplinan guru 3 Kisi-kisi instrument motivasi belajar siswa 4 Interpretasi product moment

5 Struktur organisasi MA Darunnajah

6 Data Siswa-siswi MA Darunnajah tahun pembelajaran 2009-2010 7 Data Kedisiplinan Guru

8 Data motivasi belajar siswa 9 Uji normalitas kedisiplinan guru 10 Uji normalitas motivasi belajar siswa

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Instrumen Penelitian Angket

Pedoman wawancara

Judul Pengajuan proposal skripsi Surat Bimbingan Skripsi

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi proses transformasi yang terjadi di semua aspek kehidupan. Namun saat ini dunia pendidikan di Indonesia masih banyak memerlukan penataan yang lebih mendasar, untuk itu pemerintah berupaya melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dalam Undang-undang No. 20. tahun 2003 bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional “berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Pendidikan sebagai suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil dalam akselerasi pembangunan. Pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan Nasional. Kedudukannya sangat strategis, mendasar, dan potensial, terutama dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya inilah yang nantinya akan menentukan kelestarian dan

1

(15)

2

kejayaan bangsa di masa yang akan datang. Karena itu pendidikan harus mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan tersebut. Atas dasar itulah maka peningkatan kualitas pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih serius.

Khusus dalam proses pengajaran kelas, guru memiliki andil besar dalam keberhasilan pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru adalah orang yang terlibat langsung dengan siswa dan yang paling bertanggung jawab dalam proses dan misi pendidikan serta proses pembelajaran. Secara khusus, guru sangat rentan dengan berbagai persoalan yang mungkin muncul apabila rencana awal dan proses pembelajaran tidak direncanakan secara matang dan bijaksana yang akan berimplikasi pada gagalnya sistem pembelajaran.

Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas. Berhasil atau tidak suatu kelas banyak ditentukan oleh profesionalisme seorang guru. Selain itu, guru juga memegang tugas yang sangat penting yaitu mengatur kehidupan kelas. Bagaimana suasana kehidupan kelas, merupakan hasil kerja seorang guru. Iklim pembelajaran yang kondusif di kelas, siswa tekun belajar atau sebaliknya merupakan hasil rekayasa dan pemikiran seorang guru.

Menurut UU. Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.2

Diantara faktor-faktor lain yang menunjang keberhasilan seorang guru adalah faktor kedisiplinan. Disiplin sangat penting artinya bagi seorang guru dalam mengemban misi pendidikan. Disiplin seorang guru akan sangat menentukan dalam keteraturan dan stabilitas proses pendidikan dan pengajaran di kelas. Oleh karena itu, disiplin dalam pelaksanaan tugas seorang guru merupakan suatu tuntutan dan keharusan. Sebaliknya, disiplin yang

(16)

3

kurang dari seorang guru akan berimplikasi pada kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Selain itu disiplin yang kurang juga akan berpengaruh pada hasil belajar yang tidak maksimal. Dengan demikian disiplin mutlak diperlukan dalam proses pendidikan dan pengajaran demi terciptanya keteraturan dan ketertiban serta stabilitas kelas dan siswa.

Sejauh mana hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa di Pesantren Darunnajah Cipining Bogor menarik untuk diteliti.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis mengangkat permasalahan ini dalam penulisan skripsi yang berjudul "Hubungan Kedisiplinan Guru dengan Motivasi Belajar Siswa"

B. Identifikasi danPembatasan Masalah

1. Diduga kedisiplinan guru di MA Darunnajah Cipining mengalami penurunan

2. Meningkatnyapelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa

3. Banyaknya keterlambatan siswa dalam masuk kelas terutama pada jam pertama

C. Pembatasan Masalah

1. Persepsi siswa terhadap Kedisiplinan guru Pesantren Darunnajah 2. Motivasi belajar siswa kelas XI MA Darunnajah Cipining

D. Perumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI MA Darunnajah Bogor?

2. Bagaimana kedisiplinan guru MA Darunnajah Cipining Bogor? 3. Bagaimana motivasi belajar siswa MA Darunnajah Cipining Bogor?

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

(17)

4

2. Peneliti Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

(18)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Kajian Teori

1. Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi

Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere”, yang kemudian menjadi “motion”, yang artinya gerakan atau dorongan untuk bergerak. Menurut Ngalim Purwanto motif ialah “segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.1 Menurut Wood&Worth dan Marquis (yang dikutip oleh Abdul Rahman Abror dalam buku Psikologi Pendidikan), motif adalah suatu set (kesiapan) yang menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan motivasi (motivation) berarti pemberian atau penimbulan motif atau hal menjadi motif.2 Dari pengertian-pengertian motivasi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.

Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi, saling kait mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang ingin mengetahui

1

(19)

mengapa orang berbuat atau berperilaku kearah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi (motivated behavior).

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuanya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga dia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuanya.

Sardiman mengemukakan bahwa cirri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan 3. Menunjukan minat dalam belajar 4. Lebih senang bekerja mandiri 5. Tanggung jawab

6. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.3 7. Berusaha Unggul4

Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Motivasi dalam belajar pada diri siswa ada kalanya meningkat dan ada kalanya menurun. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar dapat dilihat dari tingkah lakunya seperti menunjukan minat yang besar terhadap pelajaran yang akan diajarkan, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dengan tekun, sedangkan siswa yang memiliki motivasi rendah akan cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar.

Sardiman AM. Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 83

(20)

b. Pengertian Belajar

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan lingkunganya. Burton menyatakan “learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fell a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment”. (W.H. Burton, The Guidance of Learning Activities, 1944).

Belajar merupakan perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik psikis atu fisik. Seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan kecakapan, kebiasaan atau sikap.

Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli pendidikan diantaranya adalah:

1. Menurut Good and Brophy dalam bukunya Education Psychology Realistic approach yang dikutip Ngalim Purwanto mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat yaitu Learning is development of new Associations as a Result of Experience.5

2. Menurut Hinztnan Dalam bukunya The Psychology of Learning of Memory yang dikutip oleh Muhibin Syah learning is a change in organism due to experience which can effect the organism behavior. Artinya belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat dipengaruhi tingkah laku organisme tersebut.6

3. Menurut pendapat Abdurrahman Abror bahwa belajar ialah: (1) Meningkatkan perubahan yang relatif tetap. (2) Perubahan itu

5

(21)

membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah diperlukan belajar.(3) Perubahan itu dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktek yang disengaja atau diperkuat.7

4. Menurut M. Arifin M. Ed, bahwa belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menaggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu.8

Dari berbagai definisi di atas dapat dirinci ciri-ciri belajar, yaitu: 1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

2. Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif sama. 3. Perubahan tersebut karena adanya usaha.

Secara psikis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Oleh karena itu pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

Pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian belajar mempunyai persamaan. Semua pendapat itu menunjukan bahwa belajar adalah proses perubahan-perubahan lahir dan perubahan batin. Tidak hanya perubahan tingkah laku yang tampak, tetapi dapat juga perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan itu bukan hanya perubahan yang negatif tetapi juga

7

Abdul Rahman Abror Op. Cit h. 61

(22)

yang positif, yaitu perubahan yang menuju kearah kemajuan atau kearah perbaikan.

c. Macam-Macam Motivasi

Motivasi terbagi dua macam, yaitu : 1. Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan-dorongan dalam diri anak akan timbul secara sadar dan terarah untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan, oleh sebab itu keberadaan motivasi dalam diri anak mempunyai andil dan peran besar.

Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsic adalah :

a. Adanya kebutuhan

b. Disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan, maka hal ini menjadi pendorong bagi anak untuk berbuat dan berusaha.

c. Adanya pengetahuan

d. Seorang yang mengetahui hasil-hasil dan prestasinya sendiri akan merasa senang dan bangga, karena dia mengetahui kekurangan dan kelebihan atau kemajuan yang terjadi pada dirinya. Hal ini pula yang mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.

e. Adanya aspirasi atau cita-cita

(23)

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Muhibbin Syah mengartikan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.9

Seorang guru pasti menginginkan keadaan kelas dimana semua siswanya memiliki motivasi intrinsic yang tinggi untuk belajar. Namun kenyataanya hal itu jarang terjadi, oleh karena itu seorang guru harus mampu menghadapi tantangan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan mempertahankan perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar dengan baik. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas yaitu sebagai berikut :

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting, Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

2) Memberi angka

Angka dalam hal ini adalah sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka dimasa mendatang.

3) Hadiah

Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.

(24)

Disamping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

4) Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar bergairah belajar. Persaingan baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan.

5) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadarankepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

6) Memberi ulangan

Ulangan bisa dijadikan alat motivasi. Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar.

7) Mengetahui hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.

8) Pujian

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.

9) Hukuman

(25)

karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.10

10)Menggunakan metode yang bervariasi

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bagaimana fungsi motivasi dalam berbagai kegiatan, khususnya dalam kegiatan belajar.

Menurut Cecco ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Fungsi membangkitkan dan mengajak siswa belajar

2. Fungsi harapan, yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berahirnya pengajaran

3. Fungsi insentif, yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang

4. Fungsi disiplin, yaitu menggunakan penghargaan dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku menyimpang. Kesemuanya merupakan fungsi guru dalam rangka memotivasi siswa.11

e. Usaha-usaha untuk Mempermudah Motivasi Belajar

Dalam bidang pendidikan, banyak dipermasalahkan tentang krisis motivasi belajar. Gejalanya antara lain berkurangnya perhatian para siswa dalam proses belajar mengajar, kelalaian dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan, penundaan persiapan untuk ulangan, belajar musiman dan anggapan yang umum dikalangan para siswa “ujian asal lulus” dan lain-lain. Gejala-gejala tersebut antara lain disebabkan oleh:

1. Kehidupan di luar lingkungan sekolah menawarkan banyak bentuk rekreasi yang lebih memuaskan, sekalipun hanya sementara sifatnya.

(26)

2. Pengaruh dari teman sebaya yang tidak menghargai prestasi yang tinggi dalam belajar di sekolah.

3. Kekaburan mengenai cita-cita hidup sesudah tamat sekolah.

4. Keadaan keluarga yang tidak menguntungkan, karena sejak kecil anak kurang ditantang untuk memberikan prestasi.

5. Sikap kritis sebagian orang muda terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan kegunaan belajar di sekolah yang mempersiapkan mereka terjun ke masyarakat itu.

Oleh karena itu guru harus pandai-pandai memberikan motivasi kepada siswa serta memberikan pengertian kepada siswa akan pentingnya belajar secara terus menerus.12

Dan salah satu cara yang harus dilakukan oleh guru untuk meningatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan berdisiplin tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang guru.

2. Disiplin Kerja Guru

a. Pengertian Disiplin Kerja Guru

Pembahasan pengertian disiplin kerja guru memberikan dua padanan istilah, yaitu istilah ’disiplin kerja’, dan istilah ’guru’. Kata ’disiplin’ dewasa ini sering disifatkan dengan aturan yang bersifat klasik, kolot dan otoriter. Padahal disiplin hanyalah satu alat bantu organisasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Semua komponen organisasi baik atasan atau bawahan seharusnya memandang disiplin sebagai motivasi kerja dan bukan penghambat kerja organisasi.

Banyak ahli mencoba memberikan pengertian disiplin. Diantaranya Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud:1988) memberikan arti kata ’disiplin’ sebagai tata tertib (di sekolah, kemiliteran dsb), sebagai ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dsb, dan diartikan sebagai bidang studi yang memiliki obyek, sistem dan metode tertentu.13Ensiklopedi

12

Ibid h.120-121

(27)

Pendidikan yang ditulis oleh Soeganda Poerwakaratja dan H.A.H Harahap memberikan definisi ’disiplin’ sebagaimana berikut:14

1. Proses mengarahkan/mengabdikan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan, keinginan/kepentingan-kepentingan, kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar.

2. Pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan (pelajar-pelajar) dengan mempergunakan sistim hukuman atau hadiah. 3. Suatu cabang ilmu pengetahuan

4. Dalam kemiliteran: Patuh kepada atasan dan melaksanakan semua perintah

5. Dalam sekolah: Suatu tingkah tata tertib tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan

Dari pengertian ’disiplin’ di atas, kata tata tertib, latihan dan kepatuhan/ketaatan merupakan kata yang sering disebutkan. Maka ’disiplin’ dapat disimpulkan sebagai aturan, tata tertib dan proses yang dapat menumbuhkan tanggung jawab yang besar demi pencapaian tujuan organisasi melalui kepatuhannya terhadap peraturan organisasi.

Keith Davis (1985-366) menyampaikan pendapatnya bahwa disiplin dapat membantu dan tidak menghambat kerja organisasi. Menurutnya disiplin kerja dimaknai sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.15Berarti disiplin yang selama ini dipahami secara tradisional sebagai sesuatu yang menghambat kinerja organisasi, dengan pengertian yang diberikan Keith Devis, tidak lagi menjadi persoalan, karena disiplin sudah sepatutnya membantu semua proses yang berlaku di sebuah organisasi khususnya pendidikan dan tidak menjadi penghalang.

Padanan istilah kedua dari ’disiplin kerja guru’ adalah ’Guru’. Kata ’guru’ terdengar di setiap terjadinya proses belajar mengajar karena pada

Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Haraharap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta:

Gunung Agung, 1981), h. 81

(28)

prinsipnya guru adalah orang yang mengajar. UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut kata ’guru’ dengan sebutan ’tenaga pendidik’, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.16 Guru juga diartikan sebagai semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.17

Dengan makna ’guru’ sebagai orang yang melakukan pengajaran dan bertanggung jawab terhadap bimbingan dan pembinaan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka ’disiplin kerja guru’ diartikan sebagai tata tertib dan aturan kerja yang diberikan kepada guru sebagai seseorang yang bertanggung jawab terhadap terjadinya proses pengajaran dan pembinaan terhadap anak didik, aturan ini berlaku baik di sekolah maupun di luar sekolah, tata tertib ini sepenuhnya ditujukan untuk membantu guru dalam pengajaran dan pembinaan anak didik.

b. Bentuk dan Macam Disiplin

Pelaksanaan disiplin di berbagai organisasi seperti sekolah, berbeda bentuk dan macamnya, Piet A. Sahertian membagi disiplin kepada tiga bentuk seperti di bawah ini:18

1. Disiplin tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.

2. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik mengembangkan kemampuan dirinya.

3. Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.

UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 5. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: : Rineka Cipta, 2000), h. 32.

(29)

Macam disiplin juga disampaikan oleh Anwar Prabu Mangkunegara, ia membagi disiplin dalam dua macam disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.19

1. Disiplin Preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan.

2. Disiplin Korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.

Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran bagi pelanggar.

Kedua macam disiplin baik preventif dan korektif adalah disiplin diri guna melatih dan membentuk pribadi guru, murid dan staf agar bertanggung jawab terhadap kerja dan patuh kepada aturan (kebijakan) sekolah. Preventif ditujukan untuk mendorong para guru, murid dan staf mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sekolah sehingga pelanggaran tidak terjadi. Disiplin korektif ditujukan untuk memperkecil kemungkinan pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut dengan diberikan sanksi yang tepat pada setiap pelanggaran yang terjadi.

Khusus pada disiplin korektif, Keith Devis menambahkan pendapatnya bahwa untuk melaksanakan disiplin ini perlu langkah dan proses yang benar, sehingga pada tahap selanjutnya benar-benar membuktikan keterlibatan yang bersangkutan (yang melanggar). Proses tersebut meliputi pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh pegawai lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan keterlibatan

(30)

pelanggaran. Jika ketiga proses ini dilakukan dengan baik, maka kemungkinan salah hukuman terhadap pelanggaran akan terhindarkan dan manfaat dari sebuah sanksi untuk menimbulkan efek jera dan menumbuhkan kesadaran kepada guru lain akan tercapai.

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah institusi pendidikan harus mampu mengkombinasikan semua potensi yang dimiliki untuk menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. Dengan kompetensi yang dimiliki, kepala sekolah dapat memberikan kenyamanan bagi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang telah ditetapkan, sehingga disiplin kerja dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya perasaan dipaksa atau takut karena hukuman.

c. Pendekatan Disiplin Kerja

Pendekatan disiplin kerja’ dimaksudkan untuk mengetahui dengan cara apa disiplin kerja dilaksanakan dalam sebuah organisasi (sekolah), Anwar Prabu Mangkunegara membaginya kepada tiga bagian yaitu pendekatan disiplin modern, pendekatan disiplin dengan tradisi dan terakhir yaitu pendekatan disiplin bertujuan.20

1. Pendekatan disiplin modern dilaksanakan dengan cara mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Jadi hukuman fisik sepenuhnya dihindari, penyuluhan akan lebih baik, diberikan kesempatan untuk menemukan fakta-fakta baru sebagai bukti tidak bersalah sehingga bebas dari hukuman.

2. Pendekatan disiplin dengan Tradisi dilaksanakan dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini sepenuhnya bermaksud untuk memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang terjadi. Sehingga pelanggaran yang lebih keras akan diberikan hukuman yang lebih keras, demikian seterusnya.

(31)

3. Pendekatan disiplin bertujuan dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada guru, murid dan staf bahwa disiplin dirancang dan diberikan bukan hanya formalitas untuk dilanggar dan diberikan hukuman. Tetapi disiplin kerja dibuat agar terjadi pembentukan perilaku dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

4. Cara yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menerapkan disiplin bertujuan adalah dengan pemberian penyuluhan di awal tentang tujuan dan maksud diterapkannya disiplin kerja di sekolah, lalu dilakukan evaluasi dan laporan pengawasan terhadap tindakan disiplin yang dilakukan guru.

Pendekatan penerapan disiplin kerja guru di atas memberikan informasi bagaimana seharusnya disiplin kerja guru diterapkan. Disiplin kerja guru dapat diterapkan dengan cara penyuluhan, pemberian hukuman dan penyadaran. Jika terpaksa diberikan hukuman, maka perlu diperhatikan beberapa hal penting di bawah ini:21

Pertama, pemberian peringatan terlebih dahulu (surat peringatan pertama, kedua dan ketiga) agar indisipliner menyadari pelanggaran yang telah dilakukan. Kedua, Pemberian sanksi harus segera. Tujuannya, agar diketahui peraturan yang berlaku dan tidak ada peluang untuk mengabaikan disiplin yang ada. Ketiga, Pemberian sanksi harus konsisten. Tujuannya agar pegawai menghargai dan tidak terjadi diskriminasi. Keempat, Pemberian sanksi harus Impersonal (semua golongan). Tujuannya agar diketahui pegawai bahwa peraturan berlaku untuk semua golongan sesuai dengan aturan yang berlaku.

d. Peran dan Tugas Guru

Proses belajar mengajar adalah ruh pendidikan di sebuah institusi pendidikan, untuk itu guru sebagai subyek pendidikan berperan penting terhadap terjadinya proses belajar mengajar tersebut, di antara peran

(32)

penting guru disampaikan oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa guru dapat berperan sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor dan evaluator.22

Selain peran di atas, beberapa peneliti seperti Pullis dan Young (1988), Manan (1990), serta Yelon dan Weinstein (1997), mengidentifikasi peran guru kepada 19 peran, yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.23

Salah satu peran guru sebagai pekerja rutin menurut peneliti di atas, dapat kita pelajari dan perhatikan serta teliti sejauh mana guru dapat menjalankan tugas dan disiplin kerja rutin dalam proses belajar mengajar di sekolah. Di antara kerja rutin tersebut adalah:

1. Bekerja tepat waktu baik di awal maupun akhir pembelajaran. 2. Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja,

ketepatan dan jadwal waktu.

3. Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.

4. Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab. 5. Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan

tahunan.

6. Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok termasuk diskusi.

7. Menetapkan jadwal kerja peserta didik. 8. Mencatat kehadiran peserta didik. 9. Memahami peserta didik.

10.Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran.

11.Menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik dan alumni.

12.Menciptakan iklim kelas yang kondusif. 13.Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.

Syaiful Bahri Djamarah, … h. 43

(33)

14.Merencanakan program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyawisata.

15.Menasehati peserta didik.

Dengan banyaknya peran guru dalam mengupayakan pendidikan yang bermutu di setiap institusi pendidikan, maka optimalisasi peran dan potensi guru harus terus dikembangkan dan disiplin kerja guru merupakan upaya optimalisasi potensi tersebut.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru

Disiplin kerja guru dapat terlaksana dengan baik ataupun tidak terkadang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

1. Faktor pegawai (pribadi guru), yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja.

2. Faktor Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktusr organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.24

Faktor kepribadian guru di atas memberikan informasi bahwa penerapan disiplin kerja guru dapat dipengaruhi oleh Intellectual Quotiont (IQ) guru, Emotional Quotiont (EQ) guru dan Spiritual Quotiont (SQ) seorang guru. Sedangkan faktor pekerjaan di atas menerangkan tentang bagaimana keadaan guru kaitannya dengan organisasi sekolah (kedudukan, sistem kerja, interaksi sosial di tempat kerja, sarana prasana dll).

Selain faktor yang disebutkan di atas, faktor yang juga sangat mempengaruhi disiplin kerja guru dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor Kebutuhan, bahwa guru akan mengikuti disiplin yang berlaku pada suatu sekolah jika kebutuhan guru terpenuhi, seperti kebutuhan akan jaminan finansial (balas jasa), kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan rumah tangga, kebutuhan fisik untuk istirahat, kebutuhan akan keamanan dan rasa aman, kebutuhan

(34)

pengembangan kreatifitas, kebutuhan akan kedudukan dan tugas yang jelas, kebutuhan dihargai dan diakui.

2. Faktor Lingkungan, disiplin kerja guru akan lebih optimal jika terjadi interaksi yang baik antar individu dalam organisasi, yaitu interaksi yang simbiosis mutualisme antara guru dan murid, guru dan guru, guru dan staf, guru dan pimpinan sekolah, guru dan orang tua, serta guru dan masyarakat.

3. Faktor Kepemimpinan, sebagaimana diterangkan pada tulisan sebelumnya bahwa kepemimpinan dalam hal ini kepala sekolah dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya, menjadi pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan disiplin kerja guru di sekolah.

B. Kerangka Berfikir

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar guna mempersiapkan anak didik sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam menjalankan fungsinya, sekolah memiliki dua komponen pendidikan penting di dalamnya yaitu murid dan guru. Komponen pendidikan lainnya yang penting ada pada sebuah lembaga pendidikan adalah kepala sekolah, kurikulum dan tujuan pendidikan serta sarana dan prasarana. Semua komponen tersebut saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

(35)

Guru memiliki andil besar dalam keberhasilan pembelajaran. Karena guru orang yang terlibat langsung dengan siswa dan yang paling bertangung jawab dalam proses dan misi pendidikan serta proses pembelajaran. Guru juga merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas. Berhasil atau tidak suatu kelas banyak ditentukan oleh profesionalisme seorang guru.

Dalam mengemban misi pendidikan disiplin sangat penting bagi seorang guru. Disiplin guru akan sangat menentukan dalam keteraturan dan stabilitas proses pendidikan dan pengajaran di kelas. Oleh karena itu, disiplin dalam pelaksanaan tugas seorang guru merupakan suatu tuntutan dan keharusan. Sebaliknya disiplin yang kurang dari seorang guru akan berimplikasi pada kurangnya motivasi siswa dalam belajar dan juga berpengaruh pada hasil belajar yang tidak maksimal

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kedisiplinan guru Madrasah Aliyah Darunnajah Cipining dengan motivasi belajar siswa Madrasah Aliyah Pesantren Darunnajah Cipining Bogor.

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI MA Darunnajah.

2. Untuk mengetahui kedisiplinan guru MA Darunnajah ipining

3. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas XI MA Darunnajah Cipining.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini penulis mengambil tempat di Madrasah Aliyah Pesantren Darunnajah Cipining Bogor yang dilakukan pada bulan Juli 2009.

C. Metode Penelitian

(37)

D. Populasi dan Sampel

Populasi ialah “wilayah generalisasi yang terdiri atas ; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkanoleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.”1

Sampel menurut Koentjara Ningrat adalah: “Bagian-bagian dari keseluruhan (oleh para ahli statistic disebut Population atau universe), yang menjadi obyek sesungguhnya dari suatu penelitian.2Sugiono menjelaskan pengertian dimaksud dengan mendefinisikan: “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Dalam meneliti masalah tersebut diatas ditentukan bahwa populasi penelitian adalah seluruh siswa/siswi kelas XI Madrasah Aliyah Pesantren Darunnajah Cipining Bogor yang berjumlah 70 (tuju puluh) orang. Dalam penelitian ini, diambil seluruh populasi sebagai sample (penelitian populasi) karena populasi kurang dari 100 (seratus).

Tabel 1

Data Populasi dan Sample

No Kelas Populasi Sampel (%)

1 Kelas XI A 30 30 100 %

2 Kelas XI B 25 25 100 %

3 Kelas XI C 15 15 100 %

Jumlah 70 70 100 %

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data digunakan teknik sebagai berikut: 1. Observasi (pengamatan)

Untuk menyampaikan dan membuktikan keadaan yang sebenarnya dari informasi tentang kedisplinan guru dan motivasi belajar siswa yang

(38)

diperoleh, maka penulis mengadakan observasi kegiatan-kegiatan siswa/siswi dengan pengamatan secara langsung.

2. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan, seperti kepala Madrasah Aliyah Darunnajah, dan dewan guru.

3. Dokumentasi

Penulis memerlukan data guru, data siswa, dan dokumen penting lainya sebagai penunjang karya ilmiah ini.

4. Angket

Angket atau kuesioner adalah instrument pengumpulan data yang digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung, artinya responden secara tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui media tertentu.3Dibuat angket yang berjumlah 20 pertanyaan mengenai kedisiplinan guru, dan 20 pertanyaan mengenai motivasi belajar siswa. Angket ini disebarkan kepada 70 siswa/siswi kelas XI MA Darunnajah Cipining Bogor.

F. Instrumen Penelitian 1. Variabel Disiplin Guru

a. Definisi Konseptual

Yang dimaksud dengan kedisiplinan guru adalah suatu tindakan/kondisi tertib dan teratur tersebut tercermin dalam kedisiplinan terhadap waktu, loyalitas terhadap kerja sebagai guru dan kepatuhan guru terhadap aturan dan disiplin yang telah disepakatu.

b. Definisi Operasional

Kedisiplinan Guru adalah skor yang diperoleh dari angket/kuisioner yang diisi oleh responden terhadap keadaan atau tindakan tertib dan teratur yang dihasilkan oleh guru-guru di sekolah, meliputi tertib dan teratur

(39)

dalam disiplin waktu, loyalitas kerja dan kepatuhan guru dalam melaksanakan aturan.

c. Kisi-kisi Instrument

Tabel 2

Kisi-kisi Instrumen Kedisiplinan Guru Variabel

Bebas

Indikator No. Item

Kdisiplinan Guru

Bekerja tepat waktu baik diawal maupun diahir pembelajaran

1

mengevaluasi dan

mengembalikan hasil kerja peserta didik

2.16

Mencatat kehadiran peserta didik

3

Menasehati peserta didik 4.17.18.19.20 Disiplin melaksanakan tugas

administrasi

2. Variabel Motivasi Belajar Siswa d. Definisi Konseptual

Yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa adalah doronganngan yang

mengerakkan siswa untuk berdisiplin, tekun dan ulet dalam melakukan

kegiatan belajar.

(40)

Motivasi belajar siswa adalah skor yang diperoleh dari angket/kuisioneryang diisi oleh responden terhadap keadaan motivasi belajar siswa dalam melaksanakan kegitan belajar, seperti disiplin, tekun dan ulet dalam melakukan kegiatan belajar.

c. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa Variabel

Terikat

Indikator No.Item

Motivasi Belajar Siswa

Ulet menghadapi kesulitan 1.2.3.7.16.1 9.20 Senang bekerja mandiri 17.18 Menunjukan minat dalam

belajar

9.10.13

Keinginan memenuhi kebutuhan

8.12.14.15

Senang mencari dan memecahkan soal-soal

5.6

Tanggung jawab .11

Berusaha Unggul 4

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari dua macam yaitu mengenai kedisiplinan guru sebagai variabel (X) dan motivasi belajar siswa sebagai variabel (Y).

(41)

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kedisiplinan guru

XY = Jumlah hasil kali x dengan skor y yang berpasangan X2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x Y2 = Jumlah skor ysng dikuadratkan dalam sebaran y N = Banyaknya skor x dan skor y yang berpasangan

Interpretasi kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi product moment seperti dibawah ini:4

4

(42)

Tabel 4

Interpretasi Produck Moment Besarnya “r”

Produk Moment (rxy)

Interpretasi

0.00-0.20 Antara variabel x dan variable y terdapat korelasi tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi

0.20-0.40 Antara variable x dan variable y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0.40-0.70 Antara variable x dan variable y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan

0.70-0.90 Antara variable x dan variable y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MA Darunnajah Cipining Bogor a. Letak Geografis

Madrasah Aliyah (MA) Darunnajah 2 Bogor Merupakan salah satu madrasah Aliyah yang berada di wilayah Bogor Barat. Terletak di jalan Argapura po box 1 Jasinga, Bogor.

Sekolah ini memiliki lokasi yang strategis dan tenang untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar. Dibangun diatas tanah seluas 70 Ha.

b. Keunggulan Madrasah Aliyah Darunnajah (MA) Bogor.

Adapun keunggulan Madrasah Aliyah Darunnajah 2 Bogor dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainya adalah sebagai berikut:

(44)

Madrasah Aliyah Darunnajah 2 Bogor juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang belajar siswa seperti laboratorium bahasa, laboratorium IPA, Laboratorium computer, Internet, dan sarana-sarana olah raga dan sarana lainya yang mendukung proses belajar mengajar sehingga berjalan dengan baik.

c. Struktur Organisasi.

(45)

Struktur Organisasi MA Darunnajah

d. Visi dan Misi Madrasah Aliyah darunnajah Cipining Bogor

Visinya adalah terciptanya kader mundzirul qaum yang kompeten dan kapabel sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman Misinya adalah :

 Membentuk an mempersiapkan kader ulama' yang amilin dan sholihin agar mampu menyampaikan dakwah islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat

 Mempersiapkan guru-guru agama islam Kepala Sekolah

Drs. Abd. Rosyid

PKS Kurikulum

Nasikhun, SE

PKS Kesiswaan

Faruq Abshori, S.Pd.I Komite Sekolah

Kep. Tata Usaha Anton S., S.Pd.I

Sarana Prasarana

Mustajab Anwar, S.Pd.I

Humas

Katena PG, S.Pd.I

(46)

 Mempersiapkan pemimpin-pemimpin muslim yang luas pengetahuanya

e. Pendidik, Tenaga Administrasi dan Siswa

Madrasah Aliyah Darunnajah (MA) dikelola oleh beberapa pendidik yang keseluruhanya berjumlah 38 orang. Terdiri dari 26 orang guru laki-laki dan 13 orang guru perempuan. Dalam suatu lembaga pendidikan tidak hanya membutuhkan tenaga pendidik saja akan tetapi memerlukan tenaga pegawai lainya, seperti tenaga administrasi dan karyawan.Jumlah siswa-siswi Madrasah Aliyah Darunnajah pada tahun ajaran 2009-2010 berjumlah 200 orang siswa siswi dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5.

data siswa-siswi MA Darunnajah (Tahun Ajaran 2009-2010)

No Kelas L P Jumlah

1 X (Sepuluh) 35 37 72

2 XI (Sebelas) 36 34 70

3 XII (Dua Belas) 40 41 81

Jumlah 111 112 223

f. Fasilitas Pendidikan

Berbagai fasilitas yang ada di Madrasah Aliyah Darunnajah (MA) Cigudeg Bogor adalah sebagai berikut :

a. Gedung yang permanent

b. Perkantoran : ruang pimpinan, ruang guru dan ruang tata usaha c. Ruang belajar/kelas

(47)

e. Laboratorium computer f. Laboratorium IPA g. Laboratorium Bahasa h. Ruang OSIS

i. Masjid

j. Lapangan olah raga k. Kamar mandi dan gudang

B. Diskripsi Data

1. Data Disiplin Guru

Tabel 6. Data Kedisiplinan Guru

Madrasah Aliyah Pesantren DarunnajahCipining No Resp

.

Nilai Kategori No Resp. Nilai Kategori

1 1 74 Baik 36 36 77 Baik

2 2 72 Cukup 37 37 79 Baik

3 3 68 Cukup 38 38 71 Cukup

4 4 76 Baik 39 39 62 Cukup

5 5 71 Cukup 40 40 68 Cukup

6 6 76 Baik 41 41 81 Baik

7 7 80 Baik 42 42 81 Baik

8 8 88 Sangat Baik 43 43 90 Sangat Baik

9 9 78 Baik 44 44 70 Cukup

10 10 92 Sangat Baik 45 45 78 Sangat Baik

11 11 81 Baik 46 46 85 Baik

12 12 78 Baik 47 47 53 Rendah

(48)

14 14 69 Cukup 49 49 81 Baik

15 15 81 Baik 50 50 70 Cukup

16 16 70 Cukup 51 51 70 Cukup

17 17 54 Rendah 52 52 88 Sangat Baik

18 18 66 Cukup 53 53 82 Baik

19 19 80 Baik 54 54 80 Baik

20 20 70 Cukup 55 55 65 Cukup

21 21 75 Baik 56 56 68 Cukup

22 22 67 Cukup 57 57 65 Cukup

23 23 49 Rendah 58 58 79 Baik

24 24 64 Cukup 59 59 70 Cukup

25 25 69 Cukup 60 60 81 Baik

26 26 75 Baik 61 61 89 Sangat Baik

27 27 77 Baik 62 62 82 Baik

28 28 60 Rendah 63 63 79 Baik

29 29 60 Rendah 64 64 74 Baik

30 30 74 Baik 65 65 86 Sangat Baik

31 31 76 Baik 66 66 65 Cukup

32 32 63 Cukup 67 67 82 Baik

33 33 62 Cukup 68 68 75 Baik

34 34 68 Cukup 69 69 63 Cukup

34 34 64 Cukup 70 70 68 Cukup

Jumlah 5142

Kategori kedisiplinan Guru : 49-60 = Rendah

61-73 = Cukup 74-85 = Baik

(49)

Tabel 7

Distribusi Frekwensi Kategori Skor Angket Kedisiplinan Guru

N0 Kelas Frekwensi Prosentase

1 49-60 5 7.1%

2 61-73 28 40%

3 74-85 30 42.8%

4 86-97 7 10%

Distribusi frekwensi kategori skor kedisiplinan guru secara visual diperlihatkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 1

Distribusi Frekwensi Kategori Skor Angket Kedisiplinan Guru

0 5 10 15 20 25 30 35

49-60 61-73 74-85 86-97

Frekwensi

(50)

Tabel 8

Distribusi Frekwensi Kedisiplinan Guru

No Kleas Interval F Frekwensi Relatif (%)

1 49-54 3 4,3%

2 55-60 2 2,8%

3 61-66 10 14,3%

4 67-73 18 25,7%

4 74-79 17 24,3%

6 80-85 13 18,3%

7 86-91 6 8,3%

8 92-97 1 1,4%

Skor rata-rata (mean) = 73,5 (kategori cukup)

Distribusi frekwensi kedisiplinan guru secara virsual diperlihatkan dalam bentuk diagram pada gambar berikut ini:

Grafik 2

Distribusi Frekwensi Kedisiplinan Guru

0 5 10 15 20

49-54 55-60 61-66 67-73 74-79 80-85 86-91 92-97

Kelas Interval

Fre

k

w

e

ns

i

(51)

2. Data Motivasi Belajar Siswa

Tabel 9.Data Motivasi Belajar Siswa

Madrasah Aliyah PesantrenDarunnajah Cipining No Resp

.

Nilai Kategori No Resp. Nilai Kategori

1 1 62 Rendah 36 36 77 Baik

2 2 82 Baik 37 37 85 Sangat Baik

3 3 70 Cukup 38 38 84 Baik

4 4 88 Sangat Baik 39 39 62 Rendah

5 5 61 Rendah 40 40 89 Sangat Baik

6 6 82 Baik 41 41 76 Cukup

7 7 75 Cukup 42 42 76 Cukup

8 8 62 Rendah 43 43 80 Baik

9 9 72 Cukup 44 44 72 Cukup

10 10 83 Baik 45 45 81 Baik

11 11 72 Cukup 46 46 76 Cukup

12 12 88 Sangat Baik 47 47 68 Rendah

13 13 62 Rendah 48 48 86 Rendah

14 14 70 Cukup 49 49 62 Rendah

15 15 66 Rendah 50 50 79 Baik

16 16 81 Baik 51 51 76 Cukup

17 17 62 Rendah 52 52 87 Sangat Baik

18 18 75 Cukup 53 53 71 Cukup

19 19 82 Baik 54 54 70 Cukup

20 20 71 Cukup 55 55 76 Cukup

21 21 62 Rendah 56 56 76 Cukup

22 22 66 Rendah 57 57 61 Rendah

23 23 69 Cukup 58 58 72 Cukup

(52)

25 25 79 Baik 60 60 70 Cukup

26 26 62 Rendah 61 61 68 Rendah

27 27 81 Baik 62 62 62 Rendah

28 28 84 Baik 63 63 62 Rendah

29 29 77 Baik 64 64 73 Cukup

30 30 87 Sangat Baik 65 65 78 Baik

31 31 72 Cukup 66 66 66 Rendah

32 32 76 Cukup 67 67 61 Rendah

33 33 62 Rendah 68 68 73 Cukup

34 34 75 Cukup 69 69 67 Rendah

34 34 62 Rendah 70 70 66 Rendah

Jumlah 5099

61-68 = Rendah 69-76 = Cukup 77-84 = Baik

85-92 = Sangat Baik

Tabel 10

Distribusi Frekwensi Kategori Skor Motivasi Belajar Siswa

N0 Kelas Frekwensi Prosentase

1 61-68 23 32,8%

2 69-76 25 35,7%

3 77-84 15 21,4%

4 85-92 7 10%

(53)

Grafik 3

Distribusi Frekwensi Kategori Skor Motivasi Belajar Siswa

0 10 20 30

61-68 69-76 77-84 85-92

Kelas Interval

Fre

k

w

e

ns

i

Frekwensi

Data motivasi belajar siswa diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada 70 siswa dan diperoleh skor terendah 61 dan skor tertinggi 89. rentangan skor diperoleh 28, kelas interval 8, panjang kelas 4, dan nilai rata-rata 72,8, selanjutnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 11

Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Siswa

No Kleas Interval F Frekwensi Relatif (%)

1 61-64 16 22,8%

2 65-68 7 10%

3 69-72 13 18,6%

4 73-76 12 17,1%

4 77-80 6 8,6%

6 81-84 9 12,9%

7 85-88 6 8,6%

(54)

Skor rata-rata (mean) = 72,8 (kategori cukup)

Distribusi frekwensi motivasi belajar siswa secara virsual diperlihatkan dalam bentuk diagram pada gambar berikut ini:

Grafik 4

Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Siswa

0 5 10 15 20

61-64 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 89-92

Kelas Interval

1. Rata-rata Nilai Kedisiplinan Guru:

X =

Simpangan Baku (sd) : S2= S2

S2= 94.7

(55)

Rentang/Range = Xm ax-Xm in

(56)

X2 =

X2hitung lebih kecil dari X2tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa skor kedisiplinan guru berdistribusi normal.

2. Rata-rata Nilai Motivasi Belajar Siswa:

X =

Variansi Motivasi belajar Siswa

S2=

Simpangan Baku (sd) : S2= S2

S2= 69.8

(57)

Rentang/Range = Xm ax-Xm in

Panjang Kelas Interval = 4 4 7

(58)

X2 =

X2hitung lebih kecil dari X2tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa skor

motivasi belajar siswa berdistribusi normal. D. Uji Hipotesis

Tabel 14.

Pengujian Korelasi Skor Kedisiplinan Guru (X) dan Skor Motivasi Belajar Siswa (Y)

(59)

14 69 68 4761 4624 4692

15 81 52 6561 2704 4212

16 100 81 10000 6561 8100

17 54 74 2916 5476 3996

18 66 49 4356 6241 3234

19 80 82 6400 6724 6560

20 70 71 4900 5041 4970

21 75 60 5625 3600 4500

22 67 61 4489 3721 4087

23 49 69 2401 4761 3381

24 64 67 4096 4489 4288

25 69 79 4761 6241 5451

26 75 74 5625 5476 5550

27 77 81 5929 6561 6237

28 60 84 3600 7056 5040

29 60 77 3600 5929 4620

30 74 87 5476 7569 6438

31 76 72 5776 5184 5472

32 63 79 3969 6241 4977

33 62 74 3844 5476 4588

34 68 75 4624 5625 5100

35 64 60 4096 3600 3840

36 77 77 5929 5929 5929

37 79 85 6241 7225 6715

38 71 84 5041 7056 5964

39 62 74 3844 5476 4588

40 68 89 4624 7921 6052

41 81 76 6561 5776 6156

42 81 76 6561 5776 6156

43 90 80 8100 6400 7200

44 70 72 4900 5184 5040

45 78 81 6984 6561 6318

46 85 79 7225 6241 6715

47 53 68 2809 4624 3604

(60)

49 81 75 6561 5625 6075

50 70 79 4900 6241 5530

51 70 79 4900 6241 5530

52 88 87 7744 7569 7656

53 82 71 6724 5041 5822

54 80 70 6400 4900 5600

55 65 76 4225 5776 4940

56 68 76 4624 5776 5168

57 65 58 4225 3364 3770

58 79 72 6241 5184 5688

59 70 69 4900 4761 4830

60 81 70 6561 4900 5670

61 89 68 7921 4624 6052

62 82 62 6724 3844 5084

63 79 74 6241 5476 5846

64 74 73 5476 5329 5402

65 86 78 7396 6084 6708

66 65 57 4225 3249 3705

67 82 44 6724 1936 3608

68 75 73 5625 5329 5475

69 63 60 3969 3600 3780

70 68 66 4624 4356 4488

Jumlah 5142 5099 389348 387595 380712

6. Setelah diketahui :

Perhitungan Korelasi Product Moment

= 5142 = 5099 = 380712

2

 = 389348 2

(61)

x y

Dari perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variabel X (kedisiplinan guru) dan variabel Y (motivasi belajar siswa) bertanda positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh sebesar 0.5.

Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara kasar atau sederhana

dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r”

product moment, ternyata besarnya rxy (0.5) yang besarnya berkisar antara 0,40-0,70 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang sedang atau cukupan.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau

tidak maka “r” hasil perhitungan dibandingkan dengan “r” table. Sebelum

membandingkan terlebih dahulu dicari derajat kebebasanya atau df ( degress of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

df = N-nr df = 70-2 = 68

(62)

pada harga “r” tabel tersebut rxy pada taraf signifikansi 5% (0,5) lebih besar dari pada harga “r” tabel, tetapi pada taraf signifikansi 1% (0,5) lebih kecil dari pada “r” tabel. Dengan demikian hipotesa alternatif diterima, artinya terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y dengan criteria sedang atau cukup.

Setelah ada korelasi maka dihitung seberapa besar kontribusinya dengan menggunakan koefisien determinasi (KD), dimana:

KD = r2 x 100% = (0,5)2x 100% = 0.25 x 100% = 25%

(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang penulis lakukan dengan judul “ Hubungan antara Kedisiplinan guru dengan Motivasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Cipining Bogor”, berdasarkan hasil analisa dari bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara kedisiplinan guru dengan motivasi belajar siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Cipining Bogor. 2. Kedisiplinan guru Madrasah Aliyah Darunnajah Cipining Bogor masuk

kategori cukup, dengan skor rata-rata 73.5.

3. Motivasi belajar siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Cipining Bogor masuk kategori cukup, dengan skor rata-rata 72.8.

B. Saran-Saran

1. Para guru diharapkan agar mempunyai kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab dalam melaksanakan profesinya.

2. Para guru hendaknya berusaha meningkatkan kedisiplinanya secara terus menerus, sehingga motivasi belajar siswa semakin meningkat, dan akan meningkatkan prestasi belajar mereka.

(64)

Gambar

Tabel Judul Tabel
Tabel 1 Data Populasi dan Sample
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Kedisiplinan Guru
Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu hukum khususnya dalam bagian hukum perdata dan hukum acara perdata dan juga mempunyai manfaat bagi

Berdasarkan pada tingkat pendapatan responden, diketahui bahwa sebagian besar pelanggan yang melakukan komplain adalah pelanggan dengan pendapatan antara Rp 24 juta - 36 juta

Hasil pengujianregresi yang tampak pada tabel 4.8, di bab 4 menunjukkan dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara positif yang signifikan dari intensitas

bahwa dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan, maka Desa

Új vállalkozási területek, kereskedelmi és szolgáltató központok, bevásárlóközpontok, logisztikai centrumok, (többnyire) magas presztízs ű új, szuburbán

Biaya operasi sistem pembangkit pada umumnya untuk kondisi normal, dikatakan dalam kondisi normal apabila tidak ada pengurangan beban saat kondisi normal di kurangi kondisi

Masukan data pada sistem ini dilakukan oleh 2 pengguna, yaitu admin, dan user (pihak sekolah). Berikut ini adalah hasil analisis kebutuhan masukan berdasarkan