PENDAPAT PASIEN RAWAT JALAN
PESERTA BPJS KESEHATAN
TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH:
DONI KURNIAWAN
NIM: 121524128
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENDAPAT PASIEN RAWAT JALAN
PESERTA BPJS KESEHATAN
TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
DONI KURNIAWAN
NIM: 121524128
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENDAPAT PASIEN RAWAT JALAN
PESERTA BPJS KESEHATAN
TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
OLEH:
DONI KURNIAWAN NIM: 121524128
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 27 Maret 2015
Disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dr. Wiryanto, M.S., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195110251980021001 NIP 195807101986012001
Dosen Pembimbing II, Dr. Wiryanto, M.S., Apt.
NIP 195110251980021001
Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt. Drs. Ismail, M.Si., Apt.
NIP 197803142005011002 NIP 195006141980031001
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001
Medan, April 2015 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
penelitian hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pendapat Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS Kesehatan Terhadap Pelayanan
Kefarmasian Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan 2014”. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.
Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama masa
pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Wiryanto, M.S., Apt., dan BapakHari Ronaldo Tanjung, S.Si.,
M.Sc., Apt., selaku pembimbing yang telah memberi motivasi dan membimbing
penulis dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, tulus dan ikhlas selama
penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada Direktur RSUDDr.Pirngadi Medan, dan Kepala
Instalasi RSUD Dr.Pirngadi Medan yang telah memberi izin dan fasilitas kepada
penulis, juga seluruh pegawai instalasifarmasi di RSUD Dr.Pirngadi Medan yang
telah menerima dan membantu penulis selama melakukan penelitian. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,
Apt., selaku ketua penguji, Bapak Drs. Ismail, M.Si., Apt., dan IbuDra.Juanita
Tauwijaya, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan evaluasi
Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa sayang yang tak terhingga
kepada AyahandaSupangat S.Pd., dan Ibunda Ginim, dan Adinda Dian
Gusriawan, Deni Kurniati, dan Rahmad Gusmawan yang selalu mendoakan,
memberi dukungan, semangat, serta kasih sayang kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada
sahabat dan teman-teman ekstensi S-1 Farmasi 2012 yang selalu memberi
dukungan, semangat, dan saran kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Medan, April 2015 Penulis
PENDAPAT PASIEN RAWAT JALAN
PESERTA BPJS KESEHATAN
TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK
Latar Belakang:Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untukmemberikan gambaran pendapat pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan tahun 2014.
Metode: Penelitian menggunakan metode pendekatan Cross Sectional (studi potong lintang) yang dilakukan padatanggal 10November 2014 - 30November 2014. Gambaran tentang pendapat pasien diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh 200 pasien secara acak sistematis, terdiri dari 20 pasien penerima bantuan iuran (PBI) dan 180 pasien bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI). Penilaian pendapat pasien dilakukan terhadap variabel kehandalan, ketanggapan, keyakinan, empati, dan bukti langsung.
Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapat pasien terhadap pelayanan kefarmasian, pasien PBI (100%) berpendapat sangat baik, dan pasien Non-PBI (78,3%) berpendapat baik, 39 pasien (21,7%) berpendapat sangat baik, tidak ada pasien yang berpendapat tidak baik.
Kesimpulan:Dapat disimpulkan bahwa pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan berpendapat baik terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh petugas instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan.
OPINION OF
BPJS KESEHATAN
OUTPATIENTPARTICIPANTS ON PHARMACEUTICAL
SERVICES
IN HEALTH DISTRICT GENERAL HOSPITAL AT
Dr.PIRNGADI MEDAN 2014
ABSTRACT
Background:Hospitals are required to provide health care safety, quality, and affordable. Pharmaceutical services is an integral part of the health care system hospital. This study was conducted to provide an overview opinion of BPJS
Kesehatanoutpatient participants in the Health District General Hospital
Dr.Pirngadi Medan 2014.
Methods:Research using cross sectional (cross-sectional study) conducted on 10 November 2014 – 30 November 2014. The description of patients' views obtained through questionnaires by 200 patients were randomized systematic, consisting of 20 patients receiving tuition assistance (PBI) and 180 patients not beneficiaries dues (Non-PBI). Assessment conducted on patients' views variable reliability, responsiveness, assurance, empathy, and direct evidence.
Result: Results showed that patients' views on pharmacy services, PBI patients (100%) argues very well, and the Non-PBI patients (78.3%) thought well, 39 patients (21.7%) thought very well, none of the patients thought not good.
Conclusion: It can be concluded that outpatient participants BPJS Kesehatan
argues well for pharmaceutical services provided by the hospital pharmacy personnel Dr.Pirngadi Medan.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis Penelitian ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Rumah Sakit ... 6
2.2 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ... 6
2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ... 8
2.3.1 Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) ... 9
2.3.2 Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) ... 10
2.4.1 Pendaftaran Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) .. 11
2.4.2 Pendaftaran Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) ... 12
2.4.3 Biaya Iuran Peserta BPJS Kesehatan ... 12
2.4.4 Cara Berobat Ke Rumah Sakit Menggunakan Kartu BPJS Kesehatan ... 13
2.5 Mutu Pelayanan Kesehatan ... 14
2.6 Pelayanan Kefarmasian ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1 Metode Penelitian ... 16
3.2 Data Penelitian ... 16
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
3.4 Populasi Dan Sampel ... 16
3.4.1 Populasi ... 16
3.4.2 Sampel ... 17
3.4.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 17
3.4.3.1 Kriteria Inklusi ... 17
3.4.3.2 Kriteria Eksklusi ... 17
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 18
3.5.1 Bagian Yang Pertama ... 18
3.5.2 Bagian Yang Kedua ... 18
3.6 Penilaian Pendapat Pasien ... 20
3.7 Definisi Operasional ... 21
3.8 Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 22
3.8.1 Uji Validitas ... 22
3.9 Prosedur Penelitian ... 24
3.10 Analisis Data ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Karakteristik Responden Penelitian ... 26
4.1.1 Karakteristik Responden PBI ... 26
4.1.2 Karakteristik Responden Non-PBI ... 28
4.2 Penilaian Pendapat Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS Kesehatan PBI dan Non-PBI ... 30
4.3 Distribusi Pendapat Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS Kesehatan di RSUD Dr.Pirngadi Medan ... 31
4.3.1 Distribusi Pendapat Pasien PBI ... 31
4.3.2 Distribusi Pendapat Pasien Non-PBI ... 34
4.4 Hasil Uji Karakteristik Demografi Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS Kesehatan Terhadap Pendapat Pasien ... 37
4.4.1 Hasil Uji Karakteristik Demografi Pasien Penerima Bantuan Iuran (PBI) Terhadap Pendapat Pasien ... 37
4.4.2 Hasil Uji Karakteristik Demografi Pasien Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) Terhadap Pendapat Pasien ... 39
4.5 Perbandingan Pendapat Pasien Antara Pasien Peserta BPJS Kesehatan PBI dan Non-PBI ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 22
Tabel 3.2 Hasil Uji Reabilitas Kuesioner ... 23
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Peserta BPJS Kesehatan PBI ... 27
Tabel 4.2 Krakteristik Pasien Peserta BPJS Kesehatan Non-PBI ... 29
Tabel 4.3 Penilaian Pendapat Pasien PBI dan Non-PBI ... 31
Tabel 4.4 Distribusi Pendapat Pasien Peserta BPJS Kesehatan PBI ... 33
Tabel 4.5 Distribusi Pendapat Responden Peserta BPJS Kesehatan Non-PBI ... 36
Tabel 4.6 Analisis Hasil Uji Karakteristik Demografi Pasien PBI Dengan Pendapat Pasien ... 38
Tabel 4.7 Analisis Hasil Uji Karakteristik Demografi Pasien Non-PBI Dengan Pendapat Pasien ... 40
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Peserta Penelitian ... 46
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Peserta Penelitian ... 47
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 48
Lampiran 4. Uji Normalitas Data ... 52
Lampiran 5. Uji Validitas ... 53
Lampiran 6. Uji Reliabilitas ... 55
Lampiran 7. Hasil Analisis Pendapat Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS Kesehatan PBI dan Non-PBI ... 56
Lampiran 8. Hasil Uji Karakteristik Responden Terhadap Pendapat Pasien PBI ... 57
Lampiran 9. Hasil Uji Karakteristik Responden Terhadap Pendapat Pasien Non-PBI ... 59
Lampiran 10. Perbandingan Pendapat Pasien Antara Pasien Peserta BPJS Kesehatan PBI dan Non-PBI ... 61
Lampiran 11. Surat Permohonan Penelitian ... 62
PENDAPAT PASIEN RAWAT JALAN
PESERTA BPJS KESEHATAN
TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK
Latar Belakang:Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untukmemberikan gambaran pendapat pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan tahun 2014.
Metode: Penelitian menggunakan metode pendekatan Cross Sectional (studi potong lintang) yang dilakukan padatanggal 10November 2014 - 30November 2014. Gambaran tentang pendapat pasien diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh 200 pasien secara acak sistematis, terdiri dari 20 pasien penerima bantuan iuran (PBI) dan 180 pasien bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI). Penilaian pendapat pasien dilakukan terhadap variabel kehandalan, ketanggapan, keyakinan, empati, dan bukti langsung.
Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapat pasien terhadap pelayanan kefarmasian, pasien PBI (100%) berpendapat sangat baik, dan pasien Non-PBI (78,3%) berpendapat baik, 39 pasien (21,7%) berpendapat sangat baik, tidak ada pasien yang berpendapat tidak baik.
Kesimpulan:Dapat disimpulkan bahwa pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan berpendapat baik terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh petugas instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan.
OPINION OF
BPJS KESEHATAN
OUTPATIENTPARTICIPANTS ON PHARMACEUTICAL
SERVICES
IN HEALTH DISTRICT GENERAL HOSPITAL AT
Dr.PIRNGADI MEDAN 2014
ABSTRACT
Background:Hospitals are required to provide health care safety, quality, and affordable. Pharmaceutical services is an integral part of the health care system hospital. This study was conducted to provide an overview opinion of BPJS
Kesehatanoutpatient participants in the Health District General Hospital
Dr.Pirngadi Medan 2014.
Methods:Research using cross sectional (cross-sectional study) conducted on 10 November 2014 – 30 November 2014. The description of patients' views obtained through questionnaires by 200 patients were randomized systematic, consisting of 20 patients receiving tuition assistance (PBI) and 180 patients not beneficiaries dues (Non-PBI). Assessment conducted on patients' views variable reliability, responsiveness, assurance, empathy, and direct evidence.
Result: Results showed that patients' views on pharmacy services, PBI patients (100%) argues very well, and the Non-PBI patients (78.3%) thought well, 39 patients (21.7%) thought very well, none of the patients thought not good.
Conclusion: It can be concluded that outpatient participants BPJS Kesehatan
argues well for pharmaceutical services provided by the hospital pharmacy personnel Dr.Pirngadi Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan. Upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan
penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan
upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikut sertakan
masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan
(Pemerintah RI, 2009).
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah(Presiden RI,
2013).
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada dasarnya merupakan program
negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak apabila terjadi hal-hal
yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena
menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia
Pembentukan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan
sosial (BPJS) ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), setelah Putusan
Mahkamah Konstitusi terhadap perkara Nomor 007/PUUIII/2005, guna
memberikan kepastian hukum bagi pembentukan BPJS untuk melaksanakan
program Jaminan Sosial di seluruh Indonesia. Undang-Undang ini merupakan
pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN yang mengamanatkan pembentukan BPJS (Pemerintah
RI, 2011).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupaka
menyelenggarakan
rakyat
PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang
BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal
jaminan kesehatan (Pemerintah RI, 2011).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan dan menyediakan
pelayanan beruparawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Jasa pelayanan rumah
sakit pada jaman sekarang mengalami perkembangan seiring adanya peningkatan
kebutuhan dari masyarakat dan bertambahnya jumlah rumah sakit negeri dan
swasta. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu
rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 228/2002. Kesadaran masyarakat yang
semakin tinggi terhadap pentingnya kesehatan merupakan salah satu alasan bahwa
kebutuhan akan sarana dan prasarana kesehatan juga semakin meningkat. Selain
itu pula masyarakat akan semakin bijak dan selektif dalam memilih mana yang
terbaik dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Taraf hidup
yang semakin baik menuntut penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas
(Lusiana, dkk., 2013).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi yang beralamat di Jl.
Prof. H. Yamin N. 47, Medan, berdiri pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh
pemerintah kolonial Belanda dengan nama "Gementa Zieken Huis". Pelaksanaan
BPJS Kesehatan yang sudah dimulai Januari 2014, maka Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Pirngadi Medan terus melakukan pembenahan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Termasuk merenovasi dan menambah ruangan. Untuk
meningkatkan layanan, rumah sakit ini telah membenahi infrastruktur yang ada di
rumah sakit.
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan gambaran pendapat pasien rawat
jalan peserta BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
tahun 2014.
1.2 Perumusan masalah
a. Bagaimana pendapat pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan terhadap
kualitas pelayanan kefarmasian di RSUD Dr.Pirngadi Medan?
b. Apakah karakteristik demografi pasien mempengaruhi pendapat pasien rawat
jalan peserta BPJS Kesehatan terhadap kualitas pelayanan kefarmasian di
RSUD Dr.Pirngadi Medan?
1.3 Hipotesis Penelitian
a. Pendapat pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan terhadap kualitas
pelayanan kefarmasian di RSUD Dr.Pirngadi Medan adalah baik.
b. Karakteristik demografi pasien mempengaruhi pendapat pasien rawat jalan
peserta BPJS Kesehatan terhadap kualitas pelayanan kefarmasian di RSUD
Dr.Pirngadi Medan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui pendapat pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan
kefarmasian di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
b. Untuk mengetahuiapakah karakteristik demografi pasien mempengaruhi
pendapatpasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan terhadap kualitas
pelayanan kefarmasian di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya
sebagai berikut:
Dengan penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Dr.Pirngadi Medan sebagai bahan pertimbangan
dalam meningatkan kualitas pelayanan sehingga harapan pasien dapat
terpenuhi.
b. Bagi Orang Lain
Sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan mengenai objek
yang diteliti dan bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian pada objek atau masalah yang sama.
1.6Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1.1 menunjukkan alur pemikiran dalam penelitian ini.
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
Karakteristik demografi 1. Umur
2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan
6. Kunjungan Pendapat pasien
Variabel Bebas
Variabel Terikat
1. Kehandalan 2. Ketanggapan 3. Keyakinan 4. Empati
5. Bukti Langsung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
Rowland dan Rowland dalam buku Hospital Administration Handbook
(1984) menyampaikan bahwa rumah sakit adalah salah satu sistem kesehatan yang
paling kompleks dan paling efektif di dunia. Rumah sakit tidak hanya sebuah
tempat tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah institusi dan sebuah organisasi. Rumah
sakit merupakan lembaga yang padat moral, padat karya, padat teknologi dan
padat pula masalah yang dihadapinya.
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 bahwa
rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah sakit mempunyai misi
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit
adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
2.2 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk
membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu.Dengan
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan
sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan
hukum publik berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan,
kehatihatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana
amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan
Peserta.
Pembentukan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, setelah Putusan Mahkamah
Konstitusi terhadap perkara Nomor 007/PUUIII/2005, guna memberikan
kepastian hukum bagi pembentukan BPJS untuk melaksanakan program
Jaminan Sosial di seluruh Indonesia. Undang-Undang ini merupakan
pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan
pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi
kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN
(Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014. Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kementerian Kesehatan tidak lagi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat, Kementerian
Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia
tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya,
kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan
operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden dan PT Jamsostek
(Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset
dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi
aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan, semua
pegawai PT Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan dan Menteri
Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham
mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah
dilakukan audit oleh kantor akuntan publik dan Menteri Keuangan
mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS Kesehatan dan laporan
posisikeuangan pembuka dana jaminan kesehatan.
Kepesertaan BPJS Kesehatan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran
2.3.1 Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana yang dimaksud merupakan
peserta yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas
(Presiden RI, 2012):
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.
2. Kriteria Fakir Miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh menteri di bidang
sosial setelah berkoordinasi dengan menteri dan /atau pimpinan lembaga terkait
3. Kriteria Fakir Miskin dan Orang tidak mampu sebagaimana dimaksud menjadi
dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
statistik untuk melakukan pendataan
4. Data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang telah diverifikasi dan
divalidasi sebagaimana dimaksud, sebelum ditetapkan sebagai data terpadu
oleh Menteri di bidang sosial, dikoordinasikan terlebih dahulu dengan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri
dan/atau pimpinan lembaga terkait.
5. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri dirinci menurut provinsi dan
kabupaten/kota.
6. Data terpadu sebagaimana dimaksud menjadi dasar bagi penentuan jumlah
nasional PBI Jaminan Kesehatan.
7. Data terpadu sebagaimana dimaksud, disampaikan oleh Menteri di bidang
sosial kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
8. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada
BPJS Kesehatan
9. Penetapan jumlah PBI Jaminan Kesehatan pada tahun 2014 dilakukan dengan
menggunakan hasil Pendataaan Program Perlindungan Sosial tahun 2011.
10.Jumlah peserta PBI Jaminan Kesehatan yang didaftarkan ke BPJS Kesehatan
sejumlah 86,4 juta jiwa.
2.3.2 Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI)
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana yang dimaksud
merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu
yang terdiri atas (Presiden RI, 2013):
1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
f. Pegawai swasta dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima
Upah.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, terdiri atas pekerja di
luar hubungan kerja dan pekerja mandiri.
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima pensiun
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan dan
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang
mampu membayar iuran.
4. Penerima Pensiun sebagaimana yang dimaksud terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
d. Penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana yang
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun
(Presiden RI, 2012).
2.4Cara Mendaftar Menjadi Peserta BPJS Kesehatan
2.4.1 Pendaftaran peserta penerima bantuan iuran (PBI)
1. Calon Peserta datang ke Puskesmas dengan membawa KTP (kartu tanda
penduduk) yang masih berlaku, dan KK (kartu keluarga)
2. Mengisi formulir Pendaftaran BPJS Kesehatan.
3. Kemudian mendaftar kepada Bidan Desa
4. Bidan Desa akan memasukkan data-data calon peserta ke Dinas Kesehatan
5. Dinas Kesehatan akan memberikan data-data calon peserta ke BPJS
6. BPJS Kesehatan akan menggeluarkan kartu Peserta BPJS Kesehatan
2.4.2 Pendaftaran peserta bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI)
1. Calon peserta langsung datang ke kantor BPJS Kesehatan dengan membawa
persyaratan sebagai berikut:
a. KK (Kartu Keluarga)
b. KTP (kartu tanda penduduk) yang masih berlaku
c. kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
d. Alamat Email dan No Hp calon peserta
e. Nomor Rekening penanggung yang digunakan untuk pembayaran iuran
2. Mengisi formulir Pendaftaran BPJS Kesehatan.
3. Setelah mengisi formulir, maka akan mendapatkan Virtual Account yang
digunakan sebagai nomor transaksi untuk pembayaran premi. Virtual account
berlaku untuk masing-masing individu calon peserta.
4. Bagi calon peserta harus membayar iuran terlebih dahulu melakukan
pembayaran ke bank dengan virtual account yang sudah diberikan BPJS
Kesehatan. Setelah membayar iuran anda resmi menjadi anggota BPJS
kesehatan.
5. Kemudian calon peserta akan mendapatkan kartu anggota BPJS Kesehatan.
2.4.3 Biaya Iuran Peserta BPJS Kesehatan
1. Biaya iuran peserta penerima bantuan iuran (PBI)
Peserta BPJS Kesehatan PBI dibayar oleh pemerintah sebesar Rp
19.225/orang/bulan
2. Biaya iuran bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI)
II. 3% dari Pemerintah
b. Pegawai Perusahaan 4,5% (gaji): I. 0,5% dari Pekerja
II. 4% dari Perusahaan
c. Mandiri: Kelas 1 = Rp 59.500/orang/bulan
Kelas 2 = Rp 42.500/orang/bulan
Kelas 3 = Rp 25.500/orang/bulan (Presiden RI, 2013).
2.4.4 Cara berobat ke Rumah Sakit menggunakan kartu BPJS Kesehatan
a. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatanserta surat rujukan dari
fasilitas kesehatantingkat pertama
b. Peserta melakukan pendaftaran ke rumah sakit dengan memperlihatkan
identitas dan suratrujukan
c. Fasilitas kesehatan bertanggung jawabuntuk melakukan pengecekan
keabsahankartu dan surat rujukan serta melakukaninput data ke dalam
aplikasi Surat ElijibilitasPeserta (SEP) dan melakukan pencetakanSEP
d. Petugas BPJS kesehatan melakukanlegalisasi SEP
e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan,perawatan, pemberian
tindakan, obat danbahan medis habis pakai (BMHP)
f. Setelah mendapatkan pelayanan pesertamenandatangani bukti pelayanan
padalembar yang disediakan. Lembar buktipelayanan disediakan oleh
masing-masingfasilitas kesehatan
g. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk kepoli lain selain yang tercantum
dalam suratrujukan dengan surat rujukan/konsul intern.
h. Atas indikasi medis peserta dapat dirujukke Fasilitas kesehatan lanjutan
i. Apabila pasien masih memerlukanpelayanan di Faskes tingkat
lanjutankarena kondisi belum stabil sehinggabelum dapat untuk dirujuk
balik ke Faskestingkat pertama, maka Dokter Spesialis/SubSpesialis
membuat surat keterangan yangmenyatakan bahwa pasien masih
dalamperawatan.Apabila pasien sudah dalam kondisi stabilsehingga dapat
dirujuk balik ke Faskestingkat pertama, maka Dokter
Spesialis/SubSpesialis akan memberikan surat keteranganrujuk balik.
j. Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialistidak memberikan surat
keteranganyang dimaksud pada huruf i dan j makauntuk kunjungan
berikutnya pasien harusmembawa surat rujukan yang baru dariFaskes
tingkat pertama (BPJS Kesehatan, 2013).
2.5 Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien,
efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta
diselenggarakan secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan
etika yang baik (Azwar, 1995).
Berdasarkan batasan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan standar
profesi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara baik, sehingga semua
kebutuhan pelanggan dan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
2.6 Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggungjawab lagsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (Menkes RI, 2004). Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan
perlindungan terhadap pasien, berfungsi sebagai (Bahfen, 2006):
a. Menyediakan informasi tentang obat – obatan kepada tenaga kesehatan lainnya,
tujuan yang ingin dicapai mencakup mengidentifikasikan hasil pengobatan dan
tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapi, agar
diterapkan penggunaan secara rasional, memantau efek samping obat, dan
menentukan metode penggunaan obat.
b. Mendapat rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.
c. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi yang
berlawanan, keracunan, dan jika perlu memberikan saran untuk memodifikasi
pengobatan.
d. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada
pasien.
e. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatan bagi
pasien penyakit kronis.
f. Berpartisipasi dalam pengelolaan obat – obatan untuk pelayanan gawat darurat.
g. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat.
h. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mengetahui
pendapat pasien peserta BPJS Kesehatan di RSUD Dr.Pirngadi dengan teknik
survei menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan cross sectional (studi potong lintang) yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan
variabel dependen (Nursalam, 2009).
3.2 Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu penilaian yang diperoleh
langsung melalui pengisian angket (kuesioner) oleh responden.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilaksanakan pada tanggal 10 November 2014 – 30 November
2014 di RSUD Dr.Pirngadi Medan yang dilakukan dengan cara membagikan
kuesioner kepada pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan di instalasi farmasi
RSUD Dr.Pirngadi Medan.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Saryono, 2011), sedangkan menurut Sugiyono (2007), populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan PBI dan Non PBI di RSUD
Dr.Pirngadi Medan. Berdasarkan data kunjungan pasien peserta BPJS Kesehatan,
rata-rata jumlah pasien PBI dalam 1 bulan yaitu 1.200 orang, dan jumlah pasien
Non PBI dalam 1 bulan yaitu 12.900 orang, jadi jumlah keseluruhan pasien
peserta BPJS Kesehatan dalam 1 bulan yaitu 14.100 orang (RSUD Dr.Pirngadi,
2014).
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalahyang memenuhi kriteria inklusi pasien
rawat jalan peserta BPJS Kesehatan di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Dalam
penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling dan penarikan jumlah
sampel menggunakan Calculator Raosoftdengan margin of error 6,88%, jumlah
sampel yang diambil yaitu 200 sampel, 180 pasien Non-PBI dan 20 pasien PBI
(www.Raosoft.com).
3.4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan di teliti (Nursalam, 2011).
Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
2. Berusia diatas 18 tahun.
3.4.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam,
2011).
Adapun yang menjadi kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien yang memiliki keterbelakangan mental
2. Pasien yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden.
Penyebaran kuesioner, teknik pengumpulan data yang disebarkan kepada
responden dengan menyusun daftar pertanyaan. Kuesioner penelitian terbagi atas
dua bagian.
3.5.1 Kuesioner bagian pertama
Bagian yang pertama yaitu identitas responden terdiri atas: 1. Kode (diisi peneliiti)
2. Tanggal 3. Nama 4. Umur
5. Jenis kelamin 6. Pendidikan 7. Pekerjaan
8. Tingkat penghasilan/bulan 9. Frekwensi kunjungan
3.5.2 Kuesioner bagian kedua
1. Kehandalan (reliability): Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang
dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
Item pertanyaan:
a. Kecepatan pelayanan obat
b. Obat tersedia dengan lengkap
c. Petugas melayani dengan ramah dan tersenyum
d. Petugas selalu siap membantu
2. Ketanggapan (responsiveness): kemampuan untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa dengan cepat atau tanggap.
Item pertanyaan:
a. Petugas cepat tanggap terhadap keluhan konsumen
b. Petugas mampu memberikan penyelesaian terhadap masalah yang
dihadapi konsumen
c. Terjadinya komunikasi yang baik antara petugas dan konsumen
d. Konsumen mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti
tentang resep/obat yang ditebusnya
3. Keyakinan (Confidence): pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
Item pertanyaan:
a. Petugas mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam
bekerja
b. Obat yang diperoleh terjamin kualitasnya
4. Empati (emphaty): syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi bagi pelanggan.
Item pertanyaan:
a. Petugas memberikan perhatian terhadap keluhan konsumen
b. Petugas memberikan pelayanan kepada semua konsumen tanpa
memandang status sosial
c. Konsumen merasa nyaman selama menunggu obat
5. Fasilitas berwujud (tangible): penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
Item Pertanyaan:
a. Apotek terlihat bersih dan rapi b. Kenyamanan ruang tunggu
c. Penataan eksterior dan interior ruangan d. Petugas apotek berpakain bersih dan rapi
Responden cukup menjawab pertanyaan pada kolom-kolom yang sudah tersedia menggunakan Skala Likert, yaitu memberi pilihan 5 jawaban alternatif diantaranya: Sangat Baik diberi skor 5, Baik diberi skor 4, Netral diberi skor 3, Tidak Baik diberi skor 2, dan Sangat Tidak Baik diberi skor 1.
3.6 Penilaian Pendapat Pasien
Penilaian pendapat pasien dengan cara menjumlahkan nilai total dari semua pertanyaan, sehingga akan didapat total skor dari setiap pasien, adapun kriteria pendapat pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan:
1. (0 – 30) = Tidak Baik 2 (31 – 60) = Baik
3.7 Definisi Operasional
1. Pendapat adalah tindakan menggungkapkan apa yang dipercayai, dinilai dan
diharapkan seseorang dari objek-objek dan situasi tertentu. Tindakan itu bisa
pemberi suara, pernyataan verbal, dokumen tertulis atau bahkan diam,
singkatnya tindakan apapun yang bermakna adalah ungkapan pendapat
(Nimmo, 2000).
2. Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan pelayanan yang dapat
memenuhi keinginan konsumen/pelanggan yang diberikan oleh petugas
instalasi farmasi. Kualitas pelayanan diukur dengan lima indikator
pelayanan (kehandalan, daya tanggap, jaminan,dan empati, bukti langsung).
3. Kehandalan (reliability) merupakan kemampuan instalasi farmasi untuk
menghasilkan produk pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan.
Diantaranya adalah janji ditepati sesuai jadwal dan diagnosisnya terbukti
akurat.
4. Daya Tanggap (responsiveness) merupakan sikap petugas instalasi farmasi
dalam menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pasien.
Diantaranya adalah mudah diakses, tidak lama menunggu, dan bersedia
mendengar keluh kesah pasien.
5. Jaminan (assurance) adalah pengetahuan yang cukup luas, keramahan, dan
kesopanan karyawan yang harus dimiliki oleh para petugas instalasi farmasi
dalam memberikan rasa percaya serta keyakinan kepada para pasien.
6. Empati (emphaty) adalah kemampuan pihak instalasi farmasi untuk
mengenal pasien dengan baik, mengingat masalah (penyakit, keluhan)
sebelumnya, dan sabar.
7. Bukti fisik (tangible) adalah keberadaan fasilitas-fasilitas fisik, peralatan,
karyawan, sarana komunikasi dan alat-alat pendukung yang berujud dari
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada para pasien.
Diantaranya ruang tunggu, ruang operasi, dan peralatan (Bustami, 2011).
3.8Uji Validitas dan Uji Reabilitas Kuesioner
[image:37.595.113.508.329.738.2]3.8.1 Uji Validitas
Tabel 3.1 Hasil uji validitas kuesioner
Korelasi Nilai Korelasi Singnifikasi Keterangan
Pert 1 terhadap Total 0,734
0,05
Valid
Pert 2 terhadap Total 0,576 Valid
Pert 3 terhadap Total 0,742 Valid
Pert 4 terhadap Total 0,831 Valid
Pert 5 terhadap Total 0,753 Valid
Pert 6 terhadap Total 0,860 Valid
Pert 7 terhadap Total 0,827 Valid
Pert 8 terhadap Total 0,867 Valid
Pert 9 terhadap Total 0,724 Valid
Pert 10 terhadap Total 0,734 Valid
Pert 11 terhadap Total 0,827 Valid
Pert 12 terhadap Total 0,881 Valid
Pert 13 terhadap Total 0,859 Valid
Pert 14 terhadap Total 0,666 Valid
Pert 15 terhadap Total 0,782 Valid
Pert 16 terhadap Total 0,669 Valid
Pert 17 terhadap Total 0,687 Valid
Berdasarkan Tabel 3.1 nilai korelasi masing-masing item pertanyaan > 0,5,
maka disimpulkan bahwa semua item pertanyaan adalah valid (Ghozali, 2005).
Kuesioner penelitian ini mengadopsi kuesioner Utami (2014), yang terdiri
dari 18 pertanyaan variabel-variabel pendapat yaitu:
- 4 item pertanyaan untuk kehandalan
- 4 item pertanyaan untuk ketanggapan
- 3 item pertanyaan untuk keyakinan
- 3 item pertanyaan untuk empati
- 4 item pertanyaan untuk bukti langsung
3.8.2 Uji Reabilitas
Hasil uji reliabilitas kuesioner pada masing-masing variabel dapat dilihat
[image:38.595.112.515.460.517.2]seperti dibawah ini:
Tabel 3.2 Hasil uji reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach Alpha Keterangan
Pert 0,959 Reliabel
Dari Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa variabel penelitian mempunyai nilai
Cronbach Alpha > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan dari
kelima variabel adalah reliabel. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi
3.9 Prosedur Penelitian Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi untuk melakukan penelitian di RSUD Dr.Pirngadi Medan Mengumpulkan data penelitian Membagikan kuesioner penelitian kepada responden Memberikan surat izin
penelitian dari Fakultas Farmasi ke
Bagian Tata Usaha RSUD Dr.Pirngadi Medan untuk melakukan penelitian Meminta persetujuan kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan untuk melakukan penelitian Menyiapkan lembar kuesioner
yang akan diisi oleh responden
Mengolah data kuesioner Hasil
Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner penelitian Mengambil surat izin penelitian yang sudah
di validasi oleh Bagian Tata Usaha ke
Bagian Penelitian RSUD Dr.Pirngadi Medan Bagian Penelitian membalas surat dari fakultas farmasi bahwa penelitian telah selesai Memberikan surat izin
penelitian kepada kepala instalasi farmasi ( PBI dan Non-PBI) dari Bagian
Penelitian untuk melakukan penelitian Memberikan proposal penelitian serta slip pembayaran untuk penelitian kepada Bagian Penelitian Membayar biaya penelitian kepada bendahara RSUD Dr.Pirngadi Medan Memberikan surat selesai penelitian yang
telah disetujui kepala instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan kepada Bagian
Penelitian Meminta persetujuan selesai penelitian kepada kepala instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan Meminta surat izin
selesai penelitian kepada instalasi
3.10 Analisis Data
Data mutu pelayanan kefarmasian di RSUDDr.Pirngadi Medan
dipersentasikan dalam bentuk persen dan tabel serta dibandingkan dengan
standard yang ada. Sementara data pendapat pasien yang diperoleh dari kuesioner
juga disajikan dalam bentuk tabel dan persen. Untuk membandingkan pendapat
pasien berdasarkan karakteristik pasien dianalisis menggunakan statistic
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Karakteristik Responden Penelitian
Responden penelitian ini diperoleh dari RSUD Dr.Pirngadi Medan dengan
menggunakan pasien peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran dan bukan
penerima bantuan iuran (PBI dan Non-PBI). Dalam penelitian ini peneliti
mengambil 200 responden. Untuk pasien PBI sebanyak 20 responden, sedangkan
untuk pasien Non-PBI sebanyak 180 responden, hal ini berdasarkan perbandingan
jumlah kunjungan pasien setiap bulannya di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
4.1.1 Karakteristik Responden PBI
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat dari 20 responden yang diperoleh, 80 %
pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan yang datang berobat dan menebus
resep ke instalasi farmasi RSUDDr.Pirngadi Medan berusiaberada pada rentang
18-50 tahun, dimana usia tersebut masih termasuk dalam usia produktif. Bahwa
usia merupakan salah satu faktor dalam menentukan penilaian seseorang.
Berdasarkan usia seseorang kita dapat menentukan penilaian konsumen karena
pengetahuan, pandangan, dan pengalaman pada masa lalu akan mempengaruhi
penilaian atau pendapat seseorang dalam mendapatkan pelayanan yang
memuaskan terhadap sesuatu (Lita, 2003).
Berdasarkan jenis kelamin dari 20 responden yang diperoleh, dapat dilihat
bahwa sebagian besar pasien rawat jalan peserta PBJS Kesehatan yang datang
berobat dan menebus resep ke instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan adalah
Tabel 4.1 Krakteristik responden peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI)
No Karakteristik PBI
n=20 %
1 Umur
18-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun 51 Tahun ke atas
4 5 7 4 20% 25% 35% 20% 2 Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 12 8 60% 40% 3 Pendidikan
SD SMP SMA Diploma S1 Lain-lain - 3 15 2 - - - 15% 75% 10% - - 4 Pekerjaan
Mahasiswa/i Wiraswasta PNS
Pegawai swasta Ibu rumah tangga Lain-lain - 8 - 5 6 1 - 40% - 25% 30% 5% 5 Penghasilan
< 1.000.000 1.000.000-5.000.000 > 5.000.000 12 8 - 60% 40% - 6 Kunjungan
Pertama kali 2-5 kali
Lebih dari 5 kali
4 7 9 20% 35% 45%
Berdasarkan tingkat pendidikan dari 20 responden yang diperoleh, dapat
dilihat bahwa 15% pasien rawat jalan Peserta BPJS Kesehatan yang datang
berobat dan menebus resep ke instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan adalah
tamatan SMP, 75% tamatan SMA, 10% tamatan Diploma.
Berdasarkan penghasilan dari 20 responden yang diamati, dapat dilihat
Medanberpenghasilan< Rp 1.000.000,00 dan 40%berada pada rentang Rp
1.000.000,00 – Rp 5.000.000,00. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan dan
pekerjan pasien yang sebagian besar tamatan SMAdan bekerja sebagai pegawai
swasta. Tingkat pendapatan tiap bulan dapat menggambarkan tingkat
perekonomian keluarga,dimana perekonomian ini sangat mempengaruhi pola
kehidupan seseorang. Sehingga secara tidak langsung hal ini juga akan
mempengaruhi kepuasaan seseorang (Sutrisna, dkk., 2008).
Berdasarkan frekuensi penebusan resep keinstalasi farmasi dari 20
responden yang diamati, dapat dilihat bahwa pasien yang datang berobat dan
menebus resep ke instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan 20% pertama kali
datang,35%datang 2-5 kali dan 45% datang lebih dari 5 kali.
4.1.2 Karakteristik Responden Non-PBI
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat dari 180 responden yang diperoleh, 90 %
pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan yang datang berobat dan menebus
resep ke instalasi farmasi RSUDDr.Pirngadi Medan berusiaberada pada rentang
18-50 tahun, dimana usia tersebut masih termasuk dalam usia produktif.
Berdasarkan jenis kelamin dari 180 responden yang diperoleh, dapat dilihat
bahwa sebagian besar pasien rawat jalan peserta PBJS Kesehatan yangdatang
berobat dan menebus resep ke instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan adalah
Perempuan yaitu 54,4% dan diikuti oleh laki-laki sebanyak 45,6%.
Berdasarkan tingkat pendidikan dari 180 responden yang diperoleh, dapat
dilihat bahwa 1,1% pasien rawat jalan Peserta BPJS Kesehatan yang datang
tamatan SD, 5% tamatan SMP, 32,2% tamatan SMA, 22,2% tamatan Diploma dan
[image:44.595.117.511.166.639.2]diikuti dengan tamatan Perguruan tinggi sebanyak 38,9%.
Tabel 4.2Krakteristik responden peserta BPJS Kesehatan Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI)
No Karakteristik Non-PBI
n=180 %
1 Umur
18-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun 51 Tahun ke atas
73 50 41 16 40,6% 27,8% 22,8% 8,9%
2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 82 98 45,6% 54,4% 3 Pendidikan
SD SMP SMA Diploma S1 Lain-lain 2 9 58 40 70 1 1,1% 5,0% 32,2% 22,2% 38,9% 0,6% 4 Pekerjaan
Mahasiswa/i Wiraswasta PNS
Pegawai swasta Ibu rumah tangga Lain-lain 12 48 30 56 31 3 6,7% 26,7% 16,7% 31,1% 17,2% 1,7% 5 Penghasilan
< 1.000.000 1.000.000-5.000.000 > 5.000.000 - 164 16 - 91,1% 8,9% 6 Kunjungan
Pertama kali 2-5 kali
Lebih dari 5 kali
23 38 119 12,8% 21,1% 66,1%
Berdasarkan tingkat pendidikan, dilihat bahwa pasien yang datang cukup
memiliki pengetahuan sehingga dapat membantu peneliti untuk menjawab
seseorang terhadap sesuatu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu
faktor tersebut adalah tingkat pendidikan dan intelektual seseorang. Bahwa tingkat
pendidikan yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap pengetahuan, daya
tangkap informasi, sikap dan minat terhadap suatu alternatif atau pilihan sehingga
dengan pendidikan yang tinggi diharapkan akan memberikan penilaian yang
obyektif (Lita, 2003).
Berdasarkan penghasilan dari 180 responden yang diamati, dapat dilihat
bahwa 91,1% pasien yang datang ke instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan
berpenghasilan berada pada rentang Rp 1.000.000,00 – Rp 5.000.000,00 dan 8,9%
berpenghasilan >Rp 5.000.000,00.
Berdasarkan frekuensi penebusan resep keinstalasi farmasi dari 20
responden yang diamati, dapat dilihat bahwa pasien yang datang berobat dan
menebus resep ke instalasi farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan 12,8% pertama kali
datang,21,6%datang 2-5 kali dan 66,1% datang lebih dari 5 kali.
4.2 Penilaian Pendapat pasien PBI dan Non-PBI
Penilaian pendapat pasien dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari
variabel-variabel di atas, maka dapat diperoleh total nilai pendapat pasien
terhadap pelayanan kefarmasian di RSUD Dr.Pirngadi Medan yaitu, untuk pasien
PBI merasa sangat baik sebanyak 20 responden dengan persentase 100% dengan
rentang skor 61-90, tidak ada pasien yang merasa tidak baik. Untuk pasien
Non-PBI merasa baik sebanyak 141 responden dengan persentase 78,3%, dan 39
responden merasa sangat baik dengan persentase 21,7%. Hal tersebut dapat dilihat
Tabel 4.3 Penilaian Pendapat Pasien PBI dan Non-PBI
Range Skor Pendapat Pasien
PBI (n=20)
Non-BPI (n=180)
PBI (%)
Non-PBI (%)
(0 – 30) Tidak Baik - - - -
(31 – 60) Baik - 141 - 78,3%
(61 – 90) Sangat Baik 20 39 100% 21,7%
Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada
pendapat pelanggan (Kotler, 1994). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik
bukanlah berdasarkan sudut pandang atau pendapat pihak penyedia jasa,
melainkan berdasarkan sudut pandang atau pendapat pelanggan. Pendapat
pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas
keunggulan suatu jasa.
4.3 Distribusi Pendapat pasien rawat jalan peserta BPJS Kesehatan di RSUD Dr.Pirngadi Medan
4.3.1 Distribusi Pendapat pasien PBI
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat perolehan data penilaian pada
variabel-variabel yang mempengaruhi pendapat pasien terhadap mutu pelayanan
kefarmasian di RSUD Dr.Pirngadi Medan berdasarkan jumlah pasien yang
dijadikan responden. Dari semua variabel kehandalan, mayoritas pasien
menyatakan baik. Dimana untuk kecepatan pelayanan sebanyak 14 responden
(70%), kelengkapan obat sebanyak 12 responden (60%), keramahan petugas
sebanyak 8 responden (40%), tingkat kesiapan untuk membantu sebanyak 15
responden (75%).
Berdasarkan variabel ketanggapan, diperoleh mayoritas persentase untuk
cepat tanggap petugas, pemberian solusi, dan informasi obat adalah baik dengan
(60,%), dan 11 responden (55%).Begitu juga untuk komunikasi yang efektif
diperoleh persentase terbesar adalah baik sebanyak 10 responden yaitu (50%).
Berdasarkan dari variabel keyakinan, diperoleh persentase untuk pengetahuan dan
keterampilan petugas terbesar adalah baik sebanyak 11 responden (55%). Untuk
kualitas obat dan kesesuaian produk obat dengan yang diresepkan diperoleh
persentase terbesar adalah baik, dimana masing-masing 18 responden dan 12
responden, yaitu (80%) dan (60%).Keyakinan pasien dalammemperoleh obat
dengan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan pengobatan, sehingga pasien
yakin akan keahliandan profesionalisme tenaga farmasi dan petugas, karena
pemberian obat dengan benar merupakan tanggung jawab tenaga farmasi.
Untuk variabel empati juga tidak berbeda dari variabel-variabel sebelumnya,
dimana perhatian petugas kepada pasien, pelayanan yang diberikan petugas tanpa
memandang status sosial, dan kenyamanan saat menunggu memperoleh
persentase terbesar adalah baik, yaitu (55%) untuk 11 responden, (70%) untuk 14
responden, dan (50%) untuk 10 responden.
Berdasarkan variabel bukti langsung, diperoleh persentase kebersihan dan
kerapian instalasi farmasi yang dirasakan pasien adalah baik sebanyak 14
responden yaitu (70%). Untuk kenyaman ruang tunggu diperoleh persentase
terbesar adalah baik sebanyak 10 responden yaitu (50%). Pendapat pasien tentang
eksterior dan interior ruangan adalah baik sebanyak 9 responden dengan
persentase (45%). Untuk kebersihan dan kerapian petugas, sebanyak 15 pasien
memiliki pendapat baik dengan persentase 75%. Ruang tunggu yang nyaman
Tabel 4.4Distribusi pendapat pasien peserta BPJS Kesehatan PBI
No Pertanyaan Jumlah responden (%)
1 2 3 4 5
1 KEHANDALAN
A1. Kecepatan pelayanan obat - - 14 (70)
6 (30)
-
A2. Obat tersedia dengan lengkap - 1 (5) 4 (20) 12 (60) 3 (15) A3. Petugas melayani dengan ramah dan
tersenyum - - 7
(35)
8 (40)
5 (25) A4. Petugas selalu siap membantu - - 4
(20)
15 (75)
1 (5) 2 KETANGGAPAN
B1. Petugas cepat tanggap terhadap keluhan konsumen
- - 5 (25)
11 (55)
4 (20) B2. Petugas mampu memberikan
penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi konsumen
- - 6 (30)
12 (60)
2 (10)
B3. Terjadinya komunikasi yang baik antara petugas dan konsumen
- - 6 (30)
11 (55)
3 (15)
B4. Konsumen mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti tentang resep/obat yang ditebusnya
- - 3 (15)
10 (50)
7 (35)
3 KEYAKINAN
C1. Petugas mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bekerja
- - 7 (35)
11 (55)
2 (10)
C2. Obat yang diperoleh terjamin kualitasnya
- - 1 (5)
18 (90)
1 (5)
C3. Obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta
- - 3 (15)
12 (60)
5 (25)
4 EMPATI
D1. Petugas memberikan perhatian terhadap keluhan konsumen
- - 5 (25)
11 (55)
4 (20)
D2. Petugas memberikan pelayanan kepada semua konsumen tanpa memandang status sosial
- - 3 (15)
14 (70)
3 (35)
D3. Konsumen merasa nyaman selama menuggu obat
- 1 (5) 10 (50) 8 (40) 1 (5)
5 BUKTI LANGSUNG E1. Apotek terlihat bersih dan rapi
- - 3 (15)
14 (70)
3 (15)
E2. Kenyamanan ruang Tunggu
- - 8 (40)
10 (50)
2 (10) E3. Penataan eksterior
dan interior ruangan
- 1 (5) 7 (35) 9 (45) 3 (15)
E4. Petugas apotek berpakaian bersih dan rapi
- - 1 (5)
15 (75)
Terciptanya suasana yang nyaman juga cukup berpengaruh terhadap waktu
menunggu obat, jika suasana ruang tunggu nyaman maka waktu menunggu obat
pasien akan terasa tidak lama. Ruang tunggu obat merupakan fasilitas yang harus
dijaga kenyamanannya, karena hal ini cukup berperan penting dalam
pelayanankesehatan. Suasana ruang. Sebaliknya jika suasana ruang tunggu tidak
nyaman maka pasien merasa tidak betah dan merasa lebih lama berada di ruang
tunggu obat. Begitu juga dengan eksterior dan interior ruangan, kebersihan dan
kerapihan apotik, serta kebersihan dan kerapihan petugas juga merupakan salah
satu hal yang penting karena dapat dilihat dan dinilai langsung oleh pasien.
4.3.2 Distribusi Pendapat pasien Non-PBI
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat perolehan data penilaian pada
variabel-variabel yang mempengaruhi pendapat pasien terhadap mutu pelayanan
kefarmasian di RSUD Dr.Pirngadi Medan berdasarkan jumlah pasien yang
dijadikan responden. Dari semua variabel kehandalan,pasien menyatakan
baik.Dimana untuk kecepatan pelayanan sebanyak 80 responden (44,4%),
kelengkapan obat sebanyak 113 responden (62,7%), keramahan petugas sebanyak
84 responden (46,6%), tingkat kesiapan untuk membantu sebanyak 104 responden
(57,7%). Sedangkan pasien menyatakan kurang baik, untuk kecepatan pelayanan
sebanyak 82 responden (45,5%), kelengkapan obat sebanyak 21 responden
(11,6%), keramahan petugas sebanyak 51 responden (28,3%), tingkat kesiapan
untuk membantu sebanyak 45 responden (25%).
Berdasarkan variabel ketanggapan, diperoleh mayoritas persentase untuk
cepat tanggap petugas, pemberian solusi, dan informasi obat adalah baik dengan
(50%), dan 108 responden (60%).Begitu juga untuk komunikasi yang efektif
diperoleh persentase terbesar adalah baik sebanyak 91 responden yaitu (50,5%).
Sedangkan pasien menyatakan kurang baik, untuk cepat tanggap petugas jumlah
responden sebanyak 53 responden (29,4%), pemberian solusi 57 responden
(31,6%), komunikasi yang efektif 49 responden (27,2%), dan informasi obat
(19,4%).
Berdasarkan dari variabel keyakinan, diperoleh persentase untuk
pengetahuan dan keterampilan petugas terbesar adalah baik sebanyak 99
responden responden (55%). Untuk kualitas obat dan kesesuaian produk obat
dengan yang diresepkan diperoleh persentase terbesar adalah baik,dimana
masing-masing 84 responden dan 91 responden, yaitu (46,6%) dan (50,5%). Keyakinan
pasien dalammemperoleh obat dengan benar sangat berpengaruh pada
keberhasilan pengobatan, sehingga pasien yakin akan keahlian dan
profesionalisme tenaga farmasi dan petugas, karena pemberian obat dengan benar
merupakan tanggung jawab tenaga farmasi.
Untuk variabel empati juga tidak berbeda dari variabel-variabel sebelumnya,
dimana perhatian petugas kepada pasien, pelayanan yang diberikan petugas tanpa
memandang status sosial, dan kenyamanan saat menunggu memperoleh
persentase terbesar adalah baik, yaitu (51,6%) untuk 93 responden, (56,6%) untuk
102responden, dan (42,7%) untuk 77 responden. Sedangkan pasien menyatakan
kurang puas, dimana perhatian petugas kepada pasien jumlah responden sebanyak
61 responden (33,8%), pelayanan yang diberikan petugas tanpa memandang status
sosial 48 responden (26,6%), dan kenyamanan saat menunggu 72 responden
Tabel 4.5 Distribusi pendapat pasien peserta BPJS Kesehatan Non- PBI
N o
Pertanyaan Jumlah responden (180)
1 2 3 4 5
1 KEHANDALAN
A1. Kecepatan pelayanan obat 5 (2,7) 82 (45,5) 80 (44,4) 12 (6,6) 1 (0,5) A2. Obat tersedia dengan lengkap - 21
(11,6) 113 (62,7) 45 (25) 1 (0,5) A3. Petugas melayani dengan ramah
dan tersenyum 1 (0,5) 51 (28,3) 84 (46,6) 43 (23,8) 1 (0,5) A4. Petugas selalu siap membantu 1
(0,5) 45 (25) 104 (57,7) 30 (16,6) -
2 KETANGGAPAN
B1. Petugas cepat tanggap terhadap keluhan konsumen 3 (1,6) 53 (29,4) 97 (53,8) 26 (14,4) 1 (0,5) B2. Petugas mampu memberikan
penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi konsumen 1 (0,5) 57 (31,6) 90 (50) 32 (17,7) -
B3. Terjadinya komunikasi yang baik antara petugas dan konsumen
2 (1,1) 49 (27,2) 91 (50,5) 36 (20) 2 (1,1)
B4. Konsumen mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti tentang resep/obat yang ditebusnya 2 (1,1) 35 (19,4) 108 (60) 32 (17,7) 3 (1,6)
3 KEYAKINAN
C1. Petugas mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bekerja
- 10 (5,5) 99 (55) 69 (38,3) 2 (1,1)
C2. Obat yang diperoleh terjamin kualitasnya 1 (0,5) 17 (9,4) 84 (46,6) 77 (42,7) 1 (0,5)
C3. Obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta
2 (1,1) 17 (9,7) 91 (50,5) 65 (36,1) 5 (2,7)
4 EMPATI
D1. Petugas memberikan perhatian terhadap keluhan konsumen
5 (2,7) 61 (33,8) 93 (51,6) 21 (11,6) -
D2. Petugas memberikan pelayanan kepada semua konsumen tanpa memandang status sosial
6 (3,3) 48 (26,6) 102 (56,6) 21 (11,6) 3 (1,6)
D3. Konsumen merasa nyaman selama menuggu obat
5 (2,7) 72 (40) 77 (42,7) 25 (13,8) 1 (0,5)
5 BUKTI LANGSUNG E1. Apotek terlihat bersih dan rapi
- 9 (5) 96 (53,3) 68 (37,7) 7 (3,8) E2. Kenyamanan ruang
Tunggu 4 (2,2) 24 (13,3) 100 (55,5) 44 (24,4) 8 (4,4) E3. Penataan eksterior
dan interior ruangan
- 11 (6,1) 115 (63,8) 52 (28,8) 2 (1,1) E4. Petugas apotek berpakain bersih
dan rapi
Berdasarkan variabel bukti langsung, diperoleh persentase kebersihan dan
kerapian instalasi farmasi yang dirasakan pasien adalah baik sebanyak 96
responden yaitu (53,3%). Untuk kenyaman ruang tunggu diperoleh persentase
terbesar adalah baik sebanyak 100 responden yaitu (55,5%). Pendapat pasien
tentang eksterior dan interior ruangan adalah baik sebanyak 115 responden
dengan persentase (63,8%). Untuk kebersihan dan kerapian petugas, sebanyak 93
pasien memiliki pendapat baik dengan persentase (51,6%). Sedangkan pasien
menyatakan kurang baik, dimana kenyamanan pada ruang tunggu sebanyak 24
responden (13,3%).
Pendapat pasien tentang pelayanan kesehatan telah banyak diabaikan
diberbagai tempat pelayanan kesehatan yang ada di negara-negara berkembang.
Sehingga perlu dilakukan perubahanperubahan untuk mengatasi hal tersebut.
Penilaian mutu pelayanan kefarmasian, salah satunya dilakukan dengan cara
mengetahui pendapat konsumen apotek terhadap pelayanan yang sudah
diterimanya selama ini (Aris, 2013).
4.4. Hasil Uji Karakteristik Demografi Pasien Dengan Pendapat Pasien
4.4.1 Hasil Uji Karakteristik Demografi Pasien Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Pendapat Pasien
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa tidak terdapat pengaruh karakteristik
demogrfi pasien terhadap pendapat pasien, dimana p value > 0,05. Hal ini
mungkin disebabkan karena pasien mendapatkan keringanan yaitu semua biaya
perobatan di rumah sakit tidak dibebankan kepada pasien, sehingga pasien tetap
Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan untuk PBI Jaminan Kesehatan
[image:53.595.114.510.190.318.2]bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Presiden RI, 2012).
Tabel 4.6 Analisis Hasil Uji karakteristik Demografi Pasien PBI dengan Pendapat Pasien
Karakteristik demografi Pasien
Metode Uji Statistik p value
Umur Chi-Square tests 0,232
Jenis Kelamin Chi-Square tests 0,494
Pendidikan Chi-Square tests 0,659
Pekerjaan Chi-Square tests 0,937
Penghasilan Chi-Square tests 0,068
Frekuensi Kunjungan Chi-Square tests 0,090
Berdasarkan hasil analisis pada karakteristik umur, jenis kelamin,
pekerjaan, penghasilan dan frekuensi kunjungan diperoleh nilai p value> 0,05
sehingga didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan frekuensi kunjungan terhadap pendapat pasien karena tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.Hal ini disebabkan petugas memberikan
pelayanan yang baik terhadap segala jenis usia. Walaupun biasanya usia <30
tahun memilikin harapan-harapan yang lebih tinggi dibandingkan usia > 50 dan
biasanya juga orang lebih tua lebih banyak memaklumin keadaan karena
kedewasaannya, Tetapi karena semua pasien mendapatkan perhatian yang sama
dan kebutuhan yang sama yaitu mendapatkan obat dan mendapatkan informasi
tentang obat, maka tidak terdapat perbedaan pendapat pasien berdasarkan
karakteristik umur pasien. Menurut Inglehard (dalam Eddington dan Shuman,
2005), telah dilakukan penelitian dengan 170.000 responden dari 16 negara, dan
wanita dan pria. Begitu juga dengan pekerjaan, pendidikan dan frekuensi
kunjungan yang menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan dengan
pendapat pasien dikarenakan pasien yang datang mayoritas menggunakan kartu
jaminan kesehatan sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, dan petugas juga memberikan pelayanan yang baik terhadap