• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SDN SRENGSENG SAWAH 07 PAGI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SDN SRENGSENG SAWAH 07 PAGI JAKARTA"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN

GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI SEKOLAH DASAR NEGERI SRENGSENG SAWAH

07 PAGI JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Islam

Oleh

Dwi Asia Ningsih

NIM 1111018300053

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Terhadap Kepribadian Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Persepsi siswa

terhadap kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa di SDN Srengseng

Sawah 07 Pagi Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

metode korelasional dan ditunjang oleh referensi yang berkaitan dengan tema

yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun yang menjadi populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta. Peneliti

mengambil sampel dengan Convenience Sampling berdasarkan bersedianya menjadi responden untuk dijadikan sampel yaitu siswa kelas V sebanyak 40 siswa

di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah

angket dengan bentuk pilihan berganda. Pengumpulan data penelitian ini

menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket. Sedangkan teknik analisis

korelasi yang digunakan adalah Product Moment. Dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kepribadian

guru dengan motivasi belajar siswa kelas V di SD Srengseng Sawah 07 Pagi

Jakarta.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai r hitung sebesar 0,477 dan

termasuk kategori cukup atau sedang (nilai r hitung pada rentang 0,40 – 0,70)

dengan nilai KD sebesar 22,75% dan t hitung sebesar 4,065. Dengan demikian

terdapat hubungan yang cukup atau sedang dan signifikan antara persepsi siswa

terhadap kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa kelas V di SD Srengseng

Sawah 07 Pagi Jakarta dan kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa

memberikan kontribusi yang cukup dalam mempengaruhi dan meningkat motivasi

(8)

ABSTRACT

Dwi Asia Ningsih (NIM: 1111018300053): Relations Student Perceptions Of

Personality Motivation Teacher With Students at SDN 07 Pagi Srengseng

Sawah Jakarta.

This study aims to determine whether there is a relationship between students 'perception of the personality of the teacher with the students' motivation fifth grade in elementary Srengseng Sawah 07 Morning Jakarta. How big is the contributions made, and whether it has significance or not. This study was conducted in April-May 2015 in SD Srengseng Sawah 07 Morning Jakarta. The method used is survay method with quantitative approach. Population data retrieval technique is affordable. The instrument used was a questionnaire with multiple choice form. While the correlation technique used is product moment. The results found in this study that there is a significant relationship between students 'perception of the personality of the teacher with the students' motivation fifth grade in elementary Srengseng Sawah 07 Morning Jakarta.

The results showed that the value of r count equal to 0.477 and categorized enough or moderate (r count value in the range of 0.40 to 0.70) with a KD value of 22.75% and amounted to 4,065 t.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’ alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis berupa nikmat

iman, nikmat Islam dan nikmat sehat, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam juga tidak lupa selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa,

perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif

dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini yang berjudul “ Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di SD Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta”, segala kesulitan dapat teratasi.

Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi, yaitu:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

2. Ketua Jurusan Prodi PGMI, Bapak Dr. Khalimi, M.Ag dan Sekretaris Jurusan

Prodi PGMI, Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd, yang selalu siap sedia

memberikan waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Eri Rosatria, M.Ag, dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan

masukan, pengarahan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ibu Nafia Wafiqni, M.Pd, dosen penasehat yang dengan sabar memberikan

pengarahan, mendorong dan menanamkan kesadaran untuk bekerja keras

dalam belajar serta menumbuhkan semangat kepribadian pada penulis selama

menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi dan Bapak Dr. Marzuki Mahmud, M.Pd

(10)

memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi

ini.

6. Seluruh Dosen PGMI yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu, terima kasih atas bantuan financial,

dukungan dan pengorbanannya, kasih sayang serta do’a kalian selama penulis

menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Karmini, A.Ma.Pd guru SDN Srengseng Sawah 07 yang membantu

memudahkan penulis dalam penelitian di lapangan.

9. Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2011 yang saling mendukung

dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya dengan segala keterbatasab penulis hanya dapat mengembalikan

segalanya kepada Allah SWT, untuk membalas kebaikan mereka. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Aamin

Jakarta, 2 November 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...

B. Identifikasi Masalah...

C. Pembatasan Masalah...

D. Perumusan Masalah...

E. Tujuan Penelitian...

F. Kegunaan Penelitian...

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik...

1. Persepsi...

1.1 Pengertiaan Persepsi...

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi...

2. Kepribadian Guru...

2.1 Pengertian Kepribadian...

2.2 Aspek-aspek Dasar Kepribadian...

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian...

2.4 Pentingnya Kepribadian bagi Guru...

2.5 Indikator Kepribadian bagi Guru...

3. Motivasi Belajar...

3.1 Pengertian Motivasi...

(12)

3.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar...

3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi motivasi Belajar...

3.5 Indikator Motivasi Belajar...

B. Hasil Penelitian yang Relevan...

C. Kerangka Berpikir...

D. Hipotesis Penelitian...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian...

B. Metode Penelitian...

C. Populasi...

D. Teknik Pengumpulan Data...

E. Teknik Analisis Data...

F. Hipotesis Statistik...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data...

B. Pengujian Pengajuan Analisis Hipotesis dan Pembahasannya...

C. Keterbatasan Penelitian...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...

B. Saran-saran...

DAFTAR PUSTAKA... 21

22

25

27

28

29

70 30

31

31

32

34

39

40 41

47

80

8l

81

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Penelitian Bulan Mei...

Tabel 3.2 Penelitian Bulan Juni...

Tabel 3.3 Penelitian Bulan Juli...

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket...

Tabel 3.5 Kriteria Korelasi Product Moment menurut Guilford...

Tabel 3.6 Linearitas Regresi...

Tabel 4.1 Daftar Guru...

Tabel 4.2 Keadaan Siswa...

Tabel 4.3 Daftar Karyawan...

Tabel 4.4 Daftar Saran dan Prasarana...

Tabel 4.5 Daftar Ekstrakulikuler...

Tabel 4.6 Hasil uji validitas instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian

Guru...

Tabel 4.7 Hasil uji validitas instrumen Motivasi Belajar Siswa...

Tabel 4.8 Tabel uji reliabilitas...

Tabel 4.9 Guru saya masuk ke ruang kelas pada waktunya...

Tabel 4.10 Guru saya bersikap baik terhadap saya...

Tabel 4.11 Guru saya bersikap adil, tidak pilih kasih terhadap seluruh peserta

didik...

Tabel 4.12 Guru saya menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan pada

saya...

Tabel 4.13 Guru saya menganjurkan untuk selalu mengucapkan salam setiap

masuk dan keluar kelas...

Tabel 4.14 Guru membuat saya antusias dan senang terhadap materi

pelajaran...

Tabel 4.15 Guru saya melakukan hal-hal yang menakjubkan dan menarik

dalam pembelajaran...

Tabel 4.16 Guru saya mengatakan hal-hal yang baik...

(14)

Tabel 4.18 Guru mengingatkan saya belajar dengan baik di sekolah maupun

untuk di rumah ...

Tabel 4.19 Guru saya bersikap tenang dalam menanggapi pertanyaan peserta

didiknya...

Tabel 4.20 Guru saya memberi pujian kepada siswa yang berprestasi...

Tabel 4.21 Guru saya suka menolong siapa saja yang membutuhkan...

Tabel 4.22 Guru saya memberi bimbingan dengan senang hati, jika ada siswa

yang kurang paham dalam pelajaran...

Tabel 4.23 Jika suasana kelas ramai, guru saya marah-marah meninggalkan

kelas...

Tabel 4.24 Guru saya dalam bertutur kata menggunakan nada bicara yang

baik dan halus...

Tabel 4.25 Jika ada siswa yang melakukan kesalahan, guru saya memberikan

sanksi...

Tabel 4.26 Guru saya meminta imbalan , pujian atas pertolongan yang

diberikan...

Tabel 4.27 Pada waktu mengajar, guru saya berpenampilan tidak rapi...

Tabel 4.28 Guru memulangkan peserta didik sebelum bel pulang berbunyi...

Tabel 4.29 Skor skala likert Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru

(variabel X)...

Tabel 4.30 Saya merasa berhasil tidaknya dalam pembelajaran tergantung

pada guru...

Tabel 4.31 Saya mematuhi tata tertib di lingkungan sekolah...

Tabel 4.32 Saya suka mencontoh perilaku yang baik pada guru saya...

Tabel 4.33 Saya selalu bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan belajar

mengajar...

Tabel 4.34 Saya menggunakan waktu belajar sebaik-baiknya...

Tabel 4.35 Saya melakukan diskusi pelajaran dengan teman-teman diluar jam

pelajaran...

Tabel 4.36 Saya tidak masuk sekolah jika ada pelajaran yang saya tidak sukai

(15)

dimengerti...

Tabel 4.38 Saya melakukan hal-hal kebaikan yang diajarkan oleh guru...

Tabel 4.39 Saya belajar hanya karena takut dimarahi guru jika tidak bisa

menjawab pertanyaan...

Tabel 4.40 Saya belajar hanya ingin mendapatkan nilai yang baik...

Tabel 4.41 Saya belajar ingin mendapatkan pujian dan hadiah...

Tabel 4.42 Saya malas mengerjakan tugas dan meninggalkannya ketika guru

memberi tugas yang saya tidak sukai...

Tabel 4.43 Saya mengikuti pelajaran yang ada...

Tabel 4.44 Saya mengacungkan jari untuk menjadi sukarelawan dalam

mengerjakan tugas yang diberikan di depan kelas...

Tabel 4.45 Saya diam saja dan tidak bertanya, jika tidak paham dengan

materi yang disampaikan...

Tabel 4.46 Saya belajar lebih giat ketika mendapatkan nilai yang kurang baik

Tabel 4.47 Ketika mengalami suatu kegagalan dalam belajar, saya kecewa

dan putus asa...

Tabel 4.48 Saya belajar, karena guru selalu membuat pelajaran jadi

menyenangkan...

Tabel 4.49 Saya mengulang kembali materi pelajaran yang telah diajarkan

guru...

Tabel 4.50 Skor skala likert Motivasi Belajar Siswa (variabel Y)...

Tabel 4.51 Tabel Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru

dengan Motivasi Belajar Siswa di Kelas V SDN Srengseng Sawah 07 Pagi

Jakarta...

Tabel 4.52 Analisis Varian Regresi Linear Sederhana... 66

66

67

67

68

68

68

69

69

70

70

71

71

72

73

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket...

Lampiran 2 Pedoman Observasi ...

Lampiran 3 Pedoman Wawancara...

Lampiran 4 foto-foto...

Lampiran 5 Surat Keterangan telah melakukan penelitian...

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian ...

Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi...

Lampiran 8 Lembar Uji Referensi... 86

94

95

97

99

100

101

(17)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Trianto adalah salah satu bentuk

perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.1 Oleh

karena itu pendidikan perlu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan Undang - Undang RI Nomor 20 tahun

2003 tentang Sisdiknas yaitu:

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara.2

Agar berhasil dalam membawa peserta didik ke arah kedewasaan, maka

setiap sekolah memerlukan beberapa orang guru, sehingga masing-masing anak

didik akan mendapat pendidikan dan pembinaan dari beberapa orang guru yang

mempunyai kepribadian dan mentalnya yang berbeda-beda. Setiap guru akan

mempunyai pengaruh terhadap anak didiknya. Pengaruh tersebut ada yang terjadi

melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula

yang terjadi tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru melalui sikap, gaya,

dan macam-macam penampilan kepribadian guru. Hal ini juga dikemukakan oleh

1

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta:Prestasi Pustaka,2009), hal 1.

2

(18)

Zakiah Daradjat yang menyatakan bahwa “Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak didik yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja, yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam masa pertumbuhan”.3

Sedangkan kepribadian itu sendiri, sebagaimana yang dikutip oleh Inge

bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem

psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.4

Kepribadian guru dapat tercermin dari sikap dan tingkah lakunya

yang khas dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun

masyarakat. Tingkah laku guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari

kepribadiannya. Bagi peserta didik yang masih kecil, guru adalah orang pertama

sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian peserta didik.

Sikap guru dalam meghadapi persoalan, baik menghadapi peserta didik,

teman-temannya sesama guru, kepala sekolah dan sekolah itu sendiri akan dilihat,

diamati, dan dinilai pula oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru hendaknya

memiliki kepribadian baik yang akan dicontoh dan diteladani oleh peserta didik

baik secara langsung maupun tidak secara langsung terhadap diri sendiri, orang

lain dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

Dalam konsep pembelajaran tentunya guru yang memiliki kepribadian yang

baik mampu mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya

secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi

karena adanya kesan yang ditimbulkan dari melihat kepribadian baik yang

dimiliki seorang guru, sehingga peserta didik yang termotivasi akan semakin

sering melibatkan diri dalam berbagai aktivitas belajar.

Akan tetapi dalam pencapaian pembelajaran terkadang peserta didik

termotivasi atau tidaknya melakukan sesuatu, banyak tergantung pada proses

kognitif berupa persepsi.5 Kemampuan mempersepsi antara persepsi peserta didik

yang satu dengan yang lainnya tidak sama meskipun mereka sama-sama dari

3

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Bulan Bintang, 2005), cet.4, hal.2

4

Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Yang Positif, (Jakarta: Indeks, 2007), cet. 1, hal. 1.

5

(19)

sekolah yang sama maupun dari kelas yang sama juga.6 Untuk itu sifat yang

mempengaruhi motivasi secara umum dapat kita bedakan menjadi dua yaitu

bersifat dari dalam atau intrinsik dan bersifat dari luar atau ekstrinsik. Bersifat

intrinsik adalah faktor yang timbul dari dalam diri sendiri sedangkan bersifat

ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar.7 Namun masih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi

sikap peserta didik terhadap guru dan sekolah pada umumnya, misalnya

perubahan status ekonomi dan sosial orang tuanya, sakit atau meninggalnya salah

satu atau kedua orang tuanya dan sebagainya. Semuanya itu akan terpantul dalam

kelakuan peserta didik dan akan terlihat jelas dihadapan guru. Guru yang tidak

mengerti, akan menghadapi peserta dengan kekerasan atau peraturan yang ketat.

Hal itu akan memperjauh hubungannya dengan peserta didik. Disinilah perlunya

persyaratan kepribadian bagi jabatan guru. Guru yang memiliki kepribadian yang

baik mampu memahami peserta didiknya. Dan guru yang memiliki kepribdian

yang baik akan selalu dihormati dan disayangi oleh peserta didiknya, hal itu pula

akan menimbulkan motivasi semangat terhadap ilmu pengetahuan dan

membentuk sikap tingkah laku mereka yang baik.

Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwasanya sekolah, guru yang baik

serta semangat anak-anak dalam belajar sangat mempengaruhi pencapaian tujuan

dari pendidikan tersebut. Akan tetapi pada kenyataan yang ada masih banyak

masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang

dikutip oleh Anas, masalah yang paling serius dalam pendidikan di Indonesia

menapaki abad ke-21 dimulai saat pendidikan disamakan dengan persekolahan.8

Maksudnya adalah banyaknya sekolah yang didirikan tetapi tidak diimbangi

dengan kualitas pendidikannya salah satunya dengan guru yang tentunya

berkompeten dan profesional, sehingga banyak sekolah menerima tenaga pengajar

kurang memperhatikan aspek keprofesionalan guru. Dan ini pun akan berdampak

6

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), cet.4, hal. 29

7

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011), cet.11, h. 90.

8

(20)

pada peserta didik. Masih minim pula guru yang memahami apa yang diinginkan

peserta didik. Selain itu kini ramai ditayangkan di media elektronik maupun

media cetak kasus-kasus korupsi, semakin maraknya tawuran, yang dilakukan

antar warga, kelompok bahkan pelajar. Fenomena ini jelas menunjukan bahwa

masyarakat Indonesia ternyata mampu melakukan tindakan kekerasan.9 Adapun

kasus anak yang fobia sekolah, takut guru galak, dan masih banyak lagi. Hal ini

membuktikan masih ada guru yang kurang memperhatikan dan tidak peduli

terhadap peserta didiknya. Bisa diduga jika para guru tidak menyadari maka anak

itu akan tidak percaya diri dan motivasi untuk belajar pun akan semakin

berkurang. Jika ini terjadi pada sekolah-sekolah lain, maka hal ini dapat

menghancurkan pendidikan itu sendiri, dan tidak dipungkiri akan memburuknya

pendidikan bangsa ini apabila pendidikan bangsa memburuk maka bangsa akan

hancur.

Menurut Lickona, profesor pendidikan dari Cortlan University

sebagaimana yang dikutip oleh Anas Salahudin, mengungkapkan sepuluh tanda kehancuran bangsa:

1. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja 2. Penggunaan kata-kata buruk

3. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan 4. Meningkatnya perilaku merusak diri

5. Semakin kaburnya pedoman moral 6. Menurunnya etos kerja

7. Rendahnya rasa hormat kepada guru dan orang tua 8. Rendahnya tanggung jawab individu dan masyarakat 9. Membudayanya ketidak jujuran

10.Adanya rasa curiga dan kebencian di antara sesama10

Oleh karena itu pendidikan harus benar-benar memberikan pelayanan

terbaik bagi semua aspek pendidikan. Dan pelayanan itu tidak akan berjalan

dengan baik apabila pendidikan tidak mencetak tenaga pendidik yang punya

kepribadian baik dan profesional. Tenaga pendidik atau guru yang baik dan

profesional tentunya akan memotivasi peserta didiknya baik dalam belajar

maupun dalam perilaku sehari-hari, karena sesuai tujuan pendidikan, peserta didik

9 Susie Evidia, “

Pentingnya Pendidikan Karakter”, Harian Umum Republika, Jakarta, 7 agustus 2011 hal.24

10

(21)

tidak dicetak memiliki pengetahuan saja akan tetapi memiliki pribadi atau akhlak

yang baik. Lalu apa jadinya jika para peserta didik tidak termotivasi dalam belajar

akibat pengaruh dari gurunya, maka akan terjadi terhambatnya tujuan pendidikan

itu sendiri.

Hal ini juga didukung pendapat dari Dewey. Menurut Dewey, bahwa

hubungan timbal balik antara guru dan murid ketika menjelaskan, sering kali guru

tidak memikirkan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran atau memikirkan

pembelajaran guru sendiri yang dihasilkan dari interaksi mereka dengan murid.11

Selain itu masalah persiapan pelajaran termasuk faktor yang mempengaruhi sikap

guru didepan kelas. Guru yang tanpa persiapan , akan merasa ragu tentang apa

yang diajarkannya, pertanyaan peserta didik, mungkin akan ditanggapinya dengan

marah atau meremehkannya atau kebingungan. Guru yang demikian itu akan

kehilangan kepercayaan dari peserta didik, bahkan mungkin akan kehilangan

simpati dan penghargaan mereka. Dan fenomena terjadi kasus pensiun dini yang

dilakukan oleh guru pns untuk memilih berdagang setelah mendapatkan

tunjangan. Hal ini tentunya sangat akan mengganggu proses belajar dan mengajar.

Oleh karena itu kepribadian guru terhadap motivasi belajar sangat berperan

penting, dimana kondisi ini harus dipupuk lebih dahulu dalam proses belajar

mengajar.

Adapun peserta didik SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta dalam hal

mempersepsi kepribadian guru dan lingkungan sekolah pun berbeda-beda. Guru

yang kurang perhatian, kurang peduli dan tidak bertanggung jawab atas peserta

didiknya menjadi salah satu faktor penyebab munculnya sifat-sifat negatif yang

bisa timbul pada diri siswa seperti motivasi belajar peserta didik berkurang. Akan

tetapi seperti yang sudah penulis paparkan di atas, dalam pencapaian

pembelajaran terkadang peserta didik termotivasi atau tidaknya melakukan

sesuatu, banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Kemampuan

mempersepsi antara persepsi peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak

sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama maupun dari kelas

11

(22)

yang sama. Dari itulah menurut pengamatan penulis masalah ini perlu diangkat

sebagai sebuah penelitian, apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap

kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa?. Selama penulis mengobservasi

sekolah tersebut, penulis menemukan beberapa guru yang kurang perhatian dan

tidak peduli terhadap peserta didiknya dalam proses belajar mengajar seperti cara

guru yang masih mengajar dengan metode ceramah sehingga membuat suasana

kegiatan belajar mengajar menjadi membosankan, kemudian memberikan tugas di

kelas lalu meninggalkannya. Selain itu dalam pengamatan penulis untuk peserta

didiknya masih ada beberapa peserta didik yang kurang dalam motivasi belajar

seperti saat belajar mengajar berlangsung ada beberapa siswa sibuk dengan

bermain sesama teman sebangkunya dan ada yang diam saja ketika guru

mengajukan beberapa pertanyaan di dalam proses belajar mengajar.

Dari latar belakang masalah inilah maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian ini, Dengan demikian, untuk melakukan penelitian tentang

masalah tersebut penulis menetapkan dengan judul penelitian “Hubungan

Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di

SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Guru kurang memperhatikan keadaan peserta didiknya.

2. Kurangnya kepedulian guru terhadap partisipasi peserta didik dalam

belajar.

3. Masih ada guru yang belum ada rasa tanggung jawab yang besar terhadap

peserta didik.

4. Masih adanya guru yang kurang menjaga sikap yang baik.

(23)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah

yang akan dibahas, maka peneliti memberikan batasan yang akan dibahas yaitu:

1. Persepsi siswa terhadap kepribadian guru.

2. Motivasi belajar peserta didik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalahnya yaitu:

1. Bagaimana kepribadian guru di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta?

2. Bagaimana motivasi belajar siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi

Jakarta?

3. Adakah hubungan kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa pada

di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kepribadian guru dalam proses belajar mengajar.

2. Untuk mengetahui motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta.

3. Mengetahui pengaruh kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa

pada kegiatan pembelajaran di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka manfaat penelitiannya

adalah:

1. Bagi peneliti, merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam

kependidikan.

2. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi

para akademisi atau pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan

(24)

3. Bagi instansi penelitian, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber

masukan dan evaluasi mengenai berbagai persoalan yang dihadapi para

(25)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoretik 1. Persepsi

1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan istilah yang familiar didengar dalam percakapan

sehari-hari. Istilah persepsi berasal dari bahasa latin “perception” yang berarti menerima

atau mengambil. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan penglihatan atau tanggapan.12 Sedangkan menurut seorang ahli, Leavit

bahwa dua pengertian persepsi yaitu pengertian sempit dan pengertian luas. Untuk

persepi dalam pengertian arti sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan,

yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.13

Menurut Solso (1998) sebagaimana yang dikutip dalam jurnal psikologi dan

perkembangan, bahwa pengertian persepsi juga melibatkan fungsi kognitif dalam

menginterpretasikan stimulus dari luar, tentu saja itu bergantung oleh banyaknya

informasi yang dikumpulkan oleh individu dan lingkungannya.14

Jadi adapun hubungan persepsi terhadap kepribadian guru yaitu ditimbulkan

bagaimana guru dapat memberi stimulus dan peserta didik memberikan sebuah

tanggapan atau respon. Secara sederhana dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah para peserta didik tentu mengamati apa yang pertama ia lihat kemudian

mencontohnya dalam bentuk perilaku dan tindakan. Maka dari itu pentingnya

guru memiliki kepribadian yang baik, karena dari situlah awal persepsi para

peserta didik terbentuk dalam membantu dan mengarahkan motivasi di dalam diri

para peserta didik. Dan tidak hanya itu saja guru juga harus mampu menciptakan

lingkungan yang baik dan kondusif agar fungsi kognitif peserta didik dengan baik

12

John M, Echols and Hasan Shadily, An Indonesian-English Dictionary: Kamus Besar Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), cet. 10, hal.424

13

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosda Karya, 2010), hal. 117

14

(26)

dalam menerima segala informasi baik dalam bentuk pengetahuan maupun

pengalaman.

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Adapun persepsi yang dialami seseorang bisa berbeda-beda, hal ini

dikarenakan persepsi cenderung ditimbulkan oleh rangsangan dari semua panca

indera yang dimiliki. Akan tetapi persepsi juga ditimbulkan oleh adanya fungsi

kognitif yang tinggi dalam menginterpretasikan stimulus yang diterima dari luar.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:

1. Perhatian 2. Set (harapan) 3. Kebutuhan 4. Sistem nilai 5. Ciri kepribadian 6. Gangguan kejiwaan.15

Telah diketahui persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan, yaitu stimulus yang diterima melalui alat reseptor yaitu indera

dalam bentuk respon. Panca indera merupakan penghubung antara individu

dengan dunia luarnya. Oleh sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang dapat kita bedakan secara rinci menjadi dua yaitu faktor internal dan

eksternal.

1. Faktor internal mencakup beberapa hal antara lain, yaitu keadaan fisiologis (fisik), perhatian, minat, kebutuhan yang searah, pengalaman dan ingatan dan suasana hati.

2. Faktor eksternal mencakup beberapa hal antara lain, yaitu ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus, keunikan dan kekontrasan stimulus, intensitas dan kekuatan stimulus, dan motion atau gerakan.16

2. Kepribadian Guru

2.1 Pengertian Kepribadian

Secara etimologis, istilah “personality” atau “kepribadian” itu asal mulanya berasal dari kata latin “per” dan “sonare”, yang kemudian berkembang menjadi

15

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Jakarta:Pustaka Setia, 2008), cet.4, hal. 38

16 Hasminee Uma, “Persepsi”

(27)

kata “persona” yang berarti topeng.17 Maksudnya tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung yang bermakna untuk menggambarkan perilaku,

watak atau pribadi seseorang. Pengertian ini jelas bertentangan dengan pengertian

psikologi modern dimana personality atau kepribadian itu dipandang sebagai “Keseluruhan kualitas tingkah laku dari pribadi seseorang”. Sedangkan dalam psikologi, menurut Pawlik sebagaimana yang dikutip FJ Monk dan kawan-kawan,

bahwa psikologi kepribadian meneliti sifat-sifat, perasaan, dan tingkah laku

keseluruhan yang berbeda dengan orang lain.18

Adapun pendapat dari beberapa ahli mengenai kepribadian yaitu, menurut

Gordon Allport, “Seorang psikolog Jerman yang merupakan pakar kepribadian

bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem

psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.19

Sedangkan menurut May dalam buku Psikologi Kepribadian,

bahwa Personality is a social stimulus value. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara orang lain itu beraksi terhadap

kita, itulah kepribadian kita.20

Telah dijelaskan di atas pada pendapat Allport, sistem psikofisik itu sendiri

adalah kebiasaan , sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif

yang bersifat psikologis.21 Sistem psikofisik juga merupakan kekuatan motivasi

yang menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan. Sistem ini bukan

merupakan produk hereditas melainkan hasil dari proses belajar sebagai hasil

pengalaman seseorang. Sedangkan menurut May kepribadian bisa dilihat dengan

bagaimana reaksi seseorang.22

17

Sabri Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.90

18

FJ Monks, AMP Khoers, Siti Rahayu, dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), cet. 15, hal. 3

19

Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Yang Positif, (Jakarta: Indeks, 2007), cet. 1, hal. 1.

20

Agus sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Askara, 1997), cet. 7, hal. 11

21

Elzabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Terj.Child Development oleh Med. Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga), cet.6, hal. 237

22

(28)

Oleh karena itu dari beberapa pendapat bahwa kita dapat mengetahui

kepribadian adalah hubungan antara materi tubuh dan jiwa seseorang yang

perkembangannya dibentuk oleh pengalaman dan kondisi alam bawah sadar yang

terbentuk sejak awal pertumbuhan manusia terutama akibat peristiwa-peristiwa

psikologi-psikologi yang penting dalam pertumbuhan dirinya. Sudah disinggung

juga bahwa kepribadian manusia itu dapat dipengaruhi oleh sesuatu. Dengan

demikian keadaanya ada usaha mendidik pribadi, dan membentuk pribadi.

2.2 Aspek-aspek dasar Kepribadian

Sebelum mengenal jauh dari kepribadian kita perlu mengetahui

struktur-struktur ataupun aspek-aspek yang mendasar kepribadian. Adapun aspek-aspek

dasar kepribadian adalah hal-hal yang mencakup tentang kepribadian yang secara

garis besar dalam ilmu psikologi digolongkan menjadi beberapa aspek.

a. Psikoanalisis, perhatian pada pengaruh-pengaruh tidak sadar.

b. Neo-analisis/ Ego, penekanan pada diri yang berjuang untuk mengatasi emosi dan dorongan di dalam diri dan tuntunan dari orang lain di luar diri.

c. Biologis, menitikberatkan pada kecenderungan dan keterbatasan yang berasal dari warisan genetis.

d. Behaviorisme, dapat mendorong analisis yang lebih ilmiah mengenai pengalaman belajar yang membentuk kepribadian.

e. Kognitif, melihat sifat aktif dari pikiran manusia. f. Trait, teknik pemeriksaan individual yang baik. g. Humanisme, menghargai hakikat spiritual seseorang.

h. Interaksionisme, memahami bahwa kita adalah diri yang berbeda dalam situasi yang berbeda.23

Bisa dilihat dari aspek-aspek dasar kepribadian secara umum dapat

disimpulkan menjadi faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian baik

dari dalam seseorang maupun dari luar seseorang. Hal ini tentu sangat penting

untuk mengetahui bagaimana kepribadian seseorang dan faktor yang

mempengaruhinya. Lalu bagaimana dengan aspek kepribadian seorang guru?.

Maka, menururt Winkel, bahwa aspek keadaan awal ini meliputi banyak

sekali hal dan faktor. Namun ditinjau dari yang paling pokok dan mendasar yaitu:

23

(29)

a) Kepribadian guru mencakup penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, sifat dan sikap.

b) Guru sebagai pendidik mencakup inspirator dan korektor, penjaga disiplin, umur dan jenis kelamin.

c) Guru sebagai didaktikus mencakup keahlian dalam penggunaan prosedur didaktis, keahlian penguasaan materi, gaya memimpin kelas, berkomunikasi dengan siswa, kemampuan berbahasa.

d) Guru sebagai rekan profesi.24

Telah kita ketahui bahwasannya kepribadian mengandung pengertian yang

kompleks yang terdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik maupun psikis.

Berikut beberapa aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan

pendidikan, dalam rangka pembentukan pribadi peserta didik yaitu:

a) Sifat-sifat kepribadian (personality traits)

b) Intelijensi

c) Pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan (Appearance and Impression)

d) Kesehatan e) Pengetahuan f) Keterampilan (skill)

g) Nilai-nilai (Values)

h) Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan i) Peranan (Roles)

j) The Self25

Setelah kita mengetahui aspek-aspek dasar kepribadian baik secara umum

ataupun yang berhubungan dengan pendidikan di atas memang seharusnya yang

harus dipelajari dan yang paling dapat memanfaatkan pengetahuan ini adalah para

guru. Sebelum membahas lebih lanjut kita juga harus mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Membahas aspek-aspek kepribadian maka kita akan mengetahui apa saja

faktor yang mempengaruhinya. Menurut M. Alisuf Sabri bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pembentukan/perkembangan kepribadian yaitu:

heredity/pembawaan, pengalaman-pengalaman yang aktual bagi individu dan

24

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Media Abadi, 2009) hal. 219

25

(30)

kebudayaan. Totalitas kepribadian individu terbentuk melalui interaksi ketiga

faktor-faktor tersebut :

a. Heredity/pembawaan

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh heredity/warisan terhadap perkembangan/pembentukan kepribadian, kita bisa peroleh dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi, dengan cara membandingkan antara orang-orang yang hereditasnya sama, tetapi hidup di alam yang berbeda-beda.

b. Pengalaman

Meskipun setiap unsur heredity anak mudah berinteraksi terhadap pengalaman-pengalaman baru (menurut tingkat kematangan atau kecenderungan tempramennya), akan tetapi reaksi-reaksinya itu akan berubah oleh interaksinya dengan orang tua, teman main, sanak keluarga dan lainnya. Pentingnya interaksi emosi pada awal kehidupan si anak, dirasakan perlunya semenjak dilakukan studi terhadap anak-anak.

c. Kebudayaan (Culture)

Tingkah laku diwariskan dari orang tua kepada anak, karena anak mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku perbuatan yang dilakukan orang tua dan orang-orang lain yang “dekat” dengan si anak. Dalam hal peniruan ini mereka tidak pandang apakah itu perbuatan yang baik atauburuk, karena memang meraka belum tahu apa-apa. Bagi anak-anak peniruan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan bagi perkembangan kepribadiannya. Melalui peniruan inilah anak menyerap sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh orang-orang yang menjadi modelnya (orang tua dan lain-lain).26

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi, pada intinya sudah disepakati

bahwa pribadi tiap orang itu tumbuh atas dua kekuatan yaitu faktor kekuatan dari

dalam maupun faktor kekuatan dari luar. Menurut K H. Dewantara sebagaimana

yang dikutip oleh Agus dan kawan-kawan, bahwa faktor dari dalam disebut

dengan faktor dasar, yang sudah dibawa sejak lahir, berujud benih ataupun bibit

dan faktor dari luar disebut dengan faktor lingkungan atau juga disebut juga faktor

ajar.27 Pendapat ini pun sama dengan pendapat Sjarkawi yang mengatakan faktor

yang mempengaruhi kepribadian itu ada dua yaitu:

26

Sabri Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001) hal.108

27

(31)

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri dan biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Contohnya sifat mudah marah yang dimiliki seorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini merupakan pengaruh dari lingkungannya. Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak.28

Untuk itulah dalam uraian yang telah dikatakan, membuktikan bahwa

kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan. Untuk itu dapat

disimpulkan bahwasannya faktor yang dapat mempengaruhinya berasal dari faktor

biologis ataupun fisiologis(individu), faktor sosial (masyarakat disekitarnya), dan

faktor kebudayaan (lingkungan).

2.4 Pentingnya Kepribadian Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar

yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang

potensial di bidang pembangunan.29 Maka dari itu guru sangat penting bagi

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Namun dalam mencapai tujuan

pendidikan yang layak, bukanlah perkara mudah, perlu adanya sarana dan

prasarana pendidikan yang memadai salah satunya adalah guru. Guru-guru yang

profesional dan proporsioanal merupakan salah satu perangkat kelayakan

pendidikan. Guru yang tidak profesional akan sulit menghayati dan menjiwai

perannya sebagai pembimbing dan pengayom peserta didiknya, guru yang tidak

profesional pun sangat sulit mengembangkan dan menanamkan kepribadian luhur

kepada peserta didiknya.

Menurut Zakiah Daradjat “Setiap guru mempunyai pengaruh terhadap anak didik, pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru, melalui sikap, gaya dan macam-macam penampilan

28

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2008), cet. 2, hal. 19

29

(32)

kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak didik yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja, yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam masa pertumbuhan”.30

Dengan demikian kepribadian guru itu merupakan suatu susunan aturan dari

berbagai bagian tingkah laku atau moral seorang pendidik yang berperan dalam

usaha pembentukan sumber daya manusia (peserta didik) untuk mencapai tujuan

pendidikan itu sendiri. Maka guru pun dituntut memiliki perilaku atau sifat yang

baik sebagai bagian dari kepribadian guru yang baik. Berikut secara singkat ciri

dari sifat dan sikap guru yang baik dan tidak baik yaitu:

a. Guru yang baik yaitu tidak mudah marah, emosi stabil, menepati janji, tidak berbohong, jujur, tidak suka menggibah, tidak suka memfitnah, disiplin, tidak rakus, optimistis, gesit, adil, pemaaf, rapi, bukan perokok, ceria, cerdas, cerdik, kaya, tidak pemalu, berpikir positif, rajin, sabar, peka terhadap lingkungan, bersih, tidak pendiam, cermat, tidak ingin menang sendiri, kreatif, inovatif, produktif.

b. Guru yang tidak baik yaitu tidak menepati janji, suka bohong, tidak jujur, suka ghibah, suka memfitnah, tidak disiplin, rakus, pesimis, lamban, pilih kasih, pendendam, tidak rapi, perokok, pemabuk, pemurung, kurang pandai, miskin, pemalu, berprangsangka negative, pemalas, tidak peka terhadap lingkungan, kotor, pendiam, ceroboh, ingin menang sendiri.31

Karena pengaruh guru yang mendalam, kepribadian guru lebih penting dari

pengetahuan dan kecakapan mengajarnya. Guru yang baik penyesuaiannya

misalnya penuh kehangatan dan bersikap menerima terhadap peserta didiknya.

Akibatnya, mereka tidak saja memotivasi muridnya untuk melakukan tugas

sekolah tetapi membantu murid untuk mengembangkan konsep diri yang

menguntungkan dan realistis. Hal ini adalah bentuk dari kepribadian seseorang.

Bagi guru jika memiliki kepribadian yang baik maka di dalam proses belajar

mengajar dapat menjadi contoh dan pendorong (motivasi) yang baik bagi peserta

didiknya. Adapun sebaliknya jika kepribadian guru buruk misalnya kasar, pilih

kasih dan lain-lain, maka akan menimbulkan anggapan peserta didik yang tidak

30

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal. 2

31

(33)

baik yang akan terlihat dari sikap mereka seperti peserta didik menjadi susah

diatur, tidak menghormati guru, ketakutan dalam belajar dan sebagainya.

Seperti yang diungkapkan oleh Eric Jensen, bahwa relasi siswa-guru yang

jelek adalah sebab bagi banyak masalah, lakukan apa saja yang perlu untuk

membangun relasi dini dengan siswa anda, dan peliharalah relasi itu. Ciptakan

hubungan yang otentik, membumi, jujur dan peduli berdasarkan pada saling

menghargai dan integritas.32 Itulah mengapa guru harus memiliki kepribadian

yang dibutuhkan, kepribadian ini harus melekat dalam diri guru karena diharapkan

akan menjadi kaum yang mengarahkan kepribadian orang bahkan lingkungan.

Selain guru harus memiliki kepribadian yang baik, memang seharusnya guru bisa

dapat memanfaatkan dan mempelajari kepribadian. Berikut beberapa manfaat

mempelajari kepribadian bagi guru yaitu:

1. Agar guru mengenal sifat anak-anaknya, sehingga pelayanannya mudah

diterima oleh anaknya.

2. Guru mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan

penbinaan dan pendidikan yang mendalamkan.

3. Mencegah timbulnya frustasi anak dalam mensukseskan proses belajar

dan mengajar.

4. Dengan mengetahui kepribadian anak, guru dapat dengan tepat

memperlakukannya, meolongnya dan sebagainya.

5. Menghindari kemungkinan timbul konflik antara guru dan

anak-anaknya.33

2.5 Indikator Kepribadian Guru

Pendidikan selalu terjadi dalam pergaulan. Pendidikan memerlukan proses,

pendidikan memerlukan kesabaran, dan pendidikan itu normatif. Moh. Surya, dkk

mengemukakan beberapa hal yang penting dimiliki seorang pendidik secara garis

besar yaitu:

a. Disiplin. b. Kasih Sayang.

32

Eric Jensen, Guru Super & Super Teaching, (Jakarta: Indeks, 2010) cet. 1, hal. 123

33

(34)

c. Kejujuran. d. Kewibawaan. e. Komitmen.

f. Tanggung Jawab.34

Jelas guru atau tenaga pendidik yang memiliki indikator-indikator di atas

merupakan cerminan guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas ini adalah guru

yang mampu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain itu dalam

kompetensi kepribadian guru pada pasal 28 ayat 3 bagian I bab IV peraturan

pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.35

Sedangkan karakter dan kepribadian pada masa kini untuk menjadi guru

yang kualitatif memiliki karakter yang tepat untuk menjadi pengajar yang

berperan maksimal antara lain:

- Memiliki kemantapan dan integritas pribadi. - Peka terhadap perubahan dan pembaharuan - Berpikir alternatif

- Adil, jujur, objektif

- Berdisiplin dalam melaksanakan tugas - Ulet dan tekun bekerja

- Berusaha memperoleh hasil kerja dengan sebaik-baiknya

- Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana, sederhana dalam bertindak

- Bersifat terbuka - Kreatif

- berwibawa36

Jadi, dengan mengetahui ciri-ciri kepribadian guru, indikator yang harus

dimiliki guru dan kompetensi kepribadian guru dapat disimpulkan secara

menyeluruh yang meliputi sikap, sifat dan profesi guru yaitu:

1. Menunjukan kasih sayang dan bijaksana dalam bertindak

2. Menunjukan kewibawaan

34

Mohammad Surya, Abdul Hasim dan Rus Bambang Suwarno, Landasan pendidikan Menjadi Guru Yang Baik, op. cit, hal. 46

35

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, t.p, diambil 05.47, 10.26.2015, pp-19-standar-nasional-pendidikan.wpd

36Fatchul Mu’in

(35)

3. Menunjukan kemantapan dan integritas pribadi sebagai seorang

pemimpin

4. Menunjukan tanggung jawab disiplin yang tinggi dalam menjalani

tugas

5. Menunjukan kejujuran dan sifat terbuka dalam menjalani tugas

6. Menunjukan sikap, perilaku yang simpatik, menarik, dan luwes

dalam bertindak.

3. Motivasi Belajar

3.1 Pengertian Motivasi

Istilah motivasi (motivation), berasal dari bahasa latin movere, yang berarti “menggerakan” to move.37 Dalam konteks ini motivasi mewakili proses psikologis yang menyebabkan timbulnya pengarahan dan persistensi kegiatan-kegiatan

sukarela yang ditujukan ke arah pencapaian. Motivasi adalah segala sesuatu yang

menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk

memenuhi kebutuhan.38 Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu

keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan/tujuan yang

nyata ingin dicapai. Menurut Mc. Donald dalam buku Sardiman, bahwa motivasi

adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.39

Dilihat dari dua pengertian yang ada bahwa motivasi merupakan suatu yang

kompleks. Dengan adanya motivasi dapat menyebabkan perubahan energi atau

tingkah laku seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu dengan adanya

dorongan tujuan, keinginan dan kebutuhan. Oleh sebab itu di dalam proses belajar

mengajar jika ada peserta didik yang bermasalah dengan belajar seperti tidak

melakukan tugas yang diperintahkan oleh guru atau pun tidak aktif

(malas-malasan) dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, maka harus dicari sebabnya.

37

J. Winardi, Motivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011), cet.6, h. 24

38

Sabri Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001) Hlmn. 129

39

(36)

Disinilah salah satu peran guru untuk membantu peserta didik dalam mendorong

semangat belajar dengan memotivasinya.

Menurut Maslow sebagaimana yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah, bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti kebutuhan estetik. Kebutuhan inilah yang mampu memotivasi tingkah laku individu.40

Untuk itu seseorang yang melakukan aktifitas belajar secara terus menerus

tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting

dalam aktifitas belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk

belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang

diharapkan.

3.2 Macam-macam Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik harus

menimbulkan suatu dorongan untuk melakukan aktivitas belajar. Akan tetapi hal

ini tidak akan terjadi jika lingkungan sekitar juga tidak mendukung. Oleh karena

itu motivasi haruslah dipupuk baik dari dalam diri maupun dari luar. Adapun

macam-macam motivasi yaitu motivasi dari dalam (intrinsik), dan motivasi dari

luar (ekstrinsik) dan motivasi diperkaya berikut penjelasannya:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrisik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.

Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan

memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli

dalam bidang studi tertentu.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi

ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap

40

(37)

penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan

juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang

kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Untuk itu

dalam menumbuhkan motivasi ini peran lingkungan belajar sangatlah penting.

c. Motivasi Diperkaya

Motivasi diperkaya yaitu motivasi yang digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran dengan harapan agar para siswa lebih giat dalam belajar. Adapun

bentuk atau macam motivasi yang digunakan adalah memberi nilai, hadiah,

persaingan sehat, hasrat untuk belajar, keterlibatan diri dalam tugas dan

lain-lain.41

Perlu ditegaskan bahwa ketiga macam motivasi ini sangatlah penting dalam

memotivasi belajar atau kegiatan belajar mengajar. Motivasi-motivasi ini pun

saling berhubungan pada konsep pendidikan yang ideal. Sedangkan menurut

Syaiful Bahri Djamarah, macam-macam motivasi cukup dibagi dua yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik.42 Dimana motivasi intrinsik yaitu motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Dan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

karena adanya rangsangan dari luar, ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

3.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar

Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Dengan demikian,

motivasi mempengaruhi adanya kegiatan sesorang. Oleh karena itu, motivasi

memiliki tiga fungsi yaitu:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak di setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

41

Nadlir, dkk, Psikologi Belajar , Jakarta: Learning Assistance Program for Islamic School, 2009). hal.9-15

42

(38)

b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apayang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.43

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi yang lain. Motivasi berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam

belajar akan menunjukan hasil yang baik. Menurut Fidelis E Waruwu, fungsi

motivasi adalah memulai, mengarahkan, menyongkong dan membuat seseorang

sensitif.44

Itulah mengapa posisi motivasi sangat penting apalagi dalam proses belajar,

karena adanya motivasi dalam belajar ini. Seseorang yang memiliki motivasi akan

terus tekun dalam mempelajari materi yang dipelajari. Oleh karena itu seorang

pendidik atau guru perlu membangkitkan motivasi belajar dalam diri peserta

didiknya. Akan tetapi tidak berarti seseorang yang memperoleh motivasi dapat

mencapai hasil belajar yang baik karena berhasil atau tidaknya seorang peserta

didik dalam belajar itu tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi saja, melainkan

banyak faktor yang mempengaruhinya.

3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,

artinya terpengaruh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut

Dimyanti dan Mujiono, terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar

peserta didik, yaitu cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa,

kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

43

Nadlir, dkk, Ibid hal 9-14

44

(39)

dan upaya guru dalam membelajarkan siswa45. Berikut penjelasan dari

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada siswa adalah:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Yaitu dari segi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.

b. Kemampuan siswa

Yaitu kemampuan atau keinginan siswa yang dimiliki untuk mencapainya. Kemampuan motivasi siswa untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya, karena tidak dapat dipingkiri bahwa kemampuan akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

c. Kondisi siswa

Yaitu kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang yang sedang sakit, lapar, lelah atau marah akan menganggu perhatiannya dalam belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa

Yaitu kondisi lingkungan sangat penting karena lingkungan merupakan bagian dari kehidupan dan interaksi manusia. Lingkungan yang baik pada siswa akan membuat nyaman para siswanya untuk belajar. Sedangkan lingkungan yang kurang mendukung atau tidak baik pastinya akan menimbulkan ketidak nyamanan siswa dalam belajar.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Yaitu guru adalah faktor luar (ekstrinsik) dalam memotivasi peserta didiknya. Hal itu merupakan tugas dari seorang guru. Sebagai seorang pendidik upaya guru dalam membelajarkan siswanya meliputi:

1. Menyelenggarakan tertib di sekolah

2. Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu

3. Membina belajar tertib pergaulan

4. Membina belajar tertib lingkungan sekolah.46

Singgih D. Gunarsa menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

motivasi yaitu:

1. Faktor biologis, yaitu energi umum individu yang disebabkan oleh kelenjar, metabolisme, dan faktor bawaan lainya.

45

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2009). Hal 97

46

(40)

2. Pengaruh kebudayaan, khususnya nilai-nilai keluarga yang mementingkan pendidikan dan keberhasilan.

3. Latihan anak dalam mengembangkan ketidak ketergantungan, kepercayaan diri, keyakinan diri, dan keinginan untuk melebihi.47

Dilihat dari uraian di atas bahwa dapat dikatakan faktor yang mempengaruhi

motivasi terdiri dari faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu)

dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri individu). Adapun faktor

yang berasal dari dalam individu memuat atas beberapa hal yaitu:

a. Adanya kebutuhan

b. Persepsi individu mengenai diri sendiri c. Harga diri dan prestasi

d. Adanya cita-cita dan harapan masa depan e. Keinginan tentang kemajuan dirinya f. Minat

g. Kepuasan kinerja

Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu terdiri dari beberapa hal yaitu:

a. Pemberian hadiah b. Kompetisi

c. Hukuman

d. Pujian

e. Situasi lingkungan pada umumnya f. Sistem imbalan yang diterima48

Selain itu faktor dari luar dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai

strategi agar dapat menumbuhkan motivasi siswa, beberapa yang dapat digunakan

dalam memotivasi belajar siswa yang termasuk dalam faktor ekstrinsik.

a. Gunakan metode dan kegiatan yang beragam. b. Jadikan siswa peserta aktif.

c. Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai. d. Menciptakan suasana kelas yang kondusif.

e. Berikan tugas yang proposional.

f. Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil. g. Berikan petunjuk pada para siswa sukses dan belajar. h. Hindari kompetisi antarpribadi.

i. Berikan masukan.

j. Hargai kesuksesan dan keteladanan.

47

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), cet. 13,hal. 257

48

(41)

k. Antusias dalam mengajar.

l. Tentukan standar yang realistis dan tinggi. m. Pemberian penghargaan.

n. Hindari penggunaan ancaman. o. Hindarilah komentar buruk. p. Kenali minat siswa

q. Peduli dengan siswa.

r. Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas.49

Dapat disimpulkan bahwa faktor ekstrinsik atau faktor dari luar sangat

banyak ragam jenisnya serta dapat diciptakan sesuai kondisi yang ada, tinggal

bagaimana guru mampu memahami para peserta didiknya.

3.5 Indikator Motivasi dalam Belajar

Motivasi dalam belajar merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong

melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.50 Dengan

demikian, motivasi merupakan usaha dari luar dalam hal ini adalah guru untuk

mendorong, mengaktifkan dan menggerakan siswanya secara sadar untuk terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi perlu diperhatikan akan

hal-hal yang menunjukan faktor tertentu atau mengenai suatu keadaan motivasi pada

peserta didik.

Menurut Abin Syamsuddin Makmun bahwa untuk memahami motivasi

individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:

1. Durasi kegiatan 2. Frekuensi kegiatan 3. Persistensi pada kegiatan

4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan

5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan

6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan 7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari

kegiatan yang dilakukan

8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.51

49

Abdul Majid, Strategi pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 4 hal.321

50

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran..hal. 47

51

(42)

Selain itu setelah pembahasan diatas untuk memahami sifat dari proses

motivasi itu sendiri adalah melihat kompenen-komponen motivasi.

Menurut Winardi, beberapa kompenen-komponen dasar motivasi yaitu: 1. Kebutuhan, keinginan, ekspektansi-ekspektansi.

2. Perilaku. 3. Tujuan-tujuan. 4. Umpan balik.52

Motivasi sangat mempengaruhi apa yang dilakukan pada peserta didik.

Produktivitas peserta didik dipengaruhi oleh motif-motif yang ada pada dalam diri

mereka maupun dari luar. Untuk itu setelah mengetahui pentingnya peran

motivasi bagi peserta didik dan hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru, guru

perlu juga memperhatikan bagaimana ciri-ciri peserta didik yang memiliki

motivasi. Menurut Sadirman, bahwa ciri-ciri peserta didik yang memiliki motivasi

dapat dilihat seperti yang tertera berikut.

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja mandiri

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.53

Dengan mengetahui indikator motivasi individu dan ciri-ciri peserta didik

yang memiliki motivasi, dapat disimpulkan indikator-indikator dari motivasi

belajar yang meliputi faktor intrinstik dan faktor ekstrinstik yaitu:

1. Menunjukan ketekunan dalam menghadapi tugas.

2. Menunjukan keuletan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan.

3. Menunjukan partisipasi pada saat kegiatan belajar.

4. Menunjukan kepercayaan diri dan keyakinan dalam belajar.

5. Menunjukan keingintahuan pada hal-hal yang baru.

6. Menunjukan semangat tertib di lingkungan sekolah.

52

J. Winardi, Motivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011), cet.6, hal. 25

53

(43)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian ini dibuat karena dilatarbelakangi oleh penelitian

penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Adapun

beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:

1. Kharis Agustiar (2014), dengan skripsinya yang berjudul “HubunganPersepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 37 Bekasi”. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya hubungan persepsi siswa tentang kepribadian guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

di SMPN 37 Bekasi telah terbukti. Hal ini juga terbukti dengan

perhitungan yang dilakukan melalui dua perhitungan. Pertama, dari hasil perhitungan analisis statistic yang mana mendapatkan nilai =

0, 481 yang membuktikan adanya korelasi positif yang signifikan antara

variabel X dan Y. Kedua, perhitungan melalui uji t dengan nilai 4,341 yang mana lebih besar dari sehingga hubungan persepsi

siswa tentang kepribadian guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

signifikan.54

2. Febri Dwi Cahyani dan Fitri Andriani (2014), dengan judul yang berjudul “Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Sosial Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Akselerasi di SMA Negeri 1 Gresik”. Menjelaskan hasil analisis penelitian diperoleh nilai signifikan

antara persepsi siswa atas kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian dan kompetensi social guru dengan motivasi berprestasi

siswa sebesar 0,579. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan

sedang antara persepsi siswa atas kompetensi guru dengan motivasi

berprestasi siswa akselerasi di SMAN 1 Gresik. Arah positif signifikan

54 Kharis Agustiar (2014), dengan skripsinya yang berjudul “

(44)

ini menunjukan apabila persepsi siswa terhadap gurunya tinggi maka

akan membuat motivasi berprestasi siswa juga tinggi.55

Penelitian-penelitian yang relevan ini menjadi acuan untuk penulis

melakukan penelitian yaitu Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru dengan

Motivasi Belajar Siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Jakarta. Adapun perbedaan

dari penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan

adalah tingkat pendidikannya yaitu peserta didik sekolah dasar dimana posisi

sekolah dasar merupakan tempat tumbuhnya pondasi dari pembentukan karakter

dan kepribadian. Selain itu guru yang diteliti oleh penulis tidak pada satu bidang

mata pelajaran saja, tetapi seluruh guru yang mengajar pada objek yang diteliti

yaitu kelas V sekolah dasar.

C. Kerangka

Gambar

Tabel 3.1 Penelitian Bulan Mei
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket
Tabel 3.6 Linearitas Regresi
Tabel 4.2 Keadaan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yaitu ada pengaruh positif dan signifikan antara Persepsi Siswa tentang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap kompetensi kepribadian guru dengan keterlibatan belajar siswa. Hipotesis yang diajukan ada

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu ada pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang gaya

  Hasil uji hipotesis menunjukkan  adanya hubungan positif yang signifikan  pada  taraf  signifikansi  0,01  antara  efektivitas  fungsi  Bimbingan  dan 

berarti nilai asymp sig (0.003) > taraf signifikan (0.05), sehingga dapat.. disimpulkan bahwa hipotesis kerja diterima, yang artinya, ada

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara penyesuaian diri

Dari hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa persepsi dukungan sosial dengan kecemasan Trait, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan lebih ke arah yang positif (r=

Melalui hasil pengujian hipotesis diperoleh 11.8 > 2.04 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima yaitu adanya hubungan yang signifikan antara persepsi