HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN
GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SEKOLAH DASAR NEGERI SRENGSENG SAWAH
07 PAGI JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam
Oleh
Dwi Asia Ningsih
NIM 1111018300053
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
Terhadap Kepribadian Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Persepsi siswa
terhadap kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa di SDN Srengseng
Sawah 07 Pagi Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode korelasional dan ditunjang oleh referensi yang berkaitan dengan tema
yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun yang menjadi populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta. Peneliti
mengambil sampel dengan Convenience Sampling berdasarkan bersedianya menjadi responden untuk dijadikan sampel yaitu siswa kelas V sebanyak 40 siswa
di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah
angket dengan bentuk pilihan berganda. Pengumpulan data penelitian ini
menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket. Sedangkan teknik analisis
korelasi yang digunakan adalah Product Moment. Dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kepribadian
guru dengan motivasi belajar siswa kelas V di SD Srengseng Sawah 07 Pagi
Jakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai r hitung sebesar 0,477 dan
termasuk kategori cukup atau sedang (nilai r hitung pada rentang 0,40 – 0,70)
dengan nilai KD sebesar 22,75% dan t hitung sebesar 4,065. Dengan demikian
terdapat hubungan yang cukup atau sedang dan signifikan antara persepsi siswa
terhadap kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa kelas V di SD Srengseng
Sawah 07 Pagi Jakarta dan kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa
memberikan kontribusi yang cukup dalam mempengaruhi dan meningkat motivasi
ABSTRACT
Dwi Asia Ningsih (NIM: 1111018300053): Relations Student Perceptions Of
Personality Motivation Teacher With Students at SDN 07 Pagi Srengseng
Sawah Jakarta.
This study aims to determine whether there is a relationship between students 'perception of the personality of the teacher with the students' motivation fifth grade in elementary Srengseng Sawah 07 Morning Jakarta. How big is the contributions made, and whether it has significance or not. This study was conducted in April-May 2015 in SD Srengseng Sawah 07 Morning Jakarta. The method used is survay method with quantitative approach. Population data retrieval technique is affordable. The instrument used was a questionnaire with multiple choice form. While the correlation technique used is product moment. The results found in this study that there is a significant relationship between students 'perception of the personality of the teacher with the students' motivation fifth grade in elementary Srengseng Sawah 07 Morning Jakarta.
The results showed that the value of r count equal to 0.477 and categorized enough or moderate (r count value in the range of 0.40 to 0.70) with a KD value of 22.75% and amounted to 4,065 t.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’ alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis berupa nikmat
iman, nikmat Islam dan nikmat sehat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam juga tidak lupa selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa,
perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif
dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini yang berjudul “ Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di SD Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta”, segala kesulitan dapat teratasi.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi, yaitu:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
2. Ketua Jurusan Prodi PGMI, Bapak Dr. Khalimi, M.Ag dan Sekretaris Jurusan
Prodi PGMI, Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd, yang selalu siap sedia
memberikan waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Eri Rosatria, M.Ag, dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan
masukan, pengarahan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Ibu Nafia Wafiqni, M.Pd, dosen penasehat yang dengan sabar memberikan
pengarahan, mendorong dan menanamkan kesadaran untuk bekerja keras
dalam belajar serta menumbuhkan semangat kepribadian pada penulis selama
menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi dan Bapak Dr. Marzuki Mahmud, M.Pd
memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi
ini.
6. Seluruh Dosen PGMI yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu, terima kasih atas bantuan financial,
dukungan dan pengorbanannya, kasih sayang serta do’a kalian selama penulis
menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Karmini, A.Ma.Pd guru SDN Srengseng Sawah 07 yang membantu
memudahkan penulis dalam penelitian di lapangan.
9. Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2011 yang saling mendukung
dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya dengan segala keterbatasab penulis hanya dapat mengembalikan
segalanya kepada Allah SWT, untuk membalas kebaikan mereka. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Aamin
Jakarta, 2 November 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR LAMPIRAN...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...
B. Identifikasi Masalah...
C. Pembatasan Masalah...
D. Perumusan Masalah...
E. Tujuan Penelitian...
F. Kegunaan Penelitian...
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik...
1. Persepsi...
1.1 Pengertiaan Persepsi...
1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi...
2. Kepribadian Guru...
2.1 Pengertian Kepribadian...
2.2 Aspek-aspek Dasar Kepribadian...
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian...
2.4 Pentingnya Kepribadian bagi Guru...
2.5 Indikator Kepribadian bagi Guru...
3. Motivasi Belajar...
3.1 Pengertian Motivasi...
3.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar...
3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi motivasi Belajar...
3.5 Indikator Motivasi Belajar...
B. Hasil Penelitian yang Relevan...
C. Kerangka Berpikir...
D. Hipotesis Penelitian...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...
B. Metode Penelitian...
C. Populasi...
D. Teknik Pengumpulan Data...
E. Teknik Analisis Data...
F. Hipotesis Statistik...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data...
B. Pengujian Pengajuan Analisis Hipotesis dan Pembahasannya...
C. Keterbatasan Penelitian...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...
B. Saran-saran...
DAFTAR PUSTAKA... 21
22
25
27
28
29
70 30
31
31
32
34
39
40 41
47
80
8l
81
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Penelitian Bulan Mei...
Tabel 3.2 Penelitian Bulan Juni...
Tabel 3.3 Penelitian Bulan Juli...
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket...
Tabel 3.5 Kriteria Korelasi Product Moment menurut Guilford...
Tabel 3.6 Linearitas Regresi...
Tabel 4.1 Daftar Guru...
Tabel 4.2 Keadaan Siswa...
Tabel 4.3 Daftar Karyawan...
Tabel 4.4 Daftar Saran dan Prasarana...
Tabel 4.5 Daftar Ekstrakulikuler...
Tabel 4.6 Hasil uji validitas instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian
Guru...
Tabel 4.7 Hasil uji validitas instrumen Motivasi Belajar Siswa...
Tabel 4.8 Tabel uji reliabilitas...
Tabel 4.9 Guru saya masuk ke ruang kelas pada waktunya...
Tabel 4.10 Guru saya bersikap baik terhadap saya...
Tabel 4.11 Guru saya bersikap adil, tidak pilih kasih terhadap seluruh peserta
didik...
Tabel 4.12 Guru saya menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan pada
saya...
Tabel 4.13 Guru saya menganjurkan untuk selalu mengucapkan salam setiap
masuk dan keluar kelas...
Tabel 4.14 Guru membuat saya antusias dan senang terhadap materi
pelajaran...
Tabel 4.15 Guru saya melakukan hal-hal yang menakjubkan dan menarik
dalam pembelajaran...
Tabel 4.16 Guru saya mengatakan hal-hal yang baik...
Tabel 4.18 Guru mengingatkan saya belajar dengan baik di sekolah maupun
untuk di rumah ...
Tabel 4.19 Guru saya bersikap tenang dalam menanggapi pertanyaan peserta
didiknya...
Tabel 4.20 Guru saya memberi pujian kepada siswa yang berprestasi...
Tabel 4.21 Guru saya suka menolong siapa saja yang membutuhkan...
Tabel 4.22 Guru saya memberi bimbingan dengan senang hati, jika ada siswa
yang kurang paham dalam pelajaran...
Tabel 4.23 Jika suasana kelas ramai, guru saya marah-marah meninggalkan
kelas...
Tabel 4.24 Guru saya dalam bertutur kata menggunakan nada bicara yang
baik dan halus...
Tabel 4.25 Jika ada siswa yang melakukan kesalahan, guru saya memberikan
sanksi...
Tabel 4.26 Guru saya meminta imbalan , pujian atas pertolongan yang
diberikan...
Tabel 4.27 Pada waktu mengajar, guru saya berpenampilan tidak rapi...
Tabel 4.28 Guru memulangkan peserta didik sebelum bel pulang berbunyi...
Tabel 4.29 Skor skala likert Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru
(variabel X)...
Tabel 4.30 Saya merasa berhasil tidaknya dalam pembelajaran tergantung
pada guru...
Tabel 4.31 Saya mematuhi tata tertib di lingkungan sekolah...
Tabel 4.32 Saya suka mencontoh perilaku yang baik pada guru saya...
Tabel 4.33 Saya selalu bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan belajar
mengajar...
Tabel 4.34 Saya menggunakan waktu belajar sebaik-baiknya...
Tabel 4.35 Saya melakukan diskusi pelajaran dengan teman-teman diluar jam
pelajaran...
Tabel 4.36 Saya tidak masuk sekolah jika ada pelajaran yang saya tidak sukai
dimengerti...
Tabel 4.38 Saya melakukan hal-hal kebaikan yang diajarkan oleh guru...
Tabel 4.39 Saya belajar hanya karena takut dimarahi guru jika tidak bisa
menjawab pertanyaan...
Tabel 4.40 Saya belajar hanya ingin mendapatkan nilai yang baik...
Tabel 4.41 Saya belajar ingin mendapatkan pujian dan hadiah...
Tabel 4.42 Saya malas mengerjakan tugas dan meninggalkannya ketika guru
memberi tugas yang saya tidak sukai...
Tabel 4.43 Saya mengikuti pelajaran yang ada...
Tabel 4.44 Saya mengacungkan jari untuk menjadi sukarelawan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan di depan kelas...
Tabel 4.45 Saya diam saja dan tidak bertanya, jika tidak paham dengan
materi yang disampaikan...
Tabel 4.46 Saya belajar lebih giat ketika mendapatkan nilai yang kurang baik
Tabel 4.47 Ketika mengalami suatu kegagalan dalam belajar, saya kecewa
dan putus asa...
Tabel 4.48 Saya belajar, karena guru selalu membuat pelajaran jadi
menyenangkan...
Tabel 4.49 Saya mengulang kembali materi pelajaran yang telah diajarkan
guru...
Tabel 4.50 Skor skala likert Motivasi Belajar Siswa (variabel Y)...
Tabel 4.51 Tabel Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru
dengan Motivasi Belajar Siswa di Kelas V SDN Srengseng Sawah 07 Pagi
Jakarta...
Tabel 4.52 Analisis Varian Regresi Linear Sederhana... 66
66
67
67
68
68
68
69
69
70
70
71
71
72
73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket...
Lampiran 2 Pedoman Observasi ...
Lampiran 3 Pedoman Wawancara...
Lampiran 4 foto-foto...
Lampiran 5 Surat Keterangan telah melakukan penelitian...
Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian ...
Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi...
Lampiran 8 Lembar Uji Referensi... 86
94
95
97
99
100
101
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Trianto adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.1 Oleh
karena itu pendidikan perlu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan Undang - Undang RI Nomor 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas yaitu:
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara.2
Agar berhasil dalam membawa peserta didik ke arah kedewasaan, maka
setiap sekolah memerlukan beberapa orang guru, sehingga masing-masing anak
didik akan mendapat pendidikan dan pembinaan dari beberapa orang guru yang
mempunyai kepribadian dan mentalnya yang berbeda-beda. Setiap guru akan
mempunyai pengaruh terhadap anak didiknya. Pengaruh tersebut ada yang terjadi
melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula
yang terjadi tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru melalui sikap, gaya,
dan macam-macam penampilan kepribadian guru. Hal ini juga dikemukakan oleh
1
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta:Prestasi Pustaka,2009), hal 1.
2
Zakiah Daradjat yang menyatakan bahwa “Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak didik yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja, yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam masa pertumbuhan”.3
Sedangkan kepribadian itu sendiri, sebagaimana yang dikutip oleh Inge
bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.4
Kepribadian guru dapat tercermin dari sikap dan tingkah lakunya
yang khas dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat. Tingkah laku guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi peserta didik yang masih kecil, guru adalah orang pertama
sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian peserta didik.
Sikap guru dalam meghadapi persoalan, baik menghadapi peserta didik,
teman-temannya sesama guru, kepala sekolah dan sekolah itu sendiri akan dilihat,
diamati, dan dinilai pula oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru hendaknya
memiliki kepribadian baik yang akan dicontoh dan diteladani oleh peserta didik
baik secara langsung maupun tidak secara langsung terhadap diri sendiri, orang
lain dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dalam konsep pembelajaran tentunya guru yang memiliki kepribadian yang
baik mampu mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya
secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi
karena adanya kesan yang ditimbulkan dari melihat kepribadian baik yang
dimiliki seorang guru, sehingga peserta didik yang termotivasi akan semakin
sering melibatkan diri dalam berbagai aktivitas belajar.
Akan tetapi dalam pencapaian pembelajaran terkadang peserta didik
termotivasi atau tidaknya melakukan sesuatu, banyak tergantung pada proses
kognitif berupa persepsi.5 Kemampuan mempersepsi antara persepsi peserta didik
yang satu dengan yang lainnya tidak sama meskipun mereka sama-sama dari
3
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Bulan Bintang, 2005), cet.4, hal.2
4
Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Yang Positif, (Jakarta: Indeks, 2007), cet. 1, hal. 1.
5
sekolah yang sama maupun dari kelas yang sama juga.6 Untuk itu sifat yang
mempengaruhi motivasi secara umum dapat kita bedakan menjadi dua yaitu
bersifat dari dalam atau intrinsik dan bersifat dari luar atau ekstrinsik. Bersifat
intrinsik adalah faktor yang timbul dari dalam diri sendiri sedangkan bersifat
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar.7 Namun masih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi
sikap peserta didik terhadap guru dan sekolah pada umumnya, misalnya
perubahan status ekonomi dan sosial orang tuanya, sakit atau meninggalnya salah
satu atau kedua orang tuanya dan sebagainya. Semuanya itu akan terpantul dalam
kelakuan peserta didik dan akan terlihat jelas dihadapan guru. Guru yang tidak
mengerti, akan menghadapi peserta dengan kekerasan atau peraturan yang ketat.
Hal itu akan memperjauh hubungannya dengan peserta didik. Disinilah perlunya
persyaratan kepribadian bagi jabatan guru. Guru yang memiliki kepribadian yang
baik mampu memahami peserta didiknya. Dan guru yang memiliki kepribdian
yang baik akan selalu dihormati dan disayangi oleh peserta didiknya, hal itu pula
akan menimbulkan motivasi semangat terhadap ilmu pengetahuan dan
membentuk sikap tingkah laku mereka yang baik.
Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwasanya sekolah, guru yang baik
serta semangat anak-anak dalam belajar sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
dari pendidikan tersebut. Akan tetapi pada kenyataan yang ada masih banyak
masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang
dikutip oleh Anas, masalah yang paling serius dalam pendidikan di Indonesia
menapaki abad ke-21 dimulai saat pendidikan disamakan dengan persekolahan.8
Maksudnya adalah banyaknya sekolah yang didirikan tetapi tidak diimbangi
dengan kualitas pendidikannya salah satunya dengan guru yang tentunya
berkompeten dan profesional, sehingga banyak sekolah menerima tenaga pengajar
kurang memperhatikan aspek keprofesionalan guru. Dan ini pun akan berdampak
6
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), cet.4, hal. 29
7
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011), cet.11, h. 90.
8
pada peserta didik. Masih minim pula guru yang memahami apa yang diinginkan
peserta didik. Selain itu kini ramai ditayangkan di media elektronik maupun
media cetak kasus-kasus korupsi, semakin maraknya tawuran, yang dilakukan
antar warga, kelompok bahkan pelajar. Fenomena ini jelas menunjukan bahwa
masyarakat Indonesia ternyata mampu melakukan tindakan kekerasan.9 Adapun
kasus anak yang fobia sekolah, takut guru galak, dan masih banyak lagi. Hal ini
membuktikan masih ada guru yang kurang memperhatikan dan tidak peduli
terhadap peserta didiknya. Bisa diduga jika para guru tidak menyadari maka anak
itu akan tidak percaya diri dan motivasi untuk belajar pun akan semakin
berkurang. Jika ini terjadi pada sekolah-sekolah lain, maka hal ini dapat
menghancurkan pendidikan itu sendiri, dan tidak dipungkiri akan memburuknya
pendidikan bangsa ini apabila pendidikan bangsa memburuk maka bangsa akan
hancur.
Menurut Lickona, profesor pendidikan dari Cortlan University
sebagaimana yang dikutip oleh Anas Salahudin, mengungkapkan sepuluh tanda kehancuran bangsa:
1. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja 2. Penggunaan kata-kata buruk
3. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan 4. Meningkatnya perilaku merusak diri
5. Semakin kaburnya pedoman moral 6. Menurunnya etos kerja
7. Rendahnya rasa hormat kepada guru dan orang tua 8. Rendahnya tanggung jawab individu dan masyarakat 9. Membudayanya ketidak jujuran
10.Adanya rasa curiga dan kebencian di antara sesama10
Oleh karena itu pendidikan harus benar-benar memberikan pelayanan
terbaik bagi semua aspek pendidikan. Dan pelayanan itu tidak akan berjalan
dengan baik apabila pendidikan tidak mencetak tenaga pendidik yang punya
kepribadian baik dan profesional. Tenaga pendidik atau guru yang baik dan
profesional tentunya akan memotivasi peserta didiknya baik dalam belajar
maupun dalam perilaku sehari-hari, karena sesuai tujuan pendidikan, peserta didik
9 Susie Evidia, “
Pentingnya Pendidikan Karakter”, Harian Umum Republika, Jakarta, 7 agustus 2011 hal.24
10
tidak dicetak memiliki pengetahuan saja akan tetapi memiliki pribadi atau akhlak
yang baik. Lalu apa jadinya jika para peserta didik tidak termotivasi dalam belajar
akibat pengaruh dari gurunya, maka akan terjadi terhambatnya tujuan pendidikan
itu sendiri.
Hal ini juga didukung pendapat dari Dewey. Menurut Dewey, bahwa
hubungan timbal balik antara guru dan murid ketika menjelaskan, sering kali guru
tidak memikirkan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran atau memikirkan
pembelajaran guru sendiri yang dihasilkan dari interaksi mereka dengan murid.11
Selain itu masalah persiapan pelajaran termasuk faktor yang mempengaruhi sikap
guru didepan kelas. Guru yang tanpa persiapan , akan merasa ragu tentang apa
yang diajarkannya, pertanyaan peserta didik, mungkin akan ditanggapinya dengan
marah atau meremehkannya atau kebingungan. Guru yang demikian itu akan
kehilangan kepercayaan dari peserta didik, bahkan mungkin akan kehilangan
simpati dan penghargaan mereka. Dan fenomena terjadi kasus pensiun dini yang
dilakukan oleh guru pns untuk memilih berdagang setelah mendapatkan
tunjangan. Hal ini tentunya sangat akan mengganggu proses belajar dan mengajar.
Oleh karena itu kepribadian guru terhadap motivasi belajar sangat berperan
penting, dimana kondisi ini harus dipupuk lebih dahulu dalam proses belajar
mengajar.
Adapun peserta didik SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta dalam hal
mempersepsi kepribadian guru dan lingkungan sekolah pun berbeda-beda. Guru
yang kurang perhatian, kurang peduli dan tidak bertanggung jawab atas peserta
didiknya menjadi salah satu faktor penyebab munculnya sifat-sifat negatif yang
bisa timbul pada diri siswa seperti motivasi belajar peserta didik berkurang. Akan
tetapi seperti yang sudah penulis paparkan di atas, dalam pencapaian
pembelajaran terkadang peserta didik termotivasi atau tidaknya melakukan
sesuatu, banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Kemampuan
mempersepsi antara persepsi peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak
sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama maupun dari kelas
11
yang sama. Dari itulah menurut pengamatan penulis masalah ini perlu diangkat
sebagai sebuah penelitian, apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap
kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa?. Selama penulis mengobservasi
sekolah tersebut, penulis menemukan beberapa guru yang kurang perhatian dan
tidak peduli terhadap peserta didiknya dalam proses belajar mengajar seperti cara
guru yang masih mengajar dengan metode ceramah sehingga membuat suasana
kegiatan belajar mengajar menjadi membosankan, kemudian memberikan tugas di
kelas lalu meninggalkannya. Selain itu dalam pengamatan penulis untuk peserta
didiknya masih ada beberapa peserta didik yang kurang dalam motivasi belajar
seperti saat belajar mengajar berlangsung ada beberapa siswa sibuk dengan
bermain sesama teman sebangkunya dan ada yang diam saja ketika guru
mengajukan beberapa pertanyaan di dalam proses belajar mengajar.
Dari latar belakang masalah inilah maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian ini, Dengan demikian, untuk melakukan penelitian tentang
masalah tersebut penulis menetapkan dengan judul penelitian “Hubungan
Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar Siswa di
SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang memperhatikan keadaan peserta didiknya.
2. Kurangnya kepedulian guru terhadap partisipasi peserta didik dalam
belajar.
3. Masih ada guru yang belum ada rasa tanggung jawab yang besar terhadap
peserta didik.
4. Masih adanya guru yang kurang menjaga sikap yang baik.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah
yang akan dibahas, maka peneliti memberikan batasan yang akan dibahas yaitu:
1. Persepsi siswa terhadap kepribadian guru.
2. Motivasi belajar peserta didik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu:
1. Bagaimana kepribadian guru di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi
Jakarta?
3. Adakah hubungan kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa pada
di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kepribadian guru dalam proses belajar mengajar.
2. Untuk mengetahui motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta.
3. Mengetahui pengaruh kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa
pada kegiatan pembelajaran di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi Jakarta
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka manfaat penelitiannya
adalah:
1. Bagi peneliti, merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam
kependidikan.
2. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi
para akademisi atau pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan
3. Bagi instansi penelitian, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber
masukan dan evaluasi mengenai berbagai persoalan yang dihadapi para
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretik 1. Persepsi
1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan istilah yang familiar didengar dalam percakapan
sehari-hari. Istilah persepsi berasal dari bahasa latin “perception” yang berarti menerima
atau mengambil. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan penglihatan atau tanggapan.12 Sedangkan menurut seorang ahli, Leavit
bahwa dua pengertian persepsi yaitu pengertian sempit dan pengertian luas. Untuk
persepi dalam pengertian arti sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan,
yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.13
Menurut Solso (1998) sebagaimana yang dikutip dalam jurnal psikologi dan
perkembangan, bahwa pengertian persepsi juga melibatkan fungsi kognitif dalam
menginterpretasikan stimulus dari luar, tentu saja itu bergantung oleh banyaknya
informasi yang dikumpulkan oleh individu dan lingkungannya.14
Jadi adapun hubungan persepsi terhadap kepribadian guru yaitu ditimbulkan
bagaimana guru dapat memberi stimulus dan peserta didik memberikan sebuah
tanggapan atau respon. Secara sederhana dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah para peserta didik tentu mengamati apa yang pertama ia lihat kemudian
mencontohnya dalam bentuk perilaku dan tindakan. Maka dari itu pentingnya
guru memiliki kepribadian yang baik, karena dari situlah awal persepsi para
peserta didik terbentuk dalam membantu dan mengarahkan motivasi di dalam diri
para peserta didik. Dan tidak hanya itu saja guru juga harus mampu menciptakan
lingkungan yang baik dan kondusif agar fungsi kognitif peserta didik dengan baik
12
John M, Echols and Hasan Shadily, An Indonesian-English Dictionary: Kamus Besar Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), cet. 10, hal.424
13
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosda Karya, 2010), hal. 117
14
dalam menerima segala informasi baik dalam bentuk pengetahuan maupun
pengalaman.
1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Adapun persepsi yang dialami seseorang bisa berbeda-beda, hal ini
dikarenakan persepsi cenderung ditimbulkan oleh rangsangan dari semua panca
indera yang dimiliki. Akan tetapi persepsi juga ditimbulkan oleh adanya fungsi
kognitif yang tinggi dalam menginterpretasikan stimulus yang diterima dari luar.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:
1. Perhatian 2. Set (harapan) 3. Kebutuhan 4. Sistem nilai 5. Ciri kepribadian 6. Gangguan kejiwaan.15
Telah diketahui persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu stimulus yang diterima melalui alat reseptor yaitu indera
dalam bentuk respon. Panca indera merupakan penghubung antara individu
dengan dunia luarnya. Oleh sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang dapat kita bedakan secara rinci menjadi dua yaitu faktor internal dan
eksternal.
1. Faktor internal mencakup beberapa hal antara lain, yaitu keadaan fisiologis (fisik), perhatian, minat, kebutuhan yang searah, pengalaman dan ingatan dan suasana hati.
2. Faktor eksternal mencakup beberapa hal antara lain, yaitu ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus, keunikan dan kekontrasan stimulus, intensitas dan kekuatan stimulus, dan motion atau gerakan.16
2. Kepribadian Guru
2.1 Pengertian Kepribadian
Secara etimologis, istilah “personality” atau “kepribadian” itu asal mulanya berasal dari kata latin “per” dan “sonare”, yang kemudian berkembang menjadi
15
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Jakarta:Pustaka Setia, 2008), cet.4, hal. 38
16 Hasminee Uma, “Persepsi”
kata “persona” yang berarti topeng.17 Maksudnya tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung yang bermakna untuk menggambarkan perilaku,
watak atau pribadi seseorang. Pengertian ini jelas bertentangan dengan pengertian
psikologi modern dimana personality atau kepribadian itu dipandang sebagai “Keseluruhan kualitas tingkah laku dari pribadi seseorang”. Sedangkan dalam psikologi, menurut Pawlik sebagaimana yang dikutip FJ Monk dan kawan-kawan,
bahwa psikologi kepribadian meneliti sifat-sifat, perasaan, dan tingkah laku
keseluruhan yang berbeda dengan orang lain.18
Adapun pendapat dari beberapa ahli mengenai kepribadian yaitu, menurut
Gordon Allport, “Seorang psikolog Jerman yang merupakan pakar kepribadian
bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.19
Sedangkan menurut May dalam buku Psikologi Kepribadian,
bahwa Personality is a social stimulus value. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara orang lain itu beraksi terhadap
kita, itulah kepribadian kita.20
Telah dijelaskan di atas pada pendapat Allport, sistem psikofisik itu sendiri
adalah kebiasaan , sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif
yang bersifat psikologis.21 Sistem psikofisik juga merupakan kekuatan motivasi
yang menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan. Sistem ini bukan
merupakan produk hereditas melainkan hasil dari proses belajar sebagai hasil
pengalaman seseorang. Sedangkan menurut May kepribadian bisa dilihat dengan
bagaimana reaksi seseorang.22
17
Sabri Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.90
18
FJ Monks, AMP Khoers, Siti Rahayu, dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), cet. 15, hal. 3
19
Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Yang Positif, (Jakarta: Indeks, 2007), cet. 1, hal. 1.
20
Agus sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Askara, 1997), cet. 7, hal. 11
21
Elzabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Terj.Child Development oleh Med. Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga), cet.6, hal. 237
22
Oleh karena itu dari beberapa pendapat bahwa kita dapat mengetahui
kepribadian adalah hubungan antara materi tubuh dan jiwa seseorang yang
perkembangannya dibentuk oleh pengalaman dan kondisi alam bawah sadar yang
terbentuk sejak awal pertumbuhan manusia terutama akibat peristiwa-peristiwa
psikologi-psikologi yang penting dalam pertumbuhan dirinya. Sudah disinggung
juga bahwa kepribadian manusia itu dapat dipengaruhi oleh sesuatu. Dengan
demikian keadaanya ada usaha mendidik pribadi, dan membentuk pribadi.
2.2 Aspek-aspek dasar Kepribadian
Sebelum mengenal jauh dari kepribadian kita perlu mengetahui
struktur-struktur ataupun aspek-aspek yang mendasar kepribadian. Adapun aspek-aspek
dasar kepribadian adalah hal-hal yang mencakup tentang kepribadian yang secara
garis besar dalam ilmu psikologi digolongkan menjadi beberapa aspek.
a. Psikoanalisis, perhatian pada pengaruh-pengaruh tidak sadar.
b. Neo-analisis/ Ego, penekanan pada diri yang berjuang untuk mengatasi emosi dan dorongan di dalam diri dan tuntunan dari orang lain di luar diri.
c. Biologis, menitikberatkan pada kecenderungan dan keterbatasan yang berasal dari warisan genetis.
d. Behaviorisme, dapat mendorong analisis yang lebih ilmiah mengenai pengalaman belajar yang membentuk kepribadian.
e. Kognitif, melihat sifat aktif dari pikiran manusia. f. Trait, teknik pemeriksaan individual yang baik. g. Humanisme, menghargai hakikat spiritual seseorang.
h. Interaksionisme, memahami bahwa kita adalah diri yang berbeda dalam situasi yang berbeda.23
Bisa dilihat dari aspek-aspek dasar kepribadian secara umum dapat
disimpulkan menjadi faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian baik
dari dalam seseorang maupun dari luar seseorang. Hal ini tentu sangat penting
untuk mengetahui bagaimana kepribadian seseorang dan faktor yang
mempengaruhinya. Lalu bagaimana dengan aspek kepribadian seorang guru?.
Maka, menururt Winkel, bahwa aspek keadaan awal ini meliputi banyak
sekali hal dan faktor. Namun ditinjau dari yang paling pokok dan mendasar yaitu:
23
a) Kepribadian guru mencakup penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, sifat dan sikap.
b) Guru sebagai pendidik mencakup inspirator dan korektor, penjaga disiplin, umur dan jenis kelamin.
c) Guru sebagai didaktikus mencakup keahlian dalam penggunaan prosedur didaktis, keahlian penguasaan materi, gaya memimpin kelas, berkomunikasi dengan siswa, kemampuan berbahasa.
d) Guru sebagai rekan profesi.24
Telah kita ketahui bahwasannya kepribadian mengandung pengertian yang
kompleks yang terdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik maupun psikis.
Berikut beberapa aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan
pendidikan, dalam rangka pembentukan pribadi peserta didik yaitu:
a) Sifat-sifat kepribadian (personality traits)
b) Intelijensi
c) Pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan (Appearance and Impression)
d) Kesehatan e) Pengetahuan f) Keterampilan (skill)
g) Nilai-nilai (Values)
h) Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan i) Peranan (Roles)
j) The Self25
Setelah kita mengetahui aspek-aspek dasar kepribadian baik secara umum
ataupun yang berhubungan dengan pendidikan di atas memang seharusnya yang
harus dipelajari dan yang paling dapat memanfaatkan pengetahuan ini adalah para
guru. Sebelum membahas lebih lanjut kita juga harus mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Membahas aspek-aspek kepribadian maka kita akan mengetahui apa saja
faktor yang mempengaruhinya. Menurut M. Alisuf Sabri bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan/perkembangan kepribadian yaitu:
heredity/pembawaan, pengalaman-pengalaman yang aktual bagi individu dan
24
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Media Abadi, 2009) hal. 219
25
kebudayaan. Totalitas kepribadian individu terbentuk melalui interaksi ketiga
faktor-faktor tersebut :
a. Heredity/pembawaan
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh heredity/warisan terhadap perkembangan/pembentukan kepribadian, kita bisa peroleh dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi, dengan cara membandingkan antara orang-orang yang hereditasnya sama, tetapi hidup di alam yang berbeda-beda.
b. Pengalaman
Meskipun setiap unsur heredity anak mudah berinteraksi terhadap pengalaman-pengalaman baru (menurut tingkat kematangan atau kecenderungan tempramennya), akan tetapi reaksi-reaksinya itu akan berubah oleh interaksinya dengan orang tua, teman main, sanak keluarga dan lainnya. Pentingnya interaksi emosi pada awal kehidupan si anak, dirasakan perlunya semenjak dilakukan studi terhadap anak-anak.
c. Kebudayaan (Culture)
Tingkah laku diwariskan dari orang tua kepada anak, karena anak mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku perbuatan yang dilakukan orang tua dan orang-orang lain yang “dekat” dengan si anak. Dalam hal peniruan ini mereka tidak pandang apakah itu perbuatan yang baik atauburuk, karena memang meraka belum tahu apa-apa. Bagi anak-anak peniruan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan bagi perkembangan kepribadiannya. Melalui peniruan inilah anak menyerap sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh orang-orang yang menjadi modelnya (orang tua dan lain-lain).26
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi, pada intinya sudah disepakati
bahwa pribadi tiap orang itu tumbuh atas dua kekuatan yaitu faktor kekuatan dari
dalam maupun faktor kekuatan dari luar. Menurut K H. Dewantara sebagaimana
yang dikutip oleh Agus dan kawan-kawan, bahwa faktor dari dalam disebut
dengan faktor dasar, yang sudah dibawa sejak lahir, berujud benih ataupun bibit
dan faktor dari luar disebut dengan faktor lingkungan atau juga disebut juga faktor
ajar.27 Pendapat ini pun sama dengan pendapat Sjarkawi yang mengatakan faktor
yang mempengaruhi kepribadian itu ada dua yaitu:
26
Sabri Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001) hal.108
27
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri dan biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Contohnya sifat mudah marah yang dimiliki seorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini merupakan pengaruh dari lingkungannya. Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak.28
Untuk itulah dalam uraian yang telah dikatakan, membuktikan bahwa
kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwasannya faktor yang dapat mempengaruhinya berasal dari faktor
biologis ataupun fisiologis(individu), faktor sosial (masyarakat disekitarnya), dan
faktor kebudayaan (lingkungan).
2.4 Pentingnya Kepribadian Guru
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar
yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang
potensial di bidang pembangunan.29 Maka dari itu guru sangat penting bagi
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Namun dalam mencapai tujuan
pendidikan yang layak, bukanlah perkara mudah, perlu adanya sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai salah satunya adalah guru. Guru-guru yang
profesional dan proporsioanal merupakan salah satu perangkat kelayakan
pendidikan. Guru yang tidak profesional akan sulit menghayati dan menjiwai
perannya sebagai pembimbing dan pengayom peserta didiknya, guru yang tidak
profesional pun sangat sulit mengembangkan dan menanamkan kepribadian luhur
kepada peserta didiknya.
Menurut Zakiah Daradjat “Setiap guru mempunyai pengaruh terhadap anak didik, pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru, melalui sikap, gaya dan macam-macam penampilan
28
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2008), cet. 2, hal. 19
29
kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak didik yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja, yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam masa pertumbuhan”.30
Dengan demikian kepribadian guru itu merupakan suatu susunan aturan dari
berbagai bagian tingkah laku atau moral seorang pendidik yang berperan dalam
usaha pembentukan sumber daya manusia (peserta didik) untuk mencapai tujuan
pendidikan itu sendiri. Maka guru pun dituntut memiliki perilaku atau sifat yang
baik sebagai bagian dari kepribadian guru yang baik. Berikut secara singkat ciri
dari sifat dan sikap guru yang baik dan tidak baik yaitu:
a. Guru yang baik yaitu tidak mudah marah, emosi stabil, menepati janji, tidak berbohong, jujur, tidak suka menggibah, tidak suka memfitnah, disiplin, tidak rakus, optimistis, gesit, adil, pemaaf, rapi, bukan perokok, ceria, cerdas, cerdik, kaya, tidak pemalu, berpikir positif, rajin, sabar, peka terhadap lingkungan, bersih, tidak pendiam, cermat, tidak ingin menang sendiri, kreatif, inovatif, produktif.
b. Guru yang tidak baik yaitu tidak menepati janji, suka bohong, tidak jujur, suka ghibah, suka memfitnah, tidak disiplin, rakus, pesimis, lamban, pilih kasih, pendendam, tidak rapi, perokok, pemabuk, pemurung, kurang pandai, miskin, pemalu, berprangsangka negative, pemalas, tidak peka terhadap lingkungan, kotor, pendiam, ceroboh, ingin menang sendiri.31
Karena pengaruh guru yang mendalam, kepribadian guru lebih penting dari
pengetahuan dan kecakapan mengajarnya. Guru yang baik penyesuaiannya
misalnya penuh kehangatan dan bersikap menerima terhadap peserta didiknya.
Akibatnya, mereka tidak saja memotivasi muridnya untuk melakukan tugas
sekolah tetapi membantu murid untuk mengembangkan konsep diri yang
menguntungkan dan realistis. Hal ini adalah bentuk dari kepribadian seseorang.
Bagi guru jika memiliki kepribadian yang baik maka di dalam proses belajar
mengajar dapat menjadi contoh dan pendorong (motivasi) yang baik bagi peserta
didiknya. Adapun sebaliknya jika kepribadian guru buruk misalnya kasar, pilih
kasih dan lain-lain, maka akan menimbulkan anggapan peserta didik yang tidak
30
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal. 2
31
baik yang akan terlihat dari sikap mereka seperti peserta didik menjadi susah
diatur, tidak menghormati guru, ketakutan dalam belajar dan sebagainya.
Seperti yang diungkapkan oleh Eric Jensen, bahwa relasi siswa-guru yang
jelek adalah sebab bagi banyak masalah, lakukan apa saja yang perlu untuk
membangun relasi dini dengan siswa anda, dan peliharalah relasi itu. Ciptakan
hubungan yang otentik, membumi, jujur dan peduli berdasarkan pada saling
menghargai dan integritas.32 Itulah mengapa guru harus memiliki kepribadian
yang dibutuhkan, kepribadian ini harus melekat dalam diri guru karena diharapkan
akan menjadi kaum yang mengarahkan kepribadian orang bahkan lingkungan.
Selain guru harus memiliki kepribadian yang baik, memang seharusnya guru bisa
dapat memanfaatkan dan mempelajari kepribadian. Berikut beberapa manfaat
mempelajari kepribadian bagi guru yaitu:
1. Agar guru mengenal sifat anak-anaknya, sehingga pelayanannya mudah
diterima oleh anaknya.
2. Guru mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan
penbinaan dan pendidikan yang mendalamkan.
3. Mencegah timbulnya frustasi anak dalam mensukseskan proses belajar
dan mengajar.
4. Dengan mengetahui kepribadian anak, guru dapat dengan tepat
memperlakukannya, meolongnya dan sebagainya.
5. Menghindari kemungkinan timbul konflik antara guru dan
anak-anaknya.33
2.5 Indikator Kepribadian Guru
Pendidikan selalu terjadi dalam pergaulan. Pendidikan memerlukan proses,
pendidikan memerlukan kesabaran, dan pendidikan itu normatif. Moh. Surya, dkk
mengemukakan beberapa hal yang penting dimiliki seorang pendidik secara garis
besar yaitu:
a. Disiplin. b. Kasih Sayang.
32
Eric Jensen, Guru Super & Super Teaching, (Jakarta: Indeks, 2010) cet. 1, hal. 123
33
c. Kejujuran. d. Kewibawaan. e. Komitmen.
f. Tanggung Jawab.34
Jelas guru atau tenaga pendidik yang memiliki indikator-indikator di atas
merupakan cerminan guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas ini adalah guru
yang mampu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain itu dalam
kompetensi kepribadian guru pada pasal 28 ayat 3 bagian I bab IV peraturan
pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.35
Sedangkan karakter dan kepribadian pada masa kini untuk menjadi guru
yang kualitatif memiliki karakter yang tepat untuk menjadi pengajar yang
berperan maksimal antara lain:
- Memiliki kemantapan dan integritas pribadi. - Peka terhadap perubahan dan pembaharuan - Berpikir alternatif
- Adil, jujur, objektif
- Berdisiplin dalam melaksanakan tugas - Ulet dan tekun bekerja
- Berusaha memperoleh hasil kerja dengan sebaik-baiknya
- Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana, sederhana dalam bertindak
- Bersifat terbuka - Kreatif
- berwibawa36
Jadi, dengan mengetahui ciri-ciri kepribadian guru, indikator yang harus
dimiliki guru dan kompetensi kepribadian guru dapat disimpulkan secara
menyeluruh yang meliputi sikap, sifat dan profesi guru yaitu:
1. Menunjukan kasih sayang dan bijaksana dalam bertindak
2. Menunjukan kewibawaan
34
Mohammad Surya, Abdul Hasim dan Rus Bambang Suwarno, Landasan pendidikan Menjadi Guru Yang Baik, op. cit, hal. 46
35
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, t.p, diambil 05.47, 10.26.2015, pp-19-standar-nasional-pendidikan.wpd
36Fatchul Mu’in
3. Menunjukan kemantapan dan integritas pribadi sebagai seorang
pemimpin
4. Menunjukan tanggung jawab disiplin yang tinggi dalam menjalani
tugas
5. Menunjukan kejujuran dan sifat terbuka dalam menjalani tugas
6. Menunjukan sikap, perilaku yang simpatik, menarik, dan luwes
dalam bertindak.
3. Motivasi Belajar
3.1 Pengertian Motivasi
Istilah motivasi (motivation), berasal dari bahasa latin movere, yang berarti “menggerakan” to move.37 Dalam konteks ini motivasi mewakili proses psikologis yang menyebabkan timbulnya pengarahan dan persistensi kegiatan-kegiatan
sukarela yang ditujukan ke arah pencapaian. Motivasi adalah segala sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk
memenuhi kebutuhan.38 Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu
keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan/tujuan yang
nyata ingin dicapai. Menurut Mc. Donald dalam buku Sardiman, bahwa motivasi
adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.39
Dilihat dari dua pengertian yang ada bahwa motivasi merupakan suatu yang
kompleks. Dengan adanya motivasi dapat menyebabkan perubahan energi atau
tingkah laku seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu dengan adanya
dorongan tujuan, keinginan dan kebutuhan. Oleh sebab itu di dalam proses belajar
mengajar jika ada peserta didik yang bermasalah dengan belajar seperti tidak
melakukan tugas yang diperintahkan oleh guru atau pun tidak aktif
(malas-malasan) dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, maka harus dicari sebabnya.
37
J. Winardi, Motivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011), cet.6, h. 24
38
Sabri Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001) Hlmn. 129
39
Disinilah salah satu peran guru untuk membantu peserta didik dalam mendorong
semangat belajar dengan memotivasinya.
Menurut Maslow sebagaimana yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah, bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti kebutuhan estetik. Kebutuhan inilah yang mampu memotivasi tingkah laku individu.40
Untuk itu seseorang yang melakukan aktifitas belajar secara terus menerus
tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting
dalam aktifitas belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk
belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang
diharapkan.
3.2 Macam-macam Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik harus
menimbulkan suatu dorongan untuk melakukan aktivitas belajar. Akan tetapi hal
ini tidak akan terjadi jika lingkungan sekitar juga tidak mendukung. Oleh karena
itu motivasi haruslah dipupuk baik dari dalam diri maupun dari luar. Adapun
macam-macam motivasi yaitu motivasi dari dalam (intrinsik), dan motivasi dari
luar (ekstrinsik) dan motivasi diperkaya berikut penjelasannya:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrisik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan
memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli
dalam bidang studi tertentu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi
ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap
40
penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan
juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang
kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Untuk itu
dalam menumbuhkan motivasi ini peran lingkungan belajar sangatlah penting.
c. Motivasi Diperkaya
Motivasi diperkaya yaitu motivasi yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran dengan harapan agar para siswa lebih giat dalam belajar. Adapun
bentuk atau macam motivasi yang digunakan adalah memberi nilai, hadiah,
persaingan sehat, hasrat untuk belajar, keterlibatan diri dalam tugas dan
lain-lain.41
Perlu ditegaskan bahwa ketiga macam motivasi ini sangatlah penting dalam
memotivasi belajar atau kegiatan belajar mengajar. Motivasi-motivasi ini pun
saling berhubungan pada konsep pendidikan yang ideal. Sedangkan menurut
Syaiful Bahri Djamarah, macam-macam motivasi cukup dibagi dua yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.42 Dimana motivasi intrinsik yaitu motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar, ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
3.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar
Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Dengan demikian,
motivasi mempengaruhi adanya kegiatan sesorang. Oleh karena itu, motivasi
memiliki tiga fungsi yaitu:
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak di setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
41
Nadlir, dkk, Psikologi Belajar , Jakarta: Learning Assistance Program for Islamic School, 2009). hal.9-15
42
b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apayang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.43
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi yang lain. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukan hasil yang baik. Menurut Fidelis E Waruwu, fungsi
motivasi adalah memulai, mengarahkan, menyongkong dan membuat seseorang
sensitif.44
Itulah mengapa posisi motivasi sangat penting apalagi dalam proses belajar,
karena adanya motivasi dalam belajar ini. Seseorang yang memiliki motivasi akan
terus tekun dalam mempelajari materi yang dipelajari. Oleh karena itu seorang
pendidik atau guru perlu membangkitkan motivasi belajar dalam diri peserta
didiknya. Akan tetapi tidak berarti seseorang yang memperoleh motivasi dapat
mencapai hasil belajar yang baik karena berhasil atau tidaknya seorang peserta
didik dalam belajar itu tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi saja, melainkan
banyak faktor yang mempengaruhinya.
3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,
artinya terpengaruh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut
Dimyanti dan Mujiono, terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik, yaitu cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa,
kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
43
Nadlir, dkk, Ibid hal 9-14
44
dan upaya guru dalam membelajarkan siswa45. Berikut penjelasan dari
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada siswa adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Yaitu dari segi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.
b. Kemampuan siswa
Yaitu kemampuan atau keinginan siswa yang dimiliki untuk mencapainya. Kemampuan motivasi siswa untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya, karena tidak dapat dipingkiri bahwa kemampuan akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
c. Kondisi siswa
Yaitu kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang yang sedang sakit, lapar, lelah atau marah akan menganggu perhatiannya dalam belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Yaitu kondisi lingkungan sangat penting karena lingkungan merupakan bagian dari kehidupan dan interaksi manusia. Lingkungan yang baik pada siswa akan membuat nyaman para siswanya untuk belajar. Sedangkan lingkungan yang kurang mendukung atau tidak baik pastinya akan menimbulkan ketidak nyamanan siswa dalam belajar.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Yaitu guru adalah faktor luar (ekstrinsik) dalam memotivasi peserta didiknya. Hal itu merupakan tugas dari seorang guru. Sebagai seorang pendidik upaya guru dalam membelajarkan siswanya meliputi:
1. Menyelenggarakan tertib di sekolah
2. Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu
3. Membina belajar tertib pergaulan
4. Membina belajar tertib lingkungan sekolah.46
Singgih D. Gunarsa menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi yaitu:
1. Faktor biologis, yaitu energi umum individu yang disebabkan oleh kelenjar, metabolisme, dan faktor bawaan lainya.
45
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2009). Hal 97
46
2. Pengaruh kebudayaan, khususnya nilai-nilai keluarga yang mementingkan pendidikan dan keberhasilan.
3. Latihan anak dalam mengembangkan ketidak ketergantungan, kepercayaan diri, keyakinan diri, dan keinginan untuk melebihi.47
Dilihat dari uraian di atas bahwa dapat dikatakan faktor yang mempengaruhi
motivasi terdiri dari faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu)
dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri individu). Adapun faktor
yang berasal dari dalam individu memuat atas beberapa hal yaitu:
a. Adanya kebutuhan
b. Persepsi individu mengenai diri sendiri c. Harga diri dan prestasi
d. Adanya cita-cita dan harapan masa depan e. Keinginan tentang kemajuan dirinya f. Minat
g. Kepuasan kinerja
Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu terdiri dari beberapa hal yaitu:
a. Pemberian hadiah b. Kompetisi
c. Hukuman
d. Pujian
e. Situasi lingkungan pada umumnya f. Sistem imbalan yang diterima48
Selain itu faktor dari luar dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai
strategi agar dapat menumbuhkan motivasi siswa, beberapa yang dapat digunakan
dalam memotivasi belajar siswa yang termasuk dalam faktor ekstrinsik.
a. Gunakan metode dan kegiatan yang beragam. b. Jadikan siswa peserta aktif.
c. Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai. d. Menciptakan suasana kelas yang kondusif.
e. Berikan tugas yang proposional.
f. Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil. g. Berikan petunjuk pada para siswa sukses dan belajar. h. Hindari kompetisi antarpribadi.
i. Berikan masukan.
j. Hargai kesuksesan dan keteladanan.
47
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), cet. 13,hal. 257
48
k. Antusias dalam mengajar.
l. Tentukan standar yang realistis dan tinggi. m. Pemberian penghargaan.
n. Hindari penggunaan ancaman. o. Hindarilah komentar buruk. p. Kenali minat siswa
q. Peduli dengan siswa.
r. Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas.49
Dapat disimpulkan bahwa faktor ekstrinsik atau faktor dari luar sangat
banyak ragam jenisnya serta dapat diciptakan sesuai kondisi yang ada, tinggal
bagaimana guru mampu memahami para peserta didiknya.
3.5 Indikator Motivasi dalam Belajar
Motivasi dalam belajar merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.50 Dengan
demikian, motivasi merupakan usaha dari luar dalam hal ini adalah guru untuk
mendorong, mengaktifkan dan menggerakan siswanya secara sadar untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi perlu diperhatikan akan
hal-hal yang menunjukan faktor tertentu atau mengenai suatu keadaan motivasi pada
peserta didik.
Menurut Abin Syamsuddin Makmun bahwa untuk memahami motivasi
individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1. Durasi kegiatan 2. Frekuensi kegiatan 3. Persistensi pada kegiatan
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan
5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan 7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.51
49
Abdul Majid, Strategi pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 4 hal.321
50
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran..hal. 47
51
Selain itu setelah pembahasan diatas untuk memahami sifat dari proses
motivasi itu sendiri adalah melihat kompenen-komponen motivasi.
Menurut Winardi, beberapa kompenen-komponen dasar motivasi yaitu: 1. Kebutuhan, keinginan, ekspektansi-ekspektansi.
2. Perilaku. 3. Tujuan-tujuan. 4. Umpan balik.52
Motivasi sangat mempengaruhi apa yang dilakukan pada peserta didik.
Produktivitas peserta didik dipengaruhi oleh motif-motif yang ada pada dalam diri
mereka maupun dari luar. Untuk itu setelah mengetahui pentingnya peran
motivasi bagi peserta didik dan hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru, guru
perlu juga memperhatikan bagaimana ciri-ciri peserta didik yang memiliki
motivasi. Menurut Sadirman, bahwa ciri-ciri peserta didik yang memiliki motivasi
dapat dilihat seperti yang tertera berikut.
1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.53
Dengan mengetahui indikator motivasi individu dan ciri-ciri peserta didik
yang memiliki motivasi, dapat disimpulkan indikator-indikator dari motivasi
belajar yang meliputi faktor intrinstik dan faktor ekstrinstik yaitu:
1. Menunjukan ketekunan dalam menghadapi tugas.
2. Menunjukan keuletan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan.
3. Menunjukan partisipasi pada saat kegiatan belajar.
4. Menunjukan kepercayaan diri dan keyakinan dalam belajar.
5. Menunjukan keingintahuan pada hal-hal yang baru.
6. Menunjukan semangat tertib di lingkungan sekolah.
52
J. Winardi, Motivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011), cet.6, hal. 25
53
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian ini dibuat karena dilatarbelakangi oleh penelitian
penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Adapun
beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:
1. Kharis Agustiar (2014), dengan skripsinya yang berjudul “HubunganPersepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 37 Bekasi”. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya hubungan persepsi siswa tentang kepribadian guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di SMPN 37 Bekasi telah terbukti. Hal ini juga terbukti dengan
perhitungan yang dilakukan melalui dua perhitungan. Pertama, dari hasil perhitungan analisis statistic yang mana mendapatkan nilai =
0, 481 yang membuktikan adanya korelasi positif yang signifikan antara
variabel X dan Y. Kedua, perhitungan melalui uji t dengan nilai 4,341 yang mana lebih besar dari sehingga hubungan persepsi
siswa tentang kepribadian guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
signifikan.54
2. Febri Dwi Cahyani dan Fitri Andriani (2014), dengan judul yang berjudul “Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Sosial Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Akselerasi di SMA Negeri 1 Gresik”. Menjelaskan hasil analisis penelitian diperoleh nilai signifikan
antara persepsi siswa atas kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian dan kompetensi social guru dengan motivasi berprestasi
siswa sebesar 0,579. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
sedang antara persepsi siswa atas kompetensi guru dengan motivasi
berprestasi siswa akselerasi di SMAN 1 Gresik. Arah positif signifikan
54 Kharis Agustiar (2014), dengan skripsinya yang berjudul “
ini menunjukan apabila persepsi siswa terhadap gurunya tinggi maka
akan membuat motivasi berprestasi siswa juga tinggi.55
Penelitian-penelitian yang relevan ini menjadi acuan untuk penulis
melakukan penelitian yaitu Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru dengan
Motivasi Belajar Siswa di SDN Srengseng Sawah 07 Jakarta. Adapun perbedaan
dari penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
adalah tingkat pendidikannya yaitu peserta didik sekolah dasar dimana posisi
sekolah dasar merupakan tempat tumbuhnya pondasi dari pembentukan karakter
dan kepribadian. Selain itu guru yang diteliti oleh penulis tidak pada satu bidang
mata pelajaran saja, tetapi seluruh guru yang mengajar pada objek yang diteliti
yaitu kelas V sekolah dasar.