• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minat Baca Siswa Kelas Iv Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Minat Baca Siswa Kelas Iv Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata 1

Pendidikan Agama Islam

Oleh Darmiyah NIM 809011000095

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Darmiyah NIM : 809011000095

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul: Minat Baca Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Dra. Eri Rossatria, MA

NIP : 194707171966082001

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Oktober 2012 Yang menyatakan,

Darmiyah

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul Minat Baca Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam disusun oleh Darmiyah, NIM. 809011000095, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Oktober 2012

Yang mengesahkan,

Dra. Eri Rossatria, MA

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul: MINAT BACA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH Al-FATIMIYAH PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM disusun oleh DARMIYAH nomor induk mahasiswa 809011000095, diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Syariah Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 5 Januari tahun 2013 dihadapan dewan penguji, karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Satu/S1 (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan Agama.

Jakarta, 5 Januari 2013 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Study) Tanggal Tanda tangan

Bahrissalim, M.Ag

NIP: 196803071998031002 --- --- Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin, M.Ag

NIP: 196703282000031001 --- --- Penguji I

Drs. Aminuddin Yakub, M.Ag

NIP: 197102141997031001 --- --- Penguji II

Drs. Anshori Lal, M.Ag

NIP: 195704061994031001 --- ---

Mengetahui, Dekan

Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA NIP: 195205201981031001

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya yang telah membawa umatnya dari kejahilian kepada keterang benderangan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik itu bantuan moril maupun materil. Untuk itu, dangan tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan PAI, yang juga telah memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3. Bapak Drs. Sapiudin, M.Ag Sekretaris Jurusan PAI, yang juga telah memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

4. Dra. Eri Rossatria, MA, Dosen Pembimbing Skripsi, yang dengan penuh kesabaran serta keikhlasan telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan semangat, arahan, dan bimbingan dari awal proses penulisan hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Universias Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan berlangsung, semoga ilmu yang diberikan selalu bermanfaat bagi penulis.

6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK yang turut memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak H.M. Sa’dan kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah, Jakarta Timur yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

(6)

8. Kedua orang tua serta anak-anak penulis, yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya, motivasi, dan dukungan baik moral maupun materil kepada penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, Oktober 2012

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Minat Baca ... 6

1. Pengertian Minat Baca ... 6

2. Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Minat ... 10

3. Ciri-Ciri Minat ... 14

4. Cara Meningkatkan Minat ... 15

5. Tujuan Membaca ... 16

6. Aspek-Aspek Membaca ... 18

7. Macam-Macam Membaca ... 21

B. Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 22

1. Pengertian ... 23

2. Ruang Lingkup ... 27

3. Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah ... 27

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Teknik Analisis Data... 33

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 33

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 35

1. Gambaran Umum ... 35

2. Visi Misi Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah ... 37

3. Letak Geografis... 37

4. Struktur Organisasi ... 38

5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan ... 41

6. Deskripsi Data ... 46

B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1... 36

2. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan Islam Al-Fatimiyah ... 39

3. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 40

4. Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 41

5. Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Tahun Pelajaran 2011/2012 ... ... 42

6. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 43

7. Daftar Inventaris (Perlengkapan) Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 45

8. Sikap anak terhadap kesenangan membaca materi pelajaran SKI ... 47

9. Sikap anak terhadap kesukaannya membaca buku pelajaran ... 47

10. Anak memperhatikan bahan bacaan yang terkait dengan pelajaran SKI 48 11. Anak senang memperhatikan cara-cara membaca yang baik... 48

12. Tertarik membaca buku pelajaran SKI berdasarkan data-data berikut ini ... 49

13. Tergoda membaca buku yang judulnya menarik ... 49

14. Anak membaca buku tidak bergantung dari bagus atau tidak bagusnya kover ... 50

15. Membaca buku yang isinya menarik ... 50

16. Anak menghabiskan waktu luang untuk membaca buku pelajaran ... 51

17. Bersemangat membaca buku yang isinya sesuai dengan keinginannya . 51 18. Membaca buku pelajaran jika suasana hati nyaman ... 52

19. Membaca buka pelajaran menjelang ulangan saja ... 52

20. Malas membaca buku pelajaran SKI ... 53

21. Tertarik membaca setelah belajar SKI ... 53

(10)

22. Membaca setelah belajar SKI ... 54

23. Cara guru mengajar membuat saya tertarik membaca materi pelajaran SKI ... 54

24. Membaca karena guru SKI ... 55

25. Terpengaruh membaca karena metode mengajar guru SKI ... 55

26. Membaca buku SKI karena ada di perpustakaan sekolah ... 56

27. Membaca buku pelajaran SKI di sekolah ... 56

28. Membaca buku SKI karena tersedia banyak di sekolah ... 57

29. Situasi lingkungan sekolah membuat saya suka membaca buku SKI .... 57

30. Kondisi perpustakaan sekolah membuat siswa sering membaca buku SKI ... 58

31. Istilah-istilah yang sulit membuat siswa malas membaca buku SKI ... 58

32. Menganggap mempelajari SKI bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari ... 59

33. Minat Baca Siswa ... 60

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, membaca mempunyai fungsi sosial untuk memperoleh kualifikasi tertentu sehingga seseorang dapat mencapai prestasi. Seorang siswa jika hendak memperoleh nilai kelulusan dengan baik dan memperoleh prestasi tinggi harus mempelajari atau membaca sejumlah bahan bacaan yang ditentukan oleh guru. Begitu pun sebaliknya, seorang guru jika hendak meraih kualifikasi tertentu dalam mengajar atau menulis ilmiah, juga harus melakukan kegiatan membaca. Siswa dan guru harus membaca berbagai bahan bacaan untuk memperbaharui pengetahuan secara kontinyu sesuai dengan perkembangan yang ada.

Kegiatan membaca merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Betapa penting dan strategisnya kegiatan membaca dalam pengembangan kualitas hidup manusia. Karena itu, kegiatan membaca hendaknya diupayakan agar secara bertahap menjadi kebiasaan dan bahkan kebutuhan hidup sehari-hari. Bila membaca sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari, seseorang akan mendapatkan capaian prestasi maksimal.

Dewasa ini, berbagai media cetak dan elektronik menyajikan beragam informasi yang melimpah kepada masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Seseorang yang menguasai informasi akan menguasai berbagai aspek kehidupan. Kunci utama untuk menguasai informasi adalah membaca. Dengan banyak membaca, seseorang akan dapat mengakses berbagai informasi sehingga memiliki wawasan atau khasanah pengetahuan yang semakin luas dan sekaligus juga mengembangkan kemampuan kompetitif.

Membaca merupakan keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan yang dapat dikembangkan, dibina, dan dipupuk melalui kegiatan belajar mengajar. Lingkungan pendidikan merupakan basis yang sangat strategis untuk mengembangkan kebiasaan membaca, kegiatan

(12)

membaca sudah semestinya merupakan aktivitas rutin sehari-hari bagi warga sekolah atau pendidikan untuk memperoleh pengetahuan atau informasi.

Manfaat lain dari membaca adalah melatih kemampuan seseorang untuk menuangkan suatu gagasan atau pesan terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan ke dalam sebuah bentuk tulisan. Dengan menyajikannya secara tertulis, pesan yang disampaikan dapat dibaca, diketahui, dan dipahami pembaca. Seseorang yang mengembangkan kebiasaan membaca akan berpengaruh pada cara bernalar dan pada kemampuan menulis.

Betapa penting dan strategisnya kegiatan membaca. Tetapi yang dinilai lebih penting dikaji adalah bagaimana menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan hidup sehari-hari setiap individu, dalam hal ini siswa. Jika merujuk kepada beberapa penelitian, baik yang dilakukan oleh lembaga penelitian maupun media massa tentang minat baca siswa Indonesia, secara umum cenderung menunjukkan hasil yang rendah.

“Saat ini, minat baca anak Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian.”1

Menurut Daryono rendahnya minat baca di Indonesia disebabkan beberapa faktor antara lain:

1. Kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran di Indonesia belum mendukung kepada peserta didik, semestinya kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada mengharuskan membaca buku lebih banyak lebih baik atau mencari informasi lebih dari apa yang diajarkan.

2. Masih terlalu banyaknya jenis hiburan, permainan game dan tanyangan TV yang tidak mendidik, bahkan kebanyakan acara-acara yang ditanyangkan lebih banyak yang mengalihkan perhatian untuk membaca buku kepada hal-hal yang bersifat negatif.

3. Kebiasaan masyarakat terdahulu yang turun temurun dan sudah mendarah daging, masyarakat sudah terbiasa dengan cara mendongeng, berceritera yang sampai saat sekarang masih berkembang di masyarakat Indonesia.

4. Rendahnya produksi buku-buku yang berkualitas di Indonesia, dan masih adanya kesenjangan penyebaran buku di perkotaan dan pedesaan, yang

1

(13)

mengakibatkan terbatasnya sarana bahan bacaan dan kurang meratanya bahan bacaan ke pelosok tanah air

5. Rendahnya dukungan dari lingkungan keluarga, yang kesehariaanya hanya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan keluarga yang tidak menyentuh aspek-aspek penumbuhan minat baca pada keluarga.

6. Minimnya sarana untuk memperoleh bahan bacaan, seperti perpustakaan, taman bacaan. Bahkan hal ini masih dianggap merupakan sesuatu yang aneh dan langka dalam masyarakat.2

Ketersediaan waktu yang kurang, membuat anak kurang berminat untuk membaca. Kondisi sebagian anak yang kegiatan kesehariannya sudah sangat padat, tentu tidak memiliki waktu yang cukup untuk kegiatan membaca. Misalnya anak yang bersekolah dengan sistem full day school, tentu sebagian besar waktu dalam sehari sudah banyak dihabiskan di sekolah. Kesempatan memiliki waktu luang sangat terbatas. Apalagi jika masih ada kegiatan-kegiatan rutin yang dijalani setelah pulang sekolah. Kalaupun masih ada sisa waktu, peserta didik lebih memanfaatkan untuk bersantai dan melepas lelah.

Dalam proses pembelajaran, diasumsikan guru jarang menugaskan siswa untuk membaca, terutama dalam mata pelajaran yang materinya banyak mengandung bahan bacaan misalnya mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam sehingga siswa kurang termotivasi untuk membaca. Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah penulis mengamati kebiasaan membaca para siswa masih rendah, minat membaca siswa rendah. Hal itu terlihat dari kegiatan siswa berkunjung ke perpustakaan sekolah dan kurang antusiasnya siswa ketika diberikan tugas membaca.

Berkenaan dengan hal di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai strategi mengembangkan minat baca terhadap siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Fathimiyah yang penulis susun dalam bentuk skripsi dengan judul: MINAT BACA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH Al-FATIMIYAH PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM.

2

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis meng-identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Minat baca siswa masih rendah.

2. Orang tua kurang mendukung kegiatan membaca. 3. Orang tua tidak memperhatikan kegiatan membaca anak

4. Siswa kurang termotivasi membaca dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

5. Guru kurang memberikan motivasi membaca dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

6. Minat baca sesuai dengan pelajaran SKI.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam, diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, pembatasan masalahnya difokuskan pada minat baca siswa dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah serta pembatasan masalah seperti yang dikemukakan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana minat baca siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(15)

2. Kegunaan Penelitian a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.

b. Manfaat Praktis

(16)

BAB II lebih bersemangat untuk melakukan suatu pebelajaran atau perbuatan tanpa merasa adanya paksaan. Minat menurut Daftar Istilah Psikologi adalah “interest”3. Dalam Kamus Psikologi interest diartikan dalam dua arti yakni yang menunjukkan fungsional dan struktural; dalam bidang pendidikan disebut doctrine of interest bahwa pendidikan harus berdasarkan pada minat anak, selalu mulai dari minat yang ada, dan mengembangkan minat baru berdasarkan minat-minat semula”.4

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, “minat adalah perhatian, kesukaan, (kecenderungan hati) kepada sesuatu keinginan.”5 Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan minat “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan”6 dalam hal ini, seseorang terlebih dahulu harus memiliki keinginan dalam dirinya terhadap suatu hal atau kegiatan tertentu sehubungan dengan adanya dorongan atau keinganan yang besar akan timbul perhatian yang disebut minat.

Menurut Tampubolon “minat adalah perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.”7 Tampubolon mengaitkan antara minat dan kebiasaan. Menurutnya kebiasaan adalah “perilaku yaitu suatu sikap atau kegiatan yang bersifat fisik atau mental yang

3

Fuad Hasan, dkk, Daftar Istilah Psikologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1979), h. 34.

4

James Drever. Kamus Psikologi. (Jakarta: Bina Aksara. 1988), h. 236 5

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h. 650

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 744

7

Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1991), h. 41

(17)

telah mendarah daging atau membudaya dalam diri seseorang”8. Antara minat dan kebiasaan menurut Tampubolon itu akan timbul jika suatu objek yang dihadapi seseorang berguna bagi kebutuhan hidupnya sehingga akan mendarah daging dalam dirinya.

Minat menurut Hurlock adalah “Sesuatu dengan apa anak mengidentifikasikan keberadaan dirinya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih”9. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus yang mengandung unsur-unsur menentukan sikap yang menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu pebelajaran.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa minat menjadi sebab dari suatu kegiatan. Minat merupakan sumber penggerak dalam segala tindakan manusia. Adanya minat akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal atau kegiatan tertentu, minat bisa berhubungan dengan daya gerak. Minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.

Minat baca adalah salah satu bentuk kebutuhan dasar manusia modern dalam kaitannya dengan pemenuhan rohani. Namun demikian, berbeda dengan kebutuhan dasar lain, minat baca hanya akan terjadi apabila sejak kecil seseorang telah dilatih untuk selalu membutuhkannya. Menurut Tampubolon menyatakan bahwa “membaca dini sudah perlu diberikan sebagai salah satu usaha menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca pada anak.”10 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat baca dapat dibentuk sejak dini pada sehingga anak merasakan kebutuhan membaca.

Membaca pada hakikatnya adalah "kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dalam tulisan walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian-bagian tubuh khususnya mata yang melakukannya. Dikatakan mental karena bagian-bagian

8

Ibid

9

Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2000), cet. 6, h. 114

10

(18)

pikiran, khususnya persepsi dan ingatan”11; Dalam kegiatan membaca, terjadi interaksi antara pembaca dan penulis. Membaca diartikan sebagai pengucapan kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks. Membaca mengidentifikasi kata-kata dan mendapatkan makna dari kata-kata tersebut. Membaca diawali dari struktur luar bahasa yang terlihat oleh kemampuan visual untuk mendapatkan makna yang terdapat dalam struktur dalam bahasa. Dengan kata lain, membaca berarti menggunakan struktur dalam untuk menginterpretasikan struktur luar yang terdiri dari kata-kata dalam sebuah teks.

Listiyanto Ahmad dalam Aizid mendefinisikan membaca “sebagai suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis (tulisan).”12 Tarigan dalam Alek A. menyatakan bahwa membaca ialah “suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis.”13 Soedarso mengemukakan bahwa “membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah yang meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”14

Menurut Rizem Aizid ada dua faktor yang berperan dalam membaca yaitu faktor intern dan ekstern. “Faktor intern merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas membaca dari dalam diri seseorang (pembaca), sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas membaca yang berasal dari luar dirinya (lingkungan atau kondisi luar diri seorang pembaca”.15

Menurut Nurhadi dalam Rizem Aizid,

11

Ibid.

12

Rizem Aizid, Bisa Baca secepat Kilat, (Yogyakarta: Bukubiru, 2011), h. 19

13

Alek A & Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 74

14

Soedarso, Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1992), h. 4

15

(19)

Kompleksitas membaca dalam faktor intern meliputi inteligensi, minat, sikap, bakat, motivasi dan tujuan membaca. Inteligensi berkaitan dengan kemampuan atau keterampilan Anda dalam membaca. Minat, sikap, dan bakat juga berkaitan dengan mood Anda dalam membaca, sedangkan motivasi dan tujuan membaca menjadi unsur pendorong yang dapat menggugah dan meningkatkan semangat membaca. Faktor ekstern dari kompleksitas membaca adalah sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan, dan faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.16

Membaca merupakan jantungnya pendidikan. Dengan membaca, informasi-informasi dapat diserap pembaca secara leluasa. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks. Selain membutuhkan kemampuan visual untuk membaca lambang-lambang huruf menjadi bermakna, kemampuan kognitif untuk memahami bacaan pun diperlukan. Menurut Subana membaca adalah “proses menyusun kembali pola-pola kalimat yang tercetak pada halaman tempat ide-ide informasi dan pesan dituangkan oleh penulis agar dimengerti.”17

Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Membaca merupakan jantungnya pendidikan. Dengan membaca, informasi-informasi dapat diserap pembaca secara leluasa. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks. Selain membutuhkan kemampuan visual untuk membaca lambang-lambang huruf menjadi bermakna, kemampuan kognitif untuk memahami bacaan pun diperlukan.

Kegiatan membaca merupakan kegiatan reseptif aktif. Reseptif artinya dengan membaca pembaca menerima berbagai informasi, ide, gagasan dan amanat yang ingin disampaikan penulis. Aktif artinya dalam kegiatan membaca pembaca melakukan kegiatan aktif menggunakan kemampuan visual dan kognitifnya untuk menafsirkan lambang-lambang yang dilihatnya sekaligus menginterpretasikannya sehingga isi bacaannya menjadi bermakna dan dapat dipahami. Dalam kegiatan membaca terjadi interaksi antara

16

Rizem Aizid, Ibid, h. 21

17

(20)

pembaca dan penulis secara tidak langsung. Akan tetapi, walaupun tidak langsung tetap bersifat komunikatif.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa minat baca merupakan salah satu bentuk kebutuhan manusia untuk memenuhi kepuasan rohani yang melibatkan aspek fisik dan nonfisik. Membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan visual dan kemampuan kognisi. Kedua kemampuan ini diperlukan untuk memerikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca.

2. Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat setiap siswa tidak sama, ketidaksamaan itu disebabkan oleh banyak hal mempengaruhi minat sehingga siswa dapat melakukan tindakan atau aktivitas dengan baik atau sebaliknya gagal sama sekali. Demikian juga halnya dengan minat siswa terhadap membaca, ada siswa yang minatnya tinggi dan ada juga yang rendah. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:18

a. Faktor-faktor Intern 1) Faktor Biologis

a) Faktor Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang kesehatannya terganggu misalkan sakit pilek, demam, pusing, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan cepat lelah, tidak bergairah, dan tidak bersemangat untuk belajar.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat tubuh seperti buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan sebagainya bias mempengaruhibelajar, siswa

18

(21)

yang cacat belajarnya juga terganggu. Sebenarnya jika hal ini terjadi hendaknya anak atau siswa tersebut dilembagakan pendidikan khusus supaya dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu. c) Faktor Psikologis

(1) Perhatian

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan atau materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka minat belajarpun rendah, jika begitu akan timbul kebosanan, siswa tidak bergairah belajar, dan bisa jadi siswa tidak lagi suka belajar. Agar siswa berminat dalam belajar, usahakanlah bahan atau materi pelajaran selalu menarik perhatian, salah satunya usaha tersebut adalah dengan menggunakan variasi gaya mengajar yang sesuai dan tepat dengan materi pelajaran.

(2) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respons atau bereaksi kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, seperti halnya jika kita mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di bangku sekolah menengah, anak tersebut tidak akan mampu memahami atau menerimanya. Ini disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran tersebut. (3) Bakat atau Intelegensi

(22)

b. Faktor-faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh keluarga seperti cara orang tua mendidik, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, pekerjaan rumah. Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa.19

Minat memiliki unsur afeksi, kesadaran sampai pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi, dan kecenderungan hati. Dari sumber tersebut dapat dirangkum pemilihan kelompok minat seseorang berdasarkan pilihan kerjanya.

1) Realistis, orang realistik umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi, ia kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu pada umumnya mereka kurang menyenangi hubungan sosial, cenderung mengatakan bahwa mereka senang pekerjaan tukang, memiliki sikap langsung, stabil, normal, dan kukuh, menyukai masalah konkret dibanding abstrak, menduga diri sendiri agresif, jarang melakukan kegiatan kreatif dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, tetapi suka membuat sesuatu dengan bantuan alat. Orang realistik menyukai pekerjaan montir, insinyur, ahli listrik, ikan, dan kehidupan satwa liar, operator alat berat, dan perencana alat. 2) Investigatif, orang investigatif termasuk orang yang berorientasi

keilmuan. Mereka berorientasi pada tugas, introspektif, dan asosial, lebih memyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti, suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat, dan kurang

19

(23)

menyukai pekerjaan yang berulang. Kecenderungan pekerjaan yang disukai termasuk perbintangan, biologi, kimia, penulis, dan ahli jiwa. 3) Artistik, orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas,

memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan suatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik. Kecenderungan pekerjaan yang disenangi adalah pengarang, musisi, penata pentas, konduktor konser, dll.

4) Sosial, tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan; menyukai kegiatan menginformasikan, melatih, dan mengajar. Pekerjaan yang disukai menjadi pekerjaan sosial, pendeta, ulama, guru.

5) Enterpresing, tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif. Pekerjaan yang disukai termasuk pimpinan perusahaan, pedagang dan lain-lain

6) Konvensional, orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur, tetapi menghindari situasi yang tidak menentu, menyatakan diri orang yang setia, patuh, praktis, tenang, tertib, efisien; mereka mengidentifikasi diri dengan kekuasaan dan materi. Pekerjaan yang disukai antara lain sebagai akuntan, ahli tata buku, ahli pemeriksa barang, dan pemimpin armada angkutan.20

20

(24)

3. Ciri-ciri Minat

Menurut Hurlock minat mempunyai ciri-ciri yaitu:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang lambat matang, sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah. minat mereka " tumbuh dari rumah". Dengan bertambah luasnya lingkup sosial mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal. d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Ketidakmampuan fisik dan

mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka. f. Minat berbobot emosional. Bobot emosional aspek afektif dari minat

menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya.

g. Minat itu egosentris. Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematik, kepandaian di bidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan di dunia usaha.21

21

(25)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Perkembangan minat mungkin terbatas. Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

Minat dipengaruhi pengaruh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

4. Cara Meningkatkan Minat

Proses belajar akan berjalan dengan lancar apabila ada minat. Oleh karena itu, guru harus mampu membangkitkan minat siswa dalam menerima pelajaran. Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik yaitu:

a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.

b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran.

(26)

d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik22

Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan pengajar untuk meningkatkan minat belajar siswa:

a. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu serta menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa akan datang.

b. Menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui banyak siswa.

c. Menggunakan insentif sebagai alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukan dengan baik.23

5. Tujuan Membaca

Membaca memiliki banyak tujuan. Selain mendapatkan informasi, membaca juga dapat membuka wawasan yang sangat luas. Membaca juga merupakan kunci untuk membuka pintu gerbang kesuksesan. Tiada orang di dunia ini yang sukses tanpa membaca. Membaca juga merupakan sarana untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan di dunia ini sangat banyak dan tak terbilang. Maka membaca perlu dibiasakan sejak dini. Semakin sering seseorang melakukan kegiatan membaca, akan semakin bertambah pengetahuan orang tersebut.

Membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks serta melibatkan kerja fisik dan mental. Antara individu satu dengan individu yang lainnya memiliki tipe atau jenis membaca yang berbeda-beda. Perbedaan tipe dan jenis ini menjadikan tujuan yang hendak dicapai oleh individu dalam membaca pun berbeda-beda. Menurut Ahmad sebagaimana dikutip oleh Rizem Aizid tujuan membaca adalah sebagai berikut:

22

H. Djaali, Ibid, h.130

23

(27)

a. Untuk mendapatkan perincian atau fakta-fakta mengenai suatu informasi atau pengetahuan.

b. Untuk mendapatkan ide pokok atau ide utama dari teks bacaan. c. Untuk mengetahui urutan atau susunan dan organisasi cerita. d. Untuk menyimpulkan dan membaca inferensi.

e. Untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan. f. Untuk menilai atau mengevaluasi.

g. Untuk membandingkan atau mempertentangkan.

h. Untuk memahami secara detil dan komprehensif tentang isi buku. i. Untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara cepat.

Beberapa tujuan membaca antara lain untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara cepat. Selain itu juga untuk mendapatkan perincian atau fakta-fakta mengenai suatu pengetahuan.

j. Untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu.

k. Untuk mengenali makna kata-kata atau istilah yang sulit.

l. Untuk mengetahui peristiwa penting yang sedang terjadi di masyarakat. m.Untuk mendapatkan kenikmatan dari suatu karya fiksi.

n. Untuk memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan. o. Untuk mencari merek barang yang cocok untuk dibeli.

p. Untuk menilai kebenaran gagasan pengarang atau penulis buku. q. Untuk mendapatkan alat tertentu.

r. Untuk mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan tentang definisi atau pun istilah.

s. Untuk tujuan akademik (studi atau telaah ilmiah). t. Untuk menangkap garis besar bacaan.

u. Untuk mengisi waktu luang.24

Berdasarkan tujuan membaca tersebut dapat dikatakan bahwa pada dasarnya membaca mempunyai tujuan memperoleh keterampilan dan untuk mencari kepuasan batin. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan membaca tidak hanya diperlukan keterampilan memahami yang tersirat saja, tetapi keterampilan memahami yang tersurat dalam sebuah buku.

Membaca merupakan proses penyerapan informasi dan akan berpengaruh positif terhadap kreatifitas seseorang. Membaca pada hakikatnya adalah menyebarkan gagasan dan upaya yang kreatif. Siklus membaca sebenarnya merupakan siklus mengalirnya IDE pengarang ke dalam diri pembaca yang pada gilirannya akan mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui buku atau rekaman informasi lain. Dengan banyak membaca, akan

24

(28)

diperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang lain. Begitu pentingnya membaca bagi siswa sehingga masyarakat yang mempunyai peradaban maju adalah masyarakat yang gemar untuk mengetahui sesuatu dengan membaca kemudian menuliskan pengetahuanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan seseorang dalam membaca adalah untuk mendapatkan informasi yang terkandung di dalam sebuah bacaan yang terkait dengan tipe dan jenis bacaan yang dibaca dan apa yang hendak diperoleh dari hasil kegiatan membacanya itu.

6. Aspek-aspek Membaca

Dalam proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol sehingga mata memainkan peran yang penting. Sedangkan dalam proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang dipersepsikan sehingga otak berperan penting. Koordinasi antara otak dan mata sangat menentukan keberhasilan meraih makna bacaan. Apabila perhatian dan pikiran terfokus terhadap bacaan, gambaran dan gagasan akan mudah dipahami. Sebaliknya apabila saat membaca kurang konsentrasi, melamun atau memikirkan hal-hal lain, seseorang akan sulit memahami bacaan itu.

(29)

menghasilkan pemahaman membaca yang baik. Yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca.25

Pada waktu membaca mata mengenali kata, sementara pikiran menghubungkan dengan maknanya. Makna kata dihubungkan satu sama lain menjadi makna frase, klausa, kalimat dan akhirnya makna seluruh bacaan. Pemahaman akan makna bacaan ini tidak mungkin terjadi tanpa pengetahuan yang telah dimiliki dahulu, misalnya tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam bacaan, tentang bentuk kata-kata, struktur kalimat, ungkapan, dan sebagainya. Dengan singkat pada waktu membaca, pikiran sekaligus memproses informasi grafonik yang menyangkut hubungan antara tulisan dengan bunyi bahasa, informasi sintaksis yaitu yang berhubungan dengan struktur kalimat serta informasi semantik yang menyangkut aspek makna.

Aspek membaca menurut Hurlock yang dikatakan di dalam bukunya dibedakan menjadi dua, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

a. Aspek Kognitif

Aspek Kognitif adalah aspek yang didasari pada konsep perkembangan dimasa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengang minat, aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan aktivitas membaca. b. Aspek Afektif

Adalah aspek emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap aktifitas yang diminati akan terbangun seperti aspek kognitif. Aspek afektif dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung terhadap aktifitas yang diminati. Seseorang yang memiliki minat membaca yang tinggi akibat dari kepuasan dan manfaat yang didapat maka seseorang tersebut akan sangat fokus terhadap aktifitas membacanya.26

Kegiatan membaca melibatkan aspek sensoris, baik secara visual maupun taktil. Kemampuan visual dimiliki oleh pembaca yang normal. Sedangkan, kemampuan taktil dimiliki oleh pembaca yang tidak dapat melihat (buta). Persepsi meliputi interpretasi mengenai kesan sensori yang mencapai otak. Setiap orang memproses dan mengenal data sesuai dengan

25

http://fajjarpoenya.blogspot.com/2012/02/aspek-membaca.html

26

(30)

pengalamannya. Bila seseorang sedang membaca, otaknya menerima sensasi visual kata dan frase dari halaman bercetak.

Bacaannya itu memberi dan mengenalkan makna terhadap kata dan frase serta mengasosiasikannya dengan pengalaman pembaca yang terdahulu, yaitu dengan objek, ide, atau emosinya. Sebuah wacana akan dimaknai berbeda oleh pembaca yang mempunyai latar belakang pengalaman yang berbeda. Persepsi visual meliputi identifikasi dan interpretasi ukuran, bentuk, dan posisi relatif huruf dan kata, sedangkan persepsi auditoris meliputi diskriminasi auditoris yaitu mengetahui persamaan dan perbedaan bunyi bahasa.

Materi bacaan pada umumnya ditulis dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Mata pembaca harus mengikuti urutan tersebut supaya dapat membaca. Walaupun kadang-kadang pembaca melakukan regresi untuk melihat kembali kata atau frase. Pembaca yang mempunyai latar belakang yang sangat kaya mempunyai kesempatan lebih banyak untuk memahami kosa kata konsep yang mereka jumpai waktu membaca dari pada pembaca yang kurang berpengalaman.

Guru dapat memperluas pengalaman yang konkrit melalui darmawisata, pertunjukkan, dan demonstrasi kelas. Selain itu guru pun dapat menolong siswa agar mempunyai pengalaman yang kaya dengan membuat fotografi, rekaman, bioskop, diskusi kelas, berceritera, dan membaca ceritera kepada mereka. Jika materi bacaan terdiri atas kosakata, konsep, dan struktur kalimat yang tidak lazim bagi siswa, guru harus menolong mengembangkan latar belakang siswa yang diperlukan untuk memahami materi yang mereka hadapi. Karena latar belakang pengalaman anak itu berbeda maka persiapan pun harus berbeda pula.

(31)

Supaya dapat memahami bacaan yang dipilih sebaik-baiknya, seseorang harus dapat membaca secara kritis dan kreatif untuk memahami bahasa kias, menentukan maksud pengarang, mengevaluasi ide yang dinyatakan dan menerapkan ide pada situasi yang sebenarnya.

Membuat kesimpulan dari sebuah bacaan dapat dilakukan setelah siswa membaca keseluruhan karangan. Hal ini pun dapat dijadikan salah satu ukuran pemahaman siswa terhadap karangan yang dibacanya. Menghubungkan bacaan dengan pengalaman pribadi siswa merupakan upaya untuk mengetahui seberapa luas pengalaman dan wawasan yang dimiliki siswa.

7. Macam-Macam Membaca

Macam-macam dapat dibagi berdasarkan cakupan-cakupan lain yang lebih spesifik. Misalnya untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis jenis membaca yang paling tepat adalah membaca nyaring atau membaca bersuara. Adapun untuk tujuan pemahaman jenis membaca yang tepat adalah membaca dalam hati. Menurut Rizem Aizid macam-macam membaca antara lain:

a. Membaca intensif adalah membaca yang dilakukan secara cermat dan hati-hati dengan tujuan untuk memahami seluruh isi teks (buku) secara mendalam dan detail. Dengan demikian, jenis membaca intensif ini sangat cocok untuk Anda yang tujuan dan membacanya adalah untuk memperoleh informasi atau pengetahuan yang sangat detail dan komprehensif dari sebuah buku.

b. Membaca cepat adalah suatu kegiatan membaca yang menitikberatkan apada kecepatan memahami isi bacaan dengan cepat dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Membaca cepat dilakukan apabila Anda akan mengambil gagasan pokok dan garis besarnya saja. Dalam hal ini waktu harus diperhatikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

(32)

teknik membaca yang menekankan pada sisi keindahan dari suatu karya sastra.

d. Membaca teknik adalah kegiatan membaca dengan menggunakan suara. Singkatnya, membaca teknik adalah membaca nyaring. Maksudnya ketika Anda membaca teks Anda harus mengiringinya dengan suara nyaring. Biasanya jenis membaca ini sering digunakan oleh guru saat mengajar siswanya di kelas. Guru mendikte siswa dengan membaca nyaring.

e. Membaca kritis adalah membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya sehingga pembaca tidak sekadar membaca, namun juga berpikir tentang masalah yang dibahas oleh penulis buku tersebut. Satu hal penting yang perlu Anda ingat adalah tidak semua yang ditulis itu benar. Maka dari itu, Anda dituntut untuk kritis dalam mengikuti alur pikiran penulis. Dengan demikian membaca kritis adalah membaca aktif.27

B. Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian

Kata sejarah berasal dari bahasa arab syajaratun yang artinya pohon28 atau disebut juga “tarikh” yang artinya ketentuan masa atau perhitungan tahun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sejarah” diartikan “asal usul keturunan, silsilah; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.”29 Asrohah mengutip pendapat Abdullah memberikan pengertian sejarah adalah “tindakan manusia dalam jangka waktu tertentu dan pada masa lampau yang dilakukan ditempat tertentu.”30

Sejarah dalam pengertian sejarah sebagai peristiwamemiliki sifat atau ciri-ciri einmalig dan unik. Einmalig berarti sekali terjadi. Setiap peristiwa hanya sekali terjadi dan tak akan pernah terulang kembali. Sedang sifat unik menunjuk sebagai peristiwa satu-satunya yang berarti tidak ada duanya. Maka peristiwa sejarah senantiasa bersifat khusus. Sejarah dalam pengertian ini adalah sejarah dalam pengertian objektif, artinya sejarah sebagai peristiwa itu adalah sesuai dan sama dengan yang ada dalam alam.

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, ), h. 190

29

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 1011

30

(33)

aktivitas di masa lampau itu pada dasarnya telah lenyap ditelan waktu. Yang masih ada sebenarnya tinggal cerita atau kisahnya saja. Ialah cerita atau kisah

peristiwa aktivitas manusia di masa silam atau lampau.

Sejarah sebagai kisah adalah sejarah dalam pengertian subjektif. Sejarah sebagai kisah adalah rekaan hasil rekonstruksi manusia. Tentu saja sejarah sebagai rekaman peristiwa masa lampau itu tidak sama dengan peristiwanya itu sendiri. Sejarah sebagai kisah atau rekaman masa lampau dapat diulang-ulang. Rekaman video pelantikan Presiden dapat diputar berulang kali. Demikian pula rekaman pidato Presiden sekaligus dapat diputar dan didengar berulang kali. Namun harus diingat dan dipahami bahwa rekaman itu bukanlah peristiwanya itu sendiri. Rekaman itu tetap hanya rekaman saja.

Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture dan dalam bahasa Arab tsaqafah.31 Dalam buku The Word University Encyclopedia bahwa pengertian culture atau kebudayaan adalah jalan hidup sebuah masyarakat yang mencakup keseluruhan spiritual, intelektual, sikap artistik, yang dihasilkan oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum dan hubungan sosial.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat.

31

(34)

Contohnya untuk melakukan perjalanan menggunakan unta atau kuda, sekarang manusia dapat menggunakan berbagai alat transportasi seperti motor, mobil, perahu, kapal, dan pesawat terbang. Benda-benda karya manusia tersebut merupakan contoh hasil kebudayaan. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat. Kehidupan beragama, ideologi, dan kesenian adalah beberapa contohnya. Cipta merupakan kemampuan mental atau kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Rasa dan cinta dinamakan pula kebudayaan, yaitu kebudayaan rohaniah.

Dari konteks lain kebudayaan disebut peradaban dari akar kata

madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban

(civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base

culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab,

perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan

dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam). Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam.

Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan

madaniyat. Namun di Turki orang dengan menggunakan akar madinah atau

madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti.

Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di daerah Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.

(35)

peradaban Arab meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa dibedakan. Adapun yang membedakan antara kebudayaan tersebut adalah dengan adanya peningkatan peradaban pada masa jahiliyah yang berasal dari kebodohan. Hal ini pada akhirnya berubah ketika Islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW di Arab kemudian Islam berkembang menjadi suatu peradaban yang menyatu dengan bangsa Arab bahkan berkembang pesat ke bagian belahan dunia yang lainnya, Islam tidak hanya sekedar agama yang sempurna melainkan sumber peradaban Islam itu sendiri.

Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama. Dalam Islam tidak seperti masyarakat penganut agama yang lainnya, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari peradaban.

Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya berpengaruh di daerah asalnya tapi juga mempengaruhi daerah-daeerah lain yang menjadikan kebudayaan tersebut berkembang.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam sejarah kebudayaan Islam antara lain: nilai agama dan nilai budaya. Menurut Yusuf Qardhawi bahwa:

Nilai-nilai kebudayaan Islam dipahami sebagai aktualisasi atas nilai-nilai yang tertanam dalam hati seseorang atau masyarakat. Sebuah kebudayaan dapat disebut Islami apabila nilai-nilai yang membangkitkan kegiatan dan penciptaan pada manusia adalah nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, Islam akan menjadi budaya suatu masyarakat apabila telah menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pijakan berbagai kegiatan dalam kurun waktu yang relatif lama, sehingga menjadi tradisi budaya yang menyatu”32

Pernyataan Yusuf Qardhawi di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai agama yang terkandung dalam Islam dapat menjadi salah satu nilai sejarah.

32

(36)

Islam yang diwahyukan kepada Muhammad telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa maju. Salah satu bukti bahwa pada awalnya bangsa Arab diabaikan oleh bangsa lain adalah pada saat balatentara Alexander (seorang penduduk kesohor dari dunia masa lampau) telah menduduki Mesir, setelah itu dipilihnya daerah yang akan ditaklukan berikutnya adalah Persia yang terkenal makmur dan kaya, bukan Arab (lebih dekat dengan Mesir) yang kering kerontang dan tandus. Islam dengan segala nilai-nilai dan ajarannya dengan cepat mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting, artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.

Nilai yang kedua adalah nilai budaya. Seperti yang dikatakan Yusuf Qardhawi, Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam berasal dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya. Pada awal-awal dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran Islam dan mana budaya Arab. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang Arab itu semuanya mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga kini, budaya Arab masih melekat pada tradisi, masyarakat lndonesia.

Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa karena kehebatan para Wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

(37)

Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukan bangsa Indonesia merupakan bagian dari ajaran Islam.

2. Ruang Lingkup

Permenag No 2 Tahun 2008 ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a. Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.

b. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’

Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.

d. Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.

e. Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.33

3. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun

33

(38)

oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan

c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.34

Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah sebagai bagian yang integral dari Pendidikan Agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan watak dan kepribadian anak. Tetapi secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada anak untuk mempraktekkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kurikulum madrasah ibtidaiyah (MI) bahwa mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya

(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladan,

penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Sebagai dasar pandangan hidup, mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

34

(39)

b. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti kebudayaan atau peradaban Islam di masa lampau.

d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya sejarah Islam melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang

e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari umat Islam yang memiliki rasa bangga yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.35

Adapun tujuan dari pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah sebagai berikut :

a. Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan kepada peserta didik.

b. Mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.

c. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk beraklaq mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.

d. Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh keteladanan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang kepribadian yang luhur. Sosok pribadi yang luhur melekat pada diri Rasulullah. Sosok pribadi Rasulullah dapat menjadi teladan peserta didik. Dalam Al-Quran diterangkan kepribadian luhur, diantaranya diterangkan dalam Surat Shaad Ayat 46 yang berbunyi:

35

(40)

راﱠﺪﻟا ىَ ﺮْﻛِذ ٍﺔ َﺼِﻟﺎَ ِ ﲞ ْ ﻢُﻫﺎَﻨ ْﺼَﻠ ْﺧَأ ﺎﱠﻧِإ

)

:ص ةرﻮﺳ

46

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menyucikan merekadengan suatu

kesucian yang mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat (QS,

As-Shaad: 46)36

36

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - April 2012.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metodologi berdasarkan data dari hasil pengukuran, berdasarkan variabel penelitian yang ada. Penelitian dirancang untuk mengetahui objek tertentu atau benar-benar fokus pada satu permasalahan yang ada.

Melalui metode tersebut, penulis melakukan pengumpulan data selengkap mungkin tentang minat membaca siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah pada bidang studi sejarah kebudayaan Islam. Selanjutnya data tersebut diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan kemudian disimpulkan sebagai hasil penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam beberapa hal dan yang menguasai masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur yang berjumlah 140 siswa sebagai populasi target.

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sebanyak 40 siswa. Karena populasi di bawah 100 maka penulis mengambil seluruh populasi sebagai subjek penelitian. Dengan demikian penelitian ini adalah penelitian populasi.

(42)

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrument penelitian sebagai berikut:

1. Angket

Angket adalah alat pengumpul data berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang minat baca dari responden. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup dengan 4 alternatif jawaban yang telah disediakan yaitu sebagai berikut :

a. Sangat setuju = 4 b. Setuju = 3 c. Kurang setuju = 2 d. Tidak setuju = 1

2. Observasi

Observasi yang penulis lakukan adalah observasi "partisipan" yaitu penulis mengamati langsung objek penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi, letak dan lingkungan sekolah serta sarana dan prasarana sekolah.

3. Wawancara

Menurut Prabowo wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan untuk memperkuat dan mempertajam data yang diperoleh dari angket.

(43)

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul melalui alat pengumpul data persentase selanjutnya diolah dengan cara dikelompokkan dan dijumlahkan sesuai dengan jenis jawaban siswa yaitu: sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setujukedalam tabulasi pengelompokan data (Tabel I), Selanjutnya data jawaban tersebut satu persatu dipersentasekan ke dalam tabulasi frekuensi data (Tabel II) dengan cara yaitu jumlah jawaban siswa pada masing-masing pertanyaan yang diajukan dalam angket dibagi jumlah siswa yang menjadi sumber data dikalikan 100 persen yang dapat dirumuskan dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

F

P = X 100 % N

P = Presentase yang dicari F = Frekuensi Jawaban

N = Jumlah sampel

Agar mudah dalam menginterpretasikan data, penulis membuat pedoman skala gradasi sebagai berikut:

0 – 25% = sangat kurang 26 – 50% = kurang 51 – 75% = cukup 76 – 100% = baik

Penulis membuat skor nilai minat sebagai berikut: 1 – 2 = rendah

2,1 – 3 = sedang 3,1 – 4 = tinggi

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

(44)

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen

No Variabel Indikator Butir

Instrumen 1 Minat baca siswa terhadap

(45)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Jakarta Timur Pada bab ini penulis menggambarkan secara umum kondisi Madarasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah, Jakarta Timur yang meliputi sejarah dan latar belakang berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, siswa, dan karyawan, keadaan sarana dan prasanara serta kurikulum yang digunakan.

Berdasarkan data yang penulis dapat himpun dari berbagai sumber dinyatakan bahwa awalnya Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah adalah sebuah pengajian biasa yang didirikan pada tahun 1974 dengan nama “An-Nas’atul Khairiyah” yang berlokasi di RT 001/02, Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

Peserta pengajian atau murid pengajian tersebut adalah para putra-putri masyarakat yang ada di sekitar lokasi tersebut. Guru atau ustadz yang mengajar dan mengelola pengajian tersebut pada awalnya hanya berjumlah 4 orang antara lain ustadz H. Abdul Manan, ustadz H.M. Sa’adan, ustadz Muh. Dahlan, dan ustadz Zakaria.

Pada tahun 1976 beberapa tokoh masyarakat bersama para ustadz berkumpul untuk mengadakan musyawarah guna membicarakan tentang pendirian lembaga pendidikan karena pada waktu itu kehadiran lembaga tersebut dianggap sangat penting untuk kebutuhan pendidikan masyarakat dan sekaligus untuk meningkatkan mutu kualitas masyarakat.

Dari pertemuan tersebut setelah disepakati bersama maka hasilnya terbentuklah suatu lembaga pendidikan dengan nama “An-Nas’atul Kahiriyah” pada saat itu sekolah tersebut hanya terdiri atas tiga kelas. Pagi hari dipergunakan untuk kelas 1 – 3, sore hari untuk kelas 4 – 6 dan pada malam hanya dipergunakan untuk pengajian.

Gambar

Tabel 1................................................................................................
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen
Tabel 1 Kepala Sekolah
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, d Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi, e

Seorang guru bertanggung jawab agar pembelajaran berhasil dengan baik, keberhasilan dalam proses belajar mengajar bergantung pada upaya guru dalam membangkitkan motivasi

Skripsi yang berjudul: Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri 1 Rantau Kabupaten Tapin ditulis oleh Muhammad

Implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat dilaksanakan dengan cara meneladani nilai-nilai karakter yang dapat digali dari tokoh

Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat upaya guru dalam membentuk karakter relegius siswa kelas IV pada mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al- Mustaqim Tiga

Perbedaanya yaitu Berbeda dari judul, tetapi topik penelitian tertuju pada fokus penelitian yang sama yaitu sama- sama meneliti pelaksanaan apersepsi, serta perbedaan sebab penulis

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE KITABAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH Hendra SH Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Teungku Dirundeng

o Guru menilai / merefleksi kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan o Guru memberi umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran o Guru meminta siswa untuk mengerjakan