• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

NOVRIYANTI. Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia

Permai. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan YOS SUTIYOSO.

Hama sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek, sehingga diperlukan

identifikasi hama untuk penanggulangannya. Pada penelitian ini hama diambil

dari 18 kavling di Taman Anggrek Indonesia Permai, kemudian diawetkan

menggunakan alkohol 70% untuk keperluan identifikasi. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui keanekaragaman, gejala serangan, serta intensitas serangan

hama pada tanaman anggrek. Hama yang didapat terbagi atas: dua jenis tungau

yaitu

dan

tiga jenis

serangga yaitu

dan

dan dua jenis moluska yaitu

dan

. Hama yang memiliki intensitas serangan tertinggi ialah

dan serangan terendah ialah

. Serangan hama yang meningkat pada

musim kemarau ialah

dan

, dan pada

musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh

, dan

.

NOVRIYANTI. The Diversity of Orchid Pests in Taman Anggrek Indonesia

Permai. Supervised by DJOKO WALUYO and YOS SUTIYOSO

Orchid pests attack on every growth stages of plant, so it’s necessary to

identify the pests and to make pest control to be done. Samples were taken from

18 plots in Taman Anggrek Indonesia Permai, and specimens were preserved in

alcohol (70%). The aim of the research is to identify and to know the symptoms of

pests and their intensities of attack on orchid plants. The identified pests were two

species of mites:

and

three species of insects:

and

and two species of molluscas:

and

The highest attack intensity is by

and

is the lowest. The attack by the pests

and

, increased in the dry season; and in the wet season were

(3)

3

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

(4)

Judul

:

Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek

Indonesia Permai

Nama

:

Novriyanti

NIM

:

G34102001

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

#$

% & ' ()

*

$ $

$

+ )"

+

NIP.

130350056

NIP.

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor,

,$

$

$

!!

-+.

! *

$ $

NIP.

131473999

(5)

5

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang Pemilik Cinta

yang memberikan kemudahan, inspirasi untuk berkarya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Anggrek

Indonesia Permai yang berlokasi di Jalan Raya Taman Mini Indonesia Indah,

Kelurahan Pinang ranti, Jakarta Timur. Judul yang penulis pilih ialah

Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak drh. Djoko Waluyo, M.S. dan Bapak Ir. Yos Sutiyoso sebagai pembimbing, serta Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti yang telah banyak memberikan masukan dan saran. Terimakasih kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. yang telah membantu mengidentifikasi moluska; Bapak Djoni dari staf Departemen Biologi; sahabatAsahabat: Noni, Iqbal, Bian, Gema, Angga, Warman, dan seluruh mahasiswa biologi angkatan 39.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih terbesar kepada Nyanyak, Ayah, Kak Serli, Yuli, Kak Fifi, dan Bang Eril yang selalu memberi semangat, doa dan kasih sayangnya yang tiada henti.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(6)

'

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 10 Nopember 1984 dari ayah Drs.

Samsuar Syam dan ibu Tjut Saflina. Penulis merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Negri 04 Banda Aceh dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis

memilih Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan teater Garis

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2004 penulis menjabat

sebagai ketua teater. Penulis juga aktif menjadi anggota Orientasi Alam Biologi

(OWA), dan anggota Bioworld divisi Anggrek dan Tanaman Hias. Tahun 2005

penulis berhasil menyelesaikan praktek lapangannya dengan judul ”Budidaya

Tanaman Anggrek

!

di Taman Anggrek Indonesia

(7)

7

Halaman

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

Waktu dan Tempat

1

BAHAN DAN METODE

1

Bahan dan Alat

1

Metode

1

Pengambilan sampel

1

Pengamatan

1

Identifikasi

2

Analisis data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

2

Hasil

2

Identifikasi hama

2

Gejala serangan hama

4

Intensitas serangan hama

5

Pembahasan

6

Taksonomi Hama

6

Gejala dan Intensitas Serangan Hama

6

SIMPULAN DAN SARAN

7

Simpulan

7

Saran

7

DAFTAR PUSTAKA

7

(8)

( . !

1

Nilai kriteria kerusakan ditentukan berdasarkan proporsi bagian

tanaman yang rusak (Yi).

2

2

Hama tanaman anggrek dan bagian tanaman yang diserang, di Taman

Anggrek Indonesia Permai.

(9)

9

( . !

1

Tungau

(a) BagianAbagian tubuh (tampak dorsal)

perbesaran 10x10, (b) seta pada bagian posterior, (c) Bagian anterior.

Perbesaran 10x40 (b, c).

2

2

Tungau D.

(a) tungau dewasa, perbesaran

10x10, (b)

bagian anterior, perbesaran 10x40.

3

3

Kumbang

: (a) kumbang dewasa, (b) tungkai, (c) probosis,

(d) funikulus. Perbesaran 10x40 (b, c, d).

3

4

Serangga

: tungkai, sayap.

3

5

Kutu

dewasa (a) Bagian dorsal, (b) Bagian ventral.

Perbesaran 10x10 (a & b).

3

6

Siput

4

7

Keong

4

8

Gejala serangan hama pada

sp. (a) serangan

,

(b) serangan

4

9

Luas Serangan Hama.

5

(10)

( . !

1

Peta Taman Anggrek Indonesia Permai.

10

2

Gambar siklus hidup

(a) larva pada pseudobulb , (b)

larva, (c) kumbang muda, (d) kumbang dewasa.

(11)

" /-( & !0

Anggrek (Famili Orchidaceae) ialah karya alam yang unik, indah dan eksotis. Anggrek merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang dapat dijadikan devisa potensial bagi negara. Tanaman anggrek memiliki warna dan bentuk yang menarik, dan bunga anggrek juga dapat mekar jauh lebih lama dibandingkan tanaman lain.

Tanaman anggrek Indonesia memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dapat dijadikan komoditi ekspor. Hongkong, Singapura, dan Amerika Serikat merupakan

contoh beberapa negara yang banyak

mengimpor anggrek yang berasal dari Indonesia, karena memiliki keragaman serta ciri khas sebagai bunga tropis (Litbang Deptan 2006).

Dibandingkan dengan ekspor anggrek negara lain, ekspor anggrek yang berasal

dari Indonesia masih sangat rendah

mutunya. Salah satu kendala terbesar dari rendahnya mutu anggrek Indonesia ialah adanya serangan hama. Hama ialah semua binatang yang merugikan tanaman terutama yang berguna dan dibudidayakan manusia (Pracaya 1992).

Pengendalian hama tanaman anggrek ini merupakan kunci penting dalam budidaya anggrek. Anggrek tidak akan tampil prima dan memiliki daya jual yang tinggi apabila tanaman rusak akibat serangan hama. Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya menyebabkan luka pada tanaman, namun berdampak besar pada populasi tanaman.

Hama yang menyerang anggrek terdiri atas: tungau, serangga, dan moluska. Tungau

sp., sp., dan

" sp. dilaporkan sebagai hama umum pada anggrek di Florida (Childers &

Rodrigues 2005). Kondo . (2003)

menyatakan hal yang serupa, bahwa

" sp. menjadi hama yang penting pada tanaman anggrek. Gutierrez & Schicha

(1982) menemukan jenis tungau

! dan

banyak menyerang perkebunan anggrek di Australia. Pada perkebunan anggrek di desa Bojongsari Baru, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dilaporkan terserang

hama tungau

serangga # sp.,

sp., sp.,

sp., sp.; keong $ %

sp., dan sp. (Nurhayati 1990).

Hama yang menyerang tanaman

anggrek menimbulkan kerusakan dan keruA gian yang sangat tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan informasi mengenai keanekragaA man hama, sehingga memudahkan dalam pengendaliannya.

)%) !

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keanekaragaman, gejala serangA an, serta intensitas serangan hama pada tanaman anggrek.

' &") ! -.1 "

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2007. PengA amatan dan pengambilan sampel dilakukan di Taman Anggrek Indonesia Permai

# ! ! ( "

Bahan yang digunakan ialah tanaman anggrek dari berbagai usia pertumbuhan dan alkohol 70%.

AlatAalat yang digunakan dalam

penelitian ini ialah botol film, pinset, mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kertas label, gelas objek, kaca penutup, dan kamera digital Canon Power Shot A430.

-"

-Data yang didapat ialah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

pengamatan langsung di lapang dan

pengamatan serta identifikasi menggunakan mikroskop di laboratorium. Sedangkan data sekunder berasal dari wawancara dengan pekerja kebun di Taman Anggrek Indonesia Permai.

-!0 ./ ( ! + .1-($ Pada penelitian ini hama diambil dari 18 kavling di Taman Anggrek Indonesia Permai (Lampiran 1). Hama diambil dari bagian tanaman seperti bunga, helai daun, pelepah daun, & , akar tanaman, dan media tanaman. Sampel diambil dengan pinset, kemudian disimpan di dalam botol yang berisi alkohol

70 % (Borror 1996) untuk keperluan

identifikasi.

-!0 . " !$ Pengamatan dilakukan pada bagian tanaman yang terserang hama. Serangan hama ditandai dari luka akibat tusukan, gigitan, lendir, dan feses.

(12)

'

Garis yang (a)

membagi tubuh

palpus celicera

(b) (c)

Selanjutnya diamati dengan mikroskop untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska yang telah diawetkan diamati dengan

mikroskop stereo untuk keperluan

identifikasi, kemudian difoto menggunakan foto mikroskop. Pada pengamatan langsung di lapangan digunakan kamera digital Canon Power Shot A430. Hama diidentifikasi hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau menggunakan pustaka Kalshoven (1981), Krantz (1978) Helle & Sabelis (1985), dan

Tjoa (1964). Identifikasi serangga

menggunakan pustaka Borror (1996),

Tjoa (1964), Kalshoven (1981), William dan Watson (1988). Moluska diidentifikasi

menggunakan pustaka Tjoa (1964),

Kalshoven (1981) dan Dharma (1988). ! ( + + " $Intensitas serangan hama dihitung menggunakan rumus Townsend dan Heuberger (diacu dalam UntherstenA hofer 1963):

I = ∑ niYi x 100% 9N

I = Intensitas serangan, ni = jumlah pohon yang diserang, Yi = nilai kriteria untuk klasifikasi tertentu (Tabel 1), N = jumlah pohon yang diamati, 9 = nilai tertinggi dalam klasifikasi.

Tabel 1 Nilai kriteria kerusakan ditentukan berdasarkan proporsi bagian tanaA man yang rusak (Yi).

Tingkat serangan (%)

Nilai numerik

Yi ≤ 10 10 < Yi ≤ 20 20 < Yi ≤ 30 30 < Yi ≤ 40 40 < Yi ≤ 50 50 < Yi ≤ 60 60 < Yi ≤ 70 70 < Yi ≤ 80 80 < Yi ≤ 90

Yi > 90

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Luas serangan untuk semua hama

dihitung dengan rumus Tarr (1972):

L = n x 100% N

L = luas serangan (%), n = jumlah tanaman yang diserang, dan N= jumlah tanaman yang diamati.

+ (

-!" , & + # . $Dari pengamatan di lapangan dan identifikasi di laboratorium, didapatkan 7 jenis hama yang menyerang

tanaman anggrek di Taman Anggrek

Indonesia Permai. Hama yang ditemukan ialah: dua jenis tungau yaitu

dan &

tiga jenis serangga yaitu &

dan dan dua jenis moluska

yaitu dan

.

Gambar 1 Tungau (a)

BagianAbagian tubuh (tampak dorsal) perbesaran 10x10, (b) seta pada bagian posterior, (c) Bagian anterior. Perbesaran 10x40 (b, c).

Tungau dewasa memiliki 4

pasang tungkai dengan panjang tubuh 0.2 mm, terdapat garis yang membagi tubuh di bagian abdomen. Tubuh tungau berwarna merah dan secara umum terbagi menjadi 3

bagian: , dan &

(13)

3

Sayap tungkai

(a)

tungkai

(b)

Tungkai

palpus

(a)

(b)

tungkai kuku

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2 Tungau D. (a)

tungau dewasa, perbesaran 10x10, (b) bagian anterior, perbesaran 10x40.

Probosis funikulus

Gambar 3 Kumbang : (a) kumA

bang dewasa, (b) tungkai, (c) probosis, (d) funikulus. PerbeA saran 10x40 (b, c, d).

Bagian anterior disebut , terdiri

dari palpus dan celicera (Gambar 1c). ialah bagian tubuh yang terdiri

dari tungkai dan ialah bagian

tubuh dibelakang tungkai. Memiliki seta pada bagian posterior dan tungkai (Gambar

1b). Tungau berbentuk

lonjong, berwarna jingga. Tungau dewasa memiliki empat pasang tungkai, dua pasang di bagian anterior dan dua pasang lagi di

bagian posterior (Gambar 2a,b). Panjang tubuh 0.33 mm. Tungau

tidak memiliki garis yang membagi tubuh di bagian abdomen.

Gambar 4 Serangga : tungkai,

sayap.

Gambar 5 Kutu dewasa (a)

Bagian dorsal, (b) Bagian ventral. Perbesaran 10x10 (a & b).

Kumbang tubuh berwarna

hitam dengan panjang tubuh 5 mm (Gambar 3a). Memiliki probosis yang panjang (Gambar 3c) dan sepasang funikulus yang

membengkok, masingAmasing memiliki

tujuh ruas (Gambar 3d). Terdapat tiga pasang tungkai yang dilengkapi dengan kukuAkuku tarsus sederhana dengan sebuah kuku tunggal (Gambar 3b). Serangga

(14)

toraks yang tersusun tidak teratur. Terdapat dua pasang sayap yang melekat pada bagian toraks.

Kutu mensekresikan malam

yang menutupi tubuhnya (Gambar 5a). Terdapat cairan tubuh yang berwarna kemerahan. Tubuh bulat telur memanjang dan beruas dengan 3 pasang tungkai, dan sepasang antena dengan delapan ruas (Gambar 5b). Tubuh tertutup sekresi tipis berwarna putih, sehingga segmen tubuh masih jelas terlihat. Terdapat duriAduri diseluruh tepi tubuh. Duri tegang dan mudah patah. Apikal seta pada bagian posterior panjang. Panjang tubuh 5 mm.

Gambar 6 Siput

Gambar 7 Keong

Siput mempunyai tonjolan

yang ditutupi cangkang pipih rudimenter di

bagian punggung (Gambar 6). Tubuh

berwarna coklat keabuAabuan dengan

panjang tubuh 4 cm. Keong

berukuran kecil dengan cangkang yang berbentuk silindris, panjang tubuh 11 mm (Gambar 7). Cangkang berwarna coklat

keabuAabuan dan tubuh bagian dalam

berwarna kuning pucat.

-% ( +- !0 ! # . $ Berdasarkan

hasil pengamatan pada bagian yang

terserang hama, didapatkan tungau

dan menyerang

bagian daun, terutama pada daun tua. Serangan tungau banyak tejadi pada daun

tua disebabkan karena pada daun tua lebih terlindungi dari hujan dibandingkan pada bagian pucuk daun. Luka akibat tusukan tungau ini ditandai dari perubahan warna daun. Daun yang terserang berubah warna seperti perunggu kemudian menghitam.

Tungau menyerang bagian

helai daun hingga ke pelepah daun (Gambar 8b).

Kumbang banyak menyeA

rang daun muda dan . Kerusakan

pada daun menyebabkan daun berlubang (Gambar 8a), serangan tertinggi pada jenis sp.. Pada daun dan bunga yang

terserang serangga ( )

terdapat bintikAbintik hitam dan feses

yang telah mengering. tidak mampu

terbang jauh karena tubuhnya yang kecil. Mudah terbawa angin dan berpindah ke tanaman lain, sehingga dapat menjadi vektor penyebar virus. Bunga dan daun juga dapat

terserang kutu . Serangan kutu ini

mudah dikenali karena kutu hidup dalam koloni dan mudah terlihat dengan jelas. Koloni berwarna putih.

Gambar 8 Gejala serangan hama pada sp. (a) serangan , (b) serangan

Siput dan keong

menyerang anggrek yang tumbuh pada media yang lembab. Tanda serangannya dapat mudah dikenali dari lendir dan feses yang mengering. Hama ini menyerang daun, bunga, dan akar anggrek (Tabel 2).

(15)

5

Tabel 2 Hama tanaman anggrek dan bagian tanaman yang diserang, di Taman Anggrek Indonesia Permai.

Bagian tanaman yang terserang hama

No Hama Bunga Helai

daun

Pelepah daun

Akar

1 A A + A A

2 A A + + A

3 A + + + A

4 + A + A A

5 + A + + A

6 + A + + +

7 + A + + +

!"-!+ " + +- !0 ! # . $ Intensitas serangan hama berbedaAbeda, tergantung musim dan jenis hama yang menyerang.

Beberapa jenis hama yang banyak

menyerang tanaman anggrek pada musim kemarau, musim hujan, bahkan ada beberapa jenis yang dapat menyerang sepanjang tahun. Luas serangan hama pada tiap kavling sangat berbeda (Gambar 9).

Tungau dan

menyerang seluruh kavling, namun dengan intensitas serangan yang berbedaAbeda (Gambar 10). Tungau banyak

menyerang sp.. Kumbang

dapat menyerang sepanjang tahun.

Serangan meningkat pada awal

musim hujan. Serangga banyak

menyerang anggrek pada musim kemarau.

Gambar 9 Luas Serangan Hama

hanya ditemukan pada kavling 1 dengan intensitas serangan yang sangat rendah.

Kutu berkembang biak pada

musim hujan sehingga intensitas serangan

sangat meningkat pada musim hujan.

Penyebaran kutu ini terutama oleh angin dan hujan. Hama ini hanya ditemukan pada kavling 1 dengan intensitas serangan yang

sangat rendah. Siput dan keong

banyak menyerang tanaman anggrek pada malam hari, karena jenis hama ini menyukai kelembapan yang tinggi untuk mengurangi dehidrasi. Pada musim hujan hama ini juga banyak ditemukan pada siang hari, karena memiliki kelembapan tinggi. Serangan tertinggi terjadi pada musim hujan. Jenis hama ini ditemukan di semua kavling dengan intensitas serangan yang merata

.

(16)

-./ # + !

&+ ! . . $ Tungau &

dan di temukan pada

bagian daun anggrek. Tungau # & di temukan pada bagian pelepah dan

pangkal daun. Tungau dan

termasuk anggota: Filum ArA thropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida, Subkelas Acari, Ordo AcariA formes, Subordo Actinedida, Supercohort Promatides, Cohort Eleutherengonina, SubA cohort Raphignathae, Superfamili TetranyA choidea, Famili Tenuipalpidae (Krantz 1978).

Pada Famili Tenuipalpus bagian

memiliki berbentuk

stilet, palpus dengan lima segmen, tibia pendek, stigmata dan peritremes.( dan palpus berfungsi sebagai alat mulut,

digunakan untuk menusuk dan menghisap cairan tanaman. Stigmata dan peritremes berfungsi sebagai alat pernaA

pasan. Pada bagian , tungkai

dilengkapi kuku dan empodial dengan (rambut yang berfungsi sebagai alat

pelekat pada inang). (pemaA

kan jaringan tumbuhan) spesies (Krantz 1978).

Kumbang di temukan pada

bagian daun muda dan di dalam

Taksonomi ) ialah: Filum

Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas InA secta, Ordo Coleoptera, Superfamili CurcuA lionoidea, Famili Curculionidae, Subfilum

Barinae, (Borror 1996, Kalshoven

1981).

Bagian mulut anggota Famili CurcuA lionidae mengalami modifikasi menjadi probosis, dan memiliki funikulus yang membengkok seperti siku (Borror 1996).

Serangga di temukan pada

bagian bunga. Taksonomi dari * ialah: Filum Arthropoda, Subfilum AteloA cerata, Kelas Insekta, Ordo Thysanoptera, Subordo Terebrantia, Famili Thripidae (Borror 1996, Kalshoven 1981).

merupakan anggota: Filum Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas Insecta, Ordo Homoptera, Sobordo SteA norrhyncha, Superfamili Coccoidae, Famili

Pseudococcidae (Borror 1996,

Williams & Watson 1988).

Siput adalah anggota:

Filum Mollusca, Kelas Gastropoda, Ordo Stylommathophora, Famili Ariophantidae,

(Dharma 1988). Keong di

temuakan pada bagian daun dan akar

tanaman. Keong ini termasuk anggota:

Filum Mollusca, Kelas Gastropoda,

Subkelas Pulmonata, Ordo Mesurethra, Superfamili Achatinacea, Famili Subulidae (Dharma 1998).

-% ( ! !"-!+ " + - !0 !

. $ Tungau dan

banyak menyerang &

sp., disebabkan karena sp.

tidak terlindung oleh naungan. Ini sesuai dengan Tjoa (1964) yang menyatakan bahwa

tungau mudah berkembang biak pada

keadaan kering dan panas serta pada tanaman yang tidak terlindung dari sinar

matahari. Tungau menyerang tanaman

dengan cara menusuk dinding sel dan menghisap cairan tanaman, tusukan tungau juga dapat menjadi vektor penularan virus antar tanaman (Jhonson 2006). Serangan tungau merata disemua kavling. Penularan tungau disebabkan karena ukuran tungau yang kecil sehingga mudah terbawa air pada saat penyiraman (Tjoa 1964).

Serangan larva dan kumbang

dewasa menyebabkan kerusakan

pada daun dan . Kerusakan yang

terjadi mengakibatkan terhambatnya aliran air dan hara dari akar terputus sehingga tanaman menjadi layu. Anonim (2001) menyatakan bahwa perkembangan larva

terjadi di dalam . Serangga

dewasa memasukkan telurnya. Larva yang berada di dalam lubang berkembang menjadi pupa lalu menjadi serangga dewasa, yang kemudian muncul ke permukaan tanaman untuk menyerang daun muda

Serangan serangga pada

bunga, banyak terjadi musim kemarau. Hal ini sesuai dengan penelitian Hollingsworth

. (2001) dimana serangan tinggi

karena produksi bunga anggrek, meningkat

pada musim kemarau. Serangan dapat

mengakibatkan penurunan produksi bunga.

Kutu menyerang tanaman dengan

cara menusukkan stilet pada jaringan tanaman dan menghisap cairan. William dan Watson (1988) menyatakan bahwa kutu

menusuk jaringan tanaman, sehingga menyebabkan klorosis dan gugur daun. Jika seluruh cairan tanaman dihisap, maka dapat menyebabkan kerusakan yang berat pada tanaman.

Siput dan keong

banyak ditemukan pada berbagai usia pertumbuhan anggrek, namun keong

(17)

7

cendrung lebih banyak ditemukan

pada tanaman tua dibandingkan pada

tanaman muda. Populasi

meningkat mengikuti umur tanaman. 2

.1)( !

Hama yang ditemukan pada lokasi

pengamatan ialah (Acari:

Tetranychidae), (Acari: TeA

tranychidae), (Coleoptera: CurA

culionidae), (Thysanoptera: ThriA

pidae), (Homoptera: PseudococA

cidae), (Stylommathophora:

Ariophantidae), (Mesurethra:

Subulidae). Intensitas serangan hama

tertinggi ialah Serangan

terendah ialah . Serangan

dan

meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh

, dan . Perbedaan

musim pada pola serangan hama disebabkan

karena perbedaan siklus hidup dan

kebutuhan makan pada setiap jenis hama.

!

Penelitian lebih lanjut diperlukan adanya informasi mengenai macamAmacam pestisida, agar diketahui efektivitasnya dalam pengendalian hama. Selain itu diperlukan juga pengetahuan mengenai siklus hidup hama untuk mengetahui pola serangannya.

[Anonim]. 2001. Orchid Weevil

Orchidophilus aterrimus Outbreak

Reported. *

* + + ( 20

Apriyanto D. 2003. Koisidensi Dua Spesies Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang Lebong, Bengkulu.$ &

$ 5: 7A11.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF.

1996. , * .

Ed. KeA6. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univ Pr. Terjemahan dari: )

$ * + $ .

Childers CC, Rodrigues JCV. 2005.

Potential Pest Mite Species Collected on Ornamental Plants From Central America at Port of Entry to the United

State. - . 88(4): 408A

414.

Dharma B. 1988. * /

$ 0$ * 1. Jakarta:

PT Sarana Graha.

Gutierrez J, Schicha E. 1982. Two New

Species of Donnadieu from

New South Wales (Acari:

Tenuipalpidae). - ) . * 21:

137A141.

Helle W, Sabelis MW. 1985. * 2

" . 3

( . Amsterdam: Elsevier.

Hollingsworth RG, Hara AH, Sewake KT. 2001. Scouting for Thrips in Orchids

Flowers - $ 8:1A4

Jhonson PJ. 2006. Mites on Cultivated

Orchids. $ 4 ( ,

South Dakota State University,

Brookings, SD 57007

Kalshoven LGE. 1981. + (

$ . Laan PA van der,

penerjemah. Jakarta: Ichtiar BaruA Van Hoeve. Terjemahan dari:

( $ .

Kondo H, Maeda T, Tamada T. 2003. Orchid Fleck Virus: "

+ Mite Transmisson, Biologi

Properties and Genome Structure..

) ) 30: 215A223.

Krantz GW. 1978. ) 2 + ) .

Second Edition. Corvallis: Oregon Univ Book Store.

[Litbang Deptan] Penelitian dan PengemA bangan Departemen Pertanian. 2006.

! )

) ) !. 0104.

Nurhayati A. 1990. Pengamatan HamaAhama Tanaman Anggrek di Desa Bojongsari Baru, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pracaya. 1992 5 !

. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tarr SAJ. 1972. +

The Macmillan Press.

London Bastoke, New York. 632p

Tjoa Tjien Mo. 1964.2 5 &

, ! & , ! ) !. Jakarta: PT Kinta.

Untherstenhofer G. 1963. "

+ (

. Bayer PflanzenschutzA LeA Verkusen. 83 p.

Williams DJ, Watson GW. 1988. *

$ + * +

(18)
(19)
(20)
(21)

11

Lampiran 2 Gambar (a) kerusakan pada pseudobulb , (b) larva, (c) kumbang muda, (d) kumbang dewasa.

(a) (b)

(22)
(23)

2

ABSTRAK

NOVRIYANTI. Keanekaragaman Hama Anggrek di Taman Anggrek Indonesia

Permai. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan YOS SUTIYOSO.

Hama sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek, sehingga diperlukan

identifikasi hama untuk penanggulangannya. Pada penelitian ini hama diambil

dari 18 kavling di Taman Anggrek Indonesia Permai, kemudian diawetkan

menggunakan alkohol 70% untuk keperluan identifikasi. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui keanekaragaman, gejala serangan, serta intensitas serangan

hama pada tanaman anggrek. Hama yang didapat terbagi atas: dua jenis tungau

yaitu

Tenuipalpus orchidarum

dan

Dolichotetranychus vandergooti;

tiga jenis

serangga yaitu

Orchidophilus aterrimus, Dichromothrips simithi,

dan

Ferrisia

virgata,

dan dua jenis moluska yaitu

Parmarion pupillaris,

dan

Lamellaxis

gracilis

. Hama yang memiliki intensitas serangan tertinggi ialah

T. orchidarum,

dan serangan terendah ialah

D. simithi

. Serangan hama yang meningkat pada

musim kemarau ialah

T. orchidarum,

D. vandergooti

dan

D. simithi

, dan pada

musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh

F. virgata, P. pupillaris, L.

gracilis

, dan

O. aterrimus

.

ABSTRACT

NOVRIYANTI. The Diversity of Orchid Pests in Taman Anggrek Indonesia

Permai. Supervised by DJOKO WALUYO and YOS SUTIYOSO

(24)

Anggrek (Famili Orchidaceae) ialah karya alam yang unik, indah dan eksotis. Anggrek merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang dapat dijadikan devisa potensial bagi negara. Tanaman anggrek memiliki warna dan bentuk yang menarik, dan bunga anggrek juga dapat mekar jauh lebih lama dibandingkan tanaman lain.

Tanaman anggrek Indonesia memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dapat dijadikan komoditi ekspor. Hongkong, Singapura, dan Amerika Serikat merupakan

contoh beberapa negara yang banyak

mengimpor anggrek yang berasal dari Indonesia, karena memiliki keragaman serta ciri khas sebagai bunga tropis (Litbang Deptan 2006).

Dibandingkan dengan ekspor anggrek negara lain, ekspor anggrek yang berasal

dari Indonesia masih sangat rendah

mutunya. Salah satu kendala terbesar dari rendahnya mutu anggrek Indonesia ialah adanya serangan hama. Hama ialah semua binatang yang merugikan tanaman terutama yang berguna dan dibudidayakan manusia (Pracaya 1992).

Pengendalian hama tanaman anggrek ini merupakan kunci penting dalam budidaya anggrek. Anggrek tidak akan tampil prima dan memiliki daya jual yang tinggi apabila tanaman rusak akibat serangan hama. Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya menyebabkan luka pada tanaman, namun berdampak besar pada populasi tanaman.

Hama yang menyerang anggrek terdiri atas: tungau, serangga, dan moluska. Tungau

sp., sp., dan

" sp. dilaporkan sebagai hama umum pada anggrek di Florida (Childers &

Rodrigues 2005). Kondo . (2003)

menyatakan hal yang serupa, bahwa

" sp. menjadi hama yang penting pada tanaman anggrek. Gutierrez & Schicha

(1982) menemukan jenis tungau

! dan

banyak menyerang perkebunan anggrek di Australia. Pada perkebunan anggrek di desa Bojongsari Baru, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dilaporkan terserang

hama tungau

serangga # sp.,

sp., sp.,

sp., sp.; keong $ %

sp., dan sp. (Nurhayati 1990).

dibutuhkan informasi mengenai keanekragaA man hama, sehingga memudahkan dalam pengendaliannya.

)%) !

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keanekaragaman, gejala serangA an, serta intensitas serangan hama pada tanaman anggrek.

' &") ! -.1 "

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2007. PengA amatan dan pengambilan sampel dilakukan di Taman Anggrek Indonesia Permai

# ! ! ( "

Bahan yang digunakan ialah tanaman anggrek dari berbagai usia pertumbuhan dan alkohol 70%.

AlatAalat yang digunakan dalam

penelitian ini ialah botol film, pinset, mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kertas label, gelas objek, kaca penutup, dan kamera digital Canon Power Shot A430.

-"

-Data yang didapat ialah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

pengamatan langsung di lapang dan

pengamatan serta identifikasi menggunakan mikroskop di laboratorium. Sedangkan data sekunder berasal dari wawancara dengan pekerja kebun di Taman Anggrek Indonesia Permai.

-!0 ./ ( ! + .1-($ Pada penelitian ini hama diambil dari 18 kavling di Taman Anggrek Indonesia Permai (Lampiran 1). Hama diambil dari bagian tanaman seperti bunga, helai daun, pelepah daun, & , akar tanaman, dan media tanaman. Sampel diambil dengan pinset, kemudian disimpan di dalam botol yang berisi alkohol

70 % (Borror 1996) untuk keperluan

identifikasi.

-!0 . " !$ Pengamatan dilakukan pada bagian tanaman yang terserang hama. Serangan hama ditandai dari luka akibat tusukan, gigitan, lendir, dan feses.

(25)

" /-( & !0

Anggrek (Famili Orchidaceae) ialah karya alam yang unik, indah dan eksotis. Anggrek merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang dapat dijadikan devisa potensial bagi negara. Tanaman anggrek memiliki warna dan bentuk yang menarik, dan bunga anggrek juga dapat mekar jauh lebih lama dibandingkan tanaman lain.

Tanaman anggrek Indonesia memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dapat dijadikan komoditi ekspor. Hongkong, Singapura, dan Amerika Serikat merupakan

contoh beberapa negara yang banyak

mengimpor anggrek yang berasal dari Indonesia, karena memiliki keragaman serta ciri khas sebagai bunga tropis (Litbang Deptan 2006).

Dibandingkan dengan ekspor anggrek negara lain, ekspor anggrek yang berasal

dari Indonesia masih sangat rendah

mutunya. Salah satu kendala terbesar dari rendahnya mutu anggrek Indonesia ialah adanya serangan hama. Hama ialah semua binatang yang merugikan tanaman terutama yang berguna dan dibudidayakan manusia (Pracaya 1992).

Pengendalian hama tanaman anggrek ini merupakan kunci penting dalam budidaya anggrek. Anggrek tidak akan tampil prima dan memiliki daya jual yang tinggi apabila tanaman rusak akibat serangan hama. Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya menyebabkan luka pada tanaman, namun berdampak besar pada populasi tanaman.

Hama yang menyerang anggrek terdiri atas: tungau, serangga, dan moluska. Tungau

sp., sp., dan

" sp. dilaporkan sebagai hama umum pada anggrek di Florida (Childers &

Rodrigues 2005). Kondo . (2003)

menyatakan hal yang serupa, bahwa

" sp. menjadi hama yang penting pada tanaman anggrek. Gutierrez & Schicha

(1982) menemukan jenis tungau

! dan

banyak menyerang perkebunan anggrek di Australia. Pada perkebunan anggrek di desa Bojongsari Baru, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dilaporkan terserang

hama tungau

serangga # sp.,

sp., sp.,

sp., sp.; keong $ %

sp., dan sp. (Nurhayati 1990).

Hama yang menyerang tanaman

anggrek menimbulkan kerusakan dan keruA gian yang sangat tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan informasi mengenai keanekragaA man hama, sehingga memudahkan dalam pengendaliannya.

)%) !

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keanekaragaman, gejala serangA an, serta intensitas serangan hama pada tanaman anggrek.

' &") ! -.1 "

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2007. PengA amatan dan pengambilan sampel dilakukan di Taman Anggrek Indonesia Permai

# ! ! ( "

Bahan yang digunakan ialah tanaman anggrek dari berbagai usia pertumbuhan dan alkohol 70%.

AlatAalat yang digunakan dalam

penelitian ini ialah botol film, pinset, mikroskop stereo, mikroskop cahaya, kertas label, gelas objek, kaca penutup, dan kamera digital Canon Power Shot A430.

-"

-Data yang didapat ialah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

pengamatan langsung di lapang dan

pengamatan serta identifikasi menggunakan mikroskop di laboratorium. Sedangkan data sekunder berasal dari wawancara dengan pekerja kebun di Taman Anggrek Indonesia Permai.

-!0 ./ ( ! + .1-($ Pada penelitian ini hama diambil dari 18 kavling di Taman Anggrek Indonesia Permai (Lampiran 1). Hama diambil dari bagian tanaman seperti bunga, helai daun, pelepah daun, & , akar tanaman, dan media tanaman. Sampel diambil dengan pinset, kemudian disimpan di dalam botol yang berisi alkohol

70 % (Borror 1996) untuk keperluan

identifikasi.

-!0 . " !$ Pengamatan dilakukan pada bagian tanaman yang terserang hama. Serangan hama ditandai dari luka akibat tusukan, gigitan, lendir, dan feses.

(26)

'

Garis yang (a)

membagi tubuh

palpus celicera

(b) (c)

Selanjutnya diamati dengan mikroskop untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska yang telah diawetkan diamati dengan

mikroskop stereo untuk keperluan

identifikasi, kemudian difoto menggunakan foto mikroskop. Pada pengamatan langsung di lapangan digunakan kamera digital Canon Power Shot A430. Hama diidentifikasi hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau menggunakan pustaka Kalshoven (1981), Krantz (1978) Helle & Sabelis (1985), dan

Tjoa (1964). Identifikasi serangga

menggunakan pustaka Borror (1996),

Tjoa (1964), Kalshoven (1981), William dan Watson (1988). Moluska diidentifikasi

menggunakan pustaka Tjoa (1964),

Kalshoven (1981) dan Dharma (1988). ! ( + + " $Intensitas serangan hama dihitung menggunakan rumus Townsend dan Heuberger (diacu dalam UntherstenA hofer 1963):

I = ∑ niYi x 100% 9N

I = Intensitas serangan, ni = jumlah pohon yang diserang, Yi = nilai kriteria untuk klasifikasi tertentu (Tabel 1), N = jumlah pohon yang diamati, 9 = nilai tertinggi dalam klasifikasi.

Tabel 1 Nilai kriteria kerusakan ditentukan berdasarkan proporsi bagian tanaA man yang rusak (Yi).

Tingkat serangan (%)

Nilai numerik

Yi ≤ 10 10 < Yi ≤ 20 20 < Yi ≤ 30 30 < Yi ≤ 40 40 < Yi ≤ 50 50 < Yi ≤ 60 60 < Yi ≤ 70 70 < Yi ≤ 80 80 < Yi ≤ 90

Yi > 90

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Luas serangan untuk semua hama

dihitung dengan rumus Tarr (1972):

L = n x 100% N

L = luas serangan (%), n = jumlah tanaman yang diserang, dan N= jumlah tanaman yang diamati.

+ (

-!" , & + # . $Dari pengamatan di lapangan dan identifikasi di laboratorium, didapatkan 7 jenis hama yang menyerang

tanaman anggrek di Taman Anggrek

Indonesia Permai. Hama yang ditemukan ialah: dua jenis tungau yaitu

dan &

tiga jenis serangga yaitu &

dan dan dua jenis moluska

yaitu dan

.

Gambar 1 Tungau (a)

BagianAbagian tubuh (tampak dorsal) perbesaran 10x10, (b) seta pada bagian posterior, (c) Bagian anterior. Perbesaran 10x40 (b, c).

Tungau dewasa memiliki 4

pasang tungkai dengan panjang tubuh 0.2 mm, terdapat garis yang membagi tubuh di bagian abdomen. Tubuh tungau berwarna merah dan secara umum terbagi menjadi 3

bagian: , dan &

(27)

2

'

Garis yang (a)

membagi tubuh

palpus celicera

(b) (c)

Selanjutnya diamati dengan mikroskop untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska yang telah diawetkan diamati dengan

mikroskop stereo untuk keperluan

identifikasi, kemudian difoto menggunakan foto mikroskop. Pada pengamatan langsung di lapangan digunakan kamera digital Canon Power Shot A430. Hama diidentifikasi hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau menggunakan pustaka Kalshoven (1981), Krantz (1978) Helle & Sabelis (1985), dan

Tjoa (1964). Identifikasi serangga

menggunakan pustaka Borror (1996),

Tjoa (1964), Kalshoven (1981), William dan Watson (1988). Moluska diidentifikasi

menggunakan pustaka Tjoa (1964),

Kalshoven (1981) dan Dharma (1988). ! ( + + " $Intensitas serangan hama dihitung menggunakan rumus Townsend dan Heuberger (diacu dalam UntherstenA hofer 1963):

I = ∑ niYi x 100% 9N

I = Intensitas serangan, ni = jumlah pohon yang diserang, Yi = nilai kriteria untuk klasifikasi tertentu (Tabel 1), N = jumlah pohon yang diamati, 9 = nilai tertinggi dalam klasifikasi.

Tabel 1 Nilai kriteria kerusakan ditentukan berdasarkan proporsi bagian tanaA man yang rusak (Yi).

Tingkat serangan (%)

Nilai numerik

Yi ≤ 10 10 < Yi ≤ 20 20 < Yi ≤ 30 30 < Yi ≤ 40 40 < Yi ≤ 50 50 < Yi ≤ 60 60 < Yi ≤ 70 70 < Yi ≤ 80 80 < Yi ≤ 90

Yi > 90

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Luas serangan untuk semua hama

dihitung dengan rumus Tarr (1972):

L = n x 100% N

L = luas serangan (%), n = jumlah tanaman yang diserang, dan N= jumlah tanaman yang diamati.

+ (

-!" , & + # . $Dari pengamatan di lapangan dan identifikasi di laboratorium, didapatkan 7 jenis hama yang menyerang

tanaman anggrek di Taman Anggrek

Indonesia Permai. Hama yang ditemukan ialah: dua jenis tungau yaitu

dan &

tiga jenis serangga yaitu &

dan dan dua jenis moluska

yaitu dan

.

Gambar 1 Tungau (a)

BagianAbagian tubuh (tampak dorsal) perbesaran 10x10, (b) seta pada bagian posterior, (c) Bagian anterior. Perbesaran 10x40 (b, c).

Tungau dewasa memiliki 4

pasang tungkai dengan panjang tubuh 0.2 mm, terdapat garis yang membagi tubuh di bagian abdomen. Tubuh tungau berwarna merah dan secara umum terbagi menjadi 3

bagian: , dan &

(28)

Sayap tungkai

(a)

tungkai

(b)

Tungkai

palpus

(a)

(b)

tungkai kuku

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2 Tungau D. (a)

tungau dewasa, perbesaran 10x10, (b) bagian anterior, perbesaran 10x40.

Probosis funikulus

Gambar 3 Kumbang : (a) kumA

bang dewasa, (b) tungkai, (c) probosis, (d) funikulus. PerbeA saran 10x40 (b, c, d).

Bagian anterior disebut , terdiri

dari palpus dan celicera (Gambar 1c). ialah bagian tubuh yang terdiri

dari tungkai dan ialah bagian

tubuh dibelakang tungkai. Memiliki seta pada bagian posterior dan tungkai (Gambar

1b). Tungau berbentuk

lonjong, berwarna jingga. Tungau dewasa memiliki empat pasang tungkai, dua pasang di bagian anterior dan dua pasang lagi di

bagian posterior (Gambar 2a,b). Panjang tubuh 0.33 mm. Tungau

tidak memiliki garis yang membagi tubuh di bagian abdomen.

Gambar 4 Serangga : tungkai,

sayap.

Gambar 5 Kutu dewasa (a)

Bagian dorsal, (b) Bagian ventral. Perbesaran 10x10 (a & b).

Kumbang tubuh berwarna

hitam dengan panjang tubuh 5 mm (Gambar 3a). Memiliki probosis yang panjang (Gambar 3c) dan sepasang funikulus yang

membengkok, masingAmasing memiliki

tujuh ruas (Gambar 3d). Terdapat tiga pasang tungkai yang dilengkapi dengan kukuAkuku tarsus sederhana dengan sebuah kuku tunggal (Gambar 3b). Serangga

(29)

4

toraks yang tersusun tidak teratur. Terdapat dua pasang sayap yang melekat pada bagian toraks.

Kutu mensekresikan malam

yang menutupi tubuhnya (Gambar 5a). Terdapat cairan tubuh yang berwarna kemerahan. Tubuh bulat telur memanjang dan beruas dengan 3 pasang tungkai, dan sepasang antena dengan delapan ruas (Gambar 5b). Tubuh tertutup sekresi tipis berwarna putih, sehingga segmen tubuh masih jelas terlihat. Terdapat duriAduri diseluruh tepi tubuh. Duri tegang dan mudah patah. Apikal seta pada bagian posterior panjang. Panjang tubuh 5 mm.

Gambar 6 Siput

Gambar 7 Keong

Siput mempunyai tonjolan

yang ditutupi cangkang pipih rudimenter di

bagian punggung (Gambar 6). Tubuh

berwarna coklat keabuAabuan dengan

panjang tubuh 4 cm. Keong

berukuran kecil dengan cangkang yang berbentuk silindris, panjang tubuh 11 mm (Gambar 7). Cangkang berwarna coklat

keabuAabuan dan tubuh bagian dalam

berwarna kuning pucat.

-% ( +- !0 ! # . $ Berdasarkan

hasil pengamatan pada bagian yang

terserang hama, didapatkan tungau

dan menyerang

bagian daun, terutama pada daun tua. Serangan tungau banyak tejadi pada daun

tua disebabkan karena pada daun tua lebih terlindungi dari hujan dibandingkan pada bagian pucuk daun. Luka akibat tusukan tungau ini ditandai dari perubahan warna daun. Daun yang terserang berubah warna seperti perunggu kemudian menghitam.

Tungau menyerang bagian

helai daun hingga ke pelepah daun (Gambar 8b).

Kumbang banyak menyeA

rang daun muda dan . Kerusakan

pada daun menyebabkan daun berlubang (Gambar 8a), serangan tertinggi pada jenis sp.. Pada daun dan bunga yang

terserang serangga ( )

terdapat bintikAbintik hitam dan feses

yang telah mengering. tidak mampu

terbang jauh karena tubuhnya yang kecil. Mudah terbawa angin dan berpindah ke tanaman lain, sehingga dapat menjadi vektor penyebar virus. Bunga dan daun juga dapat

terserang kutu . Serangan kutu ini

mudah dikenali karena kutu hidup dalam koloni dan mudah terlihat dengan jelas. Koloni berwarna putih.

Gambar 8 Gejala serangan hama pada sp. (a) serangan , (b) serangan

Siput dan keong

menyerang anggrek yang tumbuh pada media yang lembab. Tanda serangannya dapat mudah dikenali dari lendir dan feses yang mengering. Hama ini menyerang daun, bunga, dan akar anggrek (Tabel 2).

(30)

Tabel 2 Hama tanaman anggrek dan bagian tanaman yang diserang, di Taman Anggrek Indonesia Permai.

Bagian tanaman yang terserang hama

No Hama Bunga Helai

daun

Pelepah daun

Akar

1 A A + A A

2 A A + + A

3 A + + + A

4 + A + A A

5 + A + + A

6 + A + + +

7 + A + + +

!"-!+ " + +- !0 ! # . $ Intensitas serangan hama berbedaAbeda, tergantung musim dan jenis hama yang menyerang.

Beberapa jenis hama yang banyak

menyerang tanaman anggrek pada musim kemarau, musim hujan, bahkan ada beberapa jenis yang dapat menyerang sepanjang tahun. Luas serangan hama pada tiap kavling sangat berbeda (Gambar 9).

Tungau dan

menyerang seluruh kavling, namun dengan intensitas serangan yang berbedaAbeda (Gambar 10). Tungau banyak

menyerang sp.. Kumbang

dapat menyerang sepanjang tahun.

Serangan meningkat pada awal

musim hujan. Serangga banyak

menyerang anggrek pada musim kemarau.

Gambar 9 Luas Serangan Hama

hanya ditemukan pada kavling 1 dengan intensitas serangan yang sangat rendah.

Kutu berkembang biak pada

musim hujan sehingga intensitas serangan

sangat meningkat pada musim hujan.

Penyebaran kutu ini terutama oleh angin dan hujan. Hama ini hanya ditemukan pada kavling 1 dengan intensitas serangan yang

sangat rendah. Siput dan keong

banyak menyerang tanaman anggrek pada malam hari, karena jenis hama ini menyukai kelembapan yang tinggi untuk mengurangi dehidrasi. Pada musim hujan hama ini juga banyak ditemukan pada siang hari, karena memiliki kelembapan tinggi. Serangan tertinggi terjadi pada musim hujan. Jenis hama ini ditemukan di semua kavling dengan intensitas serangan yang merata

.

[image:30.612.133.507.112.236.2] [image:30.612.125.466.453.692.2]
(31)

6

-./ # + !

&+ ! . . $ Tungau &

dan di temukan pada

bagian daun anggrek. Tungau # & di temukan pada bagian pelepah dan

pangkal daun. Tungau dan

termasuk anggota: Filum ArA thropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida, Subkelas Acari, Ordo AcariA formes, Subordo Actinedida, Supercohort Promatides, Cohort Eleutherengonina, SubA cohort Raphignathae, Superfamili TetranyA choidea, Famili Tenuipalpidae (Krantz 1978).

Pada Famili Tenuipalpus bagian

memiliki berbentuk

stilet, palpus dengan lima segmen, tibia pendek, stigmata dan peritremes.( dan palpus berfungsi sebagai alat mulut,

digunakan untuk menusuk dan menghisap cairan tanaman. Stigmata dan peritremes berfungsi sebagai alat pernaA

pasan. Pada bagian , tungkai

dilengkapi kuku dan empodial dengan (rambut yang berfungsi sebagai alat

pelekat pada inang). (pemaA

kan jaringan tumbuhan) spesies (Krantz 1978).

Kumbang di temukan pada

bagian daun muda dan di dalam

Taksonomi ) ialah: Filum

Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas InA secta, Ordo Coleoptera, Superfamili CurcuA lionoidea, Famili Curculionidae, Subfilum

Barinae, (Borror 1996, Kalshoven

1981).

Bagian mulut anggota Famili CurcuA lionidae mengalami modifikasi menjadi probosis, dan memiliki funikulus yang membengkok seperti siku (Borror 1996).

Serangga di temukan pada

bagian bunga. Taksonomi dari * ialah: Filum Arthropoda, Subfilum AteloA cerata, Kelas Insekta, Ordo Thysanoptera, Subordo Terebrantia, Famili Thripidae (Borror 1996, Kalshoven 1981).

merupakan anggota: Filum Arthropoda, Subfilum Atelocerata, Kelas Insecta, Ordo Homoptera, Sobordo SteA norrhyncha, Superfamili Coccoidae, Famili

Pseudococcidae (Borror 1996,

Williams & Watson 1988).

Siput adalah anggota:

Filum Mollusca, Kelas Gastropoda, Ordo Stylommathophora, Famili Ariophantidae,

(Dharma 1988). Keong di

temuakan pada bagian daun dan akar

tanaman. Keong ini termasuk anggota:

Filum Mollusca, Kelas Gastropoda,

Subkelas Pulmonata, Ordo Mesurethra, Superfamili Achatinacea, Famili Subulidae (Dharma 1998).

-% ( ! !"-!+ " + - !0 !

. $ Tungau dan

banyak menyerang &

sp., disebabkan karena sp.

tidak terlindung oleh naungan. Ini sesuai dengan Tjoa (1964) yang menyatakan bahwa

tungau mudah berkembang biak pada

keadaan kering dan panas serta pada tanaman yang tidak terlindung dari sinar

matahari. Tungau menyerang tanaman

dengan cara menusuk dinding sel dan menghisap cairan tanaman, tusukan tungau juga dapat menjadi vektor penularan virus antar tanaman (Jhonson 2006). Serangan tungau merata disemua kavling. Penularan tungau disebabkan karena ukuran tungau yang kecil sehingga mudah terbawa air pada saat penyiraman (Tjoa 1964).

Serangan larva dan kumbang

dewasa menyebabkan kerusakan

pada daun dan . Kerusakan yang

terjadi mengakibatkan terhambatnya aliran air dan hara dari akar terputus sehingga tanaman menjadi layu. Anonim (2001) menyatakan bahwa perkembangan larva

terjadi di dalam . Serangga

dewasa memasukkan telurnya. Larva yang berada di dalam lubang berkembang menjadi pupa lalu menjadi serangga dewasa, yang kemudian muncul ke permukaan tanaman untuk menyerang daun muda

Serangan serangga pada

bunga, banyak terjadi musim kemarau. Hal ini sesuai dengan penelitian Hollingsworth

. (2001) dimana serangan tinggi

karena produksi bunga anggrek, meningkat

pada musim kemarau. Serangan dapat

mengakibatkan penurunan produksi bunga.

Kutu menyerang tanaman dengan

cara menusukkan stilet pada jaringan tanaman dan menghisap cairan. William dan Watson (1988) menyatakan bahwa kutu

menusuk jaringan tanaman, sehingga menyebabkan klorosis dan gugur daun. Jika seluruh cairan tanaman dihisap, maka dapat menyebabkan kerusakan yang berat pada tanaman.

Siput dan keong

banyak ditemukan pada berbagai usia pertumbuhan anggrek, namun keong

(32)

cendrung lebih banyak ditemukan

pada tanaman tua dibandingkan pada

tanaman muda. Populasi

meningkat mengikuti umur tanaman. 2

.1)( !

Hama yang ditemukan pada lokasi

pengamatan ialah (Acari:

Tetranychidae), (Acari: TeA

tranychidae), (Coleoptera: CurA

culionidae), (Thysanoptera: ThriA

pidae), (Homoptera: PseudococA

cidae), (Stylommathophora:

Ariophantidae), (Mesurethra:

Subulidae). Intensitas serangan hama

tertinggi ialah Serangan

terendah ialah . Serangan

dan

meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh

, dan . Perbedaan

musim pada pola serangan hama disebabkan

karena perbedaan siklus hidup dan

kebutuhan makan pada setiap jenis hama.

!

Penelitian lebih lanjut diperlukan adanya informasi mengenai macamAmacam pestisida, agar diketahui efektivitasnya dalam pengendalian hama. Selain itu diperlukan juga pengetahuan mengenai siklus hidup hama untuk mengetahui pola serangannya.

[Anonim]. 2001. Orchid Weevil

Orchidophilus aterrimus Outbreak

Reported. *

* + + ( 20

Apriyanto D. 2003. Koisidensi Dua Spesies Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang Lebong, Bengkulu.$ &

$ 5: 7A11.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF.

1996. , * .

Ed. KeA6. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univ Pr. Terjemahan dari: )

$ * + $ .

Childers CC, Rodrigues JCV. 2005.

Potential Pest Mite Species Collected on Ornamental Plants From Central America at Port of Entry to the United

State. - . 88(4): 408A

414.

Dharma B. 1988. * /

$ 0$ * 1. Jakarta:

PT Sarana Graha.

Gutierrez J, Schicha E. 1982. Two New

Species of Donnadieu from

New South Wales (Acari:

Tenuipalpidae). - ) . * 21:

137A141.

Helle W, Sabelis MW. 1985. * 2

" . 3

( . Amsterdam: Elsevier.

Hollingsworth RG, Hara AH, Sewake KT. 2001. Scouting for Thrips in Orchids

Flowers - $ 8:1A4

Jhonson PJ. 2006. Mites on Cultivated

Orchids. $ 4 ( ,

South Dakota State University,

Brookings, SD 57007

Kalshoven LGE. 1981. + (

$ . Laan PA van der,

penerjemah. Jakarta: Ichtiar BaruA Van Hoeve. Terjemahan dari:

( $ .

Kondo H, Maeda T, Tamada T. 2003. Orchid Fleck Virus: "

+ Mite Transmisson, Biologi

Properties and Genome Structure..

) ) 30: 215A223.

Krantz GW. 1978. ) 2 + ) .

Second Edition. Corvallis: Oregon Univ Book Store.

[Litbang Deptan] Penelitian dan PengemA bangan Departemen Pertanian. 2006.

! )

) ) !. 0104.

Nurhayati A. 1990. Pengamatan HamaAhama Tanaman Anggrek di Desa Bojongsari Baru, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pracaya. 1992 5 !

. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tarr SAJ. 1972. +

The Macmillan Press.

London Bastoke, New York. 632p

Tjoa Tjien Mo. 1964.2 5 &

, ! & , ! ) !. Jakarta: PT Kinta.

Untherstenhofer G. 1963. "

+ (

. Bayer PflanzenschutzA LeA Verkusen. 83 p.

Williams DJ, Watson GW. 1988. *

$ + * +

(33)

7

cendrung lebih banyak ditemukan

pada tanaman tua dibandingkan pada

tanaman muda. Populasi

meningkat mengikuti umur tanaman. 2

.1)( !

Hama yang ditemukan pada lokasi

pengamatan ialah (Acari:

Tetranychidae), (Acari: TeA

tranychidae), (Coleoptera: CurA

culionidae), (Thysanoptera: ThriA

pidae), (Homoptera: PseudococA

cidae), (Stylommathophora:

Ariophantidae), (Mesurethra:

Subulidae). Intensitas serangan hama

tertinggi ialah Serangan

terendah ialah . Serangan

dan

meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh

, dan . Perbedaan

musim pada pola serangan hama disebabkan

karena perbedaan siklus hidup dan

kebutuhan makan pada setiap jenis hama.

!

Penelitian lebih lanjut diperlukan adanya informasi mengenai macamAmacam pestisida, agar diketahui efektivitasnya dalam pengendalian hama. Selain itu diperlukan juga pengetahuan mengenai siklus hidup hama untuk mengetahui pola serangannya.

[Anonim]. 2001. Orchid Weevil

Orchidophilus aterrimus Outbreak

Reported. *

* + + ( 20

Apriyanto D. 2003. Koisidensi Dua Spesies Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang Lebong, Bengkulu.$ &

$ 5: 7A11.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF.

1996. , * .

Ed. KeA6. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univ Pr. Terjemahan dari: )

$ * + $ .

Childers CC, Rodrigues JCV. 2005.

Potential Pest Mite Species Collected on Ornamental Plants From Central America at Port of Entry to the United

State. - . 88(4): 408A

414.

Dharma B. 1988. * /

$ 0$ * 1. Jakarta:

PT Sarana Graha.

Gutierrez J, Schicha E. 1982. Two New

Species of Donnadieu from

New South Wales (Acari:

Tenuipalpidae). - ) . * 21:

137A141.

Helle W, Sabelis MW. 1985. * 2

" . 3

( . Amsterdam: Elsevier.

Hollingsworth RG, Hara AH, Sewake KT. 2001. Scouting for Thrips in Orchids

Flowers - $ 8:1A4

Jhonson PJ. 2006. Mites on Cultivated

Orchids. $ 4 ( ,

South Dakota State University,

Brookings, SD 57007

Kalshoven LGE. 1981. + (

$ . Laan PA van der,

penerjemah. Jakarta: Ichtiar BaruA Van Hoeve. Terjemahan dari:

( $ .

Kondo H, Maeda T, Tamada T. 2003. Orchid Fleck Virus: "

+ Mite Transmisson, Biologi

Properties and Genome Structure..

) ) 30: 215A223.

Krantz GW. 1978. ) 2 + ) .

Second Edition. Corvallis: Oregon Univ Book Store.

[Litbang Deptan] Penelitian dan PengemA bangan Departemen Pertanian. 2006.

! )

) ) !. 0104.

Nurhayati A. 1990. Pengamatan HamaAhama Tanaman Anggrek di Desa Bojongsari Baru, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pracaya. 1992 5 !

. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tarr SAJ. 1972. +

The Macmillan Press.

London Bastoke, New York. 632p

Tjoa Tjien Mo. 1964.2 5 &

, ! & , ! ) !. Jakarta: PT Kinta.

Untherstenhofer G. 1963. "

+ (

. Bayer PflanzenschutzA LeA Verkusen. 83 p.

Williams DJ, Watson GW. 1988. *

$ + * +

(34)

cendrung lebih banyak ditemukan

pada tanaman tua dibandingkan pada

tanaman muda. Populasi

meningkat mengikuti umur tanaman. 2

.1)( !

Hama yang ditemukan pada lokasi

pengamatan ialah (Acari:

Tetranychidae), (Acari: TeA

tranychidae), (Coleoptera: CurA

culionidae), (Thysanoptera: ThriA

pidae), (Homoptera: PseudococA

cidae), (Stylommathophora:

Ariophantidae), (Mesurethra:

Subulidae). Intensitas serangan hama

tertinggi ialah Serangan

terendah ialah . Serangan

dan

meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tanaman anggrek banyak diserang oleh

, dan . Perbedaan

musim pada pola serangan hama disebabkan

karena perbedaan siklus hidup dan

kebutuhan makan pada setiap jenis hama.

!

Penelitian lebih lanjut diperlukan adanya informasi mengenai macamAmacam pestisida, agar diketahui efektivitasnya dalam pengendalian hama. Selain itu diperlukan juga pengetahuan mengenai siklus hidup hama untuk mengetahui pola serangannya.

[Anonim]. 2001. Orchid Weevil

Orchidophilus aterrimus Outbreak

Reported. *

* + + ( 20

Apriyanto D. 2003. Koisidensi Dua Spesies Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang Lebong, Bengkulu.$ &

$ 5: 7A11.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF.

1996. , * .

Ed. KeA6. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univ Pr. Terjemahan dari: )

$ * + $ .

Childers CC, Rodrigues JCV. 2005.

Potential Pest Mite Species Collected on Ornamental Plants From Central America at Port of Entry to the United

State. - . 88(4): 408A

414.

Dharma B. 1988. * /

$ 0$ * 1. Jakarta:

PT Sarana Graha.

Gutierrez J, Schicha E. 1982. Two New

Species of Donnadieu from

New South Wales (Acari:

Tenuipalpidae). - ) . * 21:

137A141.

Helle W, Sabelis MW. 1985. * 2

" . 3

( . Amsterdam: Elsevier.

Hollingsworth RG, Hara AH, Sewake KT. 2001. Scouting for Thrips in Orchids

Flowers - $ 8:1A4

Jhonson PJ. 2006. Mites on Cultivated

Orchids. $ 4 ( ,

South Dakota State University,

Brookings, SD 57007

Kalshoven LGE. 1981. + (

$ . Laan PA van der,

penerjemah. Jakarta: Ichtiar BaruA Van Hoeve. Terjemahan dari:

( $ .

Kondo H, Maeda T, Tamada T. 2003. Orchid Fleck Virus: "

+ Mite Transmisson, Biologi

Properties and Genome Structure..

) ) 30: 215A223.

Krantz GW. 1978. ) 2 + ) .

Second Edition. Corvallis: Oregon Univ Book Store.

[Litbang Deptan] Penelitian dan PengemA bangan Departemen Pertanian. 2006.

! )

) ) !. 0104.

Nurhayati A. 1990. Pengamatan HamaAhama Tanaman Anggrek di Desa Bojongsari Baru, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pracaya. 1992 5 !

. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tarr SAJ. 1972. +

The Macmillan Press.

London Bastoke, New York. 632p

Tjoa Tjien Mo. 1964.2 5 &

, ! & , ! ) !. Jakarta: PT Kinta.

Untherstenhofer G. 1963. "

+ (

. Bayer PflanzenschutzA LeA Verkusen. 83 p.

Williams DJ, Watson GW. 1988. *

$ + * +

(35)

8

(36)
(37)

10

(38)

Lampiran 2 Gambar (a) kerusakan pada pseudobulb , (b) larva, (c) kumbang muda, (d) kumbang dewasa.

(a) (b)

Gambar

Gambar� 1� Tungau� ��� � ����������� (a)�
Gambar� 2� � Tungau� D.� ������������ (a)���
Gambar�6��Siput������������������
Tabel�2��Hama�tanaman�anggrek�dan�bagian�tanaman�yang�diserang,�di�Taman�Anggrek�Indonesia�Permai.��
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa hasil karbon aktif dari batu bara Bitumenous Ombilin mempunyai hasil luas permukaan yang meningkat dengan kenaikan

● Kekuatan produk, brand dan marketing effort yang dilakukan seluruh tim kami membuat bisnis tetap berjalan dan Se’i Sapi Kana menjadi salah satu bisnis yang tetap

Dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa probabilitas ketahanan pasien kanker payudara pada tahun 2014-2016 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang mengikuti

(31) Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli

Alhamdulillah berkat kemudahan yang Allah berikan, penulis mampu merampungkan laporan penelitian sederhana ini yang berjudul “Hubungan antara Spiritual Well Being dengan

Penelitian mengenai hubungan senam hamil dengan lama kala II persalinan spontan pada primigravida di Rumah Sakit &#34;X&#34; di Surabaya dilaksanakan pada bulan juli hingga

Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai keperluan, kepentingan, atau cita – cita yang berbeda – beda dalam satu hal, sedangkan cirri manusia sebagai makhluk social

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 164 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan untuk mendukung