ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA EKOSISTEM
MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN
EKOWISATA DI DESA KUALA LANGSA
KECAMATAN LANGSA BARAT
KOTA LANGSA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
JULI HILDAYATI
NIM. 3123131031
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
vii ABSTRAK
Juli Hildayati, Nim. 3123131031. Analisis Potensi Sumberdaya Ekosistem Mangrove Untuk Pengembangan Ekowisata Di Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Potensi sumberdaya ekosistem mangrove. (2) Kesesuaian ekologis wisata mangrove. (3) Potensi sumberdaya ekosistem mangrove untuk pengembangan ekowisata. (4) Dukungan dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Desa Kuala LangsaKecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.
Penelitian dilaksanakan di Desa Kuala Langsa pada bulan Mei-Juli 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah hutan mangrove seluas 400 Ha, dengan metode purposive sampling, dalam penelitian ini terdapat 6 lokasi sampel pengamatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, pengukuran,dan komunikasi langsung. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan (1) di Desa Kuala Langsa didominasi oleh 8 jenis mangrove yaitu Avicennia spp, Sonneratia spp, Rizhophora spp, Bruguiera gymnorrhiza, apiculata, Scyphiphora hydrohillaceae, Xylocarpus granatum,Ceriops tagal.Secara umum, nilai kerapatan spesies yang paling besar nilainya pada tingkat pohon adalah Avicennia spp (api-api). Kerapatan ekosistem mangrove masih tergolong baik, berkisar 13–22 individu/100m2 dengan obyek biota yang beragam seperti monyet, kepiting, burung, kerang, dan lain sebagainya. (2) Indeks kesesuaian ekosistem untuk kegiatan ekowisata mangrove di Desa Kuala Langsa 33,33% termasuk kedalam kategori sesuai (S), 50% kategori sesuai bersyarat (SB) dan 16,67% termasuk kategori tidak sesuai (TS). (3) Wilayah ekosistem mangrove Desa kuala langsa mempunyai daya dukung kawasan (DDK) yang tinggi yakni pada wilayah daratan dapat menampung wisatawan 417orang/hari. Sedangkan kawasan perairan dapat menampung 610orang/hari. (4) Perlu adanya sosialisasi program konservasi secara kontinyu kepada masyarakat, agar meningkatkan pemahaman masyarakat dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata yang dilakukan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya layak kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang
telah melimpahkan nikmat sehat dan waktu luang sehingga skripsi yang berjudul
“Analisis Sumberdaya Ekosistem Mangrove untuk Pengelolaan Ekowisata di
Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa” dapat diselesaikan.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penulis memahami
sepenuhnya bahwa skripsi ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di
masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi bagi para
pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga skripsi ini
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan rasa terimakasih yang teramat besar kepada :
1. Kedua orang tua penulis, terutama kepada penyemangat hidup dan penasehat
terbaik yaitu Ayahanda Razali dan Ibunda Alm.Purwati serta ibunda Salbiah
yang selalu tanpa lelah memberi dukungan moril dan materil kepada penulis,
dan adinda penulis yang sangat penulis sayangi Linda Nisrina. Semoga
penulis termasuk kedalam anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tua.
Skripsi ini ananda persembahkan kepada Ayah dan Bunda sebagai tanda
ananda telah menyelesaikan salah satu amanat yang ayah dan bunda berikan
kepada ananda. Semoga limpahan rahmat dan karunia selalu menyertai Ayah
iv
2. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
3. Ibu Dra. Nurmala Berutu,M.Pd selaku Dekan FIS, beserta stafnya.
4. Bapak Drs. Ali Nurman,M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
5. Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Geografi.
6. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Siselaku dosen pembimbing Akademik.
7. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan dorongan sehingga penulisan Skripsi ini dapat
terselesaikan.
8. Ibu AnikJuliDwiAstuti, S.Si, M.Sc dan Bapak Drs. Maringan Sirait, SU. yang
telah bersedia untuk menguji penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah membuka
cakrawala peneliti sekaligus mendedikasikan ilmunya melalui proses
pembelajaran selama beberapa tahun ini.
10. Bapak Hayat Siagian selaku tata usaha Jurusan Pendidikan Geografi.
11. Sahabat sahabat A Reg 2012, yang telah mewarnai hari-hari penulis. Mohon
maaf atas kesalahan yang di sengaja ataupun tidak di sengaja.
12. Teman-teman PPL-T SMA Negeri 1 Babalan, Pangkalan Brandan.
Terimakasih untuk segalanya.
13. Bapak Anshari selaku Sekretaris Desa Kuala Langsa yang telah banyak
v
14. Seluruh pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan
segala sesuatu yang telah diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di
hadapan Allah SWT.
Penulis, Agustus 2016
viii
A. Latar Belakang Masalah... ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Lokasi Penelitian... 31
B. Populasi dan Sampel ... 31
C. Variabel Penelitiandan Defenisi Operasional ... 32
D. Teknik Pengumpul Data ... 34
ix
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 38
A. Keadaan Fisik ... 38
B. Keadaan Non Fisik ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Hasil Penelitian ... 49
B. Pembahasan ... 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
x
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
1. Matriks Kesesuaian Lahan untuk Wisata Pantai Kategori Wisata Mangrove ... 21
2. Kategori Kerapatan Ekosistem Mangrove ... 36
3.Penggunaan Lahan di Desa Kuala... 40
4.Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Kuala Langsa ... 43
5.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Kuala Langsa ... 44
6.Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kuala Langsa ... 46
7.Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan terakhir di Desa Kuala Langsa ... 46
8.prasarana transportasi di Desa Kuala Langsa...48
9. Komposisi Jenis Mangrove di Desa Kuala Langsa ... 50
10. Kisaran kerapatan jenis mangrove ... 55
11.Indeks Kesesuaian Ekosistem untuk Wisata Mangrove... 63
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
1.Kerangka Berfikir... 29
2.Peta Administrasi ... 39
3.Peta Penggunaan Lahan ... 41
4.Avecennia spp... 50
5.Sonneratia alba... 51
6. Rhizophora spp ... 51
7. Bruguierra gymnorhiza ... 52
8. Apiculata spp ... 52
9. Scyphyphora hydrohillaceae ... 53
10. Xilocarpus granatum ... 54
11. Ceriops tagal ... 54
12.Peta Plot Pengamatan ... 57
13. kondisi kerapatam plot pengamatan 1 ... 58
14. kondisi kerapatam plot pengamatan 2 ... 59
15. kondisi kerapatam plot pengamatan 3 ... 59
16. kondisi kerapatam plot pengamatan 4 ... 60
17. kondisi kerapatam plot pengamatan 5 ... 61
18. kondisi kerapatam plot pengamatan 6 ... 61
19. Peta kesesuian ekosistem mangrove untuk ekowisata ... 64
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal 1. Tabel Pengamatan Ekosistem Mangrove ... 85
2. Tabel IKW setiap stasiun ... 86
3. Perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) ... 88
4.Tabel Kuisioner Karakteristik Masyarakat dan Pemanfaatan Ekosistem
Mangrove oleh Masyarakat ... 89
5. Kuisioner Pemahaman dan Persepsi Masyarakat ...90
6. Karakteristik Pemahaman dan Presepsi Pengunjung ... 91
7. Wawancara Penelitian Kepada Masyarakat yang Memanfaatkan Sumberdaya
Ekosistem Mangrove di Desa Kuala Langsa ... 93
8. Wawancara Penelitian Kepada Pengunjung Sumberdaya Ekosistem Mangrove
di Desa Kuala Langsa ... 94
9. Gambaran umum hutan mangrove di Kuala Langsa ...95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak
dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah
yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara
sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur.
Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi
mangrove tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal
dan berombak besar dengan arus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak
memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat
bagi pertumbuhannya (Dahuri, 2013).
Ekosistem hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas
flora dan fauna di daerah pantai, namun masyarakat lebih mengenal mangrove
dengan istilah bakau. Untuk menghindari kekeliruan, istilah bakau hendaknya
digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan-tumbuhan tertentu saja yakni dari
marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala
tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.
Menurut Kustanti (2011), secara fisik hutan mangrove memiliki peranan
penting dalam melindungi pantai dari gelombang besar, angin kencang, badai,
dan lain sebagainya. Secara ekologis ekosistem mangrove memiliki nilai penting
sebagai penyedia makanan bagi organisme yang tinggal disekitar mangrove,
2
hutan Mangrove terdapat beragam jenis sumberdaya hayati yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Misalnya saja yang dapat diperoleh
dari hutan mangrove adalah kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, bahan
arang, produk hutan mangrove dapat diolah peralatan rumah tangga, dan bahan
baku tekstil.
Sehubungan dengan besarnya manfaat ekosistem hutan mangrove secara
ekologis dan ekonomis, ekosistem hutan mangrove harus dipertahankan
keberadaannya.Selain itu pertumbuhan penduduk juga semakin cepat, dengan
demikian kebutuhan hidup manusia akan semakin meningkat terutama di daerah
pesisir yang pemenuhan kebutuhan hidupnya langsung dari alam. Meningkatnya
kebutuhan ini akan menimbulkan tekanan terhadap sumberdaya alam, dimana
pemanfaatan yang dilakukan masyarakat cenderung tidak memperhitungkan
kerugian secara ekologis. Selain itu pembangunan wilayah pesisir di sekitar
kawasan hutan mangrove seringkali tidak dilakukan dengan berwawasan
lingkungan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan pada ekosistem hutan
mangrove hampir diseluruh wilayah pesisir Indonesia.
Wisata alam merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengutamakan jasa alam untuk kepuasan manusia.Berbagai macam kegiatan
wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan
masyarakat, pengusaha, dan pemerintah adalah pariwisata. Menurut Syahid (2015)
ekowisata merupakan suatu aktifitas pariwisata yang berupaya untuk meminimalisir
dampak negatif terhadap kegiatan pariwisata. Ekowisata juga dapat didefinisikan
sebagai perjalanan wisata yang penuh tanggung jawab ke suatu destinasi dengan
3
lokal. Ekowisata secara langsung memberikan manfaat bagi lingkungan, budaya dan
ekonomi masyarakat lokal. Seorang wisatawan yang melakukan kegiatan wisata
berbasis alam hanya dapat pergi mengamati burung saja, namun seorang ekoturis
(orang yang melakukan ekowisata) pergi mengamati burung dengan pemandu lokal,
tinggal dipenginapan yang dimiliki oleh masyarakat lokal dan berkontribusi terhadap
ekonomi masyarakat lokal.
Desa Kuala Langsa yang terletak di pesisir Kecamatan Langsa Barat, Kota
Langsa, Aceh memiliki sumberdaya ekosistem mangrove seluas 400 Ha.
Beberapa pihak yang terlibat langsung dalam pemanfaatan ekosistem hutan
mangrove diantaranya adalah petambak, pencari ikan, pencari kepiting, pencari
udang, pencari kerang, pencari kayu bakar, penyedia kulinerhingga masyarakat
secara umum. Agar kegiatan pemanfaatan yang dilakukan di ekosistem mangrove
di Desa Kuala Langsa berlangsung secara optimal dan berkelanjutan maka
diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan.
Kondisi jalan Desa Kuala Langsa yang baik dan juga pelabuhan yang ramai
dengan aktifitas transportasi dan perikanan serta terdapat sungai yang dapat
dijadikan sebagai wisata pancing, kuliner kafe terapung, serta hutan mangrove
yang menjadi salah satu kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
ekowisata bahari. Melihat potensi alamiah yang terdapat di Desa Kuala Langsa
pengembangan seperti ekowisata seharusnya menjadi pilihan utama dalam
pemanfaatan ekosistem hutan mangrove di daerah pesisir Desa Kuala Langsa,agar
pemanfaatan yang dilakukan tidak hanya secara ekonomi namun juga secara
4
Kegiatan ekowisata adalah alternatif yang efektif untuk menanggulangi
permasalahan lingkungan di ekosistem ini seperti tingkat eksploitasi yang
berlebihan oleh masyarakat dengan menciptakan alternatif ekonomi bagi
masyarakat. Oleh karena itu, agar kegiatan pemanfaatan yang dilakukan
diekosistem mangrove Desa Kuala Langsa berlangsung secara optimal dan
berkelanjutan makakegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya
disesuaikan denganpotensi sumberdaya dan peruntukannya. Kriteria ekosistem
mangrove yang baik akan menjadi potensi ekosistem mangrove untuk dijadikan
ekowisata.
Menurut Dahuri (2013) kriteria hutan mangrove yang baik adalah penutupan
lahan kurang lebih sekitar 75% dan kerapatan pohonnya sekitar 1000 – 1500
pohon/Ha. Sedangkan menurut Yulianda (2007) kriteria kerapatan ekosistem
mangrove untuk wisata kategori ekowisata mangrove adalah
Kerapatanmangrove>15-25(pohon/100m2) termasuk kategori baik,
>10-15(pohon/100m2) kategori cukup baik, 5-10(pohon/100m2) cukup buruk,
<5(pohon/100m2) buruk.
Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan
5parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata
pantaikategori wisata mangrove antara lain: ketebalan mangrove, kerapatan
mangrove,jenis mangrove, pasang surut, dan obyek biota. Dengan klasifikasi
penilaian baik, cukup baik, cukup buruk, dan buruk. Pengembangan wisata bahari
denganmemanfaatkan potensi sumberdaya ekosistem mangrove, bersifat mudah
rusak dan ruang pengunjung sangat terbatas maka perlu penentuandayadukung
5
secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu
tanpa menimbulkangangguan pada alam dan manusia. Setelah diketahui potensi,
kesesuaian lahan dan daya dukung ekosistem mangrove maka selanjutnya adalah
menganalisis indeks kesesuaian ekosistem mangrove untuk ekowisata (Yulianda,
2007).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, penelitian ini dilakukan untuk
menjadikan ekowisata sebagai salah satu alternatif pemanfaatan yang dapat
dilakukan pada ekosistem mangrove, khususnya di daerah Desa Kuala Langsa.
Dengan cara menganalisis potensi sumberdaya ekosistem mangrove, kesesuaian,
dan dayadukungnya untuk melihat potensi sumberdaya ekosistem mangrove untuk
kegiatan ekowisata yang akan dikembangkan. Dengan demikian, diharapkan
manfaat ekowisata di kawasan tersebut dapat diperoleh secara optimal, yaitu
secara ekonomis memberikan keuntungan peningkatan perekonomian masyarakat
sekitar dan secara ekologis, sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap
terjamin kelestariannya.
B. Identifikasi Masalah
Hutan mangrove seluas 400 Ha yang terdapat di pesisir Desa Kuala Langsa,
Kecamatan Langsa Barat merupakan kawasan hutan lindung yang dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, diantaranya
petambak, penangkap ikan, kuliner, dan lain sebagainya, yang dapat
menimbulkan tekanan pada sumberdaya alam pada wilayah tersebut sehingga
dapat menimbulkan kerusakan. Ekosistem mangrove Desa Kuala Langsa
mempunyai potensi alamiah yang bisa dijadikan salah satu kawasan wisata yang
6
bisa dijadikan sumber pendapatan asli daerah, dan sekaligus juga akan
bermanfaat secara ekologi. Oleh karena itu ekosistem hutan mangrove di Desa
Kuala Langsa membutuhkan suatu identifikasi potensi ekosistem mangrove untuk
ekowisata yakni sebagai diversifikasi strategi pemanfaatan agar dapat menjamin
keberlanjutan pembangunan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Pengembangan ekowisata yang akan dilakukan harus diketahui bagaimana
kesesuaian dan dayadukungnya, agar manfaat ekowisata di kawasan tersebut
secara ekonomis memberikan keuntungan peningkatan perekonomian masyarakat
sekitar dan secara ekologis, sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap
terjamin kelestariannya.
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada potensi sumberdaya ekosistem
mangrove untuk pengembangan Ekowisata yang meliputi potensi sumberdaya
ekosistem mangrove, kesesuaian ekologis wisata mangrove, daya dukung wisata
mangrove, dukungan dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata
di Desa Kuala LangsaKecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi sumberdaya ekosistem mangrove di Desa Kuala Langsa
Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa ?
2. Bagaimana kesesuaian ekologis wisata mangrove di Desa Kuala Langsa
Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa ?
3. Bagaimana dayadukung wisata mangrove di Desa Kuala Langsa Kecamatan
7
4. Bagaimana dukungan dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan
ekowisata di Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi sumberdaya ekosistem mangrove di Desa Kuala
Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
2. Untuk mengetahui kesesuaian ekologis wisata mangrove di Desa Kuala Langsa
Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
3. Untuk mengetahui dayadukung wisata mangrove di Desa Kuala Langsa
Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
4. Untuk mengetahui dukungan dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan
ekowisata di Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
F. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang potensi ekosistem mangrove dan upaya
pelestariannya melalui ekowisata, sehingga diharapkan manfaat ekowisata di
kawasan tersebut dapat diperoleh secara optimal, yakni secara ekonomis
memberikan keuntungan peningkatan perekonomian masyarakat sekitar dan
secara ekologis sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap terjamin
kelestariannya.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah, praktisi, masyarakat dan instansi
terkait untuk melakukan upaya pemanfaatan dan pengembangan daerah secara
8
3. Menambah wawasan peneliti dan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
4. Sebagai bahan masukan dan menambah khasanah pengetahuan bagi
79 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sumberdaya ekosistem mangrove di Desa Kuala Langsa mempunyai
keberagaman jenis yang tinggi. Ditemukan 8 jenis spesies mangrove yang
membentuk zonasi mangrove di Desa Kuala Langsa dari perairan menuju ke
arah daratanyakni Avicennia spp (api-api), Sonneratia spp (pidada putih),
Rhizophora spp (bakau), Bruguiera gymnorhiza(Lindur), Apiculata spp,
Scyphiphora hydrohillaceae(duduk rambat), Xylocarpus granatum(nyirih),
Ceriops tagal(soga tingi). Secara umum, nilai kerapatan spesies yang paling
besar nilainya pada tingkat pohon adalah Avicennia spp (api-api). Kerapatan
ekosistem mangrove masih tergolong baik, berkisar 13–22 individu/100m2
dengan obyek biota yang beragam seperti monyet, kepiting, burung, kerang,
dan lain sebagainya.
2. Indeks kesesuaian ekosistem untuk kegiatan ekowisata mangrove di Desa
Kuala Langsa33,33% termasuk kedalam kategori sesuai (S), 50% kategori
sesuai bersyarat (SB) dan16,67% termasuk kategori tidak sesuai (TS).
3. Wilayah ekosistem mangrove Desa kuala langsa mempunyai daya dukung
kawasan (DDK) yang tinggi yakni pada wilayah daratan dapat menampung
wisatawan 417orang/hari. Sedangkan kawasan perairan dapat menampung
610orang/hari. Nilai daya dukungkawasan (DDK) ini masih dapat berubah,
80
4. Dukungan dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata
diDesa Kuala Langsasebesar 73% berkeinginan untuk terlibat dalam kegiatan
ekowisata dan 27% mengatakan tidak tahu. Pemahaman masyarakat terhadap
ekosistem mangrove cukup baik. Sebagian besar masyarakat sudah
mengetahui pengertian ekosistem mangrove secara umum dan fungsinya,
namun masyarakat lebih mengenal ekosistem mangrove dengan nama bakau
atau bangka.Sedangkan untuk ekowisata seluruh masyarakat yang menjadi
responden tidak mengetahui tentang ekowisata. Secara umum pemahaman
pengunjung tentang ekosistem mangrove dan ekowisata masih sangat rendah.
Kegiatan ekowisata dalam pelaksanaannya diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman pengunjung tentang ekosistem mangrove.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan, maka dapat diambil saran sebagai berikut :
1. Kepada pihak pengelola baik perangkat desa dan masyarakat membentuk
sistem kelembagaan wisata agar kegiatan wisata yang dilakukan dapat
terorganisir.
2. Kepada lembaga terkait seperti Dinas Kehutanan dan Kelautan terdapat
banyak hal yang perlu diperhatikan pada ekosistem mangrove sebagai tempat
wisata, yakni pelestarian dan perlindungan pemanfaatan sumberdaya
ekosistem mangrove di Desa Kuala Langsa, oleh karena itu dibutuhkan suatu
kebijakan dan kekonsistenan dalam menerapkan aturan pemanfaatan
81
3. Kepada pihak pengelola agar memperhatikan Peningkatkan sarana dan
prasarana, kebersihan, dan penawaran jasa wisata yang menarik bagi
pengunjung.Karakteristik pengunjung dapat dijadikan sebagai sumber
informasi untuk pengelola dalam pembuatan paket-paket wisata. Paket wisata
yang bisa diterapkan di Desa Kuala Langsa ini adalah paket wisata yang
digemari oleh kalangan keluarga, para remaja/pelajar dan pekerja.
4. Perlu adanya sosialisasi program atau penyuluhan konservasi secara kontinyu
kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat mengetahui dan
dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata yang dilakukan. Kegiatan
sosialisasi ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
82
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2016. Garis Pantai yang Panjang dan Pelabuhan Tikus yang Banyak.Tribata News.Di akses pada 27 Maret 2016.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta.
Badan Penelitian Pengembangan dan Kajian Penelitian Pemerintah Kabupaten Bengkalis. 2011. Penyusunan Pengembangan Ekowisata Bisnis Planning.:Pekan Baru Riau.
Dahuri, Rokhmin (Dkk). 2013. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Balai Pustaka : Jakarta Timur.
Desriana.2015. Kajian Potensi Ekosistem Mangrove Untuk Pengembangan Ekowisata Mangove Di Desa Kuala Sempang Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan.Skripsi.Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Indriyanto. 2015. Ekologi Hutan. Bumi Aksara : Jakarta.
Kordi K,M. Ghufran H. 2012. Ekosistem Mangrove : Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. Rineka Cipta : Jakarta.
Kustanti, Asihing. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. IPB Press : kampus IPB Taman Kencana Bogor.
Manik, Eddy. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan : Jakarta.
Muhaerin, Muri. 2008. Kajian Sumberdaya Ekosistem Mangrove Untuk Pengelolaan Ekowisata Di Estuari Perancak, Jembrana, Bali. Skripsi.Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalalia Indonesia : Bogor.
Rangkuti. 2013. pengelolaan hutan mangrove di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi.Medan : Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
83
Rokan. 2012. pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Sitorus, Santun. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito : Bandung.
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan : Jakarta.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati. Pustaka Pelajar : Celeban Timur.
Syahid, Ahmad rosyidi. 2015. studi pariwisata : pusat referensi ilmu pariwisata. diakses pada : 23 maret 2016.
Putra, 2014.“Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove di Desa Kuala Karang
Kabupaten Kubu Raya”.Jurnal : Volume 2.
Setyawan, Eko Dkk. 2014. Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Untuk Ekowisata Mangrove Di Desa PasarbanggiKabupaten Rembangjawa Tengah.Jurnal.
Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.
UNESCO. 2015. UHJAK/2009/PI/H/9 EKOWISATA :panduan dasar
pelaksanaan. UNESCO Office : Jakarta.
UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset : Yogyakarta.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya pesisir berbasis konservasi.Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK. IPB.
84