TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR MERANG
(Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) TERHADAP FORMULASI DAN
KETEBALAN MEDIA
SKRIPSI
Oleh:
MASDELILA SIREGAR
060301016
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR MERANG
(Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) TERHADAP FORMULASI DAN
KETEBALAN MEDIA
SKRIPSI
Oleh :
MASDELILA SIREGAR
060301016 / BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
Judul Skripsi :Tanggap pertumbuhan dan produksi jamur merang
(Volvariella volvaceae Bull. Ex. Fr.) terhadap formulasi dan
ketebalan media Nama : Masdelila Siregar NIM : 060301016
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Ir. Mariati, M.Sc. Ir. Rosita Sipayung, MP. Ketua Anggota
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Edison Purba, Ph.D. Ketua Departemen Budidaya Pertanian
ABSTRAK
MASDELILA SIREGAR. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media. Dibawah
bimbingan MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG
Jamur merang merupakan bahan makanan bergizi tinggi, sehingga diharapkan formulasi media yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menguj pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf ketebalan media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang. Penelitian dilakukan di rumah kaca Lembaga Penelitian Perkebunan Pancing, mulai bulan Februari sampai Maret 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu formulasi media yang terdiri dari 5 formulasi media dan perlakuan ketebalan media yang terdiri dari 15 cm dan 20 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media berpengaruh nyata meningkatkan jumlah badan buah dan bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur mulai panen, panjang badan buah, diameter tudung, serta periode panen. Perlakuan ketebalan media serta interaksinya dengan formulasi media berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter.
Kata kunci : Jamur merang, formulasi media, ketebalan media
ABSTRACT
MASDELILA SIREGAR
.
Respons of Growth and Production of Paddy starw mushroom ((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.Under academic supervision of MARIATI and ROSITA SIPAYUNG.Paddy straw mushroom is high nutritious food matter, so expected that the best formulations of medium can optimize growth and the production.The objective of the research is to study respons of Growth and Production of Paddy straw mushroom
((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.
This research was held in plantation education institute green house at Pancing, started on February untill March 2010. The method of this research is completely randomized design factorial with two factors and three replication. The first factor was the formulation of medium (M) consist of five levels. The second factor was the thickness of medium (T) consist of two levels, 15 cm and 20 cm.
The result of research showed that the formulation of medium significantly increase number of mushroom body and fresh weight but unsignificantly at start harvest time, length of mushroom body, cap’s diameters, , and harvest period. Thickness of medium treatment and its interaction with formulation of medium unsignificanly at all parameters.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sigambal pada tanggal 16 Juli 1987 putri dari Ayah Bondaharo
Siregar dan Ibu Siti Rohani Simamora. Penulis merupakan anak pertama dari enam
bersaudara.
Tahun 2006, penulis lulus dari SMA Negeri 3 Rantau Utara dan pada tahun yang
sama di terima masuk ke Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian USU melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota kaderisasi BKM
Al-Mukhlisin (2006-2007), anggota divisi tanaman perkebunan dan kehutanan Himadita
Nursery (2007-2008), ketua divisi buah obat dan sayur Himadita Nursery (2008-2009),
anggota divisi tanaman hias(2009-2010), sebagai asisten perbanyakan vegetatif tanaman
(2009-2010) dan asisten agronomi tanaman hias (2009-2010).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebuanan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang (Volvariella volvaceae
Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media” Pada kesempatan ini penulis
menghaturkan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ir. Mariati, M.Sc., dan Ibu Ir. Rosita
Sipayung, MP., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan
judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Bapak Ir. Sanggam Silitonga yang
telah bersedia menjadi moderator pada seminar usul dan seminar hasil penulis. Khusus
pada Bapak Aris Sukariawan, Ibu Nurbaiti dan Ibu Sri Murti di Lembaga Pendidikan
Perkebunan (LPP) Pancing, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas
bantuannya selama penulis mengumpulkan data.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,
serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Merang ...4
Siklus Hidup Jamur Merang ...5
Syarat Tumbuh Jamur Merang ...7
Lingkungan ...7
Media tumbuh ...8
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
Peubah Amatan ... 14
Umur mulai panen (hari)... 14
Panjang badan buah (cm) ... 15
Diameter Tudung (cm) ... 15
Jumlah badan buah (buah) ... 15
Bobot basah/plot (g) ... 15
Lamanya periode panen (hari) ... 15
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Sanitasi rumah kaca ... 16
Persiapan media ... 16
Fermentasi pengomposan... 16
Sterilisasi media ... 17
Sterilisasi rumah kaca dan kotak ... 17
Inokulasi bibit ... 17
Inkubasi ... 18
Pengendalian kontaminan ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 19
Pembahasan ... 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Umur mulai panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan
ketebalan media ... 19
2. Panjang badan buah (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media ... 20
3. Diameter tudung (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media ... 21
4. Jumlah badan buah (buah) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media...22
5. Bobot basah/plot (g) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media ... 23
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Bagian bagian dari jamur merang ... 4
2. Siklus hidup jamur merang ... 7
3. Histogram hubungan antara formulasi media dengan jumlah badan buah ... 22
4. Histogram hubungan antara formulasi media dengan robot basah/plot (g) ... 24
5. Lokasi penelitian... 42
6. Kotak perlakuan M1T1 dan M1T2 ... 43
7. Kotak perlakuan M2T1 dan M2T2 ... 44
8. Kotak perlakuan M3T1 dan M3T2 ... 45
9. Kotak perlakuan M4T1 dan M4T2 ... 46
10.Kotak perlakuan M5T1 dan M5T1 ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi jamur merang ... 32
2. Bagan penelitian ... 33
3. Jadwal kegiatan penelitian ... 34
4. Data pengamatan umur mulai panen ... 35
5. Daftar sidik ragam umur mulai panen ... 35
6. Data pengamatan panjang badan buah ... 36
7. Daftar sidik ragam panjang badan buah ... 36
8. Data pengamatan diameter tudung ... 37
9. Daftar sidik ragam diameter tudung ... 37
10.Data pengamatan jumlah badan buah ... 38
11.Daftar sidik ragam jumlah badan buah ... 38
12.Data pengamatan bobot basah/plot ... 39
13.Daftar sidik ragam bobot basah/plot ... 39
14.Data pengamatan lamanya periode panen ... 40
15.Daftar sidik ragam lamanya periode panen ... 40
ABSTRAK
MASDELILA SIREGAR. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) terhadap Formulasi dan Ketebalan Media. Dibawah
bimbingan MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG
Jamur merang merupakan bahan makanan bergizi tinggi, sehingga diharapkan formulasi media yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menguj pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf ketebalan media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang. Penelitian dilakukan di rumah kaca Lembaga Penelitian Perkebunan Pancing, mulai bulan Februari sampai Maret 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu formulasi media yang terdiri dari 5 formulasi media dan perlakuan ketebalan media yang terdiri dari 15 cm dan 20 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan formulasi media berpengaruh nyata meningkatkan jumlah badan buah dan bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur mulai panen, panjang badan buah, diameter tudung, serta periode panen. Perlakuan ketebalan media serta interaksinya dengan formulasi media berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter.
Kata kunci : Jamur merang, formulasi media, ketebalan media
ABSTRACT
MASDELILA SIREGAR
.
Respons of Growth and Production of Paddy starw mushroom ((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.Under academic supervision of MARIATI and ROSITA SIPAYUNG.Paddy straw mushroom is high nutritious food matter, so expected that the best formulations of medium can optimize growth and the production.The objective of the research is to study respons of Growth and Production of Paddy straw mushroom
((Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) toward formulations and thickness of mediums.
This research was held in plantation education institute green house at Pancing, started on February untill March 2010. The method of this research is completely randomized design factorial with two factors and three replication. The first factor was the formulation of medium (M) consist of five levels. The second factor was the thickness of medium (T) consist of two levels, 15 cm and 20 cm.
The result of research showed that the formulation of medium significantly increase number of mushroom body and fresh weight but unsignificantly at start harvest time, length of mushroom body, cap’s diameters, , and harvest period. Thickness of medium treatment and its interaction with formulation of medium unsignificanly at all parameters.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik
tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu,
pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh,
jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun
tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu
membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram,
dan jamur kuping.
Dari perkembangannya sejak tahun 1970-1990 diketahui bahwa jamur merang
telah banyak diusahakan secara komersial di Indonesia dan telah umum dijadikan bahan
makanan. Bahkan beberapa produk jamur olahan (bentuk kalengan) sudah menjadi
andalan ekspor ke beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia. Sedangkan dalam bentuk
kalengan diekspor ke Singapura, Hongkong, Malaysia dan Jepang (Pasaribu dkk, 2002).
Kebutuhan jamur merang di pasaran luar negeri yang semakin meningkat,
menyebabkan budidaya jamur merang mempunyai prospek yang cukup baik. Singapura
misalnya, membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan Malaysia
membutuhkan jamur sekitar 15 ton tiap minggunya (Sadnyana 1999
Jamur merang memiliki rasa yang lezat dan mengandung nilai gizi yang tinggi,
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral terdapat didalam jamur. Protein
yang dikandungnya paling sedikit terdiri dari delapan macam zat yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh (asam amino). Protein yang dikandungnyapun memiliki kadar
yang lebih tinggi dari daging dan ikan. Selain itu, jamur dapat digunakan untuk
pengobatan berbagai penyakit, antara lain penyakit jantung, kanker, dan penyakit
kurang darah. Jamur sangat cocok diberikan kepada penderita kencing manis. Juga bagi
mereka yang tidak ingin badannya menjadi gemuk (Sukara, 1981).
Jamur memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Sebagai bahan makanan
mengandung Vitamin B1, B2, D, dan niacin. Jamur juga mengandung unsur mineral
yang diperlukan oleh tubuh seperti kalium, calsium, natrium, dan magnesium.
Kandungan seratnya juga tinggi, berkisar 7,4-27,6%. Menurut penelitian FAO, jamur
segar mengandung protein nabati lebih besar dibandingkan dengan sayuran lainnya
(Tim Redaksi Agromedia, 2002)
Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang merupakan limbah sumber
selulosa, seperti merang, limbah penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang
aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit buah pala dan sebagainya
(Sinaga, 2006).
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit yang
jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan
dihasilkan TKKS sebanyak 22 – 23 persen TKKS atau sebanyak 220 – 230 kg TKKS.
Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 18.2
secara baik oleh sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di
Indonesia
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
menguji tanggap pertumbuhan dan produksi jamur merang pada berbagai formulasi
media serta pengaruh ketebalan medianya.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh lima taraf formulasi media dan dua taraf ketebalan
media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang.
Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan dan produksi jamur
merang akibat perlakuan formulasi dan ketebalan media.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapat data yang berguna sebagai bahan penyusun skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang
Biologi Jamur Merang
Dalam taksonomi tumbuhan menurut Widyastuti (2001) jamur merang
(Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) digolongkan kedalam kelas basidiomycetes, dengan
subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.
.
Gambar 1. Bagian-bagian dari jamur merang
(Sinaga, 2005).
Tudung jamur merang mempunyai diameter 5 – 14 cm dengan betuk bundar telur yang
kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang
mendekati rata, permukaan kering, warna coklat sampai coklat keabu-abuan,
kadang-kadang bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan
menjadi merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm,
diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk dibagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar
umumnya berupa membran, membentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat
bercuping. Jejak spora merah jambu. Ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong dan
licin (Gunawan, 2004).
Siklus Hidup Jamur Merang
Menurut Suriawiria (1982) dalam http://himatansi.org (2009)., kehidupan
jamur dapat menjadi jasad yang saprofit ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian
jamur ditelaah dari segi sifat mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang
heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya ketergantungan sumber nutrien (sumber
makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada. Jamur Merang (Volvariella volvacea)
sendiri memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah
memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang tidak
berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke coklatan
yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur secara
umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak dapat
menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh makanan dalam
bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein.
Tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga yaitu tahap pertumbuhan
miselium, tahap pembentukan tubuh buah dan tahap pelepasan spora (Widiastuti,
2005).
Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian akan
berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh
keseluruh bagian media tumbuh,. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan
terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah
dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan
disebut stadia kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus
membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini
tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung
tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia
ini terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir
adalah stadia dewasa tubuh buah (Sinaga, 2005).
Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang
matang akan memproduksi basidia dan basidiospora, kemudian tudung membesar. Pada
waktu itu, selubung universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah akan
tercabik. Tudung akan terangkat keatas karena memanjangnya batang, sedangkan
selubung universal yang sobek akan tertinggal dibawah dan disebut cawan (Sinaga,
2005).
Gambar 2. Siklus Hidup Jamur Merang
Lingkungan
Setiap jenis jamur memerlukan syarat tumbuh yang berbeda-beda. Jamur
merang merupakan jamur yang tumbuh didaerah tropika dan membutuhkan suhu dan
kelembaban yang cukup tinggi berkisar antara 30-38 0C dalam krudung atau kumbung (
Agus dkk, 2002 dalam Ida, A.M., 2008). Kelembaban relatif yang diperlukan adalah
berkisar antara 80% sampai dengan 85% serta kebutuhan pH media tumbuh akan
berkisar antara pH 5,0 sd pH 8,0 (Sinaga, 2001).
Secara alami, jamur dapat tumbuh pada pada musim tertentu dalam satu tahun.
Hal ini terjadi karena ketergantungan hidupnya pada suhu tertentu. Menurut
kemampuan pada suhu tertentu, jamur terbagi dalam tiga golongan, yaitu psikrofilik,
mesofilik, dan termofilik. Jamur psikrofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran
00- 300 C dengan suhu optimum sekitar 150 C. Jamur mesofilik merupakan jamur yang
tumbuh pada kisaran suhu 25-370 C dengan suhu optimum sekitar 300 C. Sementara
jamur termofilik merupakan jamur yang tumbuh pada kisaran suhu tinggi, yaitu 40-750
C, dengan suhu optimum sekitar 550 C ( Sinaga, 2006).
Selain suhu, kelembaban merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
pertumbuhan jamur. Umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada keadaan udara
yang lembab. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan jamur akan air, baik dalam
bentuk air maupun uap air. Sekitar 88-90 % berat segar tubuh buah terdiri dari air
(Quimio 1981 dalam Sinaga, 2006).
Faktor lingkungan lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah
senyawa beracun dan radiasi. Senyawa beracun terutama logam berat seperti raksa
(Hg), Pb, Cu, Ag, Zn, dan Li. Denga kadar rendah sekalipun senyawa ini dapat
ultraviolet/UV, sinar infa merah dan sinar gamma) mempunyai daya rusak yang tinggi
bagi sel-sel jamur dan dapat menyebabkan kematian sel jamur, perubahan genetik,
paling tidak akan menghambat pertumbuhan. Namun ada juga beberapa spesies
menyukai habitat yang cukup cahaya, tetapi tetap dengan kelembaban yang tinggi
(Sinaga, 2006).
Media Tumbuh
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme
lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan
konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya
seperti kardus bekas , gunanya sebagai substrat untuk menempel miselia dan sumber
nutrisi terutama sumber C/ energi (Suriawiria, 1995).
Untuk kehidupan dan perkembangannya, jamur merang memerlukan sumber
nutrien atau makanan dalam bentuk unsur unsur seperti karbohidrat, nitrogen, fosfor,
belerang, kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainya. Mineral ini dapat kita
tambahkan kedalam media dalam bentuk larutan garam atau senyawa-senyawa lainnya,
seperti pupuk kandang, dedak, CaCO3, SP36, Urea (Suriawiria, 1995).
Campuran media yang digunakan didalam penelitian ini berbagai macam, seperti
TKKS, jerami, kardus, pupuk kandang, pupuk organik, kapur, urea, SP36, tepung beras
Kandungan tandan kosong kelapa sawit adalah 45, 80 % selulosa, dan 26,00 %
hemiselulosa
tandan kosong kelapa sawit sekitar 0, 4%N, 0,029 sampai 0,05 % P2O5 0,15 sampai
0,2% K2
Pupuk kandang terdiri dari dua komponen asli yaitu padat dan cair dengan
perbandingan 3:1. unsur hara yang terdapat didalam pupuk kandang berkadar rata-rata
0,5% N, 0,25% P2O5, dan 0,5% K2O. Kadar unsur hara yang terdapat dalam kotoran
ayam adalah: 55% H2O, 1% N, 0,8% P2O5, dan 0,4% K2O (Hakim dkk,
1986).
Dedak sebagai campuran media tanam berfungsi sebagai nutrisi dan sumber
karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Karbon digunakan sebagai sumber energi utama,
sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan membangun enzim–
enzim yang disimpan dalam tubuhnya. Dedak yang disarankan adalah yang masih baru
dan tidak berbau apek atau tengik
mengandung senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur merang
seperti Nitogen 3,5%, Phospor 2.7 %, Kalium 0.8%, Magnesium 1%, lignin 19%, dan
selulosa 29 % (Sukara 1981).
Kapur digunakan untuk menjaga keasaman media dan berfungsi sebagai
sumber mineral
Ada beberapa bahan yang harus ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
jamur dan menunjang pertumbuhannya diantaranya, arang sekam berfungsi
menstabilkan suhu tempat tumbuhnya jamur dan kangkung berfungsi meningkatkan
Menurut seorang pakar jamur merang di Shanghai, China, jamur merang
mengabsorpsi karbohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk.
Rumput-rumputan terutama jerami mengandung banyak zat gula dan mineral (N, P, K dan
sebagainya). Selama proses fermentasi, bahan organik karbohidrat dan mineral dapat
diambil dalam jumlah besar. Begitu terjadi pelapukan jerami, dengan cepat kandungan
senyawa organiknya segera akan tersedia dan dapat digunakan jamur untuk
pertumbuhannya (Sinaga, 2005).
Kandungan air didalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur. Terlalu sedikit air pertumbuhan dan perkembangan akan
terganggu atau terhenti sama sekali. Juga terlalu banyak air, miselia akan membusuk
dan mati (Suriawiria, 1995)
Ketebalan media rak yang biasa digunakan untuk budidaya jamur merang adalah
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Lembaga Pendidikan Perkebunan
(LPP), Medan yang berada di ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut.
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga bulan Maret 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur merang F3
sebagai komoditi yang diamati, tandan kosong kelapa sawit, jerami, kardus, dan kertas
sebagai bahan media tumbuh jamur, alkohol 70% untuk sterilisasi, dedak (D), kapur
(K), kotoran ayam (KA) yang sudah kering, pupuk SP36 (P), Urea (U), tepung beras
ketan (TBK), KNG (kangkung), S (arang sekam) dan pupuk organik (PO) sebagai
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak kardus sebagai tempat
pertumbuhan jamur merang, drum pensteril, handsprayer sebagai alat untuk menyiram
media, meteran, alat tulis, kalkulator, timbangan, dan peralatan lain yang mendukung
dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memakai rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu :
1. Faktor formulasi/komposisi media yang terdiri dari 5 jenis perlakuan yaitu: M1 =
TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA 1,5 kg
M2 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1,5 kg + P 0,03 kg
M3 = TKKS 25 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0.03 kg + KA1, 5 Kg + P 0,03 kg +
TBK 0,15 kg
M4 = TKKS 25 kg + Jerami 5 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ P 0,03 kg
TBK 0.15 kg+ KNG 3 kg + 1,5 kg S
M5 = TKKS 25 kg + Kardus 5 kg + D 6 kg + K 4,5 kg + U 0,03 kg+ KA1,5 kg
+ P 0,03 kg + TBK 0.15 kg + KNG 3 kg + 1,5 kg S
2. Faktor ketebalan media dengan 2 taraf yaitu:
T1 = 15 cm
T2 = 20 cm
Sehingga diperoleh 10 kombinasi yaitu:
M1T1 M2T1 M3T1 M4T1 M5T1 M1T2 M2T2 M3T2 M4T2 M5T2
Jumlah kombinasi : 10
Jarak antar ulangan : 50 cm
Jumlah seluruh kotak : 30
Ket: Ukuran kotak = 30 x 21cm Tinggi kotak = 25 cm
Analisis statististika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Analisis sidik
ragam (ANOVA) sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Model linier persamaan analisis sidik ragamnya adalah sebagai
berikut:
Yijk = μ + i + j + ( )ij + ijk
Di mana:
Yijk = nilai parameter dari faktor M dari taraf ke- i dan faktor T pada taraf ke-j
dengan ulangan k yang diamati
µ = nilai tengah
i = parameter formulasi media pada taraf ke-i
j = parameter ketebalan media pada taraf ke-j
( )ij = respon interaksi faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j
ijk = pengaruh galat dari faktor M pada taraf ke-i dan faktor T pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
(Gomez dan Gomez, 1995).
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan
uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5 %
Peubah Amatan
Umur Mulai Panen (hari)
Umur panen dihitung sejak awal penanaman (inokulasi) sampai dengan panen
jamur pertama. Jamur yang dipanen adalah jamur dalam stadium kancing. Pemetikan
(panen) jamur harus dilakukan dengan hati- hati agar tidak merusak miselium maupun
calon tubuh buah yang lain.
Panjang Badan Buah (cm)
Panjang badan buah diukur dari pangkal badan buah hingga ujung tudung jamur,
dengan memakai penggaris. Pengukuran dilakukan pada badan buah yang telah
memasuki stadia kancing.
Diameter Tudung (cm)
Diameter tudung diukur dari tudung jamur yang masih menutup. Oleh karena itu
pengukuran harus dilakukan pada saat badan buah masih dalam stadia kancing.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
Jumlah Badan Buah (buah)
Jumlah badan buah jamur merang dihitung pada saat panen (stadia kancing) .
Pada tahap ini dihitung jumlah badan buah jamur untuk tiap-tiap kotak.
Bobot Basah/Plot (g)
Pengukuran bobot basah dilakukan dengan menggunakan timbangan dengan
ketelitian 0,01 gr. Karena panen jamur dilakukan lebih dari sekali maka bobot basah
dihitung setiap kali panen, kemudian dijumlahkan mulai dari panen pertama sampai
Lamanya Periode Panen (hari)
Lamanya periode panen dihitung dengan mengamati waktu panen yang tercepat
hingga periode panen yang terlama untuk setiap perlakuan.
Pelaksanaan Penelitian
Sanitasi Rumah Kaca
Sanitasi rumah kaca dilakukan dengan membersihkan seluruh bagian kumbung,
mulai dari dalam sampai keluar rumah kaca. Bagian dalam rumah kaca dibersihkan
dengan menggunakan sapu dan bagian luar dibersihkan dengan sapu lidi. Sampah-
sampah yang berada disekitar rumah kaca dikumpulkan dan dibakar, agar tidak menjadi
sumber kontaminasi bagi pertumbuhan jamur.
Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandan kosong kelapa sawit
yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit, jerami padi, dan kardus bekas. Tandan kosong
kelapa sawit dicacah hingga halus dengan menggunakan mesin pencacah, begitu juga
dengan jerami dan kardus. Jerami dipotong-potong hingga menjadi potongan kecil,
sedangkan kardus disobek- sobek hingga menjadi sobekan kecil. Lalu tandan kosong
kelapa sawit, jerami, dan kardus direndam dengan air selama 24 jam. Kemudian semua
tepung beras ketan, arang sekam, kangkung dan pupuk organik) disiapkan dan
ditimbang sesuai perlakuan formulasi media.
Fermentasi (Pengomposan)
Pengomposan atau fermentasi dilakukan dengan cara mencampur semua bahan
campuran dengan tandan kosong kelapa sawit. Pengomposan dilakukan tersendiri
menurut formulasi media pada masing-masing perlakuan, yaitu perlakuan M1, M2, M3,
M4, dan M5. lalu masing – masing perlakuan ditambahkan air secukupnya (kadar air ±
65%). Lalu campuran media dibumbun kemudian ditutup rapat dengan menggunakan
plastik atau terpal. Pengomposan dilakukan selama 10 hari. Pada hari ke-4 dan ke-8,
dilakukan pembalikan media yang bertujuan agar proses fermentasi dapat merata.
Sterilisasi Media
Sterilisasi dilakukan dengan memasukkan media kedalam kantong plastik
menurut perlakuan media yaitu M1, M2, M3, M4, dan M5. Lalu media dimasukkan
kedalam drum pensteril yang telah diisi air sepertiga bagian dan ditengah drum tersebut
disusun kayu- kayu sebagai tempat meletakkan media. Prinsip sterilisasi ini persis
seperti mengukus nasi. Kemudian media dalam drum tersebut dipanaskan selama ± 8
jam dengan suhu ± 700C.
Sterilisasi Rumah Kaca dan Kotak
Sterilisasi bertujuan untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme lain yang
penyemprotan alkohol 70% pada bagian ruangan rumah kaca dan kotak tempat media
tumbuh jamur merang.
Inokulasi Bibit
Bibit jamur yang digunakan merupakan bibit F3. Bibit jamur ini diinokulasi
pada media yang telah dikomposkan dan telah disusun pada kotak-kotak di dalam
rumah kaca dengan ketebalan sesuai dengan perlakuan, yaitu T1 dan T2. Inokulasi bibit
dilakukan dengan cara menebarkan bibit siap semai kepermukaan dan lapisan tengah
media. Banyaknya bibit yang digunakan untuk kotak yang berukuran 30 x 21 x 25 cm
adalah sebanyak 150 g.
Inkubasi
Masa inkubasi merupakan masa pertumbuhan miselium. Pada saat masa
inkubasi, sebaiknya kotak perlakuan ditutup rapat, (untuk mempertahankan kondisi
suhu ruangan 30-350C). Pada hari ke empat dari inokulasi bibit, barulah tutup kotak
dibuka, dengan tujuan agar cahaya matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan
baik, sehingga memicu terbentuknya tubuh buah. Pengontrolan suhu dan pemeriksaan
adanya kontaminan harus selalu dilakukan. Apabila terjadi kontaminasi, media yang
ditumbuhi cendawan atau jamur lain harus segera dibuang.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, agar
kelembabannya tetap terjaga. Penyiraman dilakukan pada dinding-dinding dan
permukaan media, tetapi jangan sampai terlalu basah.
Pengendalian kontaminan dilakukan untuk mencegah tumbuhnya
mikroorganisme lain pada media yang dapat menghambat pertumbuhan jamur merang.
Apabila ada mikroorganisme lain (kontaminan) pada media, maka media yang
ditumbuhi kontaminan tersebut harus segera dibuang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Umur Mulai Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur mulai panen dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan 5. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan formulasi
media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
umur mulai panen.
Data rataan umur mulai panen pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
[image:30.595.95.530.575.701.2]media dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Umur mulai panen (hari) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi media Ketebalan Media (T) Rataan
(M) T1 T2 (hari)
M1 15,33 15,33 15,33
M2 14,67 15,00 14,83
M3 10,00 13,67 11,83
M4 16,33 18,00 17,17
M5 14,33 15,67 15,00
Rataan 14,13 15,53
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa, umur mulai panen tersingkat pada perlakuan
perlakuan M4 yaitu 17,17 hari. Selanjutnya dapat dilihat bahwa umur mulai panen
tersingkat pada perlakuan ketebalan media terdapat pada perlakuan T1 yaitu 14,13 hari
dan yang terlama pada perlakuan T2 yaitu 15,53 hari.
Panjang Badan Buah (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik m dari panjang badan buah (cm) dapat dilihat
pada Lampiran 6 dan 7. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang badan buah.
Data rataan panjang badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
[image:31.595.99.491.464.592.2]media dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang badan buah (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media Ketebalan Media (T) Rataan
(M) T1 T2 (cm)
M1 4,90 4,52 4,71
M2 4,64 4,14 4,39
M3 5,07 4,37 4,72
M4 5,66 4,49 5,08
M5 4,40 4,36 4,38
Rataan 4,94 4,38
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa, panjang badan buah tertinggi pada perlakuan
formulasi media terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 5,08 cm dan yang terendah
terdapat pada perlakuan M5 yaitu sebesar 4,38 cm. Selanjutnya dapat dilihat bahwa
perlakuan ketebalan media pada T1 menghasilkan panjang badan buah tertinggi yaitu
Diameter Tudung (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter tudung (cm) dapat dilihat
pada Lampiran 8 dan 9. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap diameter tudung.
Data rataan diameter tudung pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media
[image:32.595.102.506.306.448.2]dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Diameter tudung (cm) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media Ketebalan Media (T) Rataan
(M) T1 T2 (cm)
M1 2,59 2,77 2,68
M2 2,83 2,87 2,85
M3 3,63 3,18 3,40
M4 2,96 2,70 2,83
M5 2,87 2,80 2,84
Rataan 2,98 2,86
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
diameter tudung tertinggi pada perlakuan M3 yaitu 3,40 cm, dan yang terendah pada
perlakuan M1 yaitu 2,68 cm. Selanjutnya dapat dilihat perlakuan ketebalan media pada
T1 menghasilkan diameter tudung tertinggi yaitu 2,98 cm dan terendah pada perlakuan
T2 yaitu 2,86 cm.
Jumlah Badan Buah (buah)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah badan buah (buah) dapat
dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan formulasi media berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah, serta
Data rataan jumlah badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
[image:33.595.154.479.569.721.2]media dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah badan buah (buah) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media Ketebalan Media (T) Rataan
(M) T1 T2 (buah)
M1 9,00 8,33 8,67b
M2 6,67 10,33 8,50b
M3 6,67 12,00 9,33b
M4 9,33 9,33 9,33b
M5 16,00 23,00 19,50a
Rataan 9,53 12,60
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
jumlah badan buah tertinggi pada perlakuan M5 yaitu sebesar 19,50 buah dan terendah
pada perlakuan M2 yaitu sebesar 8,50 buah. Selanjutnya dapat dilihat bahwa perlakuan
ketebalan media pada T2 menghasilkan jumlah badan buah tertinggi yaitu 12,60 buah
dan terendah pada T1 yaitu 9,53 buah.
Hubungan antara jumlah badan buah dengan perlakuan formulasi media dapat
dilihat pada Gambar 3.
0 5 10 15 20 25
M0 M2 M3 M4 M5
Formulasi media (M)
J
um
lah badan buah (
Gambar 3. Histogram hubungan antara formulasi media dengan jumlah badan buah
Bobot Basah / Plot (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot basah / plot (g) dapat dilihat
pada Lampiran 12 dan 13. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
formulasi media berpengaruh nyata terhadap bobot basah, serta berpengaruh tidak nyata
pada perlakuan ketebalan media dan interaksinya.
Data rataan jumlah badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan
[image:34.595.93.532.362.485.2]media dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot basah/plot (g) pada perlakuan formulasi media dan ketebalan media.
Formulasi Media (M) Ketebalan Media (T) Rataan
T0 T1 (g)
M0 28,67 93,30 60,98b
M1 85,90 116,33 101,12b
M2 99,00 120,40 109,70b
M3 106,93 133,57 120,25b
M4 250,73 306,30 278,52a
Rataan 114,25 153,98
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa, perlakuan formulasi media menghasilkan
bobot basah tertinggi pada perlakuan M5 yaitu sebesar 278,52 g dan terendah pada
perlakuan M1 yaitu sebesar 60,98 g. Selanjutnya dapat dilihat bahwa perlakuan
ketebalan media pada T2 menghasilkan bobot basah tertinggi yaitu 153,98 g dan
terendah pada T1 yaitu 114,25 g.
Hubungan antara formulasi media dengan bobot basah/plot (g) dapat dilihat pada
0 50 100 150 200 250 300
M1 M2 M3 M4 M5
Formulasi media (M)
bobot
bas
ah (
g)
Gambar 4. Histogram hubungan antara formulasi media dengan bobot basah/plot (g)
Lamanya Periode Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari lamanya periode panen (hari) dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan formulasi media dan ketebalan media serta interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap lamanya periode panen.
Data rataan lamanya periode panen pada perlakuan formulasi media dan
[image:35.595.134.501.98.240.2]ketebalan media dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Lamanya periode panen (hari) dengan kombinasi perlakuan formulasi media dengan ketebalan media.
Formulasi Media (M) Ketebalan Media (T) Rataan
T1 T2 (hari)
M1 10,33 15,33 12,83
M2 13,00 13,00 13,00
M3 13,00 10,67 11,83
M4 14,67 13,00 13,83
M5 12,33 17,67 15,00
Rataan 12,67 13,93
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa, periode panen terlama pada perlakuan formulasi
media terdapat pada perlakuan M4 yaitu 15,00 hari dan yang tersingkat pada perlakuan
perlakuan ketebalan media terdapat pada perlakuan T2 yaitu 13,93 hari dan yang
tersingkat pada perlakuan T1 yaitu 12,67 hari.
Pembahasan
Pertumbuhan dan produksi jamur merang pada formulasi media yang berbeda
Perlakuan formulasi media berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah dan
bobot basah tetapi berpengaruh tidak nyata terdapat umur mulai panen, panjang badan
buah, diameter badan buah, dan lamanya periode panen. Produksi meningkat pada
formulasi media M5 yaitu kombinasi media tandan kosong kelapa sawit dengan kardus.
Hal ini diduga karena tandan kosong kelapa sawit dan kardus mengandung selulosa dan
hemiselulosa yang tinggi. Selulosa dan hemiselulosa yang tinggi ini merupakan sumber
makanan utama bagi jamur merang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (1982)
bahwa jamur memperoleh makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin,
dan protein.
Pada formulasi media tumbuh jamur merang lainnya seperti M1, M2, M3, dan
M4, memiliki kadar selulosa yang lebih rendah sehingga makanan yang tersedia untuk
jamur merang menjadi berkurang. Akibatnya jumlah badan buah yang dihasilkan
menjadi sedikit, karena jamur merang merupakan konsumen yang bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, vitamin, dan senyawa kimia lainnya yang
diperoleh dari lingkungannya. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa jamur merupakan konsumen, maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, vitamin, dan senyawa kimia lainnya yang
Perlakuan formulasi media berpengaruh tidak nyata terhadap umur mulai panen.
Namun, dapat dilihat bahwa umur mulai panen jamur merang tersingkat terdapat pada
perlakuan M3 (11,83) hari yang merupakan kombinasi dari bahan seperti tandan kosong
kelapa sawit, dedak, kapur, kotoran ayam, pupuk SP-36, urea, kotoran ayam, serta
tepung beras ketan. Hal ini diduga karena bahan seperti tepung beras ketan merupakan
sumber karbohidrat yang langsung tersedia dan menjadi sumber karbon atau energi
awal untuk pembentukan miselium jamur yang akan berkembang menjadi badan buah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (1995) yang menyatakan bahwa untuk
pertumbuhan dan perkembangannya, jamur merang memerlukan sumber nutrien atau
makanan dalam bentuk unsur-unsur seperti karbohidrat, nitrogen, fosfor, belerang,
kalium, kapur (Ca), karbon serta beberapa unsur lainnya.
Perlakuan formulasi media berpengaruh tidak nyata terhadap panjang badan buah
dan diameter tudung .Hal ini diduga karena jamur yang dipanen adalah jamur dalam
stadia kancing. Apabila jamur dalam stadia kancing tidak dipanen, maka jamur tersebut
akan tumbuh dan berkembang dari stadia kancing menjadi stadia telur, stadia
perpanjangan hingga stadia dewasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti (2005)
yang menyatakan bahwa tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga tahap
yaitu tahap pembentukan miselium, tahap pembentukan badan buah dan tahap
pelepasan spora.
Pertumbuhan dan produksi jamur merang pada ketebalan media
Dari hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan ketebalan media berpengaruh tidak
nyata terhadap seluruh peubah amatan. Hal ini diduga karena jamur merang hanya
miselium untuk menyerap nutrien dari medianya. Hifa atau miselium ini umumnya
hanya berada di bagian permukaan media, sehingga perbedaan ketebalan media tidak
terlalu menunjukkan perbedaan. Hal ini sesuai dengan literatur
(2000) yang menyatakan bahwa jamur menyerap zat organik dari lingkungan
tumbuhnya melalui hifa atau miselium.
Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa ketebalan media T2 lebih baik pada
hampir semua peubah amatan meski tidak nyata. Hal ini diduga karena kandungan
bahan organik yang lebih banyak pada media T2 . Selain itu ketebalan ini merupakan
ketebalan yang baik untuk budidaya jamur merang pada rak. Hal ini sesuai dengan
literatur Widiyastuti (2001) yang menyatakan bahwa ketebalan media rak yang biasa
digunakan untuk budidaya jamur merang adalah 20 cm.
Interaksi antara perlakuan formulasi dan ketebalan media
Dari hasil penelitian terlihat bahwa interaksi formulasi dan ketebalan media
berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah amatan. Walaupun formulasi media
yang digunakan berpengaruh nyata pada produksi jamur merang, namun interaksinya
berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga akibat perbedaan ketebalan media yang
digunakan tidak jauh berbeda, sehingga bahan organik yang terkandung didalam media
tersebut juga tidak jauh berbeda.
Walaupun interaksi formulasi dan ketebalan media berpengaruh tidak nyata,
namun pada media M5 dengan ketebalan T2 menunjukkan hasil yang lebih baik pada
peubah amatan jumlah badan buah dan bobot basah. Diduga karena kandungan nutrien
pada media M5 dengan ketebalan T2 cukup tersedia untuk pertumbuhan jamur
bahwa, jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang
menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu
diperoleh dari lingkungannya.
Kesimpulan
1. Formulasi media berpengaruh nyata terhadap produksi jamur merang yaitu pada
jumlah badan buah dan bobot basah serta seluruh jenis media berpengaruh tidak
nyata terhadap umur mulai panen, panjang tubuh buah, diameter tudung dan
lamanya periode panen.
2. Ketebalan media berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah amatan.
3. Interaksi formulasi media dan ketebalan media berpengaruh tidak nyata terhadap
seluruh peubah amatan.
4. Formulasi media tumbuh jamur merang terbaik adalah M5T2, yaitu kombinasi
tandan kosong kelapa sawit, kardus, dedak, kapur, urea, kotoran ayam, fosfat,
tepung beras ketan, kangkung dan arang sekam dengan ketebalan 20 cm.
Saran
Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jamur merang, disarankan
mengkombinasikan tandan kosong kelapa sawit dan kardus sebagai satu formulasi
media tumbuh jamur merang.
Agus, GTK, A. Dianawati, ES Irawan, & K. Miharja. 2002 Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. dalam Ida, A. M,. Pertumbuhan Padi jerami Mashroom
(Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media Pertumbuhan.
http// idaayu.ac.id.,2009. Diakses tanggal 24 Maret 2009.
Alexopoulus.C.J., 1962. Introductory Mycology, dalam Djarijah.N.M. dan A.S. Djaridjah dalam Sehatta. S., 2007. Skripsi: Respon Jamur Tiram (Pleurotus
ostreatus (Jacq.ex. Fr..) Kummer) Terhadap beberapa formulasi Media dan
Aplikasi Larutan Ekstrak Kecambah Kacang Hijau. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bangun, M. K., 1998. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Gunawan , A. W., 2004. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar swadaya. Jakarta.
Gomez. K. A dan A. A. Gomez., 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. UI- Press, Jakarta.
Hakim, N., M.Yusuf.N., A.M. Lubis., Sutopo.G.N., M.Rusdi.S., M. Amin.D., Go.B.H., H.H. Bailey., 1986. Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.
Diakses tanggal 23 Maret 2009.
tanggal 23 Maret 2009.
Maret 2009.
Pupuk Organik. Diakses tanggal 3 Agustus 2009.
Pasaribu. T, Djumhawan.R. P., Eisrin. R. A., 2002. Aneka Jamur Unggulan Yang Menembus Pasar. PT. Graindo, Jakarta.
Sadnyana, I M. 1999.. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana, dalam Ida, A. M,. Pertumbuhan Padi jerami Mashroom (Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media Pertumbuhan. http// idaayu.ac.id.,2009. Diakses tanggal 24 Maret 2009.
Sinaga. M. S., 2006. Jamur Merang dan Budidaya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharjo, E., 2007. Budidaya Jamur Merang Dengan Media Kardus. Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Suriawiria. U., 1995. Bioteknologi Perjamuran. Penerbit Angkasa. Bandung.
____________.,1982. Jamur Merang, dala 1 Maret 2010.
Tim Redaksi Agromedia, 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Quimio, S.T., 1981. Philippine Mushroom, dalam Sinaga.M. S., 2006. Jamur Merang dan Budidaya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Widiyastuti.B., 2001. Budidaya Jamur Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.
DESKRIPSI JAMUR
MERANG
Varietas : Jamur Merang
Warna tudung : Coklat sampai coklat keabu- abuan
Diameter tudung : 5-14 cm
Bentuk tudung : Bundar telur / menggenta atau cembung (pada
jamur tua)
Panjang tangkai : 3-8 cm
Diameter tangkai : 5-9 mm
Masa inkubasi : 4-5 hari
Pembentukan primordial : 1-2 hari
Pembentukan tubuh buah : 1- 2 hari
Daya simpan : Tidak tahan lama
Umur panen : ± 10- 14 hari
Produksi : 200-250 kg/ kumbung dengan ukuran 6 m x 8 m
(Gunawan, 2004 dan Widiyastuti, 2005).
Lampiran 2. Bagan penelitian
Lampiran 3. Jadwal kegiatan penelitian M5T2
M4T2
M3T2
M5T1
M1T2
M2T2 M4T2
M4T1 M2T1
M3T1 M1T1
M2T1 M3T2
M1T1 M5T2
M3T1
M4T1
M2T2
M1T2
M5T1
M2T1 M4T1
M4T2 M2T2
M3T1
M1T2
M1T1
M5T2
M3T2
M5T1
U
No. Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 1 Sanitasi Kumbung X
2 Persiapan Media X 3 Fermentasi (Pengomposan) X
4 Sterilisasi Media X 5 Sterilisasi Kumbung X
6 Inokulasi Bibit X
7 Inkubasi X
8 Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan 9 Pengendalian Kontaminan Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan
10 Pemanenan X X X
11 Pengamatan Parameter
Umur Mulai Panen
Sejak inokulasi sampai dengan panen pertama
Lampiran 4. Data pengamatan umur mulai panen (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
M1T1 13 20 13 46 15,33 M1T2 14 17 15 46 15,33 M2T1 15 16 13 44 14,67 M2T2 11 13 21 45 15,00 M3T1 10 10 10 30 10,00 M3T2 12 13 16 41 13,67 M4T1 10 17 22 49 16,33 M4T2 22 12 20 54 18,00 M5T1 14 15 14 43 14,33 M5T2 14 14 19 47 15,67 Total 135 147 163 445
Rataan 13,5 14,7 16,3 14,83
Lampiran 5. Daftar sidik ragam umur mulai panen
Sumber db JK KT F.hit Ket F.05 Perlakuan 9 115,5 12,83333 1,015831 tn 2,4 M 4 88,33333 22,08333 1,748021 tn 2,87 T 1 14,7 14,7 1,163588 tn 4,36 M x T 4 12,46667 3,116667 0,246702 tn 2,87 Galat 20 252,6667 12,63333
total 29 368,1667
Keterangan :
Lampiran 6. Data pengamatan panjang badan buah (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
M1T1 4,46 6,3 3,95 14,71 4,90 M1T2 4,76 3,7 5,11 13,57 4,52 M2T1 4,93 4,53 4,46 13,92 4,64 M2T2 4,94 3,84 3,63 12,41 4,14 M3T1 5,04 4,25 5,92 15,21 5,07 M3T2 4,27 3,92 4,93 13,12 4,37 M4T1 4,55 4,58 7,85 16,98 5,66 M4T2 4,38 4,07 5,02 13,47 4,49 M5T1 4,53 4,24 4,44 13,21 4,40 M5T2 4,31 4,92 3,85 13,08 4,36 Total 46,17 44,35 49,16 139,68
Rataan 4,617 4,435 4,916 4,66
Lampiran 7. Daftar sidik ragam panjang badan buah
sumber Db JK KT F.hit Ket F.05 Perlakuan 9 5,361187 0,595687 0,770671 tn 2,4 M 4 1,980387 0,495097 0,640531 tn 2,87 T 1 2,340813 2,340813 3,028428 tn 4,36 M x T 4 1,039987 0,259997 0,336371 tn 2,87 Galat 20 15,45893 0,772947
total 29 20,82012
Lampiran 8. Data pengamatan diameter tudung (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
M1T1 3,03 2,02 2,73 7,78 2,59 M1T2 3 2,36 2,94 8,3 2,77 M2T1 2,98 2,36 3,14 8,48 2,83 M2T2 3,67 2,81 2,13 8,61 2,87 M3T1 3,49 4,07 3,33 10,89 3,63 M3T2 3,23 3,41 2,9 9,54 3,18 M4T1 3,45 2,83 2,6 8,88 2,96 M4T2 2,67 3,09 2,35 8,11 2,70 M5T1 2,61 2,94 3,07 8,62 2,87 M5T2 2,77 2,94 2,69 8,4 2,80 Total 30,9 28,83 27,88 87,61
Rataan 3,09 2,883 2,788 2,92
Lampiran 9. Daftar sidik ragam diameter tudung
sumber db JK KT F.hit Ket F.05 Perlakuan 9 2,334763 0,259418 1,456287 tn 2,4 M 4 1,876247 0,469062 2,633156 tn 2,87 T 1 0,095203 0,095203 0,53444 tn 4,36 M x T 4 0,363313 0,090828 0,50988 tn 2,87 Galat 20 3,562733 0,178137
total 29 5,897497
Lampiran 10. Data pengamatan jumlah badan buah (buah)
Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3
M1T1 8 3 16 27 9,00 M1T2 8 8 9 25 8,33 M2T1 4 10 6 20 6,67 M2T2 11 17 3 31 10,33 M3T1 7 8 5 20 6,67 M3T2 8 7 21 36 12,00 M4T1 5 2 21 28 9,33 M4T2 8 11 9 28 9,33 M5T1 21 16 11 48 16,00 M5T2 34 14 21 69 23,00 Total 114 96 122 332
Rataan 11,4 9,6 12,2 11,07
Lampiran 11. Daftar sidik ragam jumlah badan buah
sumber Db JK KT F.hit Ket F.05 Perlakuan 9 673,8667 74,87407 1,871852 tn 2,4 M 4 536,8667 134,2167 3,355417 * 2,87 T 1 70,53333 70,53333 1,763333 tn 4,36 M x T 4 66,46667 16,61667 0,415417 tn 2,87 Galat 20 800 40
total 29 1473,867
Lampiran 12. Data pengamatan bobot basah (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
M1T1 15,28 37,3 30,05 82,63 27,54 M1T2 17,02 17,35 27,1 61,47 20,49 M2T1 21,8 31,7 23,65 77,15 25,72 M2T2 33,73 21,13 23 77,86 25,95 M3T1 13 34,67 18,04 65,71 21,90 M3T2 23,04 24,2 36,7 83,94 27,98 M4T1 19,73 31,93 14,25 65,91 21,97 M4T2 20,9 27,64 39,73 88,27 29,42 M5T1 53,87 30,78 30,47 115,12 38,37 M5T2 73,92 34,07 39,48 147,47 49,16 Total 292,29 290,77 282,47 865,53
Rataan 29,229 29,077 28,247 28,85
Lampiran 13. Daftar sidik ragam bobot basah
sumber Db JK KT F.hit Ket F.05 Perlakuan 9 2068,609 229,8454 1,855197 tn 2,4 M 4 1680,763 420,1907 3,391569 * 2,87 T 1 91,84 91,84 0,741287 tn 4,36 M x T 4 296,0058 74,00145 0,597303 tn 2,87 Galat 20 2477,854 123,8927
total 28 4546,463
Lampiran 14. Data pengamatan lamanya periode panen
Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3
M1T1 10 1 20 31 10,33 M1T2 21 6 19 46 15,33 M2T1 19 10 10 39 13,00 M2T2 16 22 1 39 13,00 M3T1 14 8 17 39 13,00 M3T2 15 10 7 32 10,67 M4T1 16 15 13 44 14,67 M4T2 8 22 9 39 13,00 M5T1 10 18 9 37 12,33 M5T2 19 19 15 53 17,67 Total 148 131 120 399
Rataan 14,8 13,1 12 13,30
Lampiran 15. Daftar sidik ragam lamanya periode panen
sumber Db JK KT F.hit Ket F.05 Perlakuan 9 126,3 14,03333 0,325599 tn 2,4 M 4 33,8 8,45 0,196056 tn 2,87 T 1 12,03333 12,03333 0,279196 tn 4,36 M x T 4 80,46667 20,11667 0,466744 tn 2,87 Galat 20 862 43,1
total 29 988,3
Gambar 5. Lokasi penelitian
Gambar 6. Gambar kotak perlakuan M1T1 dan M1T2
M1T2
Gambar 7. Gambar Kotak perlakuan M2T1 dan M2T2
M2T2
Gambar 8. Gambar kotak Perlakuan M3T1 dan M3T2
M3T2
Gambar 9. Gambar kotak perlakuan M4T1 dan M4T2
M4T2
Gambar 10. Gambar kotak perlakuan M5T1 dan M5T2
M5T2
M1T1
M1T2
M2T1
M2T2
Gambar 11. Masing- masing badan buah pada perlakuan formulasi media dan ketebalan