• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT ANATOMI SALURAN GETAH KEMENYAN TOBA

(Styrax sumatrana)

SOFIAN HADINATA BANGUN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SIFAT ANATOMI SALURAN GETAH KEMENYAN TOBA

(Styrax sumatrana)

SKRIPSI

Oleh:

SOFIAN HADINATA BANGUN

0212030008/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

SIFAT ANATOMI SALURAN GETAH KEMENYAN TOBA

(Styrax sumatrana)

SKRIPSI

Oleh:

SOFIAN HADINATA BANGUN

0212030008/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)

Nama : Sofian Hadinata Bangun NIM : 021203008

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P Dra. Elimasni, M.Si NIP. 132 296 841 NIP.131 945 355

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

(5)

ABSTRACT

SOFIAN HADINATA BANGUN. The Anatomy Characteristic of Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) Resin Canal. Supervised by Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P and Dra. Elimasni, M.Si

One of non wood forest product is gum benzoin that tapped from benzoin tree (Styrax spp). Gum benzoin is commodity quite important and must get attention because is specific commodity in North Sumatera. Characteristic of benzoin resin canal differs from other resin canal of plants because at benzoin plants that have been young resin canal is have not yet seen. Research target this is the to know characteristic of anatomy of toba benzoin (Styrax sumatrana) resin canal. To know characteristic of anatomy of benzoin resin canal at this research use method of descriptive analysis. Research result shows resin canal of toba benzoin (Styrax sumatrana) is traumatic resin canal that caused by mechanical treatment or pest attack and layed in wood part (xylem). Measurement result and calculation of toba benzoin resin canal density is 5,0107 per mm with variation coefficient 0,2246, averages diameter of resin canal 154,291 microns with variation coefficient 0,4272 and averages length of resin canal 471,2832 microns with variation coefficient 0,3692.

(6)

ABSTRAK

SOFIAN HADINATA BANGUN. Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana ). Dibimbing oleh Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P dan Dra. Elimasni, M.Si

Salah satu hasil hutan bukan kayu adalah getah kemenyan yang disadap dari pohon kemenyan (Styrax spp). Getah kemenyan merupakan komoditi cukup penting dan perlu mendapat perhatian karena merupakan komoditi khas Sumatera Utara. Karakteristik saluran getah kemenyan berbeda dengan saluran getah tanaman lainnya karena pada tanaman kemenyan yang masih muda saluran getah belum terlihat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat anatomi saluran getah kemenyan toba (Styrax sumatrana). Untuk mengetahui sifat anatomi saluran getah kemenyan pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan saluran getah kemenyan toba (Syrax

sumatrana) merupakan saluran traumatik yang disebabkan oleh perlakuan

mekanis atau serangan hama dan terletak pada bagian kayu (xylem). Hasil pengukuran dan perhitungan kerapatan saluran getah kemenyan toba adalah 5,0107 per mm dengan koefisian variasi 0,2246, rataan diameter saluran getah 154,291 mikron dengan koefisien variasi 0,4272 dan rataan panjang saluran getah 471,2832 mikron dengan koefisien variasi 0,3692.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada 08 November 1982 dari ayah almarhum Arifin Bangun dan ibu Romana Ginting. Penulis merupakan putra

keempat dari empat bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SD Swasta Masehi Medan, tahun 1997 lulus dari SLTP Negeri 10 Medan, tahun 2001 lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun 2002 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Peneriman Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih program studi Teknologi Hasil Hutan jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Adapun judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah “Sifat Anatomi

Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana).”

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materil dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Almarhum Arifin Bangun dan Ibunda tercinta Romana Ginting serta saudara-saudaraku atas doa, semangat, dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

2. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P dan Ibu Dra.Elimasni, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan arahan serta dorongan semangat kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Ir. Sridanarto, M. Agr yang telah memberikan ide dan masukan serta dorongan semangat yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

4. Masyarakat di Desa Bonan Dolok Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

(9)

6. Teman-teman di HIMAS USU yang telah meluangkan waktu berdiskusi dan memberikan masukan kepada penulis.

7. Teman-teman di Yayasan Orangutan Sumatera Lestari.

8. Pihak-pihak lain yang sengaja dan tidak sengaja telah membantu penulis menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata maupun dalam penulisannya karena segala keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi yang sederhana ini dapat dimanfaatkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2008

(10)

DAFTAR ISI

Ciri Morfologis Tanaman Kemenyan... 7

Manfaat Tanaman Kemenyan ... 9

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 22

Keadaan Geografis ... 22

Batas-Batas Lokasi Penelitian... 22

Iklim ... 23

Penduduk ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Kerapatan Kayu Kemenyan Toba ... 25

Kulit Kayu Kemenyan Toba ... 26

Kerapatan Saluran Getah ... 27

Diameter dan Panjang Saluran Getah ... 29

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Luas Tanaman dan Produksi Kemenyan Tanaman Perkebunan Rakyat

Tahun 2002-2005 ... 5

2. Standar Lokal Kualitas Kemenyan ... 13

3. Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi Kemenyan Menurut Kecamatan Tahun 2005 ... 24

4. Data Kerapatan Kayu Kemenyan Toba ... 25

5. Kerapatan Saluran Getah Kemenyan Toba per mm ... 28

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peralatan Yang Digunakan Untuk Penyadapan Kemenyan... 10

2. Sampel Pohon Yang Digunakan Pada Penelitian ... 16

3. Kondisi Hutan Kemenyan Desa Bonan Dolok ... 23

4. Diagram Tiga Dimensi Kulit Kayu Hevea brasiliensis ... 26

5. Penampang Lintang Kulit Kayu Kemenyan Toba ... 27

6. Saluran Getah Pada Kayu Kemenyan Toba ... 28

7. Penampang Lintang Kayu Kemenyan Normal ... 30

8. Getah Yang Menempel di Kulit Pada Saat Pemanenan ... 31

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Diameter dan Tinggi Sampel Pohon Kemenyan ... 38

2. Data Hasil Pengukuran Kerapatan Kayu ... 38

3. Data Hasil Pengukuran Σ Saluran Getah ... 39

4. Data Hasil Pengukuran Ө Saluran Getah ... 42

5. Data Hasil Pengukuran Panjang Saluran Getah ... 44

(15)

ABSTRACT

SOFIAN HADINATA BANGUN. The Anatomy Characteristic of Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) Resin Canal. Supervised by Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P and Dra. Elimasni, M.Si

One of non wood forest product is gum benzoin that tapped from benzoin tree (Styrax spp). Gum benzoin is commodity quite important and must get attention because is specific commodity in North Sumatera. Characteristic of benzoin resin canal differs from other resin canal of plants because at benzoin plants that have been young resin canal is have not yet seen. Research target this is the to know characteristic of anatomy of toba benzoin (Styrax sumatrana) resin canal. To know characteristic of anatomy of benzoin resin canal at this research use method of descriptive analysis. Research result shows resin canal of toba benzoin (Styrax sumatrana) is traumatic resin canal that caused by mechanical treatment or pest attack and layed in wood part (xylem). Measurement result and calculation of toba benzoin resin canal density is 5,0107 per mm with variation coefficient 0,2246, averages diameter of resin canal 154,291 microns with variation coefficient 0,4272 and averages length of resin canal 471,2832 microns with variation coefficient 0,3692.

(16)

ABSTRAK

SOFIAN HADINATA BANGUN. Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana ). Dibimbing oleh Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P dan Dra. Elimasni, M.Si

Salah satu hasil hutan bukan kayu adalah getah kemenyan yang disadap dari pohon kemenyan (Styrax spp). Getah kemenyan merupakan komoditi cukup penting dan perlu mendapat perhatian karena merupakan komoditi khas Sumatera Utara. Karakteristik saluran getah kemenyan berbeda dengan saluran getah tanaman lainnya karena pada tanaman kemenyan yang masih muda saluran getah belum terlihat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat anatomi saluran getah kemenyan toba (Styrax sumatrana). Untuk mengetahui sifat anatomi saluran getah kemenyan pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan saluran getah kemenyan toba (Syrax

sumatrana) merupakan saluran traumatik yang disebabkan oleh perlakuan

mekanis atau serangan hama dan terletak pada bagian kayu (xylem). Hasil pengukuran dan perhitungan kerapatan saluran getah kemenyan toba adalah 5,0107 per mm dengan koefisian variasi 0,2246, rataan diameter saluran getah 154,291 mikron dengan koefisien variasi 0,4272 dan rataan panjang saluran getah 471,2832 mikron dengan koefisien variasi 0,3692.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan di Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat tinggi. Selain kayu dari hutan dapat dihasilkan berbagai jenis hasil hutan yang sangat penting untuk digunakan sebagai bahan baku industri. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai sumber mata pencaharian. Beberapa hasil hutan bukan kayu yang biasa dikenal masyarakat antara lain seperti rotan, bambu, nipah, getah, damar, minyak atsiri, madu dan lain-lain.

Salah satu hasil hutan bukan kayu berupa getah adalah kemenyan yang disadap dari pohon kemenyan (Styrax spp.). Jayusman, dkk. (1999) menjelaskan bahwa jenis tanaman ini selain tumbuh di Indonesia juga tumbuh di beberapa negara antara lain di Malaysia, Thailand, Laos dan Vietnam. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Jawa bagian Barat. Di Sumatera Utara pohon kemenyan dibudidayakan oleh masyarakat dalam skala luas di Kabupaten Tapanuli Utara sebagai penghasil getah kemenyan.

(18)

Menurut Sasmuko (2003), umumnya tanaman kemenyan berada dalam kawasan tanah milik masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan dan pada saat ini komposisinya didominasi oleh tanaman berumur tua (diatas 20 tahun). Rata-rata satu orang petani memiliki kebun seluas 0,5 ha yang mampu menghasilkan kemenyan tidak lebih dari 200 kg/tahun.

Getah kemenyan merupakan komoditi cukup penting dan perlu mendapat perhatian lebih besar karena merupakan komoditi khas Sumatera Utara dan telah memberikan konstribusi ekonomis bagi masyarakat khususnya petani di Kabupaten Tapanuli Utara. Selama ini getah kemenyan belum dikelola secara optimal. Menurut Sasmuko (1999), produksi getah kemenyan cenderung menurun dan produktifitasnya rendah. Hal ini disebabkan karena pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional.

(19)

harus diteliti lebih jauh karena saluran getah kemenyan berbentuk memanjang secara longitudinal.

Untuk dapat mengetahui keadaan saluran getah kemenyan secara jelas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai saluran getah kemenyan. Atas dasar pemikiran inilah penulis melakukan penelitian dengan judul: “Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat anatomi saluran getah kemenyan toba (Styrax sumatrana).

Manfaat Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Sekilas Tentang Kemenyan (Styrax sp.)

Pohon kemenyan termasuk ke dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S.benzoine DRYAND), (b) kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum), (c) kemenyan toba (S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis kemenyan toba dan durame yang paling umum

dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara (Jayusman, dkk., 1999).

S. sumatrana .J.Sm adalah jenis pohon kemenyan yang pada umumnya tumbuh di

daerah kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah yang hasilnya dikenal dengan nama daerah “haminjon” atau kemenyan toba (Lubis, dkk., 1984). Kemenyan toba biasa dikenal juga dengan StyraxParalleloneurum.

Potensi dan Penyebaran Kemenyan

(21)

Tanaman kemenyan sampai saat ini hanya diusahakan oleh masyarakat pedesaan, terutama di Kabupaten Dati II Tapanuli Utara, Dairi dan Tapanuli Selatan. Luasan areal tanaman kemenyan dari tahun 1985 seluas ± 25.370 ha menjadi 23.291 ha pada tahun 1986, 20.875 ha pada tahun 1987 dan 18.246 ha pada tahun 1988. Kemudian ada peningkatan sedikit menjadi 21.199 ha di tahun 1992. Data produksi kemenyan tahun 2002-2005 (Tabel 1.) menunjukkan penurunan produksi kemenyan di Sumatera Utara. Apabila keadaan seperti ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan terjadi stagnasi produksi kemenyan. Keadaan yang demikian perlu dicegah dengan jalan menggalakkan penanaman kemenyan oleh masyarakat melalui upaya-upaya penyuluhan. Mengingat selama ini sebagian yang dipergunakan sebagai bahan campuran/bumbu/saus rokok tanpa mengetahui darimana asal-usulnya (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi Kemenyan Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2002-2005

Tahun Luas Tanaman/ Area (Ha) Produksi (ton)

2002 23.162,20 4.853,20

2003 24.249,45 6.241,75

2004 23.482,00 6.425,00

2005 23.517,00 5.807,00

(22)

Syarat Tumbuh Kemenyan

Beberapa syarat tumbuh kemenyan dalam Jayusman, dkk. (1999) sebagai berikut:

Tanah

Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa terhadap jenis tanah, dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol, dan berbagai asosiasinya, mulai dari tanah bertekstur berat sampai ringan dan tanah yang kurang subur sampai yang subur lebih baik. Jenis tanaman ini tidak tahan terhadap genangan, sehingga untuk pertumbuhan memerlukan tanah yang mempunyai porositas tinggi (mudah meneruskan/meresapkan air). Di samping itu yang perlu diperhatikan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Berdasarkan kenyataan di lapangan tanaman kemenyan tumbuh baik pada tingkat pH tanah antara 4-7. Jenis tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang dalam (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Iklim

Tanaman kemenyan memerlukan banyak cahaya matahari dan curah hujan

yang cukup tinggi dan tersebar merata hampir sepanjang tahun berkisar 1916 – 2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata 85,04% dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat

(23)

Topografi

Secara alamiah tanaman kemenyan yang banyak terdapat di Sumatera Utara tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut (dpl), tetapi rata-rata tumbuh pada ketinggian antara 100-700 mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada keadaan lapangan dari mulai datar sampai berbukit-bukit /bergelombang (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Ciri Morfologis Tanaman Kemenyan

Secara morfologis tanaman kemenyan mempunyai ciri-ciri antara lain:

Pohon

Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dan kulit berwarna merah anggur (Jayusman, dkk., 1999). Kulit luar halus sampai retak-retak ke arah vertikal atau berlekuk halus. Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah keunguan. Kayu gubalnya berwarna putih (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Daun

(24)

lebih gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame (Jayusman, dkk., 1999).

Bunga

Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang antara 6-11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm. Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap tahun. Waktu berbunga dimulai pada bulan Nopember, Desember dan Januari. Bunga majemuk, berbentuk tandan atau malai pada ujung atau ketiak daun. Buah masak berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).

Buah dan Biji

Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm. Biji kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras, hal ini dibuktikan buah kemenyan yang masih normal dan buah tida rusak walaupun sudah beberapa bulan jatuh dari pohonnya. Bentuk buah dan biji kemenyan bervariasi sesuai dengan jenisnya. Biji kemenyan toba warna coklat tua dan lebih gelap dibandingkan jenis durame maupun bulu.bentuk buah dan biji dapat digunakan untuk membedakan jenis kemenyan dibandingkan bagian tanaman kemenyan lainnya (daun, batang dan sebagainya) (Jayusman, dkk., 1999).

(25)

atau 245 butir/liter. Daya kecambah biji relatif kecil, yakni ± 35 %. Kulit biji keras yang menghambat perkecambahan oleh karena itu perlakuan yang biasa diberikan waktu mengecambahkan biji adalah menyiram dengan air panas dan merendam sebelum disemaikan (Jayusman, dkk., 1999).

Manfaat Tanaman Kemenyan

Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp, maupun untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).

Waluyo dkk (2001) menyatakan potensi kayu kemenyan yang disadap cukup banyak yang berasal dari tanaman rakyat yang luasnya ± 22.670 ha, sedangkan potensi per hektar ± 130,67 m3. Dengan demikian potensi kayu kemenyan rakyat di Tapanuli Utara sekitar 2.962.288.9 m3, sehingga seandainya rakyat akan meremajakan tanamannya dapat diharapkan pemanfaatannya sesuai dengan potensi yang ada dan menjamin kelangsungan produk kayu.

Penyadapan Getah Kemenyan

(26)

pada bulan Juni-September. Urutan kegiatan menakik adalah sebagai berikut: membersihkan semak-semak yang berdekatan dengan pohon kemenyan yang akan ditakik dengan menggunakan parang, kemudian dilanjutkan membersihkan pohon kemenyan dengan cara mengguris bagian kulit pohon tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan untuk membersihkan lumut yang menempel pada kulit pohon sehingga getah yang dihasilkan tidak kotor (Dede, 1998).

Penakikan dilakukan dengan menggunakan pisau takik “Agat Panugi” dalam bahasa batak. Menakik dilakukan dengan membuat luka pada bagian kulit pada garis vertikal dengan panjang 2-3 cm dengan kedalaman (bergantung pada ketebalan kulit) sampai pada kayunya. Bila pisau tertancap dengan baik pada kulit, kemudian pisau tersebut ditekan kearah kiri atau kanan, sehingga keadaan kulit tersebut terkoak dan terdapat ruangan yang terbuka diantara kulit dan bagian kayu 4 x 3 cm. Kulit kayu yang terkoak dipukul-pukul dengan palu dalam bahasa batak disebut dengan “Agat Panuktuk” sebanyak 5-7 kali secara pelan-pelan, karena terlalu keras atau pelan getah tidak akan keluar (Dede, 1998).

(27)

Pemanenan kemenyan berlangsung 3-4 bulan setelah Penyadapan. Hasil rata-rata dari kemenyan disebut sekitar 0.1-0.5 kg per pohon, suatu pohon yang baik menghasilkan sekitar 1 kg (FAO, 2001). Dalam Penelitian Faradilla (2004), dalam penentuan rataan produksi getah kemenyan per pohon diperoleh rataan 136,076 gram per pohon.

Kualitas Getah Kemenyan

Yuniandra (1998) menyatakan bahwa kualitas kemenyan yang diperdagangkan di daerah Sumatera Utara di kalangan petani, pedagang, serta pengolah dapat dikatakan belum ada suatu standar yang menjadi dasar umum yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir, yaitu :

1. Petani

Disamping perbedaan jenis kemenyan toba dan jenis durame, kemenyan dibedakan juga atas produksi pada masa panen besar (getah mata kasar dan mata halus) serta masa panen menurun (getah tahir dan juru). Kemenyan mata berwarna putih sampai kuning keemasan dan ukuran agak besar. Pada masa membersihkan pohon kemenyan diperoleh kemenyan juror yang agak coklat muda hingga coklat tua. Pada musim menakik diperoleh tahir (sisa-sisa).

2. Pedagang dan Pengolah

(28)

- Kualitas I

Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2 cm.

- Kualitas II

Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.

- Kualitas III

Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.

- Kualitas IV

Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.

- Kualitas V

Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.

- Kualitas VI

Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.

(29)

Kualitas

durame. Sedangkan kemenyan durame tidak terbagi dalam kelas kualitas karena bukan komoditi utama yang diperdagangkan (Sasmuko, 1999).

Tabel 2. Standar Lokal Kualitas Kemenyan

Mutu

Sumber : Standar Industri Indonesia (SII) No. 2044-87

Kegunaan Getah Kemenyan

(30)

Saluran Getah

Istilah saluran getah atau saluran damar sering dikacaukan. Biasanya saluran getah bila terdapat pada kayu daun lebar dan disebut saluran damar bila pada golongan kayu daun jarum. Saluran getah atau saluran damar sering juga disebut sebagai sebagai saluran interseluller (Interseluller canal) karena saluran ini merupakan ruang-ruang antar sel epitel yang memanjang sehingga merupakan saluran. Berdasarkan proses terbentuknya saluran ini terjadi dengan tiga cara yaitu:

1. Lysigenous, dimana satu atau beberapa sel hancur sehingga menjadi

saluran.

2. Schizogenous, disini beberapa sel saling memisahkan diri atau menjauhkan

diri sehingga terbentuk saluran. Sel-sel yang mengelilingi rongga saluran ini membelah-belah diri menjadi sel epitel dan mengeluarkan getah atau kedalam saluran yang bersangkutan.

3. Schizolysigenous, merupakan modifikasi dari kedua cara di atas yaitu

disamping penghancuran juga pemisahan. (Pandit dan Ramdan, 2002).

(31)
(32)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hutan Kemenyan di Desa Bonan Dolok, Kecamatan Sijamapolang, Kabupaten Humbang Hasundutan dan pengukurannya dilaksanakan di laboratorium Teknologi Hasil Hutan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2008.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chain saw, band saw, kaliper, neraca analitik, penangas air, gelas ukur, obyek glass, cover glass, penjepit, pipet tetes, mikroskop, mikrometer, lup dan millimeter blok. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon kemenyan toba (Styrax sumatrana) seperti yang terlihat pada Gambar 2., aquades, safranin 2%, alkohol 30%, 50%, 70%, 95% dan 100%, xylol 100%.

(33)

Metode Penelitian

Pemilihan Pohon

Bahan penelitian diambil dari pohon kemenyan toba (Styrax sumatrana) yang sudah pernah disadap dan pohon kemenyan toba (Styrax sumatrana) yang belum pernah disadap. Pada sampel pohon yang belum disadap terlihat banyak lubang bekas serangan hama.

Pengambilan Contoh Uji

Contoh uji diambil dari tiga bagian batang pohon yaitu bagian pangkal (P), tengah (T) dan ujung (U) berupa lempengan dari masing-masing pohon.

Pembuatan Contoh Uji

Pada setiap bagian batang pohon yaitu bagian pangkal (P), tengah (T) dan ujung (U) diambil bagian kulit dan bagian kayu. Untuk bagian kulit dibuat contoh uji sesuai dengan ketebalan kulit yang diperoleh pada bagian lintang. Untuk bagian kayu dibuat contoh uji dengan penampang lintang dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 10 cm. Masing-masing bagian dibuat 5 buah contoh uji, sehingga jumlah contoh uji dalam pelaksnaan penelitian ini adalah (2 pohon x 3 bagian x 5 cotoh uji) 30 contoh uji.

Kerapatan Kayu

(34)

a. Dihitung volume masing-masing contoh uji

b. Ditimbang contoh uji menggunakan neraca analitik c. Kerapatan kayu dihitung menggunakan rumus:

Kerapatan kayu=

Pembuatan Preparat

Menurut Husein (2004), pembuatan preparat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Contoh uji dibuat berukuran 2x2x10 cm dari bidang lintang. Kemudian contoh uji dilunakkan dengan cara dipanaskan pada penangas.

b. Contoh uji disayat dengan menggunakan cutter.

c. Sayatan direndam dalam safranin selama 5 menit kemudian dicuci dengan

alkohol secara bertingkat, yaitu 30%, 50%, 70%, 95% dan 100% masing-masing dengan waktu ± 15 menit. Untuk pencucian terakhir

menggunakan alkohol 100% yang dilakukan sebanyak dua kali.

d. Agar sayatan benar-benar bersih dari air sayatan, selanjutnya direndam dengan xylol.

e. Sayatan yang baik (tidak robek) ditempatkan di atas obyek glass, lalu ditutup dengan cover glass.

(35)

Pengamatan

Kerapatan Saluran Getah

a. Pengamatan kerapatan saluran getah dilakukan pada penampang lintang dengan menggunakan lup (kaca pembesar) dengan bantuan millimeter blok.

b. Diukur panjang permukaan yang memiliki saluran getah contoh uji (mm).

c. Kerapatan saluran getah dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kerapatan saluran getah =

( )

mm panjang

getah saluran

Diameter dan Panjang Saluran Getah

a. Diameter saluran getah diamati pada preparat sayatan penampang lintang dan radial.

b. Pengamatan diameter saluran getah menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer.

c. Jumlah saluran getah yang diamati 10 buah saluran getah pada masing-masing contoh uji pada bagian lintang dan radial.

Analisa Data

(36)

mengetahui nilai kerapatan saluran getah dan diameter saluran getah terlebih dahulu dihitung nilai rataan, standar deviasi serta koefisien variasi. Nilai rata-rata dapat dihitung dengan persamaaan:

X =

Χ = kerapatan saluran getah; diameter saluran getah

n = jumlah kerapatan saluran getah; diameter saluran getah

Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

S2 =

(

)

Χ = kerapatan saluran getah; diameter saluran getah

X = nilai rata-rata

n = jumlah kerapatan saluran getah; diameter saluran getah

Koefisien variasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(37)

Semakin kecil Kv maka data semakin homogen. Bila KvA (koefisien variasi

kelompok data A) lebih kecil KvB (koefisien variasi kelompok data B) maka

(38)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Geografis

Penelitian ini dilaksanakan pada hutan Kemenyan di desa Bonan Dolok, Kecamatan Sijamapolang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Kabupaten ini dibentuk pada 28 Juli 2003 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 9 tahun 2003. Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada 02001’-02028’LU dan 98010’-98058’BT dengan luas wilayah sebesar 2.335,33 km2 dengan ibukota Dolok Sanggul dan berada di bagian tengah wilayah propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian antara 330-2075 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan tanah yang tergolong datar hanya 11%, landai sebesar 20% dan miring/terjal sebesar 69%.

Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki 10 (sepuluh) kecamatan yaitu mempunyai ibukota yaitu Bonan Dolok I. Kecamatan Sijamapolang terletak pada 201’-2014’LU dan 98031’-98046’BT dengan luas sebesar 177,50 km2.

Batas-batas Lokasi Penelitian

Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan langsung dengan empat kabupaten yaitu:

(39)

- sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Muara, Kecamatan Siborong-borong, dan Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara;

- sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Parmonangan Kabupaten Tapanuli Utara serta Kecamatan Sorkam, Kecamatan Barus, dan Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah; dan

- sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Iklim

Daerah penelitian berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson memiliki tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan (rata-rata) di kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 216,8 mm yang tertinggi pada bulan September dan terendah pada bulan Februari.

Gambar 3. Kondisi Hutan Kemenyan Desa Bonan Dolok (Foto Tahun 2008)

Penduduk

(40)

4.089 ton. Perkebunan kopi terdiri dari 48.45% luas lahan pertanian dan perkebunan. Selain kopi, kabupaten ini juga kaya dengan kemenyan. Dengan luas panen 5.235 Ha menghasilkan 1.278 ton. Luas lahan kemenyan mencapai 23,16%. Pada Tabel 3. memperlihatkan luas Komoditas lainnya adalah karet, kulit manis, kemiri, coklat, kelapa sawit, aren, kelapa, tebu, jahe, cengkeh, dan andaliman. Komoditas pertanian andalan penduduk adalah cabe dengan luas panen 600 Ha menghasilkan 2.923,15 ton. Tanaman cabe mencapai 39,97% lahan pertanian. Selain cabe penduduk juga bertanam kubis, tomat, kentang, sawi, wortel dan bawang merah.

Tabel 3. Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi Kemenyan Menurut Kecamatan Tahun 2005

Kecamatan Luas Tanaman

(Ha) Produksi (Ton)

Sijamapolang 2.450 597,80 2,44

Lintong Nihuta 0 0 0

Humbang Hasundutan 5.235 4.559,28 8,71

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan Kayu Kemenyan Toba

Hasil pengukuran kerapatan kayu kemenyan toba adalah 0,5820 g/cm3 koefisien variasi 0,0787. Kerapatan kayu pohon sampel satu adalah 0,6076 g/cm3 dengan kofisien variasi 0,0616 dan kerapatan kayu pohon sampel dua adalah 0,5564 g/cm3 dengan koefisien variasi 0,0696. Data ini sesuai dengan pernyataan Oey Djoen Seng (1951) dalam www. worldagroforestry.org bahwa kerapatan kayu kemenyan toba terendah yaitu 520 kg/m3 , sedang 650 kg/m3 dan tertinggi 720 kg/m3. Terdapat perbedaan rataan kerapatan kayu pada bagian pangkal, tengah dan ujung pada sampel pohon satu dan sampel pohon dua. Haygreen dan Bowyer (1989) menyatakan bahwa kerapatan kayu dalam suatu spesies bervariasi berdasarkan sejumlah faktor yang meliputi letaknya dalam pohon, letak dalam kisaran spesies tersebut, kondisi tempat tumbuh, dan sumber-sumber genetik. Data mengenai informasi kerapatan kayu kemenyan tiba disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Data Kerapatan Kayu Kemenyan Toba

Pohon Sampel Χ S2 S Kv

1 Pangkal 0.6341 0.00003 0.0055 0.0087

Tengah 0.6299 0.00004 0.0063 0.0100

Ujung 0.5588 0.00019 0.0138 0.0247

Kerapatan Sampel 1 0.6076 0.0014 0.0374 0.0616

2 Pangkal 0.5963 0.00108 0.0329 0.0551

Tengah 0.5457 0.00039 0.0198 0.0362

Ujung 0.5271 0.00055 0.0235 0.0362

Kerapatan Sampel 2 0.5564 0.0015 0.0387 0.0696

Kerapatan kayu

(42)

Kulit Kayu Kemenyan Toba

Hasil pengamatan terhadap kulit kayu kemenyan toba menunjukkan bahwa tidak terdapat saluran getah pada bagian kulit, berbeda dengan jenis tanaman lain yang juga menghasilkan getah atau resin. Pernyataan Mulyani (2006) getah dihasilkan dalam kulit kayu misalnya gom-arab (Gum arabic) dari Acacia senegal dan spesies Acacia yang lain. Latisifer dari Hevea brasiliensis (Gambar 4) terutama dijumpai dalam kulit kayu, tetapi juga terdapat dalam empulur dan daun.

Gambar 4: Diagram Tiga Dimensi Kulit Kayu Hevea brasiliensis, Yang Memperlihatkan Susunan Latisifer Dalam Floem Sekunder (Fahn, 1999).

(43)

Kulit kemenyan juga terdiri dari jaringan penyusun kulit kayu pada umumnya yang terdiri dari floem sekunder, floem primer, korteks dan periderm (Gambar 5). Floem sekunder yang merupakan lapisan kulit bagian dalam. Fahn (1991) menyatakan bahwa Floem primer merupakan jaringan ikatan pembuluh yang dibentuk langsung oleh meristem apikal. Korteks tersusun dari sel-sel parenkima dengan ruang antar sel yang luas. Periderm merupakan jaringan gabus yang membentuk sebuah lapisan pelindung yang menggantikan kulit luar yang mati dan terkelupas.

Gambar 5. Penampang Lintang Kulit Kayu Kemenyan Toba. Perbesaran Dengan Lup. Keterangan Gambar: 1. Floem Sekunder, 2. Floem Primer, 3. Korteks Batang, 4. Periderm

Kerapatan Saluran Getah

(44)

Hasil perhitungan kerapatan saluran getah kemenyan adalah 5,0107 per mm dengan koefisian variasi 0,2246. Kerapatan saluran getah untuk pohon sampel satu 3,8467 per milimeter dengan koefisien variasi 0,1333 dan sampel pohon dua 5,7867 per milimeter dengan koefisian variasi 0,1078. Kerapatan saluran getah sampel pohon dua lebih beragam dari sampel pohon satu. Data hasil pengukuran kerapatan saluran getah kemenyan disajikan pada Tabel 5.

Gambar 6. Saluran Getah Pada Kayu Kemenyan Toba; a dan c Saluran Getah Akibat Kerusakan Mekanis, b dan d Saluran Getah Akibat Serangan Hama. Perbesaran Menggunakan Lup. Keterangan Gambar: 1. Saluran Getah, 2. Pori, 3. Jari-jari

Tabel 5. Kerapatan Saluran Getah Kemenyan Toba per mm

Pohon Sampel Kerapatan Saluran Getah (mm)

X S2 S Kv

1 3,8467 0,2628 0,5126 0,1333

2 5,7867 0,3893 0,6239 0,1078

Kerapatan saluran getah

kemenyan secara umum 5,0107 1,2665 1,1254 0,2246

a b

(45)

Diameter dan Panjang Saluran Getah

Diameter saluran getah diperoleh dari pengamatan penampang lintang kayu kemenyan dan panjang saluran getah dari pengamatan penampang radial kayu kemenyan. Hasil pengukuran dan perhitungan diameter dan panjang saluran getah kemenyan diperoleh diameter saluran getah 154,291 mikron dan koefisien variasi 0,4272. Panjang saluran getah 471,2832 mikron dan koefisien variasi 0,3692.

Diameter saluran getah sampel pohon satu 186,592 mikron dan diameter saluran getah sampel pohon dua 125,309 mikron, panjang saluran getah sampel satu 501,172 mikron dan panjang saluran getah sampel dua 361,3573 mikron. Koefisien variasi pengukuran diameter dan panjang saluran getah diperoleh sampel pohon satu 0,4577 dan 0,3874, sampel pohon dua 0,3363 dan 0,3680 maka hasil pengukuran diameter dan panjang saluran getah sampel pohon dua lebih homogen dari sampel pohon satu. Hasil pengukuran dan perhitungan rataan diameter dan panjang saluran getah kemenyan toba disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Diameter dan Pajang Saluran Getah Kemenyan Toba

Pohon Sampel θ Saluran Getah (μ)

X S2 S Kv

1 186,592 7295,0432 85,4110 0,4577

2 125,309 1775,5626 42,1374 0,3363

Diameter Saluran Getah

Secara Umum 154,291 4345,1798 65,9180 0,4272

Panjang Saluran (μ)

1 501,1720 37688,463 194,1352 0,3874

2 361,3573 17684,8674 132,9845 0,3680

Panjang Saluran Getah Secara

(46)

Berdasarkan hasil pengamatan saluran getah pada kedua sampel pohon bahwa terdapat perbedaan kerapatan, diameter dan panjang saluran getah. Sampel pohon satu kerapatannya lebih rendah dan diameter serta panjang saluran getahnya lebih besar dari pada sampel dua. Berdasarkan analisa data juga dapat diketahui bahwa data saluran getah sampel dua lebih homogen dari sampel satu. Perbedaan tersebut diduga akibat dari proses terbentuknya saluran getah dengan cara yang berbeda yaitu sampel satu secara mekanis (penyadapan) dan sampel dua akibat serangan hama.

Berdasarkan pengamatan dilapangan pada pohon kemenyan bahwa penyebab kerusakan adalah hama penggerek batang. Jayusman dkk. (1999) mengatakan hama yang sering menyerang tanaman kemenyan adalah ulat penggerek batang (Udi-Batak). Ulat menyerang batang muda dengan gejala kulit kemenyan terdapat lubang hasil gerekan kayu. Hama berkembang biak pada lubang gerekan tersebut. Pracaya (2007) mengatakan bahwa hama penggerek batang berasal dari ordo coleoptera, famili cerambycidae. Larva dari famili ini hidup dalam kayu hidup atau yang sudah mati dengan membuat terowongan yang panjang dan berputar-putar.

(47)

Proses Terbentuknya Saluran Getah

Hasil pengamatan dua sampel pohon dalam penelitian dapat dilihat pada sampel pohon satu yaitu pohon yang telah dilakukan penyadapan, pada bagian pangkal dan tengah terdapat saluran getah, namun pada bagian ujung pohon belum dilakukan penyadapan tidak ditemukan saluran getah. Pada sampel pohon kedua belum dilakukan penyadapan tetapi pohon tersebut banyak ditemukan bagian kayu yang terserang hama. Setelah melakukan pengamatan pada bagian pangkal, tengah dan ujung kayu ternyata terdapat saluran getah.

Berdasarkan hasil pengamatan kedua sampel pohon, saluran getah pada kemenyan akan terbentuk ketika terjadi perlukaan baik secara mekanis maupun terserang hama. Menurut Mandang dan Pandit (1997) saluran yang timbul oleh faktor luar disebut saluran traumatik.

Gambar 8: Getah Yang Menempel di Kulit Pada Saat Pemanenan

(48)

secara vertikal 2-3 cm menggunakan agat panugi (alat sadap kemenyan) dan setelah menembus kulit kayu alat tersebut digerakkan keatas dan kebawah sehingga terdapat ruang terbuka antara kulit dan kayu, kemudian diteruskan dengan menutup kembali luka dengan memukul dengan pelan bagian kulit yang telah ditakik. Kegiatan tersebut menyebabkan kerusakan jaringan kambium dan bagian kulit sehingga pohon kemenyan akan membentuk jaringan baru. Pada proses pembentukan jaringan baru inilah diduga diikuti dengan pembentukan saluran getah yang berisi getah kemenyan.

Pada sampel pohon satu proses perlukaan (penyadapan) menyebabkan getah kemenyan mengalir dari saluran getah dan berkumpul di daerah luka dibalik kulit yang dilukai. Pada sampel dua yang diserang hama getah kemenyan hanya terlihat didalam saluran getah. Hal ini diduga juga sebagai penyebab perbedaan kerapatan, diameter dan panjang saluran getah. Sutrian (1992) menyebutkan anggapan para ahli mengenai fungsi getah pada tumbuhan salah satunya adalah bahwa di dalam saluran getah terkandung zat-zat hormon dan enzim dapat berfungsi sebagai alat untuk menyembuhkan atau menutupi luka-luka bagian atau organ tumbuhan.

(49)

terbentuklah periderm didalamnya. Di bawah lapisan protektif ini kambium akan tersusun kembali membentuk jaringan pembuluh yang baru.

Gambar 9. Proses Penutupan Luka Pada Pohon Kemenyan Toba. Keterangan Gambar: 1. Kulit, 2. Xylem, 3. Getah Kemenyan

Fahn (1991) menyatakan kalus dapat juga berkembang, pada permulaan musim tumbuh di sekeliling luka yang terjadi akibat pemangkasan. Dengan terbentuknya terus-menerus oleh kambium, xylem sekunder di daerah tak terluka di sekitar lampang (parut), dan karena peleburan lapisan kambium maka luka itu menjadi tertutup sama sekali. Pembentukan kayu sekunder terus berlanjut sehingga lapisan yang menutupi luka itu terus-menerus menebal.

(50)
(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saluran getah kemenyan toba (Syrax sumatrana) merupakan saluran traumatik yang disebabkan oleh perlakuan mekanis atau serangan hama dan terletak pada bagian kayu (xylem). Hasil pengukuran dan perhitungan kerapatan saluran getah kemenyan toba adalah 5,0107 per mm dengan koefisian variasi 0,2246, rataan diameter saluran getah 154,291 mikron dengan koefisien variasi 0,4272 dan rataan panjang saluran getah 471,2832 mikron dengan koefisien variasi 0,3692.

Saran

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2006. Sumatera Dalam Angka. Provinsi Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik. 2006. Humbang Hasundutan Dalam Angka. Kabupaten

Humbang Hasundutan.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Budidaya Tanaman Kemenyan. Jakarta.

Dede. 1998. Pengelolaan Hutan Rakyat Kemenyan (Styrax sp) Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga. Kehutanan Masyarakat; Beragam Pola Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan; Kerjasama IPB dan The Ford Foundation. CV. Dewi Sri Jaya. Bogor.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Faradilla. 2004. Produksi Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) Berdasarkan

Kelas Umur Pohon di Pahae Julu, Tapanuli Utara. Fakultas Pertanian USU. Skripsi.

Food and Agriculture Organization of the United Nation. 2001. Monograph on Benzoin (Balsamic Resin From Styrax species). Bangkok.

Haygreen, J.G. dan Bowyer, J.L. (1989). Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Jayusman, R. Pasaribu, dan W. Sipayung. 1999. Budidaya Kemenyan (Styrax spp). Pedoman Teknis. Konifera Vol.2 No. 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.

Lubis, Iskandar, H.M., Pandapotan, Nasution., S. Aman., dan A.W.Lubis. 1984. Laporan Akhir Pemeriksaan Mutu Kemenyan Yang Ditanam Oleh Rakyat di Tapanuli Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jendral PendidikanTinggi; Proyek P3T Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.

(53)

Pandit, I. K. N. dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu; Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan baku. Yayasan Penerbit Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pinyopusarerk. 1994. Styrax tonkinensis. Taxonomi, Ecology, Silvicultur and Uses. The Australian Centre For International Agriculture Research (ACIAR). ACIAR Technical Report No. 31. Canberra.

Pracaya, Ir. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sasmuko, S.A. 1999. Kemenyan (Styrax spp.) Jenis Andalan Daerah Sumatera Utara. Konifera No. 1/Thn XV/April/1999. Balai Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar.

Sasmuko, S.A., 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Himpinan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera. Medan.

Sasmuko, S.A., dan R. A. Pasaribu. 2000. Sifat Fisis dan Kimia Beberapa Getah Kemenyan. Konifera No. 3 tahun XV Maret 2000. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.

Siregar. 2004. Metoda Statistika. Penerbit Grasindo. Jakarta

Sutrian, Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan Jaringan). PT Rineka Cipta. Jakarta.

Yuniandra, F. 1998. Pemasaran Getah Kemenyan (Styrax sp.) Di Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara. Kehutanan Masyarakat; Beragam Pola Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan; Kerjasama IPB dan The Ford Foundation. CV. Dewi Sri Jaya. Bogor.

Waluyo, Anas B., dan Nuryana. 2001. Kemungkinan Pemanfaatan Kayu Kemenyan Sadapan. Makalah Seminar Optimalisasi Sumber Daya Hutan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Balai Penelitian Pematang Siantar. Medan.

(54)

Lampiran 1. Diameter dan Tinggi Sampel Pohon Kemenyan

DBH: diameter at breast height

Lampiran 2. Data Hasil Pengukuran Kerapatan Kayu Pohon

Sampel

Bagian Kayu

Ulangan massa Volume Kerapatan

(55)

Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Σ Saluran Getah Pohon

Sampel

(56)
(57)

3 26 5 mm

2

1 30 5 mm

2 32 5 mm

3 33 5 mm

3

1 29 5 mm

2 31 5 mm

3 30 5 mm

4

1 30 5 mm

2 31 5 mm

3 34 5 mm

5

1 34 5 mm

2 35 5 mm

(58)

Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran θ Saluran Getah Sampel

Pohon

Bagian Sampel Ulangan

θSaluran Getah / Penampang Lintang (μ)

(59)

Tengah 1 117.6 88.2 88.2 117.6 147.0 2 88.2 78.4 176.4 107.8 127.4 3 68.6 117.6 117.6 147.0 98.0 4 98.0 107.8 88.2 137.2 78.4 5 98.0 78.4 107.8 98.0 98.0 6 156.8 88.2 196.0 88.2 107.8

7 147.0 117.6 147.0 176.4 88.2

8 88.2 127.4 176.4 196.0 147.0

9 107.8 147.0 107.8 127.4 117.6

10 117.6 98.0 147.0 117.6 127.4

Ujung 1 196.0 196.0 98.0 88.2 88.2

2 117.6 117.6 186.2 147.0 176.4

3 137.2 78.4 147.0 196.0 225.4

4 117.6 215.6 117.6 68.6 98.0

5 107.8 147.0 196.0 98.0 107.8

6 147.0 98.0 225.4 186.2 88.2 7 88.2 88.2 205.8 98.0 147.0

8 205.8 176.4 225.4 176.4 166.6

9 107.8 137.2 245.0 147.0 98.0

(60)

Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Panjang Saluran Getah Sampel

Pohon

Bagian Sampel Ulangan

Panjang Saluran Getah / Radial (μ)

(61)

Tengah 1 637.0 215.6 294.0 294.0 441.0

2 392.0 294.0 343.0 313.6 470.4

3 313.6 313.6 372.4 431.2 735.0

4 274.4 235.2 313.6 686.0 294.0

5 568.4 294.0 274.4 509.6 450.8

6 392.0 372.4 411.6 490.0 411.6

7 343.0 343.0 343.0 411.6 362.6

8 460.6 274.2 470.4 470.4 470.4

9 411.6 313.6 284.2 362.6 313.6

10 392.0 284.2 313.6 382.2 352.8

Ujung 1 343.0 245.0 362.6 215.6 725.2

2 323.4 333.2 323.4 137.2 441.0

3 470.4 196.0 245.0 196.0 460.6

4 803.6 186.2 196.0 196.0 176.4

5 176.4 294.0 215.6 392.0 225.4

6 196.0 343.0 715.4 382.2 450.8

7 215.6 196.0 529.2 274.4 411.6

8 480.2 245.0 294.0 362.6 372.4

9 372.4 362.6 274.4 274.4 441.0

(62)

Gambar

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi Kemenyan Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2002-2005
Gambar 1: Peralatan Yang Digunakan Untuk Penyadapan Kemenyan.                          (Foto FAO 2001)
Tabel 2. Standar Lokal Kualitas Kemenyan
Gambar 2: Sampel Pohon Yang Digunakan Pada Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Rehabilitasi Ruang Kelas MIN Kota Sigli Kankemenag Kab.Pidie yang telah memasuki tahap Pembuktian Kualifikasi untuk itu kami

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan literasi wujud variasi bahasa yang terdapat dalam tayangan Kick Andy episode “Ngelmu sampai Mati”. Metode yang digunakan

bahwa komponen aspek sosial merupakan bagian yang perlu dikaji secara mendalam dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan sehingga dampak negatif akibat

Lembaga Pengelola Penerbitan Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Sebagai tindak lanjut hasil Desk Evaluasi Proposal Baru Penelitian Kompetitif Nasional Tahun 2015, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal

(1) Lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen AMDAL yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan LPK AMDAL yang telah memenuhi

Pemanfaatan Ekosistem Padang Lamun Melalui Inovasi Teknologi Budidaya Ikan Baronang Ramah Lingkungan dalam Mendukung Pengembangan Ekonomi Wilayah di Sulawesi Selatan. 106