• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ASTROFOTOGRAFI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN ASTROFOTOGRAFI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sangat mengapresiasi terhadap waktu, hal tersebut dapat terlihat dalam

firman Allah SWT yang memuat sumpah-Nya tentang waktu, ayat yang sering kita

baca dan dengar dalam berbagai kesempatan. Bahwa, hanya orang-orang yang bisa

memanfaatkan dan menghargai waktu dengan sebaik mungkinlah yang tidak merugi.

Namun demikian Islam tidak hanya sekedar mengapresiasi pentingnya waktu, firman

Allah swt tersebut juga memberikan isyarat kepada umat Islam untuk selalu berpacu

secara nyata dalam memanfaatkan waktu dengan amalan saleh yang melahirkan

kemaslahatan pada diri sendiri maupun umat secara keseluruhan.1

Waktu diciptakan Allah swt untuk menjadi parameter dinamika kehidupan

manusia. Tidak ada makhluk-Nya yang tidak terikat waktu.2 Salah satu sarana untuk mengetahui dan menghitung waktu adalah dengan dibuatnya sistem penanggalan atau

kalender, melalui kalender manusia akan mengetahui hari, minggu, bulan dan tahun

dalam perjalanan hidupnya selama di dunia ini. Ada dua macam sistem penanggalan

yang sangat populer di dunia yaitu sistem penanggalan matahari dan sistem

penanggalan bulan. Sistem penanggalan matahari adalah sistem penanggalan yang

berpedoman bahwa satu hari adalah waktu yang ditempuh oleh bumi untuk berputar

satu kali putaran (rotasi), dan satu tahun adalah waktu yang dibutuhkan bumi untuk

mengelilingi matahari satu kali putaran (revolusi) yaitu 365,2422 hari. Sehinga satu

tahun penanggalan matahari adalah 365 hari atau 366 hari setiap empat tahun sekali,

disebut tahun kabisat apabila bulan Februari 29 hari kemudian satu tahun dibagi

menjadi 12 bulan, dimana satu bulan adalah 30 atau 31 hari kecuali bulan Februari 28

atau 29 hari.

1

Agus Mustofa, Jangan Asal Ikut-ikutan Hisab dan Rukyat :Serial ke-36 Diskusi Tasawuf Modern, (Surabaya, 2003), hlm. 18.

2

▸ Baca selengkapnya: melihat bulan sabit dengan mata kepala yang menandakan datangnya tanggal satu di awal bulan ramadhan adalah pengeretian dari .

(2)

Sistem penanggalan bulan adalah sistem penanggalan yang berpedoman

bahwa satu hari adalah waktu yang ditempuh oleh bumi untuk berputar satu kali

putaran (rotasi), dan satu bulan adalah waktu yang diperlukan bulan untuk

mengelilingi bumi satu putaran yaitu 29,5306 hari sehingga satu bulan adalah 29 atau

30 hari dan satu tahun adalah 12 bulan sehingga satu tahun adalah 354 hari atau 355

hari setiap tiga tahun sekali, semacam tahun kabisat. Berbagai macam kalender yang

pernah ada di dunia, seperti Kalender Qitbi bangsa Mesir, Kalender Maya bangsa

Maya, Kalender Cina, Kalender Jepang, Kalender Julian-Gregorian, dan Kalender

Hijriah kalender umat Islam. Adapun topik pembahasan yang menjadi obyek dalam

pembahasan ini adalah mengenai Kalender Hijriah. Kalender Hijriah atau Kalender

Kamariah (bahasa Arab: ير هلا يو تلا ; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang

digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang

berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan

Kalender Hijriah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi

peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun

622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriah juga

digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan

peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi)

yang menggunakan peredaran matahari.

Sistem kalender Hijriah adalah salah satu sistem penanggalan yang disusun

berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi (kamariah / lunar system). Adapun

mengenai sebutan Hijriah, karena kalender ini dimulai semenjak hijrah (pindah)nya

Rasulullah saw dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah). Pada zaman Rasulullah saw

dalam penentuan awal bulan tidak mengalami masalah yang sangat kompleks seperti

saat ini, khususnya bulan-bulan yang terkait ibadah seperti bulan Ramadhan, Syawal,

dan Dzulhijjah. Metode yang digunakan dalam menentukan awal dan akhir bulan saat

itu adalah dengan menggunakan metode rukyat murni. Hal tersebut dapat terlihat

(3)

ل ْ ع ه ر رْير ْ با ْ ع

:

ل

لا

ص

ه

ْي ع

س

ْ أ

ل

ل

وبأ

س ْلا

ص

ه

ْي ع

س

اوموص

تي ْ رل

ا ر ْفأ

تي ْ رل

ْ ف

ْ ْي ع

او ْكأف

ع

ْ ش

ي َ

.

)

سم ل ف لا ير لا ها ر

(

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Nabi saw bersabda: "Berpuasalah

kalian pada saat kalian telah melihatnya (hilal), dan berbukalah kalian juga

di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung

bagi kalian maka genapkanlah bulan Syakban menjadi 30 hari". (HR.

al-Bukhari dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim).3

ضمر ركذ س ي ع ه ص ه لوسر ا ه ع ه ر ر ع ب ه ع ع

َ ل ف

اومو ت

تح

اْ رت

لَهْلا

َ

ا ر ْفت

تح

هْ رت

ْ ف

ْ أ

ْ ْي ع

ا ر ْ ف

ل

.

)

سم ير لا ها ر

(.

Artinya: Dari Abdillah Ibn Umar r.a. (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw

menebut-nyebut Ramadhan, dan berkata: "Janganlah kalian berpuasa hingga kalian

melihat hilal dan jangan pula berbuka hingga melihatnya (terbit) kembali.

Namun, jika bulan itu tertutup dari pandanganmu, maka kadarkanlah”. (HR.

Al-Bukhari dan Muslim).4

اذإ ل س ي ع ه ص لا ا س ا ع

ْتْيأر

لَ

يذ

ْلا

ارأ

ْك حأ

أ

ْ

ضي

ْكسْ يْ ف

ْ ع

هرْ ش

هر فْظأ

.

)

حا ا وبا سم ها ر

(.

Artinya: Dari Ummu Salamah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila

kalian melihat hilal Dzulhijjah dan salah seorang kalian ingin berkurban,

3

Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyaِ, 1425/2004), ِlm. 346, Hadis No. 1909; Muslim, Sahih Muslim, Bairut: Dar al-Fikr li at-Tiba‟aِ wa an-Nasyr wa at-Tauzi‟, 1512/1992, hlm. 428. Hadis No. 18 (1081) dan 19 (1081).

4

(4)

maka hendaknya dia menahan rambut dan kuku-kukunya (yakni tidak

memotongnya”. (HR. Muslim, Abu Daud dan Ahmad).5

Dari beberapa hadis di atas dengan jelas bahwa di zaman Rasulullah saw

digunakan rukyat sebagai metode penetapan masuk dan berakhirnya bulan kamariah,

khususnya bulan-bulan terkait ibadah. Penentuan bulan kamariah dengan

menggunakan metode rukyat saat itu tidak ada masalah karena umat Islam baru

berada di kawasan Jazirah Arab. Setelah Islam menyebar keseluruh penjuru dunia

seperti saat ini penggunaan metode rukyat memunculkan berbagai persoalan karena

penyebaran umat Islam kini tidak hanya di kawasan Jazirah Arab lagi, dimana jika

menggunakan metode rukyat murni dalam penentuan bulan kamariah akan muncul

masalah dimana apabila hilal terlihat di suatu kawasan namun tidak terlihat pada

kawasan lain, akan menimbulkan perbedaan dalam penetapan awal bulan kamariah.6 Hal itu sering terjadi dalam penetapan bulan-bulan terkait ibadah seperti Ramadhan,

Syawal, Dzulhijjah dan Muharram. Bukan sekedar antar banua atau negara bahkan

dalam satu negara atau kawasan pun perbedaan tersebut dapat terjadi.

Di Indonesia perbedaan awal dan akhir Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

merupakan suatu hal yang dianggap biasa. Perbedaan penetapan awal dan akhir bulan

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sesungguhnya disebabkan karena berbedanya

dasar yang digunakan. Diantaranya ada golongan yang berpegang teguh kepada

rukyat sebagai dasar penetapan. Ada pula golongan yang mendasarkan penetapannya

pada saat terjadi ijtimak matahari dan bulan. Ada lagi golongan yang mendasarkan

pada hisab wujudul hilal. Ada pula golongan yang menetapkan awal bulan dengan

dasar kaidah-kaidah tertentu yang dikenal dengan hisab urfi. Secara garis besar di

Indonesia sendiri ada dua dasar atau metode yang digunakan dalam penentuan awal

bulan kamariah khususnya awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah yakni

5

Muslim, Ibid, hlm. 482, Hadis No. 1977. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyaِ, 1425/2004, ِlm. 447, Hadis No. 2791. Aِmad, Musnad al-Imam Ahmad Ibn Hanbal, Bairut: Mu‟assasat ar-Risalah, 1421/2001, Hadis No. 26554.

6

Syamsul Anwar, Hisab Bulan Kamariah: Tinjaun Syar’i tentang Penetapan Awal

(5)

metode hisab dan rukyat. Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan

organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, dalam hal penentuan awal bulan

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah ketentuan dan putusan dari kedua ormas tersebut

menjadi patokan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya pendukung

masing-masing organisasi. Namun yang sering terjadi ketentuan atau putusan awal

bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sering terjadi perbedaan, sehingga tidak

jarang memunculkan keresahan di tengah masyarakat dan menjadi suatu persoalan

yang belum di temukan solusi tepat dalam penyelesaiannya samapai saat ini, yakni

meyatukan perbedaan dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan

Dzulhijjah di Indonesia. Sehingga muncul suatu gagasan jalan tengah untuk

menyatukan perbedaan anatara metode hisab dan rukyat dalam menentukan awal

bulan Ramadhan, syawal, dan Dzulhijjah yang menggunakan metode Rukyat Qablal

Gurub (RQG) dengan teknik astrofotografi.7

Adanya suatu gagasan untuk menyatukan perbedaan anatara metode hisab dan

rukyat dalam menetukan awal bulan kamariah terutama bulan yang menyangkut

ibadah seperti bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dengan menggunakan teknik

astrofotografi seperti yang dilakukan oleh seorang pakar Astrofotografi kelas dunia

dari Prancis: Thierry Legault. Insinyur yang menjadi konsultan pesawat Boeing,

Airbus dan Aerospace itu memiliki karya-karya hebat dalam hal memotret

benda-benda langit. Di Indonesia sendiri seorang ahli astrofisika Agus Mustofa sangat serius

dalam usaha menyatukan perbedaan metode hisab dan rukyat dalam penetuan awal

bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah di Indonesia, diantara usaha konkrit dari

Agus Mustofa adalah mengadakan seminar, workshop dan festival asrofotografi pada

tanggal 26 – 28 April 2014 di Kota Surabaya yang mengundang Thierry Legault

sebagai nara sumber dalam acara tersebut. Agus Mustofa juga melakukan rukyat hilal

teknik astrofotogarfi bersama dengan Thierry Legault dengan metode Rukyat Qablal

Gurub (RQG) pada awal bulan Ramadhan 1435 Hijriah, hanya saja usaha tersebut

7

(6)

belum berhasil dikarenakan faktor alam Indonesia yang sangat tidak mendukung pada

saat itu, yakni mendung dan berawan tebal.

Keberhasilan rukyat yang dilakukan Ilmuan Perancis Thierry Legault dengan

menangkap hilal pada jarak sudut matahari-bulan (elongasi) terkecil pada saat terjadi

ijtimak seakan memberi harapan baru disatukannya metode hisab dan rukyat dalam

menentukan bulan baru dalam penanggalan kamariah. Thierry Legault berhasil

membuat satu rekor rukyat hilal saat ijtimak dengan elongasi terkecil. Rekor ini

adalah rukyatnya terhadap hilal Jumadil Awal 1431 Hijriah pada hari Rabu, 14 April

2010 M dari Montfaucon, Lot, Perancis, dengan jarak sudut bulan-matahari (elongasi)

4,554º. Kemudian jelang Ramadan tahun 2013 Thierry Legault berhasil kembali

merukyat (dengan teleskop) hilal Ramadhan 1434 Hijriah saat ijtimak pukul 09:14

Waktu Perancis (14:14 WIB) pada hari Senin, 8 Juli 2013 dengan jarak sudut

matahari-bulan 4,6º dari Elancourt, pinggiran kota Paris.8

Keberhasilan Thierry Legault ini di Indonesia bagi beberapa kalangan dirasa

membawa optimisme baru untuk mendekatkan dan mengurangi perbedaan antara

penganut hisab dan penganut rukyat. Optimisme ini memang bukan suatu hal yang

berlebihan dan dalam beberapa kasus benar adanya. Sehingga beberapa pengamat dan

ahli mengusulkan kriteria untuk menentukan awal bulan kamariah baru, yaitu ijtimak

sebelum terbenamnya matahari (Rukyat Qablal Gurub).9

Dasar pemikirannya adalah bahwa saat ijtimak hilal sudah terlihat (dengan

teleskop) dan semangkin membesar menjelang terbenamnya matahari. Meskipun

tidak terlihat dengan mata telanjang, namun hilal sudah ada, buktinya terlihat saat

ijtimak atau beberapa saat kemudian sebelum matahari tenggelam. Ini sisi titik temu

rukyat dengan hisab wujudul hilal. Oleh karenanya sore itu, saat matahari terbenam,

8

Syamsul Anwar, Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Ghurub, dan Penyatuan Kalender Islam, artikel ini disampaikan oleh beliau pada Selasa 29 Jumadil Akhir 1435 H / 29 April 2014 M di Kantor Pusat Muhammadiyah Jakarta atas prakarsa Ketua Umum PP Muhammadiyah mengadakan ceramah hisab dan rukyat (di kantor tersebut) dengan menghadirkan Thierry Legault, ahli astronautika Perancis, bersama Ustaz Agus Mustof. http://efalak.kemenag.go.id/KalenderPerTahun.aspx, di akses pada Kamis, 23 Oktober 2014, Jam 09.00 WIB.

9

(7)

sudah dapat dipandang sebagai bulan baru. Karena ijtimak terjadi sebelum matahari

tenggelam, maka tinggal menggenapkan hari itu hingga sore hari saat di mana

matahari terbenam. Lebih jauh, tempo antara ijtimak dan tenggelamnya matahari di

waktu sore memberi peluang rukyat lebih besar dan karenanya juga lebih

memudahkan dibandingkan rukyat saat matahari terbenam karena peluang rukyat saat

itu amat kecil lantaran hilal berada di ufuk hanya sesaat untuk kemudian terbenam di

balik ufuk. Lebih lanjut menurut pendukung Rukyat Qablal Gurub, saat ijtimak itu

adalah saat berakhirnya bulan berjalan dan mulainya bulan baru. Namun karena hari

berakhir pada sore hari saat terbenamnya matahari, maka hari digenapkan hingga sore.

Penggenapan bulan berjalan dengan melewati keesokan harinya sehingga bulan baru

dimulai lusa, seperti praktik yang terjadi, berarti penggenapan lebih dari 24 jam, dan

penggenapan dengan lebih dari 24 jam itu tidak logis. Penggenapan, sebagaimana

dalam Rukyat Qablal Gurub, hanya dari saat ijtimak hingga sore hari saja dan tidak

melampaui hingga keesokan hari.

Berhasilnya Thierry Legault menerapkan teorinya dalam merukyat bulan

dengan teleskop, dan juga adanya suatu metode yang ditawarkan dalam merukyat

bulan baru yakni menggunakan teknik Astrofotografi dengan metode Rukyat Qablal

Gurub (RQG), dengan merekam dan memotret pergerakan bulan secara visual dan

gambar sebelum matahari tenggelam. Berangkat dari permasalahan tersebutlah

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Astrofotografi dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah : (Studi Terhadap Pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur)

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah terkait dengan

pemahaman Muhammadiyah dan NU terhadap dalil-dalil penggunaan hisab, serta

pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur mengenai

(8)

Dzulhijjah. Ulama yang dimaksud adalah Ulama Majelis Tarjih di Pimpinan

Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur dan Ulama Lajnah Falakiyah di Pimpinan

Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, dimana selain ulama yang berada dalam dua

lembaga masing-masing organisasi tersebut, ulama yang penulis maksud juga

merupakan ahli falak atau hisab.

Berdasarkan fokus masalah di atas, muncul beberapa rumusan masalah.

Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman Ulama Muhammadiyah dan NU tentang dalil

penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah?

2. Bagaimana pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU tentang penggunaan

Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah?

3. Apa saja problem penggunaan teknik astrofotografi dalam penyatuan metode

hisab dan rukyat menurut Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pemahaman Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)

mengenai dalil yang menjadi dasar dalam penggunaan hisab untuk menentukan awal

bulan Ramadha, Syawal dan Dzulhijjah.

2. Untuk mengetahui seperti apa pandangan Ulama Muhammadiyah (Ulama Tarjih

Muhammadiyah) dan Ulama Nahdlatul Ulama (Ulama di Lajnah Falakiyah NU)

tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal,

dan Dzulhijjah.

3. Untuk mengetahui seperti apa problem dalam penggunaan Astrofotografi dalam

penyatuan hisab dan rukyat menurut pengurus Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

(9)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk pertimbangan dalam upaya

menyatukan metode hisab dan rukyat dalam penetuan awal bulan Ramadhan, Syawal,

dan Dzulhijjah, melalui sarana teknologi canggih saat ini.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah, organisasi-organisasi masyarakat Islam, dan lembaga-lembaga yang

terkait dalam penentuan awal bulan Kamariah khususnya bulan-bulan yang

menyangkut peribadatan. Sehingga perbedaan-perbedaan yang terjadi selama ini

dapat diambil jalan tengahnya dengan kesepahaman dalam penggunaan ilmu

pengetahuan dan teknologi saat ini.

E. Tlaah Pustaka Terdahulu

Studi tentang penentuan awal bulan kamariah sebenarnya sudah banyak

dibahas namun secara khusus untuk penggunaan teknik Astrofotografi dalam

penentuan awal bulan kamariah belum pernah dibahas oleh peneliti-peneliti

sebelumnya. Namun, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian

di atas, diantaranya :

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Ali Romadhoni Mahasiswa Fakultas

Syari‟aِ Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009 yang berjudul “Konsep Pemaduan Hisab dan Rukyat Dalam Menentukan Awal Bulan Kamariaِ (Studi atas Pandanُan Ormas Muِammadiyaِ dan NU)”. Skripsi ini fokus mambahas permasalahan yang dikaji adalah, bagaimana konsep pemaduan hisab dan

rukyat untuk menentukan awal bulan Kamariah menurut ormas Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama' (NU). Hasil dari penelitian ini adalah, Pertama, selain

mempertahankan rukyatul hilal, ormas NU dengan kerangka epistemologinya telah

(10)

hisab imkanur rukyat (kemungkinan rukyat) guna menolak kesaksian rukyat yang

terlalu rendah yang kemungkinan tidak menemukan hilal. Kedua, ormas

Muhammadiyah yang dikenal kuat mempertahankan hisab wujudul hilal sudah

mencoba memulai mengkaji proses hisab melalui pendekatan rukyat. Selain itu,

ormas Muhammadiyah menampilkan tanggal 1 bulan Kamariah dengan mendasarkan

kriteria "hilal" sebagai kriteria yang terkait dan didukung oleh ilmu pengetahuan.

Ketiga, baik ormas Muhammadiyah maupun NU, telah memprioritaskan kriteria

imkanur rukyat kontemporer agar secara penerapan keilmiahan didapatkan data hisab

yang mampu sesuai dengan praktik rukyat di lapangan dan rukyat dapat pula tepat

sasaran sesuai dengan data hisab. Kriteria imkanur rukyat tersebut dipandang sebagai

titik temu antara metode hisab dan rukyat. Yaitu bahwa ahli rukyat dari NU telah

melakukan rukyatnya dengan dipandu oleh data-data hisab dari ormas

Muhammadiyah. Adapun ahli hisab dari Muhammadiyah melakukan hisab dengan

tidak melupakan pengalaman rukyat yang memberi batas kriteria imkanur rukyat.

Kedua, ormas Muhammadiyah dan NU telah melakukan kesepakatan pemahaman

secara bersama bahwa epistemologi hisab dan rukyat secara umum adalah bagian tak

terpisahkan dari epistemologi astronomi modern. Hisab yang formulasinya diperoleh

dari hasil rukyat jangka panjang, mampu digunakan dalam pembuatan almanak.

Sedangkan almanak astronomi, pada dasarnya merupakan salah satu produk

evolusi pengetahuan manusia yang memungkinkannya untuk tidak perlu melakukan

penglihatan setiap saat. Begitu juga sebaliknya, NU dan Muhammadiyah bersama

jajaran pemerintah yang terkait, telah menyatakan bahwa penentuan awal Ramadhan,

Syawal, dan Dzulhijah dilakukan berdasarkan metode rukyat dan hisab, dengan

asumsi bahwa kedua metode tersebut adalah metode istinbatul hukmi yang

berkedudukan sejajar. Kedua metode tersebut merupakan komplemen yang tidak

terpisahkan. Masing-masing punya keunggulan, namun juga punya kelemahan kalau

berdiri sendiri.

Kedua, Skripsi yanُ ditulis oleِ Sukirman Maِasiswa Fakultas Syari‟aِ

(11)

“Konsep Kalender Islam Internasional Perspektiَ Moِammad Ilyas”. Skripsi ini membahas atau mendeskripsikan dan menganalisis pendapat Mohammad Ilyas

mengenai Konsep Kalender Islam Internasional. Dari penelitian ini ditemukan

jawaban bahwa konsep Kalender Islam Internasional Mohammad Ilyas masih

terkendala pada Garis Tanggal Kamariah Antar Bangsa (International Lunar Date

Line) yang bersifat tidak tetap setiap bulannya. Kondisi ini berbeda dengan garis

tanggal dalam Kalender Masehi yang menggunakan penanggalan Matahari. Garis

tanggal dalam kalender ini disepakati pada bujur 180°. Pendefinisian masalah hari

untuk memulai tanggal satu dalam Kalender Islam juga masih terkesan rancu, selama

ini pergantian hari pada Kalender Masehi dimulai pukul 00.00, sedangkan dalam

Kalender Hijriah dimulai setelah Magrib.

Ketiga, Tesis yang ditulis oleh Suhardiman Mahasiswa Program Magister

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang tahun 2012 yang berjudul “Kriteria Visibilitas Menurut Pemerintaِ Dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah (Studi tehadap Keputusan Menteri Agama (KMA) Tentang Penetapan awal

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1422 – 1432 H / 2001 – 2011 M)”. Adapun

pembahasan dan hasil penelitian tersebut bahwa kriteria visibilitas hilal yang

digunakan oleh Pemerintah dalam penetapan awal bulan (Ramadِān, Syawal dan

Dzulhijjah) tahun 1422 – 1432 H / 2001 – 2011 M. dapat disimpulkan bahwa (1)

Kriteria awal bulan yang digunakan oleh pemerintah merupakan kriteria yang

didasarkan pada visibilitas hilal atas kesaksian para perukyat yang diuji berdasarkan

hisab yang akuratdan selanjutnya dibahas dalam forum sidang Isbat dan kemudian di

putuskan oleh pemerintah. (2) Kriteria awal bulan dimaksud adalah solusi alternatif

atas perbedaan pendapat dan pandangan yang selama ini terjadi dengan kriteria tinggi

hilal 2 derajat dan umur bulan 8 jam dari saat ijtimak saat matahari terbenam dengan

menggunakan perhitungan sistem hisab Hakiki Tahkiki.

Keempat, Skripsi yang ditulis oleh Eka Yuhendri mahasiswa Fakultas

(12)

Ulama (NU)”. Skripsi ini bertujuan untuk medeskripsikan hadis-hadis hukum tentang rukyat, ditinjau dari sudut pandang kedua ormas Islam (Muhammadiyah & NU).

Hasil penelitian ini adalah usaha mencari korelasi kedua onnas Islam

(Muhammadiyah & NU) dalam melakukan istimbat. Memahami hadis-hadis rukyat

Muhammadiyah memilih menggunakan metode 'hisab' dan Nahdlatul Ulama

menggunkan rukyat disertai imkanur rukyat serta hisab dan rukyat yang memiliki

kelebihan dan kekurangan bahwa hisablah yang relevan untuk penyusunan kalender

hijriah agar dapat saling mengisi satu sama lain.

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Jumiatul Huda mahasiswa Fakultas Sayri‟aِ

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 yang berjudul “Penentuan Awal Bulan Kamariaِ Dalam Perspektiَ Hizbut Taِrir”. Skripsi ini mebahas bagaimana pandangan Hizbut Tahrir mengenai penentuan awal bulan

kamariah yaitu terkait metode yang digunakan oleh Hizbut Tahrir sendiri.

Keenam, skripsi yang ditulis oleh Rizky Wildan Wiguna mahasiswa Fakultas

Sayari‟aِ Universitas Islam Neُeri Sunan Kalijaُa Yoُyakarta taِun 2014 yanُ berjudul “Penentuan Awal Bulan Kamariaِ dan Hari Raya Idul Adha Menurut Muِammadiyaِ”. Skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui metode yang digunakan Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan kamariah dan pandangannya

ketika menentukan hari raya Idul Adha jika dikaitkan dengan pelaksanaan wukuf di

Arafah, dengan menggunakan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan dengan

melihat persoalan yang dikaji dengan berlandaskan teks Al-Qur‟an dan Hadis yanُ

digunakan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan kamariah dan hari raya

Idul Adha.

Ketujuh, Buku-buku, antara lain buku yang berjudul “Fiqiِ Hisab Rukyaِ:

Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penetuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adِa”, buku yanُ ditulis oleh Ahmad Izzudin. Dan buku yang ditulis oleh Agus Mustoَa yanُ berjudul “Janُan Asal Ikut-ikutan Hisab dan Rukyat” 2013, buku ini merupakan suatu media yang digunakan oleh Agus Mustofa untuk memperkenalkan

(13)

sering terjadi selama ini. Selanjutnya buku yang ditulis Agus Mustofa juga yang berjdudul “Menُintip Bulan Sabit Sebelum Maُِrib”, dimana buku ini membaِas bagaimana rekam sejarah perjuangan Agus Mustofa dalam berupaya menyatukan

perbedaan penetapan awal bulan kamariah khususnya awal Ramadhan dan Hari Raya

Idul Fitri maupun Idul Adha, dalam bukunya ini juga Agus Mustofa memperkenalkan

suatu gagasan teknik merukyat hilal dengan menggunakan teknologi Astrofotografi

yang dipadukan dengan metode Ruikyat Qoblal Ghurub (RQG). Selain itu peneliti

juga akan menganalisis teori Thierry Legault, bagaimana Thiery menerapkan teorinya

dalam merukyat bulan dengan teleskop baik yang ada di buku-buku maupun artikel.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini ialah sebagai

berikut :

1. Jenis Penelitian

Skripsi ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Yang bersifat

penelitian deskriptif. Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan

klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan

mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.10 2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah pendekatan

studi kasus. Yaitu penulis mengambil Ulama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama Jawa Timur sebagai objek studi kasus penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah sumber data Primer dan Sekunder.

a. Data Primer pada skripsi ini adalah hasil wawancara kepada Ulama

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur dan data-data atau dokumen

10

(14)

yang berkaitan tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan awal bulan

kamariah khusunya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

b. Indikator Ulama yang Dimaksud:

1. Ulama yang menjadi pengurus Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah

Muhammadiyah Jawa Timur, baik yang masih aktif maupun yang pernah

menjadi pengurus sebelumnya;

2. Ulama yang menjadi pengurus Lajnah Falakiyah Pimpinan Wilayah

Nahdlatul Ulama Jawa Timur, baik yang masih aktif maupun yang pernah

menjadi pengurus sebelumnya; dan

3. Ulama tersebut merupakan seseorang yang paham atau ahli dalam masalah

Ilmu Falak atau Hisab.

c. Data sekunder adalah seluruh literatur yang berhubungan dengan penentuan awal

bulan kamariah secara umum atau literatur lain yang dapat memberikan informasi

tambahan pada judul yang diangkat dalam skripsi ini. Yaitu, buku, majalah, jurnal,

artikel dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

a. Wawancara (Interview) yaitu penulis melakukan wawancara dengan Ulama

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Jawa Timur, untuk

menggali dan mengetahui pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul

Ulama di Jawa Timur mengenai penggunaan Astrofotografi dalam penentuan

bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sebagai objek penelitian penulis,

sekaligus sebagai sumber primer dalam penelitian.

b. Dokumentasi (pengumpulan data melalui studi kepustakaan), yaitu penelitian

kepustakaan dan literatur yang mempunyai relevansi dengan judul baik dari buku,

majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya.

(15)

Teknik analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif. Yang memaparkan

tentang pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur

tentang penggunaan Astrofotografi dalam penentuan bulan Ramadhan, Syawal, dan

Dzulhijjah.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang sistematis dan komprehensip tentang

penggunaan teknik Astrofotografi dalam penentuan bulan Kamariah, maka peneliti

membagi sistematika dalam penyusunan penelitian ini, terdiri dari empat bab.

Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:

Bab pertama merupakan Pendahuluan, yang mengemukakan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua mengenai kajian teori, terdiri dari: 1. Metode penentuan bulan

kamariah, yang meliputi : Pertama, metode rukyat. Kedua, metode hisab. Ketiga,

penentuan awal bulan kamariaِ menurut syar‟i dan astronomi. Keempat,

macam-macam kriteria hilal. Kelima, macam-macam aliran ijtimak rukyatul hilal. 2. Teknik astrofotografi, yang meliputi: Pertama, sekilas tentang teknik astrofotografi dalam

penentuan bulan. Kedua, metode Rukyat Qablal Gurub dengan teknik astrofotografi

sebagai jalan tengah antara hisab dan rukyat. Ketiga, perbedaan rukyat astrofotografi

dengan rukyat yang selama ini dilakukan.

Bab ketiga merupakan pembahasan dan hasil penelitian, yang meliputi:

Pertama, metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam penentuan awal bulan

kamariah. Kedua, pemahaman Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tentang

dalil yang menjadi dasar penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadhan,

Syawal dan Dzulhijjah. Ketiga, pandangan Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul

Ulama di Jawa Timur tentang penggunaan astrofotografi dalam penentuan awal bulan

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Keempat, problematika dalam penggunaan

(16)

Bab keempat merupakan penutup, yang meliputi: kesimpulan, saran-saran,

dan dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang dianggap penting

(17)

SKRIPSI

OLEH:

AHMAD BAHRIYANTO

NIM: 201110020311033

JURUSAN SYARI’AH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(18)
(19)
(20)

ُرِيَخ

ِساَنلا

ِمُهُنَسِحَأ

ًاقُلُخ

ِمُهُعَفِنَأَو

ِساَنلِل

“Sebaik-baik manusia itu, ialah yang paling baik budi

pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia lain”

“Hidup Semangat Untuk Hidup Yang Bermanfaat”

“Jika Kamu Berbuat Baik (Berarti) Kamu Berbuat Baik Bagimu Sendiri Dan Jika Kamu Berbuat Kejahatan, Maka Kejahatan Itu

Bagimu Sendiri”

(21)

Maha Esa kepadaku, wujud rasa syukurku kepda-Nya, aku persembahkan sebuah karya ini kepada Ibuku tercinta Entun yang selalu menjadi motivator bagi penulis, atas ketulusan kasih beliau penulis mampu bertahan dalam perjuangan dibangku kuliah samapai detik ini, kepada Bapakku tercinta Jenon yang selalu menjadi inspirator bagi penulis dalam perjuangan hidup ini, kepada andi-andiku Kaka Thaher, Kakak Muhammad Minal, Kakak Tabal, Kakak Basrani, dan okongku Titi Aprilianingsih serta seluruh keluarga besar di Lomu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung perjuangan penulis dalam studi.

Kepada Keluarga Jopasimku Mamo Yanti, Mas Yoryan Erick Pradana, Mbak Yoryan Ellisa Thanya Putri, Kakung dan Uty yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam setiap usaha dan perjuangan penulis untuk menggapai cita-cita dan impian.

Kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Paser yang selalu memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis selaku kader Daerah.

(22)
(23)

ْ م ، ل ْعأ يس سفْ أ رْ رش ْ م ه ب ذْو ،هرفْغتْس ْي تْس ه ْ ه ْ ْلا إ

، ل كْيرش َ ه ْح ه َإ لإ َ ْ أ هْشأ ، ل ي َف ْل ْضي ْ م ، ل لضم َف ه ه ْهي

لْوسر ه ْ ع ًا م أ هْشأ

.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ramhat dan inayah-Nya sehingga segala halangan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini dapat penulis hadapi dengan berbesar hati dan ikhtiar sehingga skripsi dengan judul “Penggunaan Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal Dan Dzulhijjah (Studi Terhadap Pandangan Ulama Muhammadiyah dan NU Jawa Timur)” dapat teselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk melaksanakan ujian akhir demi mencapai gelar Sarjana Syari‟aِ pada Aِwal Syakِsِiyyaِ Jurusan Syari‟aِ Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih ada kekurangan-kekurangan yang diakibatkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehingga penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, siap menerima kritik dan saran yang membangun dari pihak manapun demi menjadikan skripsi ini lebih baik karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan dengan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, penulis berharap dapat menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu pengetuan yang penulis geluti.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerjasama yang telah diberikan oleh berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan pengahargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang beserta jajarannya;

2. Drs. H. Faridi, M.Si, selaku dekan Fakultas Agama Islam Univeristas

(24)

tim penguji pada Skripsi ini;

4. Drs. Muhammad Sarif M.Ag., selaku Pembimbing I yang memberikan

bimbingan dan petunjuk kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dan salah satu tim penguji pada Skripsi ini;

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis di

berbagai mata kuliah dari awal hingga akhir studi di Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah malang;

6. Seluruh pegawai akademik Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Malang yang selalu memberikan pelayanan terbaiknya;

7. Drs. Akh. Mukarrom, M.Hum., Drs. H. Fathurrohman Sany, Afifun Nidlom

selaku Pengurus Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa

Timur sekaligus sebagai responden dalam penelitian ini;

8. K.H. Sofiyullah, M.Si., Dr. H. Abd. Salam Nawawi, M.Ag., dan A. Afif

Amirullah, M.Ag., Selaku Ketua Lajnah Falakiyah dan Sekretaris Lajnah

Falakiyah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur sekaligus sebagai

responden dalam penelitian ini;

9. Ayah dan Ibu tercinta (Jenon dan Entun) yang senantiasa berusaha dengan keras, mendo‟akan setiap lanُkaِ yanُ penulis tempuِ, serta menjadi inspirasi bagi penulis untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan maksimal. semoُa Allaِ Ta‟ala senantiasa ridِo dan inayaِ, kebaِaُiaan serta memberikan kesehatan kepada beliau dan juga kepada saudara-saudara penulis

(Kakak Thaher berserta istri, Kakak Muhammad Minal beserta istri, Kakak

Tabal beserta suamai, Kakak Basrani beserta istri dan Adik Titi beserta suami)

serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung setiap perjuangan

penulis;

10.Sukra M.Aُ., Suyutِi, Ismail Ja‟َar S.Aُ., dan Ir. Widodo serta seluruِ

(25)

mempermudaِ penulis mendapatkan buku “Almanak Hisab Rukyat” dan referensi lain di Pengadilan Tinggi Agama Daerah Istimewa Yogyakarta;

12.Sahabat-sahabatku Mamo Suryanti, Harun Abd. Rasyied, Wahyu Priambodo

Situbondo yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian

dan wawancara skripsi ini serta senantiasa mendukung dan menghibur

penulis;

13.Teman-teman terbaikku “Keluarُa Es-Teller” Syari‟aِ B, yanُ selalu

memberi inspirasi dan motivasi bagi penulis, dimana kurang lebih empat

tahun penulis melewati hari-hari bersama keluarga Es-Teller dengan rasa suka

cita bersama dalam perjuangan menimba ilmu di Almamater tercinta

Universitas Muhammadiyah Malang.

14.Seluruh teman-teman angkatan 2011 Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Malang; dan

15.Seluruh warga masyarakat yang tak dapat penulis sebutkan namanya yang

turut andil dalam penelitian penulis serta pihak-pihak yang lain tak sempat

penulis sebutkan.

Meskipun ucapan itu tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah diberikan kepada penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya, Aamiin.

Malang, 20 April 2015

Penulis

(26)

penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor:

158/1987 dan 05936/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf

Latin Nama ا ج ذ ر س ص ظ ع Alif Ba‟ Ta‟ Tsa‟ Jim Ha‟ Kha Dal Dzal Ra‟ Zai Sin Syin Shod Dhot Tِo‟ Zِo‟ „Ain Ghain Tidak ada b t s j h d z r z s sy s d t z „ g f Tidak ada be te

es(titik di atas)

je

ha(titik di bawah)

ka & ha

de

zet(titik di atas)

er

zet

es

es & ye

es(titik di bawah)

de(titik di bawah)

te(titik di bawah)

zet(titik di bawah)

koma terbalik atas

(27)

ل ه ء ي Lam Mim Nun Waw Ha Hamzah Ya‟ m n w h „ y „el „em „en w ha apostrof ye

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

ةد عتم ع ditulis ditulis Muta’addidah ‘iddah

III.Ta’marbutah diakhir kata

1. Bila dimatikan tulis h ح ي ج ditulis ditulis Hikmah Jizyah

(ketentuan tersebut tidak berlaku untuk kata-kata arab yang diserap ke dalam

bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecualai jika

dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila diikuti kata sandanُ „al‟ serta bacaan kedua itu terpisaِ, maka

ditulis h

ءاي و اا ما ك ditulis Karamah al-auliya

3. Bila ta‟marbutaِ ِidup atau denُan ِarakat, َatِaِ, kasraِ, dammaِ

(28)

_____ ____ _____ ____ ____ ____ fathah kasrah dammah dibaca dibaca dibaca a i u

V. Vokal Panjang

1

2

3

4

Fathah+alif ي حج Fathah+ya mati يسنت Kasrah+ya mati مي ك Dammah+wawmatiدو ف

ditulis ditulis ditulis ditulis jahiliyyah tansa karim furud

VI.Vokal Rangkap

1

2

Fatahah ya mati م نيب Fathah waw mati

وق

ai

bainakum

au

qaul

VII. Kata Sandang Alif+Lam

a. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis denُan menُُunakan “l” ا ق ا ق ا ditulis ditulis Al-Qur’an Al-Qamar

b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf syamsiyah

(29)

IX.Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

1. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur‟an, ِadis, mazِab,

syariat, lafaz.

2. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh

penerbit, seperti judul buku al-Ḥijāb.

3. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negera

yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri

Soleh.

4. Nama penerbit di Indonesia yang mengguanakan kata Arab, misalnya

(30)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI………ii

LEMBAR PENGESAHAN………...…….iii

MOTTO………..……iv

PERSEMBAHAN………..…..v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………..……vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………xi

DAFTAR ISI...xv

DAFTAR GAMBAR………..……xviii

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN………..xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manَaat Penelitian……….…..9

E. Tlaah Pustaka Terdaِulu………..……9

F. Metode Penelitian………...………13

(31)

a. Pengertian Rukyat………..17

b. Cara Melakukan Rukyatul Hilal dalam Menentukan Awal Bulan Kamariah………...….18

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Rukyat………...……….19

2. Metode Hisab………...………19

a. Penُertian Hisab………..……..19

b. Sejarah dan Perkembangan Metode Hisab……….…………21

c. Macam-Macam Hisab yang Digunakan dalam Menentukan Awal Bulan Kamariah……….………22

d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Hisab………..…24

3. Tinjauan Syar‟i dan Astronomi dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah...25

4. Macam-macam Kriteria Hilal………..………31

a. Rukyatul Hilal………...……….31

b. Wujudul Hilal……….32

c. Imkanur Rukyat……….……….33

d. Rukyat Global………35

e. Kriteria LAPAN……….………35

5. Macam-macam Aliran Ijtimak Rukyatul Hilal………...…….36

a. Aliran Ijtimak Semata………38

b. Ijtimak dan Posisi Hilal di Atas Ufuk………...………….41

B. TEKNIK ASTROFOTOGRAFI 1. Penُertian………...……..44

2. Teknik Astrofotograَi Dalam Penentuan Bulan………..….…46

a. Penerapan Teknik Astrofotografi………...………46

b. Kelebihan Metode Rukyat Qablal Gurub………...……51

(32)

1. Metode Muhammadiyah Dalam Penetuan Awal Bulan Kamariaِ…..55

2. Metode Nahdlatul Ulama Dalam Penetuan Awal Bulan Kamariah....59

B. Pandangan Ulama Muhammadiyah Dan NU Tentang Penentuan Awal

Bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah……….…63

1. Pemahaman Ulama Muhammadiyah Terkait Dalil-dalil Dalam

Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah...63

a. Pemahaman Terkait Ayat-ayat Tentang Penentuan Awal Bulan

Kamariah...63

b. Pemahaman Ulama Muhammadiyah Tentang Hadis

Estimasikanlah dan Istikmalkanlah...67

c. Pandangan Ulama Muhammadiyah Tentang Penerapan Sains dan

Teknologi Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah...68

2. Pemahaman Ulama Nahdlatul Ulama Terkait Dalil-dalil Dalam

Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah...70

a. Pemahaman Nahdlatul Ulama Terkait Ayat-ayat Tentang

Penentuan Awal Bulan Kamariah...70

b. Pemahaman Ulama Nahdlatul Ulama Tentang Hadis

Estimasikanlah dan Istikmalkanlah...73

c. Pandangan Ulama Nahdlatul Ulama Tentang Penerapan Sains dan

Teknologi Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah...75

C. Pandangan Ulama Muhammadiyah Dan NU Tentang Penggunaan

Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan

Dzulhijjah……….…..76

1. Pandangan Ulama Muhammadiyah Tentang Penggunaan

Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan

(33)

Menggabungkan Antara Metode Rukyat Dan Hisab...…………..79

2. Pandangan Ulama Nahdlatul Ulama Tentang Penggunaan Astrofotografi

Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan

Dzulhijjah………...80

a. Penggunaan Astrofotografi Dengan Metode Rukyat Qablal Gurub

Sebagai Jalan Tengah……….80

b. Rukyat Qablal Gurub Dengan Teknik Astrofotografi

Menggabungkan Antara Metode Rukyat Dan Hisab……...……..81

D. Problematika Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik

Astroftografi...82

1. Problem Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik

Astroftografi Menurut Ulama Muhammadiyah...82

2. Problem Dalam Penyatuan Rukyat Dan Hisab Dengan Teknik

Astroftografi Menurut Ulama Nahdlatul Ulama...84

E. Analisis Hasil Penelitian………..………..85

1. Metode Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Penentuan Awal

Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah...85

2. Pemahaman Ulama Muhammadiyah dan NU Terkait Dalil-dalil Dalam

Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah...86

3. Tentang Penggunaan Astrofotografi Dalam Penentuan Awal Bulan

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah...92

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran-saran...100

B. Saran-saran...102

DAFTAR PUSTAKA...103

(34)

Gambar 2. Visibilitas ِilal kriteria imkanur rukyat…………..……...…………..34

Gambar 3. Kriteria rukyat ُlobal………..…...………..35

Gambar 4. Peristiwa Ijtimak (konjungsi)………...………38

Gambar 5. Teleskop Legault, Thierry Legault berburu bulan sabit muda pada sianُ ِari………..………..47 Gambar 6. Teleskop Elsasser, Elsasser pemburu bulan sabit muda siang hari..…48

Gambar 7. Bulan sabit sebelum ijtimak bulan Dzulqaidah 1433 Hijriyah. Bulan sabit tua yanُ dipotret sianُ ِari oleِ Observatorium Bosscِa………49

Gambar 8. Crescent Legault……….………..…50

(35)

Lampiran 01. Riwayat Hidup Penulis.

Lampiran 02. Transkip wawancara dengan Drs. H. Fathurrohman Sani.

Lampiran 03. Transkip wawancara dengan Drs. H. Akh. Mukarrom, M.Hum.

Lampiran 04. Transkip wawancara dengan Afifun Nidlom, M.Ag.

Lampiran 05. Transkip wawancara dengan K.H. Sofiyullah, ST., M.Si.

Lampiran 06. Transkip wawancara dengan Dr. H. Abd. Salam Nawawi M.Ag.

Lampiran 07. Transkip wawancara dengan A. Afif Amirullah, M.Ag.

Lampiran 08. Biodata para responden.

Lampiran 09. Surat izin penelitian/wawancara di Majleis Tarjih Pimpinan

Wilayah Muhmmadiyah Jawa Timur.

Lampiran 10. Surat izin penelitian/wawancara di Lajnah Falakiyah Pimpinan

Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur.

Lampiran 11. Surat izin pinjam buku “Almanak Hisab Rukyat” di Penُadilan Tinggi Agama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lampiran 12. Berita acara seminar proposal skripsi.

Lampiran 13. Berita acara bimbingan skripsi.

Lampiran 14. Foto-foto saat melakukan wawancara.

Lampiran 15. Perbandingan potensi masalah pada ketiga metode Ijtimak Qablal

Gurub, Wujudul Hilal & Imkanur Rukyat, berdasar data ijtimak

akhir Syakban selama 30 tahun, 2010 s/d 2040.

Lampiran 16. Titik-titik lokasi rukyat tim Astrofotografi awal Ramadhan Tahun

(36)

Al-Qur‟an Terjemaِ, 2005, Departemen Agama Repiblik Indonesia, Al-Qur‟an

dan Terjemahnya, Bandung.

Ibnu Kastir, al-Hafiz Abul Fida, 1418 H, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Cet. II,

Maktabah Darus Salam.

Literatur Hadis

Bukhari, 1425/2004, Sahih al-Bukhari, Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyaِ.

Muslim, 1412/1992, Sahih Muslim, Bairut: Dar al-Fikr li at-Tiba‟aِ wa an-Nasyr

wa at-Tauzi‟.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fathul Baari bi Syarah Shahih al-Bukhari, Bairut: Darul Ma‟riَat.

Nawawi, Yahya Ibn Syaraf, 1416 H, Syarah Shahih Muslim, Darul Kahair.

Literatur Buku Falak Dan Hisab

Al-Atsary, Abu Yusuf, Pilih Hisab atau Rukyat, Solo: Pustaka Darul Muslim.

Anwar, Syamsul, 2014, Diskusi & Korespondensi Kalender Hijriah Global, Cet.

I, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

______________, 2011, Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi, Cet. I,

Yogyakarta: Suara MUhammadiyah.

Aqil, Banadji, 2003, Kalender Urfi Tahun 0 s.d 12.00 M/0 s.d 12.400 H, Jakarta:

Yayasan al-Hikam Jakarta.

Azhari, Susiknan, 2008, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet. III, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

_______________, 2007, Hisab dan Rukyat: Wacana untuk Membangun

Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Cet. I, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

_______________, 2002, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia, Cet. I,

(37)

Departemen Agama RI, 1998, Almanak Hisab Rukyat, Direktorat Jendral

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

________________, 2000, Jurnal Hisab Rukyat, Direktorat Jendral Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam.

Djamaluddin, Thomas, 2011, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Ummat,

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Djambek, Saadoe‟ddin, 1976, Hisab Awal Bulan, Cet. I, Jakarta: Tintamas.

Habibi, Bakhruddin Jusuf, 1994, Rukyat Dengan Teknologi: Mencari Kesamaan

Pandangan Tentang Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal, Jakarta:

Gema Insani Press.

Izzuddin, Ahmad, 2007, Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah

Dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Jakarta:

Erlangga.

Jamil, Ahad, 2009, Ilmu Falak: Teori & Aplikasi, Jakarta: Amzah.

Jaelani, Achmad dkk, 2012, Hisab Rukyat Menghadap Kiblat: Fiqh, Aplikasi,

Praktis, Fatwa dan Sofware, Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Mahkamah Agung RI, 2007, Almanak Hisab Rukyat, Direktorat Jendral Badan

Peradilan Agama.

Mustofa, Agus, 2013, Jangan Asal Ikut-ikutan Hisab & Rukyat, Serial ke-36

Diskusi Tasawuf Modern, Surabaya: Padma Press.

_________________, 2014, Mengintip Bulan Sabit Sebelum Maghrib: Sebuah

Perjuangan Membangun Kebersamaan Umat Melalui Teknik

Astrofotografii, Serial ke-39 Diskusi Tasawuf Modern, Surabaya:

Padma Press.

M.S.L., Toruan, 1961. Pokok-pokok Ilmu Falak, Semarang: Banteng Timur.

(38)

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Supriatna, Encup, 2007, Hisab Rukyat & Aplikasi, Bandung: PT Rafika Aditama.

Tim Penyusun, 2009, Pedoman Hisab Muhammadiyah, Cet. II, Majelis Tarjih

Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Tim Penyusun, 2013, NU Menjawab Problematika Umat: Keputusan Bahtsul

Masail PWNU JAwa Timur 1991-2013, Surabaya: Bina Aswaja.

Literatur Buku Umum

Abdurrahman, Asjmuni, 2011, Qawa’id Fiqhiyyah: Arti sejarah dan Beberapa Qa’idah Kulliyah, Cet. III, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. ___________________, 212, Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Metodologi dan

Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al-khalafi, Abdul Azhim bin Badawi, 2011, al-Wajiz: Ensiklopedi Fiqih Islam

dalam al-Qur’an dan as-Sunnah as-Shahihah, Cet. VI, Jakarta:

Pustaka as-Sunnah.

Bakhtiar, Laleh, 2005, Ramadhan Itu…: Ulasan-ulasan yang Tercerahkan,

Surabaya: Risalah Gusti.

Nugroho, Yusuf Amin, 2012, Fiqh al-Ihktilaf NU & Muhammadiyah, Wonosobo.

Rusyd, Ibnu, 1989, Bidayatul Mujtahid: Analisa Fiqih Para Mujtahid, Jilid 1,

Jakarta: Pustaka Amini.

Sanapiah, Faisal, 2003, Format-Format Penelitian Social, Dasar-Dasar dan

Aplikasinya, Jakarta.

Naskah Keputusan

Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 2 tahun 2004 tentang Penetapan

Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah.

Laporan Sidang Pleno Musyawarah Nasional Tarjih Ke-26 Di Padang Sumatera

Barat Tahun 2003.

(39)

http://id.wikipedia.org/wiki/Astrofotografi., di Akses pada ِari Jum‟at, tanُُal 15

Januari 2015, Jam 17.20 WIB.

http://www.sangpencerah.com/2014/04/astrofotografi-theiery-legault-dan.html., di

Akses pada hari Sabtu tanggal 24 Januari 2015, jam 5.30 WIB.

http://efalak.kemenag.go.id/KalenderPerTahun.aspx, di akses pada Kamis, 23

Oktober 2014, Jam 09.00 WIB.

Video

Agus Mustofa, Video Astrofotografi Cara Modern Menentukan Awal Ramadhan,

diakses pada Tanggal 30 Januari 2015, www.youtube.com.

Bara Ilmika, Video Talkshow Astrofotografi Bersama Thierry Legault & Agus

Mustofa, diakses pada Tanggal 30 Januari 2015, dari

www.youtube.com.

CASA Assalaam, AR Sugeng Riyadi , Live Rukyat Hilal Awal Syawwal 1435 H -

CASA Assalaam & Kominfo, diakses pada Tanggal 30 Januari 2015,

www.youtube.com.

Da'wa Video, Rukyat Hilal Ramadhan 1435 Hijriah di Solo, diakses pada Tanggal

30 Januari 2015, www.youtube.com.

Humas HAAJ, Pertemuan Rutin 11 – Astrofotografi Part 1, diakses pada Tanggal

30 Januari 2015, www.youtube.com.

Humas HAAJ , Pertemuan Rutin 11 - Astrofotografi Part 2, diakses pada Tanggal

30 Januari 2015, www.youtube.com.

Televisinet, Astrofotografi Live Titik 1 Aceh, Penetapan Awal Ramadhan 2014,

diakses pada Tanggal 30 Januari 2015, www.youtube.com.

Televisinet, Astrofotografi Cara Modern Menentukan Awal Ramadhan, diakses

Referensi

Dokumen terkait

Metode penetapan awal Ramadhan dan Syawal (hari Raya) yang dalam sejarah diilustrasikan hanya menggunakan murni rukyah al-hilal pada gilirannya perlu direkonstruksi

Dari penjelasan segi bahasa, pengertian rukyah global 41 adalah kriteria penentuan awal bulan yang menganut prinsip bahwa jika satu wilayah penduduk negeri

Pengaruh fenomena alam terhadap pengambilan keputusan penetapan awal Ramadhan dan Syawal pada Jamaah an-Nadzir sangat signifikan pengaruhnya, sebab meski hisab tidak

Pondok pesantren Mahfilud Duror menggunakan metode hisāb ‘urfi Khomasi dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal, yakni dengan menghitung lima hari dari Ramadhan

Kedua, Dampak yang disebabkan oleh dualisme perbedaan pe nentuan awal bulan syawal 1427 H di organisasi ke aga maan NU berbeda-beda dan diklasifikasikan se bagai berikut: (1)

Jarak antara bulan Syawal (bulan setelah bulan Ramadhan) menuju kebulan sya’ban (bulan sebelum Ramadhan) itu terdapat 5 bulan yang berumur 30 hari, sedangkan rata- rata

Jika seseorang bertanya, “Yang manakah lebih utama; sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan atau sepuluh hari awal Dzulhijjah?” Pendapat sebahagian ‘ulama ialah bahawa hari-hari

Penetapan awal bulan Syawal 1433 H seperti proses yang akan dilakukan dalam sidang itsbat awal Ramadan 1433 H, yang pada tanggal 29 Ramadhan 1433 H atau dalam kalendar taqwim standart