I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan industri nasional. Industri makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi 34,35 persen atas pertumbuhan industri nasional non-migas berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tahun 2010. Pertumbuhan tersebut diiringi dengan volume peningkatan penjualan pada tahun 2007 yang mencapai Rp 383 triliun, volume tersebut meningkat sampai dengan 58 persen pada tahun 2010 yaitu mencapai Rp 605 triliun (GAPMMI, 2011).
Industri roti atau bakery merupakan salah satu jenis industri yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Industri roti di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Industri roti rumahan (home industry), biasanya produk roti yang dikeluarkan tanpa merek dagang dengan area distribusi mencapai 20 km, (2) industri roti masal (industrial), industri ini tidak terlalu banyak dengan area distribusi 100-150 km, dan (3) Industri Boutique Bakery, ditandai dengan adanya toko sendiri dan oven biasanya ada di toko serta menjual jenis kue juga (Halomoan, 2007)
Roti tidak lagi hanya menjadi bahan makanan tambahan, tetapi sudah dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Berdasarkan data Kemenperin (2010) industri roti dan sejenisnya telah mampu menghasilkan output total sebesar Rp 7,69 triliun dengan nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 2,29 triliun dari 718 perusahaan yang terdaftar.
mutu produk yang berkualitas serta pelayanan yang memuaskan bagi konsumen. Hal tersebut tidak lepas dari peranan pemasok bahan baku yang berkomitmen untuk menjaga agar pengiriman pasokan tidak terhambat, serta waktu pengiriman yang tepat sehingga proses produksi dapat tercapai.
Salah satu roti produksi PT NIC adalah roti tawar spesial (RTS), RTS merupakan roti tawar yang mempunyai perbedaan rasa dengan roti tawar lainnya yaitu tidak terdapat tambahan cokelat atau kismis sehingga banyak konsumen yang menyukainya. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), menunjukkan pada tahun 2005 konsumsi nasional roti tawar sekitar 460 juta pcs. Angka ini meningkat sebesar 61 persen pada tahun 2008 sehingga menjadi sekitar 742 juta pcs (Mulyadi 2010). Permintaan RTS sebesar 2.359.926 pcs untuk bulan Februari 2011, 2.724.121 pcs untuk bulan Maret 2011 dan 2.592.915 pcs untuk bulan April 2011. Permintaan tersebut sangat signifikan apabila dibandingkan dengan permintaan roti tawar lainnya di PT NIC seperti Roti Tawar Kupas (RKU) yang rata-rata hanya sekitar 900.000 pcs perbulan.
Saat ini konsumen roti tidak lagi identik dengan masyarakat perkotaan tetapi juga sudah merambah ke masyarakat pedesaan. Roti yang dihasilkan PT NIC didistribusikan ke agen, regular outlet seperti supermarket, minimarket dan Proviand en Drank/P&D, serta institusi pemerintah dan pendidikan. Perusahaaan telah menerapkan manajemen rantai pasokan yang merupakan konsep atau mekanisme dalam koordinasi, kooperasi, dan kolaborasi antar pemasok, manufaktur, dan jaringan dari distribusi dan ritel.
Pada saat ini PT NIC belum memiliki suatu sistem penilaian kriteria pemasok yang sudah baku. Selama ini PT NIC melakukan pemilihan dan penilaian pemasok bahan baku berdasarkan kepercayaan dan hubungan yang telah terjalin antara PT NIC dengan pemasok yang sudah ada, sampai saat ini analisis yang memadai terhadap kriteria pemasok dan pemilihan pemasok belum dilakukan di PT NIC.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian ”Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT NIC)”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi rantai pasokan untuk produk RTS di PT NIC? 2. Bagaimana proses pemilihan pemasok bahan baku yang selama ini
dilakukan oleh PT NIC?
3. Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah:
1. Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC.
2. Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC.
3. Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan menemukan solusi sebagai perwujudan dari aplikasi ilmu yang diperoleh.
2. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dan masukan mengenai bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan, menjaga hubungan kerjasama dengan pemasok dan pelanggannya.
3. Bagi ilmu pengetahuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rantai Pasok
Rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan. Mata rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang atau jasa tersebut (Indrajit, 2002).
Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang dari bahan dasar sampai bahan jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit, 2002). Gambar 1 menunjukkan aliran yang terjadi pada rantai pasokan.
Gambar 1. Aliran rantai pasokan (Heizer dan Render, 2006)
Menurut Chopra dkk. (2001), tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan. Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Dalam sebuah rantai pasokan, jaringan
Informasi Penjadwalan Konsumen Arus Kas
Pemasok
Arus Pesanan
Persediaan Persediaan
Pemasok Pemasok
Perusahaan Manufaktur
Arus Kredit Arus Bahan Baku
Konsumen Persediaan
Persediaan
perusahaan-perusahaan secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Strategi rantai pasokan adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasokan yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada rantai pasokan tersebut (Pujawan 2005). Strategi tidak bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang diharapkan akan tercapai, untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka rantai pasokan harus bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. 2.2. Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen rantai pasokan adalah sebuah sistem untuk membuat suatu produk dan menyampaikannya kepada konsumen dari sudut struktural (Kalakota, dalam Irghandi, 2008). Menurut Irghandi (2008) munculnya manajemen rantai pasokan dilatar belakangi oleh 2 (dua) hal pokok, yaitu:
1. Praktik manajemen logistik tradisional pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif
2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat.
Kuatnya sebuah rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak akan banyak berarti apabila pemasoknya tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu (Pujawan, 2005). Menurut Jebarus dalam Yusman (2009), manajemen rantai pasokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari pemasok, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen.
x Arus bahan melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
x Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.
x Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.
Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat 3 (tiga) macam komponen rantai pasokan, yaitu:
a. Bagian Hulu Rantai Pasokan
Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan pada penyalur dapat diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua jalur asal material. Contohnya langsung dari pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan, pengadaan merupakan aktivitas yang mendapat prioritas utama.
b. Bagian Internal Rantai Pasokan
Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur menjadi produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai pasokan, perhatian utama difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
c. Bagian Hilir Rantai Pasokan
Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan pelayanan purna jual.
dari hulu ke hilir (downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu (upstream). Yang ketiga adalaran aliran informasi yang terjadi dari hulu kehilir maupun sebaliknya. Rantai pasok adalah sistem yang terdiri dari pemasok, produsen, transportasi, distributor dan ritel yang ada untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Gambar 2 menunjukkan rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir.
Keterangan:
Hubungan pengelolaan Inti perusahaan Hubungan monitoring Anggota inti perusahaan
Tidak ada hubungan Bukan anggota inti perusahaan Bukan Anggota
Gambar 2. Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir (Lambert, Cooper dan Pagh, 1998)
2.2.1 Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok paling ideal sampai ke konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, Said (2006) menyatakan bahwa prinsip dasar manajemen rantai pasokan meliputi 5 (lima) hal yaitu:
1. Prinsip integrasi artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian manajemen rantai pasokan berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan.
2. Prinsip jejaring artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras.
3. Prinsip ujung ke ujung artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
4. Prinsip saling tergantung artinya setiap elemen dalam manajemen rantai pasokan menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan.
5. Prinsip komunikasi artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan
untuk menjadi ketepatan informasi dan material. 2.2.2 Tujuan Strategis Pada Manajemen Rantai Pasokan
Tujuan utama manajemen rantai pasokan adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang paling efisien, termasuk kapasitas distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia. Beberapa perusahaan memilih untuk mengalihdayakan manajemen rantai pasokan mereka dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga (Poluha dalam Hatani, 2008).
komitmen menjadi mata rantai yang saling berkoordinasi untuk menyalurkan seluruh kebutuhan bahan sesuai yang dibutuhkan.
2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok
Pemilihan pemasok merupakan kegiatan strategis, terutama apabila pemasok tersebut akan memasok bahan baku yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Kriteria pemilihan merupakan salah satu hal penting dalam pemilihan pemasok (Pujawan, 2005)
Menurut Pujawan (2005), secara umum banyak permintaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Bagaimanapun juga, seringkali pemilihan pemasok membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan. Tabel 1 menunjukkan kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok yang bisa digunakan untuk memilih pemasok.
Tabel 1. Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok
No Kriteria Nilai
1 Kualitas 3,5
2 Pengiriman 3,4
3 Sejarah kinerja 3,0
4 Garansi dan kebijakan tuntutan 2,8
5 Harga 2,8
6 Kemampuan teknis 2,8
7 Posisi keuangan 2,5
8 Prosedur komplain 2,5
9 Sistem komunikasi 2,5
10 Reputasi dan posisi di dunia industri 2,4
11 Keinginan untuk berbisnis 2,4
12 Manajemen dan organisasi 2,3
13 Kontrol operasi 2,2
14 Perbaikan layanan 2,2
15 Sikap 2,1
16 Kesan 2,1
17 Kemampuan pengemasan 2,0
18 Catatan terkait dengan tenaga kerja 2,0
19 Lokasi geografis 1,9
20 Jumlah usaha di masa lalu 1,6
21 Bantuan pelatihan 1,5
22 Perencanaan timbal balik 0,6
Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat pemasok diperoleh, maka perusahaan harus melakukan pemilihan. Perusahaan akan memilih satu atau beberapa dari alternatif yang ada melalui perengkingan. Perengkingan dilakukan untuk memnentukan mana pemasok yang akan dipilih atau mana yang akan dijadikan sebagai pemasok utama dan mana yang akan dijadikan pemasok cadangan (Pujawan 2005).
Pemilihan pemasok dalam manajemen ratai pasokan menjadi pemting sebagai akibat adanya kompetisi antara rantai pasokan pada perusahaan. Trend menunjukkan bahwa konsumen menginginkan harga yang lebih murah, produk yang berkualitas tinggi, pengiriman yang tepat waktu serta pelayanan purna jual yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melakukan pemilihan pemasok (Vani, 2007). Evaluasi pemasok dilakukan apabila bahan baku yang sama dapat diperoleh lebih dari satu pemasok (Gaspersz dalam Irghandi 2008).
Menurut Chopra dkk (2006), perusahaan dapat memilih pemasok berdasarkan beberapa mekanisme yaitu penawaran kompetetif, sistem lelang, atau negosiasi langsung. Mekanisme yang digunakan harus tetap menekankan pada biaya total yang dikeluarkan oleh pemasok dan tidak hanya pada harga penjualannya. Sebelum memilih pemasok, perusahaan harus memutuskan akan menggunakan pemasok tunggal atau banyak pemasok sebagai sumber dari produk. Pemasok tunggal hanya melayani pemesanan produk yang spesifik. Sedangkan banyak pemasok dapat meningkatkan persaingan dan ada kemungkinan produk gagal untuk dikirim.
2.4. Proses Hirarki Analitik
Proses hirarki analitik (PHA) adalah sebuah teknik pengambilan keputusan, dimana dilakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penetapan nilai kemungkinan untuk variabel, dan penetapan nilai yang semuanya bertujuan untuk mendapatkan alternatif terbaik . Teknik PHA menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Teknik ini juga menyediakan prosedur untuk memeriksa kekonsistenan dalam penilaian sehingga mengurangi bias dalam pengambilan keputusan (Firdaus dan Farid, 2008).
PHA telah digunakan secara luas karena memiliki tiga fungsi utama, yaitu: 1. Structuring Complexity
PHA membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang komplek dengan menyusunnya menjadi hirarki yang lebih terstruktur.
2. Measurement on a Ratio Scale
Setiap elemen-elemen yang ada dalam hirarki memiliki prioritas yang diukur menggunakan rasio skala prioritas.
3. Synthesis
Dalam membuat keputusan atas masalah dengan berbagai elemen pembentuknya, PHA dapat mengkombinasikannya.
PHA adalah salah satu model pengambilan keputusan yang berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model berikutnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi satu bentuk hirarki. Model PHA adalah suatu model pengambilan keputusan komprehensif, artinya memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus.
a. Keunggulan
Memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Sedangkan model sebelumnya hanya menggunakan input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder.
Suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif, memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif.
Mampu memcahkan masalah yang multi objectives dan multi criterias. Kebanyakan model yang sudah ada hanya memakai single objectives dengan multi criteria.
b. Kelemahan
Ketergantungan PHA kepada input berupa persepsi seseorang yang expert akan membuat hasil akhir dari model ini menjadi tidak ada artinya apabila pakar memberikan penilaian yang keliru.
Bentuk struktur hirarkinya sangat sederhana. Bagi para pengambil keputusan yang terbiasa dengan model PHA yang terlihat sederhana bukan model yang sesuai untuk pengambilan keputusan.
2.4.1 Hirarki
terakhir pada hirarki linear, melainkan harus melihat semua level atau keseluruhan hirarki (Permadi, 1992).
Secara umum, hirarki dapat dibagi menjadi dua jenis (Saaty, 1991): Hirarki Struktural
Dalam hirarki ini, masalah yang kompleks diuraikan menjadi komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya. Misalnya membagi-bagi objek menjadi sejumlah gugusan, sub gugusan, dan gugusan yang lebih kecil lagi.
Hirarki fungsional
Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Setiap perangkat elemen-elemen dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat hirarki. Tingkat puncak disebut fokus, terdiri atas satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat-tingkat berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa elemen.
Gambar 3 merupakan contoh struktur hirarki fungsional (Permadi 1992)
Gambar 3. Struktur hirarki fungsional (Permadi, 1992) Utimate Goal
Kriteria Kriteria
Kriteria
Sub Kriteria Sub Kriteria Sub Kriteria
2.5. Penelitian Terdahulu
Studi tentang analisis pemilihan pemasok dilakukan oleh Suryani (2010). Peneliti melakukan analisis pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ dengan menggunakan proses hirarki analitik. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ, dan metode hirarki analitik untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Responden untuk kuesioner identifikasi rantai pasokan adalah Direktur Utama PT XYZ. Sedangkan untuk responden kuesioner PHA adalah Direktur Utama, Manajer Kebun, dan Supervisor Panen dan Pascapanen. Metode pengambilan sampel tersebut menggunakan metode pengambilan sampel non acak yaitu judgement sampling.
Bungsu (2010), melakukan penelitian mengenai Kajian kriteria pemasok Buah-buahan dengan Proses Hirarki Analitis (Studi kasus Divisi Produce, Giant Hypermarket Botani Square Bogor). Penelitian inibertujuan untuk (1) Menganalisa proses pengadaan dan pengendalian buah-buahn dan pengendalian di Giant Hypermarket Botani Square khususnya Divisi Produce, (2) Mengidentifikasikan kriteria yang diprioritaskan Giant dalam memilih pemasok buah-buahan, (3) Menyusun struktur hirarki dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Giant dengan Proses Hirarki Analitis.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak 6 persen yaitu dari 24.652.480 pcs pada tahun 2009 naik menjadi 26.137.030 pcs pada tahun 2010. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk memberikan pelayanan yang prima, pengiriman tepat waktu dengan produk yang berkualitas, sehingga konsumen merasa puas sehingga perusahaan dapat memenangkan persaingan.
Kelancaran sistem produksi umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini merupakan komponen-komponen proses produksi dan pengelolaan rantai pasok. Beberapa komponen yang memiliki pengaruh terhadap kelancaran sistem produksi yaitu, pelayanan operator/mesin, tata letak, penanganan bahan baku dan bahan jadi, pengadaan bahan baku, pengiriman dan lain-lain. Rantai pasokan berkaitan langsung dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang dan distribusi kemudian sampai ke konsumen.
Rantai pasokan melibatkan interaksi dengan aliran informasi dan aliran kredit. Selain itu rantai pasokan juga melibatkan hubungan antara perusahaan dengan pemasok. Hubungan dengan pemasok sebaiknya harus dibina secara intensif untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Penilaian kinerja pemasok merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan, mengefisienkan proses dan waktu produksi, dan menjamin kualitas produk sehingga perusahaan bisa siap untuk menghadapi persaingan yang kompetitif. Selain itu, efisiensi waktu dalam proses pengiriman bahan baku juga termasuk dalam kriteria penilaian kinerja pemasok. Oleh karena itu, perusahaan akan mengambil keputusan untuk melakukan kontrak jangka panjang dengan pemasok atau mencari pemasok yang lebih baik dari pemasok sebelumnya.
perusahaan merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan optimal dari pemasok karena pemasok yang dipilih oleh perusahaan memenuhi kriteria pemasok yang ditetapkan oleh perusahaan dengan nilai paling tinggi. Rantai pasokan akan sangat mempengaruhi proses rantai pasokan secara menyeluruh. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari penentuan topik sampai dengan kesimpulan. Tahapan-tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Peningkatan jumlah permintan RTS
Persaingan antara industri roti
Visi dan Misi PT NIC untuk menjadi perusahaan terbesar di Indonesia di bidang bakery product
Mengelola rantai pasokan
Retailer Konsumen akhir Wholesaler
Distributor Perusahaan
Pemasok merupakan bagian strategis perusahaan
Pemilihan kriteria pemasok untuk kelancaran produksi PT NIC
Peningkatan daya saing, mengefisienkan proses dan waktu produksi, peningkatan kualitas PT NIC Pemasok
Gambar 5. Tahapan penelitian Identifikasi minat penelitian
Penentuan objek penelitian
Studi pustaka dan diskusi
Penyusunan kuesioner dan panduan wawancara Rancangan pengumpulan data:
Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data
Pengumpulan data lapangan
x Pengisian kuesioner
x Observasi dan wawancara
Pengolahan data
Kesesuaian pemasok dengan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaaan dengan PHA Identifikasi rantai pasokan dan
proses pemilihan bahan baku
Hasil dan pembahasan Perumusan Masalah:
1. Bagaimana proses pengadaan bahan baku RTS di PT NIC?
2. Bagaimana proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC?
3. Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS?
Pemilihan topik penelitian
Tujuan Penelitian: 1. Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC.
2. Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan PT NIC 3. Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria
bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS
Kesimpulan dan Saran Input data
3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT NIC, yang berlangsung selama empat bulan mulai April hingga Juli 2011 di Cikarang Industrial Estate , Bekasi – Jawa Barat. 3.4. Jenis dan Metode Pengambilan data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan diperoleh dari dokumen-dokumen PT NIC, jurnal, hasil penelitian terdahulu, internet maupun BPS. Metode pengambilan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, identifikasi rantai pasokan RTS dan analisis kriteria pemilihan pemasok dengan pendekatan PHA. Responden Supervisor PPIC, purchasing, Supervisor QC raw material. Wawancara dilakukan berdasarkan pada kuesioner ang dibuat.
2. Observasi lapang. Teknik ini dilakukan dengan pengamatan di lapangan oleh peneliti terhadap rantai pasokan dan analisis kriteria pemilihan pemasok di PT NIC.
3. Studi literatur berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Peneliti mencari literatur yang sesuai dengan permasalahan topik penelitian, diantaranya literatur yang berjudul manajemen rantai pasokan, pengambilan keputusan yang dianggap berkaitan dengan objek yang diteliti.
Kuesioner terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
a. Kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasok, proses pemilihan pemasok bahan baku di PT NIC, dan
b. Kuesioner untuk menilai kesesuaian kriteria yang sudah ditetapkan perusahaan dengan pemasok bahan baku RTS.
Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Tabel 2. Tujuan, jenis, metode pengumpulan dan analisis data
1 Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC
2 Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC.
Primer x Wawancara
x Observasi langsung
Deskriptif
3 Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS
Primer x Wawancara
x Observasi
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini juga biasa disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Ada beberapa jenis cara pengambilan sampel dengan teknik ini, namun untuk penelitian ini menggunakan judgement sampling. Peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan diantaranya responden memahami kondisi pemasok perusahaan dan menjadi pengambil keputusan dalam memilih pemasok perusahaan. Jumlah responden yang digunakan untuk mengetahui kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS adalah 3 (tiga) orang terdiri dari Supervisor Planning Production Inventory Control (PPIC), bagian purchasing, dan Supervisor QC raw material.
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
PT NIC, pemasok bahan baku RTS dan kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja pemasok pada RTS. Tujuan PHA dalam penelitian ini adalah untuk menilai kinerja pemasok yang terbaik pada pemasok RTS.
PHA cukup mengandalkan intuisi sebagi input utamanya. Namun, intuisi tersebut harus cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi. Tahapannya dalam menyelesaikan masalah dengan metode PHA adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem dapat dilakukan dengan mempelajari literatur, berdiskusi dengan para pakar, untuk memperkaya ide dan konsep yang relevan dengan masalah.
2. Penyusunan Struktur
Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario.
Abstraksi dari sebuah struktur hirarki dapat dilihat dari Gambar 6.
Gambar 6. Struktur hirarki (Saaty dalam Bungsu, 2010) G
F1 F2 F3 Fn
A1 A2 A3 An
T1 T2 T3 Tn
S1 S2 S3 Sn
Faktor
Aktor
Tujuan
Keterangan:
Goal (G) : Tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan
F1, F2, F3, Fn : Faktor-faktor atau kriteria yang dapat mempengaruhi tujuan utama (G)
A1, A2, A3, An : Aktor yang berpengaruh dalam mengambil keputusan T1, T2, T3, Tn : Beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan
S1, S2, S3, Sn : Skenario atau alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
3. Membuat matriks banding berpasangan
Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 3. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.
Tabel 3. Nilai skala banding berpasangan Tingkat
Kepentingan
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat itu
3 Daripada elemen yang lainnya, elemen yang satu sedikit penting
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya
5 Elemen yang satu sangat penting daripada yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan kuat menyokong satu elemen atas yang lainnya
7 Suatu elemen jelas lebih penting dibanding yang
lainnya
Suatu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlibat dalam praktek
9 Suatu elemen mutlak lebih penting dibanding yang
lain
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang kuat
2, 4, 6, 8 Nilai antara dua penilaian yang berdekatan
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
4. Melakukan perbandingan dan penilaian
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan peringkat matriks di langkah 3.
5. Mensintesis berbagai pertimbangan dan membobotkan vektor-vektor prioritas, yaitu memasukkan nilai-nilai berdasarkan nilai skala banding berpasangan.
Dalam proses ini terdapat dua tahap pengolahan, yaitu pengolahan horizontal dan vertikal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Perkalian baris (z) dengan rumus:
b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen
eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-1 c. Perhitungan nilai eigen maksimum
VA = aij u VP dengan VA = (Vai) VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)
VA = VB = vektor antara
d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI):
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut:
...(1)
……… (2)
Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR §
Rumus CR adalah:
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang berupa tabel berikut ini:
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 ……… (6)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan
PT NIC secara resmi didirikan pada tahun 1994, yang dibuat di hadapan Notaris Liliana Arif Gondoutomo, SH dan telah mendapatkan persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2.11.525.NT.01.01.Th.94 pada tanggal 2 Agustus 1994. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang, yaitu antara PT. Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima Banking Co. Ltd.
Visi PT NIC yaitu “menjadi perusahaan terbesar di Indonesia di bidang
bakery products dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk-produk
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia”.
Sedangkan misinya yaitu membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa
Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu
tinggi, sehat, halal dan aman bagi pelanggan.
Perusahaan ini bergerak di bidang industri makanan, khususnya produk bakeri. Perusahaan didirikan diatas lahan seluas 10.277 m2 di Cikarang Industrial Estate, Bekasi – Jawa Barat. Pabrik utama PT NIC memiliki luas tanah 13.515 m2
dengan luas bangunan 10.277 m2, dengan bangunan yang terdiri dari produksi roti
tawar, area produksi roti manis, ruangan gudang dan silo, area teknik, serta
gudang finish good. Perusahaan ini mempunyai kapasitas awal produksi sebesar
3138 ton/tahun. PT NIC saat ini mempunyai 4 (empat) pabrik dengan pabrik
utama berlokasi di Jl. Jababeka XIIA Blok W.
4.1.2 Sumber Daya Manusia
Dalam pencapaian visi, misi dan kebijakan mutu yang sudah ditetapkan,
disusun suatu struktur organisasi yang berfungsi sebagai sistem pengaturan umpan
balik antara atasan dan karyawan. Struktur organisasi PT NIC dapat dilihat pada
Tugas dan tanggungjawab yang dimiliki masing-masing jabatan adalah
sebagai berikut:
1. Presiden Direktur
Presiden Direktur memiliki wewenang penuh terhadap perusahaan. Dalam
tugasnya, presiden direktur dibantu oleh seorang direktur.
2. Direktur
Direktur memiliki tugas dan tanggungjawab atas jalannya kegiatan
operasional perusahaan. Dalam tugasnya, direktur dibantu oleh seorang
General Manager.
3. General Manager (GM)
GM merupakan pemimpin dalam suatu perusahaan. Dalam melakukan
tugasnya GM dibantu oleh seorang sekretaris. GM bertanggungjawab atas
berlangsungnya segala kegiatan perusahaan untuk mencapai prestasi yang
tinggi dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas. GM
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
4. Asistant General Manager (AGM) Finance and Accounting
AGM Finance and Accounting bertanggung jawab atas cash flow keuangan
yang dilakukan oleh PT NIC termasuk pembukuannya.
5. Product Development and Quality Assurance (PDQA) Manager
PDQA Manager bertanggungjawab terhadap pengembangan produk,
menciptakan produk baru, dan pengawasan bahan baku, pengawasan mutu
produk.
6. Sales and Marketing Manager
Sales and Marketing Manager bertanggung jawab terhadap penjualan
produk, biasanya dilakukan penargetan jumlah penjualan yang harus
dicapai.
7. Supply Chain Management (SCM) Manager
SCM Manager ini bertugas dalam hal inventori bahan baku, pendistribusian
produk jadi. SCM Manager membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Product Planning and Inventory Control (PPIC)
b. Distribution Superindent
8. Assistant General Manager (AGM) Plant
AGM Plant bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional produksi roti.
9. Human Resources and Development-General Affair (HRD-GA) Manager
HRD-GA Manager bertanggung jawab terhadap hal yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban SDM PT NIC serta kegiatan operasional
perusahaan secara umum.
Setiap manager masing-masing departemen dibantu oleh beberapa orang
Supervisor untuk setiap Sub Departemen yang dipimpinnya. Dalam menjalankan
tugasnya, Supervisor dibantu oleh group leader yang memimpin beberapa
karyawan sebagai crew. Jumlah tenaga kerja PT NIC adalah 914 karyawan (pada
periode April 2009). Latar belakang pendidikan tenaga kerja PT NIC sangat
beragam, dengan presentasi masing-masing yaitu SLTA sebesar 50%, D1 – D3
sebesar 20 persen, S1 sebesar 25 persen dan S2 atau lebih tinggi sebesar 5 persen.
Keragaman ini karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
perusahaan. Untuk Jumlah Karyawan periode Maret 2011 untuk Cikarang Plant 1 : ± 250 orang, Cikarang Plant 2 : ± 350 orang, Pasuruan plant : ± 250 orang, Semarang Plant : ± 100 orang.
Penetapan waktu dan jam kerja karyawan di PT NIC adalah:
1. Lima hari kerja dan dua hari libur berlaku bagi staff office, dengan jam
kerja normal adalah sebagai berikut: hari Senin sampai hari Kamis pukul
08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Hari
Jumat mulai bekerja pada pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat
pukul 11.30 – 13.00 WIB. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu merupakan
hari libur.
2. Enam hari kerja dalam seminggu dengan jumlah jam kerja sebanyak 7
(tujuh) jam sehari dan waktu istirahat selama 1 (satu) jam untuk
karyawan non staff. Pembagian waktu kerja menjadi 3 (tiga) shift, yaitu
shift pertama mulai pukul 07.00 – 15.00 WIB, shift kedua dimulai pada
pukul 15.00 – 23.00 WIB, dan shift ketiga dimulai pada pukul
23.00 – 07.00 WIB.
Sistem upah kerja untuk karyawan produksi PT NIC berdasarkan pada Upah
ditetapkan berdasarkan jabatan, golongan, pendidikan, keahlian, prestasi dan
pengalaman kerja. Selain gaji pokok, karyawan juga mendapatkan tunjangan
seperti tunjangan kesehatan, tunjangan premi hadir, tunjangan transportasi dan
tunjangan hari raya. Sistem penggajian dilakukan pada setiap bulannya.
4.2. Identifikasi Rantai Pasokan
Pada penyediaan bahan baku perusahaan, PT NIC harus mampu
menyediakan kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat.
Komunikasi antara PT NIC dengan pemasok harus berjalan dengan baik, agar
pemenuhan kebutuhan untuk proses produksi berjalan baik.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Bahan pengemas seperti kwick lock, yaitu segel untuk
mengunci kemasan roti PT NIC agar roti yang diproduksi tidak terkontaminasi
diimpor dari Malaysia dan Australia. Pemesanan kwick lock dilakukan dengan
waktu tunggu yang cukup lama yaitu 3 (tiga) bulan dengan jumlah besar.
Waktu pengiriman bahan baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh
kapasitas gudang dan kebutuhan produksi. Bahan baku utama seperti terigu
dikirim setiap hari. Sedangkan bahan baku lainnya seperti garam rata-rata 3 (tiga)
kali dalam seminggu dan calcium provionat rata-rata 1 (satu) kali dalam
seminggu. Frekuensi kedatangan bahan baku ditentukan berdasarkan kontrak
kerjasama yang dilakukan oleh PT NIC dengan pemasok.
Pemasok yang bekerja sama dengan PT NIC tahun 2011 antara lain
PT Bogasari, PT Jaya Fermex, PT Adyaceda, PT Sumber Laut, dan lain-lain.
Beberapa pemasok yang menyediakan lebih dari satu bahan baku diantaranya
adalah PT Adyaceda dan PT Jaya Fermex. Hal tersebut bisa membuat pemasok
yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya pemasok yang terlibat
dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan dan
loyalitas dari pemasok dapat meningkat. Walaupun demikian, PT NIC sendiri
memiliki beberapa alternatif pemasok. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan pada satu pemasok saja dan kebijakan tersebut dilakukan agar
Gambar 7 memperlihatkan identifikasi rantai pasok yang dilakukan pada
PT NIC dan Gambar 8 menunjukkan aliran barang, finansial dan informasi pada
rantai pasokan PT NIC. Pada Tabel 4 diperlihatkan jenis bahan baku yang
digunakan untuk produksi RTS dan pemasok yang terlibat pada PT NIC.
Gambar 7. Identifikasi rantai pasokan PT NIC (PT NIC, 2011)
Keterangan:
Aliran Barang Aliran Finansial
Aliran Informasi
Gambar 8. Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok PT NIC
(PT NIC, 2011) 8. PT Supernova 9. PT Perkasa Teknik 10. PT Puratos 11. PT Halim Sakti 12. PT Adyaceda 13. PT Sinar Meadow
Pemasok internasional: 1. Kwick lock Australia 2. Kwick lock Malaysia
Tabel 4. Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC
No. Bahan Baku Nama Perusahaan
Pemasok Lokal
1 Tepung Terigu PT Bogasari
2 Ragi PT Jaya Fermex
3 Garam PT Sumber Laut
4 Gula PT Nusa Indah
PT Sumber Roso
5 Milk Skim Powder PT Antatirta
6 Shortening PT Sinar Meadow
PT Adyaceda
7 Palmia Olex PT Adyaceda
8 Coding Foil Roti Tawar PT Perkasa Teknik
9 Etiket RTS PT Super Exim
PT Supernova
10 Bread Improver PT Puratos
PT Jaya Fermex
11 Shortening PT Sinar Meadow
12 Vegetable Oil PT Sinar Meadow
PT Adyaceda
13 Malinda Baker Fat PT Adyaceda
Pemasok Luar Negeri
1 Kwick Lock PT Kwick Lock Ltd Australia
PT Kwick Lock Ltd Malaysia Sumber : PT NIC (2011)
Peluang terjadinya suatu permasalahan pada rantai pasokan sangat besar,
dari masalah pengiriman bahan baku oleh pemasok sampai pada pengiriman
produk ke konsumen. Berikut ini adalah identifikasi permasalahan rantai pasok
pada PT NIC berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara:
1. Pengiriman bahan baku mengalami keterlambatan, disebabkan oleh:
a. Masalah transportasi, seperti transportasi pemasok tidak tersedia, dan
kemacetan lalu lintas.
b. Pihak PT NIC terlambat dalam pemberian PO kepada pemasok.
2. Pengiriman bahan baku terlalu cepat dari yang dijadwalkan oleh pemasok,
disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi pemasok, sehingga
pemasok memaksakan untuk melakukan pengiriman sebelum waktu yang
dijadwalkan.
3. Ketidaksesuaian jumlah dan jenis bahan baku yang dikirimkan pemasok,
disebabkan oleh beberapa bahan baku yang rusak selama perjalanan menuju
4. Keterlambatan pengiriman produk ke distributor dan konsumen, disebabkan
oleh:
a. Keterlambatan atau pengiriman bahan baku terlalu cepat oleh pemasok
sehingga terjadi perubahan jadwal produksi.
b. Proses produksi tidak berjalan dengan lancer yang diakibatkan oleh
adanya hal-hal yang tidak diduga seperti kerusakan mesin dan lain-lain.
Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa permasalahan pada rantai
pasokan PT NIC terdapat pada proses penyaluran bahan baku oleh pemasok,
ketidaksesuaian bahan baku yang dikirimkan pemasok, dan penyaluran produk
dari PT NIC ke distributor dan konsumen. Masalah-masalah tersebut akan
menyebabkan terganggunya proses produksi dari rencana yang telah ditetapkan.
4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku
Mekanisme pengadaan bahan baku yang dilakukan PT NIC yaitu dengan
melihat persediaan bahan baku yang ada di gudang setiap hari (stock opname
daily), kemudian secara periodik bagian PPIC akan menganalisa persediaan
perbandingan dengan menggunakan softwareSystem Application Product in Data
Processing (SAP).Apabila di dalam planning sheetBegan on Hand (BOH)sudah
menunjukan mendekati lead time pemesanannya maka bagian PPIC akan
mengeluarkan Purchase Requisition (PR) ke bagian Purchasing yang akan
mengeluarkan PO untuk pemesanan barang kemudian di release oleh bagian
Accounting.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Sistem pembelian bahan baku yang dilakukan PT NIC
melalui beberapa proses, yaitu:
a. Team Sales mengeluarkan Order to Factory (OTF) kepada Bagian PPIC.
b. Bagian PPIC melakukan perhitungan Material Requirement Planning
(MRP) atas dasar Order To Factory (OTF) yang telah dibuat.
c. Berdasarkan perhitungan MRP maka bagian PPIC akan menerbitkan PR
d. Apabila PR tersebut disetujui maka akan diberikan kepada Bagian
Purchasing. Bagian Purchasing akan mencari pemasok dan melakukan
negosiasi dengan surat penawaran barang berikut harga, perincian
spesifikasi dan term of payment.
e. Bagian Purchasing kemudian membuat Canvas Sheet minimal beberapa
pemasok yang akan dibandingkan untuk spesifikasi barang yang sama.
f. Bagian Purchasing kemudian menerbitkan form Purchase Order (PO)
pada modul purchase order sub- menu purchase order entry.
g. Setelah menerbitkan PO, bagian Purchasing melakukan pengisian kolom
kuantitas dan harga sesuai permintaan dan melakukan posting ke sistem
Accpac lalu mengirim form PO.
h. PO kemudian dikirim kepada pihak manajemen terkait, yaitu Departemen
Keuangan dan General Manager untuk meminta persetujuan.
i. Apabila PO disetujui oleh pihak manjemen sesuai dengan ketentuan, maka
dilakukan pemesanan bahan baku dengan mengirimkan PO ke pemasok
yang dipilih.
j. Apabila PO yang diterima oleh pemasok disetujui, maka pengiriman bahan
baku dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
k. Bahan baku yang telah dikirim oleh pemasok akan diterima oleh Bagian
Bahan Baku untuk diperiksa apakah barang yang dikirim sesuai dengan
PO yang dikirim beserta keadaan dari bahan baku yang dikirim.
Proses pembelian bahan baku ini sesuatu yang sangat penting karena apabila
terjadi keterlambatan terhadap bahan baku dapat mengganggu proses produksi dan
berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen. Bagan proses
34
Sumber: PT NIC (2011)
Gambar 9. Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC Departemen PPIC Departemen
Purchasing Persetujuan Pemasok
Bagian Gudang
Pengiriman PO ke pemasok via fax
4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku
Bahan baku yang dipakai oleh PT NIC diperoleh dari pemasok lokal dan
internasional. Tahapan Instruksi Kerja Penerimaan Bahan Baku (Incoming RM/
Raw material) :
1. Setiap kedatangan bahan baku atau kemasan, petugas QA yang ditunjuk melakukan pemeriksaan terhadap jumlah serta satuan kedatangan barang
seperti karton, sak, pack, jerigen dan lain-lain serta memeriksa surat jalan
dari pemasok.
2. Setelah mengetahui jumlah kedatangan barang maka dilakukan sampling
untuk memeriksa sampel yang dilakukan sesuai dengan prosedur sampling
dan Table Military Standard. Sistem inspeksi bahan baku yang masuk
memiliki pengecualian yaitu untuk bahan baku bulk seperti tepung terigu.
3. Menyiapkan lembar inspeksi (Incoming RM Inspection Report) yaitu pemeriksaan kualitas bahan baku dan atau kesesuaian parameter peneriksaan
dengan Certificate of Analysis (COA).
4. Mengisi hasil pemeriksaan pada lembar tersebut. Bahan baku dan kemasan yang telah dibuka kemasannya untuk keperluan pemeriksaan harus ditutup
kembali dengan baik untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas.
Selain itu, menempelkan stiker “Quality Inspection” pada kemasan bahan
baku dan kemasan.
5. Menentukan jumlah penolakan dan penerimaan bahan baku dan kemasan dengan berpedoman pada Table Military Standar.
a. AC: Acceptable Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku yang tidak mengakibatkan penolakan seluruh bahan yang dikirim,
melainkan penolakan hanya terhadap bahan baku dan kemasan yang
tidak sesuai saja.
b. RE: Rejection Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku dan kemasan yang tidak sesuai yang mengakibatkan penolakan
seluruh bahan yang dikirim.
7. Setelah dapat dipastikan jumlah bahan baku dan kemasan yang dapat diterima, maka akan diterbitkan surat penerimaan (Receiving Slip) oleh
bagian gudang bahan baku. Petugas QA yang ditunjuk membubuhkan
stempel “QC Passed” pada Receiving Slip dan surat jalan. Stempel QC
passed harus dilengkapi dengan nama, paraf dan tanggal penerimaan oleh
petugas sebagai bukti bahwa bahan baku dan kemasan telah lolos dari
pemeriksaan kualitas pada saat kedatangan.
Bagan Proses Penerimaan bahan baku PT NIC dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 10. Mekanisme penerimaan bahan baku (PT NIC, 2011)
Bahan baku datang
2. Diperiksa barang yang diterima sesuai jumlahnya.
3. Memeriksa surat jalan dari pemasok.
Menyiapkan lembar inspeksi (Incoming RM Inspection Report)
Melakukan sampling
Mengisi hasil pemeriksaan
Menentukan jumlah penolakan dan di distribusikan kepada
purchasing, PPIC, dan pemasok
Penerbitan surat penerimaan (receiving slip) oleh bagian
gudang bahan baku Tidak
4.2.3 Proses Produksi RTS
Sistem produksi di PT NIC termasuk jenis produksi kelompok (batch), yaitu
memproduksi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kisaran berat tertentu
berdasarkan jumlah bahan baku yang digunakan. Proses produksi untuk suatu
kelompok roti tidak menunggu kelompok roti sebelumnya selesai, tetapi
dilakukan secara kontinyu dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan alat
dan mempersingkat waktu kerja. PT NIC memproduksi berbagai jenis roti yaitu
roti tawar (white bread), roti manis (sweet bread), atau roti isi (filled bread), roti
krim (sandroll), roti sobek (tear of bread), roti burger (bun bread), roti plain roll
dan remah roti (bread crumb). Tabel 5 menyajikan berbagai jenis dan kode roti
yang diproduksi oleh PT NIC.
Tabel 5. Produk roti PT NIC
No Jenis Roti Kode No Jenis Roti Kode
1 Roti Tawar Spesial RTS 17 Roti Sobek Cokelat Srikaya TCS
2 Roti Tawar Kupas RKU 18 Roti Sobek Cokelat Cokelat TOC
3 Roti Tawar Gandum RTG 19 Roti Sobek Cokelat Keju TCC
4 Roti Cokelat Chips RCC 20 Roti Sobek Isi Cokelat Strawberry TST
5 Roti Isi Sarikaya ISK 21 Roti Sobek Isi Cokelat Nanas TCN
Proses produksi RTS di PT NIC yang terdiri dari beberapa tahap proses
pembuatan yaitu:
1. Scalling
Scalling adalah proses penimbangan dan penyiapan bahan baku.
Penimbangan bahan baku dilakukan berdasarkan formula yang dikeluarkan oleh
Sub Departemen Product Development. Bahan baku yang telah ditimbang
diperiksa oleh petugas Quality Control (QC), kemudian dibungkus rapi plastik
Penyiapan bahan baku memerlukan waktu ± 10 jam. Dalam 1 (satu) hari
terdapat 2 (dua) kali serah terima bahan baku kepada produksi. Estimasi waktu
yang diperlukan untuk melakukan proses penimbangan dan penyiapan bahan baku
adalah sebagai berikut: Pukul 07.00 – 15.00 WIB dilakukan penyiapan bahan
baku, pukul 15.00 – 16.00 WIB (rit 1) dilakukan serah terima bahan baku untuk
produksi pada pukul 17.00 dan pukul 22.00 – 23.00 WIB (rit 2) dilakukan serah
terima bahan baku untuk produksi pukul 23.00 WIB.
2. Sponge Mixing
Proses pengadukan dalam pembuatan adonan roti di PT NIC dilakukan
dalam dua tahapan proses yaitu sponge dan dough mixing. Sponge mixing adalah
proses pengadukan pertama, yaitu bahan baku diaduk agar tercampur secara
merata. Pembentukan sponge meliputi pencampuran sebagian adonan seperti ragi,
terigu (yang dialirkan dari silo), air, softer, emulsifier dengan waktu pengadukan
selama 5 menit (low speed selama 3 menit dan high speed 2 menit) dengan suhu
sekitar ± 23°C. Tujuan dari proses sponge mixing adalah untuk mencampurkan
bahan baku serta memperbanyak sel secara merata untuk menimbulkan aroma
atau karakteristik dari adonan.
3. Fermentasi
Setelah adonan sponge terbentuk kemudian dibawa menggunakan box
menuju ke ruangan fermentasi awal dan difermentasi selama 2,5 jam pada suhu
27,75°C. Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dengan bantuan
mikroorganisme menghasilkan gas CO2, alkohol, dan asam.
4. Dough Mixing
Dough mixing merupakan proses pengadukan kedua. Setelah difermentasi
dan adonan mulai mengembang, adonan mengalami proses pengadukan kedua
dengan penambahan terigu, gula, garam, skim milk powder, calcium, full cream,
shortening, dan Palmia BOS untuk dicampur manjadi adonan dough dengan
waktu mixing 9 (sembilan) menit. Standar proses mixing tersebut dibuat
berdasarkan hasil riset dari bagian Pengembangan Produk dari Departemen
5. Floor Time
Floor time adalah proses pengistirahatan adonan, adonan yang sudah
terbentuk didiamkan sejenak selama lima menit.
6. Dividing
Proses dividing adalah pemotongan adonan dengan berat sesuai dengan
standar adonan (memperkecil ukuran sesuai dengan standar, menjaga konsistensi
berat adonan). Setelah adonan melewati masa floor time kemudian adonan
tersebut dinaikkan ke dalam devider yang secara bertahap akan
memotong-motong adonan sesuai dengan berat yang sudah ditetapkan. Persyaratan standar
proses make up (pemotongan adonan) di PT NIC dapat dilihat pada pada Tabel 6.
Tabel 6. Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC
Jenis Roti Kode Devider Speed
(Stoke/menit)
Berat (gram)
Floor Time (menit)
Roti Tawar Spesial RTS 17 337,5 ± 2,5 5
Roti Tawar Gandum RTG 16 315,0 ± 2,5 5
Roti Cokelat Chips RCC 15 313,0 ± 2,5 5
Roti Tawar Kupas RKU 16 337,5 ± 2,5 5
Sumber : PT NIC (2011)
7. Rounding
Rounding adalah proses pembulatan adonan sehingga membentuk lapisan
tipis pada permukaan adonan, kemudian adonan tersebut masuk ke dalam
wadah-wadah pada mesin Over Head Proofing (OHP) sebagai proses intermediate
proofing, yaitu proses relaksasi adonan atau pengistirahatan adonan sehingga
adonan mudah untuk dibentuk, dengan waktu 17 – 18 menit.
8. Sheeting
Proses sheeting yaitu proses pemipihan adonan yang bertujuan agar gas
yang terbentuk tersalurkan secara merata pada adonan sehingga produk akhir yang
dihasilkan memiliki pori-pori yang halus dan seragam.
9. Moulding
Setelah adonan melalui proses sheeting kemudian adonan dibentuk sesuai
dengan bentuk produk akhir yang diinginkan yang disebut dengan proses
10. Panning
Panning adalah proses peletakkan adonan pada loyang dengan posisi
rekatan adonan di bagian bawah.
11. Final Proofing
Adonan yang sudah masuk ke dalam loyang kemudian disusun ke dalam rak
dengan jumlah penyusunan pada berjumlah 5 (lima) baris dan disimpan di dalam
ruang fermentasi dengan suhu 38°C dan kelembapan ruangan 80 persen selama 50
menit. Fermentasi ini merupakan fermentasi akhir yaitu untuk mengembangkan
adonan hingga mencapai volume yang diinginkan. Pada waktu fermentasi
terkadang adonan lambat mengembang, oleh karena itu waktu tidak selalu
mempengaruhi pengembangan adonan, PT NIC mempunyai indikator selain
waktu untuk mengetahui selesainya proses fermentasi yaitu dengan ketinggian
adonan ± 80 persen dari tinggi loyang.
12. Baking
Baking merupakan proses pemanggangan adonan. Adonan yang sudah
melewati proses fermentasi yang kedua di masukkan ke dalam oven dengan suhu
150°C untuk Zone I, Zone II 165°C dan Zone III 170°C selama 35 menit 33 detik
13. Deppaning
Setelah roti keluar dari oven, maka roti sudah matang dan dilakukan proses
pengeluaran roti dari cetakannyaproses ini disebut deppaning.
14. Cooling
Roti yang telah matang selanjutnya didinginkan dalam suhu ruang dengan
cooling conveyor dan roti berputar-putar mengikuti aliran conveyor selama ±4 jam
sampai roti bersuhu 33 ± 2°C. Proses cooling tersebut bertujuan agar
mempermudah proses slicing (proses pemotongan roti) tanpa adanya kerusakan
serta mencegah kondensasi setelah produk dikemas. Kadar air yang hilang selama
pendinginan sekitar 2 – 3%.
15. Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan produk RTS yang tidak sesuai dengan
standar PT NIC contohnya roti penyok atau bentuk roti tidak sesuai ukuran
16. Slicing
Proses slicing adalah proses pemotongan RTS setelah pendinginan. Pada
RTS pemotongan dilakukan hingga roti menjadi 10 irisan. Persyaratan standar
proses slicing (pemotongan produk akhir) PT NIC dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC
Jenis Roti Kode Jumlah
Slice/Pack
Target Berat Bersih (gram)
Standard Minimum
Roti Tawar Spesial RTS 10 370 359
Roti Tawar Gandum RTG 10 366 355
Roti Cokelat Chips RCC 10 275 267
Roti Tawar Kupas RKU 10 200 194
Sumber : PT NIC (2011)
17. Packaging
Setelah proses slicing RTS selesai dan sesuai dengan ukuran standar roti,
proses selanjutnya adalah proses pengemasan roti. Roti yang sudah berada dalam
kemasan disegel dan dikunci menggunakan kwick lock. Proses pengemasan ini
dilakukan agar roti yang sudah dikemas tidak terkontaminasi dan
mempertahankan kadar air dalam produk. Standar proses pengemasan roti tawar
di PT NIC selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC
Jenis Roti Kode Cooling Time
(Jam)
Sumber : PT NIC(2011)
Pemakaian kwick lock yang berwarna bertujuan agar mempermudah dalam
membedakan tanggal kadaluwarsa produk yang berada di pasaran dan agar lebih
terlihat produk mana yang masih fresh dan produk mana yang sudah melewati
tanggal kadaluarsa harus sudah ditarik. Pemakaian kwick lock didasarkan pada
hari produksi yaitu: Senin berwarna kuning, Selasa berwarna biru, Rabu berwarna
merah, Kamis berwarna hijau, Jumat berwarna oranye, Sabtu berwarna cokelat,
18. Metal detecting
Produk yang sudah terkemas dilewatkan ke alat metal detector (pendeteksi
logam) untuk mendeteksi apabila terdapat campuran logam dalam produk. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari adanya bahaya logam yang masuk ke dalam
adonan yang bisa berasal dari mesin produksi, loyang dan lain sebagainya.
19. Sortasi II
Proses ini adalah pemisahan produk RTS yang telah dikemas atau dalam
pengemasannya tidak sesuai standar dan kebijakan PT NIC, contohnya dalam
penguncian kwick lock terkadang sering tidak terkunci rapat atau kemasan yang
rusak proses tersebut dilakukan oleh bagian Quality Control.
20. Kratting
Produk yang telah melewati proses sortasi yang kedua kemudian disimpan
di dalam krat-krat dan siap untuk didistribusikan, proses ini disebut kratting.
21. Finish Goods
Produk akhir yang sudah dikemas dan disimpan di krat sesuai dengan
Standard Operating Procedure (SOP), kemudian dilakukan serah terima dari
bagian Produksi ke bagian Gudang Finish Goods (FG) dan dilakukan proses
penyimpanan sementara untuk setiap jenis produk. Sebelum roti didistribusikan ke
pelanggan, terlebih dahulu harus dilakukan proses picking, yaitu pemisahan dan
pengelompokkan roti sesuai dengan permintaan pelanggan, berdasarkan pada
pesanan yang ada.
Proses picking produk akhir harus sesuai dengan estimasi yang merupakan
data permintaan aktual dari konsumen. Selanjutnya dilakukan proses loading yaitu
gudang mengeluarkan barang berdasarkan Delivery Note (DN) atau surat jalan
yang disediakan oleh Administration Sales. Pada saat yang sama juga ada proses
unloading artinya menerima barang dari luar atau konsumen yang akan dicocokan
antara fisik dengan Delivery Note atau Nota Pengembalian Barang.
Langkah-langkah dalam proses serah terima roti antara bagian Produksi –
Gudang FG yaitu:
1. Roti keluar dari produksi dilakukan pencatatan dan penghitungan pada
2. Roti yang sudah terhitung dan tercatat ditempatkan sesuai jenis, rasa dan
tempat penempatannya berdasarkan kriteria roti yaitu: penempatan roti
fresh, penempatan roti First In First Out (FIFO), penempatan roti H+2,
penempatan roti saat dilakukan receiving.
Dalam penyimpanan finish goods seringkali terdapat kelebihan persediaan
akibat kelebihan produksi. Jumlah stock berlebih tersebut biasanya sisa poduk
hari sebelumnya ditambah dengan POC setelah dikurangi produk yang
didistribusikan tiap 24 jam. Waktu penyimpanan maksimum stock adalah 2 (dua)
hari dikarenakan usia roti hanya 5 (lima) hari dari tanggal produksi. Peta proses
PETA PROSES OPERASI
Nama Obyek : Roti Tawar Spesial
Dibuat Oleh : Eka Astriani
Tanggal Dipetakan : 20 Juli 2011
Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
30’
O.2 = Sponge Mixing
I.1 = Pemeriksaan Penimbangan
O.1 = Penimbangan Bahan Baku dan Persiapan 10 jam
5’
2,5 jam
O.6 = Rounding O.3 = Fermentasi
O.4 = Dough Mixing
D.1 = Floor Time
O.5 = Dividing 9’
5’
5’
5’
13’
O.8 = Moulding
O.9 = Panning
D.2 = Intermediate Proofing
O.7 = Sheeting 5’
15’
Ringkasan = Total Kegiatan = 14 Total Waktu = 20 jam 32 menit 33 detik
= 4
= 4
= 1
Lanjutan Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
20’ 10’ 15’ 30’
1
60’ D.3 = Final Proofing
35’ 33” O.10 = Baking
30’
O.12 = Slicing
O.13 = Packaging O.11 = Depanning
2,5 jam D.4 = Cooling
10’ I.2 = Sortasi
30’
I.3 = Metal Detecting
I.4 = Sortasi
4.2.4 Distribusi
Proses distribusi dilakukan dengan bantuan perusahaan rekanan yang diatur
untuk mendistribusikan ke masing-masing wilayah distribusi. Distribusi
menggunakan truk berukuran sedang pengiriman ke distributor dapat dilakukan
hanya sekali atau beberapa transit tergantung dari distributor yang dituju. Setiap
armada truk transit hanya di outlet untuk Distribution Channel (DC) dan stock
point. Sedangkan untuk RO dan institusi, setiap armada transit bisa
mendistribusikan lebih dari 8 (delapan) outlet. Sedangkan untuk agen, setiap
armada truk transit di 3 atau 4 outlet, hal ini disebabkan jumlah pesanan dari
setiap outlet berbeda. Produk yang telah sampai kepada distributor, pada hari yang
sama juga disalurkan ke konsumen akhir. Perusahaan rekanan untuk proses
distribusi tersebut antara lain PT Bangun Putra Karawang (BPK), PT Adira
Logistic dan PT. Wira Logistic (Astriani, 2009).
4.2.5 Aliran Informasi
Aliran informasi merupakan hal yang wajib dan dibutuhkan dilakukan oleh
PT NIC, baik informasi yang diperoleh dari pemasok maupun pelanggan. Hal
yang pertama yaitu komunikasi dengan pelanggan, dilakukan dengan penyebaran
informasi produk dengan mengirimkan contoh produk, informasi produk dan
perusahaan. Hal selanjutnya adalah komunikasi dengan pemasok. Teknik
komunikasi PT NIC dengan pemasok antara lain: setiap bulan bagian QC bahan
baku mendatangi pemasok untuk memeriksa dan mengaudit pemasok,
mengirimkan PO kepada pemasok, seperti jenis produk, jumlah produk yang
dipesan, hingga tanggal pengiriman dan penerimaan produk dari pemasok. Alat
komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pemasok adalah berupa
telepon, faximile, dan surat elektronik (Astriani, 2009).
PT NIC melakukan kontrak dengan pemasok per 1 (satu) tahun yang
bertujuan untuk efisiensi biaya karena adanya potongan harga. Kontrak tersebut
hanya berlaku untuk bahan baku tertentu saja, seperti keju, cokelat dan tepung.
Kontrak tersebut akan diperbaharui kembali setelah 1 (satu) tahun dengan
mengkaji hasil yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Kontrak dapat dilakukan
untuk membuat kesepakatan frekuensi kedatangan bahan baku dalam jumlah yang
ditingkatkan dari pihak pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi salah
satu tindakan pemborosan yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap bahan
yang datang.
Pemeriksaan penerimaan bahan yang datang dapat dikurangi atau mungkin
dapat dihilangkan apabila pemasok bertanggung jawab penuh terhadap kualitas
bahan baku yang disepakati dalam kontrak yang lebih efektif dan efisien. Dalam
kasus yang ditemui di lapangan saat terjadi ketidaksesuaian berat, jumlah atau
kerusakan material yang datang, diperlukan waktu menunggu untuk memutuskan
apakah bahan baku diterima atau tidak. Dengan adanya kontrak jangka panjang
dapat diatur dan disepakati mengenai penanganan kasus tersebut, sehingga tidak
terjadi waktu menunggu yang cukup lama (Astriani 2009).
4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk
Pembayaran kepada pemasok dilakukan dengan menggunakan jasa
perbankan. Pembayaran oleh PT NIC kepada pemasok baik lokal maupun luar
negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah bahan baku diterima. Pembayaran
dilakukan secara satu kali bayar setelah dilakukan pengecekan bahan baku dan
faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25
setiap bulannya.
Sistem pembayaran oleh distributor dan konsumen dilakukan secara transfer
ke rekening bank milik PT NIC. Pembayaran oleh distributor dilakukan setelah
penghitungan jenis roti yang dikirimkan dan yang dikembalikan. Sedangkan untuk
institusi tidak ada pengembalian roti. Hal yang serupa juga berlaku untuk agen,
kecuali sedang ada promosi jenis roti baru oleh PT NIC. Jangka pembayaran
adalah 30 hari untuk Channels Dc and Ro (supermarket, minimarket, dan P&D).
Pembayaran untuk agen dan institusi dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari
4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Subkriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam Memilih Pemasok RTS
Kriteria pemilihan pemasok merupakan hal yang dipertimbangkan oleh PT NIC dalam memilih perusahaan sebagai rekanan kerjasama untuk memasok bahan baku yang diperlukan. Tujuan utama pemilihan pemasok yaitu agar didapatkan kontinuitas produksi, keterjaminan kualitas bahan baku, dan juga kualitas produk yang dihasilkan.
4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok
Pemasok yang memasok bahan-bahan ke PT NIC akan berhubungan
langsung dengan bagian proses produksi. Oleh karena itu pemilihan pemasok
yang akan bekerjasama dengan PT NIC dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti
prosedur pemilihan berikut ini:
1. Sebelum melakukan pesanan pada pemasok baru, PT NIC melakukan audit
pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok
tersebut.
2. PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan
dipasok oleh pemasok melalui sertifikasi halal dari badan yang disetujui
oleh Majelis Ulama Indonesia.
3. Mengutamakan perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan yang belum memiliki
sertifikat ISO dapat bekerjasama dengan PT NIC selama sistem yang
dijalankan oleh perusahaannya berjalan dengan baik.
4. Kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan
perusahaan.
5. Kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan
perusahaan.