ANAL
AIR
R
LISA KAD
RESERVO
P
AN
UN
DAR KRO
OIR
DI PD
T
M. ADH
N
ROGRAM
ALIS FA
FAK
NIVERSIT
OMIUM
DAM TIR
TUGAS A
OLEH
HLI TAW
NIM 1124
M STUDI
ARMASI D
KULTAS F
TAS SUM
MEDA
2014
(Cr) PAD
RTANAD
AKHIR
H:
WAKKAL
410024
I DIPLOM
DAN MA
FARMAS
MATERA
AN
4
DA AIR B
DI (IPA) S
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA KADAR KROMIUM (Cr) PADA AIR BAKU DAN
AIR
RESERVOIR
DI PDAM TIRTANADI (IPA) SUNGGAL
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
M. ADHLI TAWAKKAL S.B.
NIM 112410024
Medan, Juni 2014 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.
NIP.195406281983031002
Disahkan Oleh: Pembantu Dekan I,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program studi Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang
dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai
pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga akhirnya terselesaikan Tugas
Akhir ini. Terutama, dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun
materil serta doa, Mereka adalah ayahanda Syamsul Bachri dan ibunda Salmah
Dan kepada saudara penulis, yaitu Putri Asymah, Amk, Maega Wahyuni, B.Eng,
dan M. Noor Ichsan yang telah memberi semangat agar penulis tidak pernah
berhenti untuk memempuh cita - cita yang diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi
3. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga
selesainya tugas akhir ini.
4. Seluruh dosen/staf Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Sunggal yang
telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.
6. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun. Oleh karena itu, penulis sangat membuka luas bagi yang ingin
menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Medan, Mei 2014
Penulis
M. Adhli Tawakkal S.B.
Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir
di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ABSTRAK
Air baku yang digunakan PDAM Titanadi IPA Sunggal adalah air sungai yang berasal dari sungai belawan yang dari hulu ke hilir melewati Kecamatan Pancur Batu dan Medan sunggal.
Banyak munculnya pemukiman-pemukiman warga di daerah tersebut, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air sungai. Pencemaran air sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi kromium heksavalent yang lebih toxic. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia. Kandungan maksimal ion Cr pada air baku dan air reservoir adalah 0,05 mg/l.
Dari hasil analisis kromium pada air baku diperoleh 0.04mg/L dan air
reservoir diperoleh 0.03mg/L. Dimana baku mutu kromium menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air baku adalah 0.05 mg/L, dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air reservoir adalah 0.05 mg/L Dari data di atas dinyatakan bahwa analisa kadar kromium yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi batas ambang maksimal kadar yang telah ditetapkan.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3
1.2.1 Tujuan ... 3
1.2.2 Manfaat ... 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Air ... 4
2.2 Sumber Air ... 5
2.1.1 Air Laut ... 5
2.1.2 Air Atmosfer ... 6
2.1.3 Air Permukaan ... 6
2.1.4 Air Tanah ... 8
2.3 Pengolahan Air ... 9
2.5.2 Logam Kromium ... 16
2.5.3 Efek Toksik Logam Kromium ... 17
2.6 Teori Umum Kolorimetri ... 18
2.7 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Kolorimetri ... 20
BAB III METODE PENGUJIAN ... 21
3.1 Tempat ... 21
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 21
3.2.1 Sampel ... 21
3.2.2 Alat ... 21
3.2.3 Bahan ... 21
3.3 Prosedur ... 22
3.3.1 Prosedur Analisa Kromium ... 22
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil ... 23
4.2 Pembahasan ... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25
5.1 Kesimpulan ... 25
5.2 Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Data Analisa ... 30
Tabel 2. Baku Mutu Air Baku ... 32
Tabel 2. Baku Mutu Air reservoir ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Rata-Rata dan Deviasi ... 27
Lampiran 2. Gambar Alat Colorimeter DR/890 ... 31
Lampiran 3. Baku Mutu Air Baku Bulanan ... 32
Lampiran 4. Baku Mutu Air reservoir Bulanan ... 33
Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir
di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ABSTRAK
Air baku yang digunakan PDAM Titanadi IPA Sunggal adalah air sungai yang berasal dari sungai belawan yang dari hulu ke hilir melewati Kecamatan Pancur Batu dan Medan sunggal.
Banyak munculnya pemukiman-pemukiman warga di daerah tersebut, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air sungai. Pencemaran air sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi kromium heksavalent yang lebih toxic. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia. Kandungan maksimal ion Cr pada air baku dan air reservoir adalah 0,05 mg/l.
Dari hasil analisis kromium pada air baku diperoleh 0.04mg/L dan air
reservoir diperoleh 0.03mg/L. Dimana baku mutu kromium menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air baku adalah 0.05 mg/L, dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air reservoir adalah 0.05 mg/L Dari data di atas dinyatakan bahwa analisa kadar kromium yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi batas ambang maksimal kadar yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian
sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, H, 2003).
Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah
yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air
bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin.
Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah
industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang dapat
membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri tersebut yang
dapat menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu
sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air.
Secara umum dapat disebutkan bahwa potensi air permukaan di Indonesia
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kondisi daerah aliran sungai (DAS)
buatan), pengaruh iklim, dan tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu
sendiri oleh manusia.
Air bersih yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada
seluruh jaringan distribusinya. Air bersihpun seharusnya tidak mengandung
kuman patogen, segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Air
bersih harus memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air bersih.
Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah kromium (Cr).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis berminat untuk menuliskan tentang
“Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir di PDAM
Tirtanadi IPA Sunggal”. karena penulis menganggap penting untuk mengetahui kualitas air bersih.
Metode analisa yang digunakan adalah metode kolorimetri. Prinsip dasar
metode ini adalah tercapainya kesamaan warna bila jumlah penyerap yang
dilewati sinar pada kedua sisi larutan persis sama. Metode ini dapat diterapkan
untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum berwarna.
Namun dengan menggunakan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
1. untuk mengetahui apakah air baku dan di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 82 Tanggal 14 Desember Tahun 2001.
2. untuk mengetahui apakah air reservoir dan di PDAM Tirtanadi IPA
Sunggal memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April
2010
1.2.2 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang kualitas air minum yang
baik bila ditinjau dari kadar logam kromium.
2. Memberikan informasi tentang kadar logam kromium pada air baku dan
air reservoir yang adadi PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya
(30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung uap air
sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001).
Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat
diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk
berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan
industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk
transportasi baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2001).
Ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif
sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor karena lebih dari 97% air di muka
bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara
langsung. Dari 3% yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai gunung es
(glacier) di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara
langsung. Air yang benar–benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%,
meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi
kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh
Air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air
baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadap, alat
pengukuran, dan peralatan pemantauan sistem pemompaan, dan/atau bangunan
sarana pembawa serta perlengkapannya (Joko, 2010).
Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah
yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air
bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Supaya
air yang masuk ke dalam tubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak
menjadi pembawa bibit penyakit (Mangku, 1997).
Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah
penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang
mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno, 2004).
2.2 Sumber–sumber air
Menurut Sutrisno (2004), sumber–sumber air meliputi:
1. Air laut
2. Air atmosfir
3. Air permukaan
4. Air tanah
2.2.1 Air laut
Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, mempunyai sifat asin,
dibandingkan dengan air daratan. Kadar garam NaCl dalam air laut adalah 3%.
Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum
(Sutrisno, 2004)
2.2.2 Air atmosfer
Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah, dapat pula
dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menampung air hujan dan
dipergunakan saat kekurangan air.
Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa–pipa penyalur
maupun bak–bak reservoir, sehingga akan mempercepat terjadinya korosi. Air
hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian
sabun (Sutrisno, 2004)
2.2.3 Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan akan dapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,
batang–batang kayu, daun–daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Beberapa
pengotoran ini, untuk masing–masing air permukaan berbeda-beda, tergantung
pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan
kotoran fisik, kimia, dan bakteri (Sutrisno, 2004).
Air permukaan ada 2 macam yakni:
a. Air sungai
a. Air Sungai
Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang
kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh–tumbuhan,
termasuk campuran dari air hujan.
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali (Sutrisno, 2004).
Sungai mempunyai karakteristik umum yaitu debit aliran pengeluaran dan
fluktuasi kualitas air sepanjang tahun, hari bahkan jam. Debit aliran minimum
biasanya terjadi pada akhir periode musim kering. Debit aliran maksimum yang
disertai dengan kualitas air yang buruk biasanya terjadi sesudah hujan lebat
selama periode musim hujan. Untuk merekayasa (design) bangunan penangkap air
sungai (river intakes) dengan menggunakan pompa-pompa submersible
(submersible pump), perlu diperhitungkan debit aliran minimum, dan tinggi
permukaan air sungai minimum (Joko, 2010).
Untuk bangunan penangkap air sungai dengan bangunan pelimpah
(spillways) perlu juga diketahui debit aliran maksimum dan tinggi permukaan air
maksimum. Debit aliran maksimum dan minimum dan tinggi permukaan air
terkadang dapat diketahui dari data yang dikumpulkan untuk tujuan irigasi. Untuk
sungai-sungai yang lebih kecil biasanya data yang diperlukan tidak tersedia
namun dapat diperoleh dari penduduk setempat. Sungai dapat tercemar dan
memungkinkan bangunan penangkap air (intakes) sebaiknya ditempatkan di
daerah bagian hulu kota (Joko, 2010).
b. Air Rawa/Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang
menyebabkan warna kuning coklat. Pada permukaan air akan tumbuh algae
(lumut) karena adanya sinar matahari dan O2 (Sutrisno, 2004).
2.2.4 Air tanah
Menurut Sutrisno (2004), air tanah terbagi atas:
a. Air tanah dangkal
b. Air tanah dalam
c. Mata air
a. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur
akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Lapis tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Di
samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada
muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air
akan terkumpul merupakan air tanah dangkal di mana air tanah ini dimanfaatkan
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Air tanah
dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologi, karena
sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah dan dengan
demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun,
kadar kimia air tanah dalam tergantung dari cara atau pengaliran air tersebut. Pada
proses ini, mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga
mengubah kualitas air tersebut (Slamet, J. 1994).
c. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam (Sutrisno, 2004).
2.3 Pengolahan air
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang
dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan
yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air
tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin
banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang
diperlukan untuk mengolah air tersebut. Oleh karena itu dalam praktik sehari-hari
apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena
semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan air dari masyarakat tersebut (Sutrisno, 2004).
Proses pengolahan air baku menjadi air bersih di IPA Sunggal
memerlukan unit-unit pengolahan. Unit-unit serta proses pengolahan air yang
terdapat di IPA Sunggal adalah sebagai berikut:
1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu
di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung
air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar
sungai) dan tinggi ± 4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel)
berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur
ketinggian air masuk ke intake. Bendungan dibuat dengan sistem melintang.
2. Intake
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadap air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan
kasar) yang berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran
besar (>10 cm) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah
masuknya kotoran–kotoran maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus
sungai (>5 cm). Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu ketinggian air
saringan dilakukan secara periodik dan manual untuk menjaga kestabilan air
masuk.
3. Raw Water Tank (RWT)
Raw water tank atau bak air baku merupakan bangunan yang dibangun
setelah intake yang terdiri dari dua unit (empat sel). Setiap unit berdimensi 50 m x
25 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlet
gate, sluice gate dan pintu bilas dua buah. Raw water tank berfungsi sebagai
tempat pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai
dengan sistem sedimentasi (pengendapan alamiah). Di IPA Sunggal volume air
baku pada dua RWT memiliki ± 14.000 m3. Waktu pengendapan (detention time)
untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar
menghasilkan air baku dengan turbidity (kekeruhan) rendah. Tiap sel dalam raw
water tank dibersihkan sekali dalam empat bulan, dan dilakukan secara bergilir
setiap bulannya. Hal ini dilakukan agar proses pengolahan air terus berjalan,
karena pada saat melakukan pembersihan, sel Raw Water Tank ditutup, sehingga
air baku dari intake tidak dapat masuk. Pembersihan sel Raw Water Tank
dilakukan pada malam hari secara manual dengan menggunakan nozle dan
dibuang ke lagoon.
Di Raw Water Tank ini terjadi penginjeksian klorin yang disebut
prechlorination. Prechlorination berfungsi mengoksidasi zat-zat organik,
anorganik dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) dan membunuh spora
4. Raw Water Pump(RWP)
Raw Water Pump atau pompa air baku berfungsi untuk memompakan air
dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas
setiap pompa adalah 110 l/detik dengan rata-rata 18 m, memakai motor AC
nominal 75 KW.
5. Clearator(Clarifier)
Bangunan clearator terdiri dari lima unit dengan kapasitas
masing-masing 400 l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok
yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Hasil clearator
dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke
filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat
ketebalannya secara otomatis.
6. Filter
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak tertahan (lolos)
dari clearator. Filter yang dipakai di IPA Sunggal adalah sistem penyaringan
permukaan (surface filter). Filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya
berlangsung secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter)
berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter
ini berfungsi menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter.
7. Reservoir
melewati media filter. IPA Sunggal mempunyai dua buah reservoir (R1 dan R2)
dengan kapasitas total 12.000 meter3. Reservoir berfungsi untuk menampung air
bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi sebagai tempat
penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi
klor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme
pathogen dan penambahan larutan kapur jenuh untuk menetralisasi pH air karena
dengan adanya kandungan alum dalam air akan membuat pH air bersifat asam.
Kapur disalurkan dari saturator. Saturator adalah sebuah tabung besar yang
merupakan terminal larutan kapur untuk diinjeksikan ke air hasil olahan. Di
PDAM Tirtanadi terdapat dua saturator yang dialirkan ke masing-masing
reservoir 1 dan reservoir 2.
8. Finish Water Pump (FWP)
Finish water pump (FWP) IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi
untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir
distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi lima
jalur dengan kapasitas 150 liter/detik. Air hasil olahan tersebut dapat
didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air. Untuk memastikan kualitas
air, perlu dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu mutlak diperlukan
agar kualitas air bersih dapat dijamin sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi aspek fisika,
9. Lagoon
Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan
ke lagoon untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman
dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah
diterapkan sejak tahun 2002 di IPA Sunggal dengan kapasitas 9.600 m3
(berdimensi 80 x 40 m).
Lagoon terdiri dari tiga sel. Sel pertama adalah sebagai tempat lumpur. jika sel
telah penuh, lumpur akan disedot ke atas dan digunakan untuk menimbuh tanah
sekitar lagoon. Air dari sel pertama ini akan dialirkan ke sel berikutnya yang
difiltrasi dengan batu bronjong. Air dari sel kedua ini difiltrasi lagi dengan batu
bronjong ke sel ketiga pada tiap-tiap unit produksi, dibuang ke lagoon untuk
diproses lagi menjadi air bersih. Sehingga tidak ada air yang dibuang kembali ke
badan air apabila sudah memasuki intake.
2.4 Syarat-syarat air minum
Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di
kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari
sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya
bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya
memenuhi syarat-syarat kualitas air minum.
Menurut Gabriel (2001), air siap minum/air minum ialah air yang sudah
Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri
coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air
siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut :
− Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
− Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik
− Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
− Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard
− Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman
2.5 Kandungan bahan kimia
Menurut Sutrisno (2004), air mempunyai sifat melarutkan bahan kimia.
Air rumusnya adalah : H2O + X, dimana X merupakan zat-zat yang dihasilkan air
buangan oleh aktivitas manusia selama beberapa tahun. Dengan bertambahnya
aktivitas manusia, maka faktor X tersebut dalam air akan bertambah dan
merupakan masalah. Faktor X merupakan zat-zat kimia yang mudah larut dalam
air dan dapat menimbulkan masalah sebagai berikut:
a. Toksisitas
b. Reaksi-reaksi kimia yang menyebabkan
1. Pengendapan yang berlebihan.
2. Timbulnya busa yang menetap, yang sulit untuk dihilangkan.
3. Timbulnya respon fisiologis yang tidak diharapkan terhadap rasa.
2.5.1 Logam kromium
Kata kromium berasal dari bahasa yunani (chroma) yang berarti warna.
Dalam bahan kimia, kromium dilambangkan dengan Cr dan pertama kali
ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797. Logam berat kromium (Cr)
merupakan logam berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu
tinggi, mengkilat, keras, bersifat paramagnetik, dan mempunyai bentuk
senyawa-senyawa berwarna (Widowati,w dkk dan palar.2008).
Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami.
Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan
diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+),
namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak
ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi
kromium heksavalent yang lebih toxic. (Widowati,w dkk dan palar.2008).
Dalam badan perairan, Kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu
secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat
disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan
mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan
dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber
kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau
buangan industri sampai buangan rumah tangga. (palar.2008).
Dalam badan perairan terjadi bermacam-macam proses kimia mulai dari
pengompleksan dan sistem redoks. Dapat terjadinya pengendapan dan atau
sedimentasi logam Cr di dasar perairan. Proses-proses kimiawi yang berlangsung
dalam badan perairan juga dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa reduksi dari
senyawa-senyawa Cr6+ yang sangat beracun menjadi Cr3+ yang kurang beracun.
Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr6+ menjadi Cr3+ dapat berlangsung
bila badan perairan berada dan atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam,
untuk perairan yang bersifat basa. Ion-ion Cr3+ akan mengendap (palar.2008).
2.5.2 Efek toksik logam kromium
Kromium merupakan mikronutrien bagi mahluk hidup, tetapi bersifat
toksik dalam dosis tinggi. Kromium dibutuhkan untuk metabolisme hormon
insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Kromium bisa
menyebabkan hiperglisemia, glikosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh,
munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menyebabkan
infertilitas (Widowati,W 2008).
Logam kromium adalah bahan kimia yang bersifat persisten,
bioakumulatif, dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai dalam
lingkungan. Sulit diuraikan, dan akhirnya diakumulasi dalam tubuh manusia
melalui rantai makanan. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya
terhadap manusia secara berurutan, mulai dari tingkat toksisitas terendah yakni,
Cr(0), Cr(III), Cr(VI). Cr(VI) pada umumnya 1000 kali lipat lebih toksik
dibandingkan Cr(III). Kromium Cr(III) bersifat kurang toksksik dibandingkan
Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran
pernapasan kumulatif pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi
unsur ini dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang ditetapkan
kemungkinan dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem
pencernaan dan sistem pernapasan. (Palar, 2008).
Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai
standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l. angka ini sesuai
dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,
maupun WHO European, maupun WHO Internasional. (sutrisno, 2004).
2.6 Teori umum kolorimetri
Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan.
Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu
komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh
ahli kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa
berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, intensitas warna
kemudian dapat dibandingkan dengan menangani kuantitas yang diketahui dari
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna
ataupun komponen yang belum berwarna, namun dengan menggunakan reagen
pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan
fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti
jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah
sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.
Kolorimetri terbagi atas 2 metoda yaitu :
a) Kolorimetri visual
Menggunakan mata sebagai detektor
b) Kolorimetri Fotolistrik
Menggunakan fotosel sebagai detektornya.
Syarat metoda kolorimetri adalah harus berwarna. Jika larutan tidak
berwarna maka dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen
pewarna. Sedangkan syarat pewarnaan ini antara lain :
- Warna yang terbentuk harus stabil
- Reaksi pewarnaan harus selektif
- Larutan harus transfaran
- Kesensitifannya tinggi
- Ketepatan ulang tinggi
- Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi
Asas dasar kebanyakan pengukuran kolorimetri terdiri dari pembandingan
yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan
ditetapkan itu. Pembandingan kuantitatif kedua larutan itu pada umumnya dapat
dilakukan oleh salah satu dari beberapa metode. Dan metode yang digunakan pada
metode ini adalah metode fotometer fotolistrik.
2.7 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Kolorimetri
Logam kromium termasuk logam kelompok mikroelemen, sehingga
jumlahnya sangat sedikit sekali dalam kondisi normal. Larutan kromium dapat
diukur dengan menggunakan alat kolorimetri. Transmitans larutan diukur pada
365 – 370 nm.
Cara pengujian kadar kromium di dalam air dengan menggunakan alat
kolorimetri fotolistrik. Kromium dan logam lain dalam sampel bereaksi dengan
penambahan Croma Ver 3 yang berisikan acidic buffer dan 1,5
diphenylcarbohydrazide yang memberikan warna purple (ungu). Larutan sampel
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat
Analisa kadar kromium (Cr) dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtanadi Sunggal, bagian Instalasi Pengolahan Air (IPA) di
laboratorium Pengendalian Mutu yang bertempat di Jln. Pekan Sunggal No. 1a
Medan Sunggal.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan
3.2.1 Sampel
1. Air baku, yaitu air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu di
kecamatan Pancur Batu dan melintasi kecamatan Medan Sunggal.
2. Air reservoir, yaitu merupakan air yang telah melalui serangkaian proses
pengolahan yang siap untuk diteruskan pada konsumen.
3.2.2 Alat
Colorimeter DR/890, kuvet 25 ml.
3.2.3 Bahan
3.3 Prosedur
3.3.1 Prosedur Analisa Kromium
1. Dihidupkan alat DR/890 Colorimeter
2. Ditekan “PRGM” kemudian tekan ”13” untuk analisa Kromium
3. Ditekan “ENTER”, layar akan menunjukkan mg/l Cr6+
4. Diisi kuvet pertama (sebagai blanko) dan kuvet kedua (sebagai sampel)
dengan 10 ml sampel air
5. Ditambahkan 1 bungkus Croma Ver 3 Reagent Powder Pillow ke dalam
kuvet pertama dan kuvet kedua, diaduk hingga larut
6. Ditekan “TIMER” kemudian “ENTER” ditunggu sampai 5 menit
7. Setelah waktunya tercapai, diletakkan blanko pada dudukan kuvet dan
ditutup
8. Ditekan “ZERO”, layar akan menunjukkan 0.00 mg/l Cr6+
9. Diletakkan kuvet kedua (sampel) pada dudukan kuvet dan ditutup. Ditekan
“READ”, Dicatat hasil analisa Kromium yang ditunjukkan layar,
percobaan dilakukan sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung kadar
rata-rata dan data yang diambil adalah rata-rata-rata-rata dari deviasi terkecil. Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil analisis kadar kromium (Cr) pada air baku dan air reservoir pada
tanggal 26 Februari 2014 pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Analisa
No. Sampel Kadar (mg/l) Deviasi (%) Kadar sebenarnya (mg/l)
1 Air Baku 1 0.045 11,11 -
2 Air Baku 2 0.04 0 0,04
3 Air Baku 3 0,045 11,11 -
1 Air Resevoir 1 0,025 20 -
2 Air Resevoir 2 0,03 0 0,03
3 Air Resevoir 3 0,025 20 -
4.2 Pembahasan
Analisa kadar kromium menggunakan alat Colorimeter DR/890. Pada
sampel air baku dapat dilihat pada table diatas. Kadar yang digunakan adalah
kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah Kadar Air Baku 2 = 0,04
mg/L dengan deviasi = 0% . Dimana menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001, kadar maksimal air baku untuk kromium adalah 0.05 mg/L. Dari data di
atas dinyatakan bahwa air baku sungai Belawan yang mengalir dari hulu ke hilir
digunakan sebagai air baku untuk pengolahan air, karena tidak melewati ambang
batas air baku yang telah ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001.
Sedangkan, Analisa kadar kromium pada sampel air reservoir. Kadar yang
digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah air
Reservoir 2 = 0,03 mg/L dengan deviasi = 0%. Dimana menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, kadar maksimal air Reservoir
untuk kromium adalah 0.05 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa air
Reservoir layak untuk digunakan oleh masyarakat/konsumen, karena tidak
melewati ambang batas air baku yang telah ditetapkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, dan pengolahan air baku menjadi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa air sungai belawan
layak digunakan sebagai air baku di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal karena
tidak melewati batas kadar maksimal menurut Peraturan Pemerintah No.
82 tanggal 14 Desember tahun 2001.
2. Dari analisis yang dilakukan pada air Reservoir yang terdapat di PDAM
Tirtanadi IPA Sunggal, dapat disimpulkan bahwa pengolahan yang
dilakukan di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal baik karena kadar kromium
pada air baku berkurang setelah melewati proses pengolahan, dan
memenuhi syarat baku mutu air reservoir menurut Peraturan Menteri
Kesahatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April 2010
5.2Saran
Diharapkan pemerintah menata pemukiman yang ada disekitar aliran
sungai belawan yang melewati kecematan pancur batu dan medan sunggal untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alamtsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman. 221.
Basset. J, dkk, 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit: Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 11.
Joko, T. (2010). Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Baku. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Halaman 11, 53, 113
Mangku, (1997). Air Untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit Grasindo. Halaman 9.
Palar, Heryando.(2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Slamet, S.J. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada. Halaman 82.
Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 1-2, 8, 12-19, 52-60.
Wardhana, A.W. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan
Lampiran 1
Perhitungan Rata-Rata dan Deviasi:
1. Rata-Rata dan Deviasi Kadar Kromium (Cr) pada Air Baku:
Hasil Uji : 1. Percobaan 1(K1) = 0,04 mg/L
2. Percobaan 2 (K2) = 0,05 mg/L
3. Percobaan 3 (K3) = 0,04 mg/L
Rata-rata data 1dan 2
Kadar rata-rata 1 (Krt1) = (K1+K2)/2
= (0,04+0,05)/2
= 0,045 mg/L
Deviasi (d1) = %
= , ,
, %
= 11,11 %
Rata-rata data 1dan 3
Kadar rata-rata 2 (Krt2) = (K1+K3)/2
= (0,04+0,04)/2
= 0,04 mg/L
Deviasi (d2) = %
= , ,
, %
Lampiran 1 (sambungan)
Rata-rata data 2 dan 3
Kadar rata-rata 3 (Krt3) = (K2+K3)/2
= (0,05+0,04)/2
= 0,045 mg/L
Deviasi (d3) = %
= , ,
, %
= 11,11 %
Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang
dalam hal ini adalah Kadar rata-rata 2 (Krt2) = 0,04 mg/L dengan
deviasi = 0%
2. Rata-Rata dan Deviasi Kadar Kromium (Cr) pada Air Reservoir:
Hasil Uji : 1. Percobaan 1(K1) = 0,03 mg/L
2. Percobaan 2 (K2) = 0,02 mg/L
3. Percobaan 3 (K3) = 0,02 mg/L
Rata-rata data 1dan 2
Kadar rata-rata 1(Krt1) = (K1+K2)/2
= (0,03+0,02)/2
Lampiran 1 (sambungan)
Deviasi (d1) = %
= , ,
, %
= 20%
Rata-Rata data 1dan 3
Kadar rata-rata 2(Krt2) = (K1+K3)/2
= (0,03+0,03)/2
= 0,03 mg/L
Deviasi (d2) = %
= , ,
, %
= 0 %
Rata-Rata data 2dan 3
Kadar rata-rata 3 (Krt3) = (K2+K3)/2
= (0,02+0,03)/2
= 0,025 mg/L
Deviasi (d3) = %
= , ,
, %
Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang
dalam hal ini adalah Kadar rata-rata 2 (Krt2) = 0,03 mg/L dengan
deviasi = 0%
Lampiran 1 (sambungan)
3. Tabel data analisis kromium pada air baku dan air reservoir
Hasil perhitungan kadar kromium (Cr) diatas dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Data Analisa
No. Sampel Kadar (mg/l) Deviasi (%) Kadar sebenarnya (mg/l)
1 Air Baku 1 0.045 11,11 -
2 Air Baku 2 0.04 0 0,04
3 Air Baku 3 0,045 11,11 -
4 Air Resevoir 1 0,025 20 -
5 Air Resevoir 2 0,03 0 0,03
6 Air Resevoir 3 0,025 20 -
Keterangan : 1. Rata-rata Percobaan Air Baku 1 dan 2
2. Rata-rata Percbaan Air Baku 1 dan 3
3. Rata-rata Percobaan Air Baku 2 dan 3
4. Rata-rata Percobaan Air Resevoir 1 dan 2
Lampiran 2
Lampiran 3
Peraturam Pemerintah No. 82 Tahun 2001 standar kualitas baku mutu air baku
[image:42.595.122.512.226.588.2]dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 2. Baku Mutu Air Baku
No Parameter Satuan *Kadar maks air minum
1. Temperatur 0C Deviasi 3
2. Kekeruhan NTU -
3. Warna - -
4. Alkalinitas mg/L -
5. Kesadahan mg/L -
6. Besi (Fe) mg/L 0.3
7. Mangan (Mn) mg/L 0.1
8. Aluminium (Al) mg/L -
9. Nitrat (sebagai N) mg/L 10
10. Nitrit (sebagai N) mg/L 0.06
11. Amonia mg/L 0.5
12. pH mg/L 6-9
13. DO mg/L -
14. CO2 Agresif mg/L -
15 Seng (Zn) mg/L 0.05
16. Sianida mg/L 0.02
17. Kromium mg/L 0.05
18. Daya hantar listrik µs/cm -
19. Klorida mg/L -
20. Sulfida mg/L 0.002
Lampiran 4
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
[image:43.595.115.512.224.515.2]Persyaratan Kualitas Air Minum, dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 3. Baku Mutu Air Reservoir
No Parameter Satuan *Kadar maks air minum
1. Temperatur 0C Suhu udara ±3 0C
2. Kekeruhan NTU 5
3. Sisa Chlor mg/L 0.3 – 1.0
4. Alkalinitas mg/L -
5. Kesadahan mg/L 500
6. CO2 Agresif mg/L -
7. Daya Hantar Listrik µs/cm -
8. Besi (Fe) mg/L 0.3
9. Mangan (Mn) mg/L 0.4
10. Aluminium (Al) mg/L -
11. Nitrat (NO3) mg/L 50
12. Nitrit (NO2) mg/L 3
13. Amonia mg/L 1.5
14. pH - 6.5-8.5
15. Seng (Zn) mg/L 3
16. Sianida mg/L 0.07
17. Kromium mg/L 0.05
18. Klorida mg/L 250