• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perubahan Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Perubahan Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN SUB DAS

CITANDUY HULU TERHADAP KUALITAS

AIR SUNGAI CITANDUY HULU

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Perubahan Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

INTAN HANDAYANI. Kajian Perubahan Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu. Dibimbing oleh SITI BADRIYAH RUSHAYATI dan AGUS PRIYONO.

Bersamaan dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan tempat tinggal semakin meningkat sehingga mendesak keberadaan lahan hutan daerah hulu aliran sungai. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS mengindikasikan terjadi penurunan kualitas air salah satunya di Sub DAS Citanduy Hulu. Tujuan penelitian adalah mengkaji perubahan tutupan lahan, perubahan kualitas air dan keterkaitan antar keduanya. Analisis yang digunakan yaitu perubahan penutupan lahan dan perhitungan Indeks Kualitas Air–National Sanitation Foundation (IKA-NSF). Tipe tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu mengalami penurunan luas tutupan pada hutan (33.27%), semak belukar (45.25%) dan badan air (47.59%). Tipe tutupan mengalami peningkatan luas pada permukiman (107.88%), sawah (98.52%), pertanian lahan kering (26.97%) dan lahan terbuka (74.02%). Kualitas air Sungai Citanduy Hulu termasuk dalam kategori baik. Nilai IKA Sungai Citanduy Hulu kecenderungan berkurang dari 73.16 di tahun 2003 menjadi 70.42 di tahun 2011. Semakin menurunnya luas hutan, semak belukar dan badan air serta semakin meningkatnya luas permukiman, sawah, pertanian lahan kering dan lahan terbuka di Sub DAS Citanduy Hulu menyebabkan penurunan kualitas air Sungai Citanduy Hulu.

Kata kunci: kualitas air, Sub DAS Citanduy Hulu, tutupan lahan. ABSTRACT

INTAN HANDAYANI. The Study of Land Cover Changes at Citanduy Hulu Subwatershed Towards The Water Quality of Citanduy Hulu River. Supervised by SITI BADRIYAH RUSHAYATI and AGUS PRIYONO.

Along with the growth of population, the need of areas for residential is also increasing which interfere the existence of forest along the river upstream areas. Land use changes which occured on the watershed indicates the decrease of water quality for example in Citanduy Hulu subwatershed. The aim of this research is to assess the changing of land cover, water quality and the relation between both aspects. Analysis which was used in this research are changes of land cover, and Index of Water Quality-National Sanitation Foundation (IKA-NSF) calculation. Land cover type in Citanduy Hulu subwatershed which decreased are forest (33.27%), bushes (45.25%), and waterbody (47.59%). Land cover type which increased are residential (107.88%), paddyfield (98.52%), dryland farming (26.97%), and open space (74.02%). The water quality of Citanduy Hulu river is categorized as good. The value of IKA on Citanduy Hulu river showed the tendency to decline from 73.16 in 2003 to 70.42 in 2011. The decrease of forest, bushes, and waterbody also the increase of residential, paddyfield, dryland farming and open space at Citanduy Hulu subwatershed caused the decrease of water quality at Citanduy Hulu river.

(5)

KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN SUB DAS

CITANDUY HULU TERHADAP KUALITAS

AIR SUNGAI CITANDUY HULU

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

INTAN HANDAYANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kajian Perubahan Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu

Nama : Intan Handayani NIM : E34080049

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi Pembimbing I

Ir Agus Priyono, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai September 2012 ini Daerah Aliran Sungai (DAS), dengan judul Kajian Perubahan Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi dan Bapak Ir Agus Priyono, MS selaku pembimbing, serta Bapak Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Balai Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat dan Bina Program Sumber Daya Air (BP SDA) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga terutama ayah, ibu, ketiga kakak saya, keponakan serta A Fajar Surahman dan keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Teman-teman Lab. Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial, sahabat tercinta (Fatwa, Fiqh, Rika, Rifki dan Arya Arismaya), keluarga KSHE 45 (EDELWEIS) dan keluarga besar HIMAKOVA atas segala doa, bantuan dan canda tawa. Seluruh staf pengajar, tata usaha, laboran, mamang bibi serta keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan serta memberikan ilmu pengetahuan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

TujuaN Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Lokasi 3

Alat dan Bahan 3

Metode Pengumpulan Data 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu 7

Perkembangan Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu 10

Pengaruh Penutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air

Sungai Citanduy Hulu Periode 2003 sampai 2011 19

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Alat dan bahan yang digunakan 3

2 Jenis data yang digunakan dalam penelitian 4

3 Bobot parameter dalam perhitungan indeks kualitas air nsf-wqi 6 4 Hubungan kisaran nilai Indeks Kualitas Air dengan tingkat mutu

kualitas air 6

5 Klasifikasi dan kunci interpretasi tipe penutupan lahan 7 6 Tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu Tahun 2003 dan Tahun 2011 8 7 Perubahan tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu (periode 2003-2011) 9 8 Suhu air Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 13 9 Zat padat terlarut Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 14 10 Zat padat tersuspensi Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 14 11 Oksigen terlarut Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 15 12 BOD Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 15 13 pH Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 16 14 Nitrat Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 16 15 Fosfat Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011 17 16 Nilai Indeks Kualitas Air tahun 2003 sampai 2011 18

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir permasalahan penelitian 2

2 Peta lokasi penelitian 3

3 Skema tahapan pengolahan citra Landsat 5

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan penduduk, meningkatnya kebutuhan tempat tinggal dan kebutuhan akan lahan pertanian menyebabkan meningkatnya kebutuhan penggunaan alami. Peningkatan penggunaan lahan menyebabkan terjadinya pembukaan lahan baru dan alih fungsi ahan yang ada, salah satunya adalah kawasan hutan tempat sumber mata air dan hulu daerah aliran sungai berasal. Desakan terhadap kawasan hutan untuk dijadikan perumahan, industri serta fungsi lainnya akan merubah tatanan lanskap dan struktur vegetasi kawasan hutan sehingga berdampak pada penurunan fungsi hidrologis sebagai areal resapan air dan pengendali erosi. Asdak (2007) menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS mengindikasikan bahwa telah terjadi proses penurunan kuantitas dan kualitas sumberdaya DAS.

Sub DAS Citanduy Hulu merupakan salah satu Sub DAS yang termasuk DAS Citanduy. Sub DAS ini merupakan suatu kesatuan ekosistem yang memiliki fungsi dan peranan penting, terutama sebagai sumber air serta pengendali DAS bagian hilir. Perubahan tutupan lahan di bagian hulu akan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya beberapa fungsi DAS. Perubahan tutupan lahan di Sub DAS Citanduy Hulu mengakibatkan perubahan kualitas air sungai khususnya kandungan organik dan sedimen tersuspensi terutama di bagian hilir yaitu Segara Anakan. Masukan limbah asing pada air sungai akibat aktivitas manusia juga menyebabkan terjadinya pencemaran kualitas air yang menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologis. Guna melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air Sub DAS Citanduy Hulu, perlu dilakukan evaluasi perubahan tipe tutupan lahan dan kualitas air dalam selang waktu beberapa tahun

Perumusan Masalah

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy Hulu yang secara peruntukan berfungsi sebagai kawasan konservasi tidak luput pula dari perubahan penggunaan/konversi hutan dan lahan. Beberapa tahun terakhir luas hutan alam Citanduy Hulu memang mengalami peningkatan, namun luas hutan tanaman mengalami penurunan yang cukup tajan sebesar 31900 ha (6.7%) (Prasetyo 2004). Kecenderungan penurunan kawasan resapan air ini menjadi peruntukan lain terutama permukiman dan kegiatan pertanian. Aktivitas alih fungsi lahan dan semakin intensifnya kegiatan pertanian karena lahan sempit di daerah hulu telah berakibat pada kerusakan daerah aliran sungai. Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS Citanduy terutama Sub DAS Citanduy Hulu disebabkan oleh tingginya tekanan penduduk terhadap lahan pertanian dan kehutanan yang semakin intensif melebihi kemampuan daya dukungnya.

(12)

2

Kerusakan kawasan hulu yang semestinya berfungsi sebagai kawasan konservasi telah mengakibatkan permasalahan lingkungan seperti penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh peningkatan erosi karena perubahan peruntukan lahan, penurunan kemampuan menyerap dan menyimpan air serta perubahan lahan DAS menjadi permukiman dan areal pertanian juga mengakibatkan berbagai pencemaran yang dihasilkan dari aktivitas tersebut, sehingga dapat menurunkan kualitas air sungai Citanduy Hulu. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat dianalisis perubahan tutupan lahan tahun 2003 dan 2001 dan kualitas air Sungai Citanduy Hulu tahun 2003 dan 2011 dengan menggunakan mutu kualitas air serta pengaruh dari perubahan tutupan lahan dan kualitas air tersebut (Gambar 1).

Gambar 1 Bagan alir permasalahan penelitian. Tujuan Penelitian

Penelitian memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengkaji perubahan tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu dari tahun 2003 sampai tahun 2011.

2. Mengkaji perubahan kualitas air Sungai Citanduy Hulu dari tahun 2003 sampai tahun 2011.

3. Mengkaji kaitan antara perubahan tutupan lahan dengan perubahan kualitas air Sungai Citanduy Hulu.

Manfaat Penelitian

(13)

3

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus dan September 2012. Pengambilan data lapangan berupa penandaan lokasi (ground check) dilakukan di selama satu bulan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy segmen hulu yaitu Sub DAS Citanduy Hulu dengan luas ± 24232.59 ha, secara administrasi pemerintahan termasuk dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Ciamis yaitu Kecamatan Panjalu dan Panumbangan dan Kabupaten Tasikmalaya yaitu Kecamatan Kadipaten, Ciawi, Pagerageung dan Sukaresik. Selain itu untuk pengambilan data air dilakukan di titik pantau Panumbangan di Kabupaten Ciamis. Pengolahan data dilakukan selama lima bulan di Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini tercantum dalam Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan

No Nama alat dan bahan Kegunaan

1 Global Positioning System (GPS) Menetukan titik koordinat

2 Alat tulis Membantu penulisan data dilapang

3 Kalkulator Menghitung

4 Kamer digital Dokumetasi

5 Seperangkat komputer dilengkapi dengan software

ArcGIS 9.3 dan ERDAS 9.1 Mengolah data

6

Peta batas kawasan Sub DAS Citanduy Hulu, peta aliran sungai Citanduy Hulu, peta citra Landsat ETM+ 2003 dan citra Landsat ETM+ 2011

(14)

4

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari cek lapangan dan wawancara, sedangkan data sekunder adalah informasi yang berhubungan dengan penelitian seperti peta, data kualitas air, data debit sungai, data curah hujan dan kondisi umum kawasan dan diperoleh melalui inventarisasi dari sumber data seperti tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis data yang digunakan dalam penelitian

No Jenis data Sumber data Teknik pengumpulan data

1 Peta administrasi, peta Sub DAS Citanduy Hulu serta peta aliran sungai Citanduy Hulu

BP DAS Citanduy – Cimanuk dan PPLH IPB

Inventarisasi data dari berbagai sumber dan metode pengamatan langsung (Observation)

Inventarisasi data dari berbagai sumber

4 Data Curah Hujan Tahun 2003 – 2011

BP SDA Jawa Barat Inventarisasi data dari berbagai sumber

Observasi Lapang Metode pengamatan langsung

(Observation) dan metode

wawancara

Pengumpulan data primer dalam kegiatan ini diperoleh dari hasil observasi lapangan dan wawancara di lapangan. Metode ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara informasi yang diberikan oleh informan dan hasil pustaka terhadap keadaan di lapangan. Data lain yang digunakan adalah data Ground Control Point (GCP) untuk menandakan lokasi-lokasi jenis penutupan lahan yang ada di lapangan. Data GCP merupakan data yang menyatakan posisi keberadaan suatu benda di atas permukaan bumi. Pengambilan data ini dilakukan dengan cara menandakan lokasi (ground check) dan dicatat koordinat lokasi melalui Global Positioning System (GPS). Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur dan telaah dokumen. Data sekunder ini diperoleh dengan cara inventarisasi data yaitu mengumpulkan, mempelajari dan menelaah dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis Data Peta Tutupan Lahan

(15)

5

Gambar 3 Skema tahapan pengolahan citra Landsat. Perubahan Tutupan Lahan

Perubahan tutupan lahan yang dianalisis dengan membandingkan luasan setiap tipe tutupan lahan tahun 2003 dan tahun 2011.

Analisis Kualitas Air

Data kualitas air tahun 2003 sampai tahun 2011 dianalisis dengan membandingkan nilai hasil pemantauan setiap parameter pada musim hujan dan musim dengan baku mutu air sungai yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Analisis Status Mutu Kualitas Air

Status mutu kualitas air dihitung dengan menggunakan metode Indeks Kualitas Air – National Sanitation Foundation (IKA-NSF) berdasarkan Ott (1978) dalam Dwivedi dan Phatak (2007). Parameter yang diukur dalam perhitungan IKA meliputi oksigen terlarut, pH, Biochemical Oxygen Demand, nitrat, phosfat, suhu deviasi dan padatan total.

Tahapan analisis data:

(16)

6

Tabel 3 Bobot parameter dalam perhitungan indeks kualitas air nsf-wqi

No Parameter Bobot parameter

ke-i (Wa)

a = Bobot parameter menurut Ott (1978)

b = Bobot parameter yang sudah dimodifikasi (jika data primer suhu air tidak digunakan).

b. Nilai IKA (Indeks Kualitas Air)

Untuk menentukan nilai IKA menggunakan rumus sebagai berikut :

IKA − NSF = ∑

Keterangan:

IKA-NSF= Indeks Kualitas Air – National Sanitation Foundation Wi = Bobot masing-masing parameter

Ii = Nilai sub-indeks tiap parameter n = Jumlah parameter

c. Tingkat kualitas air

Menurut Ott 1978 dalam Dwivedi dan Phatak (2007) penggolongan kualitas air atau hubungan nilai IKA dengan kualitas air dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hubungan kisaran nilai Indeks Kualitas Air (IKA) dengan tingkat mutu kualitas air

No Kisaran nilai indeks total Tingkat mutu kualitas air

1. 0 – 25 Sangat Buruk

2. 25 – 50 Buruk

3. 51 – 70 Sedang

4. 71 – 90 Baik

5. 91 – 100 Sangat Baik

Analisis Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Kualitas Air

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Sub DAS Citanduy Hulu secara geografis terletak pada 108° 6' 47'' Bujur Timur sampai 108° 7' 33'' Bujur Timur dan 7° 9' 58'' Lintang Selatan sampai 7 ° 10' 14'' Lintang Selatan. Secara administrasi pemerintahan Sub DAS Citanduy Hulu berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan DAS Cimanuk, selatan berbatasab dengan Sub DAS Ciseel, barat berbatasan dengan DAS Ciwulan dan timur berbatasan dengan Sub DAS Cimuntur. Sub DAS Citanduy Hulu merupakan bagian dari DAS Citanduy yang mengalir dari Gunung Cakra Bhuwana dengan luas ± 24232.59 ha. Secara topografis bentuk wilayah Sub DAS Citanduy Hulu adalah bergelombang dengan kemiringan kurang dari 30%, berbukit dengan kemiringan lereng 30 – 50% dan bergunung dengan kemiringan 50%. Ketinggian paling rendah 685 mdpl dan yang tertinggi 1100 mdpl. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson, Sub DAS Citanduy Hulu pada umumnya mempunyai tipe iklim C dengan temperatur udara berkisar antara 26° C sampai 30° C dan kelembaban udara relatif 67 % - 75 %. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Sub DAS Citanduy Hulu dapat dilihat secara nyata dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yang mengakibatkan terjadinya perubahan penutupan lahan yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas perairan sub DAS Citanduy Hulu. Peningkatan jumlah penduduk di dua kabupaten tersebut menyebabkan kepadatan agraris di Sub DAS Citanduy Hulu meningkat dengan kepadatan paling tinggi yaitu 16.8 orang/ha. Mata pencaharia penduduk di wilayah Citanduy adalah sebagai petani dan buruh tani dengan pola penggunaan lahan terbanyak yaitu tegalan dan sawah.

Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu

Tutupan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi (Lillesand dan Kiefer 1990). Burley (1961) diacu dalam Lo (1995) menyebutkan bahwa tutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Tutupan lahan di Sub DAS Citanduy Hulu berdasarkan survey diklasifikasikan ke dalam tujuh kategori yaitu hutan, permukiman, sawah, pertanian lahan kering, semak belukar, lahan terbangun dan badan air. Klasifikasi dan kunci interpretasi tipe tutupan lahan pada citra Landsat band 5,4,3 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi dan kunci interpretasi tipe tutupan lahan

No Tipe tutupan lahan Deskripsi

1 Hutan Hutan yang ada di lokasi penelitian yaitu hutan alam yang berada di Gunung Galunggung, Gunung Syawal dan Gunung Cakra bhuwana, selain itu terdapat pula hutan tanaman seperti hutan tanaman sengon dan karet.

(18)

8

Tabel 5 Klasifikasi dan kunci interpretasi tipe tutupan lahan (lanjutan)

No Tipe tutupan lahan Deskripsi

3 Sawah Sawah yang ditemukan ada dua yaitu sawah tadah hujan dan sawah irigasi. Sawah tadah hujan merupakan sawah yang hanya memanfaatkan air hujan dan ketika musim kemarau tapak kering, sedangkan sawah irigasi merupakan sawah yang setiap tahunnya selalu hijau atau tapak basah sekalipun musim kemarau karena memanfaatkan air irigasi atau dialiri dari sungai. Sawah irigasi lebih mendominasi dibandingkan sawah tadah hujan.

4 Pertanian lahan kering

Fisiografis pertanian lahan kering datar seperti yang ditemukan di lapangan yaitu cabe, singkong, jagung dll.

5 Semak Belukar Semak belukar merupakan areal terbuka yang ditumbuhi oleh tumbuhan bawah dan semak/belukar. Banyak ditemukan di kaki Gunung Galunggung dan Gunung Cakrabhuwana.

6 Lahan Terbuka Lahan terbuka merupakan lahan yang tidak bervegertasi, yang ditemui di lapangan adalah lahan bekas garapan atau pembukaan lahan dan padang rumput. Fisiografis lahan terbuka dari datar hingga curam dengan tapak kering.

7 Badan Air Badan air memiliki fisiografis yang datar dan tapak berair. Badan air yang ditemui dilapangan yakni Sungai Citanduy dan Situ Panjalu.

Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu Tahun 2003 dan Tahun 2011

Data tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu tahun 2003 dan tahun 2011 diperoleh dari hasil pengolahan citra (Gambar 4). Berdasarkan interpretasi citra Landsat tahun 2003 diperoleh data mengenai luasan pada setiap tipe tutupan lahan (Tabel 6). Tipe penutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu yang terluas adalah semak belukar dengan luas 6949.74 ha dengan persentasi 27.46 %, tipe penutupan lahan terluas kedua yaitu pertanian lahan kering 5512.72 ha, kemudian hutan 5251.41 ha, sawah 2954.27 ha, badan air 1955.97 ha, lahan terbuka 915.3 ha dan luasan terkecil adalah permukiman yaitu 693.18 ha.

Tabel 6 Tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu Tahun 2003 dan Tahun 2011

No Tipe tutupan lahan

Luas tutupan lahan (ha) Perubahan tutupan

lahan

(19)

9 1592.82 ha, permukiman 1440.99 ha dan luasan terkecil adalah badan air yaitu 1025.10 ha.

Gambar 4 Peta tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu tahun 2003 dan tahun 2011.

Perubahan Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu Periode 2003-2011 Perubahan tutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang berubah pada waktu yang berbeda karena faktor alami dan manusia (Lillesand dan Kiefer 1990). Lo (1995) menyatakan bahwa deteksi perubahan lahan mencakup penggunaan fotografi udara berurutan di wilayah tertentu dan dari data tersebut penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat dipetakan dan dibandingkan. Cambell (1983) diacu dalam Lo (1995) juga menyatakan bahwa peta perubahan penggunaan lahan dua periode waktu biasanya dapat dihasilkan dan dibandingkan. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat ETM+ tahun 2003 dan citra Landsat ETM+ tahun 2011 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan tutupan lahan di Sub DAS Citanduy Hulu yang cukup menonjol. Jenis, luas tipe penutupan lahan dan perubahannya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 7 Perubahan tutupan lahan Sub DAS Citanduy Hulu (periode 2003-2011)

Penutupan

Jumlah 3504.33 1440.99 5864.73 6999.33 3805.29 1592.82 1025.1 24232.59

(20)

10

Galunggung dan kaki Gunung Cakrabhuwana) dan Kabupaten Ciamis yaitu Gunung Syawal. Tahun 2003 luas wilayah hutan di wilayah penelitian adalah sebesar 5251.41 ha berkurang sebesar 1747.08 ha menjadi 3504.33 ha di tahun 2011 dengan persentase pengurangan sebesar 33.27 %. Perubahan ini akibat konversi hutan menjadi sawah dan pertanian kering. Tahun 2003 luas permukiman di Sub DAS Citanduy Hulu adalah 693.18 ha, bertambah menjadi 1440.99 ha di tahun 2011 dengan persentase penambahan 107.88 %. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Kependudukan Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis, hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tersebut mengakibatkan aktivitas domestik meningkat dan kegiatan industri serta peternakan yang berada di areal permukiman.

Luas sawah tahun 2003 hanya sebesar 2954.27 ha. Pada tahun 2011 luas sawah sebesar 5864.73 ha bertambah 2910.46 ha. Penambahan luasan ini juga merupakan konversi dari hutan dan semak belukar. Luas sawah paling banyak berada di wilayah hulu yaitu Kecamatan Pagerageung, Ciawi dan Sukaresik. Pertanian lahan kering di wilayah penelitian adalah sebesar 5512.72 ha, bertambah sebesar 1486.61 ha menjadi 6999.33 ha di tahun 2011. Masyarakat yang berada di Sub DAS Citanduy Hulu selain pertanian lahan basah yakni sawah, masyarakat juga bercocok tanam pertanian lahan kering.

Semak belukar di Sub DAS Citanduy Hulu tahun 2003 sebesar 6949.74 ha sedangkan semak belukar pada tahun 2011 sebesar 3805.29 ha, berkurang sebesar 3144.45 ha. Areal semak belukar tersebut beralih fungsi menjad sawah, pertanian lahan kering dan permukiman, terutama di wilayah hulu yaitu Kecamatan Pagerageung dan Kecamatan Panjalu yang dimanfaatkan sebagai areal peternakan. Tahun 2003 luas wilayah lahan terbuka di wilayah penelitian hanya seluas 915.30 ha bertambah luasannya sebesar 677.52 ha di tahun 2011 menjadi 1592.82 ha. Lahan terbuka berasal dari pembukaan lahan terutama semak belukar yang akan dijadikan lahan pertanian seperti lahan sawah yang sudah kering dan badan air yang semakin sempit.Tutupan lahan berupa badan air mengalami penurunan luas pada tahun 2003 sampai 2011 yaitu sebesar 930.87 ha. Penurunan luas badan air ini disebabkan karena fluktuasi debit air sehingga dapat mempengaruhi dalam interpretasi citra. Badan air ini terdeteksi baik di wilayah Situ Panjalu dan aliran Sungai Citanduy.

Perkembangan Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu

(21)

11 ditujukan untuk kebutuhan air bersih (kelas II). Seiring perkembangannya, penggolongan terhadap kondisi kualitas air Sungai Citanduy Hulu bisa berubah yang dipengaruhi faktor alami dan faktor manusia. Perkembangan kualitas air Sungai Citanduy Hulu tersebut dapat diketahui dari sumber dan karakteristik pencemaran serta perubahan kualitas air setiap tahunnya yang dilihat dari beberapa parameter.

Sumber dan Karakteristik Pencemaran

Sumber pencemar perairan ada dua, yaitu point source (lokasi tertentu) dan non point source (lokasi tak tentu/tersebar). Sumber pencemar point source adalah pencemaran yang dapat diketahui secara pasti sumbernya, misalnya limbah industri. Sumber pencemar non point source adalah pencemaran yang tidak diketahui secara pasti sumbernya, yaitu pencemar dari daerah pertanian yang masuk ke perairan bersama air hujan dan limpasan permukaan. Berdasarkan hasil identifikasi, sumber pencemar di Sub DAS Citanduy berasal dari limbah domestik (permukiman penduduk), aktivitas perindustrian, peternakan dan pertanian yang tersebar di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tasikmalaya yang meliputi Kecamatan Kadipaten, Pagerageung, Ciawi serta Sukaresik dan Kabupaten Ciamis yaitu Kecamatan Panjalu dan Panumbangan.

(22)

12

Gambar 5 Peta sebaran industri dan peternakan di Sub DAS Citanduy Hulu. Sumber pencemar lainnya yaitu berasal dari limbah industri yang biasanya bertempat di pinggir sungai seperti indutri tepung tapioka dan industri tahu tempe yang jumlahnya 5 dan 21. Industri tepung tapioka hanya berada di Hulu Sub DAS Citanduy Hulu yaitu di Kecamatan Pagerageung dan Kecamatan Panumbangan, sedangkan industri tahu dan tempe berada di Kecamatan Ciawi. Kebanyakan industri tahu dan tempe berkumpul pada satu wilayah atau kecamatan (Gambar 5). Industri-industri yang ada membuang limbah cairnya ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar limbahnya sehingga dapat meningkatkan kualitas air terutama parameter zat padat terlarut, DO, BOD, nitrat dan pH Donal (W. S dan H. E Klei 1979 diacu dalam Taufik 2003). Berdasarkan hasil wawancara, setiap harinya setiap industri rata-rata menghasilkan ampas kering sekitar 150 kg dari rata-rata 50 kg bahan yang digunakan. Ampas dari industri tersebut dijual dan bisa digunakan untuk pakan ternak tetapi limbah cair yang mengandung bahan organik dan anorganik yang berbahaya ataupun beracun yang dihasilkan oleh industri tersebut tidak diolah dan langsung dibuang ke sungai. Biaya pengolahan dan pembuangan limbah yang semakin mahal menyebabkan jarangnya industri-industri tersebut membuat unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Penyebaran peternakan sapi dan ayam berada hampir di sepanjang aliran Sungai Citanduy Hulu (Gambar 5). Limbah yang berasal dari peternakan seperti kotoran, urin ataupun sisa pakan dapat menjadi sumber pencemaran air Sungai Citanduy Hulu. Menurut Donal W. S dan H. E Klei (1979) diacu dalam Taufik (2003) limbah tersebut dapat meningkatkan kualitas air terutama parameter suhu, pH, BOD, nitrat dan fosfat. Limbah peternakan tersebut hanya sebagian yang dibuang ke aliran Sungai Citanduy Hulu, ada beberapa peternakan yang menjadikan limbah tersebut sebagai pupuk organik untuk tanaman.

(23)

13 pestisida dan pupuk tersebut dapat mencemari sungai, karena pupuk tersebut hanya sebagian yang diserap oleh tanah dan terbawa oleh air aliran ataupun air hujan dan bermuara di sungai. Kegiatan pertanian tersebut dapat meningkatkan kualitas air terutama parameter suhu, zat padat tersuspensi, pH, nitrat dan fosfat (Donal W. S dan H. E Klei 1979 diacu dalam Taufik 2003).

Perubahan Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu

Kualitas air Sungai Citanduy Hulu selama kurun waktu 2003 sampai 2011 mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan kualitas air tersebut dipengaruhi oleh beberapa parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil pengukuran di titik pantau Panumbangan diketahui bahwa parameter kualitas air zat padat tersuspensi pada tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2009 dan 2011, DO yang terjadi pada tahun 2011, BOD yang terjadi pada tahun 2003, 2004, 2008, 2009 dan 2011 dan Fosfat yang terjadi pada tahun 2003, 2005 dan 2009 melebihi baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Peningkatan parameter zat padat tersuspensi tersebut dipengaruhi oleh perubahan tutupan lahan hutan dan kegiatan pertanian. Peningkatan parameter DO dan BOD dipengaruhi oleh aktivitas domestik, industri dan peternakan sedangkan parameter fosfat dipengaruhi oleh kegiatan pertanian dan peternakan. Perubahan parameter dan hubungan antara parameter yang satu dengan yang lainnya, dan/atau antara satu parameter dengan faktor-faktor diluar parameter yang dapat mempengaruhi kualitas air, akan dibahas satu per satu pada sub bab berikut.

Suhu air

Berdasarkan hasil pemantauan selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2011. Nilai suhu musim kemarau lebih tinggi dibanding musim hujan. Suhu air pada musim kemarau berkisar antara 22.8°C sampai 25.4°C, sedangkan pada musim kemarau lebih tinggi berkisan antara 24.1°C sampai 28.1°C (Tabel 8). Hal ini sesuai pernyataan Effendi (2003) bahwa suhu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang dan ketinggian dari permukaan air laut. Pada musim kemarau yaitu bulan Juni sampai September curah hujan sedikit sehingga suhu air cenderung naik, sedangkan pada musim hujan yaitu bulan Oktober sampai April curah hujan berlimpah maka suhu air cenderung turun.

Perbedaan suhu antar musim kemarau dan hujan juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk serta akumulasi limbah rumah tangga, limbah industri, pertanian dan peternakan yang berada pada aliran sungai. Menurut Soeparman M dan Suparmin (2001) semakin meningkatnya jumlah industri dan aktivitas manusia dapat mengakibatkan kenaikan suhu air dan waktu pengukuran juga dapat mempengaruhi nilai suhu air karena adanya kemampuan air menyerap panas dari lingkungannya.

Tabel 8 Suhu air Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

(24)

14

Berdasarkan baku mutu air yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kisaran nilai suhu air tersebut masih memenuhi baku mutu dan dapat digunakan untuk semua kebutuhan seperti yang tercantum dalam peraturan tersebut.

Zat padat terlarut

Zat padat terlarut yang paling rendah yaitu pada musim hujan dan nilai zat padat terlarut yang tinggi yaitu pada musim kemarau (Tabel 9). Pada musim kemarau jumlah air cenderung sedikit, sehingga zat padat terlarut pekat, sedangkan pada musim hujan jumlah air banyak yang akan mengencerkan partikel-partikel yang terbawa ke sungai. Nilai zat padat terlarut pada musim kemarau, musim hujan berada dalam kisaran baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, yaitu batas nilai TDS 1000 mg/l. Nilai baku mutu ini menunjukkan bahwa berdasarkan kandungan padatan terlarut kondisi air Sungai Citanduy Hulu dapat digunakan untuk semua keperluan yang tercantum dalam peraturan pemerintah tersebut.

Tabel 9 Zat padat terlarut Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

Zat Padat Terlarut (mg/L) di Tahun menyebabkan kekeruhan air yang tidak terlarut dan tidak mengendap seperti tanah liat, bahan-bahan organik dan sel-sel mikroorganisme. Berdasarkan hasil pengukuran, kandungan zat padat tersuspensi tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2009 dan 2011 berada diatas baku mutu kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Kelas II yaitu 50 mg/L. Dengan demikian dilihat dari kadar zat padat tersuspensi, kualitas air di Sub DAS Citanduy Hulu berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 tidak dapat digunakan sesuai peruntukkannya.

Tabel 10 Zat padat tersuspensi Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

Zat Padat Tersuspensi (mg/L) di Tahun

(25)

15 antara 4.50 – 7.40 mg/L, sedangkan pada musim hujan yaitu bulan Oktober sampai April dimana curah hujan tinggi maka kandungan DO semakin tinggi berkisar antara 3.70 – 7.80 mg/L. Hal ini disebabkan karena pada musim hujan debit air melimpah sehingga membatu pengenceran limbah yang berasal dari permukiman dan industri yang mengakibatkan banyaknya oksigen dari lingungan yang masuk ke dalam air.

Tabel 11 Oksigen terlarut Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

Oksigen Terlarut (mg/L) di Tahun diizinkan agar dapat memenuhi kriteria mutu air kelas dua adalah 4 mg/l. Tetapi kandungan DO tahun 2011 berada dibawah nilai minimum kandungan DO untuk menjamin kehidupan biota yaitu 3.70 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai di Sub DAS Citanduy Hulu tahun 2011 tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya.

Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Nilai BOD pada musim kemarau lebih tinggi dengan nilai max 3.80 mg/L dibandingkan pada musim hujan dengan nilai max 5.20 mg/L (Tabel 12). Hal ini disebabkan karena pada musim hujan, curah hujan tinggi dan air hujan yang masuk ke dalam air juga tinggi yang mengakibatkan debit air tinggi pula. Debit air yang tinggi ini dapat mengencerkan bahan pencemar organik yang berasal dari aktivitas industri, permukiman dan peternakan sehingga menurunkan nilai BOD.

Tabel 12 BOD Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

BOD (mg/L) di Tahun melebihi batas BOD yang diperuntukkan untuk air kelas II.

pH

(26)

16

tahunnya (Tabel 13). Nilai pH pada musim kemarau cenderung lebih tinggi dibanding musim hujan, hal ini dikarenakan pada musim hujan debit air tinggi sehingga bahan-bahan pencemar yang berasal dari buangan limbah rumah tangga dan limbah industri serta penggunaan pupuk pada lahan pertanian seperti detergen, amonia dan lain-lain terencerkan. Selain itu aktifitas fotosintesis, suhu air dan kandungan anion dan kation yang ada dan terjadi pada saat pengambilan contoh juga mempengaruhi naik dan turunnya pH. Nilai pH dari tahun 2003 sampai 2011

masih berada dalam baku mutu air normal untuk kehidupan karena kadar pH-nya

berada dalam kisaran 6-9 berdasarkan PP No.82 tahun 2001. Sehingga jika ditinjau

dari parameter pH kondisi kualitas air Sungai Citanduy Hulu masih tergolong baik dan aman untuk dijadikanbahan baku air minum.

Tabel 13 pH Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

Derajat Kemasaman/pH di Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 paling tinggi yaitu pada musim hujan dengan nilai min nitrat 0.27 mg/L dan nilai max 3.05 mg/L sedangkan kadar nitrat paling rendah yaitu pada musim kemarau dengan nilai kadar min 0.14 mg/L dan nilai max 2.66 mg/L (Tabel 14). Peningkatan kandungan nitrat ini diduga berhubungan erat dengan aktivitas pertanian yang merupakan sumber utama masuknya nitrat. Pemberian pupuk terutama pupuk ZA dan urea dengan komposisi 300 kg dan 100 kg untuk luas lahan 1 ha dapat meningkatkan produktifitas pertanian selain bermanfaat terhadap peningkatan hasil pertanian juga memberikan dampak negatif berupa masuknya nitrat ke alam.

Tabel 14 Nitrat Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

Pada musim hujan pupuk tersebut terbawa oleh air hujan dan hanya sebagian yang diserap oleh tanah, sehingga akan mencemari Sungai Citanduy Hulu. Selain itu, mengeringnya lahan pertanian pada musim kemarau terutama sawah tadah hujan menyebabkan penggunaan pupuk berkurang dan menyebabkan penurunan kadar nitrat pada musim kemarau. Pencemaran juga berasal dari limbah peternakan (tinja dan urin) yang berada disepanjang aliran sungai Citanduy Hulu dan limbah domestik. Nitrat tersebut terbentuk dari manusia jika manusia membuang kotoran dalam air. Menurut PP No 82 Tahun 2001 kadar maksimum nitrat yang diizinkan agar suatu perairan (sungai/saluran) dapat

(27)

17 memenuhi golongan air kelas II (air yang dapat digunakan sebagai bahan baku air minum) adalah 10 mg/l, walaupun tahun 2007 nilai kadar nitrat paling tinggi, tetapi nilai tersebut masih dibawah batas kadar maksimum nitrat.

Fosfat

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air tahun 2003 sampai 2011 nilai parameter fosfat mengalami fluktuatif yang cukup signifikan (lihat Tabel 15). Nilai fosfat musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Perbedaan ini disebabkan karena berbagai masukan pencemaran yang diterima badan air dan luas daerah cakupannya. Pencemar tersebut akibat aktivitas permukiman dan industri seperti detergen. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfat terutama penggunaan pupuk SP36 (Super Phosphate 36) sebanyak 100 kg untuk luas lahan 1 ha.

Tabel 15 Fosfat rata rata Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

Fosfat (mg/L) di Tahun 0.2 mg/L. Dengan demikian kualitas air Sungai Citanduy Hulu tahun 2003, 2005 dan 2009 belum dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya.

Status Mutu Air Berdasarkan Indeks Kualitas Air

(28)

18

Tabel 16 Nilai Indeks Kualitas Air tahun 2003 sampai 2011

Tahun Musim kemarau Musim hujan

Nilai Kategori Nilai Kategori

2003 70.76 Sedang 67.83 Sedang

2004 76.71 Baik 74.18 Baik

2005 74.16 Baik 74.91 Baik

2006 69.34 Sedang 73.58 Baik

2007 77.82 Baik 78.09 Baik

2008 74.17 Baik 77.79 Baik

2009 70.86 Sedang 76.5 Baik

2010 84.4 Baik 84.83 Baik

2011 63.91 Sedang 69.63 Sedang

Kategori kualitas air sungai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 termasuk dalam kategori baik. Nilai IKA dari tahun 2003 sampai tahun 2011 menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Nilai IKA dari tahun ke tahun mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2011 rata-rata mengalami penurunan kualitas air meskipun nilainya tidak terlalu jauh. Kondisi kualitas air terbaik Sungai Citanduy Hulu terjadi pada tahun 2007 dengan nilai IKA 79.28, kemudian dari tahun 2007 sampai 2011 terjadi penurunan sehingga nilai IKA Sungai Citanduy tahun 2011 menjadi 70.42 seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Nilai IKA tahun 2003 sampai dengan tahun 2011.

(29)

19 sehingga ketika hujan turun pupuk atau pestisida yang masih berada di permukaan tanah atau sawah terbawa oleh air hujan dan mengalir ke Sungai Citanduy Hulu.

Pengaruh Tutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu Terhadap Kualitas Air Sungai Citanduy Hulu periode 2003 sampai 2011

Beberapa faktor tipe tutupan lahan yang diduga berpengaruh terhadap kualitas air Sub DAS Citanduy Hulu dapat dibuat hubungannya berdasarkan luas perubahan tutupan lahan, dengan asumsi semakin berkurangnya lahan bervegetasi hutan, sawah pertanian lahan kering, semak belukar dan badan air di Sub DAS Citanduy Hulu maka semakim menurunnya kualitas air Sungai Citanduy Hulu, begitupun dengan semakin bertambahnya area permukiman dan lahan terbuka maka akan menurunkan kualitas air. Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan tersebut yaitu nilai rata-rata Indeks Kualitas Air tahun 2003 sampai dengan 2011 serta perubahan luas tipe tutupan lahan pada tahun 2003 dan 2011.

Berdasarkan analisis IKA dan perubahan tutupan lahan, semakin menurunnya luas hutan, semak belukar dan badan air di Sub DAS Citanduy Hulu menyebabkan semakin menurun pula kualitas air sungai Citanduy Hulu. Hal ini dikarenakan hutan dan semak belukar merupakan area bervegetasi yang dapat menginfiltrasi air dan mengurangi erosi yang dapat mencegah terjadinya kekeruhan terhadap air sungai. Perubahan penurunan luas hutan, semak belukar dan badan air ini jelas memberikan pengaruh buruk bagi kualitas air Sub DAS Citanduy Hulu karena tutupan hutan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kualitas air. Berkurangnya luasan hutan pada suatu DAS dapat meningkatkan terjadinya erosi dan sedimentasi. Suripin (2002) mengatakan bahwa terjadinya erosi tanah akan mengurangi kemampuan tanah menahan air karena partikel-partikel lembut dan bahan organik pada tanah terangkut. Selain mengurangi produktivitas lahan, erosi juga dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius di daerah hilirnya. Sedimen hasil erosi tersebut mengendap dan mendangkalkan sungai-sungai, danau, dan waduk sehingga mengurangi kemampuannya untuk berbagai fungsi. Hal ini ditunjukan dengan nilai zat padat tersuspensi yang berada diatas status baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001. Tingginya nilai zat padat terlarut tersebut pada tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2009 dan 2011 disebabkan erosi akibat perubahan tutupan kelas hutan dan semak belukar yang akan menyebabkan terjadinya kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak mengendap seperti tanah liat, bahan-bahan organik dan sel-sel mikroorganisme. Selain itu, areal semak belukar tersebut dimanfaatkan untuk areal peternakan yang dapat meningkatkan parameter DO dan BOD yang berada diatas baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001.

(30)

20

Rushayati (1999) terjadinya peningkatan areal permukiman dapat menimbulkan limbah yang banyak mengandung bahan organik, nitrit dan nitrat sehingga dapat meningkatkan nilai BOD dan mengurangi ketersediaan DO. Kegiatan industri di areal permukiman juga mempengaruhi kualitas air terutama parameter DO dan BOD yang berada di atas baku mutu air menurut PP No 82 Tahun 2001.

Aktivitas pertanian juga turut berperan dalam mempengaruhi kualitas air dari segi fisik yakni erosi, dan dari segi kimia yakni bertambahnya nitrat dari pupuk ke dalam air. Perubahan hutan atau lahan bervegetasi menjadi sawah dan semak belukar menjadi pertanian lahan kering yang menyebabkan peningkatan luas kedua area tersebut dapat meningkatkan erosi dimana padatan pada tanah akan terbawa oleh air ketika hujan dan masuk ke dalam badan air dan meningkatkan parameter zat padat tersuspensi. Selain itu, perubahan tersebut dapat meningkatkan beberapa parameter kualitas air seperti pH, BOD, nitrat yang diakibatkan oleh penggunaan bermacam-macam pupuk buatan dan pestisida. Sutamihardja (1978) dalam Taufik (2003) mengemukakan bahwa kegiatan pertanian secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas perairan yang diakibatkan oleh penggunaan bermacam-macam pupuk dan pestisida. Penggunaan pupuk yang mengandung unsur N dan P akan dapat menyuburkan perairan dan dapat mendorong pertumbuhan ganggang dan tumbuhan akuatik lainnya.

(31)

21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Tipe tutupan lahan yang mengalami penurunan luas tutupan yaitu hutan sebesar 33.27%, semak belukar sebesar 45.25% dan badan air sebesar 47.59%. Tipe tutupan yang mengalami peningkatan luas yaitu permukiman 107.88%, sawah 98.52%, pertanian lahan kering 26.97% dan lahan terbuka 74.02%. 2. Kualitas air Sungai Citanduy Hulu termasuk dalam kategori baik. Nilai IKA

rata-rata di Sub DAS Citanduy Hulu menunjukkan kecenderungan penurunan dari 73.16 di tahun 2003 menjadi 70.42 di tahun 2011.

3. Semakin menurunnya luas hutan, semak belukar dan badan air serta semakin meningkatnya luas permukiman, sawah, pertanian lahan kering dan lahan terbuka di Sub DAS Citanduy Hulu menyebabkan penurunan kualitas air sungai Citanduy Hulu.

Saran

1. Pengendalian lahan dengan peningkatan luasan hutan dan semak belukar dengan memanfaatkan lahan terbuka yang luasnya meningkat dari tahun 2003 sampai 2011.

(32)

22

DAFTAR PUSTAKA

Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dwivedi S L, Pathak V. 2007. A Preliminary Assignment of Water Quality Index to Mandakini River, Chitrakoot. Indian J. Environtmental Protection Vol. 27 No. 11.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Lillesand T. M, R. W. Kiefer.1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lo CP. 1995. Penginderaan Jauh Tahapan. Terjemahan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Prasetyo LB. 2004. Deforestrasi dan Degradasi Lahan DAS Citanduy. Institut Pertanian Bogor.

Rushayati SB. 1999. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kandungan Bahan Organik dan Sedimen Tersuspensi di Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu-Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Soeparman M, Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair: Suatu Pengantar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.

Taufik KL. 2003. Kualitas Air Hulu dan Tengah Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Program Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Intan Handayani dilahirkan di Cianjur pada tanggal 18 Februari 1990 sebagai putri ketiga dari tiga perempuan bersaudara pasangan Bapak Rusmidi dan Ibu Siti Syamsiah. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Syamsul Ulum dan lulus pada tahun 1996. Sekolah Dasar di SDN Panembong 2 masuk pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMPN 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2005, setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dengan program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan pada tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus Biro Kekeluargaan serta Kelompok Pemerhati Goa dan Kelompok Pemerhati Kupu-kupu Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2009-2011. Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB diantaranya Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat (2010), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Kamojang-Sancang (2010), ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah (2010), Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan KPH Cianjur (2011), ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi (2011), dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Laiwanggi-Wanggameti, Nusa Tenggara Timur (2012). Penulis juga aktif dalam membuat karya ilmiah yang dipublikasikan antara lain :

“Retensi Pengetahuan Etnobotani Masyarakat Baduy Luar” dalam program PKM

AI DIKTI Tahun 2011 dan PKM-Penelitian DIKTI Tahun 2011 dengan judul

“Model Pengembangan Wisata Budaya Prasejarah dengan Konsep Taman Eko

Arkeologi di Kawasan Karst Pasir Pawon”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di Sub DAS Citanduy Hulu (Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis) dengan judul “Kajian Perubahan Penutupan Lahan Sub DAS Citanduy Hulu terhadap Kualitas Air

Gambar

Gambar 1 Bagan alir permasalahan penelitian.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian.
Tabel 2  Jenis data yang digunakan dalam penelitian
Gambar 3  Skema tahapan pengolahan citra Landsat.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kajian Tingkat Erosi, Sekuestrasi Karbon dan Daya Simpan Air pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sub DAS Jenneberang Hulu

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kajian Tingkat Erosi, Sekuestrasi Karbon dan Daya Simpan Air pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sub DAS Jenneberang Hulu

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis tutupan lahan dengan metode penginderaan jauh dari beberapa seri citra satelit Landsat untuk mengetahui

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Terhadap Kualitas Air Sungai di Daerah

Perencanaan Ruang di Sub DAS Brantas Hulu dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan lahan dan kondisi pemanfaatan lahan eksisting. Perubahan dilakukan pada pemanfaatan lahan

Perencanaan Ruang di Sub DAS Brantas Hulu dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan lahan dan kondisi pemanfaatan lahan eksisting. Perubahan dilakukan pada pemanfaatan lahan

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Analisis Luas Tutupan Hutan Terhadap Ketersediaan Green Water dan Blue Water di Sub DAS Gumbasa dan Sub

26 Analisis Perubahan Tutupan Lahan Terbangun Di Sub-DAS Kripik Sindi Yuliana Putri1*, Mohammad Rifki Trihadianta1, Lutfiah Rahma Sekar Kinasih1, Durrotul Jahroo Mauliya1, Trida