• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERMINTAAN MINYAK ATSIRI

INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR

ALTIKA NINGSIH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ALTIKA NINGSIH. Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri di dunia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif daya saing dan ekonometrik. Analisis daya saing menggunakan metode RCA (revealed comparative advantage), EPD (export product dynamic) dan X-Model Produk eksport potensial, dengan periode waktu lima tahun (2007-2011). Analisis ekonometrik menggunakan metode data panel, berupa data time series (2002-2011) dan cross section dengan komponen sembilan negara tujuan ekspor (Perancis, Jerman, India, Singapura, Belanda, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat). Hasil analisis dengan metode RCA menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Hasil analisis metode EPD menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia berada pada posisi rising star, kecuali di Singapura berada pada lost opportunity. Hasil analisis X-Model Produk eksport potensial menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia memiliki potensi pengembangan pasar optimis, kecuali di Singapura minyak atsiri memiliki potensi pengembangan pasar potensial. Hasil analisis metode data panel menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak atsiri adalah GDP per kapita riil, harga ekspor komoditi, dan jarak ekonomi.

Kata kunci: nilai ekspor, minyak atsiri, daya saing, data panel ABSTRACT

ALTIKA NINGSIH. Analysis of Competitiveness and Factors that Affect the Demand of Indonesian Essential Oils in Export Country. Supervised by SRI MULATSIH.

Indonesian is one of the essential oils exporting countries in the world. The purpose of this research is analyze the competitiveness and factors that affect the demand Indonesia essential oils in export country. This research using quantitative analysis of competitiveness and Econometrics. Analysis of competitiveness using RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product Dynamic) and X-Model Product export potential, with a five-year period (2007-2011). Econometric analysis used data panel method, by time series (2002-2011) and the cross section with nine components of export countries (France, Germany, India, Singapore, Netherland, Spain, Turkey, Uk and US). Results of analysis by RCA methods showed that Indonesian essential oils has strong competitiveness. Results of analysis by EPD methods showed that Indonesian essential oils is rising star, except in Singapore is at a lost opportunity. The result analysis of X-Model Product export potential indicate that Indonesian essential oils has development potential of the optimistic market, except in Singapore has the development potential of the potential market. Results of analysis by panel data method showed that the variables that influence significant to demand essential oils is real GDP per capita, commodity export prices and economic distance.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERMINTAAN MINYAK ATSIRI

INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR

ALTIKA NINGSIH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Nama : Altika Ningsih

NIM : H14090093

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Mulatsih, MSc, Agr Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai April 2013.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Sukatman dan Ibunda Jumiati, serta Kang Effendi, Kang Adi Wijaya, Kang Saputra, dan Adik Yuzi Prastio atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr. selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Sri Hartoyo selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Deni Lubis, MA selaku dosen penguji Komisi Akademik yang telah memberikan beberapa koreksi dalam aturan penulisan yang baik dan benar dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr. Muhammad Findi Alexandi, MEc. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

6. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Perdagangan Internasional 3

Daya Saing 3

Permintaan Ekspor 4

Model Data Panel 6

Penelitian Terdahulu 7

Kerangka Pemikiran 8

Hipotesis 9

METODE PENELITIAN 10

Jenis dan Sumber Data 10

Metode Analisis dan Pengolahan Data 10

GAMBARAN UMUM 15

Minyak Atsiri 15

Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Dunia 16

Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Indonesia 17 Rata-Rata Pangsa Pasar Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor 18 Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri

Indonesia di Negara Tujuan Ekspor 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Analisis Daya Saing Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor 19 Faktor-Faktor yang memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di

Negara Tujuan Ekspor 22

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 28

(10)

DAFTAR TABEL

1 Data dan sumber data 10

2 Matriks posisi pasar 12

3 Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya 14 4 Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor 18 5 Rata-rata variabel yang memengaruhi permintaan minyak atsiri

Indonesia periode 2002-2011 19

6 Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di dunia 20 7 Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor 20 8 Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di dunia 21 9 Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor 21 10 Hasil estimasi X-Model Produk eksport potensial minyak atsiri

Indonesia di negara tujuan ekspor 22

11 Hasil estimasi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan

ekspor 23

DAFTAR GAMBAR

1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional 3

2 kerangka pemikiran 9

3 Analisis X-Model Produk eksport potensial 12

4 Perkembangan perdagangan minyak atsiri dunia 16

5 Perkembangan nilai ekspor-impor minyak atsiri Indonesia di dunia 17 6 Rata-rata nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komponen dalam HS 3301 (essential oils) 28

2 Pangsa impor minyak atsiri berdasarkan negara asal 28 3 Hasil perhitungan RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

periode 2007-2011 29

4 Hasil perhitungan EPD minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

periode 2007-2011 30

5 Hasil X-Model Produk ekport potensial minyak atsiri Indonesia di

negara tujuan ekspor periode 2007-2011 32

6 Variabel-variabel dalam model permintaan minyak atsiri Indonesia di

negara tujuan ekspor periode 2002-2011 33

7 Hasil uji Chow 35

8 Hasil uji Hausman 35

9 Hasil estimasi model permintaan minyak atsiri Indonesia di negara

tujuan ekspor 36

10 Hasil uji normalitas 36

11 Hasil estimasi cross section fixed effect 37

12 Matriks korelasi antar variabel model permintaan minyak atsiri

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kementerian Perdagangan (2013) melakukan pengembangan 10 komoditi utama (TPT, elektronik, karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi) dan 10 komoditi potensial (kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak atsiri, ikan, kerajinan, perhiasan, rempah-rempah dan peralatan kantor) ekspor Indonesia. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi subsektor industri yang termasuk dalam 10 komoditi potensial ekspor Indonesia. Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia pada Tahun 2011 adalah senilai US$ 158,549,228 atau sebesar 0.64 persen dari total ekspor 10 komoditi potensial. Komoditi ini menempati urutan ketujuh, nilai ekspornya lebih besar dibandingkan dengan tiga komoditi lain yaitu peralatan kantor, tanaman obat dan peralatan medis.

Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Nilai ekspornya untuk periode 2009 sampai 2011 adalah sebesar US$ 522,994,713 dan rata-rata pertumbuhannya untuk periode tersebut positif yaitu sebesar 18.49 persen. Namun, kontribusi ekspor minyak atsiri Indonesia terhadap total ekspor Indonesia masih sangat kecil. Hal ini dikarenakan minyak atsiri belum termasuk ke dalam komoditi utama penyumbang GDP Indonesia. Walaupun begitu, kontribusinya terhadap total ekspor selalu positif sehingga komoditi ini memiliki potensi yang besar untuk berkontribusi dalam peningkatan GDP Indonesia.

Minyak atsiri (essential oils) merupakan komoditi ekstrak alami yang bersumber pada bagian tertentu (akar, daun, bunga, buah, batang, kulit, kayu, biji-bijian dan putik bunga) pada tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki manfaat yang banyak, salah satunya sebagai bahan baku berbagai industri (industri kosmetik, parfum, sabun, farmasi dan lain-lain). Tanaman minyak atsiri Indonesia yang telah dikenal di dunia terdapat 15 jenis tanaman, lima jenis diantaranya dominan di dunia, yaitu minyak nilam, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak sereh wangi, dan minyak daun cengkeh. Menurut Kementerian Perdagangan (2013) terdapat 20 negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia. Penelitian ini hanya memilih sembilan negara untuk dianalisis yaitu Perancis, Jerman, India, Singapura, Belanda, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat. Pemilihan negara tujuan tersebut berdasarkan nilai balance of trade dari minyak atsiri yang positif.

Perumusan Masalah

(12)

2

memenuhi permintaan minyak atsiri di pasar internasional dan bersaing dengan negara pengeskpor lainnya. Untuk lebih meningkatkan ekspor di negara tujuan ekspor maka dianalisis potensi pasar di negara tujuan ekspor dengan melihat:

1) Bagaimana perkembangan daya saing ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor?

2) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis daya saing minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. 2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak atsiri

Indonesia di negara tujuan ekspor.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1) Mahasiswa dan masyarakat umum sebagai sumber referensi mengenai daya saing minyak atsiri Indonesia.

2) Pemerintah Kementerian Perindustrian, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan minyak atsiri Indonesia.

3) Pemerintah Kementerian Perdagangan, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat regulasi yang tepat untuk meningkatkan ekspor minyak atsiri Indonesia di pasar internasional.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan, antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Produk) dari sisi pengeluaran suatu negara. Dalam perdagangan internasional, setiap negara yang melakukan perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut (Oktaviani dan Novianti 2009).

Gambar 1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional

Gambar 1 menunjukkan keseimbangan parsial perdagangan internasional. Harga domestik di negara A tanpa perdagangan adalah P1, dan harga domestik di negara B tanpa perdagangan adalah P3. Ketika terjadi perdagangan antara negara A dan negara B maka terjadi harga keseimbangan pada P2. Karena P2 lebih besar dari P1 maka negara A mengalami kelebihan penawaran komoditi X sebesar BE. Di negara B P3 lebih besar dari P2, hal ini membuat negara B mengalami kelebihan permintaan komoditi X sebesar B’E’. Kelebihan penawaran negara A sebesar BE sama dengan kelebihan permintaan negara B sebesar B’E. Dalam hubungan perdagangan internasional, kedua negara melakukan perdagangan dengan harga keseimbangan pada P2, dimana ekspor negara A (BE) sama dengan impor yang dilakukan negara B (B’E’).

Daya Saing

(14)

4

industry trade), EPD (export product dynamic) dan X-Model Produk eksport potensial. Dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga metode, yaitu metode RCA, Metode EPD dan X-Model Produk eksport potensial.

RCA (Revealed Comparative Advantage)

Metode RCA digunakan untuk mengukur kinerja ekspor komoditi tertentu dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditi tersebut dalam ekspor total suatu negara dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam perdagangan dunia (Basri dan Munandar 2010).

CMSA (Constant Market Share Analysis)

CMSA merupakan pendekatan praktis untuk mengukur tingkat dinamika dari daya saing sebuah industri pada negara tertentu. CMSA dapat membandingkan pertumbuhan ekspor suatu negara secara relatif terhadap pertumbuhan standar (rata-rata dunia) dan juga menggambarkan dekomposisi pertumbuhan ekspor menjadi beberapa komponen, yaitu: efek komoditi ekspor, pertumbuhan impor dan daya saing.

IIT (Intra Industry Trade)

Metode IIT digunakan untuk melihat aliran perdagangan internasional. Metode ini berada pada ukuran nilai antara 0 dan 1. IIT yang mendekati 0 mencerminkan aliran perdagangan yang bersifat inter-industri, sedangkan IIT yang mendekati 1 mencerminkan aliran perdagangan yang bersifat intra-industri. EPD (Export Product Dynamic)

Metode EPD digunakan untuk menentukan keunggulan kompetitif komoditi tertentu dari suatu negara. EPD juga dapat menentukan gerakan dinamis suatu komoditi. Jika pertumbuhan komoditi itu berada di atas rata-rata (dunia) dan keadaan ini berlanjut untuk jangka waktu yang panjang, komoditi ini mungkin akhirnya menjadi sumber penting pendapatan ekspor suatu negara.

X-Model Produk eksport potensial

Metode ini digunakan untuk melakukan klusterisasi produk yang memiliki potensi pengembangan tinggi di negara tujuan ekspor dengan mempertimbangkan daya saing (RCA) dan posisi pasar (EPD) (Kementerian Perdagangan 2013).

Permintaan Ekspor

Permintaan ekspor merupakan kebutuhan individu atau sekelompok orang di suatu negara pada komoditi dan harga tertentu. Permintaan ekspor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor negara tujuan, pendapatan per kapita penduduk negara tujuan ekspor dan selera masyarakat negara tujuan.

(15)

5 harga ekspor komoditi, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor.

GDP Per Kapita Riil

GDP (gross domestic product) adalah nilai pasar semua komoditi akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output komoditi dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga. Untuk tujuan itu, para ekonom menggunakan GDP riil, yang nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan. Untuk mengetahui tingkat kemampuan daya beli masyarakat suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita riil negara tersebut. GPD per kapita riil suatu negara diperoleh dari GDP riil negara tersebut dibagi dengan jumlah populasinya (Mankiw 2006).

Harga Komoditi

Harga merupakan faktor utama yang memengaruhi permintaan ekspor. Jika harga komoditi meningkat maka akan menurunkan permintaan ekspor, dengan kata lain meningkatnya harga komoditi yang ditawarkan maka akan menurunkan permintaan ekspor akan komoditi tersebut.

Nilai Tukar Riil

Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Terdapat hubungan antara nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal. Perumusan umum nilai tukar riil sebagai berikut:

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik Harga barang luar negeri

Tingkat harga dimana memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat nilai tukar yang berlaku (Mankiw 2006).

Jarak Ekonomi

Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi adalah suatu faktor penghambat perdagangan internasional. Penelitian ini menggunakan jarak ekonomi, yaitu jarak geografis antaribukota negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dikalikan dengan perbandingan antara GDP total negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP total seluruh negara tujuan ekspor yang di teliti. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jarak ekonomi = Jarak geografis x GDP total negara j GDP total i

j=9 i=1 Keterangan:

Jarak geofrafis = Jarak geografis Indonesia dengan negara tujuan ekspor j = Negara tujuan ekspor

(16)

6

Model Data Panel

Model data panel merupakan model yang menggunakan informasi dari gabungan data cross section dan time series. Terdapat dua keuntungan penggunaan model data panel dibandingkan data time series atau cross section saja (Verbeek 2004). Pertama, dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam data panel membuat jumlah observasi menjadi lebih besar. Kedua, keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau data time series saja. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan diaplikasikan data panel, yaitu fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) (Firdaus 2011).

Fixed Effect Model (FEM)

FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari intersep, yaitu:

Penduga pada FEM dapat dihitung dengan beberapa teknik sebagai berikut: 1) Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pada prinsipnya, pendekatan ini adalah menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled). Sehingga terdapat N x T observasi, di mana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T menunjukkan jumlah series yang digunakan. 2) Pendekatan Within Group (WG)

Pendekatan ini digunakan untuk megatasi masalah bias pada PLS. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan data deviasi dari rata-rata individu. Penduga FEM dengan pendekatan ini tidak memiliki intersep. 3) Pendekatan Least Square Dummy Variable (LSDV)

Metode ini bertujuan untuk dapat merepresentasikan perbedaan intersep, yaitu dengan dummy variable. Kelebihan pendekatan ini adalah dapat menghasilkan dugaan parameter β yang tidak bias dan efisien.

Random Effect Model (REM)

REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam error, yaitu:

(17)

7

Pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu: 1) Pendekatan Between Estimator

Pendekatan ini berkaitan dengan dimensi antardata (differences between individual), yang ditentukan sebagai OLS estimator pada sebuah regresi dari rata-rata individu y dalam nilai x secara individu.

2) Pendekatan Generalized Least Square (GLS)

Pendekatan GLS mengkombinasikan informasi dari dimensi antar dan dalam data secara efisien. GLS dapat dipandang sebagai rata-rata yang dibobotkan dari estimasi between dan within dalam sebuah regresi. Bila bobot yang dihitung tersebut tetap, maka estimasor yang diperoleh disebut random effect model (REM).

Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Daya Saing dan Permintaan Ekspor

(Andelisa 2011), penelitian ini membahas analisis daya saing dan aliran ekspor produk crude coconut oil (CCO) Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu menggunakan alat analisis RCA, EPD dan IIT untuk menghitung tingkat daya saing produk CCO Indonesia selama periode 2005-2009. Selain itu, menggunakan metode data panel dengan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor produk tersebut di negara-negara tujuan ekspor. Hasil analisis tingkat daya saing untuk metode RCA, EPD dan IIT menunjukkan produk CCO Indonesia memiliki keunggulan komparatif, posisi produk CCO Indonesia pada rising star, produk CCO Indonesia bersifat inter-industry trade. Sedangkan hasil analisis dengan metode data panel pada taraf nyata lima persen terdapat satu variabel tidak berpengaruh terhadap aliran ekspor CCO Indonesia.

Penelitian tentang Minyak Atisiri

(18)

8

minyak atsiri pada gel pengharum ruangan yang efektif menolak serangga. Berdasarkan hasil uji ketahanan wangi dengan menggunakan panelis dapat diperkirakan bahwa ketahanan wangi yang masih dapat diterima yaitu, dalam rentang sama wangi sampai kurang wangi adalah 8 hari penyimpanan.

Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara agraris, berbagai jenis tanaman bisa tumbuh termasuk tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Berdasarkan latar belakang, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor minyak atsiri Indonesia terus meningkat. Tetapi kontribusi ekspor minyak atsiri Indonesia terhadap total ekspor Indonesia di dunia masih sangat kecil. Hal ini karena minyak atsiri Indonesia belum termasuk ke dalam komoditi utama ekspor Indonesia. Menurut Kementerian Perdagangan (2013), minyak atsiri masuk dalam 10 komoditi potensial ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor minyak atsiri Indonesia yang positif menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia memiliki potensi yang baik. Dengan alasan tersebut, penelitian ini akan melakukan analisis bagaimana daya saing minyak atsiri Indonesia. Mengukur tingkat daya saing menggunakan alat analisis RCA, EPD dan X-Model Produk eksport potensial. Kemudian, untuk menganalisis faktor apa saja yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor, digunakan metode data panel.

(19)

9

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian adalah:

1) Nilai RCA minyak atsiri Indonesia lebih besar dari satu, artinya minyak atsiri Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata (dunia) sehingga berdaya saing yang kuat.

2) Posisi pasar minyak atisiri Indonesia berada pada rising star dengan pertumbuhan pangsa pasar (sumbu x) ekspornya positif dan pertumbuhan pangsa produk (sumbu y) bernilai positif.

3) Nilai RCA minyak atsiri Indonesia besar dari satu dan posisi pasar berada pada rising star maka minyak atsiri Indonesia diklusterkan pada pengembangan pasar optimis.

4) GDP per kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Artinya, apabila GDP per kapita riil negara tujuan ekspor meningkat maka akan meningkatkan daya beli masyarakat pada negara tujuan ekspor.

5) Harga ekspor komoditi berpengaruh negatif, artinya apabila harga ekspor komoditi meningkat, maka akan menurunkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.

6) Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor berpengaruh negatif. Artinya, apabila nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan

Tanaman Penghasil minyak atsiri dapat tumbuh di Indonesia. Minyak atsiri masuk ke dalam 10 komoditi potensial ekspor Indonesia

Pengembangan ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan

Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia Daya saing minyak atsiri Indonesia

di negara tujuan ekspor

 RCA (Revealed Comparative Advantage)

 EPD (Export Product Dynamics)

 X-Model Produk eksport potensial

 GDP per kapita riil negara tujuan ekspor

 Harga ekspor komoditi

 Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor

 Jarak ekonomi

(20)

10

ekspor terdepresiasi maka akan meningkatkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.

7) Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Artinya, apabila jarak ekonomi negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor semakin jauh maka akan menurunkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tersebut.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode RCA, EPD dan X-Model Produk eksport potensial menggunakan periode waktu lima tahun, yaitu periode 2007 sampai 2011. Metode data panel berupa data deret waktu (time series) dengan periode waktu 10 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai 2011 dan data antar individu (cross section) dengan komponen sembilan negara tujuan ekspor yaitu, Perancis, Jerman, India, Belanda, Singapura, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat. Jenis data meliputi data nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor, GDP per kapita riil negara tujuan ekspor, harga ekspor komoditi, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor. Minyak atsiri yang diteliti adalah minyak atsiri jenis essential oils dengan kode HS 3301 (Lampiran 2).

Tabel 1 Data dan sumber data

Jenis Data Sumber

Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

periode 2002-2011 UNComtrade

GPD per kapita negara tujuan ekspor periode 2002-2011 Worldbank Harga ekspor komoditi periode 2002-2011 UNComtrade Nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor

periode 2002-2011 UNCTAD

Jarak geografis antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor cepii

Metode Analisis dan Pengolahan Data

(21)

11 panel, berupa data deret waktu (time series) dengan periode waktu 10 tahun yaitu 2002-2011 dan data antar individu (cross section) dengan komponen sembilan negara tujuan ekspor yaitu Perancis, Jerman, India, Singapura, Belanda, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat. Data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6. Program Microsoft excel 2007 digunakan untuk mengolah RCA, EPD dan X-Model Produk eksport potensial. Sedangkan program Eviews 6 untuk mengolah model data panel.

RCA (Revealed Comparative Advantage)

Metode RCA digunakan untuk menghitung pangsa nilai ekspor komoditi tertentu suatu negara terhadap total ekspor di negara tujuan ekspor yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor dunia terhadap total ekspor di negara tujuan ekspor. Metode ini untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu negara dalam kegiatan perdagangan antar negara. Rumus umum menghitung nilai RCA, yaitu:

RCA = Xij/Xt Wij/Wt

Keterangan:

RCA = Tingkat daya saing minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Xij = Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Xt = Nilai ekspor total Indonesia di negara tujuan ekspor

Wij = Nilai ekspor minyak atsiri dunia di negara tujuan ekspor

Wij = Nilai ekspor total dunia di negara tujuan ekspor

Nilai RCA suatu komoditi menunjukkan dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat. 2. Jika nilai RCA < 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing lemah. EPD (Export Product Dynamic)

EPD merupakan suatu indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Metode EPD digunakan untuk menentukan keunggulan kompetitif komoditi tertentu dari suatu negara. EPD juga dapat menentukan gerakan dinamis (pertumbuhannya cepat) suatu komoditi. Kedinamisan ini secara spesifik mengidentifikasi tingkat pertumbuhan ekspor suatu komoditi. Jika pertumbuhan komoditi itu berada di atas rata-rata dan keadaan ini berlanjut untuk jangka waktu yang panjang, komoditi ini mungkin akhirnya menjadi sumber penting pendapatan ekspor suatu negara. Rumus umum EPD, yaitu:

Sumbu x: pertumbuhan pangsa pasar ekspor i = Xij Sumbu y: pertumbuhan pangsa pasar produk =

(22)

12

Keterangan:

Xij = Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Xt = Nilai ekspor total Indonesia di negara tujuan ekspor

Wij = Nilai ekspor minyak atsiri dunia di negara tujuan ekspor

Wij = Nilai ekspor total dunia di negara tujuan ekspor T = Jumlah tahun analisis yang dipergunakan Tabel 2 Matriks posisi pasar

Share of country's export in

world trade (x) Rising/Dynamic (+) Share of Product in World Trade (y) Falling/Stagnant (-) Rising/Competitive (+) Rising star Falling star Falling/non-competitive (-) Lost opportunity Retreat Sumber: Estherhuizen 2006 dalam Bapennas 2009

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tinggi pada ekspornya sebagai rising star yang menunjukkan bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat (fast-growing product). Lost opportunity, terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis, adalah posisi yang paling tidak diinginkan. Falling star juga tidak disukai, meskipun masih lebih baik jika dibandingkan dengan lost opportunity, karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu, retreat biasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk yang stagnan dan menuju produk-produk yang dinamik (Bapennas 2009).

X-Model Produk eksport potensial

Metode ini digunakan untuk melakukan klusterisasi produk yang memiliki potensi pengembangan tinggi di negara tujuan ekspor dengan mempertimbangkan daya saing (RCA) dan posisi pasar (EPD). Analisis X-model produk eksport potensial seperti ditunjukkan pada Gambar 3:

Gambar 3 Analisis X-Model Produk eksport potensial

Pengembangan pasar optimis

Pengembangan pasar potensial

Pengembangan Pasar kurang

potensial potensial

Pengembangan Pasar tidak

(23)

13 Pemilihan Model

Model data panel merupakan model yang menggunakan informasi dari gabungan data cross section dan time series. Untuk memperoleh model mana yang paling baik dan efisien perlu dilakukan pengujian statistik. Berikut adalah pengujian statitik dalam model data panel, yaitu:

1) Uji Chow

Uji Chow (Chow test) atau uji F statistics merupakan pengujian statistics untuk memilih apakah model yang digunakan pooled least square (PLS) atau fixed effect. Hipotesisnya adalah:

H0: model PLS

Uji Hausman (Hausman test) merupakan pengujian statistics untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect. Hipotesisnya adalah:

Suatu fungsi regresi dapat dikategorikan sebagai fungsi yang linear dan efisien jika semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi. Dalam analisis ini, terdapat empat asumsi yang harus diuji. Keempat asumsi yang diuji adalah heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan normalitas.

1) Heteroskedastisitas

Suatu fungsi dikatakan mengandung masalah heteroskedastisitas apabila variasi dari faktor pengganggu tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah eksogen dalam model regresi. Masalah heteroskedastistas sering terjadi dalam data cross section. Dalam analisis data panel, masalah heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan membandingkan sum square residual pada wighted statistics dan unweighted statistics. Jika sum square residual wighted statistics lebih kecil dibandingkan dengan sum square residual unweightes statistics maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.

2) Multikolinearitas

Suatu model regresi mengandung asumsi multikolinearitas jika terdapat hubungan linear yang sempurna antar variabel eksogennya. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi ini dapat dilihat dari R-square. Jika R-squarenya tinggi (antara 0.7-1.0) dan koefisien korelasi sederhana juga tinggi, tetapi tidak satupun atau sedikit sekali koefisien individunya signifikan, maka model regresi ini mengandung masalah multikolinearitas. 3) Autokorelasi

(24)

14

mengetahui adanya masalah autokorelasi, salah satunya adalah dengan cara uji Durbin-Watson.

Tabel 3 Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya

DW Kesimpulan

Kurang dari 1.10 Ada autokorelasi

1.10 dan 1.54 Tanpa kesimpulan

1.55 dan 2.46 Tidak ada autokorelasi

2.46 dan 2.90 Tanpa kesimpulan

Lebih dari 2.91 Ada autokorelasi

Sumber: Firdaus 2004

4) Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah error term menyebar secara normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan tes jarque bera, jika nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka error term dalam model telah menyebar secara normal.

Uji kriteria statistik atau uji hipotesis dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan dalam regresi signifikan atau tidak. Uji tersebut adalah uji F, uji t dan uji R2.

1) Uji F

Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel eksogen terhadap variabel endogen. Hipotesisnya adalah:

H0: β1= β2= βn= 0

H1: Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol

Jika probabilitas (p-value) < taraf nyata a persen maka sudah cukup bukti untuk tolak H0, artinya minimal ada satu variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap variabel endogen pada taraf nyata a persen.

2) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel eksogen secara individu berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel endogen. Hipotesisnya adalah:

H0: βn= 0 H1: βn≠ 0

Jika probabilitas (p-value) < taraf nyata a persen maka sudah cukup bukti untuk tolak H0,artinya variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap variabel endogen pada taraf nyata a persen.

3) Uji R2

R2 (koefisien determinasi) merupakan koefisien yang mengukur tingkat ketepatan atau kecocokan variasi pada model regresi yang dapat menerangkan variabel endogen. R2 nilainya antara nol dan satu. Jika nilainya mendekati atau sama dengan satu maka model regresi tersebut mampu menjelaskan keragaman dari variabel endogen.

(25)

15 endogennya adalah nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Kemudian variabel eksogennnya adalah GDP per kapita riil negara tujuan ekspor, harga ekspor komoditi, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor. Variabel-variabel tersebut di transformasi ke bentuk logaritma natural (ln), hal ini untuk mengurangi masalah heteroskedastisitas. Dari hasil pengujian dan transformasi, maka didapatkan model umum sebagai berikut:

lnXijt = α0 + β1 lnGDPjt +β2lnHit +β3 lnEXRjt + β4 lnEDjt + � Keterangan:

� = Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan j tahun ke-t (US$) � �� = GDP per kapita riil negara j tahun ke-t (US$)

Hit = Harga ekspor komoditi negara i tahun ke-t (US$)

�� = Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara j tahun ke-t � = Jarak ekonomi

� = random error

0 = konstanta (intercept)

� = parameter yang diduga (n=1, 2, … ,4)

Definisi Operasional Variabel:

1) Nilai ekspor minyak atsiri adalah nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor selama periode 2002-2011 dinyatakan dalam satuan US$.

2) GDP per kapita riil adalah GDP per kapita riil negara tujuan ekspor berdasarkan tahun dasar 2005 selama periode 2002-2011 dinyatakan dalam satuan US$.

3) Harga ekspor komoditi adalah harga ekspor minyak atsiri Indonesia ke negara tujuan ekspor selama periode 2002-2011. Harga diperoleh dari nilai ekspor di bagi volume ekspor.

4) Nilai tukar riil adalah nilai tukar rupiah nominal terhadap mata uang negara tujuan ekspor dikali dengan perbandingan indeks harga konsumen Indonesia dengan indeks harga konsumen negara tujuan ekspor berdasarkan tahun dasar 2005, dinyatakan dalam mata uang negara tujuan ekspor.

5) Jarak ekonomi adalah jarak geografis antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dikali dengan perbandingan GDP total negara tujuan dengan jumlah GDP total dari kesembilan negara tujuan ekspor, GDP total berdasarkan tahun dasar 2005.

GAMBARAN UMUM

Minyak Atsiri

(26)

16

getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam family Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelligeraceae. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersil (Dewan Atsiri Indonesia 2013).

Menurut Kementerian Perdagangan (2013), Indonesia termasuk dalam 10 eksportir terbesar minyak atsiri di dunia. Indonesia menjadi eksportir utama untuk jenis minyak nilam, kemudian diikuti Malaysia, Philipina, India dan China. Market share minyak nilam Indonesia (patchouli oil) di dunia pada tahun 2010 mencapai 90 persen. Selanjutnya Indonesia juga menjadi eksportir terbesar untuk tanaman jenis lain seperti minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak sereh wangi dan minyak daun cengkeh.

Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Dunia

Nilai perdagangan minyak atsiri dunia memiliki tren yang fluktuatif, tetapi cenderung meningkat selama periode 2002 sampai 2011 (Gambar 4). Nilai perdagangan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan, rata-rata pertumbuhannya adalah sebesar 12.32 persen. Namun, untuk tahun 2008 sampai 2009 nilai perdagangannya menurun sebesar 15.30 persen, hal ini dikarenakan terjadinya krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008. Penurunan nilai perdagangan minyak atsiri di dunia tidak berlangsung lama, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4, pada tahun 2009 sampai 2011 nilai perdagangan minyak atsiri mengalami peningkatan, rata-rata pertumbuhannya mencapai pada angka 22.46 persen. Secara umum rata-rata nilai perdagangan minyak atsiri dunia mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 11.50 persen.

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Gambar 4 Perkembangan perdagangan minyak atsiri dunia

(27)

17 Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Indonesia

Nilai ekspor dan impor minyak atsiri Indonesia selama periode 2002 sampai 2011 memiliki tren yang fluktuatif (Gambar 5). Selama periode 2002 sampai 2011, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai nilai tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar US$ 160,623,237, sedangkan nilai ekspor terendahnya pada tahun 2003 yaitu sebesar US$ 44,146,202.

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Gambar 5 Perkembangan nilai ekspor-impor minyak atsiri Indonesia di dunia Selanjutnya, nilai impor tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar US$ 100,056,170 dan nilai terendahnya pada tahun 2002 yaitu sebesar US$ 11,008,555. Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor selama periode penelitian adalah sebesar 17.59 persen, dan rata-rata pertumbuhan nilai impor sebesar 30.30 persen. Nilai rata-rata impornya tinggi karena pada tahun 2002 ke 2003 persentase pertumbuhannya sangat tinggi yaitu sebesar 90.27 persen. Namun, untuk tahun berikutnya pertumbuhan nilai ekspor selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya.

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Gambar 6 Rata-rata nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor Menurut Kementerian Perdagangan (2013), terdapat 20 negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia, sembilan diantaranya adalah Perancis, Jerman, India, Belanda, Singapura, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.

0

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(28)

18

Berdasarkan Gambar 6, menunjukkan rata-rata nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di sembilan negara tujuan ekspor periode 2002-2011. Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia terbesar di Amerika Serikat yaitu sebesar US$ 20,487,951.

Rata-rata Pangsa Pasar Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

Perdagangan internasional dilakukan oleh banyak negara di dunia. Suatu negara dapat melakukan perdagangan dengan beberapa negara, tidak terkecuali dalam kegiatan perdagangan pada komoditi minyak atsiri. Negara penghasil minyak atsiri akan melakukan ekspor ke negara yang memerlukan minyak atsiri. Negara-negara yang menghasilkan minyak atsiri akan bersaing antara satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar di negara tujuan ekspor.

Tabel 4 Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Negara Pangsa Pasar (%)

Perancis 4.66

Jerman 2.93

India 16.11

Belanda 5.58

Singapura 31.40

Spanyol 4.59

Turki 3.72

Inggris 2.02

Amerika Serikat 4.79

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Tabel 4 menunjukkan rata-rata pangsa pasar minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor pada periode 2002-2011. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia terbesar di Singapura yaitu mencapai 31.40 % untuk periode 2002-2011. Sedangkan yang terendah adalah di Inggris, yaitu sebesar 2.02 %. Terdapat beberapa negara pesaing atau kompetitor Indonesia yang memiliki pangsa pasar di negara tujuan ekspor, seperti yang terlampir pada Lampiran 2.

Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

(29)

Rata-19 rata GDP per kapita riil terbesar di Singapura yaitu sebesar US$ 46,455, dan rata-rata GDP per kapita riil yang terendah di India yaitu sebesar US$ 2,465.

Tabel 5 Rata-rata variabel yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia periode 2002-2011

Amerika Serikat 42,037 24.45 0.00012 8,219

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Rata-rata nilai tukar riil rupiah terhadap negara tujuan ekspor terbesar di India yaitu sebesar 0.00485, dan rata-rata nilai tukar riil rupiah terhadap negara tujuan ekspor terkecil di Inggris yaitu 0.00007. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rupiah terhadap rupee (India) lebih mahal di bandingkan dengan mata uang negara tujuan ekspor lainnya, begitu sebaliknya nilai rupiah terhadap pounds (Inggris) lebih murah dibandingkan dengan mata uang negara tujuan ekspor lainnya. Selanjutnya, rata-rata jarak ekonomi terbesar di Amerika Serikat yaitu sebesar 8,219, dan yang terkecil di Singapura yaitu sebesar 8. Hal ini karena jarak ekonomi dipengaruhi oleh jarak geografis, GDP negara tujuan, dan jumlah total GDP negara yang diteliti (sembilan negara tujuan ekspor).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Saing Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

Pasar internasional merupakan suatu pasar dilakukannya transaksi antara pelaku ekspor dan pelaku impor, baik antar individu suatu negara dengan individu negara lain, individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Kegiatan transaksi tersebut tidak hanya dilakukan oleh dua negara saja, tetapi dilakukan oleh negara-negara lain. Hal ini menyebabkan adanya persaingan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang biasa disebut dengan daya saing. Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional.

(30)

20

untuk komoditi tertentu, apakah komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif yang kuat atau lemah. Nilai RCA yang lebih besar dari satu (RCA> 1) menunjukkan bahwa komoditi yang dianalisis memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata (dunia) atau berdaya saing yang kuat sehingga dapat dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor ke negara tujuan ekspor.

Tabel 6 Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di dunia

Tahun Xij/Xt Wij/Wt RCA

2007 0.0009 0.0002 4.83

2008 0.0011 0.0002 5.69

2009 0.0008 0.0002 3.80

2010 0.0008 0.0002 3.78

2011 0.0008 0.0002 3.64

Rata-rata 4.35

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi espor Indonesia yang masuk dalam 10 komoditi potensial ekspor Indonesia. Tabel 6 menunjukkan nilai RCA minyak atsiri Indonesia di dunia. Nilai rata-rata RCA minyak atsiri Indonesia di dunia periode 2007-2011 lebih besar dari satu (4.34), artinya minyak atsiri Indonesia di dunia memiliki daya saing yang kuat, hasil ini sesuai dengan hipotesis.

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor periode 2007-2011 lebih besar dari satu, artinya minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki daya saing yang kuat. Pada tabel 7, nilai RCA minyak atsiri Indonesia terbesar di Perancis untuk periode 2007-2011. Rata-rata nilai RCA minyak atsiri Indonesia di Perancis pada periode tersebut sebesar 29.13. Selanjutnya untuk nilai RCA minyak atsiri Indonesia terendah di India yaitu sebesar 4.61.

Tabel 7 Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Negara RCA Rata-rata

2007 2008 2009 2010 2011

(31)

21 Metode lain yang digunakan untuk mengetahui keunggulan suatu komoditi adalah dengan menggunakan metode EPD. Metode ini dapat mengetahui keunggulan kompetitif komoditi tertentu pada suatu negara. Metode ini juga dapat memiliki kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor di antara negara-negara di seluruh dunia, dengan melihat posisi pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditi tersebut. Tabel 8 menunjukkan hasil estimasi analisis EPD minyak atsiri Indonesia di dunia periode 2007-2011.

Tabel 8 Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di dunia

Tahun Xij/Wij Xt/Wt growth X growth Y EPD

2007 0.04 0.01

Rising star

2008 0.05 0.01 22.86 4.22

2009 0.04 0.01 27.27 8.84

2010 0.04 0.01 11.97 12.72

2011 0.05 0.01 5.85 9.96

Rata-rata 3.35 8.94

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Hasil estimasi analisis EPD periode 2007-2011 menunjukkan bahwa posisi pasar minyak atsiri Indonesia di dunia berada pada posisi rising star. Hal ini sesuai dengan hipotesis, yang menyatakan bahwa posisi pasar minyak atisiri Indonesia berada pada rising star dengan pertumbuhan pangsa pasar (sumbu x) ekspornya positif dan pertumbuhan pangsa produknya (sumbu y) bernilai positif. Berdasarkan Tabel 9, posisi pasar minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor berada pada posisi rising star, kecuali di Singapura berada pada lost opportunity. Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri merupakan komoditi yang dinamis (pertumbuhan cepat) di Singapura, tetapi minyak atsiri Indonesia di Singapura pangsa pasarnya tidak kompetitif, sehingga pasar yang tersedia atau yang berkembang di Singapura diisi oleh negara pesaing lain.

Tabel 9 Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Negara Growth X Growth Y EPD

Perancis 9.80 9.18 Rising star

Jerman 5.59 5.98 Rising star

India 9.44 12.81 Rising star

Belanda 18.31 11.66 Rising star

Singapura -13.35 7.09 Lost opportunity

Spanyol 40.54 12.20 Rising star

Turki 80.98 1.24 Rising star

Inggris 13.95 3.60 Rising star

Amerika serikat 13.60 7.30 Rising star

(32)

22

Berdasarkan hasil analisis metode RCA dan EPD dapat dilakukan klusterisasi potensi minyak atsiri Indonesia di dunia dan di negara tujuan ekspor. Metode yang digunakan untuk melakukan klusterisasi adalah X-Model Produk eksport potensial. Pengklusterisasiannya diperoleh dengan mempertimbangkan daya saing (RCA) dan posisi pasar (EPD), dengan begitu dapat diketahui apakah komoditi ini memiliki potensi yang tinggi atau tidak di negara tujuan ekspor. Hasil estimasi analisis X-Model Produk eksport potensial menunjukkan bahwa ekspor minyak atsiri Indonesia di dunia memiliki potensi pengembangan pasar optimis (RCA > 1 dan EPD berada pada rising star), hasil ini sesuai dengan hipotesis.

Nilai RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor adalah lebih besar dari satu. Kemudian untuk EPD, posisi pasar minyak atsiri Indonesia berada pada rising star kecuali di Singapura berada pada lost opportunity. Berdasarkan nilai RCA dan EPD yang diperoleh maka dapat dilakukan analisis dengan metode X-Model Produk eksport potensial. Berdasarkan Tabel 10, ekspor minyak atisiri Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki potensi pengembangan pasar optimis. Namun di Singapura, ekspor minyak atsiri Indonesia memiliki potensi pengembangan pasar potensial.

Tabel 10 Hasil estimasi X-Model Produk eksport potensial minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Negara

RCA EPD

X-Model Produk eksport Potensial

Perancis 29.13 Rising star Pengembangan pasar optimis Jerman 12.91 Rising star Pengembangan pasar optimis India 4.61 Rising star Pengembangan pasar optimis Belanda 10.47 Rising star Pengembangan pasar optimis Singapura 5.08 Lost opportunity Pengembangan pasar potensial Spanyol 10.55 Rising star Pengembangan pasar optimis Turki 5.89 Rising star Pengembangan pasar optimis Inggris 7.52 Rising star Pengembangan pasar optimis Amerika Serikat 6.32 Rising star Pengembangan pasar optimis Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaann Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

(33)

23 tolak H0, artinya pendekatan model terbaik yang dipilih adalah pendekatan model fixed effect.

Berdasarkan pengujian maka pendekatan model terbaik yang dipilih adalah pendekatan model fixed effect. Setelah itu, dilakukan pengolahan data dengan pendekatan model fixed effect. Pengolahan ini dilakukan dengan pilihan kriteria pembobotan, yaitu pengolahan tanpa pembobotan dan dengan pembobotan. Setelah dilakukan pengolahan data maka diperoleh pendekatan model fixed effect yang terbaik adalah dengan memberikan pembobotan SUR (Seemingly Uncorrelated Regression), hasil estimasinya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil estimasi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Variabel Koefisien Probability

C -19.55604 0.0000*

R-squared 0.984584 Sum squared resid 85.77660

Prob(F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 2.194821 Unweighted Statistics

R-squared 0.924561 Durbin-Watson stat 1.342615

Sum squared resid 12.07153 Sumber: Lampiran 9 (diolah)

Catatan: *) signifikan pada taraf nyata lima persen

Uji Kriteria Ekonometrika

Uji kriteria ekonometrika dilakukan untuk menguji asumsi-asumsi yang mendasari model. Asumsi yang diuji meliputi heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan normalitas. Masalah heteroskedastisitas dalam panel data dapat dideteksi dengan membandingkan sum square residual pada weighted statistics dan unweighted statistics. Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sum square residual weighted statistics (89.30) lebih besar dibandingkan dengan sum square residual unweighted statistics (14.43). Dengan demikian model persamaan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

(34)

24

terbebas dari masalah multikolinearitas. Selain dari R-squared, uji ini dapat dilihat dari nilai Prob (F-statistic), Prob (F-statistic) lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0.00 < 0.05), berarti signifikan pada taraf nyata lima persen, artinya tidak terjadi multikolinearitas. Pengujian selanjutnya adalah uji normalitas, hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai probabilitas jarque bera (Lampiran 10) lebih besar dari taraf nyata lima persen (0.15 > 0.05), artinya error term menyebar normal.

Uji Kriteria Statistik

Uji kriteria statistik atau uji hipotesis dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model persamaan signifikan atau tidak. Pengujian dilakukan pada uji F, uji t dan uji R2. Uji F dapat dilihat dari nilai probabilitas F statistics, pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai Probabilitas F statistics adalah sebesar 0.00 lebih kecil dari taraf nyata lima persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada satu variabel eksogen yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel eksogen secara individu berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel endogen. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa GDP per kapita riil, harga ekspor komoditi dan jarak ekonomi memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal ini berarti bahwa variabel eksogen tersebut berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Selanjutnya dilakukan uji R2(R-squared), pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai R-squared sebesar 98.45 persen, artinya 98.45 persen perubahan variabel endogen dapat dijelaskan oleh variabel eksogen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 1.55 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Berdasarkan uji Chaw dan uji Hausman, maka model terbaik yang dipilih adalah model fixed effect. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dituliskan persamaan permintaan ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor, yaitu:

lnXijt = Crossj −19.55604 + 5.405910 lnGDPjt + 0.612805 lnHit− 0.018860 lnEXRjt− 3.448404 lnEDjt +εit

Keterangan:

Xijt = Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan j tahun ke-t (US$) GDPjt = GDP perkapita negara j ekspor ke-t (US$)

Hit = Harga ekspor komoditi negara i tahun ke-t (US$)

EXRjt = Nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara j tahun ke-t EDjt = Jarak ekonomi (km)

εit = error term

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

(35)

25 negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan dan positif pada taraf nyata lima persen, hal ini sesuai dengan hipotesis. Elastisitasnya sebesar 5.40, artinya jika GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat sebesar satu persen, maka akan meningkatkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor sebesar 5.40 persen, cateris paribus.

Variabel harga ekspor komoditi yang digunakan adalah harga minyak atsiri yang ditawarkan Indonesia di negara tujuan ekspor. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa harga ekspor komoditi signifikan dan positif pada taraf nyata lima persen, hal ini tidak sesuai dengan hipotesis. Tetapi secara logika hal ini dapat terjadi, karena dalam penelitian ini variabel endogen yang digunakan adalah nilai ekspor minyak atsiri. Nilai ekspornya diperoleh dari volume ekspor di kali dengan harga ekspor komoditi, sehingga antara nilai ekspor dengan harga ekspor komoditi memiliki hubungan linear yang positif. Jika harga ekspor komoditi meningkat maka nilai ekspornya juga akan meningkat. Hasil estimasi menunjukkan bahwa elastisitas harga ekspor komoditi sebesar 0.61 persen. Artinya, jika harga ekspor komoditi meningkat satu persen, maka akan meningkatkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor sebesar 0.61 persen, cateris paribus.

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor negatif, hal ini sesuai dengan hipotesis. Tetapi pada taraf nyata lima persen variabel ini tidak signifikan, artinya tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Nilai elastisitasnya adalah sebesar -0.02 dan p-valuenya lebih besar dari taraf nyata lima persen (0.85 > 0.05). Variabel selanjutnya adalah variabel jarak ekonomi. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa jarak ekonomi berpengaruh signifikan dan negatif pada taraf nyata lima persen, hasil ini sesuai dengan hipotesis. Elastisitasnya sebesar -3.45, artinya jika jarak ekonomi semakin meningkat maka permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor akan menurun sebesar 3.45 persen, cateris paribus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(36)

26

2) Hasil analisis dengan model data panel menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor adalah GDP per kapita riil, harga ekspor komoditi dan jarak ekonomi.

Saran

1) Indonesia dapat mengembangkan ekspor minyak atsiri di Singapura, karena pangsa pasar minyak atsiri di Singapura pertumbuhannya positif.

2) Indonesia dapat mencari potensi pasar di negara lain berdasarkan GPD per kapita riil yang tinggi.

(37)

27

DAFTAR PUSTAKA

Andelisa N. 2011. Analisis Dayasaing dan Aliran Ekspor Produk Crude Coconut Oil (CCO) Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Basri F, Munandar H. 2010. Dasar - Dasar ekonomi Internasional: Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta (ID): Kencana.

Badan Pusat Statistik. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia [internet]. [diacu 9 April 2013]. Tersedia dari: www.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia [internet]. [diacu 3 April 2013]. Tersedia dari: www.bps.go.id.

Bappenas. 2009. Perdagangan dan Investasi di Indonesia: sebuah Catatan tentang Daya Saing dan Tantangan ke Depan [internet]. [diacu 8 April 2013]. Tersedia dari: www.bappenas.go.id.

Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

________ . 2011. Aplikasi Ekonometrika: untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press.

Hafni N. 2011.Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Internasional Monetary Fund. 2013. World Economic Database [internet]. [diacu

28 Maret 2013]. Tersedia dari: www.imf.org.

Kementerian Perdagangan. 2013. Kajian Potensi Pengembangan Ekspor ke Pasar Non Tradisionil. Jakarta (ID): Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri BP2KP.

Mankiw NG. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam. Fitria L dan Imam N, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics, Ed ke-6.

Novianti T, Oktaviani R. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.

Research and Expertise on the World Economy. 2013. Data: Geodist [internet]. [diacu 28 Maret 2013]. Tersedia dari: www.cepii.fr/

Tambunan TTH. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Indonesia. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Ridwan. 2009. Dampak Integrasi Ekonomi terhadap Investasi di Kawasan ASEAN: Analisis Model Gravitasi. Jurnal Organisasi dan Manajemen. 5(2):95-107.

United Nations Conference. 2013. United Nations Conference Statistic [internet]. [diacu 28 Maret 2013]. Tersedia dari: www.unctad.org.

Utami SM. 2012. Analisis Dayasaing dan Aliran Ekspor Kepiting Indonesia Tahun 2001-2011 [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

United Nations Commodity Trade Statistics Database. 2013. Data Trade [internet]. [diacu 28 Maret 2013]. Tersedia dari: www.wits.worldbank.org.

(38)

28 Lampiran 1 Komponen dalam HS 3301 (essential oils)

Kode HS Keterangan

330111 Essential oils of citrus fruit :-- Of bergamot 330112 Essential oils of citrus fruit :-- Of orange 330113 Essential oils of citrus fruit :-- Of lemon 330114 Essential oils of citrus fruit :-- Of lime 330119 Essential oils of citrus fruit :-- Other

330121 Essential oils other than those of citrus fruit :-- Of geranium 330122 Essential oils other than those of citrus fruit :-- Of jasmin

330123 Essential oils other than those of citrus fruit :-- Of lavender or of lavandin 330124 Essential oils other than those of citrus fruit :-- Of peppermint (Mentha

piperita)

330125 Essential oils other than those of citrus fruit :-- Of other mints 330126 Essential oils other than those of citrus fruit :-- Of vetiver 330129 Essential oils other than those of citrus fruit :-- Other 330130 Resinoids

330190 Other

Lampiran 2 Pangsa impor minyak atsiri berdasarkan negara asal

Negara Pangsa Pasar Negara Asal(%)

Indonesia India Itali USA Lainnya

Perancis 4.66 8.12 9.07 7.40 70.75

Indonesia Perancis India USA Lainnya

Jerman 2.93 19.37 13.30 9.04 55.36

Indonesia China Perancis USA Lainnya

India 16.11 15.96 8.98 12.94 46.00

Indonesia Brazil Perancis USA Lainnya

Belanda 5.58 16.05 7.90 16.17 54.17

Indonesia China India USA Lainnya

Singapura 31.40 13.97 19.27 7.31 28.05

Indonesia China Perancis India Lainnya

Spanyol 4.59 6.82 12.87 5.91 69.82

Indonesia Jerman Inggris India Lainnya

Turki 3.72 15.21 17.58 12.68 50.80

Indonesia Argentina France USA Lainnya

Inggris 2.02 11.91 11.85 28.45 45.77

Indonesia Argentina Brazil India Lainnya

(39)

29 Lampiran 3 Hasil perhitunga RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekpor

periode 2007-2011

Negara Tahun Xij Xt Wij Wt RCA

Perancis

2007 9183.123 827594.571 207445.063 608111136.341 32.528

2008 12003.634 966163.916 251177.668 684109663.652 33.838

2009 7033.966 893308.068 179647.894 549840647.286 24.100

2010 11826.113 1150655.702 260753.364 597928309.992 23.568

2011 16697.961 1311924.494 275809.836 685338816.672 31.626

Rata-rata 29.132

Jerman

2007 6090.790 2316011.149 171727.204 940638528.554 14.405

2008 9908.888 2465159.396 211576.349 1070904278.644 20.345

2009 4356.856 2326669.088 188884.999 831422577.091 8.243

2010 8338.555 2984670.615 228327.217 948542317.151 11.606

2011 8255.030 3304651.447 273176.587 1089288534.127 9.961

Rata-rata 12.912

India

2007 5292.547 4943905.977 38045.923 165302678.536 4.651

2008 10458.787 7163336.232 51013.754 207076278.474 5.927

2009 8849.498 7432892.524 55625.332 182660222.756 3.910

2010 15362.424 9915038.943 73933.459 239510012.065 5.019

2011 15308.668 13335706.464 89665.818 277214433.110 3.549

Rata-rata 4.611

Belanda

2007 5261.203 2749459.376 104129.644 497315014.120 9.139

2008 15532.844 3926404.315 124023.646 583691708.132 18.618

2009 9732.569 2909074.571 105162.079 437715164.697 13.925

2010 5397.755 3722455.122 135533.230 519733285.358 5.561

2011 7096.181 5132476.545 164309.057 605229958.673 5.093

Rata-rata 10.467

Singapura

2007 30074.226 10501617.246 74894.696 194175268.519 7.425

2008 36487.677 12862045.173 102848.920 225993183.430 6.233

2009 19069.562 10262665.108 79016.059 183583067.913 4.317

2010 24862.623 13723265.578 92361.301 226145901.623 4.436

2011 27756.055 18443890.221 131039.867 261228135.045 3.000

Rata-rata 5.082

Spanyol

2007 2452.012 1906222.913 62151.602 357865341.182 7.407

2008 2900.972 1665335.009 67845.228 371837488.923 9.547

2009 2470.063 1830457.715 52950.424 266248788.002 6.785

2010 8940.749 2328695.767 74063.852 296612415.273 15.376

2011 8636.573 2427861.565 83273.787 318812913.115 13.619

Rata-rata 10.547

Gambar

Gambar 1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Gambar 3 Analisis X-Model Produk eksport potensial
Gambar 4 Perkembangan perdagangan minyak atsiri dunia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cont emporary Chinese Polit ics: An Int roduction Second.

Dalam perkuliahan ini dibahas landasan pemikiran, pengertian, tujuan dan fungsi, lingkup garapan, serta strategi dan teknik bimbingan-konseling anak..

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki fungsi ekologisterhadap ikan karang.Tingginya tingkat keanekaragaman, kelimpahan dan biomassa ikan karang dapat

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri kemandirian anak usia dini adalah seorang anak yang memiliki rasa tanggung jawab dan kepercayaan

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari menyebarkan kuisioner kepada konsumen yang telah melihat tayangan iklan Yamaha Jupiter MX

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Henhen Lukmana 2016 Universitas

Pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebuah Kegiatan pelatihan pembuatan makanan sehat untuk program diet alami untuk kelompok ibu-ibu bertujuan untuk membantu

Hasil Penelitian : Dari hasil uji hipotesis menggunakan uji korelasi spearman rank pada tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01), dimana nilai rho(correlation coeffisient) sebesar