• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia Ke Pasar Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia Ke Pasar Jepang"

Copied!
342
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)

KERAGAAN EKSPOR CAKALANG

(SKIPJACK)

BEKU

DAN MADlDlHANG

(YELLOWFIN)

SEGAR INDONESIA

KE PASAR JEPANG

Oleh:

OLLlVlA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(178)

L

0 u c

L

p u r e

e

oue

!d

r e yoam

t

L

a

t d

eepd me LoPJiay

up

u n

d

er a f e t L e pm,,um..

.

Z e d i c a t e d to my dearedt

&a, V a m a ,

Urn,

Z i d i t

(179)

ABSTRAK

OLLIVIA. Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang ( Yellowfin) Segar

lndonesia ke Pasar Jepang. Di bawah bimbingan SRI HARTOYO sebagai ketua dan ANNY

RATNAWATI sebagai anggota komisi.

Usaha perikanan laut Indonesia baru memanfaatkan 58.5 persen sumberdaya yang ada, namun relatif efisien secara ekonomi dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini armada penangkap ikan lndonesia masih minim, sementara over fishing mendorong munculnya penetapan kuota tangkap. Kealpaan lndonesia dalam komisi regional perikanan menyebabkan posisinya rawan akan tuduhan penangkapan yang tidak mengikuti aturan sehingga produk ikan lndonesia dapat terkena sanksi boikot oleh pengimpor. Dalam rangka pembangunan sektor perikanan dan menjawab isu pelestarian sumberdaya alam, responsible fisheries, globalisasi dan perdagangan bebas, pemerintah menetapkan sepuluh komoditas unggulan dan tuna merupakan salah satunya. Produk skipjack beku dan yellowfin segar mendominasi ekspor tuna lndonesia dengan tujuan utama Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang.

Model ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang digambarkan memiliki keterkaitan antara volume tangkapan tuna, volume ekspor ke Jepang, impor tuna Jepang, impor dan ekspor tuna Dunia, integrasi pasar tuna Dunia, dan harga ekspor lndonesia serta harga domestik. Model terdiri dari 13 persamaan struktural, dua persamaan identitas, 15 peubah endogen dan 41 peubah predetermined. Model ekonometrika yang dirumuskan diduga dengan metode 2SLS menggunakan data sekunder time serles 1989-2000. Model valid untuk dilakukan simulasi historis meliputi perubahan faktor internal, eksternal dan kebijakan.

Penambahan kapal purse seine di atas 100 GT berdampak besar terhadap naiknya volume tangkapan sk~pjack dan yellowfin. Ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang dipengaruhi harga ekspornya, harga ekspor lndonesia dipengaruhi harga Dunia yaitu harga impor Jepang dan Thailand. Jepang sebagai pasar tujuan mayoritas produk tuna lndonesia sangat sensitif terhadap standar mutu terutama untuk produk tuna segar. Menjaga standar mutu, antara lam dengan membatasi ukuran alat tangkap, dapat menjaga kestabilan harga tuna domestik karena tuna rejected tidak akan membanjiri pasar tuna domestik.

(180)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

KERAGAAN EKSPOR CAKALANG (SKIPJACK) BEKU DAN MADlDlHANG (YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA KE PASAR JEPANG

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa

kebenarannya.

Bogor, 04 April 2002

(181)

KERAGAAN EKSPOR CAKALANG

(SKIPJACK)

BEKU

DAN MADIDIHANG

(YELLOWFIN)

SEGAR INDONESIA

KE PASAR JEPANG

Oleh:

Ollivia

EPN 98026

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi llmu Ekonomi Pertanian

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(182)

Judul Tesis : Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia Ke Pasar Jepang.

Nama Mahasiswa : Ollivia

Nomor Pokok : 98026

Program Studi : llmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

/"-

Dr. Ir. Sri Hartovo, MS Ketua

2. Ketua Program Studi llmu Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Bonar M. Sinaqa, MA

-

Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS Anggota

Mengetahui,

(183)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Pebruari 1973 di Bajubang, Propinsi Jambi,

sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Zulfikar Hasibuan d m Arnetty Hamir.

Tahun 1991 penulis menarnatkan sekolah lanjutan atas dari SMA Don Bosco Padang.

Melalui program Undangan Siswa Masuk IPB (USMI) penulis meneruskan kuliah pada tahun

yang sama pada Jurusan Matematika, minor Ekonomi, Fakultas Matematika dan llmu

Pengetahuan Alam (FMIPA), lnstitut Pertanian Bogor.

Tahun 1998 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi llmu Ekonomi

Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor dengan minat pada bidang

(184)

UCAPAN TERIMA KASlH

Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah membukakan jalan dan

memberikan kemudahan sehingga akhirnya tesis yang berjudul "Keragaan Ekspor Cakalang

(Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia ke Pasar Jepang" dapat

diselesaikan. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi llmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo,

MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir, Anny Ratnawati, MS selaku anggota Komisi

Pembimbing serta kepada Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi llmu

Ekonomi Pertanian atas kesediaannya meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan

bimbingan serta saran selama penelitian dan penyusunan tesis ini.

Tiada kata yang dapat mewakili ungkapan rasa terima kasih penulis kepada keluarga

tercinta. Papa Zulfikar Hasibuan, Mama Arnetty Hamir, Tante Yenny Fauziah, serta Adik-

adikku tersayang Uce Rizqan Haland dan M. Aditya Sagitra atas segala bentuk dukungan

yang sangat penulis perlukan dalam menghadapi semua kesulitan dan tantangan selama

menyelesaikan pendidikan pada program pascasarjana ini.

Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada:

1. Teman-teman seperjuangan EPN 98, Ida dan Andy atas bantuan datanya; Mbak Titiek,

Mbak Arien dan Mas Gatoet tempat bertanya; Mas Saad dan Boim tempat berbagi

keluhan; especially to you guys Mas Yan, Yudi dan Jamie without you I wouldn't be here ...

2. Yana dan Wiwiek, I know there were time I be a totally boring and iritating person yet

(185)

3. My beloved friends Iway, Akey dan Nuril, I trully am speechless ... There's no doubt that I

can always count on you.. .

4. Oma dan.Opa Badril Anwar serta Om dan Tante yang telah memberikan dukungan moril

dan doa selama penulis menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Bogor.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan yang telah

diberikan kepada penulis.

Akhirnya, penulis menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan pada tesis ini,

oleh karena itu penulis terbuka atas segala bentuk kritik dan saran untuk tujuan perbaikan

demi penelitian lanjutan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Harapan penulis, tesis ini

dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, 04 April 2002

(186)

DAFTAR

IS1

Halaman

... ...

DAFTAR TABEL III

DAFTAR GAMBAR

...

.

.

...

v

...

DAFTAR LAMPIRAN vii

... ...

.

I PENDAHULUAN

.

.

.

1

1

.

1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perurnusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

...

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6

II

.

PRODUKSI DAN PERDAGANGAN SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR DUNIA ... 8

...

2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia 8 ... 2.2. Potensi Produksi Skipjack dan Yellowfin Dunia 12

2.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ...

.

.

. . . 18

... 2.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia 20

2.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ... 22

2.6. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Dunia ... 24

.

...

Ill PERIKANAN TUNA INDONESIA 31

3.1. Gambaran Tuna Indonesia ... 31

3.2. Produksi Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Indonesia ... 35

... 3.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 4 2

... 3.4. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 44

3.5. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Indonesia ... 46

.

...

IV KERANGKA TEORlTlS 52

... 4.1. Keterkaitan Usaha Penangkapan Tuna. Kebijakan Pemerintah dan Pasar Tuna 52

...

4.2. Perilaku Produksi Komoditi Perikanan

.

.

... 52
(187)

4.4. Penawaran Ekspor dan Permintaar-t lmpor Tuna di Pasar lnternasional ... 57

4.5. Konsep Elastisitas ... 58

...

4.6. lntegrasi Pasar Tuna 58

4.7. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 59

V

.

METODE PENELITIAN

...

65

...

5.1. Jenis dan Sumber Data 65

...

5.2. Perumusan Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 65

...

5.3. Prosedur Analisis

...

...

72

VI

.

KERAGAAN EKSPOR SKlPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR INDONESIA KE PASAR JEPANG ... 77

...

6.1. Hasil Umum Pendugaan Model Ekonometrika 77

... 6.2. Produksi Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 78

6.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ... 82

6.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang ... 84

...

6.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar 87

VII

.

DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL. EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN TERHADAP KERAGAAN EKSPOR SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR

...

INDONESIA KE PASAR JEPANG 94

...

7.1. Validasi Model 94

7.2. Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan ... 95

7.3. Evaluasi Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan terhadap Produksi. Ekspor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar

...

Indonesia 119

VIII

.

KESIMPULAN DAN SARAN ...

.

.

... 131

8.1. Kesimpulan ... 131 ...

8.2. Saran Kebijakan 133

...

8.3. Saran Penelitian 134

...

DAFTAR PUSTAKA 135

(188)

DAFTAR TABEL

Nomor . Halaman

1 . lmpor Tuna Segar Jepang Berdasarkan Negara Pengekspor

...

21 2

.

Perkembangan Jumlah Kapal Penangkap lkan Berdasarkan Ukuran GT ... 39

. .

...

.

3 Musim Tangkapan Skrpjack 45

4

.

Harga Patokan lkan Jenis Pelagis Besar untuk Perhitungan Pungutan Hasil

Perikanan

...

:

...

5 0

5 . Hasil Pendugaan Persamaan Tangkapan Skipjack dan Yellowfin Indonesia

...

78

6 . Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Skipjack Beku Indonesia

...

81

...

.

7 Hasil Pendugaan Persamaan Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar ke Jepang 83

...

8 . Hasil Pendugaan Persamaan lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang 85

...

9 . Hasil Pendugaan Persamaan Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia 88

10 . Hasil Pendugaan Persamaan Harga Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar

Indonesia ... 91

11 . Hasil Validasi Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ... 94

12 . Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga (40%) Terhadap Produksi. Ekspor.

lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ... 96

13 . Dampak Penurunan Tingkat lnflasi (30%) Terhadap Produksi. Ekspor.

lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ... 97

14 . Dampak Peningkatan Kapasitas Kapal(50%) Terhadap Produksi. Ekspor.

... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia 98

15 . Dampak Peningkatan Jumlah Alat Tangkap Purse seine (20%) Terhadap Produksi, Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang

dan Dunia

...

100 16 . Dampak Depresiasi Rupiah (30%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga

Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia

...

102 16

.

Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga dan lnflasi Terhadap Produksi. Ekspor.

lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia .... 103

18 . Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga. lnflasi dan Depresiasi Rupiah Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ... 104

19 . Dampak Depresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga

...

(189)

20. Dampak Apresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga

... ... Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia

.

.

107 21. Dampak.Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (40%) Terhadap Produksi, Ekspor,

....

lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 108 22. Dampak Penurunan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,

.... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 109 23. Dampak Peningkatan Ekspor Yellowfin Segar Philipina (50%) Terhadap Produksi,

Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang

dan Dunia ... ; ... 1 10

24. Dampak Penurunan Eskpor Yellowfin Segar Philipina (10%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia

...

11 1 25. Dampak Peningkatan lmpor Skipjack Beku Thailand (50%) Terhadap Produksi, Ekspor,

....

lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 112 26. Dampak Penurunan lmpor Skipjack Beku Thailand (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,

.... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 113 27. Dampak Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan dan Yellowfin Segar Philipina

Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar ... Indonesia, Jepang dan Dunia 114

28. Dampak Penghapusan Kebijakan Penyeragaman Alat Tangkap Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang

dan Dunia ... 1 15

29. Dampak Penghapusan Kebijakan Perlindungan Dolphin Terhadap Produksi, Ekspor, .... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 116 30. Dampak Penghapusan Kebijakan Standar Mutu Ekspor Tuna Segar Terhadap

Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, ...

Jepang dan Dunia 117

31. Dampak Depresiasi Yen (10%) dan Rupiah (30%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor ... dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 118

32. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume

Tangkapan Skipjack dan Yellowfin serta Produksi Skipjack Beku Indonesia ... 120 33. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume

Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ... 123

34. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Harga Ekspor

Skipjack Beku, Yellowfin Segar serta Harga Tuna Domestik Indonesia ... 125 35. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume dan Harga lmpor

(190)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 . Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama ... 3

2 . Pangsa Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama ... 3

3 . Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore ... 8

4

.

Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye. Albacore di

Samudera Hindia. Pasifik Barat dan Tengah. Atlantik dan Pasifik Timur

...

9

...

5

.

Peta Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Pasifik Timur

.

.

... 13

6 . Volume Tangkapan Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore di Samudera

...

Pasifik Barat Tengah 13

7 . Hasil Tangkapan Semua Jenis Tuna dengan Metode Purse seine. Pole and line dan Long line di Samudera Pasifik Barat Tengah

... .

.

... 14

8 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Pole and line dan Purse seine

... di Samudera Pasifik Barat Tengah 14 9 . Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Pole and line. Long line dan Purse seine

... di Samudera Pasifik Barat Tengah 15

10 . Volume Tangkapan Tuna dengan Purse seine. Long line. Bait boat dan Gill net

di Samudera Hindia pada tahun 1950-1 998 ... 16

11 . Hasil Tangkapan Skipjack di Samudera Atlantik Barat dan Timur ... 17

12 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera

Atlantik Timur ... 17 13 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera

Atlantik Barat ... 17

14 . Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Long line. Purse seine dan Bait boat di

Samudera Atlantik ... 18

15 . Volume Tangkapan Skipjack Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama ... 19

16 . Volume Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama ... 19

... 17 . Volume Tangkapan Yellowfin Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama 20

18 . Volume Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama ... 20 19 . Volume lmpor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ... 21 20 . Volume lmpor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ... 22

...

(191)

... 22

.

Perkembangan Harga lmpor Yellowfin Segar Jepang dan AS 24

23 . Area Bertelur Skipjack di Samudera Atlantik ... 25

24 . Stok Biomass Skipjack di Samudera Atlantik ... 26

25 . lndeks G&G untuk Stok Skipjack di Samudera Atlantik ... 26

26 . Area Bertelur Yellowfin di Samudera Atlantik ... 27

. ... ... 27 Stok Biomass Yetlowfin di Samudera Atlantik

.

.

27

28 . Tuna Skipjack ...

.

.

...

31

...

29 . Tuna Albacore ;

...

32

... 30 . Tuna Yellowfin 33 31 . Tuna Bigeye

...

33

32 . Tuna Bluefin

...

3 4 33

.

Perbandingan Volume Tangkapan Skipjack dan Produksi serta Ekspor Produk Skipjack Beku Indonesia

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

37

... 34 . Perbandingan Volume Tangkapan dan Ekspor Yellowfin Segar Indonesia 38 35 . Perbandingan Jumlah Kapal Tangkap Berukuran di atas 30 GT ... 39

36 . Kapal Tuna Long line Berukuran di bawah 100 GT ... 40

... 37 Kapal Tcna Long line Berukuran di atas 100 GT 40 38 . Kapal Tuna Pole and line Berukuran 30-50 GT ... 41

39 . Volume Ekspor Skipjack Beku Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama ... 43

. ... 40 Volume Ekspor Yellowfin Segar Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama 43 41

.

Perkembangan Harga FOB Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ... 44

42 . Keterkaitan Sumberdaya. Usaha Penangkapan. Kebijakan Pemerintah dan Pasar Tuna ... 52

43 . Kurva Penerimaan Nelayan dalam Usaha Penangkapan lkan ...

.

.

... 54

44 . Perdagangan antara Negara Pengekspor dan Pengimpor ... 55

(192)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Peubah yang Digunakan dalam Penelitian

...

.

.

....

...

...

... 137 2. Program Komputer Prosedur Syslin Metode 2SLS SASETS Versi 8 ...

...

139 3. Hasil Pendugaan Model Prosedur Syslin Metode 2SLS SASIETS Versi 8

...

...

...

....

140 4. Program Komputer Validasi Model Prosedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8

...

145

5. Hasil Validasi Model Prosedur.Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8

...

146 6. Program Komputer Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 Persen

Prosedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8

...

.

.

...

...

...

148 7. Hasil Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 Persen Prosedur
(193)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

lndonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari dua pertiga wilayahnya

berupa perairan. Dengan perincian luas laut sebesar 5.8 juta km2 terdiri dari laut teritorial 0.8

juta km2, laut nusantara 2.3 juta km2, Zona Ekonomi Ekslusif lndonesia 2.7 juta km2 dan

panjang garis pantai 81 000 km. Potensi sumberdaya perikanan lndonesia sangat besar yaitu

mencapai 6.18 juta ton ikan per tahun. Hingga tahun 1998 diperkirakan sebanyak 2.6 juta ton

ikan per tahun yang belum termanfaatkan.

Walaupun baru dimanfaatkan sekitar 58.5 persen, namun usaha perikanan laut

lndonesia relatif efisien. Hal ini terlihat dari nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

sebesar 3.42 yang artinya tingkat efisiensinya relatif tinggi dibanding usaha sektor lainnya.

Begitu pula angka ILOR (Incremental Labour Output Ratio) yang mencapai 7-9 yang berarti

mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dari total penduduk lndonesia yang berjumlah lebih

kurang 210 juta orang pada tahun 2000, sebanyak 5 juta orang terlibat langsung dalam

kegiatan di bidang perikanan. lronisnya lebih dari 80 persen nelayan lndonesia berada di

bawah garis kemiskinan.

Pengembangan sumberdaya laut saat ini menunjukkan kontribusi ekonomi kelautan

(perikanan, perhubungan laut, pertambangan, pariwisata, industri maritim, benda-benda

berharga) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20 persen. lndustri perikanan

sendiri memberikan kontribusi hanya sebesar 2 persen terhadap sektor ekonomi secara

keseluruhan. Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan sektar perikanan serta menjawab

(194)

dan perdagangan bebas antarnegara Asean maupun di Asia Pasifik), pemerintah menetapkan

sepuluh kornoditas unggulan dengan tujuan untuk menarik pemilik modal dan lembaga

keuangan dalam dan luar negeri. Sepuluh komoditas yang dianggap paling prospektif itu

adalah tuna, kakap putih, kerapu, rumput laut, mutiara, udang, nila gift, kodok lembu, ikan hias

dan labi-labi.

Hingga saat ini usaha penangkapan tuna lndonesia belum optimal, namun volume

tangkapannya relatif terus mengalami peningkatan. Tangkapan tuna pada tahun 1988

sebesar 349 668 ton dan pada tahun 2000 mencapai 615 230 ton, dengan laju pertumbuhan

volume tangkapan sebesar 6.1 persen per tahun. Ekspor tuna lndonesia (tuna segar, tuna

beku, tuna kaleng) periode 1988-2000 berfluktuasi namun relatif terus mengalami

peningkatan. Pada tahun 1988 volume ekspor tuna sebesar 49 257 ton, dengan laju

pertumbuhan rata-rata 13.77 persen per tahun, mencapai 166 021 ton pada tahun 2000 dan

pangsa rata-rata sebesar 20 persen terhadap volume produksinya.

Komoditas tuna ekspor lndonesia didominasi oleh jenis skipjack beku dan yellowfin

segar dengan negara tujuan utama Jepang diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dan Thailand.

Untuk jenis skipjack beku, lndonesia merupakan eksportir terbesar ke lima dunia. Untuk jenis

yellowfin segar, lndonesia merupakan eksportir terbesar dunia diikuti oieh Philipina. Gambar 1

dan Gambar 2 menunjukkan perkembangan pangsa ekspor skipjack beku dan yellowfin segar

lndonesia terhadap ekspor skipjack beku dan yellowfin segar Dunia periode 1989-2000.

Masyarakat Jepang yang merupakan konsumen utama tuna, terus mengalami

peningkatan volume impor tuna semenjak tahun 1990. Pangsa impor Jepang terhadap impor

tuna segar Dunia periode 1988-2000 rata-rata sebesar 40 persen dan pangsa impor Jepang

(195)

dalam empat tahun belakangan dan banjirnya pasokan tuna yang masuk ke Jepang menjadi

salah satu penyebab penurunan harga tuna secara global. Hal ini menunjukkan bahwa pasar

tuna dunia berpatokan pada pasar Jepang. Akibatnya lndonesia sebagai eksportir terbesar

untuk produk tuna segar dan ke tiga untuk produk tuna beku ke Jepang, turut terkena

dampaknya. Terlebih semenjak krisis ekonomi dan moneter yang hingga tahun 1998 telah

menyebabkan suku. bunga meningkat hingga di atas 50 persen, pengangguran mencapai 11

persen serta depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang mencapai 300 persen, telah berakibat

usaha penangkapan tuna banyak yang terancam gulung tikar. Peluang dan tantangan di atas

perlu dicermati oleh pemerintah dalam rangka peningkatan ekspor tuna lndonesia di pasar

internasional, terutama untuk meningkatkan devisa negara dalam upaya mengatasi berbagai

masalah pada masa kondisi ekonomi dunia dan domestik sekarang ini.

Gambar 1. Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Befdasarkan Negara Pengekspor Utama

100%

80%

I Sisa Dunia

60°h Indonesia

I Spanyol

40% 1 Jepang

I o Korea

20% t ca Taiwan

0% 1

(196)

1.2. Perumusan Masalah

lndonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia hanya mampu

menghasilkan devisa US$. 2 milyar per tahun. Padahal Thailand yang hanya memiliki panjang

pantai 2 400 km mampu menghasilkan devisa dari perikanan sebesar US$. 4.6 milyar per

tahun. lronis jika mengingat setiap tahunnya negara mengalami kerugian sebesar US$. 4

milyar akibat pencurian ikan oleh nelayan-nelayan asal Jepang, Thailand, Taiwan dan Korea

Selatan. Nasib nelayan lndonesia sendiri paling memprihatinkan dalam golongan petani.

Potensi ikan tuna di kawasan lndonesia Timur merupakan yang paling tinggi di dunia,

yakni mencapai 65 persen potensi dunia. Kawasan lndonesia Barat juga memiliki potensi tuna

yang cukup besar, namun baik nelayan maupun pengusaha tuna lndonesia tidak mampu

memanfaatkannya. Akibatnya, nelayan asing yang memanfaatkannya dengan menggunakan

kapal penangkap tuna yang lebih canggih dibanding yang digunakan oleh nelayan Indonesia.

Rendahnya tingkat pemanfaatan potensi sumber daya laut lndonesia tersebut antara lain

dikarenakan kurangnya armada kapal penangkap tuna (terutama yang berukuran di atas 30

GT) karena bisnis tuna bersifat padat modal (capital intensive).

Dari Konferensi Tuna lntemasional ke-7 (Mei 2000 di Bali) yang diikuti oleh Jepang,

Korea Selatan, Taiwan dan lndonesia sebagai tuan rumah, ada dua masalah pokok dalam

perikanan tuna Indonesia. Pertama, harga tuna di pasar dunia turun hingga 50 persen akibat

over slrpply bersamaan dengan lesunya perekonomian Jepang dalam empat tahun

belakangan. Isu dolphin yang dimunculkan Food and Agriculture Organization (FAO) pada

tahun 1992 juga turut dimanfaatkan negara pengimpor untuk menekan harga. Dalam kasus

ini, nelayan lndonesia termasuk yang dituduh tidak selektif dalam melakukan penangkapan.

(197)

dolphin, walaupun kemudian dilepas namun tak lama kemudian mati, padahal dolphin

merupakan salah satu hewan yang dilindungi (Wibowo, 2000).

lmbas dari turunnya harga tuna dunia menyebabkan harga skipjack beku lndonesia

juga mengalami penurunan. Setelah mengalami harga tertinggi US$. 1.3401kg (tahun 1989),

harga skipjack beku ekspor lndonesia cenderung terus menurun hingga mencapai US$.

0.4001kg (tahun 2000). Pada akhir tahun 2000 terjadi perbaikan harga menjadi US$. 0.5001kg

akibat meningkatnya permintaan impor skipjack beku Jepang. Begitu juga dengan yellowfin

segar, sejak tahun 1988 mengalami peningkatan harga yang signifikan hingga mencapai US$.

5.0841kg (tahun 1993), harga yellowfin segar ekspor lndonesia cenderung terus menurun

hingga di bawah US$. 3.001kg (tahun 1998). Untuk itu perlu dilihat faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat harga tuna ekspor baik di tingkat pengimpor maupun pengekspor.

Kedua, lndonesia kekurangan armada kapal penangkap tuna dalam memenuhi

kebutuhan domestik maupun ekspor ke Jepang. Langkanya armada kapal akibat adanya

larangan impor kapal hingga tahun 1997 merupakan kendala utama peningkatan ekspor tuna

Indonesia. Usaha penangkapan tuna membutuhkan Investas1 besar sehingga diperlukan

investasi yang lebih banyak baik dari dalam negeri maupun asing. Melemahnya nilai tukar

rupiah juga membuat biaya produksi makin tlnggi sementara para eksportir masih dibebankan

pajak ekspor dan pungutan-pungutan lain yang dirasakan sangat memberatkan. Untuk itu

pemerintah perlu memperhatikan besarnya tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah dalam

upaya meringankan beban nelayan dan pengusaha perikanan tuna. Bagaimana pengaruh

(198)

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku penawaran

skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Secara khusus, penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume tangkapan skipjack dan yellowfin Indonesia.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran skipjack beku dan yellowfin

segar lndonesia ke Jepang.

3. Dampak kebijakan dalam perikanan tuna dunia dan nasional terhadap produksi dan ekspor

skipjack beku dan yellowfin segar Indonesia.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang bermanfaat

bagi para pengambil kebijakan maupun pengusaha tuna lndonesia dalam menetapkan strategi

ekspornya.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

lndonesia mengekspor beberapa jenis ikan tuna ke beberapa negara. Karena paling

banyak diminati di pasar internas~onal dan mendominasi ekspor tuna Indonesia, maka ekspor

skipjack beku dan yellowfin segar lebih difokuskan dalam penelitian ini. Jepang merupakan

pasar tujuan utama tuna lndonesia dan juga tuna dunia pada umumnya. Tingginya tingkat

persaingan di pasar tuna Jepang menyebabkan penelitian ini lebih ditekankan pada analisis

penawaran ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Ekspor

skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia selain ke Jepang digolongkan pada penawaran

untuk Sisa Dunia. Untuk melihat penawaran negara pesaing di pasar Jepang, digunakan

(199)

dunia. Produksi skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia tidak didisagregasi berdasarkan

wilayah perrghasilnya karena fokus penelitian ini adalah penawaran ekspor tuna lndonesia

bukan peritaku produksinya. Walaupun tidak dapat menjelaskan pe~ilaku produksi dan ekspor

skipjack beku dan yellowfin segar daerah asalnya, secara umum dapat menggambarkan

ekspor tuna Indonesia.

Berbagai terbitan nasional maupun internasional menampilkan data ekspor tuna

lndonesia sebelum tahun 1988. Namun untuk spesifikasi produk tuna ekspor dalam bentuk

skipjack beku dan yellowfin segar baru ditemukan mulai tahun 1988. Keterbatasan time series

yang digunakan dalam penelitian ini (tahun 1989-2000), menyebabkan model kurang reliable

untuk melakukan forecasting keragaan penawaran skipjack beku dan yellowfin segar

(200)

II. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN

SKIPJACK

BEKU DAN

YELLOWFIN

SEGAR DUNlA

2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia

Ada empat wilayah perairan di mana kapal-kapal ikan melakukan eksploitasi

penangkapan tuna, yaitu Samudera Atlantik, Samudera Pasifik Barat dan Samudera Pasifik

Tengah, Samudera Pasifik Timur dan terakhir Samudera Hindia. lkan tuna meliputi jenis

skipjack (50 persen dari total tangkapan tuna), yellowfin

(35%),

bigeye (10%) dan albacore

(5%). Gambar 3 menunjukkan perkembangan volume tangkapan global untuk masing-masing

jenis tuna periode 1962-1999 dan Gambar 4 menunjukkan perkembangan volume tangkapan

global untuk keempat jenis tuna tersebut di Samudera Hindia, Pasifik dan Atlantik periode

1962-2000.

- - -

[image:200.601.70.516.358.603.2]

n i t

Gambar 3. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye dan Albacore

Sumber : OFP, 2000

Gambar

Gambar 3. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye dan Albacore
Gambar 4. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye, Albacore di Samudera Hindia, Pasifik Barat dan Tengah, Atlantik dan Pdsifik Timur
Gambar 5. Peta Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Pasifik Timur
Gambar 13. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera Atlantik Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: Pertama, Desa Siwatu merupakan salah satu desa yang memiliki potensi perikanan yang baik dan mayoritas penduduknya adalah

Dari data kelelahan tersebut dapat dikatakan bahwa tenaga kerja yang berada pada Extruder dengan intensitas kebisingannya diatas Nilai Ambang Batas (NAB) sistem

dengan menggunakan yeast Saccharomyces cerevisae dengan konsentrasi sebesar 25% dari massa bahan baku dan waktu inkubasi selama 1,2,3,4,5,6,7, dan 8 hari mengahsilkan

Untuk dapat menghasilkan aplikasi Sistem Informasi Geografis berbasis web ini dibutuhkan data spasial masing-masing lokasi pelayanan kesehatan, penelitian ini difokuskan pada

Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan pasien adalah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya dan dengan waktu sesingkat- singkatnya. Pelayanan

Luas lingkup Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian mencakup semua kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian

[r]

suangai, danau, laut (permukaan dan dasar). Namun pemanfaatan dan pelintasan tersebut harus telah mendapat persetujuan dari instansi pemerintah yang bertanggung jawab dan