KERAGAAN EKSPOR CAKALANG
(SKIPJACK)
BEKU
DAN MADlDlHANG
(YELLOWFIN)
SEGAR INDONESIA
KE PASAR JEPANG
Oleh:
OLLlVlA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
L
0 u cL
p u r ee
oue!d
r e yoamt
L
at d
eepd me LoPJiayup
u n
d
er a f e t L e pm,,um...
Z e d i c a t e d to my dearedt
&a, V a m a ,
Urn,
Z i d i t
ABSTRAK
OLLIVIA. Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang ( Yellowfin) Segar
lndonesia ke Pasar Jepang. Di bawah bimbingan SRI HARTOYO sebagai ketua dan ANNY
RATNAWATI sebagai anggota komisi.
Usaha perikanan laut Indonesia baru memanfaatkan 58.5 persen sumberdaya yang ada, namun relatif efisien secara ekonomi dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini armada penangkap ikan lndonesia masih minim, sementara over fishing mendorong munculnya penetapan kuota tangkap. Kealpaan lndonesia dalam komisi regional perikanan menyebabkan posisinya rawan akan tuduhan penangkapan yang tidak mengikuti aturan sehingga produk ikan lndonesia dapat terkena sanksi boikot oleh pengimpor. Dalam rangka pembangunan sektor perikanan dan menjawab isu pelestarian sumberdaya alam, responsible fisheries, globalisasi dan perdagangan bebas, pemerintah menetapkan sepuluh komoditas unggulan dan tuna merupakan salah satunya. Produk skipjack beku dan yellowfin segar mendominasi ekspor tuna lndonesia dengan tujuan utama Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang.
Model ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang digambarkan memiliki keterkaitan antara volume tangkapan tuna, volume ekspor ke Jepang, impor tuna Jepang, impor dan ekspor tuna Dunia, integrasi pasar tuna Dunia, dan harga ekspor lndonesia serta harga domestik. Model terdiri dari 13 persamaan struktural, dua persamaan identitas, 15 peubah endogen dan 41 peubah predetermined. Model ekonometrika yang dirumuskan diduga dengan metode 2SLS menggunakan data sekunder time serles 1989-2000. Model valid untuk dilakukan simulasi historis meliputi perubahan faktor internal, eksternal dan kebijakan.
Penambahan kapal purse seine di atas 100 GT berdampak besar terhadap naiknya volume tangkapan sk~pjack dan yellowfin. Ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang dipengaruhi harga ekspornya, harga ekspor lndonesia dipengaruhi harga Dunia yaitu harga impor Jepang dan Thailand. Jepang sebagai pasar tujuan mayoritas produk tuna lndonesia sangat sensitif terhadap standar mutu terutama untuk produk tuna segar. Menjaga standar mutu, antara lam dengan membatasi ukuran alat tangkap, dapat menjaga kestabilan harga tuna domestik karena tuna rejected tidak akan membanjiri pasar tuna domestik.
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
KERAGAAN EKSPOR CAKALANG (SKIPJACK) BEKU DAN MADlDlHANG (YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA KE PASAR JEPANG
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.
Bogor, 04 April 2002
KERAGAAN EKSPOR CAKALANG
(SKIPJACK)
BEKU
DAN MADIDIHANG
(YELLOWFIN)
SEGAR INDONESIA
KE PASAR JEPANG
Oleh:
Ollivia
EPN 98026
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi llmu Ekonomi Pertanian
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia Ke Pasar Jepang.
Nama Mahasiswa : Ollivia
Nomor Pokok : 98026
Program Studi : llmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui,
/"-
Dr. Ir. Sri Hartovo, MS Ketua
2. Ketua Program Studi llmu Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. Bonar M. Sinaqa, MA
-
Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS Anggota
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Pebruari 1973 di Bajubang, Propinsi Jambi,
sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Zulfikar Hasibuan d m Arnetty Hamir.
Tahun 1991 penulis menarnatkan sekolah lanjutan atas dari SMA Don Bosco Padang.
Melalui program Undangan Siswa Masuk IPB (USMI) penulis meneruskan kuliah pada tahun
yang sama pada Jurusan Matematika, minor Ekonomi, Fakultas Matematika dan llmu
Pengetahuan Alam (FMIPA), lnstitut Pertanian Bogor.
Tahun 1998 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi llmu Ekonomi
Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor dengan minat pada bidang
UCAPAN TERIMA KASlH
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah membukakan jalan dan
memberikan kemudahan sehingga akhirnya tesis yang berjudul "Keragaan Ekspor Cakalang
(Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia ke Pasar Jepang" dapat
diselesaikan. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi llmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo,
MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir, Anny Ratnawati, MS selaku anggota Komisi
Pembimbing serta kepada Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi llmu
Ekonomi Pertanian atas kesediaannya meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan
bimbingan serta saran selama penelitian dan penyusunan tesis ini.
Tiada kata yang dapat mewakili ungkapan rasa terima kasih penulis kepada keluarga
tercinta. Papa Zulfikar Hasibuan, Mama Arnetty Hamir, Tante Yenny Fauziah, serta Adik-
adikku tersayang Uce Rizqan Haland dan M. Aditya Sagitra atas segala bentuk dukungan
yang sangat penulis perlukan dalam menghadapi semua kesulitan dan tantangan selama
menyelesaikan pendidikan pada program pascasarjana ini.
Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada:
1. Teman-teman seperjuangan EPN 98, Ida dan Andy atas bantuan datanya; Mbak Titiek,
Mbak Arien dan Mas Gatoet tempat bertanya; Mas Saad dan Boim tempat berbagi
keluhan; especially to you guys Mas Yan, Yudi dan Jamie without you I wouldn't be here ...
2. Yana dan Wiwiek, I know there were time I be a totally boring and iritating person yet
3. My beloved friends Iway, Akey dan Nuril, I trully am speechless ... There's no doubt that I
can always count on you.. .
4. Oma dan.Opa Badril Anwar serta Om dan Tante yang telah memberikan dukungan moril
dan doa selama penulis menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Bogor.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
Akhirnya, penulis menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan pada tesis ini,
oleh karena itu penulis terbuka atas segala bentuk kritik dan saran untuk tujuan perbaikan
demi penelitian lanjutan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Harapan penulis, tesis ini
dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, 04 April 2002
DAFTAR
IS1
Halaman
... ...
DAFTAR TABEL III
DAFTAR GAMBAR
...
.
.
...
v...
DAFTAR LAMPIRAN vii
... ...
.
I PENDAHULUAN
.
.
.
11
.
1. Latar Belakang ... 11.2. Perurnusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
...
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6
II
.
PRODUKSI DAN PERDAGANGAN SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR DUNIA ... 8...
2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia 8 ... 2.2. Potensi Produksi Skipjack dan Yellowfin Dunia 12
2.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ...
.
.
. . . 18... 2.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia 20
2.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ... 22
2.6. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Dunia ... 24
.
...Ill PERIKANAN TUNA INDONESIA 31
3.1. Gambaran Tuna Indonesia ... 31
3.2. Produksi Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Indonesia ... 35
... 3.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 4 2
... 3.4. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 44
3.5. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Indonesia ... 46
.
...IV KERANGKA TEORlTlS 52
... 4.1. Keterkaitan Usaha Penangkapan Tuna. Kebijakan Pemerintah dan Pasar Tuna 52
...
4.2. Perilaku Produksi Komoditi Perikanan
.
.
... 524.4. Penawaran Ekspor dan Permintaar-t lmpor Tuna di Pasar lnternasional ... 57
4.5. Konsep Elastisitas ... 58
...
4.6. lntegrasi Pasar Tuna 58
4.7. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 59
V
.
METODE PENELITIAN...
65...
5.1. Jenis dan Sumber Data 65
...
5.2. Perumusan Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 65
...
5.3. Prosedur Analisis
...
...
72VI
.
KERAGAAN EKSPOR SKlPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR INDONESIA KE PASAR JEPANG ... 77...
6.1. Hasil Umum Pendugaan Model Ekonometrika 77
... 6.2. Produksi Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia 78
6.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ... 82
6.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang ... 84
...
6.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar 87
VII
.
DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL. EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN TERHADAP KERAGAAN EKSPOR SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR...
INDONESIA KE PASAR JEPANG 94
...
7.1. Validasi Model 94
7.2. Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan ... 95
7.3. Evaluasi Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan terhadap Produksi. Ekspor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar
...
Indonesia 119
VIII
.
KESIMPULAN DAN SARAN ....
.
... 1318.1. Kesimpulan ... 131 ...
8.2. Saran Kebijakan 133
...
8.3. Saran Penelitian 134
...
DAFTAR PUSTAKA 135
DAFTAR TABEL
Nomor . Halaman
1 . lmpor Tuna Segar Jepang Berdasarkan Negara Pengekspor
...
21 2.
Perkembangan Jumlah Kapal Penangkap lkan Berdasarkan Ukuran GT ... 39. .
....
3 Musim Tangkapan Skrpjack 45
4
.
Harga Patokan lkan Jenis Pelagis Besar untuk Perhitungan Pungutan HasilPerikanan
...
:
...
5 05 . Hasil Pendugaan Persamaan Tangkapan Skipjack dan Yellowfin Indonesia
...
786 . Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Skipjack Beku Indonesia
...
81...
.
7 Hasil Pendugaan Persamaan Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar ke Jepang 83
...
8 . Hasil Pendugaan Persamaan lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang 85
...
9 . Hasil Pendugaan Persamaan Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia 88
10 . Hasil Pendugaan Persamaan Harga Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar
Indonesia ... 91
11 . Hasil Validasi Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ... 94
12 . Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga (40%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ... 96
13 . Dampak Penurunan Tingkat lnflasi (30%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ... 97
14 . Dampak Peningkatan Kapasitas Kapal(50%) Terhadap Produksi. Ekspor.
... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia 98
15 . Dampak Peningkatan Jumlah Alat Tangkap Purse seine (20%) Terhadap Produksi, Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang
dan Dunia
...
100 16 . Dampak Depresiasi Rupiah (30%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan HargaSkipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia
...
102 16.
Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga dan lnflasi Terhadap Produksi. Ekspor.lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia .... 103
18 . Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga. lnflasi dan Depresiasi Rupiah Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ... 104
19 . Dampak Depresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga
...
20. Dampak Apresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga
... ... Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia
.
.
107 21. Dampak.Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (40%) Terhadap Produksi, Ekspor,....
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 108 22. Dampak Penurunan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,
.... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 109 23. Dampak Peningkatan Ekspor Yellowfin Segar Philipina (50%) Terhadap Produksi,
Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang
dan Dunia ... ; ... 1 10
24. Dampak Penurunan Eskpor Yellowfin Segar Philipina (10%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia
...
11 1 25. Dampak Peningkatan lmpor Skipjack Beku Thailand (50%) Terhadap Produksi, Ekspor,....
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 112 26. Dampak Penurunan lmpor Skipjack Beku Thailand (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,
.... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 113 27. Dampak Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan dan Yellowfin Segar Philipina
Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar ... Indonesia, Jepang dan Dunia 114
28. Dampak Penghapusan Kebijakan Penyeragaman Alat Tangkap Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang
dan Dunia ... 1 15
29. Dampak Penghapusan Kebijakan Perlindungan Dolphin Terhadap Produksi, Ekspor, .... lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 116 30. Dampak Penghapusan Kebijakan Standar Mutu Ekspor Tuna Segar Terhadap
Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, ...
Jepang dan Dunia 117
31. Dampak Depresiasi Yen (10%) dan Rupiah (30%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor ... dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia 118
32. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume
Tangkapan Skipjack dan Yellowfin serta Produksi Skipjack Beku Indonesia ... 120 33. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume
Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ... 123
34. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Harga Ekspor
Skipjack Beku, Yellowfin Segar serta Harga Tuna Domestik Indonesia ... 125 35. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume dan Harga lmpor
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 . Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama ... 3
2 . Pangsa Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama ... 3
3 . Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore ... 8
4
.
Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye. Albacore diSamudera Hindia. Pasifik Barat dan Tengah. Atlantik dan Pasifik Timur
...
9...
5
.
Peta Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Pasifik Timur.
.
... 136 . Volume Tangkapan Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore di Samudera
...
Pasifik Barat Tengah 13
7 . Hasil Tangkapan Semua Jenis Tuna dengan Metode Purse seine. Pole and line dan Long line di Samudera Pasifik Barat Tengah
... .
.
... 148 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Pole and line dan Purse seine
... di Samudera Pasifik Barat Tengah 14 9 . Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Pole and line. Long line dan Purse seine
... di Samudera Pasifik Barat Tengah 15
10 . Volume Tangkapan Tuna dengan Purse seine. Long line. Bait boat dan Gill net
di Samudera Hindia pada tahun 1950-1 998 ... 16
11 . Hasil Tangkapan Skipjack di Samudera Atlantik Barat dan Timur ... 17
12 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Timur ... 17 13 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Barat ... 17
14 . Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Long line. Purse seine dan Bait boat di
Samudera Atlantik ... 18
15 . Volume Tangkapan Skipjack Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama ... 19
16 . Volume Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama ... 19
... 17 . Volume Tangkapan Yellowfin Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama 20
18 . Volume Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama ... 20 19 . Volume lmpor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ... 21 20 . Volume lmpor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ... 22
...
... 22
.
Perkembangan Harga lmpor Yellowfin Segar Jepang dan AS 2423 . Area Bertelur Skipjack di Samudera Atlantik ... 25
24 . Stok Biomass Skipjack di Samudera Atlantik ... 26
25 . lndeks G&G untuk Stok Skipjack di Samudera Atlantik ... 26
26 . Area Bertelur Yellowfin di Samudera Atlantik ... 27
. ... ... 27 Stok Biomass Yetlowfin di Samudera Atlantik
.
.
2728 . Tuna Skipjack ...
.
.
...
31...
29 . Tuna Albacore ;...
32... 30 . Tuna Yellowfin 33 31 . Tuna Bigeye
...
3332 . Tuna Bluefin
...
3 4 33.
Perbandingan Volume Tangkapan Skipjack dan Produksi serta Ekspor Produk Skipjack Beku Indonesia...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
37
... 34 . Perbandingan Volume Tangkapan dan Ekspor Yellowfin Segar Indonesia 38 35 . Perbandingan Jumlah Kapal Tangkap Berukuran di atas 30 GT ... 39
36 . Kapal Tuna Long line Berukuran di bawah 100 GT ... 40
... 37 Kapal Tcna Long line Berukuran di atas 100 GT 40 38 . Kapal Tuna Pole and line Berukuran 30-50 GT ... 41
39 . Volume Ekspor Skipjack Beku Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama ... 43
. ... 40 Volume Ekspor Yellowfin Segar Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama 43 41
.
Perkembangan Harga FOB Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ... 4442 . Keterkaitan Sumberdaya. Usaha Penangkapan. Kebijakan Pemerintah dan Pasar Tuna ... 52
43 . Kurva Penerimaan Nelayan dalam Usaha Penangkapan lkan ...
.
.
... 5444 . Perdagangan antara Negara Pengekspor dan Pengimpor ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Peubah yang Digunakan dalam Penelitian
...
.
.
....
...
...
... 137 2. Program Komputer Prosedur Syslin Metode 2SLS SASETS Versi 8 ......
139 3. Hasil Pendugaan Model Prosedur Syslin Metode 2SLS SASIETS Versi 8...
...
.......
140 4. Program Komputer Validasi Model Prosedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8...
1455. Hasil Validasi Model Prosedur.Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8
...
146 6. Program Komputer Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 PersenProsedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8
...
.
.
......
...
148 7. Hasil Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 Persen ProsedurI. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
lndonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari dua pertiga wilayahnya
berupa perairan. Dengan perincian luas laut sebesar 5.8 juta km2 terdiri dari laut teritorial 0.8
juta km2, laut nusantara 2.3 juta km2, Zona Ekonomi Ekslusif lndonesia 2.7 juta km2 dan
panjang garis pantai 81 000 km. Potensi sumberdaya perikanan lndonesia sangat besar yaitu
mencapai 6.18 juta ton ikan per tahun. Hingga tahun 1998 diperkirakan sebanyak 2.6 juta ton
ikan per tahun yang belum termanfaatkan.
Walaupun baru dimanfaatkan sekitar 58.5 persen, namun usaha perikanan laut
lndonesia relatif efisien. Hal ini terlihat dari nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
sebesar 3.42 yang artinya tingkat efisiensinya relatif tinggi dibanding usaha sektor lainnya.
Begitu pula angka ILOR (Incremental Labour Output Ratio) yang mencapai 7-9 yang berarti
mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dari total penduduk lndonesia yang berjumlah lebih
kurang 210 juta orang pada tahun 2000, sebanyak 5 juta orang terlibat langsung dalam
kegiatan di bidang perikanan. lronisnya lebih dari 80 persen nelayan lndonesia berada di
bawah garis kemiskinan.
Pengembangan sumberdaya laut saat ini menunjukkan kontribusi ekonomi kelautan
(perikanan, perhubungan laut, pertambangan, pariwisata, industri maritim, benda-benda
berharga) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20 persen. lndustri perikanan
sendiri memberikan kontribusi hanya sebesar 2 persen terhadap sektor ekonomi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan sektar perikanan serta menjawab
dan perdagangan bebas antarnegara Asean maupun di Asia Pasifik), pemerintah menetapkan
sepuluh kornoditas unggulan dengan tujuan untuk menarik pemilik modal dan lembaga
keuangan dalam dan luar negeri. Sepuluh komoditas yang dianggap paling prospektif itu
adalah tuna, kakap putih, kerapu, rumput laut, mutiara, udang, nila gift, kodok lembu, ikan hias
dan labi-labi.
Hingga saat ini usaha penangkapan tuna lndonesia belum optimal, namun volume
tangkapannya relatif terus mengalami peningkatan. Tangkapan tuna pada tahun 1988
sebesar 349 668 ton dan pada tahun 2000 mencapai 615 230 ton, dengan laju pertumbuhan
volume tangkapan sebesar 6.1 persen per tahun. Ekspor tuna lndonesia (tuna segar, tuna
beku, tuna kaleng) periode 1988-2000 berfluktuasi namun relatif terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 1988 volume ekspor tuna sebesar 49 257 ton, dengan laju
pertumbuhan rata-rata 13.77 persen per tahun, mencapai 166 021 ton pada tahun 2000 dan
pangsa rata-rata sebesar 20 persen terhadap volume produksinya.
Komoditas tuna ekspor lndonesia didominasi oleh jenis skipjack beku dan yellowfin
segar dengan negara tujuan utama Jepang diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dan Thailand.
Untuk jenis skipjack beku, lndonesia merupakan eksportir terbesar ke lima dunia. Untuk jenis
yellowfin segar, lndonesia merupakan eksportir terbesar dunia diikuti oieh Philipina. Gambar 1
dan Gambar 2 menunjukkan perkembangan pangsa ekspor skipjack beku dan yellowfin segar
lndonesia terhadap ekspor skipjack beku dan yellowfin segar Dunia periode 1989-2000.
Masyarakat Jepang yang merupakan konsumen utama tuna, terus mengalami
peningkatan volume impor tuna semenjak tahun 1990. Pangsa impor Jepang terhadap impor
tuna segar Dunia periode 1988-2000 rata-rata sebesar 40 persen dan pangsa impor Jepang
dalam empat tahun belakangan dan banjirnya pasokan tuna yang masuk ke Jepang menjadi
salah satu penyebab penurunan harga tuna secara global. Hal ini menunjukkan bahwa pasar
tuna dunia berpatokan pada pasar Jepang. Akibatnya lndonesia sebagai eksportir terbesar
untuk produk tuna segar dan ke tiga untuk produk tuna beku ke Jepang, turut terkena
dampaknya. Terlebih semenjak krisis ekonomi dan moneter yang hingga tahun 1998 telah
menyebabkan suku. bunga meningkat hingga di atas 50 persen, pengangguran mencapai 11
persen serta depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang mencapai 300 persen, telah berakibat
usaha penangkapan tuna banyak yang terancam gulung tikar. Peluang dan tantangan di atas
perlu dicermati oleh pemerintah dalam rangka peningkatan ekspor tuna lndonesia di pasar
internasional, terutama untuk meningkatkan devisa negara dalam upaya mengatasi berbagai
masalah pada masa kondisi ekonomi dunia dan domestik sekarang ini.
Gambar 1. Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Befdasarkan Negara Pengekspor Utama
100%
80%
I Sisa Dunia
60°h Indonesia
I Spanyol
40% 1 Jepang
I o Korea
20% t ca Taiwan
0% 1
1.2. Perumusan Masalah
lndonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia hanya mampu
menghasilkan devisa US$. 2 milyar per tahun. Padahal Thailand yang hanya memiliki panjang
pantai 2 400 km mampu menghasilkan devisa dari perikanan sebesar US$. 4.6 milyar per
tahun. lronis jika mengingat setiap tahunnya negara mengalami kerugian sebesar US$. 4
milyar akibat pencurian ikan oleh nelayan-nelayan asal Jepang, Thailand, Taiwan dan Korea
Selatan. Nasib nelayan lndonesia sendiri paling memprihatinkan dalam golongan petani.
Potensi ikan tuna di kawasan lndonesia Timur merupakan yang paling tinggi di dunia,
yakni mencapai 65 persen potensi dunia. Kawasan lndonesia Barat juga memiliki potensi tuna
yang cukup besar, namun baik nelayan maupun pengusaha tuna lndonesia tidak mampu
memanfaatkannya. Akibatnya, nelayan asing yang memanfaatkannya dengan menggunakan
kapal penangkap tuna yang lebih canggih dibanding yang digunakan oleh nelayan Indonesia.
Rendahnya tingkat pemanfaatan potensi sumber daya laut lndonesia tersebut antara lain
dikarenakan kurangnya armada kapal penangkap tuna (terutama yang berukuran di atas 30
GT) karena bisnis tuna bersifat padat modal (capital intensive).
Dari Konferensi Tuna lntemasional ke-7 (Mei 2000 di Bali) yang diikuti oleh Jepang,
Korea Selatan, Taiwan dan lndonesia sebagai tuan rumah, ada dua masalah pokok dalam
perikanan tuna Indonesia. Pertama, harga tuna di pasar dunia turun hingga 50 persen akibat
over slrpply bersamaan dengan lesunya perekonomian Jepang dalam empat tahun
belakangan. Isu dolphin yang dimunculkan Food and Agriculture Organization (FAO) pada
tahun 1992 juga turut dimanfaatkan negara pengimpor untuk menekan harga. Dalam kasus
ini, nelayan lndonesia termasuk yang dituduh tidak selektif dalam melakukan penangkapan.
dolphin, walaupun kemudian dilepas namun tak lama kemudian mati, padahal dolphin
merupakan salah satu hewan yang dilindungi (Wibowo, 2000).
lmbas dari turunnya harga tuna dunia menyebabkan harga skipjack beku lndonesia
juga mengalami penurunan. Setelah mengalami harga tertinggi US$. 1.3401kg (tahun 1989),
harga skipjack beku ekspor lndonesia cenderung terus menurun hingga mencapai US$.
0.4001kg (tahun 2000). Pada akhir tahun 2000 terjadi perbaikan harga menjadi US$. 0.5001kg
akibat meningkatnya permintaan impor skipjack beku Jepang. Begitu juga dengan yellowfin
segar, sejak tahun 1988 mengalami peningkatan harga yang signifikan hingga mencapai US$.
5.0841kg (tahun 1993), harga yellowfin segar ekspor lndonesia cenderung terus menurun
hingga di bawah US$. 3.001kg (tahun 1998). Untuk itu perlu dilihat faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat harga tuna ekspor baik di tingkat pengimpor maupun pengekspor.
Kedua, lndonesia kekurangan armada kapal penangkap tuna dalam memenuhi
kebutuhan domestik maupun ekspor ke Jepang. Langkanya armada kapal akibat adanya
larangan impor kapal hingga tahun 1997 merupakan kendala utama peningkatan ekspor tuna
Indonesia. Usaha penangkapan tuna membutuhkan Investas1 besar sehingga diperlukan
investasi yang lebih banyak baik dari dalam negeri maupun asing. Melemahnya nilai tukar
rupiah juga membuat biaya produksi makin tlnggi sementara para eksportir masih dibebankan
pajak ekspor dan pungutan-pungutan lain yang dirasakan sangat memberatkan. Untuk itu
pemerintah perlu memperhatikan besarnya tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah dalam
upaya meringankan beban nelayan dan pengusaha perikanan tuna. Bagaimana pengaruh
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku penawaran
skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume tangkapan skipjack dan yellowfin Indonesia.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran skipjack beku dan yellowfin
segar lndonesia ke Jepang.
3. Dampak kebijakan dalam perikanan tuna dunia dan nasional terhadap produksi dan ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar Indonesia.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang bermanfaat
bagi para pengambil kebijakan maupun pengusaha tuna lndonesia dalam menetapkan strategi
ekspornya.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
lndonesia mengekspor beberapa jenis ikan tuna ke beberapa negara. Karena paling
banyak diminati di pasar internas~onal dan mendominasi ekspor tuna Indonesia, maka ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar lebih difokuskan dalam penelitian ini. Jepang merupakan
pasar tujuan utama tuna lndonesia dan juga tuna dunia pada umumnya. Tingginya tingkat
persaingan di pasar tuna Jepang menyebabkan penelitian ini lebih ditekankan pada analisis
penawaran ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia selain ke Jepang digolongkan pada penawaran
untuk Sisa Dunia. Untuk melihat penawaran negara pesaing di pasar Jepang, digunakan
dunia. Produksi skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia tidak didisagregasi berdasarkan
wilayah perrghasilnya karena fokus penelitian ini adalah penawaran ekspor tuna lndonesia
bukan peritaku produksinya. Walaupun tidak dapat menjelaskan pe~ilaku produksi dan ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar daerah asalnya, secara umum dapat menggambarkan
ekspor tuna Indonesia.
Berbagai terbitan nasional maupun internasional menampilkan data ekspor tuna
lndonesia sebelum tahun 1988. Namun untuk spesifikasi produk tuna ekspor dalam bentuk
skipjack beku dan yellowfin segar baru ditemukan mulai tahun 1988. Keterbatasan time series
yang digunakan dalam penelitian ini (tahun 1989-2000), menyebabkan model kurang reliable
untuk melakukan forecasting keragaan penawaran skipjack beku dan yellowfin segar
II. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN
SKIPJACK
BEKU DAN
YELLOWFIN
SEGAR DUNlA
2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia
Ada empat wilayah perairan di mana kapal-kapal ikan melakukan eksploitasi
penangkapan tuna, yaitu Samudera Atlantik, Samudera Pasifik Barat dan Samudera Pasifik
Tengah, Samudera Pasifik Timur dan terakhir Samudera Hindia. lkan tuna meliputi jenis
skipjack (50 persen dari total tangkapan tuna), yellowfin
(35%),
bigeye (10%) dan albacore(5%). Gambar 3 menunjukkan perkembangan volume tangkapan global untuk masing-masing
jenis tuna periode 1962-1999 dan Gambar 4 menunjukkan perkembangan volume tangkapan
global untuk keempat jenis tuna tersebut di Samudera Hindia, Pasifik dan Atlantik periode
1962-2000.
- - -
[image:200.601.70.516.358.603.2]n i t
Gambar 3. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye dan Albacore
Sumber : OFP, 2000