• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA PENDERITA YANG TINGGAL DI DATARAN TINGGI DENGAN PENDERITA YANG TINGGAL DI DATARAN RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA PENDERITA YANG TINGGAL DI DATARAN TINGGI DENGAN PENDERITA YANG TINGGAL DI DATARAN RENDAH"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA PENDERITA YANG

TINGGAL DI DATARAN TINGGI DENGAN PENDERITA

YANG TINGGAL DI DATARAN RENDAH

Ima Nuraina (G0007087) dkk

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

i

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Kejadian Preeklamsia pada Penderita yang Tinggal di Dataran Tinggi dengan Penderita yang Tinggal di Dataran

Rendah

Ima Nuraina, NIM/Semester : G0007087/VII, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Rabu, Tanggal 15 Desember 2010

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS.

(3)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Laporan Penelitian/Skripsi dengan judul: Perbedaan Kejadian Preeklamsia

pada Penderita yang Tinggal di Dataran Tinggi dengan Penderita yang

Tinggal di Dataran Rendah

Ima Nuraina, G0007087, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Validasi Proposal Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Senin, Tanggal 13 Desember 2010

Pembimbing Utama Penguji Utama

dr. Abdurahman Laqif, Sp.OG (K) dr. H. Tri Budi Wiryanto, Sp.OG (K)

NIP: 19680121 199903 1 004 NIP: 19510421 198011 1 002

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

dr. Wisnu Prabowo, Sp.OG Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes

NIP: 19690902 200003 1 003 NIP: 19540505 198503 2 001

Tim Skripsi

dr. Vicky Eko Nurcahyo H, Sp.THT-KL., M.Sc

(4)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2010

Ima Nuraina

(5)

commit to user

iv

PERBEDAAN KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA PENDERITA YANG

TINGGAL DI DATARAN TINGGI DENGAN PENDERITA

YANG TINGGAL DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

IMA NURAINA

G0007087

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(6)

commit to user

Perbedaan Kejadian Preeklamsia pada Penderita yang Tinggal di Dataran Tinggi dengan Penderita yang Tinggal di Dataran Rendah

Ima Nuraina*, Abdurrahman Laqif*, Wisnu Prabowo*, Tri Budi Wiryanto*, Cr Siti Utari*

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian

preeklamsia pada penderita yang tinggal di dataran tinggi dengan penderita yang tinggal di dataran rendah.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara teknik non random purposive quota sampling. Dalam penelitian ini digunakan 66 pasien sampel, dimana 33 pasien dari wilayah kerja Puskesmas Karangpandan (1100 m dpl) dan 33 pasien dari wilayah kerja Puskesmas Nusukan (98 m dpl). Data diperoleh dari hasil questioner dan dianalisis dengan uji Fisher’s exact test dengan taraf kesalahan 5%.

Hasil Penelitian: Hasil uji Fisher exact sig (1-sided), nilai X2 yang didapat sebesar

0,307 (p > 0,05), menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ketinggian (dataran rendah dan dataran tinggi) dan kejadian preeklamsia secara statistik. Nilai

odds ratio (OR) sebesar 3,2 dengan interval kepercayaan 95 % berkisar antara 0,315 sampai 32,475 menunjukkan bahwa dataran tinggi belum dapat dikatakan bermakna sebagai faktor risiko terhadap preeklamsia.

Simpulan Penelitian: tidak ada perbedaan kejadian preeklamsia pada wanita hamil

yang tinggal di dataran rendah dengan wanita hamil yang tinggal di dataran tinggi.

Kata kunci: preeklamsia, dataran tinggi, dataran rendah

(7)

commit to user

The Difference of Preeclampsia Cases between Patients that Live in High Altitute with Patient that Live in Low Altitude

Ima Nuraina*, Abdurrahman Laqif*, Wisnu Prabowo*, Tri Budi Wiryanto*, Cr Siti Utari*

Objective: The ain of this research is to know the difference of preeclampsia cases

between patients that live in high altitute with patient that live in low altitude.

Methods: The type of this research is analytic observational with the approach of

cross sectional. Sample is taken by non random purposive quota sampling. Subjects of this research are 66 patient; 33 patient from Puskesmas Karangpandan (1100 meters) and 33 patient from Puskesmas Nusukan (98 meters). The obtained data was analyzed by using Fisher’s exact test.

Result: The result of fisher exact sig (1-sided), showed that X2 = 0,307 (p > 0,05),

mean there were not significant difference between altitude (high altitude and low altitude) with cases of preeclampsia. Odds ratio (OR) = 3,2 with confidence interval 95 % between 0,315 until 32,475 showed that high altitude was not the risk factor of preeclampsia.

Conclusion: In short, this research shows that there is not significant difference

between altitude (high altitude and low altitude) with cases of preeclampsia.

Key Words: preeclampsia, high altitude, low altitude

(8)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena

komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain,

1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan

meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (BKKBN, 2005).

Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan

penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di

Indonesia. Wahdi dkk. (2000) mendapatkan angka kematian ibu akibat

preeklampsia/eklampsia di RSUP dr. Kariadi Semarang selama tahun

1996-1998 sebanyak 10 kasus (48%). Data ini sebanding dengan dokumen WHO

1989 yang menyatakan bahwa penyebab langsung kematian ibu terbanyak

adalah preeklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi dan penyebab tak langsung

adalah anemia, penyakit jantung (Sudinaya, 2003).

Insiden preeklampsia berturut-turut yang paling dipengaruhi oleh

kehamilan ganda, usia, faktor lingkungan dan paritas (Susanto, 2004). Keadaan

kadar oksigen yang rendah pada dataran tinggi mengakibatkan kompensasi

dalam tubuh manusia dengan membuat eritrosit sebanyak-banyaknya dan

inspirasi maksimal. Hal ini dimaksudkan agar dengan eritrosit yang banyak,

jumlah hemoglobin meningkat, sehingga oksigen yang masuk ke dalam tubuh

(9)

commit to user

2

Menurut penelitian, kadar hemoglobin ibu hamil yang kurang dari 7

gram/dl atau yang lebih dari 14,5 gram/dl meningkatkan risiko kematian janin,

BBLR dan prematuritas (Gonzales, 2009). Zamudio (2007) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa tinggal pada dataran tinggi merubah risiko

individu menderita preeklamsia akibat terjadinya perubahan fisiologi yang

multipel individu tersebut. Tidak ada satu perubahan yang spesifik yang

merubah risiko ini. Penelitian lain menyebutkan bahwa wanita hamil yang

tinggal di dataran tinggi memiliki risiko preeklamsia 1,33 kali lebih besar

dibanding dengan wanita hamil yang tinggal di dataran rendah (Susanto, 2004).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka timbul rumusan masalah apakah ada perbedaan kejadian preeklamsia

pada penderita yang tinggal di dataran tinggi dengan penderita yang tinggal di

dataran rendah.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kejadian preeklamsia pada penderita yang

tinggal di dataran tinggi dengan penderita yang tinggal di dataran rendah

D. Manfaat Penelitian :

1. Manfaat Teoritik

Memberikan informasi ilmiah mengenai perbedaan kejadian preeklamsia

pada penderita yang tinggal di dataran tinggi dengan penderita yang

(10)

commit to user

3 2. Manfaat Aplikatif

a. Melatih peneliti untuk melakukan penelitian sesuai prosedur.

b. Sebagai data rumah sakit untuk lebih memperhatikan pelayanan

terhadap ibu hamil yang berisiko menderita preeklampsia.

c. Dengan mengetahui perbedaan kejadian preeklamsia pada penderita

yang tinggal di dataran tinggi dengan penderita yang tinggal di dataran

rendah dapat diupayakan suatu tindakan preventif bagi ibu hamil yang

(11)

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Preeklampsia

a. Pengertian

Preeklampsia merupakan suatu kelainan multiorgan spesifik pada

kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi dan proteinuria

setelah usia kehamilan 20 minggu. Preeklampsia merupakan salah satu

dari bentuk kelainan hipertensi dalam kehamilan, yang

menyumbangkan morbiditas dan mortalitas maternal terbesar bersama

perdarahan dan infeksi (Cunningham, 2005).

b. Etiologi

Invasi sitotrofoblas endovaskuler dalam arteri-arteri spiralis dan

disfungsi sel endotel adalah dua kunci utama dalam patofisiologi

preeklampsia (Pangemanan, 2007). Meskipun demikian, penyebab

kedua kunci utama ini masih belum diketahui. Ada beberapa hipotesis

yang menjelaskan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini

sering dikenal sebagai the diseases of theory (Solomon et al., 2004).

Tiga hipotesis utama mengenai etiologi preeklamsia yaitu:

1). Hipotesis iskemia plasenta

Pada trimester ketiga kehamilan normal, dinding muskuloelastis

(12)

commit to user

5

sehingga dapat berdilatasi menjadi sinusoid vaskular yang lebar.

Pada preeklampsia dan eklampsia, dinding muskuloelastik tersebut

dipertahankan sehingga lumennya tetap sempit (Solomon et al.,

2004). Hal ini mengakibatkan hipoperfusi plasenta dengan

peningkatan predisposisi terjadinya infark, berkurangnya pelepasan

vasodilator (prostasiklin, prostaglandin E2, dan nitrite oxide) oleh

trofoblas yang pada kehamilan normal akan melawan efek

renin-angiotensin yang berefek meningkatkan tekanan darah, serta

produksi substansi tromboplastik oleh plasenta yang iskemik seperti

faktor jaringan dan tromboksan yang mengakibatkan terjadinya

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).

2). Hipotesis maladaptasi imun

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak

timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan

bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies

terhadap antigen plasenta belum sempurna (Pangemanan, 2007).

3). Preeklampsia sebagai penyakit genetik

Preeklampsia berat dan eklampsia memiliki tendesi familial.

Perkembangan preeklampsia-eklampsia mungkin didasarkan pada

gen resesif tunggal atau gen dominan dengan incomplete penetrance

(Pangemanan, 2007).

(13)

commit to user

6 c. Klasifikasi

Preeklamsia dibedakan dalam dua tingkatan tergantung berat

ringannya, yaitu:

1). Preeklamsia ringan dengan kriteria: a) tekanan darah naik lebih dari

140/90 tetapi masih di bawah 170/110 setelah 20 minggu kehamilan

dengan riwayat tekanan darah normal; b) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3

gr/liter, kualitatif positif 1 atau 2 pada urine kateter/midstearm; dan

c) edema lokal pada kaki, jari tangan dan muka, atau edema

generalisata, serta kenaikan berat badan > 1kg/minggu

2). Preeklamsia berat dengan kriteria: a) tekanan darah lebih dari

170/110; b) edema generalisata; c) proteinuria positif 3 atau 4; d)

oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam; e) adanya

gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di

epigastrium; f) terdapat edema paru dan sianosis; g) trombositopeni;

h) gangguan fungsi hati; i) pertumbuhan janin terhambat.

(Nasrullah, 2008)

d. Patofisiologi

Stres oksidatif meningkat pada preeklampsia dan terlibat dalam

patogenesis disfungsi endotel. Plasenta abnormal dan penurunan perfusi

plasenta merupakan hal yang penting pada awal patogenesis

preeklampsia. Namun demikian plasenta abnormal dan penurunan

perfusi plasenta tidak selalu menyebabkan preeklampsia tetapi pasti

(14)

commit to user

7

intrauterine. Studi saat ini menunjukkan bahwa serum penanda endotel

seperti fibronektin selular, soluble Vascular Cell Adhesion Molecule-1

(sVCAM-1) meningkat konsentrasinya pada preeklampsia (Herrmann et

al, 2004).

Penurunan Nitric Oxide (NO) menyebabkan rusaknya fungsi

vasodilator endotel sehingga endotel mengalami disfungsi. Kunci sistem

regulator endotel yang normal adalah Nitric Oxide Syntase (NOS) yang

menghasilkan NO. NO berperan sebagai relaxing factor otot polos,

sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang. NO akan

menginduksi vasodilatasi dan mengatur tahanan vascular.

Terganggunya fungsi endotel sebagai vasodilator berperan dalam

patofisiologi hipertensi yang merupakan salah satu dari gejala pada

preeklampsia (Schlondorff, 2005).

Kerusakan dari sel endotel menyebabkan terjadinya gangguan

keseimbangan ratio TXA2 dan PgI2, penurunan produksi dari nitric

oxide akan merangsang terjadinya agregasi trombosit yang selanjutnya

mengakibatkan vasospasme (Lockwood et al., 2000).

Kerusakan dari sel endotel arteri spiralis mengakibatkan hipoksia

dan seterusnya menjadi aterosis akut. Aterosis akut ditandai dengan

adanya diskontinuitas dari sel endotel, gangguan fokal pada membrane

basalis, deposisi trombosit, terbentuknya mural thrombus dan akhirnya

(15)

commit to user

8

Vasospasme merupakan dasar dari proses penyakit ini. Pada

preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi

garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola

glomerulus. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka

tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan

tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan

kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air

yang berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya,

mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan

oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus

(Mochtar, 1998).

e. Gejala dan Tanda

1). Hipertensi dan proteinuria

2). Menetapnya sakit kepala

3). Nyeri epigastrik

4). Gangguan penglihatan (skotoma, diplopia)

5). Mual, muntah

6). Hyperrefleksia, dengan refleks tendon yang cepat

7). Edema pada tangan, muka, atau kaki

8). Meningkatnya konsentrasi kreatinin serum

9). Meningkatnya aktivitas enzim hepar

(16)

commit to user

9 f. Faktor Risiko

1). Kehamilan ganda

2). Usia (usia ibu lebih dari 35 tahun)

3). Lingkungan (dataran tinggi)

4). Riwayat keluarga (ibu hamil atau suaminya lahir dari ibu yang

mengalami preeklampsia)

5). Riwayat sebelumnya pernah mengalami preeklampsia

6). Ibu hamil menderita hipertensi kronis

7). Ibu hamil menderita penyakit ginjal

8). Obesitas

9). Hiperhomosisteinemia

10). Interval yang pendek dengan kehamilan sebelumnya

11). Etnis Amerika-Afrika

(Brooks, 2005; Cunningham, 2005).

g. Diagnosis

Bila pasien mengalami kenaikan berat badan, tekanan darah, dan

pada pemeriksaan urin terlihat normal sampai kehamilan 20 minggu

kemudian terjadi edema, hipertensi, dan proteinuria setelah usia

kehamilan tersebut maka dikatakan menderita preeklampsia.

2. Pengaruh Ketinggian terhadap Tubuh Manusia

Tekanan atmosfer berbeda-beda di setiap ketinggian. Semakin tinggi

(17)

commit to user

10

dengan PO2 dalam udara, PCO2 dan PO2 dalam alveoli, serta kejenuhan

oksigen arteri (Guyton, 1997).

Berikut ini adalah tekanan atmosfer dan tekanan parsial oksigen

(PO2) dalam berbagai ketinggian:

Sumber: Human Physiologi (Houssay, 1955) hal 259

Seseorang yang tinggal di tempat tinggi akan mengalami

aklimatisasi. Aklimatisasi adalah penyesuaian tubuh secara fisiologi

terhadap perubahan suatu tempat, dalam hal ini adalah PO2 yang rendah

(Guyton, 1997). Prinsip-prinsip utama yang terjadi pada aklimatisasi

terhadap ketinggian adalah:

a. Peningkatan ventilasi paru

Penurunan PO2 pada tempat tinggi menyebabkan penurunan PO2

alveolus dan selanjutnya akan menurunkan PO2 arteri (PaO2). Kompensasi

pertama dan segera yang terjadi adalah hipenventilasi. Di tempat tinggi,

(18)

commit to user

11

melebihi tekanan atmosfer. Tekanan uap air dan tekanan parsial

karbondioksida (PCO2) tidak berkurang banyak karena air dan

karbondioksida diproduksi konstan. Oleh sebab itu, terjadi peningkatan

relatif konsentrasi karbondioksida terhadap oksigen di dalam tubuh.

Penurunan PO2 dan peningkatan PCO2 menstimulasi kemoreseptor

pernafasan yang selanjutnya diteruskan ke pusat pernafasan di medulla

oblongata untuk meningkatkan ventilasi alveolus. Kenaikan ventilasi paru

yang mendadak sebesar 65 % pada saat naik ke tempat tinggi akan

menghilangkan sejumlah besar karbondioksida sehingga PCO2 turun dan

meningkatkan pH cairan tubuh. Perubahan ini menghambat pusat

pernafasan dan dengan demikian melawan efek PO2 yang rendah untuk

merangsang kemoreseptor pernafasan perifer dalam badan karotid dan

badan aortik. Namun efek penghambatan perlahan hilang dalam waktu dua

sampai lima hari, terutama karena kadar ion bikarbonat dalam cairan

cerebrospinal dan jaringan otak, sehingga pusat pernafasan sekarang dapat

mengadakan respon maksimal terhadap rangsangan kemoreseptor akibat

hipoksia dan ventilasi meningkat sekitar lima kali lipat (400 % dari

normal) (Goldberg, 1995; Sutopo, 1995; Guyton, 1997).

b. Peningkatan Sel Darah Merah dan Hemoglobin Sewaktu Aklimatisasi

Hipoksia merupakan rangsangan utama yang dapat mengakibatkan

produksi sel darah merah. Biasanya, pada aklimatisasi penuh terhadap

oksigen yang rendah, hematokrit dapat meningkat dari nilai normal yang

(19)

commit to user

12

hemoglobin. Selain itu, volume darah juga bertambah, seringkali

meningkat 20-30 %, menghasilkan peningkatan total hemoglobin yang

beredar menjadi 50 % atau lebih. Peningkatan hemoglobin dan volume

darah terjadi perlahan-lahan (Guyton, 1997).

Peningkatan sel darah merah memberikan efek viskositas darah

meningkat beberapa kali lipat. Hal ini akan menurunkan aliran darah

dalam jaringan sehingga pengangkutan oksigen juga berkurang.

c. Peningkatan Kapasitas Difusi

Peningkatan kapasitas difusi terjadi di tempat tinggi. Sebagian dari

peningkatan ini disebabkan oleh volume darah kapiler paru yang

meningkat, dan menyebabkan pelebaran kapiler serta peningkatan luas

permukaan difusi oksigen ke dalam darah. Sebagian lagi disebabkan oleh

peningkatan volume paru, yang mengakibatkan meluasnya permukaan

membran alveolus. Bagian terakhir yang menyokong ialah peningkatan

tekanan arteri pulmonalis, tenaga ini akan mendorong darah untuk melalui

lebih banyak kapiler alveolus (Guyton, 1997).

Di lain sisi, hal ini dapat menimbulkan spasme arteriol paru yang

lain. Jika mengalami hipoksia, maka akan terjadi konstriksi dengan tujuan

mengalihkan aliran darah dari alveoli yang rendah oksigen ke alveoli yang

tinggi oksigen. Tetapi karena semua alveoli berada dalam keadaan rendah

oksigen, semua arteriol mengalami kontriksi, tekanan arteri pulmonalis

(20)

commit to user

13

Spasme arteriol paru juga mengakibatkan banyak aliran darah

dialihkan ke pembuluh darah nonalveolar sehingga banyak darah paru

yang melalui jalan pintas tanpa mengalami oksigenasi. Hal ini

memperburuk keadaan (Guyton, 1997).

d. Peningkatan Sirkulasi dan Perfusi Perifer

PaO2 yang rendah merangsang peningkatan hemoglobin (Hb)

kurang lebih 30-50 % dari nilai normal. Peningkatan ini terjadi

perlahan-lahan, hampir tidak menimbulkan apa-apa selama kurang lebih sepuluh

hari dan mencapai kapasitas maksimal pada waktu 1-2 bulan. Adaptasi

sirkulasi yang lain adalah peningkatan jumlah dan ukuran kapiler dalam

jaringan sehingga jarak yang harus ditempuh oleh oksigen untuk berdifusi

dari darah ke sel memendek (Guyton, 1997).

e. Aklimatisasi Seluler

Sel-sel yang mengalami aklimatisasi dengan ketinggian diduga

memiliki jumlah mitokondria dan beberapa sistem enzim oksidatif lebih

banyak sehingga penggunaan oksigen yang lebih efektif, tetapi hal ini

(21)

commit to user

14 B. Kerangka Pemikiran

Dataran Tinggi

Curah Jantung Meningkat, Tekanan Darah Meningkat Wanita Hamil

8. Hiperhomosisteinemia 9. Interval yang pendek

(22)

commit to user

15 C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka dapat dibuat

hipotesis “Kejadian preeklamsia lebih banyak terjadi pada wanita hamil yang

tinggal di dataran tinggi dibanding wanita hamil yang tinggal di dataran

(23)

commit to user

16 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional, yaitu variabel bebas (faktor risiko) dan

variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama

(Taufiqurrahman, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan

dan wilayah kerja Puskesmas Nusukan pada bulan April sampai dengan

bulan Mei 2010.

C. Subjek penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang baru melahirkan

dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan dan wilayah kerja

Puskesmas Nusukan.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah subjek dalam populasi

penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan sudah disingkirkan dengan

kriteria eksklusi sebagai berikut:

a.Kriteria inklusi

(24)

commit to user

17 2). Bersedia menjadi sampel penelitian

b.Kriteria eksklusi

1). Kehamilan ganda

2). Usia kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun

3). Riwayat preeklamsia

4). Riwayat keluarga preeklamsia

5). Menderita hipertensi kronis, penyakit ginjal dan

hiperhomosisteinemia

6). Obesitas

7). Interval kehamilan pendek

8). Etnis Amerika-Afrika

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara teknik non random

purposive quota sampling. Non random purposive quota sampling adalah

suatu cara pengambilan dari suatu populasi dimana untuk mendapatkan

sampel tersebut, peneliti memberikan kriteria inklusi yang dianggap sesuai

dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini digunakan 66 pasien sampel,

dimana 33 pasien dari wilayah kerja Puskesmas Karangpandan dan 33 pasien

dari wilayah kerja Puskesmas Nusukan (Murti, 2003).

Berdasarkan dalil rule of thumb jumlah minimal sampel yang dapat

dipertanggungjawabkan secara statistik, sudah disepakati dan merupakan

kelaziman bagi para ahli statistik adalah 30 orang. Jumlah tersebut disetujui

(25)

commit to user

18

kemungkinan berkurangnya sampel maka digunakan rumus n’= n/1-L.

dimana n’ = ukuran sampel setelah revisi, n= ukuran sampel asli, L= non

response rate/subjek yang hilang. Bila diantisipasi ada 10% subjek yang

hilang maka didapatkan nilai 33,33, dan dibulatkan menjadi 33 subjek (Murti,

2003). Jadi jumlah sampel 66 dianggap sudah representatif dalam penelitian

ini.

E. Rancangan Penelitian

F. Instumen Penelitian

1. Instrumen Lembar persetujuan dan identitas pribadi

2. questioner riwayat pribadi mencakup faktor risiko preeklamsia

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : tempat tinggal (dataran tinggi atau dataran rendah)

2. Variabel tergantung : preeklamsia Uji Fisher’s exact test

Wanita yang baru melahirkan dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan

Kriteria Eksklusi Kriteria Inklusi

Preeklampsia

Wanita yang baru melahirkan dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Nusukan

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

(26)

commit to user

19 H. Operasionalisasi Variabel Penelitian :

1. Preeklampsia adalah sindroma spesifik pada kehamilan yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah dan adanya proteinuri setelah

kehamilan 20 minggu (Many, 2000).

2. Dataran Tinggi adalah dataran luas yang letaknya di daerah tinggi atau

pegunungan dengan ketinggian lebih dari 200 m dari permukaan laut.

Dalam penelitian ini adalah wilayah Karangpandan yang memiliki

ketinggian sekitar 1100 m di atas permukaan laut (Wikipedia, 2010).

3. Dataran Rendah adalah tanah yang keadaannya relatif datar dan luas

sampai ketinggian sekitar 200 m dari permukaan laut. Dalam penelitian ini

adalah wilayah Nusukan yang memiliki ketinggian sekitar 98 m di atas

permukaan laut (Wikipedia, 2010).

I. Teknik Analisis Data

Data mengenai variabel-variabel yang diteliti ditampilkan secara

deskriptif dengan persen. Pengujian hipotesis mengunakan uji Fisher’s exact

test dengan taraf kesalahan 5%. Analisis data tersebut menggunakan program

komputer SPSS 17. Uji Fisher’s exact test digunakan untuk mengadakan

pendekatan dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki

atau frekuensi hasil observasi dengan frekuensi yang diharapkan dari sampel

apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak

(27)

commit to user

20 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nusukan dan

wilayah kerja Puskesmas Karangpandan diperoleh data persalinan mulai bulan

April sampai dengan Mei tahun 2010 masing-masing sebanyak 73 orang dan 90

orang.

Tabel 1. Distribusi Pasien Menurut Umur Ibu

Puskesmas Nusukan

Umur Ibu (Tahun) Jumlah Pasien (Orang) %

< 20 2 2,74

20 – 35 68 93,15

>35 3 4,11

Jumlah 73 100

Puskesmas Karangpandan

Umur Ibu (Tahun) Jumlah Pasien (Orang) %

< 20 6 6,67

20 – 35 75 83,33

>35 9 10,00

(28)

commit to user

21

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa kelompok ibu yang melahirkan, baik di

wilayah kerja Puskesmas Nusukan maupun wilayah kerja Puskesmas

Karangpandan paling banyak berasal dari kelompok usia 20-35 tahun, yang

merupakan kriteria yang sesuai dengan penelitian.

Dari Puskesmas Nusukan, data yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

didapatkan sebanyak 66 pasien, kemudian diambil 33 kelahiran terbaru dan

didapatkan 1 orang mengalami preeklamsia dengan status kehamilan G2.

Dari Puskesmas Karangpandan, data yang memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi didapatkan sebanyak 70 pasien, kemudian diambil 33 kelahiran terbaru

dan didapatkan 3 orang mengalami preeklamsia dengan 2 orang status kehamilan

G2 dan 1 orang status kehamilan G1.

Tabel 2. Distribusi Preeklampsia dengan Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

Preeklamsia Tidak

Setelah dilakukan analisis statistik dengan uji Fisher exact sig (1-sided), nilai

X2 yang didapat sebesar 0,307 (p > 0,05) pada taraf signifikansi α=0,05 dengan

db=1. Dengan demikian nilai X2 yang didapat menunjukkan tidak ada hubungan

(29)

commit to user

22

preeklamsia secara statistik. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) yang didapat

sebesar 3,2 dengan interval kepercayaan 95 % berkisar antara 0,315 sampai

32,475 yang berarti bahwa dataran tinggi belum dapat dikatakan bermakna

sebagai faktor risiko preeklamsia. Uji statistik dan hasilnya dapat dilihat pada

(30)

commit to user

23 BAB V

PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nusukan

(98 m dpl), diperoleh data persalinan bulan April sampai dengan Mei tahun 2010

sebanyak 73 orang dengan kasus preeklamsia sebanyak 3 orang (4,11%). Data

yang diperoleh dari wilayah kerja Puskesmas Karangpandan (1100 m dpl) mulai

bulan April sampai dengan Mei tahun 2010 sebanyak 90 orang dengan kasus

preeklamsia sebanyak 4 orang (4,44%). Sedangkan menurut Roeshadi (2004)

angka kejadian preeklampsia di Indonesia berkisar 3 hingga 10 %. Di Amerika

Serikat insiden preeklampsia mencapai 23,6 kasus per 1000 kelahiran (Wagner,

2004). Frekuensi preeklampsia bervariasi karena banyak faktor yang

mempengaruhi. Insiden preeklampsia berturut-turut paling dipengaruhi oleh

kehamilan ganda, usia, faktor lingkungan dan paritas (Susanto, 2004).

Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari ibu yang tinggal dataran tinggi yang

mengalami preeklamsia sebanyak 3 orang, sedangkan ibu yang tinggal di dataran

rendah dan mengalami preeklamsia yaitu sebanyak 1 orang. Hal ini sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa tinggal di dataran tinggi merubah risiko individu

menderita preeklamsia akibat terjadinya perubahan fisiologi yang multipel

individu tersebut (Zamudio, 2007).

Setelah dilakukan analisis statistik dengan uji Fisher’s exact test (1-sided),

didapatkan p > 0,05 yang berarti bahwa H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

(31)

commit to user

24

rendah dan dataran tinggi) dan kejadian preeklamsia secara statistik. Sedangkan

nilai Odds Ratio (OR) yang didapat sebesar 3,2 dengan interval kepercayaan

95% berkisar antara 0,315 sampai 32,475 yang berarti bahwa dataran tinggi belum

dapat dikatakan bermakna sebagai faktor risiko preeklamsia.

Nilai signifikasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah

jumlah sampel yang kurang tepat. Sebab, pada penelitian terdahulu yang juga

dilakukan oleh Susanto (2004) di RSUD Wonosobo dengan jumlah sampel

sebesar 3.718 didapatkan hasil yang bermakna secara statistik (p=0,03) dan juga

didapatkan odd ratio sebesar 1,32 dengan interval kepercayaan 1,02-1,70.

Kurang tingginya lokasi yang diambil sebagai sampel juga dapat

berpengaruh. Penelitian sebelumnya oleh Gonzales (2009) memberikan hasil yang

signifikan dengan melakukan penelitian pada ketinggian ± 3.000 m di atas

permukaan laut. Sedangkan Zamudio (2004) melakukan penelitian pada pasien

yang tinggal pada ketinggian 2.700 m di atas permukaan laut. Sehingga, tekanan

parsial oksigen jauh lebih menurun dibandingkan sampel pada penelitian ini, yang

menggunakan sampel yang tinggal pada ketinggian ± 1.100 m di atas permukaan

laut (Houssay, 1955).

Selain itu, tidak signifikannya hasil analisis dapat dikarenakan faktor perancu

lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Salah satu faktor perancu yang

berpengaruh terhadap terjadinya preeklamsia adalah diet. Kekurangan beberapa

zat seperti kalsium dan asam folat selama masa kehamilan dapat meningkatkan

risiko terjadinya preeklamsia (Nasrullah, 2008). Hal ini berhubungan dengan

(32)

commit to user

25

kekurangan beberapa nutrisi. Penurunan kadar asam folat dan vitamin B12 memicu

peningkatan kadar homosistein dalam darah (Patrick, 2004) yang mengakibatkan

perubahan vaskuler terkait dengan atherosis dan disfungsi endotel. Kondisi ini

serupa dengan perubahan plasenta yang terjadi pada preeklamsia (Makedos,

2004).

Aktivitas serta lamanya tinggal di ketinggian tertentu juga seharusnya dinilai.

Hal ini dikarenakan dapat berpengaruh terhadap aklimatisasi yang terjadi pada

(33)

commit to user

26 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan subjek penelitian ibu yang

tinggal di dataran tinggi (wilayah kerja Puskesmas Karangpandan) dan dataran

rendah (wilayah kerja Puskesmas Nusukan) dengan kejadian preeklampsia dari

bulan April – Mei 2010 diperoleh simpulan tidak ada perbedaan kejadian

preeklamsia pada wanita hamil yang tinggal di dataran rendah dengan wanita

hamil yang tinggal di dataran tinggi.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perhitungan jumlah sampel

yang lebih tepat

2. Wilayah yang dijadikan sampel penelitian sebaiknya memiliki perbedaan

ketinggian yang lebih besar untuk melihat adanya hubungan ketinggian

Gambar

Tabel 1. Distribusi Pasien Menurut Umur Ibu
Tabel 2. Distribusi Preeklampsia dengan Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan ion logam lain yaitu Fe(III), Co(II), Ni(II), Cu(II), Cd(II) dan Zn(II) dalam larutan dengan konsentrasi dan pH larutan yang bervariasi, tidak memberikan

Usulan dividen BUMN sebesar Rp 32,136 triliun tersebut sudah termasuk dividen saham Krakatau Steel (KRAS) sebesar Rp 956 miliar yang merupakan pendapatan non tunai dan

Robot mobil tersebut merupakan Wahana Nir Awak (WaNA) yang telah menjadi sarana yang sering digunakan oleh pihak militer maupun pihak sipil untuk melakukan pengintaian,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pengaruh paham feminisme radikal di dalam anime Mononoke Hime pada tokoh Eboshi dan pekerja wanita di

Megha Lahiri dan Damyanti Misra sebagai tokoh wanita dalam novel karya Ruchira Mukerjee yang berjudul Toad in my Garden mewakili semangat kaum wanita untuk menjadi wanita

pada hasil evaluasi siklus tersebut belum mencapai standar ketuntasan untuk kemampuan komunikasi matematika siswa, hal ini diakibatkan karena masih ada siswa yang

(diucapkan oleh Anes Baswedan ketika memberi pertanyaan kepada Ahok tentang solusi untuk anak yang..

“ Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Perekonomian Wilayah Bagian Aceh Timur (Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang)” , dengan melihat