LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Sampel Penelitian
Variabel Komite Audit pada Perusahaan Sampel
NO KODE
KOMITE AUDIT 2012 KOMITE AUDIT 2013 KOMITE AUDIT
2014 LN LN LN
1 SMCB 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
2 KIAS 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
3 TOTO 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
4 BTON 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
5 LION 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
6 PICO 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
7 AKPI 4 4 3 1,386294361 1,386294361 1,098612289
8 IGAR 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
9 TRST 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
10 CPIN 5 5 5 1,609437912 1,609437912 1,609437912
11 JPFA 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
12 SIPD 4 4 3 1,386294361 1,386294361 1,098612289
13 GJTL 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
14 SMSM 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
15 TRIS 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
16 BATA 3 3 4 1,098612289 1,098612289 1,386294361
17 KBLI 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
18 VOKS 5 5 3 1,609437912 1,609437912 1,098612289
19 ADES 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
20 DLTA 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
21 INDF 4 3 3 1,386294361 1,098612289 1,098612289
22 MYOR 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
23 PSDN 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
25 GGRM 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
26 HMSP 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
27 DVLA 3 4 4 1,098612289 1,386294361 1,386294361
28 KLBF 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
29 SQBB 3 3 3 1,098612289 1,098612289 1,098612289
Variabel Tipe Kepemilikan Perusahaan pada Perusahaan Sampel
NO KODE PROFITABILITAS 2012
PROFITABILITAS 2013
PROFITABILITAS
2014 LN LN LN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Raja Adzrin, Kamarudin, dan Khairul Anuar. 2003. “Audit delay and the timeliness of corporate reporting: Malayasian evidence.”
Anderson dan Zehgal, D. 1994. “The Pricing of Audit Services: Further Evidence from The Canadian Market." Accounting & Business Research, Vol. 24 No. 95.
Beams, Floyd A., John A. Brozovsky, Craig D. Shoulders. 2000. Advanced Accounting. 7 ed. New Jersey : Prentice Hall.
Cameran, Mara. 2005. “Audit Fees and the Large Auditor Premium in the Italian Market.” International Journal of Auditing, Int. J. Audit..
DeAnggelo, L.E. 1981. ”Auditor Size and audit Quality”. Journal of Accounting and Economic Research.
Desender, K.A., Crespi, R., Garcia Cestona, M. dan Aguilera, R.V. 2009. “Board Characteristics and Audit Fees: “Why Ownership Structure Matters?” Diacon, S., Fenn, P., O’Sullivan, N. 2002. “Highballing and Lowballing in Audit
Pricing : The Impact of Audit Error, Centre for Risk and Insurance Studies.” Discussion Paper No.2002/II.
Eisenhardt, K.M. 1989. “Agency Theory: An Assesment and Review”. Academy of Management Review. January.
Firth, M. 1985. “An Analysis of Audit Fees and Their Determinants in New Zealand.” Auditing: A Journal of Practice and Theory Vol.4 No.2. Spring 1985.
Ghosh, Aloke dan R. Pawlewicz. 2007. “The impact of regulation on auditor fees: Evidence from the Sarbanes-Oxley Act.” Auditing: A Journal of Practice & Theory 28.
Ghosh, Saibal. 2010. "Firm Ownership Type, Earnings Management and Auditor Relationships: Evidence from India." Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4.
Hay, David., R. Knechel dan Helen Ling. 2008. “Evidence on the Impact of Internal Control and Corporate Governance on Audit Fees.” International Journal of Auditing, No. 12.
Ikatan Akuntan Indonesia, Kompartemen Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001.
Institut Akuntan Publik Indonesia, 2008. Surat Keputusan tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit, No : KEP.024/IAPI/VII/2008, Jakarta.
Joshi, P.L, dan Al-Bastaki, H. 2000. “Determinants of Audit Fees: Evidence from The Companies Listed in Bahrain." International Journal of Auditing, Vol. 4 No. 2.
Jurusan Akuntansi. 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No Kep. 11/PM/1997.
Kharlinda, Nova. 2015. “Pengaruh Pengadopsian ISA, Ukuran Klien Audit, Kompleksitas Audit, Risiko Litigasi, Profitabilitas Klien, dan Jenis KAP terhadap Audit Fee.” Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Mulyadi. 2002. Auditing : Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta.
Nugrahani, Nadia Rizki. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Fee Audit Eksternal pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI.” Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.
Oktorina, Megawati dan Linda Kusumaning Wedari. 2015. “An Empirical Investigation on Ownership Characteristics, Activities of the Audit Committee, and Audit Fees.” Skripsi S-1. AtmaJaya Catholic University of Indonesia, Indonesia.
Pambudi, Tirta Luhur. 2012. “Pengaruh Tipe Kepemilikan Perusahaan dan Manajemen Laba Terhadap Tipe Auditor dan Audit Fees Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Skripsi, Semarang: FE-UNDIP.
Prastuti, Deviana Dewi. 2013. “Analisis Pengaruh Struktur Governance dan Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal.” Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Rimawati, Nike. 2011. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor”, Skripsi, Semarang: Jurusan Akuntansi Fakutas Ekonomi UNDIP.
Rizqiasih, Putri Dyah. 2010. "Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee Audit Eksternal." Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.
Septianingrum, Rina. 2014. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kompleksitas, dan Risiko Keuangan Terhadap Fee Audit.” Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.
Simunic, D. and Stein, M.T. 1996, “The Impact of Litigation Risk on Audit Pricing: A Review of the Economics and The Evidence”, Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 15 No. 2.
Singh, Harjinder and Newby, Rick. 2010. “Internal Audit and Audit Fees: Further Evidence”, Managerial Auditing Journal Vol. 25 No. 4.
Sankaraguruswamy, S. & Whisenant, S. 2003. “Pricing Initial Audit Engagements: Empirical Evidence Following Public Disclosure of Audit Fees.” School of Accountancy.
Suharli dan Nurlaelah. 2008. “Konsentrasi Auditor dan Penetapan Fee Audit: Investigasi pada BUMN”. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia vol 12 No 2.
Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Salemba Empat. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Waggoner, J., dan J. Cashell. 1991. The Impact of Time Pressure on Auditors Performance. The Ohio CPA, (January-February).
Widiasari, Esti. 2009. “Pengaruh Pengendalian Internal Perusahaan dan Struktur Corporate Governance Terhadap Fee Audit”. Skripsi S-1. Universitas Diponegoro.
Yatim, P., P. Kent dan P. Clarkson. 2006. “Governance Structures, Ethicity, and Audit Fees of Malaysian Listed Firms.” Managerial Auditing Journal.Vol. 21.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebab
akibat atau causal research yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan
independen. Adapun yang menjadi variabel independen di dalam
penelitian ini adalah komite audit, profitabilitas, dewan komisaris, dan
ukuran klien. Variabel dependennya adalah fee audit. Penelitian ini
menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
diakses dari website Bursa Efek Indonesia (BEI)
objek penelitian dimulai dari bulan Februari 2016 sampai dengan
penelitian skripsi ini diselesaikan.
3.3 Batasan Penelitian
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari tahun
2012-2014
2. Hubungan diukur berdasarkan variabel-variabel independen dan
dependen yang selanjutnya diuji untuk mengetahui adanya pengaruh
antara variabel tersebut.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek yang ditentukan oleh
peneliti, sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut setelah mengalami proses seleksi
dari batasan dan kriteria yang ditentukan oleh peneliti, yang kemudian
sampel tersebut dianalisis oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode waktu
2012-2014. Alasan penggunaan sampel pada tahun 2012-2014 adalah
untuk memberikan gambaran keuangan terkini dari setiap perusahaan.
Dasar penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang
memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan
sampel yang digunakan yakni purposive sampling yang merupakan
metode pengumpulan sampel berdasarkan tujuan penelitian.
Kriteria sampel yang digunakan adalah:
1. Perusahaan yang mencantumkan komite audit dan dewan komisaris.
2. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar (listing) di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012-2014 sehingga datanya lengkap.
3. Laporan tahunan perusahaan mencantumkan informasi professional
fees.
4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
Jumlah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
(BEI), perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian adalah
total sebanyak 30 perusahaan. Total pengamatan yaitu 3 tahun sehingga
total data yang diobservasi adalah sebanyak 90 observasi. Daftar
Populasi dan Sampel Penelitian dijelaskan pada tabel 3.1 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No
Nama
Perusahaan Kode
Kriteria
Sampel K1 K2 K3 K4
Sektor Industri Dasar dan Kimia
1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP x
2. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk SMBR x x x
3. PT Holcim Indonesia Tbk SMCB Sampel 1
4. PT Semen Indonesia Tbk SMGR x
5. PT Wijaya Karya Beton Tbk WTON x x x x
6. PT Asahimas Flat Glass Tbk AMFG x x
7. PT Arwana Citra Mulia Tbk ARNA x x x x
8. PT Inti Keramik Alam Asri
Industri Tbk IKAI x
9. PT Keramika Indonesia Assosiasi
Tbk KIAS Sampel 2
10. PT Mulia Industrindo Tbk MLIA x
11. PT Surya Toto Indonesia Tbk TOTO Sampel 3
12. PT Alakasa Industrindo Tbk ALKA x
13. PT Alumindo Light Metal Industry
Tbk ALMI x
14. PT Saranacentral Bajatama Tbk BAJA x
15. PT Beton Jaya Manunggal Tbk BTON Sampel 4
16. PT Citra Turbindo Tbk CTBN x x x
18. PT Indal Aluminium Industry Tbk INAI x
19. PT Steel Pipe Industry of
Indonesia Tbk ISSP x x x x
20. PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD
Tbk JKSW x
21. PT Jaya Pari Steel Tbk JPRS x
22. PT Krakatau Steel Tbk KRAS x
23. PT Lion Metal Works Tbk LION Sampel 5
24. PT Lionmesh Prima Tbk LMSH x x
25. PT Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL x
26. PT Pelangi Indah Canindo Tbk PICO Sampel 6
27. PT Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS x
28. PT Barito Pasific Tbk BRPT x x
29. PT Budi Acid Jaya Tbk BUDI x
30. PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS x
31. PT Ekadharma International Tbk EKAD x
32. PT Eterindo Wahanatama Tbk ETWA x
33. PT Intan Wijaya International Tbk INCI x
34. PT Sorini Agro Asia Corprindo Tbk SOBI x x
35. PT Indo Acitama Tbk SRSN x
36. PT Chandra Asri Petrochemical
Tbk TPIA x
37. PT Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC x
38. PT Alam Karya Unggul Tbk AKKU x x
39. PT Argha Karya Prima Industry
Tbk AKPI Sampel 7
40. PT Asiaplast Industries Tbk APLI x x x x
41. PT Berlinja Tbk BRNA x
42. PT Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI x
43. PT Champion Pasific Indonesia
44. PT Impack Pratama Industri Tbk IMPC x x x x
45. PT Indopoly Swakarsa Industry
Tbk IPOL x
46. PT Sekawan Intipratama Tbk SIAP x
47. PT Siwani Makmur Tbk SIMA x x
48. PT Tunas Alfin Tbk TPFA x x x x
49. PT Trias Sentosa Tbk TRST Sampel 9
50. PT Yana Prima Hasta Persada Tbk YPAS x
51. PT.Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN Sampel 10
52. PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA Sampel 11
53. PT.Malindo Feedmill Tbk MAIN x
54. PT.Siearad Produce Tbk SIPD Sampel 12
55. PT.Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI x
56. PT.Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT x
57. PT.Alkindo Naratama Tbk ALDO x
58. PT.Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk DAJK x x x x
59. PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW x
60. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP x x
61. PT Toba Pulp Lestari Tbk INRU x
62. PT Kertas Basuki Rachmat
Indonesia Tbk KBRI x
63. PT Suparma Tbk SPMA x
64. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM x
Sektor Aneka Industri
65. PT Grand Kartech Tbk KRAH x x x x
66. PT Astra International Tbk ASII x
67. PT Astra Otoparts Tbk AUTO x
68. PT Indo Kordsa Tbk BRAM x
69. PT Goodyear Indonesia Tbk GDYR x x
70. PT Gajah Tunggal Tbk GJTL Sampel 13
71. PT Indomobil Sukses International
72. PT Indospring Tbk INDS x
73. PT Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN x
74. PT Multistrada Arah Sarana Tbk MASA x x
75. PT Nipress Tbk NIPS x x
76. PT Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS x
77. PT Selamat Sempurna Tbk SMSM Sampel 14 78. PT Polychem Indonesia Tbk ADMG x x
79. PT Argo Pantes Tbk ARGO x x
80. PT Century Textile Industry Tbk CNTX x x
81. PT Eratex Djaya Tbk ERTX x x
82. PT Ever Shine Tex Tbk ESTI x x
83. PT Panasia Indo Resources Tbk HDTX x x x
84. PT Indo Rama Synthetic Tbk INDR x x
85. PT Apac Citra Centertex Tbk MYTX x
86. PT Pan Brothers Tbk PBRX x
87. PT Asia Pasific Fibers Tbk POLY x
88. PT Ricky Putra Globalindo Tbk RICY x
89. PT Sri Rejeki Isman Tbk SRIL x x x x
90. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM x
91. PT Star Petrochem Tbk STAR x x
92. PT Tifico Fiber Indonesia Tbk TFCO x
93. PT Trisula International Tbk TRIS Sampel 15
94. PT Nusantara Inti Corpora Tbk UNIT x
95. PT Unitex Tbk UNTX x
96. PT Sepatu Bata Tbk BATA Sampel 16
97. PT Primarindo Asia Infrastructure
Tbk BIMA x
98. PT Sumi Indo Kabel Tbk IKBI x x
99. PT Jembo Cable Company Tbk JECC x x x x
100. PT KMI Wire and Cable Tbk KBLI Sampel 17
102. PT Supreme Cable Manufacturing
and Commerce Tbk SCCO x x
103. PT Voksel Electric Tbk VOKS Sampel 18
104. PT Sat Nusa Persada Tbk PTSN x x
Sektor Industri Barang Konsumsi
105. PT Akasha Wira International
Tbk ADES Sampel 19
106. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA x
107. PT Tri Banyan Tirta Tbk ALTO x
108. PT Cahaya Kalbar Tbk CEKA x
109. PT Delta Djakarta Tbk DLTA Sampel 20
110. PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk ICBP x
111. PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF Sampel 21
112. PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI x
113. PT Mayora Indan Tbk MYOR Sampel 22
114. PT Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN Sampel 23
115. PT Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI Sampel 24
116. PT Sekar Bumi Tbk SKBM x
117. PT Sekar Laut Tbk SKLT x x
118. PT Siantar Top Tbk STTP x
119. PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk ULTJ x
120. PT Gudang Garam Tbk GGRM Sampel 25
121. PT Handjaya Mandala Sampoerna
Tbk HMSP Sampel 26
122. PT Bentoel International
Investama Tbk RMBA x x
123. PT Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM x
124. PT Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA Sampel 27
125. PT Indofarma (Persero) Tbk INAF x
126. PT Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF x
128. PT Merck Indonesia Tbk MERK x x x x
129. PT Pyridam Farma Tbk PYFA x
130. PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI x
131. PT Industri Jamu & Farmasi
SidoMuncul Tbk SIDO x x x x
132. PT Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tbk SQBB Sampel 29
133. PT Tempo Scan Pasific Tbk TSPC Sampel 30
134. PT Martina Berto Tbk MBTO x
135. PT Mustika Ratu Tbk MRAT x
136. PT Mandom Indonesia Tbk TCID x x
137. PT Unilever Indonesia Tbk UNVR x x
138. PT Chitose International Tbk CINT x x x x
139. PT Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI x
140. PT Kedaung Indah Can Tbk KICI x
141. PT Langgeng Makmur Industry Tbk LMPI x
Jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2012-2014 berjumlah 141 perusahaan manufaktur. Dari 141
perusahaan tersebut terdapat 423 pengamatan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan yang terdaftar di
BEI pada tahun 2012-2014 yang dijadikan sampel penelitian adalah
sebanyak 30 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan
sampel penelitian ini adalah sebanyak 90 pengamatan. Proses seleksi
sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dijelaskan dibawah ini
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini dengan alasan: (1) mudah
didapat, (2) biayanya lebih murah, (3) penggunaan laporan keuangan yang
didalamnya telah diaudit oleh akuntan publik sehingga data terpercaya
keabsahannya. Data diperoleh dari website
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh
dari sumber data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan
penghitungan. Data-data ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.com) dan berbagai macam literatur lainnya.
3.7 Definisi Operasional dan PengukuranVariabel Penelitian
3.7.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fee audit.
3.7.1.1 Fee Audit
Fee audit merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh
setiap perusahaan untuk membiayai jasa auditor eksternal yang telah
melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Data tentang fee audit diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar
mengungkapkan besar jumlah fee audit dengan akun professional fees,
yang selanjutnya variabel akan diukur dengan menggunakan logaritma
natural dari fee audit. Logaritma natural digunakan untuk memperkecil perbedaan angka yang terlalu jauh dari data yang telah didapatkan
sebagai sampel penelitian.
Pengungkapan jumlah besar fee audit pada seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam laporan keuangan
maupun laporan tahunan (annual report) masih sangat jarang. Belum
tersedianya data tentang fee audit dikarenakan pengungkapan data
tentang fee audit di Indonesia masih berupa voluntary disclosures
(pengungkapan sukarela), sehingga belum banyak perusahaan yang
mencantumkan data tersebut di dalam laporan keuangan atau laporan
tahunan (annual report). Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan
dengan Y di dalam persamaan.
3.7.2 Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah
komite audit, profitabilitas, dewan komisaris dan ukuran klien.
3.7.2.1 Komite Audit
Komite audit bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
serta sebagai penengah antara auditor internal dan eksternal (Hay et.al.,
2008). Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan dan
keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan.
Komite audit diukur melalui jumlah total komite audit yang ada pada
perusahaan dan dilambangkan dengan X1.
3.7.2.2 Profitabilitas
Profitabilitas klien terkait dengan efisiensi penggunaan asset dan
sumber daya lain oleh perusahaan dalam operasinya. Joshi dan
Al-Bastaki (2000) mengemukakan bahwa penggunaan sumber daya yang
efisiem menghasilkan pengembalian asset yang tinggi.
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderug akan membayar biaya audit yang lebih tinggi pula, hal ini
disebabkan karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi
memerlukan pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya,
oleh karena itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pelaksanaan auditnya. Karena itu akan mengakibatkan peningkatan
besar audit fee dan tergambar di dalam Professional Fee.
Profitabilitas auditee merupakan variabel yang penting dalam
menentukan audit fees dan dianggap sebagai cerminan dari kinerja
manajemen (Kikhia, 2014 : 44). Profitabilitas auditee dapat
Perusahaan dengan keuntungan yang tinggi akan membayar audit fee
lebih tinggi kepada auditor karena keuntungan yang tinggi akan
membutuhkan pengujian audit yang akurat untuk mengidentifikasi
segala pendapatan dan beban. Pengujian audit tersebut memerlukan
waktu yang lebih lama. Joshi dan Al-Bastaki (2000 : 132) menyatakan
bahwa penggunaan sumber daya yang efisien menghasilkan
pengembalian yang tinggi dari aset tersebut. Dalam penelitian ini,
profitabilitas diproksikan dengan tingkat pengembalian atas aktiva
(ROA) yang dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total
aset auditee dan dilambangkan dengan X2.
3.7.2.3 Dewan Komisaris
Komisaris independen dipandang dapat melakukan pengawasan
secara signifikan terhadap kegiatan dan pengendalian dalam perusahaan
sehingga memerlukan informasi yang independen yang berasal dari
auditor eksternal (Hay et. al., 2008). Dewan komisaris ditugaskan dan
diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan, sehingga memerlukan informasi
yang independen yang berasal dari auditor eksternal. Komisaris
independen diukur melalui jumlah total dewan komisaris yang ada pada
perusahaan selama periode akuntansi (Dillian, 2007). Untuk selanjutnya
3.7.2.4 Ukuran Klien
Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan
adalah ukuran total aktiva. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar
menunjukkan arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil
(Nugrahani, 2013).
Variabel ini akan diukur dengan menggunakan logaritma natural
dari total aset perusahaan. Total aset merupakan jumlah total aset lancar
dan aset tak lancar yang mengacu pada pengukuran ukuran perusahaan.
Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan X4.
Dari penjelasan kelima variabel di atas, definisi operasional dan
skala pengukuran variabel dapat diringkas dalam tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel
yang diukur Defenisi Indikator Skala
1. Fee Audit Biaya yang harus
ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP.
Menggunakan
logaritma natural dari professional fees
Rasio
2. Komite Audit Komite yang dibentuk
oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan Jumlah anggota seluruh komite audit perusahaan Rasio
3. Profitabilitas Profitabilitas diproksikan
dengan tingkat pengembalian atas aktiva
(ROA) yang dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total
aset auditee.
4. Dewan
komisaris
Organ perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan
pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta
memastikan bahwa
perusahaan
melaksanakan good
corporate governance. Jumlah anggota seluruh dewan komisaris perusahaan Rasio
5. Ukuran Klien Ukuran klien dapat
menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Penentuan
ukuran klien pada penelitian ini didasarkan
kepada total asset
perusahaan.
Menggunakan
logaritma natural dari total aset perusahaan
Rasio
Sumber : Olahan peneliti
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik Korelasi Kanonikal (Canonical Correlation)
dengan menggunakan software SPSS. Analisis korelasi kanonikal
merupakan model statistik multivariate
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari
data tersebut. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang diliat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
mempermudah memahami variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Hal ini untuk
menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data
dapat diterapkan regresi. Alat uji asumsi klasik dipakai dengan uji
heteroskedastisitas, uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji
autokorelasi untuk menguji kevalidan data.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen
dan indepeden dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal
(Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah model regresi yang
mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Proses uji
normalitas data dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
yaitu jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z tidak signifikan, maka semua data
yang ada terdistribusi secara normal. Namun bila nilai
Kolmogorov-Smirnov Z signifikan, maka semua data yang ada tidak terdistribusi secara normal. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan dengan melihat
angka probabilitasnya dengan ketentuan (Ghozali, 2011) :
1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi
2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi
dikatakan normal.
Selain uji K-S, dapat juga diperhatikan penyebaran data (titik) pada
normal p-plot of regression standardized residual dari variabel dependen,
dimana :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
3.8.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap
variabel independen saling berhubungan secara linier. Multikolinieritas
terjadi apabila antara variabel-variabel independen terdapat hubungan
yang signifikan. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolinieritas
adalah dengan memperhatikan :
1. Besaran korelasi antar variabel independen
Pedoman suatu model regresi bebas multikolinieritas, memiliki
kriteria sebagai berikut :
a. Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen
harus lemah, tidak lebih dari 90 persen atau dibawah 0,90
b. Jika korelasi kuat antara variabel-variabel independen
dengan variabel-variabel independen lainnya (umumnya
diatas 0,90), maka hal ini menunjukkan terjadinya
multikolinieritas yang serius (Ghozali, 2011).
2. Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi. Persamaan yang digunakan
adalah :
VIF = 1 Tolerance
Nilai cutoff yang digunakan dan dipakai untuk menandai adanya
faktor-faktor multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama
dengan nilai VIF > 10. Model regresi yang baik tidak terdapat
masalah multikolinieritas atau adanya hubungan korelasi diantara
variabel-variabel independennya.
3.8.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Apabila terjadi korelasi, maka diperkirakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul disebabkan adanya observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi,
maka dilakukan pengujian Run Test. Run Test betujuan untuk menguji
apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual
tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual
adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah
data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah terjadinya varians yang tidak sama
untuk variabel independen yang berbeda. Heteroskedastisitas dapat
terdeteksi dengan melihat plot antara nilai taksiran dengan residual. Untuk
melihat heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatter plot. Yang mendasari dalam pengambilan
keputusan ini adalah:
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk satu pola
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka
akan terjadi masalah heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik yang menyebar diatas
dan dibawah angka nol pada sumbu-sumbu maka tidak terjadi
3.9 Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
Regresi Berganda (Multiple Regression) dengan alasan bahwa variabel
independennya lebih dari satu. Analisis ini digunakan untuk menentukan
hubungan antara fee audit dengan variabel-variabel independen (Ghozali,
2011).
Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Y = � + �1X1 + �2X2+ �3X3 + �4X4 + �
Dimana:
Y = Fee Audit
� = Konstanta
�1,2,3,4 = Koefisien
X1 = Komite Audit
X2 = Profitabilitas
X3 = Dewan Komisaris
X4 = Ukuran Klien
� = Error
Kemudian untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel
independen dengan tingkat fee audit maka dilakukan pengujian-pengujian
hipotesis penelitian terhadap variabel-variabel dengan beberapa
3.9.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan ikhtisar yang menyatakan
seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data. Koefisien
determinasi untuk mengukur proporsi variasi dalam variabel dependen
yang dijelaskan oleh regresi. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1,
apabila R2 = 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, sedangkan jika R2 = 1 berarti suatu
hubungan yang sempurna. Untuk regresi dengan variabel bebas lebih
dari 2 maka digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
3.9.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen memiliki pengaruh secara
bersama-sama. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi 0,05 (α = 5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05
maka hipotesis diterima yang berarti secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh terhadap dependen.
2. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak
yang berarti secara bersama-sama variabel independen
3. Bila Fhitung > Ftabel atau P value< α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
4. Bila F hitung < Ftabel atau P value> α (0,05) maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
3.9.3 Uji T
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui kemampuan
masing-masing variabel independen secara individu (partial)
dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Penolakan atau
penerimaan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 0,05 maka
hipotesis diterima yang berarti secara parsial variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak
yang berarti secara parsial variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3. Jika t hitung > t tabel maka variabel independen secara
parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
4. Jika t hitung < t tabel maka variabel independen secara parsial
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Statistik Deskriptif
Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian dengan analisis deskriptif dan
analisis frekuensi
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan 90 perusahaan yang menjadi sampel
perusahaan. Variabel komite audit yang diproksikan dengan jumlah anggota seluruh
komite audit perusahaan memiliki nilai minimum 1.10, nilai maksimum 1.61, nilai
mean 1.1526, standar deviasi 0.13840. Variabel profitabilitas yang diproksikan
dengan laba bersih dibagi dengan total asset memiliki nilai minimum -7.21, nilai
maksimum -0.15, nilai mean -2.5153, standar deviasi 1.12499. Variabel dewan
komisaris yang diproksikan dengan jumlah anggota seluruh dewan komisaris
perusahaan memiliki nilai minimum 0.69, nilai maksimum 2.20, nilai mean
0,04001, standar deviasi 0.37957. Variabel ukuran klien yang diproksikan dengan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
KOMITEAUDIT 90 1.10 1.61 1.1526 .01459 .13840
PROFITABILITAS 90 -7.21 -.15 -2.5153 .11858 1.12499
DEWANKOMISARIS 90 .69 2.20 1.4505 .04001 .37957
UKURANKLIEN 90 3.18 3.47 3.3469 .00632 .05996
FEEAUDIT 90 2.91 3.31 3.0816 .00955 .09057
logaritma natural dari total asset memiliki nilai minimum 3.18, nilai maksimum
3.47, nilai mean 0.00632, standar deviasi 0.05996. Variabel fee audit yang
diproksikan dengan logaritma natural dari professional fees sebagai variabel
dependen memiliki nilai minimum 2.91, nilai maksimum 3.31, nilai mean
0.00955, standar deviasi 0.09057.
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
[image:30.595.164.451.337.579.2]4.2.1 Hasil Uji Normalitas Data
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 90
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .05443807
Most Extreme Differences
Absolute .098
sPositive .098
Negative -.073
Kolmogorov-Smirnov Z .931
y Asymp. Sig. (2-tailed) .351
Ta. Test distribution is Normal.
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dideskripsikan besarnya
Kolmogorov-Smirnov Z (K-S) adalah 0,931 dan Signifikansi 0,351. Hal ini
signifikansinya atau Asym. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 yakni
0,351.
Selain uji Kolmogorov-Smirnov Z, hasil uji normalitas juga dapat
dilihat pada diagram histogram dan normal probability plot (p-plot) of
[image:31.595.124.462.291.560.2]regression yang ditampilkan pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut ini :
Gambar 4.1
Uji Normalitas Histogram
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Grafik histogram pada gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa distribusi
data memiliki kurva berbentuk lonceng dimana distribusi data tidak menceng ke
terdistribusi secara normal. Hal ini juga didukung dengan menggunakan normal
[image:32.595.174.435.174.497.2]p-plot regression.
Gambar 4.2 Hasil Uji Normal P-Plot
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Gambar 4.2 merupakan grafik normal probability plot (p-plot) yang
menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal . Hal
tersebut menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini sejalan
dengan pengujian yang menggunakan histogram dan model Kolmogorov-Smirnov
4.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari
masing-masing variabel lebih besar dari 0,10 yakni variabel komite audit sebesar
0,921 , profitabilitas sebesar 0,939 , dewan komisaris sebesar 0,711 dan ukuran
klien sebesar 0,719. Selain itu VIF untuk masing-masing variabel juga lebih kecil
dari 10 yakni komite audit sebesar 1,086 , profitabilitas sebesar 1,065 , dewan
komisaris sebesar 1,407 , dan ukuran klien sebesar 1,391. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada data penelitian ini tidak terdapat gejala
Multikolinearitas.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -.771 .376 -2.050 .043
KOMITEAUDIT .005 .044 .007 .106 .916 .921 1.086
PROFITABILITAS .011 .005 .131 1.943 .055 .939 1.065
DEWANKOMISARIS .022 .018 .092 1.194 .236 .711 1.407
UKURANKLIEN 1.148 .116 .760 9.885 .000 .719 1.391
4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.00709
Cases < Test Value 45
Cases >= Test Value 45
Total Cases 90
Number of Runs 51
Z 1.060
Asymp. Sig. (2-tailed) .289
a.Median
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai Asymp sig (2-tailed)
lebih besar dari 0,05 yakni 0,289. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data
4.2.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2016
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Setelah dilakukan pengujian asumsi-asumsi klasik statistik dan
telah terbukti data terbebas dari asumsi-asumsi klasik tersebut maka
data dalam penelitian ini tdlah memenuhi syarat untuk melakukan uji
statistik untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis.
[image:36.595.168.497.309.425.2]4.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
.799a .639 .622 .05570
a. Predictors: (Constant), UKURANKLIEN, KOMITEAUDIT, PROFITABILITAS, DEWANKOMISARIS
b. Dependent Variable: FEEAUDIT
Sumber data : Hasil Output SPSS diolah, 2016
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa besarnya nilai Adjusted R
Square adalah 0,622 atau 62,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 62,2
persen variabel dependen fee audit dapat dijelaskan oleh variabel
independen komite audit, profitabilitas, dewan komisaris, dan ukuran
klien. Sedangkan sisanya sebesar 37,8 persen dijelaskan oleh faktor lain
4.3.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 4.6
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression .466 4 .117 37.567 .000b
Residual .264 85 .003
Total .730 89
a.Dependent Variable: FEEAUDIT
b.Predictors: (Constant), UKURANKLIEN, KOMITEAUDIT, PROFITABILITAS,
DEWANKOMISARIS
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi simultan (uji F) diperoleh hasil
bahwa nilai F hitung sebesar 37,567. Nilai F tabel diperoleh melalui fungsi FINV
pada microsoft Excel dengan formula
=FINV(probability,deg_freedom1,deg_freedom2). Probability yang digunakan
0,05, dfl=4, dan df2=85. Dfl diperoleh dari jumlah variabel dependen dan
independen dikurangi 1, sedangkan df2 diperoleh dari jumlah unit analisis
dikurangi jumlah semua variabel. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh F tabel sebesar 2,479 dan nilai F hitung sebesar 37,567 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.000 atau dengan kata lain F hitung > F tabel (37,567 >
2,467) dan tingkat signifikansi lebih kecil ( 0,000<0,05), hal ini berarti dapat
dikatakan bahwa variabel independen yaitu komite audit, profitabilitas, dewan
komisaris dan ukuran klien berpengaruh secara bersama–sama atau secara
4.3.3 Hasil Uji T
Tabel 4.7 Hasil Uji T
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2016
Pada tabel 4.7 diperoleh nilai t hitung untuk masing-masing variabel
independen. Hipotesis yang hendak di uji adalah sebagai berikut:
Ho : suatu variabel bebas bukan merupakan penjelasan yang signifikan
terhadap variabel terikat.
Ha : suatu variabel bebas merupakan penjelasan yang signifikan terhadap
variabel terikat.
Pengujiannya adalah dengan membandingkan antara t tabel dengan
t hitung. Penentuan t tabel dapat diperoleh dengan cara melihat df (degree
of freedom) yaitu n-k (90-4 = 86), dengan tingkat signifikansi 95 persen (α = 0.05) sehingga didapat nilai t hitung yang dihitung dari Microsoft Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.771 .376 -2.050 .043
KOMITEAUDIT .005 .044 .007 .106 .916
PROFITABILITAS .011 .005 .131 1.943 .055
DEWANKOMISARIS .022 .018 .092 1.194 .236
UKURANKLIEN 1.148 .116 .760 9.885 .000
Excel adalah menggunakan fungsi TINV dengan formula =TINV(0.05,86).
Dari formula tersebut diperoleh nilai t tabel sebesar 1,98.
Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat dijelaskan pengaruh
variabel independen secara satu per satu (parsial) terhadap variabel
dependen yakni sebagai berikut:
1. Pengaruh komite audit dalam penentuan fee audit
Hasil analisis uji t pada tabel 4.7 untuk variabel komite audit
menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,106 dengan signifikansi sebesar
0,916. Nilai t tabel yang diperoleh sebesar 1,98. Oleh karena itu nilai t
hitung < t tabel yaitu 0,106 < 1,98 dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu
0,916 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel
komite audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap fee audit.
2. Pengaruh profitabilitas dalam penentuan fee audit.
Hasil analisis uji t pada tabel 4.7 untuk variabel profitabilitas
menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,943 dengan signifikansi sebesar
0,055 . Nilai t tabel yang diperoleh sebesar 1,98. Oleh karena itu nilai t
hitung < t tabel yaitu 1,943 < 1,98 dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu
0,055 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel
profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap fee audit.
3. Pengaruh dewan komisaris dalam penentuan fee audit
Hasil analisis uji t pada tabel 4.7 untuk variabel dewan komisaris
menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,194 dengan signifikansi sebesar
hitung < t tabel yaitu 1,194 < 1,98 dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu
0,236 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel
dewan komisaris secara parsial tidak berpengaruh terhadap fee audit.
4. Pengaruh ukuran klien dalam penentuan fee audit
Hasil analisis uji t pada tabel 4.7 untuk variabel ukuran klien
menunjukkan nilai t hitung sebesar 9,885 dengan signifikansi sebesar
0,000. Nilai t tabel yang diperoleh sebesar 1,98. Oleh karena itu nilai t
hitung > t tabel yaitu 9,885 > 1,98 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu
0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel
ukuran klien secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
fee audit.
[image:40.595.140.515.517.708.2]4.3.4 Hasil Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.8
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.771 .376 -2.050 .043
KOMITEAUDIT .005 .044 .007 .106 .916
PROFITABILITAS .011 .005 .131 1.943 .055
DEWANKOMISARIS .022 .018 .092 1.194 .236
UKURANKLIEN 1.148 .116 .760 9.885 .000
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.8 diperoleh persamaan model
regresi sebagai berikut :
FEEAUDIT = -0,771 + 0,005 KOMITEAUDIT + 0,011
PROFITABILITAS + 0,022 DEWANKOMISARIS + 1,148
UKURANKLIEN
Keterangan :
FEEAUDIT : fee
a : kontanta
KOMITEAUDIT : komite audit
PROFITABILITAS : profitabilitas
DEWANKOMISARIS : dewan komisaris
UKURANKLIEN : ukuran klien
Koefisien – koefisien dalam persamaan regresi linier berganda memiliki
arti sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar -0,771 menunjukkan bahwa variabel independen
yaitu komite audit, profitabilitas, dewan komisaris, dan ukuran klien
nilainya adalah nol, maka fee audit bernilai negatif sebesar 0,771.
2. Koefisien regresi variabel komite audit sebesar 0,005 menunjukkan
bahwa setiap kenaikan komite audit sebesar 1 satuan akan diikuti oleh
3. Koefisien regresi variabel profitabilitas sebesar 0,011 menunjukkan
bahwa setiap kenaikan profitabilitas sebesar 1 satuan akan diikuti oleh
kenaikan fee audit sebesar 0,011 dengan asumsi variabel lain tetap.
4. Koefisien regresi variabel dewan komisaris sebesar 0,022
menunjukkan bahwa setiap kenaikan dewan komisaris sebesar 1
satuan akan diikuti oleh kenaikan fee audit yang disimbolkan dengan
LNFEE sebesar 0,022 dengan asumsi variabel lain tetap.
5. Koefisien regresi variabel ukuran klien sebesar 1,148 menunjukkan
bahwa setiap kenaikan ukuran klien sebesar 1 satuan akan diikuti oleh
kenaikan fee audit sebesar 1,148 dengan asumsi variabel lain tetap.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil regresi di atas, dapat terlihat bagaimana
pengaruh komite audit, profitabilitas, dewan komisaris, dan ukuran
klien dalam penentuan fee audit pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2012-2014, Hipotesis pertama yang di ajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh komite audit dalam penentuan fee audit.
Variabel Komite audit yang diproksikan dengan jumlah
anggota seluruh komite audit perusahaan menunjukkan nilai t
hitung sebesar 0,106 dengan signifikansi sebesar 0,916. Nilai t
tabel yang diperoleh sebesar 1,98. Oleh karena itu nilai t hitung
< t tabel yaitu 0,106 < 1,98 dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu
parsial tidak berpengaruh terhadap fee audit. Dengan demikian
bahwa hipotesis yang diajukan ditolak. Hasil penelitian tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2013)
yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif
signifikan terhadap fee audit.
2. Pengaruh profitabilitas dalam penentuan fee audit.
Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan laba bersih
dibagi dengan total asset menunjukkan nilai t hitung sebesar
1,943 dengan signifikansi sebesar 0,055. Nilai t tabel yang
diperoleh sebesar 1,98. Oleh karena itu nilai t hitung < t tabel
yaitu 1,943 < 1,98 dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu 0,055 >
0,05. Hal ini berarti variabel profitabilitas secara parsial tidak
berpengaruh terhadap fee audit. Dengan demikian bahwa
hipotesis yang diajukan ditolak. Hasil penelitian tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hassan & Nasser
(2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas klien
berpengaruh positif terhadap besar fee audit.
3. Pengaruh dewan komisaris dalam penentuan fee audit.
Variabel dewan komisaris yang diproksikan dengan jumlah
anggota seluruh dewan komisaris perusahaan menunjukkan
nilai t hitung sebesar 1,194 dengan signifikansi sebesar 0,236.
Nilai t tabel yang diperoleh sebesar 1,98. Oleh karena itu nilai t
yaitu 0,236 > 0,05. Hal ini berarti variabel dewan komisaris
secara parsial tidak berpengaruh terhadap fee audit. Dengan
demikian bahwa hipotesis yang diajukan ditolak. Hasil
penelitian tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Nugrahani (2013) yang menyatakan bahwa dewan komisaris
berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit.
4. Pengaruh ukuran klien dalam penentuan fee audit.
Variabel ukuran klien yang diproksikan dengan logaritma
natural dari total asset menunjukkan nilai t hitung sebesar 9,885
dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai t tabel yang diperoleh
sebesar 1,98. Oleh karena itu nilai t hitung > t tabel yaitu 9,885
> 1,98 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini
berarti variabel ukuran klien secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap fee audit. Dengan demikian bahwa
hipotesis yang diajukan diterima. Hasil penelitian mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Simunic (1980) yang
menjelaskan bahwa ukuran klien berpengaruh positif terhadap
fee audit.
5. Pengaruh komite audit, profitabilitas, dewan komisaris dan
ukuran klien dalam penentuan fee audit.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai
F tabel sebesar 2,479 dan nilai F hitung sebesar 37,567 dengan
hitung > F tabel (37,567 > 2,467) dan tingkat signifikansi lebih
kecil ( 0,000<0,05), hal ini berarti dapat dikatakan bahwa
variabel independen yaitu komite audit, profitabilitas, dewan
komisaris dan ukuran klien berpengaruh secara bersama–sama
atau secara simultan dalam mempengaruhi variabel dependen
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dijabarkan sebelumnya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh komite audit, profitabilitas, dewan komisaris, dan ukuran klien
dalam penentuan fee audit. Analisis dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi berganda dengan program Stantistical Package for Social
Science (SPSS) Ver. 21. Data sampel perusahaan sebanyak 90 pengamatan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tahun 2012-2014.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi simultan (uji F) di atas maka
kesimpulannya adalah diperoleh hasil bahwa nilai F tabel sebesar
2,479 dan nilai F hitung sebesar 37,567 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.000 atau dengan kata lain F hitung > F tabel (37,567 > 2,467)
dan tingkat signifikansi lebih kecil ( 0,000<0,05), hal ini berarti dapat
dikatakan bahwa variabel independen yaitu komite audit, profitabilitas,
dewan komisaris dan ukuran klien berpengaruh secara bersama–sama
atau secara simultan dalam mempengaruhi variabel dependen yaitu fee
audit.
2. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi parsial (uji t) di atas diperoleh
a. Variabel Komite audit yang diproksikan dengan jumlah
anggota seluruh komite audit perusahaan secara parsial tidak
berpengaruh terhadap fee audit. Dengan demikian bahwa
hipotesis yang diajukan ditolak.
b. Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan laba bersih
dibagi dengan total asset secara parsial tidak berpengaruh
terhadap fee audit. Dengan demikian bahwa hipotesis yang
diajukan ditolak.
c. Variabel dewan komisaris yang diproksikan dengan jumlah
anggota seluruh dewan komisaris perusahaan secara parsial
tidak berpengaruh terhadap fee audit. Dengan demikian bahwa
hipotesis yang diajukan ditolak.
d. Variabel ukuran klien yang diproksikan dengan logaritma
natural dari total asset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap fee audit. Dengan demikian bahwa hipotesis yang
diajukan diterima.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang memerlukan perbaikan oleh
peneliti selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah:
1. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dibatasi pada 4
variabel yang terdiri dari komite audit, profitabilitas, dewan komisaris,
penelitian. Contohnya anak perusahaan, tipe kepemilikan perusahaan,
ukuran KAP, manajemen laba dll.
2. Terbatasnya data tentang fee audit di Indonesia karena masih berupa
voluntary disclosure, maka dalam penelitian ini menggunaan proksi data professional fees untuk memberikan nilai pada variabel fee
auditor eksternal.
3. Sampel penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014.
5.3 Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperpanjang periode penelitian
misalnya selama jangka waktu 5 atau 6 tahun.
2. Pengukuran terhadap variabel fee audit pada penelitian mendatang
sebaiknya menggunakan perusahan-perusahaan yang mencantumkan data
tentang fee audit daripada data mengenai professional fees dalam laporan
keuangannya sehingga lebih menggambarkan fee audit.
3. Penelitian mendatang diharapkan dapat mengembangkan model penelitian
dengan penambahan variabel penelitian lain seperti koneksi politik, dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Komite Audit
Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di
Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New
York Stock Exchange (NYSE) mulai mewajibkan keberadaan komite audit sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak negara yang membuat
ketentuan mengenai komite audit. Sejalan dengan kecenderungan
internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di
Indonesia melalui Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan
pada bulan Mei 2002 (Toha, 2004).
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam
Nomor SE- 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri
BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri
dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan
dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan
memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG (2006),
jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan
dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.
Dalam pelakasanaan tugasnya, komite audit mempunyai fungsi
membantu dewan komisaris untuk (1) meningkatkan kualitas laporan
mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan
perusahaan, (3) meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI)
maupun eksternal audit, serta (4) mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian dewan komisaris atau pengawasan.
Tujuan dibentuknya komite audit meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Penyusunan Laporan Keuangan
Meskipun direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab terutama
atas penyusunan laporan keuangan dan auditor eksternal bertanggung
jawab atau audit eksternal laporan keuangan, komite audit
melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan
laporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal.
b. Manajemen Risiko dan Kontrol
Meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggung jawab
atas manajemen risiko dan kontrol, komite audit memberikan
pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol.
c. Corporate Governance
Meskipun direksi dan dewan komisaris yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan corporate governance, namun komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan
2.1.2 Profitabilitas
Profitabilitas klien terkait dengan efisiensi penggunaan asset dan
sumber daya lain oleh perusahaan dalam operasinya. Joshi dan Al-Bastaki
(2000) mengemukakan bahwa penggunaan sumber daya yang efisiem
menghasilkan pengembalian asset yang tinggi.
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi pula, hal ini
disebabkan karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi
memerlukan pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya,
oleh karena itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pelaksanaan auditnya. Karena itu akan mengakibtkan peningkatan besar
audit fee. Dan tergambar di dalam Professional Fee.
Profitabilitas auditee merupakan variabel yang penting dalam
menentukan audit fees dan dianggap sebagai cerminan dari kinerja
manajemen (Kikhia, 2014 : 44). Profitabilitas auditee dapat diidentifikasi
melalui informasi laporan keuangan.
Pengujian audit memerlukan waktu yang lebih lama. Joshi dan
Al-Bastaki (2000 : 132) menyatakan bahwa penggunaan sumber daya yang
efisien menghasilkan pengembalian yang tinggi dari aset tersebut. Dalam
penelitian ini, profitabilitas diproksikan dengan tingkat pengembalian atas
aktiva (ROA) yang dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan
2.1.3 Dewan Komisaris
Berkenaan dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat
dua sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum yang
berbeda, yaitu Anglo Saxon dan Kontinental Eropa. Sistem Hukum Anglo
Saxon mempunyai Sistem Satu Tingkat atau One Tier System. Di sini perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya
merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur
eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dangan prinsip paruh
waktu (non direktur eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini
diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya.
Negara-negara dengan One Tier System misalnya Amerika Serikat dan Inggris.
Sistem Hukum Kontinental Eropa mempunyai Sistem Dua Tingkat
atau Two Tiers System. Di sini perusahaan mempunyai dua badan terpisah,
yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan
direksi). Dewan direksi bertugas untuk mengelola dan mewakili
perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris.
Dalam sistem ini, anggota dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat
diganti oleh badan pengawas (dewan komisaris). Dewan komisaris tidak
boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh
mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan pihak ketiga.
Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Negara-negara dengan Two Tiers System
Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan
Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam
perusahaan.
Dewan komisaris dan dewan direksi yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing
sebagaimana yang dituang dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan (fiduciary responsibility). Fungsi pengambilan
kebijakan dijalankan oleh dewan direksi, sedangkan fungsi pengawasan
dijalankan oleh dewan komisaris. Keduanya memiliki tanggung jawab
untuk memelihara kesinambungan usaha bagi perusahaan dalam jangka
panjang. Oleh karena itu, dewan komisaris dan direksi harus memiliki
kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.
Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada direksi. Disebutkan juga dalam Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-Mbu/2002
Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) pasal 9 menyebutkan bahwa dewan
komisaris mempunyai fungsi, antara lain:
1. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris/Dewan Pengawas harus
mematuhi anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan
2. Komisaris/Dewan Pengawas bertanggung jawab dan berwenang
mengawasi tindakan Direksi dan memberikan nasehat kepada
Direksi jika dipandang perlu oleh Komisaris/Dewan Pengawas.
3. Komisaris/Dewan Pengawas harus memantau efektifitas praktek
good corporate governance yang diterapkan BUMN.
Komposisi dewan komisaris ditetapkan paling sedikit 20% merupakan
anggota dewan komisaris/dewan pengawas indepanden yang ditetapkan dalam
keputusan pengangkatannya. Dewan komisaris merupakam majelis dan setiap
anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan
berdasarkan keputusan dewan komisaris.
Chandra (2006) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, Dewan
Komisaris dapat membentuk berbagai komite yang membantu fungsi Dewan
Komisaris agar berjalan secara lebih efektif. Selanjutnya, Chandra (2006)
menyebutkan komite yang dapat dibentuk, antara lain:
1. Komite audit memastikan terselenggaranya efektifitas dari
pengendalian intern, pelaksanaan tugas eksternal auditor dan
internal auditor.
2. Komite Nominasi yang menyusun kriteria seleksi dan prosedur
nominasi anggota Komisaris dan Direksi dan eksektutif lainnya,
merancang sistem penilaian, dan memberikan rekomendasi tentang
jumlah direksi dan komisaris.
3. Komite Remunerasi yang menetapkan arahan dalam penyusunan
penilaian sistem remunerasi, pemberian saham, sistem pensiun dan
kompensasi dalam kasus pengurangan pegawai.
4. Komite Asuransi dan Resiko Usaha yang melakukan penilaian
berkala dan pemberian rekomendasi resiko usaha dan jenis serta
jumlah asuransi. Mengenai komposisi atau jumlah dewan direksi,
dalam pedoman Good Corporate Governance tidak dinyatakan
secara kuantitatif, jumlah anggota direksi harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas
dalam pengambilan keputusan. UUPT menyebutkan Dewan direksi
diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.
Keberadaan komisaris independen telah diatur melalui peraturan BEI
tanggal 1 Juli 2000. Dinyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa
harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama
dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas. Dalam
peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah
tiga puluh persen dari seluruh anggota dewan komisaris.
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan
fungsi pengawasan agar tercipta perusahaan yang memiliki good
corporate governance. Komisaris independen merupakan bagian dari dewan komisaris selain komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud
terafiliasi adalah