• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) Terhadap Tikus yang Diinduksi λ-Karagenan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) Terhadap Tikus yang Diinduksi λ-Karagenan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 3. Gambar Sampel Penelitian

a

b c

(4)

Lampiran 4. Bahan uji efek antiinflamasi

a. b. c.

d. e. f.

g. h.

Keterangan : a. Ekstrak etanol rimpang temu giring

b. Suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5 %

c.Suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 5 mg/kg bb d. Suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 25 mg/kg bb e. Suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 125 mg/kg bb f. Suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 625 mg/kg bb g. Larutan λ-karagenan 1%

(5)
(6)

Lampiran 6. Hewan Percobaan

a

b c

Keterangan : a. Tikus di Puasakan

b. Tikus Sebelum Perlakuan

(7)

Lampiran 7. Konversi dosis.

Tabel konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia (Darmono, 2011).

(8)

Lampiran 8.Contoh perhitungan dosis Kontrol positif (natrium diklofenak)

Pemakaian untuk manusia 25-50 mg (Tjay dan Rahardja, 2007). Konversi dari manusia (70 kg) untuk tikus 200 g = 0,018

= 25 mg x 0,018 = 0,45 mg/200 g = 0,45 mg x 1000

200 kg = 2,25 mg/kg bb Diketahui: Berat tikus = 200 g

Dosis = 2,25 mg/kg bb x 200 � 1000

= 0,45 mg Konsentrasi larutan obat = 25 mg / 10 ml

= 2,5 mg/ml

Volume pemberian = 0,45 mg / 2,5 mg/ml =0,18 ml

(9)

Lampiran 9. ContohPerhitungan persen radang

Persen radang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: Persen radang = ��−�0

�0 ×100 % dimana :

Vt= Volume udem kaki pada waktu t Vo= Volume awal kaki tikus

Persen radang CMC 0,5 %

Persen radang menit ke-30 = Vt−V0

V0 x 100%

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3

= 5,32−3,38

3,38 x 100% =

5,01−3,69

3,69 x 100% =

5,06−3,42

3,42 x 100%

= 57,40% = 35,77% = 47,95%

Tikus 4 Tikus 5

= 4,25−2,57

2,57 x 100% =

4,30−2,37

2,37 x 100%

= 65,36% = 81,43%

Persen rata-rata radang = 57,40+35,77+47,95+65,36+81,43

5

(10)

Lampiran 10.Contoh Perhitungan persen inhibisi radang dihitung dengan rumus dibawah ini:

Persen inhibisi radang = �−�

×100 %

dimana :

a= Persen radang rata-rata kelompok kontrol negatif

b= Persen radang rata-rata kelompok bahan uji dan kontrol positif Persen inhibisi radang EERTG dosis 5 mg/kg bb

Persen inhibisi radang menit ke-30 = a−b

a x 100% = 57,5%−53,64%

(11)

Lampiran 11.Hasil perhitungan analisis variansi efek antiinflamasi suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring terhadap kaki tikus

Menit ke-30

Within Groups 11037.892 24 459.912

Total 15183.077 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(12)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 9824.139 24 409.339

Total 15469.357 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(13)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 10121.181 24 421.716

Total 17607.736 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives

persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(14)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 11592.222 24 483.009

Total 20717.457 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives

persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(15)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 14330.133 24 597.089

Total 25270.085 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(16)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 13386.773 24 557.782

Total 27929.616 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives

persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(17)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 14030.493 24 584.604

Total 29931.341 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Deviation Std. Error

(18)

Lampiran 11. Lanjutan

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval Within Groups 12862.385 24 535.933

Total 28781.562 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(19)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 11777.801 24 490.742

Total 28449.650 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives

persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(20)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 9047.967 24 376.999

Total 27711.070 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives

persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(21)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 9667.982 24 402.833

Total 30227.236 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives

persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(22)

Lampiran 11. Lanjutan Within Groups 8183.932 24 340.997

Total 27551.598 29

persentasi radang

Duncana

dosis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Descriptives

persentasi radang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

(23)

Lampiran 12.Alat pletismometerdigital UGO basile cat No.7140

Keterangan : 1. Klem 2. Reservoir 3. Statif 4. Layar 5. Sel

6. Saluran air masuk 7. Pedal

1 2

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, G.D. (1995). Respon Tubuh Terhadap Cedera.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta: Buku kedokteran EGC. Halaman 36-43.

Aggarwal, B.B., Sundaram, C., dan Malani, N. (2007). Curcumin: The Indian Solid Gold. Journal Sciences Vacte5(1): 332.

Athiyah, (2012). Pengaruh Pemberian Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Daya Antiinflamasi Natrium diklofenak Pada Tikus. Skripsi.Surakarta: Fakultas Farmasi UMS.Halaman 21-27. Darmono, D. (2011). Buku Ajar Farmakologi Eksperimental. Jakarta: UI Press.

Halaman 3-5.

Daryono, N. (2011). Tanaman Herbal. Dalam httt://www.tanama-herbal-mujarab.Diakses tanggal 01 Februari 2016.

Depkes, RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 15.

Depkes, RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak TumbuhanObat. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-11.

Depkes, RI. (2009). Suplemen I Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1403-1405.

Depkes, RI. dan Kessos RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 105-106. Ditjen, POM. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Halaman169-171.

Endro, (2011). FARMAKOLOGI. Obat-obat Penting Dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi Dan Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Halaman 167-181.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 4-6.

Harefa, H.S. (2015). Aktivitas Anti Oksidan Ekstrak Etanol Etil Asetat Rimpang Temu Giring Dengan Metode DPPH. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Halaman 11-12.

(25)

Kesuma, T. (2009). UjiEfek Antiinflamasi Sediaan Topikal Ekstrak Etanol dan Etil asetat Rimpang Tumbuhan Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Mencit. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.Halaman 25-26. Kristina, N.N., Noveriza, R., Syahid, S.F., dan Rizal, M. (2006). Peluang

Peningkatan Kadar Kurkumin Pada Tanaman Kunyit dan Temulawak. Jakarta: Dalam Februari 2016.

Mozayani, A. (2012). Buku Ajar Interaksi Obat. Pedoman Klinis dan Forensik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 301-311.

Mursito, B. (2003). Ramuan Tradisional Untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman. 82-83.

Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 404-413.

National Agency of Drug and Food Control The Republic of Indonesia. (2004). Monograph of Indonesian Medisinal Plant Extracts.Volume 1. Jakarta: NADFC RI. Halaman. 29 – 31.

Novianto, D.K., Dinarianasari, Y., dan Prasetyanigrum, A. (2013). Pemanfaatan Membran Mikrofitrasi Untuk Pembuatan Refined Carrageenan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.Volume 2(3). Halaman 109-114.

Parmar, N.S., dan Prakash, S. (2006). Screening Metods in Pharmacology. Ahmecladab: Alpha Science International. Halaman 294.

Patimah, R. (2010). Efek Antiinflamasi Infusa Rimpang Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria/Berg/Roscoe) Pada Tikus Jantan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi UMS.Halaman 15.

Retnaningrum, (2015). Flora dan Fauna. Temu Giring Bahan Kecantikan Ala Jawa. Dalam http://www.satu harapan.com/temu-giring-bahan-kecantikan-ala-jawa/.Diakses tanggal 01 Februari 2016.

Robbins, S.L., Kumar, V. dan Cotran, R.S. (1992). Buku Ajar Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Volume 7(1): 35-37, 50-53.

(26)

Saida, T.R. (2009). UjiEfek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Kunyit Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.Halaman 46.

Sudiono, J. (2003). Ilmu Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 81-93.

Tellez, M.R., Arguelles, F., Herrerias, J.M., Ledro, Jr.D., dan Esteban, J. (2001). Antiinflamatory Agents Less Dangarous for Gastrointestinal Tract.Curent Pharmaceutical Design (7): 951-976.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting (Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Samping). Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 327-330.

Tjitrosoepomo, G. (2010). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 441-445.

Wijayakusuma,H.M. (2005). Sehat Bersama Temu Giring. Dalam

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Pengujian ekstrak etanol rimpang temu giring terhadap efek antiinflamasi menggunakan metode paw edemadengan menggunakan alat pletismometer digital (Ugo Basile Cat No. 7140) dengan prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes (Parmar dan Prakash, 2006).

Hasil yang diperoleh diolah homogenitas variannya dengan uji Kolmogorof-Smirnov, Analisis Variansi (ANAVA) satu arah dengan taraf

kepercayaan 95%, dilanjutkan uji beda rata-rata Duncan. Analisis data dikerjakan dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17 untuk menyatakan signifikan atau tidak parameter–parameter yang diuji. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

(28)

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol rimpang temu giring (Curcuma heyneanaVal & Zijp), natrium diklofenak, natrium karboksi metil selulosa, λ-karagenan (Sigma Aldrich), larutan natrium klorida 0,9%, air suling untuk injeksi, larutan triton (Ornano imbibente), air suling dantikus jantan.

3.2 Penyiapan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring

Ekstrak etanol rimpang temu giring yang digunakan dalam penelitian ini dari peneliti sebelumnya yaitu Harefa (2015). Pembuatan ekstrak etanol 96% dilakukan dengan cara maserasi.

3.3Penyiapan Bahan Uji, Kontrol Positif dan Kontrol Negatif

Suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring dengan dosis 5; 25; 125;625 mg/kg bb sebagai bahan uji, suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb sebagai kontrol positif dan suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% sebagai kontrol negatif.

3.3.1Pembuatan Suspensi Natrium Karboksi Metil Selulosa 0,5%

Sebanyak 500 mg natrium karboksi metil selulosa ditaburkan merata kedalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 35 ml, didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus hingga terbentuk gel kemudian diencerkan dengan sedikit air suling, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, lalu ditambahkan air suling sampai garis tanda.

3.3.2 Pembuatan Suspensi Natrium Diklofenak

(29)

dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, lalu ditambahkan suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% sampai garis tanda.

3.3.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring

Ditimbang 5 mg,25 mg,125 mg dan 625 mg ekstrak etanol rimpang temu giring. Masing-masing digerus dengan penambahan suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% sampai garis tanda.

3.4 Penyiapan Induktor Radang (λ-Karagenan1%)

Ditimbang sebanyak 100 mgλ-karagenan, lalu dihomogenkan dengan larutan natrium klorida 0,9%, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, lalu dicukupkan dengan larutan natrium klorida 0,9% sampai garis tanda. Kemudian diaktifkan dengan cara diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. 3.5 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus jantan putih galur Wistar dengan berat badan 150-200 g. sebanyak 30 ekor dibagi menjadi 6 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Sebelum pengujian hewan percobaan dirawat dalam kandang dengan ventilasi yang baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan memperlihatkan gerakan yang lincah (Darmono, 2011).

3.6 Prosedur Penggunaan Alat Pletismometer Digital

(30)

Penyiapan larutan pengukur:

Larutan pengukur dibuat dengan cara mencampurkan 2 ml larutan triton (Ornano imbibente) dengan 0,4 gram NaCl dalam labu ukur 1 liter, kemudian ditambahkan dengan air suling hingga 1 liter.

Persiapan alat:

Reservoir pletismometer diisi dengan larutan pengukur. Katup tabung dibuka sampai tabung terisi dengan larutan pengukur sampai tanda berwarna merah. Pletismometer dihidupkan dan di kondisikan selama 3 menit.

3.7 Prosedur Pengujian Inflamasi

Sebelum pengujian dilakukan, tikus dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi air minum secukupnya. Tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif diberikan suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5%, kelompok bahan uji empat dosis masing-masing diberikan suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring, dan kelompok kontrol positif diberikan suspensi natrium diklofenak.

Pada hari pengujian, masing-masing tikus ditimbang dan diberi tanda pada kaki belakang sebelah kanan. Selanjutnya kaki tersebut dimasukkan kedalam sel yang berisi larutan pengukur yang telah dipersiapkan sebelumnya sampai larutan naik pada garis batas, pedal kemudian ditahan, dicatat angka pada monitor sebagai volume awal(V0) yaitu volume kaki sebelum diberi obat dan diinduksi dengan larutan λ-karagenan.

(31)

bb(kelompok bahan uji) dansebanyak 0,1 mlsuspensi natrium diklofenakdosis 2,25 mg/g bb (kelompok kontrol positif).

Setelah 60 menit perlakuan, masing-masing hewan diinduksi denganlarutan λ-karagenan 1% sebanyak 0,05 ml diberikan secara intraplantar pada telapak kaki tikus. Setelah 30 menit, dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki tikus kedalam sel pletismometer yang berisi larutan pengukursampai batas, dan pedal ditahan, dicatat angka pada monitor. Perubahan volume tiap waktu pengamatan dicatat sebagai volume udem kaki tikus (Vt). Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit. Setiap pengukuran, larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda merah sel dan pada menu utama ditekan tombol 0. 3.8 Perhitungan Persen Radang

Volume radang adalah selisih volume udem kaki tikus setelah dan sebelum disuntikanlarutan λ-karagenan.

Persen radang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: Persen radang = ��−�0

�0 ×100%

dimana :

Vt : Volume udem kaki pada waktu t Vo : Volumeawal kaki tikus

Persen penghambatan (inhibisi)radang dihitung dengan rumus dibawah ini: Persen inhibisi radang = �−�

×100 %

(32)

3.9 Analisis Data

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitiaan ini digunakan ekstrak etanol rimpang temu giring yang sama dengan ekstrakyang digunakan Harefa (2015). Pada penelitian yang berjudul “Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val& Zijp) dengan metode DPPH”. Oleh karena itu, skrining fitokimia simplisia,pemeriksaan karakteristik simplisiadan pembuatan ekstrak tidak dilakukan lagi.Hasil skrining fitokimia yang diperoleh ekstrak etanol mengandung senyawa golongan glikosida, flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid. Hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak diperoleh kadar air 3,97%, kadar abu total 0,42% dan kadar abu tidak larut asam 0,10%.

Data yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan analisis variansi menggunakan program SPSS 17. Analisis dilakukan terhadap hasil perubahan volume udem kaki tikus dimulai dari menit ke-30 hingga menit ke-360 setelah penyuntikanlarutan λ-karagenan secara intraplantar pada kaki tikus. Rangsangan dari larutan λ-karagenan menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan gangguan fungsi. Dalam penelitian ini berfokus terhadap adanya reaksi radang berupa bengkak.

4.1 Hasil Analisa Persen Radang Kaki Tikus

(34)

Tabel 4.1 Persen radang rata-rata kaki tikus. Kelompok

percobaan

Persen radang kaki tikus ± SE pada menit ke-

(35)

Berdasarkan hasil perhitungan persen radang rata-rata kaki tikus menunjukkan kelompok percobaan yang diberi suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5%,suspensi EERTG dosis 5; 25; 125 dan 625 mg/kg bbdan suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bbpada menit ke-30 hingga menit ke-150 mengalami peningkatan persen radang.Pada menit ke-150 yang memiliki persen radang terbesar yaitu kelompok percobaan yang diberi suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% (87,77%) danyang memiliki persen radang terkecil yaitu kelompok percobaan yang diberi suspensiEERTG dosis 625 mg/kg bb (38,12%).

Pada menit ke-180 hingga menit ke-210 kelompok percobaan yang diberi suspensi karboksi metil selulosa0,5% dan suspensi EERTG dosis 5 mg/kg bb masih mengalami peningkatan persen radang sedangkan kelompok percobaan yang diberi suspensi EERTG dosis 25; 125 dan 625 mg/kg bb dan suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb sudah mengalami penurunan persen radang.

(36)

Gambar 4.1 Persen radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan.

Pelepasan mediator inflamasi berperan untuk mendilatasi pembuluh darah menyebabkan kemerahan dan mengumpulkan sel darah putih ke lokasi yang tepat sehingga menyebabkan bengkak. Oleh sebab itu perlu diberikan senyawa kimia untuk mengurangi respon inflamasi tersebut. Dalam penelitian ini diberi senyawa golongan glikosida, flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid kandungan dari EERTG.

Na CMC 0,5% EERTG 5mg

(37)

4.2 Hasil Analisa Persen Inhibisi Radang Kaki Tikus

Efek antiinflamasi dapat dilihat dari besarnya persen inhibisi radang rata-rata tiap waktu pengamatan.Hasil perhitungan inhibisi radang rata-rata-rata-rata kaki tikus dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus. Waktu

(38)

dosis 25 mg/kg bb (18,71%) dan kelompok yang diberi suspensi EERTG dosis 5 mg/kg bb (13,18%).

Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus mulai menit ke-90 sampai menit ke-360 lebih tinggi pada kelompok percobaan yang diberi suspensi EERTG dosis 625 mg/kg bb. Pada menit ke-360 kelompok percobaan yangdiberi suspensi EERTG dosis 625 mg/kg bb mengalamiinhibisi radang 81,56%, diikuti kelompok yang diberi suspensi EERTG dosis 125 mg/kg bb 81,45%, kelompok yang diberi suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb 67,51%, kelompok yang diberi suspensi EERTG dosis 25 mg/kg bb (37,03%) dan kelompok yang diberi suspensi EERTG dosis 5 mg/kg bb (12,36%).

(39)

Gambar 4.2 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan Uji beda rata-rata Duncan digunakan untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil hingga efek terbesar antara yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh susunan kelompok yang berbeda dilakukan dengan uji Duncan, uji beda rata-rata>0,05 menunjukkan bahwa antar kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dan sebaliknya bila uji beda rata-rata <0,05 menunjukkan berbeda nyata terhadap semua.

Dalam penelitian ini dilakukan ujiDuncankelompok bahan uji (EERTG 5; 0

EERTG 5mg EERTG 25mg EERTG 125mg

EERTG 625mg Na diklofenak

(40)

dikofenak2,25 mg/kg bb) dan terhadap kelompok kontrol negatif (natrium karboksi metil selulosa 0,5%).

Uji Duncanmenit ke-30 menunjukkan suspensi EERTG 5; 25; 125 dan 625 mg/kg bbtidak berbeda nyata dengan natrium dikofenak 2,25 mg/kg bbdan dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan menit ke-60 menunjukkan suspensi EERTG 5; 25; 125 dan625 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan natrium dikofenak 2,25 mg/kg bbdan EERTG 125 dan 625 mg/kg bb berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan menit ke-90 hingga ke-150 menunjukkan suspensi EERTG 25; 125 dan 625 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan natrium dikofenak 2,25 mg/kg bbdan EERTG 125 dan 625 mg/kg bb berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan menit ke-180 hingga ke-240 menunjukkan suspensi EERTG 125 dan 625 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan natrium dikofenak 2,25 mg/kg bbdan berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan menit ke-270 hingga ke-360 menunjukkan suspensi EERTG 25; 125 dan 625 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan natrium dikofenak 2,25 mg/kg bbdan berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

(41)

Rimpang temu giring mengandung senyawa yang berkhasiat obat yaitu kurkuminoid, terdiri atas kurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Senyawa kurkumin yang terkandung pada rimpang temu giring sekitar 0,98 – 3,21% (Windono, 2007).

Target utama dari steroid yang terkandung dalam ekstrak etanol rimpang temu giring sebagai antiinflamasi adalah menghambat aktivitas enzim fosfolipase A2.Mekanisme penghambatan radang steroid dalam temu giring diduga sama dengan obat antiinflamasi golongan steroida.Obat inibekerja menghambat sintesis prostaglandin dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid yang berada pada membran sel tidak dapat diubah menjadi asam arakidonat. Akibatnya prostaglandin tidak akan terbentuk dan efek inflamasi tidak terbentuk (Tjay dan Rahardja, 2007).

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapatdisimpulkan:

a. Ekstrak etanol rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) dosis 25 mg/kg bb mulai memberikan efek antiinflamasi pada menit ke-270,125 dan 625 mg/kg bb mulai memberikan efek antiinflamasi pada menit ke-60 terhadap kaki tikus yang diinduksi λ-karagenan.

b. Ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 125 dan 625 mg/kg bb memiliki efek antiinflamasiyangsama dengan natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb. 5.2 Saran

(43)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi habitat, morfologi, sistematika, nama daerah, nama asing, kandungan kimia dan manfaat dari rimpang temu giring.

2.1.1 Habitat

Temu giring merupakan tumbuhan semak, semusim, tegak dan tinggi ±1 meter (Depkes dan kessos, RI., 2001). Tanaman ini tumbuh pada daerah hingga ketinggian 500-750 m di atas permukaan laut. Temu giring dijumpai sebagai tanaman liar di hutan jati atau di halaman rumah, terutama di tempat yang teduh. Perbanyakan dilakukan dengan stek rimpang induk atau rimpang cabang yang bertunas (Retnaningrum, 2015).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

(44)

2.1.3 Sistematika tumbuhan

Berdasarkan taksonomi tumbuhan temu giring diklasifikasikan sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 2010):

Divisi : Spermatophyta Sub divisi: Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma heyneana 2.1.4 Nama daerah

Di Indonesia, tumbuhan ini umumnya di kenal dengan sebutantemu giring.Nama daerah dari tumbuhan, yaituJawatemu giring (Ditjen, POM., 1989), Bali temu poh (Daryono, 2011).

2.1.5 Nama asing

Inggris : Pale tumeric 2.1.6 Kandungan kimia

Kandungan kimia rimpang temu giring antara lain minyak atsiri dengan komponen utama 8(17),12-labdadiene-15,16-dial, tanin dan kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksi-kurkumin dan bis-desmetoksi-kurkumin (Ditjen,POM., 1989; NADFC, RI., 2004), minyak atsiri, saponin dan flavonoid (Depkes dan kessos, RI., 2001).

(45)

terdiri dari kurkumin (deferuloil metan), desmetoksi-kurkumin (feruloil-p-hidroksi-sinnamoiletan) dan bis-desmetoksi-kurkumin

(bis-(p-hidroksisinnamoil)-metan) (Aggrawal, dkk., 2007), (Gambar 2.1).

Gambar 2.1Struktur Kurkuminoid (Aggrawal, dkk., 2007)

Keterangan : A = Struktur kurkumin B = Struktur desmetoksi-kurkumin C = Struktur bis-desmetoksi-kurkumin

Kurkumin (C2H20O6) pertama kali diisolasi pada tahun 1815, kemudian

tahun 1910 didapatkan dalam bentuk kristal dan dilarutkan pada tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton (Kristina, dkk., 2006).

(46)

2.1.7 Manfaat

Secara tradisional rimpang temu giring mempunyai beberapa kegunaan antara lain sebagai obat luka (Ditjen, POM., 1989), obat cacing, obat sakit perut, obat pelangsing, memperbaiki warna kulit (Mursito, 2003), obat untuk mengatasi perasaan tidak tenang atau cemas, jantung berdebar-debar, haid tidak teratur, obat rematik, menambah nafsu makan, meningkatkan stamina, menghaluskan kulit, obat jerawat, obat cacar air dan obat batuk (Wijayakusuma, 2006).

2.2 Ekstraksi

Ekstrak yaitu sediaan kering atau kental dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung(Depkes, RI., 1979).

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987). Penarikan zat aktif dari bahan asal (simplisia) dilakukan dengan pelarut yang sesuai. Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat obat. Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, steroid dan lain-lain (Depkes, RI., 2000).

(47)

2.2.1 Cara dingin a. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus disebut maserasikinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan panambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebutremaserasi.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat.

2.2.2 Cara panas a. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat dengan pendingin balik pada temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

b. Digesti

(48)

c. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel. d. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.

e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.3 Inflamasi (Radang)

Inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal kerusakan sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh kerusakan asal. Inflamasi terbagi menjadi dua, yaitu: inflamasi akut dan inflamasi kronik (Robbins, 1992).

2.3.1 Inflamasi akut

Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, hanya beberapa jam atau beberapa hari dan ditandai dengan eksudasi cairan, protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol (Robbins, 1992). 2.3.2 Inflamasi kronik

(49)

2.3.3 Etiologi inflamasi

Inflamasi disebabkan oleh berbagai faktoryaitu rangsang fisik, rangsang kimia dan rangsang mikrobiologi

a. Rangsang fisik

Rangsang fisik yang menyebabkan inflamasi berupa benda asing, tekanan, panas atau dingin berlebihan, listrik, sinar matahari, sinar rontgen dan radiasi. b. Rangsangkimia

Rangsang kimia yang menyebabkan inflamasi berupa asam dan basa kuat, keracunan obat, karagenan dan asam arakidonat.

c. Rangsang mikrobiologi

Rangsang mikrobiologi yang menyebabkan inflamasi berupa kuman patogen, bakteri, parasit dan virus (Sudiono, 2003).

2.3.4 Mekanisme terjadinya inflamasi

Salah satu faktor penyebab terjadinya inflamasi adalah produk yang dihasilkan dari metabolisme asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh ganda dengan 20 atom karbon. Asam arakhidonat dilepaskan oleh fosfolipid melalui fosfolipase sel yang telah diaktifkan oleh rangsang fisik, kimia dan mikrobiologi. Proses metabolisme asam arakhidonat terjadi melalui dua jalur utama, yaitu sikloksigenase dan lipoksigenase (Robbins, 1992).

(50)

(PGH2) oleh peroksidase. Selanjutnya membentuk prostaglandin E2 (PGE2),

PGD2, PGF2α, prostasiklin (PGI2) dan tromboksan A2 (TXA2).PGD2 merupakan

suatu produk sel mast (basofilia jaringan)menyebabkan vasodilatasi. Prostaglandin E2 dan prostasiklin merupakan vasodilatasi yang kuat dan

memperkuat pembentukan edema dengan meningkatkan permeabilitas mediator lain seperti histamin. TXA2 adalah agen agregasi trombosit yang kuat dan

vasokonstriktor. PGI2 adalah suatu vasodilator dan penghambat kuat agregasi

trombosit.

b. Jalur lipoksigenase

Reaksi awal pada jalur ini ialah penambahan gugus hidroperoksi pada asam arakidonat pada karbon 5-oleh enzim lipoksigenase. Derivat 5-hidroperoksi asam arakidonat (5-HPETE) tidak stabil dan direduksi sebagai 5-HETE (enzim utama neutrofil) atau diubah menjadi golongan senyawa yang disebut leukotrin. Leukotrin pertama yang dihasilkan disebut leukotrin A4 (LTA4) yang selanjutnya

akan menjadi LTB4 melalui hidrolisis enzimatik.LTB4merupakan agen kemotaksis

kuat dan menyebabkan agregasineutrofil. Selanjutnya membentuk LTC4dengan

penambahanglutation selanjutnya diubah menjadi leukotrin D4(LTD4) dan

akhirnya leukotrin E4(LTE4).LTC4dan LTE4menyebabkan vasokonstriksi,

(51)

Gambar 2.2Mekanisme terjadinya inflamasi (Robbins, 1992). 2.3.5 Gejala-gejala terjadinya respon inflamasi

Gejala terjadinya inflamasi akut ada 5, yaitu kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor) dan perubahan fungsi (funtio laesa): a. Kemerahan (rubor)

(52)

darah.Keadaan ini dinamakan hiperemia dan menyebabkan kemerahan lokal pada inflamasi akut (Abrams, 1995).

b. Panas (kalor)

Panas terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi inflamasi akut. Panas merupakan reaksi inflamasi(melalui pelepasan pirogen endogen IL-1, IL-6 dan prostaglandin E2) yang terjadi pada permukaan tubuh, yang secara normal

lebih dingin dari 37±0,5o C yang merupakan suhu normal tubuh.Daerah inflamasi pada kulit menjadi lebih panas dari daerah sekitarnya karena lebih banyak darah (suhu 37±0,5oC) yang suplai tubuh ke permukaan daerah cederadaripada ke daerah normal (Abrams, 1995).

c. Nyeri (dolor)

Rasa nyeri adalah reaksi inflamasi yang dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan mediator tertentu misalnya histamine, produk-produk bakteridan kation protein neutrofil dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang (melalui pelepasan mediator prostaglandin dan bradikinin)menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan rasa nyeri(Abrams, 1995).

d. Pembengkakan (tumor)

Gejala yang paling menyolok dari inflamasi akut adalah pembengkakan (tumor).Pelepasan mediator histamin, bradikinin, leukotrien C4,D4,E4,

(53)

dan protein terutama albumin, yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak protein daripada biasanya, yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk kedalam jaringan sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak (Abrams, 1995).

e. Perubahan Fungsi (Fungsio Laesa)

Gangguan fungsi merupakan konsekuensi dari suatu proses inflamasi. Gerakan yang terjadi pada daerah inflamasi, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara reflek akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan (Abrams, 1995).

2.4 Obat Antiinflamasi

Obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat antiinflamasi terbagi menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah golongan obat antiinflamasi steroid. Obat antiinflamasi yang kedua yaitu golongan obat antiinflamasi nonsteroid.

2.4.1 Obat antiinflamasi golongan steroida

(54)

2.4.2 Obat antiinflamasi golongan non steroida

Obat antiinflamasi golongan nonsteroida digunakan untuk pengobatan nyeri, rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan lainnya. Semua obat antiinflamasi nonsteroid mempunyai efek klinis yaitu dengan menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin menyebabkan terjadinya inflamasi. Prostaglandin juga ikut mengatur temperatur tubuh, rasa nyeri, agregasi platelet dan efek lainnya. Waktu paruhnya hanya hitungan menit. Jadi, ketika enzim pembuat prostaglandin dihambat, maka tidak terjadi pengeluaran prostaglandin. Enzim pembuat prostaglandin adalah siklooksigenase. Dua isoform siklooksigenase (COX) telah diketahui. COX-1 terdapat di beberapa jaringan dan bertugas melindungi mukosa lambung. COX-2 terdapat di otak dan ginjal, juga dapat menyebabkan inflamasi. COX-1 terdapat di platelet (Roberts dan Morrow, 2012).

Obat antiinflamasi nonsteroid awal, memiliki cara kerja dengan menghambat semua isoform COX. Kemudian, obat antiinflamasi nonsteroid yang spesifik menghambat COX-2 mulai ada. Obat spesifik penghambat COX-2 dapat mengobati inflamasi tanpa merusak saluran pencernaan dan mengubah fungsi platelet. Contoh dari obat ini adalah rofekoksib dan selekoksib (Roberts dan Morrow, 2012).

Secara kimiawi, penggolongan obat antiinflamasi nonsteroida ini dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu (Tjay dan Rahardja, 2007) :

a. Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal

b. Asetat : natrium diklofenak, indometasin dan sulindak

(55)

e. Pirazolon : oksifenilbutazon dan azapropazon

f. Lainnya : mefenaminat, nabumeton, benzidamin dan bufexamac 2.4.3 Natrium Diklofenak

Derivat fenilasetat ini (1974) termasuk non steroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) yang terkuat daya anti radangnya dengan efek samping yang kurang kuat dibandingkan dengan obat lainnya (piroksikam dan indometasin). Dosis secara oral tiga kali sehari 25-50 mg.Diklofenak diabsorpsi dengan cepat dan sempurna setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 3 jam (Tjay dan Rahardja, 2007).

Natrium diklofenak merupakan serbuk hablur putih, higroskopik, mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol dan agak sukar larut dalam air dan praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Nama IUPAC natrium diklofenak yaitu Natrium [o(2,6-dikloroanilino)fenil]asetat. Struktur natrium diklofenak dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3Struktur natrium diklofenak (Depkes, RI., 2009) 2.5Induktor Radang

(56)

menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya. Sumber karagenan untuk daerah tropis yaitu species

Eucheuma cottoni menghasilkan kappa karagenan, species Spinosum

menghasilkan iota karagenan, species Gigartima mamilosa menghasilkan lambda karagenan. Struktur karagenan dapat dilihat pada Gambar 2.4

(57)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Inflamasi adalah respon perlindungan normal tubuh terhadap cedera jaringan yang disebabkan trauma fisik, bahan kimia berbahaya dan agen mikrobiologi(Mycek, 2001). Inflamasi disebut juga dengan peradangan, merupakan respon biologis berupa reaksi vaskuler yang menimbulkan penyaluran cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah menuju ke jaringan-jaringan interstisial di daerah cedera. Inflamasi dibagi dua yaitu akut dan kronis. Inflamasi akut merupakan respon terhadap rangsangan berbahaya, berlangsung dalam beberapa hari dengan pelepasan mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, prostaglandin, leukotriendan bradikinin. Tanda klasik pada proses peradangan akut yaitu kemerahan, sakit atau nyeri, pembengkakan dan perubahan fungsi. Inflamasi kronis merupakan respon terhadap rangsangan berbahaya, berlangsung dalam beberapa bulan bahkan menahun dengan pelepasan mediator inflamasi seperti interleukin, interferon , neuropeptida dan sitokin (Endro, 2011).

(58)

klinis(Tellez, 2001).Diklofenak merupakan salah satu dari NSAIDs, memiliki efek samping gangguan lambung, perdarahandan sejumlah kecil ulkus peptik. Obat ini lebih sering dihubungkan dengan peningkatan kadar aminotransferase plasma daripada obat antiinflamasi non steroid lainnya (Mozayani, 2012).Oleh karena itu penelitian ilmiah untuk mendapatkan pengobatan yang lebih aman terus dikembangkan, salah satunya dengan mengembangkan pemanfaatan tanaman obat.

Temu giring dikenal dengan sukuZingiberaceae. Temu giring memiliki kandungan kimia yaitu minyak atsiri, tannin dan kurkuminoid (Ditjen, POM., 1989). Temu giring merupakan salah satu alternatif tanaman obat-obatan tradisional berupa jamu. Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan yaitu rimpangnya yang mempunyai ciri khusus memanjang serta menyempit pada ujung. Daunnya berwarna hijau pucat serta bunganyaberwarna merah pada bagian pinggir mahkota daun (Hayati, 2003).

(59)

atsiri (oleoresin) yang terdapat pada jahe merah merupakan senyawa aktif yang berpotensi sebagai antiinflamasi (Depkes, RI., 2000).

Berdasarkan adanya kesamaan kandungan kimia dalam satu marga dan suku dengan rimpang temu giring yang berkhasiat sebagai antiinflamasi mendorong peneliti untuk melakukan uji efek antiinflamasi ekstrak etanol rimpang temu giring (EERTG) terhadap tikus jantan yang di induksi larutan λ -karagenan dengan metode paw edema, kontrol positif yaitu natrium diklofenak. 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian adalah: a. apakah EERTG dapat menghambat radang buatan pada kaki tikus yang

diinduksi dengan larutan λ-karagenan ?

b. apakah EERTG memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan permasalahan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

a. EERTG dapat menghambat radang buatan pada kaki tikus yang diinduksi dengan larutan λ-karagenan.

b. EERTG memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak. 1.4Tujuan

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(60)

1.5Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat membuktikan kebenaran mengenai efek antiinflamasi dari ekstrak etanol rimpang temu giringsehingga dapat dianjurkan pemakaiannya kepada masyarakat dan menambah inventaris tanaman obat Indonesia.

1.6Kerangka Konsep Penelitian

(61)

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Suspensi EERTG

dosis 5 mg/kg bb Suspensi EERTG dosis 25 mg/kg bb Suspensi EERTG dosis 125 mg/kg bb Suspensi EERTG dosis 625 mg/kg bb Suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb

Suspensi natrium karboksi metil selulosa konsentrasi 0,5%

Tikus sehat Efekantiinflamasi

λ-karagenan 1%

(62)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val & Zijp) TERHADAP TIKUS YANG

DIINDUKSI

λ

-KARAGENAN

ABSTRAK

Inflamasi adalah respon perlindungan normal tubuh terhadap cedera jaringan yang disebabkan trauma fisik, bahan kimia berbahaya dan agen mikrobiologi. Penghambatan radang menggunakan obat sintesis seperti natrium diklofenak memiliki efek samping gangguan gastrointestinal, perdarahan, dan ulkus peptik. Temu giring memiliki kandungan kimia yaitu minyak atsiri, steroid dan kurkuminoid yang diduga berkhasiat sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan membuktikan apakah ekstrak etanol rimpang temu giring berkhasiat

sebagai antiinflamasi pada tikus dengan penginduksi λ-karagenan.

Pengujian ekstrak etanol rimpang temu giring terhadap efek antiinflamasi menggunakan metode paw edema dengan menggunakan alat pletismometer digital dengan prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes. Tikus diberikan ekstrak etanol rimpang temu giring secara oral dengan 4 dosis yaitu dosis 5; 25; 125 dan 625 mg/kg bb, natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb sebagai kontrol positif dan natrium karboksi metil selulosa 0,5% sebagai kontrol negatif. Setelah

satu jam pemberian bahan uji, tikus diinduksi dengan larutan λ-karagenan secara intraplantar, lalu diukur volume radang kaki tikus tiap 30 menit selama 360 menit.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan mulai menit ke-60 ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 125 dan 625 mg/kg bb memiliki persen radang (36,15% dan 31,81%) yang berbeda signifikan (P < 0,05) dengan natrium karboksi metil 0,5% dan mulai menit ke-270 sampai menit ke

-360 ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 25; 125 dan 625 mg/kg bb memiliki

persen radang (56,29%; 32,43% dan 24,33%) yang berbeda signifikan (P < 0,05) dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%. Mulai menit ke-60 sampai menit ke-360 ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 125 dan 625 mg/kg bb memiliki kemampuan menginhibisi radang (45,92% dan 52,42%) yang tidak berbeda signifikan (P > 0,05) dengan natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb.

Dengan demikian disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) dosis 25 mg/kg bb mulai memberikan efek antiinflamasi pada menit ke-270, dosis 125 dan 625 mg/kg bb mulai memberikan efek antiinflamasi pada menit ke-60 terhadap tikus yang diinduksi λ-karagenan. Dosis 125 dan 625 mg/kg bb memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb.

(63)

THE ASSAY ANTIINFLAMATORY EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF TEMU GIRING (Curcuma heyneanaVal & Zijp) RHIZOMA IN RATS

INDUCTION WITH

λ

-CARRAGEENAN

ABSTRACT

Inflammation is the body's normal protective response to tissue injury caused by physical trauma, dangerous chemicals or microbiological agents. Inhibition of inflammation using synthetic drugs such as diclofenac sodium have side effects gastrointestinal disorders, bleeding and peptic ulcer. Ethanol extract of temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) rhizoma contains chemicals such as essential oils, steroid and kurkuminoid suspected efficacious as antiinflammatory. This study aims to prove whether the ethanol extract of the temu giring rhizome

efficacious as antiinflammatory in mice with inducers of λ-carrageenan.

Testing of ethanol extract of temu giring rhizome towards the antiinflammatory effect using paw edema method by using digital pletismometer with a measurement principle based on the law of Archimedes. Rats given ethanol extract of temu giring rhizome orally with four doses are doses of 5; 25; 125 and 625 mg/kg bw, diclofenac sodium 2.25 mg/kg bw as a positive control and sodium carboxy methyl cellulosa 0.5% as a negative control. After an hour of

administration of the test substances , rats induced with λ-carrageenan solution in intraplantar, and then measured the volume of inflammation every 30 minute during 360 minute.

Based on the research that has been done shows started in the 60 minute the ethanol extract of temu giring rhizome doses of 125 and 625 mg/kg bw have inflammation percent (36.15% and 31.81%) were significantly different (P < 0.05) with sodium carboxy methyl 0.5% and begins in the 270 to 360 minute the ethanol extract of temu giring rhizome dose of 25; 125 and 625 mg/kg bw have inflammation percent (56.29%, 32.43% and 24.33%) were significantly different (P < 0.05) with sodium carboxy methyl cellulosa 0.5% . Begins in the 60 to 360 minute the ethanol extract of temu giring rhizome doses of 125 and 625 mg/kg bw already indicates inhibition of inflammation (45.92% and 52.42%) were not significantly different (P > 0.05) with diclofenac sodium doses of 2.25 mg .

The researchers concluded that ethanol extract of temu giring rhizome (Curcuma heyneana Val & Zijp) at dose of 25 mg/kg bw began providing antiinflamatory effects began minute 270, doses 125 and 625 mg/kg bw began

(64)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG

TEMU GIRING (Curcuma heyneanaVal & Zijp) TERHADAP

TIKUS YANG DIINDUKSI λ

-KARAGENAN

SKRIPSI

OLEH:

SUCANTYK MANURUNG

NIM 111501166

PROGRAM SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(65)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG

TEMU GIRING (Curcuma heyneanaVal & Zijp) TERHADAP

TIKUS YANG DIINDUKSI λ

-KARAGENAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SUCANTYK MANURUNG

NIM 111501166

(66)

PENGESAHAN SKRIPSI

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG

TEMU GIRING (Curcuma heyneanaVal & Zijp) TERHADAP

TIKUS YANG DIINDUKSI λ

-KARAGENAN

OLEH:

SUCANTYK MANURUNG

NIM 111501166

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 02 Maret 2016 Pembimbing I,

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. NIP 198005202005012006

Panitia Penguji,

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001

Dosen Pembimbing II,

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. NIP 195301011983031004

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. NIP 198005202005012006

Yuandani, S. Farm., M.Si., Ph.D., Apt. NIP 198303202009122004

(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring (Curcuma

heyneana Val & Zijp) Terhadap Tikus Yang Diinduksi λ-Karagenan. Skripsi ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan menyediakan fasilitas kepada penulis selama masa pendidikan.

(68)

Secara khusus ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga kepada keluarga tercinta, AyahDrs. Baginda Manurung, BundaSurta Situmorang, serta kakak tercinta Rapida, Alfrida,Rofirma, Abang tercinta Sumitro dan Sojen atas limpahan kasih sayang, doa, dan dukunganbaik moril maupun materil yang tak ternilai dengan apapun kepada penulis selama masa pendidikan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada sahabat terdekat, Desma, Martha, Nenny, Rani, Rika, Ririn, Yohanna, Herman, Erlina, Presty, Euaggelion dan Philadelphia yang telah banyak membantu penulis selama masa pendidikan dan memberikan masukan hingga selesainya skripsi ini, Maria, Anggi, Ningsih, kakak Maya, Yulia, Marta, Reni serta teman-teman mahasiswa/i Farmasi Stambuk 2011 yang selalu mendoakan dan memberi dukungan serta semangat yang tiada henti.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, April 2016

Penulis,

(69)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Sucantyk Manurung

Nomor Induk Mahasiswa : 111501166

Program Studi : S-1 Reguler

Judul Skripsi : Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) Terhadap Tikus Yang Diinduksi λ-Karagenan. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri dan belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

(70)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val & Zijp) TERHADAP TIKUS YANG

DIINDUKSI

λ

-KARAGENAN

ABSTRAK

Inflamasi adalah respon perlindungan normal tubuh terhadap cedera jaringan yang disebabkan trauma fisik, bahan kimia berbahaya dan agen mikrobiologi. Penghambatan radang menggunakan obat sintesis seperti natrium diklofenak memiliki efek samping gangguan gastrointestinal, perdarahan, dan ulkus peptik. Temu giring memiliki kandungan kimia yaitu minyak atsiri, steroid dan kurkuminoid yang diduga berkhasiat sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan membuktikan apakah ekstrak etanol rimpang temu giring berkhasiat sebagai antiinflamasi pada tikus dengan penginduksi λ-karagenan.

Pengujian ekstrak etanol rimpang temu giring terhadap efek antiinflamasi menggunakan metode paw edema dengan menggunakan alat pletismometer digital dengan prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes. Tikus diberikan ekstrak etanol rimpang temu giring secara oral dengan 4 dosis yaitu dosis 5; 25; 125 dan 625 mg/kg bb, natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb sebagai kontrol positif dan natrium karboksi metil selulosa 0,5% sebagai kontrol negatif. Setelah satu jam pemberian bahan uji, tikus diinduksi dengan larutan λ-karagenan secara intraplantar, lalu diukur volume radang kaki tikus tiap 30 menit selama 360 menit.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan mulai menit ke-60 ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 125 dan 625 mg/kg bb memiliki persen radang (36,15% dan 31,81%) yang berbeda signifikan (P < 0,05) dengan natrium karboksi metil 0,5% dan mulai menit ke-270 sampai menit ke

-360 ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 25; 125 dan 625 mg/kg bb memiliki

persen radang (56,29%; 32,43% dan 24,33%) yang berbeda signifikan (P < 0,05) dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%. Mulai menit ke-60 sampai menit ke-360 ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 125 dan 625 mg/kg bb memiliki kemampuan menginhibisi radang (45,92% dan 52,42%) yang tidak berbeda signifikan (P > 0,05) dengan natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb.

Dengan demikian disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) dosis 25 mg/kg bb mulai memberikan efek antiinflamasi pada menit ke-270, dosis 125 dan 625 mg/kg bb mulai memberikan efek antiinflamasi pada menit ke-60 terhadap tikus yang diinduksi λ-karagenan. Dosis 125 dan 625 mg/kg bb memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb.

(71)

THE ASSAY ANTIINFLAMATORY EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF TEMU GIRING (Curcuma heyneanaVal & Zijp) RHIZOMA IN RATS

INDUCTION WITH

λ

-CARRAGEENAN

ABSTRACT

Inflammation is the body's normal protective response to tissue injury caused by physical trauma, dangerous chemicals or microbiological agents. Inhibition of inflammation using synthetic drugs such as diclofenac sodium have side effects gastrointestinal disorders, bleeding and peptic ulcer. Ethanol extract of temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) rhizoma contains chemicals such as essential oils, steroid and kurkuminoid suspected efficacious as antiinflammatory. This study aims to prove whether the ethanol extract of the temu giring rhizome efficacious as antiinflammatory in mice with inducers of λ-carrageenan.

Testing of ethanol extract of temu giring rhizome towards the antiinflammatory effect using paw edema method by using digital pletismometer with a measurement principle based on the law of Archimedes. Rats given ethanol extract of temu giring rhizome orally with four doses are doses of 5; 25; 125 and 625 mg/kg bw, diclofenac sodium 2.25 mg/kg bw as a positive control and sodium carboxy methyl cellulosa 0.5% as a negative control. After an hour of administration of the test substances , rats induced with λ-carrageenan solution in intraplantar, and then measured the volume of inflammation every 30 minute during 360 minute.

Based on the research that has been done shows started in the 60 minute the ethanol extract of temu giring rhizome doses of 125 and 625 mg/kg bw have inflammation percent (36.15% and 31.81%) were significantly different (P < 0.05) with sodium carboxy methyl 0.5% and begins in the 270 to 360 minute the ethanol extract of temu giring rhizome dose of 25; 125 and 625 mg/kg bw have inflammation percent (56.29%, 32.43% and 24.33%) were significantly different (P < 0.05) with sodium carboxy methyl cellulosa 0.5% . Begins in the 60 to 360 minute the ethanol extract of temu giring rhizome doses of 125 and 625 mg/kg bw already indicates inhibition of inflammation (45.92% and 52.42%) were not significantly different (P > 0.05) with diclofenac sodium doses of 2.25 mg .

(72)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat ... 4

1.6 Kerangka konsep penelitian ... 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian tumbuhan ... 6

2.1.1 Habitat ... 6

2.1.2Morfologi tumbuhan ... 6

(73)

2.1.4 Nama daerah ... 7

2.1.5Nama asing ... 7

2.1.6Kandungan kimia ... 7

2.1.7Manfaat... 9

2.2 Ekstraksi ... 9

2.2.1 Cara dingin ... 10

2.2.2Cara panas ... 10

2.3 Inflamasi ... 11

2.3.1 Inflamasi akut ... 11

2.3.2Inflamasi kronik ... 11

2.3.3Etiologi inflamasi ... 12

2.3.4Mekanisme terjadinya inflamasi ... 12

2.3.5 Gejala-gejala terjadinya respon inflamasi ... 14

2.4 Obat antiinflamasi ... 16

2.4.1 Obat antiinflamasi golongan steroida ... 16

2.4.2Obat antiinflamasi golongan non steroida ... 17

2.4.3 Natrium Diklofenak... 18

2.5 Induktor radang ... 18

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 20

3.1 Alat dan bahan ... 20

3.1.1 Alat-alat ... 20

(74)

3.3.1 Pembuatan suspensi natrium karboksi metil selulosa

0,5% ... 21

3.3.2 Pembuatan suspensi natrium diklofenak ... 21

3.3.3 Pembuatan suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring 22 3.4 Penyiapan induktor radang (larutan λ-karagenan 1%) ... 22

3.5 Penyiapan hewan percobaan ... 22

3.6 Prosedur penggunaan alat pletismometer digital ... 22

3.7 Prosedur pengujian antiinflamasi ... 23

3.8 Perhitungan persen radang ... 24

3.9 Analisis data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil analisa persen radang kaki tikus ... 26

4.2 Hasil analisa persen inhibisi radang kaki tikus ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(75)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil perhitungan persen radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan ... 27 4.2 Persen inhibisi radang rata-rata telapak kaki tikus tiap waktu

(76)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1Kerangka konseppenelitian ... 5

2.1 Struktur kurkuminoid ... 8

2.2 Mekanisme terjadinya inflamasi ... 14

2.3 Struktur diklofenak... 18

2.4 Struktur lambda karagenan ... 19

4.1 Persen radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan ... 29

Gambar

Tabel konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia (Darmono, 2011).
Tabel 4.1 Persen radang rata-rata kaki tikus.
Gambar 4.1  Persen radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan.
Tabel 4.2 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ajax sebagai metode baru dengan eksplorasi yang lebih luas mengenai cara pengguna berinteraksi dengan aplikasi web. Penulisan ini membantu pemahaman pembaca mengenai bagaimana

Mengesahkan Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer (Amendemen Montreal atas Protokol Montreal tentang Bahan-bahan yang Merusak

Kecil Layanan Inspeksi Teknis atau Layanan Jasa Enjiniring Terpadu 5 Konsultan Pengawas Paket Pekerjaan. Bidang ke-PU-an

Paket Pengadaan ini ter buka untuk penyedia barang/ jasa yang ter daftar pada Layanan Pengadaan Secara Elektr onik (LPSE) dan memenuhi per syaratan.. Pengadaan ini

Syarat pendaftaran (1) Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, pendaftar melampirkan surat tugas dari

Syarat pendaftaran (1) Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, pendaftar melampirkan surat tugas dari

Jaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Yahukimo, dan Kabupaten Nduga,.. Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Mimika, Kabupaten. Dogiyai, Kabupaten Paniai, Kabupaten Nabire,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku penanganan sindroma pra haid pada siswi kelas XI di Madrasah Aliyah