• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara:

Nama : Ayu Elfany Silaen

NIM : 121101036

Alamat : Jln. Harmonika No. 46 Padang Bulan Medan

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengetahuan Keluarga

tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan“. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan saudara/saudari sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian. Jika saudara/saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudara/saudari, keluarga dan siapapun. Jika telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan saudara/saudari untuk mengundurkan diri, maka saudara/saudari diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak berpatisipasi dalam penelitian ini. Apabila saudara/saudari menyetujui, saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah saya mendengar keterangan dari saudari Rahmi Surilesmana mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melaksanakan

penelitian tentang “Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan“ maka saya bersedia menjadi responden dan mengizinkan peneliti untuk melakukan srategi pelaksanaan defisit perawatan diri serta berjanji untuk mengikuti tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 2016

Yang memberi pernyataan,

( )

(4)

A. Data Demografi

Diisi oleh perawat/peneliti berdasarkan hasil wawancara terhadap responden. Beri tanda (x) pada kotak yang tersedia. Isilah pertanyaan sesuai dengan

Diisi oleh perawat/peneliti berdasarkan pilihan klien pada saat itu. Beri tanda (x) pada kotak yang tersedia.

No. Pertanyaan Pilihan

Benar Salah

01. Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan munculnya gangguan dalam berfikir, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku

02. Gejala yang dapat diamati dari penyakit skizofrenia meliputi delusi atau waham, halusinasi, serta tidak mampu berfikir dengan baik.

03. Gejala-gejala yang terganggu dari dalam diri penderita meliputi tidak mampu menampakkan/ mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, menarik diri, sulit berkonsentrasi, dan

kurangnya motivasi/dorongan untuk

(5)

No. Pertanyaan

Pilian

Benar Salah

04 Ketika penderita skizofrenia mengalami kekambuhan maka keluarga akan membawa penderita ke rumah sakit

05. Curiga, marah-marah tanpa sebab dan sering melakukan kekerasan bukanlah tanda dan gejala penyakit skizofrenia

06. Nama obat dan dosis obat sesuai dengan resep dokter

07. Waktu pemberian obat sesuai dengan jadwal

08. Cara penggunaan obat tidak sesuai dengan anjuran dokter atau perawat

09. Tempat penyimpanan obat yang dikonsumsi penderita adalah di tempat yang sejuk dan aman

10. Apabila obat yang dikonsumsi penderita telah habis maka keluarga langsung membawa penderita ke rumah sakit untuk control ulang

11. Efek samping dari obat yang dikonsumsi penderita adalah ngantuk, pusing dan sakit kepala

12. Meminum obat tidak teratur akan mengurangi gejala penyakit

13. Pemberhentian obat yang tiba-tiba akan menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, gemetar, dan insomnia

14. Pengobatan yang lama dan efek samping yang timbul menjadi alas an untuk memberhentikan pengobatan

15. Penggunaan obat harus tetap diteruskan walau penderita terlihat membaik. Dikarenakan gejala dapat muncul kembali jika penggunaan obat diberhentikan

16. Selama penderita dirumah penderita tidak melakukan kegiatan

17. Keluarga memastikan kebutuhan dasar yaitu kebersihan diri, makan, dan buang air besar/keci penderita terpenuhi

18. Kegiatan yang dapat dilakukan penderita setelah meminum obat adalah kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi

(6)

Frequencies Table Demografi

umur respoden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dewasa muda 32 32.3 32.3 32.3

dewasa tengah 41 41.4 41.4 73.7

dewasa akhir 26 26.3 26.3 100.0

Total 99 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Lk 39 39.4 39.4 39.4

P 60 60.6 60.6 100.0

Total 99 100.0 100.0

pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PT 18 18.2 18.2 18.2

SD 22 22.2 22.2 40.4

SMA 38 38.4 38.4 78.8

SMP 21 21.2 21.2 100.0

(7)

suku responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BATAK 47 47.5 47.5 47.5

JAWA 26 26.3 26.3 73.7

LAIN 21 21.2 21.2 94.9

MELAYU 5 5.1 5.1 100.0

Total 99 100.0 100.0

Frequencies Tabel Pengetahuan Keluarga

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pengetahuan cukup 42 42.4 42.4 42.4

pengetahuan baik 57 57.6 57.6 100.0

Total 99 100.0 100.0

(8)

Frequencies Tabel Kuesioner Pengetahuan

Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang mempengaruhi fungsi otak

dan menyebabkan munculnya gangguan dalam berfikir, persepsi, emosi,

gerakan, dan perilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 44 44.4 44.4 44.4

benar 55 55.6 55.6 100.0

Total 99 100.0 100.0

Gejala yang dapat diamati dari penyakit skizofrenia meliputi delusi atau

waham, halusinasi, serta tidak mampu berfikir dengan baik.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 28 28.3 28.3 28.3

benar 71 71.7 71.7 100.0

Total 99 100.0 100.0

Gejala-gejala yang terganggu dari dalam diri penderita meliputi tidak

mampu menampakkan/ mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku,

menarik diri, sulit berkonsentrasi, dan kurangnya motivasi/dorongan

untuk beraktivitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 20 20.2 20.2 20.2

benar 79 79.8 79.8 100.0

(9)

Ketika penderita skizofrenia mengalami kekambuhan maka keluarga akan

membawa penderita ke rumah sakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 19 19.2 19.2 19.2

benar 80 80.8 80.8 100.0

Total 99 100.0 100.0

Curiga, marah-marah tanpa sebab dan sering melakukan kekerasan

bukanlah tanda dan gejala penyakit skizofrenia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 42 42.4 42.4 42.4

benar 57 57.6 57.6 100.0

Total 99 100.0 100.0

Nama obat dan dosis obat sesuai dengan resep dokter

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 8 8.1 8.1 8.1

benar 91 91.9 91.9 100.0

(10)

Waktu pemberian obat sesuai dengan jadwal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 8 8.1 8.1 8.1

benar 91 91.9 91.9 100.0

Total 99 100.0 100.0

Cara penggunaan obat tidak sesuai dengan anjuran dokter atau perawat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 35 35.4 35.4 35.4

benar 64 64.6 64.6 100.0

Total 99 100.0 100.0

Tempat penyimpanan obat yang dikonsumsi penderita adalah di tempat

yang sejuk dan aman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 9 9.1 9.1 9.1

benar 90 90.9 90.9 100.0

(11)

Apabila obat yang dikonsumsi penderita telah habis maka keluarga

langsung membawa penderita ke rumah sakit untuk control ulang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 4 4.0 4.0 4.0

benar 95 96.0 96.0 100.0

Total 99 100.0 100.0

Efek samping dari obat yang dikonsumsi penderita adalah ngantuk,

pusing dan sakit kepala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 19 19.2 19.2 19.2

benar 80 80.8 80.8 100.0

Total 99 100.0 100.0

Meminum obat tidak teratur akan mengurangi gejala penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 35 35.4 35.4 35.4

Benar 64 64.6 64.6 100.0

(12)

Pemberhentian obat yang tiba-tiba akan menimbulkan mual, muntah, sakit

kepala, gemetar, dan insomnia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 21 21.2 21.2 21.2

benar 78 78.8 78.8 100.0

Total 99 100.0 100.0

Pengobatan yang lama dan efek samping yang timbul menjadi alas an

untuk memberhentikan pengobatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 43 43.4 43.4 43.4

benar 56 56.6 56.6 100.0

Total 99 100.0 100.0

Penggunaan obat harus tetap diteruskan walau penderita terlihat

membaik. Dikarenakan gejala dapat muncul kembali jika penggunaan obat

diberhentikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 13 13.1 13.1 13.1

benar 86 86.9 86.9 100.0

(13)

Selama penderita dirumah penderita tidak melakukan kegiatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 39 39.4 39.4 39.4

benar 60 60.6 60.6 100.0

Total 99 100.0 100.0

Keluarga memastikan kebutuhan dasar yaitu kebersihan diri, makan, dan

buang air besar/keci penderita terpenuhi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 13 13.1 13.1 13.1

benar 86 86.9 86.9 100.0

Total 99 100.0 100.0

Kegiatan yang dapat dilakukan penderita setelah meminum obat adalah

kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 31 31.3 31.3 31.3

benar 68 68.7 68.7 100.0

Total 99 100.0 100.0

Keluarga perlu membuat jadwal kegiatan penderita ketika dirumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 27 27.3 27.3 27.3

benar 72 72.7 72.7 100.0

(14)

Selama penderita dirumah, keluarga tidak membantu penderita menjaga

kebersihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid salah 19 19.2 19.2 19.2

benar 80 80.8 80.8 100.0

(15)

Crosstabs

umur respoden * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total pengetahuan

cukup

pengetahuan

baik

umur respoden dewasa muda 10 22 32

31.2% 68.8% 100.0%

dewasa tengah 15 26 41

36.6% 63.4% 100.0%

dewasa akhir 17 9 26

65.4% 34.6% 100.0%

Total 42 57 99

42.4% 57.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 7.820a 2 .020

Likelihood Ratio 7.820 2 .020

Linear-by-Linear Association 6.407 1 .011

N of Valid Cases 99

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum

(16)

jenis kelamin responden * pengetahuan Crosstabulation

Continuity Correctionb .189 1 .663

Likelihood Ratio .415 1 .519

Fisher's Exact Test .540 .333

N of Valid Casesb 99

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.55.

(17)

pendidikan responden * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total pengetahuan

cukup

pengetahuan

baik

pendidikan responden PT 5 13 18

27.8% 72.2% 100.0%

SD 16 6 22

72.7% 27.3% 100.0%

SMA 11 27 38

28.9% 71.1% 100.0%

SMP 10 11 21

47.6% 52.4% 100.0%

Total 42 57 99

42.4% 57.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 12.909a 3 .005

Likelihood Ratio 13.117 3 .004

N of Valid Cases 99

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum

(18)

k 20

N 30

vt 16.87666667

x 14.7

(19)

Koefisien Validitas Isi - Aiken's V

sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

47

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. H. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga (Cetakan I). Jakarta: Sagung Seto.

Amelia, D. R & Anwar, Z. (2013). Relaps pada Pasien Skizofrenia. Jurnal ilmiah psikoterapi terapan, 01, 2301-8267

Ambari, P. K. M. (2010). Hubungan antara Dukungan Keluaga dengan

Keberfungsian Sosial pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Dipenogoro, Semarang.

Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Dahlan. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat,

dan Multivariate, Dilengkapi dengan Menggunakan SPSS.

Jakarta: Salemba Medika.

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Diakses pada tanggal 29 November 2015.

Duvall, E. M. (1977). Marriage and Family Development. Philadelpha: J. B. Lippincott Company.

Effendy, N. (1997). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Fadli, S.M & Mitra. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Kelurga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional, 7, 466-470.

Fahanani, F. G. (2010). Hubungan Pengetahuan tentang Gangguan Jiwa dengan

Dukungan Keluarga yang Mempunyai Anggota Keluarga Skizofrenia di RSJD Surakarta.disadur pada tanggal 29 November 2015.

Yaqin, T.F. (2015) Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Tanda dan Gejala

SkizofreniaParanoid dengan Upaya Mencegah Kekambuhan Pasien di RSJD Surakarta. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Muhammadiyah, Surakarta.

Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga riset, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Haddah, M. (2013). Promoting Mental Health in Men. Journal of Nursing

Standart 27, 30, 48-57.

Hastono, S. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia. Hawari. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Isaacs, A. (2004) Keperawatan Jiwa & Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Kelly, G. R. & Scott, J. E. (1990). Medication Compliance and Health Education

among Out Patients with Chronic Mental Disorders. Medical Care: Raven

Publisher.

(29)

Kurnia, F. Y. P. (2015). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya

Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poli Psikiatri RSD Dr. Soebandi Jember. Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Jember.

Lestari, A. (2011). Pengaruh Terapi Psikoedukai Keluarga terhadap

Pengetahuan dan Tingkat Ansietas Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami TB di Kota Bandar Lampung. Tesis Fakultas

Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Marsaulina, I. (2012). Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap

Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia yang Berobat Jalan diBadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Medan.

Medan: Repositori USU.

Maslim, R. (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya

Mubarak, W. I., dkk. (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu. Nevid, J. S., dkk. (2002). Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Niven. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional

Kesehatan Lain. Alih Bahasa Agung Waluyo; Editor: Monica Ester, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nolen, S. & Hoeksema. (2004). Abnormal Psychology, 3rd edition.

New York: The McGrawHill Companies, Inc.

Nurdiana, S. (2007). Hubungan peran serta keluarga terhadap tingkat

kekambuhan penderita skizofrenia di RS Dr. Moch Ansyari Saleh Banjarmasin. Tesis FKM Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Parawisata. (2006. Ilmu Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Pratama, Y. & Syahrial, I. S. (2015). Hubungan Keluarga Pasien terhadap Kekambuhan Skizofrenia di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,15, 77-86.

Polit & Hungler. (1999). Nursing Research Principles and Methods. Philadelphia: WB Saunders Lippinacoot.

Purnamasari, N. Tololiu, T. Pangemanan, H.C. (2013). Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Rmtumbuysang Manado. Ejournal Keperawatan 1(1).1-7

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rahayu, D. A. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan

Pengobatan Tradisional di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Siberut Kecamatan Sibert Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2012.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarkat, Universitas Andalas,

Palembang.

Rasmun. (2001) Keperawatan Kesehatan Mental Psikatri Terintegrasi dengan

(30)

49

Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal

keperawatan dan Kebidanan, 1, 4, 205-215.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Ruddick, F. (2013). Promoting Health and Well-Being. Journal of Nursing

Standart 27, 24, 35-39.

Sari, H. (2009). Pengaruh Family Psycoeduasi Therapy terhadap Beban dan

Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di Kelurahan Bireun Nangroe Aceh Darussalam. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Indoneia, Jakarta.

Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sirait, A. (2008). Faktor Risiko Terjadinya Relaps pada Pasien Skizofrenia

Paranoid. Tesis Magister Kedokteran Klinik, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Siswanto. (2006). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi.

Stuard, G.W. (2006). Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC.

Stuart, G.W & Laraia. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Philadelphia: Elsevier Mosby.

Suwardiman, D. (2011). Hubungan antara Dukungan Keuarga dengan Regimen

Teraupetik pada Keluarga Klien Halusinasi di RSUD Serang. Skripsi,

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.

Tambayong, J. (2002). Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Triwibowo, dkk. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Townsend, M. C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Townsend, M. C. (2004). Pedoman Obat dalam Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.

Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wahid, dkk. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Teori dan Aplikasi dalam

Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Wardana, I.Y. (2009). Pengalaman Keluarga Menghadapi Ketidakpatuhan

Anggota Keluarga dengan Skizofrenia dalam Mengikuti regimen Teraupeik Pengobatan. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas

Indoneia. Jakarta.

WHO. (2009). Milestones in Health Promotion Statement from Global

Conference. Geneva: WHO.

WHO.2012.Health Education: Theoretical Concepts, Effective Strategies And

Core Competencies.Cairo: World Health Organization.

Wilkinson, J.M.2008.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2009). Buku Saku: Diagnosis Keperawatan,

(31)

Yusnipah, Y. (2012). Tingkat Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien

Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.

(32)

18

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1Kerangka Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi pengetahuan

keluarga pasien skizofrenia tentang penyakit skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

Keluarga merupakan orang terekat dengan pasien yang memiliki peran yang

sangat penting dalam kesembuhan pasien. Beberapa penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penjegahan dari timbunya gejala-gejala skizofrenia. Oleh karena itu,

pengetahuan keluarga tentang skizofrenia merupakan landasan keluarga berperan

dalam kesembuhan pasien.

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2Definisi Operasional

Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori yang

dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Pengetahuan keluarga penderita

skizofrenia tentang skizofrenia

Meliputi: Usia, jenis kelamin,

pendidikan

Baik

Cukup

(33)

Kerangka konsep ini akan menjelaskan variabel-variabel yang dapat diukur

dalam penelitian ini seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 di bawah ini

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Alat ukur Skor Skala

(34)

20

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan jenis

penelitian yang digunakan merupakan desain penelitian deskriptif. Tujuannya

untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga yang mengalami skizofrenia tentang

penyakit skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

4.2Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruahan obkjek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik yang akan ditetapkan oleh peneliti (Setiadi, 2013). Populasi target

pada penelitian ini adalah keluarga pasien skizofrenia rawat jalan tahun 2015 di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Jumlah kunjungan

penderita skizofrenia yang diperoleh dari rekam medik adalah 11.336 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang dipilih

berdasarkan kriteria penelitian dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi

(Dahlan, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga dari

penderita skizofrenia yang datang berkunjung ke Poliklinik Rumah Sakit Jiwa

(35)

Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus

Slovin, yaitu

n= 99,12

n= 99 responden

keterangan :

n = perkiraan besar sampel

N = Jumlah populasi

d = tingkat kesalahan yang dipilih

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin didapat bahwa jumlah

(36)

22 4.2.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses penyeleksian porsi untuk dijadikan sampel dari

populasi dan dapat mewakili populasi (Hastono, 2007).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik

accidental yaitu setiap individu dapat dijadikan sampel tanpa mempertimbangkan

karakteristik yang dimiliki oleh individu tersebut.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem

di Jl. Tali Air 21 Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan bulan Maret 2016 sampai

Mei 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 99 responden.

Waktu penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Persiapan penelitian dimulai dari September 2015.

b) Ujian proposal dilaksanakan pada minggu ke dua Desember 2015.

c) Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu.

d) Penyusunan laporan hasil penelitian dilaksanakan pada akhir Mei 2016.

e) Ujian akhir dilakukan pada minggu ketiga Juni 2016

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian ini mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etika yaitu

informed consent, anomity dan confidentiality. Awal penelitian diawali secara

administrasi dari izin atau persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas

(37)

dengan mengajukan surat permohonan penelitian kepada Rumah Sakit Jiwa Prof.

Dr. Muhammad Ildrem Medan.

Setelah mendapat persetujuan dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad

Ildrem Medan, peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar

persetujuan (informed consent) kepada keluarga pasien sebagai responden. Jika

responden bersedia untuk dijadikan objek penelitian, maka calon responden

terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden

menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya.

Dalam menjaga kerahasiaan (confidentiality) responden, peneliti tidak

mencantumkan nama (anonymity) tetapi hanya mencantumkan nomor responden

pada masing-masing lembaran pengumpulan atau lembar observasi sebagai kode

yang diketahui oleh peneliti.

4.5Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuesioner yang berpedoman pada konsep dan tinjauan

pustaka. Kuesioner terdiri atas dua bagian, yaitu kuesioner data demografi dan

kuesioner tingkat pengetahuan keluarga pasien yang mengalami skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

Kuesioner data demografi berisi nama, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir.

Kuesioner tingkat pendidikan berisi 20 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini

(38)

24 penggunaan obat lima soal dan peran keluarga dalam merawat penderita

skizofrenia sebanyak lima soal.

Jawaban benar bernilai 1 dan salah 0. Skor jawaban responden tertinggi bernilai

20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori

(Arikunto, 2006), yaitu

a. Pengetahuan baik, apabila nilai responden15-20 (>75%).

b. Pengetahuan cukup apabila nilai responden 9-14 (40%-75%).

c. Pengetahuan kurang, apabila nilai responden > 8 (<40%).

4.6Validasi dan Reliabilitas

Kuesioner perlu diuji validitas dan reliabilitas sebelum kuesioner digunakan

untuk pengambilan data yang sebenarnya didalam penelitian.

4.6.1 Validasi

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahian suatu instrumen.

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2005). Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni

sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi

yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Validasi isi penelitian ini dilakukan

hanya atas dasar pertimbangan peneliti yang mana juga mengandung unsur

subjektif. Tetapi, hal tersebut tetap mengacu pada isi yang dikehendaki peneliti.

Uji validasi dilakukan dengan cara mengoreksi instrumen dilakukan penilaian

(39)

Jenny Marlindawani Purba, SKp, MNS, PhD. Berdasarkan uji validasi tersebut,

kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item

pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin di ukur sesuai dengan teori

atau konsep. Setelah dilakukan uji validitas maka didapatkan hasil bahwa

instrumen penelitian yang digunakan telah valid dengan hasil 0.83 dan dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

4.6.2 Reliabilitas

Data kuesioner disusun sendiri oleh peneliti, maka penting untuk dilakukan uji

reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur mengukur konsisten sasaran. Alat ukur yang baik adalah

beberapa kali dipakai sebagai alat ukur pada kelompok subjek yang sama

(Arikunto, 2006).

Uji reliabilitas untuk kuesioner tingkat pengetahuan keluarga pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan dengan

menggunakan rumus Kr21 dalam program komputerisasi. Uji reliabilitas

dilakukan pada 30 responden diluar dari sampel. Suatu instrumen dikatakan

reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih (Polit & Hungler, 1999). Dari pernyataan

tersebut di atas, uji reliabilitas pada 30 responden yang sesuai dengan kriteria

(40)

26

4.7Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan, meliputi

a) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi

Fakultas Keperawatan.

b) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Rumah Sakit

Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

c) Setelah mendapatkan izin, kemudian melaksanakan pengumpulan data

penelitian bekerja sama dengan perawat untuk mengetahui klien yang

memenuhi kriteria .

d) Responden yang tidak termasuk ke dalam kriteria penelitian tidak akan di ikut

sertakan dalam data penelitian.

e) Menjelaskan kepada calon responden terkait tujuan dan manfaat penelitian.

f) Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan

menandatangani inform consent. Apabila responden bersedia maka akan

dilanjutkan ketahap selanjutnya.

g) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga pasien dengan menggunakan

kuesioner.

h) Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang telah terkumpul

kemudian diolah/ dianalisa.

4.8Analisa Data

Sebelum melakukan analisis data yang telah dikumpulkan, maka peneliti telah

(41)

informasi yang benar. Empat tahapan pengolahan data yang dilalui, yaitu Editing,

Coding, Entry Data dan Cleaning.

Editing merupakan suatu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir

atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jawaban

cukup jelas terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan dan konsisten.

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentu angka/bilangan. Hal ini dilakukan dengan memberi kode pada setiap

variabel untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis dan tabulasi data

serta mempercepat pada saat entry data.

Entry data merupakan suatu proses memasukkan data kedalam komputer.

Tahap selanjutnya adalah analisis data dengan menggunakan program statistik

dalam komputer

Cleaning adalah proses akhir dalam pengelolahan data, dengan melakukan

pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk melihat ada tidaknya

kesalahan dalam memasukkan data.

Pada tahapan selanjutnya, data yang telah diperoleh dianalisa dalam bentuk

univarat. Analisis univarat dilakukan terhadap karakteristik responden dan

variabel terikat. Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2007). Hasil analisa berupa

distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel yang disajikan

dalam bentuk tabel atau dikenal dengan tahap tabulasi.

(42)

28

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan memberikan deskripsi terkait demografi responden

dan tingkat pengetahuan responden tentang skizofrenia. Penelitian dilakukan di

Rumah Sakit Jiwa Prof Muhammad Ildrem Medan dengan jumlah responden

sebanyak 99 orang. Responden adalah keluarga dari pasien penderita skizofrenia

yang ada di rumah sakit tersebut.

Hasil penelitian yang ingin diketahui adalah deskripsi pengetahuan keluarga

tentang skizofrenia. Penelitian dilakukan dari bulan April – Mei 2016.

5.1 Hasil Penelitian

Total responden dalam penelitian ini adalah 99 orang. Proses pengambilan data

terhadap responden dilakukan dengan teknik kuesioner. Pemilihan responden

dengan metode accidental sampling.

Hasil penelitian ini dibagi atas dua bagian, yaitu demografi responden dan

tingkat pengetahun keluarga tentang skizofrenia. Demografi responden dalam

penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan suku. Tingkat

pengetahuan meliputi pengetahuan keluarga terhadap penyakit skizofrenia,

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien dan pengetahuan keluarga tentang

obat serta efek sampingnya.

(43)

Dari hasil kuesioner terhadap responden didapatkan bahwa untuk kriteria usia,

41,4 % adalah usia 41-60 tahun, 26,3% adalah usia di atas 60 tahun dan sisanya

adalah usia dibawah 18-40 tahun adalah 32,3%. Dilihat dari kriteria jenis kelamin,

60,6 % responden adalah perempuan, 39,4% adalah laki-laki. Tingkat pendidikan

dari mayoritas responden adalah SMA/sederajat dengan tingkat persentase 38,4%,

SD 22,2% dan SMP 21,2% serta perguruan tinggi 18,2%. Berdasarkan suku,

46,5% adalah suku batak, 26,3% adalah suku jawa, 6,1% adalah suku melayu dan

21,2% adalah suku lainnya. Persentase demografi responden tersebut dapat dilihat

pada Tabel 5.1 di bawah ini

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Ildream Medan (n=99)

No Karakteristik Frekuensi Persentase

(44)

30 5.1.2 Pengetahuan keluarga berdasarkan usia responden

Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan usia disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini.

Berdasarkan tabel 5.2, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu

sebanyak 26 orang memiliki pengetahuan baik berusia dewasa tengah.

5.1.3 Pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin responden

Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan jenis kelamin responden (n=99)

Pengetahuan

memiliki pengetahuan yang baik tentang skizofrenia berjenis kelamin perempuan. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang

skizofrenia berdasarkan usia responden (n=99)

(45)

5.1.4 Pengetahuan keluarga berdasarkan pendidikan responden

Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang skizofrenia

berdasarkan pendidikan responden disajikan dalam tabel 5.4. berikut ini.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan pendidikan responden (n=99)

Pengetahuan Cukup Pengetahuan Baik Pendidikan

Responden

PT 5 (27.8%) 13 (72.2%) 18 (100.0%)

SMA 11 (28.9%) 27 (71.1%) 38 (100.0%)

SMP 10 (47.6%) 11 (52.4%) 21 (100.0%)

SD 16 (72.7%) 6 (27.3%) 22 (100.0%)

Total 42 (42.4%) 57 (57.6%) 99 (100.0%)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

yaitu sebanyak 38 orang memiliki pengetahuan yang baik dan berpendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA).

5.1.5 Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia

Hasil analisa data untuk pengetahuan keluarga tentang skizofrenia diperoleh

bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik (57,9%) sedangkan yang

memiliki pengetahuan yang cukup (42,1%). Persentase tingkat pengetahuan

responden tentang skizofrenia dapat dilihat pada Tabel 5.5 di bawah ini

Tabel 5.5 Pengetahuan keluarga tentang Skizofrenia (n=99)

No Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia Frekuensi Persentase

(46)

32 Persentase tingkat pengetahuan pada Tabel 5.2, Tabel 5.3, Tabel 5.4, dan

Tabel 5.5 tersebut di atas adalah hasil olah data dari pada kuesioner yang

disebarkan penulis. Total ada 20 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi pengetahuan

keluarga terhadap skizofrenia.

Pertanyaan tersebut diatas dibagi dalam 4 kategori yaitu: pengertian, tanda

dan gejala skizofrenia (pertanyaan nomor 1 sd 5) ; pengobatan skizofrenia

pertanyaan nomor 6 sd 10); efek samping penggunaan obat (pertanyaan nomor 11

sd 15); dan peran keluarga dalam merawat pasien skizofrenia (pertanyaan nomor

(47)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden

Demografi responden seperti telah disinggung di awal meliputi usia, jenis

kelamin, dan pendidikan. Deskripsi untuk masing-masing aspek demografi dari

keluarga pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem

Medan adalah 41,4% berada pada rentang usia 41-60 tahun. Hasil univariate

diperoleh bahwa umur termuda dari responden adalah usia 18 tahun dan usia yang

tertua adalah usia 77 tahun. Berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang

(60,6%) dan mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah

Atas/sederajat sebanyak 38 orang. Hal tersebut menggambarkan bahwa

pengetahuan dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan, dimana

Muntiaroh, Hidayati dan Meikawati (2013) berpendapat bahwa usia dan tingkat

pendidikan dapat mengubah pola fikir seseorang, dan dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang dalam hal penelitian ini lebih ditujukan pada pengetahuan

tentang skizofrenia.

5.2.2 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan usia

Hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar keluarga pasien

skizofrenia berada pada rata-rata usia dewasa pertengahan yaitu sebanyak 41

orang (41,4%). Usia seseorang pada kelompok usia pertengahan ini memiliki

tingkat kematangan dan kekuatan dalam berfikir dan bekerja terutama

(48)

34 tingkat pengetahuan baik pada usia dewasa tengah memiliki frekuensi tertinggi

yaitu 26 orang (63,4%). Hal ini menunjukan bahwa usia memiliki hubungan yang

signifikan dengan pengetahuan.

Cara pandang seseorang dalam penyelesaian masalah – dalam hal ini tindakan memilih fasilitas kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit – dipengaruhi oleh tahap perkemangan usia seseorang. Stuart (dkk, 2005) menyatakan bahwa

kelompok usia dewasa tengah dianggap sudah matang dalam hal mengelola

informasi dan pengetahuan yang diperoleh. Sehingga, semakin bertambah usia

responden maka semakin bertambah keyakinan mereka untuk datang ke fasilitas

kesehatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusnipah

(2012) yang mana memperoleh hasil bahwa rata-rata usia responden adalah 47,2

tahun atau termasuk dalam kelompok usia dewasa tengah.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa usia seseorang

mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan kognitif seseorang, terutama dalam

pengambilan keputusan dalam penggunaan fasilitas kesehatan sebagai sarana

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

5.2.3 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian menyebutkan bahwa jenis kelamin perempuan sebanyak 60

orang (60,6%) lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki 39 orang

(49)

peran sentral ibu dalam keluarga sebagai istri yaitu sebagai pembuat keputusan

tentang kesehatan, pendidik dan pemberi asuhan keperawatan dalam keluarga.

Berdasarkan dari Tabel 5.3 distribusi pengetahuan keluarga tentang

skizofrenia berdasarkan jenis kelamin responden dapat diketahui bahwa, tingkat

pengetahuan baik pada jenis kelamin perempuan memiliki frekuensi tertinggi

yaitu 33 orang (55%).

Hasil olah data ini sejalan dengan hasil penelitian Yusnipah (2012)

menyatakan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (71 orang).

Begitu pula dengan hasil penelitian Suwardiman (2011) yang menyatakan bahwa

sebagian besar keluarga yang merawat pasien gangguan jiwa berjenis kelamin

perempuan (59.5%).

Tetapi, Lestari (2011) dalam penelitiannya terhadap keluarga yang merawat

pasien TBC menegaskan bahwa tidak ada hubungan secara langsung karakteristik

jenis kelamin dan pengetahuan. Sejalan dengan itu, berdasarkan hasil cross tab

antara pengetahuan dan jenis kelamin menunjukkan tidak memiliki hubungan

yang signifikan. Hasil cross tab tersebut sejalan dengan pendapat Yusnipah (2012)

yang menyatakan bahwa pengalaman dan peran keluarga lebih berpengaruh

terhadap pengetahuan yang diperolehnya, tidak bergantung pada jenis kelamin

perempuan atau laki-laki.

5.2.4 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan tingkat pendidikan

(50)

36 sebanyak 21 orang (21,2%), Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 38

orang (38,4%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 18 orang (18,2%). Data tersebut di

atas menyatakan bahwa mayoritas resonden memiliki pendidikan terakhir setara

SMA.

Distribusi pengetahuan keluarga dari Tabel 5.4 diketahui bahwa frekuensi

tertinggi pendidikan terakhir yang memiliki pengetahuan baik adalah setara SMA

yaitu 27 orang (71.1%). Hasil perhitungan cross tab penelitian menunjukan bahwa

tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan.

Idealnya semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pula

pengetahuannya. Menurut pendapat peneliti pengetahuan seseorang tidak

semata-mata ditentukan oleh tingkat pendidikan. Tetapi, ada hal lain yang perlu dicermati

bahwa semakin sering seseorang memperoleh informasi maka akan semakin luas

wawasan dan pengetahuan seseorang tentang suatu hal (Sari, 2009).

5.2.5 Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Muhammad Ildrem Medan

Skizofrenia merupakan pola penyakit bidang psikiatri yang mana merupakan

sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang mengganggu serta

melibatkan proses berfikir, berpresepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku (Nevid

dkk, 2002).

Studi Bank Dunia (world bank) pada tahun 1995 di beberapa negara

menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Disability Adjusted Life

(51)

oleh masalah kesehatan jiwa. Status jiwa yang buruk akan menurunkan

produktifitas sehingga menurunkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pratama, Syahrial, dan Ishak (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

terdapat beberapa faktor yang memiliki nilai yang signifikan terhadap

kekambuhan pasien skizofrenia yaitu pengetahuan keluarga, dukungan keluarga,

kepatuhan dalam mengonsumsi obat, dan aktivitas keagamaan. Pengetahuan

keluarga yang baik tentang skizofrenia diharapkan dapat mengurangi angka

kekambuhan skizofrenia.

Dilihat dari kriteria hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas responden

memiliki pengetahuan yang baik mengenai skizofrenia yaitu 57 orang (57,6%)

dan 42 orang (42,4%). Peneliti berasumsi bahwa responden mayoritas sudah

mengetahui pengetahuan tentang skizofrenia. Pernyataan tersebut didukung oleh

Ryandini (2011) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan pada keluarga

pasien skizofrenia sebagian besar adalah tinggi pada persentase 55,6%. Hal

tersebut dimungkinkan dengan lamanya proses perawatan dan kunjungan rutin ke

rumah sakit untuk kontrol ulang. Hal ini menjadikan keluarga banyak memperoleh

informasi dan bertemu dengan petugas kesehatan sehingga pengetahuan mereka

tentang skizofrenia juga tinggi.

Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Wardana (2009) yang menyatakan

bahwa responden yang memiliki pengetahuan tentang skizofrenia rendah memiliki

kecenderungan kambuh 3,2 kali dibandingkan dengan keluarga yang memiliki

(52)

38 kekambuhan anggota penderita skizofrena. Fadli (2013) menambahkan bahwa

pengetahuan yang perlu dimiliki oleh keluarga antara lain pemahaman tentang

skizofrenia terkait tanda dan gejala, faktor penyebab, cara pemberian obat, dosis

obat dan efek samping pengobatan, serta sikap yang perlu di tunjukkan dan

dihindari selama merawat klien dirumah.

Apabila dilihat dari kriteria pertanyaan maka distribusi jawaban terbanyak

dijawab benar dan salah oleh responden dapat dijabarkan sebagai berikut ini:

a. Pertanyaan dengan kategori pengertian, tanda dan gejala skizofrenia

Pertanyaan dengan kategori pengertian, tanda dan gejala skizofrenia terdiri

dari pertanyaan nomor 1 sampai dengan nomor 5. Pertanyaan yang paling

banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 4

yaitu sebanyak 80 orang (80,8%), pertanyaan tersebut berhubungan

dengan kekambuhan atau muncul kembali tanda dan gejala dari

skizofrenia. Responden setuju apabila penderita mengalami kekambuhan

maka akan segera dibawa ke RSJ, hal ini dapat dilihat dari jumlah

kunjungan dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu

dari 10.787 menjadi 11.336 orang (Rekam Medis, 2015)

Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah

pertanyaan nomor 1 perihal defenisi skizofrenia. Pertanyaan ini dijawab

salah oleh responden sebanyak 44 orang (44,4%). Angka tersebut hampir

setengah dari responden. pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan

apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh anggota

(53)

kesehatan adalah mengetahui atau mengenal masalah keluarga (Friedman,

2010). Responden menyatakan bahwa skizofrenia bukanlah suatu

gangguan jiwa. Hal ini dilatarbelakangi dengan pengetahuan keluarga

pasien yang masih kurang mengenai skizofrenia pernyataan ini didukung

oleh jawaban dari responden terkait pertanyaan nomor 5. Responden

sebanyak 57 orang (57,6%) menjawab salah tanda dan gejala dari penyakit

skizofrenia. Sejalan dengan hasil penelitian Yaqin (2015) yang

menunjukkan bahwa tanda dan gejala kekambuhan skizofrenia pada

keluarga pasien skizofrenia di instalasi rawat jalan RSJD Surakarta

sebagian besar adalah cukup, serta terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tanda dan gejala skizofrenia paranoid dengan upaya

mencegah kekambuhan. Responden beranggapan bahwa curiga,

marah-marah tanpa sebab dan sering melakukan kekerasan terjadi hanya jika

keinginan pasien tidak dipenuhi.

b. Pertanyaan dengan kategori penggunaan obat

Pertanyaan dengan kategori penggunaan obat terdiri dari pertanyaan

nomor 6 sampai dengan nomor 10. Pertanyaan nomor 6,7,9, dan 10

dijawan benar dengan persentase 91% sampai 96% hal ini dikarenakan

keluarga pasien rutin membawa penderita skizofrenia untuk melakukan

kontrol ulang, sehingga meningkatkan pengetahuan mereka mengenai

pengobatan pada penderita skizofrenia, dengan kata lain pengalaman

(54)

40 Pertanyaan yang banyak dijawab salah oleh responden merupakan

pertanyaan nomor 8 mengenai cara penggunaan obat dengan persentase

64,4%. Pertanyaan ini dijawab beberapa responden memberikan obat

kepada penderita dengan cara menggabungkan dengan pengobatan lain

atau pengobatan tradisional yang mereka anggap dapat membantu

pemulihan pasien.

c. Pertanyaan dengan kategoti efek samping penggunaan obat

Pertanyaan dengan kategori efek samping penggunaan obat terdiri dari

pertanyaan nomor 11 sampai dengan nomor 15. Pertanyaan yang paling

banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 15

yaitu sebanyak 86 orang (86,9%), pertanyaan tersebut mengenai

pemberhentian pengobatan. Yusnipah (2012) menyatakan bahwa sebagian

besar responden mengetahui tentang manfaat, jenis dan dosis obat bagi

pasien halusinasi, namun mayoritas responden belum mengetahui

mengenai efek samping obat pasien.

Pertanyaan yang banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan

nomor 14 tentang penggunaan obat, dan efek samping obat. Jawaban

responden tentang hal ini sebanyak 43 orang (43,4%) menjawab salah.

Padahal pengobatan haruslah tetap diteruskan sesuai dengan anjuran

dokter dikarenakan tanda dan gejala dari skizofrenia dapat muncul

kembali.

Bagi pasien sendiri efek samping obat merupakan salah satu faktor yang

(55)

menghentikan minum obat dikarenakan terganggu oleh efek samping obat

sehingga mempengaruhi tingkat kekambuhan pasien skizofrenia (Kazadi,

2008).

Kurnia (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara

keteraturan minum obat dan kekambuhan. Penelitian ini menyatakan

bahwa pasien yang tidak teratur minum obat mengalami kekambuhan

31,2% sedangkan yang tidak kambuh sebesar 3,7%.

d. Pertanyaan dengan kategori peran keluarga dalam merawat penderita

skizofrenia

Pertanyaan dengan kategori efek samping penggunaan obat terdiri dari

pertanyaan nomor 16 sampai dengan nomor 20. Pertanyaan yang paling

banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 17

yaitu sebanyak 84 orang (84,8%), pertanyaan tersebut mengenai

pemenuhan kebutuhan dasar penderita skizofrenia. Siswanto (2006)

menyatakan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah perawatan anggota

keluarga yang sakit, dimana keluarga merupakan unit terpenting dalam

pencegahan maupun pengobatan penyakit. Sehingga sudah tanggup jawab

keluarga dalam memenuhi kebutuhan dari anggota keluarganya yang sakit.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah

pertanyaan nomor 16 tentang peran keluarga terhadap penderita

skizofrenia. Responden yang berpendapat setuju dengan pertanyaan

(56)

42 persepsi, pikiran, pembicaraan, dan gerakan seseorang. Semua aspek

aktivitasnya dapat terganggu, bahkan dikalangan masyarakat sering

memandang rendah mereka. Pernyataan tersebut sejalan dengan Rakhmat

(2005) yang menyatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh besar

dalam diri kita, dimana kehangatan keluarga dapat menimbulkan perasaan

positif. Sesuai dengan pendapat Rasmun (2001) menyatakan bahwa

terdapat beberapa peran keluarga dalam pemulihan skizofrenia. Peran

tersebut meliputi melibatkan penderita dalam kegiatan sehari-hari dan

kegiatan keluarga, jangan timbulkan rasa malu terhadap pasien, berikan

rasa peduli dan tanggapan bahwa pasien juga mempunyai fungsi seperti

manusia normal umumnya. Sebagai tambahan adalah berikan pujian atas

semua tugas dan kegiatan yang dilakukan pasien untuk merangsang

keinginan atau motivasi untuk melakukannya kembali.

Berdasarkan beberapa analisa pertanyaan di atas, maka disimpulkan bahwa

pengetahuan tentang skizofrenia (terdiri dari pengertian skizofrenia, tanda dan

gejala skizofrenia, pengobatan dan efek samping dari pengobatan, serta peran

keluarga terhadap penderita skizofrenia) yang salah memiliki peluang untuk

timbulnya kembali kekambuhan pada penderita. Hal tersebut dapat ditinjau dari

rekam medis Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildream Medan yang

mengalami peningkatan penderita skizofrenia setiap tahunnya. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang skizofrenia sangatlah penting diberikan kepada keluarga.

Peningkatan pengetahuan tentang skizofrenia kepada keluarga dapat dilakukan

(57)

pendidikan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan status kesehatan dan

tingkat pengetahuan baik individu, kelompok, maupun komunitas. Dalam konteks

ini meliputi anggota keluarga penderita skizofrenia. Sehingga, dapat mengurangi

angka kejadian masalah kesehatan mental ataupun skizofrenia.

Pendidikan kesehatan bergantung pada hubungan dan komunikasi antara

perawat dengan keluarga pasien. Perawat diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan baik pasien maupun keluarga pasien. Oleh sebab

itu, seluruh perawat diharapkan mampu menolong pasien dan keluarga pasien

dalam meningkatkan pengetahuan mereka melalui pendidikan kesehatan

(58)

44

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini mengetengahkan kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan di

bab sebelumnya. Selain itu, pada bab ini penulis juga mengetengahkan

keterbatasan penelitian yang mana dapat menjadi saran bagi penelitian berikutnya

untuk topik yang sama.

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka dapat diidentifikasi bahwa

pengetahuan keluarga pasein skizofrenia adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari

hasil distribusi tingkat pengetahuan untuk masing-masing aspek demografi.

Pada aspek demografi usia, hasil distribusi menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan keluarga pasien skizofrenia adalah baik untuk 57 orang (57,6%).

Sisanya 42 orang (42,4%) menunjukkan tingkat pengetahuan cukup. Demikian

pun halnya dengan aspek jenis kelamin, pendidikan dan suku. Sebaran distribusi

pengetahuan pada masing-masing aspek demografi tersebut adalah cukup untuk

42 orang dan 57 orang sisanya adalah baik.

Hal yang menjadi perhatian adalah pada aspek usia, responden pada usia

dewasa tengah lebih baik pengetahuannya daripada dengan tingkat pengetahuan

(59)

Hal ini dapat disimpulkan bahwa usia dewasa tengah memiliki sisi proteksi

yang lebih baik terhadap anggota keluarga dibandingkan dengan responden pada

usia dewasa tengah dan dewasa akhir. Selain usia, pada aspek demografi jenis

kelamin menunjukkan mayoritas responden adalah perempuan. Hal ini sangat

logis disadari karena perempuan adalah pembuat keputusan tentang kesehatan,

pendidik dan pemberi asuhan keperawatan dalam keluarga (Freidman, 1998;

Yusnipah, 2012; Suwardiman, 2011).

Pada aspek demografi pendidikan pun menunjukkan hal yang menarik.

Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah SMA dan

memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Artinya, tingkat pendidikan masyarakat

yang semakin tinggi akan mampu menunjang penerimaan informasi dan

pengetahuannya tentang suatu hal (Sari, 2009).

6.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam jangka waktu tertentu sehingga hasil penelitian ini

hanya benar pada kondisi waktu penelitian. Tetapi, penelitian ini dapat menjadi

acuan untuk penelitian sejenis pada objek penelitian di tempat lain.

6.3 Saran

6.3.1 Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian diperoleh tingkat pengetahuan keluarga tentang

(60)

46 skizofrenia lebih ditingkatkan sehingga pengetahuan mahasiswa tentang

skizofrenia lebih diperdalam.

6.3.2 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga skizofrenia

di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan adalah baik. Temuan

menarik adalah bahwa sebagian besar keluarga penderita skizofrenia

berpendidikan SMA. Oleh karena itu, perlu ada penelitian lanjutan untuk

melengkapi ini. Penelitian lanjutan terkait apakah faktor latar belakang pendidikan

keluarga bisa berpotensi mengakibatkan anggota keluarga menderita skizofrenia.

Selain itu, penelitian ini dapat juga digunakan untuk penelitian lanjutan dengan

menggunakan desain penelitian yang berbeda. Hal tersebut diantaranya untuk

penelitian selanjutnya dapat dilakukan perbandingan tingkat kekambuhan antara

penderita skizofrenia dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tentang

skizofrenia kategori baik dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tentang

skizofrenia kategori cukup.

(61)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan (Knowledge)

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain,

pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu kejadian yang pernah

dialami, baik secara sengaja maupun tidak disengaja, dan hal ini disebabkan oleh

pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

Menurut Mubarak (dkk, 2007), pengetahuan adalah kesan yang timbul dalam

pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca inderanya. Hal ini berbeda

sekali dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition), dan

informasi-informasi yang keliru (misinformation). Pengetahuan timbul karena adanya sifat

ingin tahu yang merupakan salah satu sifat umum yang dimiliki manusia, dan

identik dengan keputusan yang dibuat oleh seseorang terhadap sesuatu

(Triwibowo, 2015).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan adalah suatu informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan melalui

alat indera kita, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja, yang dapat

digunakan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

(62)

8 a) Tahu (know) merupakan pemanggilan kembali (recall) memori yang telah ada

sebelumnya.

b) Memahami (comprehension) suatu objek. Tindakan ini bukan hanya sekedar

tahu atau dapat menyebutkan saja, tetapi juga harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang suatu objek yang diketahui tersebut.

c) Aplikasi (application) dapat diartikan bahwa orang yang telah memahami suatu

objek maka orang tersebut dapat mengaplikasikan pada situasi yang lain.

d) Analisis (analysis) merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah.

e) Sintesis (synthesis) menunjukkan suatu kemampuan untuk merangkum

hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang ada. Dengan kata lain,

kemampuan menyusun formulasi yang baru dari informasi yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation) tindakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

maupun tindakan.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam diri) dan

eksternal (dari luar diri). Faktor internal diantaranya adalah usia, pendidikan dan

pengalaman. Sedangkan, faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan,

informasi, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2007).

Usia dikatakan mempengaruhi pengetahuan karena usia mempengaruhi daya

(63)

maka akan semakin berkembang daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan

pengetahuan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar institusi pendidikan serta berlangsung seumur

hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah

menerima informasi. Semakin banyak informasi, maka semakin banyak pula

pengetahuan yang didapatkan.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Pengalaman belajar yang

dikembangan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta

mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan. Pengetahuan personal

mengintegrasikan dan menganalisa situasi interpersonal terbaru dan pengalaman

masa lalu. Oleh karena itu, semakin banyak pengalaman semakin bertambah pula

pengetahuan seseorang.

Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Begitu juga dengan faktor lingkungan.

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar individu. Lingkungan

dapat mempengaruhi perilaku orang maupun kelompok, sistem sosial budaya

yang ada pada masyarakat. Lingkungan pun dapat mempengaruhi sikap dalam

(64)

10

2.2 Keluarga

2.2.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap

anggota keluarga (Duval, 1972). Undang-undang nomor 10 tahun 1992

mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Achjar (2010) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu sistem, dimana

tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga.

Perubahan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua anggota.

2.2.2 Fungsi Keluarga

Terdapat tujuh fungsi keluarga secara spesifik (Siswanto,2006), yaitu:

a) Reproduksi

Fungsi keluarga secara reproduksi bukan hanya mempertahankan dan

mengembangkan keturunan atau generasi, tetapi juga mengembangkan fungsi

reproduksi secara universal, diantaranya adalah seks yang sehat dan

berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lainnya.

b) Sosialisasi

Dalam proses pembentukan identitas diri, anggota keluarga akan menyesuaikan

diri dengan kebudayaan, kebiasaan, dan situasi sosial, yang pada akhirnya akan

berperan sesuai dengan jenis kelaminya dan akan berusaha menjalankan

(65)

c) Pertumbuhan individu

Fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikis berupa kebutuhan

makan dan pembinaan kepribadian.

d) Pendidikan

Keluarga mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anggota

keluarganya dalam menambah dan mengasah ilmu untuk menghadapi

kehidupan.

e) Religius

Fungsi keluarga dalam hal religius adalah membina norma/ajaran agama

sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga.

f) Rekreasi

Keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi

ketegangan akibat berada di dalam rumah maupun di luar rumah.

g) Perawatan kesehatan

Keluarga merupakan unit utama dalam proses pencegahan maupun pengobatan

penyakit. Keterlibatan dan dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan, dimana

tanpa fungsi ini proses rehabilitas akan susah dilakukan di dalam keluarga.

2.2.3 Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas pokok keluarga ada delapan (Effendy, 1997), yaitu:

a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

(66)

12 d) Sosialisasi antar anggota keluarga.

e) Pengaturan jumlah anggota rumah tangga.

f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

2.2.4 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Tugas keluarga di bidang kesehatan merupakan wujud nyata dari satu fungsi

keluarga dalam hal pemeliharaan kesehatan. Friedman (2010) membagi tugas

keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak dapat diabaikan. Oleh

karena itu, setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan

perubahan-perubahan dalam bidang kesehatan yang terjadi diantara anggota

keluarga.

b) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat

sesuai dengan keadaan atau kondisi kesehatan keluarga, dengan pertimbangan

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

menentukan tindakan.

c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan terutama pada

penderita gangguan jiwa berat atau skizofrenia, anggota keluarga yang tidak

dapat mengurus dirinya sendiri dikarenakan cacat atau usianya yang terlalu

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Ildream Medan (n=99)
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang       skizofrenia berdasarkan usia responden (n=99)
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang  skizofrenia berdasarkan pendidikan responden (n=99)   Pengetahuan Cukup Pengetahuan Baik

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui profil motor ability pada peserta didik kelas V SDN 10 Trans Sejadis Kecamatan Ledo Kapupaten Bengkayang maka implikasi

[r]

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Sistem informasi akuntansi usaha dagang merupakan aplikasi yang melakukan pencatatan transaksi jurnal khusus maupun jurnal umum perusahaan dagang sehingga dapat

Kemudian pada hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa koefisien regresi (beta) variabel keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan adalah sebesar

JUDUL : BUKAN SEKEDAR KETERLAMBATAN WICARA MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 15

Namun dengan demikian kita masih bisa mengetahui kapandatangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.Orang yang beriman kepada Allah SWT

Sehingga penyuluh berinisiatif untuk mengadakan pengabdian masyarakat dengan memberikan pelatihan pengenalan kosakata bahasa Inggris melalui media audio visual berupa animasi