PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara:
Nama : Ayu Elfany Silaen
NIM : 121101036
Alamat : Jln. Harmonika No. 46 Padang Bulan Medan
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengetahuan Keluarga
tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan“. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan saudara/saudari sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian. Jika saudara/saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudara/saudari, keluarga dan siapapun. Jika telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan saudara/saudari untuk mengundurkan diri, maka saudara/saudari diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak berpatisipasi dalam penelitian ini. Apabila saudara/saudari menyetujui, saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan.
Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Setelah saya mendengar keterangan dari saudari Rahmi Surilesmana mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melaksanakan
penelitian tentang “Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan“ maka saya bersedia menjadi responden dan mengizinkan peneliti untuk melakukan srategi pelaksanaan defisit perawatan diri serta berjanji untuk mengikuti tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Medan, 2016
Yang memberi pernyataan,
( )
A. Data Demografi
Diisi oleh perawat/peneliti berdasarkan hasil wawancara terhadap responden. Beri tanda (x) pada kotak yang tersedia. Isilah pertanyaan sesuai dengan
Diisi oleh perawat/peneliti berdasarkan pilihan klien pada saat itu. Beri tanda (x) pada kotak yang tersedia.
No. Pertanyaan Pilihan
Benar Salah
01. Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan munculnya gangguan dalam berfikir, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku
02. Gejala yang dapat diamati dari penyakit skizofrenia meliputi delusi atau waham, halusinasi, serta tidak mampu berfikir dengan baik.
03. Gejala-gejala yang terganggu dari dalam diri penderita meliputi tidak mampu menampakkan/ mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, menarik diri, sulit berkonsentrasi, dan
kurangnya motivasi/dorongan untuk
No. Pertanyaan
Pilian
Benar Salah
04 Ketika penderita skizofrenia mengalami kekambuhan maka keluarga akan membawa penderita ke rumah sakit
05. Curiga, marah-marah tanpa sebab dan sering melakukan kekerasan bukanlah tanda dan gejala penyakit skizofrenia
06. Nama obat dan dosis obat sesuai dengan resep dokter
07. Waktu pemberian obat sesuai dengan jadwal
08. Cara penggunaan obat tidak sesuai dengan anjuran dokter atau perawat
09. Tempat penyimpanan obat yang dikonsumsi penderita adalah di tempat yang sejuk dan aman
10. Apabila obat yang dikonsumsi penderita telah habis maka keluarga langsung membawa penderita ke rumah sakit untuk control ulang
11. Efek samping dari obat yang dikonsumsi penderita adalah ngantuk, pusing dan sakit kepala
12. Meminum obat tidak teratur akan mengurangi gejala penyakit
13. Pemberhentian obat yang tiba-tiba akan menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, gemetar, dan insomnia
14. Pengobatan yang lama dan efek samping yang timbul menjadi alas an untuk memberhentikan pengobatan
15. Penggunaan obat harus tetap diteruskan walau penderita terlihat membaik. Dikarenakan gejala dapat muncul kembali jika penggunaan obat diberhentikan
16. Selama penderita dirumah penderita tidak melakukan kegiatan
17. Keluarga memastikan kebutuhan dasar yaitu kebersihan diri, makan, dan buang air besar/keci penderita terpenuhi
18. Kegiatan yang dapat dilakukan penderita setelah meminum obat adalah kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi
Frequencies Table Demografi
umur respoden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dewasa muda 32 32.3 32.3 32.3
dewasa tengah 41 41.4 41.4 73.7
dewasa akhir 26 26.3 26.3 100.0
Total 99 100.0 100.0
jenis kelamin responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lk 39 39.4 39.4 39.4
P 60 60.6 60.6 100.0
Total 99 100.0 100.0
pendidikan responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PT 18 18.2 18.2 18.2
SD 22 22.2 22.2 40.4
SMA 38 38.4 38.4 78.8
SMP 21 21.2 21.2 100.0
suku responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid BATAK 47 47.5 47.5 47.5
JAWA 26 26.3 26.3 73.7
LAIN 21 21.2 21.2 94.9
MELAYU 5 5.1 5.1 100.0
Total 99 100.0 100.0
Frequencies Tabel Pengetahuan Keluarga
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pengetahuan cukup 42 42.4 42.4 42.4
pengetahuan baik 57 57.6 57.6 100.0
Total 99 100.0 100.0
Frequencies Tabel Kuesioner Pengetahuan
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang mempengaruhi fungsi otak
dan menyebabkan munculnya gangguan dalam berfikir, persepsi, emosi,
gerakan, dan perilaku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 44 44.4 44.4 44.4
benar 55 55.6 55.6 100.0
Total 99 100.0 100.0
Gejala yang dapat diamati dari penyakit skizofrenia meliputi delusi atau
waham, halusinasi, serta tidak mampu berfikir dengan baik.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 28 28.3 28.3 28.3
benar 71 71.7 71.7 100.0
Total 99 100.0 100.0
Gejala-gejala yang terganggu dari dalam diri penderita meliputi tidak
mampu menampakkan/ mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku,
menarik diri, sulit berkonsentrasi, dan kurangnya motivasi/dorongan
untuk beraktivitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 20 20.2 20.2 20.2
benar 79 79.8 79.8 100.0
Ketika penderita skizofrenia mengalami kekambuhan maka keluarga akan
membawa penderita ke rumah sakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 19 19.2 19.2 19.2
benar 80 80.8 80.8 100.0
Total 99 100.0 100.0
Curiga, marah-marah tanpa sebab dan sering melakukan kekerasan
bukanlah tanda dan gejala penyakit skizofrenia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 42 42.4 42.4 42.4
benar 57 57.6 57.6 100.0
Total 99 100.0 100.0
Nama obat dan dosis obat sesuai dengan resep dokter
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 8 8.1 8.1 8.1
benar 91 91.9 91.9 100.0
Waktu pemberian obat sesuai dengan jadwal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 8 8.1 8.1 8.1
benar 91 91.9 91.9 100.0
Total 99 100.0 100.0
Cara penggunaan obat tidak sesuai dengan anjuran dokter atau perawat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 35 35.4 35.4 35.4
benar 64 64.6 64.6 100.0
Total 99 100.0 100.0
Tempat penyimpanan obat yang dikonsumsi penderita adalah di tempat
yang sejuk dan aman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 9 9.1 9.1 9.1
benar 90 90.9 90.9 100.0
Apabila obat yang dikonsumsi penderita telah habis maka keluarga
langsung membawa penderita ke rumah sakit untuk control ulang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 4 4.0 4.0 4.0
benar 95 96.0 96.0 100.0
Total 99 100.0 100.0
Efek samping dari obat yang dikonsumsi penderita adalah ngantuk,
pusing dan sakit kepala
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 19 19.2 19.2 19.2
benar 80 80.8 80.8 100.0
Total 99 100.0 100.0
Meminum obat tidak teratur akan mengurangi gejala penyakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Salah 35 35.4 35.4 35.4
Benar 64 64.6 64.6 100.0
Pemberhentian obat yang tiba-tiba akan menimbulkan mual, muntah, sakit
kepala, gemetar, dan insomnia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 21 21.2 21.2 21.2
benar 78 78.8 78.8 100.0
Total 99 100.0 100.0
Pengobatan yang lama dan efek samping yang timbul menjadi alas an
untuk memberhentikan pengobatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 43 43.4 43.4 43.4
benar 56 56.6 56.6 100.0
Total 99 100.0 100.0
Penggunaan obat harus tetap diteruskan walau penderita terlihat
membaik. Dikarenakan gejala dapat muncul kembali jika penggunaan obat
diberhentikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 13 13.1 13.1 13.1
benar 86 86.9 86.9 100.0
Selama penderita dirumah penderita tidak melakukan kegiatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 39 39.4 39.4 39.4
benar 60 60.6 60.6 100.0
Total 99 100.0 100.0
Keluarga memastikan kebutuhan dasar yaitu kebersihan diri, makan, dan
buang air besar/keci penderita terpenuhi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 13 13.1 13.1 13.1
benar 86 86.9 86.9 100.0
Total 99 100.0 100.0
Kegiatan yang dapat dilakukan penderita setelah meminum obat adalah
kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 31 31.3 31.3 31.3
benar 68 68.7 68.7 100.0
Total 99 100.0 100.0
Keluarga perlu membuat jadwal kegiatan penderita ketika dirumah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 27 27.3 27.3 27.3
benar 72 72.7 72.7 100.0
Selama penderita dirumah, keluarga tidak membantu penderita menjaga
kebersihan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 19 19.2 19.2 19.2
benar 80 80.8 80.8 100.0
Crosstabs
umur respoden * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total pengetahuan
cukup
pengetahuan
baik
umur respoden dewasa muda 10 22 32
31.2% 68.8% 100.0%
dewasa tengah 15 26 41
36.6% 63.4% 100.0%
dewasa akhir 17 9 26
65.4% 34.6% 100.0%
Total 42 57 99
42.4% 57.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 7.820a 2 .020
Likelihood Ratio 7.820 2 .020
Linear-by-Linear Association 6.407 1 .011
N of Valid Cases 99
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
jenis kelamin responden * pengetahuan Crosstabulation
Continuity Correctionb .189 1 .663
Likelihood Ratio .415 1 .519
Fisher's Exact Test .540 .333
N of Valid Casesb 99
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.55.
pendidikan responden * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total pengetahuan
cukup
pengetahuan
baik
pendidikan responden PT 5 13 18
27.8% 72.2% 100.0%
SD 16 6 22
72.7% 27.3% 100.0%
SMA 11 27 38
28.9% 71.1% 100.0%
SMP 10 11 21
47.6% 52.4% 100.0%
Total 42 57 99
42.4% 57.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 12.909a 3 .005
Likelihood Ratio 13.117 3 .004
N of Valid Cases 99
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
k 20
N 30
vt 16.87666667
x 14.7
Koefisien Validitas Isi - Aiken's V
sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai
47
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K. A. H. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga (Cetakan I). Jakarta: Sagung Seto.
Amelia, D. R & Anwar, Z. (2013). Relaps pada Pasien Skizofrenia. Jurnal ilmiah psikoterapi terapan, 01, 2301-8267
Ambari, P. K. M. (2010). Hubungan antara Dukungan Keluaga dengan
Keberfungsian Sosial pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Dipenogoro, Semarang.
Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Dahlan. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariate, Dilengkapi dengan Menggunakan SPSS.
Jakarta: Salemba Medika.
Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Diakses pada tanggal 29 November 2015.
Duvall, E. M. (1977). Marriage and Family Development. Philadelpha: J. B. Lippincott Company.
Effendy, N. (1997). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Fadli, S.M & Mitra. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Kelurga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 7, 466-470.
Fahanani, F. G. (2010). Hubungan Pengetahuan tentang Gangguan Jiwa dengan
Dukungan Keluarga yang Mempunyai Anggota Keluarga Skizofrenia di RSJD Surakarta.disadur pada tanggal 29 November 2015.
Yaqin, T.F. (2015) Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Tanda dan Gejala
SkizofreniaParanoid dengan Upaya Mencegah Kekambuhan Pasien di RSJD Surakarta. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga riset, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Haddah, M. (2013). Promoting Mental Health in Men. Journal of Nursing
Standart 27, 30, 48-57.
Hastono, S. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia. Hawari. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
Isaacs, A. (2004) Keperawatan Jiwa & Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kelly, G. R. & Scott, J. E. (1990). Medication Compliance and Health Education
among Out Patients with Chronic Mental Disorders. Medical Care: Raven
Publisher.
Kurnia, F. Y. P. (2015). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poli Psikiatri RSD Dr. Soebandi Jember. Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Jember.
Lestari, A. (2011). Pengaruh Terapi Psikoedukai Keluarga terhadap
Pengetahuan dan Tingkat Ansietas Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami TB di Kota Bandar Lampung. Tesis Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Marsaulina, I. (2012). Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia yang Berobat Jalan diBadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Medan.
Medan: Repositori USU.
Maslim, R. (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya
Mubarak, W. I., dkk. (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu. Nevid, J. S., dkk. (2002). Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Niven. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain. Alih Bahasa Agung Waluyo; Editor: Monica Ester, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nolen, S. & Hoeksema. (2004). Abnormal Psychology, 3rd edition.
New York: The McGrawHill Companies, Inc.
Nurdiana, S. (2007). Hubungan peran serta keluarga terhadap tingkat
kekambuhan penderita skizofrenia di RS Dr. Moch Ansyari Saleh Banjarmasin. Tesis FKM Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Parawisata. (2006. Ilmu Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Pratama, Y. & Syahrial, I. S. (2015). Hubungan Keluarga Pasien terhadap Kekambuhan Skizofrenia di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,15, 77-86.
Polit & Hungler. (1999). Nursing Research Principles and Methods. Philadelphia: WB Saunders Lippinacoot.
Purnamasari, N. Tololiu, T. Pangemanan, H.C. (2013). Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Rmtumbuysang Manado. Ejournal Keperawatan 1(1).1-7
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rahayu, D. A. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan
Pengobatan Tradisional di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Siberut Kecamatan Sibert Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2012.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarkat, Universitas Andalas,
Palembang.
Rasmun. (2001) Keperawatan Kesehatan Mental Psikatri Terintegrasi dengan
49
Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal
keperawatan dan Kebidanan, 1, 4, 205-215.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Ruddick, F. (2013). Promoting Health and Well-Being. Journal of Nursing
Standart 27, 24, 35-39.
Sari, H. (2009). Pengaruh Family Psycoeduasi Therapy terhadap Beban dan
Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di Kelurahan Bireun Nangroe Aceh Darussalam. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indoneia, Jakarta.
Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sirait, A. (2008). Faktor Risiko Terjadinya Relaps pada Pasien Skizofrenia
Paranoid. Tesis Magister Kedokteran Klinik, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Siswanto. (2006). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi.
Stuard, G.W. (2006). Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W & Laraia. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Philadelphia: Elsevier Mosby.
Suwardiman, D. (2011). Hubungan antara Dukungan Keuarga dengan Regimen
Teraupetik pada Keluarga Klien Halusinasi di RSUD Serang. Skripsi,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.
Tambayong, J. (2002). Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Triwibowo, dkk. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Townsend, M. C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, M. C. (2004). Pedoman Obat dalam Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.
Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wahid, dkk. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Wardana, I.Y. (2009). Pengalaman Keluarga Menghadapi Ketidakpatuhan
Anggota Keluarga dengan Skizofrenia dalam Mengikuti regimen Teraupeik Pengobatan. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indoneia. Jakarta.
WHO. (2009). Milestones in Health Promotion Statement from Global
Conference. Geneva: WHO.
WHO.2012.Health Education: Theoretical Concepts, Effective Strategies And
Core Competencies.Cairo: World Health Organization.
Wilkinson, J.M.2008.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2009). Buku Saku: Diagnosis Keperawatan,
Yusnipah, Y. (2012). Tingkat Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien
Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
18
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1Kerangka Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi pengetahuan
keluarga pasien skizofrenia tentang penyakit skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
Keluarga merupakan orang terekat dengan pasien yang memiliki peran yang
sangat penting dalam kesembuhan pasien. Beberapa penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penjegahan dari timbunya gejala-gejala skizofrenia. Oleh karena itu,
pengetahuan keluarga tentang skizofrenia merupakan landasan keluarga berperan
dalam kesembuhan pasien.
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2Definisi Operasional
Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori yang
dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Pengetahuan keluarga penderita
skizofrenia tentang skizofrenia
Meliputi: Usia, jenis kelamin,
pendidikan
Baik
Cukup
Kerangka konsep ini akan menjelaskan variabel-variabel yang dapat diukur
dalam penelitian ini seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 di bawah ini
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Defenisi operasional Alat ukur Skor Skala
20
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan jenis
penelitian yang digunakan merupakan desain penelitian deskriptif. Tujuannya
untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga yang mengalami skizofrenia tentang
penyakit skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
4.2Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruahan obkjek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik yang akan ditetapkan oleh peneliti (Setiadi, 2013). Populasi target
pada penelitian ini adalah keluarga pasien skizofrenia rawat jalan tahun 2015 di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Jumlah kunjungan
penderita skizofrenia yang diperoleh dari rekam medik adalah 11.336 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang dipilih
berdasarkan kriteria penelitian dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi
(Dahlan, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga dari
penderita skizofrenia yang datang berkunjung ke Poliklinik Rumah Sakit Jiwa
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus
Slovin, yaitu
n= 99,12
n= 99 responden
keterangan :
n = perkiraan besar sampel
N = Jumlah populasi
d = tingkat kesalahan yang dipilih
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin didapat bahwa jumlah
22 4.2.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses penyeleksian porsi untuk dijadikan sampel dari
populasi dan dapat mewakili populasi (Hastono, 2007).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
accidental yaitu setiap individu dapat dijadikan sampel tanpa mempertimbangkan
karakteristik yang dimiliki oleh individu tersebut.
4.3Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
di Jl. Tali Air 21 Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan bulan Maret 2016 sampai
Mei 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 99 responden.
Waktu penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Persiapan penelitian dimulai dari September 2015.
b) Ujian proposal dilaksanakan pada minggu ke dua Desember 2015.
c) Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu.
d) Penyusunan laporan hasil penelitian dilaksanakan pada akhir Mei 2016.
e) Ujian akhir dilakukan pada minggu ketiga Juni 2016
4.4Pertimbangan Etik
Penelitian ini mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etika yaitu
informed consent, anomity dan confidentiality. Awal penelitian diawali secara
administrasi dari izin atau persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas
dengan mengajukan surat permohonan penelitian kepada Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Medan.
Setelah mendapat persetujuan dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad
Ildrem Medan, peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar
persetujuan (informed consent) kepada keluarga pasien sebagai responden. Jika
responden bersedia untuk dijadikan objek penelitian, maka calon responden
terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden
menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya.
Dalam menjaga kerahasiaan (confidentiality) responden, peneliti tidak
mencantumkan nama (anonymity) tetapi hanya mencantumkan nomor responden
pada masing-masing lembaran pengumpulan atau lembar observasi sebagai kode
yang diketahui oleh peneliti.
4.5Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang berpedoman pada konsep dan tinjauan
pustaka. Kuesioner terdiri atas dua bagian, yaitu kuesioner data demografi dan
kuesioner tingkat pengetahuan keluarga pasien yang mengalami skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
Kuesioner data demografi berisi nama, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir.
Kuesioner tingkat pendidikan berisi 20 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini
24 penggunaan obat lima soal dan peran keluarga dalam merawat penderita
skizofrenia sebanyak lima soal.
Jawaban benar bernilai 1 dan salah 0. Skor jawaban responden tertinggi bernilai
20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori
(Arikunto, 2006), yaitu
a. Pengetahuan baik, apabila nilai responden15-20 (>75%).
b. Pengetahuan cukup apabila nilai responden 9-14 (40%-75%).
c. Pengetahuan kurang, apabila nilai responden > 8 (<40%).
4.6Validasi dan Reliabilitas
Kuesioner perlu diuji validitas dan reliabilitas sebelum kuesioner digunakan
untuk pengambilan data yang sebenarnya didalam penelitian.
4.6.1 Validasi
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahian suatu instrumen.
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,
2005). Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni
sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi
yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Validasi isi penelitian ini dilakukan
hanya atas dasar pertimbangan peneliti yang mana juga mengandung unsur
subjektif. Tetapi, hal tersebut tetap mengacu pada isi yang dikehendaki peneliti.
Uji validasi dilakukan dengan cara mengoreksi instrumen dilakukan penilaian
Jenny Marlindawani Purba, SKp, MNS, PhD. Berdasarkan uji validasi tersebut,
kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item
pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin di ukur sesuai dengan teori
atau konsep. Setelah dilakukan uji validitas maka didapatkan hasil bahwa
instrumen penelitian yang digunakan telah valid dengan hasil 0.83 dan dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya.
4.6.2 Reliabilitas
Data kuesioner disusun sendiri oleh peneliti, maka penting untuk dilakukan uji
reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur mengukur konsisten sasaran. Alat ukur yang baik adalah
beberapa kali dipakai sebagai alat ukur pada kelompok subjek yang sama
(Arikunto, 2006).
Uji reliabilitas untuk kuesioner tingkat pengetahuan keluarga pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan dengan
menggunakan rumus Kr21 dalam program komputerisasi. Uji reliabilitas
dilakukan pada 30 responden diluar dari sampel. Suatu instrumen dikatakan
reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih (Polit & Hungler, 1999). Dari pernyataan
tersebut di atas, uji reliabilitas pada 30 responden yang sesuai dengan kriteria
26
4.7Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan, meliputi
a) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi
Fakultas Keperawatan.
b) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
c) Setelah mendapatkan izin, kemudian melaksanakan pengumpulan data
penelitian bekerja sama dengan perawat untuk mengetahui klien yang
memenuhi kriteria .
d) Responden yang tidak termasuk ke dalam kriteria penelitian tidak akan di ikut
sertakan dalam data penelitian.
e) Menjelaskan kepada calon responden terkait tujuan dan manfaat penelitian.
f) Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan
menandatangani inform consent. Apabila responden bersedia maka akan
dilanjutkan ketahap selanjutnya.
g) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga pasien dengan menggunakan
kuesioner.
h) Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang telah terkumpul
kemudian diolah/ dianalisa.
4.8Analisa Data
Sebelum melakukan analisis data yang telah dikumpulkan, maka peneliti telah
informasi yang benar. Empat tahapan pengolahan data yang dilalui, yaitu Editing,
Coding, Entry Data dan Cleaning.
Editing merupakan suatu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jawaban
cukup jelas terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan dan konsisten.
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentu angka/bilangan. Hal ini dilakukan dengan memberi kode pada setiap
variabel untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis dan tabulasi data
serta mempercepat pada saat entry data.
Entry data merupakan suatu proses memasukkan data kedalam komputer.
Tahap selanjutnya adalah analisis data dengan menggunakan program statistik
dalam komputer
Cleaning adalah proses akhir dalam pengelolahan data, dengan melakukan
pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk melihat ada tidaknya
kesalahan dalam memasukkan data.
Pada tahapan selanjutnya, data yang telah diperoleh dianalisa dalam bentuk
univarat. Analisis univarat dilakukan terhadap karakteristik responden dan
variabel terikat. Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2007). Hasil analisa berupa
distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel yang disajikan
dalam bentuk tabel atau dikenal dengan tahap tabulasi.
28
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memberikan deskripsi terkait demografi responden
dan tingkat pengetahuan responden tentang skizofrenia. Penelitian dilakukan di
Rumah Sakit Jiwa Prof Muhammad Ildrem Medan dengan jumlah responden
sebanyak 99 orang. Responden adalah keluarga dari pasien penderita skizofrenia
yang ada di rumah sakit tersebut.
Hasil penelitian yang ingin diketahui adalah deskripsi pengetahuan keluarga
tentang skizofrenia. Penelitian dilakukan dari bulan April – Mei 2016.
5.1 Hasil Penelitian
Total responden dalam penelitian ini adalah 99 orang. Proses pengambilan data
terhadap responden dilakukan dengan teknik kuesioner. Pemilihan responden
dengan metode accidental sampling.
Hasil penelitian ini dibagi atas dua bagian, yaitu demografi responden dan
tingkat pengetahun keluarga tentang skizofrenia. Demografi responden dalam
penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan suku. Tingkat
pengetahuan meliputi pengetahuan keluarga terhadap penyakit skizofrenia,
pengetahuan keluarga dalam merawat pasien dan pengetahuan keluarga tentang
obat serta efek sampingnya.
Dari hasil kuesioner terhadap responden didapatkan bahwa untuk kriteria usia,
41,4 % adalah usia 41-60 tahun, 26,3% adalah usia di atas 60 tahun dan sisanya
adalah usia dibawah 18-40 tahun adalah 32,3%. Dilihat dari kriteria jenis kelamin,
60,6 % responden adalah perempuan, 39,4% adalah laki-laki. Tingkat pendidikan
dari mayoritas responden adalah SMA/sederajat dengan tingkat persentase 38,4%,
SD 22,2% dan SMP 21,2% serta perguruan tinggi 18,2%. Berdasarkan suku,
46,5% adalah suku batak, 26,3% adalah suku jawa, 6,1% adalah suku melayu dan
21,2% adalah suku lainnya. Persentase demografi responden tersebut dapat dilihat
pada Tabel 5.1 di bawah ini
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Ildream Medan (n=99)
No Karakteristik Frekuensi Persentase
30 5.1.2 Pengetahuan keluarga berdasarkan usia responden
Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan usia disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini.
Berdasarkan tabel 5.2, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu
sebanyak 26 orang memiliki pengetahuan baik berusia dewasa tengah.
5.1.3 Pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin responden
Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan jenis kelamin responden (n=99)
Pengetahuan
memiliki pengetahuan yang baik tentang skizofrenia berjenis kelamin perempuan. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang
skizofrenia berdasarkan usia responden (n=99)
5.1.4 Pengetahuan keluarga berdasarkan pendidikan responden
Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang skizofrenia
berdasarkan pendidikan responden disajikan dalam tabel 5.4. berikut ini.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan perentase Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan pendidikan responden (n=99)
Pengetahuan Cukup Pengetahuan Baik Pendidikan
Responden
PT 5 (27.8%) 13 (72.2%) 18 (100.0%)
SMA 11 (28.9%) 27 (71.1%) 38 (100.0%)
SMP 10 (47.6%) 11 (52.4%) 21 (100.0%)
SD 16 (72.7%) 6 (27.3%) 22 (100.0%)
Total 42 (42.4%) 57 (57.6%) 99 (100.0%)
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
yaitu sebanyak 38 orang memiliki pengetahuan yang baik dan berpendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA).
5.1.5 Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia
Hasil analisa data untuk pengetahuan keluarga tentang skizofrenia diperoleh
bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik (57,9%) sedangkan yang
memiliki pengetahuan yang cukup (42,1%). Persentase tingkat pengetahuan
responden tentang skizofrenia dapat dilihat pada Tabel 5.5 di bawah ini
Tabel 5.5 Pengetahuan keluarga tentang Skizofrenia (n=99)
No Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia Frekuensi Persentase
32 Persentase tingkat pengetahuan pada Tabel 5.2, Tabel 5.3, Tabel 5.4, dan
Tabel 5.5 tersebut di atas adalah hasil olah data dari pada kuesioner yang
disebarkan penulis. Total ada 20 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi pengetahuan
keluarga terhadap skizofrenia.
Pertanyaan tersebut diatas dibagi dalam 4 kategori yaitu: pengertian, tanda
dan gejala skizofrenia (pertanyaan nomor 1 sd 5) ; pengobatan skizofrenia
pertanyaan nomor 6 sd 10); efek samping penggunaan obat (pertanyaan nomor 11
sd 15); dan peran keluarga dalam merawat pasien skizofrenia (pertanyaan nomor
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden
Demografi responden seperti telah disinggung di awal meliputi usia, jenis
kelamin, dan pendidikan. Deskripsi untuk masing-masing aspek demografi dari
keluarga pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Medan adalah 41,4% berada pada rentang usia 41-60 tahun. Hasil univariate
diperoleh bahwa umur termuda dari responden adalah usia 18 tahun dan usia yang
tertua adalah usia 77 tahun. Berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang
(60,6%) dan mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Atas/sederajat sebanyak 38 orang. Hal tersebut menggambarkan bahwa
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan, dimana
Muntiaroh, Hidayati dan Meikawati (2013) berpendapat bahwa usia dan tingkat
pendidikan dapat mengubah pola fikir seseorang, dan dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang dalam hal penelitian ini lebih ditujukan pada pengetahuan
tentang skizofrenia.
5.2.2 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan usia
Hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar keluarga pasien
skizofrenia berada pada rata-rata usia dewasa pertengahan yaitu sebanyak 41
orang (41,4%). Usia seseorang pada kelompok usia pertengahan ini memiliki
tingkat kematangan dan kekuatan dalam berfikir dan bekerja terutama
34 tingkat pengetahuan baik pada usia dewasa tengah memiliki frekuensi tertinggi
yaitu 26 orang (63,4%). Hal ini menunjukan bahwa usia memiliki hubungan yang
signifikan dengan pengetahuan.
Cara pandang seseorang dalam penyelesaian masalah – dalam hal ini tindakan memilih fasilitas kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit – dipengaruhi oleh tahap perkemangan usia seseorang. Stuart (dkk, 2005) menyatakan bahwa
kelompok usia dewasa tengah dianggap sudah matang dalam hal mengelola
informasi dan pengetahuan yang diperoleh. Sehingga, semakin bertambah usia
responden maka semakin bertambah keyakinan mereka untuk datang ke fasilitas
kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusnipah
(2012) yang mana memperoleh hasil bahwa rata-rata usia responden adalah 47,2
tahun atau termasuk dalam kelompok usia dewasa tengah.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa usia seseorang
mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan kognitif seseorang, terutama dalam
pengambilan keputusan dalam penggunaan fasilitas kesehatan sebagai sarana
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5.2.3 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan jenis kelamin
Hasil penelitian menyebutkan bahwa jenis kelamin perempuan sebanyak 60
orang (60,6%) lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki 39 orang
peran sentral ibu dalam keluarga sebagai istri yaitu sebagai pembuat keputusan
tentang kesehatan, pendidik dan pemberi asuhan keperawatan dalam keluarga.
Berdasarkan dari Tabel 5.3 distribusi pengetahuan keluarga tentang
skizofrenia berdasarkan jenis kelamin responden dapat diketahui bahwa, tingkat
pengetahuan baik pada jenis kelamin perempuan memiliki frekuensi tertinggi
yaitu 33 orang (55%).
Hasil olah data ini sejalan dengan hasil penelitian Yusnipah (2012)
menyatakan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (71 orang).
Begitu pula dengan hasil penelitian Suwardiman (2011) yang menyatakan bahwa
sebagian besar keluarga yang merawat pasien gangguan jiwa berjenis kelamin
perempuan (59.5%).
Tetapi, Lestari (2011) dalam penelitiannya terhadap keluarga yang merawat
pasien TBC menegaskan bahwa tidak ada hubungan secara langsung karakteristik
jenis kelamin dan pengetahuan. Sejalan dengan itu, berdasarkan hasil cross tab
antara pengetahuan dan jenis kelamin menunjukkan tidak memiliki hubungan
yang signifikan. Hasil cross tab tersebut sejalan dengan pendapat Yusnipah (2012)
yang menyatakan bahwa pengalaman dan peran keluarga lebih berpengaruh
terhadap pengetahuan yang diperolehnya, tidak bergantung pada jenis kelamin
perempuan atau laki-laki.
5.2.4 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan tingkat pendidikan
36 sebanyak 21 orang (21,2%), Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 38
orang (38,4%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 18 orang (18,2%). Data tersebut di
atas menyatakan bahwa mayoritas resonden memiliki pendidikan terakhir setara
SMA.
Distribusi pengetahuan keluarga dari Tabel 5.4 diketahui bahwa frekuensi
tertinggi pendidikan terakhir yang memiliki pengetahuan baik adalah setara SMA
yaitu 27 orang (71.1%). Hasil perhitungan cross tab penelitian menunjukan bahwa
tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan.
Idealnya semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pula
pengetahuannya. Menurut pendapat peneliti pengetahuan seseorang tidak
semata-mata ditentukan oleh tingkat pendidikan. Tetapi, ada hal lain yang perlu dicermati
bahwa semakin sering seseorang memperoleh informasi maka akan semakin luas
wawasan dan pengetahuan seseorang tentang suatu hal (Sari, 2009).
5.2.5 Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan
Skizofrenia merupakan pola penyakit bidang psikiatri yang mana merupakan
sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang mengganggu serta
melibatkan proses berfikir, berpresepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku (Nevid
dkk, 2002).
Studi Bank Dunia (world bank) pada tahun 1995 di beberapa negara
menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Disability Adjusted Life
oleh masalah kesehatan jiwa. Status jiwa yang buruk akan menurunkan
produktifitas sehingga menurunkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pratama, Syahrial, dan Ishak (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor yang memiliki nilai yang signifikan terhadap
kekambuhan pasien skizofrenia yaitu pengetahuan keluarga, dukungan keluarga,
kepatuhan dalam mengonsumsi obat, dan aktivitas keagamaan. Pengetahuan
keluarga yang baik tentang skizofrenia diharapkan dapat mengurangi angka
kekambuhan skizofrenia.
Dilihat dari kriteria hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang baik mengenai skizofrenia yaitu 57 orang (57,6%)
dan 42 orang (42,4%). Peneliti berasumsi bahwa responden mayoritas sudah
mengetahui pengetahuan tentang skizofrenia. Pernyataan tersebut didukung oleh
Ryandini (2011) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan pada keluarga
pasien skizofrenia sebagian besar adalah tinggi pada persentase 55,6%. Hal
tersebut dimungkinkan dengan lamanya proses perawatan dan kunjungan rutin ke
rumah sakit untuk kontrol ulang. Hal ini menjadikan keluarga banyak memperoleh
informasi dan bertemu dengan petugas kesehatan sehingga pengetahuan mereka
tentang skizofrenia juga tinggi.
Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Wardana (2009) yang menyatakan
bahwa responden yang memiliki pengetahuan tentang skizofrenia rendah memiliki
kecenderungan kambuh 3,2 kali dibandingkan dengan keluarga yang memiliki
38 kekambuhan anggota penderita skizofrena. Fadli (2013) menambahkan bahwa
pengetahuan yang perlu dimiliki oleh keluarga antara lain pemahaman tentang
skizofrenia terkait tanda dan gejala, faktor penyebab, cara pemberian obat, dosis
obat dan efek samping pengobatan, serta sikap yang perlu di tunjukkan dan
dihindari selama merawat klien dirumah.
Apabila dilihat dari kriteria pertanyaan maka distribusi jawaban terbanyak
dijawab benar dan salah oleh responden dapat dijabarkan sebagai berikut ini:
a. Pertanyaan dengan kategori pengertian, tanda dan gejala skizofrenia
Pertanyaan dengan kategori pengertian, tanda dan gejala skizofrenia terdiri
dari pertanyaan nomor 1 sampai dengan nomor 5. Pertanyaan yang paling
banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 4
yaitu sebanyak 80 orang (80,8%), pertanyaan tersebut berhubungan
dengan kekambuhan atau muncul kembali tanda dan gejala dari
skizofrenia. Responden setuju apabila penderita mengalami kekambuhan
maka akan segera dibawa ke RSJ, hal ini dapat dilihat dari jumlah
kunjungan dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu
dari 10.787 menjadi 11.336 orang (Rekam Medis, 2015)
Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah
pertanyaan nomor 1 perihal defenisi skizofrenia. Pertanyaan ini dijawab
salah oleh responden sebanyak 44 orang (44,4%). Angka tersebut hampir
setengah dari responden. pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan
apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
kesehatan adalah mengetahui atau mengenal masalah keluarga (Friedman,
2010). Responden menyatakan bahwa skizofrenia bukanlah suatu
gangguan jiwa. Hal ini dilatarbelakangi dengan pengetahuan keluarga
pasien yang masih kurang mengenai skizofrenia pernyataan ini didukung
oleh jawaban dari responden terkait pertanyaan nomor 5. Responden
sebanyak 57 orang (57,6%) menjawab salah tanda dan gejala dari penyakit
skizofrenia. Sejalan dengan hasil penelitian Yaqin (2015) yang
menunjukkan bahwa tanda dan gejala kekambuhan skizofrenia pada
keluarga pasien skizofrenia di instalasi rawat jalan RSJD Surakarta
sebagian besar adalah cukup, serta terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan tanda dan gejala skizofrenia paranoid dengan upaya
mencegah kekambuhan. Responden beranggapan bahwa curiga,
marah-marah tanpa sebab dan sering melakukan kekerasan terjadi hanya jika
keinginan pasien tidak dipenuhi.
b. Pertanyaan dengan kategori penggunaan obat
Pertanyaan dengan kategori penggunaan obat terdiri dari pertanyaan
nomor 6 sampai dengan nomor 10. Pertanyaan nomor 6,7,9, dan 10
dijawan benar dengan persentase 91% sampai 96% hal ini dikarenakan
keluarga pasien rutin membawa penderita skizofrenia untuk melakukan
kontrol ulang, sehingga meningkatkan pengetahuan mereka mengenai
pengobatan pada penderita skizofrenia, dengan kata lain pengalaman
40 Pertanyaan yang banyak dijawab salah oleh responden merupakan
pertanyaan nomor 8 mengenai cara penggunaan obat dengan persentase
64,4%. Pertanyaan ini dijawab beberapa responden memberikan obat
kepada penderita dengan cara menggabungkan dengan pengobatan lain
atau pengobatan tradisional yang mereka anggap dapat membantu
pemulihan pasien.
c. Pertanyaan dengan kategoti efek samping penggunaan obat
Pertanyaan dengan kategori efek samping penggunaan obat terdiri dari
pertanyaan nomor 11 sampai dengan nomor 15. Pertanyaan yang paling
banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 15
yaitu sebanyak 86 orang (86,9%), pertanyaan tersebut mengenai
pemberhentian pengobatan. Yusnipah (2012) menyatakan bahwa sebagian
besar responden mengetahui tentang manfaat, jenis dan dosis obat bagi
pasien halusinasi, namun mayoritas responden belum mengetahui
mengenai efek samping obat pasien.
Pertanyaan yang banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan
nomor 14 tentang penggunaan obat, dan efek samping obat. Jawaban
responden tentang hal ini sebanyak 43 orang (43,4%) menjawab salah.
Padahal pengobatan haruslah tetap diteruskan sesuai dengan anjuran
dokter dikarenakan tanda dan gejala dari skizofrenia dapat muncul
kembali.
Bagi pasien sendiri efek samping obat merupakan salah satu faktor yang
menghentikan minum obat dikarenakan terganggu oleh efek samping obat
sehingga mempengaruhi tingkat kekambuhan pasien skizofrenia (Kazadi,
2008).
Kurnia (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
keteraturan minum obat dan kekambuhan. Penelitian ini menyatakan
bahwa pasien yang tidak teratur minum obat mengalami kekambuhan
31,2% sedangkan yang tidak kambuh sebesar 3,7%.
d. Pertanyaan dengan kategori peran keluarga dalam merawat penderita
skizofrenia
Pertanyaan dengan kategori efek samping penggunaan obat terdiri dari
pertanyaan nomor 16 sampai dengan nomor 20. Pertanyaan yang paling
banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 17
yaitu sebanyak 84 orang (84,8%), pertanyaan tersebut mengenai
pemenuhan kebutuhan dasar penderita skizofrenia. Siswanto (2006)
menyatakan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah perawatan anggota
keluarga yang sakit, dimana keluarga merupakan unit terpenting dalam
pencegahan maupun pengobatan penyakit. Sehingga sudah tanggup jawab
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dari anggota keluarganya yang sakit.
Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah
pertanyaan nomor 16 tentang peran keluarga terhadap penderita
skizofrenia. Responden yang berpendapat setuju dengan pertanyaan
42 persepsi, pikiran, pembicaraan, dan gerakan seseorang. Semua aspek
aktivitasnya dapat terganggu, bahkan dikalangan masyarakat sering
memandang rendah mereka. Pernyataan tersebut sejalan dengan Rakhmat
(2005) yang menyatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh besar
dalam diri kita, dimana kehangatan keluarga dapat menimbulkan perasaan
positif. Sesuai dengan pendapat Rasmun (2001) menyatakan bahwa
terdapat beberapa peran keluarga dalam pemulihan skizofrenia. Peran
tersebut meliputi melibatkan penderita dalam kegiatan sehari-hari dan
kegiatan keluarga, jangan timbulkan rasa malu terhadap pasien, berikan
rasa peduli dan tanggapan bahwa pasien juga mempunyai fungsi seperti
manusia normal umumnya. Sebagai tambahan adalah berikan pujian atas
semua tugas dan kegiatan yang dilakukan pasien untuk merangsang
keinginan atau motivasi untuk melakukannya kembali.
Berdasarkan beberapa analisa pertanyaan di atas, maka disimpulkan bahwa
pengetahuan tentang skizofrenia (terdiri dari pengertian skizofrenia, tanda dan
gejala skizofrenia, pengobatan dan efek samping dari pengobatan, serta peran
keluarga terhadap penderita skizofrenia) yang salah memiliki peluang untuk
timbulnya kembali kekambuhan pada penderita. Hal tersebut dapat ditinjau dari
rekam medis Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildream Medan yang
mengalami peningkatan penderita skizofrenia setiap tahunnya. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang skizofrenia sangatlah penting diberikan kepada keluarga.
Peningkatan pengetahuan tentang skizofrenia kepada keluarga dapat dilakukan
pendidikan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan status kesehatan dan
tingkat pengetahuan baik individu, kelompok, maupun komunitas. Dalam konteks
ini meliputi anggota keluarga penderita skizofrenia. Sehingga, dapat mengurangi
angka kejadian masalah kesehatan mental ataupun skizofrenia.
Pendidikan kesehatan bergantung pada hubungan dan komunikasi antara
perawat dengan keluarga pasien. Perawat diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan baik pasien maupun keluarga pasien. Oleh sebab
itu, seluruh perawat diharapkan mampu menolong pasien dan keluarga pasien
dalam meningkatkan pengetahuan mereka melalui pendidikan kesehatan
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini mengetengahkan kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan di
bab sebelumnya. Selain itu, pada bab ini penulis juga mengetengahkan
keterbatasan penelitian yang mana dapat menjadi saran bagi penelitian berikutnya
untuk topik yang sama.
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka dapat diidentifikasi bahwa
pengetahuan keluarga pasein skizofrenia adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil distribusi tingkat pengetahuan untuk masing-masing aspek demografi.
Pada aspek demografi usia, hasil distribusi menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan keluarga pasien skizofrenia adalah baik untuk 57 orang (57,6%).
Sisanya 42 orang (42,4%) menunjukkan tingkat pengetahuan cukup. Demikian
pun halnya dengan aspek jenis kelamin, pendidikan dan suku. Sebaran distribusi
pengetahuan pada masing-masing aspek demografi tersebut adalah cukup untuk
42 orang dan 57 orang sisanya adalah baik.
Hal yang menjadi perhatian adalah pada aspek usia, responden pada usia
dewasa tengah lebih baik pengetahuannya daripada dengan tingkat pengetahuan
Hal ini dapat disimpulkan bahwa usia dewasa tengah memiliki sisi proteksi
yang lebih baik terhadap anggota keluarga dibandingkan dengan responden pada
usia dewasa tengah dan dewasa akhir. Selain usia, pada aspek demografi jenis
kelamin menunjukkan mayoritas responden adalah perempuan. Hal ini sangat
logis disadari karena perempuan adalah pembuat keputusan tentang kesehatan,
pendidik dan pemberi asuhan keperawatan dalam keluarga (Freidman, 1998;
Yusnipah, 2012; Suwardiman, 2011).
Pada aspek demografi pendidikan pun menunjukkan hal yang menarik.
Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah SMA dan
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Artinya, tingkat pendidikan masyarakat
yang semakin tinggi akan mampu menunjang penerimaan informasi dan
pengetahuannya tentang suatu hal (Sari, 2009).
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam jangka waktu tertentu sehingga hasil penelitian ini
hanya benar pada kondisi waktu penelitian. Tetapi, penelitian ini dapat menjadi
acuan untuk penelitian sejenis pada objek penelitian di tempat lain.
6.3 Saran
6.3.1 Pendidikan Keperawatan
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat pengetahuan keluarga tentang
46 skizofrenia lebih ditingkatkan sehingga pengetahuan mahasiswa tentang
skizofrenia lebih diperdalam.
6.3.2 Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan adalah baik. Temuan
menarik adalah bahwa sebagian besar keluarga penderita skizofrenia
berpendidikan SMA. Oleh karena itu, perlu ada penelitian lanjutan untuk
melengkapi ini. Penelitian lanjutan terkait apakah faktor latar belakang pendidikan
keluarga bisa berpotensi mengakibatkan anggota keluarga menderita skizofrenia.
Selain itu, penelitian ini dapat juga digunakan untuk penelitian lanjutan dengan
menggunakan desain penelitian yang berbeda. Hal tersebut diantaranya untuk
penelitian selanjutnya dapat dilakukan perbandingan tingkat kekambuhan antara
penderita skizofrenia dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tentang
skizofrenia kategori baik dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tentang
skizofrenia kategori cukup.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan (Knowledge)
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain,
pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu kejadian yang pernah
dialami, baik secara sengaja maupun tidak disengaja, dan hal ini disebabkan oleh
pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).
Menurut Mubarak (dkk, 2007), pengetahuan adalah kesan yang timbul dalam
pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca inderanya. Hal ini berbeda
sekali dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition), dan
informasi-informasi yang keliru (misinformation). Pengetahuan timbul karena adanya sifat
ingin tahu yang merupakan salah satu sifat umum yang dimiliki manusia, dan
identik dengan keputusan yang dibuat oleh seseorang terhadap sesuatu
(Triwibowo, 2015).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah suatu informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan melalui
alat indera kita, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja, yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
8 a) Tahu (know) merupakan pemanggilan kembali (recall) memori yang telah ada
sebelumnya.
b) Memahami (comprehension) suatu objek. Tindakan ini bukan hanya sekedar
tahu atau dapat menyebutkan saja, tetapi juga harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang suatu objek yang diketahui tersebut.
c) Aplikasi (application) dapat diartikan bahwa orang yang telah memahami suatu
objek maka orang tersebut dapat mengaplikasikan pada situasi yang lain.
d) Analisis (analysis) merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah.
e) Sintesis (synthesis) menunjukkan suatu kemampuan untuk merangkum
hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang ada. Dengan kata lain,
kemampuan menyusun formulasi yang baru dari informasi yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation) tindakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
maupun tindakan.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam diri) dan
eksternal (dari luar diri). Faktor internal diantaranya adalah usia, pendidikan dan
pengalaman. Sedangkan, faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan,
informasi, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2007).
Usia dikatakan mempengaruhi pengetahuan karena usia mempengaruhi daya
maka akan semakin berkembang daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin baik.
Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan
pengetahuan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar institusi pendidikan serta berlangsung seumur
hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah
menerima informasi. Semakin banyak informasi, maka semakin banyak pula
pengetahuan yang didapatkan.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Pengalaman belajar yang
dikembangan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta
mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan. Pengetahuan personal
mengintegrasikan dan menganalisa situasi interpersonal terbaru dan pengalaman
masa lalu. Oleh karena itu, semakin banyak pengalaman semakin bertambah pula
pengetahuan seseorang.
Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Begitu juga dengan faktor lingkungan.
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar individu. Lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku orang maupun kelompok, sistem sosial budaya
yang ada pada masyarakat. Lingkungan pun dapat mempengaruhi sikap dalam
10
2.2 Keluarga
2.2.1 Defenisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota keluarga (Duval, 1972). Undang-undang nomor 10 tahun 1992
mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Achjar (2010) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu sistem, dimana
tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga.
Perubahan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua anggota.
2.2.2 Fungsi Keluarga
Terdapat tujuh fungsi keluarga secara spesifik (Siswanto,2006), yaitu:
a) Reproduksi
Fungsi keluarga secara reproduksi bukan hanya mempertahankan dan
mengembangkan keturunan atau generasi, tetapi juga mengembangkan fungsi
reproduksi secara universal, diantaranya adalah seks yang sehat dan
berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lainnya.
b) Sosialisasi
Dalam proses pembentukan identitas diri, anggota keluarga akan menyesuaikan
diri dengan kebudayaan, kebiasaan, dan situasi sosial, yang pada akhirnya akan
berperan sesuai dengan jenis kelaminya dan akan berusaha menjalankan
c) Pertumbuhan individu
Fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikis berupa kebutuhan
makan dan pembinaan kepribadian.
d) Pendidikan
Keluarga mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anggota
keluarganya dalam menambah dan mengasah ilmu untuk menghadapi
kehidupan.
e) Religius
Fungsi keluarga dalam hal religius adalah membina norma/ajaran agama
sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga.
f) Rekreasi
Keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi
ketegangan akibat berada di dalam rumah maupun di luar rumah.
g) Perawatan kesehatan
Keluarga merupakan unit utama dalam proses pencegahan maupun pengobatan
penyakit. Keterlibatan dan dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan, dimana
tanpa fungsi ini proses rehabilitas akan susah dilakukan di dalam keluarga.
2.2.3 Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas pokok keluarga ada delapan (Effendy, 1997), yaitu:
a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
12 d) Sosialisasi antar anggota keluarga.
e) Pengaturan jumlah anggota rumah tangga.
f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
2.2.4 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Tugas keluarga di bidang kesehatan merupakan wujud nyata dari satu fungsi
keluarga dalam hal pemeliharaan kesehatan. Friedman (2010) membagi tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak dapat diabaikan. Oleh
karena itu, setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan
perubahan-perubahan dalam bidang kesehatan yang terjadi diantara anggota
keluarga.
b) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan atau kondisi kesehatan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan.
c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan terutama pada
penderita gangguan jiwa berat atau skizofrenia, anggota keluarga yang tidak
dapat mengurus dirinya sendiri dikarenakan cacat atau usianya yang terlalu