• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Diagnosa Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Diagnosa Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

di RSJD. Provinsi Sumatera Utara Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

DANI WIDIANTO 102500010

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang diberikan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Diagnosa Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan,

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan,

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua Prodi D-III

Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya

kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat

selesai tepat waktu.

4. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji yang

dengan sabar telah menguji dan membimbing penulis.

5. Ibu Yessi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep, dan Bapak M. Sukri Tanjung, S.Kep,

Ns, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang dengan sabar membimbing

penulis dalam menyelesaikan program pendidikan D-III Keperawatan.

6. Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, yang

telah memberikan tempat, waktu dan kesempatan kepada penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Teman-teman satu angkatan Stambuk 2010, Program Studi D-III

(4)

telah banyak membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

8. Kepada Ayahanda dan Ibunda, keluarga dan orang terdekat penulis serta orang yang spesial (Fatma Rafika), yang selalu memberikan doa, motivasi,

dukungan moril serta kasih sayang kepada penulis sehingga penulis

termotivasi dalam menyelesaikan Program Pendidikan D-III Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari kata sempurna, dan diharapkan ada kritikan yang membangun. Penulis

berharap kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya bagi kita

semua.

Medan, 15 Juli 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Tujuan... 2

1.2.1 TujuanUmum... 2

1.2.2 Tujuan Khusus... 2

1.3 Manfaat... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS... 4

2.1 Konsep Dasar Askep Dengan Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran... 4

2.1.1 Pengkajian Keperawatan... 10

2.1.1.1 Faktor Predisposisi... 10

2.1.1.2 Faktor Presipitasi... 11

2.1.1.3 Perilaku... 11

2.1.1.4 Emosi... 12

2.1.1.5 Sumber Koping...12

2.1.1.6 Mekanisme Koping...12

2.1.2 Analisa Data...13

2.1.3 Rumusan Masalah... 14

2.1.4 Perencanaan... 15

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus...19

2.2.1 Pengkajian... 19

2.2.2 Analisa Data... 29

2.2.3 Diagnosa Keperawatan... 30

2.2.4 Perencanaan Dan Rasional... 31

(6)

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN... 41 3.1 Kesimpulan... 41

3.2 Saran... 42

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan masalah keperawatan yang sangat penting bagi

individu. Salah satu diantaranya adalah kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan karena

banyaknya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dimana dalam

memenuhi kebutuhan tersebut mengakibatkan individu mengalami stress. Untuk

itu kita harus meningkatkan kerja sama antara bidang penyembuhan kesehatan

dengan perawatan dan pengobatan. Secara umum tugas seseorang tidaklah cukup

hanya terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan, tetapi juga peran

perawat masa kini harus mampu meningkatkan derajat kesehatan jiwa, mencegah

terjadinya gangguan jiwa, memulihkan, mengurangi dan menghilangkan penyakit

serta melaksanakan program rehabilitasi.

Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada masyarakat adalah

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran. Menurut Cook dan Fontaine

(1987) perubahan persepsi sensori: Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan

jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan

sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.

Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selaain itu, perubahan

persepsi sensori: halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang

suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan

dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,

penciuman, perabaan, dan pengecapan).

Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon

neurobiological yang maladaptif (Stuart & Sundeen, 1998 dalam Suliswati, 2009).

Menurut Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien

gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi, delirium dan kondisi yang

berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Klien dengan

skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori halusinasi. Jenis

(8)

Gangguan halusinasi ini umunya mengarah pada perilaku yang membahayakan

orang lain, klien sendiri dan lingkungan.

Setelah penulis melakukan pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara Medan, khususnya di ruangan Sorik Marapi yang

dominan pasien dengan diagnosa Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Pendengaran maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada

pasien tersebut karena pada pasien dengan gangguan persepsi sensori banyak yang

mengalami gangguan halusinasi pendengaran, yaitu kira-kira sebanyak 70% dari

seluruh pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan

20% halusinasi penglihatan, selebihnya 10% adalah halusinasi penghidu,

pengecap, dan perabaan. Selain itu,banyak diagnosa yaang muncul akibat dari

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran yaitu di antaranya perilaku

kekerasan yang harus segera ditangani karena dapat membahayakan diri pasien,

orang lain bahkan petugas kesehatan.

1.2Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan gambaran

nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Masalah Gangguan Persepsi

Sensori: Halusinasi Pendengaran.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Masalah Gangguan

Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan

Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan Masalah

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan

(9)

e. Mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan Masalah

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

1.3 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat

memberikan manfaat :

a. Bagi Penulis

Sebagai pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan

di Fakultas Keperawatan USU.

b. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Jiwa.

Dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah sakit jiwa agar dapat

melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

c. Bagi Praktek Keperawatan

Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat untuk mengetahui tentang

asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama Gangguan

Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

d. Bagi pendidikan keperawatan

Dapat menambah wawasan bagi tenaga pendidik yang berhubungan

dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama Gangguan

(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperaawatan Dengan Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Pengertian

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien

memberi resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan

yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada

orang yang berbicara (Kusumawati, 2010 dalam Fitria, 2009). Halusinasi adalah

suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori

persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan

pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009 dalam Fitria, 2009)

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar

dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien

berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007 dalam Fitria, 2009).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di

atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien

melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan

yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien

mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa

yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladptif individu yang berada

dalam rentang respon neurobiligist (Stuart & Laraia, 2001 dalam Purba, 2008). Ini

merupakan persepsi paalinng maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya

akuraat, mampu mengidentifikasi dan mengiterprestasikan stimulus berdasarkan

(11)

penghidu, pengecapan dan perabaan), pasien dengan halusinasi mempersepsikan

suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal

mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang

diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interprestasi

yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang

diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Adaptif Maladaptif

Jenis Halusinasi serta data objektif dan subjektif.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang subjektif dan objektif

pada klien dengan halusinasi.

No Jenis

halusinasi

Data Objektif Data Subjektif

1. Halusinasi

Dengar /

suara

Bicara atau tertawa sendiri,

marah marah tanpa sebab,

menyedengkan telinga

kearah tertentu, menutup

Mendengar suara-suara atau

kegaduhan, mendengar suara

yang mengajak

bercakap-cakap, mendengar suara 1.pikiran logis

2.persepsi akurat

3.emosi konsisten dengan pengalaman

4.perilaku sesuai

5.hubungan sosial positif

1.kadang pikiran terganggu

2.ilusi

3.emosi

berlebihan/kurang

4.perilaku yang tidak biasa

5.menarik diri

1.gangguan proses pikir/delusi

2.halusinasi

3.tidak mampu mengalami emosi

4.perilaku tidak terorganisir

(12)

telinga menyuruh melakukan sesuatu

yang berbahaya

2. Halusinasi

penglihatan

Menunjuk-nunjuk kearah

tertentu, ketakutan dengan

sesuatu yang tidak jelas

Melihat bayangan, sinar/

cahaya, bentuk geometris,

bentuk kartun, melihat hantu,

monster,atau panorama yang

luas dan kompleks, bisa

menyenangkan atau

menakutkan

3 Halusinasi

penghidu

Menghidu seperti sedang

membaui bau-bauan tertentu,

menutup hidung.

Membaui bau-bauan yang

busuk, amis dan bau yang

menjijikan seperti bau darah,

urin, feses, kadang-kadang bau

itu menyenangkan

4. Halusinasi

pengecapan

Sering meludah, muntah Mengatakan merasakan

sesuatu yang busuk, amis atau

menjijikan seperti rasa darah,

urin atau feses.

5. Halusinasi

perabaan

Mengaruk-garuk permukaan

kulit

Mengatakan rasa sakit atau

tidak enak tanpa adanya

stimulus yang terlihat

Contoh :

Merasakan sensasi listrik

datang dari tanah, bemda mati

atau orang lain, mengatakan

ada serangga dipermukaan

kulit, merasa seperti tersengat

listrik.

6. Halusinasi

senestetik

Memverbalisasi dan atau

obsesi terhadfap proses

tubuh, menolak untuk

menyelesaikan tugas yang

Mengatakan merasakan fungsi

tubuh seperti darah mengalir

melalui vena dan arteri,

(13)

memerlukan bagian tubuh

pasien yang diyakini pasien

tidak berfungsi

pembentukan urin.

Proses Terjadinya Halusinasi

Bentuk gangguan persepsi sensori yang paling sering terjadi pada klien

dengan gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.Bentuk

halusinasi ini dapat berupa suara-suara dan gambaran-gambaran. Tetapi paling

sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi

tingkah laku klien sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti: bicara

sendiri bertengkar atau respon lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap

mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian

pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran

dan penglihatan merupakan suatu tanda mayor dari gangguan sikijoprenia dan

suatu syarat diagnostik minor untuk metaklia involsi, psikosa mania depresi dan

(14)

Tahapan, karakteristik, dan perilaku yang ditampilkan

Tahap Karakteristik Perilaku klien Tahap I

Memberi rasa nyaman

tingkat ansietas sedang

secara umum halusinasi

merupakan suatu

kesenangan

 Mengalami ansietas,

kesepian rasa bersalah

dan ketakutan.

 Mencoba berfokus

pada pikiran yang

dapat menghilangkan

ansietas.

 Pikiran dan

pengalaman sesnsori

masi ada dalam

kontrol kesadaran

(jika kecemasan

dikontrol ).

 Tersenyum tertawa

sendiri.

 Mengerakan bibir

tanpa suara.

 Pergerakan mata yang

cepat.

 Respon verbal yang

lambat.

 Diam dan

berkonsentrasi

Tahap II

Menyalahkan, tingkat

kecemasan berat secara

umum halusinasi

menyebabkan rasa

antipati

 Pengalaman sensori

menakutkan.

 Mulai merasa

kehilangan kontrol.

 Merasa dilecehkan

oleh pengalaman

sensori tersebut.

 Menarik diri dari

orang lain.

 Nonpsikotik.

 Peningkatan SSO,

tanda-tanda ansietas

peningkatan denyut

jantung, pernafasan

dan tekanan darah.

 Rentang perhatian

menyempit.

 Konsentrasi dengan

pengalaman sensori.

 Kehilangan

kemampuan

membedakan

(15)

Tahap III

Mengontrol tingkat

kecemasan berat

pengalaman sensori tidak

dapat ditolak lagi

 Klien menyerah dan

menerima pengalaman

sensorinya.

 Isi halusinasi menjadi

antraktif.

 Kesepian bilam

pengalaman sensori

berakhir.

 Psikotik.

 Perintah halusinasi

ditaati.

 Sulit berhubungan

dengan orang lain.

 Rentang perhatian

hanya beberapa detik /

menit.

 Gejala sisa ansietas

berat, berkeringat,

tremor, tidak mampu

mengikuti perintah.

Tahap IV

Menguasai tingkat

kecemasan panik secara

umum diatur dan

dipengaruhi oleh waham.

 Pengalaman sensori

menjadi ancaman.

 Halusinasi dapat

berlangsung beberapa

jam atau hari ( jika

tidak di intervensi).

 Psikotik.

 Perilaku panik.  Potensial tinggi untuk

bunuh diri atau

membunuh.

 Tindakan kekerasan,

agitasi, menarik diri

atau ketakutan.

 Tidak mampu

berespon terhadap

perintah yang

kompleks.

 Tidak mampu

berespon terhadap

(16)

2.1.1 Pengkajian

2.1.1.1 Faktor Predisposisi

a. Biologi

Abnormalitas yang menyebabkan respon neurologi yang

maladaptif termasuk hal hal berikut.

• Penelitian pencitran otak yang nenunjukan keterlibatan otak yang lebih

luas dalam perkembangan skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal

dan limbic.

• Beberapa kimia otak di kaitkan dengan skizofrenia seperti dopamine neurotransmiter yang berlebihan dan masalah pada respon dopamine.

b. psikologi

Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi

terjadi karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai

suara respon terhadap konflik psikologis dan kebutuhan yang tidak

terpenuhi, sehingga halusinasi merupakan gambaran dan rangsangan

keinginan dan ketakutan yang di alami oleh klien. Mudah kecewa, mudah

putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri

rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran dan koping destruktif.

c. perkembangan

jika perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.

d. sosial budaya

kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan

orientasi realita seperti kemiskinan,konflik sosial budaya dan kehidupan

yang terisolasi disertai stress,isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit

(17)

e. faktor genetik

adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga

terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.

2.1.1.2 Faktor presipitasi

Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu

sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk

menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien

dalam kelompok, terlalu lama tidak di ajak komunikasi, objek yang ada di

lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus

tejadinya halusinasi, hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang

merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

2.1.1.3 Perilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak

aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak

mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan

tidak nyata.

Pasien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan

respon negatif ketika mereka menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Oleh

sebab itu, banyak pasien kemudian enggan untuk menceritakan pengalaman

pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk

dibicarakan dengan orang lain. Kemampuan untuk bercakap cakap tentang

halusinasi yang dialami oleh pasien penting untuk memiliki ketulusan dan

perhatian yang penuh untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.

Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda tanda dan perilaku

halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar

mengetahui jenis halusinasinya. Validasi informasi tentang halusinasi yang di

(18)

1. Isi halusinasi yang di alami pasien

2. Waktu dan frekuensi halusinasi

3. Situasi pencetus halusinasi

4. Respon pasien

2.1.1.4 Status emosi

Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan

bermusuhan, kecemasan berat atau panik, dan suka berkelahi.

2.1.1.5 Sumber koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan

strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan

menggunakan sumber koping yang ada dilingkunganya. Sumber koping tersebut

dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan

keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman

yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.

2.1.1.6 Mekanisme koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di arahkan pada

pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan

mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme

koping adalah sebagai berikut:

a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku

kembali seperti seperti pada perilaku perkembangan anak atau

berhubungan dengan masalah proses proses informasi dan upaya untuk

menanggulangi ansietas.

b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada

orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri ( sebagai upaya

(19)

c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun

psikologis, reaksi fisik yaitu individu menghindar dari stresor, misalnya

menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain - lain, sedangkan

reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis dan isolasi diri,

tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

2.1.2 Analisa Data

Langkah selanjutnya dari proses keperawatan pada pasien dengan masalah

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi adalah dengan melakukan analisa data

yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data yang perlu dikaji adalah

sebagai berikut:

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji

Perubahan persepsi

sensori: halusinasi

Subjektif:

• Klien mengatakan mendengar sesuatu • Klien mengatakan melihat bayangan putih • Klien mengatakan dirnya seperti disengat listrik

• Klien mencium bau bauan yang tidak sedap,

seperti feses

• Klien mengatakan kepalanya melayang diudara • Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu

yang berbeda pada dirinya

Objektif:

• Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat

dikaji

• Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

• Berhenti bicara di tengah tengah kalimat untuk

mendengarkan sesuatu

(20)

• Konsentrasi rendah

• Pikiran cepaat berubah-ubah • Kekacauan alur pikiran

2.1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang mungkin muncul pada pasien dengan Gangguan Persepsi

Sensori: Halusinasi Pendengaran adalah sebagai berikut:

1. Resiko tinggi perilaku kekerasan

2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi

3. Isolasi sosial

4. Harga diri rendah kronis.

Dari masalah tersebut di atas dapat di susun pohon masalah sebagai berikut:

Effect

Core problem

Etiologi

Tabel 2.1.3 dikutip dari ( Asfi, 2012 ). Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

Kerusakan interaksi sosial

Harga diri rendah kronis

(21)

2.1.4 Perencanaan

Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana

perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi

masalahnya, perencanaan di susun berdasarkan diagnosa keperawatan.

1. Tindakan keperawatan untuk klien

A. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut.

a. Klien mengenali halusinasi yang di alaminya.

b. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.

B. Tindakan keperawatan.

a. Membantu klien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, kita dapat

melakukan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi

(apa yang di dengar dan dilihat), waktu terjadinya halusinasi,

frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan

halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.

b. Melatih pasien mengontrol halusinasi, untuk membantu pasien

agar mampu mengontrol halusinasi kita dapat melatih pasien

empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan

halusinasi. Keempat cara tersebut adalah:

- Menghardik halusinasi

- Bercakap cakap dengan orang lain

- Melakukan aktifitas terjadwal

- Menggunakan obat secara teratur.

Latihan satu. Melatih menghardik halusinasi (SP 1).

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap

halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih

untuk mengatakan tidak pada halusinasi yaang muncul atau tidak

memperdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa di lakukan, pasien akan

(22)

Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak

akan larut untuk mengikuti apa yang ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi.

b. Memperagakan cara menghardik halusinasi.

c. Meminta pasien memperagakan ulang.

d. Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku ini.

Latihan dua. Melatih pasien bercakap cakap dengan orang lain (SP 2)

Untuk dapat mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap

cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap cakap dengan orang lain

maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi

kepercakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah

satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan

bercakap cakap dengan orang lain.

Latihan tiga. Melatih pasien beraktifitas secara terjadwal (SP 3).

Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktifitas secara teratur. Dengan demikian pasien

tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali

mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa

dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara

teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut:

1. Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi

halusinai.

2. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien.

(23)

4. Menyusun jadwal aktifitas sehari hari sesuai dengan aktifitas yang

telah dilatih.

5. Memantau pelaksanaan pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi

penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

Latihan empat. Melatih pasien menggunakan obat secara teratur (SP4)

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih

untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien

gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering kali mengalami putus obat

sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan

terjadi maka untuk mencapai kondisi semula akan lebih sulit. Untuk itu

pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

1. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.

2. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.

3. Jelaskan akibat bila putus obat.

4. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.

5. Jelaskan penggunaan obat dengan prinsip lima benar (benar obat,

benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga

a. Tujuan untuk keluarga adalah keluarga dapat merawat pasien dirumah

dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

b. Tindakan keperawatan

Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien

gangguan jiwa di rumah. Hal ini mengingat keluarga adalah sistem

pendukung terdekat dan orang yang bersama sama dengan klien selama 24

jam. Keluarga sangat menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap

sehat. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat

(24)

Namun demikian, jika keluarga tidak mampu merawat maka klien

akan kambuh bahkan untuk memulihkanya kembali akan sangat sulit. Oleh

karena itu perawat harus melatih keluarga agar mampu merawat klien

gangguan jiwa dirumah.

Pendidikan kesehatan keluarga dapat dilakukan melalui tiga tahap:

Tahap I adalah menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh klien dan

pentingnya peran keluarga untuk mendukung klien.

Tahap II adalah melatih keluarga untuk merawat klien.

Tahap III adalah melatih keluarga untuk merawat klien langsung.

Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi

pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan

gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara merawat klien

halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat, dan pemberian ektifitas

pada klien), serta sumber sumber pelayanan kesehatan yang bisa di

(25)

2.2Asuhan Keperawatan Kasus 2.2.1 Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I.Biodata

Identitas Pasien

Nama : Tn.J

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 25 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : -

Alamat :Jln. Sedia Dusun v, Desa Tanjung Rejo, Kec.Percut

Sei Tuan, Kab.Deli Serdang.

Tanggal Masuk RS : 06 juni 2013

No. Register : 03 15 45

Ruangan/Kamar : Sorik Marapi

Galongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 18 juni 2013

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Skizofrenia

II. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sejak satu bulan yang lalu sering mendengarkan suara suara

yang memintanya untuk tidak berteman dengan semua orang apalagi orang yang

tidak baik, pasien juga merasakan susah tidur, gelisah, pergi tanpa tujuan, dan

sering marah marah tanpa sebab.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

(26)

1. Apa Penyebabnya :

Sejak satu bulan yang lalu pasien mendengarkan suara suara

yang memintanya untuk tidak berteman dengan semua orang

apalagi dengan orang yang tidak baik.

2. Hal hal yang memperbaiki keadaan:

Pasien mengatakan hanya berbicara dengan sendirinya.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan : Klien mengatakan merasakan

halusinasi pada saat klien akan tidur pada siang dan malam

hari.

2. Bagaimana dilihat : Klien terlihat gelisah, tampak

berbicara sendiri, klien tampak terdiam sejenak dan

mengarahkan telinga kesatu arah.

C. Region

1. Dimana lokasinya : -

2. Apakah menyebar : -

D. Severity : Halusinasi klien sudah berada pada

tahap ke-2.

E. Time : Klien merasakan halusinasinya 2-3

kali/hari.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami : Pasien pernah mengalami gangguan

jiwa

B. Pengobatan yang di lakukan : Proses pengobatan pasien kurang

berhasil karena pasien tidak rutin mengkonsumsi obat

C. Pernah di rawat/di operasi : Pernah di rawat di rumah sakit jiwa

D. Lama dirawat : Kurang lebih 1 bulan

E. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan

(27)

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang Tua : Pasien mengatakan terdapat orang tua yang

mengalami gangguan jiwa (ibu).

B. Sudara kandung : Terdapat saudara kandung yang mengalami

gangguan jiwa yaitu adik kandung dengan gejala suka marah marah,

susah tidur, selalu murung dan gelisah.

C. Penyakit keturunan yang ada : Terdapat penyakit keturunan gangguan

jiwa pada keluarga klien.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Pasien mengatakan

terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Jika ada, hubungan keluarga : Adik kandung

Gejala : Suka marah marah, susah tidur, selalu murung dan gelisah.

E. Anggota keluarga yang meninggal : Tidak ada

F. penyebab meninggal : Tidak ada

VI. RIWAYAT OBSTETRIK

Tidak ada masalah pada riwayat obstetrik pasien.

VII.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya:

Pasien merasa rendah diri dengan keadaan penyakit yang di derita dan

ingin cepat sembuh.

B. Konsep diri

• Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bentuk tubuh nya • Ideal diri : Pasien berharap dirinya cepat sembuh dan

(28)

• Harga diri :Pasien merasa rendah diri dengan

penyakitnya.

• Peran diri :Pasien berperan sebagai anak di rumah.

• Identitas :Pasien seorang anak laki laki dan anak

ketiga dari 4 bersaudara.

C. Keadaan emosi : Stabil

D. Hubungan sosial

• Orang yang berarti : Orang tua.

• Hubungan dengan kel;uarga : Pasien mengatakan

hubungan dengan keluarga terjalin dengan baik, keluarga

perhatian dengan keadaan pasien sekarang.

• Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan

tidak dapat berhubungan dengan orang lain disekitarnya

karena sakit.

• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

hambatan dalam berhubungan dengan orang lain kerena

pasien mengalami gangguan jiwa dan dijauhi oleh orang

sekitarnya.

E. Spiritual

• Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama kristen

katolik.

• Kegiatan ibadah : pasien tidak dapat mengikuti

kegiatan ibadah karena sakit.

VIII. STATUS MENTAL

Setelah dilakukan pengkajian status mental pada pasien dengan Gangguan

Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran, maka didapatkan pasien dengan tingkat

kesadaran terorientasi, penampilan tidak rapi, pembicaraan keras, alam perasaan

lesu, afek klien datar, interaksi selama wawancara baik, klien dengan persepsi

pendengaran, proses pikir baik, isi pikir baik, tidak terdapat waham tertentu pada

(29)

IX. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum : Baik

B. Tanda tanda vital

- Suhu tubuh : 37°C

- Tekanan darah : 110/80 mmHg

- Nadi pernafasan : 82x/i

- Skala nyeri : 20x/i

- TB : 167 cm

- BB : 59 kg

C. Pemeriksaan head to toe

Kepala dan rambut

- Bentuk : Simetris

- Ubun ubun : Normal

- Kulit kepala : Bersih

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran rambut

merata dan keadaan rambut kurang bersih

- Bau : Sedikit berbau

- Warna kulit : Sawo matang

Wajah

- Warna kulit : Sawo matang

- Struktur wajah : Simetris

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : terdapat dua buah mata dan

simetris antara ka/ki

- Palpebra : Tidak ada edema

- Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva merah muda,

bersih dan bebas eritema

- Pupil : Diameter ± 3 cm

(30)

- Visus : -

- Tekanan bola mata : -

Hidung

- Tulang hidung dan septun nasi: Terdapat tulang hidung dan

septum nasi normal

- Lubang hidung : Simetris, bersih dan tidak

ditemukan tanda infeksi

- Cuping hidung : Tidak ada cuping hidung

Telinga

- Bentuk telinga : Simetris antara ka/ki

- Ukuran telinga : Normal, simetris antara

ka/ki

- Lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen

di dalam telinga

- Ketajaman pendengaran : Tidak ada gangguan

pendengaran

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : Normal/lembab

- Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada tanda peradangan

pada gusi

- Keadaan lidah : Baik, dapat membedakan

asam dan manis

- Orofaring : Normal

Leher

- Posisi trakea : Normal, medial

- Thyroid :Tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid

- Suara : Normal

- Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelanjar limfe

- Vena jugularis : Teraba, tidak ada distensi

(31)

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan : Cukup

- Kehangatan : Normal

- Warna : Sawo matang

- Turgor : Normal, kembali dengan cepat

- Kelembaban : Kulit sedikit kering

- Kelainan pada kulit: Tidak ada

Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk

- Warna payudara dan aerola

- Kondisi payudaraa dan puting

- Produksi asi

- Aksila dan klavikula : Pada aksila tidak ada pembesaran

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon

chest, flail chest, kifos koliosis) : Normal

- Pernafasan (frekuensi, irama) : frekuensi (20x/i), irama:

(teratur dan reguler)

- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas

Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : Tidak ada getaran suara

- Perkusi : Resonan

- Auskultasi : Suara nafas (vesikuler), suara

ucapan (jelas), suara tambahan (Tidak ada).

Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : Normal, pembengkakan tidak ada

- Palpasi : Normal

- Perkusi : Bunyi tympani

- Auskultasi :Bunyi jantung: normal (lup-dup), frekuensi:

(32)

Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi (bentuk, benjolan): supel, simetris, tidak ada

pembesaran

- Auskultasi : Peristaltik usus normal

- Palpasi : Normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

tanda ascites.

- Perkusi : Bunyi tympani

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan

otot, edema) : Normal, ekstremitas simetris antara ka/ki, tidak terdapat

edema.

Pemeriksaan neruologi (nervus cranialis):

a. Nervus olfacktorius/N1

b. Nervus optikus/N II

c. Nervus okulomotorius/N III, Troklearis/N IV, Abdusen/N VI

d. Nervus trigeminus/N V

e. Nervus fasialis/N VI

f. Nervus vestibulochoclearis/N VIII

g. Nervus glossopharingeus/N IX, Nervus vagus/N X

h. Nervus assesorius/N XI

i. Nervus hipoglossus/N XII

X. POLA KEBIASAAN SEHARI HARI I. Pola makan dan minum

- Frekunsi makan per hari : 3x sehari

- Nafsu/selera makan : Nafsu makan baik

- Nyeri ulu hati : Tidak ada

- Alergi : Tidak ada

(33)

- Tampak makan memisahkan diri(pasien gangguan jiwa): pasien

masih terlihat menyendiri saat makan

- Waktu pemberian makan : Pagi, siang dan sore

- Jumlah dan jenis makan : Jumlah dan jenis makanan

sudah ditentukan oleh rumah sakit

- Waktu pemberian cairan/minum : Sesuai kebutuhan pasien

- Masalah makan dan minum

(kesulitan mengunyah dan menelan) : Tidak ada

II. Perawatan diri/personal hygine

- Kebersihan tubuh

- Kebersihan gigi dan mulut : Baik

- Kebersihan kuku kaki dan tangan :Kuku kaki dan tangan pasien

tampak panjang

III. Pola kegiatan /aktifitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti

pakaian di lakukan secara mandiri, sebagian atau total :

Semua kegiatan di atas dilakukan oleh pasien secara mandiri

- Uraikan aktifitas ibadah pasien selama dirawat/sakit: Pasien tidak

melakukan aktifitas ibadah tetapi pasien hanya berdoa.

IV. Pola eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : Satu kali dalam 3 hari sekali

- Karakteristik feses : Konsistensi (keras), warna (kuning

kehitaman)

- Riwayat pendarahan : Tidak ada

- BAB terakhir : 3 hari yang lalu

- Diare : Tidak ada

(34)

2.BAK

- Pola BAK : 4 kali dalam sehari

- Karakter urine : Warna (kuning), konsistensi (cair)

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada

- Penggunaan diuretik : Tidak ada

- Upaya mengatasi masalah : Tidak ada

V. Mekanisme koping

- Adaptif

• Bicara dengan orang lain • Mampu menyelesaikan masalah

o Teknik releksasi

o Aktivitas kontruksi

o Olah raga

- Maladaptif

o Minum alkohol

o Reaksi lambat/berlebihan

o Bekerja berlebihan

• Menghindar

(35)

2.2.2 Analisa Data

No Data Masalah keperawatan

1. DS: Pasien mengatakan sering

mendengarkan suara-suara yang

tidak tampak wujudnya.

DO: Pasien tampak berbicara sendiri,

gelisah, klien tampak diam sejenak

dan mengarahkan telinga kesatu arah.

Halusinasi Pendengaran

2. DS: Pasien mengatakan merasa malu

dengan penyakitnya dan merasa

dirinya tidak berguna.

DO: Pasien tampak selalu diam dan

menyendiri, tidak mau

berbicara dengan teman-temanya,

kontak mata kurang.

Harga Diri Rendah

3. DS: Pasien mengatakan malas untuk

membersihkan diri terutama

memotong kuku.

DO: Kuku kaki dan tangan pasien

tampak panjang dan kotor.

Defisit perawatan diri: Kebersihan

(36)

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Gangguan

PersepsiSensori: Halusinasi Pendengaran, adalah:

1. Halusinasi pendengaran

2. Harga diri rendah

3. Defisit perawatan diri: Kebersihan Diri

Diagnosa keperawatan (prioritas) adalah:

(37)

2.2.4 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional

Hari/tanggal No.

Dx

Perencanaan keperawatan

Rabu,

19 juni 2013

1 Tujuan dan kriteria hasil:

Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan

kriteria hasil:

a. Ekspresi wajah bersahabat.

b. Menunjukan rasa senang.

c. Klien bersedia diajak berjabat tangan.

d. Klien bersedia menyebutkan namanya.

e. Ada kontak mata.

f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan

perawat.

g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang

dihadapinya.

Membantu klien mengenali halusinasinya.

Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan

menghardik halusinasi.

Rencana tindakan Rasional

Bina hubungaan saling percaya

dengan prinsip komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan

sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien

dan nama panggilan yang

disukai.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjukan sikap empati dan

Dengan

komunikasi

terapeutik akan

memudahkan

perawat

mendekatkan diri

(38)

Rabu,

19 juni 2013 2

menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian kepada klien

dan memperhatikan kebutuhan

dasar klien.

-Bantu klien mengenali halusinasi

yang meliputi isi, waktu terjadi

halusinasi, frekuensi,situasi pencetus,

dan perasaan saat terjadi halusinasi.

-Latih klien untuk mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik

(SP 1), meliput i hal hal sebagai

berikut:

a. Jelaskan cara menghardik

halusinasi.

b. Peragakan cara menghardik

halusinasi.

c. Minta klien memperagakan

ulang.

d. Pantau penerapan cara ini dan

beri penguatan pada perilaku

klien yang sesuai.

e. Masukkan pada jadwal

kegiatan pasien.

Tujuan dan kriteria hasil:

a. Pasien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek yang di

miliki.

b. Pasien dapat menilai

kemampuan yang dapat di

gunakan.

Dapat membantu

menentukan

intervensi yang

tepat untuk klien.

Dengan

menghardik dapat

membantu

mengurangi

(39)

c. Pasien dapat

menetapkan/memilih kegiatan

yng sesuai kemampuan.

d. Pasien dapat berlatih kegiatan

yang sudah dipilih, sesuai

kemampuan.

e. Pasien dapat merencanakan

kegiatan yang sudah di latih

nya.

Rencana tindakan:

a.bina hubungan saling percaya.

b. identifikasi kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki pasien.

c. bantu pasien menilai kemampuan

yang masih dapat digunakan.

d. bantu pasien dapat

memilih/menetapkan kegiatan sesuai

dengan kemampuan.

e. latih kegiatan pasien yang sudah

dipilih sesuai kemampuan

f. bantu pasien untuk dapat

merencanakan kegiatan sesuai

dengan kemampuannya dan

Rasional:

-Dapat

mememberikan

kepercayaan bagi

pasien.

-Memudahkan

intervensi yang

akan diberikan.

-membantu

pasien memilih

aspek positif

pasien.

-dapat

membiasakan

pasien melakukan

kegiatan yang

(40)

Rabu,

19 juni 2013 3

menyusun rencana kegiatan.

Tujuan dan kriteria hasil:

a. klien dapat membina

hubungan saling percaya.

b. mengidentifikasi kebersihan

diri: membersihkan dan

memotong kuku.

c. menjelaskan pentingnya

kebersihan diri.

Rencana tindakan:

1.Bina hubungan saling percaya

dengan prinsip komunikasi terapeutik.

2. Identifikasi kemampuan klien

dalam melakukan kebersihan dan

memotong kuku.

3. jelaskan pentingnya kebersihan diri

dengan cara memberikan penjelasan

terhadap pentingnya kebersihan diri,

selanjutnya meminta klien

menjelaskan kembali pentingnya

kebersihan diri.

4. jelaskan peralatan yang di

butuhkan.

5. jelaskan cara cara melakukan

kebersihan diri: memotong kuku

6. latih pasien mempraktekan cara

cara memotong kuku.

7. masukkan dalam jadwal kegiatan.

Rasional:

-Dapat memudah

Kan pendekatan

kepada pasien.

- Dapat

mengetahui batas

kemampuan

pasien.

- Dapat

memotivasi klien

untuk melukukan

kebersihan diri

(41)

kamis,

20 juni 2013

1 Tujuan dan kriteria hasil:

a. Klien dapat membina

hubungan saling percaya

dengan kriteria hasil ekspresi

wajah bersahabat, dan

menunjukan rasa senang.

b. Mengajarkan klien mengontrol

halusinasinya dengan cara

bercakap cakap dan

melakukan aktivitas terjadwal.

Rencana tindakan:

a. Bina hubungan saling percaya

dengan komunikasi terapeutik.

b. Latih klien untuk mengulangi

kembali cara menghardik

halusinasi.

c. Latih klien untuk mengontrol

halusinasi dengan cara SP 2

dan SP 3 yaitu :

- Bercakap cakap dengan

orang lain dan melakukan

aktivitas terjadwal (menyapu

dan membersihkan tempat

tidur).

Rasional:

- Dengan

komunikasi

terapeutik akan

memudahkan

perawat

mendekatkan diri

dengan pasien

-dengan

mengulangi,klien

akan terbiasa

untuk melakukan

latihan tersebut.

- Dengan

mengajarkan

latihan tersebut

akan mengurangi

halusinasi pada

(42)

Jumat,

21 juni 2013 1

- Peragakan cara tersebut.

- Minta klien memperagakan

kembali.

- Masukan dalam jadwal kegiatan

Tujuan dan kriteria hasil:

1. Mengajarkan pasien tentang

cara meminum obat dengan

kriteria hasil pasien mengerti

cara meminum obat.

Rencana tindakan:

a. Jelaskan pentingnya

penggunaan obat pada

gangguan jiwa.

b. Jelaskan akibat bila obat tidak

digunakan sesuai program.

c. Jelaskan akibat bila putus obat.

d. Jelaskan cara mendapatkan

obat/berobat.

e. Jelaskan cara menggunakan

obat dengan prinsip lima benar

(benar obat, benar pasien,

benar cara, benar waktu, dan

benar dosis).

Rasional:

-Dengan

menkonsumsi

obat secara teratur

dapat mengurangi

halusinasi yang di

(43)

2.2.5 Pelaksanaan Keperawatan

Hari/tanggal No. Dx

Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu,

19juni 2013 1

2

SP 1.

1. Membina hubungaan saling

percaya dengan prinsip

komunikasi terapeutik

2. Membantu klien mengenali

halusinasi yang meliputi isi,

waktu terjadi halusinasi,

frekuensi,situasi pencetus, dan

perasaan saat terjadi

halusinasi.

3. Melatih klien untuk

mengontrol halusinasi dengan

cara menghardik halusinasi.

4. Menganjurkan pasien

memasukkan caara

menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan pasien.

1. Membina hubungan saling

percaya

2. identifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki

pasien.

3. membantu pasien menilai

kemampuan yang masih dapat

digunakan.

4. membantu pasien dapat

memilih/menetapkan kegiatan

S: klien menjawab

salam dan

mengatakan

senang setelah

melakukan latihan

tersebut.

O: klien tampak

mempraktekan

kembali cara

menghardik

halusinasi.

A: masalah

teratasi sebagian.

P: intervensi

dilanjutkan.

S: Klien

menjawab salam

dan

mengungkapkan

kemampuan dan

aspek positif yang

dimiliki.

O: Klien tampak

(44)

3

sesuai dengan kemampuan

5. melatih kegiatan pasien yang

sudah dipilihsesuai

kemampuan

6. membantu passien untuk

dapat merencanakan kegiatan

sesuai dengan kemampuannya

dan menyusun rencana

kegiatan.

1. membina hubungan saling

percaya dengan prinsip

komunikasi terapeutik.

2. Identifikasi kemampuan klien

dalam melakukan kebersihan

dan memotong kuku.

3. Menjelaskan pentingnya

kebersihan diri dengan cara

memberikan penjelasan

terhadap pentingnya

kebersihan diri, selanjutnya

meminta klien menjelaskan

kembali pentingnya

kebersihan diri.

4. Menjelaskan peralatan yang di

butuhkan.

5. Menjelaskan cara cara

melakukan kebersihan diri:

memotong kuku.

6. Melatih pasien mempraktekan

cara cara memotong kuku.

A:Masalah teratasi

sebagian

P: intervensi di

lanjutkan

S: Klien

mengatakan

mengerti tentang

penjelasan yang

diberikan.

O: klien tampak

mempraktekkan

latihan yang telah

di ajarkan.

A: Masalah

teratasi

P: Intervensi di

(45)

Kamis,

7. Memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

SP 2 dan SP 3

1. Membina hubungan saling

percaya dengan komunikasi

terapeutik.

2. Melatih klien untuk

mengulangi

kembali cara menghardik

halusinasi.

3. Melatih klien untuk

mengontrol halusinasi dengan

cara SP 1 dan SP 2 yaitu:

- Bercakap cakap dengan

orang lain dan melakukan

aktivitas terjadwal (menyapu

dan membersihkan tempat

tidur)

- Peragakan cara tersebut.

- Minta klien memperagakan

kembali.

4. Memasukan dalam jadwal

kegiatan

SP 4

a. Membina hubungan saling

percaya dengan komunikasi

terapeutik.

b. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien.

c. Menjelaskan pentingnya

S: klien menjawab

salam dan

mengatakan akan

melakukan

latihan yang telah

di ajarkan.

O: Klien tampak

mempraktekan

cara mengontrol

halusinasi yang

telah diajarkan.

A: Masalah

teratasi sebagian.

P: Intervensi

dilanjutkan.

S: klien menjawab

salam dan

mengatakan

mengerti dengan

penjelasan yang

(46)

penggunaan obat pada

gangguan jiwa.

d. Menjelaskan akibat bila obat

tidak digunakan sesuai

program.

e. Menjelaskan akibat bila putus

obat.

f. Menjelaskan cara

mendapatkan obat/berobat.

g. Menjelaskan cara

menggunakan obat dengan

prinsip lima benar (benar

obat, benar pasien, benar cara,

benar waktu, dan benar dosis).

O: Klien tampak

senang

A: Masalah

teratasi.

P: intervensi

(47)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Diagnosa Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, khususnya di ruangan Sorik Marapi

yang dilakukan pada tanggal 17 juni sampai 21 juni 2013, maka penulis mendapat

kesimpulan bahwa telah dilakukan pengkajian dan didapatkan data yaitu

halusinasi pendengaran, harga diri rendah dan defisit perawatan diri.

Kemudian telah dilakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dengan mengajarkan

beberapa latihan yang dapat mengontrol halusinasi pendengaran klien yaitu:

a. Latihan satu yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik halusinasi (SP 1).

b. Latihan dua yaitu melatih mengontrol halusinasi dengan cara bercakap cakap

dengan orang lain (SP 2).

c. Latihan tiga yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

melakukan aktifitas terjadwal (SP 3).

d. Latihan empat yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

minum obat secara teratur (SP 4).

Dan rencana tindakan keperawatan tersebut telah berhasil dilakukan dan

(48)

3.1 Saran

Setelah membahas dan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi

didalam perawatan pasien dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Pendengaran maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang baik,

sebagai tenaga kesehatan selalu menggunakan komunikasi dan prilaku yang

baik sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan

perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

2. Diharapkan pada pasien dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori:

Halusinasi Pendengaran agar dapat mencegah terjadinya halusinasi dengan

latihan yang telah diajarkan sebelumnya.

3. Diharapkan pada keluarga agar dapat mengetahui dan melaksanakan upaya

pencegahan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa serta memberikan

perawatan pada pasien dan selalu memberikan dorongan kepada pasien agar

tercapai kesembuhan yang optimal.

4. Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan, agar dapat meningkatkan mutu

pembelajaran khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Purba,dkk, (2008). Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan Masalah Psikologi

Dan Gangguan Jiwa.Medan: USU Press.

Fitria, Nita, (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:

Salemba Medika.

Erlinafsiah, (2010). Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

Riyadi, Sujono dkk, (2009). Jiwa Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suliswati dkk, (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

Asfi, (2012).

(50)

CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal/jam No Dx

Tindakan keperawatan Evaluasi

1. 19 juni 2013.

mengenali halusinasi

yang meliputi isi, waktu

terjadi halusinasi,

frekuensi,situasi

pencetus, dan perasaan

saat terjadi halusinasi.

6. Melatih klien untuk

mengontrol halusinasi

dengan cara

menghardik halusinasi.

7. Menganjurkan pasien

memasukkan caara

menghardik halusinasi

dalam jadwal kegiatan

pasien.

7. mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

pasien.

8. membantu pasien

menilai kemampuan

yang masih dapat

digunakan.

9. membantu pasien dapat

memilih/menetapkan

S: klien

mengatakan

senang setelah

melakukan

latihan tersebut.

O: klien tampak

mempraktekan

kembali cara

menghardik

halusinasi.

A: masalah

teratasi sebagian.

P: intervensi

dilanjutkan.

S: Klien

mengungkapkan

kemampuan dan

aspek positif

yang dimiliki.

O: Klien tampak

mempraktekan

kegiatan yang

(51)

11.30 wib 3

kegiatan sesuai dengan

kemampuan

10.melatih kegiatan pasien

yang sudah dipilih

sesuai kemampuan

11. membantu passien

untuk dapat

merencanakan kegiatan

sesuai dengan

kemampuannya dan

menyusun rencana

kegiatan.

12.Memasukkan kedalam

jadwal kegiatan harian

pasien.

8. mengidentifikasi

kemampuan klien

dalam melakukan

kebersihan dan

memotong kuku.

9. Menjelaskan

pentingnya kebersihan

diri dengan cara

memberikan penjelasan

terhadap pentingnya

kebersihan diri,

selanjutnya meminta

klien menjelaskan

kembali pentingnya

kebersihan diri.

A:Masalah

teratasi sebagian.

P: intervensi di

lanjutkan

S: Klien

mengatakan

mengerti tentang

penjelasan yang

diberikan.

O: klien tampak

memprataktekan

latihan yang telah

di ajarkan.

A: Masalah

teratasi sebagian

P: Intervensi di

(52)

2. 20 juni 2013.

10.30 wib

10.50 wib

1

1

10.Menjelaskan peralatan

yang di butuhkan.

11.Menjelaskan cara cara

melakukan kebersihan

diri: memotong kuku.

12.Melatih pasien

mempraktekan cara cara

memotong kuku.

13.Memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian.

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian pasien.

2. Melatih pasien

mengendalikan

halusinasi dengan cara

bercakap cakap dengan

orang lain.

3. Menganjurkan pasien

memasukkan kedalam

jadwal kegiatan harian.

SP 3

1. Mengevaluasi kegiatan

yang telah dilakukan

sebelumnya.

2. Melatih pasien

mengendalikan

halusinasi dengan

melakukan kegiatan

yang biasa dilakukan di

S: pasien

mengatakan akan

melakukan

latihan tersebut

O: Pasien tampak

mempraktekan

latihan tersebut

A: Masalah

teratasi sebagian

P: Intervensi

dilanjutkan.

S: pasien

mengatakan akan

melakukan

latihan tersebut

O: Pasien tampak

mempraktekan

latihan tersebut

A: Masalah

(53)

3. 21 juni 2013.

10.30 wib

1

rumah sakit

3. Menganjurkan pasien

memasukan kedalam

jadwal kegiatan harian

SP 4

h. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian pasien.

i. Menjelaskan

pentingnya penggunaan

obat pada gangguan

jiwa.

j. Menjelaskan akibat bila

obat tidak digunakan

sesuai program.

k. Menjelaskan akibaat

bila putus obat.

l. Menjelaskan cara

mendapatkan

obat/berobat.

m. Menjelaskan cara

menggunakan obat

dengan prinsip lima

benar (benar obat, benar

pasien, benar cara,

benar waktu, dan benar

dosis).

P: Intervensi

dilanjutkan.

S: klien

mengatakan

senang setelah

mengetahui obat

dan tujuan

minum obat

O: Klien mampu

menyebutkan

nama nama obat

yang

diminumnya

A: Masalah

teratasi.

P: intervensi

Gambar

Tabel 2.1.3 dikutip dari ( Asfi, 2012 ).

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mampu menganalisa pada klien dengan gangguan persepsi. sensori :

Mendapatkan pengalaman dalam Asuhan Keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, yang meliputi pengkajian, penegakkan

Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar meliputi pengkajian, intervensi, implementasi,..

Dapat mengembangkan pengetahuan, ilmu dan teori yang miliki penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. Bagi

Dapat menjadi bahan evaluasi dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa terutama dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN.. DI RUANG NAKULA

Pada laporan kasus ini penulis melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran pada skizofrenia simplek, pada gangguan

P, pada analisa data penulis menemukan data yang lebih memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan, dengan data subyektif klien