• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 8

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak/ Ibu siswa/i Sekolah………..

Di tempat

Perkenalkan saya adalah Novia Hardyanti Hutaliang salah satu mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu selaku orangtua siswa-siswi untuk berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian saya yang berjudul : “Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Kasus Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

Trauma avulsi adalah terlepasnya satu atau lebih gigi secara utuh dari soket alveolar yang diakibatkan oleh trauma. Dalam melakukan perawatan trauma avulsi sangat diperlukan kerjasama antara dokter gigi dan orangtua anak. Apabila

(2)

dikarenakan orangtua sebagai penolong pertama dikala anak menghadapi trauma avulsi.

Dalam penelitian ini, Bapak/ Ibu diharapkan untuk mengisi kuesioner yang akan diberikan oleh peneliti. Jika Bapak/ Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui, surat ketersediaan tersebut tidak bersifat mengikat dan Bapak/ Ibu dapat mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung. Dengan demikian, mudah-mudahan keterangan dari saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan Bapak/ Ibu dalam partisipasai penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan Desember 2014

Novia Hardyanti Hutaliang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

(3)

Lampiran 9

LAMPIRAN PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

No. Telpon/HP :

Sekolah anak :

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian, risiko, keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek peneltian yang berjudul : “Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Kasus Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia”, secara sadar dan tanpa paksaan, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini oleh Novia Hardyanti Hutaliang sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,………

Yang menyetujui,

Orang tua subjek penelitian

(4)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA T ENTANG PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI GIGI PERMANEN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN DAN KECAMATAN MEDAN POLONIA

No.Kartu: Tanggal :

Kecamatan :1. Medan Marelan

2. Medan Polonia

PETUNJUK :

- Beri tanda silang (

X

) pada pilihan jawaban dan isilah titik-titik pada pertanyaan.

- Pertanyaan ditujukan kepada Bapak/ Ibu dan semua pertanyaan wajib diisi.

A Demografi

1. Jenis Kelamin:

A1

A. Laki-laki B. Perempuan

2. Usia: tahun. A2

3. Pendidikan terakhir :

A. SD/sederajat A3

B. SMP/sederajat C. SMA/sederajat

(5)

4. Pekerjaan Ayah :

A4

A. PNS/TNI/Polri/Pensiunan B. Pegawai Swasta

C. Petani D. Buruh

E. Wiraswasta/ Pedagang F. Tidak bekerja

5. Pekerjaan Ibu :

A. PNS/TNI/Polri/Pensiunan A5

B. Pegawai Swasta C. Petani

D. Buruh

E. Wiraswasta/ Pedagang F. Tidak bekerja

6. Total penghasilan keluarga tiap bulan : Rp. A6 Jumlah tanggungan anggota keluarga : orang.

B Pengetahuan

1. Apakah Bapak/ Ibu pernah mendapatkan informasi mengenai cedera gigi ?

B1

A. Ya, lanjut ke nomor 2

B. Tidak, lanjut membaca ilustrasi cerita dan jawablah pertanyaan nomor 3 2. Bagaimana Bapak/ Ibu mendapatkan informasi tentang cedera gigi tersebut ?

B2

A. Internet

B. Media cetak (majalah, koran) C. Perawat/ Bidan

(6)

Bila situasi dibawah ini terjadi:

Anak anda berusia 9 tahun sedang bermain sepeda di taman, tiba-tiba saja anak terjatuh dan mulut terbentur gagang sepeda yang mengakibatkan luka pada bibir sehingga terjadi perdarahan serta gigi depan kanan terlepas dan jatuh ke tanah. Anak menangis dan dalam keadaan sadar, tidak ada rasa pusing dan mual serta tidak ada

keluhan muntah.

Berdasarkan keadaan diatas, pilihlah jawaban yang paling benar: 3. Tindakan apa yang seharusnya Bapak/ Ibu lakukan pertama sekali ?

B3

A. Menolong anak, bersihkan luka di bibir, suruh anak kumur-kumur dan berikan obat anti sakit.

B. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain selama beberapa jam hingga perdarahan berhenti dan anak disuruh beristirahat. C. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil

membawa ke pelayanan medis.

D. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur dengan obat anti sakit.

E. Tidak Tahu

4. Menurut Bapak/Ibu, apakah jenis gigi yang terlepas tersebut ?

A. Gigi permanen B4

B. Gigi susu C. Tidak tahu

5. Apa yang akan Bapak/ Ibu lakukan terhadap gigi yang terlepas tersebut?

A. Gigi tidak dicari dan langsung pergi mencari perawatan medis B5 B. Gigi dicari dan langung mengembalikan gigi tersebut ke posisi gigi semula

C. Gigi dicari dan gigi diletakkan ke dalam tissue serta mencari perawatan medis

D. Gigi dicari, pegang pada bagian mahkota gigi kemudian dibersihkan dan diletakkan di dalam rongga mulut diantara gigi dan pipi anak.

(7)

6. Kapan waktu yang paling tepat jika anak akan menerima perawatan medis ? B6 A. Kurang dari 60 menit setelah cedera

B. 1-2 jam setelah cedera

C. Pada hari berikutnya setelah anak lebih tenang D. Bila ada keluhan lanjutan

E. Tidak tahu

7. Apabila gigi tersebut jatuh di tempat yang kotor dan akan mengembalikan

B7

gigi tersebut ke posisi semula, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan ? A. Membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik

B. Membersihkan gigi dengan sikat sampai bersih

C. Membersihkan gigi dengan menggunakan tangan atau tissue D. Membersihkan gigi dengan menggunakan sabun atau alkohol E. Tidak tahu

8. Jika Bapak/ Ibu tidak langsung mengembalikan gigi tersebut ke posisinya

B8

semula, bagaimana cara yang paling baik menurut Bapak/Ibu membawa gigi yang terlepas ke dokter gigi ?

A. Membalut gigi dengan tissue

B. Memasukkan ke dalam kantong berisi es C. Membungkus gigi kedalam plastik kering D. Memasukkan gigi ke dalam kantong berisi susu E. Tidak tahu

9. Jika dibutuhkan media sebagai penyimpanan untuk membawa gigi ke dokter gigi, media apa yang paling tepat digunakan oleh Bapak/ Ibu ? B9

(8)

10. Menurut Bapak/ Ibu, berapa lama gigi dapat tetap sehat agar dapat dikembalikan ke posisi semula?

A. 30 menit B. 60 menit

C. Lebih dari 1 jam

D. Tidak tergantung pada waktu E. Tidak tahu

11. Kemanakah Bapak/ Ibu membawa anak tersebut untuk mendapatkan perawatan lanjutan ?

A. Klinik dokter gigi B. Klinik dokter umum C. Bidan

D. Rumah Sakit E. Tidak tahu

B10

(9)

C Sikap

1. Setiap orang tua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi

C1

dan mulut.

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak Setuju E. Sangat tidak setuju

2. Bapak/ Ibu perlu mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi

dan mulut. C2

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak Setuju E. Sangat tidak setuju

3. Waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi.

A. Sangat setuju C3

B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak Setuju E. Sangat tidak setuju

4. Bapak/ Ibu akan membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor C4 dengan cara disikat sampai bersih.

A. Sangat setuju B. Setuju

(10)

5. Bapak/ Ibu akan membawa anak dan gigi yang terlepas tersebut ke dokter C5

gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi. A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu D. Tidak Setuju E. Sangat tidak setuju

6. Jika Bapak/ Ibu tidak langsung mengembalikan gigi anak yang terlepas ke C6 posisinya semula, maka Bapak/ Ibu akan membawa gigi tersebut ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue.

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak Setuju E. Sangat tidak setuju

7. Bapak/ Ibu akan menyimpan gigi yang terlepas tersebut ke dalam kantong

C7

berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi. A. Sangat setuju

B. Setuju C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju E. Sangat tidak setuju

8. Bapak/ Ibu mau menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan

darurat cedera gigi dan mulut. C8

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak Setuju

(11)

Lampiran 11

Frequency Table

Kecamatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid M. Marelan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ayah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 25-34 thn

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(12)

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PNS

Frequency Percent Valid Percent

(13)

Lampiran 11

Status Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tinggi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(14)

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(15)

Lampiran 11

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(16)

P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

salah

Valid benar

Total

18 6.3 6.3 6.3

266 93.7 93.7 100.0

284 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik

Cukup

Kurang

Total

18 6.3 6.3 6.3

39 13.7 13.7 20.1

227 79.9 79.9 100.0

284 100.0 100.0

Frequency Table

Sikap

S1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1

2

3

4

5

Total

161 56.7 56.7 56.7

115 40.5 40.5 97.2

3 1.1 1.1 98.2

4 1.4 1.4 99.6

1 .4 .4 100.0

(17)

Lampiran 11

S2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(18)

S5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(19)

Lampiran 11

S8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1

2

3

4

5

Total

99 34.9 34.9 34.9

154 54.2 54.2 89.1

21 7.4 7.4 96.5

9 3.2 3.2 99.6

1 .4 .4 100.0

284 100.0 100.0

Kategori Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Total

24 8.5 8.5 8.5

214 75.4 75.4 83.8

46 16.2 16.2 100.0

284 100.0 100.0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Usia 284 26 59 38.63 6.404

Ptotal 284 0 8 3.08 1.689

STotal 284 10 31 19.50 3.493

(20)

Crosstabs

sided) Point Probability

Pearson Chi-

Square

5.28

7a 4 .259 .261

Likelihood Ratio 5.94

2 4 .204 .215

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.66.

(21)

Sosioekonomi * Pengetahuan

a. 2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.25.

(22)

Crosstab

pengetahuan Total

baik cukup kurang

Count

rendah % within pendidikan

% within pengetahuan

Count

pendidikan sedang % within pendidikan

% within pengetahuan

Count

tinggi % within pendidikan

% within pengetahuan

Count

Total % within pendidikan

% within pengetahuan

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.

(1-sided)

a. 2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.15.

(23)

Pendidikan * sikap

Crosstab

sikap Total

sangat baik baik tidak baik

Count

rendah % within pendidikan

% within sikap

Count

pendidikan sedang % within pendidikan

% within sikap

Count

tinggi % within pendidikan

% within sikap

Count

Total % within pendidikan

% within sikap

a. 1 cells (11.1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.87.

(24)

Pengetahuan * sikap

pengetahuan * sikap Crosstabulation

sikap Total

sangat baik baik tidak baik

Count

baik % within pengetahuan

% within sikap

Count

pengetahuan cukup % within pengetahuan

% within sikap

Count

kurang % within pengetahuan

% within sikap

Count

Total % within pengetahuan

% within sikap

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.52.

(25)

64

DAFTAR PUSTAKA

1. Chadwick BL. Paediatric dentistry. In: Chestnutt IG, Gibson J. Churchill’s pocket Clinical dentistry. Philadelphia: Elsevier, 2007: 185.

2. Levin L, Zadik Y. Education on and prevention of dental trauma: it’s time to act!. Dent Traumatol 2012; 28: 51.

3. Ozer S, Yilmaz EI, Bayrak S, Tunc ES. Parental knowledge and attitude regarding the emergency treatment of avulsed permanent teeth. Eur J dent 2012;

6(4): 370-4.

4. Garcia-Godoy F, Murray PE. Recommendations for using regenerative endodontic procedures in permanent immature traumatized teeth. Dent Traumatol 2012; 28: 33-41.

5. Diangels AJ, Andreasen JO, Ebeleseder KA, Kenny DJ, Trope M, Sigurdsson A, et al. International Association of Dental Traumatology guidelines for the management traumatic dental injuries: 1. Fractures and luxation of permanent teeth. Dent Traumatol 2012; 28: 2-12.

6. Kuntari SK, Herawati, Pradopo S. Replantasi gigi avulsi oleh karena trauma pada anak. Indo J of Dent 2007: 174.

7. Al-Bajjali TT, Rajab LD. Dental traumatic dental injuries among 12-year-old jordanian school children: an investigation on obesity and other risk factors. BMC Oral Health 2014; 14: 1-7.

8. Fidel SR, Santiago MRJ, Reis C, Berredo Pinho MA, Fidel RAS. Successful treatment of multiple dental trauma: case report of combined avulsion and intrusion. Brazil J of dent Traumatol 2009; 1(1): 33-4.

9. Sigurdsson A, Bourguignon C. Avulsion. In: Berman LH, Blanco L, Cohen S. A Clinical guide to dental traumatology. Missouri: Mosby Elsevier, 2007:100-5. 10. Shashikiran ND, Reddy VVS, Nagaveni NB. Knowledge and attitude of 2000

(26)

and their emergency management, in and around Davangere. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2006: 116-120.

11. Cameron A, Widmer R, Abbot P, Heggie A, Raphael S. Trauma management. In: Cameron A, Widmer R. Handbook of pediatric dentistry, 3 rd ed., Canberra: Mosby Elsevier, 2008: 115, 150-2.

12. Bastone EB, Freer TJ, Mc Namara JR. Epidemiology of dental trauma: A review of the literature. Aust Dent J 2000; 45(1): 6-9.

13. Sanu OO, Utomi IL. Parental awarenenss of emergency management of avulsion of permanent teeth of children in Lagos, Nigeria. Niger Postgrad Med J

2005;12(2): 115.

14. Loo TJ, Gurunathan D, Somasundaram S. Knowledge and attitude of parents with regard to avulsed permanent tooth of their children and their emergency management-Chennai. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2014; 32: 97-105.

15. Santos MESM, Habecost APZ, Weber JBB, Gerhard de Oliviera M. Parent and caretaker knowledge about avulsion of permanent teeth. Dent Traumatol 2009;

25:203-8.

16. Notoadmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007: 131-49.

17. Glendor U, Marcenes W, Andreasen JO. Classification, epidemiology, and etiology. In: Andreasen JO, Andreasen FM, Andersson L. Textbook and color atlas of traumatic injuries to the teeth. 4 th ed., Oxford: Blackwell 2007: 62-113. 18. Singla A, Garg S, Dhindsa A, Jindal S. Reimplantation: clinical implication and

outcome of dry storage of avulsed teeth. J clin Exp Dent 2010; 2(1): 38-40.

19. Dean JA, Avery DR, McDonald RE. Management of trauma to the teeth and supporting tissues. In: Dean JA, Avery DR, McDonald RE, Jones J. Dentistry for child and adolescent, 9 th ed., Missouri: Mosby Elsevier, 2011: 428-30

20. Kravitz ND. Managing dental injuries part 1: Periodontal injuries. 24 April 2011

(27)

66

21. Kubasad G, Ghivari S, Garq K. Replantation of an avulsed tooth with an extended extra oral period. Indian J dent 2012; 23: 822-3.

22. Karayilmaz H, Kirzioglu Z, Gungor O E. Aetiology, treatment pattern, and long- term outcomes of tooth avulsion in children and adolescent. Pak J Med Sci 2013; 29(2): 464-8.

23. Uzel I, Aykut-Yetkiner A, Ersin R, Ertugrul F, Oncag O, Attin R. Dental rrauma and mouthguard usage among soccer players in Izmir, Turkey. Dent. J. 2014; 2(3): 78-84.

24. Berman LH, Blanco L, Cohen S. Introduction. In: Berman LH, Blanco L, Cohen

S. A Clinical guide to dental traumatology. Missouri: Mosby Elsevier, 2007: 4-5. 25. Belladonna FG, Poly A, Teixeira JMS, Nascimento VDMA, Fidel SR, Fidel RAS.

Avulsion of permanent teeth with open apex: a systematic review of the literature. RSBO 2012; 9(3): 309-15.

26. Bojan P, D Marković, S Vujkov. Complexity of factors affecting treatment and prognosis of avulsed teeth. Balkan Journal of Stomatology 2006; 10: 196-9.

27. Ranalli DN. Sport dentistry and mouth protection. In: Pinkham JR, Cassamasimo PS, McTigue DJ, et al. Pediatric dentistry infancy through adolescence, 4 th ed., Missouri : Mosby Elsevier, 2005: 709-15.

28. Pohl Y, Filppi A, Kirschner H. Results after replantation of avulsed permanent teeth I. endodontic consideration. Dent Traumatol 2005; 21: 80-92.

29. McTigue DJ. Managing traumatic injuries in the young permanent dentition. In: Pinkham JR, Cassamasimo PS, McTigue DJ, Fields HW, Nowak AJ. Pediatric dentistry infancy through adolescence, 4 th ed., Missouri : Mosby Elsevier, 2005:

603-5.

athletic trainers, caregivers, teachers and parents!. http://www.deardoctor.

com/articles/guide-to-dental-injuries/page2.php. (12 januari 2015).

(28)

32. Thomas T, Gopikrishna V, Kandaswamy D. Comparative evaluation of maintenance of cell viability of an experimental transport media “coconut water” with Hank’s balance salt solution and milk, for transportation of an avulsed tooth: An in vitro cell culture study. Journal of conservative dentistry 2008; 11: 22-9.

33. Courts FJ ,Mueller WA, Tabelling HJ. Milk as an interim storage medium for avulsed teeth. Ped Dent J; 5(3): 183-4.

34. Arriza AM, Ramadhan AF. Coconut water (Coco nucifera) as a storage media for the avulsed tooth. Journal of Dentistry Indonesia 2010; 17(3): 74-9.

35. Poi WR, Sonoda CK, Martins CM, Melo ME, Pelizzer EP, Regerio de Mendonca M, et al. Storage media for avulsed teeth: A literature review. Braz Dent Journal 2013; 24(5): 437-45.

36. Krasner P. Save-A-Tooth® helps emergency medical technicians, dentists and other health care professionals save beautiful smiles. 8 Januari 2010.

http://www.prweb. com/releases/2010/01/prweb3417814.htm. (20 Desember 2014).

37. Andersson L, Andreasen JO, Day P, Heithersay G, Trope M, Diangelis DJ, et al. International Association of Dental Traumatology guidelines for the management traumatic dental injuries: 2. Avulsion of permanent teeth. Dent Traumatol 2012; 28: 89-91.

38. Harris A, Reshmi J, George S, Issac JS. Delayed reimplantation: a case report. J int Oral Health 2014; 6(5): 104-7.

39. Tuna EB, Ozel E. Factors affecting sports-related orofacial injuries and the Importance of Mouthguards. Sport Med J 2014; 44: 777-78.

40. Patrick DJ, Noort RV, Found M S. Scale of protection and the various types of sports mouthguard. Br J Sports Med 2005;39: 278-81.

41. Abdellatif AM, Hegazy SA. Knowledge of emergency management of avulsed teeth among a sample of egyptian parents. J Advance Research 2011; 2: 157-62

42. Gupta N, Singh K, Ahuja R, Saxena T. Knowledge of mothers with different educational levels about the emergency management of avulsed teeth. OHDM

(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada beberapa sekolah di masing-masing kecamatan

yaitu kecamatan Medan Marelan dan kecamatan Medan Polonia.

Proposal penelitian dilakukan diawal Oktober 2014. Waktu penelitian dilakukan mulai minggu kedua Maret 2015 sampai minggu ketiga Maret 2015. Pengolahan dan analisis data satu minggu, yaitu minggu keempat Maret 2015. Penyusunan dan pembuatan laporan penelitian, yaitu pada minggu pertama April 2015 hingga minggu kedua Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh orangtua di Kota Medan. b. Sampel

Sampel di penelitian ini adalah orangtua di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara random. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proporstionate stratified random sampling, yang terlebih dahulu memilih secara random satu kecamatan lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam dari 21 kecamatan sekotamadya Medan. Selanjutnya dilakukan random lagi untuk mendapatkan beberapa sekolah dari masing-masing kecamatan lingkar luar dan lingkar dalam. Pengambilan sampel

(30)

dari beberapa sekolah tersebut dilakukan dengan cara simple random sampling hingga didapat jumlah sampel yang dibutuhkan.

c. Besar sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yaitu uji hipotesis untuk proporsi tunggal pada satu sampel.

n = {Z1-α/2�P��(1 − P�+ Z1-β�P��(1 − P��)}2

(Pa-Po)2

n = {1,96�0,582(1 − 0,582) + 1,282�0,482(1 − 0,482)}2

(0,482-0,582)2 n = 258,2

Dimana :

n : jumlah atau besar sampel minimal

Z1-α/2 : nilai baku distribusi normal pada α tertentu (α = 5%)

Z1-β : nilai baku distribusi normal pada β atau kekuatan uji (β = 10%)

Po : perkiraan proporsi di populasi pada penelitian sebelumnya = 58,2% (Khrisnan R et.al, 2014)

Pa : proporsi yang diharapkan atau perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi = 48,2%

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel minimum adalah 258,2 atau 259 orang, maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini setelah ditambahkan 10% adalah 284 orang untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop- out. Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing-masing

(31)

25

Kriteria inklusi dan eksklusi sampel : Kriteria inklusi

a. Orangtua yang berdomisili di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

b. Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen berusia 7-9 tahun. c. Orangtua yang bersedia menjadi subjek penelitian.

d. Orangtua yang sehat baik jasmani dan rohani. Kritertia eksklusi

a. Orangtua yang tidak mengembalikan kuisioner.

b. Orangtua yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap.

3.4 Variabel penelitian

Variabel Bebas dalam penelitian:

a. Jenis Kelamin b. Usia

c. Pendidikan d. Sosioekonomi Variabel Terikat : a. Pengetahuan

(32)

3.5 Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi operasional variabel penelitian

Variabel Defenisi

(33)

27

Variabel Bebas

Jenis Kelamin Jenis kelamin responden yaitu

Usia Usia responden yaitu Bapak/ Ibu

Pendidikan Pendidikan formal tertinggi terakhir

3. Pendidikan tinggi (tamat diploma, tamat sarjana/ perguruan tinggi)

(34)
(35)

29

Perbandingan total

pendapatan orangtua perbulan dalam satuan rupiah dibagi jumlah anggota keluarga dengan pengeluaran

rata-rata per kapita sebulan yaitu:

- Perekonomian

rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita)

- Perekonomian tidak rendah ≥ Rp 1.500.000 (perkapita)

(36)

Tabel 2. Definisi operasional kuisioner pengetahuan orangtua

Variabel Definisi

Operasional

Hasil Ukur (Nilai Bobot) Skala Ukur

Informasi mengenai dan mulut pada anak

Sumber informasi dan mulut pada anak

Pemahaman berikan obat anti sakit (0)

(37)

31

4. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur dengan obat anti sakit (0)

5. Tidak tahu (0)

Jenis gigi anak yang terlepas

Pemahaman orangtua tentang jenis gigi anak yang terlepas

1. Gigi tetap/ permanen (1)

1. Gigi tidak dicari dan langsung pergi tersebut ke posisi gigi semula (0)

3. Gigi dicari dan gigi diletakkan ke dalam tissue serta mencari perawatan medis (0)

(38)

4. Gigi dicari,pegang gigi depan kanan atas yang terlepas

3. Pada hari berikutnya setelah anak lebih kanan atas anak yang terjatuh di tempat tangan atau tissue (0)

(39)

33

dikembalikan ke posisi gigi semula

4. Membersihkan gigi dengan menggunakan sabun atau alkohol (0) 5. Tidak tahu (0)

3. Membungkus gigi kedalam plastik kering (0)

(40)

luar gusi lamanya gigi dapat tetap sehat agar dapat dikembalikan ke posisi semula

3. >1 jam (0) 4. Tidak tergantung

waktu (0)

Tabel 3. Definisi operasional kuisioner sikap orangtua

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur (Nilai Bobot) pada cedera gigi dan mulut anak

1. Sangat setuju (4)

2. Setuju (3) 3. Ragu-ragu (2)

4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0) 5. Sangat tidak setuju

(0)

(41)

35 gigi dan mulut terjadi

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0) 5. Sangat tidak setuju

(4) anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah

cedera gigi dan mulut terjadi

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1)

(42)

dibalut

5. Sangat tidak setuju(4)

Menyimpan gigi 5. Sangat tidak setuju

(0) cedera gigi dan mulut

1.Sangat setuju (4)

Penilaian pengetahuan dan sikap, yaitu :

1. Penilaian pengetahuan. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban pengetahuan yang benar dibagi dengan jumlah benar seluruh soal. Jawaban untuk kuesioner pengetahuan yang benar diberikan bobot (1) dan jawaban yang salah diberikan bobot (0)

Kriteria penilaian pengetahuan orangtua menurut kriteria Arikunto, 2006 :

a. Baik : bila mampu menjawab dengan benar 76% -100% (skor 7-9) b. Cukup : bila mampu menjawab dengan benar 56% -75% (skor 5-6) c. Kurang : bila mampu menjawab dengan benar 40% -55% (skor 0-4)

(43)

37

Contoh pernyataan terdiri dari : pernyataan benar atau positif (+) maka respon memiliki bobot jawaban dengan respon sangat setuju (4), setuju (3), ragu (2), tidak setuju (1) dan sangat tidak setuju (0) sedangkan pernyataan salah atau negative (-) maka respon memiliki bobot jawaban respon sangat setuju (0), setuju (1), ragu (2), tidak setuju (3) dan sangat tidak setuju (4)

Kriteria penilaian sikap orangtua menurut kategori Setiawan, 2010: a. Sangat Baik : (76% -100%) (skor 6-8)

b. Baik : (51% -75%) (skor 5)

c. Tidak baik : (26% -50%) (skor 3-4) d. Sangat tidak baik : (0 - 25 %) (skor 1-2)

3.6 Prosedur Penelitian (Angket)

Setelah mendapat surat persetujuan Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran USU, Pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi sekolah yang dipilih di setiap kecamatan yaitu Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah secara angket dengan dilakukan penyebaran kuesioner kepada orangtua melalui murid sekolah dasar kemudian pengisian dilakukan oleh responden. Kuisoner penelitian telah dilakukan validasi sebanyak sekali sebelum disebarkan kepada responden. Setelah kuesioner diisi, selanjutanya dilakukan evaluasi pengisian kuesioner oleh

peneliti. Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian. Lokasi tersebut dipilih secara random dan sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.

2. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian

(44)

3. Setelah mendapatkan surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan, peneliti mendatangi setiap lokasi penelitian untuk meminta persetujuan penelitian serta menentukan jadwal untuk dilakukan penelitian.

4. Peneliti memberikan informed consent beserta kuisioner kepada calon subjek yaitu orangtua murid melalui murid-murid sekolah di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.

5. Pihak sekolah diminta untuk mengembalikan kuisioner sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh peneliti.

6. Kuesioner yang telah selesai dikumpul, selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

a. Editing (Penyuntingan data): untuk mengetahui dan memeriksa apakah data yang terkumpul sudah diteliti semua atau belum.

b. Coding (Membuat lembaran kode): mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.

c. Data entry (Memasukkan data): mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Saving : Proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis. e. Tabulasi: proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah dengan bantuan komputer.

f. Cleaning: kegiatan pengetikan kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

(45)

39

3.7.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan melakukan uji hipotesa yang dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang diolah secara deskriptif adalah data univariat, dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian dan

dihitung dalam bentuk persentase. Data bivariat adalah analisis korelasi antara dua variabel yang berupa hasil pengukuran. Analisis bivariat adalah untuk menganalisis korelasi antara variable dependen dan independen. Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2). Perhitungan statistik apabila nilai P < 0,05 maka H0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila

nilai P > 0,05 maka H0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kedua variabel.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut : 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Peneliti mengajukan surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian kepada ketua tim kelayakan etik di Fakultas Kedokteran USU.

2. Lembar persetujuan (Informed Consent)

(46)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat 4.1.1 Demografi Responden

Responden berasal dari Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia dengan jumlah responden sebanyak 284 orangtua. Gambaran demografi responden orangtua meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan dan sikap tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak, seperti diuraikan berikut ini

Tabel 4 menunjukkan distribusi jenis kelamin dan usia responden orangtua. Diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 169 orang (59,5%) sedangkan responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 115 orang (40,5%). Selanjutnya diperoleh kelompok yang berusia 25-34 tahun sebanyak 27 orang (25,4%), 35-44 tahun sebanyak 166 orang (58,4%), diikuti 45-54 tahun sebanyak 41 orang (14,4%), dan kelompok yang berusia 55-64 tahun sebanyak 5 orang (1,8%).

Tabel 4. Distribusi responden menurut jenis kelamin dan usia

(47)

41

Tabel 5 menunjukkan distribusi tingkat pendidikan responden. Berdasarkan tingkat pendidikan formal tertinggi terakhir yang ditamatkan responden maka diperoleh kelompok yang paling banyak adalah yang berpendidikan sedang 151 (53,1%), kelompok pendidikan paling sedikit adalah kelompok pendidikan rendah sebanyak 34 (12%), dan kelompok yang berpendidikan tinggi sebanyak 99 orang (34,9%).

Tabel 5. Distribusi responden orangtua menurut pendidikan

Tingkat Pendidikan n %

Tinggi

• Perguruan tinggi Sedang

• SMA Rendah

• SD, SMP

99 34,9

151 53,1

34 12

Total 284 100

Kuisioner penelitian bagian pengetahuan terdiri dari 11 pertanyaan yaitu 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Hasil penelitian menemukan responden yang tidak pernah memperoleh informasi lebih banyak yaitu sebesar 152 orang (53,5%) daripada yang pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi adalah sebanyak 132 orang (46,5%). Distribusi responden tentang sumber informasi mengenai cedera gigi. Informasi mengenai cedera gigi yang paling banyak diperoleh melalui dokter gigi yaitu sebanyak 60 orang (45,5%) dan yang paling sedikit didapatkan informasi yang berasal dari perawat/ bidan yaitu 2 orang (1,5%), informasi tentang cedera gigi yang didapat dari internet adalah 25 orang (18,9%), media cetak (majalah, koran) adalah 40 orang (30,3%), dan dilanjutkan dokter umum adalah sebanyak 5 orang (3,8%).

(48)

mulut anak yang menjawab salah lebih banyak yaitu 169 orang (59,5%), dengan jawaban benar sebanyak 112 orang (39,4%), dan yang menjawab tidak tahu 3 orang (1,1%). Responden yang menjawab benar tentang pertanyaan jenis gigi yang terlepas pada kasus trauma avulsi lebih banyak yaitu 174 orang (61,3%) sedangkan yang menjawab salah adalah 84 orang (25,9%), dan tidak tahu 26 orang (9,2%). Jawaban yang salah paling banyak ditemukan pada pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan terhadap gigi anak yang terlepas yaitu sebanyak 244 orang (85,9%), yang

menjawab benar 15 orang (5,3%), dan tidak tahu 25 (8,8%).

Responden yang menjawab benar paling banyak ditemukan pada pertanyaan waktu yang paling tepat untuk anak menerima perawatan medis yaitu 178 orang (62,6%) sedangkan yang menjawab salah 82 orang (28,9%), dan tidak tahu 24 orang (8,5%). Responden yang menjawab salah paling banyak ditemukan pada pertanyaan yang akan dilakukan oleh orangtua pada gigi yang jatuh ditempat yang kotor sebelum gigi tersebut akan dikembalikan ke posisi semula yaitu 144 orang (50,7%), sedangkan yang menjawab benar 97 orang (34,2%), tidak tahu 43 orang (15,1%).

(49)

43

Tabel 6. Distribusi responden menurut pengetahuan tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak

Pengetahuan

Tindakan yang seharusnya dilakukan pertama sekali

Benar Salah Tidak tahu Total

n % n % N % n %

112 39,4 169 59,5 3 1,1 284 100

Jenis gigi yang terlepas 174 61,3 84 29,5 26 9,2 284 100

Yang harus dilakukan pada gigi yang lepas orangtua pada gigi yang jatuh di tempat yang kotor sebelum gigi tersebut akan dikembalikan ke posisi semula

97 34,2 144 50,7 43 15,1 284 100

Apabila gigi tidak langsung dikembalikan ke posisi semula, cara yang baik menurut orangtua untuk membawa gigi terlepas ke dokter gigi

32 11,3 197 69,4 55 19,3 284 100

Media penyimpanan yang paling tepat yang akan digunakan untuk membawa gigi ke dokter gigi

Tempat orangtua membawa anak untuk mendapatkan

266 93,7 14 4,9 4 1,4 284 100

(50)

Tabel 7 menunjukkan distribusi kategori pengetahuan responden tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen. Kategori pengetahuan yang paling banyak ditemukan pada kategori kurang yaitu 227 orang (80%), kategori yang paling sedikit yaitu kategori baik 18 orang (6,3%), dan kategori cukup adalah 39 orang (13,7%).

Tabel 7. Distribusi kategori pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen

Kategori Pengetahuan n %

Baik 18 6,3

Cukup 39 13,7

Kurang 227 80

Total 284 100

Tabel 8 menunjukkan distribusi responden menurut sikap tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen. Responden yang menyatakan sangat setuju pada pernyataan setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 161 orang (56,6%). Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan perlunya mencari gigi anak yang hilang sebanyak 108 orang (38%). Responden yang menyatakan setuju pada penyataan perlunya dilakukan pengembalian gigi anak yang terlepas sebanyak 109 orang (38,4%). Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan cara membersihkan gigi anak yang kotor akibat terjatuh ditanah dengan cara gigi yang terlepas disikat sampai bersih sebanyak 119 orang (41,9%).

(51)

45

gigi sebanyak 113 orang (39,8%). Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan kemauan orang tua menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 154 orang (54,2%).

Tabel 8. Distribusi responden menurut sikap tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen.

(52)

No. Sikap n(%)

Tabel 9 menunjukkan distribusi kategori sikap responden tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen. Kategori sikap responden yang paling banyak ditemukan adalah kategori baik sebanyak 214 orang (75,4%), yang paling sedikit adalah kateogori sangat baik 24 orang (8,4%) dilanjutkan kategori tidak baik

46 (16,2%).

Tabel 9. Distribusi katergori sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen

Sosioekonomi responden dalam penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen yang dikaji dalam penelitian ini meliputi faktor pekerjaan dan penghasilan sebagai berikut. Tabel 10 menunjukkan distribusi responden menurut status kerja.

(53)

47

Tabel 10. Distribusi responden menurut status kerja

Karakteristik n (%)

Pekerjaan Bekerja 201 (70,8)

PNS 32 (11,3)

Pegawai Swasta 54 (19)

Petani 2 (0,7)

Buruh 18 (6,3)

Wiraswasta/ Pedagang 95 (33,5)

Tidak Bekerja 83 (29,2)

Total 284 (100)

Tabel 11 menujukkan distribusi responden menurut penghasilan. Tingkat penghasilan renponden paling banyak adalah rendah < Rp 1.500.000 (perkapita) yaitu sebanyak 201 orang (70,8%) sedangkan responden dengan tingkat penghasilan tidak rendah ≥ Rp 1.500.000 (perkapita) sebanyak 83 orang (29,2%).

Tabel 11. Distribusi responden menurut penghasilan

Penghasilan n %

Tidak rendah (≥ Rp 1.500.000 (perkapita) )

Rendah (< Rp 1.500.000 (perkapita))

83 29,2

201 70,8

Total 284 100

(54)

Tabel 12. Distribusi responden menurut kategori sosioekonomi

Kategori Sosioekonomi n %

Baik 67 23,6

Sedang 150 52,8

Kurang 67 23,6

Total 284 100

4.2 Analisis Bivariat

Analisis hubungan pada penelitian ini meliputi analisis variabel pendidikan, sosioekonomi, sikap dan pengetahuan respoden dilakukan dengan uji chi square sebagai berikut.

Tabel 13. menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia. Responden yang berpendidikan tinggi dengan pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 9 orang (9,1%) serta tidak jauh berbeda dengan responden yang berpendidikan sedang sebanyak 7 orang (4,6%) dan perndidikan rendah 2 orang (5,9%) yang memiliki pengetahuan baik tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,021 < 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan

(55)

49

Tabel 13. Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia

Pendidikan

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total p

n % n % n % n %

Rendah 2 5,9 0 0 32 94,1 34 100

Sedang 7 4,6 21 13,9 123 81,5 151 100 0,021

Tinggi 9 9,1 18 18,2 72 72,7 99 100

Total 18 6,3 39 13,7 187 80 284 100

p = 0,021(<0,05)

(56)

Tabel 14. Hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia

Sosioekonomi

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total p

n % n % n % n %

Baik 6 9 9 13,4 52 77,6 67 100

Sedang 11 7,3 24 16 115 76,7 150 100 0,169

Kurang 1 1,5 6 9 60 89,6 67 100

Total 18 6,3 39 13,7 227 80 284 100

p = 0,169(>0,05)

Tabel 15 menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia. Responden dengan berpendidikan tinggi sebanyak 71 orang (71,7%), sedang 119 (78,8%) maupun rendah 24 orang (70,6%) memiliki sikap yang baik dalam penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,035 < 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.

Tabel 15. Hubungan antara pendidikan dengan sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia

Pendidikan

Sikap

Sangat Baik Baik Tidak Baik Total p

n % n % n % n %

Rendah 2 5,9 24 70,6 8 23,5 34 100

Sedang 7 4,6 119 78,8 25 16,6 151 100 0,035 Tinggi 15 15,2 71 71,7 13 13,1 99 100

Total 24 8,4 214 75,4 46 16,2 284 100

(57)

51

Tabel 16 menunjukkan hubungan antara sosioekonomi dengan sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia. Responden dengan faktor sosioekonomi yaitu kategori baik 51 orang (76,1%), sedang 107 orang (71,3%) dan rendah 56 orang (83,6%) hampir sama dengan memiliki sikap yang baik tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,259 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sosioekonomi dengan sikap

responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.

Tabel 16. Hubungan antara sosioekonomi dengan sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia

Sosioekonomi

Sikap

Sangat Baik Baik Tidak Baik Total p

n % n % n % n %

Baik 5 7,5 51 76,1 11 16,4 67 100

Sedang 17 11,3 107 71,3 26 17,3 150 100 0,259

Kurang 2 3 56 83,6 9 13,4 67 100

Total 24 8,4 214 75,4 46 16,2 284 100

p = 0,0259(<0,05)

Tabel 17 menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia. Responden dengan berpendidikan baik sebanyak 9 orang (50%), cukup 24 (61,5%) maupun kurang 181 orang (75,4%) memiliki sikap yang baik

(58)

Tabel 17. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia

Pengetahuan

Sikap

Sangat Baik Baik Tidak Baik Total p

n % n % n % n %

Baik 9 50 9 50 0 0 18 100

Cukup 11 28,2 24 61,5 4 4 39 100 0,000

Kurang 4 1,8 181 79,7 42 18,5 227 100

Total 24 8,4 214 75,4 46 16,2 284 100

(59)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia dengan jumlah responden 284 orang orangtua. Hasil penelitian diperoleh jenis kelamin responden laki-laki adalah sebanyak 40,5% dan responden perempuan sebanyak 59,5%, hal tersebut membuktikan bahwa di Indonesia ibu yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus anak-anaknya dibandingkan dengan ayah yang pergi bekerja. Usia responden yang sebagian besar mengisi kuisioner adalah usia 35 sampai 44 tahun sebanyak 58,4%, hal tersebut dikarenakan pada kriteria inklusi penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen berusia 7-9 tahun dan kemungkinan untuk orangtua yang berusia diatas 45 tahun memiliki anak usia 7-9

tahun memang jarang didapat. Diperlukan kesadaran dan perhatian orangtua tentang penanganan darurat avulsi karena kejadian trauma pada anak usia 7-9 tahun sering terjadi . Kerjasama dan pengetahuan orangtua terhadap trauma avulsi dianggap penting menentukan tercapainya keberhasilan perawatan dikarenakan orangtua sebagai penolong pertama ketika anak menghadapi trauma avulsi.6,13

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan responden cukup bervariasi. Tingkat pendidikan responden diperoleh kelompok yang paling banyak adalah yang berpendidikan sedang (SMA) 53,1% sedangkan hasil yang paling kecil didapatkan dari yang berpendidikan rendah (SD dan SMP) 12% serta sisanya yang berpendidikan tinggi (tamat diploma, tamat sarjana/ perguruan tinggi) 34,9%. Perbedaan tingkat pendidikan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir, sudut pandang, dan tindakan-tindakan responden, maka dengan latar belakang pendidikan masyarakat yang berbeda akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap

tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen ini.16

(60)

Sosioekonomi responden pada penelitian ini diukur berdasarkan faktor pekerjaan dan penghasilan. Status kerja responden yang bekerja adalah 70,8% sedangkan yang tidak bekerja 29,2%. Penghasilan responden lebih banyak yang berpenghasilan rendah yaitu 70,8% sedangkan responden dengan penghasilan yang tidak rendah 29,2%. Berdasarkan hasil penelitian, kategori sosioekonomi ditemukan bervariasi dengan hasil paling banyak ditemukan adalah kategori sedang 52,8% sedangkan didapatkan persentase yang sama antara kategori baik yaitu 23,6%, dan

kategori kurang 23,6%. Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan, pada sosioekonomi menengah keatas umumnya lebih mendukung akses dan fasilitas yang diperlukan untuk mendapatkan fasilitas kesehatan dan informasi tertentu kemudian ditambahkan lagi bahwa di daerah penelitian ini ternyata banyak masyarakat yang berkategori sosioekonomi sedang. 16

Penelitian ini menunjukkan responden yang tidak pernah memperoleh informasi tentang trauma gigi lebih banyak dibandingkan dengan yang pernah mendapatkan informasi sebelumnya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Abdellatif, dkk yang menunjukkan bahwa hanya 18,9% dari orangtua dengan pendidikan sedang serta 17,6% orangtua dengan pendidikan tinggi yang pernah memperoleh pengalaman informasi tentang trauma gigi. Penelitian ini juga menunjukkan gambaran tentang sumber informasi mengenai trauma gigi yang diperoleh orangtua. Penelitian ini mengartikan kurangnya penyebaran informasi melalui dokter gigi, media cetak, internet, dan yang lainnya. Orangtua dengan keadaan sosioekonomi yang rendah lebih sulit mendapatkan akses informasi langsung

dari dokter gigi dan sebaiknya informasi tersebut dapat ditingkatkan dengan memberikan sebaran brosur ataupun berupa poster khususnya tentang penanganan darurat kasus trauma gigi avulsi. 41

Penting bagi orangtua maupun orang yang berada didekat anak untuk mengetahui faktor yang dapat menentukan keberhasilan perawatan replantasi gigi anak yaitu lamanya gigi berada di luar soket alveolar, tempat penyimpanan dan media transportasi gigi avulsi yang adekuat, serta cara membersihkan gigi avulsi tanpa

(61)

55

pada penelitian ini dinilai dari tindakan yang pertama sekali dilakukan oleh orangtua pada saat kejadian trauma terjadi dan yang menjawab benar dengan cara menenangkan anak terlebih dahulu lalu menghentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa anak ke pelayanan medis adalah sebesar 39,4%. Hasil penelitian ini lebih rendah sedikit dibandingkan dengan hasil penelitian Santos et.al di Brazil pada tahun 2009 dengan hasil sebesar 49%. Orangtua sebagian besar yang menjawab salah sebesar 59,5%, dikarenakan orangtua cenderung fokus terhadap

keluhan sakit anak karena yang dilihat pertama sekali adalah wajah anak dipenuhi darah, setelah dibersihkan luka pada wajah anak maka segera memberikan anak obat anti sakit tanpa dibawa lagi ke pelayanan medis.15

Penelitian ini menemukan bahwa orangtua yang lebih memilih untuk menyelamatkan gigi permanen pada ilustrasi lebih banyak 61,3% dibandingkan yang memilih gigi susu 29,5%, dan sebanyak 9,2% tidak tahu jenis gigi yang terlepas. Hasil penelitian Abdellatif, dkk berbeda dan ditemukan sejumlah besar dari responden lebih memilih untuk menyelamatkan gigi susu. Alasan untuk tidak melakukan replantasi gigi avulsi anak dihubungkan dengan kurangnya pengetahuan, khawatir mencederai anak atau lebih mengutamakan menghentikan perdarahan anak yang bagi sebagian besar orang dipandang sebagai ancaman hidup. Hal ini juga dikarenakan orangtua tidak mendapatkan pengetahuan yang adekuat mengenai masa erupsi gigi permanen padahal hal ini penting untuk diketahui sebelum melakukan penanganan darurat gigi avulsi. Pentingnya pengetahuan orangtua untuk mengetahui jenis gigi anak yang terlepas dikarenakan apabila gigi permanen anak sudah hilang

maka tidak ada lagi pengganti gigi permanen tersebut, maka diharapkan agar orangtua dapat menyelamatkan gigi permanen pada anak yang terlepas sedangkan gigi susu merupakan tidak dianjurkan untuk dilakukan replantasi diakibatkan dapat merusak benih gigi permanen yang akan erupsi.29,41

(62)

anak. Hanya sebanyak 34,2% orangtua yang membersihkan gigi terlepas dan kotor dibawah air mengalir selama 10 detik, selainnya sebanyak 50,7% yang membersihkan gigi dengan menyikat gigi sampai bersih, membersihkan dengan tangan atau tissue, dan membersihkan gigi dengan sabun atau alcohol, sisanya 15,1% orangtua tidak tahu apa yang harus dilakukan pada gigi tersebut. Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Santos et.al yaitu 52% dari orangtua mengetahui memegang gigi yang terlepas pada bagian mahkota dan 59%

membersihkan gigi tersebut dibawah air mengalir. Penelitian ini menunjukkan bahwa orangtua tidak tahu tentang prosedur membersihkan gigi yang benar dan pentingnya menjaga kesehatan jaringan ligamen periodontal gigi avulsi.15

Penelitian ini menunjukkan bahwa 62,6% orangtua mengetahui waktu kurang dari 60 menit adalah waktu yang paling tepat untuk anak menerima perawatan medis setelah terjadi trauma gigi avulsi, yang menjawab salah sebanyak 28,9% dan yang menjawab tidak tahu 8,9%. Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Ozer et.al yang membuktikan bahwa 68,2% dari responden mengetahui bahwa waktu untuk mencari perawatan medis gigi avulsi adalah kurang dari 30 menit. Ini membuktikan bahwa orangtua waspada dan segera mungkin membawa anak untuk mendapatkan perawatan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hanya sedikit orangtua yang mengetahui lamanya waktu gigi dapat tetap sehat untuk dapat direplantasi kembali ke soket adalah 30 menit yaitu sebesar 23,2% orangtua, sedangkan 42,6% salah dan 34,2% tidak tahu. Penelitian menyatakan bahwa semakin lama waktu gigi avulsi untuk dilakukan replantasi gigi dan perawatan avulsi,

kemungkinan risiko terjadinya resorpsi dan inflamasi akar gigi semakin besar.3

(63)

57

temperatur es yang rendah mencirikan sesuatu yang dapat mempertahankan kesegaran gigi, orang awam seharusnya diberikan edukasi bahwa air bersifat hipotonis dan mempercepat kerusakan dari sel-sel ligamen periodontal akar gigi serta memberikan efek yang buruk apabila gigi tersebut direplantasi. Sedangkan, membungkus gigi avulsi kedalam tissue ataupun membungkus gigi avulsi kedalam plastik kering menyebabkan sel-sel ligamen periodontal mengalami dehidrasi sehingga mengalami kerusakan. Media tersebut merupakan wadah yang kering yang

dipilih oleh orangtua karena lebih gampang didapat, namun orangtua tidak tahu akan efek langsung merusak ligamen periodontal gigi.14 Hasil yang tidak jauh berbeda dilihat dari pilihan orangtua tentang media penyimpanan yang paling tepat digunakan, maka yang menjawab susu hanya sebesar 14,2%, sebesar 70,8% menjawab air bersih, alkohol serta air garam, dan 15,1% tidak tahu jenis media penyimpanan apa yang akan digunakan. Beberapa penelitian sebelumnya juga telah membuktikan bahwa masih kurangnya pengetahuan orangtua tentang pemilihan media penyimpanan yang baik untuk gigi avulsi. Hasil penelitian Santos et.al menemukan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian ini yaitu sebesar 3% dari orangtua yang mengetahui susu baik sebagai media penyimpanan gigi avulsi, sedangkan 54% orangtua memilih menyimpan pada wadah kering.15

Hasil penelitian ini menemukan bahwa 93,7% orangtua mengetahui bahwa klinik dokter gigi merupakan tempat untuk mendapatkan perawatan lanjutan trauma avulsi gigi anak, sebanyak 4,9% pergi mencari perawatan lanjutan ke dokter umum, bidan atau rumah sakit, dan 1,4% tidak tahu. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Loo et.al yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden orangtua mencari perawatan ke klinik dokter gigi dan sisanya mencari perawatan di klinik dokter umum

atau rumah sakit umum.14

(64)

Sedikitnya orangtua dengan pengetahuan baik menunjukkan kurangnya pengetahuan kemungkinan disebabkan oleh kurangnya informasi orangtua tentang penanganan

kasus trauma avulsi gigi permanen.42 Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Gupta et al yang menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang prosedur penanganan avulsi gigi permanen anak masih sangat rendah.

Sikap merupakan respon atau kesediaan suatu responden untuk bertindak terhadap suatu stimulus atau obyek. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari setengah yaitu 97,1% memberikan tanggapan positif dengan sebanyak 56,6% yang sangat setuju pada pernyataan setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Ozer et.al yang menemukan 59,5% menyatakan sangat penting untuk mengetahui

(65)

59

Sikap responden pada pernyataan membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi menunjukkan hasil positif

81,4% yaitu sebanyak 47,2% orangtua menyatakan setuju. Sebaliknya, sikap responden ditemukan hasil negatif karena pada pernyataan cara membawa gigi anak

yang terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue terdapat 48,6% yang setuju dan 13% sangat setuju terhadap pernyataan tersebut. Kemungkinan orang tua menganggap tissue lebih mudah didapatkan dan tidak tahu bahwa media yang kering menyebabkan kekeringan pada membran periodontal sehingga kegagalan perawatan dapat terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 27,1% responden yang memberikan tanggapan positif pada pernyataan menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu. Hasil penelitian Gupta et.al ditemukan lebih rendah yaitu 4,4% yang setuju bahwa susu sebagai media penyimpanan.42 Keuntungan dari susu adalah murah dan mudah didapat sehingga gigi dapat segera ditempatkan di media susu. Ini menunjukkan kurangnya pengetahuan orangtua tentang media penyimpanan

yang sesuai dengan kondisi lingkungan alveolar.32 Responden memberikan tanggapan positif sebesar 89% untuk yang bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut. Namun hasil tersebut lebih rendah sedikit dibandingkan hasil responden yang tadinya memberikan tanggapan positif dalam

mengetahui informasi tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut. Kemungkinan orangtua tidak memiliki banyak waktu untuk menghadiri penyuluhan.

Kategori sikap orangtua pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah kategori baik sebanyak 214 orang (75,4%), kategori sangat baik sebanyak 24 orang (8,4%) dilanjutkan kategori tidak baik 46 orang (16,2%). Penelitian ini menunjukkan hasil sikap responden lebih dari setengah memberikan respon positif. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Loo et.al yang membuktikan responden orangtua memberikan respon sikap yang baik tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi.14 Dengan demikian, penelitian ini menemukan tingkat

(66)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi

permanen anak. Hasil penelitian yang serupa ditemukan oleh Ozer et.al.3 Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, semakin banyak informasi yang didapat maka sebanyak itu pula pengetahuan yang didapat. Ditinjau dari sosioekonomi, hasil penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara sosioekonomi orangtua dengan pengetahuan tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan teori dimana orangtua dengan sosioekonomi menengah keatas memiliki fasilitas atau akses yang cenderung memudahkan untuk mendapatkan pengetahuan

tentang suatu hal. Kemungkinan ini terjadi karena sumber informasi tentang penanganan darurat gigi avulsi masih belum memadai baik melalui media cetak, internet, maupun informasi langsung dari dokter gigi.16

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hal ini sejalan dengan teori dimana dengan memiliki pendidikan yang baik seseorang memiliki respon positif terhadap suatu informasi baru terutama informasi yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak.16 Penelitian Santos et.al dan Ozer et.al menyatakan bahwa masih terdapat rendahnya pengetahuan dan sikap tentang penanganan darurat avulsi gigi anak dan penelitian tersebut menemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pendidikan orangtua,

penghasilan orangtua dan usia.3,15 Disamping itu penelitian ini menemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi

(67)

61

dapat menimbulkan respon yang positif dari seseorang untuk melakukan tindakan yang benar dalam melaksanakan prosedur menyelamatkan gigi avulsi anak.

Metode pengumpulan data penelitian secara angket dilakukan dengan menyebarkan kuisioner melalui anak memampukan peneliti untuk mengumpulkan

(68)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kategori pengetahuan yang paling banyak ditemukan yaitu pada kategori kurang 227 orang (80%), kategori yang paling sedikit yaitu kategori baik 18 orang (6,3%), dan kategori cukup adalah 39 orang (13,7%). Kategori sikap orangtua pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah kategori baik sebanyak 214 orang (75,4%), yang paling sedikit adalah kateogori sangat baik 24 orang (8,4%) dilanjutkan kategori tidak baik 46 (16,2%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui adanya hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan p=0,021 responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hasil penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dengan sikap p=0,035 orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Ditinjau dari faktor sosioekonomi, hasil penelitian ini sebaliknya tidak menemukan adanya hubungan

yang bermakna antara sosioekonomi orangtua dengan pengetahuan p=0,169 tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Selanjtunya hasil penelitian ini menemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara sosioekonomi dengan sikap p=0,259 orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Penelitian ini menemukan adanya hubungan antara pengetahuan orangtua dengan sikap p=0,000 tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak.

6.2 Saran

1. Diharapkan dokter gigi dan tenaga kesehatan masyarakat agar lebih memperhatikan upaya penyuluhan dan edukasi tentang pencegahan serta prosedur penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi anak kepada orangtua, anak, beserta

pihak sekolah.

(69)

63

2. Perlunya dilakukan program seminar-seminar kedokteran gigi untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi mengenai trauma gigi pada anak khususnya penanganan dan perawatan kasus trauma avulsi gigi.

3. Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi di Kotamadya medan.

(70)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku 2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba, dengan sendirinya pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan :16

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang suatu objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi lain.

Gambar

Tabel 1. Defenisi operasional variabel penelitian
Tabel 3. Definisi operasional kuisioner sikap orangtua
Tabel 4. Distribusi responden menurut jenis kelamin dan usia
Tabel 5. Distribusi responden orangtua menurut pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

Fern xylem offers many distinctive features: (1) presence of numerous vessels and various numbers of tracheids in most species; (2) presence of vessels in both roots and rhizomes

Demikian pernyataan ini saya buat, apabila di kemudian hari saya tidak memenuhi hal tersebut diatas, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan dari Dinas Pendidikan

The main ontogenetical features of Rondeletia odorata pollen are (1) the very thin irregular foot layer, (2) development of a continuous layer of radially oriented membranous

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang di lengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA

• Produk Inersia untuk suatu area terhadap sepasang sumbu dalam bidang sama dengan produk inersia terhadap sumbu yang sejajar sumbu berat ditambah hasil kali