• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI PULAU ANAK KRAKATAU KAWASAN CAGAR ALAM KEPULAUAN KRAKATAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI PULAU ANAK KRAKATAU KAWASAN CAGAR ALAM KEPULAUAN KRAKATAU"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DIVERSITY OF BIRD SPECIES ON ANAK KRAKATAU ISLAND NATURE

RESERVE ZONE OF KRAKATAU ISLANDS

BY

FERRI MARTIN

1)

, SUGENG P. HARIANTO

2)

, BAINAH SARI DEWI

2)

1)

Student of Forestry Faculty of Agriculture University of Lampung.

2)

Lecturer Departement of Forestry Faculty of Agriculture University of Lampung.

Many good reasons to know and count species of birds, but its main purpose is to

enhance better knowledge to support conservation activities.

In addition, the

presence of birds is an important indicator in assessing the quality and productivity of

the environment. Krakatau Islands Nature Reserve area has a rich and unique plant,

animal, and its ecosystem. The island of Anak Krakatau is one of the volcano is still

active and very interesting to study in particular examined the diversity of bird

species are closely related as an indicator of environmental quality and productivity.

The purpose of this study will serve as the scientific basis for the protection and

sustainability of birds.

The research was carried out by the method of the point count on the coastal forest

habitat owned island of Anak Krakatau by walking into a certain place and then gave

the sign and record all birds during a predetermined period of time before moving to

the next point, in April 2012. The data used to calculate the wealth index, diversity,

equality, and similarity. Observations made during the six repetitions. Based on

research results, it is known that the diversity of bird species on the island of Anak

Krakatau in April 2012 consisted of 27 species from 18 families. Diversity of bird

species on the island of Anak Krakatau intermediate classified as a diversity index

value of 2.391, the index is relatively labile equality with equality index value of

0.725, and has a similarity index value of 0.744, it s mean bird species between dense

and open vegetation habitat almost similar.

(2)

AB

✁✂✄☎

EA

✆ ✝☎

A

✂✄

GA

A

✆✟ ✝✆ ✠

B

✡✂✡✆☛

DI

☞✡✌

A

A

✆✄☎☎✂✄☎

A

A

✡ ☎

AWA A

CAGA

✂✄✌

A

✞☎

E

☞✡✌

A

✡✄✆☎✂✄☎

A

A

leh

FERRI MARTIN

1)

, SUGENG P. HARIANTO

2)

, BAINAH SARI DEWI

2)

1)

✎✏✑✏ ✒✓ ✒✔✏

Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Univrsitas Lampung.

2)

Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Banyak alasan yang baik untuk mengetahui dan menghitung jenis burung, namun

tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan yang lebih baik untuk

mendukung kegiatan konservasi. Selain itu, kehadiran burung merupakan suatu

indikator penting dalam pengkajian mutu dan produktivitas suatu lingkungan.

Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau memiliki kekayaan dan keunikan baik

tumbuhan, satwa, dan ekosistem yang dimilikinya.

Pulau Anak Krakatau

merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif sangat menarik untuk dikaji

dan diteliti khususnya keanekaragaman jenis burung yang sangat berhubungan erat

sebagai indikator mutu dan produktivitas lingkungan. Tujuan penelitian ini juga

diharapkan menjadi dasar ilmiah perlindungan dan pelestarian burung.

Penelitian ini dilakukan dengan metode titik hitung pada habitat hutan pantai yang

dimiliki Pulau Anak Krakatau dengan cara berjalan ke suatu tempat tertentu

kemudian memberi tanda dan mencatat semua burung selama jangka waktu yang

telah ditentukan sebelum bergerak ke titik selanjutnya, pada bulan April 2012.

Data

yang

didapat

digunakan

untuk

menghitung

indeks

kekayaan,

keanekaragaman, kesamarataan, dan kesamaan komunitas. Pengamatan dilakukan

selama enam kali pengulangan.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa

keanekaragaman jenis burung di Pulau Anak Krakatau pada bulan April 2012

terdiri dari 27 jenis yang berasal dari 18 famili. Keanekaragaman jenis burung di

Pulau Anak Krakatau tergolong sedang dengan indeks keanekaragaman sebesar

2,391, indeks kesamarataan tergolong labil dengan nilai indeks kesamarataan

sebesar 0,725, serta memiliki nilai indeks kesamaan sebesar 0,744, ini berarti

spesies burung antara habitat vegetasi rapat dan terbuka cenderung sama.

(3)

✕✖ ✗✘✖✕ ✗✙✗ ✚✗ ✛✗✘✜✖ ✘✢ ✣✤ ✥✙ ✥✘ ✚✦✢✧✥★✗ ✥✗✘✗✕✕✙✗✕✗ ✩✗ ✥ ✕✗✪✗ ✣✗✘✫✗ ✚✗✙✗ ★✗✛✕✖✧✥★✗ ✥✗ ✘✕ ✙✗✕✗ ✩✗ ✥

✬ ✭✮ ✯✰✱ ✲✰

)

✳✴✵✶

✷✖✙✙✢✛ ✗✙ ✩✢✘

✷✗✕ ✥★ ✩✗ ✣✧✖ ✙ ✩✗✘✢ ✗✘ ✥✘✢ ✸✖ ✙ ✣✢ ✩✗ ✣★✗✛✧✥✘ ✚

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ✼

DAFTAR TABEL

✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ✼✼✼

DAFTAR GAMBAR

✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽

v

I. PENDAHULUAN

✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ✾

✿ ✽ ❀❁

t

r

❂ ❃❄❁❅❁❆❇ ✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ✾ ❂✽ ❈❉ ❊❉ ❋❁❆●❁❋❁❄❁❍✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ■ ❏ ✽ ❑❉▲❉❁

n

▼❃❆❃

l

t

✼ ❁

n

✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ■ ◆ ✽ ●❁❆❖ ❁❁

t

▼❃

n

l

t

✼ ❁

n

✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ■ P✽ ◗❃

r

❁❇❅❁

n

▼❃

m

✼❅✼

r

n

✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ■

II. TINJAUAN PUSTAKA

✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ❘

✿ ✽ ◗❃❁❆ ❃❅❁

r

❁❇❁

m

n

❙❁❁

y

t

✼ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ❘ ❂✽ ❂❇

u

ru

n

✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ❚ ❏ ✽ ❙❁❯✼

t

t

u

ru

n

❇✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽ ✾ ❱ ◆ ✽ ▼❃

r

n

❲❁

n

●❁

n

❖ ❁❁

t

u

ru

❆❇ ❲✼✿

l

m

✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ✾❳ P✽ ▼❃

n

y

❃❯ ❁

r

n

u

ru

n

❇ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ✾❨ ❩ ✽ ▼

u

l

u

✿❆❁❅◗

r

❁❅❁

t

u

❲✼ ◗❁

w

s

n

❏❁❇❁

r

l

m

❅ ❃

p

u

l

❁❉❁

n

◗❁❅❁

r

t

u

✽✽✽✽ ✽ ✾ ❬

III. METODE PENELITIAN

✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽✽✽✽ ✽ ❭ ❭
(5)

❡❡

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢ ❣❤

✐❢ ❥❦

t

❧♠❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢ ❣❤ ♥❢ ♦♠♣❡q❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢ ❣❤ r❢ st✉ t✈❧✇❡

r

❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢ ❣① ②❢

G

❦t ✈❡

o

l

❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢ ③④ ⑤❢ ⑥❧

o

l

ru

s

⑦❧

n

⑥❧ ⑧❧

n

✈⑨

u

ru

t

❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢ ③④ ⑩❢ ⑥❧

o

l

✐❶✈❡

n

❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢❢❢❢ ❢ ③❷

G

Hidrografi ...

31

H. Jenis Tanah...

31

I.

Oceanografi ...

32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

...

33

A. Hasil Penelitian ...

33

1. Keanekaragaman Jenis Burung ...

33

2. Tingkat Keanekaragaman Jenis...

35

3. Indeks Kesamaan Jenis dan Keragaman Vegetasi ...

36

B. Pembahasan...

37

1. Keanekaragaman Jenis Burung ...

37

2. Indeks Keanekaragaman Jenis dan Indeks Kesamarataan ...

61

3. Indeks Kesamaan Jenis...

63

4. Penggunaan Habitat...

64

5. Status Lindung...

66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

...

69

A. Kesimpulan ...

70

B. Saran...

71

DAFTAR PUSTAKA

...

72

LAMPIRAN

(6)

❸❸❸

DAFTAR TABEL

Halaman

❹❺❻❼❽ ❾.

❿❺ ➀

t

r

❻❼❻ ❼❺➁❺

r

➂ ➁❼➂❸❼

s

❻➃ ➄➃ ➅➆

y

❺➅➆

t

❼➇❺➁❺

r

t

➇❸

Cagar Alam kepulauan

Krakatau (Whittaker dkk.(1992). ...

20

Tabel 2

.

Jenis-jenis burung yang ditemukan di Pulau Anak Krakatau Kawasan

Cagar Alam Kepulauan Krakatau. ...

34

Tabel 3

.

Indeks keanekaragaman dan kesamarataan jenis burung di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau...

35

Tabel 4

.

Indeks kesamaan jenis burung pada dua tipe vegetasi di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau...

36

Tabel 5

.

Jenis-jenis tumbuhan pada vegetasi rapat di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau ...

37

Tabel 6

.

Jenis-jenis tumbuhan pada vegetasi terbuka di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau ...

37

Tabel 7

.

Data Perbandingan keanekaragaman jenis burung berdasarkan studi

literatur Whittaker dkk.(1992), BKSDA Lampung (2006), dan

penelitian Martin (2012). ...

54

Tabel 8

.

Nilai-nilai indeks hasil pengamatan keanekaragaman jenis burung

di Pulau Anak Krakatau ...

63

Tabel 9

.

Persentase keberadaan jumlah burung yang dilindungi di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau...

67

Tabel 10

.

Daftar nama burung yang ditemukan di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau. ...

80

Tabel 11

.

Data hasil pengamatan jenis burung pada titik 1 di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama 6

hari efektif...

81

Tabel 12

.

Data hasil pengamatan jenis burung pada titik 2 di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama 6

hari efektif...

82

Tabel 13

.

Data hasil pengamatan jenis burung pada titik 3 di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama 6

hari efektif...

83

Tabel 14

.

Data hasil pengamatan jenis burung pada titik 4 di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama 6

hari efektif...

84

Tabel 15

.

Data hasil pengamatan jenis burung pada titik 5 di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama 6

(7)

v

➉➊➋➌➍➎➏.

Hasil analisis keanekaragaman jenis burung di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau ...

86

Tabel 17

.

Perbandingan keberadaan jenis burung pada vegetasi rapat dan

Terbuka di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan

Krakatau...

87

Tabel 18

.

Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang

Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat 93 jenis Burung

(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

.

Kerangka penelitian keanekaragaman jenis burung di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau. ...

5

Gambar 2

.

Lokasi penelitian di kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau

(BKSDA Lampung, 2009).. ...

24

Gambar 3

.

Cekakak Suci (

Todirhamphus sanctus

) bertengger di ranting

pohon di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam krakatau

bulan April 2012 (Foto: Martin dkk, 2012). ...

41

Gambar 4

.

Kekep Babi (

Artamus leucorhynchus

) sedang bertengger dan

berkumpul pada Cemara Laut di Pulau Anak Krakatau Kawasan

Cagar Alam Kepulauan Krakatau tanggal 25 April 2012

(Foto: Martin dkk, 2012)...

42

Gambar 5

.

Merbah Cerukcuk (

Pycnonotus

goiavier) sedang bertengger di atas

pohon Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam krakatau bulan

April 2012 (Foto: Martin dkk, 2012).. ...

45

Gambar 6

.

Kanipis Rumah (

Apus Affinis

) sedang terbang di atas langit Pulau

Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam krakatau bulan April 2012

(Foto: Martin, 2012)...

48

Gambar 7

.

Perbandingan jumlah spesies burung yang ditemukan di Pulau

Anak Krakatau pada tahun 1992, 2006, dan 2012. ...

55

Gambar 8

.

Persentase jumlah burung-burung terbesar yang ditemukan saat

pengamatan pagi dan sore hari di Pulau Anak Krakatau Kawasan

Cagar Alam Kepulauan Krakatau pada April 2012. ...

57

Gambar 9

.

Grafik jenis dan jumlah burung yang terdata saat pengamatan di

Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau

pada April 2012...

58

Gambar 10

.

Grafik perbandingan jumlah burung yang ditemukan saat

pengamatan pagi dan sore hari di Pulau Anak Krakatau Kawasan

Cagar Alam Kepulauan Krakatau pada April2012. ...

60

Gambar 11

.

Formasi hutan pantai di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar

Alam Krakatau tanggal 25 Mei 2012 (Foto : Martin dkk, 2012)...

66

Gambar 12

.

Pengamatan burung di Pulau Krakatau Kawasan Cagar Alam

Kepulauan Krakatau bulan Mei 2011 (Foto: Martin dkk, 2012).. .

90

Gambar 13

.

Kenampakan vegetasi hutan pantai yang berdekatan dengan laut

di Pulau Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau

(Foto: Martin dkk, 2012)... ...

90

Gambar 14

.

Kenampakan vegetasi dari dalam hutan pantai di Pulau Krakatau

(9)

➐➑

➒➓ ➔ ➔

(Foto: Martin dkk, 2012)... ...

91

Gambar 15

.

Dominansi Cemara Laut

Casuarina equisetifolia

di Pulau Krakatau

Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama bulan Mei 2011

(Foto: Martin dkk, 2012)... ...

91

Gambar 16

.

Kenampakan keseluruhan vegetasi hutan pantai di Pulau Krakatau

Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama bulan Mei 2011

(Foto: Martin dkk, 2012). ...

92

Gambar 17

.

Proses pengidentifikasian jenis burung di Pulau Krakatau Kawasan

Cagar Alam Kepulauan Krakatau selama bulan Mei 2011 (Foto:

Martin dkk, 2012). ...

92

Gambar 18

.

Punai Besar (

Treron capellei

) sedang bertengger di ranting pohon

Tabin Wildlife Reserve, Sabah, Malaysia tanggal 27 Agustus 2010,

burung ini tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam krakatau bulan April 2012 (Foto :

Jason, 2010). ...

93

Gambar 19

.

Punai Gading (

Treron vernans

) sedang mencari makan di Pulau

Parang, Taman Nasional Karimunjawa tanggal 17 September 2011,

burung ini tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam krakatau bulan April 2012 (Foto :

Harry, 2011)...

93

Gambar 20

.

Uncal Buau (

Macropygia ruficeps

) sedang bertengger di pepohonan

di Tahura R. Soeryo, Malang tanggal 26 Agustus 2011, burung ini

tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar

Alam krakatau bulan April 2012 (Foto : Swiss, 2011). ...

94

Gambar 21

.

Kucica Kampung (

Copsychus saularis

) di Kotawaringin Timur,

Kalimantan Tengah, tanggal 4 Mei 2011, burung ini tampak pada

penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Krakatau

bulan April 2012 (Foto : Surya, 2011)...

94

Gambar 22

.

Caladi Batu (

Meiglyptes tristis

) sedang bertenger batang pohon di

Taman Nasional Gunung Merapi, Yogyakarta tanggal 17 September

2011, burung ini tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam krakatau bulan April 2012 (Foto:

Ismail, 2011). ...

95

Gambar 23

.

Cucak kutilang (

Pycnonotus aurigaster

) sedang bertengger di atas

pohon di Taman Nasional Gunung Merapi Yogyakarta tanggal 7

Maret 2010, burung ini tampak pada penelitian di Pulau Anak

Krakatau Kawasan Cagar Alam krakatau bulan April 2012 (Foto:

Adhy, 2010). ...

95

Gambar 24

.

Cucak Kuricang (

Pycnonotus atriceps

) di Lamteuba, Aceh Besar,

NAD tanggal 27 Desember 2011, burung ini tampak pada penelitian

di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam krakatau bulan April

2012 (Foto: Agus, 2011). ...

96

Gambar 25

.

Cucak Rumbai Tungging (

Pycnonotus

eutilotus) di Panti Forest

Reserve, Johor, Malaysia tanggal 4 April 2004, burung ini tampak

pada penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam

krakatau bulan April 2012 (Foto: William, 2004). ...

96

Gambar 26

.

Kepudang Kuduk hitam (

Oriolus chinensis

)sedang bertengger di

(10)

→➣➣

↔↕➙➛

t

➛➜

t

➛➜➝➝➛➙ ➞➟ ↕➣➠ ➡ ➢➠ ➤➥ ➦➧ ➦ ➜➝➣➜➣

t

➛➨➩ ➛➫➩➛➭ ➛➩ ↕➜ ↕➙➣➣➛➜

t

➭➣

Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam krakatau bulan April

2012 (Foto: Kang Bas, 2012)...

97

Gambar 27

.

Bondol Jawa (

Lonchura leucogastroides

) di Candi Gedongsongo,

Ambarawa, Jawa Tengah tanggal 11 November 2006, burung ini

tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar

Alam krakatau bulan April 2012 (Foto: Kang Bas, 2006)...

97

Gambar 28

.

Burung Bondol Peking (

Lonchura punctulata

) di hutan mangrove

Desa Sungai Burung, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang

Bawang Lampung bulan Mei 2011, burung ini tampak pada

penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Krakatau

bulan April 2012 (Foto: Utama dkk, 2011). ...

98

Gambar 29

.

Gereja Erasia (

Passer montanus

) sedang mencari makan di tanah

Universitas Lampung tanggal 7 Februari 2011, burung ini tampak

pada penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam

Krakatau bulan April 2012 (Foto: Deni, 2011)...

98

Gambar 30

.

Pelanduk Dada Putih (

Thichastoma Rostratum

) di Hutan Way

Rilau, Lampung tanggal 23 Juli 2010, burung ini tampak pada

penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Krakatau

bulan April 2012 (Foto: Dig, 2010). ...

99

Gambar 31

.

Wergan Coklat (

Alcippe brunneicauda

) di Hutan Rawa-Gambut

Pematang Gadung, Pontianak tanggal 11 April 2012, burung ini

tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar

Alam Krakatau bulan April 2012 (Foto: Abdurahman, 2012)...

99

Gambar 32

.

Tikusan Alis Putih (

Porzana cinerea

) di Wonorejo, Jawa Timur

tanggal 29 Juni 2011, burung ini tampak pada penelitian di Pulau

Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Krakatau bulan April 2012

(Foto: Lukman, 2011). ...

100

Gambar 33

.

Bentet Kelabu (

Lanius schach

) di Gunung Unggaran, Kendal, Jawa

Tengah tanggal 4 Januari 2002, burung ini tampak pada penelitian

di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Krakatau bulan April

2012 (Foto: Nanang, 2002)...

100

Gambar 34

.

Penggunting Laut Belang (

Calonectris leucomelas

) terbang di

lautan Sumatera Utara tanggal 29 Juli 2011, burung ini tampak pada

penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Krakatau

bulan April 2012 (Foto: Anonimous, 2011). ...

101

Gambar 35

.

Cinenen belukar (

Orthotomus atrogularis

) di Hutan Rawa-Gambut

Pematang Gadung, Pontianak tanggal 6 April 2012, burung ini

tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar

Alam Krakatau bulan April 2012 (Foto: Abdurahman, 2012)...

101

Gambar 36

.

Burung Perenjak Jawa (

Prinia familiaris

) pada penelitian di hutan

mangrove Desa Sungai Burung, Kecamatan Dente Teladas,

Kabupaten Tulang Bawang, Lampung bulan Mei 2011, burung ini

tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau Kawasan Cagar

Alam Krakatau bulan April 2012 (Foto: Utama dkk, 2011)...

102

Gambar 37

.

Celepuk Reban (

Otus lempiji

) di Taman Nasional Bali Barat tanggal

(11)

➯ ➲➲➲

(Foto: Ganda, 2009). ...

102

Gambar 38

.

Puyuh Batu (

Coturnix chinensis

) di Sulawesi Utara tanggal 9 Juli

2009, burung ini tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam Krakatau bulan April 2012 (Foto: Nickell,

2009). ...

103

Gambar 39

.

Elang Bondol (

Haliastur indus

) di Teluk Bintuni, Papua Barat

tanggal 5 Oktober 2011, burung ini tampak pada penelitian di Pulau

Anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Krakatau bulan April 2012

(Foto: Dennis, 2011). ...

103

Gambar 40

.

Burung Madu Polos (

Anthereptes simplex

) di Taman Nasional

Tanjung Puting, Kalimantan Tengah tanggal 20 November 2011,

burung ini tampak pada penelitian di Pulau Anak Krakatau

Kawasan Cagar Alam Krakatau bulan April 2012 (Foto: Hanne

(12)

➳➵➸➺ ➵➻➼➽➾➺➵➚ ➵

l

➶➹➘ ➴➷ ➬➮ ➱✃ ❐✃ ❒ ❮ ❮❒✃ ❰ÏÐ ÑÏÒ➘Ò ➬➬Ð ❐➬➬Ò ➶➬➷ ✃

tw

Ó➬➬Ô ➬Ð

y

❰ÏÐÏ➷ Õ ➶

t

Ö➬➹×Ò

t

➬Ô ØÏÙ× Ú ➬Ð ➬ÐÛ❰Ü ✃ Ü ➘ Ñ➘➷ ✃

➪➷×Ý➬Ô ➬➷ ➶✃ Þ ßà ß✃

Komunitas Burung Pada Berbagai Habitat di Kampus UI,

Depok.

❐➹➷ ➶á Ô➶❐➬➷â ➬Ð ➬Ü➶➘ Ò➘ Ñ ➶ÖãÛ❰ ➪äÐ➶åÏ ➷ Ô ➶

t

➬ÔÛÐ ➴➘Ð Ï Ô ➶➬✃æ ➬➹ ➬➷

t

➬✃

Ü➬➶ç× Ð ➶➮ ➱✃ ❒❮❮è ✃

Pengelolaan Keanekaragaman Hayati

✃ ❐➘é➶➬Ò ê é➘Ð ➘Ý➶é êÐ å ➶➷➘ ÐÝÏÐÚ ➬Ò ✃➪× ÔÚ➷ ➬Ò ➶➬✃

Ü➶ÕÕ

y

➮ë ✃➮æ➘ Ð Ï Ô➮ã ✃ ➮➴ ➬Ðã ➬➷ Ô ➴ÏÐ➮ ❐✃❒❮❮ ❮✃

Survei Burung

✃❐ãØìã ➬➷➴➶Ó× ➬Ð➬✃ Ü➘Ñ➘ ➷ ✃

Ü➶ÕÕ

y

➮ ë ✃æ ✃➮ Ü× ➷ ÑÏ Ô Ô ➮ í✃î ✃ ➴ ➬Ð ➱➶ÒÒ ➮ î ✃➪✃ Þßß❒ ✃

Bird Census Techniques.

➪é➬➴ÏÝ➶é❰➷ Ï ÔÔ ➮ï➘Ð➴➘ Ð✃

ÜØ❐î ➪ ï ➬Ýá× Ð Ñ ✃ ❒❮ ❮ð✃

Buku Panduan Kawasan Cagar Alam Kepulauan

Krakatau Lampung-Indonesia.

Ü ➬Ð➴➬➷ï ➬Ýá× Ð Ñ ✃

ÜØ❐î ➪ ï ➬Ýá×ÐÑ✃ ❒❮Þ❮

. Laporan Inventarisasi dan Identifikasi Tumbuhan

Darat di Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau

✃Ü➬Ð ➴ ➬➷ï ➬Ýá×ÐÑ✃

Ü Ò ➬➹Ï ➮æ ✃ì ✃➮ÜÏÒÏ

tt

➮ ➪✃ï✃ ❒❮❮ ❮✃

Diversity of Bird Along an Elevational Gradient

in the Coldillera Central, Costarica.

ñÙ Ï ➪× ➹ ò➘ Ò ✃ Þ Þèóô õ✃ ➱➬Ò ✃ ððô ö ðà ð✃

ë➘ÒÒ ➬➷➮ í✃æ ✃➮ ë➷➘ Ô Õ

y

➮ ã ✃ æ ✃ ➴➬Ð ❐

t

➬Ï➷ Ô÷➶ÏÒ ➴ ➮

tt

➪✃æ ✃

Þßßø✃

Birds to Watch 2, The

world List of Threatened Birds.

Ü➶➷ ➴ï➶÷ÏÛÐ ÚÏ➷Ð➬

t

➶➘ Ð ➬Ò ✃ ë ➬ÝÕ➷ ➶➴ÑÏ ➮äØ✃

î ➬ÑÏ

t

➮æ ✃Þ ßèð

. Les Modèles Mathématiques en Ecologie

✃ã ➬Ô Ô➘ Ð ➮❰ ➬➷ ➶Ô ✃

î ➬➷Ý➬

w

➬Ð➮ ã ✃➮❰ ✃ ❒❮❮ð✃

Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe

Habitat di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur

ó❐➹➷➶áÔ ➶õ✃ ÛÐÔÚ ➶

tu

t

❰Ï➷

t

➬Ð ➶➬ÐÜ ➘ Ñ➘➷ ✃

î ➬➷×ÔÝ➬Ð➮î ✃Þ ß ß❒✃

Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan

✃➪❰ ➱Û ✃æ ➬➹ ➬➷

t

➬✃
(13)

__________________. 2008.

Statistik Kehutanan Indonesia Forestry Statistics of

Indonesia 2007

. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. 1983.

Pedoman Teknik

Inventarisasi Burung (Dasar-Dasar Umum) Poyek Pembinaan

Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati.

Departemen Kehutanan dan

Perkebunan. Bogor.

Djausal, A., I. Bidayasari., dan M. Ahmad . 2007.

Kehidupan Burung di Kampus

Unila

. Universitas lampung. Bandar Lampung.

Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna. 1989.

Burung

. PT. Intermasa. Jakarta.

Ewusie, J., Yanney. 1990.

Pengantar Ekologi Tropika.

Edisi Bahasa Indonesia.

Penerbit ITB. Bandung. 369 halaman.

Fachrul, M.F. 2007.

Metode Sampling Bioekologi

. Bumi Aksara. Jakarta.

Hernowo, J. B.; L. B. Prasetyo,. 1989.

Konsep ruang Terbuka Hijau di Kota

Sebagai Pendukung Pelestarian Burung

. Media Konservasi Vol. II (4).

Hal. 61-77.

Hernomo, J.B. 1989

. Studi Pendahuluan Habitat dan Arena Tari Burung Kuwau

(Argusianus argus) di Hutan Lindung Bukit Soeharto, Kalimantan Timur.

Media Konservasi Vol II (03): 55-63.

Holmes, D., dan S. Nash. 1999.

Burung-Burung di Jawa dan Bali

. Puslitbang

Biologi-LIPI. Bogor.

Howes J, Bakewell D, Noor YR. 2003.

Panduan Studi Burung Pantai.

Wetlands

International - Indonesia Programme, Bogor.

Indriyanto. 2006.

Ekologi Hutan

. Bumi Aksara. Jakarta.

IUCN Species Survival Commission. 1994

. IUCN Red List Categories

.

Prepared by the 40

th

meeting of the IUCN Council. Switzerland.

James, F. 1971.

Ordinations to The Knowledge of The Distribution of Birds on

The Island of Java.

Treubia,

Krebs, C.J. 1978. Ecological Methodology. Harper dan Row Publisher. New York.

(14)

úûüýþÿ ÿ ÿ✁ ✂ ✄✁ ☎✆ þ✝✝ þ✞ ✞✟ ✁ ý✄✁ ✠ ûÿ ✡ ûÿ ☛ û✝☞ ÿ✁ ☛ ✄ ✌✍✍ ✎ ✄

Burung-burung di

Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (termasuk sabah, Serawak dan

Brunei Darussalam).

☎✏✟✝ þ

t

✑ûÿ✒☛ þ ✝ ✒þ✓✔☎✔✄ ☛ ✒ ✕✄

úû✒✕✕ûÿ ✄

u

✌✍ ✎✎✄

Ecological Diversity and Its Measurement

✄ ☎✕þÿ ü☞

t

ÿ ✖ÿþ✡ ☞✕✟ þ

ty

☎✕☞ ✟ ✟ ✁☎✕þÿü☞

t

ÿ✄ ✗☞

w

✂☞✕✟☞✄

y

✘✠✏✙ ✁ ✚✄ ☎✄ ✌✍✍ ✛ ✄

Dasar-dasar Ekologi

✄ ✜û✠ ✢ û✆ úû✠ û ✖ÿþ✡ ☞✕✟ þ

ty

☎✕☞ ✟✟ ✄ ✣ ✒

y

û✤ û✕

t

û✄

☎û✕

t

û✟û✟ ✙þ

t

û✁ ✥✄ ✦✧✧✛ ✄

Ekologi Burung Pemakan Buah dan Peranannya sebagai

Penyebar Biji

✄ úû✤û✝ û✆★û✝ ✟ û✩û✆✪ûþÿ✟ ✁ ☎✕ ✒ ✕û✙ ☎û✟üû ✪û✕✢ ûÿ û✁ ✔ÿ✟✫ þ

tu

t

☎☞✕

t

ûÿ þûÿ☛ ✒ ✕✁☛ ✒ ✕✄

☎☞☞✕✟

t

ÿ✥✄✬✄✌✍✎✧

. Burung Pustaka Alam Life

✄✬þû✕û☎✏✟✫ û✤û✁✂ û✤û✕

t

û✄ ☎þ☞✝✝ ✏✁✚✄✁✭ ✄ ✁✌✍✮ ✯ ✄✚ü ✝ ✒þüû✝✰þ✡ ☞✕✟ þ

ty

✄✂ ✆ÿ✱ þ✝✝☞

y

ûÿ✠✪ ÿ✟ ✄✗☞

w

✣ ✕✤✄ ☎✏✕ÿ ✙ ✁ ✲✄ ✁ ✲✄ ✂ û✙û✤✟ û✕þ✄✁ ✥✄ ☛ûÿ✒✤þ

t

✗✄✁ ✬✄ ☎✕û✠þ

ty

✄✁ ✰✄ ✪û✩✕ ✏✠ þÿ ✄

y

✦✧✧✍ ✄

Hubungan Antara Struktur Komunitas Burung Dengan Vegetasi di

Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya

✄ ✳ ✂✏✕ÿ û✝✴ ✄ ✰☞ ✞û✕

t

☞ ✙☞ ÿ ý ÿ ✟☞✕✡ û✟ þ ✪✏✙✑☞✕✠ ûû

y

u

t

ûÿ ✠ ûÿ ✚✤ ✵þ✟ ûû

t

★û✤✏✝

t

û✟ ý☞ ✆✏✫ ûÿ ûÿ ✔ÿ ✟✫ þ

tu

t

☎☞✕

t

ûÿþûÿ☛ ✒ ✕✄ ☛ ✒ ✕✄

✥ ✆ û✠ þ✁ ✰✄ ✦✧✌ ✌ ✄

Keanekaragaman Jenis burung di Rawa Universitas lampung

✳✪✤✕þ✞✟ þ✴ ✄ ✂✏✕ ✏✟ ûÿ ý☞ ✆✏✫ ûÿûÿ ✄ ✖ÿ þ✡☞✕✟ þû✟

t

✓û✙ ✞✏ÿ✒✄ ☛ûÿ✠ û✕ ✓û✙✞✏ÿ✒✄ ✬þ✠û✤✠þ✞✏✑✝ þ✤û✟ þ✤ ûÿ

.

✪ûÿ✫ ✟ û✁ ✣✄✁ ✥û✙ û✠ ✆ ûÿ ✁ ✚✄☎✄✁ ✥û✆ ✙ûÿ ✁ ✰✄✶✄ ✦✧ ✧✎✄

Studi Keanekaragaman

Mamalia pada Beberapa Tipe Habitat di Stasiun Penelitian Pondok

Ambung Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah

✳ ✂✏✕ÿ û✝✴ ✄ ✔☎☛ ✄☛ ✒ ✕✄

✪✆ ûÿÿ û

z, J., P. Jepson & Rudyanto. 1995.

Burung-burung Terancam Punah di

Indonesia

. PHPA/Birdlife Indonesia Program. Bogor.

Sozer, R., Saaroni, Y., Nurwatha, P.F. 1999.

Jenis-Jenis Burung Dilindungi

Yang Sering Diperdagangkan

. Yayasan Pribumi Alam Lestari.

Bandung.

Solahudin, A. M. 2003.

Keanekaragaman Jenis Burung Air di Lebak Pampangn

Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera

Selatan

. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan

.

(15)

Burung Endemik

✷ ✸✹ ✸✺

/BirdLife International-Indonesia Programme.

Jakarta.

Suryadi, S. 2008.

Mengintip Kehidupan Burung

. Dalam: Blog Suer & Associate.

Utama, M. T., Dewi, B. S., dan Darmawan, A. 2011.

Keanekaragaman Jenis

Burung di Beberapa Tipe Lahan Mangrove Desa Sungai Burung

Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang

. (Skripsi). Jurusan

Kehutanan.Universitas

Lampung.

Bandar

Lampung.

Tidak

dipublikasikan

.

Van Helvoort, B. 1981.

A Study of Bird Population in The Rural Ecosystem of

West Java, Indonesia a Semi Quantitative Approach

. Nature

Conservation Dept. Agriculture University Wageningan.

Wageningen-The Netherland.

Welty, J.C. 1982.

The Life of Bird. Saunders

College Publishing. Philadelphia.

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

✼✽✾✽✿

y

✽❀✽❁✽✾ ✽✾❂

y

❃✽❄✿❅✾❆❅ ✿ ❇❈✾❂❈✽❉ ❅ ❄

t

❊✽✾ ❇❈✾❂❉❄

t

❅✾❂ ❋❈✾❄❁❃ ❅●❅✾❂❍ ✾ ✽ ❇❅✾ ❆❅❋❅✽✾ ❅ ❆✽ ❇✽✾■✽

✽❊✽❀✽❉ ❅✾❆❅ ✿ ❇❈✾❄✾❂ ✿✽❆✿✽✾ ❏❈✾❂❈❆✽❉ ❅✽✾ ■✽✾❂ ❀❈❃ ❄❉❃✽❄✿ ❅✾❆❅ ✿ ❇❈✾❊❅✿ ❅✾❂ ✿❈❂ ❄✽❆✽✾ ✿❑✾❁❈●▲✽❁ ❄

. A

❊✽ ✿❈❃❅❆❅❉✽✾ ■✽✾❂ ❁✽✾❂✽❆ ❇❈✾❊❈❁✽✿ ❅✾❆❅✿ ❀❈❃❄❉ ❃✽✾■✽✿ ❇❈✾❂❈❆✽❉❅ ❄ ❆❈✾❆✽✾❂ ❋❈✾❄❁ ❃ ❅●❅✾❂ ■✽✾❂ ❏✽❀❄✾❂ ❆❈● ✽✾ ▼✽ ❇ ❏❅✾ ✽❉ ❊❄

❊❅✾❄✽

.

◆❈✾❄❁ ❃ ❅●❅✾❂ ❆❈●✽ ✾ ▼✽ ❇ ❏❅✾ ✽❉ ❁❈ ▼✽●✽ ●❈❁❇❄ ❆❈❀✽❉ ❊ ❄❊✽❖ ❆✽● ❊✽❀✽ ❇ ❏❅❃ ❀❄✿✽❁❄

B

❄●❊P❄❖❈ ◗✾❆❈●✾ ✽❆❄❑✾ ✽❀

,

❘❙❚ ❯ ❱ ❲❳ ❨ ❩ ❲❬❭ ❪

(C

❑ ❀❀✽●

, C

●❑ ❁❃■

,

❫❆✽❆❆❈●❁❖ ❄❈❀❊❍

1994).

D

❈❖❄✾❄❁ ❄ ❋❈✾❄❁ ■✽✾❂ ❆❈●✽ ✾ ▼✽ ❇ ❏❅✾✽❉ ❁❈ ▼✽● ✽ ❂❀❑❃✽❀ ❆❈❀✽❉ ❊❄❁❈❆❅❋❅❄ ❑ ❀✽❉ ❴ ❵❛❬❙❛❱

❴❜❚ ❝❙❝ ❩❞ ❡ ❳❢❢❙ ❱ ❱❙ ❳❣

(

❤❑❇❄❁❄ ✐❈✾■❈❀✽ ❇✽❆✽✾ ◆❈✾❄❁

)

❊✽●❄ ❨ ❳❚ ❞❯ ❡❳ ❣❬❛❚❝ ❩ ❲❙ ❳❣ ❥❣❙ ❳❣

(

◗❦

C

, 1994).

❤✽ ♠✽❁✽✾

C

✽❂✽●

A

❀✽ ❇❤ ❈ ❏❅ ❀✽❅✽✾❤●✽✿✽❆✽❅ ❇❈ ❇❄❀❄✿❄✿❈✿✽ ■✽✽✾❊✽✾ ✿❈❅✾❄✿✽✾ ❃✽❄✿ ❆❅❇❃❅❉✽✾ ❍ ❁✽❆♠✽

,

❊✽✾ ❈✿❑ ❁ ❄❁❆❈ ❇

.

◗❀❇❅♠✽✾ ❏❈✾❂✽ ❇✽❆ ❤●✽✿✽❆✽❅ ❇❈✾❂✽❋❅✿✽✾ ❉❄❏❑ ❆❈❁❄❁ ❃✽❉♠✽ ❀❈❆❅❁✽✾ ❤●✽✿✽❆✽❅ ❏✽❊✽ ❆✽❉ ❅✾

1883

❇❈●❅❏✽✿✽✾ ❏●❑ ❁❈❁ ❁ ❆❈●❄❀❄❁✽❁ ❄ ❊✽●✽❆✽✾ ■✽✾❂ ❁❈ ❇ ❏❅●✾ ✽

,

✿✽●❈✾ ✽ ❉✽ ❇❏❄● ❇❈ ❇❅ ❁✾ ✽❉ ✿✽✾ ❁❈❀❅●❅❉ ✿❈❉❄❊ ❅❏✽✾ ❊ ❄ ✿✽ ♠✽❁✽✾❆❈●❁❈❃❅❆

.

✐❅ ❀✽❅

A

✾ ✽✿❤●✽✿✽❆✽❅ ❇❈●❅❏✽✿✽✾ ❏❅❀✽❅ ✿❈ ▼❄❀ ■✽✾❂ ❃✽●❅ ❇❅✾ ▼❅ ❀ ❏✽❊✽ ❆✽✾❂❂✽❀

12

A

❂ ❅❁ ❆❅❁

1930

❊❄❆❈✾❂✽❉

-

❆❈✾❂✽❉ ✿✽❀❊❈●✽❀✽ ❇✽

.

❫❈❋✽✿✿❈ ❇❅✾▼❅❀✽✾ ✾■✽ ❁✽ ❇❏✽❄❆✽❉❅✾
(17)

♣qr sq t

t

✉q ♣ t

t

✈✉ ✇①qrq

y

✇①✈rq ② ♣q③q ④✉①✈qr

t

⑤ ✉ ✈q ⑥ ♣q③ q

t

q ②① r ⑦ ⑧⑨⑨ ⑩ ❶q

tw

q ⑤ ① ⑥①r❷

y

qr❷ ③t❸① ✇ ♣q t ③ t ❹① ④q①

A

r q❺ ❻⑥q❺q sq① ✈✉ ♣✉ ⑥st ❼❽❾ ❿➀ ➁➂ ➃➄ ➅❽❾ ➆ ➇➈❽❾➄ ➉➄ ➊ ❼ ➁➂➀ ➉➋➁➈➆➃➄ ➁➌➌❾ ➉➄ ➊ ➍➇➈➎➁ ➄❽➏❽ ➀ ➃➄➊ ➐➇➈ ➇➆❽ ❾ ➉➆➀ ➇➊ ➑❽➎➀➒ ➎➁❿❽ ➀ ➇ ➀❽➈ ➉❿❽ ➇➊ ➓➈❽➆ ➇➔➉➄

➄ ➂ →➊➣❽➎❿➇➀ ➉❾➇➄ ➂→③ qr ✈✉⑤ q❷q tr↔q

(B

❻❶

DA

↕q ✇ ♣①r❷

, 2006).

❻✉❺q↔qqr ✈ ♣✉ ✈ t✉ ✈ ③qr ✈ s⑥①❺s① ⑥ ❺ ➙✇① r tsq ✈ ⑤①⑥①r❷ ⑤ ✉ ⑥⑤ ✉③q ③ q ⑥t ✈① q s① ➛t④q↔q②

③ ✉r❷qr ➛t④q↔q ② ④q tr r↔q

(

❻q ⑥ ⑥

, 1976

➔➇➈ ➇➋ ➜ ➙②r ✈ tr❷② ③ qr ➜ ➙✈②①q

, 1994).

❻✉qr ✉❺q ⑥q❷q ✇qr ✈♣✉ ✈ t✉ ✈ ③ t ✈① q s① ➛t④q↔q ② ③ts✉r s①❺qr ➙④✉ ② ⑤✉ ⑥⑤q❷q t ➝q❺s➙⑥ ③qr

✇✉ ✇♣①r↔q t ✈✉❸① ✇ ④q ②❺ ➙✇ ♣➙r✉r ↔qr❷ ③ q ♣q s ✇✉ ✇⑤✉ ⑥ ⑥✉q❺✈ t ✈✉ ➞q ⑥q ⑤ ✉ ⑥⑤✉ ③q

-

⑤✉③ q s✉ ⑥②q③q ♣ s✉ ⑥②q③ q ♣ ➝q❺s➙⑥ ❷✉➙❷⑥q➝t

,

♣✉ ⑥❺✉ ✇⑤ qr❷qr ③ qr ➝t✈ t❺

(

➟③①✇

, 1971).

❻✉qr ✉❺qqr ✈ ♣✉ ✈ t✉ ✈❺✉➞ t④s✉ ⑥③ q ♣q s♣q③ q❺ ➙✇① r tsq ✈③ q✉ ⑥q ②③✉r❷qr ④tr❷❺① r❷qr ↔qr❷

✉❺✈s⑥✉ ✇ ✈✉ ♣✉ ⑥st ♣q③q ③ q✉ ⑥q ② ❺✉ ⑥ tr❷

,

sqr q ② ✇ t✈❺tr q ♣q ④q❷t ⑤✉❺q ✈ ❺✉⑤ q❺q ⑥qr q sq① ④✉ s①✈qr ❷① r① r❷ ✇✉ ⑥q ♣t

,

✈✉③ qr❷ ❺qr ❺✉qr ✉❺qqr ↔qr❷ str❷ ❷t⑤tq ✈qr↔q s✉ ⑥③q ♣q s ♣q③ q ④tr❷❺① r❷qr ↔qr❷➙♣st✇①✇

.

❹①④q①

A

r q❺ ❻⑥q❺q sq① ↔qr❷ s✉ ⑥✇q ✈①❺ ❻q➛q ✈q r

C

q❷q ⑥

A

④q ✇ ↕q①s ❻✉ ♣①④q①qr ❻⑥q❺q sq① ③ ✉r❷qr ⑤ ✉ ⑥⑤ q❷q t ♣➙s✉r ✈ t ③qr ♣➙✈ t✈ t ✈ s⑥q s✉❷t✈r↔q ③ q ④q ✇ ✈ t❺④①✈ ② t③①♣

⑤ ① ⑥①r❷

,

✇✉r❸q③ t ✈q ④q ② ✈q s① ❺q➛q ✈qr ↔qr❷ ♣➙s✉r✈tq ④① r s①❺ ✈q s➛q tr t ⑤✉ ⑥❺✉ ✇⑤qr❷ ⑤tq❺q sq①✈✉❺✉③ q ⑥✇✉r➞q ⑥ t✇q❺qr③q ④q ✇♣ ⑥➙✈✉ ✈✇t❷⑥q ✈ tr↔q

.

➠rt✇✉r q ⑥t❺ ♣✉ ⑥②q stqr ⑤ qr↔q❺ ♣✉r ✉ ④tst③ qr ♣✉ ④✉ ✈ sq ⑥tqr⑤ ① ⑥① r❷① r s①❺ ✇✉ ④q❺①❺qr q❺st➡tsq ✈③qr ♣✉r❷❺q❸tqr

✇✉r❷✉rq t ❺q➛q ✈qr trt❺q ⑥✉rq ➢①r ①r❷

A

r q❺ ❻⑥q❺q sq① ✇✉ ⑥①♣q❺qr ❷① r① r❷ ⑤ ✉ ⑥q ♣ t ↔qr❷ ✇q ✈t② q❺st➝ ③qr ♣⑥➙✈✉ ✈ ✈①❺✈✉ ✈ tr↔q ✈qr❷q s ✇✉r q ⑥t❺ ① r s①❺ ③ tq ✇q st

.

➤q❺q

,

❺✉qr✉❺q ⑥✉❷q ✇qr ❸✉rt✈ ⑤ ① ⑥① r❷ ♣q③q ❺q➛q ✈q r s✉ ⑥ ✈✉⑤①s ✇✉r❸q③t ②q ④ ↔qr❷ ♣✉rstr❷
(18)

➦➧➨➩➧ ➦➨➫➨ ➭➨➯➨➩ ➲➧➩ ➳➵ ➸ ➺➫ ➺➩➭➻➨ ➼➨➯➫➨➩➭➦➨➳➩ ➽➧➩ ➾➨➫➳➵➨➵ ➳ ➻➨➩ ➺➚➨ ➪➨ ➚➧➫➼➳➩➻➺➩➭➨➩

➸➺➫➺➩➭➻ ➳➦➨➶➨➵ ➨➩➳➩➳

.

B. Rumusan Masalah

➹ ➺➯➺➵ ➨➩ ➯➨➵ ➨ ➼➨ ➘ ➚➧➩ ➧ ➼➳➾➳➨➩ ➳➩➳ ➨➻➨ ➼➨ ➘➸ ➨ ➭➨➳➯➨➩ ➨ ➦➧➨➩ ➧ ➦➨➫ ➨ ➭➨➯ ➨➩ ➲➧➩ ➳➵ ➸ ➺➫ ➺➩ ➭

➻ ➳➴➺➼➨ ➺➴➺ ➼➨ ➺➷➩ ➨ ➦➬➫➨ ➦➨➾➨ ➺➬➨➶➨➵➨➩ ➮➨ ➭➨➫

A

➼➨➯➬➧ ➚ ➺➼➨ ➺➨➩➬➫ ➨ ➦➨➾➨ ➺➱

C. Tujuan Penelitian

✃ ➺➲➺➨➩➻ ➨➫➳ ➚➧➩ ➧ ➼➳➾➳➨➩ ➳➩ ➳ ➨➻➨ ➼➨ ➘➺➩➾ ➺ ➦➯➧➩➭➧➾➨ ➘ ➺➳ ➦➧➨➩➧ ➦➨➫➨ ➭➨➯➨➩ ➲➧➩ ➳➵ ➸➺➫ ➺➩ ➭

➪➨➩➭➨➻➨➻➳➴➺ ➼➨ ➺

A

➩➨ ➦➬➫➨ ➦➨➾➨ ➺➬➨➶➨➵ ➨➩

C

➨➭➨➫

A

➼➨➯➬➧ ➚➺ ➼➨ ➺➨➩➬➫➨ ➦➨➾➨ ➺➱

D. Manfaat Penelitian

❐➨➩❒➨➨➾ ➪➨➩➭➻ ➳ ➘➨➫ ➨ ➚➦➨➩➻➨➫ ➳➚➧➩ ➧ ➼➳➾➳➨➩➳➩ ➳➨➻ ➨ ➼➨ ➘

:

1.

❮➧➸➨ ➭➨➳ ➵ ➺➯ ➸➧➫ ➳➩❒❰➫➯ ➨➵ ➳ ➾➧➩➾➨➩➭ ➦➧➨➩➧ ➦➨➫ ➨ ➭➨➯ ➨➩ ➸➺➫➺➩➭ ➻ ➳ ➴➺➼➨ ➺

A

➩ ➨ ➦

➬➫➨ ➦➨➾➨ ➺

C

➨ ➭➨➫

A

➼➨➯➬➧ ➚ ➺➼➨ ➺➨➩➬➫➨ ➦➨➾➨ ➺➱

2.

Ï➨➵➳ ➼➻ ➨➫➳ ➚➧➩ ➧ ➼➳➾➳➨➩ ➳➩➳ ➻➳ ➘➨➫➨ ➚➦➨➩ ➻ ➨ ➚➨➾ ➯➧➩➲➨➻ ➳ ➻ ➨➵ ➨➫ ➳ ➼➯ ➳➨ ➘ ➪➨➩➭ ➚➧➩ ➾➳➩➭

➺➩ ➾ ➺➦ ➺ ➚➨ ➪➨ ➦❰➩➵ ➧➫➽➨➵ ➳

,

➚➧➫ ➦➧➯ ➸➨➩➭➨➩ ➳ ➼➯➺ ➚➧➩➭➧➾➨ ➘ ➺➨➩Ð ➚➧➩➻ ➳➻➳ ➦➨➩Ð ➚➧➩ ➧ ➼➳➾➳➨➩Ð➻➨➩➶➳➵ ➨➾➨

.

E. Kerangka Pemikiran

➬➨➶➨➵ ➨➩ ➘➺➾➨➩ ➵ ➺➨ ➦➨ ➨ ➼➨➯ ➯➧➩ ➺➫ ➺➾ ÑÑ Ò ❰➱

5

➾➨ ➘➺➩

1990

➨➻ ➨ ➼➨ ➘ ➘ ➺➾➨➩ ➻➧➩➭➨➩ Ó➳➫➳ ➦➘➨➵ ➾➧➫➾➧➩➾ ➺Ð ➪➨➩➭ ➯ ➧➯ ➚ ➺➩➪➨➳ ❒➺➩➭➵ ➳ ➚ ❰➦ ❰➦ ➵ ➧➸➨ ➭➨➳ ➵ ➧➸➨ ➭➨➳ ➦➨➶➨➵➨➩
(19)

Ô

ÕÖ×ØÙÚÛ ×Ü

t

Ý ØÞ ß ×Üà áâã

A, 2003).

ãÜ äÜ åÜÞ æÜ çÜ× ÜàÜè Ü ßÜàÜ é ÙÜ äÜ åÜ Þ åêÜ ÙÜ ÜàÜè ëÜÞ ç ÙÜ ×ØÞ Ü Ù ØÜ ßÜÜÞ ÜàÜèÞëÜ è Øèìê ÞëÜ Ö Ù ØÙéÜ åÜÞ ÚêèíêéÜÞî åÜÚ äÜ ßÜÞ

ØÙÛ å ÖåÚ ØèÞëÜÜÚÜê ØÙÛ å ÖåÚ ØèÚ Ø×Ú ØÞÚêëÜÞ çìØ×àêßÖà ÖÞßê Þ ç ÖßÜÞìØ×Ù ØèíÜÞçÜÞ ÞëÜ

íØ×àÜÞçåêÞçå ØæÜ ×ÜÜàÜèÖ

(D

ØìÜ ×Ú ØèØÞã Øéê ÚÜÞÜÞ

, 2005).

á ØÞØà ÖÚ ÖÜÞÚ ØÞ ÚÜÞ çÙ ØÜÞØÙÜ ×Ü çÜè ÜÞ åìØåÖØåëÜ Þ çÚ Ø×ßÜìÜÚ ß Öáê àÜê

A

Þ Ü Ùã ×Ü ÙÜÚÜê ãÜ äÜ åÜÞ

C

Ü çÜ ×

A

àÜè ã Øìê àÜêÜÞ ã ×Ü ÙÜÚÜê ÖÞÖ ìØ×àê ßÖàÜ Ùê ÙÜÞ ê ÞÚê Ù èØÞ ÖÞçÙÜÚ ÙÜÞìØÞ ç ØÚÜ éê ÜÞëÜÞ çà ØíÖéíÜ ÖÙçê ÞÜè ØÞßêÙê Þ çÙ ØçÖÜÚÜÞ ÙÛ Þ å Ø×ïÜ åÖ

.

ðØàÜ ÖÞ ÖÚê íê×ê Þ ç ßÜìÜÚ ß ÖñÜ ßÖÙÜÞ ÖÞ ß ÖÙÜÚÛ× ÙÛÞßÖå Ö ØÙÛåÖåÚ Øè ìÜ ßÜ ßÜ Ø×Ü é

Ú Ø×å ØíêÚ

.

á ØÞçÜèíÖàÜÞ ßÜÚÜ ÙØÜÞØÙÜ ×Ü çÜè ÜÞ åìØå ÖØå íê×ê Þ ç ßÖ áê àÜê

A

ÞÜ Ù ã ×Ü ÙÜÚÜê ãÜ äÜ åÜÞ

C

Ü çÜ×

A

àÜè ã Øìê àÜêÜÞ ã ×Ü ÙÜÚÜê ßÖàÜ Ùê ÙÜÞ ßØÞçÜÞ èØÞççêÞ Ü ÙÜÞ èØÚÛ ß Ø Ú ÖÚ ÖÙ éÖÚêÞç ßÜÞ è ØÚÛßØ ìØÞçØÞ ÜàÜÞ íê ×êÞç å ØæÜ×Ü àÜÞ ç åê Þç ìÜ ßÜ Ú ÖìØ

éÜíÖÚÜÚ éê ÚÜÞìÜÞ ÚÜ Ö

.

âÜà ÖÞ Ö ßÖÙÜ ×ØÞ Ü ÙÜÞ åê Ù å ØåÖ ïØç ØÚÜ å ÖëÜÞ çÜ ßÜ éÜÞëÜ Ú Ø×ñÜ ßÖ ìÜ ßÜíÜ çÖÜÞÚ Ø×Ú ØÞÚêîÚ Ø×ê ÚÜèÜìÜ ßÜ å ÖåÖÚ Öèê×íØ×êìÜïØçØÚÜ å ÖéêÚÜÞìÜÞÚÜ Ö

.

D

ÜÚÜ ìØÞØà ÖÚ ÖÜÞÚ Ø×åØíêÚ ßÖçêÞ Ü ÙÜÞê ÞÚêÙè ØèìØ× ÙÖ×Ü ÙÜÞ Ú ÖÞ ç çÖÞëÜÙ ØÙÜëÜÜÞ ßÜÞ

Ù ØÜÞ ØÙÜ ×Ü çÜèÜÞ åìØå ÖØå íê×ê Þ ç ëÜÞ ç Ü ßÜ

,

å ØéÖÞççÜ ßÖßÜìÜÚ ÙÜÞ ÞÖàÜ Ö ÖÞ ß ØÙå åÚ ×êÙÚê× ÙÛ èê Þ ÖÚÜ å ßÖ éÜíÖÚÜÚ Ú Ø× åØíêÚ

.

âÜ å Öà ìØÞØà ÖÚ ÖÜÞ Ú Ø×å Øíê Ú ñêçÜ ßÖéÜ ×ÜìÙÜÞ ßÜìÜÚ è ØÞ ñÜ ßÖ åÜàÜ é åÜÚê êìÜëÜ ÙÛ Þ å Ø×ïÜ å Ö ßÜàÜè ìØ×à ÖÞ ßêÞçÜÞ ßÜÞ ìØà ØåÚÜ ×ÖÜÞ
(20)

ò

óôõö ô

A

÷öøùúöø öûö ô

CA

ùüýôõö ôö÷ù úöøöû ö ô

þöÿûöû✁öû ✂ö

✄üû ☎✆üûûø ✝û ô÷✞

✄üû ☎✆üý ü÷✞ ü÷ öõö÷ ✟ö÷✞✁ ô÷✞

óü÷üõûö÷

ùüö÷üøöú ö✞ö✠ö÷

B

ôú ô÷✞✆ óôõö ô✡÷ öøùú öøöûö ô

✄üû☎✆ü☛ ☞✌ ✍✎

☞✏✏ ✑✏ ✏ ✒✑ ✓✔

B

ôú ô÷✞ þöÿûöû

✕ö✠ÿ öúö÷ þöÿûöû þôûö÷óö÷ ûö

D

öûöóü÷ ✆ ôø ô÷✞

✕ö✠ÿ öú

1.

ùüúö÷✞ø öý ü÷üõûö÷øüö÷üøö úö✞ö✠ö÷✖ü÷✁ÿôúô÷✞✆ óôõö ô

A

÷öø ùúöøöûö ôùö ✂ö✁ö÷ ✗ö✞öú

A

õö✠ùüýôõö ôö÷ùú öøöûö ô✘

ùüö÷üø öúö✞ö✠ö÷ ✙ü÷✁✚ ôú ô÷✞

✛÷ ✆üø ✁ùüö÷üøöú ö✞ö✠ö÷✜✝ö÷ ÷ ☎÷

✛÷✆üø✁ùü✠ üúöûöö÷

✛÷ ✆üø ✁ùü✁ ö✠öö÷

A

÷öõ✁✁✢ ü✁ øú ýû✣ ✤☎ûöõ✜ý ü✁ ü✁

✤☎ûöõ✥ö✠õ

(21)

6

✧✧

.

★✧ ✩

JAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Hayati

Keragaman merupakan sifat komunitas yang menunjukkan tingkat

keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Menurut Krebs (1978)

✪✫ ✬✫ ✭

Darmawan (2006) keanekaragaman (diversity) yaitu banyaknya jenis yang

biasanya diberi istilah kekayaan jenis (

✮ ✯✰ ✱✲✰

s r

✲✱✳✴✰

s

). Odum (1993)

✪✫✬✫ ✭

Darmawan (2006) mengatakan bahwa keragaman jenis tidak hanya berarti

kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga kemerataan (

v

✰✴✴✰

ss

) dari

kelimpahan individu tiap jenis.

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari

semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan, dan sistem akuatik lainnya

serta

kompleks-kompleks

ekologi

yang

merupakan

bagian

dari

keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies,

dan ekosistem (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti 1995

✪✫ ✬✫ ✭

Utama, Dewi, dan Darmawan 2011). Keanekaragaman hayati disebut

juga Biodiversitas . Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup

dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah,

(22)

7

Sumber daya alam hayati dengan segenap keanekaannya adalah kekayaan alam

yang mengemban fungsi produksi/ekonomi sekaligus fungsi ekologi, sosial, dan

budaya, yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara secara

lestari (Departemen Kehutanan, 2005

✵✶ ✷✶ ✸

Utama dkk., 2011). Sumber daya

hutan adalah aset yang harus dikelola secara maksimal dan lestari sesuai dengan

fungsinya (Darusman, 1992).

Sumber daya alam hayati yang meliputi keanekaragaman flora dan fauna

mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup

yang kehadirannya tidak dapat diganti (Anonimous, 2010). Keanekaragaman

memiliki nilai-nilai lingkungan,budaya, dan sosial yang penting. Kenekaragaman

hayati adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur,

mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan

kenekaragaman sistem ekologi dimana mereka hidup (Baiquni, 2007

✵✶✷✶ ✸

Utama dkk., 2011).

Secara geografis, Indonesia termasuk ke dalam dua rumpun bioeografi, yaitu

Indo-Melayu dan Australasia dan diantara keduanya terdapat zona transisi

✹✶ ✷✷✶✺✻✶

. Kondisi geografis tersebut menyebabkan Indonesia memiliki

keaneka-ragaman hayati tinggi (KLH dan KONPHALINDO, 1994

✵✶✷✶ ✸

Setiawan,

Alikodra, Gunawan, dan Darnaedi, 2006). Sampai dengan akhir tahun 2007,

Departemen Kehutanan telah menetapkan spesies flora dan fauna yang dilindungi

adalah : mamalia (127 spesies), burung (382 spesies), reptilia (31 spesies), ikan (9

spesies), serangga (20 spesies), krustasea (2 spesies), anthozoa (1 spesies) dan

(23)

8

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki keanekaragaman

hayati yang sangat besar menduduki posisi yang penting dalam peta

keanekaragaman hayati dunia. Secara global Indonesia termasuk dalam tiga besar

negara dengan keanekaragaman hayati terbesar (

✼✽✾ ✿ ❀❁✽❂ ❃❁

v

ty

❄❅ ❆ ❇❈❂❁✽

s

),

bersama dengan Brazil dan Zaire. 17% dari total jenis burung di dunia dapat

dijumpai di Indonesia (1531 jenis), dengan jumlah 381 jenis diantaranya

merupakan jenis burung endemic. 358 jenis tercatat mendiami pulau Sumatera,

dengan 438 jenis (75%) merupakan jenis yang berbiak di Sumatera (Novarini dan

Salsabila, 2005).

Van Helvort (1981) mengatakan bahwa keanekaragaman berhubungan dengan

banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai penyusun komunitas.

Keanekaragaman juga berhubungan dengan keseimbangan jenis dalam komunitas

(Pielou, 1975), artinya apabila nilai keanekaragaman tinggi, maka keseimbangan

dalam komunitas tersebut juga tinggi, begitu juga sebaliknya.

B. Burung

Burung merupakan salah satu diantara lima kelas hewan bertulang belakang,

burung berdarah panas dan berkembang biak dengan bertelur, sisik berubah

menjadi bulu. Tubuhnya tertutup bulu dan memiliki bermacam-macam adaptasi

untuk terbang (Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna, 1989

❀✿❉✿✼

Rohadi, 2011).

Burung (kelas Aves) adalah berbulu , bersayap , berkaki dua , endotermik

(berdarah panas), bertelur , vertebrata hewan. Dengan sekitar 10.000 spesies

(24)

9

vertebrata. Mereka mendiami ekosistem di seluruh dunia, dari Kutub Utara ke

Antartika (Wikipedia, 2012).

Temperatur tubuh burung berkisar antara 40,5

o

C 42,0º C tergantung spesies dan

waktu (siang hari temperatur tubuh lebih tinggi dari malam hari). Kecepatan

terbangnya berkisar antara 30

75 km/jam (Brotowidjoyo, 1989

❊ ❋● ❋❍

Rohadi,

2011).

Burung termasuk dalam kelas Aves, sub Phylum Vertebrata dan masuk ke dalam

Phylum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua (Welty, 1982

❊ ❋●❋ ❍

Darmawan, 2006). Burung juga merupakan anggota kelompok hewan bertulang

belakang yang memiliki bulu dan sayap. Klasifikasi ilmiah burung sebagai

berikut:

Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Subfilum

: Vertebrata

Kelas

: Aves (Wikipedia Indonesia, 2012).

Ukuran burung bervariasi mulai dari burung Kolibri yang memiliki ukuran tubuh

terkecil hingga burung unta yang memiliki ukuran tubuh terbesar. Burung Kolibri

berukuran sekitar 57 mm yang diukur dari ujung paruh hingga ekor dengan berat

1,6 gram, sedangkan burung unta memiliki tinggi tubuh mencapai 2,7 m dan

beratnya mencapai 156 kg (Encarta, 2008

❊ ❋● ❋❍

Rohadi, 2011). Bentuk tubuh

burung umumnya seperti spindle shape (seperti gelendong benang yang kedua

(25)

10

burung ketik amenembus udara saat terbang, atau ketika menembus air pada

waktu berenang (Anonimous, 2008).

Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Struktur

vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies

burung pada tingkat lokal (Purnomo, Jamaksari, Bangkit, Pradityo, dan Syafrudin,

2011). Burung memiliki peranan yang cukup besar dalam ekosistem. Burung

dapat digunakan sebagai pengendali serangga dan hama, membantu proses

penyerbukan, sumber plasma nuftah, sebagai objek penelitian, pendidikan, dan

rekreasi.

Burung juga memiliki manfaat yang besar dalam menjaga

keseimbangan ekosistem karena perannya di dalam rantai makanan. Burung

sebagai salah satu komponen dalam ekosistem memerlukan tempat atau ruang

yang digunakan untuk mencari pakan, sebagai tempat berlindung, dan tempat

berkembang biak, kesemuaannya tadi memerlukan suatu daerah yang terdiri dari

berbagai fisiografi vegetasi serta unsur lingkungan lainnya yang merupakan

tempat hidupnya organisme (Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam,

1983).

C. Habitat Burung

Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun

biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan

berkembang-biaknya satwa liar (Alikodra, 1990). Habitat suatu organisme pada

umumnya mengandung faktor ekologi yang sesuai dengan persyaratan hidup

organisme yang menghuninya. Persyaratan hidup setiap organisme merupakan

(26)

11

organisme mempertahankan hidup.

Sedangkan menurut Sozer, Saaroni, dan

Nurwatha (1999)

■❏ ❑❏ ▲

Darmawan (2006) dan Ayat (2011), habitat merupakan

tempat makhluk hidup dan berkembang biak secara alami.

Kehadiran suatu burung pada suatu habitat merupakan hasil pemilihan karena

habitat tersebut sesuai untuk kehidupannya. Pemilihan habitat ini akan

menentukan burung pada lingkungan tertentu (Partasasmita 2003

■❏ ❑❏▲

Rohadi,

2011). Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan

timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan

manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan

(Arumasari, 1989

■❏❑❏▲

Rusmendro, 2009).

Dilihat dari komposisinya di alam, habitat satwa liar terdiri dari 3 komponen

utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu (Sriyanto dan Haryanto, 1997) :

a. Komponen biotik, meliputi : vegetasi (masyarakat tumbuhan), satwa liar lain

dan organisme mikro.

b. Komponen fisik, meliputi: air, tanah, iklim, topografi dan tata guna lahan yang

dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

c. Komponen kimia, meliputi seluruh unsur kimia yang terkandung dalam

komponen biotik maupun komponen fisik di atas.

Vegetasi (komponen biotik) dapat berfungsi sebagai

▼◆ ❖P

r

(tempat berlindung

dari cuaca dan predator, bersarang, bermain beristirahat, dan mengasuh anak).

Selain menyediakan bagian-bagian pohon (daun, bunga, dan buah) suatu pohon

dapat berfungsi sebagai habitat (atau

◗❘▼❙P

habitat) berbagai jenis organisme lain

(27)

12

ketinggian suatu tempat, lokasi pada satu pohon, suatu tempat hinggap, dan jenis

tumbuhan dalam suatu lokasi dapat menyebabkan perbedaan jenis burung serta

jumlah jenis burung yang ada (Basuni, 1988

❚❯ ❱❯ ❲

Atmanto, Agustin, Wahyudi,

Puspita, Rivando, dan Barokah, 2010).

James (1971)

❚❯❱❯ ❲

Welty (1982) mengatakan bahwa penutupan tajuk, ketinggian

tajuk dan keragaman jenis pohon menentukan keanekaragaman jenis burung.

Menurut Bibby dkk. (2000)

❚❯❱❯❲

Darmawan (2006), selain ukuran tajuk, baik

pada pohon yang selalu hijau atau pohon yang meluruhkan daun, bentuk pohon

sering merupakan cirri penting untuk memperkirakan distribusi burung-burung.

Habitat burung terbentang mulai dari tepi pantai hingga ke puncak gunung.

Burung yang memiliki habitat khusus di tepi pantai tidak dapat hidup di

pegunungan dan sebaliknya. Namun ada pula spesies burung-burung

❳ ❨❩❨ ❬❯ ❱❭

s

yang dapat dijumpai di beberapa habitat. Misalnya burung Kutilang yang dapat

dijumpai pada habitat bakau hingga pinggiran hutan dataran rendah (Suryadi,

2008

❚❯ ❱❯ ❲

Rohadi, 2011). Menurut Hernowo, Soekmadi, dan Ekarelawan

(1991) dan Odum (1971), sebagian besar jenis burung yang ada di habitat

perbukitan, masih dapat diidentifikasi dari habitat tepian sungai, begitu juga

sebaliknya. Banyaknya sungai diantara perbukitan, membentuk banyak daerah

peralihan (ekotone/

❨ ❚❳❨

), sehingga merupakan habitat yang kaya akan

(28)

13

Habitat burung liar menyusut setiap hari - baik secara global maupun lokal dan

berbagai jenis burung telah menunjukkan penurunan dalam jumlah yang

menakutkan, bahkan selama beberapa tahun terakhir. Penyebabnya tidak lain

adalah perubahan lanskap dan habitat burung tidak mendukung lagi keberadaan

burung liar (Anonimous, 2010). Komposisi dan struktur vegetasi juga

mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di suatu habitat. Hal ini

disebabkan karena tiap jenis burung mempunyai relung yang berbeda. Dengan

memperbanyak jenis vegetasi dan mengatur komposisinya dimungkinkan burung

mudah menentukan relungnya (Kristanto, 2011).

Menurut Howes, Bakewell, dan Noor (2003), kehadiran suatu jenis burung

tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat

tertentu. Secara umum, habitat burung dapat dibedakan atas habitat di darat, air

tawar dan laut, serta dapat dibagi lagi menurut tanamannya seperti hutan lebat,

semak maupun rerumputan (Rusmendro, 2004). Menurut Jati (1998), saat ini

populasi burung cenderung menurun. Keadaan tersebut merupakan hasil langsung

dari dampak antropogenik, seperti pembakaran hutan dan padang rumput,

perladangan berpindah, perburuan dan per-dagangan burung. Menurut Shannaz,

Jepson, dan Rudyanto (1995), akibat penurunan kuali-tas, modifikasi dan

hilangnya habitat merupakan ancaman yang berarti bagi jenis-jenis burung. Saat

ini diketahui sekitar 50 % burung di dunia terancam punah karena menurunnya

kualitas dan hilangnya habitat.

Menurut Bibby dkk. (1992), habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan

(29)

14

mungkin berubah, contohnya akibat penebangan hutan. Pengelolaan yang

memadai jelas sangat bergantung pada pemahaman mengenai saling keterkaitan

antara burung dan habitatnya. Jika suatu studi orientasinya pada jenis khusus,

maka jelas sekali bahwa pertanyaan-pertanyaan mengenai distribusi, ekologi dan

ancaman terhadap statusnya. Sebagian akan terjawab melalui pemahaman tentang

persyaratan habitatnya. Ekologi burung memang dapat diteliti secara langsung

dari segi jenis makanan, perilaku mencari makan atau dinamika populasinya,

tetapi pengetahuan pentingnya mengenai habitat dapat dikumpulkan sedikit demi

sedikit dari semua yang baik.

D. Peran dan Manfaat Burung di Alam

Burung merupakan salah satu komponen ekosistem sebagai peyeimbang karena

perannya sebagai satwa pemangsa puncak, satwa pmencar biji, dan satwa

penyerbuk. Ketersediaan makanan merupakan faktor penting yang mengendalikan

kelangsungan hidup dan jumlah populasi burung di alam. Sebagai contoh adalah

burung elang sebagai burung pemangsa puncak. Populasi burung elang tetap ada

bahkan melimpah apabila makanan juga melimpah, sebaliknya populasi elang

sebagai satwa akan menurun apabila kekurangan makanan. Peran elang sebagai

satwa pemangsa dapat mengendalikan populasi satwa yang dimangsanya. Burung

elang dapat mengendalikan hama tikus, sehingga terjadi keseimbangan populasi di

alam ekosistem (Djausal, Bidayasari, dan Ahmad, 2007

❪❫ ❴❫ ❵

Rohadi, 2011).

Burung adalah salah satu makhluk yang mengagumkan. Berabad-abad burung

menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesenangan kepada masyarakat

(30)

15

yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati

lainnya (Rombang dan Rudyanto, 1999).

Menurut Djausal dkk. (2007)

❛❜ ❝❜ ❞

Rohadi (2011), burung merupakan pemakan

buah mendatangi pohon-pohon yang sedang berbuah atau rerumputan yang

berbiji. Kemammpuan burung untuk terbang dalam jarak yang jauh membantu

memencarkan biji tumbuhan dan bearti pula membantu perkembangbiakan

tumbuhan berbiji. Demikian pula dengan burung-burung pemakan serangga dapat

mengendalikan populasi serangga. Ledakan populasi serangga tidak akan terjadi

kalau dalam ekosistem tersebut terdapat burung dalam jumlah yang memadai.

Burung pemakan madu mendatangi bunga-bunga untuk menghirup nektar

bunganya. Secara tidak sengaja kegiatan burung mendatangi bunga-bunga

membantu penyerbukan bunga tersebut.

Menurut Anonimous (2008), manfaat burung di alam bagi kehidupan

diantaranya (fungsi ekologis burung):

1. Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam

ekosistem).

2. Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai

perbedaan antara posisi benang sari dan putik.

3. Sebagai predator hama (serangga, tikus, dan lain-lain).

4. Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya.

5. Sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata

(31)

16

Peranan burung dalam kehidupan manusia sangat beragam. Menurut sudut

pandang manusia ada burung yang menguntungkan, misalnya Kutilang

(

❡❢❣❤ ✐❤ ✐❥

u

s

❦ ❧

) yang memakan serangga perusak tanaman, dan ada yang

merugikan, misalnya burung Emprit (

♠✐❤❣♥♦ ♣q rs♦❣ ✐tq❦❥♣✐✉✈ s

s

) yang memakan

padi. Tetapi sesungguhnya, setiap makhluk hidup memiliki peran dan fungsinya

sendiri di muka bumi (Suryadi, 2012).

E. Penyebaran Burung

Keberadaan jenis mamalia dan burung dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti

eksploitasi berlebih, introduksi jenis eksotis, dan hilangnya habitat masih

merupakan penyebab utama kepunahan keanekaragaman hayati (Ledec and

Goodland, 1992).

Satwa di alam bebas akan lebih banyak ditemukan pada

habitat yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan, sebaliknya jarang atau tidak

ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan. Kehadiran atau

keberadaan suatu individu atau kelompok pada habitat yang menempatinya. Hal

ini juga terjadi pada burung, keberadaan atau penyebaran burung erat

hubungannya dengan ketersediaan makanan dan tempat hidupnya (Peterson, 1980

✈q rq✇

Fachrul, 2007).

Burung ditemukan di seluruh dunia dan di berbagai habitat. Mereka dapat terbang

melebihi tingginya gunung tertinggi di dunia, menyelam ke dalam air hingga

kedalaman 250 m (850 kaki), dan menempati tempat-tempat dengan iklim

berbeda, termasuk di Tundra Arktik dan Gurun Sahara (Encarta, 2008). Hal ini

(32)

17

mengatakan bahwa, burung menempati semua daratan sampai ketinggian 6.000 m,

dari lautan sampai daerah Arktik (80º LU) dan Antarktik.

Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari

keberadaan penyebarannya dapat secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal

dapat diamati dari tipe habitat yang dihuni oleh burung, sedangkan secara vertikal

dari stratifikasi profil hutan yang dimanfaatkan oleh burung. Keberadaan

jenis-jenis burung dapat dibedakan menurut perbedaan strata, yaitu strata semak, strata

antara semak dan pohon dan strata tajuk. Setiap strata mempunyai kemampuan

untuk mendukung kehidupan jenis-jenis burung (Fachrul, 2007).

Penyebaran vertikal terbagi dalam kelompok burung penghuni atas tajuk,

ditempati oleh burung pemakan buah, misalnya Rangkong, burung pemakan

nektar, Elang atau Alap-alap. Pada tajuk pertengahan ditempati oleh burung

pemakan serangga, seperti burung Pelatuk, Takur, sedangkan burung penghuni

tajuk bawah, seperti burung Gelatik, Bodol, Pipit, burung penghuni lantai hutan,

seperti jenis Ayam-ayaman, Kasuari, Pitta (Fachrul, 2007).

Tingginya keanekaragaman burung di Indonesia tidak lepas dari keberadaan

Indonesia yang merupakan rangkaian 17.000 pulau yang membentang sepanjang

katulistiwa dan diapit oleh benua Asia dan Australia sehinggga memiliki

persebaran jenis burung dari subregion sunda yang terdiri dari pulau Sumatera,

Jawa, Bali, dan Pulau Kamimantan; subregion Australo Papua yang terdiri dari

pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara (MacKinnon, Phillips,

(33)

18

Persebaran burung di Pulau Jawa sendiri relatif sedikit, hanya 289 jenis dai

jumlah seluruh jenis. Sebanyak 57% diantaranya (164 jenis) juga terdapat di

pulau-pulau lainnya, dengan perincian : 176 jenis (61%) juga terdapat di di

Kalimantan, 251 jenis (74%) juga terdapat di Sumatera, 49 jenis (17%) terdapat di

luar Sunda Besar, dan 30 jenis (10%) merupakan jenis yang endemik (MacKinnon

dkk., 1998).

Kalimantan memiliki 358 jenis jumlah burung atau 66% dari jumlah burung

penetap di darat. Sebanyak 164 jenis (46% dari jumlah total) juga terdapat di

semua pulau yang lain. Sejumlah 306 jenis terdapat di Sumatera. Jumlah yang

hampir sama (297 jenis atau 83%) juga terdapat di Semenanjung Malaysia.

Hanya 177 jenis (49%) juga terdapat di pulau

Gambar

Tabel 1. Daftar beberapa spesies burung yang terdapat di Cagar Alam kepulauanKrakatau (Whittaker dkk.(1992).

Referensi

Dokumen terkait

daerah hutan mangrove yang memiliki arti penting bagi keberadaan burung air. Universitas

Kesesuaian Habitat dan Distribusi Burung Air di Percut Sei Tuan, Sumatera Utara.. Sekolah

Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di cagar alam di Pulau Jawa, Cagar Alam Pananjung Pangandaran memiliki komposisi dan

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis keanekaragaman jenis burung di Pulau Rambut Kepulauan Seribu, menjelaskan

Pada eksplorasi di tempat lain di Pulau Buton (Cagar Alam Kakenauwe, 2005 dan Suaka margasatwa Buton Utara, 2003 & 2004) dan pengecekan koleksi herbarium yang tersimpan di

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis keanekaragaman jenis burung di Pulau Rambut Kepulauan Seribu, menjelaskan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman kelas aves yang terdapat di kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat dalam upaya mendata jenis burung yang

Araceae yang didapatkan pada kawasan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat terdiri dari 12 marga yaitu Aglaonema, Alocasia, Amorphophallus, Anadendrum,