• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETWO STAY TWO STRAYDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh PUTTY LUGITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Putty Lugita

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETWO

STAY TWO STRAYDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh PUTTY LUGITA

Dalam upaya mengoptimalkan potensi matematika siswa, dapat diterapkan suatu

model pembelajaran yang memberi kesempatan belajar dalam kelompok, salah

sa-tunya adalahTwo Stay Two Stray (TSTS). TSTS merupakan model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun

pemaham-an materi dpemaham-an berbagi informasi melalui diskusi dalam kelompok dpemaham-an pemaham-antar

ke-lompok. Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada siswa dengan

kemampu-an matematika ykemampu-ang heterogen. Selkemampu-anjutnya, penelitikemampu-an ini bertujukemampu-an untuk

me-ngetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalam

pembelajar-an matematika ditinjau dari aktivitas dpembelajar-an hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain one shot case study. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung

se-mester genap tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan secara

(3)

Putty Lugita

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh 75,76% siswa aktif dan 78,79% siswa

tuntas belajar. Dari hasil uji proporsi, diperoleh persentase siswa aktif dan tuntas

belajar lebih dari atau sama dengan 60% sehingga tujuan pembelajaran yang

di-harapkan tercapai. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil

belajar siswa.

(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETWO STAY TWO STRAYDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh PUTTY LUGITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Putty Lugita Nomor Pokok Mahasiswa : 0813021046

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd.

NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19530308 198303 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Caswita, M.Si. _______________

Sekretaris :Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. _______________

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. _______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak ke-tujuh dari delapan bersaudara, buah hati pasangan

ba-pak H. Mansur dan ibu Hj. Maimunah, yang dilahirkan di Panjang pada tanggal

23 September 1989. Penulis dibesarkan di rumah yang beralamat di Jl. Soekarno

Hatta No. 16 Panjang Bandar Lampung.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu: TK Aisyah Bustanul Atfal

lulus pada tahun 1995, SD Negeri 4 Way Laga lulus pada tahun 2001, SLTP

Negeri 3 Bandar Lampung lulus pada tahun 2004, dan SMA Negeri 3 Bandar

Lampung lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakul-tas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversiFakul-tas Lampung melalui Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2011, penulis

melak-sanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sumberjaya

(8)

Motto

Kerjakanlah pekerjaan yang membawa

berkah bagi dirimu dan orang-orang yang

(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ayah dan Ibu (H. Mansur dan Hj. Maimunah) yang telah membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta mencurahkan doa dan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus

ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Kakak-kakak dan adikku: Uni Wiwik, Uni Ita, Uni Eva, Uni Maya, Uni Asih, Uni Mega, dan Fanny yang senantiasa memberikan semangat dan

dukungan.

Abang-abangku: Bang Nerpi, Bang Habib, Bang Lutfi, dan Kak Mekal. Terima kasih atas dukungan dan perhatiannya.

Keponakan-keponakanku: Hani, Iqbal, Amel, Nadya, Ikhsan, Sophia, Faza, dan Astrid yang selalu membawa keceriaan dalam hidupku.

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku.

(10)

iv

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar (Studi pada

Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun

Pe-lajaran

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Pembimbing

Akade-mik, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan

bim-bingan, ilmu, dukungan, saran, kritik, dan motivasi, baik selama perkuliahan

maupun selama penyelesaian skripsi;

2. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran, baik selama

perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;

3. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah membahas,

memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun

(11)

v

4. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat

Fa-kultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas

Lampung;

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyele-saikan studi;

7. Ibu Hj. Nurhayati, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 10 Bandar Lampung

yang telah memberikan izin penelitian;

8. Ibu , selaku guru mitra yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan selama penelitian;

9. Siswa-siswi SMP Negeri 10 Bandar Lampung atas kerja samanya;

10. Ayah, Ibu, Kakak, Adik, dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu

men-doakan, mendukung, dan memberikan semangat;

11. Para sahabat dan saudara seperjuangan: Aan, Adi, Angga, April, Arifan, Astri,

Ayu, Bill, Desi, Doddy, Eka, Elvina, Erika, Erma, Farida, Fenny, Fenty,

Hefna, Herlangga, Ika, Indah, Laras, Lukman, Nenik, Nerri, Nicky, Niki, Nita,

Nova, Novi, Priska, Ratna, Rizky, Rovi, Shintia, Sudirman, Sutrisno, Tomi,

Ummi, Wawan, Yayan, dan Yunita atas kebersamaannya;

12. Teman-teman angkatan 2008 non-reguler, kakak tingkat angkatan 2006 dan

2007, serta adik tingkat angkatan 2009, 2010, dan 2011;

13. Rekan-rekan PPL di SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat;

14. Almamater yang telah mendewasakan penulis;

(12)

vi

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan

dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Penulis

(13)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9

1. Efektivitas ... 9

2. Aktivitas Belajar ... 10

3. Hasil Belajar ... 11

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 13

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Anggapan Dasar ... 20

D. Hipotesis Penelitian ... 20

(14)

viii

A. Populasi dan Sampel ... 21

B. Desain Penelitian ... 22

C. Prosedur Penelitian ... 22

D. Data Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 25

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28

1. Uji Normalitas ... 29

2. Uji Proporsi ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Hasil Ujian Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika ... 21

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999.Pendidikan bagi Anak Kesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Aji, Dewi S. 2011.Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi tidak diterbitkan, Bandar Lampung: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lampung.

Agazzta. 2009.Macam-macam Metode Pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://agazzta.student.fkip.uns.ac.id/perkuliahan/. (Tanggal 13 November 2011).

Arikunto, Suharsimi. 2000.Manajemen Pengajaran. Bina Aksara. Jakarta. ________________. 2006.Pedoman Pengembangan Silabus SMP/MTS. Mitra

Karya. Jakarta.

________________. 2006.Prosedur Penelitian. PT Asdi Mahasatya. Jakarta. ________________. 2007.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara.

Jakarta.

Arya. 2010.Pengertian Diskusi Kelompok. [on line]. Tersedia: http://belajar-psikologi.com/pengertian-diskusi-kelompok/. (Tanggal 22 November 2011).

Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Badarudin. 2010.Pengaruh Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan, Bandar Lampung: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lampung.

Depdikbud. 1990.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

(18)

Guza, Afnil. 2008.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Ismail. 2003.Media Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Lie, Anita. 2008.Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Noer, S.H. 2010.Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Studi pada Siswa SMP Negeri Bandar Lampung). Disertasi SPs. Upi: tidak diterbitkan.

Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solihatin dan Raharjo. 2007.Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sopah, Djamaah. 2000.Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudijono, Anas. 2001.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2005.Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sutikno, M. Sobry. 2005.Pembelajaran Efektif. Mataram. NTP Press.

Tim Penyusun. 2008.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi bangsa Indonesia karena

pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan

sumber daya manusia Indonesia. Hal tersebut tercantum di dalam UU Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani

dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kualitas

pembelajaran. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan

pencapai-an tujupencapai-an pendidikpencapai-an spencapai-angat bergpencapai-antung pada bagaimpencapai-ana pembelajarpencapai-an tersebut

berlangsung.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan

pen-didik, dan peserta didik dengan sumber belajar yang terjadi dalam suatu

lingkung-an belajar (UU Sistem Pendidiklingkung-an Nasional No. 20 Tahun 2003). Proses interaksi

(20)

yang sangat penting dalam menunjang hasil belajar, sebab keaktifan siswa selama

pembelajaran dapat membantu mereka untuk meningkatkan pemahaman materi.

Hal ini berimplikasi pada pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu perolehan hasil

belajar yang optimal. Aktivitas belajar di sekolah dapat berupa kerja sama antar

siswa selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas dalam pembelajaran

matema-tika merupakan rangkaian kegiatan yang merangsang siswa untuk menggali

potensi yang dimilikinya seputar matematika, baik secara mandiri maupun

berkelompok.

Matematika adalah ilmu dasar yang terstruktur, terorganisasi, dan sifatnya

berjen-jang, artinya antara materi yang satu dengan materi yang lainnya saling berkaitan

(Badarudin, 2010). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di

se-kolah dan diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari sese-kolah dasar

hingga perguruan tinggi. Matematika memiliki peranan yang sangat penting

da-lam membantu peserta didik untuk mengembangkan pola pikir yang logis,

siste-matis, kritis, objektif, dan rasional. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri

Pen-didikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan pasal 1

ayat 1, yang menjelaskan bahwa salah satu standar kompetensi lulusan satuan

pendidikan adalah menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan

ino-vatif.

Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika antara lain disebabkan oleh

ke-tidakbermaknaan pembelajaran matematika tersebut (Wijaya, 2009). Hal ini

ter-jadi apabila selama pembelajaran berlangsung, guru lebih aktif bertindak sebagai

pemberi informasi, sedangkan siswa hanya pasif menerima penjelasan dari guru

(21)

memanfaat-kan kesempatan yang diberimemanfaat-kan untuk berpartisipasi aktif dalam menggali potensi

yang dimilikinya. Pembelajaran jadi membosankan sehingga membuat

pengeta-huan yang diperoleh siswa cepat dilupakan dan tidak bermakna.

Potensi siswa dalam pembelajaran matematika dapat berkembang secara optimal

jika mereka memiliki minat yang besar untuk mempelajarinya. Oleh karena itu,

diperlukan adanya strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran guna menarik

minat belajar siswa. Hal ini dapat diwujudkan guru dengan cara menerapkan

sua-tu model pembelajaran yang memberi kesempatan belajar dalam kelompok unsua-tuk

melatih kerja sama dan saling bertukar pikiran, melakukan kegiatan yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran, serta membimbing dan melibatkan siswa dalam

membuat kesimpulan.

Ismail (2003: 18) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam

kelom-pok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran

koope-ratif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata diperoleh

dari guru, melainkan bisa juga diperoleh dari teman sebaya. Dalam pembelajaran

kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Ketergantungan positif memberikan makna bahwa anggota

dari kelompok mempunyai ketergantungan satu sama lain. Terdapat

bermacam-macam model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalahTwo Stay Two Stray

(TSTS).

Menurut Lie (2008: 62), model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan

model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk berbagi

(22)

me-ngunjungi antar kelompok. Masing-masing anggota kelompok bertanggung

ja-wab atas keberhasilan kelompoknya. Setiap kelompok terdiri dari empat orang,

dua orang diantaranya akan tinggal dalam kelompok dan dua orang lagi akan

ber-kunjung ke kelompok lain. Tampak bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

TSTS mengutamakan kerja sama antar siswa dalam kelompok.

Dalam upaya mengoptimalkan potensi matematika siswa, model pembelajaran

ko-operatif tipe TSTS dapat berjalan dengan baik jika diterapkan pada siswa yang

memiliki kemampuan matematika yang heterogen, dengan catatan terdapat

sedi-kitnya 25% siswa berkemampuan matematika tinggi. Hal ini dapat mendukung

terjadinya proses pertukaran informasi antar kelompok sesuai dengan yang

diha-rapkan. Sebab apabila semua siswanya berkemampuan matematika rendah, maka

proses pertukaran informasi tidak mungkin berlangsung dengan efektif.

Siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran

2011/2012 memiliki karakteristik yang dianggap sesuai dengan model

pembela-jaran kooperatif tipe TSTS. Terdapat lebih dari 25% siswa yang berkemampuan

matematika tinggi (tuntas belajar dengan KKM 70 pada ujian semester ganjil) di

setiap kelas.

Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata

pelaja-ran Matematika di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, tujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan dalam mata pelajaran Matematika belum terpenuhi secara

optimal. Pembelajaran masih berpusat pada guru, yaitu pembelajaran hanya

difo-kuskan pada pemindahan pengetahuan kepada siswa. Aktivitas siswa dalam

pem-belajaran matematika masih tergolong rendah. Selama pempem-belajaran berlangsung,

(23)

memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas,

hanya beberapa siswa saja yang berani bertanya atau memberikan tanggapan.

Selain itu, jarang adanya kesempatan tutor sebaya, yaitu siswa yang tergolong

pandai dan telah memahami materi pelajaran dengan cukup baik membantu

te-mannya yang masih merasa kesulitan. Sedangkan pada saat diskusi kelompok

atau mengerjakan tugas, tidak semua anggota kelompok berpartisipasi aktif, hanya

sebagian siswa yang mendominasi jalannya diskusi.

Selanjutnya, persentase siswa tuntas belajar untuk bidang studi Matematika

de-ngan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 masih tergolong rendah (tabel 1.1).

Ini ditunjukkan dengan nilai ujian semester ganjil kelas VII SMP Negeri 10

Ban-dar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

Mencermati uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung

se-mester genap tahun pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: TSTS efektif diterapkan

(24)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

koope-ratif tipe TSTS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung semester genap tahun

pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam

upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori dalam pengembangan

ilmu pengetahuan tentang suatu alternatif model pembelajaran yang dapat

mengoptimalkan potensi siswa dalam pembelajaran matematika, salah satunya

adalah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pelaksanaan penelitian, maka disusun

suatu pembatasan di dalam ruang lingkup, yaitu sebagai berikut:

(25)

Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua aspek,

yaitu:

a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar. Pembelajaran

di-katakan efektif apabila minimal 60% siswa aktif.

b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar. Pembelajaran dikatakan

efektif apabila minimal 60% siswa tuntas belajar.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah model pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada kelompok untuk berbagi informasi dengan

ke-lompok lain. Setiap keke-lompok terdiri dari 4 5 siswa (2 3 siswa akan

ber-tamu ke kelompok lain, sedangkan 2 siswa yang lainnya tetap tinggal dalam

kelompok tersebut).

3. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa

yang dilakukan selama pembelajaran matematika dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS, meliputi: bertanya pada guru atau teman,

mengerjakan LKK secara berkelompok, menjelaskan hasil kerja kelompok

kepada tamu yang datang (tahap stay) atau bertanya/menanggapi hasil kerja kelompok yang didatangi (tahap stray), kembali bekerja kelompok setelah

stay/stray, mempresentasikan hasil kerja kelompok, serta menjawab atau me-nanggapi pertanyaan.

(26)

Hasil belajar adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil

be-lajar yang dilihat dari aspek kognitif dan ditunjukkan dengan nilai yang

diper-oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Efektivitas

Dalam kamus bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti

mempunyai efek, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan

memberikan hasil yang memuaskan. Pembelajaran akan berlangsung dengan

efektif apabila pembelajaran berlangsung menyenangkan bagi peserta didik.

Sa-lah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan kegiatan

pembelajaran adalah dengan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan

keadaan peserta didik.

Sutikno (2005: 24) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah,

me-nyenangkan, dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

Sedangkan Hamalik (2004: 171) mbelajaran yang efektif

merupakan pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas sendiri Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan

berakti-vitas sendiri diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran agar siswa

dapat dengan mudah memahami konsep yang sedang diberikan.

Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari

(28)

diberikan guru. Dengan terlibatnya siswa dalam pencarian informasi, maka hasil

belajar yang diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi

juga meningkatkan keterampilan berpikir siswa, juga dapat meningkatkan

intensi-tas bertanya, serta interaksi yang baik terhadap faktor pendukung ditemukannya

informasi.

Efektivitas dalam pembelajaran ditandai oleh perubahan yang terjadi setelah

me-ngalami proses belajar, seperti pendapat Aunurrahman (2009: 34):

Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu, agar dapat di-kontrol dan berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran harus terus dirancang terlebih dahulu oleh guru sebelum terjadinya proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas menunjukkan

ta-raf tercapainya suatu tujuan. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya

perubahan yang dialami siswa, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

me-ngerti menjadi meme-ngerti, dan sebagainya. Perubahan tersebut merupakan akibat

dari aktivitas yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas yang dilakukan siswa dalam

pembela-jaran. Tanpa adanya aktivitas, pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik,

se-suai dengan pendapat Sardiman (2004: 99), yaitu :

(29)

berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang menunjang prestasi.

Silberman (dalam Arikunto, 2000: 36) mengemukakan bahwa paham belajar aktif

memberikan gambaran tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan materi,

ya-itu sebagai berikut:

a. Apa yang saya dengar, saya lupa. b. Apa yang saya lihat, saya ingat sedikit.

c. Apa yang dengar, lihat, dan diskusikan, saya mulai paham.

d. Apa yang dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pe-ngetahuan dan keterampilan.

e. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Djamarah (2008: 186) menyatakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas

le-bih banyak mendatangkan hasil bagi peserta didik, sebab kesan yang didapat oleh

peserta didik lebih lama tersimpan dalam benak mereka.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

bela-jar sangat diperlukan adanya aktivitas belabela-jar, yaitu serangkaian kegiatan yang

meliputi keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

meneri-ma pengalameneri-man belajarnya. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan bahwa

hasil belajar merupakan hasil dari interaksi antara tindak belajar dan tindak

me-ngajar. Tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan

hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah pembelajaran.

Abdurrahman (1999: 37) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan

(30)

re-latif menetap. Kemampuan tersebut dapat diperoleh setelah melalui rangkaian

ke-giatan belajar.

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam menuntut ilmu, yaitu

su-atu hal yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program

be-lajar mengajar dalam kurun waktu dan kurikulum tertentu. Sedangkan menurut

Hamalik lajar merupakan pola perbuatan, nilai-nilai,

penger-tian dan sikap-sikap, serta aperse

Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa

dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar

siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Arikunto

(2007: 73), hasil belajar merupakan kemampuan penguasaan materi yang dicapai

siswa dan dapat dinyatakan dengan nilai atau angka ketercapaian suatu tujuan

pembelajaran, salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur

me-lalui evaluasi.

Hasil belajar dapat dibedakan ke dalam beberapa ranah. Davies, Jarolimek, dan

Foster (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengatakan bahwa:

Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Di antara ketiga ranah hasil belajar tersebut, menurut Sudjana (dalam Sopah,

2000), hasil belajar pada ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para

guru di sekolah, yaitu berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi

bahan pengajaran. Sedangkan alat yang biasanya digunakan untuk menilai hasil

(31)

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai

atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pemikiran, yang dapat digolongkan

ke dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar biasanya diukur

melalui tes.

4. Model Pembelajaran kooperatif tipe TSTS

Pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem

kerja sama yang bertujuan untuk mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Mo-del pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar yang ada dalam kehidupan

masyarakat, yaitu meraih hasil yang lebih baik secara bersama-sama. Solihatin

dan Raharjo (2007: 5) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif

mengetengahkan realita kehidupan di masyarakat yang dirasakan dan dialami oleh

siswa dalam pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini memandang bahwa

keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru,

melain-kan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yakni teman

se-baya. Perolehan belajar tersebut akan semakin baik apabila dilakukan dalam

ke-lompok belajar yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai

pe-nelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerja sama antar siswa, membentuk

hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan

kemam-puan akademik melalui aktivitas yang dilakukan di dalam kelompok.

(32)

ke-mampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun kelom-pok.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik, seperti yang

dikemuka-kan Ismail (2003: 18) , yaitu:

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya ker-ja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelaker-jaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :

a. Belajar dengan teman. b. Tatap muka antar teman.

c. Mendengarkan di antara anggota.

d. Belajar dari teman sendiri di dalam kelompok. e. Belajar di dalam kelompok kecil.

f. Produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat. g. Siswa membuat keputusan.

h. Siswa aktif.

Selanjutnya, Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008: 31) mengatakan bahwa

tidak semua kegiatan kerja kelompok bisa dianggap sebagaicooperative learning. Lima unsur pembelajaran kooperatif diantaranya:

a. Saling ketergantungan positif. b. Tanggung jawab perseorangan. c. Tatap muka.

d. Komunikasi antar anggota. e. Evaluasi proses kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif di antara

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip ketergantungan positif dan

tanggung jawab individu adalah dua hal yang tidak dimiliki oleh konsep kerja

kelompok biasa, sebab susunan anggota yang ada pada kelompok biasa tidak

memperhatikan keheterogenan. Ketergantungan positif memberikan makna

bah-wa anggota kelompok dari kelompok itu mempunyai ketergantungan satu sama

lain. Metode kooperatif ini digunakan dengan alasan utama dapat mengaktifkan

siswa, baik dalam bekerja sama dan menemukan konsep, maupun mencapai

(33)

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat bermacam-macam model pembelajaran,

diantaranya adalah TSTS atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Dua

Tinggal Dua Tamu. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1992), model pembelajaran ini bisa diterapkan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik.

Lie (2008: 61) mengungkapkan bahwa struktur model pembelajaran kooperatif

ti-pe TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk berbagi hasil dan

infor-masi dengan kelompok lain, yang terjadi dalam suatu lingkungan belajar. Ada

ba-nyak kegiatan pembelajaran yang pelaksanaannya dilakukan secara individual.

Siswa mengerjakan tugasnya sendiri tanpa bekerja sama dengan siswa lain.

Pa-dahal dalam kenyataan hidup sehari-hari di lingkungan luar sekolah, manusia

sa-ling bergantung satu sama lain.

Hal tersebut menunjukkan bahwa lima unsur dalam pembelajaran kooperatif dapat

terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, maka akan

terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, dan pada saat

kegiatan dilaksanakan, maka akan terjadi proses tatap muka antar siswa yang

menyebabkan terjadinya komunikasi, baik dalam kelompok maupun antar

kelom-pok sehingga siswa tetap memiliki tanggung jawab perseorangan.

Menurut Lie (2008: 62), tahap-tahap dalam model pembelajaran kooperatif tipe

TSTS adalah sebagai berikut:

a. Siswa bekerja sama di dalam kelompok berempat seperti biasa.

b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggal-kan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain.

(34)

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melapor-kan hasil temuan mereka dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Berikut ini disajikan skema model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang

dila-kukan dalam pembelajaran.

Gambar 2.1 Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Keterangan:

: siswa yang bertamu ke kelompok lain

: siswa yang tinggal / tuan rumah dalam kelompok

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam satu kelompok masing-masing

beranggotakan empat orang. Setelah menyelesaikan soal atau masalah yang

dibe-rikan oleh guru, maka masing-masing kelompok diberi waktu untuk mencari

in-formasi atau berbagi hasil dengan kelompok lain. Pada gambar, kelompok 1

(35)

kelompok tersebut, A dan B berperan sebagai tuan rumah atau yang tinggal pada

kelompok mereka yang bertanggung jawab untuk membagi hasil kepada tamu

yang datang ke kelompok mereka, sedangkan C dan D berperan sebagai tamu

pa-da kelompok 2 yaitu kelompok Melati yang bertugas untuk mencari informasi pa-dari

kelompok itu yang tidak mereka dapatkan pada kelompok mereka. Begitu pula

dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama sampai pada kelompok 4 yaitu

kelompok Tulip. Setelah masing-masing kelompok selesai membagikan atau

mencari informasi sebanyak-banyaknya dengan kelompok lain, maka anggota

ke-lompok kembali ke keke-lompok mereka masing-masing untuk menyampaikan

temu-an ytemu-ang mereka dapat dari kelompok lain kepada temu-anggota kelompok ytemu-ang tinggal

di kelompok mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

koope-ratif tipe TSTS merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan

kepa-da kelompok untuk berbagi hasil kepa-dan informasi dengan kelompok lain. Setiap

ke-lompok terdiri dari empat sampai lima siswa yang nantinya dua sampai tiga siswa

akan bertamu ke kelompok lain, sedangkan dua siswa lagi tetap tinggal dalam

ke-lompok tersebut.

Dalam pelaksanaanya, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS mengarahkan

siswa untuk berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu melalui

tahapan-tahapan yang terdiri dari kerja kelompok, stay atau stray, dan presentasi hasil kerja kelompok. Dalam seluruh rangkaian kegiatan tersebut, lima unsur

pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab

per-seorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok

(36)

terlaksana. Hal ini berimplikasi pada peningkatan pemahaman konsep matematis

siswa sehingga mencapai hasil belajar matematika yang optimal, sesuai dengan

pendapat Slavin (dalam Solihatin, 2007: 5) yang mengatakan bahwa keberhasilan

pembelajaran dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan siswa.

B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama kelompok, masing-masing anggota kelompok

bertang-gung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Sesuai dengan namanya, model

pembelajaran ini merupakan salah satu bentuk diskusi kelompok yang terdiri dari

4 5 orang, 2 orang diantaranya akan tinggal dalam kelompok sebagai pemberi

informasi kepada kelompok lain yang datang bertamu, sedangkan 2 3 orang lagi

akan berkunjung ke kelompok lain guna mencari informasi lebih lanjut mengenai

tugas yang ada. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memberi kesempatan

kepada siswa untuk berbagi hasil dan informasi dengan siswa lain.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, model pembelajaran ini dapat

membantu siswa mengembangkan pola pikir logis, kritis, sistematis, dan objektif.

Selain itu, juga dapat membantu siswa mengembangkan berbagai kemampuan,

se-perti: kemampuan berkomunikasi, kerja sama, bertanggung jawab, saling

meng-hargai, saling berbagi, dan percaya diri. Pada saat kerja kelompok, siswa

diarah-kan untuk berpikir logis dan objektif dalam mengerjadiarah-kan tugas, setiap anggota

kelompok saling bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan, dan

masing-masing memiliki tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Pada

saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, akan terjadi proses pertukaran

(37)

akan terjadi proses tatap muka antar siswa, pada tahap inilah kemampuan

ber-komunikasi, berpikir kritis, dan saling berbagi dapat dikembangkan. Kemudian

saat melakukan presentasi hasil kerja kelompok, mereka dilatih untuk memiliki

rasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Selain itu, akan

dikembang-kan sikap saling menghargai, yaitu siswa mau mendengar dan menanggapi hasil

yang dipresentasikan oleh siswa yang lain. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut

dapat membantu siswa mengembangkan pola pikir yang sistematis, yaitu dalam

mencapai tujuan yang diinginkan harus melalui tahapan-tahapan yang terstruktur.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS mengarahkan siswa untuk

berpartisipa-si aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu pada tahap kerja kelompok, stay

atau stray, dan presentasi hasil kerja kelompok. Pada tahap kerja kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dalam menggali pengetahuan seputar pelajaran

matematika. Kemudian saat stay atau stray, siswa saling berbagi hasil dan informasi. Sedangkan saat presentasi hasil kerja kelompok, siswa diberi

kesem-patan untuk menanggapi.

Implikasi dari seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran tersebut, jika berlangsung

secara terus-menerus, maka akan memacu peningkatan potensi yang dimiliki

sis-wa dalam pembelajaran matematika sehingga dapat membuahkan hasil belajar

matematika yang optimal. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe

TSTS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas

dan hasil belajar siswa.

(38)

Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah: odel

pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan dalam pembelajaran

mate-matika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 10

Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 195 siswa

yang terdistribusi dalam enam kelas. Setiap kelas memiliki kemampuan

mate-matika yang relatif sama, dilihat dari hasil ujian semester ganjil tahun pelajaran

2011/ 2012 seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Hasil Ujian Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika Kelas Nilai Rata-rata Kelas Banyaknya Siswa yang

Tidak Tuntas Banyak Siswa

VII A 64,47 16 33

VII B 62,56 19 33

VII C 63,00 19 32

VII D 64,48 16 31

VII E 61,09 19 33

VII F 64,45 16 33

Jumlah 105 195

Sumber: SMP Negeri 10 Bandar Lampung

Selanjutnya, pengambilan sampel dilakukan secara random terhadap kelas, dan diperoleh kelas VII A sebagai sampel penelitian. Kelas VII A ini terdiri dari 33

siswa dengan tingkat kemampuan matematika yang heterogen.

(40)

Penelitian ini terdiri dari dua variabel terikat (aktivitas dan hasil belajar

matemati-ka) dan satu variabel bebas (model pembelajaran kooperatif tipe TSTS).

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen, sebab tidak dilakukan kontrol secara ketat

terhadap variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang diteliti.

Desain yang digunakan adalahone shot case study, yaitu penelitian yang dilaksa-nakan tanpa adanya kelompok pembanding dan tanpa tes awal (Arikunto, 2006:

85). Jadi, kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model

pembe-lajaran kooperatif tipe TSTS, kemudian dilakukan pengamatan.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran A.1).

b. Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) (Lampiran A.2) yang akan

dibe-rikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

c. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa (Lampiran C.2).

d. Membuat kisi-kisi tes (Lampiran B.1).

e. Membuat instrumen tes (Lampiran B.2).

f. Membagi siswa menjadi delapan kelompok, tujuh kelompok terdiri dari

empat siswa dan satu kelompok terdiri dari lima siswa. Pembagian

kelom-pok ini didasarkan pada hasil ujian semester sebelumnya.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Urutan

(41)

a. Kegiatan Awal

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Guru melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan prasyarat

sis-wa mengenai materi yang akan dibahas.

3. Guru mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompok yang telah

ditentukan.

4. Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa mengerjakan LKK dalam kelompok, sedangkan guru memantau

ja-lannya diskusi.

2. Dua sampai tiga orang dari setiap kelompok keluar untuk berkunjung ke

kelompok lain, sedangkan dua orang lagi tetap tinggal dalam

kelompok-nya.

3. Siswa yang menjadi tamu kembali ke kelompoknya dan menyampaikan

temuan mereka dari kelompok lain.

4. Siswa kembali bekerja sama untuk melengkapi hasil kerja kelompok

me-reka.

5. Siswa melakukan presentasi hasil kerja kelompok dan saling memberikan

tanggapan.

6. Guru menyempurnakan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup

1. Guru meminta siswa menuliskan kesan-kesan yang diperoleh selama

(42)

2. Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan dibahas

pada pertemuan selanjutnya.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data aktivitas belajar siswa (Lampiran C.3) diperoleh dari lembar observasi

ak-tivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menerapkan model

pembela-jaran kooperatif tipe TSTS.

2. Data hasil belajar siswa (Lampiran C.5) diperoleh dari nilai tes untuk pokok

bahasan Bangun Datar Segiempat, yang diberikan pada pertemuan terakhir

se-telah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

koope-ratif tipe TSTS.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi bertujuan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa. Observasi

dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama

pem-belajaran matematika dengan menerapkan model pempem-belajaran kooperatif tipe

TSTS.

2. Tes

Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

(43)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi aktivitas digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar

siswa selama pembelajaran matematika dengan menerapkan model

pembela-jaran kooperatif tipe TSTS.

Ketentuan teknis pengisian lembar observasi aktivitas belajar siswa ini adalah

sebagai berikut:

Siswa mendapat tanda check list (skor 1) jika melakukan aktivitas yang re-levan terhadap pembelajaran.

Siswa tidak mendapat tanda check list (skor 0) jika tidak melakukan akti-vitas yang relevan terhadap pembelajaran.

2. Instrumen tes berbentuk uraian digunakan untuk memperoleh data hasil

bela-jar siswa. Penyusunan instrumen tes ini diawali dengan penyusunan kisi-kisi

tes. Kisi-kisi tes disusun dengan memperhatikan tiap indikator yang ingin

dicapai. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin validitas isi instrumen tes yang

diujikan kepada sampel penelitian. Instrumen tes yang digunakan

diujicoba-kan di luar sampel penelitian. Uji coba ini dimaksuddiujicoba-kan untuk mengetahui

tingkat reliabilitas tes.

Untuk memperoleh data yang akurat, maka instrumen tes dalam suatu

peneliti-an harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Validitas Isi

Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi instrumen tes, selain

(44)

dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi yang

di-teskan. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan

membandingkan antara isi yang telah ditentukan untuk pelajaran

matema-tika, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus

su-dah terwakili secara nyata pada tes hasil belajar tersebut, ataukah belum.

Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran Matematika kelas VII SMP

Negeri 10 Bandar Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP,

maka penilaian terhadap butir tes dilakukan oleh guru tersebut. Guru

me-nyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan

indi-kator yang akan diukur sehingga instrumen tes tersebut dikategorikan

valid (Lampiran B.3).

Setelah dinyatakan valid, maka instrumen tes diujicobakan. Setelah uji

co-ba, diukur tingkat reliabilitas tes. Jika instrumen tes telah memenuhi

kri-teria tersebut, maka termasuk dalam krikri-teria instrumen tes yang baik

se-hingga layak untuk digunakan.

b. Reliabilitas Tes

Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat

Sudijono (2001: 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung

reliabi-litas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

(45)

Keterangan :

11

r : koefisien reliabilitas

n : banyaknya butir soal

2

i

S : jumlah varians butir

2

t

S

: varians total

Ruseffendi (dalam Noer, 2010: 22) memberikan tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

0,00<

11

r 0,20 Reliabilitas sangat rendah 0,20<

r 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Dari hasil uji reliabilitas, diketahui bahwa instrumen tes memiliki tingkat

reliabilitas yang tinggi, yaitu sebesar 0,74 (Lampiran C.1) sehingga tes

di-kategorikan baik dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif

dite-rapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 10

Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012, maka dilakukan

(46)

Efektivitas pembelajaran menyatakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang ditinjau dari dua aspek berikut:

a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar matematika siswa.

Ak-tivitas belajar matematika siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang

diper-oleh siswa tersebut.

Dari data hasil observasi yang diperoleh, dihitung persentase skor aktivitas

be-lajar siswa. Persentase skor aktivitas siswa dihitung menggunakan rumus:

%

A : persentase aktivitas siswa

i

A : jumlah skor aktivitas yang diperoleh siswaidalam delapan pertemuan

n : skor maksimal dalam delapan pertemuan

Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas belajar yang diperoleh

lebih dari atau sama dengan 60%, atau melakukan lebih dari 28 aktivitas

bela-jar yang relevan (Lampiran C.3).

b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa. Hasil

be-lajar matematika siswa ditunjukkan dengan nilai hasil bebe-lajar siswa yang

diper-oleh dari tes.

Dalam menguji pencapaian kriteria efektivitas di atas, dilakukan analisis data dan

pengujian hipotesis dengan prosedur sebagai berikut.

(47)

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari

po-pulasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini

ada-lah sebagai berikut:

H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Menurut Sudjana (2005: 293), uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat, yaitu:

h

Kriteria uji: terima H0jika tabel 2 hitung 2

dengan taraf nyata 5%.

1.1 Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar

Dari data yang diperoleh selama penelitian, siswa yang aktif dalam pembelajaran

berjumlah 25 siswa (Lampiran C.3). Dari hasil analisis data aktivitas belajar

siswa dengan menggunakan uji normalitas, diperoleh nilai 2hitung = 4,81. Sedangkan nilai 2tabeluntuk taraf nyata = 5% dan dk = k 3 (k = 7) sebagai

(48)

Berdasarkan kriteria uji, hipotesis nol diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data

aktivitas belajar siswa berdistribusi normal (Lampiran C.4).

1.2 Uji Normalitas Data Hasil Belajar

Berdasarkan hasil perhitungan nilai posttest yang diberikan pada akhir pembela-jaran dan dilakukan sebanyak satu kali, diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 100

dan nilai terendah adalah 50. Dari hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa

da-ri 33 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS, terdapat 26 siswa tuntas belajar (Lampiran C.5).

Dari hasil analisis data hasil belajar siswa dengan uji normalitas, diperoleh nilai

hitung

sehingga 2hitung < 2tabel.

Berdasarkan kriteria uji, hipotesis nol diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data

hasil belajar siswa berdistribusi normal (Lampiran C.6). Karena kedua populasi

di atas berdistribusi normal, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis

dengan uji proporsi menggunakan uji-z.

2. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis data aktivitas belajar untuk uji ini sebagai berikut:

H0 : < 0,60 (persentase siswa aktif < 60%)

(49)

Menurut Sudjana (2005: 235), statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

x : banyaknya siswa aktif

n : jumlah sampel

0,60 : proporsi siswa aktif yang diharapkan

Rumusan hipotesis data hasil belajar untuk uji ini sebagai berikut:

H0 : < 0,60 (persentase siswa tuntas belajar < 60%)

H1 :

Menurut Sudjana (2005), statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

n

x : banyaknya siswa tuntas belajar

n : jumlah sampel

0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0jika hitung 2

tabel 2

dengan taraf nyata 5%. Nilai

z

0,5

diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 ).

2.1 Uji Proporsi Data Aktivitas Belajar

Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan uji proporsi,

(50)

hitung

z

= 1,76 dan

z

0,5 =

z

0,5 0,05 =

z

0,45 = 1,64

sehingga

z

hitung>

z

0,5 .

Berdasarkan kriteria uji, hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa persentase siswa aktif lebih dari atau sama dengan 60%

(Lampiran C.4).

2.2 Uji Proporsi Data Hasil Belajar

Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar siswa dengan uji proporsi, diperoleh:

hitung

z

= 2,21 dan

z

0,5 =

z

0,5 0,05 =

z

0,45 = 1,64

sehingga

z

hitung>

z

0,5 .

Berdasarkan kriteria uji, hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa persentase siswa tuntas belajar lebih dari atau sama dengan

(51)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

TSTS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi

kesempat-an kepada siswa untuk membkesempat-angun pemahamkesempat-an materi dkesempat-an berbagi informasi

melalui diskusi dalam kelompok dan antar kelompok. Setiap kelompok terdiri

dari 4 5 siswa (2 3 siswa berkunjung ke kelompok lain dan 2 siswa lagi tetap

tinggal di dalam kelompok).

Model pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

pem-belajaran matematika melalui tahap kerja kelompok, stay atau stray, dan presen-tasi hasil kerja kelompok. Pada tahap kerja kelompok, siswa berbagi tugas

me-ngerjakan LKK, ada yang menggambar bangun segiempat, ada yang melakukan

pengukuran, ada yang menghitung, dan ada yang menulis. Seluruh anggota

be-kerja sama demi mencapai keberhasilan kelompoknya. Pada tahapstayataustray, terjadi diskusi antar kelompok. Siswa membandingkan hasil kerja kelompoknya

dengan kelompok lain dan melengkapi kekurangan yang ada dalam hasil kerja

ke-lompoknya. Sedangkan pada tahap presentasi hasil kerja kelompok, siswa dilatih

untuk memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Rangkaian

aktivitas tersebut dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep matematis

siswa sehingga memperoleh hasil belajar matematika yang optimal.

(52)

2

1. Persentase siswa aktif dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih dari atau sama dengan 60%.

2. Persentase siswa tuntas belajar dalam pembelajaran matematika dengan

mene-rapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih dari atau sama dengan

60%.

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan

dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengingat pentingnya

pen-didikan matematika bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang, agar

menda-patkan hasil yang optimal, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di sekolah,

se-baiknya siswa diberikan ringkasan materi yang memadai sebagai sumber

bela-jar. Selain itu, kemampuan matematis setiap siswa dalam pembagian

kelom-pok perlu diperhatikan, agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

2. Dalam mengembangkan penelitian tentang efektivitas penerapan model

pem-belajaran kooperatif tipe TSTS ini lebih lanjut, sebaiknya dilakukan

peng-amatan terhadap aktivitas guru dan pengembangan karakter siswa yang

tercan-tum dalam RPP. Selain itu, perlu ditinjau pula mengenai aspek minat belajar

(53)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putty Lugita

NPM : 0813021046

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang Menyatakan

Gambar

Gambar 2.1 Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS
Tabel 3.1 Hasil Ujian Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 10 Bandar
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti dalam melakukan penelitian ini hendak membatasi penelitian ini hanya dengan melihat peran semua akun komunitas Ketimbang Ngemis Solo di media sosial dalam membentuk

[r]

Termoregulasi adalah proses fisioogos yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected

Melakukan pemodelan Space Time Autoregressive (STAR) dan Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan ordo waktu dan ruang yang berbeda, yaitu (1;1),

bidang yang membutuhkan mereka untuk tujuan referensi/ acuan. Pegawai yang spesialis dalam filling menjadi orang yang penting dalam kegiatan dalam kantor.

Melakukan usaha dengan cara mencari dukungan sosial dari orang sekitar muncul pada semua responden, salah satu responden juga melakukan dengan cara menceritakan