• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA DENGAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGRI BERENUNG KECAMATAN GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA DENGAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGRI BERENUNG KECAMATAN GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA DENGAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN

PADA SISWA KELAS VI SD NEGRI BERENUNG KECAMATAN GEDONG TATAAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

KATIJO

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan gerak dasar pukulan backhand dengan modifikasi alat pembelajaran berupa bola, Bad, kaki meja pada siswa Kelas VI A SDN 1 Bernung kecamatan Gedongtataan. Hasil enelitian ini di harapkan bermanfaat bagi guru penjaskes atau siswa dalam meningkatkan gerak dasar backhand tenis meja.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (clasroom action research). Dengan selama tiga siklus, setiap siklus memiliki kegiatan yang berbeda. Siklus pertama dengan alat modifikasi bad papan dan bola bekel tenis meja, siklus kedua dengan menggunakan bola standar, bad papan dilapisi karet ban dalam mobil meja dan dinding, siklus ketiga dengan modifikasi kaki meja tenis, bad standar, dan bola standar .

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI A SDN 1 Bernung kecamatan Gedongtataan yang berjumlah 30 siswa. Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan gerak dasar pukulan backhand yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan akhir gerakan.

(2)

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA DENGAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN

PADA SISWA KELAS VI SD NEGRI BERENUNG KECAMATAN GEDONG TATAAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh KATIJO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progm Studi Penjaskes Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA DENGAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN

PADA SISWA KELAS VI SD NEGRI BERENUNG KECAMATAN GEDONG TATAAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Proposal Penelitian)

Oleh : KATIJO

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pegangan Bad Backhand ... 28

2. Gerak Dasar Pukulan Backhand ... 29

3. Bad Modifikasi ... 31

4. Meja dan Dinding Modifikasi ... 31

5. Kaki Meja Modifikasi ... 32

(5)

xi

C. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran ... 11

D. Belajar Motorik ... 12

E. Keterampilan Gerak Dasar ... 14

F. Tahap Pembelajaran Gerak ... 15

G. Periode Perkembangan Gerak Dasar Untuk Anak Usia SD ... 17

H. Pengertian Bermain dalam Pendidikan Anak ... 20

I. Sumber Belajar dan Alat Permainan ... 21

3. Sikap Dan Posisi Tubuh Gerak Dasar Backhand Tenis Meja ... 28

P. Hakikat Modifikasi Pembelajaran ... 29

1. Modifikasi Bad Tenis Meja ... 30

2. Modifikasi Meja dan Dinding ... 31

3. Modifikasi Kaki Meja ... 32

Q. Hipotesis ... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34

(6)

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Tempat Dan Waktu ... 37

D. Rancangan Penelitian ... 37

1. Siklus I ... 37

2. Siklus II ... 39

3. Siklus III ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. HasilPenelitian ... 44

1. Analisis Prosentase Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Backhand Tenis Meja ... 44

2. Analisis Presentase Peningkatan Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Backhand Tenis Meja ... 48

B. Pembahasan ... 50

1. Refleksi Hasil Penelitian Peningkatan Gerak Dasar Backhand Tenis Meja... ... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 56

C. Kesimpulan ... 56

D. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(7)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian... 60

2. Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 61

3. Hasil Perhitungan Tes Awal ... 63

4. Hasil Perhitungan Siklus I ... 64

5. Hasil Perhitungan Siklus II ... 65

6. Hasil Perhitungan Siklus III ... 66

7. RPP Siklus I ... 67

8. RPP Siklus II ... 74

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

viii

MOTTO

Hantu penyakit orang yang ingin maju adalah kegagalan

dalam menyingkirkan penyakit enggan dan menunda-nunda

pekerjaan dengan mengatakan nanti saja,

atau lain kali deeh!!

Arikunto

Dengan semangat yang tiggi dapat meraih prestasi secara

optimal, dan dengan adanya kemauan dan niat

yang tulus kita akan meraih kesuksesan

dimasa yang akan datang.

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, M.Pd …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Suranto, M.Kes. …………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S NIP 19600315 198503 1 003

(11)

vi

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Katijo

NPM : 1013108041

Tempat tanggal lahir : Wiyono Gedong Tataan, 01 Januari 1964

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Gerak

Dasar Pukulan Backhand Dalam Tenis Meja Dengan Modifikasi Alat Pembelajaran

Pada Siswa Kelas VI SDN 1 Berenung Kecamatan Gedong Tataan Tahun Pelajaran

2011/2012” adalah benar hasil karya penulis, bukan menjiplak/plageat hasil karya

orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya

ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Agustus 2012

(12)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan anugerah dan hidayah yang begitu banyak kepada penulis

sehingga penulis dapat mempersembahkan karya terbaikku kepada kedua

orang tuaku, ibunda Patimah, Ayahda Ahmat Prawiro dan Kakak dan

adik-adiku yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis

berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.

Yang tercinta dan tersayang yang selalu setia mendampingiku dalam

suka dan duka dalam keseharian dalam segenap kehidupan dalam suka

dan duka yang tak henti-hentinya memberikan dorongan dan dukungan

Marsiyem dan anak-anakku Eka Emilia, Feri Bastian, dan Era Aprita.

(13)

iv

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR

PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA DENGAN

MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA

SISWA KELAS VI SD NEGRI BERENUNG

KECAMATAN GEDONG TATAAN TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Katijo

Nomor Pokok Mahasiswa :

1013108041

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung, pada tanggal 7 Februari 1972.

Anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Sarbini dan Ibu Siti Soleha.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN

Wiyono tamat tahun 1977, kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah

Pertama di SMP N 1 Gedong Tataan tamat pada tahun 1981 dan melanjutkan Sekolah

Guru Olahraga Neegeri Tanjung Karang tamat tahun 1984. Kuliah D2 di UT UPBJJ

Bandar Lampung Tahun 2002.

Pada tahun 2010 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan program

(15)

x

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Pukulan Backhand Tenis Meja Melalui Modifikasi Alat Pembelajaran Pada Siswa Kelas VI SDN 1 Berenung Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharudin Rizak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Surisman, S. Pd. M.Pd selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis. 4. Bapak Drs. Suranto, M.Kes selaku penguji utama.

5. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Penjaskes dan segenap

dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Kepala SDN Berenung kecamatan Gedong Tataan yang telah memberikan izin

untuk melaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Agustus.2012

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang

melalui proses pembelajaran agar secara aktif dapat mengembangkan dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan jasmani dan kesehatan

merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan penghayatan

nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa peserta didik secara

utuh. Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai

permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik untuk

menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan dan

perkembangan organ-organ tubuhnya sedang berlangsung dan bersifat terpadu.

Perkembangan yang satu berkaitan erat dan mempengaruhi aspek perkembangan

yang lain.

Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik merupakan kepedulian guru. Pada

usia sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan

(17)

2

konsep- konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pendidikan jasmani ikut andil

bagian dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar pendidikan jasmani

Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani adalah satu tahap atau

aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan

dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas dasar kemauan

sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung

dengan mental, emosi dan sosial.

Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang

memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu maupun

kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral. Permainan sangat

besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama karena

karakteristik permainannya yang mengutamakan kerjasama kelompok dan dapat

mengembangkan kemampuan penalaran disamping dapat mengembangkan

kemampuan gerak, sikap serta kesegaran jasmani. Dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak

dasar, teknik dan strategi permainan /olahraga, internalisasi nilai-nilai

(sportifitas, jujur, kerjasama, tanggung jawab dan lain-lain) dari pembiasaan pola

hidup sehat.

Menurut sistem keolahragaan nasional UU RI No.3 tahun 2005 Bab IV Pasal 8

setiap warga negara berkewajiban untuk berperan serta dalam kegiatan olahraga

dan memelihara prasarana dan sarana olahraga serta lingkungan, faktor yang

menunjang dalam proses pembelajaran bola basket adalah sarana dan media

(18)

akan berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan bermain sepakbola,

ketersediaan fasilitas yang digunakan tidak sesuai akan berpengaruh terhadap

kelancaran proses pembelajaran sepakbola di sekolah sesuai dengan tujuan

kurikulum pendidikan jasmani.

Pelaksanaannya adalah dengan menyediakan dan memberikan berbagai

pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh dan dapat

mengubah gaya hidup menjadi aktif dan sehat. Gerak tersebut terbagi unsur

gerak antara lain melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional dan

sosial sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai

pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif,

inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta

pemahaman terhadap gerak.

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat. Sering kita

jumpai anak-anak maupun orang dewasa yang melakukan bermain sepakbola

dengan menggunakan fasilitas yang sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa

bermain sepak bola sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari

anak-anak maupun orang dewasa.

Salah satu gerak dasar dasar bermain sepakbola adalah menendang bola.

Menendang bola merupakan usaha dari seorang pemain untuk memainkan bola

dengan kaki untuk dioperkan kepada temannya untuk mencetak gol ke gawang

lawan. Menendang bola merupakan gerak dasar yang penting setelah

(19)

4

mengantisipasi datangnya bola, kemudian mengoper kepada temannya sebagai

umpan atau untuk mencetak gol ke gawang lawan. Hal ini disebabkan karena

pada waktu melakukan seorang pemain harus terus bergerak untuk melepaskan

diri dari hadangan lawan. Oleh karena itu maka upaya untuk meningkatkan

penguasaan gerak dasar menendang bola maka perlu diajarkan secara baik dan

benar di sekolah.

Pengalaman penulis mengajar untuk siswa SD masih banyak yang kurang berani

membawa bola/menendang bola pada waktu bermain di karenakan bola takut

lepas dari penguasaannya. Pada umumnya pada saat menendang bola yang

terjadi tendangan dengan ujung sepatunya sehingga bola tidak sesuai dengan

tujuan bermain. Di antaranya pada pelaksanaannya perkenaan bola pada kaki

bagian dalam di bagian ujung kaki dan posisi tubuh saat menendang bola.

Setelah penulis amati dari beberapa tahun yang lalu berkisar 65% dari siswa

masih kurang penguasan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian

dalamnya. Jika ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat menguasai gerak dasar

menendang bola tidak lebih dari 35 %. di karenakan hal yang telah dikemukan di

atas salah satu penyebab rendahnya hasil belajar gerak dasar menendang bola,

jika dilihat dari hasil Keriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) di SDN 1 Haduyang

Natar adalah 65.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis perlu menindak

lanjutinya dengan kajian ilmiah yaitu dengan penelitian tindakan kelas ( PTK )

(20)

Bola dengan Kaki Bagian Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas VI

SDN 1 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2012/2013”.

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka masalah

yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Masih rendahnya kemampuan penguasaan gerak dasar menendang bola

dengan kaki bagian dalam pada siswa kelas VI di SDN 1 Haduyang Natar.

2. Masih banyak siswa menendang bola yang dilakukan dengan kaki bagian

ujung.

3. Masih rendahnya minat dan motivasi siswa putri dalam belajar sepakbola.

E. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang, identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah modifikasi Alat pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan

gerak dasar menendang bola dengan kaki bagaian dalam Pada Siswa Kelas VI

SDN 1 Haduyang Natar”

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka penelitian ini bertujuan

1. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dalam

sepak bola dengan modifikasi bola plastik, bola terbuat dari busa dan kertas

(21)

6

2. Untuk mengatasi kendala yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan

pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam untuk

sepakbola yang dihadapi siswa pada pembelajaran bermain sepak bola pada

siswa kelas VI di SDN 1 Haduyang Natar.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wawasan dan masukan

bagi:

a. Bagi penliti

Dapat menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan sepakbola.

b. Bagi siswa

Sebagai motivasi dalam meningkatkan gerak dasar menendang bola

dengan kaki bagian dalam untuk sepakbola.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pembina sekolah mengenai

penggunaan modifikasi alat pembelajaran (bola plastik, kertas dan busa

bekas yang digulung berbentuk bola, dan bola karet) pada sepakbola

d. Bagi Program Studi

Sebagai informasi dan acuan bagi pihak yang ingin melaksanakan

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Belajar Mengajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungan. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi suatu proses mencapai

tujuan atau merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Seseorang

dikatakan telah belajar sesuatu kalau pada dirinya terjadi perubahan tertentu,

misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper

bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi terampil dalam menggiring bola,

mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun tidak semua perubahan

yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar.

Misalnya perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi terutama bukan karena belajar,

bayi yang tadinya tidak dapat duduk menjadi bisa duduk. Margaret E. Bell Gredler

(1991: 1) mengatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai

kecakapan, keterampilan, dan sikap.

Menurut A. Tabrani Rusyan (1989: 7), belajar dalam arti luas adalah suatu proses

perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan penilaian

terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar

yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai

(23)

8

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman

atau latihan. Hilgard dalam Wina Sanjaya (2009: 112) mengungkapkan Learning

is process by wich an activity originates or changed trough trainingg procedurs

(wethwr in the laboratory or in the natural environment) as distinguised from

changes by factorr not atributable to training. Belajar adalah proses perubahan

melalui pendidikan yang terbentuk melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di

laboraturium maupun di lingkungan.

Suryabrata (2004: 2) Learning accurs when there is a change in a person’s

cognitif stucture. Ranah kognitif ialah berkenaan dengan perilaku yang

berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah berdasarkan

apa yang dipelajari dengan menggunakan sikap, nilai-nilai, apresiasi, dan

penyesuaian perasaan sosial, serta tingkat penerimaan atau penolakan terhadap

sesuatu, jika seseorang memiliki kecerdasan olahraga maka keterampilanya akan

seimbang yang ditujukan dengan psikomotornya atau keterampilannya.

Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki tiga ciri pokok yaitu: (a)

tingkah laku tersebut berupa kemampuan aktual, (b) kemampuan berlaku dalam

waktu relatif lama, (c) kemampuan baru diperoleh melalui usaha, Kemampuan

manusia yang diperoleh sebagai hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu: (1)

achievemen merupakan kemampuan intelektual, (2) Capasity, merupakan suatu

kemampuan potensial dan (3) atitude atau bakat merupakan kemampuan yang

dapat diprediksi.

Slameto (1995: 2) menekankan belajar suatu proses yang dilakukan seseorang

(24)

sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini

menunjukkan bahwa segala perubahan tingkah laku individu yang diakibatkan

belajar diperoleh melalui pengalaman. Selain itu berkembang pula psikologi belajar

lainnya yang menggunakan pendekatan praktek atau eksperimen seperti

koneksionisme.

Thorndike dalam Hamzah (2007: 11) menemukakan bahwa belajar adalah interaksi

antara stimulus yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon

dari 3 domain tersebut. Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai

kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan perubahan perilaku dan

merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara sengaja

meliputi keterampilan dan sikap dan pengetahuan baru.

Berdasarkan konsep belajar di atas antara lain memberikan penjelasan bahwa untuk

memperoleh perubahan tingkah laku dilakukan melalui aktivitas berinteraksi

dengan lingkungan sebagai suatu pengalaman. Dengan demikian proses belajar

yang dilakukan oleh seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan menghasilkan

perubahan-perubahan pada diri siswa, perubahan-perubahan pada sektor kognitif

yang diperoleh dari usaha belajar itulah yang disebut kemampuan. Maka berhasil

atau tidaknya seorang siswa dalam suatu proses belajar dapat dilihat dari

kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sudjana; 1996: 22) bahwa

prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajar.

Produk dari suatu proses pembelajaran adalah hasil belajar yang diukur dengan tes

(25)

10

pembelajaran yang dialami oleh siswa, tetapi juga faktor lain yang berada di luar

pengaruh sistem pendidikan, di samping kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi

belajar siswa dapat mengukur tinggi rendahnya kemampuan belajarnya yang

ditujukan dengan nilai ataupun dapat berupa skill atau keterampilan khususnya di

bidang olahraga. Kemampuan siswa yang merupakan perubahan tingkah laku

sebagai bukti hasil belajar itu dapat diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi

tertentu.

Bloom dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membuat klasifikasi hasil belajar menjadi

3 dimensi, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, ahli lain Kingsley dalam

Nana Sudjana (1996: 22 ) membagi tiga macam hasil belajar yaitu meliputi (a)

keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) persepsi dan

cita-cita. Hasil belajar itu berasal dari tiga sumber: (a) pelajarannya, (b) filosofi

pendidikan dan pembelajaran, (c) karakteristik siswa. Namun biasanya

kemampuan seseorang hanya diukur dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa

pada akhir pembelajaran saja tanpa melihat prosesnya. Sedangkan kemampuan

seseorang secara luas dapat meliputi: (a) kepandaian dan kebiasaan, (b)

kemampuan sosial, dan (c) berpikir abstrak dan kreatif.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan

(Hamalik, 2004: 27)

Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar”

(26)

yang belajar, baik aktual maupun potensial, 2) Perubahan itu pada dasarnya berupa

didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatip lama, dan

3) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Belajar adalah berubah atau perubahan. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu,

dari sederhana menjadi kompleks dan selanjutnya. Masalah belajar merupakan

masalah manusia, oleh karena itu untuk mengupas masalah belajar dapat didekati

dengan berbagai macam cara pendekatan. Ahli fisiologi, ahli pendidikan, ahli

biofisika, pelatih olahraga, guru pendidikan jasmani, mempunyai cara pendekatan

yang berbeda-beda dalam mengupas masalah belajar.

Manusia sebagai mahluk psiko-bio-sosial-kultural, mengalami berbagai masalah

yang menyangkut kehidupanya. Upaya mengatasi persoalan hidupnya, membuat

manusia bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa. Pengalaman

dalam menghadapi masalah kehidupan, akan mendorong manusia untuk

beradaptasi dan mengalami perubahan. Proses adaptasi tersebut merupakan

sebagian dari proses belajar. Bergerak merupakan bagian dari persoalan hidup.

Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau

pengalaman yang mangantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku

terampil . Schmidt (1998: 346) mendefinisikan: motor learning is a set of

processes associated with pratice or experience leading to relatively permanent

changes in the capability for responding..

Selanjutnya untuk memahami perilaku gerak (motorik) dapat didekati dengan

(27)

12

keterampilan bukan semata-mata karena gejala neuro-fisiologis. Dalam proses

belajar, faktor mental ikut berpengaruh. Proses belajar melibatkan berbagai faktor

jiwa dan raga sebagai satu kesatuan.

Menurut Oxendine seperti yang dikutip oleh Lutan (1999: 122) mengklasifi-

kasikan teori belajar gerak berdasarkan Pendekatan psikologis dibagi menjadi dua

kategori utama yaitu kelompok teori asosiasi stimulus-respon dan teori kognitif.

Selanjutnya menurut Guthrie yang dikutip oleh Lutan (1999: 122), drill berguna

untuk memperlancar siswa melakukan lebih banyak respos yang tepat dan benar.

Belajar menurut kelompok teori kognitif adalah pembelajaran mengorganisasikan

rangsang atau persepsinya kedalam suatu pola atau bentuk secara keseluruhan.

Menurut Oxendine dikutip Lutan, ada tiga hal penting dari aktivitas pembelajaran

untuk mengolah rangsang yang diterimanya, yaitu; pertama, menghubungkan satu

rangsang dengan yang lain; kedua, merumuskan sementara tentang kaitan antara

cara (alat) dan tujuan; ketiga, berprilaku untuk mencapai tujuan. Belajar gerak

menurut teori ini, adalah bahwa suatu keterampilan cabang olahraga dilakukan

secara keseluruhan dari sikap awal sampai sikap akhir. Siswa atau pebelajar

mencoba untuk mengkaitkan bagian-bagian dari teknik lempar lembing melaui

persepsinya terhadap bagian-bagian teknik tersebut.

Meskipun kedua kelompok teori belajar tersebut memiliki perbedaan, namun juga

memiliki beberapa persamaan. Kelompok teori koneksionisme lebih menekankan

atau mementingkan unsur stimulus dan respons, sedangkan kelompok teori kognitif

lebih menekankan atau mementingkan pebelajar kognitif lebih menekankan atau

(28)

kata lain kelompok kognitif memandang interpretasi pebelajar terhadap rangsang

sangat penting, dan kelompok koneksionisme memandang kaftan antara stimulus

dan respons yang penting. Dalam penerapannya. Kedua teori tersebut saling

mengisi kekurangan masing-masing.

Pendapat tentang belajar dikemukakan juga oleh Singer (1980: 1), yang

menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam belajar gerak, yang bergerak dan

beroperasi secara dinamis. Ketiga komponen tersebut yaitu pebelajar, aktivitas, dan

situasi atau kondisi lingkungan. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi untuk

menghasilkkan perubahan perilaku. Belajar mengakibatkan perubahan dalam diri

pribadi dan selalu terefleksi dalam perilaku yang dapat diamati. Perubahan tersebut

secara relatif permanen sebagai konsekuensi dari pengalaman atau latihan.

Belajar gerak dalam pandangan tersebut nerupakan perubahan tingkah laku dalam

domain psikomotor (kterampilan) merupakan perubahan tertentu, misalnya dalam

olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper bola, menggiring

bola dan bermain bola menjadi anak yang terampil dalam menggiring bola,

mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun tidak semua perubahan

yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar.

1. Pembelajaran

Pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai

suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Diantara keduanya

terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar disatu pihak dan

siswa belajar dilain pihak. Keduanya menunjukkan aktifitas yang seimbang, hanya

(29)

14

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang

bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran

dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik dengan

memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Persoalan pembelajaran memiliki beberapa lingkup pembelajaran di antaranya

komunikasi, motivasi dan poduktifitas (Barbara,1994: 89). Metode dan teori

pegelolaan banyak diaplikasikan pada bidang pengelolaan dan sumber maupun

secara lebih luas dalam mengelola perubahan. Pengelolaan tersebut dapat berupa

kondisi siswa maupun sumber belajar, perpustakaan, sarana dan lain-lain.

Pembelajaran Olahraga adalah proses penguasaan psikomotor yang memerlukan

keterampilan gerak. dimana terjadinya pembelajaran dapat melalui serangkaian

proses yang terjadi secara alamiah dan formal. Teknologi pembelajaran

berkembang secara konsisten melalui teori dan praktek. Konsistensi terjadi karena

teori memberikan pengarahan bagi praktek. Sehingga teori-teori yang ada dapat

digunakan sebagai panduan dalam pengembangan khususnya di kawasan

pengelolaan bidang pendidikan. Elemen-elemen yang mungkin berhubungan

dengan aplikasi dan praktek pembelajaran yaitu jenis pelajaran, sifat dan

karakteristik pebelajar, organisasi dimana berlangsung pembelajaran yaitu sekolah,

(30)

2. Mengajar

Menurut Slameto (1995: 30) mengajar merupakan membimbing siswa dalam

proses belajar. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada

murid tetapi guru juga harus berusaha agar siswa mau belajar karena mengajar

sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu menyiapkan bahan yang

akan disajikan kepada siswa dan guru juga harus memberikan rangsangan,

bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar mau belajar. Disinilah

letak kerumitan pembelajaran bagi seorang guru.

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang

bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran

dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik dengan

memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Para ahli telah merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar

adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman. Menurut

pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan

bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi

lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan

hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Menurut Oemar Hamalik (2003) “Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan

(31)

16

Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan suatu proses yang

kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja

tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai

upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan

yang akan disajikan kepada siswa”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju

ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan

sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini

maka ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan“.

B.Pendidikan Jasmani

Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani

guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui

pendidikan jasmani siswa sosialisasikan ke dalam aktifitas jasmani termasuk

keterampilan berolahraga.

Pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani merupakan bagian dari upaya

peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kemampuan

dan keterampilan jasmani, serta mencapai pertumbuhan fisik dan mental. Hal ini

sesuai pendapat Wirjasantosa (1984: 30) yang mengartikan pendidikan jasmani ialah

suatu susunan kegiatan manusia yang direncanakan untuk merancang dan

meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan dan

perkembangan, kecerdasan dan pembentuk watak serta nilai dan sikap bagi warga

(32)

Lebih jauh Wirjasantosa (1984: 30) menjelaskan bahwa tujuan akhir dari

pembelajaran olahraga menuju kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani

meliputi kekuatan dan kesegaran, keterampilan permainan olahraga, menghindari

sikap buruk. Sedangkan rohaninya adalah membina rasa percaya diri, mengembang-

kan kehalusan budi, memperkuat harga diri dan memberikan kepuasan serta

kegembiraan.

Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses

pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani,

melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut merupakan upaya mencapai sasaran

atau tujuan pembelajaran pendidikan jasmani. Istilah pembelajaran merupakan

perkembangan dari istilah belajar dan mengajar. Untuk memahami hakikat

Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani diperlukan pemahaman tentang belajar,

terutama belajar gerak (motorik), pembelajaran pendidikan jasmani, dan

perkembangan kemampuan motorik.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting diberikan

mulai dari usia prasekolah sampai perguruan tinggi, yang tidak terlepas dari

pendidikan lainya. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan

salah satu alat yang utama bagi pendidikan rohani, seperti semboyan olahraga

mensana incoperensana artinya di dalam tubuh yang sehat terletak jiwa yang waras.

Bahkan keberhasilan berbagai pendidikan mudah dicapai apabila pendidikan jasmani

dilaksanakan sebaik-baiknya di sekolah. Selanjutnya pendidikan jasmani merupakan

satu-satunya pendidikan yang peduli terhadap, nilai-nilai sportivitas, fair play,

(33)

18

Menghindari salah pengertian terhadap pendidikan jasmani, perlu kiranya dijelaskan

bahwa pendidikan jasmani diajarkan disekolah bukan hanya mata pelajaran gerak

badan saja, melainkan pendidikan yang erat sangkut pautnya dengan pertumbuhan

dan kesehatan jasmani saja. Karena disebutkan bahwa keadaan jasmani anak tidak

terlepas dari rohani akan tetapi malah saling mempengaruhi dengan keadaan rohani

manusia, dan juga telah dikatakan bahwa pendidikan jasmani itu sebenarnya

merupakan pendidikan keseluruhan atau kepribadian, maka tidak mengherankan jika

pendidikan jasmani juga besar sekali gunanya dalam pembentukan rohani anak.

Berkaitan dengan hal tersebut di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar

(Depdiknas, 2006: 25), mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

dinyatakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk

mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan, berfikir kritis, keterampilan

sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan

lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani

yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan

emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui

kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan

(34)

menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang

sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004: 2).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata

pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses

pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju

pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang

selaras, serasi, seimbang.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar

menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak

menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran

yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang

berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak,

menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan

yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fifik, mental, emosi, sosial dan moral.

C.Keterampilan Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan

tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi

dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi tiga gerakan

dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3)

manipulatif. Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah ”gerak yang

digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau

memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. gerak non

(35)

20

tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan menarik.

Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan memainkan suatu proyek baik yang

dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain.Gerak

manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya

melempar, menangkap dan menendang.

D.Sepakbola

Pada tanggal 8 Desember 1863 di Cambridge diumumkan secara resmi peraturan

permainan sepak bola yang disusun oleh The Football Association, dan demikian

lahirlah peraturan permainan sepak bola modern seperti yang kita kenal sekarang

ini. Perkembangan bidang organisasi maupun permainan berturut-turut

mengalami perubahan atau penyempurnaan. Berhubung the Football Association

merupakan satu-satunya organisasi nasional Inggris yang mengatur sendiri

mengenai peraturan permainan, maka pada tahun 1882 dengan dihadiri oleh

utusan-utusan dari perserikatan sepak bola Inggris, Scotlandia, Irlandia dan

Wales didirikan badan khusus yang diberi nama “ The Interntional Football

Association Board, yang kemudian dikenal dengan nama sehari-hari “

International Board” disingkat dengan I.B. Pada tanggal 21 Mei 1904 atas

inisiatif Guerin dari Perancis didirikan federasi sepak bola internasional yang

diberi nama “Federation International de Football Association” disingkat

menjadi FIFA yang mula-mula beranggotakan tujuh negara,ialah: Perancis,

Belgia, Denmark, Nederland, Spanyol, Swedia dan Swiss, dan Guerin

mendapatjan kehormatan sebagai ketua FIFA yang pertama kali. Badan

pemerintahan sepak bola adalah the Federation Internatianal Football

(36)

Soekatamsi (1995: 11), mengatakan bahwa sepakbola adalah permainan beregu

yang dimainkan oleh dua buah regu, masing-masing regu terdiri dari sebelas

orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. . Sepak bola dimainkan di atas

lapangan rumput yang rata, berbentuk empat persegi panjang dimana lebar dan

panjangnya lapangan kurang lebih berbanding 3 dengan 4. Pada kedua garis

lebar lapangan di tengah-tengahnya masing-masing didirikan sebuah gawang

yang saling berhadapan. Di dalam permainan digunakan sebuah bola yang

bagian luarnya terbuat dari kulit didalam terbuat dari karet diisi dengan udara.

Sedangkan menurut Joseph A. Luxbacher (2001: V) sepakbola adalah olahraga

yang menentang fisik dan mental, permainannya harus melakukan gerakan

terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental

yang lelah dan sambil menghadapi lawan.

Permainan sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu,

yang masing-masing regunya terdiri dari sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh anggota badan kecuali kedua lengan

(Soekatamsi, 269).

Permainan sepakbola dimainkan olah dua regu yang masing-masing regu beranggota-

kan 11 orang. Masing-masing regu mempertahankan sebuah gawang dan membobol-

kan bola ke gawang lawan. Setiap tim memiliki kiper yang bertugas untuk menjaga

gawang. Kiper diperbolehkan untuk mengontrol bola dengan tangannya di dalam

daerah pinalti yaitu daerah yang berukuran lebar 40,22 meter dan panjang 16,5 meter

pada garis akhir. Pemain lainnya tidak diperbolehkan menggunakan tangan atau

(37)

22

atau kepala. Gol diciptakan dengan menendang atau menanduk bola ke dalam gawang

lawan. Setiap gol dihitung dengan skor satu, dan tim yang paling banyak menciptakan

gol memenangkan pertandingan.

E. Gerak Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagian Dalam

Di dalam permainan menggunakan sistem ”man to man” maka menendang bola

dengan kaki dalam merupakan kebutuhan gerak dasar yang penting dari taktik

perorangan. Menendang juga dimaksud untuk menyelamatkan bola apabila tidak ada

kemungkinan untuk passing dengan segera.

Di dalam menendang bola dengan kaki dalam seorang pemain harus dapat mengontrol

bola dengan baik. Bola harus dikontrol dengan baik di daerah yang sempit, yang mana

berarti bahwa bola selalu disentuh pada setiap langkah. Satu hal yang perlu diperhati-

kan di dalam latihan menendang bola dengan kaki dalam ialah setiap pemain

dianjurkan untuk menggunakan kedua kaki sebagai keperluan untuk melindungi bola

terhadap serangan lawan. Pandangan tidak boleh selalu pada bola, tetapi diutamakan

pengamatan situasi lapangan.

Gambar 1. Rangkaian gerak dasar cara menendang bola dengan kaki dalam

1) Metode Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam

Menendang bola dengan kaki bagian dalam, Posisi kaki yang digunakan untuk

(38)

menendang bola dengan kaki bagian dalam. Kaki diputar keluar pada pergelangan

kakinya lurusmenghadap kedepan lutut sedikit ditekuk dan bola disentuh pada titik

pusatnya dengan kaki bagian belakangnya.

Menendang bola dengan kaki bagian dalam digunakan oleh pemain untuk mendang

bola jarak jauh dan mencetak gol. Jalan bola melambung berbentuk ellips bergerak

maju atau apabila lintasannya melengkung, dimana hal ini akan menyebabkan bola

dapat jauh sesuai dengan yang di inginkan pemain. Posisi badan harus ditempatkan di

samping bola posisi badan condong kebelakang bagian samping.

Gambar 2. Pelaksanaan menendang bola dengan kaki bagian dalam

F. Modifikasi Alat Pembelajaran

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal dari

kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan

”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah

”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga diartikan

pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokok

pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu

bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai

(39)

24

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk

memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus bahasa

Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan sesuau” alat

meupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan

kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat

memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa,

dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau

siswa.

Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi,

cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan ( 1998

) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa

memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan

keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

“Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ).

Menurut Azhar Arsyad ( 2005: 7 ) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu

pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

“Alat bantu adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu ( peraga ) sangat penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga

dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien”.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat bermain merupakan

(40)

berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan agar

tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.

Modifikasi alat bermain merupakan bagian dari inovasi yang dapat dilakukan dalam

dunia pendidikan. Adapun kegiatan inovatif dalam hal ini antara lain pengembangan

dan produksi alat-alat pelajaran.

Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan bola

plastik yang relatif lebih ringan dan tidak keras. Hal ini dapat memberikan kemudahan

bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar menendang bola seperti yang diharap-

kan, karena anak dapat mencoba secara berulang-ulang melakukan gerakan mengoper

bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang ditimbulkan saat mengoper bola.

Berikut ini adalah modifikasi alat permainan yang akan digunakan.

Gambar 3. Bola Plastik

G.Kerangka Pikir

Dari tinjauan pustaka dapat diketahui bahwa dalam menggunakan modifikasi

alat pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam melakukan rangkaian

pembelajaran gerak dasar yang diajarkan dalam setiap materi pembelajaran

Pendidikan Jasmani. Begitu pula yang terjadi dalam proses pembelajaran gerak

dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam, dengan menggunakan bola

(41)

26

merasa tertarik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan.

Selain itu, siswa dapat dengan mudah memahami dan menguasai rangkaian

gerak dasar yang diajarkan karena mereka tidak merasa terbebani dengan

menggunakan bola yang lebih sederhana da seluruh anak dapat memiliki satu

bola. Oleh karena itu, dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran

Sepakbola berupa bola modifikasi dapat membantu siswa dalam proses

memperbaiki mutu hasil pembelajaran siswa itu sendiri dalam melaksanakan

keterampilan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan

cara menedang bola dengan kaki bagian dalam pada Sepakbola.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui

penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Dengan modifikasi alat bola terbuat darikertas dibungkus plastik, bola pelastik,

dan bola pelastik yang diisi busa dapat memperbaiki dan meningkatkan

pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada Siswa

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan pada Siswa SDN 1 Kebumen Sumberejo.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang "di coba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Arikunto (1998 : 82)

Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja. 2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik. 3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral

Menurut Arikunto (2009: 57) menjelaskan bahwa (classroom action

(43)

28

peneliti atau dilakukan langsung oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajan.

Sedangkan menurut pendapat (Aqib, 2007: 17) Penelitian tindakan kelas (classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada

penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran

a. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut :

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

2. Membantu guru berkembang secara profesional

3. Meningkatkan rasa percaya diri guru

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan

dan keterampilan (IGK. Wardani dkk, 2006: 1.33)

b. Tujuan PTK

PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk

(44)

”melekat” pada diri guru dalam penunaian misi profesional pendidikannya (Aqib, 2007: 18)

c. Keunggulan PTK

Dilihat dari sisi pratek pembelajaran di kelas, guru yang paling banyak pengalaman. Guru yang paling tahu, kapan sesuatu harus dimunculkan dan kapan sesuatu harus dicegah. Apa yang diamati oleh para peneliti luar ketika mereka datang ke kelas mungkin hanya merupakan

kejadian sesaat yang berakar dari berbagai kondisi sebelumnya, yang tidak mungkin diamati oleh peneliti. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri akan lebih bermakna karena guru dapat menghubungkan hasil pengamatan tersebut dengan

(45)

30

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap perencanaan ini

dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada

(46)

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu tindakan. 4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran yang mengutamakan hasil kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

B.Subyek Penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah

keseluruan dari subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 1 Haduyang Natar berjumlah 28 orang.

C.Tempat dan Waktu.

a. Tempat Penelitian: Di lapangan SDN 1 Haduyang Natar. b. Pelaksanaan Penelitian : selama 1,5 – 2 Bulan.

(47)

32

D.Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti yang di gambarkan sebagai berikut :

1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan bola modifikasi terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola terbuat dari kertas dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk proses pelaksanaan pembelajaran.

3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 syaf.

(48)

3. Sebelumnya siswa di berikan contoh menendang bola dengan kaki bagian dalam, di mulai dari sikap awalan, pelaksanaan, dan akhir dengan menggunakan bola

modifikasi bola terbuat dari kertas dan plastik bekas.

4. Diberikan pengulangan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam secara bergantian dan berurutan.

5. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan menggunakan instrumen gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.

c

. Observasi :

1) Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2) Jumlah testor 3 orang , pada saat penilaian tempat testor berjauhan untuk menjaga objektifitas yang dinilai.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi disimpulkan oleh guru penjas sebagai testor.

2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua, Setelah di diskusikan maka tindakan pada siklus kedua adalah menggunakan bola plastik.

2. Siklus Kedua a. Rencana :

(49)

34

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.

3. Menyiapkan alat modifikasi bola plastik sebanyak 14 buah dan kardus 16 buah. 4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera) dan alat penilaian Rubrik penilaian.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, guru memberikan contoh mulai dari sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.

3. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam berulang-ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini secara berurutan dengan bola plastik.

4. Pada proses pembelajaran guru mengamati dari pelaksanaan pembelajaran agar sesuai dengan program yang direncanakan, kemudian memberikan koreksi jika dalam pelaksanaan masih ada siswa yang melakukan gerakan yang salah.

Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

(50)

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran penjaskes sepakbola yaitu menendang bola dengan kaki bagian dalam disimpulkan berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa melalui refleksi dan hasil observasi siklus ke-2 belum mencapai 80 % yang tuntas dalam pembelajaran dengan demikian penelitian ini dilanjutkan ke siklus ketiga.

3. Siklus Ketiga a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.

3. Menyiapkan alat modifikasi bola plastik diisi busa sebanyak 24 buah dan kardus bekas 24 buah.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera) dan alat penilaian/ Rubrik penilaian.

c. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

(51)

36

3. Sebelumnya siswa di berikan contoh gerak melakukan pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang benar, dari mulai sikap awalan, pelaksanaan.

4. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam berulang- ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini secara berurutan dengan bola plastik.

Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2. Pada saat penilaian testor tempatnya berjauhan untuk menjaga objektifitas.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran penjaskes sepakbola yaitu menendang bola dengan kaki bagian dalam dapat disimpulkan dari hasil observasi siklus ketiga telah mencapai ketuntasan di atas 80 % pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini dihentikan setelah siklus ke-3 ini.

E.Instrumen Penelitian

(52)

Instrumen penilaian menendang dengan kaki bagian dalam pada sepak bola dapat dilihat dilampiran 4 halaman 53.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f :Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.

(53)

50

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi.

PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan

Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa

Pratama. Erlangga.

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda.

Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta :

Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1

Universitas Terbuka Tahun 2002.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sukintaka. 2005. Metodik Pembelajaran Sepakbola Bagi Pemula. PT Rineka Cipta.

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti,

Depdikbud.

Surisman, 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas lampung.

Gambar

Gambar 1.  Rangkaian gerak dasar cara menendang bola dengan kaki dalam
Gambar 2. Pelaksanaan menendang bola dengan kaki bagian dalam

Referensi

Dokumen terkait

Senyawa 1 (1,90 mg) diperoleh dari fraksi gabungan kedua D 1.2 dan setelah dianalisis KLT dengan 3 macam sistem eluen diperoleh noda tunggal, kemudian diuji

bahwa sehubungan dengan maksud huruf a dan b, dan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin peserta Jaminan Kesehatan

3 permasalah di atas, penelitian ini ditujukan untuk mendapat informasi mengenai bioekologi dan etnobotani jenis pandan dimanfaatkan oleh Orang Rimba di Taman

yang terjadi pada kadar protein 25% diduga protein yang diberikan masih rendah untuk kebutuhan protein tubuh ikan batak, walaupun diimbangi oleh total. energinya

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Penggunaan Protein Nabati

Sahabat-Sahabatku yang berada di kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surakarta Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret periode 2015/2016 yang selalu

Persiapan Administrasi dan Bahan Musrenbang serta Teknik Persidangan Musrenbang ( SC + OC) Pelaksanaan Musrenbang Provinsi (RKPD 2012) dan Forum SKPD 2011 yang diikuti

Salah satu kesesuaiannya adalah dalam pelaporan keuangannya baitul qiradh surya madinah mengacu pada PSAK 27, yang terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha, laporan