• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LAMA MENDERITA KUSTA DENGAN TINGKAT KECACATAN KUSTA DI PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN SAMPANG PERIODE 1 JANUARI 2010 – 31 DESEMBER 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN LAMA MENDERITA KUSTA DENGAN TINGKAT KECACATAN KUSTA DI PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN SAMPANG PERIODE 1 JANUARI 2010 – 31 DESEMBER 2011"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit kronis, menular dan dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Penderita kusta mendapat stigma buruk dari masyarakat, sehingga tidak hanya menanggung penyakit, tetapi juga dikucilkan karena cacat tubuh yang tampak menyeramkan (Regan dan Keja, 2007; Wisnu dan Hadilukito, 2003).

Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara endemis kusta setelah India dan Brasil dengan insidensi 17.012 kasus selama tahun 2011 dan 1.822 atau 10,71% di antaranya ditemukan dalam keadaan cacat tingkat 2 (Aditama, 2012). Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama sebagai penyumbang kasus kusta dengan 5.284 kasus pada tahun 2011 dan penderita kusta tersebar terutama di Pulau Madura dan wilayah Pantura (Rahaju, 2012). Kecacatan kusta terjadi akibat kerusakan saraf perifer yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Semakin lama waktu penundaan dari saat pertama ditemukan tanda dini hingga dimulainya pengobatan akan memperbesar risiko cacat akibat kerusakan saraf (Regan dan Keja, 2007).

(2)

2

dalam waktu lama akan berpengaruh terhadap tingkat kecacatan kusta. Kerusakan saraf pada kusta yang terjadi dalam waktu <1 tahun disebut stage of damage ketika saraf mengalami paralisis tidak lengkap, seperti kelemahan otot kelopak mata dan anggota gerak. Apabila terjadi dalam waktu >1 tahun disebut stage of destruction ketika saraf telah hancur secara lengkap sehingga mudah terjadi

infeksi progresif dengan kerusakan tulang dan penglihatan (Wisnu dan Hadilukito, 2003).

Menurut WHO (2009) kecacatan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan segala kerusakan, pembatasan aktivitas atau berkurangnya partisipasi seseorang dalam aktivitas sosial. Batasan istilah dalam cacat kusta berdasarkan WHO (1980) adalah impairment, disability dan handicap. WHO membagi cacat kusta pada tiga tingkat, yaitu 0, 1, 2 sesuai pemeriksaan saraf motorik dan sensorik mata, tangan, dan kaki saat pasien didiagnosis. Tingkat cacat digunakan untuk menilai kualitas penanganan pencegahan cacat dan kualitas penemuan dengan melihat proporsi cacat tingkat 2 (Regan dan Keja, 2007).

(3)

3

Kabupaten Sampang dengan meninjau hubungan lama menderita kusta dengan tingkat kecacatan pada penderita kusta.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara lama menderita kusta dengan tingkat kecacatan kusta di Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang.

1.3 Tujuan Penelitian 1. 3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara lama menderita kusta dengan tingkat kecacatan kusta di Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian penderita kusta di Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011. 2. Mengetahui lama menderita kusta pada penderita kusta di Puskesmas

Tanjung Kabupaten Sampang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.

3. Mengetahui angka kecacatan penderita kusta di Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011. 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Klinis

Sebagai sumber informasi tentang angka kecacatan penderita kusta sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta.

1.4.2. Manfaat Akademis

(4)

4

2. Sebagai tambahan sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pemberantasan penyakit kusta.

3. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan lama menderita kusta dan tingkat kecacatan pada penderita kusta.

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat

(5)

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN LAMA MENDERITA KUSTA

DENGAN TINGKAT KECACATAN KUSTA DI PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN SAMPANG

PERIODE 1 JANUARI 2010 – 31 DESEMBER 2011

Oleh:

BEATTA MEIDINI RAHMAT 09020007

FAKULTAS KEDOKTERAN

(6)

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA MENDERITA KUSTA

DENGAN TINGKAT KECACATAN KUSTA DI PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN SAMPANG

PERIODE 1 JANUARI 2010 – 31 DESEMBER 2011

KARYA TULIS AKHIR

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh

Beatta Meidini Rahmat 09020007

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAAN LAPORAN HASIL PENELITIAN Telah disetujui sebagai hasil penelitian

untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang 8 Februari 2013

Pembimbing I

dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp. KK

Pembimbing II

dr. Indah Serinurani Effendi

Mengetahui, Fakultas Kedokteran

Dekan,

(8)

Karya Tulis Akhir oleh Beatta Meidini Rahmat ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal: 8 Februari 2013

Tim Penguji

dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp. KK , Ketua

dr. Indah Serinurani Effendi , Anggota

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan penelitian yang berjudul

“Hubungan Lama Menderita Kusta dengan Tingkat Kecacatan Kusta di

Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011”. Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin serta mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing dalam rangka penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Februari 2013

(10)

LEMBAR PERSEMBAHAN

1. Allah SWT atas cinta dan rezeki yang dilimpahkan kepada hamba-Nya yang banyak lupa ini. Terima kasih atas kesempatan yang banyak Engkau berikan dalam kehidupan ini. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang

engkau dustakan?”.

2. dr. Irma Suswati, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus sebagai penguji pada ujian karya tulis akhir atas masukan, bimbingan dan arahan sehingga TA ini dapat terselesaikan.

3. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

4. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

5. dr. Iwan Sys, Sp.KJ selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

6. dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp. KK selaku Pembimbing I atas bimbingan, ketelitian, motivasi serta kesediaan memberikan waktu kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini. Terima kasih telah menjadi teladan bagi penulis.

(11)

8. dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP-RE selaku penguji pada ujian proposal atas kritik, saran dan bimbingannya dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

9. Orang tuaku tercinta Bapak Ir. H. Rahmatullah, MM. dan Ibu Hj. Adi Sutrisni, SST., MM. atas doa-doa yang mengalun pada setiap langkahku serta perhatian yang begitu besar. Terima kasih telah memotivasi, menafkahi, mencintai dan menididik. Begitu pula dengan kakak Aghata Desrahmadia yang telah menemani di kota ini.

10.Seluruh keluarga besar di Pamekasan atas dukungan serta doa yang tulus. 11.Benny Fidianata Septiawan atas dukungan, cinta, semangat di kala penulis

ragu dan kesabarannya yang begitu luar biasa. Terima kasih atas sumbangan buku-buku kustanya, terkadang kamu lebih semangat untuk mengerjakan tugas akhir ini dan terima kasih atas kehadirannya untuk menemani dan melengkapi.

(12)

13.Sahabat SMA Persatuan Wisata Kuliner, Rozy „Shiro‟ Darmawan yang

begitu baik menemani di Malang, Bustanol „Inol‟ Husein yang selalu

memotivasi, Gabby „Geboy‟ Novikadarti sepupu kecil, Danang Setyo Nugroho sahabat dalam diam namun paling berkesan yang kerap kali mendoakan & memotivasi serta Dwiyanto Oktavia sahabat yang siap sedia membantuku di Malang.

14.Sahabat yang baik Ana Rosita atas sumbangan buku psikologinya dan telah menjadi tempat curhat untuk melepas penat, Mbak Vonita yang selalu mendukung dan membantu proses penelitian di Puskesmas Tanjung, dan Pak Moh. Nasir yang telah membantu dalam porsi besar di pengerjaan analisis data. Tanpa kecerdasan seorang analis, penulis pasti kebingungan sekali.

15.Staff TU, Bu Rom, Pak Yono, Mas Faisal dan Mas Didit yang telah memberikan bantuan administratif dan saran-saran membangun bagi penulis dalam menyelesaikan TA.

16.Semua civitas akademik FK UMM angkatan 2009 yang menjadi teman seperjuangan selama menempuh pendidikan kedokteran.

17.Staff Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang yang telah meluangkan waktu serta memberikan data-data yang berhubungan dengan TA penulis.

(13)

ABSTRAK

Rahmat, Beatta Meidini. 2013. Hubungan Lama Menderita Kusta dengan Tingkat Kecacatan Kusta di Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011. Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Sri Adila Nurainiwati (2) Indah Serinurani Effendi.

Latar Belakang: Kusta merupakan penyakit kronis, menular dan dapat menimbulkan kecacatan sehingga penderitanya mendapat stigma buruk dan dikucilkan. Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan kasus kusta terbanyak, yaitu 17.012 kasus dan kecacatan tingkat 2 sebesar 10,71% pada tahun 2011. Pulau Madura menjadi wilayah endemis kusta di Jawa Timur dengan Kabupaten Sampang sebagai yang terbesar prevalensinya, yaitu 640 kasus. Tujuan: Mengetahui adanya hubungan antara lama menderita kusta dengan tingkat kecacatan kusta.

Metode: Analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel dipilih secara total sampling. Analisis data dilakukan dengan uji hipotesis Spearman, bermakna bila p < α (0,05).

Hasil: Terdapat korelasi yang signifikan antara lama menderita kusta dengan tingkat kecacatan kusta, terlihat dari sig. (2-tailed) 0,000 < α (0,05). Dari hasil uji tersebut diperoleh pula hubungan yang kuat, terlihat dari nilai koefisien korelasi ρ = 0,619.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita kusta dengan tingkat kecacatan kusta.

(14)

ABSTRACT

Rahmat, Beatta Meidini. 2013. Relationship of Duration of Leprosy Illness and The Disability Grade of Leprosy in The Community Health Center of Tanjung, Regency of Sampang on 1 January 2010 – 31 December 2011 Period. Final Assignment. Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Malang. Advisers: (1) Sri Adila Nurainiwati (2) Indah Serinurani Effendi.

Background: Leprosy is a chronic infectious disease. The disability caused by leprosy makes the patients get the negative stigma and isolated from society. Indonesia has the third greatest number of cases in the world with 17.012 cases and disability grade 2 (10,71%) in 2011. Madura island has become the endemic region of leprosy in East Java by the Regency of Sampang has the highest prevalence with 640 cases.

Objective: To determine the relationship between duration of leprosy illness and disability grade of leprosy.

Methods: The research method was observational analytical with cross sectional design. The samples were selected by total sampling. The datas were analysed by Spearman test, significance by p < α (0,05).

Result: The results shown that there was a significant relationship between duration of leprosy illness and the disability grade of leprosy, described by sig. (2-tailed) 0,000 < α (0,05). There was a strong relationship as the value of coefficient correlation ρ = 0,619.

Conclusion: There is a significant relationship between duration of leprosy illness and disability grade of leprosy.

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...iii

LEMBAR PENGUJIAN...iv

KATA PENGANTAR...v

LEMBAR PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...ix

ABSTRACT...x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR SINGKATAN...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xix

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang...1

1.2Rumusan Masalah...3

1.3Tujuan Penelitian...3

1.4Manfaat Penelitian...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Definisi Kusta...5

(16)

2.3 Patogenesis...6

2.4 Cara Penularan...7

2.5 Epidemiologi...9

2.6 Klasifikasi...11

2.7 Gambaran Klinis...14

2.8 Pemeriksaan Klinis...17

2.9 Diagnosis...22

2.10 Reaksi Kusta...23

2.10.1 Reaksi Tipe 1...24

2.10.2 Reaksi Tipe 2...24

2.11 Pengobatan...25

2.12 Kecacatan Kusta...28

2.12.1 Batasan Istilah...28

2.12.2 Jenis Cacat...28

2.12.3 Derajat Cacat...29

2.12.4 Patogenesis Kecacatan Kusta...30

2.12.5 Tingkat Kerusakan Saraf...33

2.12.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecacatan...34

2.12.7 Upaya Pencegahan dan Perawatan Kecacatan...37

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN...41

3.1 Kerangka Konseptual...41

3.2 Hipotesis Penelitian...42

BAB 4 METODE PENELITIAN...43

(17)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...43

4.3 Populasi dan Sampel...43

4.3.1 Populasi...43

4.3.2 Sampel...43

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel...43

4.3.4 Karakteristik Sampel Penelitian...44

4.3.4.1 Kriteria Inklusi...44

4.3.4.2 Kriteria Ekslusi...44

4.3.5 Variabel Penelitian...44

4.3.5.1 Variabel Bebas...44

4.3.5.2 Variabel Tergantung...44

4.3.6 Definisi Operasional...44

4.4 Instrumen Penelitian...45

4.5 Prosedur Penelitian...46

4.5.1 Alur Penelitian...46

4.5.2 Prosedur Pengumpulan Data...46

4.6 Analisis Data...47

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA...48

5.1 Hasil Penelitian...48

5.1.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur...48

5.1.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin...49

5.1.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tipe Kusta...50

(18)

5.1.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecacatan Kusta Berdasarkan

Lama Menderita Kusta...51

5.1.6 Hubungan Lama Menderita Kusta dengan Tingkat Kecacatan Kusta...52

5.2 Analisis Data Spearman...52

BAB 6 PEMBAHASAN...54

BAB 7 PENUTUP...58

7.1 Kesimpulan...58

7.2 Saran...58

DAFTAR PUSTAKA...60

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Data Kasus Kusta Baru Di Dunia...9

Tabel 2.2 Pedoman Klasifikasi Kusta dari Gejala Kardinal Menurut WHO...14

Tabel 2.3 Tanda Lain yang Dipertimbangkan dalam Klasifikasi Kusta...14

Tabel 2.4 Saraf yang Harus Diperiksa pada VMT...20

Tabel 2.5 Perbedaan Reaksi Kusta Tipe 1 dan Tipe 2...25

Tabel 2.6 Tingkat Cacat pada Kusta...30

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur...48

Tabel 5.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin...49

Tabel 5.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Lama Menderita Kusta...50

Tabel 5.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tipe Kusta...51

Tabel 5.5 Tingkat Kecacatan Kusta Berdasarkan Lama Menderita Kusta...51

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Lama Menderita Kusta dengan Tingkat Kecacatan Kusta...52

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tipe Kusta PB...13

Gambar 2.2 Tipe Kusta MB...13

Gambar 2.3 Fasies Leonina pada Kusta Tipe LL...16

Gambar 2.4 Sediaan Multidrug Therapy...27

Gambar 2.5 Jari Kiting akibat Kecacatan Kusta...29

Gambar 2.6 Patogenesis Kecacatan Kusta...31

Gambar 2.7 Kartu Penderita Kusta...39

Gambar 2.8 Pencatatan Pencegahan Cacat...40

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Lama Menderita Kusta dengan Tingkat Kecacatan Kusta...41

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian Hubungan Lama Menderita Kusta dengan Tingkat Kecacatan Kusta...46

Gambar 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur...49

Gambar 5.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin...49

Gambar 5.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tipe Kusta...50

(21)

DAFTAR SINGKATAN

B : Borderline

BB : Borderline borderline BL : Borderline lepramatous BT : Borderline tuberculoid BTA : Bakteri Tahan Asam DDS : Diamino Diphenyl Sulfone

ELISA : Enzyme-linked Immunosorbent Assay FLA-ABS : Flourescent Leprosy Antibody Absorption

I : Indeterminate

IM : Indeks Morfologi

L : Lepromatosa

LL : Lepromatosa lepromatosa M. leprae : Mycobacterium leprae

MB : Multi Basiler

MDA : Malondialdehyde MDT : Multidrug Therapy

MLPA : Mycobacterium Leprae Particle Aglutination NCDR : New Case Detection Rate

OOC : Out of Control

PB : Pausi Basiler

(22)

ROS : Reactive Oxygen Species RFT : Release From Treatment RFC : Release From Control SOD : Superoxide Dismutase

T : Tuberkuloid

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Catatan Rekam Medis Penderita Kusta di Puskesmas Tanjung

Kabupaten Sampang Tahun 2010...64 Lampiran 2 Catatan Rekam Medis Penderita Kusta di Puskesmas Tanjung

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TY 2012, „Situasi kusta di Indonesia‟, Kementerian Kesehatan RI,

Jakarta, diunduh tanggal 14 Mei 2012, <http://www.depkes.go.id>

Anggoro, A 2012, „Kusta anak di Puskesmas Beji, Kabupaten Pasuruan 2006

-2011‟, Medika – Jurnal kedokteran Indonesia, no. 07, vol. XXXVIII,

diunduh tanggal 19 Februari 2013, <http://www.jurnalmedika.com>

Amirudin, MD, Hakim, Z & Darwis, E 2003, „Diagnosis Penyakit Kusta‟, dalam Sjamsoe-Daili, ES, et al. (eds.), Kusta, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta; hh. 12-32.

Bakker et al 2006, „Risk factors for developing leprosy – a population-based

cohort study in Indonesia‟, Leprosy Revision, vol. 77, pp. 48-61. Bastaman, S 2002, „Analisis risiko terjadinya cacat tingkat 1 pada penderita kusta

baru di Kabupaten Cirebon tahun 2000-2001‟, Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Tesis, Universitas Indonesia.

Caroline et al 2011, „Stigma towards leprosy among medical students‟, Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 61, no. 1, pp. 20-24.

Daumerie, D 2004, Leprosy, chapter 7, Global Epidemiology of Infectious Diseases, diunduh tanggal 12 Juli 2012,

<http://whqlibdoc.who.int/publications>

Iyor, FT 2005, „Knowledge and attitude of Nigerian physiotherapy students about

leprosy‟,Asia Pacific Disability Rehabilitation Journal, vol. 16, no. 1,

pp. 85-92.

Jyothi, P et al 2008, „A study of oxidative stress in paucibacillary and

multibacillary leprosy‟, Indian Journal of Dermatology, Venereology

& Leprology, vol. 74, issue 1, pp. 80-83, diunduh tanggal 12 Juli 2012,

<http://www.bioline.org.br/pdf?dv08030>

Kumar, A, Girdhar, A & Girdhar, BK 2012 „Risk of developing disability in pre and post-multidrug therapy treatment among multibacillary leprosy:

Agra MB Cohort study‟, Epidemiology and Clinical Divisions

(25)

Disease India, vol. 361, no. 2, pp. 1-7, diunduh tanggal 14 Mei 2012, <http://www.bmjopen.bmj.com>

Kurnianto, J 2002, „Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kecacatan

penderita kusta di Kabupaten Tegal‟, Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Tesis, Universitas Diponegoro.

Lima, ES et al 2007, „Vitamin A and lipid peroxidation in patients with different

forms of leprosy‟, Revista Institution Medicine Tropical Sao Paulo

Brasil, vol. 49, no. 4, pp. 211-214, diunduh tanggal 12 Juli 2012, <http://dx.doi.org/10.1590/S0036-46652007000400003>

Martodiharjo, S & Susanto, RSD 2003, „Reaksi Kusta dan Penanganannya‟, dalam Sjamsoe-Daili, ES, et al. (eds.), Kusta, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta; hh. 75-82.

Muhammed, K, Nandhakumar, G & Thomas, S 2004, „Disability rates in leprosy‟,

Indian Journal Dermatology Venereology Leprosy, vol. 70, issue 5, pp. 314-315, diunduh tanggal 22 Desember 2012,

<http://www.bioline.org.br>

Murtiastutik, D (eds.) 2009, Atlas of the skin and veneral diseases, Airlangga University Press, Surabaya.

Nuhonni, SA & Cholis, M 2003, „Rehabilitasi Medik I‟, dalam Sjamsoe-Daili, ES., et al. (eds.), Kusta, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta; hh. 94-103.

Petters, ES & Eshiet, AL 2002, „Male-female (sex) differences in leprosy patients

in South Eastern Nigeria: female presents late for diagnosis and

treatment and have higher deformity‟, Leprosy Revision, vol. 73, pp.

262-267.

Prasad, CVB, Kodliwadmath, MV & Kodliwadmath, GB 2007, „Erythrocyte superoxide dismutase, catalase activities and hydrogen peroxide

induced lipid peroxidation in leprosy‟, Leprosy Revision, vol. 78, pp.

391-397, diunduh tanggal 12 Juli 2012,

<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18309714>

Prawoto 2008, „Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya reaksi kusta

(studi di wilayah kerja Puksesmas Kabupaten Brebes)‟, Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Tesis, Universitas Diponegoro Semarang. Putra, IGND, Fauzi, N & Agusni, I 2009, „Kecacatan pada penderita kusta baru di

(26)

Rahaju, B (eds.) 2012, „Profil kesehatan provinsi Jawa Timur tahun 2011‟, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Surabaya, diunduh tanggal 14 Mei 2012,

<http://dinkes.jatimprov.go.id>

Reddy, YN et al 2003, „Oxidative stress and anti-oxidant status in leprosy

patients‟, Indian Journal of Leprosy, vol. 75, no. 4, pp. 307-16,

diunduh tanggal 10 Juli 2012,

<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15242269?dopt=Abstract> Regan, MO & Keja, J (eds.) 2007, Buku Pedoman Nasional Pengendalian

Penyakit Kusta, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Salgado, CG & Barreto, JG 2012, „Leonine facies: lepromatous leprosy‟, The New England Journal of Medicine, vol. 366, no. 15, p. 1433. Diunduh tanggal 14 Mei 2012,

<http://www.nejm.org>

Soebono, HS & Suhariyanto, B 2003, „Pengobatan Penyakit Kusta‟, dalam Sjamsoe-Daili, ES, et al. (eds.), Kusta, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta; hh. 66-74.

Sastroasmoro, S & Ismael, S 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-4 , Sagung Seto, Jakarta.

Soewono, JPH & Darmada, IGK 2003, „Rehabilitasi Medik II‟, dalam Sjamsoe -Daili, ES., et al. (eds.), Kusta, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta; hh. 104-118.

Srinivasan, H 1994, „Disability, deformity and rehabilitation‟, In Hasting RC, Opramolla DVA (eds.), Leprosy, 2nd edition, Churchill Livingstone, London.

Susanto, N 2006, „Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecacatan

penderita kusta (kajian di Kabupaten Sukoharjo)‟, Magister

Epidemiologi Lapangan, Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Wisnu, IM & Hadilukito, G 2003, „Pencegahan Cacat Kusta‟, dalam Sj amsoe-Daili, ES., et al. (eds.), Kusta, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta; hh. 83-93.

World Health Organization 2011, Leprosy, WHO, Geneva, diunduh tanggal 14 Mei2012,

<http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs101/en/index.html> World Health Organization 2009, „Weekly epidemiological record‟, WHO,

(27)

<http://www.who.int/wer>

World Health Organization 2009, Enhanced global strategy for further reducing the disease burden due to leprosy (plan period: 2011-2015). (SEA-GLP-2009.4).

World Health Organization 2000, Guide to eliminate leprosy as a public health problem (WHO standart multidrug therapy cures leprosy, stops

transmission and prevents disabilities).

(WHO/CDS/CPE/CEE/2000.14).

Zhang, Fu-Ren et al 2009, „Genomewide association study of leprosy‟, The New England Journal of Medicine, vol. 361, no. 27, pp. 2609-18, diunduh tanggal 14 Mei 2012,

Referensi

Dokumen terkait

Selain dari pada itu, tugas yang diberikan tidak perlu terlalu banyak karena.. dapat membuat Subyek menjadi jenuh dan terbebani, hal ini

Menurut Arman Hakim Nasution (2008), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas,

Research Made Simple: A course book for beginning researchers in second language education. Semarang: Widya

Dengan pembelajaran discovery melalui diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi, praktikum dan analisis, kalian diminta mampu menjelaskan keterkaitan teori tumbukan

Untuk pengukuran gain maksimum antena wajanbolic ini dilakukan dengan cara membandingkan level sinyal maksimum yang diterima modem USB 3G dengan level sinyal maksimum yang

Dalam bidang peternakan, bioteknologi modern telah dapat meningkatkan produksi dan kesehatan ternak. Beberapa cara yang dilakukan antara lain dalam pembuatan vaksin dan

Oozie clients, users, and other applications interact with the Oozie server using the oozie command-line tool, the Oozie Java client API, or the Oozie HTTP REST API.. The oozie

Dengan demikian, penelitian ini berfokus untuk menganalisis dampak yang terjadi pada pasar ekspor perikanan dengan komoditas udang dan ikan ke Eropa bila