• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Firm Size, Struktur Aset dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Firm Size, Struktur Aset dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, F IRM SIZE, STRUKTUR ASET DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP

KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA PERUSAHAAN JASA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

2011-2013

OLEH :

DEAH RIZKI HASIBUAN 130522018

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas,

Firm Size, Struktur Aset dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang

disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 2015 Yang membuat pernyataan,

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, F IRM SIZE, STRUKTUR ASET DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL

TERHADAP KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA

PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2011-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi dari perusahaan jasa. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011, 2012 dan 2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive samplingdan diperoleh tiga puluh tiga perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari

www.idx.co.id. Pengujian data menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.Hipotesis dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm

size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas (ROA), firm size, dan struktur aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial (MOWN) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Secara simultan variabel pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

(4)

ABSTRACT

EFFECT OFCOMPANY’S GROWTH, PROFITABILITY, FIRM SIZE, STRUCTURE OF ASSET, AND MANAGERIAL OWNERSHIP

TO CAPITAL STRUCTURE IN THE PECKING ORDER THEORY PERSPECTIVE ON SERVICE

COMPANIES LISTED ON THE STOCK EXCHANGE

INDONESIA

This study aims to determine the effect of the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership to capital structure in the pecking order theory perspective. This research was conducted at service companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

This research is a kind of causal research and is a replication of the earlier study with a population of service companies. The data used in the form of financial statements and annual reports of service companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2011, 2012 and 2013, sample selection is done by purposive sampling method and obtained thirty-three companies as samples. The data used is the data obtained from www.idx.co.id. Testing statistical analysis of the data using multiple linear regression analysis to test the classical assumption first. The hypothesis of this study is the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership effect the capital structure company in the pecking order theory perspective.

Results from this study indicate that partial company’s growth has a non significant positive effect on capital structure. Profitability (ROA), firm size and structure of asset has a significant negative effect on capital structure. Managerial ownership (MOWN) has a non significant negative effect on capital structure. Simultaneously showed that the variabels of company’s growth, profitability (ROA), firm size, structure of asset and managerial ownership (MOWN) has a significant effect on capital structure.

Keywords: Company’s Growth, Profitability, Firm Size, Structure of Asset, and Managerial Ownership in the Pecking Order Theory

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Esa atas segala berkat dan karunia

yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Firm Size, Struktur Aset dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi

Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari

bahwa banyak kekurangan dan kelemahan yang masih dijumpai mengingat

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

kedua orang tua saya Ir Sende Hasibuan dan Afridah Nasution dan kepada

berbagai pihak yang banyak membantu penulis, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. selaku Ketua

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan

Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. Dan Ibu Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku

(6)

Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. selaku

Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak. Selaku dosen pembimbing.

5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, Msi, Ak. Selaku dosen penguji.

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, AK. Selaku dosen pembanding.

7. Kepada keluarga saya khususnya ayah saya Ir. Sende Hasibuan dan ibu saya

Afridah Nasution yang selalu mendoakan untuk kelancaran anaknya dan

mensupport saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada sahabat-sahabat tercinta Redha Fauriza dan Erlinda (eeng) yang

sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 2015 Penulis,

DEAH RIZKI HASIBUAN

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 PerumusanMasalah ... 11

1.3 TujuanPenelitian ... 12

1.4 ManfaatPenelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TinjauanTeoritis ... 14

2.1.1 Pecking Order Theory ... 14

2.1.2 Struktur Modal... 16

2.1.2.1 PengertianStruktur Modal ... 16

2.1.2.2 Komponen Struktur Modal ... 19

2.1.2.3 Teori Struktur Modal ... 22

2.1.3Pertumbuhan Perusahaan... 28

2.1.4 Profitabilitas ... 30

2.1.5 Firm Size ... 31

2.1.6 Struktur Aktiva ... 32

2.1.7Kepemilikan Manajerial ... 33

2.1.8Teori Agensi (Agency Theory) ... 36

2.2 TinjauanPenelitianTerdahulu... 38

2.3 KerangkaKonseptual ... 44

2.3.1 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory... 45

2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 46

2.3.3 Pengaruh Firm SizeTerhadap kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 47

2.3.4 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Kebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 48

2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Manajerial TerhadapKebijakan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory ... 49

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 JenisPenelitian ... 53

3.2 PopulasidanSampel ... 53

3.3 JenisdanSumber Data ... 56

3.4 MetodePengumpulan Data ... 57

3.5 DefenisiOperasionaldanPengukuranVariabel ... 57

3.5.1 Pertumbuhan Perusahaan (X1) ... 57

3.5.2 Profitabilitas ... 58

3.5.3 Firm Size ... 58

3.5.4 Struktur Aktiva ... 59

3.5.5 Kepemilikan Manajerial (X2) ... 60

3.5.3 Kebijakan Struktur Modal (Y)... 61

3.6 MetodeAnalisis Data ... 62

3.6.1 PengujianAsumsiKlasik ... 63

3.6.1.1 UjiNormalitas ... 63

3.6.1.2 UjiMultikolinieritas ... 65

3.6.1.3 UjiHeteroskedastisitas ... 66

3.6.1.4 UjiAutokorelasi ... 66

3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 67

3.6.2.1 Koefisien Determinan (R2)... 68

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 69

3.6.3.1UjiSignifikanT ... 69

3.6.3.2UjiSignifikanF ... 69

3.7 Tempat dan JadwalPenelitian ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Data Penelitian ... 71

4.1.2 Statistik Deskriptif ... 72

4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 74

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 74

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 78

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 80

4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 81

4.1.4 Regresi Linear Berganda ... 83

4.1.5 Koefisien Determinan (R2) ... 85

4.1.6 Pengujian Hipotesis ... 86

4.1.6.1 Uji Signifikan T ... 86

4.1.6.2 Uji Signifikan F ... 89

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 96

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Peneitian Terdahulu ... 40

3.1 Proses Pengambilan Sampel ... 54

3.2 Sampel Perusahaan Jasa yang Bergerak di Sektor Keuangan ... 55

3.3 Definisi Operasional ... 62

3.4 Jadwal Penelitian ... 70

4.1 Sampel Perusahaan ... 72

4.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian ... 73

4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 78

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 79

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 82

4.6 Regresi Linear Berganda ... 83

4.7 Koefisien Determinasi ... 85

4.8 Uji Signifikan T ... 86

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 51

4.1 Histogram ... 76

4.2 Grafik P-P Plot ... 77

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi Perusahaan Jasa yang Terdaftar diBursa

Efek Indonesia (BEI) ... 104 2 Daftar Sampel Perusahaan Jasa yang Bergerak di Sektor

Keuangan... 111 3 Hasil Perhitungan Growth, ROA, Firm Size, Struktur Aktiva,

(13)

ABSTRAK

PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, F IRM SIZE, STRUKTUR ASET DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL

TERHADAP KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY PADA

PERUSAHAAN JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2011-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi dari perusahaan jasa. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011, 2012 dan 2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive samplingdan diperoleh tiga puluh tiga perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari

www.idx.co.id. Pengujian data menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.Hipotesis dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm

size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas (ROA), firm size, dan struktur aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial (MOWN) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Secara simultan variabel pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aset dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

(14)

ABSTRACT

EFFECT OFCOMPANY’S GROWTH, PROFITABILITY, FIRM SIZE, STRUCTURE OF ASSET, AND MANAGERIAL OWNERSHIP

TO CAPITAL STRUCTURE IN THE PECKING ORDER THEORY PERSPECTIVE ON SERVICE

COMPANIES LISTED ON THE STOCK EXCHANGE

INDONESIA

This study aims to determine the effect of the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership to capital structure in the pecking order theory perspective. This research was conducted at service companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

This research is a kind of causal research and is a replication of the earlier study with a population of service companies. The data used in the form of financial statements and annual reports of service companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2011, 2012 and 2013, sample selection is done by purposive sampling method and obtained thirty-three companies as samples. The data used is the data obtained from www.idx.co.id. Testing statistical analysis of the data using multiple linear regression analysis to test the classical assumption first. The hypothesis of this study is the company’s growth, profitability, firm size, structure of asset and managerial ownership effect the capital structure company in the pecking order theory perspective.

Results from this study indicate that partial company’s growth has a non significant positive effect on capital structure. Profitability (ROA), firm size and structure of asset has a significant negative effect on capital structure. Managerial ownership (MOWN) has a non significant negative effect on capital structure. Simultaneously showed that the variabels of company’s growth, profitability (ROA), firm size, structure of asset and managerial ownership (MOWN) has a significant effect on capital structure.

Keywords: Company’s Growth, Profitability, Firm Size, Structure of Asset, and Managerial Ownership in the Pecking Order Theory

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing

usaha yang mereka jalani. Persaingan menuntut perusahaan untuk menjadi lebih

baik dan lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lain. Untuk dapat

berkembang perusahaan tentu memerlukan biaya atau modal sebagai suatu hal

yang sangat penting, karena modal digunakan untuk membiayai operasional

perusahaan juga mengembangkan bisnis. Modal yang digunakan untuk

perusahaan dapat berasal dari modal sendiri maupun dari pinjaman atau hutang.

Menurut Mardiyatmo (2008) bahwa modal sendiri adalah modal yang diperoleh

dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan,

hibah, saudara, dan lain sebagainya. Modal dari pinjaman atau hutang adalah

modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan. Hutang mempunyai dua

keuntungan. Pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan pajak,

sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang. Kedua, pemegang hutang

(debtholder) mendapat pengembalian yang tetap sehingga pemegang saham

(stakeholder) tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima. Namun hutang juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama,

(16)

mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi

beban bunga, maka pemegang sahamnya harus menutup kekurangan itu, dan

perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup. Terlalu banyak hutang

dapat menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat

membuat pemegang saham berfikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya

(Brigham dan Houston,2001).

Dalam menjalankan suatu perusahaan, biasanya pemilik melimpahkan pada

pihak lain, yaitu manajer.Salah satu tugas utama dari manajer adalah menentukan

struktur modal perusahaan. Suatu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer

keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah

mengenai investasi (investment) dan sumber pendanaannya (financing). Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi ke dalam dua kategori. Pertama, sumber

pendanaan internal yaitu sumber pendanaan yang dapat diperoleh dari laba

ditahan dan depresiasi aktiva tetap. Kedua, sumber pendanaan eksternal yaitu

sumber pendanaan yang dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan

hutang (debt). Perusahaan harus dapat menciptakan kombinasi yang paling

menguntungkan antara penggunaan sumber pendanaan internal (internal

financing) dan sumber pendanaan eksternal (eksternal financing).

Struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup

penting bagi para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya. Hal

ini terkait dengan besarnya risiko yang ditanggung pemegang sahamserta

besarnya tingkat pengembalian atau keuntungan yang diharapkan. Untuk dapat

(17)

kinerja keuangan perusahaan, kekayaan perusahaan tersebut, keuntungan

perusahaan dan pembayaran dividen perusahaan investor tidak dapat dipisahkan

dari informasi berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para

investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk

berinvestasi atau menanamkan modalnya pada perusahaan berdasarkan kondisi

laporan keuangan perusahaan tersebut.

Menurut Arifin (2005). Struktur modal (capital structure) merupakan

kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang

perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau laverage ratio yang hanya

menggambarkan rasio hutang dan ekuitas pada suatu saat tertentu, struktur modal

lebih menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang

pada suatu perusahaan.

Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan hutang jangka

panjang dengan modal sendiri. Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat

mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan dan harga pasar saham

perusahaan maka, kombinasi hutang jangka panjang dan modal sendiri akan dapat

memaksimalkan nilai perusahaan, atau meminimalkan biaya modal perusahaan

atau memaksimalkan harga pasar saham perusahaan.(Sudana,2011).

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur

modal terhadap nilai perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan

pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang

(18)

dengan struktur modal pertama yaitu , Teori Modigliani dan Miller (M&M), Poin

utama dari teori M&M adalah bahwa nilai ekonomi dari asset perusahaan

ditentukan sepenuhnya oleh seberapa besar operating cash flows yang dapat diperoleh dari asset tersebut. Nilai ekonomi tidak akan meningkat atau berkurang

dengan berbedanya sumber dana (hutang atau modal sendiri) untuk mendapatkan

asset tersebut. (Arifin,2005). Teori Modigliani dan Miller terdiri dari teori MM

tanpa pajak, dan teori MM dengan pajak.Teori MM tanpa pajak mengajukan dua

Proposisi yaitu Proposisi I dari teori M&M menyatakan, nilai dari perusahaan

yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang.

Proposisi II menyatakan, biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan

melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Brealey, Myers dan Marcus

(1999) menyimpulkan teori MM tanpa pajak ini tidak membedakan antara

perusahaan berhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa

pajak dan passar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung pada

penggunaan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil

dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya

modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM

dengan pajak terdapat dua proposisi yaitu proposisi I menyatakan, nilai

perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak berhutang

ditambah dengan penghematan pajak karena hutang bunga. Proposisi II

menyatakan, biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya

hutang, tetapi penghemat pajak akan lebih besar dengan penurunan nilai karena

(19)

Teori kedua yaitu , Trade off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001),

perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana

penghemat pajak (tax shield) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah

biaya kebangkrutan dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya krediabilitas suatu perusahaan. Teori ketiga yaitu, Pecking order

theory yang diungkapkan oleh Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah,

dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana

internal yang berlimpah.

Teori ketiga yaitu, Pecking Order Theory yang merupakan pengembangan dari signalling theory. Teori ini menjelaskan bahwa “ perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, hal tersebut

dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber pendanaan

internal yang berlimpah”. Fenomena terkait dengan teori ini banyaknya

perusahaan di Indonesia yang mengalami masalah hutang pada saat terjadinya

krisis, disebabkan banyaknya pinjaman dalam bentuk valuta asing dalam jangka

pendek dan tidak adanya antisipasi risiko (hedge). Untuk memperbaiki keadaan ini, diperlukan komitmen manajemen dalam mengelola hutang agar tidak

berimbas pada nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Chandra (2006)

mengatakan bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia cenderung menganut

(20)

kekurangannya baru menggunakan pendanaan eksternal yaitu hutang atau

penambahan saham baru. Penelitian tersebut berlawanan dengan penlitian yang

dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “

perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan

ekuitas darpada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan

dengan pecking order theory. Teori ini mengacu pada teori perusahaan yang bertujuan memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan. Pecking order

theory membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru karena prioritas sumber pendanaan menempatkan posisi yang paling

atas sedangkan penerbitan saham baru pada posisi yang paling bawah.

Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan menjadi

hal yang penting sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan komposisi

struktur modal perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komposisi

struktur modal perusahaan diantaranya stabilitas penjualan, struktur aktiva,

leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, deviden, ukuran perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Dalam

penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti beberapa faktor yang diduga

berpengaruh terhadap struktur modal diantaranya pertumbuhan perusahaan,

profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aset dan kepemilikan manajerial.

Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan

operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha

(Helfert,1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal

(21)

perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu

perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan,

dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba atas pengelolaan aset perusahaan yang merupakan perbandingan antara

earning after tax dengan total aset. Peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, sesuai dengan pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan pertama dengan dana internal berupa laba ditahan, sehingga komponen

modal sendiri semakin meningkat. Dengan meningkatnya modal sendiri, maka

rasio hutang menjadi menurun dengan asumsi hutang relatif tetap.(Verena dan

Mulyo, 2013).

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar

kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, nilai

pasar saham dan lain-lain. Menurut Brigham dan Houston (2001), ukuran

perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan

sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada

biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum

pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya

tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.

Struktur aset merupakan faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan

struktur modal. Semakin besar struktur aset maka semakin besar hutang pada

(22)

yang bisa digunakan sebagai jaminan hutang oleh perusahaan. Sedangkan,

semakin kecil struktur aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka semakin

kecil pula kemampuan perusahaan tersebut agar dapat menjamin hutang jangka

panjang.

Dalam suatu perusahaan terdapat dua pelaku yang memiliki hubungan

terhadap perusahaan yaitu pemilik peusahaan atau pemegang saham dan agen atau

pengelola perusahaan. Adanya kerjasama antara manajemen perusahaan dengan

pihak lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal yang dimiliki akan

meningkatkan nilai perusahaan. Para manajer yang dipercaya oleh shareholder

diharapkan akan bertindak atas nama shareholder yakni, memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran shareholder akan dapat tercapai.

Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan

kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan

keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan,

manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab untuk

peningkatan kemakmuran pemegang saham.

Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur asset dan kepemilikan manajerial terhadap kebijaksanaan struktur modal

merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erlina (2006),

Dewani (2010), Puspawardhany (2011), Nugrahani (2012), Sari dan A. Mulyo

(23)

Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten anatara masa sebelum

krisis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis kepemilikan

manajer tidak berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubngan antara

kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi, pada masa

krisis dan setelah krisis kepemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang

memperkuat hubungan tersebut.

Dewani(2010) menemukan bahwa pada perusahaan consumer goods

pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan struktur aktiva

berpengaruhpositif terhadap struktur modal, tetapi tidak dengan profitabilitas yang

berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Puspawardhany (2011) menemukan bahwa pertumbuhan penjualan,

profitabilitas, struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan

penjualan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal.

Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Struktur

aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Nugrahani (2012) menemukan bahwa pertumbuhan penjualan, profitabilitas,

likuiditas, ukuran perusahaan serta manajerial ownership secara simultan

berpengaruh terhadap struktur modal. Namun secara pasrial variabel yang

berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan

ukuran perusahaan sedangkan profitabilitas, kepemilikan manajerial dan

(24)

Sari dan A. Mulyo (2013) menemukan ukuran perusahaan dan struktur aktiva

berpengaruh positif terhadap struktut modal, sedangkan profitabilitas, likuiditas

dan pertumbuhan aset berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Dari beberapa penelitian yang disebutkan kebanyakan penelitian berkisar

pada perusahaan manufaktur, masih terbataspeneliti yang berminat melakukan

penelitian di perusahaan jasa. Sebagaimana diketahui bahwa jenis perusahaan itu

ada perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.Penulis

tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan jasa khususnya pada sektor

keuangan yaitu perusahaan yang terdiri atas sub sektor perbankan, asuransi,

lembaga pembiayaan, perusahaan efek dan sub sektor lainnya. Karena dengan

mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dari

perusahaan tersebut penulis jadi lebih memahami bagaimana

perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat terus berkembang seiring dengan ketidak pastianya

pertumbuhan perekonomian di indonesia dan melihat kaitannya dalam perspektif

pecking order theory yang digunakan suatu perusahaan yang memberikan dampak positif bagi perusahaan.Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

(25)

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan

pokok-pokok permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan perusahaan secara parsial terhadap

kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory

padaperusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2011-2013?

2. Bagaimanakahpengaruh profitabilitas secara parsial terhadap kebijakan struktur

modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ?

3. Bagaimana pengaruh firm size secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ?

4. Bagaimana pengaruh struktur aset secara parsial terhadap kebijakan struktur

modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ?

5. Bagaimanakah pengaruh kepemilikan manajerial secara parsial terhadap

kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ?

6. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aktiva dan kepemilikan manajerial secara simultan terhadap kebijakan

(26)

1.3.Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang diketahui bahwa setiap penulisan permasalahan yang

diteliti tentu memiliki tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian yang

dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan secara parsial terhadap

kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas secara parsial terhadap kebijakan

struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh firm size secara parsial terhadap kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset secara parsial terhadap kebijakan

struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial secara parsial terhadap

kebijakan struktur modal dalam perspektif pecking order theory pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

6. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, firm size, struktur aktiva dan kepemilikan manajerial secara simultan terhadap kebijakan

(27)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang

diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh pertumbuhan

perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan struktur modal.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi

terutama bagi manajer keuangan untuk dijadikan sebagai masukan dan menjadi

pertimbangan dalam pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial

yang dapat merubah struktur capital perusahaan.

3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi bukti empiris bagi pembaca sebagai rekomendasi peneliti

yang dilakukan di Indonesia di masa yang akan datang. Serta untuk peneliti

selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat melengkapi temuan – temuan

empiris yang telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pecking Order Theory

Teori pecking order ini merupakan pengembangan dari signalling

theory. Teori tersebut adalah teori struktur pendanaan yang menawarkan alternatif lain dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pemilihan

pendanaan berdasarkan risiko merupakan konsep pecking order theory yang

diperkenalkan oleh Myers dan Majluf (1984).

Pecking order theory mengacu pada teori perusahaan yang bertujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Teori ini membedakan

ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru pada

posisi yang paling bawah. Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa

(Brealey.at all, 1991) :

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil

operasi perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang

ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran

deviden secara drastis.

3. Kebijakan deviden yang relatif enggan untuk diubah, disertai dengan

fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa

(29)

kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang

lain, mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari

kebutuhan investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas

atau menjual sekuritas yang dimiliki.

4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih

dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti

oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi),

dan apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.

Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan yang

profitable biasanya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal tersebut bukan karena mereka mempunyai target rasio hutang yang rendah, tetapi karena

memang mereka membutuhkan external financing yang sedikit. Perusahaan

yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan yaitu dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena

hutang merupakan sumber dana eksternal yang lebih disukai. Pendanaan

internal lebih disukai karena hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk

tidak membuka diri lagi terhadap pihak luar. Dalam pendanaan eksternal,

hutang lebih disukai daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi

obligasi akan lebih murah dibandingkan biaya emisi saham. Selain itu

manajemen juga mengkahwatirkan apabila melakukan penerbitan saham baru

(30)

berdampak buruk bagi harga saham (Husnan,1996). Pecking order theory

membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham

baru karena prioritas sumber pendanaan menempatkan posisi yang paling atas

sedangkan penerbitan saham baru pada posisi yang paling bawah.

2.1.2 Struktur modal

2.1.2.1 Pengertian Struktur Modal

Setiap kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan

memerlukan pendanaan. Oleh karena itu, apabila dana intern (modal

sendiri) yang dimiliki tidak cukup maka perusahaan harus

mengupayakan dana yang berasal dari ekstern (pihak diluar perusahaan). Penggunaan dana dari luar perusahaan dalam manajemen

keuangan disebut struktur modal yang tampak pada sisi ekuitas dan

neraca perusahaan (Syahyunan,2013). Struktur modal (capital

structure) merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau

leverage ratio yang hanya menggambarkan rasio hutang dan ekuitas pada suatu saat tertentu, struktur modal lebih menggambarkan target

komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu

perusahaan (Arifin,2005).

Struktur modal merupakan keputusan keuangan yang kompleks.

Untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik,

(31)

memahami hubungannya dengan risiko, hasil/pengembalian dan nilai.

Keputusan keuangan yang efektif dapat merendahkan biaya modal,

menghasilkan NBS yang lebih tinggi dan meningkatkan nilai

perusahaan (Sudjaja & Barlian,2002).

Menurut Weston dan Brigham (2005:150), Struktur modal yang

ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferen,

saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya.

Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang

memaksimumkan harga saham perusahaan.

Struktur modal perusahaan dibagi kedalam dua kategori, anatara

lain :

1. Struktur modal sederhana, yaitu perusahaan yang tidak

mempunyai efek berpotensi saham biasa (potential diluters).

2. Struktur modal Kompleks, yaitu perusahaan yang mempunyai

satu atau lebih jenis efek berpotensi saham biasa.

Penggolongan struktur modal perusahaan kedalam kategori

sederhana dan kategori kompleks tidak didasarkan pada besar kecilnya

skala operasi, tetapi semata-mata didasarkan pada ada atau tidak adanya

efek yang berpotensi dalam saham biasa di dalam struktur modalnya.

Menurut Sutrisno (2000:307-308) struktur modal juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Persesuaian atau Suitability

(32)

mengeluarkan modal sendiri hal tersebut kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.

2. Pengawasan atau Control

Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya suatu perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan berkurang. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dengan menambah saham. 3. Laba /Earning per share

Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan pemegang saham lebih besar.

4. Tingkat Risiko/Riskness

Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab bunganya tetap dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu, semakin besar penggunaan dana dari hutang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang lebih besar.

Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang

mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu :

1. Risiko Bisnis

Yakni resiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang, makin besar risiko bisnis perusahaan maka makin rendah rasio hutang yang optimal.

2. Posisi Pajak Perusahaan

Yakni dalam menggunakan hutang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitngan pajak sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhannya.

3. Fleksibilitas Keuangan

Yakni kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.

(33)

Yakni ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan.

2.1.2.2Komponen Struktur Modal

Ada beberapa komponen dari struktur modal yaitu :

1. Hutang Jangka Panjang

Jumlah hutang dalam neraca akan menunjukkan besarnya

modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan.

Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun

hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka

panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka

pendek.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2007:324), “Hutang jangka

panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka

panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun,

biasanya 5-20 tahun”.

Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman

berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai

kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain

atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi

(utang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi,

dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun

(34)

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen

sehingga memilih untuk menggunakan hutang menurut Sundjaja

(2007), adalah sebagai berikut :

1. Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.

2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa.

3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila pembiayaan memakai hutang.

4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat mengurangi pajak.

5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan memasukkan peraturan penembusan dalam perjanjian obligasi.

Kreditur (investor) lebih memilih menanamkan investasi

dalam bentuk hutang jangka panjang karena beberapa

pertimbangan. Menurut Sundjaja (2007), pemilihan investasi

dalam bentuk hutang jangka panjang dari sisi investor

didasarkan pada beberapa hal berikut :

1. Hutang dapat memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan maupun likuidasi kepada pemegangnya. 2. Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti.

3. Dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang (dari segi risiko).

4. Pemegang memperoleh pengembalian yang tetap (kecuali pendapatan obligasi).

2. Modal sendiri

Modal sendiri adalah modal dalam suatu perusahaan yang

dipertaruhkan untuk segala risiko usaha maupun risiko

(35)

sendiri/equity capital merupakan dana jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan (pemegang saham), ada dua

sumber dasar dari modal sendiri yaitu :

1. Saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya

beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau

lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh

karena itu perusahaan tidak memberikan saham preferen

dalam jumlah yang banyak.

2. Saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang

menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat

pengembalian dimasa yang akan datang. Saham biasa

merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal diikuti

dengan laba ditahan dan saham preferen.

Adapun keuntungan menggunakan saham biasa (modal

sendiri) adalah sebagai berikut :

1. Memiliki hak suara (hak kendali) dalam perusahaan.

2. Tidak memiliki jatuh tempo.

3. Karena menanggung risiko yang lebih besar, maka

kompensasi bagi pemegang modal sendiri lebih

(36)

2.1.2.3. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh

perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dan apakah ada

pengaruh struktur modal tersebut terhadap harga saham perusahaan

sebagai pencerminan nilai perusahaan. Apabila ada pengaruh struktur

modal terhadap nilai perusahaan, pernyataan berikutnya adalah

bagaimana struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Dalam

analisis struktur modal ini digunakan beberapa asumsi, yaitu :

1. Tidak ada pajak penghasilan.

2. Tidak ada pertumbuhan laba.

3. Pembayaran seluruh laba kepada pemegang saham yang brupa

deviden.

4. Perubahan struktur modal terjadi dengan menerbitkan obligasi dan

membeli kembali saham biasa atau dengan menerbitkan saham biasa

dan menarik obligasi.

Menurut Sartono (2005), ada 2 pendekatan yang dapat

digunakan yaitu sebagai berikut :

(37)

2. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial laverage. Pendekatan ini menyarankan bahwa perusahaan awalnya dapat menurunkan biaya modal dan meningkatkan nilai totalnya melalui kenaikan leverage.

Adapun beberapa teori yang berkaitan dengan struktur modal

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Modigliani-Miller (MM) Theory

a). Teori MM tanpa pajak

Teori struktur modal yang pertama adalah teori Modigliani dan

Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak

relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini

didasarkan pada pendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang

saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan

mengalami penurunan. Hal ini didasarkan atas pendapat bahwa

pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu

mendapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai

investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko,

sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya

berubah (Martono,2005).

Ada beberapa asumsi-asumsi untuk membangun teori MM

yaitu :

(38)

2. Investor mempunyai informasi yang sama seperti

manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan.

3. Para inestor adalah price-takers. 4. Tidak ada pajak

5. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga

pasar (market value).

Dengan asumsi-asumsi diatas, MM mengajukan dua proposisi

yang dikenal sebagai proposisi MM tanpa pajak, antara lain :

Proposisi I : nilai dari perusahaan yang berutang sama dengan

nilai dari perusahaan yang tidak berutang. Implikasi dari preposisi I

ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan,

perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan

weighted average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaaan memandukan

hutang dan modal untuk membiayai perusahaan.

Proposisi II : biaya modal saham akan meningkat apabila

perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada risiko dari operasional perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan (financial risk).

Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan teori MM

tanpa pajak ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan berutang

atau pemegang saham berutang pada saat kondisi tanpa pajak dan

(39)

struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat

meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proposisi hutang

dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai perusahaan.

b). Teori MM dengan Pajak

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian

MM memasukkan faktor pajak kedalam teorinya. Pajak dibayarkan

kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar.

Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa

dipakai sebagai pengurang pajak.

Dalam teori MM dengan pajak, terdapat dua proposisi yaitu :

Proposisi I : nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai

dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan

pajak karena hutang bunga. Implikasi dari proposisi I ini adalah

pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM

menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus

persen hutang.

Proposisi II : biaya modal saham akan meningkat dengan

semakin meningkatnya hutang, tetapi penghemat pajak akan lebih

besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya

modal saham. Implikasi dari proposisi II ini adalah penggunaan

hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal

(40)

menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih

kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan

menurunkan biaya modal rata-rata terimbangnya (meski biaya modal

saham meningkat).

2. Trade-Off Theory

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers(2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu,

dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama

dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya

kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (backruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency

costs) yang meningkat akibat dari turunnya krediabilitas suatu perusahaan.

Trade-Off Theory dalam menentukan struktur modal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan

biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symetric information

sebagai manfaat penggunaan hutang.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi tentu

akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio

hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi

(41)

demikian. Penelitian yang pernah dilakukan terhadap perilaku

struktur modal perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung

memiliki rasio hutang rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat

trade-off theory. Teori ini tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

3. Pecking Order Theory

Teori pecking order ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan

Majluf (1984). Packing order theory menyatakan bahwa “Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat

hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya

tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah”.

Secara spesifik perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi

(hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory

dikutip oleh Smart,Megginsio, dan Gitman (2004), terdapat skenario

urutan ( hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

a). Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b). Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan pertama kali harus memilih mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan saham biasa,

(42)

terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

d). Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang

dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai

seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking

order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Sigh dan Hamid (1992), dan Singh (1995) menyatakan bahwa “ Perusahaan

-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan

ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya”. Hal

ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih

dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan

pendanaan eksternal.

2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam

hubungannya dengan laverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan

dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang

sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan

(43)

yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva

tetapnya. Dengan demikian, Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan

mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.

Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi akan meningkat, dan perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan

hutang untuk mempertahankan rasio hutang yang ditargetkan (Mai,2006).

Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba

sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi

pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan

pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono,2001).

Kallapur dan Trombley (1999) realisasi pertumbuhan perusahaan

diproksikan dengan nilai perumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan

aktiva dan ekuitas. Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan

dana atau keputusan investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai

sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada

perusahaan di masa yang akan datang. Sumber daya yang mampu

menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut sebagai aktiva. Sumber daya tersebut

akan diakui sebagai aktiva perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva

tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan manfaat

ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat

(44)

Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan

operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha

(Helfert,1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak

internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik

memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor,

pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek

yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat

pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh

perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan aset

perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan total aset. Peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, sesuai

dengan pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan pertama dengan dana internal berupa laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri

semakin meningkat. Dengan meningkatnya modal sendiri, maka rasio hutang

menjadi menurun dengan asumsi hutang relatif tetap.(Verena dan Mulyo,

2013).

Brigham and Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan

(45)

relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk

membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang

dihasilkan secara internal.

2.1.5 F irm Size

Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal,

sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar

modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan

perusahaan tersebut memiliki ratio pembayaran dividen yang lebih tinggi

daripada perusahaan kecil.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan

besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log

size, nilai pasar saham dan lain-lain. Menurut Brigham dan Houston (2001),

ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang

bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih

besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah

pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada

biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.

Menurut Mas’ud (2008), semakin besar ukuran perusahaan yang

(46)

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva yang

semakin tinggi pula. Perusahaan yang ukurannya relatif besar akan cenderung

menggunakan dana eksternal yang semakin besar. Hal ini disebabkan

kebutuhan dana juga semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan

perusahaan. Selain pendanaan internal, alternatif selanjutnya adalah

pendanaan eksternal. Hal ini sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa, jika penggunaan dana internal tidak mencukupi, maka

digunakan alternatif kedua yaitu menggunakan hutang.

2.1.6 Struktur Aset

Struktur aset merupakan faktor yang mempengaruhi pembuatan

keputusan struktur modal. Semakin besar struktur aset maka semakin besar

hutang pada struktur modalnya, hal ini menunjukkan bahwa semain banyak

jumlah aktiva tetap yang bisa digunakan sebagai jaminan hutang oleh

perusahaan. Sedangkan, semakin kecil struktur aset yang dimiliki oleh suatu

perusahaan, maka semakin kecil pula kemampuan perusahaan tersebut agar

dapat menjamin hutang jangka panjang.

Menurut Riyanto (1997) struktur aset mencerminkan dua komponen

aset secara garis besar dalam komposisinya, yaitu aset lancar dan aset tetap.

Aset lancar adalah uang kas dan aktiva lain-lain yang dapat direalisasikan

menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi

yang normal. Sedangkan aset tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh

(47)

operasi perusahaan, tidak dimasutkan untuk dijual dalam rangka kegiatan

normal perusahaan dan mempunyai masa. Kebanyakan perusahaan industri di

mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang

permanen, yaitu modal sendiri sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai

pelengkap.

Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk

masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap

(Riyanto, 1997). Titman dan Wessels (1988) menyatakan bahwa struktur aset

menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan

(collateral value of assets). Secara umum, perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan

yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Struktur aset diukur dengan

aset tetap per total aset (Titman dan Wessel,1988).

2.1.7 Kepemilikan Manajerial

Menurut Wahidahwati (2002), Kepemilikan manajerial merupakan

pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Kominsaris). Kepemilikan

manajerial diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki manajer.

Dalam sebuah perusahaan terdapat dua pelaku yang memiliki hubungan

terhadap perusahaan yaitu pemilik peusahaan atau pemegang saham dan agen

(48)

dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal yang

dimiliki akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya penyatuan

kepentingan kedua pihak tesebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya

masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut konflik agensi

(agency conflict). Dalam konsep theory of the firm (Jansen & Meckling, 1976), mengatakan adanya konflik agensi tersebut akan menyebabkan tidak

tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai

perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Jensen & Meckling (1976), menyatakan bahwa penyebab konflik antara

manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan

keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan pembuatan

keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh

diinvestasikan. Dalam aktivitas pencarian dana, manajemen menginginkan

untuk mencari sumber pendanaan dengan biaya sekecil mungkin sehingga

mampu meningkatkan laba perusahaan. Dalam pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan dana yang diperoleh, manajer cenderung memilih untuk

menginvestasikan dananya pada proyek dengan risiko rendah, tetapi investor

cenderung untuk memilih proyek dengan risiko tinggi karena risiko yang

tinggi mencerminkan return yang akan diperoleh juga tinggi.

Konflik keagenan (agency conflict) bisa terjadi karena adanya

(49)

sangat dibutuhkan terutama pada pasar modal dengan efisiensi kuat. Berbagai

cara dapat dilakukan oleh manajer untuk memiliki informasi lebih dibanding

investor, akibatnya investor tidak yakin terhadap kualitas perusahaan dan

tidak mau membeli saham perusahaan sehingga harga saham perusahaan

menjadi turun. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham

(shareholder) dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut.

Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan

memunculkan biaya yang disebut agency cost. Biaya keagenan yang

dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi kinerja manajemen menjadi

beban bagi perusahaan sehingga akan mengurangi laba yang dihasilkan yang

berakibat pada penurunan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dengan berbagai

strategi perusahaan terlebih dahulu harus meminimalkan konflik agensi

(agency conflict) agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang

menyebabkan berkurangnya konflik agensi (agency conflict) antara pemegang

saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap bahwa kepemilikan

keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur (Anderson & Reeb,2002).

Anderson & Reeb (2002), menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas

justru diuntungkan dari adanya kepemilikan keluarga.

Hasil penelitian Arifin (2005), menunjukkan bahwa perusahaan publik

di jakarta yang dikendalikan keluarga atau negara maupun institusi keuangan

Gambar

Tabel
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2
Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan beberapa faktor yang diindikasikan memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang, yaitu kepemilikan manajerial, struktur aset, pertumbuhan penjualan,

Tabel 1.2 Rata-rata Kebijakan Dividen (DPR), Struktur Modal (DER), Profitabilitas (ROE), ukuran perusahaan (SIZE), Pertumbuhan Penjualan (Sales growth), Kepemilikan

Dari uraian latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Firm Size, Likuiditas, Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, Struktur kepemilikan publik terhadap Srtuktur Modal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang pada perusahaan

Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Independen Struktur Modal Kepemilikan Institusional Kepemilikan. Manajerial

Hasil dari penelitian ini sangat diharapkan dapat menjadi acuan mengenai kepemilikan manajerial, struktur modal, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap

Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap nilai perusahaan pada