• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pakaian Adat Tradisional Daerah Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pakaian Adat Tradisional Daerah Bali"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BARI NO DENTOU TEKI NO FUKU

KERTAS KARYA

Dikerjakan O

l e h

ANNISA

Nim : 072203028

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(2)

BARI NO DENTOU TEKI NO FUKU

KERTAS KARYA

Dikerjakan O

l e h

ANNISA

Nim : 072203028

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum Drs. Nandi S

NIP 19600919 198803 1 OO1 NIP 19600822 198803 1 002

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian

Program pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D III Bahasa Jepang Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum NIP 19620727 1987 03 2 005

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP 19650909 199403 1 004 Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D.

Panitia

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum ( )

2. Drs. Eman Kusdiyana. M.Hum ( )

3. Drs. Nandi S ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini yang berjudul : Pakaian Adat Tradisional Daerah Bali.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena pengetahuan penulis masih terbatas. Tetapi berkat bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada :

1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi D3 Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eman Kudiyana. M.Hum selaku Dosen Wali

4. Bapak Drs. Eman Kudiyana. M.Hum selaku Dosen Pembimbing 5. Bapak Drs. Nandi. S selaku Dosen Pembaca

6. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, atas didikannya selama masa perkuliahan.

7. Ayahanda H. Erizal dan Ibunda Hj. Rosmawati yang telah memberikan bimbingan dan bantuan, baik moril maupun materi selama penulis mengikuti pendidikan hingga selesai, serta kakanda Aisyah, SE, Rahmah, SS, Chairiah. 8. Teman-teman ku : Ika (Kachan), Kiky (Ms.Ribet), Iin, Dj, Tia, Henni, Winda,

(6)

9. Untuk Lianta Prayoga Sitepu, atas dukungannya.

10.Untuk semua yang mengenal, mendukung dan mendo’kan penulis selama ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Kertas Karya ini sehingga kritik dan saran yang membang sangat diharapkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga Kertas Karya ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Juli 2010 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ...1

1.2 Batasan Masalah ...2

1.3 Tujuan Pnulisan ...2

1.4 Metode Penelitian ...2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DAERAH BALI ...3

2.1 Lokasi Daerah Bali...3

2.2 Agama ...3

2.3 Mata Pencaharian ...4

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BALI ...5

3.1 Jenis-Jenis Pakaian ...5

3.2 Ragam Hias Pakaian Adat Tradisional Daerah Bali ...7

3.3 Fungsi Pakaian Tradisional Bali ...9

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ...11

4.2 Saran ...11

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Bangsa Indonesia dengan beranekaragaman suku bangsa serta kebudayaannya telah mengekspresikan berbagai unsur budaya, antara lain : pakaian. Pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan pangan (makanan) dan papan (perumahan).

Pakaian adat tradisional daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan, perwujudannya tidak lepas dari rangkaian pesan yang hendak disampaikan kepada para anggota masyarakat lewat lambang-lambang yang dikenal dalam tradisi masyarakatnya. Berkenaan dengan pesan-pesan nilai budaya yang disampaikan, maka pemahamannya dapat dilakukan melalui berbagai simbol-simbol dalam ragam hias pakaian tradisional yang saat ini secara hipotesis sudah mulai dilupakan orang bahwa sudah tidak lagi digemari oleh generasi penerus.

(9)

untuk dibahas. Dengan demikian akhirnya pada penulisan Kertas Karya ini penulis memilih judul “Pakaian Adat Tradisional Bali”.

1.2. Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Karya ini, penulis akan membahas tentang jenis-jenis pakaian, ragam hias pakaian adat tradisional Bali, dan fungsi pakaian adat tradisional daerah Bali. Tetapi sebelum pembahasannya penulis menjelaskan pula tentang lokasi Daerah Bali, agama, dan mata pencaharian.

1.3. Tujuan Penulisan

Kertas karya ini disusun dengan tujuan :

1. Untuk memberitahukan jenis-jenis pakaian adat tradisional daerah Bali. 2. Untuk menjelaskan ragam hias pakaian adat tradisional daerah Bali. 3. Untuk menjelaskan fungsi pakaian adat tradisional daerah Bali.

1.4. Metode Penelitian

(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG DAERAH BALI

2.1. Lokasi Daerah Bali

Bali adalah sebuah pulau di Indonesia sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata. Bali terletak diantara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Bali ibukotanya adalah Denpasar, yang terletak dibagian selatan pulau Bali. Pulau Bali terdiri dari satu pulau induk dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Luas wilayah daratan pulau Bali, adalah 5.636,66 Km2, yang terdiri dari 8 kabupaten, dengan 51 Kecamatan, 515 Desa serta 79 Kelurahan.

2.2. Agama

(11)

2.3. Mata Pencaharian

(12)

BAB III

PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BALI

3.1. Jenis-Jenis Pakaian

Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Pakaian daerah Bali dibedakan berdasarkan kegiatan / upacara, jenis kelamin, dan umur penggunanya.

3.1.1. Jenis Pakaian Sehari-hari 1) Pakaian di rumah

Bagi kaum pria memakai pakaian yang terdiri dari celana, baju, dan kamben (kain). Bagi kaum wanitanya memakai pakaian yang terdiri dari baju

kebaya, tapih (kain dalam), kamben (kain luar) dan stabuk stagen (ikat

pinggang). 2) Pakaian bekerja

Bagi kaum pria memakai pakaian yang terdiri dari celana, baju, dan sabuk. Bagi kaum wanitanya memakai pakaian yang terdiri dari baju kebaya, tapih (kain dalam), kamben (kain luar), sabuk stagen ikat pinggang), dan anduk (kalung).

3) Pakaian bepergian

Bagi kaum pria memakai pakaian yang terdiri dari celana dalam, kamben (kain luar), baju, dan sabuk (ikat pinggang). Bagi kaum wanitanya memakai pakaian yang terdiri dari tapih (kain dalam), kamben (kain luar), baju

(13)

3.1.2. Jenis Pakaian Upacara

1) Pakaian upacara daur hidup Mencakup antara lain :

(1) pakaian upacara masa bayi baru lahir; (2) pakaian upacara masa bayi berumur 3 hari; (3) pakaian upacara masa bayi berumur 12 hari; (4) pakaian upacara masa bayi berumur 42 hari; (5) pakaian upacara masa bayi berumur 105 hari; (6) pakaian upacara masa bayi berumur 210 hari; (7) pakaian upacara nugtug kelih / ngeraja; (8) pakaian upacara potong gigi.

2) Pakaian upacara adat

Bagi kaum pria memakai pakaian yang terdiri dari celana dalam, kamben

endek / batik / songket (sebagai kain luar), baju, saput songket / saput putih

/ kuning beserta umpalnya dan udeng songket atau udeng putih / udeng

batik (destar). Bagi kaum wanitanya memakai pakaian yang terdiri dari

tapih (kain dalam), kamben endek / batik / songket (sebagai kain luar),

sabuk stagen, baju kebaya, dan anteng songket / batik / endek / pelangi /

rembang atau anteng kain putih / kuning.

3) Pakaian upacara keagamaan

Bagi kaum pria memakai pakaian yang terdiri dari celana dalam, kamben

endek / batik / songket (sebagai kain luar), baju, saput songket / sutara atau

saput putih / kuning beserta dengan umpalnya dan udeng songket / batik

(14)

luar), baju kebaya, sabuk stagen (ikat pinggang) dan anteng songket /

rembang / sutra / pelangi / batik / endek atau anteng putih / kuning.

3.2. Ragam Hias Pakaian Adat Tradisional Bali

Secara harafiah busana berarti pakaian yang lengkap. Dengan kata lain busana berfungsi untuk memperindah dan menambah kesan mulia pada orang yang memakainya. Busana juga mengandung nilai-nilai filosofis dan simbolik.

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan rasa estetika manusia menyebabkan busana berkembang menjadi beraneka ragam. Hal ini juga dipengaruhi oleh pandangan hidup dan corak kebudayaan suatu bangsa.

Busana adat Bali berkembang berdasarkan estetika dan filosofis. Hal ini terjadi karena kemampuan masyarakat Bali berpikir secara perlambang akibat dari proses adaptasi dengan lingkungan. Sentuhan lingkungan tersebut menyebabkan aspek batiniah serta sikap dan tindakan mereka yang khas. Hal itulah penyebab kenapa busana Bali ditaburi oleh ornamen dan simbolik yang mempunyai arti sendiri.

Akibat sentuhan dari lingkungan, secara umum ragam hias pakaian tradisional Bali dapat dikelompokkan menjadi :

1) Ragam hias yang berbentuk tumbuh-tumbuhan.

(15)

Contohnya : patra punggel, patra sari, patra gemulung, patra cina, patra

wulanda, patra samblung, patra kuwung.

2) Ragam hias yang berbentuk binatang.

Hiasan dirancang sesuai dengan binatang yang dikehendaki dan disebut

kekarangan yang biasa diucapkan dengan nama karang. Ragam hias

kekarangan ini biasanya ditiru dari bentuk binatang yang mempunyai arti

mitologis dan legendaris yang dianggap sebagai kendaraan dewa-dewa. Bentuk binatang itu digubah sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk yang indah sesuai dengan binatang yang ingin digambarkan. Biasanya hiasan pekarangan ini berfungsi sebagai dekorasi hiasan yang menonjol, misalnya detempatkan di pinggir-pinggir cincin. Contohnya : patra kera,

patra singa, patra garuda, patra naga, patra banyu, karang sae, karang

bintulu, karang gajah, karang goak, karang tapel.

3) Ragam hias yang berbentuk garis-garis geometris.

Hiasan garis-garis lengkung, garis tegak, garis berbentuk tumpal, hiasan berbentuk T yang tegak dan terbalik, hiasan meander spiral, hiasan duri ikan, dan hiasan geometri (hiasan yang disusun secara ilmu ukur). Hiasan ini mula-mula dikembangkan pada barang-barang anyaman, kain songket dan akhirnya dipergunakan pada ukir-ukir seni bangunan. Contoh : patra

mesir, batun timun, sulur, mas-masan, kakul-kakulan, pae, genggong, tali

ilut, sulur, bunbunan, mote-motean, api-apian.

4) Ragam hias yang berbentuk manusia.

(16)

motif-motif wayang yang banyak terdapat pada kain prada dan kain

songket.

5) Ragam hias perembon.

Ragam hias perembon ialah perpaduan atau kombinasi antara berjenis-jenis ragam hias yang ada yang dituangkan pada selembar kain tenunan. Beberapa jenis ragam hias tersebut digubah berdasarkan garis-garis benang

lungsi, dan pakan yaitu pada teknik pembuatan kain geringsing, garis-garis

benang pakan pada teknik pembuatan endek dan pakan tambahan pada pembuatan kain songket.

3.3. Fungsi Pakaian

Pakaian adalah segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Adapun pakaian yang dipakai setiap hari mempunyai dua fungsi besar, yaitu (1) pakaian sebagai penutup tubuh dari gangguan cuaca, (2) pakaian untuk menunjukkan status sipemakai (status sosial).

Pada fungsi kedua yaitu pakaian menunjukkan status sosial juga dapat dikembangkan kepada dua bahagian besar yaitu pakaian nasional dan pakaian tradisional (pakaian daerah).

Pakaian tradisional Bali yaitu :

1) Kemben merupakan kain pembalut tubuh yang menjadi bentuk dan model dasar busana tradisional Bali. Fungsinya sebagai penyangga payudara. 2) Kancrik adalah sehelai selendang yang berfungsi sebagai penutup tubuh

(17)

tengkuluk, yaitu tutup kepala wanita Bali yang juga berfungsi sebagai alas penjunjung beban.

3) Anteng adalah selembar kain yang berfungsi sebagai penutup buah dada. Anteng juga berfungsi membelit menutupi sebagian ikat pinggang, bila seseorang melakukan pelayanan suatu upacara keagamaan.

4) Umpal adalah sejenis kain selendang panjang yang berfungsi sebagi penahan kampuh.

5) Udeng adalah penutup kepala khas Bali. Fungsinya untuk membuat rambut rapi.

(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah penulis menyelesaikan pengumpulan data dan informasi tentang pakaian adat tradisional Bali, kemudian menuangkannya dalam Kertas Karya, penulis memperolah banyak pengetahuan tentang pakaian adat tradisional Bali. Sehingga penulis dapat mengambil simpulan sebagaimana dibawah ini :

1. Pakaian adat tradisional daerah Bali dapat dibedakan berdasarkan kegiatan atau upacara, jenis kelamin, dan usia penggunanya.

2. Pakaian adat tradisional daerah Bali memiliki berbagai macam ragam hias yang mempunyai arti tersendiri.

3. Pakaian adat tradisional daerah Bali memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan upacara adat yang dilaksanakan.

4.2. Saran

Saran penulis yakni :

1. Hendaknya kita memperhatikan fungsi dan kekhasan pakaian tradisional dalam kehidupan berbudaya.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Dhana, I Nyoman, 1994, Pembinaan Budaya Dalam Keluarga Daerah Bali, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bali.

Sika, I Wayan BA, 1983, Ragam Hias Tradisional Bali, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan telah dilaksanakannya Evaluasi penawaran dan Kualifikasi kegiatan Pengadaan Pakaian Batik Tradisional pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kami mengundang peserta

6. Pakaian Adat: Pakaian tradisional aceh biasa disebut Ulee Balang. Pakaian tersebut biasanya digunakan oleh para raja dan

Pakaian adat tradisional Jakarta biasa disebut dengan nama Pakaian Adat Betawi yang dipengaruhi dari berbagai corak masyarakat Jakarta yang sangat beragam diantaranya dipengaruhi

Pakaian adat resmi wanita: terdiri dari kebaya, kain sarung dari songket atau batik, selendang yang disampirkan di bagian pundak serta kepalanya

Dalarn hal ini, pakaian adat kain tenun songket tradisional merupakan bagian dari kebudayaan, karena dalam kehidupan. masyarakat Minangkabau hanyr, dipakai pada

Busana bepergian atau busana pesta memakai kebaya panjang dari kain Chifon, kain sarung batik Jakarta, selendang yang dikerudungkan di kepala, memakai selop dan rambut

Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB Ibukota : Mataram Rumah Adat : Rumah dalam Loka Samawa dan rumah Bale Pakaian Adat : Pakaian Adat Suku Bima Tarian Tradisional : Tari Mpaa Lenggogo,

Pakaian dan Rumah Adat Maluku dalam Penelitian Peneliti dan Tahun Pakaian dan Rumah Adat Maluku Sopamena & Juhaevah, 2019 Rumah adat Desa Nuanea dan Pakaian adat kain berang ikat