• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ketahanan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Hasil Radiasi Sinar Gamma (M2) Pada Cekaman Aluminium Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Ketahanan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Hasil Radiasi Sinar Gamma (M2) Pada Cekaman Aluminium Secara In Vitro"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL

RADIASI SINAR GAMMA (M2) PADA CEKAMAN ALUMINIUM

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

OLEH: Dinda Marizka

060307029/BDP-Pemuliaan Tanaman

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

DINDA MARIZKA : Uji Ketahanan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Hasil Radiasi Sinar Gamma (M2) Pada Cekaman Aluminium Secara In Vitro, dibimbing oleh Ir. E. Harso Kardhinata, MSc dan Ir. Isman Nuriadi.

Pada tanah masam tingkat keracunan Al sangat tinggi, sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, maka diperlukan keragaman genetik yang toleran terhadap Al. Untuk mendapatkan keragaman genetik yang lebih terarah, metode mutasi dengan menggunakan radiasi sinar gamma digabungkan dengan pengujian secara in vitro sehingga dapat membantu pengembangan tanaman yang toleran terhadap cekaman Al. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium kultur jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada Januari sampai Maret 2010 menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor ganda yaitu dosis radiasi gamma (0 krad, 10 krad, 20 krad, dan 30 krad) dan konsentrasi AlCl3 (0 ppm, 150 ppm, 350 ppm, dan 450 ppm). Parameter yang diamati adalah persentase hidup, tinggi planlet, jumlah akar, jumlah daun, bobot total planlet, dan bobot akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis radiasi berbeda nyata terhadap jumlah daun, bobot akar, dan bobot total planlet. Konsentrasi aluminium tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot total planlet.

(3)

ABSTRACT

DINDA MARIZKA : The resistant test of soybean (Glycine max (L.) Merrill) as the result of gamma radiation (M2) at aluminium stress by invitro culture, supervised by

Ir. E. Harso Kardhinata,MSc and Ir. Isman Nuriadi.

In the acid soil the level of Al poisoning is very high, and then annoy the plant growth, so it needed various genetics which tolerant to Al. To get more directive various genetics, mutation’s method which uses gamma radiation is combined with in vitro testing, so it can help plant development for Al tolerance. Therefore, the reaserch was held at plant tissue culture laboratory, faculty of agriculture, University of North Sumatera from January to March 2010. The research used completely randomized design with two factors. The first factor was dose of gamma radiation (0 krad, 10 krad, 20 krad, and 30 krad) and the second factor was concentration of AlCl3 (0 ppm, 150 ppm, 300 ppm, and 400 ppm). Parameter observed were : the

percetage of life, plantlet height, the number of root, the number of leaf, total weight of plantlet, and weight of root.

The result showed the radiation significantly affected to the number of leaf, total weight of plantlet, and weight of root. Consentration of AlCl3 not significantly

affected on all parameters. The interaction of the double factors significantly affected to total weight of plantlet.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 6 November 1988 dari ayah

Afifuddin, SE. dan ibu Dwi Wardani, S.Si. Penulis merupakan putri pertama dari dua

bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 3, Medan dan pada tahun yang

sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Pemuliaan Tanaman,

Departemen Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Pemuliaan Tanaman

Lanjutan (TA. 2008-2009), asisten Bioteknologi Pertanian (TA. 2009-2010), dan

menjadi anggota pengajian Nahdatussuban.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Balai Penelitian Karet

Sungei Putih di Desa Sungei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang pada

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji

Ketahanan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Hasil Radiasi Sinar Gamma (M2) Pada Cekaman Aluminium Secara In Vitro.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang

tua penulis yang telah membesarkan, merawat dan mendidik penulis serta kepada

Bapak Ir. E. Harso Kardhinata, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Ir. Isman Nuriadi selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing

dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis sampai pada ujian akhir.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adikku tersayang Iqbal

yang menjadi penyemangat selama perkuliahan. Terima kasih juga kepada

Wahyu Tata Mualim, 7 kurcaci (PET ’06), 10 brothers, kakak dan abang angkatan

2005, adik-adik angkatan 2007, adik-adik angkatan 2008 serta semua rekan

mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis

dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

seluruh pihak yang memerlukan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnan

skripsi ini.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

Pemuliaan Tanaman dengan Radiasi Sinar Gamma ... 11

Cekaman Aluminium ... 17

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Bahan dan Alat ... 20

Persiapan Bahan Tanaman ... 24

Penanaman Eksplan... 25

Pemeliharaan Eksplan ... 25

Pengamatan Parameter ... 26

Persentase Tumbuh (%) ... 26

Tinggi Plantlet (cm) ... 26

(7)

Jumlah Daun (helai) ... 26

Bobot Total Planlet (g) ... 26

Bobot Akar (g) ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 27

Persentase Hidup (%) ... 27

Tinggi Planlet (cm) ... 27

Jumlah Akar (helai) ... 28

Jumlah Daun (helai) ... 28

Bobot Total Planlet (g) ... 39

Bobot Akar (g) ... 30

Pembahasan ... 31

Pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan tanaman kedelai hasil radiasi sinar gamma (M2) secara in vitro... 31

Pengaruh konsentrasi aluminium ... 33

Pengaruh interaksi antar dosis radiasi sinar gamma dan konsentrasi aluminium ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

(8)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Rataan persentase hidup (%) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 ... 27

2. Rataan tinggi planlet (cm) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 ... 28

3. Rataan jumlah akar (helai) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 ... 28

4. Rataan jumlah daun (helai) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 ... 29

5. Rataan bobot total planlet (g) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 ... 30

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Deskripsi Varietas Kedelai ... 41

2. Bagan Penelitian... 42

3. Jadwal Kegiatan ... 43

4. Komposisi Media Dasar MS ... 44

5. Data pengamatan persentase hidup (%) ... 45

6. Transformasi akar kuadrat x+0.5 data pengamatan persentase hidup ... 45

7. Daftar sidik ragam persentase hidup (%) ... 46

8. Data pengamatan tinggi planlet (cm) ... 47

9. Transformasi akar kuadrat x+0.5 data pengamatan tinggi planlet ... 47

10. Daftar sidik ragam tinggi planlet (cm) ... 48

11. Data pengamatan jumlah akar (helai) ... 49

12. Transformasi akar kuadrat x+0.5 data pengamatan jumlah akar ... 49

13. Daftar sidik ragam data pengamatan jumlah akar (helai) ... 50

14. Data pengamatan jumlah daun (helai)... 51

15. Transformasi akar kuadrat x+0.5 data pengamatan jumlah daun ... 51

16. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) ... 52

17. Data pengamatan bobot total planlet (g) ... 53

18. Transformasi akar kuadrat x+0.5 data pengamatan bobot total planlet ... 53

19. Daftar sidik ragam bobot total planlet (g) ... 54

20. Data pengamatan parameter bobot akar (g)... 55

21. Transformasi akar kuadrat x+0.5 data pengamatan parameter bobot akar ... 55

22. Daftar sidik ragam bobot akar (g) ... 56

(10)

ABSTRAK

DINDA MARIZKA : Uji Ketahanan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Hasil Radiasi Sinar Gamma (M2) Pada Cekaman Aluminium Secara In Vitro, dibimbing oleh Ir. E. Harso Kardhinata, MSc dan Ir. Isman Nuriadi.

Pada tanah masam tingkat keracunan Al sangat tinggi, sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, maka diperlukan keragaman genetik yang toleran terhadap Al. Untuk mendapatkan keragaman genetik yang lebih terarah, metode mutasi dengan menggunakan radiasi sinar gamma digabungkan dengan pengujian secara in vitro sehingga dapat membantu pengembangan tanaman yang toleran terhadap cekaman Al. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium kultur jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada Januari sampai Maret 2010 menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor ganda yaitu dosis radiasi gamma (0 krad, 10 krad, 20 krad, dan 30 krad) dan konsentrasi AlCl3 (0 ppm, 150 ppm, 350 ppm, dan 450 ppm). Parameter yang diamati adalah persentase hidup, tinggi planlet, jumlah akar, jumlah daun, bobot total planlet, dan bobot akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis radiasi berbeda nyata terhadap jumlah daun, bobot akar, dan bobot total planlet. Konsentrasi aluminium tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot total planlet.

(11)

ABSTRACT

DINDA MARIZKA : The resistant test of soybean (Glycine max (L.) Merrill) as the result of gamma radiation (M2) at aluminium stress by invitro culture, supervised by

Ir. E. Harso Kardhinata,MSc and Ir. Isman Nuriadi.

In the acid soil the level of Al poisoning is very high, and then annoy the plant growth, so it needed various genetics which tolerant to Al. To get more directive various genetics, mutation’s method which uses gamma radiation is combined with in vitro testing, so it can help plant development for Al tolerance. Therefore, the reaserch was held at plant tissue culture laboratory, faculty of agriculture, University of North Sumatera from January to March 2010. The research used completely randomized design with two factors. The first factor was dose of gamma radiation (0 krad, 10 krad, 20 krad, and 30 krad) and the second factor was concentration of AlCl3 (0 ppm, 150 ppm, 300 ppm, and 400 ppm). Parameter observed were : the

percetage of life, plantlet height, the number of root, the number of leaf, total weight of plantlet, and weight of root.

The result showed the radiation significantly affected to the number of leaf, total weight of plantlet, and weight of root. Consentration of AlCl3 not significantly

affected on all parameters. The interaction of the double factors significantly affected to total weight of plantlet.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L. Merr.) merupakan sumber bahan baku utama bagi

kelangsungan berbagai industri antara lain tempe dan tahu. Kacang-kacangan

memiliki prospek yang multiguna, sehingga memiliki prospek yang cerah untuk

dikembangkan. Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap impor

kacang-kacangan, terutama kacang kedelai. Padahal, Indonesia memiliki

peluang yang sangat besar untuk meningkatkan produksi kacang-kacangan

(Fachruddin, 2007). Untuk menurunkan volume impor kedelai, pemerintah terus

berupaya meningkatkan produksi kedelai, terutama dengan memanfaatkan lahan

masam (Notohadiprawiro, 1983).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2010) produksi kedelai tahun 2009

(ATAP) sebesar 974,51 ribu ton biji kering, meningkat sebanyak 198,80 ribu ton

(25,63 persen) dibandingkan tahun 2008. Produksi kedelai tahun 2010 (ARAM II)

diperkirakan sebesar 927,38 ribu ton biji kering, menurun sebanyak 47,13 ribu ton

(4,84 persen) dibandingkan tahun 2009. Penurunan produksi diperkirakan terjadi

karena penurunan luas panen seluas 44,35 ribu hektar (6,14 persen), sedangkan

produktivitas diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 0,19 kuintal/hektar

(1,41 persen).

Pada tanah asam, kelarutan Al dan Fe tinggi. Akibatnya, pada pH sangat

(13)

Kelarutan beberapa unsur menurun, ditambah lagi dengan adanya keracunan Al dan

Fe (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menemukan varietas unggul.

Untuk merakit varietas unggul tersebut, ketersediaan sumber genetik yang

mempunyai keragamanan tinggi sangat dibutuhkan. Semakin tinggi keragaman

genetik plasma nutfah, semakin tinggi peluang untuk memperoleh varietas unggul

baru yang mempunyai sifat yang diinginkan (Indriani, dkk, 2008).

Beberapa cara untuk memperluas keragaman genetik dalam seleksi dapat

ditempuh antara lain dengan cara mengumpulkan material koleksi lokal, introduksi

dari luar negeri, persilangan dan dengan mutasi buatan. Mutasi buatan pada

hakekatnya berusaha untuk merombak susunan gen di dalam kromosom. Mutasi

buatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sinar radioaktif seperti sinar

gamma, sinar-X, dan dapat juga digunakan bahan kimia tertentu seperti : ethyl

methane sulphonate (EMS), diethyl sulphate (dES), Cholchisin, dan lain-lain

(Chope, dkk, 1974).

Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang bergerak dengan

kecepatan sangat tinggi, hampir menyamai kecepatan cahaya. Arahnya tidak

dipengaruhi medan magnet dan mempunyai daya ionisasi kecil serta daya tembus

yang tinggi. Sinar gamma mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek

daripada sinar-X sehingga mempunyai energi yang lebih tinggi (Soeminto, 1985).

Untuk mendapatkan keragaman yang lebih terarah, metode mutasi

(14)

sangat berguna untuk menghasilkan populasi somaklon yang memiliki karakteristik

unggul tertentu sehingga dapat membantu pengembangan galur tanaman yang toleran

terhadap cekaman kekeringan, Al tinggi, hama dan penyakit. Dengan teknik kultur

jaringan dapat diseleksi secara in vitro dalam media yang sesuai. Intensitas seleksi

dapat diperkuat dan dapat dibuat lebih homogen sehingga meningkatkan frekuensi

didapatkannya tanaman dengan sifat yang diinginkan (Sutjahjo, 2006).

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

pengujian ketahanan tanaman kedelai terhadap cekaman aluminium secara

in vitro.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kedelai generasi M2 dibawah

cekaman Aluminium secara in vitro.

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan tanaman kedelai

hasil radiasi sinar gamma (M2) secara in vitro.

2. Ada pengaruh konsentrasi aluminium terhadap pertumbuhan tanaman kedelai

hasil radiasi sinar gamma (M2) secara in vitro.

3. Ada pengaruh interaksi antara dosis radiasi sinar gamma dan konsentrasi

aluminium terhadap pertumbuhan tanaman kedelai hasil radiasi sinar gamma

(15)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Papilonaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.)

Kedelai mempunyai susunan genom diploid (2n) dengan 20 pasang

kromosom, beberapa jenis liar kedelai juga mempunyai 20 pasang kromosom.

Kedelai yang ditanam sekarang diperkirakan berasal dari jenis liar

Glycine soja = Glycine usunensis. Glycine soja mempunyai bentuk polong dan biji yang hampir sama dengan kedelai biasa, tetapi tumbuhnya merambat dan kulit bijinya

sangat tebal, sehingga embrio dan keping bijinya terlindungi dengan baik

(17)

Kedelai berakar tunggang, pada tanah subur dan gembur akar dapat tumbuh

sampai kedalaman 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil akar yang merupakan

koloni-koloni dari bakteri Rhizobium yaponicum. Pada tanah-tanah yang telah

mengandung bakteri Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk pada umur 15 – 20 hari

setelah tanam. Pada tanah yang belum pernah ditanam kedelai bakteri Rhizobium

tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk

(Departemen Pertanian, 1990).

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm),

menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan system perakaran luas

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Batang dapat membentuk 3-6 cabang. Tipe

pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni indeterminit, diterminit dan

semi diterminit (Departemen Pertanian, 1990).

Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji, daun

primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer sederhana berbentuk

telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliat) dan bertangkai sepanjang 1-2 cm, terletak

bersebrangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun berikutnya daun

bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima

(Hidayat, 1985).

Susunan bunga ditangkai axilar atau rangkaian terminal dengan 3-30 bunga;

bunganya kecil, berwarna ungu atau putih; kelopaknya berbentuk pipa

(Van der Maesen and Somaatmadja, 1992). Corolla (mahkota bunga) terdiri atas

(18)

berkembang membentuk seludang yang mengelilingi putik, sedangkan stamen yang

ke sepuluh terpisah bebas (Poehlman and Sleper, 1995).

Biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji dan tidak mengandung

jaringan endosperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning,

hitam, hijau, atau coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada

dinding buah, bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada juga yang

bundar atau bulat agak pipih (Departemen Pertanian, 1990).

Kultur In Vitro

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi

bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril,

ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril, dan dalam

kondisi yang aseptik dan lingkungan yang terkontrol, sehingga bagian-bagian tersebut

dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap

Kemampuan sel untuk berdiferensiasi disebut totipotensi. Ke arah mana

sel-sel tanaman dapat diinduksi untuk mengekspresikan totipotensinya, sangat tergantung

pada sejumlah variabel termasuk faktor eksplan, komposisi medium, zat pengatur

tumbuh, dan stimulus fisik, seperti cahaya, suhu dan kelembaban. Setiap variabel

dapat berbeda pengaruhnya terhadap setiap organ tanaman tertentu dan berdasarkan

tujuan pengkulturan. Diantara faktor-faktor tersebut, lima variabel utama harus

(19)

medium dasar, keterlibatan zat pengatur tumbuh, serta faktor-faktor lingkungan

di mana kultur ditempatkan (Zulkarnain, 2009).

Perbaikan tanaman melalui variasi somaklonal dapat dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain melalui kultur jaringan dan radiasi. Variasi somaklonal

melalui kultur jaringan umumnya terjadi pada kultur kalus akibat pengaruh media

kultur, sedangkan variasi somaklonal melalui radiasi dapat dilakukan secara fisik

dengan menggunakan sinar gamma atau secara kimiawi. Untuk megarahkan

keragaman yang timbul akibat pengaruh radiasi, setelah diradiasi, eksplan

ditanam dalam media kultur yang mengandung agen seleksi (seleksi in vitro). Teknik

ini telah menghasilkan beberapa nomor tanaman potensial, seperti nilam dengan

kadar minyak lebih tinggi, padi dan kedelai tahan aluminium, padi tahan kekeringan,

dan pisang tahan layu Fusarium

Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor

penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenik, ukuran eksplan, serta

bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam

memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal kultur. Umumnya, bagian

tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh

aktif. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi,

sel-sel masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit

kontaminan) (Yusnita, 2003).

Penggunaan embrio tanaman sebagai eksplan dikenal dengan kultur embrio

(20)

kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman yang viabel. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kultur embrio yaitu genotip, hasil perkembangan embrio setelah

diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu

(Gunawan, 1988).

Walaupun tanaman dapat diperoleh dari sejumlah besar genotip, kemampuan

beregenerasi setiap genotip berbeda. Pengaruh genotip pada proliferasi sel dapat

dilihat pada kapasitas regeneratifnya. Pada umumnya tanaman dikotil lebih mudah

berproliferasi daripada tanaman monokotil. Selain itu, tanaman gymnospermae

memiliki kapasitas regeneratif yang lebih terbatas dibandingkan dengan tanaman

angiospermae (Zulkarnain, 2009).

Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan

sangat ditentukan dan tergantung oleh pilihan media yang digunakan. Harus diingat

bahwa teknik kultur jaringan menekankan lingkungan yang cocok agar eksplan dapat

tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang cocok, sebagian akan terpenuhi bila

media yang dipilih mempertimbangkan apa-apa yang diperlukan oleh tanaman.

Secara umum kebutuhan nutrisi kebanyakan tanaman sama, tetapi secara khusus hal

tersebut berbeda. Kesamaannya adalah tanaman memerlukan hara makro dan mikro,

vitamin-vitamin, karbohidrat (gula), asam amino dan N-organik, zat pengatur

tumbuh, zat pemadat dan kadang ada penambahan bahan-bahan seperti air kelapa,

ekstrak ragi, jus tomat, ekstrak kentang, buffer organik, ataupun arang aktif.

Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan jumlah yang diperlukan

(21)

Medium MS yang direvisi (Murashige dan Skoog, 1962) adalah yang paling

luas penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya. Medium MS yang

direvisi-selanjutya disebut MS-banyak digunakan, terutama pada mikropropagasi

tanaman dikotil dengan hasil yang memuaskan. Hal itu dikarenakan medium MS

memiliki kandungan garam-garam yang lebih tinggi daripada media lain, disamping

kandungan nitratnya juga tinggi (Zulkarnain, 2009).

Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan kultur jaringan meliputi

cahaya, suhu dan komponen atmosfer. Cahaya dibutuhkan untuk mengatur proses

foto morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur jaringan tanaman, cahaya dinyatakan

dengan dimensi lama penyinaran, intensitas dan kualitasnya. Prof. Murashige

menyarankan untuk mengasumsikan kebutuhan lama penyinaran pada kultur jaringan

tanaman merupakan pencerminan dari kebutuhan perioditas tanaman yang

bersangkutan di lapangan. Kualitas cahaya mempengaruhi arah diferensiasi jaringan.

Energi radiasi dekat spektrum ultra violet dan biru merupakan kualitas cahaya yang

paling efektif untuk merangsang pembentukan tunas, sedangkan pembentukan akar

dirangsang oleh cahaya merah dan sedikit cahaya biru. Untuk itu, pada tahap

multiplikasi tunas digunakan untuk pencahayaan dengan lampu fluorescent (TL).

Secara umum, intensitas cahaya yang optimum untuk tanaman pada kultur tahap

inisiasi kultur adalah 0-1000 lux, tahap multiplikasi sebesar 1000-10000 lux, tahap

pengakaran sebesar 10000-30000 lux, dan aklimatisasi sebesar 30000 lux

(22)

Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu

yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah

260 – 200 C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari

200 C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari

320 C) menyebabkan tanaman merana. Namun pada kultur tanaman yang biasanya

memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu yang

diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).

Faktor penting lain yang juga perlu mendapat perhatian, adalah pH yang harus

diatur sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi fungsi membran sel dan pH

dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan fisiologi sel, juga

harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-garam penyusun media,

pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam-garam lain, dan efisiensi

pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar

antara 5.5-5.8 (Gamborg dan Shyluk 1981). Pengaturan pH, biasa dilakukan dengan

menggunakan NaOH (atau kadang-kadang KOH) atau HCl pada waktu semua

komponen sudah dicampurkan, seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah. Pada

umumnya terdapat penurunan pH setelah disterilkan dalam autoklaf. Untuk mencapai

pH sekitar 5.7-5.9, Mann dkk dalam George dan Sherrington (1984) membuat pH 7.0

dalam media yang belum disterilkan. Untuk menghindarkan perubahan pH yang

cukup besar, Murashige dan Skoog menyarankan agar dilakukan pemanasan untuk

melarutkan agar-agar dan memanaskan beberapa menit media dalam autoklaf, baru

(23)

disterilkan dalam autoklaf. Dalam wadah yang besar media disterilkan dan kemudian

dititrasi dengan NaOH atau HCl steril sampai pH yang diinginkan. Selanjutnya media

dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah dipersiapkan di dalam laminar air

flow cabinet. Cara ini juga digunakan dalam penelitian yang menggunakan media

dengan pH rendah untuk tujuan seleksi (Gunawan, 1988).

Pemuliaan Tanaman dengan Radiasi Sinar Gamma

Mutasi adalah perubahan susunan atau konstruksi dari gen maupun kromosom

suatu individu tanaman, sehingga memperlihatkan penyimpangan (perubahan) dari

individu asalnya dan bersifat baka (turun-temurun). Mutasi dapat terjadi secara

alamiah, tetapi frekuensinya sangat rendah, yaitu 10-6 pada setiap generasi. Untuk

mempercepat terjadinya mutasi dapat dilakukan secara buatan dengan memberikan

perlakuan-perlakuan sehingga terjadi mutasi (induced mutation). Mutasi pada

tanaman dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada bagian-bagian tanaman

baik bentuk maupun warnanya juga perubahan pada sifat-sifat lainnya

(Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian tanaman dan fase pertumbuhan

tanaman, namun lebih banyak terjadi pada bagian yang sedang aktif mengadakan

pembelahan sel seperti tunas, biji dan sebagainya. Secara molekuler, dapat dikatakan

bahwa mutasi terjadi karena adanya perubahan urutan (sequence) nukleotida DNA

kromosom, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada protein yang dihasilkan

(24)

Tujuan pemuliaan mutasi adalah (1) untuk memperbaiki satu atau beberapa

karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda morfologi

(warna, rambut, braktea, dan lain-lain) sebagai identitas pada galur-galur harapan,

(3) untuk membentuk galur mandul jantan yang berguna bagi pembentukan kultivar

hibrida, (4) untuk mendapatkan karakter khusus dalam genotipe yang telah

beradaptasi (Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Baik mutagen kimia maupun mutagen fisika memiliki energi nuklir yang

dapat merubah struktur materi genetik tanaman. Perubahan yang terjadi pada materi

genetik dikenal dengan istilah mutasi (mutation). Secara relatif, proses mutasi dapat

menimbulkan perubahan pada sifat-sifat genetis tanaman baik ke arah positif maupun

negatif, dan kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali normal (recovery).

Mutasi yang terjadi ke arah “sifat positif” dan terwariskan (heritable) ke

generasi-generasi berikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada

umumnya. Sifat positif yang dimaksud adalah relatif tergantung pada tujuan

pemuliaan tanaman

Menurut Mugiono (2001) macam dan tipe mutagen fisis adalah sebagai

berikut :

1. Sinar X

Dihasilkan dari tabung sinar X, tegangannya relatif rendah dengan panjang

(25)

2. Sinar Gamma

Dipancarkan dari isotop radioaktif, panjang gelombang lebih pendek dari sinar X,

lebih kuat daya tembusnya, dikenal dengan sinar kuat.

3. Sinar Ultraviolet

Panjang gelombangnya terletak antara sinar X (50 – 0,15 A°) dan cahaya yang

terlihat (7.800 – 3.800 A°). Panjang gelombang yang paling efektif untuk

membuat mutasi adalah 2.000 A°.

4. Partikel Alfa

Berasal dari inti beberapa isotop yang tidak stabil bermuatan positif dengan daya

tembus rendah.

5. Partikel Beta

Berasal dari isotop yang tidak stabil, bermuatan negatif, dengan daya tembus

lebih besar daripada partikel alfa.

6. Neutron

Dipancarkan dari inti isotop radioaktif tertentu dengan daya tembus kuat dan

mempunyai arti penting dalam pemuliaan mutasi sebagai mutagen.

Iradiasi adalah suatu pancaran energi yang berpindah melalui

partikel-partikel yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang cahaya.

Zat yang dapat memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif. Zat radioaktif adalah zat

yang mempunyai inti atom tidak stabil, sehingga zat tersebut mengalami transformasi

spontan menjadi zat dengan inti atom yang lebih stabil dengan mengeluarkan partikel

atau sifat sinar tertentu. Proses tranformasi spontan ini disebut peluruhan, sedangkan

(26)

akibat peluruhan inti atom dapat berupa partikel alfa, beta, dan sinar gamma. Pada

umumnya sinar gamma yang digunakan untuk radiasi adalah hasil peluruhan inti

atom Cobalt-60. Cobalt-60 adalah sejenis metal yang mempunyai karateristik hampir

sama dengan besi/nikel (Sinaga, 2000).

Pengaruh penyimpanan terhadap materi yang telah diradiasi bergantung pada

kadar air dan ketersediaan oksigen. Pada biji yang terlalu kering reaksi oksigen

dengan ion radikal bebas akan terus berlangsung dan akan membentuk senyawa

peroksida yang merusak. Untuk mengurangi kerusakan tersebut, biji yang telah

diradiasi disimpan dalam suhu rendah (00C) (Mugiono, 2001).

Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi adalah

gamet haploid. Adanya mutasi dapat ditentukan pada generasi M2 dan seterusnya.

Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin banyak pula

kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup tanaman M1

dengan frekuensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif terhadap

kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam permasalahan

pengaruh dosis pada timbulnya mutasi (Mugiono, 2001).

Kerusakan fisiologis kemungkinan dapat disebabkan karena kerusakan

kromosom dan kerusakan sel di luar kromosom. Kedua kerusakan tersebut sukar

dibedakan karena keduanya terjadi pada generasi M1 sebagai akibat dari perlakuan

mutagen. Kerusakan tersebut merupakan gangguan fisiologis bagi pertumbuhan

tanaman. Besarnya kerusakan fisiologis tergantung pada besarnya dosis yang

(27)

fisiologis yang timbul dan berakhir kematian (lethalitas). Kerusakan fisiologis hanya

terjadi pada generasi M1 sedangkan mutasi gen, mutasi kromosom dan mutasi

sitoplasma akan diturunkan pada generasi berikutnya (Mugiono, 2001).

Perlakuan radiasi akan menyebabkan kerusakan sel atau terhambatnya

metabolisme sel karena adanya gangguan sintesa RNA sehingga sintesis enzim yang

diperlukan untuk pertumbuhan terhambat. Dengan adanya gangguan struktur DNA

akan menyebabkan enzim yang dihasilkan kehilangan fungsinya. Perlakuan radiasi

dapat menyebabkan enzim yang merangsang pertunasan menjadi tidak aktif, sehingga

pertumbuhan tanaman terhambat (Cassaret,1961).

Mutasi gen kloroplas atau mitokondria sering disebut mutasi diluar inti atau

extranuclear mutation. Mutasi pada gen kloroplas dapat menyebabkan kerusakan gen mutan (defective mutant genes) yang kemudian dapat mengganggu proses fotosintesis

pada daun. Alhasil, dampak mutasi gen kloroplas sering diekspresikan dengan

munculnya gejala warna belang pada daun tanaman, misalnya warna belang

hijau-putih pada tanaman Pelargonium dan Mirabilis jalapa (bunga pukul empat)

Perlakuan dengan mutagen dapat menyebabkan pula sterilitas, yaitu:

hambatan pertumbuhan sehingga menghalangi pembungaan, terbentuknya bunga

yang tidak sempurna, terbentuknya bunga dengan tepung sari mandul, pembentukan

embrio yang gugur sebelum masak, biji terbentuk tetapi tidak mampu berkecambah

(28)

Pengaruh peningkatan dosis mutagen terhadap kerusakan fisiologis

memberikan kurva sigmoid, dimana kerusakan atau kematian tidak terjadi sekaligus

sesuai dengan meningkatnya dosis. Hal ini menunjukkan bahwa suatu molekul atau

sel yang peka maka molekul atau sel tersebut akan rusak atau mati. Sebaliknya

apabila yang terkena radiasi adalah molekul atau sel yang tidak peka maka sel atau

molekul tersebut tidak mati. Makin tinggi dosis makin banyak terjadi mutasi dan

makin tinggi pula kerusakannya (Mugiono, 2001).

Penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan memberikan

pengaruh yang baik di bidang pertanian, dengan perlakuan dosis radiasi sinar gamma

dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang seperti

hasil tinggi, umur pendek, tahan terhadap penyakit tetapi kenyataan yang ditimbulkan

tidak semuanya memenuhi harapan (Suryowinoto, 1987).

Kepekaan dari jaringan tanaman terhadap radiasi tidak hanya dipengaruhi oleh

dosis radiasi, tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat ontogeni sel dan fase dari siklus sel.

Selain itu juga dipengaruhi oleh kemampuan sel-sel dalam jaringan tanaman untuk

memperbaiki diri dari kerusakan yang disebabkan oleh iradiasi (Hendro 1981).

Iradiasi sinar gamma dapat berpengaruh terhadap perubahan fisiologis

regeneran. Perubahan tersebut berkaitan dengan energi iradiasi yang diserap oleh

jaringan tanaman sehingga menyebabkan stimulasi sintesis auksin endogen

terganggu. Selain perubahan fisiologis, perubahan genetic dapat terjadi akibat iradiasi

sinar gamma. Perubahan fisiologis dan genetik dapat diekspresikan dengan adanya

perubahan penampilan fenotipik regeneran yang sangat bervariasi. Pada umumnya,

(29)

albino yang muncul. Pada generasi selanjutnya, kerusakan fisiologis berangsur pulih.

Sel-sel yang mengalami kerusakan mengalami recovery, sedangkan gen termutasi

dapat diwariskan pada generasi berikutnya (Maluszynski et al., 1995).

Cekaman Aluminium

Tanaman dijumpai tumbuh pada tanah dengan rentang pH antara

3 sampai 9, dan keasaman yang ekstrem ini merupakan suatu cekaman yang

diadaptasi oleh beberapa spesies. Pada tanah ber-pH rendah, yang mestinya banyak

mengandung H2PO4-, konsentrasi ion aluminium sering tinggi menyebabkannya

mengendap sebagai aluminium fosfat. Konsentrasi aluminium yang cukup tinggi pada

tanah masam (yang pH nya dibawah 4,7) dapat menghambat pertumbuhan beberapa

spesies, tidak hanya efeknya yang merusak ketersediaan fosfat, tapi tampaknya juga

karena penghambatan penyerapan besi dan karena efek beracun secara langsung

terhadap metabolisme tumbuhan (Salisbury and Ross, 1995).

Kisaran zat-zat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman amat luas

dan pengaruh khusus racun-racun ini amatlah banyak untuk diuraikan. Sebagai

contoh, Foy, et al., (1978) mengemukakan pendapat bahwa aluminium sendiri dapat

meningkatkan fosfat pada permukaan akarnya dan mengurangi respirasi akar,

pembelahan sel, kakunya dinding sel dan pengambilan serta pemanfaatan Ca, Mg, P,

K dan H2O (Fitter and Hay, 1991).

Aluminium dalam bentuk Al3+ merupakan yang paling beracun bagi tanaman.

(30)

aluminium yang paling menghambat perpanjangan akar. Keracunan aluminium pada

tanah masam bukan hanya akibat pH yang rendah dan konsentrasi aluminium total

yang tinggi tetapi juga perbandingan aluminium organik dan aluminium yang

berkaitan dengan senyawa organik seperti asam malat, sitrat, oksalat atau senyawa

fenol (Hanum, 2008).

Menurut Fitter and Hay (1991) beberapa jenis tanaman dapat tumbuh pada

tanah-tanah yang mengandung tingkat ion toksik yang dapat mematikan untuk spesies

lain. Terdapat empat mekanisme utama hingga hal tersebut terjadi:

1. Penghindaran (escape) fenologis-apabila stress yang terjadi pada tanaman bersifat

musiman, tanaman dapat menyesuaikan siklus hidupnya, sehingga tumbuh dalam

musim yang sangat cocok saja;

2. Eksklusi-tanaman dapat mengenal ion yang toksik dan mencegah agar tidak

terambil sehingga tidak mengalami toksisitas;

3. Penanggulangan (ameliorasi)-tanaman barangkali mengabsorbsi ion tersebut,

tetapi bertindak demikian rupa untuk meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya

meliputi pembentukan kelat (chemilation), pengenceran, lokalisasi atau bahan

ekskresi;

4. Toleransi-tanaman dapat mengembangkan sistem metabolis yang dapat berfungsi

pada konsentrasi toksik yang potensial, mungkin dengan molekul enzim.

Gejala pertama yang tampak dari keracunan Al adalah sistem perakaran yang

tidak berkembang (pendek dan tebal) sebagai akibat penghambatan perpanjangan sel.

(31)

penyerapan hara, bergabung dengan dinding sel, dan menghambat pembelahan sel

(Hanum, 2008).

Tanaman yang mampu beradaptasi pada Al tinggi disebabkan oleh tanaman

tersebut yang memiliki suatu mekanisme tertentu untuk menekan pengaruh buruk Al

sehingga tidak mengganggu serapan hara dan air, juga mampu mengefisienkannya

(Blum, 1996).

Kemampuan pertumbuhan tanaman pada tanah dengan kandungan Al tinggi,

adalah dengan menghasilkan eksudat akar (dalam bentuk anion-anion asam organik,

gula, vitamin, asam amino, purin, nukleotida, ion-ion anorganik, dan sebagainya).

Senyawa-senyawa ini membantu perakaran tanaman terhindar dari akibat buruk ion

Al, sehingga akar sebagai fungsi penyerap hara dan air dapat menjalankan fungsinya

(Felix dan Donald, 2002).

Menurut Oktavidiati (2002) ada beberapa kriteria yang telah ditetapkan untuk

menentukan apakah suatu tanaman toleran atau tidak terhadap cekaman Al. Samuael

et al., (1997) yang menyatakan bahwa kriteria bagi tanaman yang toleran terhadap

cekaman Al yaitu:

1). Akar mampu untuk tumbuh terus dan ujung akarnya tidak mengalami kerusakan,

2) Ion Al sedikit yang ditranslokasikan ke bagian atas dan sebagian besar ditahan di

(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dari bulan Januari sampai dengan

Maret 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah embrio kacang

kedelai M2 varietas Anjasmoro hasil tanaman M1 yang diberi radiasi sinar gamma

dengan dosis 0 krad, 10 krad, 20 krad dan 30 krad, aluminium klorida (AlCl3), bahan

penyusun media MS, deterjen, larutan benlate (benomyl), akudes steril, NaOH, HCl,

tepung agar, betadine, Clorox, Tween 20, alkohol kertas saring, kertas sampul, label,

kapas, kertas millimeter dan bahan-bahan pendukung penelitian ini.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laminar Air Flow

Cabinet (LAFC), autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, hot plate dengan pengaduk

magnetik, erlenmeyer, gelas ukur, Beaker glass, labu takar, cawan petri, pipet, pinset,

batang pengaduk, handsprayer, termometer, lampu bunsen, pH meter, sarung tangan,

masker, aluminium foil, botol kultur, scalpel, spatula dan alat pendukung penelitian

(33)

Metode Penelitan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor:

Faktor I: Benih kedelai varietas Anjasmoro hasil tanaman yang telah diberi sinar

gamma yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

R0 = benih dari tanaman tanpa penyinaran sinar gamma (kontrol)

R1 = benih M2 dari tanaman yang diradiasi 10 krad

R2 = benih M2 dari tanaman yang diradiasi 20 krad

R3 = benih M2 dari tanaman yang diradiasi 30 krad

Faktor II: Konsentrasi AlCl3 yang terdiri dari 4 taraf yaitu:

A0 = 0 ppm

A1 = 150 ppm

A2 = 300 ppm

A3 = 450 ppm

Dari faktor perlakuan di atas diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu:

R0A0 R0A1 R0A2 R0A3

R1A0 R1A1 R1A2 R1A3

R2A0 R2A1 R2A2 R2A3

R3A0 R3A1 R3A2 R3A3

Jumlah kombinasi : 16

Jumlah ulangan : 6

Jumlah eksplan/botol : 1

(34)

Analisis Data

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Faktorial sebagai berikut:

i= 1,2,3,4, j=1,2,3,4 k=1,2,3,4,5,6 Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan dari faktor benih M2 hasil penyinaran sinar gamma pada

taraf ke-i, konsentrasi AlCl3 pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-k.

µ : Nilai tengah

αi : Efek dosis radiasi sinar gamma pada taraf ke-i.

βj : Efek konsentrasi AlCl3 pada taraf ke-j.

(αβ)ij : Efek interaksi antara dosis radiasi sinar gamma pada taraf ke-i dengan

konsentrasi AlCl3 pada taraf ke-j.

εijk : Efek galat dari kedua faktor yaitu dosis radiasi sinar gamma pada taraf ke-i,

konsentrasi AlCl3 pada taraf ke-j dan ulangan ke-k.

Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda

rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

(35)

P

ELAKSANAAN PENELITIAN

Sterilisasi Alat-Alat

Semua peralatan seperti botol kultur, cawan petri, gelas piala, erlenmeyer,

pinset, scalpel, pipa skala dan alat-alat gelas lainnya terlebih dahulu dicuci dengan

deterjen dan dibilas dengan air, selanjutnya dikeringkan. Alat-alat seperti cawan petri,

pinset, scalpel, dan pipa skala dibungkus dengan kertas sampul, sedangkan

erlenmeyer dan gelas ukur permukaannya ditutup dengan aluminium foil. Untuk

pembuatan media kapas steril, kapas dimasukkan ke cawan petri bersih dan dibasahi

dengan akuades steril, kemudian cawan petri yang telah berisi kapas ditutup dengan

aluminium foil. Semua peralatan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C dengan

tekanan 17,5 psi selama 60 menit.

Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media dasar Murashige

and Skoog (MS) padat dengan penambahan AlCl3 dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Tahap pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok

bahan kimia hara makro, hara mikro, larutan ion, sukrosa dan myo inositol.

Untuk pembuatan media 4 liter dilakukan dengan mengisi beaker glass dengan

aquadest steril sebanyak 500 ml. Kemudian ditambahkan hara makro, larutan ion,

hara mikro, 40 ml larutan vitamin yang diambil dari larutan stok, 0,4 g myo-inositol,

(36)

Penambahan bahan-bahan tersebut harus dilakukan secara berurutan dan bahan-bahan

tersebut harus larut secara homogen, setiap bahan yang dimasukkan harus larut

terlebih dahulu sebelum masuk bahan berikutnya. Kemudian larutan ini dimasukkan

ke dalam gelas ukur setelah itu ditambahkan aquadest steril hingga volume mencapai

4 liter sambil diaduk hingga merata. Lalu dibagi menjadi empat bagian sehingga

masing-masing menjadi 1000 ml. Setiap bagian diberi AlCl3 sesuai dengan perlakuan.

Keasaman diukur dengan menetapkan pH yang dikehendaki yaitu 5,8. Jika pH terlalu

rendah maka ditambahkan NaOH 1 N dan jika pH terlalu tinggi maka ditambahkan

HCl 1 N.

Tepung agar sebanyak 8 g ditambahkan ke dalam setiap perlakuan sesuai

dengan dosis, lalu dipanaskan di atas piring pemanas dengan pengaduk magnetik

sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut). Media siap dipindahkan ke

dalam botol kultur steril (ukuran botol 200 ml) dan dibagi sesuai dengan banyak

ulangan serta jumlah sampel. Setiap botol berisi 25 ml media. Kemudian botol

tersebut ditutup dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan.

Media dalam botol tersebut disterilkan dengan menggunakan autoklaf dengan tekanan

17,5 psi, suhu 1210C selama 15 menit. Selanjutnya dapat disimpan dalam ruang

kultur dengan suhu 240 C sebelum digunakan.

Persiapan Bahan Tanaman

Bahan tanaman berupa benih kacang kedelai yang akan digunakan terlebih

dahulu dikecambahkan secara steril selama 3-4 jam agar embrio mudah diisolasi.

(37)

15 menit setelah itu dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Selanjutnya

direndam dalam larutan benlate selama 15 menit dan dibilas dengan akuades steril

sebanyak tiga kali, kemudian biji kacang kedelai disterilkan dengan larutan Clorox

20 % selama 10 menit, dan direndam dalam larutan betadin 10 % selama 5 menit.

Pada setiap tahap biji-biji kacang kedelai dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga

kali. Benih-benih tersebut kemudian dikecambahkan di dalam cawan petri steril yang

telah berisi kapas (telah disterilisasi; disebut dengan medias kapas steril).

Benih-benih kacang kedelai disimpan di ruang kultur selama 3-4 jam untuk inisiasi embrio.

Penanaman Eksplan

Eksplan yang akan ditanam adalah embrio dari biji yang sudah

dikecambahkan selama 3-4 jam. Isolasi embrio dilakukan secara aseptik di LAFC

dimana embrio dipisahkan dari bagian kotiledon secara hati-hati supaya tetap utuh.

Eksplan embrio kemudian direndam dengan larutan betadin lalu dibilas dengan

akuades steril sebanyak tiga kali dan dikeringkan di atas kertas saring steril dalam

cawan petri. Eksplan embrio siap ditanam dalam media MS dengan memakai pinset

steril dengan mengarahkan mulut botol ke lampu bunsen. Setiap botol diisi satu

eksplan embrio lalu ditutup dengan aluminium foil.

Pemeliharaan Eksplan

Botol-botol yang telah berisi eksplan dan ditutup dengan aluminium foil

diletakkan pada rak kultur sesuai dengan bagan penelitian di rung kultur. Suhu

(38)

intensitas cahaya 2000 lux. Ruangan kultur diusahakan bebas dari bakteri dan jamur

dengan cara menyemprotkan botol kultur dengan alkohol 96 % setiap hari.

Pengamatan Parameter

Persentase Hidup (%)

Persentase hidup dihitung pada akhir penelitian dengan rumus:

Tinggi Plantlet (cm)

Tinngi plantlet diukur dengan menggunakan kertas millimeter yang diukur

dari pangkal tanaman hinnga titik tumbuh tanaman dilakukan pada akhir penelitian.

Jumlah Akar (helai)

Jumlah akar dihitung dari jumlah akar yang terbentuk dari leher akar pada

setiap eksplan yang dilakukan pada akhir penelitian.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk yang telah terbuka sempurna

dari setiap eksplan yang dilakukan pada akhir penelitian.

Bobot Total Plantlet (g)

Bobot total plantlet dihitung dengan menimbang seluruh bagian

(39)

Bobot Akar (g)

Bobot akar dihitung dengan menimbang semua akar yang terbentuk pada

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data hasil penelitian dan analisis sidik ragam (Lampiaran 5 hingga 21)

menunjukkan bahwa dosis radiasi sinar gamma berpengaruh nyata pada parameter

jumlah daun, parameter bobot akar dan bobot total planlet. Interaksi antara dosis

radiasi sinar gamma dengan konsentrasi aluminium klorida (AlCl3) berpengaruh

nyata pada parameter bobot total planlet.

Persentase Hidup (%)

Hasil sidik ragam (lampiran 7) memperlihatkan bahwa perlakuan radiasi sinar

gamma, perlakuan aluminium klorida dan interaksi antara radiasi dan aluminium

klorida (AlCl3) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup.

Rataan persentase hidup dengan perlakuan radiasi dan aluminium klorida

(AlCl3) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase hidup (%) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3

Aluminium Radiasi

Rataan R0 (kontrol) R1(10 krad) R2(20 krad) R3 (30 krad)

A0 (kontrol) 83.333 83.333 83.333 100.000 87.500

A1 (150 ppm) 50.000 83.333 83.333 83.333 75.000

A2 (300 ppm) 83.333 100.000 66.667 83.333 83.333 A3 (450 ppm) 66.667 83.333 66.667 100.000 79.167

(41)

Tinggi Planlet (cm)

Hasil sidik ragam (lampiran 10) memperlihatkan bahwa perlakuan radiasi

sinar gamma, perlakuan aluminium klorida dan interaksi antara radiasi dan

aluminium klorida (AlCl3) tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet.

Rataan tinggi planlet dengan perlakuan radiasi dan aluminium klorida (AlCl3)

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan tinggi planlet (cm) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3

Aluminium

Hasil sidik ragam (lampiran 13) memperlihatkan bahwa perlakuan radiasi

sinar gamma, perlakuan aluminium klorida dan interaksi antara radiasi dan

aluminium klorida (AlCl3) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar.

Rataan jumlah akar dengan perlakuan radiasi dan aluminium klorida (AlCl3)

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah akar (helai) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3

(42)

Jumlah Daun (helai)

Hasil sidik ragam (lampiran 16) memperlihatkan bahwa perlakuan radiasi

sinar gamma berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dan perlakuan aluminium

klorida dan interaksi antara radiasi dan aluminium klorida (AlCl3) tidak berpengaruh

nyata terhadap jumlah akar.

Rataan jumlah daun dengan perlakuan radiasi dan aluminium klorida (AlCl3)

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah daun (helai) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3

Aluminium Radiasi Rataan

R0 (kontrol) R1 (10 krad) R2 (20 krad) R3 (30 krad)

A0 (kontrol) 0.167 0.500 1.167 1.333 0.792

A1 (150 ppm) 0.000 0.333 0.833 1.333 0.625

A2 (300 ppm) 0.333 0.500 1.000 0.500 0.583

A3 (450 ppm) 0.000 0.167 0.333 1.667 0.542

Rataan 0.125 c 0.375 c 0.833 ab 1.208 a 0.635

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan jumlah daun pada R3 tidak berbeda nyata

dengan R2, namun berbeda nyata dengan R1 dan R0, R0 berbeda nyata dengan R1.

Jumlah daun yang tertinggi pada R3 (1.208 helai) dan terendah pada R0 (0.125 helai).

Bobot Total Planlet (g)

Hasil sidik ragam (lampiran 19) memperlihatkan bahwa perlakuan radiasi

sinar gamma dan interaksi antara radiasi dan aluminium klorida (AlCl3) berpengaruh

nyata terhadap bobot total planlet. Dan perlakuan aluminium klorida tidak

(43)

Rataan bobot total planlet dengan perlakuan radiasi dan aluminium klorida

(AlCl3) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot total planlet (g) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3

Aluminium Radiasi Rataan

R0 (kontrol) R1 (10 krad) R2 (20 krad) R3 (30 krad)

A0 (kontrol) 0.062 e-j 0.112 b-f 0.145 bc 0.141 bcd 0.115 A1 (150 ppm) 0.035 j 0.074 e-j 0.159 b 0.107 b-g 0.094 A2 (300 ppm) 0.050 g-j 0.070 e-j 0.116 b-e 0.094 c-h 0.083 A3 (450 ppm) 0.042 h-j 0.073 e-j 0.093 c-i 0.268 a 0.119 Rataan 0.047 c 0.082 c 0.128 b 0.153 a 0.103 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris dan kolom

menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi dengan kombinasi perlakuanR3A3

berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. R2A1 tidak berbeda nyata dengan

R2A0, R3A0, R2A3, R1A0 dan R3A1 namun berbeda nyata dengan R3A3, R3A2, R2A3,

R1A1, R1A2, R1A3, R0A0, R0A1, R0A2, dan R0A3. R0A1 tidak berbeda nyata dengan

R1A1, R1A2, R1A3, R0A0, R0A1, R0A2, dan R0A3 namun berbeda nyata dengan R3A3,

R2A1, R3A2, dan R2A3. Bobot total planlet yang tertinggi pada R3A3 (0.268 g) dan

terendah pada R0A1 (0.035 g).

Bobot Akar (g)

Hasil sidik ragam (lampiran 21) memperlihatkan bahwa perlakuan radiasi

sinar gamma berpengaruh nyata terhadap bobot akar, dan perlakuan aluminium

klorida, namun interaksi antara radiasi dan aluminium klorida (AlCl3) tidak

(44)

Rataan bobot akar dengan perlakuan radiasi dan aluminium klorida (AlCl3)

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot akar (g) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3

Aluminium Radiasi Rataan

R0 (kontrol) R1 (10 krad) R2 (20 krad) R3 (30 krad)

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan bobot akar pada R2 tidak berbeda nyata

dengan R3, namun berbeda nyata dengan R0 dan R1. Dan R0 tidak berbeda nyata

dengan R1. Bobot akar yang tertinggi pada R2 (0.041 g) dan terendah pada

R0 (0.015 g).

Pembahasan

Pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan tanaman kedelai hasil radiasi sinar gamma (M2) secara in vitro.

Dari hasil analisis statistik diperoleh data bahwa tingkat radiasi berpengaruh

nyata pada parameter jumlah daun, bobot akar dan bobot total planlet.

Jumlah daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan radiasi R3 (30 krad)

(1.208 helai) dan jumlah daun semakin menurun seiring dengan turunnya dosis

radiasi sedangkan jumlah daun yang terendah terdapat pada perlakuan radiasi R0

(0 krad) (0.125 helai). Dapat diketahui bahwa gangguan fisiologis bagi pertumbuhan

(45)

generasi M2 mulai kembali stabil (tidak mengalami kerusakan fisiologis), sesuai

dengan literatur Mugiono (2001) yang menyatakan kerusakan fisiologis hanya terjadi

pada generasi M1 sedangkan mutasi gen, mutasi kromosom dan mutasi sitoplasma

akan diturunkan pada generasi berikutnya.

Bobot akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan radiasi R2 (20 krad)

(0.041 g) dan bobot akar yang terendah terdapat pada perlakuan radiasi R0 (0 krad)

(0.015 g). Dari hasil dapat diketahui bahwa tidak terjadi kerusakan fisiologis yang

diwariskan dari generasi M1 ke generasi M2, disamping itu dosis radiasi yang

diberikan berada pada dosis yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kedelai

(contohnya untuk parameter bobot akar) yang nantinya dapat mendukung untuk

menghasilkan tanaman yang memiliki sifat unggul. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Suryowinoto (1996) bahwa penggunaan energi seperti sinar Gamma pada tanaman

akan memberikan pengaruh yang baik di bidang pertanian, dengan perlakuan dosis

radiasi sinar Gamma dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai

sifat-sifat yang seperti hasil tinggi, umur pendek, tahan terhadap

penyakit tetapi kenyataan yang ditimbulkan tidak semuanya memenuhi harapan.

Bobot total planlet yang tertinggi terdapat pada perlakuan R3 (30 krad)

(0.153 g) dan terendah pada perlakuan R0 (0 krad) (0.047 g). Diduga bahwa kisaran

dosis radiasi yang diaplikasikan merupakan dosis yang sesuai untuk tanaman kedelai

sehingga pada tanaman pada generasi kedua tidak mengalami kerusakan, melainkan

sel-sel tanaman kedelai yang terkena mutasi berangsur mengalami pemulihan dari

kerusakan sel yang terjadi pada generasi pertama yang umumnya mengalami

(46)

yang menyatakan bahwa pada generasi selanjutnya, kerusakan fisiologis berangsur

pulih. Sel-sel yang mengalami kerusakan mengalami recovery, sedangkan gen

termutasi dapat diwariskan pada generasi berikutnya

Pengaruh konsentrasi aluminium

Hasil analisis statistik diperoleh bahwa konsentrasi aluminium tidak

berpengaruh nyata pada parameter persentase hidup, tinggi planlet, jumlah daun,

jumlah akar dan bobot akar.

Persentase hidup yang tertinggi terdapat pada perlakuan aluminium

A0 (0 ppm) sebesar 87.500 % sedangkan yang terendah pada perlakuan A2

(300 ppm) sebesar 75.000 %. Ini disebabkan kemampuan tanaman yang mampu

beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya, karena keberadaan aluminium yang

semakin meningkat pada media tumbuh tidak menghambat tanaman untuk hidup dan

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan tanaman kontrol (tanpa

aluminium). Hal ini sesuai dengan literatur Blum (1996) bahwa tanaman yang

mampu beradaptasi pada Al tinggi disebabkan oleh tanaman tersebut yang memiliki

suatu mekanisme tertentu untuk menekan pengaruh buruk Al sehingga tidak

mengganggu serapan hara dan air, juga mampu mengefisienkannya.

Tinggi planlet yang tertinggi terdapat pada perlakuan aluminium

A0 (0 ppm) (4.317 cm) dan terendah terdapat pada perlakuan A3 (440 ppm)

(2.425cm) begitu juga dengan parameter jumlah daun, jumlah daun yang tertinggi

terdapat pada perlakuan (A0) 0 ppm (0.792 helai) dan terendah pada perlakuan (A3)

(47)

perlakuan kontrol (0 ppm), ini merupakan hal yang wajar karena pada

media tidak mengandung aluminium, zat yang dapat menghambat pertumbuhan

tanaman, tetapi berdasarkan analisis secara statistik tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara perlakuan A0 (0 ppm) dan A3 (450 ppm). Hal ini diduga karena faktor

genetik tanaman yang tetap mampu menahan sebagian besar ion Al pada bagian akar

sehingga ion Al sedikit yang ditranslokasikan ke bagian atas. Ini sesuai dengan

Samuael et al., (1997) yang menyatakan bahwa kriteria bagi tanaman yang toleran

terhadap cekaman Al yaitu: 1). Akar mampu untuk tumbuh terus dan ujung akarnya

tidak mengalami kerusakan, 2) Ion Al sedikit yang ditranslokasikan ke bagian atas

dan sebagian besar ditahan di akar.

Jumlah akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan aluminium

A3 (450 ppm) (3.667 helai) sedangkan yang terendah pada perlakuan aluminium A1

(150 ppm) (2.792 helai). Hasil pengamatan parameter jumlah akar menunjukkan

kemampuan tanaman kedelai untuk mampu beradaptasi dengan kandungan Al yang

tinggi, sehingga tidak mengganggu fungsi akar. Pertumbuhan perakaran yang tidak

terganggu ini disebabkan karena kemampuan tanaman menghasilkan eksudat akar

yang membantu akar mencegah aluminium masuk ke dalam system perakaran. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Felix and Donald (2002) bahwa kemampuan

pertumbuhan tanaman pada tanah dengan kandungan Al tinggi, adalah dengan

menghasilkan eksudat akar (dalam bentuk anion-anion asam organik, gula, vitamin,

asam amino, purin, nukleotida, ion-ion anorganik, dan sebagainya).

(48)

Pengaruh interaksi antara dosis radiasi sinar gamma dan konsentrasi aluminium.

Hasil analisa data statistik diperoleh data bahwa interaksi dosis radiasi sinar

gamma dan konsentrasi aluminium berpengaruh nyata pada parameter bobot total

planlet.

Bobot total planlet yang tertinggi terdapat pada perlakuan (R3A3) radiasi

30 krad dan Aluminum 450 ppm (0.268 g) dan terendah terdapat pada perlakuan

(R0A1) radiasi 30 krad dan Aluminum 450 ppm (0.035 g). Ini disebabkan karena

pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan planlet. Mutan kedelai varietas anjasmoro yang telah

diradiasi dengan dosis 30 krad memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri dari

kerusakan yang disebabkan oleh radiasi sehingga mampu bertahan dengan kondisi

media yang mengandung aluminium dengan konsentrasi 450 ppm, karena planlet

mampu menghasilkan eksudat akar yang membantu akar mencegah aluminium masuk

ke dalam sistem perakaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Felix and Donald

(2002) bahwa kemampuan pertumbuhan tanaman pada tanah dengan kandungan Al

tinggi, adalah dengan menghasilkan eksudat akar (dalam bentuk anion-anion asam

organik, gula, vitamin, asam amino, purin, nukleotida, ion-ion anorganik, dan

sebagainya). Senyawa-senyawa ini membantu perakaran tanaman terhindar dari

akibat buruk ion Al. Disamping itu Hendro (1981) menyatakan bahwa kepekaan dari

jaringan tanaman terhadap radiasi tidak hanya dipengaruhi oleh dosis radiasi, tetapi

(49)

dipengaruhi oleh kemampuan sel-sel dalam jaringan tanaman untuk memperbaiki diri

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dosis radiasi sinar gamma yang diberikan pada tanaman M1 memberikan pengaruh

yang nyata pada parameter jumlah daun, bobot akar dan bobot total planlet pada

generasi M2 secara in vitro. Semakin tinggi dosis radiasi gamma mengakibatkan

semakin tinggi jumlah daun, bobot akar dan bobot total planlet. Namun tidak

berpengaruh nyata pada parameter persentase hidup, tinggi planlet, jumlah akar

dan bobot total planlet.

2. Pada perlakuan aluminium yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada parameter

persentase hidup, tinggi planlet, jumlah akar dan bobot total planlet, jumlah daun

dan bobot akar pada generasi M2 secara in vitro.

3. Terdapat respon interaksi antara radiasi gamma dan varietas pada bobot total

planlet. Dosis radiasi pada tanaman memiliki kepekaan yang berbeda terhadap

perlakuan aluminium sehingga menimbulkan pengaruh yang berbeda pada bobot

(51)

Saran

Agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah konsentrasi

aluminium untuk mengetahui ketahanan tanaman kedelai hasil mutasi radiasi sinar

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, M. K., 1991, Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Badan Pusat Statistik, 2010. Berita Resmi Statistik, Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Tetap Tahun 2009 dan Angka Ramalan II Tahun 2010). Berita Resmi Statistik No.43/07/Th.XIII, 1 Juli 2010.

Blum, A. 1996. Crop Responses to Drought and The Interpretation of Adaptation. Plant Growth Reg. 20: 135-148. dalam Hanum, C., W. Q. Mugnisjah, S. Yahya, D. Sopandy, K. Idris, A. Sahar, 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai pada Cekaman Aluminium, Kekeringan dan Cekaman Ganda Aluminium dan Kekeringan. Agritrop, Vol. 26, No. 1.

Cassaret, A. P., 1961 . Radiation Bilology. Prentise. Hall Inc. Englewood Clif: New Jersey. dalam Hartati, S., 2000. Penampilan Genotip Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Hasil Mutasi Buatan pada Kondisi Stress Air dan Kondisi Optimal. Agrosains Volume 2 No 2, 2000.

Chope, P. R., V. K. Shinde, and Wadhokar, R. S., 1974. Late Flowering Radiation Induced Mutants in Swarna. Sorghum News latter. dalam Sundardi, dkk., 1991. Aplikasi Isotop dan Radiasi dalam Bidang Pertanian, Pertenakan, dan Biologi. Risalah Pertemuan Ilmiah, Jakarta, 30-31 Oktober 1990. BATAN, Jakarta.

Departemen Pertanian. 1990. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, Medan.

Fachruddin, L. 2007. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius, Yogyakarta.

Felix, D.D. aand A.P. Donald. 2002. Root Exudates as Mediators of Mineral Acquisition in Low-Nutrient Environment. Plant and Soil. 245:35-47. dalam Hanum, C., W.Q. Mugnisjah, S.Yahya, D. Sopandy, K. Idris dan A. Sahar, 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai pada Cekaman Aluminium, Kekeringan dan Cekaman Ganda Aluminium dan Kekeringan. Agritrop, 26 (1):13-18.

Fitter, A. H and R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah Sri Andani dan Purbayanti. UGM Press, Yogyakarta.

(53)

Gunawan, L. W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hanum, C. 2008. Ekologi Tanaman. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hendro, W. 1981. Mutagenesis and in vitro selection. In: T.A. Thorpe (Ed.). Plant Tissue Culture, Methods and Application in Agriculture. Acad. Press. New York. p.: 155–180. Dalam Fauza, H., M. H. Karmana, N. Rostini dan I, Mariska, 2005. Pertumbuhan dan Variabilitas Fenotipik Manggis Hasil Iradiasi Sinar Gamma. Zuriat volume 16, No.2, Juli-Desember.

Herawati, T dan R. Setiamihardja. 2000. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 Non Pemuliaan Dalam Ilmu Dan Teknologi Pemuliaan. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Hidayat, O.O. 1985. dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Perbaikan Tanaman Melalui Variasi Somaklonal [30 November 2009].

Alami [5 Desember 2009].

[28 Februari 2008].

Indriani, F. C., Sudjindro, Arifin, N. S., dan Lita S. 2008. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibisus cannabinus L.) dan Beberapa Species yang Sekerabat

Berdasarkan Analisis Isozim. Dikutip dari:

Maluszynski M, Ahloowalia BS, Sigurbjörnsson B. 1995. Application of in Vivo and

in Vitro Mutation Techniques for Crop Improvement. Euphytica 85:303-315. dalam Qosim, W. A., R. Purwanto, G. A. Wattimena, Witjaksono, 2007.

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Kapasitas Regenerasi Kalus Nodular Tanaman Manggis. Hayati Journal of Biosciences. Vol. 14, No. 4., p 140-144.

(54)

Seleksi In Vitro terhadap Cekaman Aluminium dan pH Rendah. Jurnal AgroBiogen 1(2):73-75.

Mugiono. 2001. Pemuliaan Tanaman dengan Teknik Mutasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta.

Murashige, T. dan Skoog. 1962. A Revised Medium for Rapid Growth and Bio Assays with Tobacco Tissue Cultures. Physiologia Plantarum. dalam Zulkarnain, 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Bumi Aksara, Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 1983. Persoalan Tanah Masam dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia. Buletin Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 18: 44-47. dalam. Mariska, I., E. Sjamsudin, D. Soepandie, S. Hutami, A. Husni, M. Kosmiatin, A. Vivi, 2004. Peningkatan Ketahanan Tanaman Kedelai terhadap Aluminium melalui Kultur In Vitro. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (2).

Oeliem, T. M. H., S. Yahya, D. Sofia, dan Mahdi. 2008. Perbaikan Genetik Kedelai Melalui Mutasi Induksi Sinar Gamma untuk Menghasilkan Varietas Unggul dan Tahan terhadap Cekaman Kekeringan. USU, Medan.

Rosmarkam, A dan N. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Poehlman, J. M. and D. A. Sleper. 1995. Beerding Field Crops. Pamina Publishing Corporation, New Delhi.

Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1997. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi Kedua. Penerjemah Catur Herison. ITB Press, Bandung.

Samuel T.D, Kucukakyuz, K,, Rincon-Zachary M,. 1997. Al Partitioning Patterns and Root Growth as Related to Al Sensitivity and Al Tolerance in Wheat. Plant Physiol 113:527-534. dalam Oktavidiati, E., 2002. Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Stress Aluminium. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana, IPB

Santoso, U. dan F. Nursandi, 2001. Kultur Jaringan Tanaman. Penerbit UMM, Malang.

(55)

Sharma, O. P. 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw Hill Poblishing Company Limited, New Delhi.

Sinaga R. 2000. Pemanfaatan Teknologi Iradiasi dalam Pengawetan Makanan. Prosiding 2 Seminar Ilmiah Nasional dalam Rangka Lustrum IV Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Penerbit MEDIKA, Yogyakarta.

Soeminto B. 1985. Manfaat Tenaga Atom untuk Kesejahteraan Manusia. CV Karya Indah, Jakarta.

Suryowinoto, M. 1987. Tenaga Atom dan Pemanfaatannya dalam Biologi Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Sutjahjo, S. H. 2006. Seleksi In Vitro untuk Ketegangan terhadap Aluminium pada Empat Genotipe Jagung. Jurnal Akta Agrosia Vol. 9 no.2 hlm 61-66 Jul-Des 2006.

Van der Maesen, L. J. G. and Somaatmadja, S. 1992. Plant Resources of South-East Asia. Prosea. Bogor-Indonesia.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Rataan persentase hidup (%) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 Radiasi
Tabel 2. Rataan tinggi planlet (cm) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 Radiasi
Tabel 4. Rataan jumlah daun (helai) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 Radiasi
Tabel 5. Rataan bobot total planlet (g) dengan perlakuan radiasi dan AlCl3 Radiasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa temuan menjelaskan bahwa suasana yang nyaman di tempat kerja adalah iklim mendukung dengan metode pimpinan redaksi dalam menyampaikan pesan kepada bawahan

Monitoring the crustal deformation in real-time makes it feasible to achieve rapid estimation of actual earthquake scales, since the measured permanent displacement

Mata kuliah Perbandingan Hukum Tata Negara Islam (HTNI) dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang komperhensif kepada mahasiswa tentang

Flood EViDENs utilizes LiDAR-derived elevation and information products as well as other elevation datasets, water level records by monitoring stations, flood simulation models,

Selanjutnya Panitia Pengadaan Peralatan TI Pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Jawa Timur akan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga dengan

[r]

Koordinasi diantara petani, tengkulak, distributor dan pedagang sangat penting untuk mewujudkan kelancaran supply chain. Di Kota Medan koordinasi yang ada terbatas

“ Pertama Setiap mahasiswa berhak menjadi anggota perpustakaan dengan cara mendaftar dan mengisi formulir yang telah disiapkan oleh kepala perpustakaan dengan