UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INVESTASI DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI DI KOTA MEDAN
Proposal Skripsi
Diajukan oleh:
Cut Dian Afita
060501064
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
ABSTRACT
This research is titled Causality Analysis Between Investment and
Economic Growth in Medan City during 1988-2007. The purpose of this research
is to know wether there are two ways relation (influence each other), one way
relation, or even no relation at all between investment and economic growth in
Medan City.
This research using method with granger Causality test. The data is
proceded by Eviews 5 programme. The result of estimation there is one way
relation between investment and economic growth. Which is investment is the
function of economic growth. In other word, investment causes the increase or
decrease of economic growth in Medan city from 1988-2007.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Analisis Kausalitas antara Investasi dan
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan selama 1988-2007. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah hubungannya dua arah (saling mempengaruhi
masing-masing variabel), hubungan searah atau tidak ada hubungan antara investasi dan
pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.
Penelitian ini memakai metode Uji Granger Kausality, data di proses
dengan menggunakan program Eviews 5. Hasil estimasi pada variabel tersebut
adalah hubungan searah antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Yang mana
investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain,
investasi investasi menyebabkan peningkatan dan penurunan pertumbuhan
ekonomi di Kota Medan pada tahun 1988-2007.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang telah dijadwalkan.
Untuk mendapat gelar sarjana Ekonomi, Alhamdulillah penulis telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kausalitas Antara Investasi dan
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat batuan dari berbagai
pihak baik berupa dorongan semangat, material maupun sumbangan pikiran. Oleh
sebab itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada orang tua penulis Afdhal dan Masjuita
Siregar yang selama ini telah banyak memberikan dukungan baik dukungan
semangat, materi dan doa yang tak pernah putus selama membimbing penulis
dalam setiap langkah. Dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan
dorongan, bantuan serta doa yang tiada hentinya bagi penulis yang tidak ternilai
khususnya adek-adek (yola, tria dan yoga), nenek, uwak, ibu, sepupu dan keluarga
besar lainnya. Dan juga ucapan terima kasih buat sahabat tersayang Gawi Miguna
Pradana yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta doa
kepada penulis, serta kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian
skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Ph.D sebagai sekretaris Departemen
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ilyda Sudradjat, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberi masukan dan membimbing penulis dalam penulisan penelitian
ini.
5. Ibu Inggrita Gusti Sari, M.Si dan Drs. HB. Tarmizi, SU selaku dosen
penguji penulis.
6. Seluruh staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Sumatera
Utara Khusunya Departemen Ekonomi Pembanguan.
7. Teman-teman seperjuangan yaitu Himpunan Departemen Ekonomi
Pembangunan stambuk 2006, khususnya kepada Liza, monik, kiki, tya,
nita, devi, serli, adji, wiman, arif, saed, delvin, zia, ibel, doli dll yang tidak
dapat penulis sebutkann satu per satu.
8. Teman-teman seperjuangan dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
yang telah memberikan dukungan dan doa terkhusus buat rekan saya
Mitha yang telah membantu dalam melaksanakan kewajiban dalam
kepengurusan KOHATI sehingga penulis sangat terbantu.
9. Teman-teman Kost Nomaden terkhusus buat uul dan iis yang telah
memberikan dukungan dan doa yang sangat berharga buat penulis.
Tak ada gading yang tak retak dan penulis tahu bahwa skripsi ini telah
membangun dari berbagai pihak untuk lebih baik lagi pada waktu yang akan
datang.
Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, bantuan kalian semua sangat
berarti bagi penulis. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2010
DAFTAR ISI
ABSTRACT...i
ABSTRAK...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...viii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar belakang...1
1.2 Perumusan Masalah...5
1.3 Hipotesis...5
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...6
1.4.1 Tujuan Penelitian...6
1.4.2 Manfaat Penelitian...6
BAB II URAIAN TEORITIS...7
2.1 Pertumbuhan Ekonomi...7
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...7
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi...10
2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB.... 16
2.2 Investasi... 19
2.2.2 Teori Investasi...24
2.2.3 Pembagian Investasi...25
2.2.4 Pengaruh Investasi Terhadap Perekonomian.28 2.3 Telaah Riset Terdahulu...30
2.4 Konseptual Penelitian...30
BAB III METODE PENELITIAN...32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian...32
3.2 Jenis dan Sumber Data...32
3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data...32
3.4 Definisi Operasional Variabel...38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...39
4.1 Kondisi Geografis...39
4.2 Kondisi Alam dan Topografis...40
4.2.1 Iklim...40
4.2.2 Sungai...41
4.3 Kondisi Demografis...41
4.4 Sejarah Kota Medan...43
4.5 Potensi Wilayah...44
4.5.1 Lingkungan Bisnis...44
4.5.2 Kemitraan Antara Pemerintah Kota, Swasta Dan Masyarakat...46
4.5.3 Peran Institusional Bisnis (Kadin)...47
4.5.5 Dukungan Lembaga Keuangan...50
4.6 Struktur Ekonomi dan Perkembangan PDRB...52
4.7 Pertumbuhan Ekonomi...54
4.8 Peluang Investasi...55
4.9 Kawasan Industri...57
4.10 Analisis Data...60
4.10.1 Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test)...60
4.10.2 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)...61
4.10.3 Uji Granger Causality (Granger Causality Test)...62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...63
5.1 Kesimpulan...63
5.2 Saran...63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2008... 41
4.2 Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930,
1980,2000... 43
4.3 Penggolongan Jenis dan Tarif Paling Tinggi dari Pajak
Daerah... 50
4.5 PDRB Kota Medan Atas Harga Berlaku Gross Regional
Domestic Product of Medan City at Current Price 2005-2007
(Jutaan Rupiah Million Rps)... 53
4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga
Berlaku Growth of Gross Regional Domestic Product
of Medan City at Current Price 2005-2006 (%)... 54
4.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005-2007... 55
4.8 Jenis dan Jumlah Perusahaan... 58
4.9 Hasil Estimasi dan Derajat Integrasi Untuk Uji Akar-Akar Unit.. 61
4.10 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
2.1 Teori Penduduk Optimum... 11
2.2 Hubungan Antara Tingkat Bunga dan Investasi... 23
2.3 Investasi Otonom... 25
2.4 Investasi Terpengaruh... 26
ABSTRACT
This research is titled Causality Analysis Between Investment and
Economic Growth in Medan City during 1988-2007. The purpose of this research
is to know wether there are two ways relation (influence each other), one way
relation, or even no relation at all between investment and economic growth in
Medan City.
This research using method with granger Causality test. The data is
proceded by Eviews 5 programme. The result of estimation there is one way
relation between investment and economic growth. Which is investment is the
function of economic growth. In other word, investment causes the increase or
decrease of economic growth in Medan city from 1988-2007.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Analisis Kausalitas antara Investasi dan
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan selama 1988-2007. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah hubungannya dua arah (saling mempengaruhi
masing-masing variabel), hubungan searah atau tidak ada hubungan antara investasi dan
pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.
Penelitian ini memakai metode Uji Granger Kausality, data di proses
dengan menggunakan program Eviews 5. Hasil estimasi pada variabel tersebut
adalah hubungan searah antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Yang mana
investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain,
investasi investasi menyebabkan peningkatan dan penurunan pertumbuhan
ekonomi di Kota Medan pada tahun 1988-2007.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini terarah pada pola atau arah hubungan kausalitas antara
investasi dan pertumbuhan ekonomi, mendapat perhatian penuh karena mengingat
investasi merupakan faktor pendukung terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan
ekonomi dan investasi, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing,
memiliki hubungan kausalitas (timbal balik) yang positif. Hubungan timbal balik
tersebut terjadi karena semakin tinggi tingkat perekonomian suatu negara, berarti
semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang
diciptakan akan semakin besar pula. Dalam kasus ini investasi merupakan fungsi
dari pertumbuhan ekonomi (Sumanjaya, 2005).
Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekonomian
dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat
meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan
meningkatnya jumlah barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu daerah,
dalam hal ini adalah Kota Medan.
Untuk melihat fluktusasi ekonomi secara rill dari tahun ke tahun tergambar
dari kenaikan pendapatan perkapita dan lajunya dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah
(regional). Yaitu apabila pertumbuhan ekonomi positif menunjukkan adanya
Motor penggerak dari pertumbuhan adalah investasi. Pada perekonomian
tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan domestik.
Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui dana
dari luar wilayah. Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh
perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor produksi tersebut
adalah modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan
modal (inve stasi).
Sejak tahun 2001 penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara
berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini
tidak saja didukung oleh faktor-faktor ekonomi yang dimiliki, tetapi didukung
juga oleh faktor-faktor non ekonomi, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan
penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.
Perkembangan positif penanaman modal selama tahun 2005-2007 dapat
dilihat dari perkiraan nilai investasi di berbagai sektor lapangan usaha, baik yang
berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman
Modal Asing (PMA), di samping sektor Pemerintah dan rumah tangga.
Penanaman modal asing berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu
negara dalam melaksanakan pembangunan nasional guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Kebutuhan tersebut timbul akibat
ketidakmampuan suatu negara memenuhi kebutuhan akan modal, sehingga
penanaman modal menjadi salah satu alternatif terbaik selain hutang luar negeri.
Ciri khusus suatu kegiatan penanaman modal tidak saja menyangkut
penanaman modal sejak semula memang kurang dihayati sebagai kegiatan yang
kurang berarti. Sebenarnya sejak zaman penjajahan kegiatan perdagangan sudah
cukup menunjukan kemajuan yang berarti, namun kegiatan penanaman modal
asing pada masa itu tidak seberapa maju.
Laju pertumbuhan kota Medan pada tahun 2006 mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini pertumbuhan Kota
Medan hanya mencapai 7,7 persen. Ada beberapa sektor yang pertumbuhannya di
atas rata-rata yakni sektror penggalian 18,99 persen, sektor bangunan 11,01
persen, sektor pertanian 6,88 persen dan jasa-jasa 10,65 persen.
Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor pendapatan regional tahun
2006 masih sangat dominan berasal dari sektor transportasi telekomunikasi
sebesar 25,92 persen. Sedangkan sektor lainnya juga cukup dominan antara lain
sektor industri sebesar 16,27 persen, sektor angkutan sebesar 18,45 persen, sektor
keuangan sebesar 13,64 persen dan sektor jasa sebesar 10,72 persen. Berdasarkan
harga berlaku pada tahun 2005 pendapatan perkapita telah mencapai Rp.
18.364.868,23 sedangkan tahun 2006 menjadi sebesar sebesar Rp. 20.780.909,31
(Badan Pusat Statistik, 2008).
Penelitian ini dilakukan di Pulau Sumatera karena pulau ini mempunyai
posisi yang strategis untuk dikembangkan, khususnya Sumatera Utara yaitu Kota
Medan. Ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki Kota Medan mempunyai
kemungkinan yang sangat besar untuk beraktifitas penanaman modal yaitu
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing
(PMA), karena banyaknya tersedia berbagai bahan mentah dari berbagai sektor
sebagai sektor industri dan juga Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota
di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup
penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera
Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintah daerah.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat
dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barang dan jasa yang relatif besar. Hal ini
tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007
diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis
dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota
Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan
regional serta nasional.
Kota medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah kota
Jakarta dan Surabaya, dilihat dari luasnya wilayah, jumlah penduduk, aktivitas
industri dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini pemerintah kota medan sedang
berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang
bisnis di berbagai bidang seperti bidang industri, pariwisata, perbankan dan
lain-lain akan semakin menjanjikan keuntungan bagi para investor lokal dan asing
Umumnya daerah dengan intensitias kegiatan ekonomi dengan
peningkatan nilai investasi yang tinggi setiap tahun akan memberikan kontribusi
cukup besar terhadap pajak atau PDRB.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian
yang membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis Kausalitas Antara
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pola atau arah hubungan kausalitas antara Investasi
dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?
2. Apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara Investasi
dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?
1.3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas,
maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan kausalitas antara Investasi dan pertumbuhan ekonomi
di Kota Medan.
2. Terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara Investasi dan
1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi di
Kota Medan.
2. Untuk mengetahui pola atau arah hubungan kausalitas antara investasi dan
pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara
investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai beriku:
1. Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
2. sebagai tambahan wawasan ilmiah penulis dalam penerapan disiplin ilmu
yang penulis tekuni.
3. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil
penelitian yang sudah ada.
4. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2006:423), dalam kegiatan perekonomian yang
sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembanga fiskal produksi barang
dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi
barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah,
pertambahn produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jas rill
terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada
tahun sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan
pada perubahan yang bersifat kuantatif dan biasanya diukur dengan menggunakan
data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
2.1.1 Faktor- Faktor yang Menentukkan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2006:425), ada beberapa faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam suatu negara meliputi kesuburan tanah, keadaan iklim
dan cuaca, dan jumlah serta jenis hasil hutan, laut dan juga barang
tambang yang dapat diperoleh. Kekayaan alam akan dapat
mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu
Apabila suatu daerah mempunyai kekayaan alam yang melimpah, maka
akan menarik perhatian para usahawan untuk mengembangkan
usahanya, maka dengan itu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi
dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dan juga kekayaan
alam harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien agar mendapatkan
hasil yang maksimal.
2. Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja
Produk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat dari perkembangan ekonomi. Penduduk yang
bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan
tersebut memungkinkan negara itu menambah produksinya. Disamping
itu akibat pendidikan, latihan keterampilan, pengalaman kerja akan
mempermudah dalam pencapaian produktivitas yang maksimal.
Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari
barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula.
Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan
menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional
dan tingkat kegiatan ekonomi.
Akibat dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi
terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum
tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Sebagai
akibat adri ketidakseimbangan ini produtivitas marjinal penduduk
adalah rendah. Ini berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak
kalau bertambah pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak
mengimbangi pertambahan penduduk.
3. Barang Modal dan Tingkat Tekhnologi
Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat
tekhnologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang dicapai
adalah jauh lebih rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya
akan mengalami perkembangan yanga sangat kecil.
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial masyarakat dapat menentukan sampai dimana
pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Adat istiadat yang tradisional
dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi
yang modren dan produktivitas yang tinggi.
Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem
sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan
ekonomi, pemerintah haruslah menghapus hambatan-hambatan
tersebut. Salah asatu tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas
pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.
5. Investasi
Investasi merupakan suatu faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi
jangka panjang (bagi kelangsungan pembangunan ekonomi).
Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang
dan jasa) disemua sektor-sektor ekonomi. Untuk kegiatan tersebut perlu
semua ini diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana
investasi.
Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja
dan pendapatan masyarakat meningkatkan yang akan menciptakan atau
meningkatkan permintaan dipasar. Pasar berkembang menyebabkan
volume kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam
negeri meningkat, maka terciptalah pertumbuhan ekonomi.
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Dalam sejarah pemikiran ekonomi para penulis ekonomi pada bagian
kedua abad ke-18 dan permulaan abad ke-20 lazim digolongkan sebagai
kaum Klasik. Ahli-ahli ekonomi yang temasuk dalam golongan tersebut
adalah Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus dan Jhon Stuart
Mill.
menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat
tekhnologi yang digunakan (Sukirno 2003:430).
Pendapatan nasional suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga
jenis pendapatan, yaitu: upah para pekerja, keuntungan para pengusaha
dan sewa tanah yang diterima pemilik tanah. Dimana kenaikan upah ini
akan menyebabkan pertambahan penduduk dan juga tingkat keuntungan
apabila tidak terdapat keuntungan maka pembentukan modal tidak akan
terjadi dan perekonomian akan mencapai tingkat stationary state.
Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan
ekonomi sehingga mengakibatkan, tanpa adanya kemajuan tekhnologi,
pertambahan pemduduk akan menurunkan tingkat upah, menurunkan
tingkat keuntungan, akan tetapi menaikkan tingkat sewa tanah (Sukirno
2007: 247).
Berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dikemukakan suatu teori yang
menjelaskan katerkaitan antara pendapatan perkapita dan jumlah
penduduk. Teori tersebut dinakan Teori Penduduk Optimun.
Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah
penduduk tertentu produksi marjinal telah sama dengan pendapatan
perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai
maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk
optimum.
Pendapatan perkapita (Y)
Y1
Y2
Ypk
Ypk
Jumlah Penduduk (N)
N1 N2
Keterangan:
Kurva Ypk menunjukkan tingkat pendapatan perkapita pada berbagai
jumlah penduduk, dan M adalah jumlah penduduk sebanyak N0 dan pendapatn
perkapita yang paling maksimum adalah Y0.
b. Teori Schumpeter
Dalam beberapa dasawarsa pertama abad ke-20, hanya segolongan kecil
ahli ekonomi yang memfokuskan perhatian mereka terhadap masalah
pembangunan. dari mereka adalah Joseph Schumpeter yang terkenal
dengan teori schumpeter.
Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Shcumpeter memulai
analisisnya dengan memisalkan bahwa pertumbuhan ekonomi sedang
dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama. Pada waktu keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Pada waktu
keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang
berbagai kemungkinan untuk melakukan inovasi yang menguntungkan.
Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan
pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan
penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat
ekonomi negara. maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan
seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. kenaikan
tersebut mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan
lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka
menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan atas dua golongan,
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha
di dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Menurut Schumpeter
makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu perekonomian makin terbatas
kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka petumbuhan ekonomi
akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai
tingkat “keadaan tidak berkembang” atau stationary state. Akan tetapi
berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan schumpeter
tingkat keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat
pembangunan yang tinggi.
c. Teori Harood-Domar
Teori harrod-domar merupakan perluasan dari anlisis keynes mengenai
kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja.
Karena teori Harrid-Domar menganggap rasio modal produksi tetap,
teori tersebut mengatakan pertambahan kapasitas barang modal
tergantung kepada dua faktor, yaitu rasio modal produksi itu sendiri
misalnya bernilai COR (capital output ratio) dan investasi yang
dilakukan pada tahun tersebut.
Teori Harrod- Domar adalah perluasan dari analisis keynes. Dengan
demikina teori ini berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun
berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah dengan
Besarnya pertambahan pendapatan nasional tergantung kepada besarnya
multiplier, dan pertambahan pendapatan tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Sekarang telah diperoleh tiga persamaan, dengan demikian :
atau
Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah (sendiri-sendiri)
dalam periode yang bersamaan oleh E.S Domar ( 1947-1948) dan R.F
Harrod (1939-1948). Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang
modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana
domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi
(pendapatan nasional) yang ditabung.
a) Investasi
Tingkat output suatu perekonomian mempunyai hubungan yang
proporsional (konstan) dengan jumlah stok barang modal. Seandainya
tingkat output dinotasikan Y dan stok barang modal dinotasikan K,
maka:
Y=α K
Dimana α adalah ratio output barang modal ( capital-output ratio,
disingkat ICOR), yaitu angka yang menunjukkan berapa jumlah output
yang dihasilkan dari stok barang modal yang tersedia.
b) Tabungan
Telah dikatakan bahwa untuk mampu melakukan investasi,
perekonomian harus menyisihkan outputnya sebagai tabungan. Bila
tabungan merupakan bagian proporsional (konstan) dari pendapatan,
hubungan tabungan (S) dengan output (Y) adalah:
S = σ Y
Nilainya adalah positif namun lebih kecil daripada 1 (0<σ<1)
c) pertumbuhan ekonomi
Tingkat pertumbuhan output keseimbangan tercapai pada saat I=S.
d. Teori Pertumbuahn Neo-kalsik
teori pertumbuhan neo kalsik melihat sudut pandang yang berbeda yaitu
dari sudut penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh
Abramovits dan Solow, ekonomi tergantung pada perkembangan
faktor-faktor produksi. Dalam pandangan persamaan ini dapat
dinyatakan dengan persamaan:
ΔY = f (ΔK,ΔL,ΔT)
Dimana:
ΔY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.
ΔK adalah tingkat pertumbuahan modal.
ΔL adalah tingkat pertumbuhan penduduk.
ΔT adalah tingkat pertumbuhan tekhnologi.
Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik atau
empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: “ faktor terpenting
mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan
pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan
tekhnologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja”.
Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah
menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
tetapi dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk
mengadakan penyelidikan empiris dalam menentukan peranan
sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi.
2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu dasar untuk mengukur tingkat perekonomian suatu wilayah
adalah dengan menggunakan besaran nilai PDRB. Apabila ditinjau dari segi
pendapatan, PDRB merupakan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh penduduk diwilayah tersebut yang ikut serta dalam
proses produksi didalam jangka waktu tertentu.
PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan
oleh unit-unit produksi yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi
pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Nilai PDRB disajikan atas dasar
harga berlaku (sesuai dengan harga pasar transaksi pada tahun perhitungan) dan
atas dasar harga konstan (harga dasar tahun tertentu).
Hasil perhitungan atas dasar harga berlaku merupakan seluruh nilai barang
biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.
Pada perhitungan atas dasar harga berlaku belum menghilangkan faktor produksi,
yang artinga masih memuat akibat terjadinya inflasi/deflasi sehingga tidak
memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara rill.
Perhitungan atas harga konstan menggambarkan perubahan volume
produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai
dengan harga pasar pada tahun dasar tertentu, dan pada perhitungan atas dasar
harga konstan ini faktor inflasi dihilangkan, yang artinya perubahan besranya
PDRB sudah terlepas dari pengaruh inflasi dan deflasi.
Adapun pembagian sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu:
1. Sektor pertanian, perternakan, kehutanan, dan perikanan.
2. Sektor pertambangan dan penggalian
3. Sektor industri pengelolaan.
4. Sektor listrik, gas dan air bersih
5. Sektor bangunan/konstruksi
6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
7. Sektor transportasi dan komunikasi
8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
9. Sektor jasa
Untuk megukur pendapatan masyarakat dari hasil kegiatan ekonomi di suatu
wilayah, konsep pendekatan yang dipakai adalah PDRB. Adapun konsep-konsep
dasar dari PDRB di jelaskan sebagai berikut:
PDRB atas harga pasar adalah jumlah nilai produk barang dan jasa
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang terjadi di suatu
wilayah tertentu. Nilai tambah bruto atau produksi netto terdiri dari
upah, gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan, dan pajak tak
langsung netto.
Dapat disimpulkan bahwa PDRB atas dasar harga pasar merupakan
penjualan nilai tambah bruto dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
b. Ptoduk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Harga Pasar
PDRN atas harga pasar adalah PDRB dikurangi penyusutan. Sehingga
perbedaan konsep netto dan bruto terletak pada konsep netto dan bruto
terletak pada PDRN komponen ini tidak ada lagi.
Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susutnya barang-barang
modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Jumlah susut
barabg-barang modal dari seluruh sektor ekonomi merupakan penyusutan
yang diukur berdasarkan nilai barang modal tersebut.
c. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor
PDRN atas dasar biaya faktor diperoleh dari PDRN atas dasar harga
pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto. Pajak tak langsung
netto merupakan pajak tak langsung dikurangi dengan biaya subsidi.
Pajak tak langsung meliputi: pajak penjualan, pajak tontotnan, biaya
eksprot dan impor, dan lain-lain kecuali pajak pendapatan dan pajak
Pajak tak langsung umumnya dibedakan pada harga jual ataupun harga
produksi masing-masing unit produksi, sehingga langsung menaikkan
yang berakibat pada kenaikan harga barang.
Subsidi merupakan dana yang diberikan pemerintah pada unit-unit
produksi, sehingga langsung berakibat pada kenaikan harga barang dan
jasa yang menyangkut kepentingan umum. Jadi pajak tak langsung
berpengaruh positif terhadap kenaikan harga.
d. Pendapatan Regional
Dari konsep-konsep yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa
PDRN atas dasar biaya faktor, sebenarnya secara agregat
mencerminkan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan
atas balas jasa dari faktor-faktor yang ikut dalam proses produksi di
suatu wilayah dalam waktu tertentu.
2.2 Investasi
Berdasarkan teori
produksi) dari
digunakan untuk produksi yang akan datan
membangu
sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu
komponen dari
investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik,
mesin, dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi
pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana
tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi
sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.
Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya
sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suat
investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga
(http:/www.wikipedia.com).
Investasi merupakan unsur GDP yang palinge sring berubah. Ketika
pengeluarana atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari
penurunan itu berkaitan dengan anjloknya pengeluaran investasi. Menurut
Mankiw (2003: 453) ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu:
1. Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment)
Mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses
produksi. Berarti bahwa pengeluaran ini adalah untuk modal yang akan
menetap untuk sementara. Model investasi tetap bisnis mencakup
model investasi neoklasik (neoclassical mode of investment). Model
neoklasik mengkaji manfaat dan bagi perusahaan untuk memiliki
barang-barang modal. Model tersebut menunjukkan bagaimana tingkat
investasi dan tambahan persediaan modal dikaitkan dengan produk
marjinal modal, tingkat bunga, dan aturan perpajakan yang
mempengaruhi perusahaan tersebut.
2. Investasi Residensial (Residential Investment)
Mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan dibeli
harga relatif rumah. Harga rumah pada akhirnya akan bergantung pada
permintaan dan penawaran rumah saat ini. Kenaikan dalam permintaan
rumah mungkin karena turunya tingkat bunga dapat meningkatkan
harga rumah dan investasi residensial.
3. Investasi Persediaan (Inventory Investment)
Mencakup barang-barang yang yang disimpan perusahaan di gudang,
termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses dan barang
jadi. Barang-barang yang diimpan perusahaan di gudang pada saat yang
sama bisa tidak bernilai apa-apa dan bisa memiliki signifikansi yang
besar. Investasi persediaan merupakan salah satu komponen
pengeluaran terkecil. Pada masa resesi perusahaan berhenti mengganti
persediaan mereka begitu barang dijual dan investasi persediaan
menjadi negatif.
Beberapa kegunaan persediaan adalah untuk meratakn tingkat produksi
sepanjang waktu, untuk menyimpan parsediaan yaitu persediaan yang
membuat perusahaan beroperasi secara lebih effisien, menghindari
kehabisan barangketika penjualan tiba-tiba melonjak dan persediaan
untuk barang yang sedang dalam proses produksi.
Para pelaku investasi dalah pemerintah, swasta, dan kerjasama antara
pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah umumnya dilakukan tidak dengan
maksud untuk mendapat keuntungan, tetapi tujuannya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit dan sebagainya. Bagi swasta
lebih tertarik pada jenis investasi yang ditujukan untuk memperoleh laba yang
Ciri-ciri dari barang-barang investasi antara lain:
1) Memiliki manfaat yang umurnya lebih dari satu tahun
2) Nilainya relatif besar dibandingkan dengan nilai outputr
yang dihasilkan
3) Manfaat dari penggunaan barang tersebut dirasakan untuk
jangka waktu yang panjang.
2.2.1 Faktor- Faktor yang Menentukan Investasi
Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:
1. Tingkat Keuntungan Investasi yang Diramalkan Akan Diperoleh.
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan
gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang
kelihatannya mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan,
dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan
tambahan barang-barang modal yang diperlukan.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunag menentukan investasi yang akan memnerikan
keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para
pengusaha hanya dapat melaksanakan keinginan untuk menanam modal
apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya itu,
yaitu persentase keuntungan neto ( tetapi belum dikurangi bunga uang
yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga.
Oleh karena itu, dalam analisis makroekonomi mengenai investasi lebih
menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan tingkat suku bunga
ke ats investasi dan pendapatan nasional.
Terdapat hubungan negatif antar jumlah investasi dengan tingkat suku
bunga.
Tingkat Suku Bunga (i)
i
1i
2i
3Investasi (I)
I
1I
2I
3Gambar 2.2 Hubungan antara tingkat bunga dan investasi
Keterangan:
Pada tingkat suku bunga tertinggi, yaitu i1, investasi berada pada titik
terendah, yaitu titik I1. Ketika tingkat bunga turun menjadi i2, invesatsi meningkat
pada titik I2. Kemudian tingkat bunga turun lagi pada titik i3 dan investasi
meningkat menjadi di titik I3.
3. Inovasi dan Tekhnologi
Adanya temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama
menjadi tidak efisien. untuk itu perusahaan-perusahaan perlu
menanamkaninvestasi untuk membeli mesin-mesin dan
peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.
Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan
nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung,
yang pada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang
menguntungkan.
5. Tingkat Keuntungan Perusahaan
Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, makin banyak bagian laba
yang dapat ditahan untuk tujuan investasi.
6. Situasi Politik.
Jika situasi politi aman, dan pemerintah banyak memberikan
kemudahan-kemudahan bagi pengusaha, tingkat investasi akan tinggi.
dab begitu juga sebaliknya.
2.2.2 Teori Investasi
Di dalam bukunya the general theory of employment, interest, and money
(1936), Jhon Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi
atas konsep efisiensi marginal kapital ( Marginal Efficiency Capital atau MEC).
Sebagai defenisi kerja, MEC adalan tingkat diskonto yang menyamakan aliran
perolehan yang diharapka dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari
kapital tambahan.
Teori neo klasik tentang investasi (Neoclassical theory of investment) ini
merupan teori akumulasi kalital optimal. Menurut teori ini, stok kapital yang
diinginkan ditentukan oleh output dan jasa dari harga kapital relatif terhadap
Harga jasa kapita pada gilirannya bergantung pada harga barang-barang
modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi
menururt teori ini, perubahan di dalam output akan mngubah dan mempengaruhi
stok kapital yang diingin kan dan juga investasi. Teori neo klasik mengatakan
bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu investasi yang diinginkan.
2.2.3 Pembagian Investasi
Secara sederhana investasi dibedakan atas:
1. Investasi otonom, yaitu investasi yang jumlahnya dari dalam
perekonomian itu sendiri
Investasi (I)
I
0Y
1Y
2 Pendapatan Nasional (Y)Gambar 2.3 Investasi Otonom
Keterangan:
Pada tingkat pendapatan nasional berapapun, yaitu Y1 maupun Y2, investasi tetap (I0).
2. investasi terpengaruh, yaitu investasi yang jumlahnya dipengaruhi oleh
Investasi (I)
I
2I
1Y
1Y
2 Pendapatan Nasional (Y)Gambar 2.4 Investasi terpengaruh
Keterangan:
Pendapatan nasional Y1 ke Y2 mengakibatkan investasi naik juga dari I1
ke I2.
Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatan, investasi di bagi lagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a) Investasi Baru
Yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai
bagian dari usaha baru untuk produksi baru ataupun perluasan
produksi, tetapi harus menggunkan sistem industri baru.
b) Investasi Peremajaan
Investasi jenis ini umumnya hanya digunakan untuk mengganti
kapasitas produksi dan ongkos produksi yang sama dengan alat
yang digantikan.
Pada kelompok ini peralatan lama diganti oleh yang baru tetapi
dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas
sama dengan yang digantikannya.
d) Investasi Perluasan
Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti
yang lama. Kapsitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi
masih sama.
e) Investasi Modrenisasi
Investasi jenis ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang
memang proses barunya, atau memproduksi lama dengan proses
baru.
f) Investasi Divesifikasi
Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan
tertentu, sesuai dengan progran diversifikasi kegiatan usaha
korporasi yang bersangkutan.
Di Indonesia, investasi atau penanaman modal dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat
Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh
negara maupun swasta nasional maupun swasta asing yang
Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut, dapat secara
perorangan dan tau merupakan badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Penanaman Modal dalan Negeri atau PMDN adalah penggunaan
kekayaan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan
Undang-Undang penanaman modal (widjaya, 2005:23).
2. Penanaman Modal Asing (PMA)
Yang dimaksud dengan penanaman modal asing (PMA) hanyalah
meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan
berdasarkan ketentuan undang-undang No. 1 tahun 2967 dan yang
digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik
modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal
tersebut. Alat- alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan
baru milik orang asing, dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar
ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak di biayai
dri kekayaan devisa Indonesia (Widjaya, 2005:26).
Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan
menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak
hanya membawa mesin, tetapi juga keterampilan tekhnik.
2.2.4 Pengaruh Investasi terhadap perekonomian
Investasi dalam berbagai bentuknya banyak memberikan pengaruh kepada
Karena dengan terciptanya investasi akan memberikan pengaruh bagi
perekonomian suatu negara. investasi akan berlanjut dengan suatu proses produksi
akan menciptakan lapangan kerja, barang-barang dan jasa-jasa untuk dipasarkan
kepada konsumen. Dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan
konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang dan jasa pada
gilirannya akan menciptakan kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah.
Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau
daerah dapat pula dilihat melalui “multiplier effect” yang ditimbulkan. Multiplier
effect atau angka pengganda dari investasi tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:
KI = 1/1-MPC
Dimana MPC merupakan besranya hasrat untuk mengkonsumsi. Sehingga
suatu investasi ditanamkan dalam suatu perekonomian, dampaknya terhadap
pertambahan pendapatan nasional atau daerah tidak hanya sebesar nilai investasi
yang ditanamkannya, tetapi sebesar nilai yang ditanamkan dilkalikan dengan
angka penggandanya (Kelana, 1996: 131).
Namun investasi yang ditanamkan da dalam perekonomian salah satunya
ditentukan oleh adanya demand dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi atas
barang-barang konsumsi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga
merangsang tumbuhnya investasi baru. Karena seperti yang kita ketahui bahwa
pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi
Sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan
dengan S dan pendapatan yang diterima dilambangkan dengan Y, maka
perumusannya menjadi Y=C+S.
Seandainya keseluruhan pendapatan masyarakat itu dikonsumsi
keseluruhannya (MPC=1) maka besarnya K menjadi tak hingga dan besar
pendapatan nasional juga tak terhingga.
2.3 Telaah Riset Terdahulu
Berdasarkan riset yang dilakukan Gani (1999) memperlihatkan bahwa
variabel penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi di Fiji memiliki
hubungan yang eratt setelah dilakukan Uji Granger Causality.
Hasil skripsi Renata (2003) “Analisis kausalitas investasi dan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara”adanya hubungan searah (kausal) antara
investasi dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
2.4 Konseptual Penelitian
Dengan adanya investasi yang terdiri dari PMDN dan PMA dapat
mengakibatkan produksi barang dan jasa (output) di suatu daerah meningkat.
Output suatu daerah diukur dengan Produk Domestik Regionla Bruto (PDRB).
Dengan meningkatnya output maka secara otomatis PDRB daerah tersebut
meningkat.
PDRB merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dengan
meningkatnya output yang mengahsilakn maka pertumbuhan ekonomi suatu
Gbr. 2.5 Konseptual Penelitian
PMDN dan PMA
Peningkatan Produksi
PDRB
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif
tahunan pada rentang waktu antara tahun 1988-2007 dengan pertimbangan
ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan
meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat dan data tersebut diolah
kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Di dalam
penelitian ini dikaji hubungan kausalitas dan kointegrasi antara investasi dan
pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan jenis data time series (kurun waktu) selama kurun waktu 1988-2007 yaitu
20 tahun.
Sumber data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber seperti Badan
Pusat Statistik (BPS). Di samping itu, penulis juga melakukan studi literatur untuk
mendapatkan teori yang mendukung penelitian yang diperoleh dari jurnal dan
sebagainya.
3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration Test dan
untuk melihat hubungan investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan
dalam jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality Test adalah untuk
melihat hubungan timbal balik (kausal) antara investasi dan pertumbuhan
ekonomi di Kota Medan. Dalam kaitannya dengan metode tersebut maka
pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya
dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakannya metode Cointegration
Test dan Granger Causality Test.
Sebelum dilakukannya estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka
terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji Stasioneritas / Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Validitas hipotesis kausalitas investasi dan pertumbuhan ekonomi dapat
dibuktikan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap
masing-masing variabel yang akan dianalisis dengan uji akar unit (Unit Root Test) yang
merupakan bagian dari uji stasioneritas. Uji akar unit guna membentuk model
dinamis dari semua variable dimana terlebih dahulu di uji stasionaritasnya melalui
prosedur Augmented Dickey Fuller (ADF) .Uji Akar Unit dari Dickey Fuller
maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasionaritas data time series yang
diteliti dengan program Eviews versi 5.
Adapun formula dari Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan
sebagai berikut :
P
DYt = a0 + γYt-1 + ∑ βi DYt-1+1 + εt …………. (1)
Sedangkan untuk Uji Phillip Perron (PP) adalah :
DYt = a0 + λYt-1 + εt ……… (2)
Di mana:
D = Perbedaan atau differensi
Y = Variabel yang diamati pada tingkat periode tertentu
Β = Operasi kelambanan waktu (backward lag operator)
Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null γ = 0 untuk ADF dan λ = 1 untuk
PP. Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara
membandingkan antara nilai statistik ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t
hitung koefisien γ dan λ dengan nilai kritis distribusi MacKinnon.
Jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih besar dari nilai kritis Mackinnon
maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih
kecil dari nilai kritis Mackinnon maka data tidak stasioner. Hal penting dalam uji
ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Panjangnya kelambanan bisa
ditentukan berdasarkan criteria AIC ataupun SIC. Nilai terkecil dari AIC dan SIC
digunakan untuk menentukan panjangnya kelambanan yang optimal.
2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)
Setelah diketahui bahwa baik data investasi dan pertumbuhan ekonomi
keduanya stasioner, maka selanjutnya akan diuji kointegrasi. Uji kointegrasi
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang
antara dua variabel tersebut. Hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antar
investasi dan pertumbuhan ekonomi dengan dapat diuji menggunakan Johansen
test. Hipotesis yang akan diuji adalah untuk menentukan jumlah dari arah
statistik yaitu untuk menentukan banyaknya vektor kointegrasi. Dua uji tersebut
adalah trace test dan maximum eigenvalue statistic.
Uji statistic pertama adalah uji trace (Trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis
nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi
adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai
berikut:
p
λtrace (r) = -T ∑ in (1-λi) …………(3)
i = r + i
di mana λr+1,……λn adalah nilai eigenvektors terkecil (p-r). Null hypotesis yang
disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan
kata lain, jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau sama dengan (≤) r. Di mana r
= 0,12 dan seterusnya. Johansen trace statistic atau juga dikenal sebagai test
statistik LR (Likelihood Ratio) untuk menguji hipotesis Ho: r < 1 terhadap Ha: r =
0, yang dirumuskan dalam persamaan :
Trace test (Qr) = -nεln(1-λi)
Untuk uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue (λmax) yang
dilakukan dengan formula sebagi berikut :
λmax ( r, r+1) = -T in (1-λr-1) ………..(4)
Uji ini berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vektor
kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan vektor kointegrasi. Untuk melihat
dan maximum eigen statistic dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat
kepercayaan 5%.
Alternatif uji kointegrasi dari Johansen adalah dengan menggunakan
maximum eigenvalue statistic yang dapat dihitung dari trace statistic, yaitu:
Qmax = -nln(1 – λi) = Qr – Qr+1
3. Uji Granger Causality
Uji Granger Causality Test pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu
variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (Pratomo,
2007:124).
Pengujiaan ini digunakan untuk melihat hubungan kausalitas (hubungan
timbal balik) antara variable-variabel yang diteliti yakni pajak dan investasi.
Sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik saling
mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali
tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger
Causality Test seperti berikut ini :
m n
It = ∑ ai It-i + ∑ bj Yt-j + µt ……….. (5) i=1 j=1
r s
Yt = ∑ ci Yt-i + ∑ dj It-j + Vt ……… (6) i=1 j=1
Di mana :
I = Total investasi di Kota Medan
Y = Total pertumbuhan ekonomi di Kota Medan
µt dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi
serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi
linear diatas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai
koefisien-koefisien regresi dari persamaan (1,2) dan (1,3) adalah sebagai berikut :
1. Kausalitas searah antara I dan Y
n s Jika ∑ bj≠ 0 dan ∑ dj = 0
j=1 j=1
maka terdapat kausalitas satu arah dari I ke Y
2. Kausalitas searah antara Y dan I
n s
Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti
regresi. Apabila nilai F-hitung > F-tabel maka investasi mempengaruhi ekonomi .
Dan sebaliknya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka investasi tidak
mempengaruhi ekonomi.
Dalam penulisan skripsi ini, data diolah dengan menggunakan program Eviews 5.
3.4Definisi Operasional Variabel
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan
dalam penelitian ini maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:
1. Investasi adalah jumlah penanaman modal, baik yang berasal dari dalam
negeri (PMDN) maupun dari luar negeri (PMA), untuk menambah
kemampuan produksi barang dan jasa perekonomian Medan dalam
milyaran rupiah.
2. Pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan Produk Domestik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi
kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5
meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan
berbatasan denga
terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang
kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan
kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang
kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun,
Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.
Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan
berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling
memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,
perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri
(ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota
dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota
Medan saat ini.
Pembagian Kota Medan berdasarkan kecamatan adalah terdiri dari Medan
Tuntungan,
Sunggal,
4.2 Kondisi Alam dan Topografi
4.2.1 Iklim
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0º C - 24,1º C dan suhu maksimum
berkisar antara 30,6º C - 33,1º C serta menurut Stasiun Sampali suhu
minimumnya berkisar antara 23,6º C - 24,4º C dan suhu maksimum berkisar
antara 30,2ºC - 32,5º C. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota
Medan rata-rata 78 - 82 %. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec
sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di
Kota Medan pada tahun 2006 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah
hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia
4.2.2 Sungai
Sedikitnya ada sembila
sungai sikambing, sungai putih, sungai badura, sungai deli, sungai sulang-suling,
sungai kera, sungai tuntungan.
Selain itu, untuk mencegah banjir yang terus melanda beberapa wilayah
Medan, pemerintah telah membuat sebuah proyek kanal besar yang lebih dikenal
dengan nama Medan Kanal Timur.
4.3 Kondisi Demografi
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2008
Tahun Penduduk
1.926.052
1.963.086
1.993.060
2.006.014
2.036.018
2.083.156
2.102.105
Sumber:
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan saat ini
diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar
dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui
merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan
mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan
Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa
dengan dihitungnya jumla
berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan
37,8% dari total penduduk).
Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa
berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan,
rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara
relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis
perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung
mengalami peningkatan—tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah
0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan
penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004.
Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan
Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di
Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan
Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan
Timur. Pada tahun
sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.
Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah
dar
Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah
Arifin dikenal sebaga
orang keturunan India.
Secara historis, pada tahun
jumlah tersebut, 409 orang berketurunan
8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.
Tabel 4.2
Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000
Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000
tahun, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.
4.4 Sejarah Kota Medan
Medan didirikan oleh
John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833
200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman
Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah
kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi
besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan oran
perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan
kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.
Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi
Sejak tahu
dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun
tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir
delapan belas kali lipat.
4.5 Potensi Wilayah
4.5.1 Lingkungan Bisnis
Sebagai aktivitas yang diorientasikan untuk memperoleh keuntungan
dengan bidang-bidang lainnya. Perubahan kondisi atau kebijakan dalam bidang
lain akan selalu mempengaruhi kondisi bisnis yang ada. Kegiatan bisnis, terlebih
yang berskala besaar, akan sangat dipengaruhi lingkungan nasional, budaya,
hukum, politik, teknologi, hankam, dan lain-lain khususnya lingkungan makro
ekonomi.
Kondisi saling ketergantungan tersebut merupakan alasan kuat bagi
Pemerintah Kota Medan bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakat,
untuk selalu berusaha menciptakan iklim atau lingkungan yang kondusif bagi
kegiatan bisnis di kota ini, baik bagi bisnis lokal, domestik, maupun asing.
Kenyataan menunjukkan bahwa faktor yang menciptakan lingkungan bisnis yang
kondusif sangat kompleks, saling ketergantungan, pengaruh mempengaruhi antar
berbagai faktor sehingga sangat multi dimensi. Untuk itulah Pemko Medan secara
intens dan terus menerus selalu melakukan dialog, berinteraksi dengan seluruh
kalangan dan lapisan masyarakat untuk membangun dan menciptakan lingkungan
bisnis yang kondusif bagi semua pelaku bisnis tanpa diskriminatif.
4.5.2 Kemitraan Antara Pemerintah Kota, Swasta, dan Masyarakat
Dalam pembangunan Kota Medan paling tidak ada lima pelaku yang
paling menonjol; Pemerintah, Swasta (dunia usaha), Masyarakat, Profesional, dan
Intelektual. Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, selain dikenal sektor publik
yang diperankan oleh Pemerintah juga tidak kalah pentingnya sektor Swasta dan
Masyarakat. Bahkan dilihat dari kontribusi masing-masing sektor, sektor Swasta
memberikan sumbangan jauh lebih besar, bahkan mencapai 80% dari total
sumbangan 20%. Oleh karena itu salah satu kebijakan penting yang ditempuh
Pemko Medan adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi sektor Swasta
dan Masyarakat untuk terlibat tidak saja dalam aktivitas-aktivitas yang
diorientasikan mencari laba, tetapi juga kegiatan pembangunan kota secara
keseluruhan.
Untuk mendorong partisipasi luas Swasta dan Mmasyarakat dalam
pembangunan kota maka salah satu cara (taktik) yang ditempuh adalah
membangun kemitraan antara Pemko, Swasta dan Masyarakat dengan dukungan
kaum profesional dan Intelektual.
Berbagai kemitraan dan kerjasama tersebut terus dibangun dan
dikembangkan dengan dasar saling memperkuat, saling membutuhkan dan saling
menguntungkan satu sama lain. Adalah komitmen Pemko Medan untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat
untuk terlibat dalam proyek pembangunan kota (sektor publik), dengan berbagai
bentuk perjanjian yang mungkin dilaksanakan seperti sistem kontrak sewa dan
lain-lain. Dengan demikian tanggung jawab pembangunan kota, dipandang
merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh lapisan masyarakat.
4.5.3 Peran Institusional Bisnis (Kadin)
Sebagai wilayah ekonomi yang sangat mengandalkan sektor kegiatan
ekonomi sekunder dan tertier maka peran Kamar dagang dan Industri (Kadin)
Cabang Medan dirasakan demikian penting dan strategis. Karenanya adalah wajar