• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kausalitas Antara Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kausalitas Antara Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INVESTASI DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI DI KOTA MEDAN

Proposal Skripsi

Diajukan oleh:

Cut Dian Afita

060501064

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

(2)

ABSTRACT

This research is titled Causality Analysis Between Investment and

Economic Growth in Medan City during 1988-2007. The purpose of this research

is to know wether there are two ways relation (influence each other), one way

relation, or even no relation at all between investment and economic growth in

Medan City.

This research using method with granger Causality test. The data is

proceded by Eviews 5 programme. The result of estimation there is one way

relation between investment and economic growth. Which is investment is the

function of economic growth. In other word, investment causes the increase or

decrease of economic growth in Medan city from 1988-2007.

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Kausalitas antara Investasi dan

Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan selama 1988-2007. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui apakah hubungannya dua arah (saling mempengaruhi

masing-masing variabel), hubungan searah atau tidak ada hubungan antara investasi dan

pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

Penelitian ini memakai metode Uji Granger Kausality, data di proses

dengan menggunakan program Eviews 5. Hasil estimasi pada variabel tersebut

adalah hubungan searah antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Yang mana

investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain,

investasi investasi menyebabkan peningkatan dan penurunan pertumbuhan

ekonomi di Kota Medan pada tahun 1988-2007.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang telah dijadwalkan.

Untuk mendapat gelar sarjana Ekonomi, Alhamdulillah penulis telah

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kausalitas Antara Investasi dan

Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat batuan dari berbagai

pihak baik berupa dorongan semangat, material maupun sumbangan pikiran. Oleh

sebab itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada orang tua penulis Afdhal dan Masjuita

Siregar yang selama ini telah banyak memberikan dukungan baik dukungan

semangat, materi dan doa yang tak pernah putus selama membimbing penulis

dalam setiap langkah. Dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan

dorongan, bantuan serta doa yang tiada hentinya bagi penulis yang tidak ternilai

khususnya adek-adek (yola, tria dan yoga), nenek, uwak, ibu, sepupu dan keluarga

besar lainnya. Dan juga ucapan terima kasih buat sahabat tersayang Gawi Miguna

Pradana yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta doa

kepada penulis, serta kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian

skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

(5)

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Ph.D sebagai sekretaris Departemen

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Ilyda Sudradjat, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberi masukan dan membimbing penulis dalam penulisan penelitian

ini.

5. Ibu Inggrita Gusti Sari, M.Si dan Drs. HB. Tarmizi, SU selaku dosen

penguji penulis.

6. Seluruh staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Sumatera

Utara Khusunya Departemen Ekonomi Pembanguan.

7. Teman-teman seperjuangan yaitu Himpunan Departemen Ekonomi

Pembangunan stambuk 2006, khususnya kepada Liza, monik, kiki, tya,

nita, devi, serli, adji, wiman, arif, saed, delvin, zia, ibel, doli dll yang tidak

dapat penulis sebutkann satu per satu.

8. Teman-teman seperjuangan dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

yang telah memberikan dukungan dan doa terkhusus buat rekan saya

Mitha yang telah membantu dalam melaksanakan kewajiban dalam

kepengurusan KOHATI sehingga penulis sangat terbantu.

9. Teman-teman Kost Nomaden terkhusus buat uul dan iis yang telah

memberikan dukungan dan doa yang sangat berharga buat penulis.

Tak ada gading yang tak retak dan penulis tahu bahwa skripsi ini telah

(6)

membangun dari berbagai pihak untuk lebih baik lagi pada waktu yang akan

datang.

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, bantuan kalian semua sangat

berarti bagi penulis. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2010

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...5

1.3 Hipotesis...5

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...6

1.4.1 Tujuan Penelitian...6

1.4.2 Manfaat Penelitian...6

BAB II URAIAN TEORITIS...7

2.1 Pertumbuhan Ekonomi...7

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...7

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi...10

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB.... 16

2.2 Investasi... 19

(8)

2.2.2 Teori Investasi...24

2.2.3 Pembagian Investasi...25

2.2.4 Pengaruh Investasi Terhadap Perekonomian.28 2.3 Telaah Riset Terdahulu...30

2.4 Konseptual Penelitian...30

BAB III METODE PENELITIAN...32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian...32

3.2 Jenis dan Sumber Data...32

3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data...32

3.4 Definisi Operasional Variabel...38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...39

4.1 Kondisi Geografis...39

4.2 Kondisi Alam dan Topografis...40

4.2.1 Iklim...40

4.2.2 Sungai...41

4.3 Kondisi Demografis...41

4.4 Sejarah Kota Medan...43

4.5 Potensi Wilayah...44

4.5.1 Lingkungan Bisnis...44

4.5.2 Kemitraan Antara Pemerintah Kota, Swasta Dan Masyarakat...46

4.5.3 Peran Institusional Bisnis (Kadin)...47

(9)

4.5.5 Dukungan Lembaga Keuangan...50

4.6 Struktur Ekonomi dan Perkembangan PDRB...52

4.7 Pertumbuhan Ekonomi...54

4.8 Peluang Investasi...55

4.9 Kawasan Industri...57

4.10 Analisis Data...60

4.10.1 Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test)...60

4.10.2 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)...61

4.10.3 Uji Granger Causality (Granger Causality Test)...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...63

5.1 Kesimpulan...63

5.2 Saran...63

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2008... 41

4.2 Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930,

1980,2000... 43

4.3 Penggolongan Jenis dan Tarif Paling Tinggi dari Pajak

Daerah... 50

4.5 PDRB Kota Medan Atas Harga Berlaku Gross Regional

Domestic Product of Medan City at Current Price 2005-2007

(Jutaan Rupiah Million Rps)... 53

4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga

Berlaku Growth of Gross Regional Domestic Product

of Medan City at Current Price 2005-2006 (%)... 54

4.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005-2007... 55

4.8 Jenis dan Jumlah Perusahaan... 58

4.9 Hasil Estimasi dan Derajat Integrasi Untuk Uji Akar-Akar Unit.. 61

4.10 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen... 61

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1 Teori Penduduk Optimum... 11

2.2 Hubungan Antara Tingkat Bunga dan Investasi... 23

2.3 Investasi Otonom... 25

2.4 Investasi Terpengaruh... 26

(12)

ABSTRACT

This research is titled Causality Analysis Between Investment and

Economic Growth in Medan City during 1988-2007. The purpose of this research

is to know wether there are two ways relation (influence each other), one way

relation, or even no relation at all between investment and economic growth in

Medan City.

This research using method with granger Causality test. The data is

proceded by Eviews 5 programme. The result of estimation there is one way

relation between investment and economic growth. Which is investment is the

function of economic growth. In other word, investment causes the increase or

decrease of economic growth in Medan city from 1988-2007.

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Kausalitas antara Investasi dan

Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan selama 1988-2007. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui apakah hubungannya dua arah (saling mempengaruhi

masing-masing variabel), hubungan searah atau tidak ada hubungan antara investasi dan

pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

Penelitian ini memakai metode Uji Granger Kausality, data di proses

dengan menggunakan program Eviews 5. Hasil estimasi pada variabel tersebut

adalah hubungan searah antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Yang mana

investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain,

investasi investasi menyebabkan peningkatan dan penurunan pertumbuhan

ekonomi di Kota Medan pada tahun 1988-2007.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini terarah pada pola atau arah hubungan kausalitas antara

investasi dan pertumbuhan ekonomi, mendapat perhatian penuh karena mengingat

investasi merupakan faktor pendukung terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan

ekonomi dan investasi, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing,

memiliki hubungan kausalitas (timbal balik) yang positif. Hubungan timbal balik

tersebut terjadi karena semakin tinggi tingkat perekonomian suatu negara, berarti

semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang

diciptakan akan semakin besar pula. Dalam kasus ini investasi merupakan fungsi

dari pertumbuhan ekonomi (Sumanjaya, 2005).

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekonomian

dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat

meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan

meningkatnya jumlah barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu daerah,

dalam hal ini adalah Kota Medan.

Untuk melihat fluktusasi ekonomi secara rill dari tahun ke tahun tergambar

dari kenaikan pendapatan perkapita dan lajunya dengan menggunakan tingkat

pertumbuhan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah

(regional). Yaitu apabila pertumbuhan ekonomi positif menunjukkan adanya

(15)

Motor penggerak dari pertumbuhan adalah investasi. Pada perekonomian

tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan domestik.

Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui dana

dari luar wilayah. Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh

perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor produksi tersebut

adalah modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan

modal (inve stasi).

Sejak tahun 2001 penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara

berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini

tidak saja didukung oleh faktor-faktor ekonomi yang dimiliki, tetapi didukung

juga oleh faktor-faktor non ekonomi, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan

penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Perkembangan positif penanaman modal selama tahun 2005-2007 dapat

dilihat dari perkiraan nilai investasi di berbagai sektor lapangan usaha, baik yang

berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman

Modal Asing (PMA), di samping sektor Pemerintah dan rumah tangga.

Penanaman modal asing berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu

negara dalam melaksanakan pembangunan nasional guna meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Kebutuhan tersebut timbul akibat

ketidakmampuan suatu negara memenuhi kebutuhan akan modal, sehingga

penanaman modal menjadi salah satu alternatif terbaik selain hutang luar negeri.

Ciri khusus suatu kegiatan penanaman modal tidak saja menyangkut

(16)

penanaman modal sejak semula memang kurang dihayati sebagai kegiatan yang

kurang berarti. Sebenarnya sejak zaman penjajahan kegiatan perdagangan sudah

cukup menunjukan kemajuan yang berarti, namun kegiatan penanaman modal

asing pada masa itu tidak seberapa maju.

Laju pertumbuhan kota Medan pada tahun 2006 mengalami peningkatan

bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini pertumbuhan Kota

Medan hanya mencapai 7,7 persen. Ada beberapa sektor yang pertumbuhannya di

atas rata-rata yakni sektror penggalian 18,99 persen, sektor bangunan 11,01

persen, sektor pertanian 6,88 persen dan jasa-jasa 10,65 persen.

Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor pendapatan regional tahun

2006 masih sangat dominan berasal dari sektor transportasi telekomunikasi

sebesar 25,92 persen. Sedangkan sektor lainnya juga cukup dominan antara lain

sektor industri sebesar 16,27 persen, sektor angkutan sebesar 18,45 persen, sektor

keuangan sebesar 13,64 persen dan sektor jasa sebesar 10,72 persen. Berdasarkan

harga berlaku pada tahun 2005 pendapatan perkapita telah mencapai Rp.

18.364.868,23 sedangkan tahun 2006 menjadi sebesar sebesar Rp. 20.780.909,31

(Badan Pusat Statistik, 2008).

Penelitian ini dilakukan di Pulau Sumatera karena pulau ini mempunyai

posisi yang strategis untuk dikembangkan, khususnya Sumatera Utara yaitu Kota

Medan. Ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki Kota Medan mempunyai

kemungkinan yang sangat besar untuk beraktifitas penanaman modal yaitu

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing

(PMA), karena banyaknya tersedia berbagai bahan mentah dari berbagai sektor

(17)

sebagai sektor industri dan juga Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota

di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup

penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera

Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan

penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab

berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat

dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,

Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan

diperkirakan memiliki pangsa pasar barang dan jasa yang relatif besar. Hal ini

tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007

diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis

dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota

Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan

regional serta nasional.

Kota medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah kota

Jakarta dan Surabaya, dilihat dari luasnya wilayah, jumlah penduduk, aktivitas

industri dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini pemerintah kota medan sedang

berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang

bisnis di berbagai bidang seperti bidang industri, pariwisata, perbankan dan

lain-lain akan semakin menjanjikan keuntungan bagi para investor lokal dan asing

(18)

Umumnya daerah dengan intensitias kegiatan ekonomi dengan

peningkatan nilai investasi yang tinggi setiap tahun akan memberikan kontribusi

cukup besar terhadap pajak atau PDRB.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian

yang membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis Kausalitas Antara

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pola atau arah hubungan kausalitas antara Investasi

dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

2. Apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara Investasi

dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

1.3. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang

kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas,

maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan kausalitas antara Investasi dan pertumbuhan ekonomi

di Kota Medan.

2. Terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara Investasi dan

(19)

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi di

Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pola atau arah hubungan kausalitas antara investasi dan

pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara

investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai beriku:

1. Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. sebagai tambahan wawasan ilmiah penulis dalam penerapan disiplin ilmu

yang penulis tekuni.

3. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil

penelitian yang sudah ada.

4. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi

(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2006:423), dalam kegiatan perekonomian yang

sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembanga fiskal produksi barang

dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi

barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah,

pertambahn produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jas rill

terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada

tahun sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan

pada perubahan yang bersifat kuantatif dan biasanya diukur dengan menggunakan

data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2.1.1 Faktor- Faktor yang Menentukkan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2006:425), ada beberapa faktor yang menentukan

pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam suatu negara meliputi kesuburan tanah, keadaan iklim

dan cuaca, dan jumlah serta jenis hasil hutan, laut dan juga barang

tambang yang dapat diperoleh. Kekayaan alam akan dapat

mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu

(21)

Apabila suatu daerah mempunyai kekayaan alam yang melimpah, maka

akan menarik perhatian para usahawan untuk mengembangkan

usahanya, maka dengan itu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi

dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dan juga kekayaan

alam harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien agar mendapatkan

hasil yang maksimal.

2. Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja

Produk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong

maupun penghambat dari perkembangan ekonomi. Penduduk yang

bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan

tersebut memungkinkan negara itu menambah produksinya. Disamping

itu akibat pendidikan, latihan keterampilan, pengalaman kerja akan

mempermudah dalam pencapaian produktivitas yang maksimal.

Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari

barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula.

Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan

menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional

dan tingkat kegiatan ekonomi.

Akibat dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi

terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum

tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Sebagai

akibat adri ketidakseimbangan ini produtivitas marjinal penduduk

adalah rendah. Ini berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak

(22)

kalau bertambah pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak

mengimbangi pertambahan penduduk.

3. Barang Modal dan Tingkat Tekhnologi

Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat

tekhnologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang dicapai

adalah jauh lebih rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya

akan mengalami perkembangan yanga sangat kecil.

4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial masyarakat dapat menentukan sampai dimana

pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Adat istiadat yang tradisional

dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi

yang modren dan produktivitas yang tinggi.

Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem

sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan

ekonomi, pemerintah haruslah menghapus hambatan-hambatan

tersebut. Salah asatu tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas

pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.

5. Investasi

Investasi merupakan suatu faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi

jangka panjang (bagi kelangsungan pembangunan ekonomi).

Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang

dan jasa) disemua sektor-sektor ekonomi. Untuk kegiatan tersebut perlu

(23)

semua ini diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana

investasi.

Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja

dan pendapatan masyarakat meningkatkan yang akan menciptakan atau

meningkatkan permintaan dipasar. Pasar berkembang menyebabkan

volume kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam

negeri meningkat, maka terciptalah pertumbuhan ekonomi.

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Klasik

Dalam sejarah pemikiran ekonomi para penulis ekonomi pada bagian

kedua abad ke-18 dan permulaan abad ke-20 lazim digolongkan sebagai

kaum Klasik. Ahli-ahli ekonomi yang temasuk dalam golongan tersebut

adalah Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus dan Jhon Stuart

Mill.

menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: penduduk, jumlah stok

barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat

tekhnologi yang digunakan (Sukirno 2003:430).

Pendapatan nasional suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga

jenis pendapatan, yaitu: upah para pekerja, keuntungan para pengusaha

dan sewa tanah yang diterima pemilik tanah. Dimana kenaikan upah ini

akan menyebabkan pertambahan penduduk dan juga tingkat keuntungan

(24)

apabila tidak terdapat keuntungan maka pembentukan modal tidak akan

terjadi dan perekonomian akan mencapai tingkat stationary state.

Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan

ekonomi sehingga mengakibatkan, tanpa adanya kemajuan tekhnologi,

pertambahan pemduduk akan menurunkan tingkat upah, menurunkan

tingkat keuntungan, akan tetapi menaikkan tingkat sewa tanah (Sukirno

2007: 247).

Berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dikemukakan suatu teori yang

menjelaskan katerkaitan antara pendapatan perkapita dan jumlah

penduduk. Teori tersebut dinakan Teori Penduduk Optimun.

Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah

penduduk tertentu produksi marjinal telah sama dengan pendapatan

perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai

maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk

optimum.

Pendapatan perkapita (Y)

Y1

Y2

Ypk

Ypk

Jumlah Penduduk (N)

N1 N2

(25)

Keterangan:

Kurva Ypk menunjukkan tingkat pendapatan perkapita pada berbagai

jumlah penduduk, dan M adalah jumlah penduduk sebanyak N0 dan pendapatn

perkapita yang paling maksimum adalah Y0.

b. Teori Schumpeter

Dalam beberapa dasawarsa pertama abad ke-20, hanya segolongan kecil

ahli ekonomi yang memfokuskan perhatian mereka terhadap masalah

pembangunan. dari mereka adalah Joseph Schumpeter yang terkenal

dengan teori schumpeter.

Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Shcumpeter memulai

analisisnya dengan memisalkan bahwa pertumbuhan ekonomi sedang

dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung

lama. Pada waktu keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Pada waktu

keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang

berbagai kemungkinan untuk melakukan inovasi yang menguntungkan.

Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan

pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan

penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat

ekonomi negara. maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan

seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. kenaikan

tersebut mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan

lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka

menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan atas dua golongan,

(26)

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha

di dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Menurut Schumpeter

makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu perekonomian makin terbatas

kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka petumbuhan ekonomi

akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai

tingkat “keadaan tidak berkembang” atau stationary state. Akan tetapi

berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan schumpeter

tingkat keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat

pembangunan yang tinggi.

c. Teori Harood-Domar

Teori harrod-domar merupakan perluasan dari anlisis keynes mengenai

kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja.

Karena teori Harrid-Domar menganggap rasio modal produksi tetap,

teori tersebut mengatakan pertambahan kapasitas barang modal

tergantung kepada dua faktor, yaitu rasio modal produksi itu sendiri

misalnya bernilai COR (capital output ratio) dan investasi yang

dilakukan pada tahun tersebut.

Teori Harrod- Domar adalah perluasan dari analisis keynes. Dengan

demikina teori ini berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun

berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah dengan

(27)

Besarnya pertambahan pendapatan nasional tergantung kepada besarnya

multiplier, dan pertambahan pendapatan tersebut dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

Sekarang telah diperoleh tiga persamaan, dengan demikian :

atau

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah (sendiri-sendiri)

dalam periode yang bersamaan oleh E.S Domar ( 1947-1948) dan R.F

Harrod (1939-1948). Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap

pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang

modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana

domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi

(pendapatan nasional) yang ditabung.

a) Investasi

Tingkat output suatu perekonomian mempunyai hubungan yang

proporsional (konstan) dengan jumlah stok barang modal. Seandainya

tingkat output dinotasikan Y dan stok barang modal dinotasikan K,

maka:

Y=α K

Dimana α adalah ratio output barang modal ( capital-output ratio,

disingkat ICOR), yaitu angka yang menunjukkan berapa jumlah output

yang dihasilkan dari stok barang modal yang tersedia.

(28)

b) Tabungan

Telah dikatakan bahwa untuk mampu melakukan investasi,

perekonomian harus menyisihkan outputnya sebagai tabungan. Bila

tabungan merupakan bagian proporsional (konstan) dari pendapatan,

hubungan tabungan (S) dengan output (Y) adalah:

S = σ Y

Nilainya adalah positif namun lebih kecil daripada 1 (0<σ<1)

c) pertumbuhan ekonomi

Tingkat pertumbuhan output keseimbangan tercapai pada saat I=S.

d. Teori Pertumbuahn Neo-kalsik

teori pertumbuhan neo kalsik melihat sudut pandang yang berbeda yaitu

dari sudut penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh

Abramovits dan Solow, ekonomi tergantung pada perkembangan

faktor-faktor produksi. Dalam pandangan persamaan ini dapat

dinyatakan dengan persamaan:

ΔY = f (ΔK,ΔL,ΔT)

Dimana:

ΔY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.

ΔK adalah tingkat pertumbuahan modal.

ΔL adalah tingkat pertumbuhan penduduk.

ΔT adalah tingkat pertumbuhan tekhnologi.

Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik atau

(29)

empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: “ faktor terpenting

mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan

pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan

tekhnologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja”.

Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah

menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,

tetapi dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk

mengadakan penyelidikan empiris dalam menentukan peranan

sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan

pertumbuhan ekonomi.

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu dasar untuk mengukur tingkat perekonomian suatu wilayah

adalah dengan menggunakan besaran nilai PDRB. Apabila ditinjau dari segi

pendapatan, PDRB merupakan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor

produksi yang dimiliki oleh penduduk diwilayah tersebut yang ikut serta dalam

proses produksi didalam jangka waktu tertentu.

PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan

oleh unit-unit produksi yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi

pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Nilai PDRB disajikan atas dasar

harga berlaku (sesuai dengan harga pasar transaksi pada tahun perhitungan) dan

atas dasar harga konstan (harga dasar tahun tertentu).

Hasil perhitungan atas dasar harga berlaku merupakan seluruh nilai barang

(30)

biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.

Pada perhitungan atas dasar harga berlaku belum menghilangkan faktor produksi,

yang artinga masih memuat akibat terjadinya inflasi/deflasi sehingga tidak

memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara rill.

Perhitungan atas harga konstan menggambarkan perubahan volume

produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai

dengan harga pasar pada tahun dasar tertentu, dan pada perhitungan atas dasar

harga konstan ini faktor inflasi dihilangkan, yang artinya perubahan besranya

PDRB sudah terlepas dari pengaruh inflasi dan deflasi.

Adapun pembagian sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu:

1. Sektor pertanian, perternakan, kehutanan, dan perikanan.

2. Sektor pertambangan dan penggalian

3. Sektor industri pengelolaan.

4. Sektor listrik, gas dan air bersih

5. Sektor bangunan/konstruksi

6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran

7. Sektor transportasi dan komunikasi

8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

9. Sektor jasa

Untuk megukur pendapatan masyarakat dari hasil kegiatan ekonomi di suatu

wilayah, konsep pendekatan yang dipakai adalah PDRB. Adapun konsep-konsep

dasar dari PDRB di jelaskan sebagai berikut:

(31)

PDRB atas harga pasar adalah jumlah nilai produk barang dan jasa

yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang terjadi di suatu

wilayah tertentu. Nilai tambah bruto atau produksi netto terdiri dari

upah, gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan, dan pajak tak

langsung netto.

Dapat disimpulkan bahwa PDRB atas dasar harga pasar merupakan

penjualan nilai tambah bruto dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada

di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

b. Ptoduk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Harga Pasar

PDRN atas harga pasar adalah PDRB dikurangi penyusutan. Sehingga

perbedaan konsep netto dan bruto terletak pada konsep netto dan bruto

terletak pada PDRN komponen ini tidak ada lagi.

Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susutnya barang-barang

modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Jumlah susut

barabg-barang modal dari seluruh sektor ekonomi merupakan penyusutan

yang diukur berdasarkan nilai barang modal tersebut.

c. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor

PDRN atas dasar biaya faktor diperoleh dari PDRN atas dasar harga

pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto. Pajak tak langsung

netto merupakan pajak tak langsung dikurangi dengan biaya subsidi.

Pajak tak langsung meliputi: pajak penjualan, pajak tontotnan, biaya

eksprot dan impor, dan lain-lain kecuali pajak pendapatan dan pajak

(32)

Pajak tak langsung umumnya dibedakan pada harga jual ataupun harga

produksi masing-masing unit produksi, sehingga langsung menaikkan

yang berakibat pada kenaikan harga barang.

Subsidi merupakan dana yang diberikan pemerintah pada unit-unit

produksi, sehingga langsung berakibat pada kenaikan harga barang dan

jasa yang menyangkut kepentingan umum. Jadi pajak tak langsung

berpengaruh positif terhadap kenaikan harga.

d. Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa

PDRN atas dasar biaya faktor, sebenarnya secara agregat

mencerminkan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan

atas balas jasa dari faktor-faktor yang ikut dalam proses produksi di

suatu wilayah dalam waktu tertentu.

2.2 Investasi

Berdasarkan teori

produksi) dari

digunakan untuk produksi yang akan datan

membangu

sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu

komponen dari

investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik,

mesin, dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi

(33)

pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana

tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi

sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.

Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya

sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suat

investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga

(http:/www.wikipedia.com).

Investasi merupakan unsur GDP yang palinge sring berubah. Ketika

pengeluarana atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari

penurunan itu berkaitan dengan anjloknya pengeluaran investasi. Menurut

Mankiw (2003: 453) ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu:

1. Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment)

Mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses

produksi. Berarti bahwa pengeluaran ini adalah untuk modal yang akan

menetap untuk sementara. Model investasi tetap bisnis mencakup

model investasi neoklasik (neoclassical mode of investment). Model

neoklasik mengkaji manfaat dan bagi perusahaan untuk memiliki

barang-barang modal. Model tersebut menunjukkan bagaimana tingkat

investasi dan tambahan persediaan modal dikaitkan dengan produk

marjinal modal, tingkat bunga, dan aturan perpajakan yang

mempengaruhi perusahaan tersebut.

2. Investasi Residensial (Residential Investment)

Mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan dibeli

(34)

harga relatif rumah. Harga rumah pada akhirnya akan bergantung pada

permintaan dan penawaran rumah saat ini. Kenaikan dalam permintaan

rumah mungkin karena turunya tingkat bunga dapat meningkatkan

harga rumah dan investasi residensial.

3. Investasi Persediaan (Inventory Investment)

Mencakup barang-barang yang yang disimpan perusahaan di gudang,

termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses dan barang

jadi. Barang-barang yang diimpan perusahaan di gudang pada saat yang

sama bisa tidak bernilai apa-apa dan bisa memiliki signifikansi yang

besar. Investasi persediaan merupakan salah satu komponen

pengeluaran terkecil. Pada masa resesi perusahaan berhenti mengganti

persediaan mereka begitu barang dijual dan investasi persediaan

menjadi negatif.

Beberapa kegunaan persediaan adalah untuk meratakn tingkat produksi

sepanjang waktu, untuk menyimpan parsediaan yaitu persediaan yang

membuat perusahaan beroperasi secara lebih effisien, menghindari

kehabisan barangketika penjualan tiba-tiba melonjak dan persediaan

untuk barang yang sedang dalam proses produksi.

Para pelaku investasi dalah pemerintah, swasta, dan kerjasama antara

pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah umumnya dilakukan tidak dengan

maksud untuk mendapat keuntungan, tetapi tujuannya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit dan sebagainya. Bagi swasta

lebih tertarik pada jenis investasi yang ditujukan untuk memperoleh laba yang

(35)

Ciri-ciri dari barang-barang investasi antara lain:

1) Memiliki manfaat yang umurnya lebih dari satu tahun

2) Nilainya relatif besar dibandingkan dengan nilai outputr

yang dihasilkan

3) Manfaat dari penggunaan barang tersebut dirasakan untuk

jangka waktu yang panjang.

2.2.1 Faktor- Faktor yang Menentukan Investasi

Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:

1. Tingkat Keuntungan Investasi yang Diramalkan Akan Diperoleh.

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan

gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang

kelihatannya mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan,

dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan

tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunag menentukan investasi yang akan memnerikan

keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para

pengusaha hanya dapat melaksanakan keinginan untuk menanam modal

apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya itu,

yaitu persentase keuntungan neto ( tetapi belum dikurangi bunga uang

yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga.

Oleh karena itu, dalam analisis makroekonomi mengenai investasi lebih

(36)

menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan tingkat suku bunga

ke ats investasi dan pendapatan nasional.

Terdapat hubungan negatif antar jumlah investasi dengan tingkat suku

bunga.

Tingkat Suku Bunga (i)

i

1

i

2

i

3

Investasi (I)

I

1

I

2

I

3

Gambar 2.2 Hubungan antara tingkat bunga dan investasi

Keterangan:

Pada tingkat suku bunga tertinggi, yaitu i1, investasi berada pada titik

terendah, yaitu titik I1. Ketika tingkat bunga turun menjadi i2, invesatsi meningkat

pada titik I2. Kemudian tingkat bunga turun lagi pada titik i3 dan investasi

meningkat menjadi di titik I3.

3. Inovasi dan Tekhnologi

Adanya temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama

menjadi tidak efisien. untuk itu perusahaan-perusahaan perlu

menanamkaninvestasi untuk membeli mesin-mesin dan

peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.

(37)

Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan

nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung,

yang pada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang

menguntungkan.

5. Tingkat Keuntungan Perusahaan

Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, makin banyak bagian laba

yang dapat ditahan untuk tujuan investasi.

6. Situasi Politik.

Jika situasi politi aman, dan pemerintah banyak memberikan

kemudahan-kemudahan bagi pengusaha, tingkat investasi akan tinggi.

dab begitu juga sebaliknya.

2.2.2 Teori Investasi

Di dalam bukunya the general theory of employment, interest, and money

(1936), Jhon Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi

atas konsep efisiensi marginal kapital ( Marginal Efficiency Capital atau MEC).

Sebagai defenisi kerja, MEC adalan tingkat diskonto yang menyamakan aliran

perolehan yang diharapka dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari

kapital tambahan.

Teori neo klasik tentang investasi (Neoclassical theory of investment) ini

merupan teori akumulasi kalital optimal. Menurut teori ini, stok kapital yang

diinginkan ditentukan oleh output dan jasa dari harga kapital relatif terhadap

(38)

Harga jasa kapita pada gilirannya bergantung pada harga barang-barang

modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi

menururt teori ini, perubahan di dalam output akan mngubah dan mempengaruhi

stok kapital yang diingin kan dan juga investasi. Teori neo klasik mengatakan

bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu investasi yang diinginkan.

2.2.3 Pembagian Investasi

Secara sederhana investasi dibedakan atas:

1. Investasi otonom, yaitu investasi yang jumlahnya dari dalam

perekonomian itu sendiri

Investasi (I)

I

0

Y

1

Y

2 Pendapatan Nasional (Y)

Gambar 2.3 Investasi Otonom

Keterangan:

Pada tingkat pendapatan nasional berapapun, yaitu Y1 maupun Y2, investasi tetap (I0).

2. investasi terpengaruh, yaitu investasi yang jumlahnya dipengaruhi oleh

(39)

Investasi (I)

I

2

I

1

Y

1

Y

2 Pendapatan Nasional (Y)

Gambar 2.4 Investasi terpengaruh

Keterangan:

Pendapatan nasional Y1 ke Y2 mengakibatkan investasi naik juga dari I1

ke I2.

Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatan, investasi di bagi lagi

menjadi beberapa kelompok, yaitu:

a) Investasi Baru

Yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai

bagian dari usaha baru untuk produksi baru ataupun perluasan

produksi, tetapi harus menggunkan sistem industri baru.

b) Investasi Peremajaan

Investasi jenis ini umumnya hanya digunakan untuk mengganti

(40)

kapasitas produksi dan ongkos produksi yang sama dengan alat

yang digantikan.

(41)

Pada kelompok ini peralatan lama diganti oleh yang baru tetapi

dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas

sama dengan yang digantikannya.

d) Investasi Perluasan

Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti

yang lama. Kapsitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi

masih sama.

e) Investasi Modrenisasi

Investasi jenis ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang

memang proses barunya, atau memproduksi lama dengan proses

baru.

f) Investasi Divesifikasi

Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan

tertentu, sesuai dengan progran diversifikasi kegiatan usaha

korporasi yang bersangkutan.

Di Indonesia, investasi atau penanaman modal dapat diklasifikasikan

menjadi dua bagian, yaitu:

1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat

Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh

negara maupun swasta nasional maupun swasta asing yang

(42)

Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut, dapat secara

perorangan dan tau merupakan badan hukum yang didirikan

berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Penanaman Modal dalan Negeri atau PMDN adalah penggunaan

kekayaan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan

Undang-Undang penanaman modal (widjaya, 2005:23).

2. Penanaman Modal Asing (PMA)

Yang dimaksud dengan penanaman modal asing (PMA) hanyalah

meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan

berdasarkan ketentuan undang-undang No. 1 tahun 2967 dan yang

digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik

modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal

tersebut. Alat- alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan

baru milik orang asing, dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar

ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak di biayai

dri kekayaan devisa Indonesia (Widjaya, 2005:26).

Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan

menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak

hanya membawa mesin, tetapi juga keterampilan tekhnik.

2.2.4 Pengaruh Investasi terhadap perekonomian

Investasi dalam berbagai bentuknya banyak memberikan pengaruh kepada

(43)

Karena dengan terciptanya investasi akan memberikan pengaruh bagi

perekonomian suatu negara. investasi akan berlanjut dengan suatu proses produksi

akan menciptakan lapangan kerja, barang-barang dan jasa-jasa untuk dipasarkan

kepada konsumen. Dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan

konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang dan jasa pada

gilirannya akan menciptakan kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah.

Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau

daerah dapat pula dilihat melalui “multiplier effect” yang ditimbulkan. Multiplier

effect atau angka pengganda dari investasi tersebut dapat dituliskan sebagai

berikut:

KI = 1/1-MPC

Dimana MPC merupakan besranya hasrat untuk mengkonsumsi. Sehingga

suatu investasi ditanamkan dalam suatu perekonomian, dampaknya terhadap

pertambahan pendapatan nasional atau daerah tidak hanya sebesar nilai investasi

yang ditanamkannya, tetapi sebesar nilai yang ditanamkan dilkalikan dengan

angka penggandanya (Kelana, 1996: 131).

Namun investasi yang ditanamkan da dalam perekonomian salah satunya

ditentukan oleh adanya demand dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi atas

barang-barang konsumsi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga

merangsang tumbuhnya investasi baru. Karena seperti yang kita ketahui bahwa

pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi

(44)

Sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan

dengan S dan pendapatan yang diterima dilambangkan dengan Y, maka

perumusannya menjadi Y=C+S.

Seandainya keseluruhan pendapatan masyarakat itu dikonsumsi

keseluruhannya (MPC=1) maka besarnya K menjadi tak hingga dan besar

pendapatan nasional juga tak terhingga.

2.3 Telaah Riset Terdahulu

Berdasarkan riset yang dilakukan Gani (1999) memperlihatkan bahwa

variabel penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi di Fiji memiliki

hubungan yang eratt setelah dilakukan Uji Granger Causality.

Hasil skripsi Renata (2003) “Analisis kausalitas investasi dan

pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara”adanya hubungan searah (kausal) antara

investasi dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

2.4 Konseptual Penelitian

Dengan adanya investasi yang terdiri dari PMDN dan PMA dapat

mengakibatkan produksi barang dan jasa (output) di suatu daerah meningkat.

Output suatu daerah diukur dengan Produk Domestik Regionla Bruto (PDRB).

Dengan meningkatnya output maka secara otomatis PDRB daerah tersebut

meningkat.

PDRB merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dengan

meningkatnya output yang mengahsilakn maka pertumbuhan ekonomi suatu

(45)

Gbr. 2.5 Konseptual Penelitian

PMDN dan PMA

Peningkatan Produksi

PDRB

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif

tahunan pada rentang waktu antara tahun 1988-2007 dengan pertimbangan

ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan

meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat dan data tersebut diolah

kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Di dalam

penelitian ini dikaji hubungan kausalitas dan kointegrasi antara investasi dan

pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan jenis data time series (kurun waktu) selama kurun waktu 1988-2007 yaitu

20 tahun.

Sumber data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber seperti Badan

Pusat Statistik (BPS). Di samping itu, penulis juga melakukan studi literatur untuk

mendapatkan teori yang mendukung penelitian yang diperoleh dari jurnal dan

sebagainya.

3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration Test dan

(47)

untuk melihat hubungan investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan

dalam jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality Test adalah untuk

melihat hubungan timbal balik (kausal) antara investasi dan pertumbuhan

ekonomi di Kota Medan. Dalam kaitannya dengan metode tersebut maka

pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya

dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakannya metode Cointegration

Test dan Granger Causality Test.

Sebelum dilakukannya estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka

terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Stasioneritas / Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Validitas hipotesis kausalitas investasi dan pertumbuhan ekonomi dapat

dibuktikan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap

masing-masing variabel yang akan dianalisis dengan uji akar unit (Unit Root Test) yang

merupakan bagian dari uji stasioneritas. Uji akar unit guna membentuk model

dinamis dari semua variable dimana terlebih dahulu di uji stasionaritasnya melalui

prosedur Augmented Dickey Fuller (ADF) .Uji Akar Unit dari Dickey Fuller

maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasionaritas data time series yang

diteliti dengan program Eviews versi 5.

Adapun formula dari Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan

sebagai berikut :

P

DYt = a0 + γYt-1 + ∑ βi DYt-1+1 + εt …………. (1)

(48)

Sedangkan untuk Uji Phillip Perron (PP) adalah :

DYt = a0 + λYt-1 + εt ……… (2)

Di mana:

D = Perbedaan atau differensi

Y = Variabel yang diamati pada tingkat periode tertentu

Β = Operasi kelambanan waktu (backward lag operator)

Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null γ = 0 untuk ADF dan λ = 1 untuk

PP. Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara

membandingkan antara nilai statistik ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t

hitung koefisien γ dan λ dengan nilai kritis distribusi MacKinnon.

Jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih besar dari nilai kritis Mackinnon

maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih

kecil dari nilai kritis Mackinnon maka data tidak stasioner. Hal penting dalam uji

ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Panjangnya kelambanan bisa

ditentukan berdasarkan criteria AIC ataupun SIC. Nilai terkecil dari AIC dan SIC

digunakan untuk menentukan panjangnya kelambanan yang optimal.

2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Setelah diketahui bahwa baik data investasi dan pertumbuhan ekonomi

keduanya stasioner, maka selanjutnya akan diuji kointegrasi. Uji kointegrasi

bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang

antara dua variabel tersebut. Hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antar

investasi dan pertumbuhan ekonomi dengan dapat diuji menggunakan Johansen

test. Hipotesis yang akan diuji adalah untuk menentukan jumlah dari arah

(49)

statistik yaitu untuk menentukan banyaknya vektor kointegrasi. Dua uji tersebut

adalah trace test dan maximum eigenvalue statistic.

Uji statistic pertama adalah uji trace (Trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis

nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi

adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai

berikut:

p

λtrace (r) = -T ∑ in (1-λi) …………(3)

i = r + i

di mana λr+1,……λn adalah nilai eigenvektors terkecil (p-r). Null hypotesis yang

disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan

kata lain, jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau sama dengan (≤) r. Di mana r

= 0,12 dan seterusnya. Johansen trace statistic atau juga dikenal sebagai test

statistik LR (Likelihood Ratio) untuk menguji hipotesis Ho: r < 1 terhadap Ha: r =

0, yang dirumuskan dalam persamaan :

Trace test (Qr) = -nεln(1-λi)

Untuk uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue (λmax) yang

dilakukan dengan formula sebagi berikut :

λmax ( r, r+1) = -T in (1-λr-1) ………..(4)

Uji ini berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vektor

kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan vektor kointegrasi. Untuk melihat

(50)

dan maximum eigen statistic dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat

kepercayaan 5%.

Alternatif uji kointegrasi dari Johansen adalah dengan menggunakan

maximum eigenvalue statistic yang dapat dihitung dari trace statistic, yaitu:

Qmax = -nln(1 – λi) = Qr – Qr+1

3. Uji Granger Causality

Uji Granger Causality Test pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu

variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (Pratomo,

2007:124).

Pengujiaan ini digunakan untuk melihat hubungan kausalitas (hubungan

timbal balik) antara variable-variabel yang diteliti yakni pajak dan investasi.

Sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik saling

mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali

tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger

Causality Test seperti berikut ini :

m n

It = ∑ ai It-i + ∑ bj Yt-j + µt ……….. (5) i=1 j=1

r s

Yt = ∑ ci Yt-i + ∑ dj It-j + Vt ……… (6) i=1 j=1

Di mana :

I = Total investasi di Kota Medan

Y = Total pertumbuhan ekonomi di Kota Medan

(51)

µt dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi

serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi

linear diatas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai

koefisien-koefisien regresi dari persamaan (1,2) dan (1,3) adalah sebagai berikut :

1. Kausalitas searah antara I dan Y

n s Jika ∑ bj≠ 0 dan ∑ dj = 0

j=1 j=1

maka terdapat kausalitas satu arah dari I ke Y

2. Kausalitas searah antara Y dan I

n s

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti

(52)

regresi. Apabila nilai F-hitung > F-tabel maka investasi mempengaruhi ekonomi .

Dan sebaliknya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka investasi tidak

mempengaruhi ekonomi.

Dalam penulisan skripsi ini, data diolah dengan menggunakan program Eviews 5.

3.4Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan

dalam penelitian ini maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Investasi adalah jumlah penanaman modal, baik yang berasal dari dalam

negeri (PMDN) maupun dari luar negeri (PMA), untuk menambah

kemampuan produksi barang dan jasa perekonomian Medan dalam

milyaran rupiah.

2. Pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan Produk Domestik

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan

jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°

30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi

kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5

meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan

berbatasan denga

terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang

kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan

kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang

kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun,

Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.

Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan

berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling

memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,

(54)

perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri

(ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota

dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota

Medan saat ini.

Pembagian Kota Medan berdasarkan kecamatan adalah terdiri dari Medan

Tuntungan,

Sunggal,

4.2 Kondisi Alam dan Topografi

4.2.1 Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun

Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0º C - 24,1º C dan suhu maksimum

berkisar antara 30,6º C - 33,1º C serta menurut Stasiun Sampali suhu

minimumnya berkisar antara 23,6º C - 24,4º C dan suhu maksimum berkisar

antara 30,2ºC - 32,5º C. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota

Medan rata-rata 78 - 82 %. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec

sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di

Kota Medan pada tahun 2006 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah

hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia

(55)

4.2.2 Sungai

Sedikitnya ada sembila

sungai sikambing, sungai putih, sungai badura, sungai deli, sungai sulang-suling,

sungai kera, sungai tuntungan.

Selain itu, untuk mencegah banjir yang terus melanda beberapa wilayah

Medan, pemerintah telah membuat sebuah proyek kanal besar yang lebih dikenal

dengan nama Medan Kanal Timur.

4.3 Kondisi Demografi

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2008

Tahun Penduduk

1.926.052

1.963.086

1.993.060

2.006.014

2.036.018

2.083.156

2.102.105

Sumber:

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan saat ini

diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar

dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui

merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan

mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan

(56)

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa

dengan dihitungnya jumla

berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan

37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa

berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan,

rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara

relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis

perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung

mengalami peningkatan—tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah

0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan

penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004.

Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan

Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di

Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan

Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan

Timur. Pada tahun

sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah

dar

(57)

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah

Arifin dikenal sebaga

orang keturunan India.

Secara historis, pada tahun

jumlah tersebut, 409 orang berketurunan

8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

Tabel 4.2

Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000

Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

tahun, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.

4.4 Sejarah Kota Medan

Medan didirikan oleh

John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833

(58)

200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman

Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah

kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi

besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan oran

perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari

mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan

kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.

Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk

mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang

bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi

Sejak tahu

dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun

tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir

delapan belas kali lipat.

4.5 Potensi Wilayah

4.5.1 Lingkungan Bisnis

Sebagai aktivitas yang diorientasikan untuk memperoleh keuntungan

(59)

dengan bidang-bidang lainnya. Perubahan kondisi atau kebijakan dalam bidang

lain akan selalu mempengaruhi kondisi bisnis yang ada. Kegiatan bisnis, terlebih

yang berskala besaar, akan sangat dipengaruhi lingkungan nasional, budaya,

hukum, politik, teknologi, hankam, dan lain-lain khususnya lingkungan makro

ekonomi.

Kondisi saling ketergantungan tersebut merupakan alasan kuat bagi

Pemerintah Kota Medan bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakat,

untuk selalu berusaha menciptakan iklim atau lingkungan yang kondusif bagi

kegiatan bisnis di kota ini, baik bagi bisnis lokal, domestik, maupun asing.

Kenyataan menunjukkan bahwa faktor yang menciptakan lingkungan bisnis yang

kondusif sangat kompleks, saling ketergantungan, pengaruh mempengaruhi antar

berbagai faktor sehingga sangat multi dimensi. Untuk itulah Pemko Medan secara

intens dan terus menerus selalu melakukan dialog, berinteraksi dengan seluruh

kalangan dan lapisan masyarakat untuk membangun dan menciptakan lingkungan

bisnis yang kondusif bagi semua pelaku bisnis tanpa diskriminatif.

4.5.2 Kemitraan Antara Pemerintah Kota, Swasta, dan Masyarakat

Dalam pembangunan Kota Medan paling tidak ada lima pelaku yang

paling menonjol; Pemerintah, Swasta (dunia usaha), Masyarakat, Profesional, dan

Intelektual. Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, selain dikenal sektor publik

yang diperankan oleh Pemerintah juga tidak kalah pentingnya sektor Swasta dan

Masyarakat. Bahkan dilihat dari kontribusi masing-masing sektor, sektor Swasta

memberikan sumbangan jauh lebih besar, bahkan mencapai 80% dari total

(60)

sumbangan 20%. Oleh karena itu salah satu kebijakan penting yang ditempuh

Pemko Medan adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi sektor Swasta

dan Masyarakat untuk terlibat tidak saja dalam aktivitas-aktivitas yang

diorientasikan mencari laba, tetapi juga kegiatan pembangunan kota secara

keseluruhan.

Untuk mendorong partisipasi luas Swasta dan Mmasyarakat dalam

pembangunan kota maka salah satu cara (taktik) yang ditempuh adalah

membangun kemitraan antara Pemko, Swasta dan Masyarakat dengan dukungan

kaum profesional dan Intelektual.

Berbagai kemitraan dan kerjasama tersebut terus dibangun dan

dikembangkan dengan dasar saling memperkuat, saling membutuhkan dan saling

menguntungkan satu sama lain. Adalah komitmen Pemko Medan untuk

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat

untuk terlibat dalam proyek pembangunan kota (sektor publik), dengan berbagai

bentuk perjanjian yang mungkin dilaksanakan seperti sistem kontrak sewa dan

lain-lain. Dengan demikian tanggung jawab pembangunan kota, dipandang

merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh lapisan masyarakat.

4.5.3 Peran Institusional Bisnis (Kadin)

Sebagai wilayah ekonomi yang sangat mengandalkan sektor kegiatan

ekonomi sekunder dan tertier maka peran Kamar dagang dan Industri (Kadin)

Cabang Medan dirasakan demikian penting dan strategis. Karenanya adalah wajar

Gambar

Gambar 2.2 Hubungan antara tingkat bunga dan investasi
Gambar 2.3 Investasi Otonom
Gambar 2.4 Investasi terpengaruh
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tahap tindakan yang dilakukan, meliputi (a) melaksanakan tindakan dalam pembelajaran pada sub tema Perubahan Wujud Benda sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Dalam hal ini, timbul pertanyaan dimana sistem Pemasyarakatan itu berdiri dalam bagian dari proses penegakan hukum? Apakah sebagai bagian yang mendukung tegaknya hukum

Guna mengetahui tingkat kepuasan masyarakat di wilayah Kota Banjarmasin terhadap pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh Dinas Penanaman Modal dan

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah selesainya penyusunan Laporan Final Investigasi Kecelakaan Pelayaran Terbaliknya Rejeki Baru Kharisma (GT 6 No.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas disahkannya buku tentang Skema Sertifikasi Okupasi Nasional Pariwisata bidang Tata Boga yang dapat digunakan sebagai panduan atau

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara simultan mengenai pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan penggunaan jasa pada Hotel Furaya Pekanbaru

Pola pencarian informasi tersebut mencakup strategi pencarian informasi seperti apa yang dilakukan oleh anggota VAC, serta untuk mengetahui informasi apa saja yang paling

 Pengangkatan staf ahli untuk mendukung kinerja dewan; dll. Dari kondisi yang demikian, memang sepertinya sangat sulit untuk berharap banyak adanya kesetaraan