SKRIPSI
Oleh:
MHD ROIS ALMAUDUDY 111101102
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
MHD ROIS ALMAUDUDY 111101102
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia
Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di
Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai hambatan dan
kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak, skripsi ini tetap dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekat
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
Ritonga, yang terus mendukung, mendo’akan, dan menyayangi bagai sang
surya menyinari dunia
9. Para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
10. Teman-teman mahasiswa S1 2011 Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberi semangat dan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis
berserah diri dalam usaha ini. Semoga berkah dan rahmat-Nya selalu menyertai.
Medan, 22 Juni 2015
NIM : 111101102
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
ABSTRAK
Keluarga Berencana (KB) adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga menjadi keluarga berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan PUS tentang KB, gambaran keikutsertaan PUS dalam KB, dan hubungan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Jenis penelitian ini adalah korelatif dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah PUS yang ada di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan sampelnya adalah 100 PUS dengan teknik puposive sampling. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan PUS tentang KB masih kurang (64%), sebagian besar PUS tidak ikut serta dalam KB (63%), dan dari analisa statistik untuk menguji hubungan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB, didapatkan hasil p value 0,355 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang siginifikan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Peneliti menyarankan agar pihak yang terlibat dalam KB berupaya menemukan faktor lain yang lebih berpengaruh menentukan partisipasi PUS dalam KB.
Std. ID Number : 111101102
Study Program : S1 (Undergraduate) Nursing
ABSTRACT
KB (Family Planning) is a program which is intended to help good family lifeso that qualified family will be achieved. The research was conducted in Sei Kanan Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District. The objective of the research was to describe PUS’ knowledge of KB, their participation in KB, and the correlation between PUS’ knowledge of KB and their participation in it. The research used correlation method with cross sectional design. The population was all PUS in Sei Kanan Subdistrict, and 100 of them were used as the samples, using purposive sampling technique. The result of the research showed that 64% of the respondents lacked of knowledge, 63% of the respondents did not participate in KB, and statistical examination to see correlation between the knowledge of PUS in KB and their participation in KB showed p value 0,355 that means there was no significant correlation PUS’ knowledge of KB and their participation in it. It is recommended that those who are involved in KB find other factors which have more influence to determine PUS’ participation in KB.
Halaman Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar isi ... v
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah... 4
3. Tujuan Penelitian ... 4
4. Manfaat Penelitian ... 5
Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6
1.Pengetahuan ... 6
1.1 Defenisi pengetahuan ... 6
1.2 Tingkatan pengetahuan ... 6
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 8
1.4 Pengukuran pengetahuan ... 10
2. Keluarga Berencana ... 10
2.1 Definisi keluarga berencana ... 10
2.2 Tujuan keluarga berencana ... 11
2.3 Manfaat program keluarga berencana ... 12
2.4 Sasaran gerakan keluarga berencana ... 12
2.5 Metode kontrasepsi ... 13
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan KB ... 20
Bab 3. Kerangka Penelitian... 21
1. Kerangka Konseptual ... 21
2. Definisi Operasional ... 22
3. Hipotesis ... 22
Bab 4. Metodologi Penelitian ... 24
1. Desain Penelitian ... 24
2. Populasi dan Sampel ... 24
2.1 Populasi ... 24
2.2 Sampel ... 24
3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
4. Pertimbangan Etik ... 26
5. Instrumen Penelitian ... 27
1.1 Uji validitas... 27
1.2 Uji reliabilitas ... 27
6. Pengumpulan data ... 28
1.4 Hubungan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan
Pus dalam KB ... 36
2. Pembahasan... 37
2.1 Pengetahuan PUS tentang KB ... 37
2.2 Keikutsertaan PUS dalam KB ... 38
2.3 Hubungan Pengetahuan PUS tentang KB dengan Keikutsertaan PUS dalam KB ... 40
Bab 6. Kesimpulan dan Rekomendasi... 42
1. Kesimpulan ... 42
2. Rekomendasi ... 43
2.1 Pendidikan Keperawatan ... 43
2.2 Pelayanan Keperawatan ... 43
2.3 Penelitian Keperawatan ... 43
Daftar Pustaka ... 44
NIM : 111101102
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
ABSTRAK
Keluarga Berencana (KB) adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga menjadi keluarga berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan PUS tentang KB, gambaran keikutsertaan PUS dalam KB, dan hubungan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Jenis penelitian ini adalah korelatif dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah PUS yang ada di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan sampelnya adalah 100 PUS dengan teknik puposive sampling. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan PUS tentang KB masih kurang (64%), sebagian besar PUS tidak ikut serta dalam KB (63%), dan dari analisa statistik untuk menguji hubungan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB, didapatkan hasil p value 0,355 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang siginifikan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Peneliti menyarankan agar pihak yang terlibat dalam KB berupaya menemukan faktor lain yang lebih berpengaruh menentukan partisipasi PUS dalam KB.
Std. ID Number : 111101102
Study Program : S1 (Undergraduate) Nursing
ABSTRACT
KB (Family Planning) is a program which is intended to help good family lifeso that qualified family will be achieved. The research was conducted in Sei Kanan Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District. The objective of the research was to describe PUS’ knowledge of KB, their participation in KB, and the correlation between PUS’ knowledge of KB and their participation in it. The research used correlation method with cross sectional design. The population was all PUS in Sei Kanan Subdistrict, and 100 of them were used as the samples, using purposive sampling technique. The result of the research showed that 64% of the respondents lacked of knowledge, 63% of the respondents did not participate in KB, and statistical examination to see correlation between the knowledge of PUS in KB and their participation in KB showed p value 0,355 that means there was no significant correlation PUS’ knowledge of KB and their participation in it. It is recommended that those who are involved in KB find other factors which have more influence to determine PUS’ participation in KB.
1.1 Latar Belakang
Sebagai satu negara yang sedang berkembang, tentunya Indonesia akan
mengalami banyak permasalahan disebabkan oleh ledakan penduduk yang terjadi.
Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang semakin
meningkat, penyebaran penduduk yang tidak merata, dan kualitas penduduk yang
masih rendah. Permasalahan ini akan terus berlanjut apabila Indonesia tidak
mencapai keseimbangan jumlah penduduk. Pemerintah telah menetapkan satu
program untuk mencapai keseimbangan jumlah penduduk, yaitu program
Keluarga Berencana Nasional (Simbolon, 2010).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN)
menyatakan bahwa Keluarga Berencana adalah program untuk membantu
keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan
berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan
terbentuknya keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya
manusia yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan. Program
Keluarga Berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal mengendalikan jumlah dan
pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan peningkatan kualitas penduduk
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program KB, tetapi belum cukup adekuat untuk menekan
pertambahan jumlah total penduduk Indonesia. Sesuai dengan target nasional
yang ditetapkan tahun 2014, Contraceptive Prevalency Rate (CPR) atau tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi memang sudah mencapai target (60,1%),
yaitu 61,9%. Kegagalan pencapaian target terjadi sebab angkat Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total yang masih tinggi di atas target (2,36), yaitu 2,6 (Kemenkes RI, 2014).
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu meningkat secara
signifikan. Itulah yang menjadikan Indonesia menempati posisi keempat
penduduk terbanyak di dunia. Tahun 1990, jumlah penduduk Indonesia adalah
179.243.368 jiwa, lalu meningkat 11% di survei berikutnya (tahun 2000)
penduduk Indonesia berjumlah 201.230.152 jiwa, kemudian di tahun 2010
meningkat 15% dari jumlah sebelumnya menjadi 237.641.326 jiwa (BKKBN,
2010).
Provinsi Sumatera Utara yang jumlah penduduknya 12.982.204 jiwa
memiliki TFR jauh lebih besar dari TFR nasional, yaitu 3,01. Sedangkan
Pasangan Usia Subur yang sedang aktif mengikuti program KB adalah 53,12%,
24,01% sudah tidak menggunakan lagi, dan sisanya 22,86% tidak pernah
mengikuti program KB. Kepadatan penduduk Sumatera Utara sekarang ini adalah
Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang hasil program Keluarga Berencana (KB)-nya belum
memuaskan. Kabupaten Labuhanbatu Selatan menjadi kabupaten keempat Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) tertinggi di Sumatera Utara, yaitu 2,58. Kabupaten
Labuhanbatu Selatan yang penduduknya berjumlah 284.809 jiwa ini memiliki
kepadatan penduduk 89 jiwa/km2 (Susenas, 2012).
Jumlah total Pasangan Usia Subur (PUS) di Labuhanbatu Selatan adalah
55.455 dan yang menjadi peserta aktif dalam program KB hanya 63,42%, 22,02%
sudah tidak mengikuti program KB, dan 14,56% tidak pernah mengikuti.
Kabupaten Labuhanbatu Selatan terbagi ke dalam lima kecamatan, yaitu
Kampung Rakyat, Silangkitang, Sei Kanan, Torgamba, dan Kota Pinang. Adapun
persantase peserta aktif KB masing-masing adalah 61,51%, 73,73%, 55,82%,
55,93%, dan 62,4%. Kecamatan terendah adalah Kecamatan Sei Kanan, hanya
4.144 dari 7.423 pasangan saja yang mengikuti KB (55,82%) (BKKBN SUMUT,
2014).
Pengetahuan masyarakat yang baik tentang program KB mendukung
keberhasilan dalam mencapai target program KB, sebab itu pemerintah
menjadikan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang KB sebagai salah satu
strategi pencapaian target di tahun 2014 (Direktoret Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, 2012).
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, mayoritas warga
kebun karet serta kelapa sawit dan jenjang pendidikan terakhir mereka adalah
Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pendidikan termasuk hal yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS)
Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Keikutsertaan PUS dalam KB di
Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana hubungan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS)
tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB di
Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengidentifikasi pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang
Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan.
1.3.2 Mengidentifikasi keikutsertaan PUS dalam Keluarga Berencana (KB) di
1.3.3 Mengindentifikasi hubungan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur
(PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB
di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan yang
menambah wawasan tentang Keluarga Berencana (KB) dan juga pelaksanaannya
di Indonesia.
1.4.2 Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
menentukan strategi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan
keikutsertaan PUS dalam Keluarga Berencana (KB).
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi
peneliti keperawatan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang
2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan
perabaan. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo (2012) membagi pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif ke dalam enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
b. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebaagi suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpresentasikan materi
tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situas yang lain.
d. Analisis (analyisis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan pada seseorang.
Secara umum disimpulkan, seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan seseorang dengan tingkat pendidikan
yang rendah.
b. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya
pembuktian lebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
c. Media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi
dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media
massa (televisi, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi
berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki
oleh seseorang.
d. Ekonomi
Dalam pemenuhan kebutuhan primer (pokok) dan kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan sekunder yang termasuk di dalamnya pengetahuan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
berbagai hal.
e. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara
berkesinambungan akan lebih besar kemungkinannya untuk terpapar informasi.
Sementara itu, faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu
dalam berkomunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.
Dengan demikian hubungan sosial juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang tentang berbagai hal.
f. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering
memperluas jangkauan pengalaman seseorang karena dari berbagai kegiatan
tersebut informasi dapat diperoleh.
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan pengetahuan.
Arikunto (2006 dalam Budiman dan Riyanto, 2013) membuat kategori
tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai
persentase yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika jawabannya benar ≥ 75%. 2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika jawabannya benar 56–74%. 3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika jawabannya benar < 55%.
2.2 Keluarga Berencana
2.2.1 Definisi Keluarga Berencana
Menurut UU No. 10 Tahun 1992 (tentang perkembangan penduduk dan
pembangunan keluarga sejahtera), Keluarga Berencana (KB) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
Menurut Mochtar (1998 dalam Andini, 2012), Keluarga Berencana (KB)
adalah suatu usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak kelahiran anak untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial-ekonomi keluarga agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2.2.2 Tujuan Keluarga Berencana
Adapun tujuan utama program Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah
untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun
keluarga kecil berkualitas (Noviawati dan Sujiyatini, 2008).
Sejak pelita V program KB Nasional berubah menjadi Gerakan KB
Nasional. Tujuan Gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia
(Wiknjosastro, 2006).
2.2.3 Manfaat Program Keluarga Berencana
Manfaat program Keluarga Berencana (KB) menurut BKKBN (2010)
adalah :
Adapun manfaat program KB untuk ibu adalah mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu, menjaga kesehatan
ibu, dan merencanakan kehamilan terprogram.
2. Manfaat untuk anak
Manfaat program KB untuk anak adalah mengurangi resiko kematian bayi,
meningkatkan kesehatan bayi, mencegah kekurangan gizi pada bayi, tumbuh
kembang bayi lebih terjamin, kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif
dapat terpenuhi, dan mendapatkan kualitas kasih-sayang yang maksimal.
3. Manfaat untuk keluarga
Manfaat program KB untuk keluarga adalah meningkatkan kesejahteraan
keluarga dan keharmonisan keluarga lebih terjaga.
2.2.4 Sasaran Gerakan Keluarga Berencana (KB)
Wiknjosastro (2006) menyatakan bahwa sasaran gerakan KB nasional adalah: 1) Pasangan Usia Subur (PUS) dengan prioritas PUS muda dengan paritas
rendah. 2) Generasi muda dan Purna PUS. 3) Pelaksana dan pengelola KB. 4)
Wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan wilayah khusus,
seperti sentra industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai, dan
daerah terpencil.
2.2.5 Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro,
2006).
Adapun beberapa metode kontrasepsi yang sering dipakai dalam program
Keluarga Berencana (KB) adalah :
1. Metode Hormonal
Hormon estrogen mempunyai khasiat dalam hal konrasepsi dengan jalan
mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat oleh
pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan
LH. Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi
(dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan para pertengahan siklus haid.
Biopsi endometrium setelah pemberian estrogen dosis tinggi pasca konsepsi
menunjukkan efek anti-progesteron yang dapat menghambat implantasi.
Perjalanan ovum dipercepat dengn pemberian estrogen pasca konsepsi. Selain
hormon estrogen, progesteron juga memiliki efek kontrasepsi, yaitu: 1) Lendir
serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat sehingga penetrasi dan
transportasi sperma menjadi lebih sulit. 2) Kapasitas sperma dihambat oleh
progesteron. 3) Perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat jika progesteron
diberikan sebelum konsepsi. 4) Implantasi terhambat jila progesteron diberikan
sebelum ovulasi. 5) Penghambatan ovulasi melalui fungsi
hipotalamus-hifofisis-ovarium. Sediaan kontrasepsi hormonal ini bisa dilakukan dengan suntikan atau
pil (Wiknjosastro, 2006).
Noviawati dan Sujiyatini (2008) menjelaskan bahwa indikasi wanita yang
anak atau belum memiliki anak, menginginkan metode kontrasepsi dengan
efektivitas tinggi, telah melahirkan dan tidak menyusui, pascakeguguran, anemia
karena haid berlebihan, nyeri haid hebat, siklus haid tidak teratur, riwayat
kehamilan ektopik, kencing manis tanpa komplikasi, penyakit tiroid, penyakit
radang panggul, endometriosis, tumor ovarium jinak, dan varises vena.
Sedangkan yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi ini menurut
Cunningham dkk (2013) adalah wanita yang masuk dalam kategori didiagnosis
menderita penyakit tromboembolik, menderita penyakit serebro-vaskuler atau
arteri koroner, diabetes dengan keterlibatan vaskular, hipertensi berat, perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit hati akut, kanker
payudara atau dicurigai kanker payudara, dan kehamilan yang sudah diketahui
atau yang dicurigai.
2. Metode Implant
Metode ini sering disebut susuk KB. Satu-satunya kontrasepsi implant yang
beredar di pasaran adalah Norplant. Kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi yang
paling tinggi daya gunanya. Adapun efek kontrasepsi penggunaan implant adalah
dengan menekan ovulasi, membuat getah serviks menjadi kental, dan membuat
endometrium tidak siap menerima kehamilan. (Wiknjosastro, 2006)
Noviawati dan Sujiyatini (2008) menjelaskan bahwa indikasi wanita yang
diperkenankan untuk menggunakan kontrasepsi dengan metode implant ini adalah
usia reproduksi, menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
membutuhkan kontrasepsi, pascapersalinan-tidak menyusui, pascakeguguran,
tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi, riwayat kehamilan
ektopik, hipertensi, tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen, dan sering lupa mengkonsumsi pil.
Adapun yang tidak boleh menggunakan (kontraindikasi) kontrasepsi implant
ini adalah wanita yang masuk dalam kategori hamil atau diduga hamil, perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, mioma uterus,
dan ganggunan toleransi glukosa.
3. Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Sampai sekarang belum ada orang yang yakin bagaimana mekanisme kerja
AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai
benda asing menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebukan leukosit yang
dapat melarutkan sperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga
mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam
rongga uterus selain menimbulkan reaksi radang seperti pada AKDR biasa, juga
menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang
mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi
pasasi sperma (Wiknjosastro, 2006).
Noviawati dan Sujiyatini (2008) menjelaskan bahwa wanita yang dapat
menggunakan kontresepri jenis ini adalah wanita yang masuk dalam kategori usia
panjang, menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah
melahirkan dan tidak menyusui bayinya, setelah mengalami abortus dan tidak
terlihat adanya infeksi, resiko rendah dari penyakit IMS (Infeksi Menular
Seksual), tidak menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk minum pil
setiap hari, dan tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
Cunningham dkk (2013) menjelaskan bahwa wanita yang tidak boleh
menggunakan metode kontrasepsi AKDR ini adalah wanita yang masuk ke dalam
kategori hamil atau dicurigai hamil, kelainan uterus yang menyebabkan distorsi
pada rongga uterus, endometritis pascapartum atau abortus terinfeksi pada 3 bulan
terakhir, neoplasia uterus yang sudah diketahui atau yang dicurigai, perdarahan
genital yang etiologinya tidak diketahui, servisitis atau vaginitis akut yang tidak
diobati, wanita atau pasangannya yang memiliki banyak partner seksual, riwayat
kehamilan ektopik, dan pemasangan AKDR sebelumnya yang belum dilepas.
4. Metode Kondom
Menurut riwayatnya, kondom sudah dipakai di Mesir sejak tahun 1350
sebelum Masehi. Baru pada abad ke-18 sarung ini mendapat nama “kondom”
yang pada waktu itu dipakai dengan tujuan mencegah penularan berbagai penyakit
kelamin. Untuk mencegah konsepsi, kondom berfungsi untuk menghalangi
sperma masuk ke dalam vagina. Kegagalan kondom dapat terjadi jika kondom
tersebut robek oleh karena kurang hati-hati, pelumas kurang, atau tekanan pada
waktu ejakulasi. Kondom ini bisa dipakai oleh pria atau wanita (Wiknjosastro,
Noviawati dan Sujiyatini (2008) menyebutkan indikasi penggunaan kondom
adalah untuk pria dan wanita yang masuk dalam kategori ingin berpartisipasi
dalam program KB, ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi, ingin alat
kontrasepsi tambahan, ingin menggunakan alat kontrasepsi sewaktu akan
melakukan hubungan seksual saja, dan beresiko tinggi tertular atau menularkan
penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual).
Adapun pria atau wanita yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi dengan
kondom ini adalah wanita yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan, alergi
terhadap bahan dasar kondom (lateks), menginginkan kontrasepsi jangka panjang,
tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk melakukan hubungan
seksual, dan pria atau wanita yang tidak peduli dengan berbagai persyaratan
kontrasepsi.
5. Metode Sterilisasi
Metode sterilisasi ini dibagi menjadi dua, yaitu tubektomi (Metode Operatif
Wanita/MOW) dan vasektomi (Metode Operatif Pria/MOP). Tubektomi atau
vasektomi ialah setiap tindakan pengikatan atau pemotongan pada kedua saluran
telur wanita atau saluran bibit pria yang mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai
untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali
seperti semula (Wiknjosastro, 2006).
Noviawati dan Sujiyatini (2008) menyatakan bahwa indikasi pelaksanaan
dengan paritas tinggi, yakin telah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan
kehendaknya, wanita yang apabila hamil akan menderita resiko kesehatan yang
serius, wanita pascapersalinan, menghendaki kontrasepsi permanen, paham, dan
secara sukarela setuju dengan prosedur operasi.
Adapun pria atau wanita yang tidak diperbolehkan untuk melakukan
sterilisasi ini adalah wanita hamil yang sudah terdeteksi atau dicurigai, wanita
yang mengalami perdarahan vaginal yang tidak jelas apa sebabnya, wanita yang
mengalami infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu bisa
disembuhkan, pria atau wanita yang tidak boleh menjalani pembedahan, pria atau
wanita yang tidak yakin mengenai keputusannya, dan pria atau wanita yang belum
memberikan persetujuan tertulis.
6. Metode Alami
Metode kontrasepsi alami ini adalah metode kontrasepsi yang tidak
menggunakan alat atau obat sebagaimana metode kontrasepsi lainnya. Program
Keluarga Berencana sudah tidak menyarankan untuk menggunakan metode ini
karena tingkat keberhasilannya rendah. Metode yang termasuk dalam kontrasepsi
alami ini adalah metode senggama terputus, metode pantang berkala, dan metode
irama suhu tubuh.
Metode senggama terputus maksudnya adalah menghentikan hubungan
seksual sebelum terjadi ejakulasi. Dalam metode kontrasepsi ini, kontrol terbesar
dalam Program Keluarga Berencana. Pasangan suami-istri yang menginginkan
keberhasilan kontrasepsi tidak bisa mengandalkan metode senggama terputus.
Metode pantang berkala sering juga disebut metode irama kalender. Metode
ini memerlukan perhitungan jumlah hari-hari siklus menstruasi terpendek dan
terpanjang selama jangka waktu 6 sampai 12 bulan. Dari siklus terpendek,
dikurangi 18 hari untuk menghitung hari subur pertama. Dari siklus terpanjang,
dikurangi 11 hari untuk mengidentifikasi hari subur terakhir. Pasangan suami-istri
yang menginginkan kontrasepsi jenis ini tidak boleh melakukan hubungan seksual
selama masa subur istri. Metode ini juga tidak dapat diandalkan karena menuntut
irama menstruasi yang teratur pada istri dan perhitungannya harus cermat.
Metode irama suhu tubuh adalah metode kontrasepsi yang bergantung pada
perubahan kecil suhu tubuh basal yang biasanya terjadi tepat sebelum ovulasi.
Metode ini akan berhasil jika hubungan seksual dihindari sampai peningkatan
suhu tubuh ovulasi selesai. Supaya metode ini efektif, seorang wanita harus
menghindari hubungan seksual dari hari pertama menstruasi sampai hari ketiga
setelah peningkatan suhu tubuh. Metode ini keberhasilannya rendah sebab sangat
sulit untuk mendapatkan hasil pengukuran suhu tubuh yang benar-benar tepat
(Cunningham dkk, 2013).
2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan KB
Faktor-faktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah faktor
pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan).
digunakan juga tergantung dari kebutuhan masing-masing akseptor. Kebutuhan
akseptor tersebut disesuaikan dengan Masa Reproduksi Sehat yang dibagi menjadi
3 periode, yaitu: kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda
kehamilan, kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untuk
menjarangkan kehamilan dan masa reproduksi tua (36-45 tahun) merupakan tahap
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini menggambarkan dugaan adanya hubungan antara
pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang program Keluarga Berencana
(KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka
hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 1. Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Program
Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB. Keikutsertaan PUS
dalam Keluarga Berencana (KB) oleh Pasangan Usia Subur
(PUS)
• Akseptor
• Bukan akseptor Pengetahuan Pasangan Usia Subur
(PUS) tentang program Keluarga Berencana (KB)
• Pengertian KB
• Tujuan KB
• Manfaat KB
• Sasaran KB
3.2 Defenisi operasional
No Variabel Defenisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
3.3 Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS)
tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB di
Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang
Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei
4.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
korelatif dengan desain cross-sectional untuk memperoleh gambaran hubungan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang program Keluarga
Berencana (KB) dengan keikutsertaa PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur (PUS)
yang ada di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sebanyak
7.423 pasangan.
4.2.2. Sampel
Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria sampel:
a. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian
b. Mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 pasangan yang
diperoleh dari rumus Slovin (Nursalam, 2011);
n =
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikansi (1%, 5%, dan 10%), dalam hal ini dipakai 10%.
n =
= 98, 67. Dibulatkan menjadi 100 pasangan.
4.3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten
Labuhanbatu Selatan setelah mempertimbangkan bahwa Kabupaten ini adalah
Kabupaten urutan keempat laju pertumbuhan penduduk paling cepat di Sumatera
Utara menurut hasil survey BKKBN (2014). Hal ini menggambarkan bahwa
pelaksanaan KB di Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih bermasalah.
Kemudian, di antara lima kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
Kecamatan Sei Kanan adalah kecamatan yang angka partisipasi KB-nya paling
rendah. Peneliti menganggap bahwa penelitian ini cocok dilakukan di Kecamatan N
N (d)2 + 1
7423
Sei Kanan di samping mempertimbangkan juga jangkauan peneliti. Penelitian ini
dilaksanakan bulan Mei 2015.
4.4. Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat
menjaga dan menghargai hak asasi para respondennya. Penelitian ini dilakukan
setelah melalui tahap Ethical Clearance dari komisi etik penelitian dan mendapat surat rekomendasi dari bagian pendidikan yaitu Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian dilaksanakan dengan menekankan
pertimbangan etik meliputi : (1) Otonomi, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti
kegiatan penelitian; (2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan
manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi responden penelitian maka
responden diminta menandatangani lembar persetujuan; (3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan
memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut; (4)
Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian; (5) Beneficience, selalu berupaya bahwa kegiatan yang diberikan kepada responden mengandung
prinsip kebaikan bagi responden guna mendapatkan suatu metode atau konsep
baru untuk kebaikan responden; (6) Nonmalaficience, penelitian yang dilakukan tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan apalagi sampai mengancam jiwa
tentang manfaat, efek dan apa yang didapat jika responden terlibat di dalam
penelitian tersebut; (8) Justice, peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap melaksanakan prinsip keadilan pada saat melakukan penelitian.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan bagian dari penelitian. Dalam penelitian ini instrumen
berbentuk kuesioner. Kuesioner penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu
kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan pasangan usia subur (PUS)
tentang Keluarga Berencana (KB), dan kuesioner keikutsertaan PUS dalam KB
oleh pasangan usia subur (PUS). Kuesioner disusun oleh peneliti berdasarkan
tinjauan pustaka.
Kuesioner pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang Keluarga
Berencana (KB) terdiri dari 15 buah pertanyaan pilihan berganda (multiple choice). Kuesioner ini diberikan kepada pasangan usia subur (PUS) yang bersedia menandatangani informed consent untuk menjadi sampel dalam penelitian.
Kuesioner keikutsertaan PUS dalam KB adalah kuesioner isian yang akan
menunjukkan apakah PUS ikut serta dalam KB atau tidak.
4.5.1. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk menilai kemampuan instrumen mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data-data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner pengetahuan pasangan usia
dalam KB oleh pasangan usia subur (PUS), peneliti meminta kesediaan dua orang
ahli dimana satu orang ahli bidang keperawatan maternitas dan satu orang ahli
bidang keperawatan komunitas di Fakultas Keperawatan USU untuk memeriksa
keshahihan kuesioner untuk digunakan dalam penelitian. Dari evaluasi dua orang
ahli tersebut, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa kuesioner dalam penelitian
ini layak untuk digunakan.
4.5.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur untuk mengukur sasaran yang akan diukur, sehinggga dapat
digunakan untuk penelitian dalam lingkup yang sama. Uji reliabilitas untuk
kuesioner dilakukan analisis dengan rumus KR20 karena pada penelitian ini
jawaban responden dalam penelitian ini hanya ada dua macam (dikotomi), yaitu
benar atau salah. Selain itu, jumlah pertanyaan dalam kuesioner adalah ganjil.
Kuesioner dinyatakan layak digunakan dalam penelitian (reliable) apabila rhitung >
rtabel. Dari analisis kuesioner diperoleh rhitung = 0,657 dan rtabel = 0,632. Jadi,
kouesioner ini dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian.
4.6. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan data primer, yaitu data yang
didapat dan diukur langsung pada lokasi penelitian. Data yang diambil adalah data
demografi, data pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang Keluarga
menyebarkan kuesioner kepada sampel yang sudah ditetapkan di Kecamatan Sei
Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
4.7. Analisa Data
Proses menganalisa data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan
yaitu, analisa univariat dan analisa bivariat.
Analisa univariat digunakan untuk menganalisa variabel penelitian secara
sendiri-sendiri. Semua data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan terikat. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pasangan usia subur
(PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB di
Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan digunakan uji korelasi
Spearman’s rho. Hasil analisa akan ditampilkan dalam bentuk tabel hasil yang terdiri dari nilai koefisien korelasi, nilai signifikan (p), dan arah korelasi. Koefisien korelasi menggambarkan kekuatakan hubungan antara dua variabel
yang diteliti. Jika nilai p sama atau lebih kecil dari nilai α (0,05), berarti bahwa ada hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jika nilai p lebih besar dari nilai α (0,05), berarti bahwa tidak ada hubungan antara dua variabel yang diteliti. Arah
korelasi diinterpretasikan dari nilai korelasi. Apabila nilai korelasi bernilai positif,
berarti bahwa semakin besar nilai suatu variabel akan semakin besar pula nilai
variabel lainnya dan nilai korelasi negatif berarti bahwa semakin besar nilai satu
Interpretasi kekuatan hubungan
Koefisien Korelasi Derajat hubungan
0,00-0,199
Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
Interpretasi arah korelasi
Arah korelasi Hubungan
Positif (+)
Negatif (-)
Searah, semakin besar nilai suatu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya
Pada bab ini dijabarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan
data menggunakan kuesioner terhadap 100 responden yaitu pasangan usia subur
(PUS) di Kecamatan Sei Kanan Labuhanbatu Selatan. Penyajian hasil penelitian
ini meliputi karakteristik responden, pengetahuan pasangan usia subur tentang
keluarga berencana (KB), keikutsertaan PUS dalam KB, dan hubungan antara
pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB)
dengan keikusertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik Responden
Data karakteristik responden yang dikumpulkan dalam penelitian ini
mencakup usia sekarang, usia menikah, jumlah anak hidup, agama, suku, tingkat
pendidikan, pekerjaan, frekuensi kehamilan, riwayat keguguran, riwayat penyakit
kehamilan, dan pernah tidaknya Pasangan Usia Subur (PUS) menerima informasi
lengkap mengenai Keluarga Berencana (KB).
Hasil pengumpulan data karakteristik (demografi) responden dalam
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Suami dan Istri pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Karakteristik Frekuensi Persentase
Berdasarkan pengumpulan data demografi responden didapatkan data
bahwa sebagian besar suami dan istri pada Pasangan Usia Subur (PUS) berusia
30-49 tahun (dewasa madya), yakni masing-masing 74% dan 77%. Mayoritas
suami dan istri PUS menikah di usia 20 tahun atau lebih, masing-masing 97% dan
90%. Sebagian besar (71%) PUS memiliki anak lebih dari dua orang. PUS yang
menjadi responden seluruhnya beragama Islam. 37% suami pada PUS bersuku
Jawa dan 63% lainnya bersuku batak, sedangkan istri pada PUS 64% bersuku
batak dan 36% lainnya bersuku jawa. Tingkat pendidikan suami dan istri pada
PUS adalah SMA, yakni masing-masing 59% dan 55%. Jenis pekerjaan yang
paling banyak dilakukan oleh suami pada PUS adalah petani, yakni 46%.
Sedangkan istri, 34% bekerja sebagai petani dan sebagian besar (51%) melakukan
pekerjaan lain (ibu rumah tangga).
Frekuensi kehamilan istri pada PUS sebagian besar (75%) lebih dari dua
kali dan hanya 25% yang memiliki frekuensi kehamilan dua kali atau kurang.
Mayoritas istri pada PUS (91%) tidak memiliki riwayat keguguran dan 9%
lainnya pernah mengalami keguguran. 77% istri pada PUS memiliki riwayat
penyakit kehamilan dan 23% lainnya tidak memiliki riwayat penyakit kehamilan.
Sebagian besar suami pada PUS tidak pernah menerima informasi lengkap
mengenai Keluarga Berencana (KB), yakni 68%. Sedangkan istri pada PUS, 51%
5.1.2 Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB)
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Pada penelitian ini, kuesioner diisi oleh suami dan istri pada Pasangan
Usia Subur (PUS) secara bersama-sama. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
data yang menunjukkan bahwa sebagian besar Pasangan Usia Subur (PUS) di
Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki pengetahuan
buruk (kurang) tentang Keluarga Berencana (KB) yakni 64,0%, 27,0% memiliki
pengetahuan yang cukup, dan 9,0% memiliki pengetahuan yang baik tentang KB.
Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan Pasangan Usia Subur
(PUS) tentang Keluarga Berecana (KB) yang diperoleh dari data yang terkumpul
bisa dilihat di tabel 5.3.
Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Pertanyaan Benar Salah
Frek % Frek %
1. Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk... 2. Tujuan KB antara lain adalah...
3. Yang tidak termasuk manfaat KB adalah... 4. Sasaran utama program KB adalah...
5. Kontrasepsi merupakan bagian vital dari program KB. Kontrasepsi adalah...
6. Yang tidak termasuk metode kontrasepsi yang disarankan dalam KB karena keberhasilannya rendah adalah...
7. Berikut ini bentuk dari metode kontrasepsi alami, kecuali...
8. Berikut adalah bentuk metode kontrasepsi hormonal, kecuali...
9. Metode kontrasepsi yang paling menuntut kedisiplinan istri adalah...
10. Metode kontrasepsi yang sering disebut susuk KB adalah...
11. Metode kontrasepsi yang juga bisa mencegah penularan HIV/AIDS adalah...
12. Metode kontrasepsi bagi pasangan yang sudah tidak menghendaki kehamilan selamanya adalah... 13. Metode kontrasepsi permanen pada pria
disebut...
14. Metode kontrasepsi permanen pada wanita disebut...
15. Berikut adalah metode kontrasepsi jangka panjang, kecuali...
Pengetahuan responden diidentifikasi dengan 15 pertanyaan tentang
Pengertian Keluarga Berencana (KB), tujuan KB, Manfaat KB, sasaran KB, dan
metode-metode kontrasepsi dalam KB. Pertanyaan nomor 1 tentang pengertian
Pertanyaan nomor 2 tentang tujuan KB dijawab benar 85,0% responden. Pada
pertanyaan nomor 3 mengenai manfaat KB, 69.0% responden menjawab benar.
Pertanyaan nomor 4 tentang sasaran KB dijawab benar oleh 59,0% responden.
Pada pertanyaan nomor 5 sampai 15 tentang metode kontrasepsi yang digunakan
dalam KB, rata-rata 39,7% saja yang dijawab benar.
5.1.3 Keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Keluarga Berencana (KB)
5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Keikutsertaan PUS dalam KB Frekuensi Persentase Terdaftar sebagai akseptor KB
-Ya
63,0% Pasangan Usia Subur (PUS) tidak terdaftar sebagai akseptor KB dan 37,0%
lainnya terdaftar sebagai akseptor KB.
5.1.4 Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Keikutsertaan PUS dalam KB Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan
antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana
signifikan antara pengetahuan PUS tentang KB dengan Keikutsertaan PUS dalam
KB.
5.5 Hasil uji korelasi spearman untuk hubungan pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB
Variabel 1 Variabel 2
Koefisien
5.2.1 Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB)
Dalam penelitian ini, pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang
Keluarga Berencana (KB) meliputi pengertian KB, tujuan KB, manfaat KB,
sasaran KB, dan jenis-jenis metode kontrasepsi yang digunakan dalam KB. Hasil
penelitian pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana
(KB) di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan menunjukkan
bahwa 64% pasangan memiliki pengetahuan dalam kategori kurang, 27%
memiliki pengetahuan yang cukup, dan 9% lainnya memiliki pengetahuan yang
baik tentang Keluarga Berencana (KB). Dari data yang didapatkan juga diketahui
bahwa pengetahuan PUS tentang KB sebagian besar masih mencakup hal umum
tentang KB, sementara dalam hal yang lebih spesifik berupa metode kontrasepsi
Pengetahuan setiap Pasangan Usia Subur (PUS) bisa dipengaruhi oleh
faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik, yaitu tingkat pendidikan, keyakinan, media
massa, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman (Notoatmodjo, 2012).
Dari data demografi diketahui bahwa 59% suami dan 55% istri memiliki
riwayat pendidikan terakhir SMA sederajat. Sebagian besar suami (46%) dan 34%
istri bekerja sebagai petani dan 51% istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Informasi lengkap mengenai Keluarga Berencana (KB) pernah diterima oleh 32%
suami dan 51% istri. Berdasarkan data-data ini, peneliti berasumsi bahwa tingkat
pengetahuan PUS yang sebagian besar berada dalam kategori kurang ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terakhir, status soisial ekonomi, dan pernah
tidaknya PUS menerima informasi lengkap tentang KB.
Hal ini sejalan dengan hasil analisa lanjut SDKI 2007, dimana diperoleh
data yang menunjukkan bahwa pengetahuan PUS tentang KB bisa dipengaruhi
oleh usia, wilayah tempat tinggal, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan, status
ekonomi, akses dengan penyedia layanan, dan peran pemegang keputusan dalam
keluarga.
Hasil yang sama juga diperoleh Prasetyo (2013) yang melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PUS mengikuti KB. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan termasuk faktor yang
mempengaruhi PUS untuk ikut serta dalam KB. Lebih lanjut, tingkat pengetahuan
PUS memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat pendidikan dan adanya
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang
Keluarga Berencana (KB) dipengaruhi oleh beberapa faktor utama sekali tingkat
pendidikan, kemudahan akses informasi, tersedianya tempat pelayanan KB, status
ekonomi, dan peran pemegang keputusan dalam keluarga.
5.2.3 Keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Keluarga Berencana (KB)
Keikutsertaan PUS dalam KB adalah terdaftarnya PUS sebagai akseptor
dalam KB. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data yang menunjukkan
bahwa 37% PUS terdaftar sebagi akseptor KB dan sebagian besarnya (63%) tidak
terdaftar sebagai akseptor KB.
Peneliti berasumsi bahwa keikutsertaan PUS dalam KB yang rendah ini
dipengaruhi oleh agama (kepercayaan), suku, tingkat pengetahuan, status
ekonomi, dan juga usia menikah suami dan istri yang muda, rata-rata
masing-masing adalah 24 tahun dan 23 tahun. Dari data yang diperoleh juga menunjukkan
bahwa 21% PUS memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi alami dan
tidak ikut serta menggunakan metode kontrasepsi yang dianjurkan dalam KB.
Menurut BKKBN (2010), keputusan PUS untuk ikut serta menjadi
akseptor dalam KB dipengaruhi oleh faktor pendidikan, faktor pengetahuan,
faktor paritas dan faktor budaya. Selain faktor-faktor tersebut, pemilihan jenis
Faktor lain yang mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta sebagai
akseptor dalam KB adalah agama (kepercayaan), dimana seluruh PUS yang
menjadi responden dalam penelitian ini beragama Islam.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani
(2008), dimana didapatkan data bahwa sebagian besar penganut agama Islam
berkeyakinan bahwa jumlah anak yang banyak akan sebanding dengan banyaknya
rezeki yang akan diterima, sehingga cenderung memandang bahwa jumlah anak
tidak perlu dibatasi. Bahkan sebagian berpendapat bahwa memperbanyak anak
selaras dengan ajaran agama dan perintah Nabi.
Suku juga termasuk hal yang mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam KB.
Dalam penelitian ini, sebagian besar PUS (63,5%) bersuku batak. Dalam suku
Batak juga ditemukan adanya pemahaman bahwa lahirnya anak membawa rezeki
masing-masing sehingga kecenderungan untuk menambah jumlah anak juga kerap
ditemukan (Rahmadani, 2008).
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Simbolon (2010) menunjukkan
bahwa faktor paritas (kehamilan), penyakit kehamilan, riwayat keguguran, dan
usia muda menjadi faktor yang mempengaruhi PUS untuk mengambil keputusan
ikut serta dalam KB.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andini (2012) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur (PUS) menjadi akseptor dalam
budaya, dan kepercayaan bisa menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan PUS
untuk ikut serta sebagai akseptor KB.
Lubis (2008) juga melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik,
pengetahuan, sikap, dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam program
KB. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara jumlah anak, sikap, dan keterjangkauan fasilitas pelayanan KB
dengan keikutsertaan pria dalam KB.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan juga
penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa
keikutseraan PUS dalam KB dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan,
ketersediaan fasilitas pelayanan KB, status ekonomi, agama, budaya, suku, serta
juga sikap PUS terhadap kehamilan dan jumlah anak.
5.2.4 Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Keikutsertaan PUS dalam KB
Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB)
dengan keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Dari analisa hasil penelitian, nilai signifikansi (p) yang didapatkan adalah 0,355. Nilai ini lebih besar dari nilai α (0,05), ini bermakna
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Jadi, tidak ada hubungan signifikan antara
Pengetahuan PUS tentang KB dengan keikutsertaan PUS dalam KB (Dahlan,
Korelasi yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa pengetahuan
tentang KB tidak mempengaruhi keputusan PUS untuk ikut serta dalam KB. Hal
ini terlihat dari tidak sejalannya antara tingkat pengetahuan PUS tentang KB
dengan keikutsertaan PUS dalam KB, dimana semakin tingginya pengetahuan
PUS tentang KB tidak membuat keputusan PUS untuk ikut serta dalam KB
meningkat.
Hal ini berlawanan dengan konsep yang dikemukakan oleh BKKBN
(2010) dan hasil penelitian Andini (2012) yang menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan berkorelasi positif terhadap keikutsertaan PUS dalam KB.
Menurut uraian di atas, diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan PUS
tentang KB tidak selalu berkorelasi positif dengan keikutsertaan PUS dalam KB.
Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai faktor lain yang lebih dominan
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 100 Pasangan Usia Subur (PUS) yang
menjadi responden di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
menggambarkan bahwa lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan responden
dalam penelitian memiliki pengetahuan yang rendah atau kurang tentang KB.
Sebagian besar Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi responden juga tidak
terdaftar sebagai akseptor dalam KB. Berdasarkan analisa statistik Spearman’s rho diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Keluarga
Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB.
6.1 Rekomendasi
6.1.1 Pendidikan Keperawatan
Institusi pendidikan keperawatan diharapkan memberikan pemahaman
bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam KB. Di
antara faktor-faktor tersebut, ada faktor dominan yang paling berpengaruh
6.1.2 Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan diharapkan tidak berfokus untuk meningkatkan
pengetahuan PUS tentang KB untuk meningkatkan keikutsertaan PUS dalam KB,
tetapi juga menggali faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh di tengah-tengah
masyarakat untuk meningkatkan keikutsertaan PUS dalam KB, seperti agama
(kepercayaan), suku, status ekonomi, fasilitas pelayanan KB, dan kemudahan
mendapatkan informasi.
6.1.3 Penelitian Keperawatan
Pada penelitian ini belum diteliti faktor dominan yang mempengaruhi
keputusan PUS untuk terdaftar sebagai akseptor dalam KB, maka peneliti
selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih jauh tentang faktor-faktor
DAFTAR PUSTAKA
Andini, Afni. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Budiman & Riyanto, Agus. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika
BKKBN. (2009). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ber-KB Pasangan Usia Subur Muda di Indonesia. Jakarta: KB dan Kesehatan Reproduksi
_______. (2010). Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010. Diambil 19 November 2014 dari http://www.bkkbn.go.id/
BKKBN SUMUT. (2014). Indikator Kependudukan. Diambil 19 November 2014 dari http://sumut.bkkbn.go.id/
Cunningham, dkk. (2013). Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: EGC
Dahlan, Sopiyuddin. (2004). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Uji Hipotesis dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam. Depok: Bina Mitra Press
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. (2012). Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015. Jakarta
Direktorat Pelaporan dan Statistik. (2014). Pelayanan Kontrasepsi Juli 2014. Jakarta
Lubis, Zulaidah Maisyaro. (2008). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, dan Pelayanan KB dengan Keikutsertaan Pria dalam Program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kec. Pantai Cermin Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Noviawati, Dyah & Sujiyatini. (2008). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyo, Tri. (2013). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi PUS Mengikuti Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo Kabupaten Sragen. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahmadani, Rina. (2008). Faktor-Faktor Hambatan Motivasi Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Istri di Kelurahan Amplas kecamatan Medan Amplas. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Simbolon, Desnal. (2010). Analisis Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB Di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Susanty, Tetty. (2011). Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Adopsi KB. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
47
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (Inisial) : ... / ...
Setelah mendapatkan penjelasan yang cukup, dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Mhd Rois Almaududy
NIM : 111101102
Judul : Hubungan pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang Keluarga
Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
Saya akan memberikan jawaban sesuai dengan keyakinan saya untuk membantu penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun.
Labuhanbatu Selatan, 2015
48
dengan Keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kuesioner Data Demografi Suami Petunjuk Pengisian ;
Berikan tanda checklist (√) pada pilihan di bawah ini yang sesuai dengan Bapak;
No. Responden : (Diisi oleh peneliti)
Nama (Inisial) : ...
Usia : ... tahun
Usia Menikah : ... tahun
Jumlah anak hidup : ... orang
Agama : 1. ( ) Islam 3. ( ) Katolik
2. ( ) Protestan 4. ( ) Lain-lain;……
Suku Bangsa : 1. ( ) Batak 3. ( ) Lain-lain;……
2. ( ) Jawa
Pendidikan : 1. ( ) SD 3. ( ) SMA
2. ( ) SMP 4. ( ) Diploma/Sarjana
Pekerjaan : 1. ( ) Karyawan 3. ( ) Petani
2. ( ) Wiraswasta 4. ( ) Lain-lain;…….
Pernah mendapatkan informasi lengkap tentang Keluarga Berencana (KB) :