• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERANAN MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DESA (Prorgam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERANAN MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DESA (Prorgam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS CONTRIBUTION OF SOCIETY TOWARDS DEVELOPMENT VILLAGE

(National Program Endeavoring Society Subdistrict Way Tuba Regency Way Kanan)

By

SEPTONI PERMADI

In generally definition of development is a process of changing in continuing for better condition based on certain norms. Process development happen in all of aspect society, economics, social, culture, politics, that where in level macro (national) and micro. The important thing of development is there is progress, growing and versifications. On development to society where in all of world there are two kind of approachment in development of village, there are extention education and community development. Government with participation of society and with use power-of-sources which is must be able to search the potential of power-of-development which is needed for stake out and economic territory development. Participation of society is an action or performance and someone’s emotions or group for giving a contributions towards in a some activity. One of real action of participation society in development village is National Program Endeavoring Society (PNPM).

PNPM village is national program tackling proverty especially that based on endeavoring society. In generally, the purpose of PNPM is to increase of properity and working chance of poor society to be stand alone. Some of subject of PNPM level village is Head of village until group of society. Plot of activity is Planned activity (doing in the beginning), Execute activity, Perpetuation activity (vouch procure a benefit), and the last Control activity (monitoring, evaluation, and report).

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERANAN MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DESA

(Prorgam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan)

Oleh

SEPTONI PERMADI

Pengertian pembangunan secara umum adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya

kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Pembangunan yang langsung tertuju kepada masyarakat dimana di seluruh dunia muncul dua macam pendekatan dalam pembangunan perdesaan , yaitu pendidikan penyuluhan (extention education) dan pembangunan masyarakat (community development). Pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya – sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya – sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Partisipasi masyarakat merupakan suatu tindakan atau perbuatan dan emosi seseorang atau kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap kegiatan – kegiatan tertentu. Salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa adalah dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

PNPM Mandiri Desa adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Secara umum tujuan dari PNPM Mandiri adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Beberapa pelaku-pelaku PNPM Mandiri tingkat desa terdiri dari Kepala desa hingga kelompok masyarakat. Alur kegiatan PNPM Mandiri adalah Perencanaan kegiatan (yang dilakukan di awal kegiatan), Pelaksana kegiatan, Pelestarian kegiatan (menjamin mendapatkan manfaat), dan Pengendalian (pemantauan, evaluasi, dan laporan).

(3)
(4)

ANALISIS PERANAN MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DESA

(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan)

(Skripsi)

Oleh

SEPTONI PERMADI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

D. Kerangka Pemikiran ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Pengertian Pembangunan ... 16

1. Pendekatan dalam Pembangunan Masyarakat ... 18

2. Perencanaan Pembangunan Pespektif dan Tahunan ... 19

B. Pembangunan Daerah ... 20

1. Pengertian Daerah ... 20

2. Pengertian Pembangunan Daerah ... 21

3. Tujuan Pembangunan Daerah ... 22

4. Bentuk Pembangunan Daerah ... 22

C. Peranan Masyarakat ... 23

D.Peranan Masyarakat dan Program Pembangunan ... 24

E. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa ... 25

1. Tujuan PNPM Mandiri Desa ... 26

2. Pelaku – Pelaku PNPM Mandiri di Tingkat Kecamatan dan Desa ... 27

3. Pelaku – Pelaku PNPM Mandiri di Tingkat Desa ... 29

4. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Desa ... 30

4.1 Perencanaan Kegiatan ... 30

4.2 Pelaksanaan Kegiatan ... 34

4.3 Pelestarian Kegiatan ... 36

4.4 Pengendalian ... 38

III. METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Data ... 40

B. Teknik Pengumpulan Data ... 40

C. Penentuan Ukuran Sampel ... 41

(6)

ii

D. Alat Analisis ... 43

E. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

1. Sejarah Singkat Kabupaten Way Kanan ... 44

2. Keadaan Geografis ... 47

3. Potensi Wilayah Kecamatan Way Tuba ... 47

4. Keadaan Demografi Kecamatan Way Tuba ... 48

5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 48

6. Mata Pencaharian Penduduk ... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Tahap Perencanaan ... 51

B. Identifikasi Pelaksanaan PNPM Mandiri Desa ... 57

C. Tahap Pelestarian dan Evaluasi PNPM Mandiri ... 64

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 70

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Pertanyaan / Kuisioner, Analisis Peranan Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa

Kec. Way Tuba, Kab. Way Kanan ... L1 2. Rekapitulasi Jawaban Kuisioner Analisis Peranan

Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa

(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Kecamatan Penerima Data PNPM Mandiri Desa

Provinsi Lampung Tahun 2007 ... 6 2. Tingkat Perkembangan Desa di

Kecamatan way Tuba 2011 ... 7 3. Tata Guna Tanah di Kecamatan Way Tuba Tahun 2011 ... 47 4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di

Kecamatan Way Tuba Tahun 2011 ... 49 5. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kecamatan Way Tuba Tahun 2011 ... 50 6. Tingkat Pemahaman Masyarakat Tentang

PNPM Mandiri Desa ... 51 7. Tanggapan Masyarakat Terhadap Keaktifan Aparatur

Desa Dalam Memfasilitasi Musdes Sosialisasi ... 52 8. Partisipasi Masyarakat Dalam Menghadiri

Musyawarah Desa (Musdes) ... 53 9. Rekapitulasi Usulan Jenis Kegiatan PNPM Mandiri

pada MAD Prioritas Usulan ... 56 10. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap MAD Prioritas

Usulan dan MAD Penetapan Usulan Tahun 2011 ... 57 11. Usulan Jenis Kegiatan Yang Ditetapkan Pada

MAD Penetapan Usulan ... 58

12. Tanggapan Masyarakat atas Realisasi Ususlan

(9)

13. Penilaian Masyarakat terhadap Manfaat Yang Dirasakan

Dari Pelaksanaan PNPM Mandiri Desa ... 60 14. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan

PNPM Mandiri ... 62 15. Penilaian Masyarakat Tentang PNPM Mandiri Dalam

Keefektifan Menunjang Percepatan Pembangunan Desa ... 63 16. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Tahap Pelestarian

Kegiatan Sarana Prasarana PNPM Mandiri ... 65 17. Tanggapan Masyarakat Terhadap Partisipasi Dalam

(10)
(11)
(12)

MOTO

“Pilih Bergerak atau Diam Terpuruk, Teruslah Bergerak untuk Perubahan”.

(13)

Papa dan Mamaku tercinta.. Kakak ku Mas Anggi..

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 20 September 1991, sebagai anak terakhir dari dua bersaudara pasangan Drs.Kasyanto dan Ninik Dwi Prihandini, S.Sos.

(15)

Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Peranan Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan)”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak M.A. Irsan Dalimunthe, S.E, M.Si., sebagai pembimbing skripsi. 4. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E, M.Si., sebagai dosen penguji.

5. Bapak Imam Awaluddin, S.E, M.E., sebagai dosen pembimbing akademik. 6. Keluargaku, Papa, Mama, Mas Anggi, atas semangat, doa, dan dukungan

moril atau materil demi kelancaran kuliahku.

(16)

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2007 Bang Dani, Bang Sena, Bang Lutfan . Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2008 Bang Nasir, Bang Angga, Bang Mizan, Prima, Bang Apri, Bang Iduy, Bang Ricky(komeng), Bang Irfa.

9. Teman-teman Seperjuanganku Ekonomi Pembangunan Angkatan 2009 Macro, Guntur, Gogor, fijar, Doy, Windy, Nday, Tiya, Eki, Faizal, Candra Fil, Astra, Arpan, Ivan, Ncay, Meri, Atin, lintang, Bukit, Alm Vivi, Aci, Ogy, Lazuardi, Bayu, Wayan, Astra, Pandu, Onyeng, Nyit-nyit, Ezar.

10.Saudara – Saudaraku di Hmi Komisariat Ekonomi Unila angkatan Pesut, bang mirham, macro, bowo, jalal, ivan, hari, kamal, gani, ryan, desva, amri, angkatan nguk-nguk dan angkatan Dol dan seluruh keluarga besar HMI komisariat ekonomi unila.

11.Kekasihku Dwi Fitri Astuti.

Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis

(17)
(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seharusnya harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang

dimiliki daerahnya, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya keuangan. Sehingga daerah tersebut dapat menentukan apa saja yang dijadikan prioritas pembangunan daerahnya.

Pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk mewujudkan tingkat kelayakan hidup yang lebih sejahtera dan sudah barang tentu menyangkut segenap aspek kehidupan bangsa. Pada dasarnya pembangunan itu merupakan suatu rangkaian proses yang secara terus menerus dalam periode jangka panjang yang terdiri dari tahapan – tahapan yang tidak berdiri sendiri dan dilakukan secara sadar, yamg berencana serta berorientasi pada perubahan dan pertumbuhan ekonomi.

(19)

baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).

Pelaksanaan pembangunan nasional di negara yang sedang berkembang regulasinya dilakukan oleh pemerintah dengan lebih fokus di ditekankan pada pembangunan ekonomi, kondisi ini disebabkan oleh adanya keterbelakanagn ekonomi dan pembangunan di bidang ekonomi yang dapat mendukung pencapaian tujuan, atau mendorong perubahan – perubahan dalam bidang kehidupan lain pada masyarakat (Tjokroamidjojo, 1995 : 26).

Sebelum pelaksanaan pembangunan daerah perlu dilakukan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah agar dapat memberikan sumbangan yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional. Untuk menjamin koordinasi yang baik maka harus adanya landasan program pembangunan pusat dan daerah, maka perlu adanya sikap proaktif dari pemerintah daerah dalam mengadakan perencanaan atau program pembangunan daerahnya.

(20)

3

Proses perkembangan pembangunan dapat dilaksanakan secara terpadu dan meliputi segenap aspek kehidupan dan penghidupan secara menyeluruh dalam wilayah tanah air dengan diterapkannya perencanaan yang baik.

Dalam menindak lanjuti pelaksanaan pembangunan ekonomi, sangat dirasakan perlu adanya kebijaksanaan dan program-program pembangunan yang tentunya untuk membangun perekonomian masyarakat. Akan tetapi seringkali timbul hambatan-hambatan dalam berbagai kegiatan usaha dan program yang disebabkan kurang adanya koordinasi.

Koordinasi pelaksanaan pembangunan juga perlu dilaksanakan antara pelaksanan kebijaksanaan rencana dan program program dari pemerintah daerah. Koordinasi dan konsitensi dalam pelaksanaan rencana nasional dengan rencana-rencana daerah hendaknya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Perkembangan pelaksanaan program harus diusahakan untuk terus dimonitor sehingga sesuai dengan tujuan pelaksanaannya.

Dalam hal ini, perlu adanya evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan terutama pelaksanaan program-program dan proyek-proyek pembangunan. Evaluasi tersebut berguna untuk memberikan informasi apakah program tersebut berhasil atau tidak dan juga memberikan gambaran tentang potensi dan hambatan-hambatan yang dihadapi.

(21)

terhadap pembangunan desa, dengan menetapkan langkah-langkah yang tepat, seperti, dengan metode perencanaan desentralistik yang merupakan acuan pelaksanaan rencana dari bawah (bottom up planning).

Walaupun sistem perencanaan yang berlaku sekarang berlaku sistim bottom up akan tetapi pada kenyataannya untuk hal-hal tertentu sistem pembangunan di Indonesia masih bersifat dari atas ke bawah atau sentralistik (top down planning), sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan dari hasil-hasil pembangunan yang dicapai saat ini baik yang dialami antar wilayah maupun antar lapisan masyarakat. Dari kondisi seperti ini dapat terlihat dari masih minimnya pembangunan yang memihak langsung pada masyarakat miskin terutama yang berada pada daerah – daerah yamg tertinggal.

Berdasarkan hal diatas, maka pemerintah perlu menciptakan suatu program yang dapat mempercepat penanggulangan kemiskinan langsung ditingkat bawah dengan menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan tersebut.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri Desa (PNPM MD), dinilai sangat strategis untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran di wilayah pedesaan di tanah air. Program tersebut dimaksudkan untuk mendukung Program-program sejenis yang sebelumnya seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK).

(22)

5

pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

Pendekatan yang digunakan dalam PNPM Mandiri Desa adalah pemberdayaan masyarakat, mengingat ada dua hal yang sangat mendasar untuk melaksanakan strategi pemberdayaan masyarakat yaitu adanya kesenjangan hasil pembangunan dan kemiskinan. Dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat ini diharapkan adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri dan adanya perasaan ikut memiliki karena mereka secara langsung terlibat dalam pembangunan (sebagai subjek pembangunan) bukan sebagai objek pembangunan, yang mana hal tersebut merupakan salah satu misi dari strategi pemberdayaan masyarakat.

Perencanaan ekonomi yang dimulai dari tingkat bawah, dari masyarakat dengan model rembukan dan musyawarah juga digunakan di dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Desa, masyarakat penerima bantuan diberikan kebebasan untuk

menentukan rencana dan usulan kegiatan yang akan dilaksanakan atas dasar musyawarah bersama dengan menganut prinsip prinsip desentralisasi, keterbukaan, partisipasi, dan kompetisi yang sehat.

(23)

Sedangkan untuk tahun 2011 jumlah penerima PNPM Mandiri ada sebanyak 116 kecamatan yang tersebar di 9 kabupaten.

Tabel 1. Jumlah Kecamatan Penerima Dana PNPM Mandiri Desa Provinsi Lampung Tahun 2007

No Kabupaten

Jumlah Kecamatan Penerima PNPM Mandiri

2007 2008 2009

1 Lampung Tengah 7 9 17

2 Lampung Timur 8 9 13

3 Lampung Utara 6 9 17

4 Way Kanan 5 6 8

5 Tulang Bawang 5 7 13

6 Lampung Barat 5 9 17

7 Lampung Selatan 8 10 15

8 Tanggamus 7 9 13

9 Pesawaran 0 0 3

Total 51 68 116

Sumber Bappeda Provinsi Lampung 2012

Pelaksanaan PNPM Mandiri telah dimulai sejak Tahun 2007 dengan nama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program Pengembangan

Kecamatan (PNPM-PPK), Hal itu disebabkan karena PNPM Mandiri sekarang ini merupakan tindak lanjut dari Program yang sudah ada sebelumnya yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Pada tahun 2009 jumlah desa di kecamatan Way Tuba yang berpatisipasi dalam PNPM-PPK sebanyak 8 Desa,

sedangkan mulai Tahun 2010-2011 jumlah desa yang berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Desa sebanyak 12 Desa.

(24)

7

Tabel 2. Tingkat Perkembangan Desa di Kecamatan Way tuba 2011 No. Nama Desa Klasifikasi

Desa

1. Bandar Sari Swasembada 2. Beringin Jaya Swakarya 3. Bukit Gemuruh Swasembada 4. Taman Endah Swasembada 5. Bumi Dana Swakarya 6. Karya Jaya Swakarya

7. Ramsai Swasembada

8. Say umpu Swakarya

9. Suma Mukti Swakarya 10. Way Mencar Swasembada 11. Way Pisang Swakarya 12. Way Tuba Swasembada

Sumber : Wawancara dengan Kasi Pembangunan Masyarakat

Dalam klasifikasi perkembangan tingkat desa, perkembangan desa dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu desa swadaya, swakarya, dan swasembada.

Dari data pada Tabel.2.diatas terdapat 6 Desa ( 63,64 %) merupakan desa swakarya dan terdapat 6 desa (36,36 %) merupakan desa swasembada. Dari perkembangan tingkat desa di Kecamatan Way Tuba ini, sesungguhnya sudah tidak terdapat lagi desa yang tertinggal atau desa Swadaya, akan tetapi lebih banyak perkembangan tingkat desa lebih banyak pada tahap pertumbuhan, yaitu sebagian besar desa berada dalam tahap swakarya.

(25)

B. Rumusan Masalah

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa adalah suatu program Pemerintah yang dilaksanakan dalam rangka penanggulangan masalah kemiskinan dimana pemerintah memandang perlu untuk meningkatkan bantuan pembangunan kepada masyarakat desa melalui pengelolaan di tingkat kecamatan dengan maksud untuk menciptakan lapangan kerja dan sumber pendapatan, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah pedesaan, meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana terutama ekonomi bagi

masyarakat desa, serta meningkatkan kemampuan lembaga masyarakat dan aparat pemerintah di tingkat desa dan kecamatan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa ini sendiri dirancang khusus oleh pemerintah untuk mendukung keterpaduan pengembangan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan pembangunan prasarana serta sarana di pedesaan yang menggunakan sistem bottom up atau pendekatan yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan desa.

(26)

9

Berdasarkan uraian tersebut, maka inti dari permasalahan skripsi ini adalah “BAGAIMANAKAH PERANAN MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN WAY TUBA KABUPATEN WAY KANAN”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui peranan masyarakat desa terhadap jalannya

pelaksanaan PNPM Mandiri di Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan.

(27)

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Way Kanan dan pelaksanan kebijakan di Kecamatan Way Tuba dalam menentukan program

pembangunan pedesaan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Input atau masukan sumbangan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam PNPM Mandiri Desa.

D. Kerangka Pemikiran

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Perkembangan suatu bangsa akan tampak dalam usaha pembangunan yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, pembangunan harus dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Dalam mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dilakukan

pembangunan yang merata keseluruh wilayah di tanah air tanpa melihat adanya perbedaan mana perkotaan dan pedesaan. Agar seluruh rakyat dapat merasakan pembangunan yang merata sesuai dengan yang mereka harapkan.

(28)

11

Partisipasi masyarakat digunakan sebagai masukan dalam pembangunan, sebagai suatu syarat mutlak untuk terciptanya pembangunan desa. Selain itu partisipasi masyarakat desa dapat menjadi tolak ukur apakah program/proyek tersebut merupakan program/proyek pembangunan desa atau bukan. Jika masyarakat yang bersangkutan tidak berkesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek di desanya, maka proyek tersebut bukanlah proyek pembangunan desa. (Ndraha, 1994 :103)

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan berupa keikutsertaan masyarakat dalam setiap proyek

pembangunan yang dilaksanakan.

Dari uraian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :

Partisipasi dalam perencanaan pembangunan

Dalam hal ini meliputi partisipasi dalam pengambilan keputusan guna merencanakan proyek – proyek pembangunan yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini masyarakat dapat berpartisipasi dengan cara mengikuti setiap tahapan

– tahapan dari proyek tersebut guna menyumbangkan gagasan atau pemikiran yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah – masalah pembangunan desa. Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan

(29)

lain ataupun yang berbentuk non materiil seperti menyumbangkan tenaga dalam bentuk gotong royong guna membangun sarana dan prasarana desa. Partisipasi dalam memanfaatkan dan memelihara hasil – hasil pembangunan. Dalam hal ini partisipasi masyarakat dapat berupa suatu tindakan untuk turut memanfaatkan serta memelihara dan menjaga sarana dan prasarana yang telah dibangun secara bersama oleh masysrakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah mengadakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa. PNPM Mandiri Desa

dirancang khusus untuk meningkatkan keterpaduan pengembangan kegiatan usaha ekonomi produktif dan pembangunan prasarana dan sarana di pedesaan.

Pendekatan yang digunakan dalam program tersebut adalah pemberdayaan masyarakat. Dengan strategi pemberdayaan masyarakat ini diharapkan adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas untuk

melakukan perbaikan terhadap kondisi sosial ekonomi mereka sendiri dan adanya prasarana memilik, karena secara langsung mereka ikut terlibat dalam

pembangunan dan bukan lagi sebagai objek pembangunan.

Hal ini diperkuat oleh Mangkusubroto (1995) yang menyatakan bahwa

(30)

13

diberikan kepada masyarakat ini bertujuan sebagai modal awal untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan prinsip – prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaannya. Prinsip akuntabilitas kepada publik ini harus diikuti oleh adanya partisipasi masyarakat terhadap program itu dimulai dari perencanaan, implementasi dan pelestariaan, termasuk didalamnya peran masyarakat untuk melakukan pengawasan.

Masyarakat desa yang menerima bantuan PNPM Mandiri Desa ini berhak menentukan usulan – usulan kegiatan yang akan dilaksanakan atas dasar

kesepakatan melalui musyawarah bersama. Secara khusus tujuan PNPM Mandiri Desa ini adalah :

Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

(31)

Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :

Tahap Perencanaan Kegiatan

Tahap perencanaan kegiatan yang meliputi partisipasi masyarakat, usulan dari masyarakat, dan kesiapan struktur birokrasi pelaksanaan di kecamatan dan desa.

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan meliputi partisipasi masyarakat pada kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Simpan pinjam Perempuan (SPP) dan partisipasi masyarakat pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana.

Tahap Pengendalian

Pada tahap pengendalian meliputi bentuk pengawasan, dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan.

Tahap Keberlanjutan Kegiatan

(32)

15

Penerapan program PNPM Mandiri Desa lebih diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan yang dijalankan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam rangka meningkatkan kualitas peran aktif masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan pengendalian, serta pemeliharaan kegiatan yang berkelanjutan.

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembangunan

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi

Bratakusumah, 2005).Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan pengertian pembangunan menurut beberapa ahli .

(34)

17

yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya

yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Sama halnya dengan Portes, menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno, 1995 : 13).

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

(35)

1. Pendekatan dalam Pembangunan Masyarakat

Pembangunan yang langsung tertuju kepada masyarakat telah dimulai pada tahun 1950-an dan 1960-an, dimana di seluruh dunia muncul dua macam pendekatan dalam pembangunan perdesaan , yaitu pendidikan penyuluhan (extention education) dan pembangunan masyarakat (community development). Di tahun 1966 Joseph Di Franco membangdingkan kedua macam pendekatan tersebut secara menyeluruh berdasarkan tujuan, proses, bentuk (organisasi) dan prinsip – prinsipnya. Kesimpulannya adalah terdapat lebih banyak persamaannya

dibandingkan perbedaannya. Hal tersebut disebabkan karena kedua pendekatan menginginkan perubahan perilaku dalam perilaku individu, pengembangan

masyarakat secara langsung berkewajiban memajukan pelayanan pemerintah lokal (daerah) juga berkewajiban memajukan organisasi sosial atau kelompok

masyarakat.

Pada dekade tujuh puluhan timbul perubahan pendekatan terhadap pembangunan. Bryant dan White (1987 : 132), mendefiniskan pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mempengaruhi masa depannya. Ada lima implikasi dari definisi tersebut, yaitu :

Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok.

Pembangunan berarti mendorong timbulnya kebersamaan, kemerataan dan kesejahteraan.

(36)

19

kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan memutuskan.

Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu dengan Negara lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan dihormati.

2. Perencanaan Pembangunan Pespektif dan Tahunan

Menurut Undang Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 1 ayat 3, Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional adalah kesatuan tata cara perencanaan pembanunan untuk menghasilkan rencana – rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Perencanaan Pembangunan dapat dilihat pembedanya dari segi jangka waktu rencana, yaitu : (Tjokroamidjojo, 1990)

Rencana Jangka Panjang. Perencanaan ini meliputi jangka waktu 10 tahun keatas.

Rencana Jangka Menengah. Perencanaan ini meliputi jangka waktu antara 3 sampai dengan 8 tahun.

Rencana Jangka Pendek. Perencanaan dengan jangka waktu setengah sampai dengan 2 tahun.

Istilah perencanaan perspektif atau perencanaan jangka panjang biasanya

(37)

perspektif adalah cetak biru pembangunan yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang. Namun pada kenyataanya, tujuan dan sasaran luas tersebut harus dicapai dalam jangka waktu tertentu dengan membagi rencana perspektif itu kedalam beberapa rencana jangka pendek atau tahunan. (Arsyad, 1999 :50). Pemecahan rencana perspektif menjadi rencana tahunan dimaksudkan agar perencanaan yang dibuat lebih mudah untuk dievaluasi dan dapat diukur kinerjanya.

Tujuan pokok rencana perspektif dan tahunan ini adalah untuk meletakan landasan bagi rencana jangka pendek, sehingga masalah – masalah yang harus diselesaikan dalam jangka waktu yang sangat panjang dapat dipertimbangkan dalam jangka pendek.

B. Pembangunan Daerah

1. Pengertian Daerah

Menurtut Lincoln Arsyad dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, pengertian daerah berbeda – beda tergantung aspek ditinjaunya. Dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu (Arsyad, 1999 : 107-108) :

(38)

21

perkapitanya, budayanya geografisnya, dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah homogen.

Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi yang disebut daerah modal.

Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan

sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu Negara. Disebut sebagai daerah perencanaan atau daerah administrasi.

2. Pengertian Pembangunan Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya – sumberdaya yang ada dan bersama sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya – sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya – sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

(39)

dan bantuan dari pemerintah. Dengan demikian ciri pokok pembangunan daerah adalah:

Meliputi seluruh aspek kehidupan Dilaksanakan secara terpadu

Meningkatkan swadaya masyarakat

3. Tujuan Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan pembangunan jangka pendek adalah menunjang atau mendukung keberhasilan pembangunan proyek – proyek penunjang daerah. Tujuan pembangunan jangka panjang adalah mengembangkan seluruh desa di Indonesia menjadi desa swasembada melalui tahap – tahap desa swadaya dan swakarya dan memperhatikan keserasian pembangunan daerah pedesaan dan daerah perkotaan, imbangan kewajiban antara pemerintah dan masyarakat serta keterpaduan yang harmonis antara program sektoral atau regional dengan partisipasi masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dalam rangka pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia (Sudirwo, 1981 :64)

4. Bentuk Pembangunan Daerah

(40)

23

pemberian kursus, penyuluhan tentang kesehatan, kewirausahaan, penyuluhan tentang hidup sehat dan lain – lain.

C. Peranan Masyarakat

Konsep tentang peranan masyarakat biasa diungkapkan dengan kata partisipasi, misalnya seperti yang dikemukakan beberapa ahli dibawah ini :

Menurut Mubyarto dalam Ndraha partisipasi adalah segala daya dan dapat disediakan atau dihemat sebagai sumbangan atau kontribusi mayarakat desa terhadap proyek – proyek pemerintah.

Sedangkan Tjokroamidjoyo (1990:206) memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan dan keikut sertaan masyarakat sesuai dengan mekanisme proses politik suatu Negara.

(41)

D. Peranan Masyarakat dan Program Pembangunan

Madrie, (1988), dalam pidato ilmiahnya menyatakan : “Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan untuk dapat mengimbangi laju pertumbuhan angkatan kerja, maka sangatlah penting meningkatkan partisipasi

aktif masyarakat dalam pembangunan”

Secara koseptual, Daniell Selener (1997) membedakan empat macam kategori partisipatif :

Domestikasi : Kekuasaan dan kontrol terhadap kegiatan tertentu ada di tangan perencana, kepala desa, camat, atau pemerintah yang diraih dengan menggunakan teknik partisipasi semu untuk melakukan manipulasi kegiatan yang menurut anggapan pihak luar penting dan bukannya memberdayakan partisipannya atau masyarakatnya sendiri

Bantuan : Kekuasaan dan kontrol tetap ada di tangan pihak luar (elit). Para anggota kelompok yang berpartisipasi menerima informasi, nasihat, dan bantuan. Para partisipan diperlakukan sebagai objek pasif yang tidak mampu mengambil peranannya dalam proses kegiatan. Mereka sekedar diberi

informasi kegiatan , tetapi tidak mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan dan kontrol.

(42)

25

Partisipan juga aktif dalam pelaksanaan. Kekuasaan dan kontrol dipegang bersama selama berlangsungnya kegiatan, yang secara ideal berlangsung dari

“bawah ke atas”.

Pemberdayaan : Pendekatan agar masyarakat memegang kekuasaan dan kontrol terhadap program, atau kelembagaan berikut pengambilan keputusan dan kegiatan administrasi. Partisipasi diraih melalui hati nurani,

demokratisasi, solidaritas dan kepemimpinan. Partisipasi untuk pemberdayaan biasanya bercirikan terjadinya proses mandiri dalam perubahan tatanan sosial dan politik.

Menurut Madrie (1988), partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut memanfaatkan hasil pembangunan, ikut mendapatkan keuntungan dari proses pembangunan, baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas, organisasi atau pembangunan yang dilakukan pemerintah.

E. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa

PNPM Mandiri Desa adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri Desa adalah : (Pedoman Umum PNPM Mandiri Desa)

(43)

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Desa dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

1. Tujuan PNPM Mandiri Desa

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri Desa ini adalah :

a. Tujuan Umum

Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

(44)

27

 Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

 Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

 Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

 Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

 Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

 Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

2. Pelaku – Pelaku PNPM Mandiri di Tingkat Kecamatan dan Desa Sebuah kebijakan yang diimplementasikan pastinya melibatkan beberapa pelaksana yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Pelaksana PNPM Mandiri Desa di Tingkat Kecamatan yaitu : (PTO PNPM Mandiri)

a. Camat

(45)

membuat Surat Penetapan Camat (SPC) tentang usulan-usulan kegiatan yang telah disepakati musyawarah antar desa untuk didanai melalui PNPM Mandiri.

b. Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK)

PjOK adalah sorang Kasi pemberdayaan masyarakat yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan PNPM Mandiri di kecamatan.

c. Tim Verifikasi (TV)

Peran TV adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PNPM Mandiri dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah antar desa sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. d. Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

Peran UPK adalah sebagai unit pengelola kegiatan dan operasional pelaksanaan kegiatan antar desa. UPK mendapatkan penugasan BKAD untuk menjalankan tugas pengelolaan dana program dan tugas pengelolaan dana perguliran. e. Badan Pengawas UPK (BP-UPK)

BP-UPK berperan dalam mengawasi pengelolaan kegiatan, administrasi, dan keuangan yang dilakukan oleh UPK.

f. Fasilitator Kecamatan (F-Kec) dan Fasilitator Teknik Kecamatan (FT-Kec) Peran F-Kec dan FT-Kec adalah memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan PNPM Mandiri pada tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. F-Kec dan FT-Kec juga berperan dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku-pelaku PNPM Mandiri di desa dan kecamatan.

(46)

29

Adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang membantu FK/FT untuk memfasilitasi masyarakat dalam pelaksanaan tahapan dan kegiatan PNPM Mandiri pada tahap perencanaan, pelaksanan, dan pelestarian.

h. Tim Pengamat

Adalah anggota masyarakat yang dipilh untuk memantau dan mengamati jalannya proses musyawarah antar desa serta memberikan masukan dan saran agar MAD dapat berlangsung secara partisipatif.

i. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)

BKAD berperan sebagai lembaga pengelola pembangunan partisipatif, pengelola kegiatan masyarakat, pengelola asset produktif dan sumber daya alam, serta program atau proyek dari pihak ketiga yang bersifat antar desa.

j. Setrawan Kecamatan

Setrawan Kecamatan diutamakan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kecamatan yang dibekali dengan kemampuan khususuntuk melakukan perubahan dalam lingkungan pemerintahan.

3. Pelaku – Pelaku PNPM Mandiri di Tingkat Desa

Berikut penjelasan para pelaksana PNPM Mandiri di tingkat desa : (PTO PNPM Mandiri)

a. Kepala Desa

(47)

b. Badan Permusyawarahan Desa (BPD atau sebutan lainnya)

BPD berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PNPM Mandiri mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa. c. Tim Pengelola Kegiatan (TPK)

TPK mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dan mengelola administrasi, serta keuangan PNPM Mandiri. d. Tim Penulis Usulan (TPU)

Peran TPU adalah menyiapkan dan menyusun gagasan – gagasan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah perempuan.

e. Tim Pemelihara

Tim Pemelihara berperan menjalankan fungsi pemeliharaan terhadap hasil – hasil kegiatan yang ada di desa termasuk perencanaan kegiatan dan pelaporan.

f. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD/K) KPMD/K adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu

masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM Mandiri di desa. g. Kelompok Masyarakat (Pokmas)

Pokmas adalah kelompok masyarakat yang terlibat dan mendukung kegiatan PNPM Mandiri baik kelompok sosial, kelompok ekonomi, kelompok perempuan.

4. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Desa

(48)

31

4.1 Perencanaan Kegiatan

Perencanaan kegiatan meliputi tahap persiapan dan sosialisasi awal, serta perencanaan di kecamatan. Tahap persiapan dan sosialisasi awal dimulai dari MAD Sosialisasi sampai dengan Pelatihan KPMD/K. Perencanaan kegiatan di kecamatan dimulai dengan MAD prioritas usulan sampai dengan MAD penetapan usulan.

a. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosilalisasi

MAD sosialisasi merupakan pertemuan antar desa untuk sosialisasi awal tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan PNPM Mandiri serta untuk menentukan kesepakatan-kesepakatan antar desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri.

b. Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi

Musdes sosialisasi merupakan pertemuan masyarakat desa sebagai ajang sosialisasi atau penyebaran informasi PNPM di desa.

c. Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan

KPMD/K yang telah terpilih dalam musyawarah desa sosialisasi, akan memandu serangkaian tahapan kegiatan PNPM Mandiri yang diawali dengan proses penggalian gagasan di tingkat dusun dan kelompok masyarakat. Sebelum melakukan tugasnya, KPM D/K akan mendapat pelatihan.

d. Penggalian Gagasan

Penggalian gagasan adalah proses untuk menemukan gagasan-gagasan kegiatan atau kebutuhan masyarakat dalam upaya mengatasi permaslahan kemiskinan yang dihadapi dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat.

(49)

MKP dihadiri oleh kaum perempuan dan dilakukan dalam rangka membahas gagasan-gagasan dari kelompok-kelompok perempuan dan menetapkan usulan kegiatan yang merupakan kebutuhan desa.

Usulan yang disampaikan perlu mempertimbangkan hasil penggalian gagasan yang telah dilakukan sebelumnya. Usulan hasil musyawarah tersebut selanjutnya dilaporkan ke musyawarah desa perencanaan untuk disahkan sebagai bagian dari usulan desa.

f. Musyawarah Desa Perencanaan

Musdes perencanaan merupakan pertemuan masyarakat di desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun.

g. Penulisan Usulan Desa

Penulisan usulan merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis gagasan-gagasan kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai usulan desa yang akan diajukan pada MAD. Proses ini dilakukan oleh TPU yang telah dipilh dalam musyawarah desa perencanaan. Sebelum melakukan penulisan, TPU akan mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dahulu dari F-Kec/ FT-Kec. h. Verifikasi Usulan

Verivikasi usulan merupakan tahap kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menilai kelayakan usulan kegiatan dari setiap desa untuk didanai PNPM Mandiri. Verifikasi usulan kegiatan dilakukan oleh Tim Verifikasi yang dibentuk di

(50)

33

mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dahulu dari FK/FT atau Fasilitator Kabupaten.

i. Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan

MAD prioritas usulan adalah pertemuan di kecamatan yang bertujuan membahas dan menyusun peringkat usulan kegiatan. Penyusunan peringkat didasarkan atas kriteria kelayakan sebagaimana yang digunakan oleh Tim Verifikasi dalam menilai usulan kegiatan. Penyusunan prioritas usulan-usulan SPP dilakukan secara terpisah sebelum penyusunan prioritas usulan-usulan desa lainnya. j. Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan Usulan

MAD penetapan usulan merupakan musyawarah untuk mengmbil keputusan terhadap usulan yang akan didanai melalui PNPM Mandiri. Keputusan pendanaan harus mengacu pada peringkat usulan yang telah dibuat pada saat MAD prioritas usulan.

k. Musyawarah Desa Informasi Hasil Musyawarah Antar Desa

Musyawarah Desa ini merupakan musyawarah sosialisasi atau penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM Mandiri yang diputuskan dalam Musyawarah Antar Desa penetapan usulan. Musyawarah Desa ini dilaksanakan baik di desa yang mendapatkan dana maupun tidak.

l. Pengesahan Dokumen SPPB

(51)

4.2 Pelaksanaan Kegiatan

Persiapan pelaksanaan ini lebih ditujukan kepada penyiapan aspek Sumber Daya Manusia, termasuk masyarakat, TPK, UPK, dan seluruh pelaku PNPM Mandiri lainnya. Karena itu, TPK dan UPK perlu mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan yang didanai PNPM Mandiri. Pelatihan UPK, BP-UPK, TPK, dan pelaku desa lainnya dilakukan dalam masa setelah

penandatanganan SPPB oleh Camat, sampai dengan masa persiapan pelaksanaan. a. Persiapan Pelaksanaan

1. Rapat Koordinasi Awal di Kecamatan

Rapat koordinasi ini difasilitasi oleh PL, Fasilitator dan PjOK. Rapat dihadiri oleh pengurus UPK, Kades, dam TPK setiap desa penerima dana PNPM Mandiri. Waktu penyelenggaraan rapat, diharapkan tidak lebih satu minggu setelah pelaksanaan pelatihan bagi TPK dan UPK.

2. Rapat Persiapan Pelaksanaan di Desa

Pengurus TPK bersama Kades secepatnya mengadakan rapat persiapan

pelaksanaan di desa difasilitasi oleh KPM D/K. Hasil rapat persiapan pelaksanaan menjadi acuan langkah kerja selanjutnya.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah disepakati dalam pertemuan MAD penetapan usulan dan musdes informasi hasil MAD serta rapat-rapat persiapan pelaksanaan.

1. Musyawarah Desa Pertanggungjawaban

(52)

35

ini dilakukan secara bertahap minimal dua kali yaitu setelah memanfaatkan dana PNPM Mandiri tahap pertama dan tahap kedua.

2. Sertifikasi

Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan dan kegiatan berdasarkan spesifikasi teknis oleh F-Kec/FT-Kec (FK). Tujuan sertifikasi adalah untuk mendorong peningkatan kualitas pekerjaan. Jenis kegiatan sertifikasi meilputi sertifikasi terhdap penerimaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan. Sertifikasi dilakukan oleh FK pada saat melakukan kunjungan lapangan. Hasil sertifikasi disampaikan di papan informasi agar dapat diketahui seluruh masyarakat.

3. Revisi Kegiatan

Revisi yang dimaksud disini adalah perubahan volume, jumlah, spesifikasi, atau desain kegiatan dari rencana dan atau disain semula yang diakibatkan oleh adanya perubahan kondisi awal disain, karena adanya kekeliruaan diawal disain atau karena situasi force majeur.

4. Dokumentasi Kegiatan

Seluruh kegiatan dari PNPM Mandiri harus didokumentasikan oleh FK-Kec/FT-Kec. Meskipun demikian, untuk kepentingan desa dan kecamatan, maka TPK dan UPK juga harus mengelola dokumentasi kegiatan.

5. Penyelesaian Kegiatan

(53)

4.3 Pelestarian Kegiatan

Pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri harus dijamin dapat memberi manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan. Disamping manfaat dari hasil kegiatan, aspek pemberdayaan, sistem dari proses perencanaan, aspek good govermance, serta prinsip prinsip PNPM Mandiri harus memberikan dampak perubahan positif secara berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk dapat mencapai hal itu maka semua pelaku PNPM Mandiri harus mengetahui dan mampu memahami latar belakang, dasar pemikiran, prinsip, kebijakan, prosedur, dan mekanisme PNPM Mandiri secara benar.

a. Hasil Kegiatan

Hasil-hasil kegiatan PNPM Mandiri yang berupa prasarana, simpan pinjam, dan kegiatan bidang pendidikan dan kesehatan merupakan aset bagi masyarakat yang harus dipelihara, dikembangkan, dan dilestarikan.

b. Proses Pelestarian

Merupakan tahapan pasca pelaksanaan yang dikelola dan merupakan tanggung jawab masyrakat. Namun demikian dalam melakukan tahapan pelestarian masyarakat tetap berdasarkan atas prinsip PNPM Mandiri.

c. Komponen Pendukung Pelestarian

Guna mendukung upaya pelestarian maka diperlukan beberapa komponen: 1. Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial yang harus dimiliki oleh

kelompok-kelompok masyarakat, TPK, serta pelaku- pelaku lain PNPM Mandiri di desa dan kecamatan.

(54)

37

mengetahui serta ikut mengontrol kegiatan yang direncanakan, sedang berjalan, maupun yang sudah selesai dilaksanakan.

3. Penguatan lembaga – lembaga masyarakat di kecamatan dan di desa, termasuk lembaga pengelola prasarana atau sarana. Selama tahap pelestarian peran kader desa dan teknik secara berkelanjutan sangat diharapkan , mengingat yang bersangkutan telah memperoleh alih pengetahuan dan keterampilan dari fasilitator.

d. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan PNPM Mandiri diarahkan kepada adanya perawatan dan pengembangan berbagai sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat secara terus – menerus dimanfaatkan oleh masyarakat secara efektif dan efisien. e. Pelatihan Pemeliharaan

(55)

4.4 Pengendalian

Pengendalian PNPM Mandiri dilakukan melalui kegiatan pemantauan,

pengawasan, evaluasi, dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak lanjutnya.

a. Pemantauan dan Pengawasan

Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan pengumpulan informasi dan mengamati perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk memastikan apakah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan sesua dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pemantauan dan pengawasan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pelaku PNPM Mandiri, yaitu : masyarakat, aparat pemerintahan di berbagai tingkatan, konsultan, fasilitator, LSM, wartawan, lembaga donor, dan lain – lain.

b. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan berikut kualitasnya, termasuk didalamnya adalah kinerja para pelaku PNPM Mandiri. Sedangkan pada akhir program, evaluasi lebih ditujukan untuk melihat dampak program. Hasil dari pemantauan, pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan dasar dalam evaluasi pelaksanaan program di desa maupun di kecamatan. Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi hambatan yang terjadi.

c. Pelaporan

(56)

39

atau permasalahan yang terjadi, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan PNPM Mandiri.

d. Pengelolaan Pengaduan dan Masalah

(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. a. Data Primer

Sumber data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima PNPM Mandiri Desa di Kecamatan Way Tuba Kabupaten Way Kanan. b. Data Sekunder

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai literature dari internet, buku – buku, dan kantor- kantor yang terkait dengan PNPM Mandiri Desa. Kantor – kantor yang dimaksud adalah Kantor Kecamatan Way Tuba dan Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Desa (UPK).

B. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan suatu penelitian. Adapun cara yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

(58)

41

a. Wawancara

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada pelaksana kegiatan, yaitu Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan Way Tuba, Ketua Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Desa (UPK), Ketua Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Fasilitator Kecamatan (FK), dan masyarakat di Kecamatan Way Tuba.

b. Kuisioner

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yang alternative jawabanya telah disediakan, kemudian responden diminta untuk memilih alternatif jawaban yang menurutnya paling tepat.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen – dokumen atau arsip – arsip yang terdapat pada kantor atau lokasi penelitian sebagai pelengkap data yang telah dikumpulkan.

C. Penentuan Ukuran Sampel

Metode Pengambilan dilakukan secara random sampling. Pengambilan sampel untuk desa terpilih adalah berdasarkan cluster random sampling dari sampel yang diperoleh dari data hasil keputusan Rapat Forum Musyawarah Antar Desa

(59)

1. Teknik Penentuan Sampling

Teknik pemilihan sampel sebagai responden adalah dengan teknik Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan. Dalam memilih sampel, penelitian tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali

berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada ditempat. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sampel (man-on-the-street). Menurut Sugiyono (2004 :77) adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena

keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil yang besar dan jauh. Keuntungan daripada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).

(60)

43

D. Alat Analisis

Penelitian ini tergolong peneltian deskriptif, dengan mnggunakan analisis

kualitatif deskriptif, yaitu analisis yang memberikan penjelasan pada hasil survey dengan menggunakan kuisioner dan analisis tabel yang diperoleh dari rekapitulasi kuisioner yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif untuk memberikan

pembahasan atas permasalahan yang ada.

Rekapitulasi kuisioner terdiri dari 5 alternatif jawaban, jawaban tersebut diberi skor secara berjenjang dari yang tinggi sampai yang terendah.

Nilai 1 untuk alternatif jawaban (Tidak Paham / Tidak Pernah / Tidak Perlu Hadir) yang memiliki kategori sangat rendah

Nilai 2 untuk alternatif jawaban (Kurang Paham / Kadang – kadang / Kadang

– kadang) yang memiliki kategori rendah

Nilai 3 untuk alternatif jawaban (Cukup Paham / Pernah / Sekedar Hadir) yang memiliki kategori sedang

Nilai 4 untuk alternatif jawaban ( Paham / Sering / Perlu Hadir) yang memiliki kategori tinggi

Nilai 5 untuk alternatif jawaban ( Sagat Paham / Selalu / Sangat Perlu Hadir) yang memiliki kategori sangat tinggi.

(61)

yang paling tidak diharapkan. Dengan menggunakan 5 alternatif jawaban maka diperoleh interval sebesar 1,33 yang kemudian menjadi interval untuk menyatakan baik atau tidaknya pengelolaan PNPM Mandiri Desa di Kecamatan Way Tuba. Apabila diintepretasikan maka bila skor rata-rata jawaban responden :

3,68 – 5,00 dinyatakan baik

2,34 – 3,67 dinyatakan kurang baik 1,00 – 2,33 dinyatakan tidak baik

E. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten Way Kanan

Diawali pada tahun 1957, dengan dipimpin oleh Wedana Way Kanan, Ratu Pengadilan, diadakanlah pertemuan yang pertama kali guna membahas rencana Pemerintah Pusat yang memerlukan 100.000 hektar tanah untuk keperluan transmigrasi. Pada saat itu tiga kewedanaan yang ada, yaitu Kewedanaan Kotabumi, Kewedanaan Krui dan Kewedanaan Menggala menolak rencana Pemerintah Pusat.

(62)

45

Pada tahun 1971, keinginan untuk menjadikan Way Kanan menjadi kabupaten yang berdiri sendiri muncul kembali. Pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan para ilmuwan diselenggarakan di kediaman Hi. Ridwan Basyah di Tanjung Agung - Bandar Lampung.

Selanjutnya pada tahun 1975, Bapak Nasrunsyah Gelar Sutan Mangkubumi, di Bumi Agung - Kecamatan Bahuga melaksanakan acara adat Bugawi dengan mengundang tokoh-tokoh adat (penyimbang) sewilayah Way Kanan. Pada kesempatan itu diadakan musyawarah khusus yang dipimpin oleh Hi. Ridwan Basyah membahas kembali gagasan untuk menjadikan Way Kanan sebagai Kabupaten yang berdiri sendiri, sekaligus mengajukan usul kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Lampung.

Kemudian pada tahun 1986, Pemerintah Pusat membentuk Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Blambangan Umpu dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri, Nomor : 821.26-502 Tanggal 8 Juni 1985, dengan Wilayah Pembantu Bupati Blambangan Umpu terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu :

Kecamatan Blambangan Umpu dengan ibukota Blambangan Umpu Kecamatan Bahuga dengan ibukota Mesir Ilir

Kecamatan Pakuon Ratu dengan ibukota Pakuon Ratu Kecamatan Baradatu dengan ibukota Tiuh Balak Kecamatan Banjit dengan ibukota Banjit

(63)

Berdasarkan Surat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Tingkat I Lampung, Nomor : 660/1990/II/1991 Tanggal 18 Februari 1991 yang ditujukan kepada Pembantu Bupati Wilayah Blambangan Umpu, maka Hi. Ridwan Basyah yang pada waktu itu menjabat sebagai Pembantu Bupati menyelenggarakan Musyawarah besar (Mubes) dengan mengambil tempat di SESAT PURANTI GAWI Blambangan Umpu, pada tanggal 4 Mei 1991 dengan maksud untuk mempersiapkan lahan perkantoran, nama kabupaten, dan letak ibukota kabupaten sebagai persiapan Way Kanan menjadi Kabupaten. Pertemuan tersebut dihadiri sekitar 200 orang, terdiri dari tokoh adat, tokoh agama, ilmuwan dan para pejabat. Dalam Mubes tersebut dibahas mengenai pemantapan usulan dan pernyataan dukungan sepenuhnya agar Way Kanan menjadi Kabupaten dengan ibukota di Blambangan Umpu dan terdiri dari 17 kecamatan. Usulan tersebut ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri, DPR-RI dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Lampung. Berdasarkan usulan tersebut, maka diadakanlah rapat-rapat di tingkat propinsi, kabupaten dan di DPR-RI. Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan DPR-RI ke Balambangan Umpu.

(64)

47

2. Keadaan Geografis

Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan ketinggian bervariasi antara 450-1500 m di atas permukaan laut. Daerah ini meliputi Bukit Barisan yang umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer atau sekunder antara lain Bukit Barisan dan Bukit Persegi.

3. Potensi Wilayah Kecamatan Way Tuba

[image:64.595.118.471.334.616.2]

Wilayah Kecamatan Purbolinggo memiliki luas daerah 25.088 Ha. Berikut ini penjelasan tentang penggunaan lahan di Kecamatan Way Tuba :

Tabel 3. Tata Guna Tanah di Kecamatan Way tuba Tahun 2011

No Bentuk Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Persentase (%)

1 Tanah Sawah

- Sawah Irigasi Tadah

Hujan 5.693 22,69

2 Tanah Kering

- Perkarangan / bangunan 1.246 4,97

- Ladang 835 3,33

- Perkebunan Negara 10.102 40,27 - Perkebunan Rakyat 3.997 15,93

3 Tanah Basah Kolam 25,5 0,1

4 Tanah Industri 2.186 8,71

5 Pertokoan 10 0,04

6 Perkantoran 477 1,9

7 Pasar 20 0,08

8 Tanah Wakaf 384,5 1,53

9 Lain – lain 112 0,45

Jumlah 25.088 Ha 100

(65)

4. Keadaan Demografi Kecamatan Way Tuba

Penduduk Kecamatan Way Tuba terdiri dari suku palembang dan beberapa suku lainnya, ditahun 2011 jumlah penduduknya sebanyak 149.047 jiwa. Penyebaran penduduk di Kecamatan Way Tuba tidak merata, bila dirinci per desa maka jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Way Tuba ada di desa Way Tuba yaitu sebanyak 17.889 jiwa dan terendah di desa Way Tuba Asri sebanyak 2.791 jiwa.

5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu kaitan antara tingkat pendidikan dengan kesempatan kerja merupakan hubungan yang sangat erat dimana dalam dasawarsa ini banyak dipermasalahkan akan kebutuhan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan bidang yang tersedia.

(66)
[image:66.595.112.458.92.305.2]

49

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Way Tuba Tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan

Jumlah

(Jiwa) Persentase

1 Belum Sekolah 40.574 27,22

2 Tamat Taman Kanak – kanak 18.251 12,25

3 Tamat Sekolah Dasar 35.631 23,91

4

Tamat Sekolah Menengah

Pertama 24.862 16,68

5 Tamat Sekolah Menengah Atas 23.507 15,77

6 Tamat Akademi 3.272 2,19

7 Tamat Perguruan Tinggi 2.95 1,98

Jumlah 149.047 100

Sumber : Monografi Kecamatan Way Tuba, Tahun 2012

Jumlah penduduk yang Belum Sekolah di Wilayah Way Tuba pada Tahun 2011 berjumlah 40.574 jiwa atau sebesar 27,22% dari jumlah keseluruhan penduduk. Untuk penduduk yang tamat Taman Kanak – Kanak berjumlah 18.251 atau sebesar 23,91% dari keseluruhan penduduk. Tamat Sekolah Menengah Pertama berjumlah 24.862 jiwa atau sebesar 16,68% kemudian untuk Tamat Sekolah Menengah Atas berjumlah 23.057 jiwa atau sebesar 15,77%. Untuk penduduk yang Tamat Akademi (D1-D3) berjumlah 3.272 jiwa atau sebesar 2,19%

sedangkan untuk yang Tamat Perguruan Tinggi berjumlah 2.950 jiwa atau 1,98% dari jumlah penduduk.

6. Mata Pencaharian Penduduk

(67)
[image:67.595.110.420.211.462.2]

disektor pertanian dan selebihnya disektor lainnya. Untuk lebih jelasnya, mata pencaharian penduduk di wilayah Way Tuba dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Banyaknya Penduduk Menurut Mata

Pencaharian di Kecamatan Way Tuba Tahun 2011 No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Pertanian 23.673

2 Industri / Usaha sedang / kecil 3.516

3 Pegawai Negeri Sipil 2.878

4 Pengrajin Industri Kecil 492

5 Buruh :

- Buruh Tani 874

- Buruh Bangunan 3.753

- Buruh Industri 11.130 - Buruh Perkebunan 1.380

6 Pedagang 982

7 Pengangkutan 315

8 ABRI 877

9 Pensiunan 415

10 Peternakan 13.515

(68)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai partisipasi masyarakat penerima dana bantuan dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberayaan Masyarakat Mandiri Desa di Kecamatan Way Tuba maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat termasuk seluruh unsur pelaksana PNPM Mandiri di Kecamatan Way tuba yang menerima bantuan PNPM Mandiri tahun 2010 – 2011 sangat baik. Hal ini dinilai dari pemahaman masyarakat terhadap PNPM Mandiri itu sendiri sudah baik 91% menyatakan sangat paham sekali dengan skor rata-rata 4,88 atau pada klasifikasi jawaban baik dan sisanya menyatakan paham terhadap PNPM Mandiri Desa sehingga partisipasi yang diikuti

masyarakat dalam tahapan – tahapan PNPM mandiri seperti perencanaan, implementasi program dan pelestarian program.

(69)

klasifikasi jawaban baik. Hasil temuan ini menunjukan bahwa masyarakat sebenarnya mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan desa jika mereka diberikan kesempatan untuk membangun desanya sendiri.

3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Desa pada tahap ini dinilai baik. Hal tersebut karena masyarakat desa merasa adanya proses pembelajaran dalam

pembangunan. Masyarakat terlibat dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pelestarian dan evaluasi sehingga tercapailah arahan pemerintah yang mengharapkan adanya pembangunan yang menganut bottom up planning.

4. Pada tahap implementasi masyarakat dilibatkan secara penuh sebagai

pelaksana kegiatan. Indikatornya terlihat dari tingginya angka partisipan yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek pembangunan sarana dan prasarana fisik di desa mereka. Begitu pula dalam tahap pelestarian masyarakat merasa sangat perlu dilakukan pelestarian sarana dan prasaran fisik tersebut. Hal ini terlihat dalam persentase jawaban responden tentang tanggapan terhadap partisipasi masyarakat dalam tahap pelestarian yang menyatakan 89% menyatakan sangat perlu hadir, dengan skor rata-rata 4,89 atau berada dalam klasifikasi jawaban baik dan sisanya 11% menyatakan pelu hadir. Mereka menganggap perlu upaya pelestarian yang dilakukan secara kontinyu untuk menjaga nilai guna dari sarana dan prasarana tersebut.

(70)

70

baik, sedangkan sisanya 11% menyatakan cukup dirasakan. Hal tersebut disebabkan skala prioritas sangat diutamakan pembangunan yang dilaksanakan sangat sesuai dengan harapan masyarakat desa.

6. Tingginya tingkat partisipasi FK/FT atau PjOK beserta aparatur desa dalam membantu PNPM Mandiri ditunjukan oleh tingginya peran FK/FT atau PjOK beserta aparatur desa dalam mensosialisasikan kepada masyarakat di desanya. 87% responden menyatakan aparatur desa selalu aktif dalam mensosialisasikan dan memfasilitasi Musyawarah Desa dengan skor rata-rata 4,87atau berada dalam klasifikasi jawaban baik.

B. Saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan simpulan yang diperoleh maka dapat diajukan saran sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan, pelaksana pemerintahan dan masyarakat sebagai berikut :

1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah seharusnya memprioritaskan pembinaan Sumber Daya Manusia dengan mengadakan pelatihan – pelatihan tentang organisasi, keilmuan, dan kewirausahaan. Pembinaan Sumber Daya Manusia ini sangat penting mengingat selama kegiatan PNPM berlangsung masayarakat, apartur desa, dan tim pelaksana PNPM Mandiri aktif

(71)

2. Pelaksanaan PNPM Mandiri tidak lagi menekankan pada pembangunan sarana dan prasarana, akan tetapi ditekankan pada usaha ekonomi sehingga

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE. Yogyakarta

Bappeda, 2012 Kabupaten Way Kanan Laporan Tahunan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan dan Desa di Way Kanan.

Departemen Dalam Negeri Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa. PTO Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Indonesia

Emidayenti,2009. Analisis Implementasi Bantuan Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program Pengembangan Kecamata (PNPM/PPK) di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus di Desa Serdang Kecamatan Tanjung Bintang). Universitas Lampung. Lampung

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Prencanaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Keputusan Mentri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 25 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)

Kabupaten Way Kanan Dalam Angka 2012. Kantor Statistik Kabupaten Way Kanan.

Nasir,Moh. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Ndraha, Taliziduhu. 1994. Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Bina Aksara. Jakarta

Proyeksi. 2007. Media Informasi Bappeda Provinsi Lampung. Bappeda Lampung. Lampung

(73)

Reksohadiprodjo, Sukanto. 2001. Manajemen Proyek Edisi 5. BPFE – Yogyakarta. Yogyakarta

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3S. Jakarta

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Gambar

Tabel
Tabel 1. Jumlah Kecamatan Penerima Dana PNPM Mandiri Desa Provinsi                 Lampung Tahun 2007
Tabel 2. Tingkat Perkembangan Desa di  Kecamatan Way tuba 2011
Tabel 3. Tata Guna Tanah di Kecamatan Way tuba Tahun 2011
+3

Referensi

Dokumen terkait

Suatu bangunan yang didirikan harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai wujud bahwa penyelenggaraan proyek konstruksi bangunan telah dijalankan sesuai

Ketika anggota organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa umum, istilah, atau ritual tertentu; (2) norms ; yakni berbagai

Dengan demikian, bahasa dan media adalah asumsi dari teori interaksionisme yang bisa dikonfirmasi sebagai proses komunikasi dalam mengintegrasi masyarakat yang

Aplikasi Web E-commerce pada Inkubator Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya adalah sebuah perangkat lunak e-commerce yang terdiri dari kumpulan perintah-perintah yang

Seperti yang terlihat pada Tabel 3.2, angka buta aksara pemuda yang berumur 30-35 tahun lebih tinggi dibanding yang berumur 25-29 tahun, begitu juga angka buta aksara pada kelompok

Dikaitkan dengan objektif terakhir kajian ini iaitu memaparkan kekurangan dan kelemahan yang dibawa oleh peruntukan keterangan yang sedia ada, maka dapatan kajian

keterprediksian laba, faktor resiko sistematis (Beta), struktur modal, serta ukuran perusahaan. Untuk membuktikan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kerelevenan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih