INCREASE REVENUE AT DEPARTMENT OF TRANSPORTATION IN BANDAR LAMPUNG
BY
ADE REZA SYAHPUTRA
The Government of Bandar lampung as one autonomous regions in the area of Lampung Province has the potential to grow and compete with other regions in development and government implementation in the fields of transportation, especially regarding road transport. The Government of Bandar Lampung seek revenue sources of local revenue through services testing of motor vehicles, which is organized by the Department of Transportation in Bandar Lampung, which is expected to provide testing services of motor vehicles of the best as well as contribute to the income of local revenue (PAD) in order to sustain the financing of development in the fields of transportation ground transportation. Testing service of motor vehicles is the investigation on the condition of vehicles made by the examiner is to determine the condition of the vehicle, among others, the fulfillment of the roadworthly or not, including completeness of letters motor vehicle which is under the authority of Department of Transportation, from an examination of the physical condition of the vehicle, it is necessary services for the smoothness of motor vehicle testing itself.
This research used descriptive type with qualitative method approach, focus of this study using the moenirtheory namely: effective, simple, certainly, transparency, efficiency, timeliness, responsiveness, and adaptive. The location of the research conducted at the department of transportation in Bandar lampung. The results from this study show that the effectiveness of the testing of motor vehicles in order to increase revenue is ineffective. It can be seen from the modest dimensions, efficiency, timeliness, and responsiveness at department of transportation in Bandar lampung.
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS
PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG OLEH
ADE REZA SYAHPUTRA
Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah otonom yang berada di wilayah Provinsi Lampung memiliki potensi untuk berkembang dan bersaing dengan daerah lain dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di bidang perhubungan khususnya mengenai transportasi darat. Pemerintah Kota Bandar Lampung mengupayakan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah melalui jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor, yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yang diharapkan dapat memberikan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang terbaik serta memberikan kontribusi pada penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) guna menopang pembiayaan pelaksanaan pembangunan yang ada di bidang perhubungan transportasi darat.
Pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan pemeriksaan pada kondisi kendaraan yang dilakukan oleh penguji yaitu untuk mengetahui kondisi kendaraan antara lain pemenuhan persyaratan laik jalan atau tidak, termasuk kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor yang merupakan kewenangan dari Perhubungan, dari pemeriksaan kondisi fisik kendaraan tersebut, maka sangat dibutuhkan pelayanan dalam kelancaran pengujian kendaraan bermotor itu sendiri.
Penelitian ini mengunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif, Fokus penelitian ini menggunakan teori Moenir yaitu : efektif, sederhana, kejelasan dan kepastian, keterbukaan, efisiensi, ketepatan waktu, responsif, dan adaptif. Sedangkan lokasi penelitian dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Hasil dari penelitian ini bahwa efektivitas pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah tidak efektif. Hal ini dapat dilihat dari dimensi sederhana, efisiensi, ketepatan waktu dan responsif Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.
Oleh
ADE REZA SYAHPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh :
ADE REZA SYAHPUTRA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Efektivitas ... 8
1. Pengertian Efektivitas ... 8
2. Ukuran Efektivitas... 10
B. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 12
1. Definisi Pelayanan Publik ... 12
2. Dimensi Pelayanan Publik ... 14
3. Indikator-Indikator Pelayanan Publik ... 26
C. Pengujian Kendaraan Bermotor ... 28
1. Pengertian Pengujian Kendaraan Bermotor ... 28
2. Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor... 30
3. Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor... 31
D. Kerangka Pikir... 32
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian... 35
B. Fokus Penelitian ... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
G. Teknik Pengolahan Data ... 41
H. Teknik Keabsahan Data ... 43
IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 47
B. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 48
C. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52
1. Efektif... 52
2. Sederhana ... 55
3. Kejelasan dan Kepastian ... 56
4. Keterbukaan ... 58
5. Efisiensi... 60
6. Ketepatan Waktu ... 62
7. Responsif... 64
B. Pembahasan ... 66
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 74
B. Saran... 75
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Informan... 40
Tabel 4.1Jumlah Karyawan ... 51
Tabel 4.2 Jumlah Karyawan Di UPT PKB ... 51
Moto:
Pohon terkuat di hutan bukanlah yang terlindung dari badai dan tersembunyi dari matahari.
Pohon terkuat adalah yang berdiri di tempat yang terbuka yang mengharuskan ia berjuang hidup
melawan angin dan hujan dan terik mentari. (Napoleon Hill)
Tuntutlah ilmu dan berjalanlah untuk ilmu,
Ketenangan, dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati Kepada orang-orang yang mengajarmu
(HR.Athabrani)
Lakukan semua kebajikan yang kaubisa, dengan segala sarana Yang kaubisa, dalam segala cara yang kaubisa, disegala tempat Yang kaubisa, disegala waktu yang kaubisa, kepada segala orang
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, skripsi ini
kupersembahkan kepada :
Papa dan Mama ku Tercinta
Semoga ini bukan akhir dari usaha saya untuk membahagiakan mama
dan Papa tercinta,
tetapi merupakan awal dari usaha itu, terima kasih yang tak
terhingga atas tiap tetes keringat yang dikucurkan,
tiap pelukan yang menenangkan, tiap senyum yang
membahagiakan sehingga kenangan indah dan kebahagiaan telah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 29 Desember 1993, merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara,dari bapak yang bernama Refli, Bsc. dan
ibu yang bernama Ratu Mustika,S.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) AL Azhar
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1999; Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Dadi
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
24 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008; Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahNya
sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul Efektivitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Dalam
Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Perhubungan Kota
Bandar Lampung merupakan salah satu syarat untuk meraih Sarjana Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Keseluruhan skripsi ini merupakan hasil bimbingan, arahan, bantuan dan diskusi
dengan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bambang Utoyo S, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama.
Terima kasih atas bimbinganya serta kesabaran dan keuletan yang luar biasa
untuk membimbing peneliti guna menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si, selaku Dosen Pembahas. Terima kasih atas arahan, saran, masukan dan waktunya yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini..
4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara
5. Ibu Devi Yulianti, S.A.N., M.A. selaku dosen pembimbing akademik
6. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran
adminstrasi skripsi ini
7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang
telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal
yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.
8. Kepala Kesbangpol Kota Bandar Lampung, terima kasih atas izin
yangdiberikan guna penelitian ini..
9. Bapak Andi Sa’at, SH., MH,selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas
Perhubungan. Terima kasih atas izin yang diberikan sehinga peneliti dapat
melakukan penelitian di Dinas Perhubunga Kota Bandar Lampung.
10. Bapak Irman Saputra, S.T., M.T. selaku Kepala Seksi UPT PKB Dinas
Perhungan Kota Bandar Lampung. Terima kasih atas informasi serta
data-data yang dibutuhkan oleh peneliti sehinga peneliti dapat menyelesaikan
tugas akhir atau skripsi ini.
11. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Bapak Refli, B.Sc beserta Ibu
tercintaku Ratu Mustika, S.Pd yang telah merawat, mendidik,
membesarkanku dan menjadispiritdalam berjuang, yang selalu berdoa untuk keberhasilan dan kesehatan anak-anaknya dengan terus menerus memberikan
kekeluargaan.
13. Yesika Wulandari yang telah banyak membantu mengumpulkan bahan-bahan skripsi, mendukung dan memberikan semangat penuh terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabatku tercinta, M. Zashika Eriko, Rinanda Adi Saputra, Rendy Pratama Putra, Moch. Ibnu, Deo Wiranto, Fajriza Haris, Okta Ferdiansyah, Dian Aprianto, Vike Youdit, Iid Apriliani, Nindya Pratiwi, dan Maria Nori Kristiyani Ratranto, faisal, lili, hesti, coco, kartika, terima kasih atas warna dan pengalaman yang dibagikan serta kesetian selama menempuh gelar Sarjana Administrasi Negara. 15. Keluarga KKN Tematik Desa Toto Projo Way Bungur Kabupaten Lampung
Timur,Yesika Wulandari, Guspriandoko, Ariyanti, Indah Fajriati. Terima kasih atas pengalaman, kekompakan yang diberikan pada saat melakukan KKN.
Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman serta
informasi dalam penulisan skripsi ini sehingga masih jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya dengan mengucap Alhamdullilahirobbilalamin serta dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi sederhana ini memberikan
manfaat bagi kita semua. Aaamiiin.
Bandar Lampung, 17 Desember 2015
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, telah merubah paradigma
penyelenggaraan pemerintahan di daerah dimana kekuasaan yang bersifat
sentralistik berubah menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang
seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 dan terakhir diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014. Perubahan kebijakan pengaturan pemerintahan daerah tersebut diselaraskan
dengan adanya perubahan kebijakan terhadap pajak dan retribusi daerah sebagai
landasan bagi daerah dalam menggali potensi pendapatan daerah khususnya
pendapatan asli daerah, yakni Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kemudian dirubah dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Perubahan berbagai kebijakan nasional sebagaimana dimaksud membawa harapan
besar bagi daerah untuk membangun daerahnya dengan menggali potensi
daerahnya masing-masing sebagai sumber pendapatan daerah, khususnya
karena diberikannya berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah
tangganya dibarengi dengan muatan kewenangan untuk mengurus keuangannya
secara otonom dalam membiayai penyelenggaraan otonomi, baik dalam menggali
sumber-sumber keuangan, pemanfaatannya serta pertanggungjawabannya.
Fokus perhatian berkenaan dengan pembiayaan dalam penyelenggaraan otonomi
daerah bertumpu pada persoalan pendapatan daerah yang berasal dari berbagai
jenis sumber. Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan dari kemampuan
daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pasal 157 UU No. 32 Tahun
2004 menyatakan:
“Sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: 1) hasil pajak daerah;
2) hasil retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.”
Jika menelusuri ketentuan Pasal 157 tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa
di antara sumber pendapatan daerah tersebut, hanya ”Pendapatan Asli Daerah”
yang merupakan sumber pembiayaan sebagai indikasi atau ketegasan sumber
pendapatan daerah yang otonom. Kurniawan (2005: 55) menyatakan bahwa sebab
sumber pendapatan daerah yang berupa dana perimbangan merupakan hasil
penerimaan yang didasarkan persentase perimbangan tertentu yang ditentukan
oleh pemerintah pusat. Adapun lain-lain pendapatan daerah yang sah ditentukan
oleh ukuran yuridis yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Selanjutnya diantara
3
retribusi daerah aspek yuridis yang berimplikasi terhadap peranannya dalam
memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
Pada sisi lain berjalannya pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah
dalam membiayai daerah, memberikan peluang untuk menggali potensi daerah
melalui pungutan daerah berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai
sumber pendapatan asli daerah ke dalam penetapan kebijakan hukum berupa
Perda. Gejala yang tidak terhindarkan terjadi pada daerah adalah adanya beberapa
perda yang menetapkan subjek dan objek pajak daerah dan retribusi daerah
dibatalkan oleh pemerintah pusat, diantaranya dengan alasan objek yang dipungut
pada pajak daerah dan retribusi daerah tersebut pada dasarnya sudah dikenakan
sebagai objek pajak pusat, terutama dalam memberikan jawaban atas adanya
dugaan telah terjadi tumpang tindih objek pajak daerah dan retribusi daerah.
Rahayu (2010: 7) mengemukakan di samping itu adanya rumor yang berkembang,
sejak era reformasi terkesan pada setiap daerah saling berlomba memperbesar
tingkat pendapatan asli daerahnya melalui instrumen pajak daerah dan retribusi
daerah, sehingga dinilai telah menambah beban bagi investor yang mau berusaha
atau menanamkan modalnya di daerah yang bersangkutan.
Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah otonom yang berada
di wilayah Provinsi Lampung memiliki potensi untuk berkembang dan bersaing
dengan daerah lain dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di
bidang perhubungan khususnya mengenai transportasi darat. Pemerintah Kota
Bandar Lampung mengupayakan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli
daerah melalui jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor, yang
dapat memberikan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang terbaik serta
memberikan kontribusi pada penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) guna
menopang pembiayaan pelaksanaan pembangunan yang ada di bidang
perhubungan transportasi darat.
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, khusus dalam menjalankan pelayanan pengujian kendaraan
bermotor oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, merupakan
langkah preventif. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung menempatkan
transportasi dan informasi sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajibannya
untuk memperoleh berbagai jenis pelayanan, termasuk bidang transportasi,
informasi dan komunikasi merupakan tantangan dan tanggung jawab yang besar
bagi Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi dalam menciptakan
keterbukaan dan kemudahan bidang transportasi serta kemudahan mengakses
berbagai informasi melalui media yang ada. Selain itu uji berkala kendaraan
didasarkan pada Pasal 150 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993.
Pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan pemeriksaan pada kondisi
kendaraan yang dilakukan oleh penguji yaitu untuk mengetahui kondisi kendaraan
antara lain pemenuhan persyaratan laik jalan atau tidak, termasuk kelengkapan
surat-surat kendaraan bermotor yang merupakan kewenangan dari Perhubungan,
dari pemeriksaan kondisi fisik kendaraan tersebut, maka sangat dibutuhkan
pelayanan dalam kelancaran pengujian kendaraan bermotor itu sendiri. Pelayanan
pengujian kendaraan bermotor merupakan permasalahan yang penting yang ada
5
pemerintahan daerah ialah bagaimana memberikan pelayanan yang baik sehingga
penerimaan pendapatan asli daerah berjalan lancar serta kepentingan masyarakat
pengguna kendaraan bermotor dapat terpenuhi.
Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung memiliki sarana prasarana berupa
Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (BPKB) Kota Bandar Lampung yang
disediakan untuk melaksanakan atau memberikan jasa pelayanan pengujian
kendaraan bermotor, dalam rangka mengintensifkan penerimaan pendapatan asli
daerah atau penerimaan retribusi penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Berdasarkan hasil pra-riset yang penulis lakukan, terlihat masih terdapat
permasalahan pada pelaksanaan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yakni
tidak melakukan lagi pemeriksaan kendaraan atau komponen-komponen atau
bagian-bagian pada kendaraan bahkan terkesan lebih mengutamakan penerimaan
PAD, artinya pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor lebih mengutamakan
pelayanan dari aspek administrasi dalam hal penerimaan pendapatan asli daerah
dan tidak memperhatikan pelayanan dari aspek tekhnis kendaraan, hal ini masih
dipengaruhi oleh kurangnya tenaga penguji kendaraan bermotor yang secara
teknis memiliki kompetensi dalam pengujian kendaraan bermotor. Permasalahan
lain pada pelayanan pengujian kendaraan bermotor masih dipengaruhi oleh
minimnya partisipasi masyarakat, dimana pemilik kendaraan jika datang
kepengujian tidak turut serta membawa kendaraan untuk diuji, melainkan hanya
membawa buku Uji (buku keur) dari kendaraan tersebut untuk pengurusan
perpanjangan masa berlakunya, serta melunasi biaya administrasi yang menjadi
sumber penerimaan PAD, sehingga secara teknis berdampak negatif pada
penerimaan PAD. Selain itu penetapan waktu uji kendaraan bermotor yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 yaitu selama 6
bulan masih belum banyak dipatuhi oleh pemilik kendaraan bermotor.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, mengingat bahwa jasa
pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan sumber PAD untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di bidang
perhubungan transportasi darat dalam rangka melaksanakan otonomi daerah,
maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul“Efektivitas
Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
pada penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas pelayanan pengujian kendaraan
bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pelayanan
pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli
7
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam
manajemen pelayanan publik khususnya mengenai pelayanan pengujian
kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan referensi
di Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung untuk meningkatkan pelayanan
dan sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi
pengembang ide para penelitian dalam melakukan penelitian dengan tema atau
A. Tinjauan Tentang Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer
mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut
efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat (2006: 16)
yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar,
sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy (2008: 14)
mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya
mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu
yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan”. Efektivitas menurut
9
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah
pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
Pengertian lain menurut Rukman (2005: 156), “efektivitas merupakan daya pesan
untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk
mempengaruhi”. Menurut pengertian Rukman di atas, efektivitas bisa diartikan
sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya secara matang.
Sedarmayanti (2006: 61) menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran
yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pendapat tersebut
menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga
atau organisasi dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam
setiap lembaga atau organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan
kemajuan yang dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri.
Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya
pencapaian tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan tercapai segala kegiatannya
dengan berjalan efektif akan dapat dilaksanakan apabila didukung oleh
faktor-faktor pendukung efektivitas.
Lebih lanjut Kurniawan (2005: 109) mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan
program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya
efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu
dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen
organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan
organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau
dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta
metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila
dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif
bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang
bermanfaat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana
target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Steers (1986: 171) yang menjelaskan bahwa :“Efektivitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin
tinggi efektivitasnya.
2. Ukuran Efektivitas
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapai tujuan secara efektif atau tidak,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Siagian (2004: 77) yaitu:
11
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
c. Proses analisis dan perumusan kebijakanaan yang mantap
d. Penyusunan program yang matang
e. Penyusunan program yang mantap
f. Tersedianya sarana dan prasarana
g. Pelaksanaan efektif dan efisien
h. Sistem pengawasan yang bersifat mendidik
Menurut pendapat Krech, Cruthfied dan Ballachey yang dikutip Danim (2004:
119), menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut :
1) Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas
atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat
dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output).
2) Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat
kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif
(berdasarkan pada mutu).
3) Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif dengan
dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan.
4) Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam
suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan
kadar yang tinggi.
Berdasarkan beberapa pendapat dalam uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa
efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu
sasaran organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas,
dimana seringkali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha
mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang
efektivitas itu sendiri.
B. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk
jasa pelyanan, baik dalam bentuk publik atau jasa publik yang pada dasarnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, di
daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarkat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas dari masalah kepentingan umum,
yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan umum. Oleh karena itu antara
kepentingan umum dengan pelayanan umum adanya hubungan yang saling
berkaitan. Meskipun dalam perkembangan lebih lanjut pelayanan umum dapat
juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan
kegiatan organisasi.
Menurut Kotler dalam Ratminto (2006: 8), pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan
13
dapat memberikan suatu keuntungan dan dapat memberikan manfaat, hasil dari
pelayanan berupa kepuasan yang diberiakan walaupun hasil dari pelayanan yang
diberikan tidak terikat pada suatu benda.
Menurut Dwiyanto (2005: 141), pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai
serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, bahwa pelayanan umum merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi kewajibannya, akan tetapi tidak
disebabkan oleh hal itu saja melainkan pemerintah memang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Menurut Sedarmayati (2004: 78) pelayanan publik
yang diberikan kepada masyarakat harus sesuai dengan standar pelayanan, karena
masyarakat berhak mendapatkan pelayanan dari pemerintah secara prima atau
pelayanan yang berkualitas. Definisi pelayanan sebagai suatu pendekatan
organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa
sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis..
Berdasarkan penjelasan di atas, pelayanan yang baik dan memuaskan akan
berdampak positif seperti yang dikutip dari Moenir (2010: 98) antara lain:
1. Masyarakat menghargai kepada korps pegawai
2. Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan
3. Masyarakat akan merasa bangga kepada korps pegawai
4. Adanya kegairahan usaha dalam masyarakat
5. Adanya peningkatan dan pengnembangan dalam masyarakat menuju segera
Setiap pelayanan akan menghasilkan beragam penilaian yang datangnya dari
pihak yang dilayani atau pelanggan. Pelayanan yang baik tentunya akan
memberikan penilaian yang baik pula dari para pelanggan, tetapi apabila
pelayanan yang diberikan tidak memberikan kepuasan, misalnya pelanggan telah
mengeluarkan sejumlah biaya untuk pelayanan tetapi imbalan yang diterimanay
tidak seimbang, maka akan menimbulkan kekecewaan pelanggan dan bisa
memperburuk citra instansi pemberi layanan.
Moenir (2010: 41-42) menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan kurang
berkualitasnya pelayanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayan :
a. Tidak adanya kesadaran terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi tanggung
jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya padahal orang
menunggu hasil kerjanya sudah gelisah.
b. Sistem, prosedural dan sistem kerja yang tidak memadai sehingga mekanisme
kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
c. Pengorganisasian tugas pelayanan yang belum selesai, sehingga terjadi
simpang siur penanganan tugas, tumpang tindih (over lopping) atau tercecernya suatu tugas karena tidak ada yang menangani.
Pendapatan pegawai yang tidak memenuhi kebutuhan hidup meskipun secara
minimal. Akibatnya pegawai tidak tenang dalam bekerja, berusaha mencari
tambahan pendapatan dalam jam kerja dengan cara antara lain ”menjual jasa
pelayanan”. Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang
dibebankan kepadanya. Akibatnya hasil pekerjaannya tidak memenuhi standar
15
Menurut Moenir (2010: 98) prinsip-prinsip pokok sebagai dasar yang menjadi
pedoman dalam perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan
publik. Sendi-sendi atau prinsip-prinsip pelayanan dapat dipahami dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Kesederhanaan
Sendi atau prinsip kesederhanaan mengandung makna bahwa prosedur atau tata
cara pelayanan diselenggarakan secara mudah dan dilaksanakan oleh masyarakat
yang meminta pelayanan publik. Prinsip kesederhanaan pada hakikatnya lebih
menekankan pada aspek prosedur kerja penyelenggaraan pelayanan, termasuk
persyaratan maupun pelaksanaan teknis operasional. Prosedur kerja pelayanan
publik adalah tata urutan pelaksanaan kerja atau tindakan yang dilewati dan atau
dijalankan dalam proses penyelenggaraan pelayanan.
Penyusunan kebijakan atau pengaturan mengenai prosedur pelaksanaan
pelayanan publik, hendaknya dirumuskan atau disusun dalam tata urutan atau
mekanisme arus kerja yang sederhana, artinya tidak banyak melibatkan atau
melewati meja atau pejabat yang tidak terdapat kaitan dengan fungsi utama dalam
proses pelayanan. Kesederhanaan prosedur ini didesain untuk tidak mengurangi
atau mengabaikan unsur legalitas atau keabsahan dari hasil pelaksanaan pelayanan
publik itu sendiri. Prinsip kesederhanaan ditujukan untuk :
1) Mengurangi jumlah meja dan atau petugas dalam prosedur birokrasi
pelaksanaan pelayanan publik.
2) Penyusunan laporan akhir peningkatan kualitas pelayanan publik.
3) Memudahkan masyarakat dalam mengurus, mendapatkan pelayanan,
pelayanan melalui internet.
4) Memperkecil terjadinya pelayanan yang birokratis dan prosedur panjang
ataupun berbelit-belit, sehingga dengan cara yang didesain secara
sederhana akan memperlancar dalam proses serta menciptakan tata laksana
pelayanan publik yang baik.
Hal yang perlu mendapat perhatian dan relevan dalam mendukung ciri dan prinsip
kesederhanaan pelayanan publik adalah :
1) Mekanisme kerja atau tata urutan pelayanan, artinya jumlah meja yang
dilewati dalam proses prosedur pelayanan harus sederhana. Disusun
dalam rangkaian prosedur yang hanya mengkaitkan atau melewati
simpul, meja pejabat dan atau petugas yang mempunyai ikatan fungsi
dalam proses pelayanannya. Apabila harus melibatkan banyak meja atau
pejabat dalam proses pelayanan publik, perlu dipertimbangkan hanya yang
benar-benar mempunyai kepentingan yang relevan dengan persyaratan
legalitas suatu pelaksanaan pelayanan publik, sehingga bukan semata-mata
dikaitkan untuk kepentingan unit dan atau satuan kerja yang bersangkutan.
Jadi jelas, pelayanan publik bukan semata-mata dikaitkan untuk
kepentingan unit dan satuan kerja yang bersangkutan.
2) Spesifikasi persyaratan pelayanan, artinya dalam menyusun prosedur
pelayanan perlu memperhatikan bagaimana kerumitan mengurus
persyaratan yang diperlukan. Dalam mengurus persyaratan tidak terlalu
banyak melibatkan instansi atau unit kerja lain, yang berakibat menambah
17
3) Tertib dalam sistem penataan dan penyimpanan dokumen/arsip, antara lain
dalam penyelenggaraan pelayanan perlu didukung dengan pengelolaan
dokumen/arsip yang berkaitan dengan kegiatan pemberian laporan akhir
peningkatan kualitas pelayanan publik. Pelayanan yang tertata secara
sistematis, rapi, tertib, dan aman. Dengan sistem penyimpanan
dokumen/arsip secara tertib akan dapat memudahkan dan mempercepat
dalam penemuan kembali berkas, sehingga menunjang kecepatan dan
kelancaran proses penyelenggaraan pelayanan.
4) Kapasitas loket dan petugas pelayanan yang cukup, artinya dalam
penyelenggaraan pelayanan perlu memperhatikan apakah jumlah loket
telah memadai dengan beban/volume permintaan pelayanan. Dalam
pelaksanaan teknis operasional pelayanan agar diusahakan pengaturannya
untuk tidak terjadi antrian yang berjubel, atau bertumpuknya berkas
permohonan pada satu meja/petugas/pejabat. Dalam hal terjadi beban
kerja tinggi dan penumpukan antrian kerja, maka dapat dilakukan
langkah-langkah, antara lain:
1) Menambah sarana loket dan petugasnya, mendahulukan tindakan
pelaksanaan pelayanan sesuai nomor urutnya, atau mengelompokkan
pelayanan menurut domisili atau wilayah kerja, dan disiapkan sesuai
dengan volume/beban pelayanan yang ada.
2) Dapat dilakukan desentralisasi pelaksanaan pelayanan, artinya
melimpahkan kewenangan untuk melakukan pelayanan kepada unit
kerja/pejabat setingkat di bawah kewenangan kerjanya atau memecah/
penyelenggaraan pelayanan perlu memperhatikan sejauhmana dilakukan
koordinasi dan kerja sama dengan unit kerja lain yang terkait, maupun koordinasi
antara komponen kerja di dalam kantor yang bersangkutan, sehingga menunjang
kelancaran mengurus persyaratan maupun proses penyelesaian pelayanan.
b. Kejelasan dan Kepastian
Sendi atau prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai:
1) Prosedur tatacara pelayanan.
2) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan
administratif.
3) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan.
4) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayaran.
5) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
Prinsip kejelasan dan kepastian dalam ketatalaksanaan pelayanan publik, lebih
menekankan pada aspek-aspek:
1) Proses arus kerja dalam prosedur tatacara penyelenggaraan pelayanan,
artinya perlu diperhatikan apakah sudah digambarkan secara jelas dan pasti
dalam bentuk bagan alir, serta informasi mengenai sarana penunjangnya
(seperti nama loket/meja/petugas) harus dibuat pula secara lengkap dan jelas
sesuai fungsinya.
2) Tata urutan atau bagan alir penanganan pelayanan, serta nama-nama loket
dan petugas masing-masing urusan perlu divisualisasikan, dipasang secara
19
Untuk mendukung prinsip kejelasan dan kepastian dalam prosedur tata kerja,
maka dalam proses pelaksanaan pelayanan perlu dilakukan:
1)Pencatatan secara rapi dan tertib setiap langkah, tahapan kegiatan
pelayanan.
2)Harus didukung dengan kelengkapan perangkat administrasi/pencatatan
yang sesuai kebutuhan untuk pelaksanaan pelayanan perangkat administrasi,
ialah meliputi segenap peralatan, sarana tata usaha yang digunakan
mendukung kegiatan pencatatan penyelesaian administrasi. Misalnya:
formulir pemohonan, tanda bukti penerimaan berkas, buku agenda
penerimaan berkas permohonan, medical record pada rumah sakit, faktur/kuitansi tanda bukti penerimaan pembayaran, kartu kendali atau
bukumonitoringpelaksanaan pekerjaan dan lainnya.
3)Tata cara pengolahan biaya, antara lain menekankan bahwa dalam
penyelenggaraan pelayanan perlu dilakukan pengelolaan dana/biaya yang
berkaitan dengan kegiatan pelayanan secara tertib, jelas dan lengkap dengan
tanda bukti maupun rincian biaya. Pengelolaan biaya pelayanan perlu
dibukukan secara rapi, dan tertib.
4)Demikian pula biaya yang menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi oleh
masyarakat, hendaknya harus dinyatakan dan dicatat secara jelas, rinci dan
pasti jumlahnya.
5)Konsistensi pelaksanaan dan jadwal penyelesaian; dalam arti bahwa proses
pelaksanaan pemberian pelayanan harus memberikan ketegasan dan
kepastian sesuai prosedur dan jadwal pelaksanaan pelayanan secara jelas
sesuai dengan fakta dalam kenyataan.
c. Keamanan
Sendi atau prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat
memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hukum
bagi masyarakat. Dalam prinsip ini, memberikan petunjuk bahwa dalam proses
pelaksanaan pemberian pelayanan agar diciptakan kondisi dan mutu dengan
memperhatikan faktor-faktor:
1) Keamanan, dalam arti proses pelaksanaan pelayanan maupun mutu produk
pelayanan publik dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat. Mutu
produk pelaksanaan pelayanan publik dapat meliputi:
a) Produk Pelayanan Administrasi (dokumen, surat, kartu, gambar, tiket),
diperhatikan agar dapat menjamin kepastian atau keabsahan secara
hukum, tanpa kesalahan cetak serta tidak menimbulkan keraguan
ataupun kekhawatiran bagi masyarakat.
b) Produk Pelayanan Barang (air bersih, tegangan listrik, tindakan
perawatan/pengobatan Rumah Sakit, dan sebagainya), perlu
diperhatikan standar mutu yang layak.
c) Produk Pelayanan Jasa (perhubungan darat, laut dan udara), perlu
memperhatikan standar mutu keamanan dan keselamatan
2) Nyaman, dalam arti bahwa dan kondisi dan mutu dalam proses
pelaksanaan-pelayanan hendaknya diciptakan:
a) Kondisi tempat/ruang pelayanan yang dapat memberikan rasa nyaman;
21
c) Mutu produk pelayanan yang diberikan pada masyarakat memenuhi
ukuran standar, sehingga dapat memenuhi rasa nyaman bagi
masyarakat. Kondisi demikian dapat diupayakan dengan misalnya,
penyediaan tempat pelayanan yang didukung dengan sarana ruang
tunggu/tamu atau serta ditunjang fasilitas-fasilitas yang dapat
menciptakan keadaan yang tertib, nyaman, bersih dan aman bagi para
pemohon pelayanan. Ruang tunggu yang sesuai dengan volume
kedatangan tamu, dilengkapi tempat duduk dan meja/tempat untuk
menulis tamu, kamar kecil/toilet, tempat sampah dan lainnya.
Demikian pula menyangkut mutu produk pelayanan, seperti air bersih
PAM, arus setrum listrik PLN, mutunya sesuai dengan ukuran mutu
yang standar.
d) Tertib, dalam arti proses penyelenggaraan pelayanan publik
pelaksanaannya berjalan rapi, berjalan sesuai prosedur, urutan
pemberian pelayanannya rutin, tidak semrawut sesuai alur tahapan
penyelesaian pekerjaan. Pemberian pelayanan dilakukan secara
konsisten sesuai dengan antrian dan menurut tata kerja yang berlaku.
d. Keterbukaan
Prinsip keterbukaan mengandung arti bahwa prosedur/tata cara, persyaratan,
satuan kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian,
rincian biaya/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan
wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. Prinsip keterbukaan pelayanan
Untuk itu yang perlu diupayakan dalam prinsip ini, ialah:
1) Penginformasian instrumen pelayanan secara terbuka (seperti:bagan alir
mekanisme pelayanan, daftar persyaratan, daftar tarif, jadwal waktu, nama
loket/petugas/meja kerja). Langkah ini dapat dilakukan dengan
mempersiapkan membuat:
a) Bagan alir prosedur/tatacara dan persyaratan, untuk dipasang/ ditempel
di tempat ruang pelayanan, sekaligus dilengkapi dengan keterangan
jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
b) Setiap satuan kerja/loket pelayanan dan nama pejabat/petugas
penanggungjawabnya perlu dibuat, dicantumkan nama secara jelas dan
terbuka.
c) Tarif dan rincian biaya/tarif yang harus dibayar oleh pemohon
pelayanan, diinformasikan secara terbuka.
2) Menyediakan fasilitas media informasi, (seperti: papan informasi/
pengumuman, loket informasi/ information desk, kotak saran, media cetak/brosur, monitor TV, yang berfungsi memberikan informasi
menyangkut kegiatan pelayanan.
3) Mengadakan program penyuluhan kepada masyarakat, untuk membantu
penyebaran dan pemahaman informasi kepada masyarakat, mengenai
23
e. Efisien
Sendi atau prinsip efisien ini mengandung arti:
1) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan
publik yang diberikan.
2) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses
pelayanan masyarakat yang bersangkutan memasyarakatkan adanya
kelengkapan persyaratan dan satuan kerja/instansi pemerintah lain yang
terkait.
Prinsip ini menekankan bahwa dalam merumuskan kebijakan mengenai
penyelenggaraan pelayanan publik, perlu memperhatikan hal-hal yang tidak
berakibat memberatkan masyarakat, maupun tidak berdampak pemborosan, antara
lain:
1) Beban akibat pengurusan persyaratan pelayanan yang harus dipenuhi
masyarakat, hendaknya tidak berakibat pengeluaran biaya yang berlebihan.
2) Dalam merumuskan mekanisme kerja mengenal pengurusan prasyarat
ataupun pelaksanaan pelayanan, hendaknya tidak berakibat terjadinya
pengurusan yang berulang-ulang (mondar-mandir), sehingga waktu dan
tenaga yang besar, serta berdampak biaya besar.
f. Ekonomis
Sendi atau prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan
biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran.
2) Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar.
3) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip ini menekankan bahwa dalam merumuskan kebijakan. Mengenai
penyelenggaraan pelayanan publik, hendaknya perlu memperhatikan hal-hal
yang berakibat pada biaya ekonomi tinggi yang memberatkan masyarakat
antara lain:
1) Dalam penetapan tarif yang berkaitan dengan pelayanan, perlu
diperhitungkan besarnya secara layak dan terjangkau oleh kemampuan
ekonomi masyarakat setempat.
2) Mekanisme pelayanan agar dijaga tidak memberikan peluang terjadinya
pungutan liar, sehingga tidak berdampak pada ekonomi biaya tinggi bagi
masyarakat.
3) Dalam penetapan tarif pelayanan, agar tetap konsisten dan ada pada
peraturan perundangan yang melandasinya.
g. Keadilan yang merata
Prinsip ini mengandung arti cakupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan
seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi
seluruh lapisan masyarakat. Dalam prinsip ini menekankan bahwa dalam
penyelenggaraan pelayanan publik hendaknya perlu memperhatikan hal-hal:
1) Cakupan golongan masyarakat yang menerima pelayanan, hendaknya
25
2) Tidak membeda-bedakan perlakuan pemberian pelayanan, misalnya
menyangkut:
a) Biaya/tarif atau persyaratan yang dikenakan pada masyarakat.
b) Urutan tindakan pemberian pelayanan harus sesuai dengan nomor urut
pendaftaran.
c) Kecepatan kelancaran waktu pelaksanaan pelayanan bagi golongan
masyarakat tertentu.
h. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu mengandung arti bahwa pelaksanaan pelayanan umum dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Dalam penerapan prinsip
ketepatan waktu ini hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Dalam penyelenggaraan pelayanan perlu menjaga konsistensi pelaksanaan
jadwal waktu pemberian pelayanan. Untuk itu dalam menyusun jadwal
waktu pelaksanaan pelayanan publik, hendaknya benar-benar
diperhitungkan beban kerjanya secara realistis. Dihitung beban atau
volume kerja rata-rata dan masing-masing meja/petugas, dan perkiraan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelayanan, kemudian
disesuaikan tata urutan kerjanya, sehingga dapat diperkirakan jumlah
keseluruhan jam/hari kerja yang diperlukan untuk memproses/menangani
pelayanan tersebut. Sehingga dapat disusun perkiraan jadwal keseluruhan
rangkaian kerja penyelesaian pelaksanaan pelayanan publik. Agar dalam
pelaksanaannya tidak meleset dari jadwal yang ditetapkan, maka dalam
perkiraan waktu/jadwal dapat dibuat perkiraan waktunya sedikit mundur,
pimpinan/atasan Langsung. Untuk mendukung fungsi pengawasan ini
dapat dioptimalkan penggunaan sarana pengawasan fungsional, misalnya
penerapan sistem monitoring terhadap kegiatan/pekerjaan, melalui:
a) Pencatatan atas setiap kegiatan yang dilakukan bawahan pada buku
monitoring, blangko, formulir, kuitansi, bukti penerimaan/setoran.
b) Forum pertemuan, rapat sebagai sarana untuk menyusun perencanaan,
memberikan informasi perkembangan kegiatan, laporan/evaluasi
pelaksanaan pekerjaan.
3. Indikator-Indikator Pelayanan Publik
Menurut Moenir (2010: 98) pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan
publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi
layanan (aparatur pemerintah), dengan ciri sebagai berikut :
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan
sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan
secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan
dan kepastian mengenai :
a. Prosedur/tata cara pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan
27
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan;
d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/
pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian
waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti :
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung
dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan
keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan;
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses
pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang
terkait.
6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan
masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang
menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan
dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh
dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut
kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:
1) Transparansi, yakni pelayanan bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti;
2) Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Kondisional, yakni pelayanan yang dapat sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada
prinsip efisiensi dan efektivitas;
4) Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat;
5) Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat
dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan
lain-lain;
6) Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan
aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.
C. Pengujian Kendaraan Bermotor
1. Pengertian Pengujian Kendaraan Bermotor
Pengujian kendaraan bermotor disebut juga uji kir adalah serangkaian kegiatan
menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta
29
terhadap persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian Kendaraan bermotor
dilaksanakan secara berkala 6 (enam) bulan sekali dalam rangka menjamin
keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum.
Sesuai dengan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan tujuan transportasi adalah untuk mewujudkan lau lintas dan
angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan
efisien, maupun memadukan modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh
pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas
sebagai pendorong, penggerak dan menunjang pembangunan nasional dengan
biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Maka untuk mewujudkan hal
tersebut diatas semua peruntukkannya harus memenuhi persyaratan teknis dan
ambang batas laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan yang dilalui. Pelaksanaan
pengujian kendaraan bermotor bersifat pelayanan umum dan lebih diutamakan
pada pertimbangan menyangkut aspek keselamatan secara teknis terhadap
pengguna/kendaraan bermotor di jalan sampai pada tujuannya dan kelestarian
lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan
bermotor yang digunakan di jalan, sehingga tidak untuk mencari keuntungan
materil.
Pengaturan dan pembinaan kendaraan maupun pengemudi tersebut tidak dapat
dipisahkan dari sistem lalu lintas dan angkutan jalan yang secara keseluruhan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional. Pada
kenyataannya, kegiatan pengaturan dan pembinaan tersebut menuntut keterlibatan
serta dukungan berbagai instansi pemerintah maupun masyarakat yang
dan pembinaan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dapat
dicapai jika kegiatan pengaturan dan pembinaan pada masing-masing instansi
pemerintah tersebut terkoordinasi secara utuh, tertib, teratur dan sinergenik antara
satu dengan lainnya, tanpa mengurangi tugas dan tanggung jawab masing-masing
instansi.
Kewajiban pemilik untuk mendaftarkan kendaraan bermotornya, dalam rangka
mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk tertib administrasi, pengendalian
kendaraan bermotor yang dioperasikan di Indonesia, mempermudah penyidikan
pelanggaran atau kejahatan yang menyangkut kendaraan yang bersangkutan, serta
dalam rangka perencanaan kendaraan yang bersangkutan, serta dalam rangka
perencanaan, rekayasa dan manajemen lalu lintas dan angkutan jalan, dan
memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan
nasional.
2. Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor
Sasaran pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, mencoba
dan meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji berkala secara
keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem
komponen serta dimensi teknisnya baik berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Kendaraan bermotor yang wajib uji berkala untuk memenuhi ambang batas laik
jalan meliputi:
a. Emisi gas buang kendaraan bermotor
b. Kebisingan suara kendaraan bermotor
31
d. Efisiensi sistem rem parkir
e. Kincup roda depan
f. Tingkat suara klakson
g. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama
h. Radius putar
i. Alat penunjuk kecepatan
j. Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis,
ukuran dan lapisan
k. Kedalaman alur ban luar
Pelaksanaan Pengujian kendaraan bermotor di Unit Pengujian Kendaraan
Bermotor dan pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh pemerintah, bagi kendaraan yang memenuhi kelaikan akan
disahkan oleh pejabat yang ditunjuk akan diberi tanda uji. Sasaran pengujian
kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, menguji, mencoba dan meneliti
diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji secara keseluruhan pada
bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem komponen serta dimensi
teknisnya baik maupun berdasarkan persyaratan teknis yang objektif.
3. Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor
Manfaat pengujian kendaraan bermotor sebagai berikut:
a. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kendaraan lalu
lintas, kebakaran, pencemaran lingkungan dan kerusan-kerusakan berat
pada waktu pemakaian.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat pengusaha tentang daya angkut
jembatan.
c. Memberi saran-saran perbaikan kepada pengusaha/pemilik kendaraan
bermotor.
d. Menginformasikan kelemahan-kelemahan terhadap produksi tertentu
untuk langkah penyempurnaan khususnya bagi produsen atau agen tunggal
pemegang merek.
e. Menyajikan data kuantitatif tentang potensi angkutan, baik angkutan
penumpang maupun angkutan barang dalam hubungan dengan pembinaan
angkutan secara umum
D. Kerangka Pikir
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, diantaranya adalah program
menurunkan angka kecelakaan yang salah satunya dengan melakukan pengujian
kendaraan bermotor. Sejalan dengan kebijakan pemerintah secara nasional
tersebut, maka untuk membuat suatu implementasi kebijakan tersebut dapat
berjalan, maka diperlukan adanya pelayanan publik yang profesional. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moenir (2010: 98) pelayanan
publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya
akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah),
dengan ciri sebagai berikut :
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan
33
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan
secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan
dan kepastian;
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/
pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian
waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian
sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara
persyaratan dan pengulangan dengan produk pelayanan yang berkaitan;
6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan
masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang
menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat digambarkan ke dalam gambar
EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG Kebijakan Pemerintah
Pelayanan publik
Pengujian Kendaraan bermotor
Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Pendapatan Asli Daerah 1. Efektif
2. Sederhana
3. Kejelasan dan kepastian (transparan) 4. Keterbukaan
5. Efisiensi
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelayanan pengujian
kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada
Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, maka penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta
situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomenal. Dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang
ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu, analisis data yang
dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian
dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Dengan demikian, dalam
penelitian kualitatif, analisis data dilakukan untuk membangun hipotesis dan teori.
Berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan, peneliti akan menggambarkan
efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan
Fokus penelitian ini berfokus pada efektivitas pelayanan pengujian kendaraan
bermotor dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung, dimana menurut Moenir (2010:98)
Pelayanan publik profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh
adanya akuntabilitas dan Responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah), dengan indikator sebagai berikut :
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan
sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan
secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan
dan kepastian mengenai :
a. Prosedur/tata cara pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan
administratif;
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan;
d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/
pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian
37
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
5 Efisiensi, mengandung arti :
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung
dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan
keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan;
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses
pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang
terkait.
6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan
masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang
menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian
terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.
Lokasi untuk penelitian ini adalah Dinas Perhubungan di Kota Bandar Lampung
dengan alasan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Provinsi Lampung
merupakan pusat aktivitas manusia. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari
sumber informasi (informan) dan dari catatan lapangan yang relevan dengan
masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan-informan dipilih dengan
mendasar pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data serta
bersedia memberikan informasi data yang berasal dari Dinas Perhubungan Kota
Bandar Lampung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta
yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun
mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari
dokumentasi berupa surat kabar, buku, situs internet yang berhubungan dengan
efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam rangka meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.
E. Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif, informasi merupakan data yang diperoleh di lokasi
penelitian, dalam naskah atau dokumen, dan dari informan yang telah ditunjuk
sebagai kunci pengayaan sumber data. Peneliti akan menggunakan informan
untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian.
Informan penelitian dipilih berdasarkan tekniksnowball.
39
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang
yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Informan
dalam penelitian ini dikhususkan pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
yaitu Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung atau staf yang
mewakilinya, karena informan dianggap mengetahui dan dapat menjelaskan
secara detail mengenai efektivitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor dalam
rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Perhubungan Kota
Bandar Lampung.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan
data, yaitu:
1. Wawancara (interview)
Dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian,
maka dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling pada tahap awal dan pada tahap pengembanganya dilakukan secara snowball samplingsampai diperoleh data dan informasi yang lengkap. Instrumen yang digunakan untuk melakukan wawancara ini meliputi catatan kecil peneliti
ketika di lapangan, pedoman wawancara dan alat bantu lainnya seperti recorder dan kamera. Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah Kepala
Seksi Bidang Angkuta Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan pemilik