• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Direksi PT (Persero) Go-Public Terhadap Penjualan Saham Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggung Jawab Direksi PT (Persero) Go-Public Terhadap Penjualan Saham Perusahaan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (PERSERO) GO-PUBLIC TERHADAP PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

SABRINA ADITAYA NIM : 100200292

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (PERSERO) GO-PUBLIC TERHADAP PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

SABRINA ADITAYA NIM : 100200292

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP: 197501122005012002

Windha, SH, M.Hum

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

NIP.195603291986011001

NIP.197501122005012002

(3)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (PERSERO) GO-PUBLIC TERHADAP PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN

Kata Kunci

:

Tanggung Jawab

,

Direksi, Penjualan, Saham **

Direksi sebagai pimpinan dan ujung tombak dari sebuah perusahaan, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengurus perusahaan mengambil keputusan yang tidak merugikan dan dianggap akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Ketika penjualan saham kepada masyarakat telah disetujui oleh organ perusahaan lainnya, maka selanjutnya segala hal yang berkaitan dengan hal itu merupakan segala sesuatu yang berada di bawah kewenangan direksi.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana tugas dan kewenangan direksi PT(Persero), bagaimana penjualan saham PT (Persero) menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan bagaimana tanggung jawab dari direksi PT (Persero) terhadap penjualan saham perusahaan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Metode penelitian menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan

(library reseacrh) dan data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif.

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu ; 1. Direksi sebagai pimpinan, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengurus perusahaan dan juga mengambil keputusan yang tidak merugikan dan dianggap akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan ; 2. Bagi PT (Persero), menjual sahamnya kepada masyarakat (Go-Public) berarti mendapat pilihan lain untuk mendapatkan modal yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan demi tercapainya keuntungan bagi PT (Persero) tersebut. Tahapan-tahapan perusahaan yang akan melakukan go-public meliputi kegiatan sebelum emisi yaitu berisi persiapan yang akan dilakukan untuk memenuhi persyaratan public, emisi yaitu masa dilakukan go-public hingga saham yang telah ditawarkan harus dicatatkan di bursa efek, dan akhirnya masa sesudah emisi, yaitu berupa pelaporan sebagai konsekuensi atas go-public tersebut; 3. Tanggung jawab direksi atas go-public perusahaan merupakan wujud dari prinsip Fiduciary Duty yaitu Duty of Care, dimana direksi harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan agar tidak merugikan perseroan.

Mahasiswi Fakultas Hukum

* Dosen Pembimbing I

**

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT sehingga

dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara. Shalawat dan salam tak lupa disampaikan kepada junjungan nabi

Muhammad SAW yang memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan

yang gelap menuju jalan yang terang dan disinari oleh nur iman dan islam.

Skripsi ini berjudul,“ Tanggung Jawab Direksi PT (Persero)

Go-Public Terhadap Penjualan Saham Perusahaan”

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari

sempurna,oleh karena itu diharapkan saran dan kritikan yang membangun

sehingga penulisan kedepan dapat lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum sebagai Pembantu Umum Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrudin Hasibuan, S.H., M.H., DFM sebagai Pembantu Umum

Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr.O.K. Saidin, S.H, M.H, sebagai dosen Pembantu Umum Dekan III

(5)

5. Ibu Windha, S.H., M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi

FakultasHukum Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Pembimbing II

saya, yang telah memberikan waktunya menjadi dosen pembimbing skripsi

ini dan yang selalu sabar rmemberikan masukan,pengetahuan berkenaan

dengan skripsi yang dibahas,sehingga saya dapat selesai tepat waktu.

6. Bapak Ramli Siregar S.H.,M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum sebagai Pembimbing I, yang sudah

menyediakan waktu dan membagi pengetahuan berkenaan dengan skripsi

yang dibahas, sehingga penulisan ini dapat selesai tepat waktu.

8. Bapak dan Ibu Dosen juga seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utarayang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan

administrasi selama ini.

9. Untuk mama tersayang Hj. Idahariati, S.H, S.pN terima kasih atas

perjuangan, dukungan dan doanya selama ini. Menjadi ibu yang luar biasa

bagi penulis, juga tak henti-hentinya memberikan dukungan kepada penulis di

setiap waktu.

10. Terima kasih untuk sepupu-sepupu , Kak Indah Fajarini yang membantu

mengerjakan semua alat-alat perlengkapan Ospek, kepada Bang Heikal

Arfian,S.H yang sudah menemani untuk mengurus seluruh administrasi saat

masuk perkuliahan.

11. Terima kasih kepada M.Arfah, untuk setiap waktu yang diluangkan, untuk

(6)

mendorong agar penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu, sekaligus

sebagai teman terdekat, sahabat terkarib dan partner di segala kesempatan.

12. Kawan-kawan terdekat selama 10 tahun ini, sama-sama berjuang bersama

sejak SMP sampai sekarang Indah Maulidia, Dara Fahria Nopa yang menjadi

teman menyusun skripsi, menjadi penyemangat yang tak henti nya

mendukung penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Cut Rafyqa

Fadhillah sebagai teman lari pagi untuk menghilangkan stress, Mariah Ulfa,

juga akhirnya M.Randha yang menjadi teknisi komputer pribadi ketika semua

teknologi yang dibutuhkan mengalami gangguan teknis.

13. Teman dalam pusat kebugaran, Ko Edward dan Ko Henry yang menjadi

partner latihan beban selama 2 tahun ini, menjadi teman penghilang stress,

juga RPM-Holic dan keluarga besar Muaythai’s Fighters yang selalu

mendukung penulis.

14. Temanku Meirita Pakpahan,S.H yang selalu menanyakan perkembangan

penulisan skripsi walaupun berbeda departemen. Terima Kasih untuk

kepeduliannya.

Semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak

yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum

di Indonesia.

Medan, Juli 2014

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Perumusan Masalah

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan

D.Keaslian Penulisan

E.Tinjauan Kepustakaan

F. Metode Penulisan

G.Sistematika Penulisan

BAB II TUGAS DAN KEWENANGAN DIREKSI DALAM PT (Persero)

A. Pengaturan PT (Persero) Menurut UU PT Nomor 40 Tahun 2007

B. Kedudukan Direksi Dalam Perusahaan

C. Tugas dan Kewenangan Direksi PT (Persero)

BAB III PENJUALAN SAHAM PT (Persero) GO-PUBLIC MENURUT PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN YANG BERLAKU DI INDONESIA

A. Penyebab Perusahaan Melakukan Penjualan Saham Kepada

(8)

B. Syarat Yang Harus Dipenuhi Perusahaan Agar Dapat Melakukan

Penawaran Umum Saham kepada Publik (Go-Public)

C. Proses melakukan Penawaran Umum Saham PT (Persero)

BAB IV : TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (Persero) Go-Public TERHADAP PENJUALAN SAHAM PT (Persero)

A. Prinsip Umum Hukum Perusahaan tentang Pertanggung Jawaban

Direksi

B. Tanggung jawab Direksi dalam penjualan saham PT (Persero)

Go-Public

C. Perlindungan Hukum Terhadap Direksi Menurut Asas Business

Judgement Rule

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

(9)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (PERSERO) GO-PUBLIC TERHADAP PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN

Kata Kunci

:

Tanggung Jawab

,

Direksi, Penjualan, Saham **

Direksi sebagai pimpinan dan ujung tombak dari sebuah perusahaan, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengurus perusahaan mengambil keputusan yang tidak merugikan dan dianggap akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Ketika penjualan saham kepada masyarakat telah disetujui oleh organ perusahaan lainnya, maka selanjutnya segala hal yang berkaitan dengan hal itu merupakan segala sesuatu yang berada di bawah kewenangan direksi.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana tugas dan kewenangan direksi PT(Persero), bagaimana penjualan saham PT (Persero) menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan bagaimana tanggung jawab dari direksi PT (Persero) terhadap penjualan saham perusahaan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Metode penelitian menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan

(library reseacrh) dan data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif.

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu ; 1. Direksi sebagai pimpinan, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengurus perusahaan dan juga mengambil keputusan yang tidak merugikan dan dianggap akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan ; 2. Bagi PT (Persero), menjual sahamnya kepada masyarakat (Go-Public) berarti mendapat pilihan lain untuk mendapatkan modal yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan demi tercapainya keuntungan bagi PT (Persero) tersebut. Tahapan-tahapan perusahaan yang akan melakukan go-public meliputi kegiatan sebelum emisi yaitu berisi persiapan yang akan dilakukan untuk memenuhi persyaratan public, emisi yaitu masa dilakukan go-public hingga saham yang telah ditawarkan harus dicatatkan di bursa efek, dan akhirnya masa sesudah emisi, yaitu berupa pelaporan sebagai konsekuensi atas go-public tersebut; 3. Tanggung jawab direksi atas go-public perusahaan merupakan wujud dari prinsip Fiduciary Duty yaitu Duty of Care, dimana direksi harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan agar tidak merugikan perseroan.

Mahasiswi Fakultas Hukum

* Dosen Pembimbing I

**

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang ini, sudah banyak kita temui perusahaan - perusahaan yang

bermunculan di Indonesia dan hal itu merupakan kemajuan besar dalam dunia

perekonomian Indonesia. Otomatis tentu saja menimbulkan dunia persaingan di

bidang bisnis antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Persaingan

tersebut terutama dilihat dari ketepatan dan kecepatan pemimpin perusahaannya,

dan bagaimana para pemimpin perusahaan menjalankan perannya di dalam

perusahaan. Kecepatan dan ketepatan dalam bertindak dan mengambil peluang

bisnis yang ada sangat penting untuk dimiliki oleh pemimpin perusahaan. Peluang

dan kesempatan bisnis tersebut diharapkan dapat menciptakan keuntungan sebesar

- besarnya bagi perusahaan. Adanya benturan kepentingan (conflict of interest)

antara kepentingan pribadi Direksi dengan kepentingan perusahaan sangat

mungkin terjadi dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan

public, berkaitan dengan Direksi yang diberi tugas dan tanggung jawab oleh

perusahaan untuk mengelola perusahaan.

Direksi dalam hal ini merupakan pihak yang bisa sangat berperan dalam

mencapai keberhasilan atau malah bisa menimbulkan kehancuran bagi

perusahaan. Hal ini berkaitan dengan tugas yang harus dijalankannya, juga

wewenang dan tanggung jawabnya dalam perusahaan, dan dalam tulisan kali ini

perusahaan yang dimaksud adalah Perseroan Terbatas (Persero).

Terkait perusahaan Perseroan, Direksi adalah pihak yang memiliki

(11)

perusahaan yang dipimpinnya.1 Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan

perseroan, baik itu untuk kepentingan maupun untuk mewujudkan tujuan

perseroan, juga untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar

pengadilan (persona standi in judicio).2

Anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila ia

bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perseroan. Kewajiban tersebut termuat di dalam

Undang - Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dimana

kewajiban itu dibebankan kepada Direksi sebagai suatu badan dan karenanya

semua anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab

menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.

3

Direksi pada dasarnya menjalankan kepentingan para pemegang saham

diantaranya tugas untuk mengelola perusahaan dengan baik demi tercapainya

tujuan Perseroan, termasuk didalamnya adalah tugas untuk memberitahukan

hal-hal mengenai perkembangan Perseroan kepada para pemegang saham, meskipun

informasi yang diberikan perseroan tersebut digunakan untuk melakukan Apabila Direksi mengalihkan kewenangannya kepada pejabat lain dalam

melaksanakan tindakan hukum tertentu, maka tanggung jawab atas tindakan

hukum itu tetaplah dibebankan kepada Direksi sebagai pihak pemberi kuasa.

Dengan ketentuan mengenai tugas Direksi seperti hal diatas, maka Direksi

mempunyai tugas terhadap Perseroan (dan pemegang sahamnya) yaitu duty of

loyality dan duty of care.

1

Direksi Perseroan, Business Law, No.05/Th. I Desember 2002,hlm.46

2

Ketentuan Pasal 97 UUPT.

3

(12)

pengambilan keputusan keluar dari perseroan. Pemegang saham merupakan

pemilik perusahaan yang dijalankan oleh Direksi.4

Kewajiban utama Direksi merupakan kewajiban secara menyeluruh

kepada perusahaan, dan bukan kewajiban yang harus dijalankan untuk pemegang

saham secara individu ataupun berkelompok. Direksi berkedudukan sebagai

seorang trustee dalam perusahaan, dimana posisi trustee inilah yang

mengharuskan Direksi untuk tidak bertindak ceroboh dalam menjalankan

tugasnya (duty of care). Direksi juga selama menjalankan tugasnya tidak boleh

mengambil keuntungan untuk dirinya secara pribadi atas perusahaan (duty of

loyality). Bila Direksi melakukan pelanggaran terhadap kedua prinsip diatas, maka

hal itu dikaitkan dengan prinsip Fiduciary Duty yang dapat menyebabkan Direksi

dimintai pertanggung jawaban hukumnya secara pribadi terhadap perbuatan yang

dilakukannya baik kepada pemegang saham maupun kepada pihak lainnya.5

Terdapat doktrin dalam hukum korporasi yang dikenal dengan Teori

Business Judgement Rule, dimana doktrin ini melindungi para Direksi yang

beritikad baik berkaitan dengan tindakan Direksi dalam mengambil kepentingan

untuk kepentingan perseroan. Teori Business Judgement Rule ini adalah teori

yang cukup popular di dunia korporasi, karena teori ini menjamin keadilan bagi

direksi yang beritikad baik.6

Business Judgement Rule adalah sebuah prinsip dalam kepemimpinan

perusahaan yang menjadi tujuan dari Common Law sejak 150 tahun yang lalu dan

4

I.G. Rai Widjaja,Loc.Cit 5

Philip Lipton dan Abraham Herzberg,dalam makalah Prof.Bismar Nasution : Pertanggung Jawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, makalah Seminar Nasional Sehari Dalam

Rangka Menciptakan GOOD CORPORATE GOVERNACE Pada Sistem Pengelolaan dan

Pembinaan PT (Persero) PERSEROAN (Jakarta, 8 Maret 2007), hlm.7

6

(13)

telah lama pula diterapkan untuk melindungi Direksi dari tanggung jawab yang

diambil atas keputusan - keputusan bisnis mereka. Apabila anggota Direksi dalam

melaksanakan tanggung jawabnya dimandati atas perlindungan tersebut,

pengadilan tidak boleh turut campur tangan atau memberikan pendapat lain atas

keputusan Direksi. Tetapi jika Direksi tidak dimandati perlindungan Prinsip

Business Judgement Rule tersebut, maka pengadilan wajib untuk memeriksa

keputusan yang telah diambil direksi, apakah keputusan yang diambil itu memang

untuk kepentingan perusahaan dan diambil dengan itikad baik dan juga

memperhatikan pemegang saham minoritas perusahaan.

Prinsip Business Judgement Rule merupakan prinsip yang dikesampingkan

jika Direksi bertindak lebih baik daripada pengadilan yang akan mengendalikan

Business Judgement Rule dan apabila Direksi bertindak dalam keputusan bisnis

yang bebas dari unsur kepentingan pribadi dan dapat menunjukkan tindakan

tersebut dilaksanakan berdasarkan alasan yang wajar serta itikad baik. Pihak yang

menggugat keputusan direksi menghadapi resiko akan adanya ketentuan akan

ditolaknya gugatan jika pada akhirnya dapat dibuktikan bahwa Direksi membuat

keputusan bisnis yang tepat.7

Pertimbangan bisnis (Business Judgement) dari anggota Direksi tidak akan

ditentang atau ditolak oleh pengadilan atau oleh pemegang saham. Hal itu di

dilihat dari sudut pandang prinsip Business Judgement Rule. Juga para anggota

Direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat yang timbul dari

kebijakan bisnis/pertimbangan bisnis (Business Judgement) oleh anggota Direksi

7

(14)

yang bersangkutan, walaupun pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal - hal

tertentu.8

Sangat penting bagi hakim dan juga masyarakat umum untuk mempelajari

perbuatan dan pertimbangan bisnis apa saja yang tidak dilindungi oleh Prinsip

Business Judgement Rule. Bila pernah melihat putusan - putusan pengadilan di

Amerika Serikat, bisa ditemukan beberapa fakta bahwa ternyata pengadilan -

pengadilan disana tidak selalu sama dalam merumuskan pengecualian -

pengecualian atas perbuatan dan pertimbangan bisnis tersebut. Ada yang

berpendapat bahwa pertimbangan seorang anggota direksi tidak dapat diganggu

gugat kecuali apabila keputusan tersebut didasarkan atas suatu kecurangan (fraud)

atau menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest) dan bisa juga

apabila keputusan itu merupakan perbuatan yang melanggar hukum (illegality).

Ada juga pengadilan yang menganggap bahwa keputusan Direksi, yang dalam

mengambil keputusan dan pertimbangannya telah menimbulkan kerugian bagi

perseroan, maka anggota Direksi yang bersangkutan tidak dilindungi oleh

Business Judgement Rule apabila kerugian tersebut adalah sebagai akibat dari

kelalaian berat (Gross Negligence) dari anggota Direksi yang bersangkutan.9

Pendapat berbagai pengadilan Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka

sepakat jika anggota Direksi tidak harus bertanggung jawab atas terjadinya

kerugian perseroan apabila anggota Direksi dalam memutuskan suatu

pertimbangan (judgement) dilakukan dengan itikad baik. Tetapi banyak juga

pengadilan yang berpendapat bahwa tidak seharusnya anggota Direksi bertindak

sembarangan/sembrono (act negligently) atau melakukan kelalaian berat (act in a

8

Ibid,hlm.11

9

(15)

grossly negligently). Bila hal itu terjadi, maka anggota Direksi yang bersangkutan

harus bertanggung jawab atas kerugian perseroan yang telah ditimbulkannya.10

Setidaknya terdapat tiga ukuran untuk memutuskan apakah suatu kerugian

tidak disebabkan oleh keputusan bisnis (Business Judgement) yang tidak tepat

sehingga dapat menghindar dari pelanggaran Prinsip Duty Of Care, yaitu :11

1. memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya

bahwa informasi tersebut benar.

2. tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan

itikad baik.

3. Memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil

adalah yang terbaik bagi perusahaan.

Sehingga apabila terbukti bahwa tindakan atau keputusan yang diambil oleh

Direksi untuk menjalankan kebijakan perseroan yang di dasarkan atas Business

Judgement yang tepat dalam hal meraih keuntungan sebanyak mungkin bagi

perseroan, maka jika pertimbangan bisnis itu dijalankan dan dalam faktanya benar

menimbulkan kerugian yang melahirkan pertanggung jawaban hukum, tidak dapat

dibebankan pada pribadi Direksi, tetapi dibebankan pada Perseroan.12

Pertanggungjawaban oleh pengurus hanya dimungkinkan apabila terbukti

terjadi pelanggaran duty of care dan duty of loyality. Pertanggung jawaban Direksi

dalam pengelolaan perseroan harus di dasarkan kepada prinsip Fiduciary Duty,

yang standarnya didasarkan kepada duty of care dan duty of loyality.

10

Ibid,hlm.12

11

Ibid 12

(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis

merumuskan beberapa hal yang akan dikaji dalam tulisan ini, yatu :

1. Bagaimanakah tugas dan kewenangan Direksi PT (Persero) Go-Public

dalam pengelolaan perusahaan ?

2. Bagaimana penjualan saham PT (Persero) Go-Public menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia ?

3. Bagaimana tanggung jawab Direksi PT (Persero) Go-Public terhadap

penjualan saham perusahaan ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian PT (Persero).

2. Untuk mengetahui tugas dan kewenangan Direksi dalam pengelolaan PT

(Persero) Go-Public.

3. Untuk mengetahui mekanisme penjualan saham PT (Persero) Go-Public

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pertanggung jawaban Direksi PT (Persero) Go-Public

terhadap penjualan saham perusahaan.

Hasil penulisan skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang

antara lain ;

(17)

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan akan ilmu

hukum dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk membangun

argumentasi ilmiah tentang tanggung jawab Direksi PT ( Persero)

Go-Public Terhadap Penjualan Saham Perusahaan.

2. Manfaat teoritis

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan bagi masyarakat luas tentang Tanggung Jawab Direksi PT

(Persero) Go-Public Terhadap Penjualan Saham Perusahaan sehingga

penerapannya dalam Perseroan Terbatas di Indonesia diharapkan menjadi

lebih baik lagi.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT

(PERSERO) GO-PUBLIC TERHADAP PENJUALAN SAHAM

PERUSAHAAN” ini disusun berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa

bahan pustaka, undang-undang dan artikel - artikel terkait yang diperoleh dari

perpustakaan, media cetak, atau media elektronik. Sehubungan dengan keaslian

judul ini, penulis telah melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini

belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara

maupun di lingkungan universitas / perguruan tinggi lain dalam wilayah Republik

Indonesia. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat

dipertanggungjawabkan.

(18)

Direksi sesuai dengan Pasal 1 angka 5 Undang - Undang Perseroan Terbatas

adalah organ perseroan yang bertanggung jawab atas pengurusan perseroan untuk

kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun

diluar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar. Maka berdasarkan hal tersebut,

dapat kita menarik kesimpulan bahwa selain bertanggung jawab sepenuhnya atas

pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, Direksi juga

memiliki kewenangan dan juga memiliki tugas perwakilan perseroan, yakni

mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan untuk kepentingan

dan tujuan perseroan.13

1. Tidak dapat memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam kontrak

manajemen ;

Pasal 23 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 yang

menyatakan bahwa anggota Direksi dapat sewaktu - waktu dapat diberhentikan

berdasarkan RUPS apabila berdasarkan kenyataan, anggota Direksi yang

bersangkutan :

2. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik ;

3. Tidak melaksanakan ketentuan perundang - undangan dan/atau ketentuan

anggaran dasar ;

4. Terlibat dalam tindakan yang merugikan perseroan ;

5. Dinyatakan bersalah dalam putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum tetap ;

6. Mengundurkan diri.

13

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung: PT Alumni, 2004), hlm

(19)

Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka,

adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya mematuhi kriteria

tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal.14

F. Metode Penulisan

Pengertian PT terbuka dilihat dari kegiatan perseroan yang melakukan

penawaran umum, atau memenuhi syarat tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal.

Saham adalah bagian pemegang saham di dalam perusahaan yang

dinyatakan dengan angka dan bilangan yang tertulis pada surat saham yang

dikeluarkan oleh perseroan. Setiap saham diberikan hak yang tidak dapat dibagi

kepada pemiliknya. Para pemegang saham tidak diperkenankan membagi hak atas

saham menurut kehendaknya sendiri. Dalam hal suatu saham dimiliki oleh lebih

dari satu orang, maka hak yang timbul dari saham tersebut hanya dapat digunakan

dengan cara menunjuk satu orang sebagai wakil bersama. Pembagian hak atas

saham hanya dapat dilakukan dengan bantuan perseroan yang dapat menentukan

pecahan nilai nominal saham dalam anggaran dasar.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Skripsi ini disusun dengan menggunakan metode penelitian hukum

normatif, dimana langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian hukum

normatif ini didasarkan pada bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan

- peraturan yang berkaitan dengan analisa hukum khususnya terhadap

14

(20)

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (PERSERO) GO-PUBLIC TERHADAP

PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN”. Selain itu, digunakan juga bahan -

bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan dari skripsi ini.

2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian untuk skripsi ini dikumpulkan melalui penelitian

kepustakaan untuk mendapatkan konsep - konsep, teori dan informasi - informasi

dari peneliti terdahulu baik berupa peraturan perundang - undangan maupun karya

ilmiah.

Sumber data kepustakaan bersumber dari :

a. Bahan hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penulisan skripsi ini bersumber dari dokumen

peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak berwenang, yang mana

dalam penulisan skripsi ini dokumen tersebut bersumber dari Undang

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang -

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara juga

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penulisan skripsi ini bersumber dari semua

dokumen yang menerapkan informasi atau hasil kajian tentang Tanggung

Jawab Direksi PT (Persero) Go-Public Terhadap Penjualan Saham

Perusahaan, seperti : buku - buku, jurnal hukum. Beberapa sumber dari

(21)

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier bersumber dari dokumen - dokumen yang berisi

keterangan - keterangan yang mendukung bahan baku primer dan bahan

baku sekunder.

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data untuk pengumpulan skripsi ini dilakukan dengan

cara penelitian kepustakaan (Library Research). Teknik pengumpulan data dengan

sistem ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan

data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara

lain berasal dari buku - buku baik dari milik penulis pribadi maupun dari

perpustakaan, dokumen pemerintahan yang juga termasuk didalamnya Peraturan

Perundang-undangan.

4. Analisis data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis

kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan

induktif.

Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan

berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat didalam

skripsi ini, yang selanjutnya akan diperolehlah kesimpulan yang sesuai dengan

(22)

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka ada baiknya pembahasan

diuraikan secara sistematis, dan diperlukan suatu sistematika penulisan yang

teratur. Maka dari itu, penulis membagi menjadi Bab per Bab dan masing -

masing Bab ini saling berkaitan satu dan yang lainnya. Adapun sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang menggambarkan hal - hal yang

bersifat umum dalam latar belakang, permasalahan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan

dan sistematika penulisan..

BAB II TUGAS DAN KEWENANGAN DIREKSI DALAM PT (Persero)

Bab ini menjelaskan tentang pengaturan Perseroan Terbatas

(persero) berdasarkan Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang PT, tentang kedudukan Direksi di dalam perusahaan

secara umum dan juga menjelaskan tentang tugas dan kewenangan

Direksi dalam PT (persero).

BAB III PENJUALAN SAHAM PT (PERSERO) GO-PUBLIC MENURUT

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

DI INDONESIA

Bab ini menjelaskan hal mengenai syarat, proses dan mekanisme

(23)

Go-Public berdasarkan ketentuan yang termuat dalam berbagai

peraturan perundang-undangan di Indonesia

BAB IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (Persero) GO-PUBLIC

TERHADAP PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan bagaimana tanggung jawab Direksi PT

(Persero) Go-Public terhadap penjualan saham perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan dan saran

dari seluruh rangkaian bab - bab sebelumnya, yang dibuat

berdasarkan uraian skripsi ini.

(24)

Public berdasarkan ketentuan yang termuat dalam berbagai

peraturan perundang-undangan di Indonesia

BAB IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (Persero) GO-PUBLIC

TERHADAP PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan bagaimana tanggung jawab Direksi PT

(Persero) Go-Public terhadap penjualan saham perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan dan saran

dari seluruh rangkaian bab - bab sebelumnya, yang dibuat

berdasarkan uraian skripsi ini.

(25)

TUGAS DAN KEWENANGAN DIREKSI DALAM PT (Persero)

D. Pengaturan PT (Persero) Menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

1. Pengertian PT (Persero)

Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi dan

berkumpulnya semua faktor produksi untuk digunakan dan dikoordinir demi

memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi

diatas maka dapat dilihat adanya lima unsur penting dalam sebuah perusahaan,

yaitu organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan dan cara yang

menguntungkan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan adapula

yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai

badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan

tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi. Adapun perusahaan itu sendiri

dibagi menjadi 3 jenis, yaitu ;

1. Perusahaan perseorangan atau disebut juga perusahaan individu, adalah

badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat

membuat badan usaha perseorangantanpa izin dan tata cara tertentu. Semua

orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk

mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil,

terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang

sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Perusahaan

(26)

industry. Contoh perusahaan perseorangan seperti ibu - ibu penjual jamu

gendong, tukang es krim keliling, dan lain-lain.

2. Perusahaan persekutuan badan hukum yang dapat berbentuk PT, koperasi

dan BUMN. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disingkat PT adalah

organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh

minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada

perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di

dalamnya.

3. Perusahaan persekutuan bukan badan hukum atau disebut juga perusahaan

persekutuan yang artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau

lebih yang secara bersama - sama bekerja sama untuk mencapai tujuan

bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah perusahaan

dagang/usaha dagang, industry rumah tangga, dan perseroan (Firma/CV).

Untuk mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada

instansi pemerintah terkait.

Kata Perseroan berasal dari kata “sero” yang berarti saham, sedangkan kata

“terbatas” menunjukkan adanya tanggung jawab yang terbatas. Dengan demikian

pengertian Perseroan Terbatas itu sendiri dapat diartikan sebagai bentuk usaha

yang modalnya terdiri dari saham - saham yang masing - masing pemegangnya

atau anggotanya bertanggungjawab terbatas sampai pada nilai saham/modal yang

dimilikinya.15

15

R.Murjiyanto. Pengantar Hukum Dagang Aspek - Aspek Hukum Perusahaan Dan Larangan

Praktek Monopoli (Yogyakarta: Liberty bekerjasama dengan Badan penerbitan fakultas

(27)

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan,

definisi Perseroan adalah sebagai berikut :

“ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.”

Berdasarkan pengertian dari UUPT tersebut, maka ada 5 hal yang

menggambarkan perusahaan Perseroan Terbatas, yaitu :

1. Perseroan terbatas merupakan badan hukum:

2. Didirikan berdasarkan perjanjian:

3. Menjalankan usaha tertentu:

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham:

5. Memenuhi persyaratan undang-undang.

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum

seperti yang ditentukan dalam Undang-undang tentang Perseroan Terbatas.

Unsur-unsur tersebut sekaligus sebagai syarat yang harus dipenuhi suatu badan hukum,

yaitu :16

1. Organisasi yang teratur

Hal ini dapat kita lihat dari adanya organ perusahaan yang sistematis dan

memiliki susunannya masing-masing. Hal itu dapat kita dapat kita jumpai

16

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas (Jakarta: PT Raja

(28)

pada Pasal 1 angka 2 UU PT yang menyebutkan bahwa “Organ Perseroan

adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.”

Keteraturan organisasi ini juga dapat kita ketahui melalui ketentuan

Undang-Undang tentang Perseroan terbatas, Anggaran Dasar, Keputusan RUPS,

Keputusan Dewan Komisaris, Keputusan Direksi dan peraturan - peraturan

perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,

sebagai subjek hukum selain manusia, badan hukum hanya dapat melakukan

perbuatan hukum dengan perantara organnya.

2. Harta kekayaan sendiri

Harta kekayaan sendiri yang dimaksud berupa modal dasar yang terdiri atas

seluruh nilai nominal saham (Pasal 31 ayat (1) UUPT) yang terdiri atas uang

tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain (Pasal 34 ayat (1) UUPT). Harta

kekayaan ini diperoleh dari para anggota maupun perbuatan pemisahan yang

dilakukan seorang/partikelir/pemerintah untuk suatu tujuan tertentu. Adanya

harta kekayaan ini dimaksudkansebagai alat untuk mencapai apa yang

menjadi tujuan badan hukum yang bersangkutan dari pemasukan - pemasukan

anggotanya, namun terpisah dengan kekayaan kepunyaan pribadi para

anggotanya tersebut.

3. Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum17

17

Perseroan terbatas memiliki status badan hkum segera setelah akta pendirian perseroan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi manusia)

, Perseroan melakukan sendiri hubungan hukum

dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut Direksi dan

Komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan

(29)

dalam maupun diluar pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut,

Direksi berada dalam pengawasan Dewan Komisaris, yang dalam hal - hal

tetentu membantu direksi menjalankan tugasnya tersebut.

4. Mempunyai tujuan sendiri

Tujuan ini dapat berupa tujuan yang idiil maupun tujuan komersil yang

merupakan tujuan tersendiri dari badan hukum, jadi bukan tujuan untuk

kepentingan satu atau beberapa anggotanya. Usaha untuk mencapai tujuan

tersebut dilakukan sendiri oleh badan hukum dengan diwakili organnya.

Tujuan tersebut ditentukan dalam Anggaran Dasar perseroan. Karena

perseroan menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah

memperoleh keuntungan/laba.

2. Pendirian Perseroan terbatas

Mengenai pengaturan tentang pendirian Perseroan Terbatas, dapat kita lihat

pada Pasal 7 Undang-undang Perseroan Terbatas, yaitu :

1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang

dibuat dalam bahasa Indonesia.

(2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan

didirikan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka

Peleburan.

(4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya

keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.

(5) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham

(30)

bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan

wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan

mengeluarkan saham baru kepada orang lain.

(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui,

pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham

bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan,

dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat

membubarkan Perseroan tersebut.

(7) Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat

(6) tidak berlaku bagi:

a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau

b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,

lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana

diatur dalam undang-undang tentang Pasar Modal.

Untuk mendirikan akta Perseroan Terbatas, dibutuhkan akta yang dibuat

oleh Notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Ketentuan selanjutnya mengenai

Akta Pendirian Perseroan Terbatas dapat ditemui dalam pasal 8 Undang - Undang

Perseroan Terbatas, dimana pasal tersebut menyebutkan bahwa :

(1) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan la in berkaitan dengan

pendirian Perseroan.

(2) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

(31)

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan

kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan

alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai

pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;

b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,

kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali

diangkat;

c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah

saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

(3) Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain

berdasarkan surat kuasa.

Perseroan memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian

Perseroan di sahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia. Untuk

memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), pendiri bersama-sama mengajukan

permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum

secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang memuat

sekurang-kurangnya:

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;

b. jangka waktu berdirinya Perseroan;

c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. alamat lengkap Perseroan.

(32)

Pengisian format isian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas harus didahului

dengan pengajuan nama Perseroan (Pasal 9 ayat (2) UUPT). Dalam hal pendiri

tidak mengajukan sendiri permohonan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat

(1) UUPT dan ayat (2) diatas , pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris.

Di dalam Pasal 10 ayat (1) Undang - Undang PT, disebutkan bahwa “Permohonan

untuk memperoleh keputusan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (1) harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari

terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan

mengenai dokumen pendukung.”

Namun selama pendaftaran dan pengumuman yang diisyaratkan belum

dilakukan, Direksi perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng atas

setiap tindakann pengurusan perseroan.

3. Organ Perusahaan dalam PT (Persero)

Organ dari Perseroan Terbatas terdiri dari Rapat Umum Pemegang saham

(yang selanjutnya disebut RUPS), Direksi dan Komisaris. Hal ini secara jelas

diatur dalam Undang - Undang PT dalam Pasal 1 angka (2). Organ-organ

perseroan terbatas tersebut ada untuk mewakili Perseroan untuk melakukan

tindakan hukum.

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah

Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada

Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam

undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.18

18

Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(33)

dilaksanakan minimum setahun sekali. RUPS di adakan ditempat dimana

perseroan berada. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan bahwa RUPS dapat

dilakukan diluar tempat kedudukan perseroan atau kecuali ditentukan lain dalam

anggaran dasar tetapi harus terletak di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.19

RUPS dapat dilaksanakan atas permintaan satu orang pemegang saham atau

lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil

sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan yang bersangkutan.

Permintaan ini diajukan kepada Direksi atau Komisaris dengan surat disertai

alasan.20

Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilaksanakan hanya jika rapat tersebut

dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari ½ (setengah) bagian dari Jika Direksi atau Komisaris tidak mau menyelenggarakan RUPS, maka

pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri

yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan.

Tiap saham mewakili satu suara didalam pelaksanaan RUPS, kecuali untuk

saham-saham yang dikeluarkan tanpa suara. Pelaksanaan dari hak suara ini dalam

RUPS dapat dilakukan sendiri oleh pemegang saham atau di wakilkan pada

seseorang pihak ketiga selaku kuasa pemegang saham. Namun demikian kuasa

yang diberikan oleh pemegang saham kepada Direksi, Komisaris dan karyawan

persero. Terhadap ketiga pihak tersebut tidak memberikan kewenangan hak suara

meskipun kuasa tersebut diperhitungkan dalam menentukan quorum kehadiran.

19

Pasal 76 Undang_Undang tentang Perseroan Terbatas

20

(34)

jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali UUPT atau Anggaran

Dasar menentukan lain.

Rapat Umum Pemegang Saham bukan pemegang kedaulatan tertinggi

dalam perseroan, hal ini berkaitan dengan isi dari pasal 98 ayat (4) undang -

undang nomor 40 tahun 2007, yang menyatakan bahwa “Keputusan RUPS

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh bertentangan dengan ketentuan

Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar Perseroan.” . Keputusan yang

diambil RUPS tidak dapat mengurangi, atau menambah, atau mengambil alih

kewenangan Direksi dan Komisaris yang telah diberikan, baik oleh UUPT

maupun oleh Anggaran Dasar perseroan. Apabila RUPS ingin memutuskan

sesuatu yang bertentangan dengan yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar,

RUPS harus terlebih dahulu mengubah ketentuan RUPS sesuai kewenangan

RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar sebagaimana ditentukan dalam pasal 19

ayat (1) UUPT.21

Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham mutlak diperlukan dalam hal

Direksi berkehendak mengalihkan atau menjadikan jaminan (hutang) atas seluruh

atau sebagian besar kekayaan perseroan. Quorum untuk hal ini minimum harus Keputusan yang diambil oleh RUPS dapat diputuskan melalui 2 (dua) cara,

yaitu melalui musyawarah mufakat dan melalui voting/pemungutan suara

berdasarkan suara terbanyak biasa dari jumlah suara yang dikeluarkan, tetapi

pengambilan keputusan dengan cara voting/pemungutan suara hanya bisa

dilakukan apabila tidak tercapai keputusan dengan cara musyawarah/mufakat.

21

Makalah Prof.Dr.Sutan Remy Sjahdeini, SH, Tugas, Wewenag, Dan Tanggung Jawab Direksi

(35)

disetujui oleh ¾ (tiga perempat) dari jumlah pemegang saham yang hadir, dengan

ketentuan bahwa untuk dapat mengambil suara yang sah, saham yang hadir harus

berjumlah minimum tiga perempat dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh

perseroan.

b. Direksi

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.22

Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal pengurusan

perseroan. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan

yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/

atau anggaran dasar.

Direksi dalam menjalankan tugasnya diberikan hak dan kekuasaan penuh,

dengan konsekwensi bahwa setiap tindakan dan perbuatan yang diberlakukan

sebagai tindakan dan perbuatan perseroan, sepanjang Direksi bertindak sesuai

dengan apa yang ditentukan dalam anggaran dasar perseroan.

23

22

Pasal 1 angka(5) UUPT

23

Pasal 92 UUPT ayat (2)

Berdasarkan UUPT Pasal 92 ayat (4), Perseroan yang

kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana

masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada

masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua)

(36)

Direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota

Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.24

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjabat sebagai

anggota Direksi,yaitu :25

a. Bahwa Direksi memang mampu melaksanakan perbuatan hukum.

Artinya tidak berada dalam pengampuan atau curatele;

b. Tidak pernah dinyatakan pailit, dari dahulu sampai sekarang, tidak

tercatat sebagai orang yang bangkrut dan telah dinyatakan pailit;

c. Tidak menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang telah dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;

d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan

keuangan Negara dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatan.

Selama Direksi tidak melakukan pelanggaran atas apa yang termuat dalam

Anggaran Dasar Perseroan, maka perseroan yang akan menanggung semua akibat

dari perbuatan Direksi tersebut. Tetapi bagi tindakan - tindakan Direksi yang

merugikan perseroan dan dilakukan diluar batas dan kewenangan yang diberikan

kepadanya oleh anggaran Dasar, hal itu dapat tidak diakui oleh perseroan dan

untuk hal tersebut direksi bertanggung jawab atas dirinya pribadi terhadap

keputusan atau tindakan yang diambil diluar batas kewenangan yang diberikan

dalam Anggaran Dasar perseroan.

c. Komisaris.

24

Pasal 92 UUPT ayat (5)

25

Sudargo Gautama, Komentar Atas Undang-Undang Perseroan Terbatas (Baru) tahun 1995

(37)

Kata “Komisaris”memiliki makna baik sebagai organ maupun sebagai

orang-perorangan.

Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi.26

26

Pasal 1 angka (6) UUPT

Penyebutan Komisaris sebagai Dewan Komisaris berkaitan dengan

kedudukannya sebagai organ dalam Perseroan Terbatas. Tetapi dalam kaitannya

dengan orang - perserorangan, maka disebut sebagai anggota Komisaris.

Pengaturan Untuk menjadi Komisaris dapat kita lihat dari isi Pasal 110

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yaitu ;

(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang

perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam

waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

a. dinyatakan pailit;

b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit;

atau

c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan

negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

(2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi

kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan

(38)

(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.

Mengenai tugas Komisaris, tercantum dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT, yang

manyatakan bahwa “Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan

pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan

maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.” Hal tersebut

berkaitan dengan pengaturan tugas Komisaris yang termuat dalam pasal 31

Undang-Undang BUMN, yakni “Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam

menjalankan kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi”.

Berdasarkan isi dari undang-undang diatas, dapat kita lihat dua tugas utama

dari Dewan Komisaris, yaitu : melakukan pengawasan, dan memberi nasihat

kepada Direksi.

Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada pasal 108

ayat (1) UUPT dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud

dan tujuan Perseroan.27

Ada beberapa pengaturan tentang pengangkatan untuk jabatan komisaris,

yakni ;28

(3) Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat

diangkat kembali.

(1) Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS.

(2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh

pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)

huruf b.

27

Pasal 108 ayat (2) UUPT

28

(39)

(4) Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan

pemberhentian anggota Dewan Komisaris serta dapat juga mengatur tentang

pencalonan anggota Dewan Komisaris.

(5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian

anggota Dewan Komisaris juga menetapkan saat mulai berlakunya

pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.

(6) Dalam hal RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan,

penggantian, danpemberhentian anggota Dewan Komisaris, pengangkatan,

penggantian, dan pemberhentian mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.

(7) Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota

Dewan Komisaris, Direksi wajib memberitahukan perubahan tersebut kepada

Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.

(8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum

dilakukan, Menteri menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan susunan

Dewan Komisaris selanjutnya yang disampaikan kepada Menteri oleh

Direksi.

E. Kedudukan Direksi Dalam Perusahaan 1. Kedudukan Hukum Direksi Dalam Perusahaan

Direksi sebagai organ perusahaan merupakan organ yang mewakili

perusahaan baik di dalam maupun diluar pengadilan, oleh karenanya tugas Direksi

adalah mengurus perusahaan secara menyeluruh.

Kedudukan Direksi dalam perusahaan adalah sebagai ujung tombak dari

(40)

strategi bisnis sebagai usaha dalam mencapai keuntungan bagi perusahaan.

Setelah mencapai keuntungan, Direksi harus bisa mempertahankan keuntungan

yang telah dicapai itu, agar tidak berkurang tetapi agar terus bertambah.

2. Tugas dan Kewenangan Direksi

Tugas dan wewenang Direksi sebagai pengurus perusahaan secara umum

mencakup hal - hal sebagai berikut :

a. Direksi bertanggung jawab penuh atas kepengurusan perusahaan untuk

kepentingan perusahaan, sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan.

Direksi juga bertugas untuk mewakili perusahaan baik di dalam maupun

diluar pengadilan. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan

kebijakan yang dianggap tepat olehnya. Jika Direksi terdiri atas dua anggota

atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota

direksi ditetapkan berdasarkan RUPS. Jika RUPS tidak menetapkan,

pembagian tugas dan wewenang Direksi ditetapkan atas keputusan anggota

Direksi.

b. Tugas Direksi yang utama adalah mengurus perusahaan sesuai dengan

peraturan perundang - undangan yang berlaku.

3. Kewajiban Direksi

Kewajiban Direksi, termuat dalam Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 Undang -

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yaitu sebagai berikut:

(41)

(1) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana jangka panjang yang merupakan

rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan Persero yang hendak dicapai

dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

(2) Rancangan rencana jangka panjang yang telah ditandatangani bersama dengan

Komisaris disampaikan kepada RUPS untuk mendapatkan pengesahan.

Pada Pasal 22 disebutkan :

(1) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan

yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang.

(2) Direksi wajib menyampaikan rancangan rencana kerja dan anggaran

perusahaan kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan.

Sedangkan pada Pasal 23, kewajiban Direksi adalah :

(1) Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku Persero ditutup, Direksi wajib

menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan.

(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh

semua anggota Direksi dan Komisaris.

(3) Dalam hal ada anggota Direksi atau Komisaris tidak menandatangani laporan

tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), harus disebutkan alasannya secara

tertulis.

Selain kewajiban diatas, Direksi juga berkewajiban untuk mendaftarkan

perusahaan sesuai dengan Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib

Daftar Perusahaan ;

1) Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri kehakiman ( setelah

(42)

2) Akta perubahan anggaran dasar beserta surat persetujuan menteri kehakiman

atas perubahan tertentu yang sifatnya mendasar seperti dimaksud dalam pasal

15 ayat (2) Undang - undang PT.

3) Akta perubahan anggaran dasar beserta laporannya kepad menteri kehakiman

atas perubahan selain yang dimaksud Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang PT.

Paling lambat 30 hari terhitung sejak pendaftaran, Direksi melakukan

permohonan pengumuman perusahaan dalam tambahan Berita Negara Republik

Indonesia. Selama pendaftaran dan pengumuman tersebut belum dilakukan, maka

anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan

hukum yang dilakukan perusahaan.

Kewajiban lain Direksi meliputi kepentingan kreditur juga kepentingan

masyarakat banyak, diantaranya Direksi wajib mengumumkan dalam dua surat

kabar harian mengenai rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan

perusahaan paling lama 14 hari sebelum diadakannya pemanggilan terhadap

RUPS, dan mengumumkan hasilnya tersebut dalam dua surat kabar harian paling

lama 30 hari sejak penggabungan, peleburan atau pengambilalihan selesai

dilakukan. Hal itu seperti yang termuat dalam pasal 105 dan pasal 108 Undang

-Undang tentang Perseroan Terbatas. Selain itu Direksi juga berkewajiban

memberikan semua keterangan yang dianggap perlu tentang perusahaan kepada

petugas pemeriksaan (Pasal 111 ayat (6) UU PT), membayar biaya pemeriksaan

atas nama perusahaan (Pasal 113 ayat (2) UU PT), dan juga member rujukan pada

semua krediturnya dengan surat tercatat mengenai bubarnya perusahaan (Pasal

120 UU PT).

(43)

1. Tugas Direksi Sebagai Pimpinan PT (Persero)

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.29

Suatu perseroan diwajibkan mempunyai paling sedikit dua orang anggota

Direksi apabila :

Tugas dan pertanggungjwaban direksi kepada perseroan dan pemegang

saham perseroan telah dimulai sejak perseroan memperolah setatus badan hukum.

30

a. Bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, seperti Bank, Asuransi;

b. Menerbitkan surat pengakuan utang seperti obligasi; atau

c. Merupakan perseroan terbuka.

Ada 4 (empat) macam Direktur perseroan, yaitu :31

a) Direktur biasa, yakni Direktur yang dipilih oleh RUPS atau oleh anggaran

dasar. Inilah Direktur yang paling lazim dan banyak sekali terdapat dalam

praktek.

b) Direktur de facto, yaitu Direktur yang tidak dipilih oleh RUPS atau oleh

anggaran dasar.

29

Pasal 1 angka (5) UUPT

30

I.G. Rai Widjaja, hlm.64

31

(44)

c) Direktur substitusi atau Direktur Alternative, yaitu Direktur pengganti yang

sifatnya sementara atau sifatnya khusus untuk perbuatan tertentu.

d) Direktur bayangan (shadow director), yaitu Direktur yang bertugas hanya

menjadi pajangan belaka, dimana setiap pekerjaan dilakukan atas suruhan

pihak lain, atau pihak lain yang melakukan tugas-tugas direksi. Misalnya,

direksi yang diangkat dengan perjanjian trustee, yang dalam hal ini lebih tepat

disebut sebagai “Direktur boneka”.

Selain empat macam Direksi yang disebutkan diatas, Direksi lain yang dapat

memegang jabatan dalam perseroan adalah Direktur eksekutif, direktur

non-eksekutif, managing Director, associate director, Direktur permanen dan Direktur

nominee.

Direksi mempunyai tugas representatif dan kepengurusan manajemen.32

Tugas representatif merupakan tugas dari Direksi untuk mewakili perseroan, baik

di dalam maupun diluar pengadilan. Tugas mewakili perseroan diluar pengadilan

contohnya seperti mewakili perseroan dalam hal melakukan transaksi bisnis

dengan pihak ketiga. Tugas mewakili perseroan di dalam maupun diluar

pengadilan dapat dilakukan dengan cara - cara sebagai berikut :33

a. Dilakukan sendiri.

b. Dilakukan oleh pegawainya yang ditunjuk untuk itu.

c. Dilakukan komisaris jika Direksi berhalangan, sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.

d. Dilakukan oleh pihak ketiga sebagai agen dari perseroan.

32

Munir Fuady, Perseroan Terbatas…..,hlm.58-62 33

(45)

Tugas representasi diluar pengadilan adalah mewakili perseroan dalam

menandatangani kontrak-kontrak, menghadap pejabat - pejabat Negara untuk dan

atas nama perseroan, dan lain-lain.

Menurut Pasal 98 ayat (1) UUPT, ditentukan bahwa yang mewakili

perseroan adalah Direksi (yaitu board atau majelis, bukan direktur utama), maka

sebagai konsekuensi ketentuan tersebut, tidak ada seorang anggota Direksi pun,

termasuk direktur Utama, yang merupakan atasan dari anggota direksi yang lain.34

Konsekuensi yang lain adalah, keputusan Direksi harus diambil secara

kolektif. Dengan demikian, Direktur utama tidak dapat mengambil keputusan

sendiri untuk dan atas nama perseroan.35

Tugas berikutnya yang dibebankan kepada Direksi adalah tugas untuk

mengurus perseroan atau menjalankan pengurusan terhadap perseroan. Pasal 92

ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa “Direksi menjalankan pengurusan Perseroan

untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan” .

Hal itu berarti bahwa dalam menjalankan pengurusan perseroan, Direksi harus

menjalankan pengurusan perseroan tersebut untuk kepentingan perseroan dan

sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Halitu sejalan dengan isi dari pasal

5 ayat (2) UU BUMN, dimana ditentukan “Direksi bertanggung jawab penuh atas

pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN,

baik di dalam maupun di luar pengadilan.”36

34

Makalah Prof.Dr.Sutan remy Sjahdeini, SH, Tugas, Wewenang, Dan Tanggung Jawab Direksi

Dan Komisaris BUMN Persero,hlm.12

35 Ibid

36

Ibid, hlm.14

Frasa untuk kepentingan perseroan

(46)

Pasal 92 ayat (1) UUPT ini tidak boleh disikapi secara terpisah/diartikan secara

sendiri-sendiri ; artinya sekalipun direksi melaksanakan pengurusan untuk

kepentingan perseroan tetapi tidak sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan

sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar, perbuatan direksi tersebut tidak

mengikat perseroan tetapi mengikat dirinya pribadi.37

Tugas dan tanggung jawab Direksi perseroan meliputi duty of loyality and

good faith, yakni segala macam tindakan hukum yang diambil semata - mata

harus dilakukan dengan itikad baik untuk mencapai tujuan dan kepentingan

perseroan. Dalam hal ini, Direksi tidak sendiri - sendiri bertanggung jawab kepada

perseroan, yang berarti setiap tindakan yang diambil atau tindakan yang dilakukan

oleh salah satu atau lebih anggota direksi akan mengikat anggota direksi lainnya.

Namun ini tidak berarti tidak diperkenankan terjadinya pembagian tugas diantara

anggotab direksi perseroan, demi pengurusan perseroan yang efisien.38

Philip Lipton dan Abraham Herzberg membagi duty of loyalty and good

faith ke dalam :39

1. Duty To Act Bonafide In The Interest Of The Company

Ini mencerminkan kewajiban direksi untuk melakukan kepengurusan

perseroan hanya untuk kepentingan perseroan semata-mata. Untuk

menentukan sampai seberapa jauh suatu tindakan yang diambil oleh direksi

perseroan telah dilakukan untuk kepentingan perseroan, maka hal tersebut

37

Ibid,hlm 15

38

Fred BG Tumbuan, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Serta Kedudukan RUPS

Perseroan Terbatas menurut UU No.1 tahun 1995, makalah kuliah S2 FH-UI T/A

2001-2002,hlm11

39

Philip Liptond and Abraham Herzberg, Understanding Company Law, (Brisbane, The Law

(47)

harus dipulangkan kembali kepada Direksi perseroan. Direksi perseroan

harus memiliki penilaian sendiri tentang tindakan yang menurut

pertimbangannya adalah sesuatu yang harus atau tidak dilakukan untuk

kepentingan perseroan. Direksi harus semata - mata memperhatikan

kepentingan dari perseroan sebagai satu kesatuan dan bukan hanya untuk

kepentingan masing - masing pemegang saham.40

Berkembangnya kegiatan dunia usaha yang ditandai dengan makin

banyaknya chairman perusahaan-perusahaan terkemuka menyatakan bahwa

this company recognizes that it has duties to its members, employees,

consumers of its product and nation”,41maka nilai - nilai kepentingan

perusahaan mulai bergerser menjadi lebih luas hingga meliputi seluruh

pihak-pihak terkait dengan perseroan, yang antara lain terdiri dari :42

a. Pemegang saham (shareholders),

b. Karyawan atau pegawai (employees),

c. Managers,

d. Pelanggan (customers),

e. Pemasok (suppliers),

f. Kreditor (debitholders),

g. Masyarakat (communities),

h. Pemerintah (Government)

2. Duty To Exercise Power For Proper Purpose

40

Ibid, hlm 298

41

Paul D.Davies, Gower’s Principles Of Modern Company Law, London (Sweet Maxwell,1997),

hlm 602

42

Arnoldo C.Hax and Nicolas S.Maljuf, The Strategy Concept And Process-A Pragmatic

(48)

Direksi adalah satu-satunya organ dalam perseroan yang diberikan hak dan

wewenang untuk bertindak atas nama perseroan. Ini membawa konsekuensi

bahwa jalannya perseroan, termasuk pengelolaan harta kekayaan perseroan

bergantung sepenuhnya pada Direksi perseroan. Artinya tugas pengurusan

perseroan oleh Direksi juga meliputi tugas pengelolaan harta kekayaan

perseroan.43

3. Duty To Retain Discretion

Direksi harus melakukan secara benar dan tidak memihak

untuk kepentingan manapun juga berkaitan dengan posisinya sebagai trustee

perseroan. Direksi diberikan kepercayaan oleh seluruh pemegang saham

melalui mekanisme RUPS untuk menjadi organ perseroan yang akan

bekerja untuk kepentingan perseroan, serta kepentingan seluruh pemegang

saham yang mengangkat dan mempercayakannya sebagai satu-satunya

organ yang mengurus dan mengelola perseroan.

Direksi oleh perseroan, melalui RUPS telah diberikan fiduciary untuk

bertindak seluas-luasnya (dalam koridor UU dan Anggaran Dasar) untuk

kepentingan perseroan, maka tidak selayaknyalah jika Direksi kemudian

melakukan pembatasan dini, atau membuat suatu perjanjian yang akan

mengekang kebebasan mereka untuk bertindak sesuai dengan tujuan dan

kepentingan perseroan. Dalam hal ini tidak berarti Direksi tidak boleh

mengadakan, membuat atau menandatangani suatu perjanjian pendahuluan

(misal ; perjanjian pengikatan jual-beli). Namun sebelum perjanjian tersebut

diadakan, dibuat dan di tanda tangani, Direksi harus memiliki suatu

43

Referensi

Dokumen terkait

Data dari stasiun cadangan pada setiap saat dapat diminta oleh Pusat Data Internasional dan harus segera tersedia melalui hubungan computer yang selalu dihubungkan (on-line). Setiap

Maksud dari kegiatan ini adalah agar proses pengadaan perancanaan dapat terlaksana denga baik secara menyeluruh (full design), terorganisir serta meningkatkan efektifitas dan

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan berjudul : “Hubungan

bermakna akan memberikan motivasi kepada siswa agar senantiasa belajar dengan giat dan mampu mendukung siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga

Some Indo-nesian Churches have their main church in Indo-nesia or other countries (e.g. Gereja Bethany, Mimbar Reformed Injili Indonesia, International Full Gospel

Koriste´ci grafiˇcki prikaz Kartezijevog produkta, relacije moˇzemo prikazati naglaˇsavaju´ci toˇcke koje odgovaraju uredenim parovima elemenata koji su u relaciji. Relacije

Simpulannya adalah guru di MI Al-Anwar dan MTs Mathali’ul Huda telah mendapatkan keahlian untuk mengenal ancaman bencana yang ada di daerahnya dan bisa memiliki kemampuan

PEMBELAJARAN SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MULTI REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu