• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010-2014)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak instansi tempat penelitian, menyetujui:

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset penelitian”.

Bandung, Agustus 2016

(2)
(3)

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di UNIKOM maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung, Agustus 2016

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Wulan Sari

Nim : 21112043

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 24 Februari 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Agama : Kristen

Nama Ayah : JM.Manalu

Nama Ibu : Helmi

Alamat Rumah : Jl. Rancacili, Rancasari RT 001 RW 002 Bandung

Telepon : 083822531010

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Babakan Sari I Bandung : 1997-2003

2. SMPN 37 Bandung : 2003-2006

3. SMKN 13 Analisis Kimia Bandung : 2006-2009 4. Universitas Komputer Indonesia Bandung : 2012-Sekarang

Yang Menyatakan,

(5)

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Majalaya Tahun 2010-2014)

THE INFLUENCE OF TAX COLLECTION WITH FORCE

LETTER AND TAX AUDIT TO THE VALUE ADDED TAX

RECEIPTS

(Case Study of Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Period

2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Akuntansi

Oleh:

Nama: Wulan Sari

Nim: 21112043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala berkat dan kasih karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN

SURAT PAKSA DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh jenjang Strata satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis menyadari adanya banyak kendala yang dihadapi, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, penulis tujukan kepada:

1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia, Bandung;

(7)

4. Adi Rachmanto, S.Kom., M.Kom selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia, Bandung dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan berkenan untuk memberikan bimbingan, membina, memberi saran, mengkoreksi, dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Dr. Surtikanti, SE., M. Si selaku Dosen Wali Kelas 4 AK 1 yang selama ini telah banyak memberikan kontribusi untuk kelas 4 AK 1 khususnya.

6. Segenap staff dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi dan Bisnis beserta staf Sekretariat Program Studi Akuntansi dan Bisnis yang telah banyak membantu, serta memberikan kontribusi dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Staff dan pegawai khususnya bagian Penerimaan, Penagihan dan Pemeriksaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

sebutkan satu-persatu, terimakasih banyak atas segala kebaikannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pihak lain untuk masa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2016 Penulis,

(9)

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4.1 Maksud Penelitian ... 7

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 7

(10)

1.5.1 Kegunaan Praktis ... 8

1.5.2 Kegunaan Akademis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ... 10

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak dengan SP ... 10

2.1.1.2 Penerbitan Surat Paksa ... 12

2.1.1.3 Pemberitahuan Surat Paksa ... 14

2.1.1.4 Indikator Penagihan Pajak dengan Surat Paksa . 15 2.1.2 Pemeriksaan Pajak ... 16

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 16

2.1.2.2 Unsur-Unsur Pemeriksaan Pajak ... 18

2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak ... 19

2.1.2.4 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak... 20

2.1.2.5 Jenis-Jenis Pemeriksaan Pajak ... 21

2.1.2.6 Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak ... 22

2.1.2.7 Indikator Pemeriksaan Pajak ... 23

2.1.3 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 24

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan PPN... 24

2.1.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai ... 25

(11)

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 29

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 31

2.3 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Metode Penelitian yang digunakan ... 35

3.1.1 Metode-Metode yang Digunakan ... 35

3.2 Operasionalisasi Variabel... 37

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.3.1 Sumber Data ... 41

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian ... 43

3.4.1 Populasi ... 44

3.4.2 Sampel ... 44

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.4.3.1 Tempat Penelitian... 47

(12)

3.5 Metode Pengujian Data ... 48

3.6 Metode Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 60

4.1.1.1 Deskriptif Penagihan dengan Surat Paksa .. 61

4.1.1.2 Deskriptif Pemeriksaan Pajak ... 63

4.1.1.3 Deskriptif Penerimaan PPN ... 65

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 67

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 67

4.1.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 73

4.1.2.3 Analisis Korelasi ... 74

4.1.2.4 Koefisien Determinasi ... 77

4.1.2.5 Pengujian Hipotesis ... 79

4.2 Pembahasan ... 83

4.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai ... 83

4.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

(13)
(14)

91

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat.2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Bambang Jatmiko.2008. Pelatihan Metodologi penelitian Bagi Karyawan PT. Pos Indonesia. Bandung: Modul

Diaz Priantara.2013. Fraud Auditing and Investigation. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Djuanda Gustian dan Irwansyah Lubis.2011. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Erly Suandy.2011. Perencanaan Pajak Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Gujarati Damodar.2003. Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain. Jakarta:

Erlangga

Ilyas, Wirawan dan Rudy Suhartono.2012. Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Imam Ghozali.2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

John Hutagaol.2007. Perpajakan Isu isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu Mardiasmo.2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi

Mardiasmo.2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi

Nur Hidayat.2013. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia

Santoso, Singgih.2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Simanjuntak Timbul dan Imam Mukhlis.2012. Dimensi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raihasa Sukses

Siti Kurnia Rahayu.2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati.2010. Perpajakan Indonesia: Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

(15)

Soemarso S.R.2010. Akuntansi: Suatu Pengantar Cetakan Keempat. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2013a. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND cetakan ke-19. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2013b. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta Suprianto, Edy.2011. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu Thomas Sumarsan.2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta: PT Indeks Umi Narimawati.2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Penerbit Ganesis

Umi Narimawati, Sri Dewi, Anggadini, Linna, Ismawati.2011. Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Pertama. Pondok Gede, Bekasi: Genesis

Untung Sukardji.2014. Pokok-Pokok PPN Pajak Pertambahan Nilai Indonesia

(Edisi Revisi 2014) Cetakan Ke-9. Jakarta: Penerbit PT. RajaGrafindo Persada Waluyo.2013. Perpajakan Indonesia Edisi 11. Jakarta selatan: Salemba Empat

Jagakarsa

Undang-Undang dan Peraturan:

___________, Undang – Undang 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2009. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia

___________, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. 2000. Jakarta: Ortax

___________, Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 2009. Jakarta: Kementerian Republik Indonesia

___________, Undang-undang nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi UU. 2008. Jakarta: Kementerian Republik Indonesia

___________, Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang PPN barang dan Jasa dan atau PPn BM. 2000. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia ___________, Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 Susunan Dalam Satu

Naskah Undang-Undang Perpajakan. 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak ___________, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013

(16)

93

___________, 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan. 2013. Jakarta: Kementerian Republik Indonesia

___________, Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2000. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia

Jurnal:

Hazra Muda, dkk. 2015. Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Dampaknya terhadap Penerimaan PPN: Studi Empiris pada KPP Pratama Bitung. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.3 (No.4) 1-12

Monita Pricilia Najoan, dkk. 2015. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa untuk Peningkatan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai: Studi Empiris pada KPP Pratama Kotamobagu. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.3 (No.4) 576-584

Muhamad Riski Nindar, dkk. 2014. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai: Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.2( No.1) 1-10

Rohmasari Sitio. 2015. Pengaruh Self Assessment System, Penerbitan STP dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan PPN: Studi Empiris pada KPP Madya dan KPP Pratama Tampan Pekanbaru. Jurnal FEKON. Vol. 2 (No. 2) 1-15

Sri Wulandari, dkk. 2014. Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dalam rangka Meningkatkan Penerimaan PPN: Studi Empiris Pada KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.2 (No.2) 1500-1509

Velayati, Mala Rizkika, dkk. 2013. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Tindakan Penagihan Pajak Aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagai Upaya Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal Penelitian Universitas Brawijaya

Media On-line:

Tatang Amirin. 2011. "Populasi dan sampel penelitian 3 : Pengambilan sampel dari populasi tak-terhingga dan tak-jelas" (on-line). tatangmanguny.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 10 April 2016)

(17)

MAE&url=http%3A%2F%2Fojs.unud.ac.id%2Findex.php%2FAkuntansi%2 Farticle%2Fdownload%2F13012%2F10723&usg=AFQjCNFvMApXB54DgI Yn4kzMBWsgd7njiw&sig2=xNGw32Ctn-WPeV5Fuu-l7Q> (Diakses pada tanggal 2 Maret 2016)

Gentur Putro Jati. 2015. “Dirjen Pajak Bongkar Alasan Penurunan Penerimaan sampai April” (on-line). Melalui

<http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150506154033-78-51602/dirjen-pajak-bongkar-alasan-penurunan-penerimaan-sampai-april/> (Diakses pada tanggal 8 Maret 2016)

Fiki Ariyanti. 2015. “Penerimaan Pajak Rendah, Ini Strategi Menkeu Buat Dongkrak”(on-line).

Melalui<http://bisnis.liputan6.com/read/2288547/penerimaan-pajak-rendah-ini-strategi-menkeu-buat-dongkrak> (Diakses pada tanggal 8 Maret 2016) Handry Handriansyah. 2015. “Penerimaan Pajak Tumbuh 85 Persen” (on-line).

Melalui<http://www.pikiran- rakyat.com/ekonomi/2015/11/19/350489/penerimaan-pajak-tumbuh-85-persen> (Diakses pada tanggal 8 Maret 2016)

Kurniawan. 2015. “Pemerintah Janjikan Batasi Denda Bunga Utang Pajak

Maksimal 48%” (on-line). Melalui

<http://finansial.bisnis.com/read/20150815/10/462884/pemerintah-janjikan-batasi-denda-bunga-utang-pajak-maksimal-48> (Diakses pada tanggal 9 Maret 2016)

Indra Arief Pribadi. 2016. “Kurang bayar pajak dari 2011 sampai 2015 capai Rp225,12 triliun” (on-line). Melalui

<http://www.antaranews.com/berita/547044/kurang-bayar-pajak-dari-2011-sampai-2015-capai-rp22512-triliun> (Diakses pada tanggal 16 Juni 2016) DJP Kemenkeu. 2012. “Dirjen Pajak: Penerimaan Pajak 2011 Capai 99,3 Persen”

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Mengkaji pustaka yang dikumpulkan oleh peneliti untuk dijadikan konsep penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dan kajian pustaka ini terdiri dari teori-teori yang mendasari konsep yang dibangun peneliti, guna memperoleh data penelitian yang akurat, relevan dan valid. Kajian sampai kepada indikator pengukuran suatu variabel. Fungsi kajian ini untuk memberikan landasan ilmiah penelitian.

2.1.1 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Mengkaji pustaka tentang penagihan pajak dengan surat paksa dimulai dari pengertian penagihan pajak dengan surat paksa, penerbitan surat paksa, pemberitahuan surat paksa, sampai indikator penagihan pajak dengan surat paksa.

2.1.1.1Pengertian Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, yang dimaksud dengan penagihan pajak yaitu:

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.

(19)

Definisi penagihan pajak menurut Sumarsan (2012:68), dalam buku yang berjudul Perpajakan Indonesia yaitu:

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Definisi penagihan pajak menurut Mardiasmo (2013:125), yaitu:

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Sedangkan pengertian Surat Paksa itu sendiri menurut Pasal 1 ayat (21) Undang-Undang nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak dan Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat nama wajib pajak, dasar penagihan, besarnya utang pajak, dan perintah untuk membayar.

Adapun pengertian Surat Paksa menurut Mardiasmo (2013:121) adalah: Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak, surat paksa sendiri mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:189) Pengertian Surat Paksa sebagai berikut:

(20)

12

Penagihan atas tunggakan pajak adalah dengan menerbitkan surat paksa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang RI Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pasal 1 ayat (12) adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dalam Undang-Undang ditegaskan bahwa Surat Paksa mempunyai kekuatan hukum eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh petugas pajak kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan dan memberitahukan dengan Surat Paksa.

2.1.1.2Penerbitan Surat Paksa

Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak yang mempunyai kekuatan eksekutorial dan mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (DJP, 2013:14). Menurut Pasal 18 ayat (1) Undang-undang PPSP, Surat Paksa diterbitkan apabila:

1) Wajib Pajak/Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis;

(21)

3) Penangung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Dalam Pasal 7 ayat 2 (UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa) disebutkan bahwa surat paksa sekurang-kurangnya harus memuat sebagai berikut:

1) Nama Wajib Pajak atau nama penanggung pajak 2) Dasar penagihan pajak

3) Besarnya utang pajak 4) Perintah untuk membayar

Jangka waktu penagihan sejak diterbitkan surat teguran dan surat paksa sampai dengan pelaksanaan lelang akan dijelaskan secara ringkas dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tindakan, Alur dan Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak Urutan Tahapan Kegiatan

Penagihan

Waktu Pelaksanaan Penagihan Dasar Hukum

1 Penerbitan surat teguran atau peringatan tertulis atau surat lain yang sejenis

7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo

2 Penerbitan surat paksa Sudah lewat 21 (dua puluh satu hari) sejak

(22)

14

Urutan Tahapan Kegiatan Penagihan

Waktu Pelaksanaan Penagihan Dasar Hukum

5 Penjualan/pelelangan surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak sebagai berikut:

1) Penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memungkinkan.

2) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak tidak dapat dijumpai.

3) Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi.

4) Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.

(23)

1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan, atau

2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau di tempat usaha badan yang bersangkutan apabila juru sita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf (a).

Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada kurator, hakim pengawas atau Balai Harta Peninggalan, dan jika Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, maka surat paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk pemberesan atau likuidasi. Jika tidak dapat dilaksanakan surat paksa disampaikan melalui pemerintah daerah setempat.

Dalam hal Wajib Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat kedudukannya, maka penyampaian surat paksa dilaksanakan dengan cara menempelkan surat paksa pada papan pengumuman kantor pejabat yang menerbitkannya, mengumumkan melalui media massa, atau cara lain yang ditetapkan oleh keputusan menteri atau keputusan kepala daerah.

2.1.1.4Indikator Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Penjelasan mengenai penagihan pajak aktif menurut Erly Suandy (2011:34) adalah sebagai berikut:

Penagihan Pajak Aktif terdiri dari indikator:

(24)

16

2) Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

3) Penyitaan adalah tindakan penagihan lebit lanjut setelah Surat Paksa. 4) Pelaksanaan lelang

Mengacu kepada dasar pemikiran Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Siti kurnia rahayu dan Ely Suhayati (2010:68) yang mengatakan: “penagihan meliputi pengiriman surat teguran, surat paksa, sita, lelang penyanderaan kompensasi, pencegahan daluwarsa”.

Dalam hal Penagihan Pajak dengan Surat Paksa maka penulis mengangkat indikator yaitu Jumlah Nominal Surat Paksa untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

Mengkaji pustaka tentang pemeriksaan pajak dimulai dari pengertian pemeriksaan pajak, unsur-unsur pemeriksaan pajak, tujuan pemeriksaan pajak, ruang lingkup pemeriksaan pajak, jenis-jenis pemeriksaan pajak, pelaksanaan pemeriksaan pajak, sampai indikator pemeriksaan pajak.

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pasal 1 Angka 2, pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:

(25)

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:244) adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka SAS merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan.Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem SAS yang dilakukan oleh Wajib Pajak, harus berpegang teguh pada Undang-Undang perpajakan.

Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Diaz Priantara (2013:60) adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perpajakan.

Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Siti Resmi (2012:20) adalah sebagai berikut:

(26)

18

Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan pajak adalah suatu rangkaian atau proses kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak untuk menghimpun serta mengolah data, keterangan atau bukti yang dilaksanakan secara profesional berdasarkan pada suatu standar pemeriksaan pajak dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain.

2.1.2.2 Unsur-unsur Pemeriksaan Pajak

Unsur-unsur pokok dalam pemeriksaan pajak yang dapat diuraikan menurut Erly Suandy (2011:207) adalah sebagai berikut:

1) Informasi yang terukur dengan kriteria tetap, yaitu untuk proses pemeriksaan pajak dimulai dengan mencari, menghimpun, dan mengolah informasi yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi oleh Wajib Pajak sesuai dengan sistem self assessment. Dalam setiap pemeriksaan diperlukan informasi yang dapat dibuktikan dan standar atau kriteria yang dapat dipakai pemeriksa sebagai pegangan untuk melakukan evaluasi terhadap informasi yang diperoleh.

(27)

3) Mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti, maksudnya adalah segala informasi yang dipergunakan oleh pemeriksa pajak untuk menentukan informasi terukur yang diperiksa melalui evaluasi agar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

4) Pemeriksa yang kompeten dan independen, yaitu setiap pemeriksa pajak harus memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang cukup agar dapat memahami kriteria yang dipergunakan.

2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Adapun tujuan pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2011:204) adalah sebagai berikut:

1) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:

a) Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;

b) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi; c) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada

waktu yang telah ditetapkan;

d) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak;

(28)

20

2) Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:

a) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; b) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;

c) Pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; d) Wajib Pajak mengajukan keberatan;

e) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;

f) Pencocokan data dan atau/alat keterangan;

g) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

h) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;

2.1.2.4 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:262), pemeriksaan dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Dirinci lebih jelas lagi sebagai berikut:

1) Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak di tempat kedudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan bebas, domisili atau tempat tinggal.

Pemeriksaan lapangan dapat meliputi 1 jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya. Jangka waktu pemeriksaan lapangan:

(29)

b) Sejak terbit SP2 (Surat Perintah Pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan)

c) Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan.

2) Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak di kantor unit pemeriksaan (DJP). Jangka waktu pemeriksaan kantor: a) Tiga bulan.

b) Sejak wajib pajak harus datang memenuhi panggilan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

c) Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.

Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan.

2.1.2.5 Jenis-jenis Pemeriksaan Pajak

Jenis-jenis pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2011:208) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pemeriksaan rutin, adalah pemeriksaan yang langsung dilakukan oleh unit pemeriksa tanpa harus ada persetujuan terlebih dahulu dari unit atasan, biasanya harus segara dilakukan terhadap:

a) Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar; b) Surat Pemberitahuan (SPT) rugi;

c) Surat Pemberitahuan (SPT) yang menyalahi penggunaan norma penghitungan.

(30)

22

hari sejak Wajib Pajak diperiksa. Pemeriksaan rutin terhadap Wajib Pajak yang tahun sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan lengkap dua tahun berturut-turut tidak lagi dilakukan pemeriksaan lengkap pada tahun ketiga.

2) Pemeriksaan khusus, dilakukan setelah ada persetujuan atau instruksi dari unit atasan (Direktur Jenderal Pajak atau kepala kantor yang bersangkutan) dalam hal:

a) Terdapat bukti bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak benar;

b) Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan;

c) Sebab-sebab lain berdasarkan instruksi dari Direktur Jenderal Pajak atau kepala kantor wilayah (misalnya ada pengaduan dari masyarakat).

2.1.2.6 Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak dikatakan bahwa pelaksanaan pemeriksaan pajak memiliki tiga langkah, yaitu:

1) Persiapan Pemeriksaan, meliputi:

a) mempelajari berkas wajib pajak/berkas data.

b) menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak. c) mengidentifikasi masalah.

d) melakukan pengenalan lokasi wajib pajak. e) menentukan ruang lingkup pemeriksaan. f) menyusun program pemeriksaan.

(31)

h) menyediakan sarana pemeriksaan. 2) Pelaksanaan Pemeriksaan, meliputi: a) memeriksa ditempat wajib pajak.

b) melakukan penilaian atas pengendalian internal.

c) memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.

d) melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen.

e) melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga (bila dianggap perlu). f) memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak yang diperiksa. g) melakukan sidang penutup (closing conference).

3) Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP), meliputi: a) menyusun laporan dengan sistematis.

b) pengesahan LPP.

c) pembuatan nota perhitungan dan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP).

d) pengiriman LPP, Nota Perhitungan, dan DHKP.

2.1.2.7 Indikator Pemeriksaan Pajak

Indikator pemeriksaan pajak dalam penelitian ini menggunakan dasar pemikiran Siti Kurnia Rahayu (2010:323), sebagai berikut:

(32)

24

Produk hukum pemeriksaan pajak menurut Rudy Suhartono dan wirawan B.Ilyas (2012:53) salah satunya adalah “Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) diterbitkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang terutang atau kurang bayar”.

Dari hasil pemikiran di atas, indikator untuk pemeriksaan pajak dalam penelitian ini adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

2.1.3 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Mengkaji pustaka tentang penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dimulai dari pengertian penerimaan Pajak Pertambahan Nilai, pengertian pajak masukan dan pajak keluaran, objek Pajak Pertambahan Nilai, subjek Pajak Pertambahan Nilai, cara dan metode penghitungan Pajak Pertambahan Nilai, sampai indikator penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

Pengertian Penerimaan Pajak menurut Simajuntak Timbul dan Mukhlis Imam (2012:30) yaitu, Penerimaan Negara dari pajak merupakan satu komponen penting dalam rangka kemandirian pembiayaan pembangunan.

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Sukardji (2014:2) bahwa Pajak Pertambahan Nilai yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan penganggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak berbeda.

(33)

konsumsi dalam negeri yang dikenakan atas setiap tingkatan penyerahan jasa kena pajak (multi stage levy).

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai menurut Suprianto (2011:16), yaitu: Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dipungut/dipotong oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang berkaitan dengan transaksi penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi.

Setiap transaksi yang berhubungan dengan penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa kena pajak, maka akan dikenakan PPN atas barang/jasa tersebut (Suprianto, 2011:16).

Berdasarkan definisi-definisi menurut para ahli maka dapat diambil kesimpulan mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu Pajak tidak langsung yang dipungut/dipotong oleh pengusaha kena pajak (PKP) atas transaksi pembelian atau penjualan barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi.

2.1.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai

Dalam pasal 4 UU PPN tahun 2000 disebutkan bahwa objek PPN dikenakan atas:

1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2) Impor BKP.

(34)

26

4) Pemanfaatan BKP tidak bewujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

5) Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. 6) Ekspor BKP oleh PKP.

7) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya akan digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain.

8) Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

2.1.3.3 Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 4 huruf a, c, dan f serta pasal 16 jo pasal 1 angka 15 UU PPN 1984 jo Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000. Berdasarkan pasal-pasal tersebut dapat diketahui bahwa subjek PPN adalah:

1) Melakukan penyerahan BKP dan atau JKP yang dapat dikenakan PPN adalah PKP dan pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP.

2) Mengekspor BKP yang dikenakan PPN adalah PKP.

3) Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP).

(35)

b) Importir dan Indentor.

c) Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importir.

d) Pedagang besar. e) Pedagang eceran.

Subjek PPN tidak harus PKP, tetapi bukan PKP pun dapat menjadi subjek PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4 huruf b, dan huruf e serta 18 pasal 16C UU PPN. Berdasarkan pasal-pasal ini dapat diketahui bahwa yang dapat dikenakan PPN adalah:

1) Siapapun yang mengimpor BKP (Pasal 4 huruf b).

2) Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan.

3) Siapapun yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

2.1.3.4 Cara dan Metode Penghitungan PPN

Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, mengenai UU Cara Penghitungan PPN Pasal 9 dijelaskan bahwa:

1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 (yaitu tarif PPN) dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) (UU PPN Pasal 9 Ayat 1).

(36)

28

a) Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan (UU PPN Pasal 9 Ayat 2a).

b) Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan, maka selisihnya merupakan Pajak 25 Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (UU PPN Pasal 9 Ayat 3).

2.1.3.5 Indikator Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pengertian Penerimaan Pajak menurut Simajuntak Timbul dan Mukhlis Imam (2012:30) yaitu, Penerimaan Negara dari pajak merupakan satu komponen penting dalam rangka kemandirian pembiayaan pembangunan.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:27) beberapa faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi dan menentukan optimalisasi pemasukan dana ke kas negara melalui pemungutan pajak kepada Warga Negara salah satunya yaitu jumlah penerimaan pajak.

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai menurut Suprianto (2011:16) yaitu: Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dipungut/dipotong oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang berkaitan dengan transaksi penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi.

Menurut Resmi (2011:5) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

(37)

2.2 Kerangka Pemikiran

Penerimaan PPN menempati urutan kedua sebagai jenis pajak terbesar dalam penerimaan pajak di Indonesia, dan tiap tahunnya mengalami peningkatan. Sampai saat ini keberadaan PPN kedudukannya penting bagi penerimaan negara (Rohmasari Sitio,2015). Namun pada kenyataannya utang pajak yang belum dilunasi sering dihadapi karena peningkatan jumlah tunggakan pajak masih belum bisa diimbangi oleh kegiatan pencairan. Telah dilakukan berbagai tindakan penagihan pajak oleh fiskus terhadap Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak dengan penagihan pasif maupun aktif. Penagihan aktif dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan hingga pelaksanaan penjualan barang yang disita melalui lelang barang milik Penanggung Pajak (Mala Rizkika Velayati dkk, 2013). Salah satu cara lain untuk meningkatkan penerimaan PPN adalah dengan meningkatkan efektifitas Satgas Pemeriksaan dan Penyidikan terkait data Wajib Pajak (WP) pengguna faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya (Mekar Satria Utama, 2015). Oleh karena itu penagihan pajak dengan surat paksa dan pemeriksaan pajak diperlukan untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam hal ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

(38)

30

perpajakan semakin meningkat terhadap tunggakan pajak maka dimaksudkan perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa”.

Teori lain yang dikemukakan oleh Soemarso S.R (2010:13) yaitu: Tindakan memaksa tercantum dalam pasal-pasal penagihan pajak dengan tujuan dari dicantumkannya pasal-pasal penagihan pajak adalah untuk memastikan bahwa penerimaan pajak oleh negara dapat dipenuhi.

Teori yang menghubungkan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa menurut Rochmat Soemitro dikutip oleh Mardiasmo (2009:121) yaitu: “Surat paksa digunakan untuk melakukan penagihan atas utang pajak dan biaya-biaya penagihannya, dimana dengan adanya surat paksa WP dipaksa untuk membayar tunggakan pajak sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak”.

Sedangkan Pengaruh Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak menurut UU Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagai berikut:

Surat paksa digunakan untuk menagih wajib pajak yang menunggak pajak atau tidak membayar utang dan biaya penagihan pajak, apabila surat tersebut dipatuhi oleh wajib pajak dan wajib pajak tersebut membayar utang pajaknya otomatis akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Teori-teori dan konsep diatas juga didukung oleh hasil penelitian Hazra Muda, dkk (2015), yaitu:

(39)

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)

Konsep dan teori yang dapat menghubungkan Pemeriksaan Pajak dalam penelitian ini menggunakan pernyataan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:248) yaitu:

Adapun tujuan dari kebijakan pemeriksaan pajak yaitu membuat Pemeriksaan menjadi efektif dan efisien, meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak, meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai konsekuensi pemungutan pajak di Indonesia, Secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan negara dari pajak.

Teori lain yang dikemukakan oleh John Hutagaol (2007:73) sebagai berikut:

Tujuan pemeriksaan pajak adalah melakukan pengujian terhadap kepatuhan wajib pajak atau untuk tujuan lain. Pemeriksaan pajak memberikan deterrent effect terhadap peningkatan kepatuhan sukarela wajib pajak yang secara langsung pengaruh atas peningkatan tax coverage ratio dan penerimaan negara dari sektor perpajakan.

Teori-teori dan konsep di atas juga didukung oleh hasil penelitian Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati (2015) lewat jurnalnya yaitu, Pemeriksaan pajak berpengaruh positif pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

(40)
(41)

Kerangka pikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian atau gambar paradigma dimana paradigma ini mencantumkan juga sumber referensi-referensi teori penghubung antar variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut:

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013:134) yang dimaksud dengan hipotesis adalah sebagai berikut:

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (X1)

Pemeriksaan Pajak (X2)

Penerimaan PPN (Y)

- Siti Kurnia Rahayu (2010)

- John Hutagaol(2007) - Ida Ayu Ivon

Trisnayanti,I Ketut Jati (2015)

- Waluyo (2013) - Soemarso S.R (2010) - Mardiasmo (2009) - UU No 19 Tahun 2000

Penagihan dengan Surat Paksa

(42)

34

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Penagihan Pajak dengan Surat Paksa berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

(43)

Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No.112-116 Bandung 40132

Email: wulan_febriani@rocketmail.com

ABSTRACT

The Problem that occur on the Value Added Tax Receipts is, for the whole of the tax receipts, the lowest is the Value Added Tax Receipts, on the tax collection with force letter is, detention to taxpayer because of the tax collection with force letter is not enough effective and on the tax audit is, the result of tax audit SKPKB is increase and become lawsuit.

The purpose of this research is to determine how much the influence partially of Tax Collection with Force Letter and Tax Audit to the Value Added Tax Receipts.

Method that used is descriptive and verificative analysis. The analysis method that used is multiple linear regression analysis. The population in this study are 10 years data from Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya. The sampling technique uses purposive sampling method. The number of samples are 5 years data per a month (2010-2014).

The result of this research is, there is the influence significantly between Tax Collection with Force Letter and Tax Audit partially to the Value Added Tax Receipts.

Keywords: Tax Collection with Force Letter, Tax Audit, the Value Added Tax Receipts.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan Undang – Undang 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, setiap kegiatan penyerahan dan perolehan Barang Kena Pajak yang dilakukan Pengusaha Kena Pajak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Oleh karena itu setiap masa pajak Pengusaha Kena Pajak harus memungut, menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai-nya.

Dirjen Pajak mengatakan bahwa realisasi penerimaan PPh Tahun 2011 mencapai 99,8% dari target sebesar Rp 431,97 triliun, penerimaan PPN dan PPnBM mencapai 93,06% dari target sebesar Rp 298,44 triliun, serta penerimaan PBB mencapai 102,86% dari target sebesar Rp 29,05 triliun. Dari keseluruhan pencapaian target penerimaan pajak, maka yang paling rendah pencapaiannya adalah penerimaan PPN. Rendahnya penerimaan PPN menurut Dirjen Pajak disebabkan rendahnya kepatuhan penyetoran PPN di sektor retail (Fuad Rahmany, 2012).

Masalah lain dikemukakan oleh Menteri Keuangan (Menkeu), mengatakan dari data Ditjen Pajak, sepanjang semester I 2015, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor yang mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 13,18 persen atau sebesar Rp 74,179 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 85,433 triliun kemudian penurunan penerimaan PPN Dalam Negeri 0,46 persen atau sebesar Rp 120,534 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 121,040 triliun (Bambang Brodjonegoro, 2015).

(44)

(SKPKB) yaitu Kementerian Keuangan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dilihat dari 2011 hingga 2015 mencapai Rp 225,12 triliun, dan ada peningkatan 75,3 persen dari 2014 hingga 2015. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) merupakan pemberitahuan yang dikeluarkan Ditjen Pajak mengenai besarnya jumlah pokok pajak, kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak. Selain itu, 70 persen dari total sengketa atas hasil pemeriksaan antara WP dan Ditjen Pajak adalah mengenai pembuktian kekurangan pembayaran pajak (Edi Slamet Rianto dan Irawan, 2016).

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Penagihan dengan Surat Paksa ini telah dilakukan oleh Hazra Muda, dkk. Adapun hasil penelitian tersebut yaitu Penagihan pajak dengan ST dan SP berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN pada KPP Pratama Bitung (Hazra Muda, dkk, 2015:12). Sedangkan untuk variabel pemeriksaan pajak, hasil penelitian Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati menyatakan bahwa variabel independen Pemeriksaan pajak berpengaruh positif pada variabel dependen penerimaan PPN di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara (Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati, 2015:15).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan

Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai berikut:

1) Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada April 2015 terjadi penurunan PPN Impor dan PPN Dalam Negeri.

2) Sepanjang semester I 2015, PPN Impor yang mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 13,18 persen atau sebesar Rp 74,179 triliun dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar Rp 85,433 triliun dan penurunan penerimaan PPN Dalam Negeri 0,46 persen atau sebesar Rp 120,534 triliun dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar Rp 121,040 triliun.

3) Penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung tahun 2015 dari PPN masih belum maksimal.

4) Aturan dan metode penagihan pajak yang belum efektif.

5) Penyanderaan wajib pajak dikarenakan penagihan dengan surat paksa yang kurang efektif.

6) Hasil Pemeriksaan pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) meningkat dan menjadi sengketa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1) Seberapa besar pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2) Seberapa besar pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun penelitian dimaksudkan untuk mencari kebenaran untuk pemecahan masalah dan tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

1.4.1 Maksud Penelitian

(45)

1.5 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara akademis maupun praktis.

1.5.1 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi pada Penerimaan PPN maupun masalah pada Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan masalah Pemeriksaan Pajak. Berdasarkan teori yang dibangun dan bukti empiris yang dihasilkan, maka fenomena pada Penerimaan PPN dapat diperbaiki dengan meningkatkan penerapan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pemeriksaan Pajak.

2) Untuk masyarakat menggambarkan tingkat pemahamannya terhadap ketentuan perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemeriksa pajak dalam melaksanakan pemeriksaan pajak guna meningkatkan Penerimaan PPN.

3) Untuk pemerintah sebagai masukan untuk perbaikan Penagihan yang lebih baik dan meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak.

1.5.2 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan penelitian ini dari sisi akademis yaitu:

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta menambah ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah.

2) Ilmu pengetahuan untuk menambah referensi ilmiah mengenai masalah perpajakan yang bermanfaat pada ilmu pengetahuan dan khususnya yang akan mengadakan penelitian lanjutan dari hasil penelitian ini.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Mengkaji pustaka yang dikumpulkan oleh peneliti untuk dijadikan konsep penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dan kajian pustaka ini terdiri dari teori-teori yang mendasari konsep yang dibangun peneliti, guna memperoleh data penelitian yang akurat, relevan dan valid.

2.1.1 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Mengkaji pustaka tentang penagihan pajak dengan surat paksa dimulai dari pengertian penagihan pajak dengan surat paksa, penerbitan surat paksa, pemberitahuan surat paksa, sampai indikator penagihan pajak dengan surat paksa.

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Adapun pengertian Surat Paksa menurut Mardiasmo (2013:121) adalah:

“Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak, surat paksa sendiri mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap”.

2.1.1.4 Indikator Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Penjelasan mengenai penagihan pajak aktif menurut Erly Suandy (2011:34) adalah sebagai berikut:

Penagihan Pajak Aktif terdiri dari indikator:

(46)

3) Penyitaan adalah tindakan penagihan lebit lanjut setelah Surat Paksa. 4) Pelaksanaan lelang

Dalam hal Penagihan Pajak dengan Surat Paksa maka penulis mengangkat indikator yaitu Jumlah Nominal Surat Paksa untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

Mengkaji pustaka tentang pemeriksaan pajak dimulai dari pengertian pemeriksaan pajak, unsur-unsur pemeriksaan pajak, tujuan pemeriksaan pajak, ruang lingkup pemeriksaan pajak, jenis-jenis pemeriksaan pajak, pelaksanaan pemeriksaan pajak, sampai indikator pemeriksaan pajak.

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:244) adalah sebagai berikut:

“Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka SAS merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan.Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem SAS yang dilakukan oleh Wajib Pajak, harus berpegang teguh pada Undang-Undang perpajakan”.

2.1.2.7 Indikator Pemeriksaan Pajak

Produk hukum pemeriksaan pajak menurut Rudy Suhartono dan wirawan B.Ilyas (2012:53) salah satunya adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) diterbitkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang terutang atau kurang bayar.

Dari hasil pemikiran di atas, indikator untuk pemeriksaan pajak dalam penelitian ini adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

2.1.3 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Mengkaji pustaka tentang penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dimulai dari pengertian penerimaan Pajak Pertambahan Nilai, pengertian pajak masukan dan pajak keluaran, objek Pajak Pertambahan Nilai, subjek Pajak Pertambahan Nilai, cara dan metode penghitungan Pajak Pertambahan Nilai, sampai indikator penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai menurut Suprianto (2011:16), yaitu:

“Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dipungut/dipotong oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang berkaitan dengan transaksi penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi”.

2.1.3.5 Indikator Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Resmi (2012:5) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Dari dasar pemikiran di atas maka indikator penerimaan pajak dalam hal ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah hasil-hasil penerimaan atau jumlah penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

2.2 Kerangka Pemikiran

Penerimaan PPN menempati urutan kedua sebagai jenis pajak terbesar dalam penerimaan pajak di Indonesia, dan tiap tahunnya mengalami peningkatan. Sampai saat ini keberadaan PPN kedudukannya penting bagi penerimaan negara (Rohmasari Sitio,2015). Namun pada kenyataannya utang pajak yang belum dilunasi sering dihadapi karena peningkatan jumlah tunggakan pajak masih belum bisa diimbangi oleh kegiatan pencairan. Telah dilakukan berbagai tindakan penagihan pajak oleh fiskus terhadap Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak dengan penagihan pasif maupun aktif.

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)

(47)

efektif dan efisien, meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak, meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai konsekuensi pemungutan pajak di Indonesia, Secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan negara dari pajak”.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Penagihan Pajak dengan Surat Paksa berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

H2: Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Metode penelitian terdiri dari prosedur, strategi dan teknik pengumpulan dan analisis data. Metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.

3.1.1 Metode-metode yang Digunakan

Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2012:2) adalah sebagai berikut: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Sedangkan menurut Umi Narimawati (2010:29): “Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana data variabel independen (X1) Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, (X2) Pemeriksaan Pajak dan variabel dependen (Y) Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai yang memiliki skala rasio.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan para ahli, maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dan verifikatif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan hasil penelitian, sedangkan metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan para ahli mengenai keterkaitan antara penagihan pajak dengan surat paksa, pemeriksaan pajak, dan penerimaan PPN.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah variabel penelitian Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pemeriksaan Pajak pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Majalaya dengan unit observasi atau tempat penelitian di unit analisis yaitu pada bagian Penagihan, Pemeriksaan dan Penerimaan.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Hipotesis yang diajukan diuji melalui variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

1) Variabel Independen atau Variabel Bebas

Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, variabel independen (X) adalah Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (X1) dan Pemeriksaan Pajak (X2). Penagihan pajak dengan surat paksa dapat dikatakan sebagai suatu wujud tindakan lanjutan setelah surat teguran guna memaksa wajib pajak yang masih menunggak pajak untuk segera melunasi utang pajaknya.

(48)

2) Variabel Dependen atau Variabel Terikat

Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel dependen (Y) adalah Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat dikatakan sebagai suatu ukuran/jumlah penerimaan yang diterima negara dari salah satu jenis pajak yaitu PPN yang merupakan suatu jenis pajak tidak langsung, dikarenakan ada bentuk pengalihan pajak kepada pihak lain yaitu pembeli.

Berikut ini penjelasan lebih rinci mengenai operasionalisasi variabel melalui Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel.

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Pada subbab ini menjelaskan sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu sekunder dan primer. Dan metode yang digunakan dalam mengumpulkan data berupa penelitian ke lapangan dan studi kepustakaan.

3.3.1 Sumber Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Research). Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dengan cara:

a) Observasi (Pengamatan Langsung) b) Dokumen-dokumen

2) Penelitian Kepustakaan (Library Reseach)

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelaah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti.

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu data 10 tahun pada Kantor Pelayanan Pajak Majalaya lalu sampel yang diambil yaitu data 5 tahun pada Kantor Pelayanan Pajak Majalaya dan tempat penelitian berada di Jalan Peta Bandung serta waktu penelitian yang akan dijabarkan pada subbab waktu penelitian.

3.4.1 Populasi

Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah data 10 tahun pada Kantor Pelayanan Pajak Majalaya, yaitu data jumlah nominal Surat Paksa yang terbit, jumlah nominal Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang terbit dan jumlah realisasi penerimaan PPN.

3.4.2 Sampel

Dalam penelitian ini sampel dipilih berdasarkan nonprobability sampling dan purposive sampling. NonProbability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam NonProbability ini antara lain: Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling (Sugiyono, 2012:84). Menurut Sugiyono

(2013:2018-219): “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

(49)

3.4.3.2 Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini waktu yang diambil adalah dari bulan Maret sampai dengan selesai.

3.5 Metode Pengujian Data

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah seberapa besar pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Berikut adalah metode pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Pengujian Asumsi Klasik

Di dalam penggunaan analisis linear berganda, diperlukan beberapa pengujian asumsi klasik. Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti terdiri atas:

a. Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut: “Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.

a. Uji Multikolinearitas

Menurut Husein Umar (2011:177) mendefinisikan uji multikolinieritas sebagai berikut: “Multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen”.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Husein Umar (2011:179) mendefinisikan uji heteroskedastisitas sebagai berikut: “Heteroskedastisitas adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain”.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011:110).

3.6 Metode Analisis Data

1. Rancangan Analisis

Analisis yang penulis gunakan terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode analisis deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif) dengan pendekatan kuantitatif.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan di atas adalah sebagai berikut: 1) Analisis Regresi Linier Berganda

Adapun pengertian analisis regresi linear berganda menurut Menurut Sugiyono (2011:277) sebagai berikut: “Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya)”.

Persamaan analisis regresi linier berganda secara umum untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2

(50)

α = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2= 0)

β1 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terikat Y, apabila variabel bebas X2 diangap konstan.

β2 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terikat Y, apabila variabel bebas X1

diangap konstan.

X1 = Penagihan Pajak dengan Surat Paksa X2 = Pemeriksaan Pajak

2) Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen.

3) Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (X1) dan Pemeriksaan Pajak (X2) terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Y) dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu:

KD = r² x 100%

Sumber : Umi Narimawati (2010:50) Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi

r 2 = Kuadrat Koefisien Korelasi

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y. Adapun langkah- langkah pengujiannya sebagai berikut: 1. Pengujian Secara Parsial

Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan dari variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), selanjutnya pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t sebagai berikut:

a. Rumus uji t yang digunakan adalah:

Hasilnya bandingkan dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf signifikansi 5%.

b. Hipotesis

H01 ; ρ = 0, Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tidak berpengaruh signifikan terhadap

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

H11 ; ρ ≠ 0, Penagihan Pajak dengan Surat Paksa berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

H02; ρ = 0, Pemeriksaan Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai.

H12; ρ ≠ 0, Pemeriksaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai. c. Menentukan tingkat signifikan.

Gambar

Tabel 2.1 Tindakan, Alur dan Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Gambar 4.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Grafik KandunganTSS Sungai Enim Berdasarkan dari Gambar 4.7 menunjukkan bahwa pada air permukaan Sungai Enim mengalami penurunan nilai TSS setelah perlakuan dengan

• Rencana untuk melaksanakan tindakan.. mencerminkan upaya tindakan yang akan dilakukan. c. singkat, jelas dan mudah dipahami 2. Latar

Tujuan dari penyediaan area hotspot di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang adalah untuk memberikan kemudahan akses informasi bagi pengguna yang dapat

Setelah dilakukan perakitan dan mesin telah siap digunakan, maka dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan langsung pada penanaman benih jagung. Sewaktu melakukan

Hal ini menunjukkan bahwa Ha 1 diterima, yang artinya variabel bebas brand equity, yang terdiri dari brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand

Untuk membangun sebuah fire hydrant supaya prinsip kerja fire hydrant dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan kontraktor dan engineering yang berpengalaman.

Hanya Anda yang tahu apa yang ingin Anda ciptakan, hanya Anda yang bisa benar-benar memvisikan apa yang Anda inginkan, hanya Anda yang bisa melibatkan semua indera Anda

Apabila peserta yang diundang ada yang tidak lulus evaluasi teknis/harga setelah dilakukan klarifikasi maka pokja akan mengundang peserta berikutnya sesuai urutan penawaran