Asuhan Keperawatan Pada An. S dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur
di RSUD. dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
ZULHAMLI PURBA
112500051
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
“Bismillahhirrohmannirohim”
Sembah sujud syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan hanya izinnya dan
ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada An. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Istirahat dan Tidur Di
RSU dr. Pirngadi”.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwasannya makalah ini jauh
dari kesempurnaan, baik isi dan makna maupun tata bahasa dan tata cara penulisannya.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Keperawatan
di Program Studi DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu Roxana Devi Tumanggor selaku dosen pembimbing dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini dimana beliau telah meluangkan waktunya dan kesempatanya
untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, Ns, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, M.Kep selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Ikhsannudin A Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua Prodi DIII Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
7. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas IlmuKeperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.
Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan
penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Terutama sekali sembah sujud ananda serta ucapan terima kasih yang sangat
mendalam ananda persembahkan kepada kedua orang tua, Ayah (Yusmail Purba)
dan Omak (Farida Hanum Damanik) yang telah mendidik dan membesarkan
ananda dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dan juga do’a yang tak pernah
henti-hentinya serta dukungan baik moril maupun materil serta do’a tulusnya
sehingga ananda sukses dalam menempuh perkuliahan ini, ananda berjanji tidak
akan menyia-nyiakan pengorbanan ayahanda dan ibunda. Semoga ALLAH SWT
selalu memudahkan rezeki, dan selalu melindungi ayah omakku, Amiiin.
2. Kepada teman seperjuangan KTI Yohana Tambunan dan Melissa Sidabutar yang
telah bersama-sama membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini..
3. Kepada sahabat-sahabatku: Rama Sadrakh Situmorang, Oinike siahaan dan
Januardi Nababan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini meskipun jauh disana.
4. Kepada teman-teman seperjuangan tim kampret: Anas Calendar, Amar Anak Ajaib,
Wak Afis, Exodus, Zulfadly Si Fal, Dana Puang, Jefry yang telah banyak
membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini
5. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan Khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang
telah mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita
semua dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi kita semua. Amin.
Medan, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 2
BAB II Pengelolaan Kasus ... 4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah ... 4
1. Pengkajian ... 13
2. Rumusan Masalah ... 15
3. Diagnosa Keperawatan ... 17
4. Perencanaan ... 17
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 19
1. Pengkajian ... 19
2. Analisa Data ... 26
3. Rumusan Masalah ... 27
4. Perencanaan ... 28
5. Implementasi ... 31
BAB III Pembahasan ... 35
BAB IV Kesimpulan dan Saran ... 36
A. Kesimpulan ... 36
B. Saran ... 36
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa, dan akibat yang ditimbulkan oleh gangguan tersebut dapat berakibat
fatal karena berisiko tinggi untuk merugikan dan merusak diri pasien sendiri, orang lain
disekitarnya dan juga lingkungan (Purba, 2012).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, halusinasi sering diidentikan dengan skizofrenia. Dari seluruh
klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi (Purba, 2012). Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren
persepsi palsu (Praptoharsoyo), 2012).
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali dengan pemenuhan kebutuhan
fisiologis yang meliputi oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit, personal hygiene,
istirahat dan tidur. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien dengan halusinasi
dapat berupa isi dari halusinasinya seperti klien mendengar suara-suara atau kegaduhan,
mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, mendengar sura yang meminta
klien melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat bayangan yang menakutkan,
marah-marah tanpa sebab dan terkadang menangis, yang mana itu berlangsung setiap hari atau
sering dalam frekuensi yang lama, sehingga klien tampak tegang dan tidak bisa
berkonsentrasi untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari (Purba, 2011).
Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang sama, tetapi ada kalanya
satu kebutuhan lebih penting bagi seseorang dari pada kebutuhan lainnya. Kebutuhan
istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang.
Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur
yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh memerlukan proses pemulihan
untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal
(Asmadi, 2008).
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola
sehingga perawat perlu berupaya untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur klien (Asmadi, 2008).
Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu yang sakit diperlakukan untuk
mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai
kompetensi yang baik terkait dengan istriahat dan tidur (Asmadi, 2008).
Berdasarkan peristiwa diatas maka penulis tertarik untuk membahas asuhan
keperawatan pada pasien skizofrenia yang terganggu kebutuhan dasar istirahat dan
tidurnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah kebutuhan dasar
istirahat dan tidur khususnya pada An.S di ruang (Ruang Rawat Gabung) RRG di RSU
dr. Pirngadi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada An.S dengan masalah kebutuhan
dasar istirahat dan tidur
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.S dengan masalah
kebutuhan dasar istirahat dan tidur
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An.S dengan
masalah kebutuhan dasar istirahat dan tidur.
d. Mampu melakukan implementasi pada An.S dengan masalah kebutuhan
dasar istirahat dan tidur.
e. Mampu melakukan evaluasi pada An.S dengan masalah kebutuhan dasar
istirahat dan tidur.
1.3 Manfaat
a. Bagi Praktik Keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat asuhan
keperawatan yang sistematis dan sesuai dengan konsep keperawatan.
b. Bagi Pendidikan Keperawatan
c. Bagi Kebutuhan Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Istirahat dan Tidur 2.1.1 Definisi
Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai,
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan
diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks,
tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (Asmadi, 2008). Istirahat adalah
suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi
lebih segar (Asmadi, 2008).
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat, Narrow (1967), yang dikutip
oleh Potter dan Perry (1993), mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan
dengan istirahat, diantaranya:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya.
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau dimanapun.
Juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain.
c. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
d. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.
e. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukan.
Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas
dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala
kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan
keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien
tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas, maka kebutuhan istirahatnya masih
belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan
terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati hati
tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika
memungkinkan (Alimul, 2006).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tujuan seseorang tidur
tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan
mental emosional, fisiologis dan kesehatan.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda
sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Aktifitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubahan- perubahan proses fisiologis tubuh, dan
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,
perubahan tersebut antara lain (Amadi, 2008):
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi.
b. Dilatasi pembuluh darah perifer.
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastroinstestinal.
d. Relaksasi otot-otot rangka.
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%
2.1.2 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons
(Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS
akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat
diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik
otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan
electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto & Wartonah,
2006).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan
bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini
mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS
memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus
dari korteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan
serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur
synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya
bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha
dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat
itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).
2.1.3 Tahapan Tidur
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak,
otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu non rapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang
terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur
Tahapan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu :
1. Tahapan tidur NREM
a. NREM tahap I
a) Tingkat transisi
b) Merespons cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
d) Mudah terbangun dengan rangsangan
e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. NREM tahap II
a) Periode suara tidur
b) Mulai relaksasi otot
c) Berlangsung 10-20 menit
d) Fungsi tubuh berlangsung lambat
e) Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM tahap III
a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
b) Sulit dibangunkan
c) Relaksasi otot menyeluruh
d) Tekanan darah menurun
e) Berlangsung 15-30 menit
d. NREM tahap IV
a) Tidur nyenyak
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
d) Sekresi lambung menurun
e) Gerak bola mata cepat
2. Tahapan tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam
3. Karakteristik tidur REM
a. Mata : cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi : cepat dan reguler
e. Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi
f. Sekresi gaster : meningkat
g. Metabolisme : meningkat, temperatur tubuh naik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus tidur : sulit dibangunkan
2.1.4 Siklus Tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit,
tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu
jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap
siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola
siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan
tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya
mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005).
Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan
memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama
akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke
tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk
interval pendek antara NREM tingkat 2, 3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah
waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi. Perubahan tahap ke tahap cenderung
menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung
terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cenderung bertahap (Closs,
2.1.5 Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991), tidur dipercaya
mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988,
dalam Potter & Perry, 2005).
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur
gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon
pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus
seperti sel otak (Home, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm, 1988 dalam
Potter & Perry, 2005).
Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan
dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal,
peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu
penyimpanan memori dan pembelajaran (Potter & Perry, 2005). Secara umum, ada dua
efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang dapat memulihkan kepekaan
dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh dengan
memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh (Hidayat, 2006).
2.1.6 Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok
usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang
lain membutuhkan 10 jam.
Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu :
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
yaitu :
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur
atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan
seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
4. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a. Diuretik : menyebabkan insomnia
b. Antidepresan : menyupresi REM
c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik
d. Narkotika : menyupresi REM
2.2 Gangguan Tidur
2.2.1 Pengertian Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut: insomnia adalah gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari
(Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).
2.2.2 Klasifikasi Gangguan Tidur
Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu:
1. Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau susah
tidur. Insomnia ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: pertama initial insomnia yang
merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, karena selalu
terbangun pada malam hari dan ketiga terminal insomnia merupakan ketidakmampuan
2. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter &
Perry, 2005).
Ada tiga jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang
mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan campuran yang mempunyai
komponen apnea sentral dan obstruktif.
Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep
apnea/OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorokan rileks
pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran
udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault, 1994). The National Commission on Sleep Disorders Research (1993),
memperkirakan bahwa 18 juta orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik
untuk OSA.
Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang
signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang
hari, serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.
3. Narkolepsi
Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat tidur
dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, dan lain-lain (Alimul, 2012).
4. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat
insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit bernapas,
atau nyeri), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan
keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait
dengan waktu kerja.
Deprivasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidak
konsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat
terjadi perubahan urutan siklus tidur normal dant terjadi deprivasi tidur kumulatif.
5. Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur
seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak
2.3 Asuhan Keperawatan pada Masalah Istirahat dan Tidur 2.3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ini antara
lain: riwayat tidur, gejala klinis, dan penyimpangan dari tidur (Tarwoto dan Wartonah,
2010).
1. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur
di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan
sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur,
dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan
stimulan, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan
apakah ada perubahan pola tidur.
2. Gejala klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala.
3. Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan
auditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi,
serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur.
Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi
keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah
kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa
kesulitan untuk tidur mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur, dan
merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya
jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat
tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence, 2001):
1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?
2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?
3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?
4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?
6. Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau
pertemuan, atau ketika kamu menonton TV atau film?
Evaluasi klien apakah banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan kamar
tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan di dalam siklus tidur.
Pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence, 2001):
1. Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?
2. Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?
3. Adakah perubahan di lingkungan kamu (tetangga, lalu lintas) yang bisa
mempengaruhi tidur?
Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi
pendukung kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu
(Noreen & Lawrence, 2001):
1. Apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas akan
suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang?
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut
Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
1. Riwayat keperawatan
a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar saat
bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c. Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur
d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
c. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
3. Pemeriksaan diagnostik menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
a. Elektroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur aktivitas listrik
dalam korteks serebral (otak).
b. Elektromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot.
c. Elektrookulogram (EOG) adalah alat untuk mengukur gerakan mata dan
memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.
2.3.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari kebutuhan dasar istirahat dan tidur (Funnel, dkk. 2005) dan
(Potter & Perry, 2005), maka dapat diuraikan masalah keperawatan dengan skema
Gangguan pola tidur Faktor eksternal :
• Bising - Bising
• Bau gas
• Pencahayaan
• Kurang kontrol tidur
Deprivasi tidur Tidak tidur dalam
waktu yang lama
Insomnia Faktor fisiologis :
• Tidur terputus
• Ketakutan
• Merenung
sebelum tidur Gangguan istirahat dan tidur
Gaya hidup
• Merokok
• Begadang
• Tidur tidak teratur
• Narkoba
Stress
• Kecemasan
• Susah tidur
• Frustasi
• Sering terbangun
dimalam hari
SAR/Sistem Aktivitas Reticular BSR/Bulbar Synchronizing Region
Katekolamin
katekolamin disekresikan untuk merespon kondisi stress fisik atau
mental (ex : norepinefrin)
Mempertahankan kewaspadaan dan terjaga Tertidur
Serotonin
Serotonin adalah neurotransmitter, zat kimia yang digunakan untuk
2.3.3 Diagnosa Keperawatan
Ketika mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan, perawat harus
memastikan bahwa batasan karakteristik tertentu yang tepat dalam data dasar
pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah informasi yang diperoleh selama pengkajian
proses keperawatan. Keakuratan diagnosis tergantung pada penilaian yang mendalam
(Fortinash, Holaday, Worret, 2000).
Fortinash dan Holoday-Worret (2000), mengatakan bahwa diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien skizofrenia adalah:
1. Gangguan komunikasi verbal
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Risiko bunuh diri
4. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri
5. Risiko perilaku kekerasan pada orang lain
6. Gangguan proses pikir
7. Isolasi sosial
8. Gangguan proses keluarga
9. Kurang perawatan diri: mandi, berpakaian, makan/minum, buang air kecil dan
buang air besar.
Berdasarkan Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan yang muncul pada
pengkajian kebutuhan dasar istirahat tidur adalah:
1. Gangguan pola tidur
2. Deprivasi tidur
3. Insomnia
2.3.5 Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.
Perencanaan keperawatan berhubungan dengan cara untuk mempertahankan
kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Rencana tindakan (Potter & Perry 2010), antara lain:
1. Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Coba untuk memicu tidur (induce sleep).
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus
Pengkajian dalam laporan karya tulis ilmiah ini menggunakan format yang telah
ditentukan seperti berikut ini.
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI MEDAN
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 15 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Dame Gg. Famili Ling.13,
Kec. Medan Amplas
Tanggal Masuk RS : 28-05-2014
No. Register : -
Ruangan/Kamar : RRG (Ruang Rawat Gabungan)/3
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 03-06-2014
Tanggal Operasi : Klien tidak melakukan operasi
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
II. KELUHAN UTAMA :
Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan hitam, klien juga
mengatakan sulit tidur.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami: tidak ada.
D. Lama dirawat: klien dirawat di rumah sakit pirngadi selama 2 minggu. E. Alergi: klien tidak mempunyai alergi.
F. Imunisasi: imunisasi klien tidak lengkap.
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua: kedua orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit. B. Saudara kandung: klien memiliki empat saudara kandung. Keempat
saudara klien tidak memiliki penyakit.
C. Penyakit keturunan yang ada: tidak ada penyakit keturunan di keluarga klien.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: klien tidak memiliki saudara ataupun keluarga yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang dialami klien.
E. Anggota keluarga yang meninggal: tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal.
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien terhadap penyakitnya: klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
B. Konsep diri
- Gambaran diri: klien mengatakan tubuhnya tetap seperti biasa dan
menerima apa yang ada pada dirinya.
- Ideal diri: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan keluar dari
rumah sakit.
- Harga diri: klien berhubungan baik dengan keluarga.
- Peran diri: klien sebagai anak dalam keluarga
- Identitas: klien sebagai anak pertama dalam keluarga
C. Keadaan emosi: terkontrol dengan baik, ketika klien diajak berbicara, klien dapat mengontrol emosinya
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti: klien mengatakan dekat dengan ibunya.
- Hubungan dengan keluarga: klien mengatakan dekat dengan
- Hubungan dengan orang lain: klien menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain, terutama sesama pasien di ruangan.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien tidak
mengalami hambatan berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan: klien selalu berdoa disaat pagi dan malam hari
dengan harapan cepat sembuh.
- Kegiatan ibadah: klien hanya berdoa di tempat tidur.
VI. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran: bingung/orientasi
- Penampilan: klien berpakaian tidak rapi terlihat dari rambut klien
yang acak-acakan
- Pembicaraan: selama wawancara klien mudah diajak berbicara,
namun ketika menjawab pertanyaan agak lambat.
- Alam perasaan: klien tampak lesu dan tidak bersemangat
- Afek: afek klien datar
- Interaksi selama wawancara: selama wawancara dengan klien, kontak
mata kurang.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum: klien mengatakan tidak mau mandi dan apabila klien mandi, klien sering menggigil dan klien juga mengatakan susah tidur,
penampilan klien dari cara berpakaian tidak rapi, keringat berbau, kuku
tangan dan kaki tampak hitam, dan rambut klien jika disentuh lengket.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,5 0C
- Tekanan darah : 110/70 mmhg
- Nadi : 64 x/m
- Pernafasan : 22 x/m
- TB : 145 cm
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
− Bentuk : bentuk kepala bulat
− Ubun-ubun : normal, tidak ada ditemukan
adanya tonjolan
− Kulit kepala : kurang bersih
Rambut
− Penyebaran dan keadaan rambut : rambut klien normal
− Bau : berbau keringat
− Warna kulit : hitam
Wajah
− Warna kulit : warna kulit wajah klien hitam
− Struktur wajah : simetris, tulang pipi tampak
menonjol
Mata
− Kelengkapan dan kesimetrisan : kedua mata lengkap dan tidak
simetris
− Palbebra : normal, tidak ditemukan adanya
kelainan
− Konjungtiva dan sclera : normal, tidak ada ditemukan
adanya pucat dan ikterik
− Pupil : diameter pupil normal, reaksi
terhadap cahaya baik.
− Cornea dan iris : tidak ditemukan adanya kelainan
− Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
− Tekanan bola mata : normal, mata kanan dan mata kiri
Hidung
− Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ditemukan adanya
kelainan dan letaknya di medial
− Lubang hidung : normal dan simetris
Telinga
− Bentuk telinga : bentuk antara telinga kanan dan
kiri normal
− Ukuran telinga : ukuran antara telinga kanan dan
kiri simetris
− Lubang telinga : tidak ditemukan adanya kelainan
pada lubang telinga, adanya
serumen pada lubang telinga
− Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran lambat
Mulut dan faring
− Keadaan bibir : bibir tampak kering
− Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi terlihat kurang
bersih
− Keadaan lidah : lidah tampak bersih
− Orofaring : tidak ditemukan adanya kelainan
Leher
− Posisi trachea : posisi trachea normal di bagian
medial
− Thyroid : tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada thyroid
− Suara : normal dan jelas
− Kelenjar limfe : tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada kelenjar
limfe
− Vena jugularis : tidak ditemukan adanya
pembesaran pada vena jugularis
− Denyut nadi karotis : denyut nadi karotis teraba
Pemeriksaan integumen
− Kebersihan : kurang bersih
− Kehangatan : suhu tubuh dalam keadaan
normal
− Warna : kulit berwarna hitam
− Kelembaban : kulit tampak kering
− Kelainan pada kulit : tidak ditemukan adanya kelainan
pada kulit
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan : 3 x/hari
- Nafsu/selera makan : nafsu makan klien baik, klien makan
dengan jadwal yang teratur pagi, siang, dan sore
- Nyeri ulu hati : tidak ditemukan adanya nyeri ulu hati
- Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi
- Mual dan muntah : klien tidak mengalami ataupun merasakan
mual dan muntah
- Tampak makan dan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa): klien
tidak pernah memisahkan diri dengan orang lain pada saat makan.
- Waktu pemberian makan : pagi, siang dan malam
- Jumlah dan jenis makanan: jumlah makan klien 1 porsi dan jenis
makanan klien nasi
- Waktu pemberian cairan/minum: tidak ditentukan, sesuai dengan
kebutuhan klien.
- Masalah makan dan minum: klien tidak mengalami kesulitan dalam
menelan dan mengunyah makanan.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh: kebersihan tubuh klien kurang, karena klien mandi
tidak menggunakan sabun mandi
- Kebersihan gigi dan mulut: gigi dan mulut tampak bersih
- Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku tangan dan kaki klien
tampak panjang dan kurang bersih.
III. Pola kegiatan/aktivitas
Mandi dan makan dilakukan klien secara mandiri, eliminasi bowel
dilakukan sekali sehari secara mandiri, eliminasi urine 6x sehari, ganti
pakaian 2x sehari dilakukan sebahagian karena dibantu ibu kandung
IV. Pola eliminasi 1. BAB
− Pola BAB : 1 x/hari
− Karakter feses : lembek
− Riwayat perdarahan : tidak ditemukan adanya kelainan
− BAB terakhir : sehari yang lalu
− Diare : klien tidak mengalami diare
− Penggunaan laksatif : tidak menggunakan laksatif
2. BAK
− Pola BAK : 4-5 kali sehari
− Karakter urin : tidak dilakukan pemeriksaan
− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: tidak ditemukan nyeri/rasa
terbakar/kesulitan BAK
− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: tidak ada riwayat
penyakit ginjal
− Penggunaan diuretic : tidak menggunakan diuretik
− Upaya mengatasi masalah : tidak ditemukan adanya masalah
V. Mekanisme koping
2.4.1 Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan 1. DS :
- Klien mengatakan sering melihat
bayangan hitam sehingga klien
sulit tidur
DO:
- Klien tampak cemas
- Terlihat lingkaran hitam dibawah
mata
- Mata klien tampak bengkak
karena kurang tidur
- Tampak lemas dan gelisah
Gangguan persepsi
- Klien mengatakan jika melihat
air klien merasa menggigil
DO :
- Klien tampak menggigil
- Klien terlihat kotor, berbau,
- Penampilan klien tidak rapi
karena rambut klien acak-acak
kan, jika disentuh lengket
- Keringat berbau
- Kuku tangan dan kaki hitam
2.4.2 Rumusan Masalah
1. Deprivasi Tidur
2. Pengabaian Diri
Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Deprivasi tidur berhubungan dengan halusinasi penglihatan ditandai dengan klien
mengatakan sering melihat bayangan hitam sehingga pasien sulit tidur dan klien
tampak cemas, terlihat lingkaran hitam dibawah mata klien, mata klien tampak
bengkak, klien juga tampak lemas dan gelisah.
2. Pengabaian diri berhubungan dengan ketidakmauan untuk mandi dan
membersihkan diri ditandai dengan klien tampak menggigil ketika mau mandi,
penampilan tidak rapi kotor karena rambut klien acak-acak kan, jika disentuh
2.4.3 Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Hari/Tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Senin/
02 Juni 2014
Deprivasi
Tidur
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Klien akan mampu menunjukkan tidur/Sleep dengan
skala 3 pada indikator :
1. Perasaan segar setelah tidur (skala 3)
2. Pola dan kualitas tidur (skala 3)
3. Rutinitas tidur (skala 3)
4. Jumlah waktu tidur yang terobservasi (skala 3)
5. Terjaga pada waktu yang tepat (skala 3)
Rencana Tindakan Rasional Nic : Peningkatan tidur/Sleep
Enhancement dengan aktivitas:
1. Lakukan masalah
gangguan tidur pasien,
karakteristik, dan
penyebab kurang tidur.
2. Lakukan Persiapan untuk
tidur seperti pada jam 9
malam sesuai dengan pola
tidur pasien.
3. Keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih, dan
bantal yang nyaman.
4. Tingkatkan aktivitas
sehari-hari dan kurangi
aktivitas sebelum tidur.
5. Pengetahuan kesehatan:
jadwal tidur mengurangi
stres, cemas, dan latihan
relaksasi.
2. Mengatur pola
tidur
3. Meningkatkan
tidur
4. Mengurangi tidur
5. Meningkatkan
Hari/Tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Dalam waktu 1x8 jam klien akan mampu mempertahan
kan tindakan untuk meningkatkan kesehatan perilaku/
Health Promoting Behavior yang dibuktikan dengan
skala 3 pada indikator :
1. Klien mampu melakukan prilaku hidup sehat secara
rutin (skala 3).
2. Klien akan mampu memonitor prilaku pribadi yang
dapat menyebabkan faktor risiko (skala 3).
Rencana Tindakan Rasional Manajemen perilaku/behavior
management :
1. Pertahankan tanggung jawab
pasien atas perilakunya
2. Bantu menetapkan perubahan
yang konsisten dalam
lingkungan dan perawatan
rutin
3. Gunakan nada bicara yang
rendah saat berkomunikasi
dengan klien
Bantuan Perawatan Diri Mandi/
Self - Care Assistance Bathing
1. Menentukan jumlah dan
jenis bantuan yang
dibutuhkan.
1. Klien akan dapat
mempertahankan
rutinitas
perawatan diri
2. Perubahan yang
konsisten dalam
lingkungan akan
mencegah
terjadinya faktor
resiko penyakit.
3. Nada bicara yang
rendah
memperlihatkan
sikap teraupetik
pada pasien.
1. Memotivasi klien
2. Memfasilitasi sikat gigi
pasien yang sesuai.
3. Mempertahankan
kebersihan.
2. Kebersihan diri
klien menjadi
baik.
3. Kebersihan diri
semakin
2.4.4 Pelaksanaan Keperawatan
Hari/Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Senin/
02 Juni 2014
Deprivasi
Tidur
1. Mengkaji masalah ganguan
tidur pasien, karakteristik,
dan penyebab kurang tidur.
2. Mempersiapkan Klien untuk
tidur malam seperti pada jam
9 malam sesuai dengan pola
tidur pasien
3. Memberi posisi tempat tidur
yang nyaman, bersih, dan
bantal yang nyaman.
4. Meningkatkan aktivitas
sehari-hari dengan
mengurangi aktivitas
sebelum tidur.
5. Memberikan pengetahuan
kesehatan.
S :
- Klien mengatakan
sulit untuk tidur
karena sering
melihat bayangan
hitam ketika mau
tidur
O :
- Klien tampak
cemas
- Tampak lingkaran
hitam dibawah
dengan skala 3
peningkatan tidur
yang dilakukan
2. Klien akan
mampu
menunjukkan
pola dan kualitas
tidur yang baik
dengan skala 3
dengan
peningkatan tidur
yang dilakukan
3. Klien akan
mampu
menunjukkan
rutinitas tidur
yang baik dengan
skala 3 dengan
peningkatan tidur
dengan skala 3
pada waktu yang
tepat dengan
skala 3 dengan
peningkatan tidur
tanggung jawab pasien
atas perilakunya
2. Membantu menetapkan
perubahan yang konsisten
dalam lingkungan dan
perawatan rutin
3. Menggunakan nada bicara
yang rendah
Bantu Perawatan Diri Mandi/Self-
Care Assistance Bathing.
1. Menentukan jumlah dan
jenis bantuan yang
dibutuhkan
2. Memfasilitasi sikat gigi
pasien yang sesuai
3. Mempertahankan
tidak rapi karena
rambut klien
acak-acak kan,
jika disentuh
lengket, kuku
tangan dan kaki
tampak hitam.
A :
- Masalah
P :
- Intervensi
dilanjutkan
1. Klien mampu
melakukan
perilaku hidup
sehat secara rutin
dengan skala 3
dengan
manajemen
perilaku yang
dilakukan
2. Klien akan
mampu
memonitori
perilaku pribadi
yang dapat
menyebabkan
faktor risiko
dengan skala 3
dengan
manajemen
BAB III PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pengelolaan kasus, diagnosa
keperawatan yang muncul adalah:
1. Deprivasi tidur
2. Pengabaian diri
Berdasarkan kasus, diagnosa deprivasi tidur sudah sesuai dengan teori dan literature
yang ada. Fortinash dan Holoday-Worret (2000), menyatakan bahwa bahwa
kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien skizofrenia dengan halusinasi adalah
komunikasi verbal yang tergangggu, ketidakefektifan koping individu, resiko bunuh
diri, resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan pada orang lain, gangguan proses
pikir, isolasi sosial dan kurang perawatan diri : mandi, berpakaian atau berhias, makan
dan eliminasi. Sedangkan, Potter & Perry (2005), menyatakan bahwa diagnosa yang
muncul adalah deprivasi tidur, namun pengabaian diri tidak muncul dalam teori
walaupun sesuai dengan pengelolaan kasus di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan
Hal ini dikarenakan diagnosa self neglect/pengabaian diri dikatakan sebagai
diagnosa keperawatan baru yang dimunculkan pada tahun 2009. Penelitian yang
dilakukan oleh Gibbons, Lauder dan Ludwick (2006), self neglect/pengabaian diri
dikatakan sebagai diagnosa keperawatan baru yang dimunculkan pada tahun 2009.
Sehingga, diagnosa keperawatan pengabaian diri tidak ditemui di literature literature
terbitan tahun sebelum 2009. Diagnosa pengabaian diri merupakan diagnosa yang
digunakan untuk menggambarkan masalah keperawatan dan dampaknya pada kesehatan
dan kesejahteraan orang-orang yang mengabaikan dirinya.
Karena itu, literatur-literatur lama dengan kasus Skizofrenia maupun pemenuhan
kebutuhan dasar tidur, tidak mencantumkan pengabaian diri sebagai diagnosa
keperawatan walaupun terdapat di kasus. Sehingga, gejala pengabaian diri baru bisa
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada An.S Dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur dengan melakukan pembahasan kesenjangan
antara teoritis dengan kasus, maka pada kesempatan ini penulis menaarik beberapa
kesimpulan dan memberikan beberapa saran sesuai dengan penerapan proses
keperawatan yang penulis lakukan pada klien sebagai berikut :
3.1 Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian data yang ditemukan pada klien An.S dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur, klien mengatakan sering melihat
bayangan-bayangan hitam, klien juga mengatakan sulit tidur, TD: 110/70,
Temp: 36,5oc, HR: 64x/menit, RR: 22x/menit, klien mengatakan tidak mau
mandi dan apabila klien mau mandi, klien sering menggigil klien juga
mengatakan sulit tidur, klien tampak gelisah dan cemas.
2. Setiap masalah keperawatan yang ditemukan pada An.S dibuat suatu
perencanaan untuk memecahkan masalah yang disusun sesuai dengan
perencanaan dan prioritas masalah serta dengan sarana dan fasilitas yang
tersedia dirumah sakit
3. Implementasi yang dilakukan penulis pada An.S sesuai dengan rencana tindakan
yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan sarana dan fasilitas yang ada
dirumah sakit.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi rumah sakit
− Agar peran perawat lebih mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan dasar istirahat dan tidur sehingga dapat mencegah
masalah kebutuhan dasar istirahat dan tidur yang lebih buruk.
2. Bagi Institusi Pendidikan
− Agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan
pada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan
keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang
3. Bagi Klien dan Keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat selama proses
pemberian asuhan keperawatan, diharapakan klien perlu memperhatikan pola
istirahat tidur klien agar klien dapat tidur dengan tenang dan jam istirahat tidur
klien terpenuhi, dan dapat meningkatkan kesehatan bagi diri, keluarga maupun
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses dan Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Bulecheck, G, Butcher, H & McClskey Dochterman, J. (2008). Nursing Interventions Classifications (NIC), 5rd edition, st. Louis, Mosby Elsevier.
Fortinash & Woret, H. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing. St. Louis: Mosby.
Herdman, H. (2012). Diagnosis Keperawatan: defenisi dan klasifikasi 2012-2014. Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC
Moorhead, Jhonson, Maas. 2003. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby-Year Book.
Moorhead, S, Johnson, M & Maas, M. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC), 3rd edition, st. Louis, Mosby.
Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarata : EGC.
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto dan Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari
/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi Deprivasi
1 Mengkaji masalah
ganguan tidur pasien,
karakteristik, dan
penyebab kurang tidur.
2 Mempersiapkan Klien
untuk tidur malam
seperti pada jam 9
malam sesuai dengan
pola tidur pasien
3 Memberi posisi tempat
tidur yang nyaman,
bersih, dan bantal yang
nyaman.
4 Meningkatkan aktivitas
sehari-hari dengan
hitam ketika mau
1 Klien akan
merasakan
segar setelah
tidur dengan
skala 3 dengan
peningkatan
dengan skala 3
dengan
dengan skala 3
terobservasi
dengan skala 3
dengan
skala 3 dengan
peningkatan
tanggung jawab pasien
atas perilakunya
2 Membantu menetapkan
perubahan yang
konsisten dalam
lingkungan dan
perawatan rutin
3 Menggunakan nada
bicara yang rendah
16.00
WIB
Bantu Perawatan Diri
Mandi/ Self - Care
Assitentance Bathing.
4. Menentukan jumlah
dan jenis bantuan
yang dibutuhkan
5. Memfasilitasi sikat
gigi pasien yang
sesuai
nya tidak rapi
karena
sehat secara rutin
dengan skala 3
dengan
manajemen
perilaku yang
2 Klien akan
mampu
memonitori
perilaku pribadi
yang dapat
menyebabkan
faktor risiko
dengan skala 3
dengan
manajemen