PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN TERHADAP PEMBELIAN
PRODUK HIJAU
THE INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL CONSCIOUSNESS TOWARDS GREEN PRODUCT PURCHASING
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
DITA KAMEILINDA JUNAEDI 20130410047
FAKULTAS EKONOMI
i
PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN TERHADAP PEMBELIAN
PRODUK HIJAU
THE INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL CONSCIOUSNESS TOWARDS GREEN PRODUCT PURCHASING
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
DITA KAMEILINDA JUNAEDI 20130410047
FAKULTAS EKONOMI
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Dita Kameilinda Junaedi
Nomor mahasiswa : 20130410047
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “
PENGARUH KESADARAN
LINGKUNGAN TERHADAP PEMBELIAN PRODUK HIJAU”
tidak
terdapat tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan menyalin atau
meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah
sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada peneliti aslinya
dengan mencantumkannya dalam Daftar Pustaka. Apabila kemudian terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta, 24 Februari 2017
iii
Motto
Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah. [QS. An-Nisa’: 139]
Kita sudah biasa elihat a usia e a da g re dah apa ya g tidak bisa dipaha i ya, Goethe.
“Daripada kau kecewa dan menyerah hanya karena kau tidak jenius,
lebih baik kau percaya kalau kemampuanmu tak hanya sebatas ini dan
terus melangkah maju di jalanmu,” pelatih Daioh-sama.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. [QS. Al – Insyirah:
5-6]
“Manusia membutuhkan alam namun tidak dengan sebaliknya.”
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. [QS. Al A’raf:
iv
Persembahan
Rasa
syukur
yang
mendalam
dengan
mengucap
Alha dulillahirabbil ‘Aala ii segala puja da puji bagi Allah “WT
atas segala nikmat serta limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga
tetap dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat-sahabat semuanya. Dengan terselesaikannya
skripsi ini, penulis persembahkan kepada:
Mama dan Papa yang saya cintai dan sayangi. Terima kasih
atas kesabaran dan segala dukungan yang selalu diberikan
tanpa henti.
Kakak dan adik-adik saya yang terus mendukung, menyemangati,
dan memberikan doa pada saya.
Ibu Dr. Indah Fatmawati, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing
saya yang telah sabar membimbing saya untuk menyelesaikan
skripsi saya
Uci e yang selalu dengan senang hati memberikan tumpangan
untuk
mengerjakan
skripsi,
menghibur
dan
memberikan
semangat.
Rin-chan dan Ziyah yang tidak lelah untuk menenangkan dan
bersama membantu menyelesaikan skripsi ini.
Sahabat dan kawan-kawan yang membantu menyebarkan kuesioner
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not
defined.
HALAMAN PENGESAHAN ...
Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
INTISARI ...
Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ...
Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ...
Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ...
Error! Bookmark not defined.
BAB I ...
Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ...
Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ...
Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ...
Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ...
Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ...
Error! Bookmark not defined.
BAB II ...
Error! Bookmark not defined.
A. Landasan Teori ...
Error! Bookmark not defined.
1. Kesadaran Lingkungan ...
Error! Bookmark not defined.
2. Pengetahuan Lingkungan ...
Error! Bookmark not defined.
3. Sikap Lingkungan ...
Error! Bookmark not defined.
4. Perilaku Daur Ulang ...
Error! Bookmark not defined.
5. Pembelian Produk Hijau ...
Error! Bookmark not defined.
B. Hasil Penelitian Terdahulu ...
Error! Bookmark not defined.
C. Hipotesis ...
Error! Bookmark not defined.
1. Hubungan antara pengetahuan lingkungan dengan pembelian produk
hijau. ...
Error! Bookmark not defined.
2. Hubungan antara sikap lingkungan dengan pembelian produk hijau.
Error! Bookmark not defined.
3. Hubungan antara perilaku daur ulang dengan pembelian produk hijau
Error! Bookmark not defined.
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. ...
30
Tabel 4.1. ...
38
Tabel
4.2.
...
38
Tabel 4.4. ...
39
Tabel 4.5. ...
42
viii
DAFTAR GAMBAR
2
2 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kerusakan alam sudah terlihat dan dirasakan oleh banyak kalangan
masyarakat. Dimulai dari kenaikan suhu sampai perubahan cuaca yang tidak
menentu. Masyarakat sudah mulai mengenal isu masalah lingkungan yaitu
pemanasan global. Pemanasan global terjadi saat kenaikan suhu bumi akibat
kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia. Es kutub yang mulai mencair dan
menaiknya permukaan laut setiap tahunnya menjadi bukti bahwa bumi dalam
keadaan bahaya. Hal ini memberikan kekhawatiran masyakarat terhadap
lingkungan.
Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan mulai mencari dan menggunakan produk alternatif ramah lingkungan. Pada zaman ini orang-orang
mengekspresikan kepedulian lingkungan terhadap apa yang mereka beli
(Schlegelmilch et al, 1996). Mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan
dapat memengaruhi lingkungan. Seperti hasil studi pendahuluan yang peneliti
lakukan untuk memperbaiki lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri bahkan itu
dari hal kecil seperti mengurangi jumlah sampah yang tidak dapat didaur ulang
oleh alam. Tidak menggunakan kantong plastik adalah sebagian dari gerakan kecil
berupaya untuk mengurangi sampah. Hal ini dikenal dengan gerakan diet plastik.
Pada saat ini orang-orang menganggap bahwa bisnis dan perilaku konsumsi
dilakukan oleh konsumen dan pengeksplotasian sumber daya alam yang dilakukan
prusahaan pun turut menyumbang kerusakan bagi alam. Namun, kini banyak
masyarakat yang telah sadar bahwa apa yang mereka lakukan akan menambah
kerusakan pada alam dan kini sudah saatnya manusia untuk memperbaiki keadaan
lingkungan. Berbagai perusahaan telah lebih sadar akan masalah lingkungan. Mereka merasa keberlangsungan alam adalah keberlangsungan perusahaan juga.
Ditambah berbagai kalangan masyarakat yang mulai meminta produk ramah
lingkungan untuk pembelian produk yang mereka konsumsi. Perusahaan mencoba
membuat produk yang lebih ramah lingkungan untuk memenuhi permintaan dan
menaikan citra perusahaan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan yang akan
memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Produk ramah lingkungan juga disebut dengan produk hijau. Produk hijau
dibutuhkan oleh para mereka yang ingin mengubah pola hidup mereka untuk
kembali ke alam. Dengan menggunakan produk hijau mereka tetap dapat
mengkonsumsi tanpa memberi kerusakan bagi alam. Bagi para peneliti dan aktivis
lingkungan produk hijau dipercaya memiliki kemasan yang dapat didaur ulang
atau dapat diuraikan oleh alam dapat meningkatkan secara signifikan kualitas
lingkungan (Muhmim, 2007).
Salah satu contoh produk hijau yang umum di mata masyarakat adalah sayur
dan buah organik. Konsumsi sayur dan buah organik dilakukan karena tidak
sintetis, tetapi menggunakan pupuk organik yang biasa dikenal sebagai pupuk
kandang serta pupuk kompos (M-Brio Press, 2004 dalam Junaedi, 2005). Tidak
digunakannya pestisida buatan membuat sayur dan buah organik tumbuh karena
alam dan tidak memberikan kerusakan bagi tanah.
Meski pun konsumen produk hijau belum banyak di Indonesia namun dapat dipercaya bahwa konsumen produk hijau akan terus tumbuh dan berkelanjutan.
Beberapa tahun terakhir kesadaran akan lingkungan mengalami peningkatan.
Terbukti dengan hadirnya banyak organisasi yang berfokus pada lingkungan dan
kebijakan-kebijakan yang mulai diterapkan untuk mengurangi degradasi
lingkungan. Di kota Yogyakarta yang dikenal dengan kota pelajar terdapat
organisasi bernama Koalisi Pemuda Hijau Indonesia. Selain itu pemerintah telah
membuat kebijakan kantong pelastik berbayar yang bertujuan untuk mengurangi
sampah plastik yang sulit didaur ulang. Tercatat oleh Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia bahwa sejak diberlakukannya kebijakan ini pengguna kantong plastik di
masyarakt berkurang hingga 30 % (Purba, 2016). Hasil evaluasi yang dilakukan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan program tersebut juga
mengatakan bahwa 67 % masyarakat mendukung kebijakan ini (Kosasih, 2016).
Para aktivis meningkatkan minat dan kesadaran masyarakat di Indonesia dengan
menghadirkan berbagai situs mengenai lingkungan. Situs-situs tersebut salah
satunya Mongobay.co.idyang menyediakan berita mengenai lingkungan.
Tahun 2016 menjadi tahun yang tepat utuk mengawali peralihan ekonomi biasa ke ekonomi hijau. Banyak pihak yang menekankan pentingnya peran dunia
dan semua modal alam. Salah satunya Konferensi Perubahan Iklim PBB
(COP-21) yang menghasilkan Perjanjian Paris. Salah satu poin penting dalam perjanjian
ini adalah komitmen untuk bekerja sama dalam menjaga kenaikan suhu bumi.
Wujud dari komitmen ini adalah dengan target pendanaan sebesar US$ 100 miliar kepada negara yang merancang dan mewujudkan pengurangan emisi.
Pada Januari 2016, World Economic Forum (WEF) menegaskan bahwa pada
abad ke-21 investasi bisnis seperti biasa tidak akan mampu lagi menghasilkan
pertumbuhan dan kemakmuran yang stabil. Dunia harus mulai membuka diri pada
ekonomi hijau. Negara-negara Asia diyakini akan menjadi pusat aliran pendanaan
ini (Djalal, 2016).
Tidak hanya dari pandangan para konsumen bahwa apa yang mereka
konsumsi turut memperbaiki lingkungan. Mulyani (2015) berpendapat bahwa
ekonomi hijau dapat membantu mempebaiki lingkungan juga lebih besar
pengaruhnya untuk mensejahterakan masyarakat. Ekonomi hijau dipercaya akan
lebih memberikan manfaat beberapa dekade ke depan. Manfaat pertumbuhan
ekonomi akan lebih terasa karena sumber daya alam yang digunakan seefesien
mungkin.
Dalam penelitian ini peneliti mengukur pengaruh kesadaran lingkungan
terhadap keputusan beli produk hijau. Kesadaran lingkungan sendiri terdiri dari
Pengetahuan lingkungan adalah pengetahuan seseorang mengenai isu-isu
lingkungan. Dalam hal ini pengetahuan menjadi salah satu komponen dari
dimensi kesadaran lingkungan. Dikarenakan masyarakat telah memasuki era
mudahnya seseorang untuk mendapatkan informasi maka sewajarnya bila sudah
banyak masyarakt yang memiliki pengetahuan tentang lingkungan.
Sikap yang baik terhadap lingkungan akan membawa seseorang untuk
melakukan kegiatan pro lingkungan salah satunya dengan membeli produk hijau.
Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh yang dilakukan seseorang
atas suatu konsep (Peter dan Olson, 2014).
Selain itu perilaku hijau juga termasuk kedalam komponen dimensi kesadaran
lingkungan. Perilaku hijau disini adalah perilaku daur ulang. Perilaku daur ulang
adalah sebuah kebiasaan yang bertujuan untuk mengurangi sampah dengan
mengelola sampah untuk menghasilkan benda baru.
Penelitian ini akan menguji pengaruh kesadaran lingkungan terhadap
pembelian produk hijau. kesadaran lingkungan adalah sebuah konstruk
multidimensi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan perilaku. Dalam penelitian
ini pengetahuan lingkungan, sikap terhadap lingkungan, dan perilaku daur ulang
berperan sebagai variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah pembelian produk hijau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakangan diatas, masalah yang ada dapat
dirumuskan sebegai berikut:
2. Apakah sikap lingkungan memengaruhi pembelian produk hijau?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pengetahuan lingkungan memengaruhi pembelian produk hijau.
2. Mengidentifikasi sikap lingkungan memengaruhi pembelian produk hijau.
3. Mengidentifikasi perilaku daur ulang memengaruhi pembelian produk hijau.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya: 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian secara teoritis bermanfaat untuk pengembangan ilmu
mengenai perilaku pembelian produk hijau.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan bagi para produsen produk hijau agar dapat
meningkatkan penjualannya dengan cara memahami motivasi
konsumen hijau dalam membeli produk hijau.
b. Bagi Akademisi
Dapat memberikan wawasan di bidang pemasaran mengenai hubungan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai variabel-variabel penelitian.
Kesadaran lingkungan merupakan sebuah konstruk multidimensi yang terdiri dari pengetahuan lingkungan, sikap lingkungan, dan perilaku hijau. Perilaku hijau
yang akan diteliti adalah perilaku daur ulang. Dengan demikian, pengetahuan
lingkungan, sikap lingkungan, dan perilaku daur ulang akan berperan sebagai
variabel independen yang memengaruhi pembelian produk hijau.
1. Kesadaran Lingkungan
Kesadaran lingkungan tumbuh karena keadaan lingkungan semakin
memburuk. Manusia merasa bahwa manusialah yang membutuhkan lingkungan
dan dapat merubahnya. Manusia sadar akan kepentingan dan masalah yang
sedang dihadapi oleh lingkungan. Kepedulian lingkungan menunjukkan orientasi umum individu terhadap lingkungan. Tingkat kepedulian seseorang untuk isu-isu
lingkungan telah ditemukan menjadi prediktor yang berguna dari perilaku sadar
lingkungan (Kim et al, 2005). Konsumen dengan kepedulian terhadap lingkungan
akan lebih mudah untuk membutuhkan dan membeli produk ramah lingkungan
(Mainieri et al. 1997) dibandingkan mereka yang kurang peduli dengan
Menurut Neolaka (2008) kesadaran adalah keadaan seseorang yang memiliki
pengetahuan yang mendalam dan dapat terlihat dari perilaku dan sikapnya.
Sedangkan lingkungan adalah semua yang memengaruhi manusia atau hewan
(KBBI, 2008). Jadi kesadaran lingkungan dapat diartikan sebagai kedaan
seseorang yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hal yang memengaruhi manusia atau hewan dan dapat terlihat dari perilaku dan sikapnya.
Dengan demikian, seseorang yang memiliki kesadaran lingkungan akan terlihat
dari pengetahuan yang dia miliki, caranya menyikapi lingkungan, serta
perilakunya terhadap lingkungan.
Kesadaran lingkungan adalah sebuah konsrtuk multidimensi yang terdiri dari
komponen kognitif, sikap, dan perilaku (Schlegelmilch et al, 1996). Komponen
kognitif terdiri dari pengetahuan lingkungan seseorang. Pengetahuan lingkungan
ini menyangkut isu-isu lingkungan yang sedang terjadi. Sedangkan sikap dalam
hal ini menyangkut sikap seseorang terhadap lingkungan. Beberapa orang telah
menunjukan bahwa sikap lingkungan menangkap level kepedulian atau minat
seseorang terhadap penomena aspek spesifik atau umum mengenai lingkungan,
ekologi, ataupun hemat energi (Buttel, 1979). Perilaku yang diukur dalam
penelitian ini sebagai salah satu komponen dari kesadaran lingkungan adalah
perilaku daur ulang.
Selain itu dasar penyebab kesadaran lingkungan adalah etika terhadap
perubahan mengenai etika lingkungan mengenai konsep sistem nilai manusia
adalah bagian dari alam bukan manusia lahir sebagai penakluk alam.
Menurut Neolaka (2008) ada empat faktor yang memengaruhi kesadaran
lingkungan, yaitu:
a. Faktor ketidaktahuan
Pengetahuan diawali dengan adanya rasa ingin tahu. Menurut Poedjatna (1986
dalam Neolaka, 2008) bahwa sadar dapat diartikan sebagai tahu. Sehingga dapat
dikatakan bahwa ketidaktahuhan sama dengan ketidaksadaraan. Ketika seseorang
itu tidak memiliki pengetahuan mengenai lingkungan maka, orang tersebut tidak
akan sadar terhadap lingkungan. Maka dapat dikatakan bahwa ketidaktahuan
seseorang dapat memengaruhi kesadaran lingkungannya.
b. Faktor kemiskinan
Miskin adalah keadaan ketika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan
dan serba kekurangan. Pertumbuhan penduduk yang tidak dibarengi dengan
pertumbuhan sumber daya alam akan menyebabkan tekanan pada penduduk.
Kemiskinan menjadi salah satu sumber masalah sosial. Penduduk miskin masih
terfokuskan pada pemenuhan kebutuhan mereka sehingga isu-isu lingkungan tidak
mereka perhatikan.
c. Faktor kemanusiaan
Kemanusiaan memiliki arti sifat-sifat manusia atau secara manusia. Manusia
adalah makhluk yang memiliki akal yang dapat membuatnya memiliki mana yang benar dan salah. Untuk menjaga kelestarian ekosistem faktor manusia sangat
manusia dengan lingkungan agar keseimbangan ekosistem tidak terganggu.
Dengan rasa kemanusiaan yang tinggi seseorang akan memperhatikan hal yang
dapat menyelamatkan banyak manusia. Mereka yang memiliki rasa kemanusiaan
yang tinggi tidak akan melakukan hal yang dapat merugikan manusia lainnya
salah satunya dengan menjaga lingkungan. Maka, seseorang dengan tingkat kemanusiaan yang tinggi akan lebih sadar terhadap lingkungan agar dia dapat
menjaga lingkungan demi kepentingan bersama.
d. Faktor gaya hidup
Gaya hidup seseorang dapat memengaruhi tingkat kesadaran mereka terhadap
lingkungan. Jadi jika seseorang itu bergaya hidup sehat maka dia akan peduli
terhadap apa yang dia makan dan aktifitas yang dia lakuakn akan membuatnya
sehat. Juga dengan seseorang yang memiliki gaya hidup hijau. mereka akan
memperhatikan apa yang mereka lakukan yang dapat berpengaruh terhadap
lingkungan. Minat mereka akan bertuju pada segala sesuatu yang ramah
lingkungan dan opini mereka pun dalam pandangan menyelamatkan lingkungan
2. Pengetahuan Lingkungan
Salah satu bentuk dari kesadaran lingkungan adalah pengetahuan
lingkungan. Menurut Fryxell dan Lo (2003), pengetahuan terhadap lingkungan
dapat didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan umum tentang fakta, konsep dan
hubungan antara lingkungan alam dengan ekosistem di sekitarnya. Sementara itu,
Koellner and Tovar (2009) mendefinisikan pengetahuan lingkungan sebagai set
pengetahuan ekologi yang seorang individu miliki dari topik lingkungan. Chan
pengetahuan seseorang mengenai isu lingkungan. Mostafa (2007) mendefinisika
pengetahuan lingkungan sebagai pengetahuan pada apa yang orang tahu tentang
lingkungan, hubungan yang mengarah ke dampak lingkungan, dan apresiasi dari
seluruh sistem lingkungan, dan tanggung jawab yang penting untuk
perkembangan berkelanjutan.
Menurut D Souza et al, (2006) pengetahuan lingkungan berkembang dalam
dua bentuk:
a. Konsumen telah diedukasi untuk memahami dampak dari sebuah produk
terhadap ingkungan.
b. Pengetahuan konsumen mengenai produk itu sendiri yang diporduksi dengan
cara ramah lingkungan.
Conraud dan Rivas (2009) percaya bahwa pengetahuan lingkungan
dipengaruhi oleh etnosentrisme ekologi, tingkat informasi, perilaku terdahulu, dan
persepsi mengenai produk hijau. Seseorang dengan pengetahuan lingkungan yang
lebih tinggi akan cenderung lebih mundah untuk melakukan kegiatan pro
lingkungan. Pengetahuan yang dimilikinya tentang lingkungan membuat dirinya
paham bahwa apa yang dia lakukan akan berdampak baik atau buruk terhadap
lingungan.
Menurut Barreiro et al. (2002) dalam Conraud dan Rivas (2009) pengetahuan
ligkungan dapat menjadi sebuah rangkaian mulai dari pengatahuan isu dan
permasalahan lingkungan ke penyebab, dampak, seseorang yang bertanggung jawab, solusi dan agen tanggung jawab dari masalah lingkungan. Pengetahuan
pengetahuan ilmiah mengenai isu-isu lingkungan, dan pengalaman pribadi. Isu
lingkungan telah hadir di media, sekolah, dan yang berkaitan dengan rekreasi
alam. Hal ini akan memberikan sosialisasi mengenai lingkungan dengan lebih
baik dan baru. Pengalaman personal hanya dapat dihitung jika seseorang telah
membentuk rancangan kognitif berdasarkan pengalaman mereka. Rancangan ini harus termasuk ke dalam definisi, penyebab, akibat, dan siapa yang bertanggung
jawab serta pemecahan dari masalah lingkungan.
3. Sikap Lingkungan
Kesadaran lingkungan adalah sebuah konsrtuk multidimensi yang terdiri
dari komponen kognitif, sikap, dan perilaku (Schlegelmilch et al, 1996). Dalam
penelitian ini sikap terhadap lingkungan merupakan uni dimensi dari kesadaran
lingkungan. Sikap dapat didefinisikan menjadi evaluasi menyeluruh yang
dilakukan seseorang atas suatu konsep (Peter dan Olson, 2014). Sikap lingkungan berarti evaluasi menyeluruh yang dilakukan seseorang atas lingkungan. Mereka
yang merasa lingkungan dalam bahaya akibat perilaku manusia yang semena-mena pada lingkungan akan melihat lingkungan dengan cara yang berbeda.
Mereka akan memberikan sikap positif terhadap lingkungan akibat dari bentuk
rasa tanggung jawab mereka sebagai manusia yang membutuhkan lingkungan.
Stern dan Dietz (1994) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa sikap
terhadap keprihatinan lingkungan berakar di dalam sistem nilai seseorang. Mereka
berpendapat bahwa nilai yang seseorang jadikan bagian dalam diri mereka sendiri,
isu-isu lingkungan. Masing-masing bagian nilai ini memberikan dasar yang berbeda
untuk keprihatinan lingkungan karena dasar alasan yang berbeda-beda.
Sikap lingkungan berarti kecenderungan perilaku yang secara sadar
meminimalisir akibat negatif dari perilaku seseoang terhdap lingkungan.
Kilbourne dan Pickett (2008) menemukan bahwa sikap lingkungan secara langsung memengaruhi perilaku hijau konsumen. Perilaku pro lingkungan pada
dasarnya orang orang yang menunjukan perilaku yang konsisten dan sadar akan
kepedulian pembelian produk ramah lingkungan. Menurut Kilbourne dan Pickett
(2008) intensi perilaku pro lingkungan terbagi dalam dua aspek perilaku langsung
dan perilaku tidak langsung. Perilaku langsuhng yaitu perilaku pembelian produk
hijau. Sedangkan perilaku tidak langsung adalah perilaku hijau umum seperti
meminimalisir konsumsi sumber daya dan energi, mendaur ulang, menghindari
produk yang merusak lingkungan, taat pada peraturan lingkungan, dan menjadi
seorang aktifis.
4. Perilaku Daur Ulang
Salah satu bentuk perilaku dari kesadaran lingkungan dalam penilitian ini
adalah perilaku daur ulang. Daur ulang adalah pemrosesan kembali bahan yang
pernah dipakai (KBBI, 2008). Tujuan dari daur ulang adalah untuk mengurangi
jumalah sampah yang ada. Daur ulang bertujuan untuk mengurangi sampah yang
sulit diuraikan. Mereka yang berpikiran hijau akan berprinsip untuk mengurangi,
memakai kembali, dan mendaur ulang suatu produk. Seperti pada hasil studi
pendahuluan yang saya lakukan bahwa memang bagi beberapa orang hal kecil
mulai mengurangi penggunaan kantong belanja plastik sampai menggunakan
kertas daur ulang. Masyarakat yang tidak biasa mendaur ulang sampahnya pun
sudah mulai memberikan sampah mereka pada organisasi yang mengelola sampah
seperti bank sampah, para pengepul plastik, atau bahkan dijual ke pasar.
5. Pembelian Produk Hijau
Perilaku pembelian produk hijau adalah salah satu perilaku pro lingkungan.
merujuk ke pembelian dan konsumsi produk yang memiliki sedikit dampak pada
lingkungan (Mustofa, 2007). Perilaku pembelian produk hijau menuju ke
preferensi dan penggunaan dari produk yang ramah lingkungan dan atau
diproduksi menggunakan proses dan bahan ekologis (Kilbourne dan Pickett,
2008). Menurut Ottman (2006) manfaat dari pembelian produk hijau diantaranya
untuk efesiensi dan efektivitas biaya, kesehatan dan keamanan, performa,
simbolisme dan status, dan kenyamanan.
Kotler dan Keller (2012) memaparkan sebuah model perilaku konsumen
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen
Gambar 2.1 menjelaskan model perilaku konsumen. Konsumen
mendapatkan rangasangan. Rangsangan tersebut terdiri dari rangsangan pemsaran
dan rangsangan lain. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam
psikologi konsumen dan karakteristik konsumen.
Proses pembelian konsumen terdiri dari lima tahap (Kotler dan Keller,
2012). Namun, konsumen tidak selalu melalui lima tahap pembelian produk
tersebut. Lima tahap proses ini memberikan kerangka referensi yang baik karena
dapat mengambil kisaran penuh pertimbangan yang muncul ketika konsumen
mengahadapi pembelian baru yang memerlukan keterlibatan tinggi. Lima tahap
proses pembelian konsumen terdiri dari, yaitu:
1. Pengenalan masalah
Selama pengenalan masalah, konsumen mengenali masalah atau kebutuhan.
Dalam konteks ini para konsumen hijau mengenali permasalahan yang mereka
hadapi yaitu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan membuat para
konsumen hijau untuk memperbaiki perilaku dan keputusan mereka. Mereka juga
berupaya untuk memperbaiki lingkungan dengan cara membeli produk hijau.
Konsumen hijau akhirnya mengenali kebutuhan mereka yaitu produk hijau untuk
mengurangi degradasi lingkungan.
Setelah konsumen hijau mengenali kebetuhan mereka, konsumen berusaha
mencari lebih banyak informasi dan berpindah ke tahap pencarian informasi.
Dalam tahap ini konsumen hijau mulai mencari ciri-ciri produk hijau seperti apa,
bagaimana cara mereka mendapatkannya, apa penyebab dari pembelian produk
hijau, dan sebagainya. Sumber informasi utama dibagi menjadi beberapa sumber
kelompok:
a. Pribadi: keluarga, teman, tetangga, rekan
b. Komersial: iklan, situs Web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.
c. Publik: media massa, organisasipemeringkat konsumen
d. Eksperimental: penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
3. Evaluasi alternatif
Setelah konsumen hijau mendapatkan informasi, mereka melajutkan usahanya
ke evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif melewati tiga proses evaluasi:
a. Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan.
b. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
c. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok
atribut dengan berbagai kemampuan untuk megahntarkan manfaat yang
Pada tahap ini informasi digunakan untuk mengevaluasi merek dalam
sekelompok pilihan. Setelah konsumen hijau mendapatkan informasi mengenai
produk hijau, mereka akan memilih merek produk hijau apa yang akan digunakan.
4. Keputusan pembelian
Konsumen membuat keputusan pembelian setelah mengenali masalah,
mendapatkan informasi, dan evaluasi alternatif. Dalam tahap evaluasi, konsumen
membentuk preferensi antarmerek dalam kumpulan pilihan. Konsumen membuat
keputusan pembelian dan benar-benar membeli produk. Dalam hal ini konsumen
hijau yang telah mengerti permasalahan lingkungan, mendapatkan informasi
mengenai produk hijau, dan mengevaluasi merek produk hijau akan membeli
produk hijau sebagai keputusan pembeliannya. Dalam melaksanakan pembelian,
konsumen dapat membentuk lima subkeputusan: merek, penyalur, kuantitas,
waktu, dan metode pembayaran.
Model ekspektasi nilai merupakan model kompensatoris, yaitu hal-hal yang
dianggap baik untuk sebuah produk dapat membantu menutup hal-hal yang
dianggap buruk. Dengan model nonkompensatoris pilihan konsumen pertimbangan atribut positif dan negatif tidak selalu saling mengurangi.
Konsumen sering mengunakan jalan pintas mental dengan menggunakan aturan
a. Dengan heuristik konjungtif, konsumen menetapkan tingkatminimum
yang dapat diterima untuk setiap atribut dan memilih alternatif pertama
yang memenuhi standar minimum untuk semua atribu.
b. Dengan heuristik leksikografis, konsumen memilih merek bedasarkan
atribut yang dianggap paling penting.
c. Dengan heuristik eliminasi berdasarkan aspek, konsumen membandingkan
merek berdasarkan atribut yang dipilih secara probabilitas dan
menghilangkan merek yang tidak memenuhi batasan minimu yang dapat
diterima.
5. Perilaku pascapembelian
Perilaku pascapenmbelian adalah tahap terakhir dari proses keputusan. Dalam
perilaku pascapembelian, konsumen mengambil tindakan berdasarkan kepuasan
atau ketidakpuasan. Akankah konsumen memberikan sikap postif atau negatif
tergantung kepuasan yang dia rasakan.
Menurut Nugrahadi (2002) mengemukakan bahwa, produk hijau adalah suatu
produk berwawasan lingkungan yang dibuat oleh pemasar agar ramah terhadap
kesehatan dan lingkungan. Kasali (1997) mendefinisikan, produk hijau adalah
produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros
sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menarik untuk diteliti lebih lanjut
mengenai kepedulian masyarakat terhadap lingkungan menjadi dasar penelitian
ini. Balderjahn (1988) berpendapat bahwa varibel kepribadian tidak menghasilkan
suatu yang konsisten untuk tingkat lingkungan general dengan perilaku pro
lingkunga yang spesifik seperti pembelian produk hijau. Karena itu variabel
khusus digunakan untuk melihat faktor yang memengaruhi pembelian produk
hijau.
Thomas (1989) menyatakan bahwa hasil dari interviewnya konsumen akan membayar setidaknya lebih 10% untuk produk aerosol ramah ozon dan produk
yang dapat diaur ulang. Penelitian Schlossberd (1990) dan Fisher (1990)
menunjukan bahwa 84% konsumen memperhatikan isu yang berhubungan
dengan dan beberapa mengganti kebiasaan konsumsi dan pembelian mereka atas
keprihatinan mereka. Miller (1990) menemukan fakta bahwa consumen akan
membayar lebih dari 5% untuk produk ramah lingkungan. Prothero (1990)
melakukan survey dan hasilnya menyimpulkan bahwa 27% penduduk dewasa
Inggirs telah mempersiapkan lebih dari 25% dana untuk pembelian produk hijau.
Ottman (1992); Peattie (1993) menyatakan bahwa permintaan untuk produk hijau
telah terbukti tidak merata di seluruh segmen. Hasil penelitian Schlegelmilch et
al. (1996) membuktikan bahwa pengetahuan lingkungan, sikap lingkungan dan
perilaku hijau berpengaruh terhadap pembelian produk hijau.
Seperti yang dilansir Asia s Media and Marketing Newspaper pada tahun
hijau. Hasil dari penelitian Aman et al (2012) yang dilakukan di Malaysia
membuktikan bahwa pengetahuan lingkungan, sikap, dan kepedulian lingkungan
berpengaruh terhadap niat beli produk hijau. Serta hasil dari penelitian Chan
(2000) membuktikan bahwa semakint tinggi niat beli produk hijau maka semakin
kuat seseorang terlibat dalam pemelian produk hijau. Namun, hasil dari penelitian Junaedi (2005) mengungkapkan bahwa kesadaran lingkungan tidak memengaruhi
niat beli produk hijau secara langsug. Kesadaran lingkungan perlu dimediasi oleh
harga premium dan keterlibatan konsumen.
C. Hipotesis
1. Hubungan antara pengetahuan lingkungan dengan pembelian produk hijau.
Menurut D Souza et al. (2006) pengetahuan lingkungan berkembang dalam
dua bentuk:
a. Konsumen telah diedukasi untuk memahami dampak dari sebuah produk
terhadap lingkungan.
b. Pengetahuan konsumen mengenai produk itu sendiri yang diproduksi
dengan cara ramah lingkungan.
Menurut Chan dan Yam (1995) dan Li (1997) bahwa pengetahuan ekologi, afeksi, dan niat seseorang berpengaruh terhadap perilaku hijau mereka. Hasil dari
penelitian Schlegelmilch et al. (1996) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh
pengetahuan lingkungan terhadap keputusan beli produk hijau. Juga hasil dari
hubungan antara pengetahuan lingkungan dengan niat beli hijau. Oleh karena itu,
dugaan sementara penelitian ini adalah:
H1: pengetahuan lingkungan berpengaruh positif terhadap pembelian produk
hijau.
2. Hubungan antara sikap lingkungan dengan pembelian produk hijau.
Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh yang dilakukan seseorang
atas suatu konsep (Peter dan Olson, 2014). Dalam hal ini sikap yang ditunjukan
oleh konsumen adalah sikap yang menyenangkan atau tidak menyenangan
terhadap lingkungan. Sikap dari kepedulian lingkungan berakar pada konsep diri
seseorang dan sejauh mana individu merasakan dirinya menjadi bagian integral
dari lingkungan alam (Schultz dan Zelezny, 2000). Schwepker dan Cornwell (1991) juga menyatakan bahwa sikap lingkungan dapat memengaruhi keputusan
beli konsumen.
Hasil dari penelitian Schlegelmilch et al. (1996) menjelaskan bahwa sikap
adalah variabel yang paling kuat untuk memengaruhi keputusan beli hijau. Dalam
konteks Asia penelitian yang dilakukan oleh Aman (2012) menyatakan bahwa
sikap memengaruhi niat beli produk hijau seseorang. Oleh karena itu, dugaan
sementara penelitian ini adalah:
H2: Sikap lingkungan berpengaruh positif terhadap pembelian produk hijau.
3. Hubungan antara perilaku daur ulang dengan pembelian produk hijau
Menetapkan bahwa kepedulian lingkngan konsumen akan mencoba untuk
menjaga lingkungan dalam cara yang berbeda. Meski begitu, ini tidak jelas
dikorelasikan dengan perilaku menguntungkan lingkungan. Pemasar harus lebih
hati-hati keika mencoba untuk menyampaikan inisiatif lingkunan dari salah satu
yang mendaur ulang mungkin tidak sama dengan konsumen yan membeli produk
produk kertas daur ulang.
Namun, hasil penelitian Schlegelmilch et al. (1996) membuktikan bahwa
perilaku daur ulang berpengaruh terhadap pembelian beli produk hijau. Pada
penelitiannya variabel kebiaasaan daur ulang berpengaruh terhadap pembelan produk keras daur ulang. Perilaku daur ulang dalam hal ini sebagai salah satu
bentuk dari komponen kebiasaan yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena
itu, dugaan sementara penelitian ini adalah:
H3: perilaku daur ulang berpengaruh positif terhadap pembelian produk hijau.
D. Model Penelitian
Model penelitian bertujuan untuk menggambarkan hubungan dari setiap
variabel yang diteliti. Hubungan antara variabel independen dan variabel
[image:36.596.143.418.478.652.2]dependen dijelaskan dalam Gambar 2.2 sebagai model penelitian.
Kesadaran lingkungan didefinisikan sebagai gagasan multidimensi yang
terdiri atas kompoen kognitif, sikap, dan perilaku. Dalam gambar 2.2 terlihat
pengaruh antara kesadaran lingkungan dengan keputusan beli hijau umum dan
khusus. Pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen terjadi
secara positif. Variabel independen dalam gambar 2.2 terdiri dari pengetahuan lingkungan, sikap, dan perilaku daur ulang. Variabel indpeneden tersebut
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh dari tangan pertama untuk analisis berikutnya untuk menemukan solusi
atau masalah yang diteliti (Sekaran, 2013). Data yang didapatkan adalah hasil dari
menyebarkan kuesoner kepada para responden. Penelitian ini mengukur hubungan
kausal antara kesadaran lingkungan dengan keputusan pembelian produk hijau.
Penelitian ini melihat apakah kesadaran lingkungan berpengaruh terhadap
keputusan beli produk hijau.
B. Objek/Subjek Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) objek adalah hal, perkara,
atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek adalah satu anggota dari
sampel (Sekaran, 2013).
Objek dalam penelitian ini adalah produk hijau. Subjek pada penelitian ini
adalah konsumen produk hijau. Dalam penelitian ini peneliti mengambil seting
keputusan beli terhadap produk hijau.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non proabiility
dari populasi dapat memiliki kesempatan yang sama menjadi sampel (Sekaran,
2013). Teknik non probability sampling yang digunakan adalah teknik purposive
sampling. Teknik ini mensyaratkan kriteria untuk menjadikan seseorang sebagai
sampel (Sekaran, 2013). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu orang
dewasa yang telah membeli produk hijau.
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 113 sampel. Hal ini dilakukan
karena mengacu pada ketentuan Roscoe (1975) dalam Sekaran (2013) bahwa: 1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
2. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10 kali atau lebih dari jumlah variabel dalam penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti memperoleh data dari kuesioner yang diberikan secara langsung.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya
yang akan responden jawab. Pengumpulan data dilakukan dengan field survey.
Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan kuesoner secara langsung.
Kuesioner dibagikan secara langsung bertujuan untuk mengumpulkan semua
respon lengkap dalam waktu yang cukup singkat. Selain itu peneliti juga dapat
memiliki kesempatan untuk menyampaikan topik penelitian dan memotivasi
E. Definisi Operasional
Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
nilai (Sekaran, 2013). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari pengetahuan
lingkungan, sikap terhadap lingkungan, dan perilaku daur ulang. Sedangkan
variabel dependen pembelian produk hijau. Setiap variabel menggunakan
beberapa pernyataan dengan menggunakan skala likert untuk mengukurnya.
1. Pengetahuan lingkungan
Chan dan Lau (2000) mendefinisikan pengetahuan lingkungan sebagai
kumpulan dari pengetahuan seseorang mengenai isu lingkungan. Pengetahuan
lingkungan diukur menggunakan tujuh pertanyaan. Sumber pertanyaan mengacu
pada Schlegelmilch et al (1996), Aman (2012), Zao et al (2013) dengan
melakukan pengembangan. Tujuh pertanyaan untuk mengukur pengetahuan
lingkungan sebagai berikut:
a. Sejauh mana konsumen mengetahui isu pemanasan global
b. Sejauh mana konsumen mengetahui bahwa penguraian sampah plastik
membutuhkan waktu yang lama
c. Sejauh mana konsumen mengetahui bahwa deterjen dengan busa yang tinggi menyebabkan polusi air
d. Sejauh mana konsumen mengetahui bahwa pembuatan kertas membutuhkan
banyak pohon
e. Sejauh mana konsumen mengetahui bahwa hutan dapat mencegah pemanasan
f. Sejauh mana konsumen mengetahui efek rumah kaca
g. Sejauh mana konsumen mengetahui bahaya penggunaan styrofoam
2. Sikap Lingkungan
Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh yang dilakukan
seseorang atas suatu konsep (Peter dan Olson, 2014). Untuk mengukur sikap
menggunakan delapan pernyataan. Pernyataan tersebut mengacu pada
Schlegelmilch et al (1996) dan Chen dan Chai (2010) dengan melakukan
pengembangan. Pernyataan untuk mengukur sikap sebagai berikut:
a. Sejauh mana konsumen percaya dengan bahaya dari penggunaan pestisida
b. Sejauh mana konsumen setuju bahwa setiap orang dapat memperbaiki
lingkungan meski dengan gerakan yang kecil
c. Sejauh mana konsumen setuju bahwa seseorang memiliki kewajiban untuk
memisahkan sampah anorganik dengan sampah organik
d. Sejauh mana konsumen setuju bahwa bahwa pemisahan sampah dapat
melestarikan lingkungan
e. Sejauh mana konsumen setuju dengan program diet plastik
f. Sejauh mana konsumen setuju bahwa manusia harus menggunakan sumber
daya alam secara efisien utuk kepentingan generasi selanjutnya
g. Sejahuh mana konsumen setuju bahwa lingkungan harus dijaga
kelestariannya
h. Sejauh mana konsumen setuju bahwa hewan dan tumbuhan memiliki hak
3. Perilaku Daur Ulang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) daur ulang adalah
pemrosesan kembali bahan yang pernah dipakai. Untuk mengukur perilaku daur
ulang menggunakan sepuluh pernyataan. Mengingat perilaku daur ulang yang
diteliti pada riset sebelumnya tidak sesuai dengan perilaku daur ulang masyarakat
Indonesia, maka peneliti melakukan pengembangan instrumen perilaku daur
ulang. Sepuluh pernyataan yang mengukur perilaku daur ulang diantaranya:
a. Seberapa sering konsumen memanfaatkan halaman kosong dari kertas yang
sudah digunakan
b. Seberapa sering konsumen memanfaatkan kertas bekas untuk keperluan yang
lain
c. Seberapa sering konsumen memisahkan sampah organik dengan anorganik
d. Seberapa sering konsumen memanfaatkan barang bekas untuk keperluan lain
guna meminimalkan sampah
e. Seberapa sering konsumen menimbun daun untuk dijadikan pupuk kompos
f. Seberapa sering konsumen memanfaatkan botol bekas sebagai wadah
g. Seberapa sering konsumen menggunakan koran bekas untuk keperluan yang
lain
h. Seberapa sering konsumen memanfaatkan kantong plastik lebih dari satu kali
i. Seberapa sering konsumen membuat buku coretan dari kertas bekas
j. Seberapa sering konsumen memanfaatkan bekas kotak sepatu sebagai wadah
4. Pembelian Produk Hijau
Menurut Nugrahadi (2002) mengemukakan bahwa, produk hijau adalah suatu
kesehatan dan lingkungan. Kasali (1997) mendefinisikan, produk hijau adalah
produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros
sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan
kekejaman pada binatang. Variabel pembelian produk hijau diungkapkan dengan
skala likert diukur dengan sepuluh pernyataan. Pernyataan ini mengacu pada Schlegelmilch et al. (1996), Chan dan Lau (2000), Kim et al. (2012), dan Lee
(2008) dengan melakukan pengembangan. Pernyataan untuk mengukur perilaku
hijau diantaranya sebagai berikut:
a. Seberapa sering konsumen membeli produk ramah hijau.
b. Seberapa sering konsumen memilih produk hijau terlebih dahulu.
c. Seberapa sering konsumen memilih produk ramah lingkungan tanpa
memperhatikan harga.
d. Seberapa sering konsumen beralih ke produk hijau.
e. Seberapa sering konsumen menghindari suatu produk yang
membahayakan lingkungan.
f. Seberapa sering konsumen membeli suatu produk dengan pertimbangan
isu lingkungan
g. Seberapa sering konsumen membeli sayur dan buah organik.
h. Seberapa sering konsumen membeli sayur dan buah organik meski harus
mengeluarkan usaha lebih untuk mendapatkannya.
i. Seberapa sering konsumen membeli sayuran dan buah organik tanpa memperhatikan harga.
Ringkasan definisi operasional variabel dijelaskan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1
[image:44.596.103.502.183.709.2]berisi indikator dari setiap variabel beserta sumbernya.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Indikator Sumber
1 X1:
Pengetahuan lingkungan
1. Sejauh mana konsumen mengetahui isu pemanasan global
2. Sejauh mana konsumen mengetahui bahwa penguraian sampah plastik membutuhkan waktu yang lama 3. Sejauh mana konsumen mengetahui
bahwa deterjen dengan busa yang tinggi menyebabkan polusi air 4. Sejauh mana konsumen mengetahui
bahwa pembuatan kertas membutuhkan banyak pohon
5. Sejauh mana konsumen mengetahui bahwa hutan dapat mencegah pemanasan global
6. Sejauh mana konsumen mengetahui efek rumah kaca
7. Sejauh mana konsumen mengetahui bahaya penggunaan styrofoam
Schlegelmilch et al., 1996
Aman, 2012 Zao et al., 2013
2 X2: Sikap 1. Sejauh mana konsumen percaya dengan bahaya dari penggunaan pestisida
2. Sejauh mana konsumen setuju bahwa setiap orang dapat memperbaiki lingkungan meski dengan gerakan yang kecil 3. Sejauh mana konsumen setuju
bahwa seseorang memiliki kewajiban untuk memisahkan sampah anorganik dengan sampah organik
4. Sejauh mana konsumen setuju bahwa bahwa pemisahan sampah dapat melestarikan lingkungan 5. Sejauh mana konsumen setuju
dengan program diet plastik 6. Sejauh mana konsumen setuju
Schlegelmilch et al., 1996
No Variabel Indikator Sumber bahwa manusia harus menggunakan
sumber daya alam secara efisien utuk kepentingan generasi selanjutnya
7. Sejahuh mana konsumen setuju bahwa lingkungan harus dijaga kelestariannya
8. Sejauh mana konsumen setuju bahwa hewan dan tumbuhan memiliki hak yang sama dengan manusia.
3 X3: Perilaku daur ulang
1. Seberapa sering konsumen
memanfaatkan halaman kosong dari kertas yang sudah digunakan. 2. Seberapa sering konsumen
memanfaatkan kertas bekas untuk keperluan yang lain.
3. Seberapa sering konsumen
memisahkan sampah organik dengan anorganik.
4. Seberapa sering konsumen
memanfaatkan barang bekas untuk keperluan lain guna meminimalkan sampah.
5. Seberapa sering konsumen menimbun daun untuk dijadikan pupuk kompos.
6. Seberapa sering konsumen
memanfaatkan botol bekas sebagai wadah.
7. Seberapa sering konsumen menggunakan koran bekas untuk keperluan yang lain.
8. Seberapa sering konsumen
memanfaatkan kantong plastik lebih dari satu kali.
9. Seberapa sering konsumen membuat buku coretan dari kertas bekas. 10. Seberapa sering konsumen
memanfaatkan bekas kotak sepatu sebagai wadah.
4 Y1:
Pembelian produk hijau
1. Seberapa sering konsumen membeli produk ramah hijau.
2. Seberapa sering konsumen memilih produk hijau terlebih dahulu.
Schlegelmilch et al., 1996
No Variabel Indikator Sumber 3. Seberapa sering konsumen memilih
produk ramah lingkungan tanpa memperhatikan harga.
4. Seberapa sering konsumen beralih ke produk hijau.
5. Seberapa sering konsumen menghindari suatu produk yang membahayakan lingkungan.
6. Seberapa sering konsumen membeli suatu produk dengan pertimbangan isu lingkungan
7. Seberapa sering konsumen membeli sayur dan buah organik.
8. Seberapa sering konsumen membeli sayur dan buah organik meski harus mengeluarkan usaha lebih untuk mendapatkannya.
9. Seberapa sering konsumen membeli sayuran dan buah organik tanpa memperhatikan harga.
10. Seberapa sering konsumen membeli produk hemat listrik.
Kim et al., (2012) Lee (2008)
F. Pengujian kualitas instrumen
Pengujian kualitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa akurat
instrumen yang dibentuk. Kualitas instrumen yang lebih baik akan memberikan
hasil yang lebih akurat. Oleh sebab itu peneliti harus menguji kuliatas instrumen
(Sekaran 2013). Penelitian ini menggunakan beberapa pengujian kulitas instrumen
diantaranya uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas.
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat keduanya memiliki
data normal atau mendekati normal. Disini peneliti menggunakan alat analisis
Kolmogorov-Smirnov untuk uji normalitas. Residual terdistribusi normal jika
nilai sig hitung > 0,05 (Ghozali, 2006).
2. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menyakinkan bahwa instrumen yang kita
gunakan adalah instrumen konsep yang telah direncanakan dan bukan sesuatu
yang lain (Sekaran, 2013). Uji validitas merupakan pengujian yang menunjukkan
sejauh mana alat pengukur yang kita gunakan mampu mengukur apa yang ingin kita ukur
dan bukan mengukur yang lain (Rahmawati, Fajarwati, dan Fauziyah, 2014). Dalam penelitian ini jenis uji validitas menggunakan validitas konstruk. Uji validitas menggunakan confirmatory factor analisysdengan bantuan menggunakan aplikasi
SPSS. Suatu instrumen dikatakan valid jika memilikki nilai factor loading ≥ 0.5
(Hair et al,. 1998)
3. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2006) reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Dengan kata lain,
apakah instrumen yang mengkur konsep dan membantu nilai ketepatan sebuah
pengukuran stabil dan konsistem. Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas
mengunakan Cronbach Alpha yang dibantu aplikasi SPSS. Apabila nilai Crobach
G. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda. Regresi linear berganda dilakukan bila penieliti ingin mengetahui
keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai
prediktor dinaikan atau diturunkan nilainya. Jadi ketika jumlah variabel
independen yang dianalasis lebih dari dua maka analisis regresi linerar berganda
dilakukan (Sugiyono, 2011). Dalam analisi ini akan menguji pengaruh dari setiap
variabel independen yaitu pengetahuan lingkungan, sikap lingkungan, dan periaku
daur ulang terhadap variabel dependen keputusan beli hijau.
Persamaan regresi linear berganda dalam penilitian ini sebagai berikut:
Y = b1X1 + b2X2 + b3X3+e
Keterangan:
Y = Keputusan beli hijau
b1, b2, b3 = koefisien regresi
X1 = pengetahuan lingkugan
X2 = sikap lingkungan
X3 = perilaku daur ulang
e =0
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pembuktian mengenai kebenaran
hipotesis dilakukan dengan bantuan program SPSS 15. Beberapa uji hipotesis
yang akan dilakukan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji koefisien determinasi adalah
mengukur seberapa kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada pada angka nol sampai satu.
Ketika nilai koefisien determinasi mendekati satu itu artinya variabel independen sudah memberikan hampir seluruh informasi untuk menjelaskan variabel
dependen.
2. Uji t
Uji t merupakan suatu prosedur yang mana hasil sampel dapat digunakan
untuk verifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis nol (H0). Menurut Ghozali
(2006) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen.
Variabel depeden dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan jika memiliki
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian
Seting penelitian ini adalah pembelian produk hijau. Produk hijau sendiri
memiliki konsep produk yang tidak merusak lingkungan, hasil daur ulang,
memiliki kemasan yang dapat didaur ulang, hemat energi dan baik untuk
kesehatan. Subjek penelitian ini adalah konsumen produk hijau. Pemilihan
responden dilakukan sesuai dengan ketentuan semple. Kriteria sampel yang
ditentukan adalah sampel pernah membeli produk hijau dan sudah dewasa.
Responden merupakan pihak-pihak pengambil keputusan pembelian produk hijau.
Kriteria ini dipilih karena pihak-pihak tersebut diyakini secara langsung memiliki
dan mengetahui motif mereka dalam membuat keputusan beli produk hijau.
Peneliti menyebarkan kuesioner ke 119 responden. Namun hanya 113
kuesioner yang dapat dipakai. Jumlah ini masih sesuai dengan ketentuan Roscoe
(dalam Sekaran, 2013). Berdasarkan hasil pengumpulan data responden diketahui
[image:50.595.110.516.610.746.2]karakteristik responden tercantum pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
Data Karakteristik
Sub Karakteristik
Jumlah
Persentase
Jenis kelamin
Wanita
Pria
72
41
64%
36%
Total
113
100%
Usia
18-24 tahun
25-30 tahun
31 – 35 tahun
> 36 tahun
Data Karakteristik
Sub Karakteristik
Jumlah
Persentase
Total
113
100%
Pendidikan Terakhir
SMA/SMK
S1
S2
56
46
11
50%
41%
9%
Total
113
100%
Pekerjaan
Mahasiswa
PNS/Swasta
Ibu Rumah Tangga
Profesional
Wiraswasta
56
23
11
5
18
50%
19%
10%
5%
16%
Total
113
100%
Pengeluaran perbulan
< Rp 2.000.000
Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000
Rp 6.000.000
–
Rp 8.000.000
> Rp 8.000.000
52
29
22
5
2
46%
26%
19%
5%
2%
Total
113
100%
Sumber: Data primer diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan karakteristik demografis responden.
Nampak pada Tabel 4.1 bahwa responden didominasi oleh wanita sebanyak 64%.
Usia responden didominasi usia antara 18-24 tahun sebanyak 76 responden
(64%).. Pendidikan terakhir rata-rata responden adalah SMA/SMK sebanyak
50%. Pekerjaan responden didominasi oleh mahasiswa sebanyak 50%.
Kebanyakan responden berpengeluaran di bawah Rp 2.000.000. Sebanyak
52 responden (46%) berpengeluaran dibawah Rp 2.000.000. Jumlah responden
paling sedikit berpengeluaran Rp 8.000.000 sebanyak 2 responden ( 2%).
Dalam penelitian ini peneliti juga ingin mengetahui perilaku hijau apa saja
yang dilakukan oleh konsumen. Peneliti memberikan beberapa pilihan perilaku
pilihan dan menambah perilaku hijau lainnya sehingga nampak pada Tabel 4.2
[image:52.595.109.517.190.327.2]yang menjelaskan berapa banyak kombinasi perilaku hijau yang dilakukan.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Hijau yang Dilakukan
No
Kombinasi perilaku hijau
Jumlah Persentase
1
Melakukan satu perilaku hijau
11
10%
2
Melakukan dua perilaku hijau
52
46%
3
Melakukan tiga perilaku hijau
24
21%
4
Melakukan empat perilaku hijau
16
14%
5
Melakukan lima perilaku hijau
8
7%
6
Melakukan enam perilaku hijau
2
2%
Total
113
100%
Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 4.2 menjelaskan kombinasi perilaku hijau yang dilakukan oleh
responden. Kebanyakan responden memilih dua kombinasi perilaku hijau
sebanyak 52 responden (46%).
Dalam penelitian ini peneliti juga ingin melihat perilaku hijau apa yang
paling banyak dilakukan oleh konsumen. Data perilaku hijau yang dilakukan
nampak pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Perilaku Hijau yang Dilakukan
No
Perilaku hijau
Jumlah Persentase
1
Menghemat energi (air, listrik, dan bahan bakar)
106
94%
2
Melakukan diet plastik
72
64%
3
Memisahkan sampah organik dan anorganik
71
63%
4
Menggunakan sepeda
31
32%
5
Mengikuti organisasi/gerakan peduli lingkungan
26
23%
6
Mengikuti kampanye peduli lingkungan
17
15%
7
Lainnya:
Menanam sayuran organik
Menghemat penggunaan tisu/kertas
Berjalan bila jaraknya cukup dekat
Menggunakan kemasan yang dapat diisi ulang
Tabel 4.3 menjelaskan sebarapa banyak responden yang melakukan
perilaku hijau. Kegiatan utama yang dilakukan oleh responden adalah hemat
energi (air, listrik, dan bahan bakar), diet plastik, dan memisahkan sampar organik
dan anorganik. Hampir seluruh responden melakukan hemat energi sebanyak 106
dengan persentase sebesar 94%.
Perilaku hijau yang cukup umum dilakukan adalah menggunakan
sepeda/transportasi umum, mengikuti kampanye peduli lingkungan, dan
mengikuti organisasi/gerakan peduli lingkungan. Diantara ketiga perilaku tersebut
menggunakan sepeda/transportasi umum adalah perilaku yang paling banyak
dilakukan sebanyak 32%.
B.
Uji Kualitas Instrumen Data
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2006). Dalam
penelitian ini untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Peneliti menggunakan data residual karena
[image:53.595.106.520.649.724.2]ingin mengetahui model regresi yang digunakan normal atau tidak.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
Variabel Residual
Asymp. Sig.
(2-tailed)
Keterangan
Residual
0,664
Data Berdistribusi Normal
Nampak pada Tabel 4.4 bahwa nilai data residual memiliki nilai sig.
Kolmogorov smirnov sebesar 0,664. Residual terdistribusi normal jika nilai sig >
0,05 (Ghozali, 2006). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi
normal.
2.
Uji Validitas
Menurut Ghozali (2010) bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah,
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Usman dan Sobari (2013) menyatakan bawah
suatu instrumen dikatakan valid jika memiliki nilai factor loading
≥ 0,5.
Untuk melakukan uji validitas peneliti menggunakan analisis faktor yang
dibantu oleh bantuan aplikasi SPSS 15. Dalam penelitian ini analisis faktor
dilakukan dengan mengontrol
number of factor dengan nilai 4 yaitu sebanyak
variabel yang terdapat pada penelitian ini. Jika
number of factor tidak ditentukan
dan menggunakan
eigenvalues satu maka kolom yang keluar sebanyak tujuh dan
itu tidak sesuai dengan variabel yang ada. Peneliti juga menentukan
Suppress
absolute values less than
0,5. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melihat
langsung item pertanyaan apa saja yang valid dan tidak valid.
Tahap pertama, peneliti memperhatikan dari hasil analisis faktor adalah nilai
KMO
and Barlet’s test
. Untuk menguji kucukupan sampel penelitian dari analisis
faktor dengan melihat indikasi KMO dab signifikansi. Analisis faktor dapat
dilanjutkan jika nilai KMO > 0,5 (Usman dan Sobari, 2013).
Tahap kedua, peneliti melihat butitr-butir indikator yang dianggap tidak valid
(Measures of Sampling) dari setiap item pertanyaan harus menunjukan nilai >0,5
(Usman dan Sobari, 2013) agar dapat dianalisis lebih lanjut.
Tahap ketiga, peneliti melihat jumlah faktor. Jumlah faktor bisa dilihat dengan
mengontrol nilai
eigenvalues
atau mengontrol
number of factors.
Peneliti
mengontrol
number of factor
sebesar 4 sesuai dengan jumlah variabel yang
diteliti. Jika peneliti tidak mengontrol
number of factor maka faktor yang akan
keluar sebanyak tujuh dan itu tidak sesuai dengan penelitian.
Tahap keempat, peneliti melihat indikator yang menunjukan bahwa hasil
setiap faktor sudah tidak ambigu atau ketidak jelasan pada tabel
Rotated
Component matrix. Pada tabel ini item pertanyaan dapat dikatakan valid jika
memiliki nilai >0,5 (Usman dan Sobari, 2013) dan setiap item dari variabel yang
sama berada pada kolom yang sama. Pada tahap ini peneliti mengontrol
suppress
absolute value less than
0,5. Hal ini dilakukan agar
output
pada tabel
Rotated
Component matrix hanya menampilkan nilai >0,5.
Hasil analisis faktor yang pertama dilakukan menunjukan nilai KMO sebesar
0,777 terlihat pada lampiran 6. Nilai ini menunjukan bahwa analisis dapat
dilanjutkan. Pada tabel
Anti Image Correlation nilai MSA dari setiap item
pertanyaan memiliki nilai >0,5 (lampiran 6). Hal ini juga menandakan bahwa
analisis dapat dilanjutkan. Pada tabel
Rotated Component Matrix ternyata tidak
semua item pertanyaan memiliki nilai diatas 0,5 dan item pertanyaan nilai diatas
B1, B4, B9, S1, S5, dan S8 yang memiliki nilai di bawah 0,5 serta P2 yang
dinyatakan ambigu dibuang (lampiran 6).
Peneliti melakukan analisi faktor ke dua tanpa memasukan pertanyaan B1, B4,
B9, S1, S5, S8, dan P2. Selain itu peneliti juga mengurutkan pertanyaan sesuai
nomor kolom. Pada analisis kedua telihat pada lampiran 7 nilai KMO sebesar
0,790 sehingga analisis bisa dilanjutkan. Setiap item pertanyaan juga memiliki
nilai MSA diatas 0,5. Pada tabel
Rotated Component Matrix
semua item
pertanyaan yang dimasukan memiliki nilai >0,5 dan tidak ambigu, hasil tersebut
[image:56.595.109.516.395.752.2]dapat dilihat pada Tabel 4.5:
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas
Rotated Component Matrix
Indikator
Kolom
1
2
3
4
D1
0.641
D2
0.787
D3
0.768
D4
0.688
D5
0.648
D6
0.732
D7
0.671
D8
0.732
D9
0.735
D10
0.655
B2
0.576
B3
0.574
B5
0.709
B6
0.724
B7
0.567
B8
0.589
B10
0.775
S2
0.758
S3
0.696
Indikator
Kolom
1
2
3
4
S6
0.744
S7
0.585
P1
0.511
P3
0.553
P4
0.766
P5
0.588
P6
0.789
P7
0.609
Sumber: Data primer diolah, 2017
Dari Tabel 4.8 dapat terlihat bahwa ternyata tidak semua instrumen valid.
Peneliti melakukan uji validitas melalui analisi faktor dengan dua kali iterasi.
Pada variabel pengetahuan lingkungan hanya enam butir instrumen yang valid
diantarnya P1, P3, P4, P5, P6, dan P7. Sedangkan untuk variabel sikap hanya lima
butir instrumen yang valid diantaranya S2, S3, S4, S6, dan S7. Seluruh instrumen
daur ulang dinyatakan valid. Variabel keputusan beli produk hijau hanya memiliki
tujuh butir instrumen yang valid diantaranya B2, B3, B5, B6, B7, B8, dan B10.
3.
Uji Reliabilitas
Reliabiltas adalah suatu pengukuran sejauh mana pengukuran tersebut tanpa
bias dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas
beragam
item dalam instrumen (Sekaran, 2013). Uji reliabilitas bertujuan untuk
mengetahui apakah instrumen yang dipakai dalam penelitian ini andal (reable)
atau tidak. Untuk melakukan uji validitas peneliti menggunakan Cronbach Alpha.
Peneliti hanya menggunakan data yang valid untuk diuji reliabilitasnya. Apabila
nilai Crobach Alpha >0,06 maka instrumen tersebut telah lulus uji reliabilitas atau
Tabel 4.6
Uji Reliabel Variabel
No
Variabel
Nilai Cronbach Alpha
Keterangan
1
Pengetahuan lingkungan (X1)
0,784
Reliabel
2
Sikap lingkungan (X2)
0,792
Reliabel
3
Perilaku daur ulang (X3)
0,892
Reliabel
4
Pembelian produk hijau (Y)
0,797
Reliabel
Sumber: Data primer dolah, 2017
Tabel 4.6 menjelaskan hasil uji