• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA

PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

IZWAR MUNANDAR 070308019

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA

PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

SKRIPSI

Oleh :

IZWAR MUNANDAR 070308019

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA

PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

SKRIPSI

Oleh :

IZWAR MUNANDAR

070308019/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar sarjana diProgram Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul Skripsi : Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV

Nama : Izwar Munandar Nim : 070308019

Program Studi : Keteknikan Pertanian Fakultas : Pertanian

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Ketua

Ainun Rohanah, STP, M.Si Anggota

Mengetahui

Ir. Edi Susanto, M.Si

(5)

ABSTRAK

IZWAR MUNANDAR:Analisis Kehilangan Crude Palm OilPada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan AINUN ROHANAH.

Dalam pengolahan buah kelapa sawit sering terjadi kehilangan minyak akibat proses pengolahan yang kurang baik sehingga diperlukan suatu tindakan untuk mencegah kehilangan minyak tersebut. Penelitian ini menggunakan diagram pencar dan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor-faktor penyebab kehilangan minyak sawit. Parameternya adalah karakteristik kehilangan minyak sawit pada stasiun kempa dan rendemen minyak sawit.

Hasil penelitian ini (Januari 2010-Maret 2011) menunjukkan bahwa kadar air ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar (0,222) terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil (0,028) terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa. Kadar biji pecah pada ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar (-0,147) terhadap rendemen minyak dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil (-0,091) terhadap rendemen minyak. Dari hasil penelitian tersebut, dibuat suatu diagram sebab-akibat untuk mengindentifikasi urutan permasalahan yang menyebabkan kehilangan minyak pada proses pengolahan.

Kata Kunci : Kehilangan Minyak, Rendemen, Stasiun Kempa, Korelasi, Diagram Sebab-Akibat

ABSTRACT

IZWAR MUNANDAR:The Analysis of Crude Palm OilLosses at the Palm Oil

Factory of PTPN IV, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and AINUN

ROHANAH.

In processing of palm oilfruits, there was oil losses due to poor processing, therefore an actionis needed to prevent oil losses. This research used scatter diagram and correlation analysis to see the relationship between the oil losses factors. The parameters were characteristic of oil losses in the pressing station and the palm oil yield.

Results of the research (January 2010 until March 2011) showed that moisture content in press cake had the biggest correlation effect (0,222) for oil losses in press cake and oil losses of nut press cake had the smallest correlation effect (0,028) for oil losses in press cake. Crake nuts in press cake hadthe biggest correlation effect (-0,147) for the palm oil yield and the oil losses of nut press cake had the smallest correlation effect(-0,091) for palm oil yield. A cause-effect diagram was made from the results to identify sequence problems that cause oil losses in processing.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Izwar Munandar, dilahirkan di Binjai pada tanggal 18 Desember 1988 dari

ayah (Alm) Anwar dan ibu (Almh) Sri Muliani. Penulis merupakan putra ke dua

dari tiga bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Binjai dan pada tahun yang

sama penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian

Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai pengurus tahun 2010/2011.

Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ATM sebagai anggota.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa

Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV, Kabupaten Simalungun,

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT.

Perkebunan Nusantara IV” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjanadi Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,

memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Achwil Putra Munir, STP, M.Si dan Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku

ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis

sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.Terimakasih juga

penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu penulis

selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna demi penulisan

selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat menambah

wawasan dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli2011

(8)

DAFTAR ISI

Karakteristik Kehilangan Crude Palm Oil ... 12

Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil ... 15

Ekstraksi Minyak Sawit ... 17

Ekstraksi dengan sentrifugasi ... 17

Ekstraksi dengan cara screw press ... 17

Ekstraksi dengan bahan pelarut ... 18

Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis ... 18

Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi ... 18

Tipe screw press ... 18 Sejarah Singkat Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi ... 35

Lokasi Pabrik ... 36

Analisis Data dengan Diagram Pencar ... 37

Karakteristik Kehilangan CPO pada Ampas Kempa ... 38

(9)

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah ... 39

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa 41 Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar air ampas kempa ... 42

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah ... 43

Kadar biji pecah dengan kadar air ampas kempa... 44

Rendemen ... 45

Rendemen dengan kadar minyak ampas kempa ... 45

Rendemen dengan kadar air ampas kempa... 46

Rendemen dengan kadar biji pecah... 47

Rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa ... 48

Penyusunan Diagram Sebab-Akibat ... 49

Kehilangan minyak pada ampas kempa ... 49

Kadar air pada ampas kempa ... 50

Kadar biji pecah pada ampas kempa ... 51

Kehilangan minyak pada biji ampas kempa ... 52

Rendemen ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

Saran ... 55

(10)

DAFTAR TABEL

No. ... Hal.

1. Derajat kematangan buah ... 7

2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit ... 12

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit... 6

2. Interpretasi dari diagram pencar ... 26

3. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa ... 38

4. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa ... 39

5. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa ... 41

6. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa ... 42

7. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa ... 43

8. Diagram pencar hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa ... 44

9. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa.... 45

10. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa ... 46

11. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa ... 47

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan alir penelitian ... 58

2. Data parameter ... 59

3. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 79

4. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 80

5. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 81

6. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011)... 82

7. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah (Januari 2010-Maret 2011)... 83

8. Koefisien korelasi hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011)... 84

9. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 85

10. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 86

11. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 87

12. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 88

13. Standar toleransi kehilangan minyak PKS Bah Jambi ... 89

14. Bagan material balance... 90

15. Spesifikasi screw press di PKS Bah Jambi ... 91

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (ElaeisGuineensis Jacq) adalah salah satu dari

beberapa family Arecacea (dahulu disebut dengan Palmae). Nama Genus Elaeis

berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species

guinensis berasal dari Guinea, yaitu tempat pertama kalinya ditemukan kelapa

sawit oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Portugis yang bernama “Jacquin” di

pantai Guinea. Tanaman ini berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya

Brasilia (Pahan, 2006).

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup

tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi

Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan

kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara.

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh

ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa

sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai

unit ekstraksi crudepalmoil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS)

kelapa sawit.

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi

CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti

dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa

tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain.Kegagalan

(14)

karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan

norma-norma yang ada.

Pada proses pengolahan kelapa sawit, pengempaan adalah salah satu

bagian dari tahapan pengolahan yang memisahkan minyak dari serat ampas dan

biji dengan cara dikempa. Buah yang berasal dari proses perebusan kemudian

ditebah untuk memisahkan brondolan buah dari tandannya.Selanjutnya

dilumatkan dalam digester kemudian dilakukan pengempaan untuk mengambil

minyak dari massa bubur buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap. Hasil

kempa berupa minyak kasar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke crude oil

tank melalui vibrating screenuntuk proses pemurnian.

Pada proses pengempaan sering terjadi kehilangan minyak hasil kempa.

Hal ini bisa disebabkan karenabuah yang belum matang, proses perebusan yang

kurang sempurna dan juga disebabkan dari mesin kempa itu sendiri. Pada mesin

kempa, kehilangan minyak dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya proses

pengolahan yang tidak sesuai, alat yang sudah aus, dan penambahan air yang tidak

sesuai, dan operator.

Berdasarkan proses pada stasiun pengempaan dan beberapa hal yang

mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa, maka perlu dilakukan

suatu analisis terhadap kehilangan CPO untuk mengetahui apakah kadar

kehilangan CPO masih dalambatas toleransi yang ditetapkan di pabrik dan

mengetahui keterkaitan hubungan antara faktor yangmempengaruhi kehilangan

CPO dari stasiun kempadengan menggunakan diagram pencar. Selanjutnya

faktor-faktor tersebut diformulasikan kedalam bentuk diagram sebab-akibatatau diagram

(15)

digunakan untuk mengindentifikasi permasalahan yang menyebabkan kehilangan

minyak pada proses pengolahan kelapa sawit.

Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi kehilangan CPO(kadar minyak dalam ampas

kempa,kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas

kempa)dan rendemen pada suatu periodedi Pabrik Kelapa Sawit Bah

JambiPT. Perkebunan Nusantara IV

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan CPO yang

terjadi selama periode tersebut.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi

Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak manajemen

pabrik sebagai informasi lebih lanjut dalam pengambilan keputusan

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengolahan

produksi CPO di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan

Nusantara IV

3. Sebagai input informasi bagi pihak yang membutuhkan.

BatasanPenelitian

Penelitian dibatasi untuk menganalisiskehilangan CPO yang dihasilkan

berdasarkan parameter kadar minyak dalam ampas, kadar air, kadar biji pecah,

kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan rendemen yang terjadi pada suatu

periodedi dalam ruang lingkup Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa

Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam

di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848.

Tanaman kelapa sawit di Kebun Raya Bogor ini dianggap sebagai nenek moyang

tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2006).

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai

strategis karena merupakan bahan baku untuk pembuatan minyak goreng.

Sementara, minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok

bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak goreng di dalam dan luar negeri yang

kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam

perekonomian bangsa (Pahan, 2006).

Secara umum terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak

kelapa sawit yang berasal dari ekstraksi daging buah (sabut) dan minyak kelapa

sawit yang berasal dari ekstraksi inti buah (kernel). Hasil ekstraksi daging buah

disebut minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan hasil ektraksi inti

buah disebut minyak kernel atau Kernel Palm Oil (KPO) (Hadi, 2004).

Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena

permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak

hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis

(17)

mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing

maupun skala perkebunan rakyat (Sastrosayono, 2003).

Sejalan dengan permintaan yang terus meningkat, harga minyak sawit

dalam negeri pun menunjukkan kecenderungan peningkatan. Namun, perlu

diketahui bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor terutama harga minyak goreng dari bahan lain di dunia

(Fauzi dkk, 2006).

Pengolahan Kelapa Sawit

Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak

sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit, sehingga perlu

mendapat penanganan khusus oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan

keterampilan tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baik dan memadai untuk

memperolah minyak sawit dan inti sawit yang bermutu baik (Sunarko, 2007).

Pengolahan TBS (tandan buah segar) di pabrik bertujuan untuk

memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung

cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan

TBS atau brondolan dari TPH (tempat pemungutan hasil) ke pabrik sampai

dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam

olahan utama pengolahan TBS di Pabrik, yaituminyak sawit yang merupakan hasil

pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti

(18)
(19)

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas

(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam

keadaan lewat matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam

presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam

keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen

minyak yang diperolehnya juga rendah. Disinilah, pengetahuan mengenai kriteria

matang panen berdasarkan jumlah brondolan jatuh berperan cukup penting dalam

menentukan derajat kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).

Agar proses di PKS dapat berjalan dengan efektif dan efesien maka perlu

diterapkan standar kematangan buah yang dipanen. Derajat kematangan buah

yang telah distandarkan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Derajat kematangan buah

No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fisik Jumlah Brondolan 1 Fraksi 00 (F-00) 0,00 % Sangat Mentah Tidak ada

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam

setelah panen harus segera diolah. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan

penimbangan. Penimbangan sangat penting dilakukan terutama untuk

mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah

(20)

TBS yang telah ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan

menuang (dump) langsung dari truk.Loading ramp merupakan suatu bangunan

dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450.

Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,kerikil, dan

sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh melalui kisi-kisi ditampung

oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam pembuangannya (Pahan, 2006).

Perebusan dilakukan untuk melunakkan buah sehingga daging buah

mudah lepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Rebusan berupa

bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau salah satu ujungnya.TBS

dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang dindingnya berperforasi untuk

penyaluran uap (steam) diantara buah, dan ditempatkan di atas lori yang rendah.

Tiap rebusan memuat 9-10 lori dan tiap keranjang umumnya memuat 2,5 ton TBS

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Proses perebusan memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi

penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserin.

2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar

tidak ikut serta dengan minyak kasar dari hasil pengempaan karena dapat

menyebabkan emulsi.

3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir akan menyulitkan

pemisahan air dengan minyak dalam klarifikasi.

4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di ketel

pengadukan.

(21)

6. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan

pemecahan biji pada mesin pemecah (cracker).

7. Menurunkan kadar air daging buah.

8. Memperbaiki proses penjernihan minyak

(Sunarko, 2007).

Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan

yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang

sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran

berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan

mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkat sampai titik tertinggi

pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh

kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali

sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol (Mangoensoekarjo

dan Semangun, 2003).

Pada proses ini kehilangan minyak masih mungkin terjadi karena buah

terbanting dan mengeluarkan minyak yang akan diserap oleh janjang kosong.

Pemasukan buah yang terlalu banyak akan menyebabkan kontak yang lebih

banyak dengan janjang kosong yang belum sempat keluar sehingga akan

memperbanyak minyak yang diserap oleh janjang kosong. Banyaknya buah balen

(tandan yang direbus ulang) mencerminkan kurang sempurnanya perebusan atau

buah mentah cukup banyak. Hal ini mungkin disebabkan tekanan dan suhu pada

perebusan kurang (Lubis, 1992).

Buah yang sudah terpisah dari tandannya dimasukkan ke dalam mesin

(22)

dipisahkan oleh suatu ruang. Ruang antara dua dinding diberi uap panas yang

bertekanan 3 atm. Uap panas berfungsi untuk memanaskan buah yang ada di

ruang dalam teromol sehingga minyak yang dikandungnya mudah keluar

(Sastrosayono, 2003).

Digester adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengaduk brondolan

buah sawit berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah

yang berputar dengan kecepatan tertentu dan digerakkan oleh motor listrik (Risza,

1994).

Tangki pengadukan sebaiknya diisi penuh, sedikitnya ¾ bagian. Bila tidak

penuh, pengadukan menjadi lebih cepat sehingga dapat mengurangi efisiensi

mesin kempa(press), karena banyak minyak terserap dalam serat-serat.

Pengendalian suhu tangki pengaduk juga penting, karena suhu yang terlalu rendah

akan meningkatkan viskositas minyak sehingga mengurangi efisiensi mesin

kempa. Suhu terlalu tinggi dapat manyebabkan bubur mendidih sehingga terjadi

emulsi minyak dengan air yang juga menyulitkan dalam proses penjernihan

(Sianturi, 2001).

Massa minyak yang berbentuk bubur yang diperoleh dari tangki

pengadukan kemudian dikempa agar minyak terpisah dari ampasnya. Alat yang

dipakai adalah screw press yang menghasilkan tekanan oleh kerja dua ulir yang

berputar berlawanan arah. Pada setiap pabrik terdapat beberapa unit, tiap unit

memiliki kapasitas tertentu misalnya 10 ton TBS/jam. Tekanan sangat

menentukan keberhasilan proses ini. Tekanan yang sesuai harus dapat

menghasilkan atau memisahkan minyak yang tinggi dari ampas (serabut) dan

(23)

Cairan minyak yang masuk ke ketel penampungan terdiri dari 30%

minyak, 60% air, dan 10% kotoran. Ampas yang keluar dari ujung ketel terdiri

dari gumpalan serat, serabut, daging buah, butiran biji serta kotoran lainnya.

Biji-biji ini dipisahkan dari ampasnya dengan mesin separator (Sastrosayono, 2003).

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan

masihberupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa

partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh

minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut

yaitu dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Setelah melalui

pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit

mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air

dalam minyak (Fauzi dkk, 2006).

Ampas (sludge) yang berasal dari tangki pemisah dikumpulkan dalam

sludge tank dan masih mengandung minyak. Di sludge tank, ampas ini dipanaskan

sampai 95oC kemudian dialirkan ke self cleaning strainer, yaitu tabung penyaring

minyak dari serabut halus yang terdapat pada ampas. Dari sini, ampas diteruskan

ke desanding cyclone untuk memisahkan pasir berdasarkan prinsip sentrifugal di

dalam bejana atau tabung yang bagian bawahnya berbentuk konis. Karena adanya

arus putar (cyclone) ini, maka gaya sentrifugal terjadi dan pasir dapat dipisahkan

dari ampas. Ampas yang bebas pasir dialirkan ke constant flow sludge tank

sebelum ke sludge separator. Sekali lagi, disini terjadi pemisahan minyak dengan

kotoran dan air yang juga menggunakan gaya sentrifugal. Karena perbedaan berat

jenis terjadi pemisahan. Minyak dialirkan ke reclaimed oil tank, sedangkan air dan

(24)

tankuntk diproses ulang sampai dihasilkan minyak kasar (crude oil), sedangkan

air dan kotoran dari fat pit dialirkan ke kolam limbah (Setyamidjaja, 2006).

StandarMutu

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan

pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada

beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak

sawit seperti dalam tabel berikut.

Tabel 2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit Karakteristik Minyak

Ekstraksi atau pengutipan minyak dari buah kelapa sawit tidak akan

pernah mencapai 100%. Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus diusahakan

sekecil mungkin atau pada batas-batas yang telah ditolerir. Salah satu parameter

untuk menentukan apakah suatu PKS dapat dikatakan bekerja efektif dan efisien

yaitu angka-angka kehilangan minyak dan inti yang sudah distandarkan. Jika pada

suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka-angka kehilangan minyak yang

terjadi melebihi dari angka-angka yang telah distandarkan maka dapat dikatakan

(25)

Tabel 3. Standar kehilangan minyak dan inti (%) terhadap TBS

8 Buah ikut tandan kosong (JJK) (% sampel) 0,50-3,75

9 Nut (% sampel) < 0,50

Kehilangan minyak sawit diperiksa pada contoh tandan kosong, ampas

kempa, biji dan air drab.

- Tandan kosong, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan %

NOS. Tujuan pengujian adalah menetapkan kehilangan minyak dalam

TBK, sekaligus memberi petunjuk mengenai siklus rebusan dan

kematangan panen, karena keduanya mempengaruhi fluktuasi kehilangan

minyak dalam TBS.

- Ampas kempa, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS

dalam serabut. Jika ada peningkatan menyolok harus dicari penyebabnya

dan segera diperbaiki, atau segera berpindah ke kempa yang baik, atau

(26)

- Biji dalam ampas kempa, dikumpulkan data mengenai komposisi atau

perbandingan serabut, biji, biji utuh, biji pecah, inti utuh, biji pecah dan

cangkang dalam ampas kempa. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui

perbandingan serabut terhadap ampas kempa untuk perhitungan jumlah

minyak dalam ampas kempa terhadap TBS.

- Air drab, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS.

tujuan pengujian untuk menentukan kadar minyak terhadap NOS dalam air

buangan untuk memeriksa efisiensi sentrifus drab dan perhitungan

pengutipan minyak.

Kehilangan minyak dalam ampas kempa adalah minyak yang melekat

pada ampas yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung oleh suhu

peremas, suhu kempa dan tekanan kempa. Yang terakhir ini juga mempengaruhi

jumlah biji dan inti yang pecah dalam ampas kempa, yang sebagian besarnya

hilang dalam cangkang atau debu pemecah biji. Dengan demikian harus ada

kompromi antara kehilangan minyak yang rendah dalam ampas dengan persentase

biji pecah yang tinggi dalam ampas kempa atau sebaliknya. Kehilangan minyak

yang wajar dalam ampas untuk kempa ulir adalah 7-7,5 % terhadap zat kering.

Kehilangan minyak pada biji adalah minyak yang melekat pada biji yang

keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung kondisi pengempaan, seperti

untuk kehilangan minyak ampas kempa.

Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin

tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi

makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan

(27)

minyak dalam ampas kempa dan persentasi biji pecah terhadap jumlah biji

tergantung pada banyak faktor. Sehubungan dengan ini terdapat hubungan yang

jelas antara komposisi ampas kempa, gaya atau torque (posisi konus), kehilangan

minyak dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.

Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:

a. Pada torque konstan, jumlah biji pecah bertambah menurut persentase biji

dalam ampas kempa.

b. Pada komposisi buah konstan kehilangan minyak dalam serabut berkurang

menurut kenaikantorque, dan pada waktu yang sama jumlah biji pecah

akan meningkat.

c. Pada torque konstan jumlah biji pecah bertambah menurut persentase ini

terhadap terhadap biji (cangkang lebih tipis).

d. Pada pengumpanan yang kurang, sehingga kapasitas terlalu rendah

dibandingkan dengan putaran ulir (memperbesar slip dari ampas), biji

pecah meningkat.

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil

Kehilangan produksi minyak sawit dan inti sawit dapat terjadi pada tiga

tahap dalam proses produksi, yaitu :

a. Penyerbukan tak sempurna, terlihat dari banyaknya buah partenokarpi atau

tandan yang jarang buahnya. Hasilnya adalah tandan berkurang dari

(28)

b. Panen tak sempurna, tandan terlalu mentah atau lewat matang dan

berondolan hilang diantara tanaman kacangan. Hasilnya adalah rendemen

hasil yang rendah dan atau kadar ALB minyak yang tinggi.

c. Pengolahan tak sempurna, kondisi proses tak terpenuhi, keausan dan

kerusakan mesin olah. Hasilnya adalah koefisien pengutipan minyak yang

rendah dan kenaikan kadar ALB yang besar dalam pengolahan

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Screw press adalah mesin kempa yang digunakan untuk memeras lumatan

brondolan matang dengan sistem tekan dan digunakan untuk memisahkan minyak

kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dengan cara diperas.Pengambilan

cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di screw press terjadi :

1. Silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan

2. Air panas (air pengencer) diberikan pada adonan tidak cukup

3. Tekanan screw press dibawah ketentuan

4. Buah yang tidak matang direbus

5. Fraksi buah yang berbeda-beda dan juga jenis buah yang berbeda

6. Screw press yang telah aus

(Aryadi, 2011).

Putaran screw di sebagian besar PKS ternyata lebih tinggi dari yang biasa

9 rpm untuk kapasitas 10 ton TBS/jam. Dengan putaran yang lebih tinggi

kapasitas kempa lebih tinggi, tetapi di lain pihak kehilangan minyak dalam ampas

kempa menjadi tinggi pula. Pada putaran yang sama ternyata capaian kapasitas

tidak sama, dan dari data harian masing-masing PKS terlihat kapasitas bervariasi

(29)

juga ditentukan oleh faktor suhu digester, tekanan konus, perbandingan

serabut/biji, kepenuhan digester, kondisi pisau digester dan wormscrew. Dalam

hal ini tekanan konus disesuaikan untuk mendapatkan kandungan minyak dalam

ampas yang berimbang dengan jumlah biji yang pecah dalam ampas kempa

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Ekstraksi Minyak Sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu

dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji

sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi

untuk mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang

digunakan dalam proses ekstraksi minyak.

Ekstraksi dengan sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada

bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu

diputar. Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui

lubang-lubang pada dinding tabung.

Ekstraksi dengan cara screw press

Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan

dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak

akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur

secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini

mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan

(30)

Ekstraksi dengan bahan pelarut

Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut

tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel

yang lain.

Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis

Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan

hidrolis (Fauzi dkk, 2006).

Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi

Tipe screw press

Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam screw press mempengaruhi

volume worm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan

akan kurang dan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini

beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping

pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan

rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw

press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam

pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan.

Tekanan kerja screw press

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan

dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan

persentase biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press,

bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja

cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi

(31)

screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang

diakibatkannya.

Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif

terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Untuk menstabilkan

tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara

mengganti “geardrive” dengan “hydraulic transmissi” sehingga ganjalan–

ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidaksamaan bahan

baku dapat diatur secara automatic. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada

screw press. Keuntungan dari alatini ialah dapat mengatur sendiri tekanan

tertinggi dan tekanan terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran

screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :

a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan

masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka

ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak

akan lebih rendah.

b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam

screw press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.

c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti screw,cylinder

press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan

elektrik dan mekanis.

Air pengencer

Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis

(32)

pressan dari atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengecer

yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air

pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air

pengencer yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap :

a. Kandungan air cake

Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :

1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker converyor

(CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.

2. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan

semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi

boiler.

3. Pemeraman biji berkadar air tinggi dalam silo biji akan lebih dan dapat

menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.

b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan

kecepatan gerak cake dalam worm.

Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada

beberapa alat screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam

adonan tersebut, misalnya jika rendeman minyak 22% dengan kapasitas screw

press 10 ton TBS/jam maka air yang disemprotkan sebagai air pengencer

sebanyak 1,1 – 1,65 m3 (Naibaho, 1996).

Rendemen

Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan,

untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen

(33)

buah, dimana buah berubah warna dari hitam menjadimerah oranye hingga terjadi

kematangan penuh (Sianturi, 2001).

Rendemen minyak dan inti sawit ditentukan oleh jenis bahan tanaman dan

umurnya, kesempurnaan penyerbukan, kematangan tandan, dan kehilangan di

lapangan (berondolan yang tidak terkutip) dan kehilangan dalam pengolahan di

pabrik. Angka rendemen yang diperoleh dapat dikoreksi atau disesuaikan dengan

pengaruh faktor-faktor lainnya jika diperkirakan akan ada penyimpangan yang

berarti dari keadaan sebelumnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Perawatan pabrik minyak sawit bukan saja menjadi faktor penentu dalam

pencapaian kapasitas dan efisiensi olah, tetapi juga turut menentukan pencapaian

rendemen dan mutu hasil minyak dan inti sawit.Secara umum pengendalian

pengolahan adalah pengendalian efisiensi. Efisiensi adalah perbandingan antara

masukan (input) yang diberikan dan keluaran yang diperoleh (output). Efisiensi

yang dimaksud adalah efisiensi mesin olah atau pabrik. Biasanya yang menjadi

acuan adalah efisiensi jalan mesin kempa dan efisiensi jalan pabrik. Pada pabrik

yang dikendalikan dengan semestinya efisiensi jalan kempa minimum adalah 90%

dan efisiensi jalan pabrik minimum adalah 95%. Efisiensi tersebut dapat diukur

dengan mencatat jam berhenti kempa, baik karena kerusakan atau kemacetan

mesin kempa maupun karena kerusakan atau kerusakan di stasiun lain

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah.

Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu

(34)

masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan

semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan

perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan

tersebut. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang

dilakukan secara menyeluruh (sistematik) (Tunas, 2007).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu

diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama

yang ilmiah, langkah-langkah itu adalah :

1. Mengetahui inti dari persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain

mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya

2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan

3. Mengolah fakta dan data tersebut

4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan

matang

6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan

7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat dari keputusan yang

telah diambil

(Eriyatno, 2003).

Pengendalian Proses Statistik

Suatu proses dikatakan beroperasi dalam pengendalian statistikal apabila

variasi-variasi yang timbul hanya bersumber dari penyebab umum. Fungsi utama

dari sistem pengendalian proses statistikal adalah memberikan signal statistikal;

(35)

menghindarkan memberikan sinyal yang salah apabila variasi penyebab khusus itu

tidak ada dalam proses (Gasperz, 2001).

Pengendalian proses statistik merupakan penerapan metode-metode

statistik untuk pengukuran analisis variasi proses. Teknik ini menerapkan

parameter-parameter pada proses dan analisis proses. Sasaran pengendalian proses

statistik terutama adalah mengadakan pengurangan terhadap variasi atau

kesalahan-kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses

statistik adalah mendeteksi adanya penyebab khusus (assignable cause atau

special cause) dalam variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masa

lalu maupun masa mendatang (Ariani, 2004).

Proses dikatakan dalam pengendalian statistik apabila penyebab khusus

dari penyimpangan atau variasi tersebut seperti penggunaan alat, kesalahan

operator, kesalahan dalam persiapan mesin, kesalahan penghitungan, kesalahan

bahan baku, dan lain sebagainya tidak tampak dalam proses. Apabila stabilitas

proses tercapai, kemampuan proses dapat diperbaiki dengan mengurangi

penyimpangan karena sebab umum seperti penyimpangan dalam bahan baku,

kondisi emosional operator, penurunan kinerja mesin, penurunan suhu udara, naik

turunnya kelembapan udara dan sebagainya (Indranata, 2008).

Mean (µ) adalah nilai tengah. Nilai ini dihitung dengan membagi jumlah

nilai terpisah dengan jumlah pengamatan.

………(1)

dimana Xn = jumlah nilai-nilai hasil pengamatan

µ = nilai tengah

(36)

Standar deviasi adalah sebuah ukuran penyebaran nilai di sekeliling mean.

Standar deviasi ini dihitung dengan menjumlahkan kuadrat selisih antara setiap

nilai yang diukur dan mean tersebut, membagi jumlah ini dengan jumlah

pangamatan dan kemudian menghitung akar pangkat dua hasil kali itu.

………...(2)

dimana σ = standar deviasi dari populasi pengamatan

Standar deviasi merupakan sebuah parameter kunci dalam menentukan

batas-batas pengawasan untuk tujuan Statistical Process Control (SPC) karena

sebuah perbandingan populasi yang diketahui terletak diantara suatu deretan yang

ditentukan oleh deviasi mean tersebut :

a. Sekitar 68,3 % nilai-nilai dalam populasi terletak diantara satu deretan

yang ditentukan oleh “mean ± satu standar deviasi”

b. Sekitar 95,4 % nilai terdapat di dalam sebuah deretan yang ditentukan oleh

“mean ± dua standar deviasi”

c. Sekitar 99,7 % dari nilai (misalnya semua nilai yang sesungguhnya)

terdapat dalam deretan yang ditentukan “mean ± tiga standar deviasi”.

Deretan ini menentukan apa yang dinamakan “kemampuan proses biasa”

dari proses tersebut. Dimana proses itu menghasilkan keluaran antara

± tiga standar deviasi dari nilai tengah yang sesungguhnya sepanjang

waktu.

Nilai-nilai ini digunakan untuk memperkirakan titik dimana proses akan

memproduksi keluaran yang tidak sesuai sehingga operator dapat melakukan

tindakan pencegahan dan menjaga proses tetap di dalam batas-batasnya

(37)

Diagram Pencar

Diagram pencar atau scatter diagramadalah gambaran yang menunjukkan

kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel.

Walaupun terdapat hubungan, namun tidak berarti bahwa satu variabel

menyebabkan timbulnya variabel yang lain. Diagram pencar biasanya

menjelaskan adanya hubungan antara dua variabel dan menunjukkan keeratan

hubungan tersebut yang diwujudkan sebagai koefisien korelasi (Nasution, 2005).

Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram pencar, dapat berupa:

1. Karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya.

2. Dua karakteristik kualitas yang saling berhubungan.

3. Dua faktor yang saling berhubungan yang mempengaruhi karakteristik

kualitas

(Indranata, 2008).

Langkah-langkah sederhanayang mungkin bisa dicoba dalam membuat

diagram pencar:

1. Pilih faktor terikat dan faktor bebas. Faktor terikat mungkin menjadi

penyebab suatuakibat dan efek diagram, suatu spesifikasi, atau sebuah

perhitungan dari kualitas. Faktor bebasdipilih karena memiliki hubungan

yang potensial terhadap faktor terikat.

2. Atur lembar pemasukan untuk data.

3. Pilih fungsi dari faktor bebas untuk diamati selama analisis.

4. Untuk fungsi yang dipilih dari faktor bebas,

(38)

5. Tandai titik-titik pada diagram pencar, gunakan garis horizontal untuk

faktor bebas dan garis vertikal untuk faktor terikat.

6. Analisa diagram tersebut.

(Oakland, 2003).

Gambar berikut menunjukkan lima tipe dari pola yang dapat disusun

dengan mengolah data dan penjelasannya.

a. Korelasi positif d. Korelasi negatif mungkin terjadi

b. Korelasi positif mungkin terjadi e. Korelasi negatif

c. Tidak ada korelasi

Gambar 2. Interpretasi dari diagram pencar

Diagram pencar pertama menunjukkan suatu arti hubungan linier yang

positif, yang mana ketikafungsi dari x yang meningkat begitu juga dengan fungsi

(39)

linieryang positif. Dengan kata lain, fungsi x yang meningkat, fungsi y juga

cenderung hampir meningkat. Bagaimana pun, fungsi dari x terlihat dipengaruhi

oleh faktor dari variabel lain. Diagram ketiga menunjukkan suatu pola acak yang

mana tidak ada pengaruh hubungan antara kedua variabel. Diagram keempat

menunjukkan bukti dari kemungkinan hubungan linier yang negatif. Fungsi y

terlihat menurun ketika fungsi dari x meningkat. Walaupun hubungan antara

kedua variebel tidak kuat, tetapi masih terdapat suatu pola yang mempengaruhi

hubungan ini. Diagram kelima menunjukkan suatu arti hubungan linier yang

negatif. Diagram ini menunjukkan ketika x meningkat, y menurun (Messina,

1987).

Dengan metode diagram pencar, kita hanya dapat mengambil secara

sederhana dan relatif kasar, apakah antara dua variabel mempunyai hubungan

(korelasi) atau tidak. Jika ada, tidak memperdulikan seberapa erat hubungan

tersebut. Dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi, kita dapat

menggambarkan hubungan dua variabel tersebut dalam bentuk persamaan linier

(garis lurus) dan dapat mengetahui keeratan hubungan tersebut dari besarnya

koefisien korelasi dan determinasinya. Kemudian, berdasarkan angka besaran

koefisien korelasi dan determinasinya, kita dapat mempertimbangkan apakah

persamaan regresinya (dalam hal ini persamaan garis lurus) akan dipakai atau

tidak dalam penarikan kesimpulan, peramalan dan lain-lain (Kuswadi dan

Mutiara, 2004).

Analisis korelasi sederhana dilakukan menggunakan formula berikut:

(40)

Dimana:

n = banyaknya pasangan data x dan y

∑ x = jumlah nilai-nilai dari variabel x

∑ y = jumlah nilai-nilai dari variabel y

∑ x2

= jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel x

∑ y2

= jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel y

∑ xy = jumlah hasil kali nilai-nilai dari variabel x dan y

(Indranata, 2008).

Koefisien korelasi r mempunyai nilai -1<r<1. Ini berarti bahwa korelasi

positif yang kuat mempunyai nilai r mendekati +1. Demikian juga korelasi negatif

yang kaut mempunyai nilai r mendekati -1. Apabila nilai r mendekati nol, berarti

korelasi antara dua variabel adalah lemah. Sebaliknya, apabila nilai r = 1, data

akan terletak pada garis lurus. Diagram pencar dapat digunakan untuk mengecek

kebenaranfishbone diagram or cause and effect diagram (Nasution, 2005).

Diagram Sebab-Akibat

Diagram sebab-akibat adalah sejumlah garis dan simbol yang

menggambarkan hubungan antara akibat (atau persoalan yang telah dipilih) dan

penyebabnya. Diagram arus mencapai tujuan yang sama dengan membuat

serangkaian langkah atau kotak. Diagram sebab akibat juga dikenal dengan nama

analisis tulang ikan atau diagram Ishikawa (menurut nama profesor Kaoru

Ishikawa dari Universitas Tokyo, yang pertama kali menggunakan metode ini

(41)

Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menemukan penyebab

timbulnya persoalan serta apa akibatnya. Diagram ini penting untuk

mengidentifikasi secara tepat hal-hal yang menyebabkan persoalan kemudian

mencoba menanggulanginya (Gasperz, 1992).

Menurut Indranata (2008) pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat

digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:

- Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses

- Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah

- Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

- Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu

dikumpulkan

- Membantu dalam penyelidikan/pencarian fakta lebih lanjut.

Dalam pembuatan diagram tulang ikan, akibat atau permasalahan

digambarkan dalam bagian kepala ikan, sedangkan faktor-faktor penyebab

diletakkan sebagai tulang ikan. Pertama, permasalahan biasanya digolongkan

menjadi beberapa golongan besar, kemudianpenjabaran selanjutnya yang lebih

terperinci dapat dibuat dengan mengajukan pertanyaan ”mengapa” secara

terus-menerus. Penggolongan garis besar faktor-faktor penyebab dimaksud biasanya

(42)

(Kuswadi dan Mutiara, 2004).

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kemudian dilakukan kegiatan

seperti berikut:

1. Gambarkan diagram sebab akibat.

2. Tetapkan penyebab-penyebab pada cabang yang sesuai.

3. Bertanya”mengapa” pada setiap penyebab yang mungkin. Demikian pula

pertanyaan mengapa secara berulang-ulang dapat diajukan untuk penyebab

lain guna menemukan akar penyebab masalah tersebut.

4. Interpretasikan diagram sebab-akibat tersebut.

5. Tetapkan hasil-hasil dengan mengembangkan dan mengimplementasikan

tindakan korektif yang efektif serta memonitor hasil-hasil setelah

dilakukan tindakan korektif guna menjamin bahwa masalah yang dihadapi

telah dapat diselesaikan.

(43)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT.

Perkebunan Nusantara IV. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data informasi

bulanan kehilangan CPO dan rendemen selama periode lima belas bulan terakhir

(Januari 2010-Maret 2011) dan data lainnya yang diperlukan selama penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, komputer dan

Software Minitab 14.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis

yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan

juga dari para stakeholders (baik staf maupun karyawan pabrik). Sehingga dapat

mempermudah dan menjaga alur penelitian dan mampu menjawab beberapa

tujuan yang diinginkan dari penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel

karakteristik kehilanganCPO yaitukadar minyak dalam ampas, kadar air,

kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan

rendemen. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode-metode sebagai berikut :

(44)

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori

yang berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai

penyebab kehilangan CPO pada pengolahan kelapa sawit, serta

teori-teori yang berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas

statistik.

b. Pengamatan (observasi)

Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam

pengumpulan data sebagai objek penelitian. Data yang dibutuhkan

adalah karakteristik kehilangan CPO yaitu kadar minyak dalam

ampas, kadar air, kadar biji pecah,kadar minyak pada biji dalam

ampas kempa dan rendemen.

c. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya

jawab dengan stakeholders yang terkait. Stakeholders disini meliputi

baik dari tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses

produksi ataupun dengan tenaga kerja yang berhubungan langsung

dengan proses produksi. Metode ini digunakan untuk mendukung

akurasi data.

2. Analisisdata

Penyusunan diagram pencar dari masing-masing data yang diamati dengan

menggunakan Software Minitab 14. Selanjutnya data dianalisis dengan

menggunakan diagram pencar tersebut untuk mengetahui hubungan antara

variabel terhadap kehilangan CPO dari stasiun kempa pada suatu periode

(45)

hubungan maka selanjutnya diteliti korelasi pengaruh variabel tersebut

terhadap kehilangan CPO. Kemudian dilakukan penelusuran informasi

dari data-data lain yang mendukung dan juga melalui wawancara atau

tanya jawab dengan pihak-pihak yang bersangkutan (stakeholders).

Selanjutnya akan diperoleh informasi yakni berupa urutan pentingnya

masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada dan

diinterprestasikan ke dalam model diagram sebab-akibat, untuk mencari

akar persoalan dari masalah penyimpangan kadar kehilangan CPO

tersebut.

Prosedur Penelitian

Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan

sebagai berikut :

1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan

yang relevan dengan penelitian.

2. Menganalisis datakehilangan CPO yang diperoleh menggunakan

diagram pencar untuk mengetahui hubungan karakteristik kehilangan

CPO dan rendemen selama periode lima belas bulan terakhir (Januari

2010-Maret 2011)

3. Menentukan hubungan karakteristik kehilangan CPO terhadap batas

toleransi kehilanganCPO yang ditetapkan di PKS Bah Jambi.

4. Menghitung nilai korelasikehilangan CPO pada kadar minyak dalam

ampas, kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam

(46)

(Januari 2010-Maret 2011) untuk mengetahui pengaruhhubungan antar

tiap variabel.

5. Melakukan evaluasi terhadap data kehilangan CPO yang memiliki

hubungan menyimpang.

6. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang

menyebabkan penyimpangan tersebut dan menentukan ruang lingkup

permasalahan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak

terkait.

7. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap penyimpangan kehilangan CPO tersebut ke dalam suatu

model diagram tulang ikan (fishbone diagram).

Parameter

Parameter yang diamati :

1. Karakteristik kehilangan CPO pada ampas kempa :

- Kadar minyak dalam ampas kempa

- Kadar air

- Kadar biji pecah

- Kadar minyak pada biji ampas kempa

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi

Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan

Nusantara IV berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan berkantor

pusat di Jl. Letjend. Suprapto, Medan. Bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan

Pengolahan Kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK).

Pada mulanya Kebun Bah Jambi adalah milik Swasta Asing HVA (Handle

Veroniging Amsterdam) dari Negeri Belanda, komoditinya Budidaya Sisal (Agave

Sisalana).

Tanggal 2 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan

Nomor 19 dalam Lembaran Negara nomor 31, tahun 1959 dengan peralihan status

menjadi PPN Baru sampai dengan tahun 1963.

Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963,

Perusahaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka

Tanaman (Antan) I s.d XIII dan Kebun Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III

selanjutnya berubah nama PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.

Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968

dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet V

dan PPN Serat Sumut menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII (PN.

Perkebunan VII).

Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi PT.

Perkebunan VII (PTP VII).

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1996, PT. Perkebunan

(48)

Sumatera Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan

VIII dilebur menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

dengan akte notaris Harun Kamil, SH nomor 37 tanggal 11 Maret 1996 dan

Keputusan Menteri Kehakiman No. C2.8335 HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 8

Agustus 1996 yang dicantumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 81 tanggal 8

Oktober 1996.

Lokasi Pabrik

Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi

dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalunggun. Jarak dengan Kota Medan

sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara berkisar 147 kilometer, dan dari Kota

Pematang Siantar 19 kilometer.

Keadaan topografi tanah di Kebun Bah Jambi sedikit bergelombang dan

berbukit. Jenis tanah Podsolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC).

Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha, terdiri dari 8 Afdeling

Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah.

Pada tahun 1998 dilaksanakan pembenahan tata letak, tata ruang serta

penyempurnaan mesin-mesin PKS dari kapasitas 50 ton Tandan Buah Segar

(TBS) per jam menjadi 60 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam.

PKS Unit Kebun Bah Jambi mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude

Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) yang merupakan bahan setengah jadi yang

selanjutnya dikirim ke PT. SAN Belawan, PAMINA Belawan dan sejak tahun

(49)

Analisis Data dengan Diagram Pencar

Analisis dilakukan berdasarkan pada penghimpunan data dan pengamatan

yang dilakukan di PKS Bah Jambi terhadapkadar kehilangan minyak pada ampas

kempa, kadar air pada ampas kempa, kadar biji pecah, kadar kehilangan minyak

pada biji ampas kempa dan rendemen mulai dari periode Januari 2010 sampai

dengan Maret 2011.Selanjutnya analisisdilakukan dengan menggunakan diagram

pencar untuk mencari keterkaitan hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya.Diagram pencar tersebut dibuat dengan bantuan software minitab 14.

Penggunaan diagram pencar dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

melihat ada tidaknya hubungan antara faktor yang bersifat khusus terhadap faktor

yang bersifat umumatau hubungan antarasatu faktor terhadap faktor yang lain.

Setelah menggunakan diagram pencar, jika diketahui terdapat hubungan antara

faktor-faktor tersebut, kemudian dilakukan analisis korelasi terhadap hubungan

tersebut untuk melihat besarnya pengaruh antara satu faktor terhadap faktor yang

lain.

Selanjutnya hasil dari analisis dengan diagram pencar dan analisis

korelasitersebut digunakan dalam penyusunan diagram sebab-akibat. Dimana

faktor-faktor yang memiliki korelasi yang lebih besar akan diprioritaskan menjadi

penyebab yang lebih dominan terhadap suatu akibat. Sehingga akan

mempermudah penggunaan dari diagram sebab-akibat dalam menentukan urutan

prioritas penyebab yang mempengaruhi kinerja proses dalam teknik

(50)

Karakteristik Kehilangan CPO pada Ampas Kempa

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Gambar 3. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 3 menunjukkan bahwaada kecenderungan

titik-titik terpusat pada satu bagian dari pola yang terbentuk. Namun, apabila

diperhatikan lebih lanjut dari keseluruhan pola yang terbentuk terlihat hubungan

kenaikan kadar air berbanding lurus dengan kenaikankadar kehilangan minyak

pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar

membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnyaapabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut

diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,222. Adapun nilai tersebut diperoleh

dari hasil perhitungan pada Lampiran 3. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang

cukup lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar air pada

ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga

KADAR AI R ( % )

(51)

dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa tidak terlalu besar terhadap

kadar minyak pada ampas kempa.

Pengaruh kadar air juga berdampak terhadap kapasitas dari ruang

pembakaran. Dimana bila kadar air yang diberikan terlalu banyak maka ampas

kempa akan akan basah karena mengandung air yang lebih banyak sehingga akan

mengurangi nilai kalor untuk proses pembakaran dalam boiler. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Naibaho (1996) yang menyatakan bahwa semakin tinggi

kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun yang dapat

memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah

Gambar 4. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 4 menunjukkan bahwa ada kecenderungan

titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola

tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar biji pecahberbanding terbalik dengan

BI JI PECAH ( % )

(52)

kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik

yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi

yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut

diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,203. Adapun nilai tersebut diperoleh

dari hasil perhitungan pada Lampiran 4. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang

lemah antara kadar minyak dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena

nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Akan tetapi nilai koefisien ini lebih

kecildaripada nilai koefisien korelasi antara kehilangan minyak dengan kadar air

pada ampas kempa. Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah lebih

kecil daripada kadar air pada ampas kempa terhadap kadar minyak pada ampas

kempa.

Pengaruh biji pecah terhadap kehilangan CPO pada ampas kempa biasanya

berhubungan dengan tekanan kempa yang diberikan. Apabila tekanan kempanya

tinggimaka akan terjadipersinggungan antara biji-biji tersebut sehingga kadar inti

yang pecah akan tinggi. Namun hal tersebut akan mengurangi kadar minyak yang

hilang pada proses pengempaan karena minyak diperas secara optimal. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) yang

menyatakan bahwa kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran

ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas

kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan

(53)

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Gambar 5. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 5 menunjukkan bahwa ada kecenderungan

titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola

tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar kehilangan minyak pada biji ampas

kempa berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal

ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang

mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut

diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,028.Adapun nilai tersebut diperoleh

dari hasil perhitungan pada Lampiran 5. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang

sangat lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar minyak pada

biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0).

LOSSI S BI JI ( % )

(54)

Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada biji ampas kempa sangat

kecil terhadap kadar minyak pada ampas kempa.

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Gambar 6. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 6 menunjukkan bahwa ada kecenderungan

titik-titik tersebar membentuk pola yang sedikit menaik. Sehingga dari pola

tersebut terlihat hubungan kenaikankadar air pada ampas kempa berbanding lurus

dengan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan

titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk

hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut

diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,008.Adapun nilai tersebut diperoleh

dari hasil perhitungan pada Lampiran 6. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang

sangat lemah antara kadar air dengan kadar minyak pada biji ampas kempa,

KADAR AI R ( % )

(55)

karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0). Sehingga dapat

dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa sangat kecil atau hampir tidak

ada pengaruh terhadapkadar minyak pada biji ampas kempa.

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadarbiji pecah

Gambar 7. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 7 menunjukkan bahwa ada kecenderungan

titik-titik tersebar merata membentuk pola yang mendatar. Namun, bila

diperhatikan pola yang terbentuk sedikit menurun. Sehingga dari pola tersebut

terlihat hubungan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa berbanding

terbalik dengan kenaikankadar biji pecahpada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan

dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk

hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut

diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,016.Adapun nilai tersebut diperoleh

(56)

dari hasil perhitungan pada Lampiran 7. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang

sangat lemah antara kadar biji pecahdengan kadar kehilangan minyak pada biji

ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0).

Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah pada ampas kempa sangat

kecil atau hampir tidak ada pengaruh terhadap kadar minyak pada biji ampas

kempa.

Kadar biji pecah dengan kadar air ampas kempa

Gambar 8. Diagram pencar hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 8 menunjukkan bahwa ada kecenderungan

titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola

tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar air berbanding terbalik dengan

kenaikan kadar biji pecah pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan

titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan

korelasi yang negatif.

Gambar

Gambar 1. Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Tabel 1. Derajat kematangan buah No Fraksi Buah Persyaratan
Tabel 2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit Karakteristik Minyak Inti Sawit Minyak Inti
Tabel 3. Standar kehilangan minyak dan inti (%) terhadap TBS No Karakteristik
+7

Referensi

Dokumen terkait

PTPN IV Kebun Bah Jambi dalam upaya memenuhi standar mutu telah melakukan suatu pengawasan mutu sejak dari awal penanaman ( planting ) sampai saat minyak kelapa sawit (CPO)

Mutu minyak sawit tersebut yang diambil dari truk pengangkut minyak kelapa sawit yang akan dijual mempunyai mutu yang cukup baik atau semakin rendah kadar asam lemak bebasnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar asam lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi selama bulan April dan bulan September periode

Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi CPO setiap putaran produksi

Analisa Perhitungan Perencanaan Pengendalian Produksi DenganEconomic Production Quantity (EPQ) Pada PT XYZ.. Jurnal Program Studi Teknologi Industri,

Nilai koefisien korelasi model isoterm Langmuir sebesar 0,993 mendekati nilai 1 yang menunjukkan bahwa pendekatan model isoterm Langmuir pada desorpsi β-karoten

Nilai koefisien korelasi model isoterm Langmuir sebesar 0,993 mendekati nilai 1 yang menunjukkan bahwa pendekatan model isoterm Langmuir pada desorpsi β-karoten

Dengan kata lain, losis minyak pada PKS Adolina PTPN IV Perbaungan masih memenuhi standart pengolahan (dapat dilihat pada tabel 4.6). Kehilangan minyak selama proses pengolahan