ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA
PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
IZWAR MUNANDAR 070308019
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA
PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
SKRIPSI
Oleh :
IZWAR MUNANDAR 070308019
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA
PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
SKRIPSI
Oleh :
IZWAR MUNANDAR
070308019/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar sarjana diProgram Studi Keteknikan Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV
Nama : Izwar Munandar Nim : 070308019
Program Studi : Keteknikan Pertanian Fakultas : Pertanian
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Achwil Putra Munir, STP, M.Si Ketua
Ainun Rohanah, STP, M.Si Anggota
Mengetahui
Ir. Edi Susanto, M.Si
ABSTRAK
IZWAR MUNANDAR:Analisis Kehilangan Crude Palm OilPada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan AINUN ROHANAH.
Dalam pengolahan buah kelapa sawit sering terjadi kehilangan minyak akibat proses pengolahan yang kurang baik sehingga diperlukan suatu tindakan untuk mencegah kehilangan minyak tersebut. Penelitian ini menggunakan diagram pencar dan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor-faktor penyebab kehilangan minyak sawit. Parameternya adalah karakteristik kehilangan minyak sawit pada stasiun kempa dan rendemen minyak sawit.
Hasil penelitian ini (Januari 2010-Maret 2011) menunjukkan bahwa kadar air ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar (0,222) terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil (0,028) terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa. Kadar biji pecah pada ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar (-0,147) terhadap rendemen minyak dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil (-0,091) terhadap rendemen minyak. Dari hasil penelitian tersebut, dibuat suatu diagram sebab-akibat untuk mengindentifikasi urutan permasalahan yang menyebabkan kehilangan minyak pada proses pengolahan.
Kata Kunci : Kehilangan Minyak, Rendemen, Stasiun Kempa, Korelasi, Diagram Sebab-Akibat
ABSTRACT
IZWAR MUNANDAR:The Analysis of Crude Palm OilLosses at the Palm Oil
Factory of PTPN IV, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and AINUN
ROHANAH.
In processing of palm oilfruits, there was oil losses due to poor processing, therefore an actionis needed to prevent oil losses. This research used scatter diagram and correlation analysis to see the relationship between the oil losses factors. The parameters were characteristic of oil losses in the pressing station and the palm oil yield.
Results of the research (January 2010 until March 2011) showed that moisture content in press cake had the biggest correlation effect (0,222) for oil losses in press cake and oil losses of nut press cake had the smallest correlation effect (0,028) for oil losses in press cake. Crake nuts in press cake hadthe biggest correlation effect (-0,147) for the palm oil yield and the oil losses of nut press cake had the smallest correlation effect(-0,091) for palm oil yield. A cause-effect diagram was made from the results to identify sequence problems that cause oil losses in processing.
RIWAYAT HIDUP
Izwar Munandar, dilahirkan di Binjai pada tanggal 18 Desember 1988 dari
ayah (Alm) Anwar dan ibu (Almh) Sri Muliani. Penulis merupakan putra ke dua
dari tiga bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Binjai dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai pengurus tahun 2010/2011.
Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ATM sebagai anggota.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa
Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV, Kabupaten Simalungun,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT.
Perkebunan Nusantara IV” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjanadi Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Achwil Putra Munir, STP, M.Si dan Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis
sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.Terimakasih juga
penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu penulis
selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna demi penulisan
selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli2011
DAFTAR ISI
Karakteristik Kehilangan Crude Palm Oil ... 12
Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil ... 15
Ekstraksi Minyak Sawit ... 17
Ekstraksi dengan sentrifugasi ... 17
Ekstraksi dengan cara screw press ... 17
Ekstraksi dengan bahan pelarut ... 18
Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis ... 18
Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi ... 18
Tipe screw press ... 18 Sejarah Singkat Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi ... 35
Lokasi Pabrik ... 36
Analisis Data dengan Diagram Pencar ... 37
Karakteristik Kehilangan CPO pada Ampas Kempa ... 38
Kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah ... 39
Kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa 41 Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar air ampas kempa ... 42
Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah ... 43
Kadar biji pecah dengan kadar air ampas kempa... 44
Rendemen ... 45
Rendemen dengan kadar minyak ampas kempa ... 45
Rendemen dengan kadar air ampas kempa... 46
Rendemen dengan kadar biji pecah... 47
Rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa ... 48
Penyusunan Diagram Sebab-Akibat ... 49
Kehilangan minyak pada ampas kempa ... 49
Kadar air pada ampas kempa ... 50
Kadar biji pecah pada ampas kempa ... 51
Kehilangan minyak pada biji ampas kempa ... 52
Rendemen ... 52
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54
Saran ... 55
DAFTAR TABEL
No. ... Hal.
1. Derajat kematangan buah ... 7
2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit ... 12
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit... 6
2. Interpretasi dari diagram pencar ... 26
3. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa ... 38
4. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa ... 39
5. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa ... 41
6. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa ... 42
7. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa ... 43
8. Diagram pencar hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa ... 44
9. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa.... 45
10. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa ... 46
11. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan alir penelitian ... 58
2. Data parameter ... 59
3. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 79
4. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 80
5. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 81
6. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011)... 82
7. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah (Januari 2010-Maret 2011)... 83
8. Koefisien korelasi hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011)... 84
9. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 85
10. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 86
11. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 87
12. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 88
13. Standar toleransi kehilangan minyak PKS Bah Jambi ... 89
14. Bagan material balance... 90
15. Spesifikasi screw press di PKS Bah Jambi ... 91
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (ElaeisGuineensis Jacq) adalah salah satu dari
beberapa family Arecacea (dahulu disebut dengan Palmae). Nama Genus Elaeis
berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species
guinensis berasal dari Guinea, yaitu tempat pertama kalinya ditemukan kelapa
sawit oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Portugis yang bernama “Jacquin” di
pantai Guinea. Tanaman ini berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya
Brasilia (Pahan, 2006).
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup
tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi
Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan
kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara.
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh
ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa
sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai
unit ekstraksi crudepalmoil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS)
kelapa sawit.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi
CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti
dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa
tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain.Kegagalan
karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
norma-norma yang ada.
Pada proses pengolahan kelapa sawit, pengempaan adalah salah satu
bagian dari tahapan pengolahan yang memisahkan minyak dari serat ampas dan
biji dengan cara dikempa. Buah yang berasal dari proses perebusan kemudian
ditebah untuk memisahkan brondolan buah dari tandannya.Selanjutnya
dilumatkan dalam digester kemudian dilakukan pengempaan untuk mengambil
minyak dari massa bubur buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap. Hasil
kempa berupa minyak kasar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke crude oil
tank melalui vibrating screenuntuk proses pemurnian.
Pada proses pengempaan sering terjadi kehilangan minyak hasil kempa.
Hal ini bisa disebabkan karenabuah yang belum matang, proses perebusan yang
kurang sempurna dan juga disebabkan dari mesin kempa itu sendiri. Pada mesin
kempa, kehilangan minyak dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya proses
pengolahan yang tidak sesuai, alat yang sudah aus, dan penambahan air yang tidak
sesuai, dan operator.
Berdasarkan proses pada stasiun pengempaan dan beberapa hal yang
mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa, maka perlu dilakukan
suatu analisis terhadap kehilangan CPO untuk mengetahui apakah kadar
kehilangan CPO masih dalambatas toleransi yang ditetapkan di pabrik dan
mengetahui keterkaitan hubungan antara faktor yangmempengaruhi kehilangan
CPO dari stasiun kempadengan menggunakan diagram pencar. Selanjutnya
faktor-faktor tersebut diformulasikan kedalam bentuk diagram sebab-akibatatau diagram
digunakan untuk mengindentifikasi permasalahan yang menyebabkan kehilangan
minyak pada proses pengolahan kelapa sawit.
Tujuan Penelitian
1. Mengevaluasi kehilangan CPO(kadar minyak dalam ampas
kempa,kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas
kempa)dan rendemen pada suatu periodedi Pabrik Kelapa Sawit Bah
JambiPT. Perkebunan Nusantara IV
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan CPO yang
terjadi selama periode tersebut.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi
Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak manajemen
pabrik sebagai informasi lebih lanjut dalam pengambilan keputusan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengolahan
produksi CPO di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan
Nusantara IV
3. Sebagai input informasi bagi pihak yang membutuhkan.
BatasanPenelitian
Penelitian dibatasi untuk menganalisiskehilangan CPO yang dihasilkan
berdasarkan parameter kadar minyak dalam ampas, kadar air, kadar biji pecah,
kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan rendemen yang terjadi pada suatu
periodedi dalam ruang lingkup Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa
Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius
sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam
di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848.
Tanaman kelapa sawit di Kebun Raya Bogor ini dianggap sebagai nenek moyang
tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2006).
Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai
strategis karena merupakan bahan baku untuk pembuatan minyak goreng.
Sementara, minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok
bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak goreng di dalam dan luar negeri yang
kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam
perekonomian bangsa (Pahan, 2006).
Secara umum terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak
kelapa sawit yang berasal dari ekstraksi daging buah (sabut) dan minyak kelapa
sawit yang berasal dari ekstraksi inti buah (kernel). Hasil ekstraksi daging buah
disebut minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan hasil ektraksi inti
buah disebut minyak kernel atau Kernel Palm Oil (KPO) (Hadi, 2004).
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena
permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak
hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis
mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing
maupun skala perkebunan rakyat (Sastrosayono, 2003).
Sejalan dengan permintaan yang terus meningkat, harga minyak sawit
dalam negeri pun menunjukkan kecenderungan peningkatan. Namun, perlu
diketahui bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor terutama harga minyak goreng dari bahan lain di dunia
(Fauzi dkk, 2006).
Pengolahan Kelapa Sawit
Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak
sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit, sehingga perlu
mendapat penanganan khusus oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan
keterampilan tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baik dan memadai untuk
memperolah minyak sawit dan inti sawit yang bermutu baik (Sunarko, 2007).
Pengolahan TBS (tandan buah segar) di pabrik bertujuan untuk
memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung
cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan
TBS atau brondolan dari TPH (tempat pemungutan hasil) ke pabrik sampai
dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam
olahan utama pengolahan TBS di Pabrik, yaituminyak sawit yang merupakan hasil
pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam
presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam
keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen
minyak yang diperolehnya juga rendah. Disinilah, pengetahuan mengenai kriteria
matang panen berdasarkan jumlah brondolan jatuh berperan cukup penting dalam
menentukan derajat kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).
Agar proses di PKS dapat berjalan dengan efektif dan efesien maka perlu
diterapkan standar kematangan buah yang dipanen. Derajat kematangan buah
yang telah distandarkan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Derajat kematangan buah
No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fisik Jumlah Brondolan 1 Fraksi 00 (F-00) 0,00 % Sangat Mentah Tidak ada
TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam
setelah panen harus segera diolah. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan
penimbangan. Penimbangan sangat penting dilakukan terutama untuk
mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah
TBS yang telah ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan
menuang (dump) langsung dari truk.Loading ramp merupakan suatu bangunan
dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450.
Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,kerikil, dan
sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh melalui kisi-kisi ditampung
oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam pembuangannya (Pahan, 2006).
Perebusan dilakukan untuk melunakkan buah sehingga daging buah
mudah lepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Rebusan berupa
bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau salah satu ujungnya.TBS
dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang dindingnya berperforasi untuk
penyaluran uap (steam) diantara buah, dan ditempatkan di atas lori yang rendah.
Tiap rebusan memuat 9-10 lori dan tiap keranjang umumnya memuat 2,5 ton TBS
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Proses perebusan memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi
penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserin.
2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar
tidak ikut serta dengan minyak kasar dari hasil pengempaan karena dapat
menyebabkan emulsi.
3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir akan menyulitkan
pemisahan air dengan minyak dalam klarifikasi.
4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di ketel
pengadukan.
6. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan
pemecahan biji pada mesin pemecah (cracker).
7. Menurunkan kadar air daging buah.
8. Memperbaiki proses penjernihan minyak
(Sunarko, 2007).
Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan
yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang
sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran
berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan
mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkat sampai titik tertinggi
pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh
kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali
sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol (Mangoensoekarjo
dan Semangun, 2003).
Pada proses ini kehilangan minyak masih mungkin terjadi karena buah
terbanting dan mengeluarkan minyak yang akan diserap oleh janjang kosong.
Pemasukan buah yang terlalu banyak akan menyebabkan kontak yang lebih
banyak dengan janjang kosong yang belum sempat keluar sehingga akan
memperbanyak minyak yang diserap oleh janjang kosong. Banyaknya buah balen
(tandan yang direbus ulang) mencerminkan kurang sempurnanya perebusan atau
buah mentah cukup banyak. Hal ini mungkin disebabkan tekanan dan suhu pada
perebusan kurang (Lubis, 1992).
Buah yang sudah terpisah dari tandannya dimasukkan ke dalam mesin
dipisahkan oleh suatu ruang. Ruang antara dua dinding diberi uap panas yang
bertekanan 3 atm. Uap panas berfungsi untuk memanaskan buah yang ada di
ruang dalam teromol sehingga minyak yang dikandungnya mudah keluar
(Sastrosayono, 2003).
Digester adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengaduk brondolan
buah sawit berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah
yang berputar dengan kecepatan tertentu dan digerakkan oleh motor listrik (Risza,
1994).
Tangki pengadukan sebaiknya diisi penuh, sedikitnya ¾ bagian. Bila tidak
penuh, pengadukan menjadi lebih cepat sehingga dapat mengurangi efisiensi
mesin kempa(press), karena banyak minyak terserap dalam serat-serat.
Pengendalian suhu tangki pengaduk juga penting, karena suhu yang terlalu rendah
akan meningkatkan viskositas minyak sehingga mengurangi efisiensi mesin
kempa. Suhu terlalu tinggi dapat manyebabkan bubur mendidih sehingga terjadi
emulsi minyak dengan air yang juga menyulitkan dalam proses penjernihan
(Sianturi, 2001).
Massa minyak yang berbentuk bubur yang diperoleh dari tangki
pengadukan kemudian dikempa agar minyak terpisah dari ampasnya. Alat yang
dipakai adalah screw press yang menghasilkan tekanan oleh kerja dua ulir yang
berputar berlawanan arah. Pada setiap pabrik terdapat beberapa unit, tiap unit
memiliki kapasitas tertentu misalnya 10 ton TBS/jam. Tekanan sangat
menentukan keberhasilan proses ini. Tekanan yang sesuai harus dapat
menghasilkan atau memisahkan minyak yang tinggi dari ampas (serabut) dan
Cairan minyak yang masuk ke ketel penampungan terdiri dari 30%
minyak, 60% air, dan 10% kotoran. Ampas yang keluar dari ujung ketel terdiri
dari gumpalan serat, serabut, daging buah, butiran biji serta kotoran lainnya.
Biji-biji ini dipisahkan dari ampasnya dengan mesin separator (Sastrosayono, 2003).
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan
masihberupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa
partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh
minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut
yaitu dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Setelah melalui
pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit
mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air
dalam minyak (Fauzi dkk, 2006).
Ampas (sludge) yang berasal dari tangki pemisah dikumpulkan dalam
sludge tank dan masih mengandung minyak. Di sludge tank, ampas ini dipanaskan
sampai 95oC kemudian dialirkan ke self cleaning strainer, yaitu tabung penyaring
minyak dari serabut halus yang terdapat pada ampas. Dari sini, ampas diteruskan
ke desanding cyclone untuk memisahkan pasir berdasarkan prinsip sentrifugal di
dalam bejana atau tabung yang bagian bawahnya berbentuk konis. Karena adanya
arus putar (cyclone) ini, maka gaya sentrifugal terjadi dan pasir dapat dipisahkan
dari ampas. Ampas yang bebas pasir dialirkan ke constant flow sludge tank
sebelum ke sludge separator. Sekali lagi, disini terjadi pemisahan minyak dengan
kotoran dan air yang juga menggunakan gaya sentrifugal. Karena perbedaan berat
jenis terjadi pemisahan. Minyak dialirkan ke reclaimed oil tank, sedangkan air dan
tankuntk diproses ulang sampai dihasilkan minyak kasar (crude oil), sedangkan
air dan kotoran dari fat pit dialirkan ke kolam limbah (Setyamidjaja, 2006).
StandarMutu
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan
pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada
beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak
sawit seperti dalam tabel berikut.
Tabel 2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit Karakteristik Minyak
Ekstraksi atau pengutipan minyak dari buah kelapa sawit tidak akan
pernah mencapai 100%. Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus diusahakan
sekecil mungkin atau pada batas-batas yang telah ditolerir. Salah satu parameter
untuk menentukan apakah suatu PKS dapat dikatakan bekerja efektif dan efisien
yaitu angka-angka kehilangan minyak dan inti yang sudah distandarkan. Jika pada
suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka-angka kehilangan minyak yang
terjadi melebihi dari angka-angka yang telah distandarkan maka dapat dikatakan
Tabel 3. Standar kehilangan minyak dan inti (%) terhadap TBS
8 Buah ikut tandan kosong (JJK) (% sampel) 0,50-3,75
9 Nut (% sampel) < 0,50
Kehilangan minyak sawit diperiksa pada contoh tandan kosong, ampas
kempa, biji dan air drab.
- Tandan kosong, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan %
NOS. Tujuan pengujian adalah menetapkan kehilangan minyak dalam
TBK, sekaligus memberi petunjuk mengenai siklus rebusan dan
kematangan panen, karena keduanya mempengaruhi fluktuasi kehilangan
minyak dalam TBS.
- Ampas kempa, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS
dalam serabut. Jika ada peningkatan menyolok harus dicari penyebabnya
dan segera diperbaiki, atau segera berpindah ke kempa yang baik, atau
- Biji dalam ampas kempa, dikumpulkan data mengenai komposisi atau
perbandingan serabut, biji, biji utuh, biji pecah, inti utuh, biji pecah dan
cangkang dalam ampas kempa. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui
perbandingan serabut terhadap ampas kempa untuk perhitungan jumlah
minyak dalam ampas kempa terhadap TBS.
- Air drab, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS.
tujuan pengujian untuk menentukan kadar minyak terhadap NOS dalam air
buangan untuk memeriksa efisiensi sentrifus drab dan perhitungan
pengutipan minyak.
Kehilangan minyak dalam ampas kempa adalah minyak yang melekat
pada ampas yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung oleh suhu
peremas, suhu kempa dan tekanan kempa. Yang terakhir ini juga mempengaruhi
jumlah biji dan inti yang pecah dalam ampas kempa, yang sebagian besarnya
hilang dalam cangkang atau debu pemecah biji. Dengan demikian harus ada
kompromi antara kehilangan minyak yang rendah dalam ampas dengan persentase
biji pecah yang tinggi dalam ampas kempa atau sebaliknya. Kehilangan minyak
yang wajar dalam ampas untuk kempa ulir adalah 7-7,5 % terhadap zat kering.
Kehilangan minyak pada biji adalah minyak yang melekat pada biji yang
keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung kondisi pengempaan, seperti
untuk kehilangan minyak ampas kempa.
Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin
tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi
makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan
minyak dalam ampas kempa dan persentasi biji pecah terhadap jumlah biji
tergantung pada banyak faktor. Sehubungan dengan ini terdapat hubungan yang
jelas antara komposisi ampas kempa, gaya atau torque (posisi konus), kehilangan
minyak dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
a. Pada torque konstan, jumlah biji pecah bertambah menurut persentase biji
dalam ampas kempa.
b. Pada komposisi buah konstan kehilangan minyak dalam serabut berkurang
menurut kenaikantorque, dan pada waktu yang sama jumlah biji pecah
akan meningkat.
c. Pada torque konstan jumlah biji pecah bertambah menurut persentase ini
terhadap terhadap biji (cangkang lebih tipis).
d. Pada pengumpanan yang kurang, sehingga kapasitas terlalu rendah
dibandingkan dengan putaran ulir (memperbesar slip dari ampas), biji
pecah meningkat.
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil
Kehilangan produksi minyak sawit dan inti sawit dapat terjadi pada tiga
tahap dalam proses produksi, yaitu :
a. Penyerbukan tak sempurna, terlihat dari banyaknya buah partenokarpi atau
tandan yang jarang buahnya. Hasilnya adalah tandan berkurang dari
b. Panen tak sempurna, tandan terlalu mentah atau lewat matang dan
berondolan hilang diantara tanaman kacangan. Hasilnya adalah rendemen
hasil yang rendah dan atau kadar ALB minyak yang tinggi.
c. Pengolahan tak sempurna, kondisi proses tak terpenuhi, keausan dan
kerusakan mesin olah. Hasilnya adalah koefisien pengutipan minyak yang
rendah dan kenaikan kadar ALB yang besar dalam pengolahan
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Screw press adalah mesin kempa yang digunakan untuk memeras lumatan
brondolan matang dengan sistem tekan dan digunakan untuk memisahkan minyak
kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dengan cara diperas.Pengambilan
cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di screw press terjadi :
1. Silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan
2. Air panas (air pengencer) diberikan pada adonan tidak cukup
3. Tekanan screw press dibawah ketentuan
4. Buah yang tidak matang direbus
5. Fraksi buah yang berbeda-beda dan juga jenis buah yang berbeda
6. Screw press yang telah aus
(Aryadi, 2011).
Putaran screw di sebagian besar PKS ternyata lebih tinggi dari yang biasa
9 rpm untuk kapasitas 10 ton TBS/jam. Dengan putaran yang lebih tinggi
kapasitas kempa lebih tinggi, tetapi di lain pihak kehilangan minyak dalam ampas
kempa menjadi tinggi pula. Pada putaran yang sama ternyata capaian kapasitas
tidak sama, dan dari data harian masing-masing PKS terlihat kapasitas bervariasi
juga ditentukan oleh faktor suhu digester, tekanan konus, perbandingan
serabut/biji, kepenuhan digester, kondisi pisau digester dan wormscrew. Dalam
hal ini tekanan konus disesuaikan untuk mendapatkan kandungan minyak dalam
ampas yang berimbang dengan jumlah biji yang pecah dalam ampas kempa
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Ekstraksi Minyak Sawit
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu
dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji
sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi
untuk mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang
digunakan dalam proses ekstraksi minyak.
Ekstraksi dengan sentrifugasi
Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada
bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu
diputar. Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui
lubang-lubang pada dinding tabung.
Ekstraksi dengan cara screw press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan
dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak
akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur
secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan
Ekstraksi dengan bahan pelarut
Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut
tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel
yang lain.
Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis
Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan
hidrolis (Fauzi dkk, 2006).
Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi
Tipe screw press
Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam screw press mempengaruhi
volume worm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan
akan kurang dan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini
beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping
pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan
rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw
press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam
pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan.
Tekanan kerja screw press
Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan
dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan
persentase biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press,
bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja
cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi
screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang
diakibatkannya.
Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif
terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Untuk menstabilkan
tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara
mengganti “geardrive” dengan “hydraulic transmissi” sehingga ganjalan–
ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidaksamaan bahan
baku dapat diatur secara automatic. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada
screw press. Keuntungan dari alatini ialah dapat mengatur sendiri tekanan
tertinggi dan tekanan terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran
screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan.
Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :
a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan
masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka
ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak
akan lebih rendah.
b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam
screw press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti screw,cylinder
press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan
elektrik dan mekanis.
Air pengencer
Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis
pressan dari atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengecer
yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air
pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air
pengencer yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap :
a. Kandungan air cake
Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :
1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker converyor
(CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.
2. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan
semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi
boiler.
3. Pemeraman biji berkadar air tinggi dalam silo biji akan lebih dan dapat
menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.
b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan
kecepatan gerak cake dalam worm.
Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada
beberapa alat screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam
adonan tersebut, misalnya jika rendeman minyak 22% dengan kapasitas screw
press 10 ton TBS/jam maka air yang disemprotkan sebagai air pengencer
sebanyak 1,1 – 1,65 m3 (Naibaho, 1996).
Rendemen
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan,
untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen
buah, dimana buah berubah warna dari hitam menjadimerah oranye hingga terjadi
kematangan penuh (Sianturi, 2001).
Rendemen minyak dan inti sawit ditentukan oleh jenis bahan tanaman dan
umurnya, kesempurnaan penyerbukan, kematangan tandan, dan kehilangan di
lapangan (berondolan yang tidak terkutip) dan kehilangan dalam pengolahan di
pabrik. Angka rendemen yang diperoleh dapat dikoreksi atau disesuaikan dengan
pengaruh faktor-faktor lainnya jika diperkirakan akan ada penyimpangan yang
berarti dari keadaan sebelumnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Perawatan pabrik minyak sawit bukan saja menjadi faktor penentu dalam
pencapaian kapasitas dan efisiensi olah, tetapi juga turut menentukan pencapaian
rendemen dan mutu hasil minyak dan inti sawit.Secara umum pengendalian
pengolahan adalah pengendalian efisiensi. Efisiensi adalah perbandingan antara
masukan (input) yang diberikan dan keluaran yang diperoleh (output). Efisiensi
yang dimaksud adalah efisiensi mesin olah atau pabrik. Biasanya yang menjadi
acuan adalah efisiensi jalan mesin kempa dan efisiensi jalan pabrik. Pada pabrik
yang dikendalikan dengan semestinya efisiensi jalan kempa minimum adalah 90%
dan efisiensi jalan pabrik minimum adalah 95%. Efisiensi tersebut dapat diukur
dengan mencatat jam berhenti kempa, baik karena kerusakan atau kemacetan
mesin kempa maupun karena kerusakan atau kerusakan di stasiun lain
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah.
Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu
masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan
semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan
perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan
tersebut. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang
dilakukan secara menyeluruh (sistematik) (Tunas, 2007).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu
diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama
yang ilmiah, langkah-langkah itu adalah :
1. Mengetahui inti dari persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain
mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya
2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan
3. Mengolah fakta dan data tersebut
4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan
matang
6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan
7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat dari keputusan yang
telah diambil
(Eriyatno, 2003).
Pengendalian Proses Statistik
Suatu proses dikatakan beroperasi dalam pengendalian statistikal apabila
variasi-variasi yang timbul hanya bersumber dari penyebab umum. Fungsi utama
dari sistem pengendalian proses statistikal adalah memberikan signal statistikal;
menghindarkan memberikan sinyal yang salah apabila variasi penyebab khusus itu
tidak ada dalam proses (Gasperz, 2001).
Pengendalian proses statistik merupakan penerapan metode-metode
statistik untuk pengukuran analisis variasi proses. Teknik ini menerapkan
parameter-parameter pada proses dan analisis proses. Sasaran pengendalian proses
statistik terutama adalah mengadakan pengurangan terhadap variasi atau
kesalahan-kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses
statistik adalah mendeteksi adanya penyebab khusus (assignable cause atau
special cause) dalam variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masa
lalu maupun masa mendatang (Ariani, 2004).
Proses dikatakan dalam pengendalian statistik apabila penyebab khusus
dari penyimpangan atau variasi tersebut seperti penggunaan alat, kesalahan
operator, kesalahan dalam persiapan mesin, kesalahan penghitungan, kesalahan
bahan baku, dan lain sebagainya tidak tampak dalam proses. Apabila stabilitas
proses tercapai, kemampuan proses dapat diperbaiki dengan mengurangi
penyimpangan karena sebab umum seperti penyimpangan dalam bahan baku,
kondisi emosional operator, penurunan kinerja mesin, penurunan suhu udara, naik
turunnya kelembapan udara dan sebagainya (Indranata, 2008).
Mean (µ) adalah nilai tengah. Nilai ini dihitung dengan membagi jumlah
nilai terpisah dengan jumlah pengamatan.
………(1)
dimana Xn = jumlah nilai-nilai hasil pengamatan
µ = nilai tengah
Standar deviasi adalah sebuah ukuran penyebaran nilai di sekeliling mean.
Standar deviasi ini dihitung dengan menjumlahkan kuadrat selisih antara setiap
nilai yang diukur dan mean tersebut, membagi jumlah ini dengan jumlah
pangamatan dan kemudian menghitung akar pangkat dua hasil kali itu.
………...(2)
dimana σ = standar deviasi dari populasi pengamatan
Standar deviasi merupakan sebuah parameter kunci dalam menentukan
batas-batas pengawasan untuk tujuan Statistical Process Control (SPC) karena
sebuah perbandingan populasi yang diketahui terletak diantara suatu deretan yang
ditentukan oleh deviasi mean tersebut :
a. Sekitar 68,3 % nilai-nilai dalam populasi terletak diantara satu deretan
yang ditentukan oleh “mean ± satu standar deviasi”
b. Sekitar 95,4 % nilai terdapat di dalam sebuah deretan yang ditentukan oleh
“mean ± dua standar deviasi”
c. Sekitar 99,7 % dari nilai (misalnya semua nilai yang sesungguhnya)
terdapat dalam deretan yang ditentukan “mean ± tiga standar deviasi”.
Deretan ini menentukan apa yang dinamakan “kemampuan proses biasa”
dari proses tersebut. Dimana proses itu menghasilkan keluaran antara
± tiga standar deviasi dari nilai tengah yang sesungguhnya sepanjang
waktu.
Nilai-nilai ini digunakan untuk memperkirakan titik dimana proses akan
memproduksi keluaran yang tidak sesuai sehingga operator dapat melakukan
tindakan pencegahan dan menjaga proses tetap di dalam batas-batasnya
Diagram Pencar
Diagram pencar atau scatter diagramadalah gambaran yang menunjukkan
kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel.
Walaupun terdapat hubungan, namun tidak berarti bahwa satu variabel
menyebabkan timbulnya variabel yang lain. Diagram pencar biasanya
menjelaskan adanya hubungan antara dua variabel dan menunjukkan keeratan
hubungan tersebut yang diwujudkan sebagai koefisien korelasi (Nasution, 2005).
Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram pencar, dapat berupa:
1. Karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya.
2. Dua karakteristik kualitas yang saling berhubungan.
3. Dua faktor yang saling berhubungan yang mempengaruhi karakteristik
kualitas
(Indranata, 2008).
Langkah-langkah sederhanayang mungkin bisa dicoba dalam membuat
diagram pencar:
1. Pilih faktor terikat dan faktor bebas. Faktor terikat mungkin menjadi
penyebab suatuakibat dan efek diagram, suatu spesifikasi, atau sebuah
perhitungan dari kualitas. Faktor bebasdipilih karena memiliki hubungan
yang potensial terhadap faktor terikat.
2. Atur lembar pemasukan untuk data.
3. Pilih fungsi dari faktor bebas untuk diamati selama analisis.
4. Untuk fungsi yang dipilih dari faktor bebas,
5. Tandai titik-titik pada diagram pencar, gunakan garis horizontal untuk
faktor bebas dan garis vertikal untuk faktor terikat.
6. Analisa diagram tersebut.
(Oakland, 2003).
Gambar berikut menunjukkan lima tipe dari pola yang dapat disusun
dengan mengolah data dan penjelasannya.
a. Korelasi positif d. Korelasi negatif mungkin terjadi
b. Korelasi positif mungkin terjadi e. Korelasi negatif
c. Tidak ada korelasi
Gambar 2. Interpretasi dari diagram pencar
Diagram pencar pertama menunjukkan suatu arti hubungan linier yang
positif, yang mana ketikafungsi dari x yang meningkat begitu juga dengan fungsi
linieryang positif. Dengan kata lain, fungsi x yang meningkat, fungsi y juga
cenderung hampir meningkat. Bagaimana pun, fungsi dari x terlihat dipengaruhi
oleh faktor dari variabel lain. Diagram ketiga menunjukkan suatu pola acak yang
mana tidak ada pengaruh hubungan antara kedua variabel. Diagram keempat
menunjukkan bukti dari kemungkinan hubungan linier yang negatif. Fungsi y
terlihat menurun ketika fungsi dari x meningkat. Walaupun hubungan antara
kedua variebel tidak kuat, tetapi masih terdapat suatu pola yang mempengaruhi
hubungan ini. Diagram kelima menunjukkan suatu arti hubungan linier yang
negatif. Diagram ini menunjukkan ketika x meningkat, y menurun (Messina,
1987).
Dengan metode diagram pencar, kita hanya dapat mengambil secara
sederhana dan relatif kasar, apakah antara dua variabel mempunyai hubungan
(korelasi) atau tidak. Jika ada, tidak memperdulikan seberapa erat hubungan
tersebut. Dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi, kita dapat
menggambarkan hubungan dua variabel tersebut dalam bentuk persamaan linier
(garis lurus) dan dapat mengetahui keeratan hubungan tersebut dari besarnya
koefisien korelasi dan determinasinya. Kemudian, berdasarkan angka besaran
koefisien korelasi dan determinasinya, kita dapat mempertimbangkan apakah
persamaan regresinya (dalam hal ini persamaan garis lurus) akan dipakai atau
tidak dalam penarikan kesimpulan, peramalan dan lain-lain (Kuswadi dan
Mutiara, 2004).
Analisis korelasi sederhana dilakukan menggunakan formula berikut:
Dimana:
n = banyaknya pasangan data x dan y
∑ x = jumlah nilai-nilai dari variabel x
∑ y = jumlah nilai-nilai dari variabel y
∑ x2
= jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel x
∑ y2
= jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel y
∑ xy = jumlah hasil kali nilai-nilai dari variabel x dan y
(Indranata, 2008).
Koefisien korelasi r mempunyai nilai -1<r<1. Ini berarti bahwa korelasi
positif yang kuat mempunyai nilai r mendekati +1. Demikian juga korelasi negatif
yang kaut mempunyai nilai r mendekati -1. Apabila nilai r mendekati nol, berarti
korelasi antara dua variabel adalah lemah. Sebaliknya, apabila nilai r = 1, data
akan terletak pada garis lurus. Diagram pencar dapat digunakan untuk mengecek
kebenaranfishbone diagram or cause and effect diagram (Nasution, 2005).
Diagram Sebab-Akibat
Diagram sebab-akibat adalah sejumlah garis dan simbol yang
menggambarkan hubungan antara akibat (atau persoalan yang telah dipilih) dan
penyebabnya. Diagram arus mencapai tujuan yang sama dengan membuat
serangkaian langkah atau kotak. Diagram sebab akibat juga dikenal dengan nama
analisis tulang ikan atau diagram Ishikawa (menurut nama profesor Kaoru
Ishikawa dari Universitas Tokyo, yang pertama kali menggunakan metode ini
Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menemukan penyebab
timbulnya persoalan serta apa akibatnya. Diagram ini penting untuk
mengidentifikasi secara tepat hal-hal yang menyebabkan persoalan kemudian
mencoba menanggulanginya (Gasperz, 1992).
Menurut Indranata (2008) pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat
digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:
- Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses
- Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
- Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
- Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu
dikumpulkan
- Membantu dalam penyelidikan/pencarian fakta lebih lanjut.
Dalam pembuatan diagram tulang ikan, akibat atau permasalahan
digambarkan dalam bagian kepala ikan, sedangkan faktor-faktor penyebab
diletakkan sebagai tulang ikan. Pertama, permasalahan biasanya digolongkan
menjadi beberapa golongan besar, kemudianpenjabaran selanjutnya yang lebih
terperinci dapat dibuat dengan mengajukan pertanyaan ”mengapa” secara
terus-menerus. Penggolongan garis besar faktor-faktor penyebab dimaksud biasanya
(Kuswadi dan Mutiara, 2004).
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kemudian dilakukan kegiatan
seperti berikut:
1. Gambarkan diagram sebab akibat.
2. Tetapkan penyebab-penyebab pada cabang yang sesuai.
3. Bertanya”mengapa” pada setiap penyebab yang mungkin. Demikian pula
pertanyaan mengapa secara berulang-ulang dapat diajukan untuk penyebab
lain guna menemukan akar penyebab masalah tersebut.
4. Interpretasikan diagram sebab-akibat tersebut.
5. Tetapkan hasil-hasil dengan mengembangkan dan mengimplementasikan
tindakan korektif yang efektif serta memonitor hasil-hasil setelah
dilakukan tindakan korektif guna menjamin bahwa masalah yang dihadapi
telah dapat diselesaikan.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT.
Perkebunan Nusantara IV. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data informasi
bulanan kehilangan CPO dan rendemen selama periode lima belas bulan terakhir
(Januari 2010-Maret 2011) dan data lainnya yang diperlukan selama penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, komputer dan
Software Minitab 14.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis
yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan
juga dari para stakeholders (baik staf maupun karyawan pabrik). Sehingga dapat
mempermudah dan menjaga alur penelitian dan mampu menjawab beberapa
tujuan yang diinginkan dari penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel
karakteristik kehilanganCPO yaitukadar minyak dalam ampas, kadar air,
kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan
rendemen. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode-metode sebagai berikut :
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori
yang berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai
penyebab kehilangan CPO pada pengolahan kelapa sawit, serta
teori-teori yang berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas
statistik.
b. Pengamatan (observasi)
Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam
pengumpulan data sebagai objek penelitian. Data yang dibutuhkan
adalah karakteristik kehilangan CPO yaitu kadar minyak dalam
ampas, kadar air, kadar biji pecah,kadar minyak pada biji dalam
ampas kempa dan rendemen.
c. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya
jawab dengan stakeholders yang terkait. Stakeholders disini meliputi
baik dari tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi ataupun dengan tenaga kerja yang berhubungan langsung
dengan proses produksi. Metode ini digunakan untuk mendukung
akurasi data.
2. Analisisdata
Penyusunan diagram pencar dari masing-masing data yang diamati dengan
menggunakan Software Minitab 14. Selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan diagram pencar tersebut untuk mengetahui hubungan antara
variabel terhadap kehilangan CPO dari stasiun kempa pada suatu periode
hubungan maka selanjutnya diteliti korelasi pengaruh variabel tersebut
terhadap kehilangan CPO. Kemudian dilakukan penelusuran informasi
dari data-data lain yang mendukung dan juga melalui wawancara atau
tanya jawab dengan pihak-pihak yang bersangkutan (stakeholders).
Selanjutnya akan diperoleh informasi yakni berupa urutan pentingnya
masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada dan
diinterprestasikan ke dalam model diagram sebab-akibat, untuk mencari
akar persoalan dari masalah penyimpangan kadar kehilangan CPO
tersebut.
Prosedur Penelitian
Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan
yang relevan dengan penelitian.
2. Menganalisis datakehilangan CPO yang diperoleh menggunakan
diagram pencar untuk mengetahui hubungan karakteristik kehilangan
CPO dan rendemen selama periode lima belas bulan terakhir (Januari
2010-Maret 2011)
3. Menentukan hubungan karakteristik kehilangan CPO terhadap batas
toleransi kehilanganCPO yang ditetapkan di PKS Bah Jambi.
4. Menghitung nilai korelasikehilangan CPO pada kadar minyak dalam
ampas, kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam
(Januari 2010-Maret 2011) untuk mengetahui pengaruhhubungan antar
tiap variabel.
5. Melakukan evaluasi terhadap data kehilangan CPO yang memiliki
hubungan menyimpang.
6. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang
menyebabkan penyimpangan tersebut dan menentukan ruang lingkup
permasalahan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak
terkait.
7. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penyimpangan kehilangan CPO tersebut ke dalam suatu
model diagram tulang ikan (fishbone diagram).
Parameter
Parameter yang diamati :
1. Karakteristik kehilangan CPO pada ampas kempa :
- Kadar minyak dalam ampas kempa
- Kadar air
- Kadar biji pecah
- Kadar minyak pada biji ampas kempa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Singkat Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi
Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan
Nusantara IV berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan berkantor
pusat di Jl. Letjend. Suprapto, Medan. Bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan
Pengolahan Kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK).
Pada mulanya Kebun Bah Jambi adalah milik Swasta Asing HVA (Handle
Veroniging Amsterdam) dari Negeri Belanda, komoditinya Budidaya Sisal (Agave
Sisalana).
Tanggal 2 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan
Nomor 19 dalam Lembaran Negara nomor 31, tahun 1959 dengan peralihan status
menjadi PPN Baru sampai dengan tahun 1963.
Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963,
Perusahaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka
Tanaman (Antan) I s.d XIII dan Kebun Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III
selanjutnya berubah nama PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.
Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968
dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet V
dan PPN Serat Sumut menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII (PN.
Perkebunan VII).
Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi PT.
Perkebunan VII (PTP VII).
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1996, PT. Perkebunan
Sumatera Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan
VIII dilebur menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
dengan akte notaris Harun Kamil, SH nomor 37 tanggal 11 Maret 1996 dan
Keputusan Menteri Kehakiman No. C2.8335 HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 8
Agustus 1996 yang dicantumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 81 tanggal 8
Oktober 1996.
Lokasi Pabrik
Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalunggun. Jarak dengan Kota Medan
sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara berkisar 147 kilometer, dan dari Kota
Pematang Siantar 19 kilometer.
Keadaan topografi tanah di Kebun Bah Jambi sedikit bergelombang dan
berbukit. Jenis tanah Podsolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC).
Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha, terdiri dari 8 Afdeling
Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah.
Pada tahun 1998 dilaksanakan pembenahan tata letak, tata ruang serta
penyempurnaan mesin-mesin PKS dari kapasitas 50 ton Tandan Buah Segar
(TBS) per jam menjadi 60 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam.
PKS Unit Kebun Bah Jambi mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude
Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) yang merupakan bahan setengah jadi yang
selanjutnya dikirim ke PT. SAN Belawan, PAMINA Belawan dan sejak tahun
Analisis Data dengan Diagram Pencar
Analisis dilakukan berdasarkan pada penghimpunan data dan pengamatan
yang dilakukan di PKS Bah Jambi terhadapkadar kehilangan minyak pada ampas
kempa, kadar air pada ampas kempa, kadar biji pecah, kadar kehilangan minyak
pada biji ampas kempa dan rendemen mulai dari periode Januari 2010 sampai
dengan Maret 2011.Selanjutnya analisisdilakukan dengan menggunakan diagram
pencar untuk mencari keterkaitan hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya.Diagram pencar tersebut dibuat dengan bantuan software minitab 14.
Penggunaan diagram pencar dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
melihat ada tidaknya hubungan antara faktor yang bersifat khusus terhadap faktor
yang bersifat umumatau hubungan antarasatu faktor terhadap faktor yang lain.
Setelah menggunakan diagram pencar, jika diketahui terdapat hubungan antara
faktor-faktor tersebut, kemudian dilakukan analisis korelasi terhadap hubungan
tersebut untuk melihat besarnya pengaruh antara satu faktor terhadap faktor yang
lain.
Selanjutnya hasil dari analisis dengan diagram pencar dan analisis
korelasitersebut digunakan dalam penyusunan diagram sebab-akibat. Dimana
faktor-faktor yang memiliki korelasi yang lebih besar akan diprioritaskan menjadi
penyebab yang lebih dominan terhadap suatu akibat. Sehingga akan
mempermudah penggunaan dari diagram sebab-akibat dalam menentukan urutan
prioritas penyebab yang mempengaruhi kinerja proses dalam teknik
Karakteristik Kehilangan CPO pada Ampas Kempa
Kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa
Gambar 3. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa
Hasil visualisasi dari Gambar 3 menunjukkan bahwaada kecenderungan
titik-titik terpusat pada satu bagian dari pola yang terbentuk. Namun, apabila
diperhatikan lebih lanjut dari keseluruhan pola yang terbentuk terlihat hubungan
kenaikan kadar air berbanding lurus dengan kenaikankadar kehilangan minyak
pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar
membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.
Selanjutnyaapabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,222. Adapun nilai tersebut diperoleh
dari hasil perhitungan pada Lampiran 3. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang
cukup lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar air pada
ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga
KADAR AI R ( % )
dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa tidak terlalu besar terhadap
kadar minyak pada ampas kempa.
Pengaruh kadar air juga berdampak terhadap kapasitas dari ruang
pembakaran. Dimana bila kadar air yang diberikan terlalu banyak maka ampas
kempa akan akan basah karena mengandung air yang lebih banyak sehingga akan
mengurangi nilai kalor untuk proses pembakaran dalam boiler. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Naibaho (1996) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun yang dapat
memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.
Kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah
Gambar 4. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa
Hasil visualisasi dari Gambar 4 menunjukkan bahwa ada kecenderungan
titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola
tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar biji pecahberbanding terbalik dengan
BI JI PECAH ( % )
kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik
yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi
yang negatif.
Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,203. Adapun nilai tersebut diperoleh
dari hasil perhitungan pada Lampiran 4. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang
lemah antara kadar minyak dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena
nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Akan tetapi nilai koefisien ini lebih
kecildaripada nilai koefisien korelasi antara kehilangan minyak dengan kadar air
pada ampas kempa. Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah lebih
kecil daripada kadar air pada ampas kempa terhadap kadar minyak pada ampas
kempa.
Pengaruh biji pecah terhadap kehilangan CPO pada ampas kempa biasanya
berhubungan dengan tekanan kempa yang diberikan. Apabila tekanan kempanya
tinggimaka akan terjadipersinggungan antara biji-biji tersebut sehingga kadar inti
yang pecah akan tinggi. Namun hal tersebut akan mengurangi kadar minyak yang
hilang pada proses pengempaan karena minyak diperas secara optimal. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) yang
menyatakan bahwa kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran
ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas
kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan
Kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa
Gambar 5. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa
Hasil visualisasi dari Gambar 5 menunjukkan bahwa ada kecenderungan
titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola
tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar kehilangan minyak pada biji ampas
kempa berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal
ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang
mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.
Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,028.Adapun nilai tersebut diperoleh
dari hasil perhitungan pada Lampiran 5. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang
sangat lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar minyak pada
biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0).
LOSSI S BI JI ( % )
Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada biji ampas kempa sangat
kecil terhadap kadar minyak pada ampas kempa.
Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar air ampas kempa
Gambar 6. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa
Hasil visualisasi dari Gambar 6 menunjukkan bahwa ada kecenderungan
titik-titik tersebar membentuk pola yang sedikit menaik. Sehingga dari pola
tersebut terlihat hubungan kenaikankadar air pada ampas kempa berbanding lurus
dengan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan
titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk
hubungan korelasi yang positif.
Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,008.Adapun nilai tersebut diperoleh
dari hasil perhitungan pada Lampiran 6. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang
sangat lemah antara kadar air dengan kadar minyak pada biji ampas kempa,
KADAR AI R ( % )
karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0). Sehingga dapat
dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa sangat kecil atau hampir tidak
ada pengaruh terhadapkadar minyak pada biji ampas kempa.
Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadarbiji pecah
Gambar 7. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa
Hasil visualisasi dari Gambar 7 menunjukkan bahwa ada kecenderungan
titik-titik tersebar merata membentuk pola yang mendatar. Namun, bila
diperhatikan pola yang terbentuk sedikit menurun. Sehingga dari pola tersebut
terlihat hubungan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa berbanding
terbalik dengan kenaikankadar biji pecahpada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan
dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk
hubungan korelasi yang negatif.
Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,016.Adapun nilai tersebut diperoleh
dari hasil perhitungan pada Lampiran 7. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang
sangat lemah antara kadar biji pecahdengan kadar kehilangan minyak pada biji
ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0).
Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah pada ampas kempa sangat
kecil atau hampir tidak ada pengaruh terhadap kadar minyak pada biji ampas
kempa.
Kadar biji pecah dengan kadar air ampas kempa
Gambar 8. Diagram pencar hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa
Hasil visualisasi dari Gambar 8 menunjukkan bahwa ada kecenderungan
titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola
tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar air berbanding terbalik dengan
kenaikan kadar biji pecah pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan
titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan
korelasi yang negatif.