• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Perkumpulan Sada Ahmo ( Pesada) Dalam Upaya Pemberdayaan Politik Perempuan (Studi Kasus: di Desa Jambu Bellang kecamatan Siempat Nempu, Kab. Pakpak Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Perkumpulan Sada Ahmo ( Pesada) Dalam Upaya Pemberdayaan Politik Perempuan (Studi Kasus: di Desa Jambu Bellang kecamatan Siempat Nempu, Kab. Pakpak Barat)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERANAN PERKUMPULAN SADA AHMO ( PESADA) DALAM

UPAYA PEMBERDAYAAN POLITIK PEREMPUAN

(Studi Kasus: di Desa Jambu Bellang kecamatan Siempat Nempu, Kab. Pakpak

Barat)

SKRIPSI Diajukan Oleh: AGUSNI SOLIN

040901048

(2)

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan ILmu Politik

Universitas Sumatera Utara 2009

ABSTRAKSI

Politik merupakan hal yang tidak baru bagi perempuan kota, namun hal yang berbeda bagi perempuan pedesaan yang sangat jauh dari akses mengenai politik. Hal ini bisa dipicu karena ketidaksadaran dan masalah ekonomi, mengakibatkan perempuan semakin miskin dalam pengetahuan akan politik, dan dampak negatifnya adalah ketidaksadaran dan ketidakmampuan perempuan untuk berperan diwilayahnya maupun di bangsa sendiri, ini berarti salah satu persoalan mendasar perempuan adalah kemiskinan mereka dibidang politik. Dunia perempuan adalah dunia yang berbeda dengan dunia laki-laki, kebutuhan perempuan sangat berbeda dengan kebtuhan laki-laki. Sehingga kebutuhan perempuan dan permasalahan perempuan hanya bisa dijawab oleh perempuan sendiri bukan laki-laki. Keterwakilan Perempuan menjadi sangat penting. Namun bagaimana mungkin perempuan bisa menjadi jawaban bagi permasalahan dan kebutuhannya jikalau perempuan itu tidak memiliki kesadaran dan pengetahuan akan politik?. Untuk mempunyai kesadaran dan pengetahuan diperlukan suatu upaya atau cara sebagai solusi dari kemiskinan perempuan itu. Pemberdayaan merupakan suatu upaya atau cara bagi perempuan untuk mempercepat tercapainya kualitas hidup perempuan. Pemberdayaan dapat dilakukan oleh pemerintah, lembaga masyarakat maupun institusi-institusi lainnya.

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peranan Perkumpulan Sada Ahmo dalam pemberdayaan politik perempuan sebagai suatu lembaga sosial yang bergerak dalam penguatan perempuan. Bagaimana keberhasilan Pesada dalam pemberdayaan politik perempuan sebagai penentu berfungsi atau tidaknya kegiatan dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam. Lokasi penelitian adalah di Pesada dengan binaan desa Jambu Bellang kecamatan Siempat Nempu kabupaten Pakpak Bharat dengan unit analisis adalah para pengurus dan para masyarakat perempuan yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan pemberdayaan politik perempuan serta Kepala Desa setempat.

(3)

perempuan sangat membantu perempuan-perempuan desa jambu Bellang untuk mempunyai kesadaran dan pengetahuan masyarakat perempuan akan politik. Mereka yang dahulunya tidak mempunyai kesadaran dan buta akan politik ini telah mempunyai kesadaran, tidak hanya itu saja tetapi mereka juga sudah mempunyai pengetahuan serta partisipasi perempuan secara langsung. Hal ini sudah mencapai tujuan dari pemberdayaan itu sendiri. Perempuan yang tidak mendapatkan akses informasi mengenai politik, saat ini bisa mendapatkan informasi dari Pesada dengan membuat majalah Suara Perempuan.

KATA PENGANTAR

Segala kemuliaan, hormat dan pujian bagi Tuhan Yesus Kristus, dimana oleh kasih karunia-Nya buatku untuk menyelesaikan perkuliahan sekaligus dalam penyusunan skripsi yang berjudul “PERANAN PERKUMPULAN SADA AHMO (PESADA) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN POLITIK PEREMPUAN ” (Studi Kasus di Desa Jambu Bellang Siempat Nempu, Kabupaten Pakpak Barat). Tidak ada yang layak hamba berikan sebagai ungkapan syukur dan terimakasih atas kekuatan, hikmat, kebijaksanaan, kesehatan dan segala sesuatu yang telah Engkau berikan, namun biarlah ungkapan syukurku ini dapat berkenan dan menyenangkan hati-Mu.

Penulisan skripsi disusun untuk memenuhi syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Sosiologi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial.

(4)

materi penulis. Namun, berkat Tuhan Yesus Kristus penguasa atas hidup hamba yang memberi jalan keluar dan juga keluarga dan teman-teman yang memberi, doa-doa, semangat dan motivasi, bagi penulis ketika penulisan skripsi ini. Selama mengerjakan skripsi ini, banyak pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Salam hormat dan terimakasih penulis ucapakan kepada Ibu Dra. Hadriana Marheni Munthe, M.si, yang telah memberi motivasi dan membimbing penulis dengan sepenuh hati dalam penulisan skripsi ini.

4. Terimakasih kepada Ibu Harmona Daulay S.Sos, M.si, selaku dosen wali penulis, yang telah banyak memberikan bimbingan dan nasehat-nasehat yang tak akan terlupakan dalam masa proses perkuliahan, sekaligus yang memberi ijin untuk penulis meneliti tentang pemberdayaan politik perempuan.

(5)

6. Terimakasih dan teristimewa kepada kedua orang tuaku yang kubanggakan, Ayahanda J. Solin yang telah berjuang keras dan mempunyai semangat yang tinggi dalam mempertahankan ananda untuk sampai selesai. Juga buat Ibunda E. B. Manalu yang kucintai yang telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan segala cinta dan kasih sayang. Aku bersyukur punya ibu yang tegar dan kuat sepertimu, ketegaran dan kekutanmu menjadi inspirasi bagiku sebagai anak yang paling bungsu. Skripsi ini kupersembahkan untukmu ayahanda dan Ibunda.

7. Terimaksih buat Kakakku Dinta dan Suami, kakak yang menjadi tempat bertanya tentang penulisan ini dan juga banyak membantu adinda baik informasi, data, dan materi. Saya bersyukur buat semuanya dan berkat Tuhan akan membalas.

8. Buat abangku pak Novi dan Eda, yang telah memberi dorongan kepada adinda dan pengertian-pengertiannya kepada Ibunda sehingga Ibunda lebih mengerti akan kondisi penulis.

9. Buat abangku pak caludia dan Eda, terimakasih bang buat pengorbanannya mau menahankan hujan-hujan untuk menjemput adinda dari tempat penelitian.

(6)

11.Buat abangku Tigan, terimakasih buat motivasinya, kita mempunyai visi sama yang akan memperjuangkan kaum lemah, tetap berjuang bang untuk kaum buruhnya, aku mendukungmu.

12.Buat abangku Iwan, terimakasih buat waktu yang kita jalani selama ini aku bersyukur dan aku mau tetap mendukungmu.

13.Buat keponakan-keponakanku yang lucu dan menggemeskan waldi yang selalu bertanya kapan tante pulang? Nia, Susan, Dadan, Novi, Claudia, Sheren, Joice, dan Gideon, kalian telah mewarnai hidupku.

14.Terimakasih kepada Kak Erlina Seha Pardede S.Sos selaku Ketua Dewan Pengurus Pesada, yang telah menyambut penulis dengan hangat dan telah banyak memberikan informasi tentang penulisan ini. Dan kepada para pengurus Pesada lainnya yang juga telah banyak membantu penulis untuk mendapatkan informasi.

15.Terimakasih kepada Pak Beres Padang selaku Kepala Desa yang mewakili pemerintah setempat turut memberikan data dan informasi kepada penulis. 16.Terimakasih buat Kak Ronna, Kak Rismawaty ,Kak Remsina, Ibu Dina,

Ibu Ristati, Ibu Rosmita dan Ibu Hotmaida selaku informan dalam penulisan ini yang telah banyak memberikan informasi-informasi kepada penulis dan pertemuannya yang tidak akan terlupakan.

(7)
(8)

yang imut-imut stambuk 2008. Kalian adalah orang-orang luar biasa yang akan mengubahkan bangsa tercinta.

19.Terimakasih buat MARS (Maranatha Soldiers), yang menjadi tempatku untuk lebih mengenal Tuhan dan bisa mempunyai kesempatan untuk melayani Dia lebih lagi. Terkhusus terimakasih buat sobat-sobatku di MARS Daniel DZ, Lukas, Edi, kak Inggrid, Kak Ici (Bu ketua), Hosana, Dico jazz ( Kriting), bang Siong, bang Rusben, Kak Suryani, Kezia wakkary (Sang imut), Ika Rey, Oneur, Leo, Olen, Heny, Yuni, mas Frans (Sang basist), Steven (Sang Drumer), bang Ivan, Pdm. Edison buat petuah-petuahnya, Grace Lumenta, Siska, Sony (Sang Gitaris), bang Simpet, kak Risma. Kalian telah memberiku semangat dan mengingatkanku senantiasa untuk memberi yang terbaik.

(9)

mengerjakan skripsi dan semakin diberkati ya sang laptop yang sudah banyak membantu pengetikan skripsi, Jessica ( Pudan Marjes) yang selalu bertanya sampai dimana skripsinya kak? Itu mengingatkan penulis untuk semangat mengerjakannya, Ana (Maracil) yang mau percaya untuk menceritakan hidupnya kepada penulis. Terimakasih untuk kebersamaan yang terjalin selama ini, kalian adalah kisah yang tak akan terlupakan dan akan menjadi sejarah hidup penulis.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga waktu dalam menyelesaikan skripsi skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2008 Penulis

Agusni Solin

DAFTAR ISI

(10)

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 11

1.3.Tujuan Penelitian ... 11

1.4.Manfaat Penelitian ... 12

1.5.Defenisi Konsep ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 24

(11)

4.4.1. Pengetahuan Masyarakat Perempuan menge

nai Pemberdayaan Politik Perempuan ... 55 4.4.2. Respon Mayarakat dengan Keberadaan

Pesada ... 58 4.4.3. Respon Masyarakat Terhadap Berhasil atau

Belum Berhasil Pesada dalam Pemebrdayaan

politik Perempuan ... 63 4.4.4. Fungsi Pesada bagi Masyarakat Perempuan ... 66 4.4.5. Peranan Sosial Pesada dalam Pemebrdayaan

Politik Perempuan ... 70 4.4.6. Harapan tentang Kegiatan Pemebrdayaan politik

Perempuan ... 72 4.4.6.1. Harapan Pesada tentang Kegiatan

Pemberdayaan Politik Perempuan... 72 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 77 5.2. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Perbandingan Perempuan Wilayah Dairi dan Pakpak Barat

Dalam Partisipasi Politik tahun 2008 7

Tabel 2 Jadwal Penelitian 28

Tabel 3 Sumber Masyarakat Perempuan untuk Mendapatkan

Informasi dan Pengetahuan Seputar politik Perempuan 58 Tabel 4 Respon Masyarakat dengan Keberadaan Pesada 58 Tabel 5 Data Pemberdayaan Perempuan Desa Jambu Bellang 61 Tabel 6 Respon Masyarakat terhadap Berhasil atau Belum Berhasil Pesada dalam Pemberdayaan Politik Perempuan 63 Tabel 7 Hal-hal yang Kurang Mendukung dalam Kegiatan

(13)

ABSTRAKSI

Politik merupakan hal yang tidak baru bagi perempuan kota, namun hal yang berbeda bagi perempuan pedesaan yang sangat jauh dari akses mengenai politik. Hal ini bisa dipicu karena ketidaksadaran dan masalah ekonomi, mengakibatkan perempuan semakin miskin dalam pengetahuan akan politik, dan dampak negatifnya adalah ketidaksadaran dan ketidakmampuan perempuan untuk berperan diwilayahnya maupun di bangsa sendiri, ini berarti salah satu persoalan mendasar perempuan adalah kemiskinan mereka dibidang politik. Dunia perempuan adalah dunia yang berbeda dengan dunia laki-laki, kebutuhan perempuan sangat berbeda dengan kebtuhan laki-laki. Sehingga kebutuhan perempuan dan permasalahan perempuan hanya bisa dijawab oleh perempuan sendiri bukan laki-laki. Keterwakilan Perempuan menjadi sangat penting. Namun bagaimana mungkin perempuan bisa menjadi jawaban bagi permasalahan dan kebutuhannya jikalau perempuan itu tidak memiliki kesadaran dan pengetahuan akan politik?. Untuk mempunyai kesadaran dan pengetahuan diperlukan suatu upaya atau cara sebagai solusi dari kemiskinan perempuan itu. Pemberdayaan merupakan suatu upaya atau cara bagi perempuan untuk mempercepat tercapainya kualitas hidup perempuan. Pemberdayaan dapat dilakukan oleh pemerintah, lembaga masyarakat maupun institusi-institusi lainnya.

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peranan Perkumpulan Sada Ahmo dalam pemberdayaan politik perempuan sebagai suatu lembaga sosial yang bergerak dalam penguatan perempuan. Bagaimana keberhasilan Pesada dalam pemberdayaan politik perempuan sebagai penentu berfungsi atau tidaknya kegiatan dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam. Lokasi penelitian adalah di Pesada dengan binaan desa Jambu Bellang kecamatan Siempat Nempu kabupaten Pakpak Bharat dengan unit analisis adalah para pengurus dan para masyarakat perempuan yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan pemberdayaan politik perempuan serta Kepala Desa setempat.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penduduk Indonesia yang sebagian besar jumlahnya adalah perempuan. Perempuan merupakan sumber daya manusia yang berpotensi yang merupakan salah satu faktor dinamika masyarakat dalam pembangunan. Namun pada kenyataannya menunjukkan bahwa potensi perempuan yang jumlahnya cukup besar tersebut perannya sebagai sumber tenaga dan sumber daya manusia belum sepenuhnya berfungsi dalam proses partisipasi di bangsa ini. (http:rakyat miskin. Word press. Com, diakses 03 April 2008)

Perempuan mempunyai tiga kategori peran dan posisi. Pertama, perempuan sebagai anak. Kedua, perempuan sebagai istri. Ketiga, perempuan sebagai warga Negara. Sebagai anak, seorang perempuan dinilai sejajar dengan kaum laki-laki. Sebagai istri, seorang perempuan bertanggung jawab secara adil terhadap keluarga. Sebagai warga negara, seorang perempuan mendapat hak-hak dan tanggung jawab yang setara dengan kaum laki-laki. Dan dalam hal ini pemiskinan tidak hanya dalam konteks sosial dan budaya tetapi sudah memasuki wilayah politik kekuasaan.

(15)

(D:/perempuan/berpolitik_menanti partisaipasi politik perempuan.htm, diakses 03 April 2008).

Perempuan dan politik merupakan dua hal yang masih sulit dibayangkan, terutama pada negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan manusia telah dibentuk oleh budayanya masing-masing yang menekankan bahwa kedudukan atau peranan perempuan berkisar dalam lingkungan keluarga seperti mengurus suami, anak-anak, memasak, dan sebagainya. Sedangkan politik yang digambarkan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan power atau kekuasaan, dari sejak dahulu adalah bidang yang selalu dikaitkan dengan dunia laki-laki. Sosialisasi dalam keluarga, baik masyarakat Barat maupun Timur, selama berabad-abad, telah menempatkan perempuan di luar masalah-masalah yang berkaitan dengan politik dan kekuasaan.

Di indonesia, UUD 1945 menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan yang dinyatakan pada pasal 27 UUD 1945. Indonesia juga telah meratifikasi konvensi segala bentuk penghapusan diskriminasi terhadap perempuan (Convention on The Elemination of all forms of Discrimination Against Women) melalui UU No. 7 tahun 1984 dan konvensi hak-hak politik perempuan melalui UU No. 68 Tahun 1958. Kenyataan yang ada memperlihatkan, bahwa jaminan persamaan hak yang seperti tertuang dalam konvensi maupun konstitusi, tidak berlaku dalam kenyataan sehari-hari.(Sihite Romany, 2007:34-40)

Di bidang politik, konvensi perempuan mengaturnya dalam pasal 7, yang antara lain memuat ketentuan:

(16)

2. Hak untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah dan implementasinya.

3. Hak untuk memegang jabatan dalam pemerintahan dan melaksanakan segala fungsi pemerintahan di semua tingkat.

4. Hak untuk berpartisipasi dalam perkumpulan non pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan berpolitik negara.

Bukan tidak banyak perundang-undangan yang telah ada dalam pengaturan peran politik perempuan, para aktivis gerakan feminis di Indonesia telah berperan besar bagi terciptanya keadilan bagi kaum perempuan. Perjuangan aktivis fiminisme Indonesia cukup membuahkan hasil ketika pada tahun 2003, undang-undang yang mengatur keterlibatan kaum perempuan dalam politik kekuasaan berhasil disahkan. Quota 30 % dalam UU No. 12 pada tahun 2003, khususnya pada pasal 65, telah memberi ruang bagi partisipasi aktif kaum perempuan di Indonesia. Walaupun keberadaan UU No. 12 tahun 2003 telah menjamin keterlibatan partisipasi kaum perempuan di pentas politik nasional, ternyata konstruksi sosial di Indonesia belum bisa menerima sepenuhnya.. Oleh karena itu tidak sedikit kalangan aktivis feminisme menganggap UU No. 12 tahun 2003 sebagai kebijakan setengah hati. Sekalipun sudah mendapat payung hukum untuk terlibat langsung dipentas perpolitikan nasional, kaum perempuan tetap saja mengalami diskriminasi.

(17)

rendah, bahkan belum ada keterkaitan yang jelas antara keterwakilan perempuan di DPR dengan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan.

Keterlibatan politk perempuan Indonesia dalam politik, sebenarnya bukan hal yang baru, karena mereka telah turut serta aktif dalam pengesahan kebangsaan. Sebelum datangnya kolonialisme, telah beberapa nama yang terlibat dalam sejarah politik bangsa, seperti Sultanah Seru ratu Safiatuddin Johan Berdaulat yang dinobatkan dan memerintah pada tahun 1641-1675 di Aceh, Siti Aisyah We Tenriole dari Ternate, Sanggramawijaya Dharmaprasosdotunggadewi yang menjadi tangan kanan Erlangga. Dan sampai pada akhirnya lahir Sumpah Pemuda pada bulan Oktober 1928 membawa pengaruh yang besar terhadap gerak dari kaum perempuan, hingga sampai gerakan kesadaran politik perempuan yang melahirkan kesadaran kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta pada 23 Desember 1928. kongres demi kongres terus berlangsung sampai Indonesia merdeka. Keterlibatan perempuan Indonesia secara langsung dalam politik dirintis antara lain Nyonya Emma Puradiredja dari Bandung, Nona Sri Umati dari Cirebon. Mereka memperjuangkan hak pilih dalam kongresnya yang ke-2 dan kongres tersebut menghasilkan”passief kiesrecht” untuk kaum perempuan.

(18)

kurang mampu mengaktualisasikan dirinya dan kurang menikmati hasil pembangunan, sehingga kehidupannya jauh tertinggal dan mengalami ketidakadilan.

Perempuan Indonesia sejak dahulu aktif dalam kegiatan ekonomi dan sosial sebagai petani, pedagang, pekerja (sektor informal) dan sebagai ibu rumah tangga dan jarang sekali mau menggabungkan dirinya dalam ranah politik. Hal ini disebabkan karena dunia politik selalu diasosiasikan dengan ranah publik yang relatif dengan laki-laki, mengingat kehidupan sosial tidak bisa dipisahkan dari akar budayanya dimana mayoritas masyarakat kental dengan ideologi patriarkhinya seperti yang telah disebutkan terlebih dahulu, budaya patriarkhinya memposisikan perempuan pada peran domestik seperti peran pengasuhan, pendidik, dan penjaga moral. Sementara laki-laki sebagai kepala rumah tangga, pengambil keputusan, dan pencari nafkah. Pemandangan terhadap politik yang terkait dengan kesewenangan, kekerasan, pengerahan massa dan kompetisi yaang tidak melekat dalam diri perempuan yang mengutamakan perdamaian dan harmoni. (Daulay Harmona, 2007:40)

Rendahnya partisipasi perempuan dibidang tersebut masih menyisakan sejumlah persoalan sebagaimana disinggung diatas, yakni dispemahaman gender (kesalahan dalam memahami gender) dan subordinasi perempuan dalam politik, budaya politik patriarki, hambatan individual, hambatan kelembagaan dan struktural. Jadi tidak heran jika perempuan masih ditempatkan pada golongan/masyarakat kelas dua dikancah perpolitikan Indonesia.

(19)

rendahnya keterwakilan perempuan dalam politik, selain itu kurang atau tidak adanya akses informasi yang dapat menjangkau perempuan serta akses masuk partai politik juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi rendahnya partisipasi perempuan di dunia politik. Persepsi dan kondisi ini membuat rakyat (apalagi perempuan) merasa tidak layak dan tidak mempunyai kemampuan untuk ikut melakukan perubahan dalam proses-proses politik. (http;/www.sinar harapan.co.id, diakses 10 April 2008).

Pemahaman yang dibangun oleh idiologi patriarki menyatakan bahwa perempuan tidak seharusnya terlibat dalam urusan-urusan politik. Politikpun telah mempunyai defenisinya sendiri, sebagai sebuah dunia di luar rumah, permainan kotor untuk mendapatkan kekuasaan, penuh intrik dan hanya cocok untuk laki-laki. Akibatnya, masyarakat dan (terutama) kaum perempuan sendiri tidak lagi menyadari bahwa sesungguhnya masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa ini juga merupakan masalah perempuan, sebaliknya, masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan adalah permasalahan masyarakat dan bangsa ini juga, sehingga perempuan harus menjadi pembuat kebujakan karena laki-laki tidak mampu melihat bentuk-bentuk permasalahan dari perempuan.

(20)

sekalipun perempuan berperan namun kebanyakan situasi sosial kurang mendapatkan penghormatan dan di subordinasikan pada peranan laki-laki. (George Ritzer, 2004:405).

(21)

Tabel 1

Data Perbandingan Perempuan Wilayah Dairi dan Pakpak Barat dalam

Partisipasi Politik 2008

No Nama Nama Partai Wilayah

1. Hotasi PIP Dairi

2. Riris Berutu HANURA Pakpak Barat

3. Rate Sinamo PDS Pakpak Barat

4. Melda PELOPOR Dairi

5. Elfitri PKPI Dairi

6. Mardi Sihotang Damai Sejahtera Dairi

7. Monika Silaban Hanura Dairi

8. Serenda Sitanggang PDK Dairi

9. Nuriah Sidabutar PDK Dairi

10. Tiurmaida Sitanggang PDK Dairi

11. Ratna Siahaan PDK Dairi

12. Derma Manik PPRN Pakpak Barat

13. Rosmawati Banurea PDS Pakpak Barat

14. Firmauli limbong PDS Pakpak Barat

15. Rouli Manurung Golkar Dairi

(22)

17. Tinnen PKDI Pakpak Barat

18. Rismawaty Republikan Pakpak Barat

19. Friskawati Hanura Dairi

20. Siti Limbong Barnas Dairi

21. Lambas Sihombing PDIP Dairi

22. Santa silalahi PDIP Dairi

23. Pasria Pardede Golkar Dairi

24. Nurlela Ginting Buruh Dairi

25. Romina Barnas Dairi

26. Jusrianda Nainggolan Buruh Dairi

27. Esrauli Simbolon Pelopor Dairi

28. Nurhaida Manik Demokrat Dairi

Sumber: Dari Pesada 2008

Dari tabel satu (1) diatas yang dapat kita lihat terdapat adanya perbedaan perempuan Pakpak Barat yang sangat signifikan antara perempuan Dairi, dimana perempuan yang ada di Dairi yang mendominasi, dan sedikit sekali perempuan Pakapak Bharat masuk dan berpartisipasi di politik.

(23)

perempuan dalam politik akan menempatkan perempuan Indonesia di bawah suatu dominasi baru yakni pembangunan politik itu sendiri. Keadaan akan muncul dimana pembangunan politik bukan lagi untuk perempuan melainkan perempuan untuk pembangunan politik. (Hardjito Notopuro, SH, 1990:29). Untuk itu salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan perempuan adalah pemberdayaaan politik perempuan. Pemberdayaan ini dapat dilakukan baik oleh pemerintah (kemasyarakatan dan politik), LSM, tokoh dan pemuka masyarakat dan agama dalam upaya proses pembangunan perempuan, dimana perempuan akan mempunyai sumber daya manusia untuk ikut sertanya dalam proses politik.

Melihat persoalan-persoalan perempuan dalam politik maka PESADA (Perkumpulan Sada Ahmo) sebagai lembaga sosial masyarakat yang bergerak dalam penguatan perempuan ikut berperan dalam melakukan serta mendorong memecahkan persoalan-persoalan yang dialami perempuan Indonesia khususnya para perempuan di pedesaan. Perkumpulan ini merupakan organisasi non pemerintah yang konsern pada penguatan perempuan dan anak dengan bentuk penguatan ekonomi, politik, hukum perlindungan, kesehatan reproduksi dan lain-lain menjadi suatu tempat untuk pemberdayaan perempuan.

(24)

jalan Ahmad Yani No. 187 Sidikalang kabupaten Dairi dan telah memiliki anak cabang yakni kantor cabang di Nias dan Medan. (Pesada@ indosat.net.id, diakses 18 April 2008).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dilatar belakang masalah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah peranan perkumpulan Sada Ahmo dalam upaya

peningkatan pemberdayaan politik perempuan?

2. Bagaimana keberhasilan dari PESADA dalam pemberdayaan politik

perempuan?

1.3. Tujuan Penelitian

Sebagai sebuah kajian ilmiah dan sesuai dengan prinsip penelitian maka penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu:

 Untuk mengetahui bagaimanakah peranan perkumpulan Sada Ahmo terhadap

pemberdayaan politik perempuan sebagai suatu lembaga sosial yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan.

 Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan Pesada dalam pemberdayaan

(25)

 Untuk mengetahui bagaimana saat ini peranan masyarakat perempuan dalam

politik.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis

 Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan peneliti, dalam melakukan

penelitian dibidang ilmu sosial, khususnya dalam ilmu sosiologi

 Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah hasil kajian ilmiah yang

akurat, sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan khususnya sehubungan dengan berbagai cara yang dicari oleh lembaga-lembaga yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan, sehingga perempuan Indonesia tidak lagi tertinggal dan sudah ikut serta dalam perpolitik.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakan yang bernilai dan bermutu.

1.4.3. Bagi Penulis

(26)

1.5. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi, suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Maleong,1997:67). Disamping untuk dan memfokuskan defenisi konsep yang berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindaklanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian perlu dibatasi konsep-konsep dalam penelitian

Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah:

 Perkumpulan adalah asosiasi, persatuan, perhimpunan atau ikatan dari

pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama. (Kamus Besar Indonesia, 2005:60).

 Pemberdayaan adalah pendekatan pembangunan masyarakat yang

termarginalkan yang memerlukan bantuan proses penguatan ekonomi dan sosial dalam konteks kesejahteraan hidup masyarakat. (Harmona Daulay, 2007:91)

 Perempuan merupakan satu jenis kelamin. (Kamus Besar Indonesia,

(27)

 Peranan merupakan bagian dari fungsi masyarakat yang dilaksanakan

oleh orang atau kelompok tertentu menurut pola kelakuan lahiriah maupun batiniah yang telah ditentukan. (Soejono Sukanto, 2000:40). Peranan adalah proses berfungsinya keberadaan aspek-aspek lainnya baik material maupun bersifat fenomena akibat adanya hambatan. Kedua aspek tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Peranan yang dimaksudkan disini adalah fungsi dari PESADA sebagai lembaga yang peduli akan masalah-masalah yang terkait dengan perempuan.  Lembaga sosial adalah suatu bagian dari system atau sarana sosial yang

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian pranata sosial secara prinsipal tak jauh berbeda dengan apa yang disebut atau sering dukenal dengan istilah lembaga sosial, organisasi, atau lembaga masyarakat. Karena di dalam masing-masing istilah tersebut bersifat adanya unsur mengatur setiap perilaku masyarakat.

Soejono Soekanto mendefinisikan lembaga kemasyarakatan saebagai berikut: “lembaga masyarakat merupakan himpunan dari pada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat”. Wujud yang konkrit dari pada lembaga kemasyarakatan tersebut adalah associaton.

Secara umum tujuan utama diciptakannya lembaga untuk mengatur agar kebutuhan hidup masyarakat dapat terpenuhi termasuk kebutuhan hidup perempuan dalam berpolitik. Kebutuhan tersebut akan bisa berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku apabila ada yang mengatur. Lembaga akan terdapat dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern karena masyarakat mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang bila dikelompokkan terhimpun menjada satu kemasyarakatan.

(29)
(30)

Lebih lagi Parsons membuat jawaban-jawaban problem didalam stuktur fungsional dengan asumsi sebagai berikut:

 Sistem memilki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling

tergantung.

 Sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri

atau keseimbangan.

 Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang

teratur.

 Sifat dasar bagian suatu sitem berpengaruh terhadap bentuk-bentuk

lain.

 Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya.

 Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental .yang

diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.

 Sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan hubungan antara

bagian-bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam.

(31)

perempuan dalam politik yang dilakukan untuk memenuhi kepentingan bersama agar suatu masyarakat sebagai peristiwa sosial dapat berjalan dengan baik.

Lembaga masyarakat sebagai suatu himpunan norma-norma yang merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus berfungsi, bertingkah laku, bersikap dalam menghadapi masalah-masalah yang terutama menyangkut kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan.

2. Menjaga keutuhan dari dasar masyarakat yang bersangkutan

3. Memberikan pegangan dari masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) yaitu artinya sistem pengawasan dari pada masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.

(32)

Pembangunan pemberdayaan perempuan dilakukan untuk menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup dan mitra kesejajaran laki-laki dan perempuan, dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi/advokasi pendidikan dan pelatihan bagi kaum perempuan yang bergerak dalam seluruh bidang dan sektor. Termasuk dalam bidang politik, dimana laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang sama dalam pembangunan bangsa.

Istilah pemberdayaan saat ini telah demikian populer sebagai suatu pendekatan yang dilakukan pemerintah maupun LSM. Di Indonesia istilah pemberdayaan atau empowerment pada mulanya dipergunakan LSM untuk memperkuat (empowering) masyarakat baik secara sosial, ekonomi, dan politik agar dapat merubah dan memeperbaiki posisi mereka ketika berhadapan dengan kelompok kuat, kelompok kuat yang dimaksud dalam hal ini adalah kaum laki-laki kuat secara sosial yang terbentuk dimasyarakat selama ini yang menyatakan perempuan lemah terutama dalam ranah politik, yang membuat perempuan semakin terpinggirkan, sehingga diperlukan suatu cara dalam memberdayakan perempuan dalam bidang politik yang pada akhirnya perempuan dan laki-laki akan mempunyai posisi tawar untuk menjadi pelaku proses pembangunan yang partisipatif dan aktif dan bukan hanya sebagai objek pembangunan lagi seperti inti dari pemberdayaan itu sendiri.

(33)

keukitsertaan ber KB. (Daulay Harmona, 2007:90-91). Peningkatan perempuan tidak serta merta merubah dalam pola relasi gender antara laki-laki dan perempuan.

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi jaringan kerja dan keadilan. Lewat pemberdayaan diharapkan perempuan akan mempunyai kemandirian, kemandirian yang dimaksud adalah kemandirian dalam politik perempuan, yang pada suatu saat perempuan tidak lagi buta akan poltik yang dikukung dalam ketidakpengetahuan terhadap politk.

Proses pemberdayaan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia dengan memanusiakan manusia dimana pembangunan yang mengarahkan kepada usaha membangun manusia untuk melakukan meningkatkan usaha dan produktifitas. Dalam menjalankan proses pemberdayaan dituntut kejelian melihat masalah dan menentukan sumber permasalahannya oleh lembaga, pemerintah, tokoh-tokoh harus mengetahui akar persoalan perempuan sebelum melakukan pemberdayaan.

(34)

Kebutuhan praktis Kebutuhan strategis Cirri-ciri  Biasanya berhubungan

dengan kondisi hidup yang tidak memuaskan. Contoh: kurangnya sumber daya atau tidak terpenuhi kebutuhan dasar (kesehatan, pangan, masalah air minum, dan sebagainya)

 Kebutuhan ini dapat segera

diidentifikasikan karena dirasakan secara langsung.

 Dapat dipenuhi dalam kurun

waktu relatif pendek melalui intervensi tertentu.

 Berkaitan dengan peranan

dan kedudukan di masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor

struktural, norma-norma sosial budaya.

 Menyangkut akses dan

kontrol terhadap sumber daya dan kesempatan untuk memilih cara hidup.  Menyangkut kepentingan

hampir semua perempuan, tetapi tidak dapat di identifikasi secara langsung.

(Yuni Pristiwati, 2003:7-9)

(35)

struktural, norma-norma sosial budaya, menyangkut akses dan kontrol terhadap sumber daya dan kesempatan untuk memilih cara hidup serta menyangkut kepentingan hampir semua perempuan, tetapi tidak dapat diidentifikasi secara langsung. Kurangnya peran perempuan dalam politik dimasyarakat sendiri dikarenakan oleh menguatnya struktur budaya patriakhat dan kemiskinan perempuan dalam politik sehingga perempuan kurang mempunyai kesempatan dalam pengambilan keputusan.

Pemberdayaan mempunyai tujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian perempuan merupakan suatu kondisi dimana perempuan telah mandiri dalam berfikir, bertindak dan memutuskan sesuatu yang tepat, mampu memecahkan masalah, dan mempunyai peran yang sama dengan kaum laki-laki dalam segala bidang. Pada akhirnya pemberdayaan yang dilakukan oleh Pesada diharapkan akan terjadinya keadaan dimana perempuan yang tadinya tidak mengerti dan tidak berpartisipasi dalam politik akan mempunyai kesadaran bahwa perempuan harus ikut berpartispasi dalam politik dan ikut dalam pengambilan peran sebagai masyarakat.

(36)
(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Studi kasus merupakan suatu tipe pendekatan dalam penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam. (Moleong Lexy, 2006:5).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) dengan binaan di desa Jambubellang kecamatan Siempat Nempu kabupaten Pakpak Bharat. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian merupakan desa perintisan PESADA dalam pemberdayaan politik perempuan

2. Lokasi penelitian terletak di pedesaan, dimana jumlah perempuan desa yang lebih mengalamai ketertinggalan atau tidak kemiskinan dalam politik jika dibandingkan dengan perempuan desa kecamatan lainnya.

(38)

3.3. Unit Analisis dan Informan

Analisis data secara umum adalah untuk mempertajam masalah dan proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian data. Keseluruhan data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam memperoleh jalinan hubungan dan kitannya dengan masalah. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah para kaum perempuan yang mendaptkan kegiatan pemberdayaan dan pihak/aktivis Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) Sidilkalang. Adapun orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini disebut sebagai informan. Informan yang menjadi subjek penelitian dibedakan atas dua jenis yakni informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung data penelitian.

1. Pendiri dan Pengurus sebagai orang atau kelompok yang dituakan yang langsung terlibat atas berdirinya Pesada dan mengetahui kegiatan pemberdayaan politik perempuan yang dilakukan.

(39)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama yang diperoleh dilokasi penelitian atau objek penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer adalah cara:

 Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang

tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh malalui observasi terdiri dari rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang serta keseluruhan kemungkinan interaksi interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari lapangan manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

Wawancara mendalam (depth interview), yaitu peneliti mengadakan

(40)

lainnya dalam wawancara yaitu alat bantu rekam (tape recorder) yang membantu peneliti dalam menganalisa data dari hasil wawancara.

Partisipasi (participation), yaitu keikutsertaan seseorang atau

kelompok untuk ikut serta secara aktif. Dalam hal ini, partisipasi dimaknai sebagai suatu proses yang memampukan (enable) masyarakat lokal untuk melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaiman cara mengatasinya, mendapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka pilih. Dalam penelitian ini peneliti akan mendapatkan informasi pada saat melakukan wawancara serta melihat keterlibatan secara langsung dari para perempuan yang mengikuti kegiatan pemberdayaan apakah ada partisipasi dari para perempuan secara aktif.

2. Data sekunder

(41)

3.5. Interpretasi Data

Secara umum, data terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan, seperti hasil wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder yaitu data yang didapat tidak dari lapangan atau dari sumber lain. Misalnya, dari literatur kepustakaan, majalah, surat kabar,jurnal, buku dan sumber lainnya

Intrepertasi data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dianalisa selanjutnya. (Moleong, 1997:103).

(42)

3.6. Jadwal Kegiatan

3.7. Keterbatasan Penelitian

(43)

informan untuk melakukan wawancara, hal ini disebabkan karena padatnya aktivitas informan sehingga ditemui kendala dalam menyesuaikan waktu.

(44)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Profil Pesada

4.1.1. Sejarah Berdirinya Pesada

(45)

masalah ekonomi, sejak itu program YSA diperluas kepada pengembangan perempuan dan anak. Dan sejak itu program terakhir YSA bahkan menjadi lebih memperhatikan penguatan permpuan secara ekonomi dan persoalan dengan transisi politik di Indonesia.

Berdirinya lembaga ini diawali oleh perhatian para ilmuwan sosiologi, antropologi dan kaum cediakawan terhadap kondisi perempuan pakpak yang termarginalkan pada saat itu. Para ilmuwan dan cendikiawan yang berjumlah tujuh belas (17) orang menyepakati untuk membuat suatu langkah guna menolong perempuan pakpak dari kemiskinanya. Namun tidak semua para pendiri yang telah sepakat sebelumnya tetap mempunyai spirit yang sama dikarenakan tuntuan keluarga.

Lembaga yang setelah berjalan tujuh tahun mengalami perubahan pada tahun 2003, dimana lembaga melihat bahwasanya agar lembaga lebih independen, transparan, demokratis dan partisipatif, maka tepat pada bulan agustus 2003 YSA memutuskan untuk merubah status hukumnya menjadi perkumpulan yang disebut sebagai Perkumpulan Sada Ahmo (Pesada), serta menghasilkan visi dan misi baru, dan mempunyai semboyan simpelcity dan charity.

(46)

berlangsung Pesada membentuk kelompok diskusi yang membahas mulai dari bagaimana mereka mengelola uang rumah tangga, pertanian, dan dari diskusi-diskusi yang ada muncullah ke pembahasan politik perempuan di pedesaan tentang bagaimana keikutsertaan/keterwakilan perempuan di lembaga, kantor, pembuat kebijakan. Jika dilihat secara wilayah desa Jambu Bellang sebenarnya dekat dengan kabupaten Pakpak Barat namun desa ini sangat tertinggal.

Dalam transisi politik indonesia sudah saatnya perempuan berpartisipasi dalam politik, namun ternyata pemahaman akan politik masih sangat rendah dan banyak perempuan yang belum menyadari akan perlunya perempuan terlibat dalam politik oleh karena itu Pesada melihat perlu ada suatu tindakan sehingga muncullah pemberdayaan. Pemberdayaan sebagai upaya pembangunan untuk membangun perempuan yang mengalami peminggiran.

Pesada dalam melaksanakan kegiatannya memperoleh bantuan dana dari negara Belanda, Inggris, dan Spanyol untuk pengadaan perlengkapan-perlengkapan. Untuk kegiatan dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan mulai dari pendampingan, seminar, lokakarya, studi banding, siaran pers, para pengurus juga memperoleh bantuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak yang melakukan kerjasama dengan Pesada dalam melakukan kegiatan sosialnya.

(47)

Rapat Anggota PESADA Kepala kajian & Capacity

Building King Ronal Silalahi ST Wilayah Pakpak

juga halnya dengan Pesada yang sudah tiga (3) kali mengalami perubahan pengurus dan sampai dengan sekarang struktur kepengurusan Pesada yang disahkan dalam rapat umum anggota adalah sebagai berikut:

(48)

Dengan penjelasan dan tugas:

 Dewan Pengurus bertugas menjaga arah dan tujuan lembaga sesuai dengan

visi misi Pesada

 DE/WDE: Pimpinan Eksekutif dan mempunyai bawahan untuk membantu

menjalankan seluruh program sesuai dengan mandate yang di berikan oleh seluruh eksekutif Pesada

 KKCB: Mengkaji seluruh program Pesada apakah masih mengacu dengan visi

dan misi Pesada dan pengembangan dan peningkatan kapasitas personil Pesada

 Staf Khusus: Membidangi program khusus sesuai dengan keahlian dan

membantu program dari seluruh wilayah

 Umum dan Keuangan : Sebagai supporting dalam pelaksanaan seluruh

program

 Kord.Wilayah : Mengatur personil di masing masing wilayah dan memastikan

(49)

 Penasehat Hukum : Bertugas untuk penanganan hukum khususnya kasus

perempuan di sinsesitas

1. Dewan Pengawas

Dewan Pengawas bertemu sekali 1 tahun untuk memeriksa laporan keuangan PESADA secara keseluruhan. Dewan Pengawas terdiri dari 3 orang yang dipilih dari 1 orang dari Anggota PESADA dan 2 orang dari CU sekunder

2. Dewan Pengurus

Dewan pengurus sesuai dengan AD pasal 18 dengan tambahan memeriksa laporan keuangan, monitoring laporan keuangan dan mengikuti rapat management sekali 3 bulan.

Struktur Organisasi perkumpulan ini terdiri dari :

1. Anggota Perkumpulan yaitu orang-orang yang bersedia dan memenuhi syarat keanggotaan.

2. Dewan Pengurus yaitu orang orang yang dipilih untuk menjadi Pengurus untuk jangka waktu tertentu.

3. Badan Pelaksana Harian (eksekutif) yaitu seluruh personil perkumpulan di tingkat pelaksana di kantor dan lapangan yang bekerja untuk perkumpulan, diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Eksekutif.

(50)

Pasal 12

Tugas dan Wewenang Dewan Pengurus

1. Menyusun program 3 tahunan yang telah ditetapkan oleh Rapat Umum. 2. Menghadiri rapat-rapat periodik Dewan Pengurus.

3. Memonitor pelaksanaan program melalui kunjungan lapangan.

4. Meminta pertanggungjawaban Direktur Eksekutif per tahun dan pertiga tahunan. 5. Menandatangani dokumen-dokumen penting.

6. Mewakili perkumpulan di depan hukum. Pasal 13

Tugas dan Wewenang Dewan Kode Etik Dewan Kode Etik 3 orang yaitu: sifatnya adhoc. 1. Menjaga roh dan arah dari perkumpulan

2. Mengawasi pelaksanaan program perkumpulan melalui DE 3. Menindak anggota perkumpulan yang melanggar Kode Etik

4. Memberikan pertanggungjawaban kepada Rapat Umum dan jika dibutuhkan Pasal 14

Tugas dan Wewenang Badan Pelaksana Harian

(51)

3. Menyusun rancangan program tahunan dan anggaran yang akan disahkan Rapat Umum.

4. Menyelenggarakan rapat umum dan mengundang anggota perkumpulan sekurang kurangnya (14 ) hari sebelum diadakan rapat umum berdasarkan tanggal bukti pengiriman surat.

5. Melakukan segala upaya dalam rangka melaksanakan program perkumpulan. 6. Memelihara kekayaan perkumpulan sebaik-baiknya dengan mengindahkan segala

peraturan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perumpulan. 7. Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas Direktur Eksekutif memiliki

wewenang untuk:

a. Menetapkan peraturan internal (tertulis) Badan Pelaksana Harian. b. Mengangkat dan memberhentikan staf Badan Pelaksana Harian.

c. Mengatur tata cara/mekanisme penggunaan, peminjaman dan pemanfaatan harta kekayaan perkumpulan.

Pasal 15

Hak dan Kewajiban Badan Pelaksana Harian

1. Badan Pelaksana Harian mempunyai hak untuk memperoleh dan menggunakan fasilitas perkumpulan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan aturan lainnya.

2. Badan Pelaksana Harian berkewajiban untuk :

(52)

b. Membuat laporan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelolaan asosiasi, pemanfatan kekayaan, pengelolaan keuangan dan pelaksanaan program perkumpulan kepada Dewan Pengurus (periode 3 tahun).

4.1.3. Visi dan Misi Pesada

Secara umum Pesada bertujuan untuk mewujudkan keadilan perempuan dan anak dalam aspek kehidupan sosial, politik dan ekonomi melalui program-program kerja yang telah ditetapkan. Secara khusus lembaga ini mengembangkan pola-pola pendampingan dan pedidikan langsung ke masyarakat. Adapun Visi dan Misi dari Pesada yaitu:

VISI

Terciptanya kondisi masyarakat yang dijiwai oleh semangat, ketulusan hati, disiplin, kesederhanaan, solidaritas, pengabdian, kesetaraan dan keadilan gender.

MISI

1. Penyadaran hak perempuan, anak dan kelompok marjinal

2. Penguatan ekonomi, soisial, budaya dan politik perempuan dan kelompok marjinal

3. Advokasi dan pembelaan perempuan, anak dan kelompok marjinal 4. Kajian dan penguatan kapasitas

(53)

politik), pengembangan kapasitas dua organisasi independent; suara perempuan untuk keadilan, kampanye hak-hak perempuan dalam politik, lokarkarya, dan siaran pers.

Secara khusus fungsi Pesada bagi masyarakat perempuan adalah sebagai berikut:

 Sebagai wadah penguatan perempuan dan anak

 Sebagai tempat perempuan yang mengalami peminggiran baik

ekonomi, sosial, dan politik

 Sebagai tempat masyarakat khususnya perempuan-perempuan desa

yang mengalami kebutaan dan tidak perduli akan partisipasinya didalam politik

 Sebagai pusat informasi seputar politik perempuan

 Untuk memberikan kesadaran secara rasioanal, diskusi-diskusi tentang

penyadaran gender dan hak-hak perempuan dalam politik, lokakarya, pelatihan, studi banding, seminar, dan siaran pers.

4.2. Profil Informan 4.2.1. Informan Kunci

Informan I

Nama : Erlina Seha E Pardede S.Sos

Umur : 52 tahun

(54)

Pendidikan : Sarjana

Jabatan di Pesada : Ketua Dewan Pengurus Periode 2007-2010 Bergabung di Pesada : 1990

Erlina Seha E Pardede S.Sos adalah lulusan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI). Kak Erlina begitu ia biasa dipanggil oleh rekan-rekan kerjanya di Pesada mempunyai ciri-ciri fisik yaitu tinggi 165 cm, dengan berat badan 75 kg memiliki warna kulit putih dan berambut pendek. Kak Erlina bergabung di Pesada mulai pada tahun1990, selain menjabat sebagai ketua dewan pengurus pada saat ini, ia juga adalah salah satu pendiri dari ketujuh belas orang pendiri Pesada pada kala itu. Kak Erlina bertempat tinggal di Santar bersama dengan suami dan anak-anaknya.

Peneliti berkunjung ke kantor pusat Pesada untuk melakukan wawancara, pada saat itu peniliti melihat ada seorang Ibu yang berdiri di lantai dua dan sambil menanyakan kepada peneliti siapa yang hendak peneliti cari. Peneliti tidak tahu yang menyambut peniliti ternyata adalah Kak Erlina. Terlihat jelas bahwa pribadi kak Erlina cepat akrab dengan orang baru sekalipun. Hal ini terlihat pada saat informan menyambut peneliti dengan hangat. Selain cepat akrab kak Erlina juga mempunyai pengetahuan dan wawasan yang cukup luas, dengan setiap jawaban-jawaban dari informan pada saat mengajukan setiap pertanyaan-pertanyaan. Peniliti juga mendapatkan banyak pemahaman-pemahaman baru tentang politik perempuan.

(55)

Selain bertugas sebagai ketua dewan pengurus kak Erlina juga aktif sebagai dosen di Universitas Nomensen Siantar dengan membawa mata kuliah penelitian masyarakat. Informan II

Nama : Dinta Widarma Solin

Umur : 34 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Diploma

Jabatan di Pesada : Koordinator wilayah Pakpak Bharat periode 2007-2010 Bergabung di Pesada : 1994

Dinta Widarma Solin adalah lulusan Diploma dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tarutung, Kak Dinta begitu biasa ia dipanggil oleh rekan-rekan kerjanya di Pesada mempunyai cirri-ciri fisik yaitu tinggi 147 cm, dan berat badan 56 kg memiliki warna kulit putih dan berambut pendek. Informan memiliki dua orang anak dan bertempat tinggal tidak jauh dari kantor pusat Pesada. Kak Dinta adalah seorang yang mempunyai pribadi yang sederhana dan luwes, hal ini terlihat dari kehidupan sehari-hari dari informan karena peneliti sendiri kenal dengan informan. Informan menjabat sebagai koordinator wilayah Pakpak Bharat sehingga informan banyak memberikan informasi mengenai pemberdayaan politik perempuan di desa Jambu Bellang.

(56)

Ia bertugas untuk mengatur dan mengkoordinir semua kegiatan di wilayah Pakpak Bharat dalam pencapaian visi dan misi Pesada.

Kegiatan wawancara yang dilakukan dengan informan ini dilakukan di kantor Pesada pada saat sore-sore, karena sore-sore merupakan waktu yang senggang buat informan untuk lebih bisa memberikan waktu banyak.

4.2.2. Informan Biasa Informan I

Nama : Ronna Berutu (yang ikut kegiatan pemberdayaan)

Umur : 34 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMK) Pekerjaan : Bertani

Jabatan di Pesada : Ketua harian wilayah Pakpak Bharat periode 2007-2010 Bergabung di Pesada : 1999

(57)

peneliti, informan juga disuguhkan makanan ringan dan teh manis yang di beli dari kedai. Kegiatan wawancara yang dilakukan pada saat itu bertempat di Pajak desa jambu Bellang karena ia sendiri mempunyai kesibukan yang banyak sehingga tepat pada hari kamis yang adalah hari pajak buat masyarakat Jambu Bellang. Masyarakat di desa Jambu Bellang mempuyai kebiasaan yang sudah terpola apabila hari pajak adalah hari libur buat masyarakat

Kak Ronna merupakan masyarakat yang sudah lama tinggal di desa Jambu Bellang, dan ia adalah anak seorang mantan Kepala Desa Jambu Bellang. Selain sebagai anggota yang mengikuti pemberdayaan ia juga dipercayakan sebagai pengurus di wilayah Pakpak Bharat pada periode tahun 2007 sampai 2010 sebagai ketua harian yang pada awalnya kak Ronna sebagai panitia pendidikan tahun 2002.

Dalam kegiatan wawancara Kak Ronna turut membantu peneliti dalam memberikan semua jawaban-jawaban atau infromasi yang berhubungan dengan masalah penelitian, karena selain sebagai yang mengikuti pemberdayaan ia juga adalah anggota yang paling lama dari semuanya yang sampai saat ini masih bertahan. Selain itu Ibu Ronna juga telah beberapa kali diutus dari anggota Pesada untuk mengikuti seminar, audience, dan siaran pers di radio lokal yang menyangkut mengenai permaslahan perempuan.

(58)

menyatakan kebulatan hatinya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan bersama dengan Pesada.

Kak Ronna merupakan informan yang sangat antusias dalam permaslahan perempuan, ini diperlihatkan dengan jawaban-jawaban yang diutarakan seputar masalah perempuan khususnya dibidang politik, ia mengatakan bukan hanya laki-laki yang berpolitik, tetapi perempuan harus juga berperan jangan mau dijajah oleh kebodohan dan ketidakpedulian akan politik. Perempuan mempunyai tempat yang harusnya sama dengan laki-laki di politik.

Informan II

Nama : Rismawaty Berutu (Anggota yang ikut pemberdayaan)

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Pekerjaan : Wiraswasta)

Bergabung di Pesada : 2007

(59)

peniliti datang kerumah informan ia sudah mempersiapkan diri dengan rapi membuat informan merasa segan. Infroman sangat menerima peneliti dengan ramah dan informan membuat suasana yang begitu hangat. Ia mengatakan sangat mendukung dan senang apabila ada mahasiswa yang juga mempunyai keinginan untuk konsern pada kepentingan perjuangan perempuan, terutama peneliti juga satu suku dengan informan serta informan menyuguhkan minuman teh manis yang membantu peneliti untuk mendapatkan kehangatan badan dikarenakan cuaca yang mendung saat itu dan membuat suasana menjadi lebih santai.

Dari segi ukuran waktu Ibu Rismawaty sebenarnya tergolong masih sangat baru di Pesada apabila dibandingkan dengan yang lainnya, ia bergabung mulai pada tahun 2007, namun sekalipun masih baru informan sudah mempunyai kesadaran dan pemahaman yang tinggi akan politik perempuan, bahkan ia merupakan salah satu calon anggota legislative dari desanya yang diusung oleh salah satu partai baru. Bukan main-main ia mendapat posisi urut nomor dua (2) dari delapan (8) calon laki-laki lainnya. Ibu Rismawaty mengatakan ia mencalonkan dirinya adalah sebagai perwujudan dari pemberdayaan yang telah ia dapatkan dari Pesada selama ini dan keinginannya untuk menyuarakan kepentingan perempuan di desanya khususnya. Selain itu Ibu Rismawaty juga adalah salah satu anggota yang sudah beberapa kali dikirim Pesada untuk mengikuti seminar dan studi banding yang dilakukan oleh pihak-pihak organisasi atau lembaga lainnya. Hal ini terungkap pada saat wawancara yang dilakukan.

(60)

pembuat kebijakan untuk keperluan perempuan yang selama ini tidak diperhitungkan dan satu hal lagi saya juga mengucap syukur karena pesada telah beberapa kali mempercayakan saya untuk ikut seminar dan studi banding Apabila ada undangan dari luar” (wawancara dengan informan Rismawaty, November 2008).

Informan III

Nama : Remsina ( Anggota yang ikut pemberdayaan)

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Pekerjaan : Wiraswasta

Jabatan : Bendahara wilayah desa Jambu Bellang Bergabung di Pesada : 2005

Ibu Remsina adalah salah satu masyarakat dari sekian banyak yang ikut kegiatan pemberdayaan di Pesada, ia bergabung mulai pada tahun 2005 yang kesehariannya berjualan kelontong dan minuman kopi dirumahnya. Ia mempunyai ciri-ciri fisik yaitu tinggi badan 165 cm, berat badan 62 kg, kulit hitam dan berambut ombak pendek. Ibu Remsina tergolong perempuan yang suka dengan humoris tinggi, ini terlihat pada saat wawancara dengan informan di rumah informan. Ibu Remsina sangat membuat peneliti tertawa-tawa dan ditambah lagi dengan keluguannya dalam berbicara.

(61)

tentunya berkumpul dengan teman-temannya yang lain, dan itu berlangsung selama dua tahun. Namun tujuan yang ia punya saat ini sudah lain ia sudah tahu kenapa ia harus tetap ikut bergabung dan bukanlah hal yang sia-sia apa yang ia lakukan. Informan IV

Nama : Dina Manik (Anggota yang ikut pemberdayaan)

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Pekerjaan : Bertani

Bergabung di Pesada : 2000

Ibu Dina Manik seorang Ibu rumah tangga, yang bekerja sebagai seorang petani. Ibu Dina merupakan penduduk asli di desa Jambu Bellang, memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut yaitu kulit putih dengan rambut setengah badan dan memiliki tinggi badan 150 cm dan berat badan 85 kg. Kegiatan wawancara yang dilakukan berlangsung saat siang hari di rumah Ibu Remsina yang salah satu informan dalam penelitian ini, Ibu Dina memberikan waktunya sebelum pergi berpesta perkawinan kedesa lain. Sosok Ibu Dina mengingatkan peneliti pada Ibu peneliti yang sangat mirip dengan suara dan bentuk tubuh dari Ibu Dina, sejenak peneliti terobati akan rasa rindu kepada Ibunda. Informan mengakui akan keantusiasannya akan kegiatan ini sekalipun bisa dikatakan ia tidak lagi muda, namun ia mempunyai semangat yang tinggi.

(62)

lewat Pesada Ibu ini menjadi tahu dan sadar betul akan pentingnya perempuan untuk tahu dan berpartisipasi dalam politik.

“Klo ini sudah bisa di bilang, Pesada sebagai lembaga yang bergerak untuk penguatan perempuan sudah bisa melakukan apa yang adek tanya e..e..oya fungsinya, sudah. Karena kayak pengalaman saya pribadi sangat dibantu untuk mengetahui politik, yang dulunya saya tidak tahu apa-apa bahkan jangankan tahu dan melakukan kesadaran untuk hal seperti itu tidak pernah terlintas”. (wawancara dengan informan Dina Manik, November 2008).

Informan V

Nama : Ristati Padang (Anggota yang ikut pemberdayaan)

Umur : 34 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Pekerjaan : Bertani

Jabatan : Anggota Pemberdayaan Politik Perempuan Bergabung di Pesada : 2002

(63)

Ibu Ristati pertama kali mengetahui keberadaan Pesada berdasarkan informasi dari temannya tentang pemerdayaan yang diselenggarakan oleh Pesada, maka ia mendaftarkan dirinya bersama dengan teman yang sudah duluan ikut bergabung untuk bergabung di Pesada, ia tertarik karena ia pribadi penasaran akan apa yang dilakukan Pesada kenapa banyak perempuan desa mereka mau bergabung.

“saya mendaftarkan diri saya bersama dengan teman yang sudah duluan ikut untuk bergabung karena saya penasaran ketika dikasih tahu dan melihat kenapa banyak perempuan desa kami ini mau bergabung”. (wawancara dengan infroman Ristati, November 2008).

Informan VI

Nama : Rosmita Pandiangan (Anggota yang ikut pemberdayaan)

Umur : 31Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Pekerjaan : Wiraswasta

Rosmita adalah seorang Ibu yang dikategorikan masih muda, ia tinggal bersama dirumah mertuanya dan saat ini ia berwiraswasta, Ibu Rosmita mempunyai ciri-ciri fisik yaitu tinggi badan 150 cm, berat badan 53 kg, berkulit putih dan berambut panjang. Ibu Rosmita terlihat mempunyai semangat yang tinggi. Kegiatan wawancara dilakukan di rumahnya, peniliti merasa sedikit segan karena wawancara yang dilakukan sembari ia memasak untuk makanan malam.

(64)

Putri mengatakan ia mempuyai keinginan untuk bergabung di Pesada karena malu sama teman-temannya karena teman-temannya ikut pemberdayaan, Ia mengatakan awalnya ikut disebabkan oleh faktor tersebut dan malah sangat bersyukur karena hal itu yang membuat untuk ia bergabung,

“Saya punya keinginan untuk bergabung di Pesada karena malu sama teman-teman saya karena teman-teman-teman-teman saya ikut pemberdayaan, awalnya saya ikut disebabkan oleh faktor tersebut dan malah saya saat ini sangat bersyukur untunglah kan jadinya itu yang membuat untuk saya, karena saya juga ga tau nya banyak tentang politik, ya okelah untuk buta ”tidak” atau ga ngerti ”tidak’ tetapi tetap aja setelah saya ikut pemberdayaannya pengetahuan saya tambahlah”. (wawancara dengan infroman Ibu Rosmita, November 2008).

Informan VII

Nama : Hotmaida Manalu (Anggota yang ikut pemberdayaan)

Umur : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Lanjutan Pertama Atas (SLTA) Pekerjaan : Wiraswasta

(65)

Informan VII

Nama : Beres Padang

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Kepala Desa

(66)

Pak Padang sebagai Kepala desa mengetahui Pesada dan dalam berapa kali kesempatan ia mengahadiri acara dan rapat yang diadakan Pesada. Ia sangat mendukung apa yang dilakukan oleh Pesada. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Pesada sangat membantu masyarakat khususnya perempuan di desa mereka. Ia mengatakan adanya perbedaan signifikan antara perempuan-perempuan yang mengikuti pemberdayaan dan yang tidak ikut, perempuan yang ikut sudah memperlihatkan perannya sebagai masyarakat untuk dapat berpartisipasi terbukti dalam beberapa kali kegiatan di desa, perempuan-perempuan yang mengikuti kegiatan tersebut sangat diperhitungkan pendapat ataupun pemikiran mereka. Menurut pak Padang hal itu merupakan suatu keadaan yang baik. Hal ini terungkap pada saat kegiatan wawancara dilakukan.

(67)

4.3. Penyajian Data

4.3.1. Pendapat Pengurus Tentang Kegiatan Pemberdayaan Politik Perempuan

A. Erlina Seha E. Pardede S. Sos (Ketua Dewan Pengurus)

Erlina Seha E Pardede atau biasa dipanggil kak Erlina oleh rekan-rekannya di kerja, merupakan Ketua dewan pengurus di Pesada. Kak Erlina yang merupakan salah seorang dari pendiri memulai perhatiannya akan perempuan pada tahun 1990. Dimana tugasnya adalah mengatur dan mengawasi semua kegiatan di Pesada yang salah satu dari fokus Pesada adalah pemberdayaan perempuan dalam politik sehingga Pesada sebagai sebuah lembaga sosial di masyarakat berfungsi sebagai tempat untuk medapatkan informasi politik perempuan, pendampingan, diskusi-diskusi, seminar, pelatihan, lokakarya dan siaran pers dapat menjalankan peranannya sesuai dengan visi dan misi serta sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

Menurut kak Erlina keberadaan Pesada sebagai lembaga yang ada didesa Jambu Bellang yang mempunyai kegiatan pemberdayaan politik perempuan sangat penting dan berguna bagi perempuan yang mengalami kemiskinan dalam politik karena ketidaktahuan mereka akan politik sebagai hak dan kewajiban. Saat ini tidak ada lagi alasan untuk tidak melibatkan perempuan dalamn segala proses dan pembuatan kebijakan. Panggung perpolitikan sebetulnya tidak elok dan tidak ideal ketika hanya laki-laki yang mendominasi. Harus ada perempuan yang berperan penting, demokrasi tidak ada jika perempuan tidak sepenuhnya berperan “No

Democracy Without Women”. Pesada menangkap dan melihat hal ini akan sangat

(68)

kemiskinannya dan pemberdayaan adalah merupakan salah satu cara bagi perempuan untuk lepas dari kemiskinannya, sehingga perempuan akan mampu untuk berperan dalam politik. Pesada mengangkat isu mengenai pemberdayaan perempuan, bahkan wacana mengenai pemberdayaan politik perempuan akhirnya menjadi salah satu isu penting yang mencuat ditengah euphoria demokartisasi.

“Pesada sebagai wadah bagi perempuan dalam mendapatkan pengetahuan akan politik perempuan melalui kegiatan-kegiatan pendampingan, diskusi-diskusi, seminar, pelatihan, pemberian bulletin Suara Perempuan maupun siaran pers yang dilakukan, dalam membantu dan membawa perempuan sebagai subyek kebijakan bukan hanya sebagai obyek kebijakan. dan selain itu Pesada juga memberikan penguatan dalam ekonomi karena kita ingin perempuan juga sebagai pelaku dari ekonomi dalam rumah tangganya”. (wawancara dengan informan Erlina, November 2008).

pesada memberikan pemberdayaan mengenai politik perempuan dengan menerapkan pola pendampingan, pola pendampingan dimaksudkan agar perempuan tidak merasa canggung antara pemberi dan penerima. Dalam semua kegiatan yang dilakukan berusaha menyelesaikan dari setiap hal yang tidak dipahami oleh perempuan, hal ini dianggap biasa karena tidak semua yang ikut pemberdayaan merupakan orang-orang yang mempunyai pendidikan sehingga kegiatan dan tujuan yang hendak dicapai tercapai.

(69)

prempuan, nah ketika mereka sudah mempunyai kesadaran akan lebih mudah untuk meberitahukan kepada mereka. ” (wawancara dengan informan Erlina, November 2008 ).

Tujuan dari pemberdayaan yang hendak dicapai dalam pemberdayaan adalah yang pertama meyakinkan bahwa perempuan terwakilkan di lembaga-lembaga pengambilan keputusan, Pesada mendorong perempuan harus ada yang mewakili dalam pengambilan keputusan. Yang kedua adalah dalam setiap pengambilan keputusan yang harus diperhatikan apakah dalam keputusan itu memperhatikan tentang kesetaraan dan keadilan gender di lembaga-lembaga dimana ada pengambilan keputusan. Pesada bukanlah sebagai mesin yang mengubahkan manusia tetapi Pesada hanya memfasilitasi untuk menyampaikan kepada perempuan bahwa dia punya aspirasi terhadap kebutuhan-kebutuhan itu tadi lewat pemberdayaan.

”Tujuan yang ingin kita capai dari kegiatan ini adalah pertama, kita meyakinkan bahwa perempuan terwakilkan, dengan mereka mengikuti kegiatan ini akan ada muncul sebagai wakil perempuan dalam pembuat kebijakan, kedua adalah kita mau pastikan dalam pengambilan keputusan adanya kebijakan-kebijakan yang memperhatikan tentang kesetaraan dan keadilan gender dalam lembaga pengambilan keputusan sebagai contoh kecil lembaga desa”. (wawancara dengan informan Erlina, November 2008) .

(70)

Kak Erlina juga mengatakan kegiatan pemberdayaan ini membawa dampak bagi perempuan didesa ini terbukti dengan munculnya beberapa caleg-caleg dengan keberanian seperti itu, dan yang berikutnya Erlina melihat bagaimana ketika Pilkada dalam kampanye-kampanye perempuan mempunyai keberanian untuk mengkritisi pernyataan yang salah dari calon pemimpin daerah dan hal yang sama mereka lakukan kepada caleg-caleg. Jadi sampai saat ini perempuan didesa ini sudah mempunyai kesadaran politik partisipatif.

”Kegiatan pemebrdayaan ini meutur saya sampai saat ini membawa dampak bagi perempuan terbukti sudah muncul beberapa caleg-caleg dan pada waktu pilkada ketika calon kepala daerah melakukan kampanye mereka berani untuk mengkritisi pernyataan dan apabila menurut mereka salah, jadi sampai saat ini perempuan didesa ini sudah mempunyai kesadaran politik partisipatif”. (wawancara dengan informan Erlina, November 2008).

4.4. Interpretasi Data

4.4.1. Pengetahuan Masyarakat Perempuan Mengenai Pemberdayaan Politik Perempuan

(71)

perempuan-dalam keikutsertaan untuk berpolitik. Hal itu terlihat dari jawaban-jawaban yang dilontarkan para informan tentang pengtahuan mereka mengenai pemberdayaan politik perempuan yang meliputi apakah yang dimaksud dengan pemerdayaan politik perempuan, apakah pemberdayaan politik perempuan itu perlu untuk perempuan, apa manfaat yang diperoleh dari pemberdayaan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan. Sebagaimana yang dilontarkan informan sebagai berikut:

”Pemberdayaan politik perempuan itu sebagai upaya atau cara pembangunan terhadap perempuan-peremepuan yang termarginalkan dalam politik. Jadi diharapakanlah perempuan yang termarginalkan tadi akan mempunyai posisi tawar dalam status, posisi, kondisi dengan laki-laki dimasyarakat. Kenapa harus dilakukan pemberdayaan terhadap perempuan? Karena memang perempuan yang termarginalkan dalam politik klo laki-laki sudah di beri. Ketika ada sautu upaya pemberdayaan dilakukan untuk perempuan tadi maka paling tidak perempuan diharapkan akan bisa berhadapan dengan kelompok laki-laki”. (wawancara dengan informan Rismawaty, November 2008). ”Pemberdayaan politik perempuan bukan hanya perlu tetapi perempuan sangat membutuhkannya terutama perempuan-perempuan yang seperti kami ini yang sangat jauh dari akses tentang politik perempuan membuat kami semakin buta tidak mengetahui apa-apa akan politik, namun dengan adanya pemberdayaan ini turut menolong sebagai suatu cara untuk meningkatkan dan membawa perempuan untuk berpartisipasi aktif menjadi pelaku proses pembangunan”. (wawancara dengan informan Ronna, November 2008).

(72)

”Kegiatan pemberdayaan tentang politik perempuan pastilah bermanfaat bagi perempuan terutama perempuan desa seperti kami ini yang jauh tertinggal dibandingkan perempuan kota, karena paling tidak kan perempuan kota sudah lebih banyak mendapat informasi tentang politik perempuan nah dengan pemberdayaan yang dilakukan diharapkan membawa kami ke tahap kesadaran biar mempunyai keinginan berperan dalam politik dan dapat jadi mandiri kan”. (wawancara dengan informan Remsina, november 2008).

”Jadi klo menurut saya kegiatan ini baik terhadap lingkungan desa, karna dengan terbukanya pemikiran kami dan ngerti akan peranan kami sebagai perempuan di politik ternyata perempuan harus melibatkan diri untuk memperjuangkan hak-haknya itu saya tau setelah saya ikut”. (wawancara dengan informan Dina, November 2008).

”Kalau saya pribadi ditanya saya senang dengan adanya kegiatan ini karena selain membuat saya sadar saya juga punya sedikit tahulah kenapa perempuan harus diadakan pemberdayaan perempuan. Kan kita perempuan juga harus mau terlibat, janganlah hanya mau dirumah-rumah saja enggak mau tau keadaan kita sebagai perempuan”. (wawancara dengan informan Ibu Rosmita, November 2008).

”Apa yang dibuat Pesada bagus dan punya manfaat, jadi bisalah jadinya tahu lebih setelah adanya kegiatan ini. Jadi klo selama ini kan perempuan-perempuan disini sangat anti dengan politik, banyak orang bilang politik itu kotor, nah..kotorlah jadinya politik itu kalau salah digunakan kan gitunya. Trus karena selama ini orang-orang nganggap politik itu juga enggak untuk perempuan jadinya orang-orang bilang ke perempuan yang ikut kegiatan kayak ini ”petoal-toalken” kalau kebahasa indonesianya sok-sokkan. Tapi klo pun itu dibilang orang-orang saya enggak gitu peduli karena saya kan tahu kenapa saya harus ikut pemberdayaan, toh kan manfaatnya untuk saya juga kan. (wawancara dengan informan Ibu Hotmaida, November 2008).

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 2
Tabel 3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini, secara umum menunjukkan bahwa aksesi jagung Unsri-J1 sd Unsri-J8 tersebut dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di lahan pasang surut dengan rata-rata

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Vektor di Kelas X SMA Negeri 1 Sanggau Ledo”.. Jurnal Penelitian Fisika dan

yang memadai maka akan terbentuk perilaku yang baik juga dalam menjaga kesehatan lingkungan, baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Hal

Hasil dari penulisan tugas akhir ini adalah suatu aplikasi perangkat lunak sistem informasi untuk mengenalkan produk terbaru kepada pelanggan di Sophie Martin cabang

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui manfaat dan penelitian yang berjudul Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Lansia di Dusun Pajaran,

Temuan penelitian ini yaitu pemilihan kepala daerah baik di tingkat Kabupaten maupun di Provinsi di Lampung dikondisikan oleh lingkungan politik yaitu tingkat (a) kompetisi yang

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Scientific dengan model Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar IPA

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengurangi penggunaan energi listrik yang ada dengan cara meredesain ulang oven pengering yang sudah ada, untuk meminimalkan