• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan potensi keterampilan menjahit anak asuh sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di panti sosial asuhan anak Putera Utama 03 Tebet Jakarta selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan potensi keterampilan menjahit anak asuh sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di panti sosial asuhan anak Putera Utama 03 Tebet Jakarta selatan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

NURUL HAFIZHOH

107054102504

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar srata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.

Jakarta, 25 Agustus 2011

Nurul Hafizhoh

(5)

i

Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet- Jakarta Selatan ”

Seorang anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses perkembangan berikutnya, namun demikian lingkungan yang berada di sekitar sang anak dibesarkan, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan pendidikan formal maupun informal juga turut memberikan andil dan pengaruh dalam perkembangan anak. Faktor lingkungan atau pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak. Di sinilah sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak. Setiap anak maupun manusia pada dasarnya mempunyai banyak kecerdasan, sebuah anugerah yang luar biasa dahsyat dari Tuhan ini sayang sekali bila tidak dikembangkan dengan baik. maka kecerdasan itu tidak bisa memberikan manfaat yang berarti bagi manusia. Di sinilah sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.

Dalam penelitian ini yang dilakukan, penulis ingin mengetahui bagaimana potensi keterampilan menjahit anak dikembangkan di PSAA PU 03 Tebet dan bagaiman pengembangan potensi keterampilan menjahit anak tersebut telah memenuhi hak-hak anak?

Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan

adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif yaitu dengan cara

pengamatan lapangan, wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, Adapun yang menjadi informan penelitian adalah para pengasuh, instrutur menjahit serta anak yang berada di panti tersebut.

(6)

ii

SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat

kepada kekasih-Nya, dan masih memberikan begitu banyak kenikmatan dan

karunia-Nya yang tak pernah dapat dihitung sehingga dengan izin-Nya penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung,

yang baik budi pekertinya, yang telah membawa kita ke alam ilmu pengetahuan

serta yang menyelamatkan umatnya di dunia dan akhirat beliau adalah nabi yang

sangat mulia hingga akhir zaman nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Halangan dan rintangan yang penulis hadapi menjadikan pelajaran

yang sangat berarti bagi penulis. Sungguh anugerah terindah yang diberikan Allah

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Semua ini

terwujud karena banyak dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Selanjutnya penulis juga ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada ;

1. Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Drs. H. Mahmud

Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal LK,M.A selaku Pudek

(7)

iii

3. Dr. H. Asep Usman Ismail. MA, selaku pembimbing yang dengan tulus

memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang

memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada

penulis selama masa perkuliahan.

5. Seuntai kata penulis ucapkan terima kasih dan penulis persembahkan

segalanya khususnya kepada nenek (Hj. Oon Sumiati) dan mami

(Yuliawati) yang telah memberikan dukungan dan doa yang diberikan

kepada penulis, dan dengan ketegaran dan kesabaran hatinya dalam

mengadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi

penulis.

6. Pimpinan perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas yang telah

membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan dalam mengerjakan

skripsi.

7. Para pengasuh panti serta para WBS yang telah membantu penulis dalam

memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.

8. kakak-kakakku Rabiatul Adawiyah, Chairunnisa, Eva Naziroh yang selalu

mengingatkan dan memberikan penulis dukungan dalam moral dan materil

9. Rodhy Harisca yang selalu doakan dan mengingatkan penulis agar

(8)

iv

kepada penulis dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan

khususnya Fitriyah, Siti Izzatul Yazidah, Fitri Wulandari dan Fazra Raissa

Wulandari makasih sayang atas motivasinya selama ini.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah

yang akan membalas kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.

Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang

membaca laporan ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi para pembaca pada umunya.

Amin Ya Robbal Alamin

Jakarta, Agustus 2011

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II. KAJIAN TEORITIS A. Definisi Potensi Diri ... 16

B. Definisi Keterampilan ... 22

C. Anak 1. Definisi Anak... 23

2. Batasan usia anak 13-18 Tahun ... 25

3. Hak Anak ... 26

(10)

vi

1. Sejarah singkat PSAA PU 3 Tebet ... 30

2. Tugas Pokok dan Fungsi ... 31

3. Visi dan Misi ... 32

4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi WBS .... 33

5. Proses Pelayanan ... 34

6. Sumber dana ... 35

7. Fasilitas ... 35

B. Profil Anak-anak di PSAA PU 3 Tebet

1. Profil WBS ... 36

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN

A. Potensi Keterampilan Menjahit Anak Dikembangkan di

Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet ... 46

1. Cara Menemukan Bakat Anak Asuh Dalam

Keterampilan Menjahit di Panti... 46

2. Cara Menemukan Minat Anak Asuh Dalam

Keterampilan Menjahit di Panti ... 49

3. Langkah-langkah Pengembangan Potensi

Keterampilan Menjahit Pada Anak Asuh yang

dilakukan di Panti ... 50

B. Pemenuhan Prinsip-Prinsip Hak-Hak Anak Dalam

(11)

vii

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan

perkembangan... 53

4. Penghargaan terhadap pendapat anak ... 54

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 55

B. Saran-saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA... 57

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah anugerah dan setiap anak dilahirkan dalam kondisi

“cerdas”. Kunci sukses dari seorang anak adalah ketika ia dapat menjadi

sesuai dengan potensi dan bakatnya, bukan berdasarkan apa kata orangtua

maupun lingkungannya. Anak perlu diajar untuk menghadapi kegagalan. Jika

anak tidak menikmati pelajaran di sekolah maupun saat kuliah, ia akan

mengalami kesulitan untuk sukses.1 Suasana menyenangkan akan memberi

kesempatan anak belajar dengan maksimal dan mereka mampu dengan

mudah mempelajari hal-hal yang sesuai dengan potensi, bakat maupun

minatnya. 2

Seorang anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan

pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses

perkembangan berikutnya, namun demikian lingkungan yang berada di

sekitar sang anak dibesarkan, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan

pendidikan formal maupun informal juga turut memberikan andil dan

pengaruh dalam perkembangan anak. Faktor lingkungan atau pendidikan

memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak. Di sinilah

1

Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga Pustaka. 2009), h. 25-28

2

(13)

sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi

peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.3

Setiap anak maupun manusia pada dasarnya mempunyai banyak

kecerdasan, sebuah anugerah yang luar biasa dahsyat dari Tuhan ini sayang

sekali bila tidak dikembangkan dengan baik. maka kecerdasan itu tidak bisa

memberikan manfaat yang berarti bagi manusia. Di sinilah sesungguhnya

peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua

sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.4

Pengembangan potensi dalam diri anak sangatlah penting, agar

keberhasilan dan keahlian yang mereka miliki dapat dirasakan oleh dirinya

maupun orang lain. Untuk mengembangkan potensi diri tersebut, anak harus

mempunyai rasa percaya diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Oleh karena itu, proses adaptasi maupun penyesuaian diri sangat penting dan

berpengaruh terhadap optimalisasi potensi anak untuk melaksanakan

pekerjaan dan mencapai performansi yang berhasil (sukses).

Kesejahteraan anak merupakan bagian dari kesejahtreraan sosial, oleh

karena itu hak-hak anak harus dipenuhi agar kesejahteraan mereka tercapai.

Sebagai manusia yang rentan dan bertumbuh, anak memiliki hak untuk

memperoleh kehidupan yang layak secara fisik, mental, spiritual, moral dan

sosial.5

3

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak, (Yogyakarta: Katahati, 2010), h. 35

4

Ibid, h. 35 5

(14)

Beberapa anak ada yang tidak beruntung untuk mendapatkan

kesejahteraannya, hal ini disebabkan karena kemiskinan dan tidak ada orang

tua sebagai tumpuan hidupnya.

Untuk itu ada upaya yang dilakukan pemerintah dalam

menyelamatkan anak-anak tersebut dari segala sesuatu yang buruk dan

memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan pendidikan baik formal

maupun informal sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Upaya yang dilakukan pemerintah adalah Panti Sosial.

DKI Jakarta sebagai ibukota negara sampai tahun 2004, memiliki 87

buah panti asuhan dengan jumlah klien sejumlah 3.697 jiwa. Padahal jumlah

anak terlantar yang ada di Ibukota ini sampai tahun 2004 jumlahnya mencapai

64.123 jiwa.6 Jumlah panti asuhan yang ada di Indonesia tidak sebanding

dengan jumlah anak yang mengalami masalah di Indonesia, karena pada

tahun 2008 laporan yang diluncurkan oleh DEPSOS RI bahwa jumlah panti

asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan 5.000 s/d 8.000.7 Dan pemerintah

sampai saat ini belum dapat melayani anak-anak yang membutuhkan bantuan

dan perlindungan secara keseluruhan.

Kebijakan pemerintah dalam pelayanan sosial anak dalam panti

merupakan pilihan terakhir apabila keluarga atau masyarakat tidak dapat

mengasuh anak dengan baik. Kegiatan pelayanan kesejahteraan anak

merupakan kegiatan pelayanan tambahan atau pengganti dari asuhan dan

6

Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat,

Petunjuk Teknis Pelaanan Sosial Anak Terlantar di dalam Panti (Jakarta: DEPSOS Direktorat

Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005), h. 9-11 7

(15)

pengawasan orangtua. Hal ini mempunyai tujuan melindungi dan memajukan

kesejahteraan anak dan remaja guna mencegah kelalaian dan kegagalan serta

kenakalan remaja yang terjadi. Asuhan tersebut diberikan dengan jalan

merawat lingkungan keluarga, menjaga adat, kebiasaan anak atau

memberikan pelayanan lainnya.8

Salah satu tugas pokok PSAA PU 03 Tebet adalah menyelenggarakan

kegitan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi

identifikasi dan asesmen, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. Serta

fungsi dari PSAA PU 03 Tebet adalah pelaksanaan assesmen meliputi

penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah dan potensi serta

pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental,

sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan.9

Anak-anak yang berada di dalam panti adalah anak-anak yang normal,

mereka tidak memiliki kecacatan. Mereka memiliki minat dan bakat dalam

jiwanya. Akan tetapi karena faktor kehidupan yang kurang terpenuhi maka

anak belum dapat mengembangkan potensinya. Mereka adalah anak terlantar

dari golongan fakir miskin, yatim/piatu serta kaum dhua’fa. Maka dari itu

anak di serahkan kepada pihak panti oleh orang tuanya agar kehidupan

mereka terjamin dalam bidang pendidikan formal maupun non formal. Di

dalam panti anak diberikan kehidupan yang layak dengan

keterampilan-keterampilan salah satunya yaitu keterampilan-keterampilan menjahit, dalam keterampilan-keterampilan

8

Wawancara Pribadi Peneliti dengan Bpk. H. Mahmud, S. Sos (Pengasuh Panti: di Jakarta pada Tanggal 22-11-2010)

9

(16)

menjahit ini anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka

untuk terampil didalam seni menjahit, agar ilmu yang mereka dapatkan kelak

berguna bagi masyarakat sekitar dan untuk kelanjutan bekal kehidupan

mereka dikemudian hari dalam bidang keterampilan menjahit tersebut,

adapun keterampilan menjahit yang mereka pelajari yaitu keterampilan

menjahit tingkat mendasar. Dalam upaya mengembangkan potensi (minat dan

bakat) menjahit tersebut anak membutuhkan bimbingan dari para pengasuh

yang berada di dalam panti agar dapat berjalan lebih baik.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

penulis tertarik untuk meneliti mengenai “PENGEMBANGAN POTENSI

KETERAMPILAN MENJAHIT ANAK ASUH SEBAGAI UPAYA

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DI PANTI SOSIAL ASUHAN

ANAK PUTERA UTAMA 03 TEBET – JAKARTA SELATAN”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pengembangan potensi yang dilakukan di PSAA PU 03 Tebet yaitu

melalui kegiatan keterampilan menjahit dengan melihat upaya pemenuhan

hak-hak anak di dalamnya. Maka penulis membatasi penelitian ini pada

Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit Anak Asuh Sebagai Upaya

Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03

(17)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta permasalahan pada latar

belakang di atas, maka penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut:

a. Bagaimana potensi keterampilan menjahit anak asuh dikembangkan di

Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet?

b. Bagaimana pengembangan potensi keterampilan menjahit anak asuh

tersebut telah memenuhi prinsip-prinsip hak-hak anak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan dan pembatasan masalah maka penelitian ini

bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui gambaran pengembangan potensi keterampilan

menjahit anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03

Tebet.

b. Untuk mengetahui gambaran pemenuhan prinsip-prinsip hak-hak anak

dalam pelaksanaan pengembangan potensi keterampilan menjahit anak

(18)

2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya dan bagi

peneliti khususnya dan para calon pekerja sosial agar mendapatkan

gambaran umum tentang pengembangan potensi diri bagi anak

asuh di PSAA PU 03 Tebet.

b. Sebagai tambahan referensi dalam meningkatkan pengetahuan serta

wawasan dalam pengembangan potensi diri bagi anak asuh.

2. Manfaat Akademis

a. Memberikan masukan pengetahuan tentang pengembangan potensi

diri bagi anak asuh di PSAA PU 03 Tebet.

b. Memberikan masukan pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial

khususnya yang berkaitan dengan Pelayanan Sosial tentang

pengembangan potensi diri bagi anak asuh di PSAA PU 03 Tebet.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang

(19)

Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh

adanya penerapan metode kualitatif.10

2. Macam dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati

atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan

merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan

bertanya.11

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan

tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan.

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari

arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.12

Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif

deskriptif tentang pengembangan potensi keterampilan anak dalam panti

ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder.

(20)

Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari

sumber utama (Pengasuh dan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Tebet).

Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang

diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek

penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian

manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu

utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit.

Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data

penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data

tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan

panca indra.13

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi

langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan

intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan

13

(21)

yang berkenaan dalam pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan

anak asuh dalam panti.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh sebuah

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara.14

Adapun yang akan diwawancara adalah:

No Informan Jumlah Informasi yang ingin

(22)
(23)

memenuhi

prinsip-prinsip hak-hak

anak?

Jumlah 7 orang

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber

langsung tentang masalah yang akan diteliti dan akan dilakukan secara

bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan

terarah.

c. Dokumentasi

Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh

dengan observasi dan interie, tetapi hanya diperoleh dengan cara

melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat

kabar, jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan dengan apa yang

sedang diteliti oleh peneliti.

4. Waktu dan Tempat

Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial

Asuhan Anak ( PSAA ) Putra Utama 3 Tebet yang bertempat di Jl. Tebet

Barat Raya no.100, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan

(24)

5. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah pengasuh panti, instruktur menjahit dan

anak-anak yang mengikuti keterampilan menjahit di Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet. Sedangkan obyek penelitianya adalah

Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

6. Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan

menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,

penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian

penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana

pengembangan potensi keterampilan anak di dalam panti.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai

langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti agar terhindar dari

kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada

sebelum-sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka penulis

menemukan skripsi yang membahas tentang pengembangan potensi diri,

tetapi penulis akan memaparkan dari sudut yang berbeda, dari skripsi:

Nama : Lenggo Geni

Universitas : Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan

(25)

Judul : Pengembangan diri pemuda yang berpartisipasi

dalam kegiatan sosial (studi deskriptif pada empat

peserta aktif kegiatan sosial di RISKA) Tahun

2000.

Dari skripsi di atas, penulis menemukan perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur yang menjadi

rujukan penulis lebih menekankan pada segi pengembangan diri pemuda

yang berpartisipasi dalam kegiatan sosial di RISKA. Maka dalam

penelitian ini penulis membahas mengenai pengembangan potensi

keterampilan anak di PSAA Putra Utama 3 Tebet.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis

membagi dalam lima bab, yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II: KERANGKA TEORITIS

Membahas Kerangka Teori Pengembangan Potensi

Keterampilan Anak di PSAA PU 03 Tebet meliputi: Pengertian

(26)

Pengertian Keterampilan, dan Pengertian Anak dan Fase

Perkembangannya.

BAB III: GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Membahas tentang gambaran umum objek penelitian yang

terdiri dari latar belakang sejarah berdirinya Panti Sosial

Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet, tugas dan fungsi,

visi misi, sasaran pelayanan, proses pelayanan, sumber dana,

fasilitas, profil anak asuh di PSAA, struktur organisasi, pola

pembinaan & pelayanan, bagan kedudukan fungsi dan tugas

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN

Membahas tentang pengembangan potensi keterampilan anak

di dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan

(27)

15 A. Potensi Diri

1. Pengertian Potensi Diri

Potensi diri dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari

sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk

diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut.

Dengan demikian, potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang

dimiliki manusia yang masih terpendam di dalam dirinya, yang

menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam

kehidupan diri manusia. Apabila pengertian potensi diri manusia

dikaitkan dengan pencipta manusia Allah SWT, maka potensi diri

manusia kira-kira dapat diberi pengertian sebagai “kemampuan dasar

manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak dalam kandungan

ibunya sampai pada saat tertentu (akhir hyatnya), yang masih

terpendam didalam dirinya, menunggu untuk diujudkan menjadi

sesuatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia di dunia ini dan di

akhirat nanti”.

Jadi potensi diri manusia adalah suatu kekuatan atau

kemampuan dasar manusia yang telah berada dalam dirinya, yang siap

untuk direalisasikan menjadi kekuatan dan manfaat nyata dalam

(28)

manusia oleh sang Maha Pencipta Allah SWT.1

Menurut Joyce Meyer, potensi diri merupakan kecermelangan

yang ada dalam diri individu, namun masih belum terwujud dalam

realita. Dengan kata lain, individu yang memiliki potensi diri

sesungguhnya mempunyai sejumlah elemen yang dibutuhkan bagi

pencapaian sebuah keberhasilan, tetapi elemen-elemen itu masih belum

teraktifkan. Apapun kemampuan yang ada pada diri manusia

kembangkan segera, agar kemampuan tersebut tidak terpendam dan

menjadi sia-sia.2

Sistem pendidikan yang baik dapat membantu lahirnya

individu-individu yang unik. Sistem pendidikan yang baik adalah system

pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan para peserta didiknya

sehingga mereka mampu mengembangkan segenap potensi diri sekaligus

mendorong tumbuh dan berkembangnya kreativitas mereka sebagai

individu-individu yang unik dan berbeda-beda dari yang lain.3

Potensi diri terkait erat dengan bakat yang kita miliki,bakat yang

dimiliki seseorang pada dasarnya terkait dua hal. Pertama, kemampuan

alami yang khusus dan kedua, kekuatan untuk menggapai sebuah prestasi

atau kesuksesan.4

Bakat yang dimiliki seseorang dapat saja sangat berbeda dengan bakat

yang dimiliki orang lainnya. Bidang kehidupan yang kita arungi ini

1 Slamet Wiyono,Ak., M.B.A, Manajemen Potensi Diri, ( Gramedia: Jakarta, 2006), h.

37-38 2

Djoko Subinarto, Gali Rahasia Potensi Diri, (by Leaf Production, 2011), h. 7 3

Ibid, h.14 4

(29)

sangatlah luas. Maka, bakat itu pun sama luasnya dengan bidang

kehidupan yang ada. Jadi. Bakat merupakan kemampuan alami yang

khusus atau kemampuan untuk menggapai kesuksesan.5

Ny. Yoesoef Noesyirwan (1987) menggolongkan jenis bakat

atau kemampuan menurut fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan

menurut prestasinya. berdasarkan fungsi atas aspek-aspek yang

terlibatdalam berbagai macam prestasi, bakat dapat dibedakan dalam:6

a) Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik, yaitu kemampuan yang

berakar pada jasmaniah sebagai dasar fundamen bakat, seperti

kemampuan penginderaan atau ketajaman panca indera,

kemampuan motorik,kekuatan badan, kelincahan jasmani,

ketangkasan, keterampilan dan anggota badan.

b) Bakat kejiwaan yang bersifat umum, yaitu kemampuan ingatan

daya khayal atau imajinasi dan inteligensi (penyesuaian diri).

c) Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan.

Bakat ini berhubungan erat dengan watak, seperti kemampuan

mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati perasaan

orang lain.

Sebagaimana telah diterangkan dalam mengenal tingkah laku

manusia, bahwa suatu karya atau pestasi memerlukan adanya

kemampuan atau bakat dan motivasi atau kemauan.7

5

Ibid, h. 23 6

H. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Penerbit:PT Rineka Cipta, Januari 2005), h. 197

7

(30)

Minat dan bakat seringkali dijadikan satu. Padahal keduanya

memiliki pengertian yang berbeda. Bakat (aptitude) adalah

kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu

dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,

pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat akan sulit berkembang

dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal

tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni.8

Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius

dan berkesinambungan.dengan mengembangkan minat, bakat, dan

memberikan bimbingan karier sejak dini, anak akan semakin

menyadari mengenai apa yang ia suka dan mampu melakukan hal

tersebut. Dan, akan menjadi lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa

yang mungkin akan ditekuninya.

Banyak anak tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang

tepat karena beberapa hal berikut:

· Anak belum menjajaki kemampuan, bakat, serta minatnya.

· Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan

yang ada.

· Tidak ada masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam

kemampuan atau bakatnya.anak belajar tanpa mengetahui

kegunaan dan tujuaan dari bidang studi yang dipelajarinya.

· Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi dan

8

(31)

kurang spesifik.

· Bakat yang belum terasah atau kurang mendapatkan

kesempatan untuk dikembangkan sehingga tidak tampak.

· Perasaan tidak mampu atau tidak berbakat dari pribadi yang

bersangkutan ataupun dari lingkungannya.

Jadi, manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang

masih merupakan potensi, tetapi hanya sedikit sekali dari kemampuan

tersebut bisa terwujud.9

Dalam potensi diri anak pastinya ada kecerdasan yang istimewa.

Kecerdasan adalah manifestasi kapasitas mental yang tinggi atau

kapasitas untuk belajar, menalar dan memahami. Perkembangan

kecerdasan pada setiap individu satu dengan yang lain berbeda-beda

sebagai berikut:10

Pertama, kecerdasan intelektual yaitu anak dikembangkan

dengan memberikan tugas agar anak lebih mengasah pengetahuannya

dengan memberikan dukungan dan suasana yang nyaman bagi sang

anak.

Kedua, kecerdasan emosional dan sosial yaitu anak

dikembangkan dengan cara berempati kepada temannya yang sedang

susah dan memberikan bantuan.

Ketiga, kecerdasan spiritual anak dikembangkan dengan kesadaran

sekaligus menunjukan perilaku taat kepada Allah untuk menghadapi

9

Ibid, h. 62-63 10

(32)

dan memecahkan masalah.11

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk

bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi

lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan

bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan

proses berpikir secara rasional. Inteligensi dan kecerdasan atau IQ

mempunyai perbedaan arti, sedangkan IQ hanya memberikan sedikit

indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak

menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.12

Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya

(inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk

berprestasi, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak

memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat kecerdasan

(inteligensi) bawaan ditentukan oleh bakat, bakat-bakat tersebut baik

sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi kemampuan

intelektual umum, kemampuan berpikir, kreatif-produktif, kemampuan

dalam salah satu bidang seni, dan bakat kepemimpinan.13

Ternyata kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual

dan kecerdasan intelektual jauh lebih berpengaruh dalam meraih

kesuksesan. Oleh karena itu, untuk menigkatkan potensi, minat dan

bakat pada anak perlu kematangan dalam menjalankannya.

11 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak,

(Yogyakarta: Katahati, 2010), h. 18-19 12

Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga Pustaka. 2009), h. 51

13

(33)

B. Definisi Keterampilan

1. Pengertian Keterampilan

Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti

cakap dalam menyelesaikan tugas.14 Maka keterampilan adalah bagaimana

kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Arti keterampilan yang

dimaksudkan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat

bermanfaat bagi masyarakat.

Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang apabila

tidak di dukung oleh sikap, kemauan, dan pengetahuan. Manusia

merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual

dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.15 Dari pendapat Gulo itu

dapat diketahui bahwa suatu keterampilan tidak mungkin akan terwujud

tanpa ada kemauan, sikap ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang

sehingga aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik sebenarnya adalah suatu

kesatuan tidak dapat dipisahkan daripada seseorang.

Mengenai keterampilan Sadirman MA menjelaskan ada dua macam, yaitu

jasmani dan rohani:

a. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati

sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau

penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

b. Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,

keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), cet ke-1, h. 935

15

(34)

merumuskan masalah atau konsep-konsep.16

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan

keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga untuk

belajar hidup mandiri dalam menyelenggarakan keterampilan.

C. Pengembangan Potensi Diri

1. Definisi Pengembangan Potensi Diri

Pengembanganpotensi diri adalah suatuusaha atau proses yang

terus menerus menuju pribadi yang mantap dan sukses. Pribadi yang

mantap dalam artian menuju kepada kedewasaan mental, sedangkan

pribadi yang sukses dalam artian pribadi yang mampu tampil sebagai

pemenang dengan mengalahkan semua unsur negatif dalam diri kita.17

Manusia diciptakan dengan memiliki potensi dalam dirinya

berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Yung (2003:3)

adalah kemampuan manusia yang belum digunakan secara maksimal.

Potensi sangat berkaitan dengan hakekat manusia sebagai makhluk

bertaqwa, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk berpotensi. Potensi

diri sebagai berikut:

1. Kemampuan dasar seperti tingkat inteligensi, kemampuan abstraksi,

logika dan daya tangkap.

2. Sikap kerja seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja, dan daya

16

Sadirman MA, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Op cit, h. 29 17

(35)

tahan terhadap stress.

3. Kepribadian yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan

serta kebiasaan seseorang baik jasmaniah, mental, rohani, emosional,

sosial, yang terwujud dalam bentuk tingkah laku.

Zainun (1993) mengatakan bahwa potensi dapat bersifat positif

dan negatif. Potensi positif misalnya kejujuran, ketegasan, kesucian,

keimanan, kesetiaan, kerapian, kematangan, kedewasaan, kecerdikan, dan

lain-lain. Potensi negatif adalah kebalikan dari potensi positif.

Jadi, pengembangan potensi diri akan sangat bergantung

bagaimana seseorang mengenal kemampuannya, lalu mengembangkannya.

Pengembangan potensi diri adalah tindakan mengurangi kekurangan dan

memperbesar kekuatan.18

D. Anak dan Hak-Hak Anak

1. Definisi Anak

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga

tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan

yang normal.

Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap

rangsangan yang berasal dari lingkungan. Pada akhir abad ke-17, seorang

18

(36)

filsuf Inggris John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa pengalaman

dan pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan

dalam perkembangan anak. Oleh karena itu pengaruh pengalaman dan

lingkungan hidup terhadap perkembangan anak sangatlah penting.19

Anak tetap anak-anak, bukan orang dewasa dalam bentuk kecil.

Anak-anak memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan orang dewasa.

Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas yang harus dilihat dengan

kacamata anak-anak. Oleh karena itu, dalam menghadapi mereka memang

dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian, dan toleransi yang mendalam.20

Selanjutnya pengertian anak sebagai dalam kamus besar Bahasa

Indonesia diartikan sebagai manusia yang masih kecil. Selain itu, terdapat

pengertian lain bahwa pada hakikatnya seseorang yang berada pada suatu masa

perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.21

Sejak berabad-abad yang lalu perhatian terhadap seluk beluk

kehidupan anak sudah diperlihatkan, sedikitnya dari sudut

perkembangannya agar bisa mempengaruhi kehidupan anak ke arah

kesejahteraan yang diharapkan. Anak harus tumbuh dan berkembang

menjadi manusia dewasa yang baik yang bisa mengurus dirinya sendiri

dan tidak bergantung atau menimbulkan masalah pada orang lain, pada

keluarga atau masyarakatnya.22

19 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Penerbit: PT. BPK

Gunung Mulia Jakarta, 1987), h.15-16

20 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan sosial bagi Anak,

(Penerbit:Katahati Yogyakarta, 2010), h. 30 21

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 12990), cet ke-3., h. 166

22

(37)

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa: “Anak adalah seseorang yang

belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah nikah”.23

Anak-anak yang tinggal di dalam panti adalah anak terlantar yaitu

anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya

sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara

rohani, jasmani, dan sosial.Di dalam UUD 1945 ayat 1 menyebutkan

“Bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Maka

pemerintah dan masyarakat sebagai unsur dari negara perlu melaksanakan

usaha kesejahteraan anak yang berada di dalam panti, hal ini selaras

dengan apa yang diatur pasal 11 ayat (3) UU No. 4 tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak.24 Jadi, yang dimaksud anak terlantar adalah anak

yang tinggal dalam keluarga miskin ataupun yatim piatu.25

2. Batasan usia anak 13-18 Tahun

Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan

yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada sesutau masa perkembangan

yang satu dengan cirri-ciri yang pada masa-masa perkembangan

berikutnya. Perkembangan dalam masa remaja usia 13-18 Tahun, masa

yang membentang cukup lama, dan karena itu sering dibagi-bagi menjadi:

23

Artikel diakses di http://prabusetian .blogspot.com/2009/05/pengertian anak.html

pada tanggal 2 Juni 2011 24

Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat,

Petunjuk Teknis Pel anan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti (Jakarta: DEPSOS Direktorat

Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005) 25

Departemen Sosial RI Direktorat Pelayanan Sosial Anak Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi sosial, Pedoman Pel anan Sosial Anak Terlantar Melalui Pengembangan Usaha

(38)

masa remaja dini, dan remaja.26

Suatu masa peralihan dari dari dunia anak ke dunia dewasa, yang

dimulai dengan terjadinya kematangan. Perubahan-perubahan fisik secara

hebat di alami oleh anak ketika mulai memasuki masa remaja

menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk dan seringkali

menimbulkan masalah-masalah bagi orang tua atau orang dewasa yang

berhubungan dengan kehidupan remaja.

3. Hak-Hak Anak

Pandangan Islam terhadap anak manusia sebagai makhluk yang

sangat terhormat, karena manusia merupakan makhluk Allah yang terbaik.

Anak dalam Islam memiliki hak-hak baik sebelu maupn setelah lahir.

Hak-hak anak sebelum lahir, adalah27:

· Hak untuk hidup, karena itu aborsi dilarang oleh Islam kecuali jika

ada alasan yang dapat dibenarkan.

· Hak untuk mendapat perlindungan dari bahaya-bahaya medis dan

psikis selama dalam kandungan.

· Hak untuk mempunyai ibu yang baik.

· Hak unuk didoakan agar terhindar dari godaan setan ketika kedua

orang tuanya berhubungan seks.

Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan

26

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Penerbit: P.T. BPK Gunung Mulia, 1987) cet-1 1981, h. 60

27

(39)

Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak

meliputi:

a. Nondiskriminasi

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan

d. Penghargaan terhadap pendapat anak28

Adapun mengenai hak untuk pengembangan potensi anak terdapat

dalam UU PA nomor 23 tahun 2002 tentang hak dan kewajiban pasal 11

yaitu “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu

luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berkreasi sesuai dengan

minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.”29

4. Kewajiban Anak

Islam menetapkan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan

anak30:

· Berbakti dan taat kepada orang tua, selama orang tua tidak

memerintahkan kemaksiatan.

· Bersikap tawadhu dengan bertutur kata yang sopan dan tidak

menyakiti hati kedua orang tuanya.

· Berterima kasih kepada orang tua.

28

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, h. 11

29

Ibid, h. 13 30

(40)

· Tidak boleh mencaci maki dan menghardik kedua orang tua.

· Mendoakan kedua orang tua agar mendapat ampunan dan

kasih sayang dari Allah.

· Melenggangkan tali silaturahmi dengan kerabat orang tua dan

teman-temannya.

Anak tidak hanya dirawat oleh keluarganya dengan kehidupan

yang menyenangkan, ada diantara mereka yang kurang beruntung.

Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chizaimah T. Yanggo dan

Hafiz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah anak yang

digolongkan dari keluarga tidak mampu, antara lain sebagai berikut:

a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim piatu yang tidak memiliki

kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar.

b. Anak dari keluarga fakir miskin.

c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu (tuna

wisma).

d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan keluarga

dan belum ada orang lain yang membantu biaya untuk bersekolah atau

belajar.31

Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan

Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik

31

huzaemah T. Yanggo dan Hafiz Ashari, Problemati ke Hokum Islam Kotemporer

(41)

Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Kewajiban

Anak meliputi:

a. Menghormati orang tua, wali, dan guru

b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman

c. Mencintai tanah air, bangsa, dan Negara

d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan

(42)

30 BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet

A. GAMBARAN LEMBAGA

1. Sejarah Singkat PSAA “ Putra Utama 03 “

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) putra utama 03 Tebet adalah

salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan

kesejahteraan Sosial propinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak terlantar. Panti Sosial

Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999

yang saat itu bernama Panti Sosial taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina

Insan Nusantara sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis kanwil Depsos

Propinsi DKI Jakarta.1

Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara

menjadi UPT Dinas Sosial Propinsi Dki Jakarta yang kemudian beruah

menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Berdasarkan

Perda Nomor 3 Tahun 2000 tentang bentuk susunan organisasi dewan

perwakilan Rakyat Daerah propinsi DKI Jakarta dan keputusan Gubernur

propinsi daerah khusus ibukota Jakarta nomor 41 tahun 2002 tentang

organisasi dan tata kerja Dinas Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial

1

(43)

propinsi DKI Jakarta, maka nama Dinas Sosial berubah menjadi Dinas

Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta.

Selanjutnya dengan keluarnya keputusan Gubernur propinsi DKI

Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan dinas bintal dan kesos

prop. DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA

Balita tunas bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Tebet.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan social

anak terlantar yang meliputi identifikasi dan assesmen, bimbingan dan

penyaluran serta bina lanjut.

b. Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :

1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,

identifikasi, motivasi, dan seleksi;

2) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan

administrasi dan penempatan dalam panti;

3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan social;

4) Pelaksanaan assesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan

(44)

5) Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan

mental, social, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan;

6) Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,

masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta

pelaksanaan penyaluran dan bantuan kemandirian;

7) Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,

asistensi, pemantapan, dan terminasi.

3. VISI & MISI

a. VISI

Panti Sosial asuhan anak putra utama 3 tebet mempunyai visi “

Terentasnya anak terlantar yatim/piatu/yatim piatu dan berasal dari

keluarga tidak mampu di provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang

layak dan normatif.

b. MISI

Adapun Misi panti sosial asuhan anak putra utama 3 tebet, yaitu :

1) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak

yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan

masyarakat.

2) Membentuk anak yang mengalami keterlantaran agar dapat tumbuh

kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani,

(45)

3) Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

yatim/piatu/yatim piatu terlantar kedalam kehidupan yang layak,

normatif, dan manusiawi.

4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di

“PSAA Putra utama 3 Tebet”.

Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 tebet

adalah anak terlantar usia 13 s/d 18 tahun yang karena suatu sebab orang

tuanya tidak dapat mencukupi kebutuhanya secara wajar baik jasmani

maupun rohani maupun sosial.

Sedangkan untuk menjadi warga binaan PSAA memiliki beberapa

persyaratan, yaitu sebagai berikut :

a. anak usia 13 tahun s/d 18 tahun (khusus wanita);

b. surat keterangan tidak mampu Rt/Rw, Lurah setempat;

c. surat keteranagn sehat dari dokter/ puskesmas;

d. foto copy KTP orang tua/ wali (domisili DKI Jakarta)

e. pas foto 4x6 = 2 lembar, 2x3 = 2 lembar

f. memiliki ijasah/ rapot terakhir;

g. bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra

(46)

5. Proses Pelayanan

Tahap I : Penerimaan

1. identifikasi

2. assesmen

3. penerimaan

Tahap II : Pelaksanaan Kegiatan

a. perawatan

b. pemeliharaan

c. pembinaan fisik

d. pembinaan kesehatan

e. bimbingan mental dan sosial

f. pendidikan

g. pendidikan keterampilan

Tahap III : Resosialisasi

a. bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga

b. bimbingan kerja

Tahap IV : Penyaluran

a. keluarga

b. kerja

Tahap V : Bina lanjut

a. pemberian motivasi hidup madiri

b. pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja

(47)

Tahap VI : Terminasi

a. Pemutusan hubungan bila eks WBS sudah

dapat hidup mandiri.

6. Sumber Dana

Dana operasional Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 Tebet

berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta, setiap tahun panti mengajukan anggaran yanbg di

perlukan panti. Karena PSAA merupakan panti dibawah naungan

Pemerintah DKI Jakarta dan anggaran tersebut tertuang dalam Dokumen

Pelaksanan Anggaran ( DPA).

PSAA juga menerima sumbangan dari masyarakat berbagai macam

profesi tetapi tidak secara rutin hanya sesekali saja, semua itu diketahui

dan disetujui oleh Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

7. Fasilitas

a. Luas tanah : 5.100 M2

b. Taman/halaman : 1.000 M2

c. Ruang Komputer : 1 Lokal

d. Ruang Asrama : 5 Lokal

e. Ruang keterampilan : 2 Lokal

f. Ruang makan dan dapur : 2 Lokal

(48)

h. Musollah : 1 Lokal

i. lapangan olahraga : Bulutangkis, Tenis meja, basket, volly ball

B. PROFIL ANAK-ANAK DI PSAA

1. Profil WBS

Dari hasil observasi yang dilakukan, berikut ini penulis masukkan

ke dalam table berdasarkan tingkat pendidikan, berdasarkan penyebaran

sekolah, dan berdasarkan status keluarga. Terlihat berdasarkan tingkat

pendidikan bahwa lebih banyak WBS yang duduk di tingkat SLTA yaitu

60 WBS dibandingkan dari tingkat SLTP yaitu 20 WBS.

Berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTP lebih banyak WBS

sekolah di SLTP DCB PALAD, sedangkan penyebaran sekolah tingkat

SLTA yaitu SMK PANCASILA. Dan berdasarkan dari status keluarga

terlihat lebih banyak orang tua tidak mampu yang menitipkan anaknya di

Panti.

Table. 2 : Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan

KELAS

NO. TINGKAT PENDIDIKAN

1 2 3

KET

1 SLTP 7 9 4 20

2 SLTA 14 25 21 60

(49)

Table. 3 : Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTP

KELAS

NO. NAMA SEKOLAH

1 2 3

KET

1. SLTPN 3 3 3 1

2 SLTPN 33 1

3 SLTP DCB PALAD 4 5

4 SLTP.N 15 2 1

JUMLAH 7 5 8 20

Table. 4 : Data Wbs Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTA

KELAS

NO. NAMA SEKOLAH

1 2 3

KET.

1 SMKN 08 - - 1

2 SMKN 47 - - 1

3 SMKN 31 - - 2

4 SMKN 40 - - 3

5 SMKN 07 - - 1

6 SMKN 50 - - 1

7 SMKN 56 - - 2

8 SMK PANCASILA 7 13 3

9 SMK JAK TIM 6 12 5

(50)

11 SMA N 79 1 - -

12 SMK TIRTA SARI - - 1

JUMLAH 14 25 21 60

Table. 5 : Data Wbs Berdasarkan Status Keluarga

NO. STATUS KELUARGA KETERANGAN

1 ORANG TUA TIDAK MAMPU 51 ORANG

2 YATIM 9 ORANG

3 PIATU 4 ORANG

4 YATIM PIATU 6 ORANG

5 KELUARGA RETAK 5 ORANG

(51)

39

Pada Bab ini penulis akan membahas tentang pengembangan potensi

keterampilan menjahit anak asuh sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di

PSAA Putra Utama 03 Tebet. Dengan menggabungkan dan mengkaji antara

temuan hasil observasi, wawancara catatan lapangan dan dokumentasi dengan

teori-teori yang telah dijelasakan pada Bab II. Dari hasil penelitian, penulis

menemukan beberapa hal mengenai pengembangan potensi keterampilan menjahit

anak asuh sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di dalam panti PSAA Putra

Utama 03 Tebet, baik dari segi subyeknya maupun dari segi obyek penelitian

sebagai upaya yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03

Tebet untuk anak asuh yang tinggal di dalam panti tersebut.

Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas lima informan yang

akan menjadi sumber dari skripsi ini. Yaitu lima anak yang tercatat mengikuti

kegiatan keterampilan menjahit yang berada di PSAA Putra Utama 03 Tebet yang

ketiganya sudah memasuki bangku sekolah SLTP dan SLTA. Di dalam panti

sebutan untuk anak asuh adalah Warga Binaan Sosial (WBS) untuk itu dalam

penulisan pada profil informan anak asuh berikut ini akan ditulis dengan sebutan

WBS.

1. WBS “HT”

1. Jenis Kelamin : Perempuan

(52)

3. Tahun Masuk Panti : 2009

4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh sedang, berkulit

kuning langsat, penglihatan dan pendengaran selama ini normal.

5. Status Orang Tua : Ayah masih ada, Ibu sudah meninggal

6. Pekerjaan Ayah : Berdagang

Riwayat Hidup WBS :

“HT “ adalah anak ketujuh dari 7 bersaudara, saat ini “HT” berusia 14

tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Sebelumnya “HT” bersekolah

di luar, tetapi karena masalah ekonomi, maka “HT” di daftarkan di panti

ini. “HT” masuk ke panti ini karena awalnya “HT” mempunyai tetangga

yang bekerja di panti lain, tetangganya mendaftarkan kakak sepupu “HT”

ke PSAA PU 03 Tebet, setelah kakak sepupu “HT” lulus dari sekolahnya

dan tidak tinggal di panti lagi maka “HT” di daftarkan di panti ini. Baru 2

tahun ini “HT” menempati panti, “HT” merasa senang dengan lingkungan

di dalam panti karena “HT” mempunyai teman yang banyak dan

pengasuh-pengasuh panti selama ini baik terhadap “HT”.

Di panti ini anak-anak disekolahkan dari SMP sampai SMA, akan tetapi

bukan hanya sekolah saja yang mereka jalani, tetapi ada kegiatan-kegiatan

mengisi waktu luang yang sebagian anak-anak mengikuti kegiatan

tersebut. “HT” juga mengikuti salah satu kegiatan-kegiatan tersebut yaitu

mngikutiketerampilan menjahit. “HT” mengikuti keterampilan menjahit

agar bisa mengembangkan bakat yang ia miliki, karena “HT” yakin

(53)

cita-cita sebagai designer nanti. Awalnya memang sulit, dari membuat

pola saja “HT” selalu salah, akan tetap makin lama “HT” bisa membuat

celana, tas, taplak meja dan menyulam.

2. WBS “AN”

1. Jenis Kelamin : Perempuan

2. Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 14 Agustus 1997

3. Tahun Masuk Panti : 2009

4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh tinggi, berkulit

sawo matang, penglihatan dan pendengaran selama ini normal.

5. Status Orang Tua : Ayah dan Ibu masih ada

6. Pekerjaan Ayah : Buruh

Riwayat Hidup WBS :

“AN” adalah anak pertama dari 2 bersaudara, saat ini “AN” berusia 14

tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. “AN” masuk ke panti ini

karena guru SD “AN”mempunyai saudara yang bekerja di PSBR yaitu

panti sosial yang bersebelahan dengan PSAA, maka dari itu setelah “AN”

lulus SD maka “AN” pun di daftarkan di panti ini. Baru dua tahun “AN”

menempati panti ini, “AN” merasa selama ia tinggal di panti ini “AN”

mempunyai banyak teman.

Di panti ini “AN” tidak hanya bersekolah saja melainkan “AN” mengikuti

kegiatan-kegiatan di waktu luang yang sebagian anak-anak juga mengikuti

kegiatan tersebut, yaitu keterampilan menjahit. “AN” merasa walaupun

(54)

dalam mengembangkan bakat tersebut. Karena “AN” yakin dari

keterampilan tersebut “AN” bisa menjadi designer walaupun seandainya

itu terlalu tinggi maka “AN” ingin membuka vermak levis di rumahnya.

Dari keterampilan menjahit yang “AN” ikuti sekarang ini “AN sudah bisa

membuat celana, tas, taplak meja dan menjahit pakaian yang rusak. “AN”

berharap suatu saat ia bisa lebih terampil dan mahir dalam keterampilan

menjahit ini, karena utuk mengembangkan bakat tersebut butuh

kepercayaan diri.

3. WBS “AW”

1. Jenis Kelamin : Perempuan

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 1993

3. Tahun Masuk Panti : 2009

4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh sedang, berkulit

sawo matang, dalam penglihatan serta

pendengaran normal

5. Status Orang Tua : Ayah dan Ibu masih ada

6. Pekerjaan : ayah sebagai buruh Ibu sebagai pembantu

rumah tangga

Riwayat Hidup WBS :

“AW” adalah anak kedua dari 5 bersaudara, saat ini “AW” berusia 17

tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMK. “AW” masuk ke panti ini

karena ketika di SMP, guru “AW” menawarkan “AW” agar melanjutkan

(55)

kurang mampu. Maka ketika “AW” dan orang tua survei ke panti tersebut,

“AW” pun berminat untuk tinggal di dalam panti. “AW” merasa senang

tinggal di dalam panti, karena “AW” mempunyai banyak teman dan bisa

bersekolah sampai selesai.

Di panti ini “AW” tidak hanya bersekolah saja melainkan “AW”

mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti, salah satunya

adalah keterampilan menjahit. “AW” yakin kalau keterampilan menjahit

yang ia ikuti bisa menjadi bekalnya untuk masa depan dan bisa membuka

usaha sendiri dari keterampilan tersebut. Dari keterampilan ini “AW”

sudah bisa membuat celana, tas, taplak meja dan tempat pensil.

4. WBS “FA”

1. Jenis Kelamin : Perempuan

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Januari 1998

3. Tahun Masuk Panti : 2010

4. Fisik Badan : Mempunyai ukuran tubuh tinggi,

berkulit kuning langsat, dalam

penglihatan serta pendengaran normal

5. Status Orang Tua : Ayah dan Ibu sudah tinggal serumah

6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Riwayat Hidup WBS

“FA” adalah anak kedua dari 2 bersaudara, saat ini “FA” berusia 14 Tahun

dan sekarang duduk di kelas 2 SMP. “FA” masuk panti ini, karena

(56)

ini, setalah saudara “FA” menyelesaikan sekolahnya barulah “FA”

mendaftarkan diri di PSAA. “FA” masuk ke panti dikarenakan tidak

mempunyai biaya untuk meneruskan sekolahnya ke tingkat SMP dan

SMA dan juga karena “FA” ingin sekali bisa menjadi orang berguna di

masa depan.

Di dalam panti ini pun “FA” tidak hanya bersekolah saja melainkan “FA”

mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti, salah satunya

adalah keterampilan menjahit. “FA” mengikuti keterampilan menjahit ini

agar bisa mengembangkan bakat serta potensi yang ia miliki selama ini,

karena ia yakin ilmu keterampilan menjahit ini bisa di pakai seumur

hidupnya. Dia bercita-cita ingin mempunyai penghasilan sendiri apabila ia

bisa menjadi designer terkenal karena ia ingin sekali membantu orang

tuanya, khususnya ibu. Kalaupun nanti jalannya lain dia ingin menjadi

penjahit yang dikenal oleh orang lain, dari keterampilan menjahit yang ia

ikuti sekarang “FA” sudah bisa membuat tempat pensil, tas dan celana dan

menjahit pakaian yang sudah sobek.

5. WBS “AA”

1. Jenis Kelamin : Perempuan

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1998

3. Tahun Masuk Panti : 2010

4. Fisik Badan : mempunyai ukuran tubuh sedang,

berkulit sawo matang, dalam

(57)

5. Status Orang Tua : Ayah Ibu masih ada

6. Pekerjaan : Ayah sebagai Office Boy

Riwayat Hidup WBS

“AA” adalah anak pertama dari 2 bersaudara, saat ini “AA” berusia 14

Tahun dan sekarang duduk di kelas 2 SMP. “AA” menempati panti ini

karena sebelumnya ada tetangganya yang pernah tinggal di PSAA ini,

maka dari itu ibu “AA’ mendaftarkannya ke panti ini. “AA” merasa

selama tinggal di panti ini ia memiliki banyak teman dan

pengasuh-pengasuh di dalam panti baik.

Di dalam panti ini “AA” mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di

dalam panti salah satunya adalah keterampilan menjahit. “AA” ingin

sekali mengembangkan potensi serta bakatnya dalam keterampilan

menjahit ini agar bisa menjadi designer terkenal. “AA” , karena butuh

waktu lama agar ia bisa menjadi handal dalam keterampilan tersebut.

“AA” ingin meningkatkan lagi kemampuannya dalam menjahit agar

cita-cita dia bisa tercapai, sekarang ia sudah bisa membuat celana, tempat

pensil, dan tas.1

1

(58)

A. Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit Anak Asuh di PSAA

Putra Utama 03 Tebet

1. Penemuan Bakat Anak Asuh dalam Keterampilan Menjahit di PSAA

Putra Utama 03 Tebet

Sesuai dengan yang dipaparkan oleh H. Abu Ahmadi dan Munawar

Sholeh bahwa bakat ada yang lebih berdasarkan psikofisik, yaitu

kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar fundamen bakat,

seperti kemampuan penginderaan atau ketajaman panca indera,

kemampuan motorik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, ketangkasan,

keterampilan dan anggota badan.2 Dalam proses penemuan bakat yang

bersifat psikofisik pada WBS di panti, pengasuh langsung melatih dan

membimbing anak melakukan kelas keterampilan menjahit. Tidak ada tes

khusus sebelumnya hanya saja anak-anak di data terlebih dahulu siapa saja

yang mengikuti keterampilan menjahit tersebut.

Penjelasan diatas diperkuat oleh Ibu Nurimah selaku Instruktur

Menjahit, bahwa:3

“Potensi itu bakat, minat dan kemampuan yang ada di dalam diri

anak yang harus dikembangkan dengan kegiatan keterampilan

menjahit yang mereka minati agar potensi tersebut bisa

mendapatkan efek yang baik buat anak-anak”.

2

H. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Penerbit:PT Rineka Cipta, Januari 2005), h. 197

3

Gambar

GAMBARAN  UMUM  LEMBAGA PSAA PU 3 TEBET
gambaran umum tentang pengembangan potensi diri bagi anak
Gambaran tentang:
Gambaran tentang:
+5

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik di wilayah daratan merupakan bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air dan berbentuk padat.Wilayah daratan di Indonesia memiliki tanah yang

Berdasarkan temuan di lapangan, dihasilkan data yaitu tahapan pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap yaitu tahap pertama pengenalan guzheng , tahap kedua pemasangan kuku

Tabel 4.5 Data Konsentrasi Ibuprofen pada Interval Waktu Tertentu dalam mcg/ml pada Usus Halus Kelinci Tidak Terbalik yang Dikeringkan

Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek sampingnya, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Ester Pasaribu

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang mewakili Pemegang Saham untuk melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan

Demikian halnya dengan sunat perem- puan di desa Bodia, bahwa sunat perem- puan adalah praktek budaya turun temurun dari nenek moyang mereka, budaya yang melekat tersebut

Masalah lain yang ditemukan oleh Dinas Pendapatan Kota Blitar, pada sektor Pajak Hiburan dengan self assessment system dilapangan yaitu kurangnya pemahaman dan

Beberapa hambatan yang dialami kebanyakan konselor di kecamatan Gajahmungkur ialah permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan melakukan penelitian tindakan