• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INDONESIA DI KAWASAN DALAM PENANGANAN MASLAH HUMAN-TRAFFICKING LINTAS NEGARA DI ASIA TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN INDONESIA DI KAWASAN DALAM PENANGANAN MASLAH HUMAN-TRAFFICKING LINTAS NEGARA DI ASIA TENGGARA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu Hubungan Internasional dewasa ini, telah mengalami perluasan yang sangat signifikan, baik dari segi analitis, isu, maupun kompleksitas permasalahan yang dihadapi negara yang berpotensi menjadi ancaman. Apabila HI (Hubungan Internasional) era Perang Dingin lebih difokuskan pada masalah keamanan tradisional dan kemungkinan terjadinya perang/konflik antar negara, maka pasca Perang Dingin telah mengalami pergeseran paradigma tentang masalah keamanan, dari tradisonal kepada non-tradisional, seperti: ancaman bahaya radiasi nuklir, terorisme, termasuk salah satunya adalah perdagangan manusia (human-trafficking). Dalam pengaruh global saat ini, persoalan-persoalan tersebut merupakan bentuk ancaman keamanan yang terjadi di setiap benua maupun negara-negara maritime seperti di kawasan Asia, khususnya di Asia Tenggara.

Kawasan Asia Tenggara menurut laporan The United Nations Office on Drug and Crime (UNODC)1 pada tahun 2006,menyatakan bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah utama Negara asal dan Negara tujuan perdagangan manusia, dimana Asia Tenggara berada pada indeks medium (sebagai Negara asal), low

1

UNODC is Governments and other entities across the world to roll back threats causes by illicit drugs, transnational organized crime and terrorism, United Nations agency that was established in 1997, Office for Drug Control and Crime Prevention by combining the United Nations

(2)

2 (sebagai negara transit) dan low (sebagai negara tujuan)2. Begitu juga dari Vietnam telah terjadi peningkatan 60 %(persen) dalam jumlah kasus perdagangan manusia antara tahun 2001 dan 2006.Satu kasus seperti melibatkan perdagangan perempuan Vietnam ke Taiwan, dan Malaysia, untuk kerja paksa dan juga diperkerjakan sebagi seks komersial3.

Dari laporan UNODC diatas menunjukkan bahwa kawasa Asia Tenggara memiliki beberapa peran dalam masalah human-trafficking sebagai negara asal, perantara, dan tujuan tersebut maka Asia Tenggara merupakan kawasan yang menjadi lumbung terhadap terjadinya trafficking. Sedangkan korban dari trafficking ini beragam mulai dari anak-anak, perempuan dan tidak kemungkinan juga pria dewasa yang di perdagangkan. Dalam perincian trafficking di Asia Tenggara seperti dari Indonesia paling banyak berasal dari Pulau Jawa, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan dari Thailand paling banyak berasal dari Bangkok, dari sisi geografis Thailand sendiri merupakan negara sebagai transit dan juga sebagi sebagai negara tujuan dalam masalah human-trafficking itu sendiri begitu jugaburma, kamboja, dan laos.

Di kawasan Asia Tenggara terdapat banyak penduduk yang dihadapkan pada situasi rapuh yang disebabkan oleh keadaan ekonomi yang

2

Pemberantasan Perdagangan Manusia di Asia tenggara Memerlukan Sinergi Kerjasama Negara Anggota ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO).di:

http://www.dpr.go.id/.../pers_Siaran_Pers_Tentang_Perdagangan_Manusia_(17-7-06).pdf diakses 23 Novenber 2011.

3

(3)

3 memburuk4,sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab utama merebaknya perdagangan manusia.Dari data International Organization for Migration (IOM) sebanyak 200.000 – 225.000 perempuan dan anak-anak yang diperdagangkan berasal dari Asia Tenggara, Terkecuali Brunei Darrussalam dan Singapura, semua negara di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagainegara asal, transit dan tujuan dari tindak kejahatan perdagangan manusia ini.5Jika melihat kondisi yang ada di Negara-negara Asia Tenggara, maka jumlah perdagangan manusia dapat terus mengalami peningkatandari laporan IOM.6

Sedangkan menurut Perserikat Bangsa-Bangsa (PBB), perdagangan manusia saat ini menjadi sumber keuntungan (ilegal) terbesar ketiga di dunia dalam hal kejahatan yang terorganisir.Kejahatan ini menghasilkan pendapatan pajak sekitar 9.5 juta USD atau sekitar Rp 950 trilyun. Perdagangan manusia juga merupakan salah satu perusahaan kriminal yang paling menguntungkan.Perkiraan resmi 1-2 juta orang perempuan dan anak diperdagangkan setiap tahun di seluruh dunia.7

Perbudakan dan perdagangan manusia adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang pertama, yang diakui merupakan

4

Pembangunan ekonomi di negara miskin dipengaruhi golongan berkuasa di negara kapitalis maju (Baran 1957).Kemunduran dan kemiskinan di negara-negara Dunia Ketiga ini dianggap sebagai hasil pergantungan negara tersebut ke dalam sistem ekonomi dunia.

5

Pemberantasan Perdagangan Manusia di Asia tenggara Memerlukan Sinergi Kerjasama Negara Anggota ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO), di:

http://www.dpr.go.id/.../pers_Siaran_Pers_Tentang_Perdagangan_Manusia_(17-7-06).pdfdiakses 23 Novenber 2011.

6

Pemberantasan Perdagangan Manusia di Asia TenggaraMemerlukan Sinergi Kerjasama Negara Anggota AIPO Perdagangan, di:

http://www.dpr.go.id/complorgans/inter/pers_Siaran_Pers_Tentang_Perdagangan _Manusia_%2817-7-06%29.pdf di akses 20 desember 2012

7

(4)

4 kejahatan internasional, walaupun kejahatan itu baru merupakan subyek dan perjanjian internasional yang komprehensif ketika konvensi perbudakan tahun 1926 diadopsi. Larangan perbudakan juga dapat ditemukan hampir di dalam instrument umum hak asasi manusia misalnya Pasal 4 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Pasal 8 Konvenan Hak Sipil dan Politik International Covenant on Civil and Political Right (ICCPR)8, Pasal 6 (1) Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia.Dalam situasi konflik bersenjata, semua bentuk perbudakan juga merupakan pelanggaran terhadap hukum.9

Keperhatinan pemerintah Indonesia terhadap kasus trafficking yang terjadi di Asia tenggara, sehingga mendorong terciptanya jaringan anti perdagangan anak di Indonesia.10 Yaitu: Indonesia Against childs Trafficking11. Hal ini merupakan salah satu indikasi yang menunjukkan adanya kesadaran bangsa Indonesia pada khususnyauntuk segera menyelesaikan persoalan perdagangan manusia lintas negara di asia tenggara.

Keterlibatan peran serta Indonesia dalam pemberantasan perdagangan manusia ini sangat urgen apabila dilihat secara geografis dan politik.Sebagai negara dengan wilayah terbesar dan penduduk terbesar di Asia Tenggara, menjadikan negara ini memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi dalam urusan praktek perdagangan manusia. Di sisi lain, posisi Indonesia secara politik

8

International Covenant on Civil and Political Right, di:

http://www2.ohchr.org/english/law/ccpr.htm diakses 31 oktober 2011

9

Mahkamah Agung Republik Indonesia.2006.Pedoman Unsur-unsur Tindak Pidana Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat dan Pertanggungjawaban Komando:Jakarta,hal. 34.

10

Nur Imam Subono, Trafficking dan Kebijakan, Jurnal Perempuan 68,Indramayu: Potret Suram dan Berpacu Melawasn Trafficking,Jakarta Selatan hal. 114

11

(5)

5 sebagai negara yang mengkampanyekan anti perdagangan manusia. Ketua ASEAN tahun 2011 juga menuntut keterlibatan Indonesia dalam hal memberantas persoalan-persoalan kemanusiaan di Asia Tenggara.Fakta-fakta tersebut mendorong Indonesia untuk melakukan upaya-upaya konkrit dalam rangka memberantas praktek perdagangan manusia.Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih mendalam.dengan melakukan penelusuran terhadap peran Indonesia dalam menangani perdagangan manusia di Asia Tenggara, bagi peneliti menarik untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran dan penjelasan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranyang dilakukan Indonesia dalam menangani masalah human-traffickinglintas Negara di Asia Tenggara?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam penulisan peneliti bertujuan untuk mengetahui peranyang dilakukan Indonesia untuk menangani masalah human-traffickinglintas Negara di Asia Tenggara.

1.4 Kegunaan penelitian

(6)

6 1. Tataran akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu hubungan internasional, terutama yang berkaitan dengan kajian-kajian Hubungan Internasional kontemporer, seperti human-security(keamanan insani) dan transnational crime (kejahatan kemanusiaan).Selain itu, penelitian ini di harapkan dapat membantu para akademisi HI (Hubungan Internasional) dalam hal perluasan wawasan konseptual tentang pentinganya keterlibatan aktor-aktor negara dalam urusan-urusan kemanusiaan.

2. Tataran praktis

Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi para praktisi di bidang perlindungan perempuan dan anak untuk mengetahui kondisi factual perlindungan perempuan dan anak di Indonesia, sehingga dapat membantu dalammerumuskan langkah-langkah kongkrit.Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi (eksekutif dan legislatif) terutama dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan upaya pemberantasan tindak pidana perdagangan manusia. 3. Bagi penulis

(7)

7 1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1Studi Terdahulu

Peneliti yang dilakukan oleh Halimatussakdiyah.12Dengan judul “trafficking perempuan dan anak menjadi isu ancaman non-tradisional di Indonesia”.Isu trafficking perempuan dan anak di Indonesia ini tidak hanya terbatas pada prostitusi paksaan atau perdagangan seks, melainkan meliputi bentuk-bentuk eksploitasi, dari kerja paksa serta termasuk kerja paksa di domestik yang paling banyak pada anak-anak. Mereka melakukannya untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhannya, karena sebagai warga Negara mereka kurang mendapatkan haknya.

Pandangan diatas memberikan gambaran, kemiskinan struktural tersebut disebabkan oleh suatu struktur sosial dan termasuk oleh Negara. Berarti, didalam paradigma non-tradisional memberikan gambaran terhadap adanya ancaman keamanan bagi bangsa (state security). Karena, bangsa itu akan aman jika masyarakat yang hidup didalamnya juga merasa aman.

Halimatussakdiyah menjelaskan bahwa Kegagalan Negara di dalam mensejahterakan rakyatnya memperlihatkan bahwa isu ancaman dari trafficking perempuan dan anak ini penting, karena mengancam human security (keamanan manusia).Sehingga perluasan jangkauan studi keamanan telah mendorong lembaga-lembaga non-negarauntuk ikut berperan dalam bidang-bidang keamanan non-tradisional.Untuk mendapatkan demokratisasi dan Hak-hak asasi manusia

12

Mahasiswa Strata-1, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang telah menyelesaikan skripsinya dengan judul:“ trafficking perempuan dan anak

(8)

8 (HAM) pada setiap individu LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) melakukan sekuritisasi terhadap suatu isu trafficking untuk menjadikan agenda sebuah isu keaman nasional. Yang mana, isu tersebut dulunya dianggap tidak begitu penting oleh pemerintah, maka, melalui speech act (percakapan/komunikasi) atau upaya yang ditempuh LSM didalam mensekuritisasikan suatu isu keamanan, bahwa isu ini penting dan mengancam. Hasilnya, isu tersebut berhasil disekuritisasikan, sehingga pemerintah memberi respon dengan kebijakannya melalui (UU-PTPPO) No.21 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Tahun 2007. Artinya keamanan manusia lebih di perhatikan bagi setiap Negara karena menyangkut dari Hak Azasi Manusia yang perlu untuk di beri perhatian yang lebih intensif, serta melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat dan negara dengan perimbangan yang serasi dari tindakan tercela yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab dalam kejahatan perdagangan manusia ini.

Begitu juga selanjutnya buku yang diedit oleh L.M Ghandhi Lapian dan Hetty A.Geru,13 menerjemahkan bahwa kejahatan trafficking yang merupakan kejahatan yang terorganisasi secara lintas daerah dan lintas negara pula. Sosialisasi dan langkah tindak dalam menekan dan penanggulangan human-trafficking ini dilakukan secara simultan, dari atas, mulai dari keputusan tertinggi dalam Negara maupun tingkat regional dan mengambil keputusan sampai pada komunitas yang terkecil. Sebagai sarana publikasi serta media massa, sarana-sarana lainnya hendaknya dikerahkan untuk antara lain mensosialisasikan seluk

13

(9)

9 beluk dan bahaya-bahayanya. Termasuk aspek hukum kejahatan kejahatan human trafficking khususnya perempuan dan anak dikawasan Asia tenggara.

Lebih lanjut di jelaskan bahwa ketentuan-ketentuan Hukum yang menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia (HAM) sangat ditegaskan. Khususnya, dalam penanganan harkat, martabat dan hak manusia perlu harus disosialisasikan dan diinternalisasikan anggota masyarakat lebih lanjut jika diinginkan adanya transformasi hukum kearah hukum yang memberi keadilan dan perlindungan kepada korban trafficking, serta mencegah terjadinnya trafficking, maka semua komponen dalam system hukum Nasional harus mengalami transformasi komponen-komponen system hukum yaitu subtansi hukum, struktur hukum (legislator, pemerintah dan aparat penegak hukum), budaya hukum termasuk moral hukum.14

Penelitian tentang Peran Indonesia Di Kawasan Dalam Menangani Human-Trafficking Lintas Negara di Asia Tenggara yang dilakukan peneliti ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan kedua studi terdahulu di atas.Apabila dalam penelitian pertama yang dilakukan oleh Halimatussakdiyah lebih menfokuskan pada upayanya melakukan analisis mengenai perdagangan perempuan dan anak sebagai salah satu bentuk ancaman non-tradisional di Indonesia (domestic), maka dalam penelitian ini peneliti lebih menfokuskan pada peran Indonesia di kawasan dalam menangani permasalahan tersebut dengan tingkatan yang lebih luas sebagai salah satu bentuk kejahatan lintas negara di Asia Tenggara.

14

(10)

10 Penelitian ini juga tidak mencoba mengkaji aspek hukum perlindungan terhadap korban human-trafficking seperti yang terdapat dalam buku yang diedit oleh L.M Ghandhi Lapian dan Hetty A.Geru. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba melakukan pengkajian human-trafficking sebagai salah satu bentuk kejahatan transnasional dengan menitikberatkan pada keterlibatan negara (Indonesia) dalam perannya menangani permasalahan tersebut.

1.5.2 Konsep

1.5.2.1 Human Security

Pendekatan keamanan manusia (human security) kiranya relevan digunakan sebagai paradigma untuk memahami permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.Setelah berakhirnya Perang Dingin, konsep keamanan dalam system hubungan internasional mengalami pergeseran secara cepat.Pergeseran itu meliputi perubahan fokus wacana keamanan dari isu militer dan politik ke isu yang terkait dengan kondisi hidup individu dan masyarakat, dari fokus negara ke masyarakat dan pergeseran dari konsep keamanan nasional menjadi keamanan manusia. Dalam studi hubungan internasional, keamanan manusia menjadi bagian dari pembahasan isu-isu keamanan non-tradisional, di mana paradigma keamanan yang selama ini melulu ditekankan pada aspek teritorial, negara dan militer, perlu diperluas hingga menyentuh aspek keamanan individu (manusia).15

Perkembangan isu-isu strategis seperti globalisasi, demokratisasi, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Fenomena Human-Traffickingtelah

15

Kejahatan transnasional dan ancaman keamanan Indonesia, di:

(11)

11 memperluas cara pandang dalam melihat kompleksitas ancaman yang ada dan mempengaruhi konsepsi keamanan. Karena ancaman tidak lagi hanya berupa ancaman meliter tetapi juga ancaman politik, ancaman sosial, maupun ancaman ekonomi, permasalahan tersebut merupakan bagian dari isu-isu keamanan non tradisional.16

Menurut Human Development Report 1994, yang dikeluarkan oleh The United Nations Development Programme (UNDP), definisi konsep keamanan manusiamengandung dua aspek penting, yakni: pertama, keamanan manusia merupakankeamanan dari ancaman-ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit dan represi; kedua, keamanan manusia juga mengandung makna adanya perlindungan atas pola-polakehidupan harian seseorang, baik di dalam rumah, pekerjaan, atau komunitas darigangguan-gangguan yang datang secara tiba-tiba serta menyakitkan.17Sepertidiketahui, ancaman dan gangguan tersebut dapat menimpa segala bangsa.

Selanjutnya, konsep dasar keamanan manusia menekankan pentingnya empatkarakteristik esensial, yakni bahwa konsep keamanan manusia haruslah universal, interdependen, terjamin melalui pencegahan dini, dan berbasis pada keamanan manusia, menurut beberapa pakar seperti Buzan Barry menyatakan keamanan berkaitan dengan masalah kelansungan hidup (survival). Isu-isu yang mengancam kelangsungan hidup suatu unit kolektif tertentu akan dipandang sebagai ancaman yang eksistensial. Dalam bukunya The Southeast Asian

16

Bary Buzan, 1991. People States, and Fear: An Agenda For International Scurity Studies in The Post-Cold Era.Hempstead, Harvester Wheatsheaf. Dari Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochamad Yani. Bandung: PT Remaja Roselakarya. Hal `21-23.

17

(12)

12 Community Complex, Buzan Barry menyebutkan bahwa persoalan keamanan tidaklah mungkin menjadi urusan satu Negara saja tetapi membutuhkan sebuah Koordinasi Regional maupun Internasional18.

Peran Indonesia di kawasan untuk mengatasi masalah perdagangan orang dapat dipahami sebagai bentuk kepedulian negara terhadap keamanan manusia.Keamanan manusia itu sendiri pada umumnya mengacu pada asumsi dasar, yakni menjaga keamanan negara (state security)sama pentingnya dengan memajukan keamanan manusia19.Keamanan Negara dilihat sebagai prasyarat mutlak bagi terciptanya keamanan manusia.Oleh karena itulah, Negara hendaknya menjadi obyek dari keamanan itu sendiri, sekaligus merupakan aktor yang berwenang melakukan tindak pengamanan.

Di tengah perubahan global yang amat drastis, negara dituntut untuk dapat mengakomodasi munculnya desakan untuk menata ulang filosofi, sistem dan mekanisme pengamanannya, dengan tidak lagi menitikberatkan obyek keamanannya semata-mata pada kolektivitas negara, melainkan memperluasnya hingga mencakup aspek keamanan orang per-orang.20Negara, melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, harus berupaya memajukan keamanan manusia untuk mencegah terjadinya praktek-praktek kejahatan yang dapat membahayakan keamanan individu yang menjadi warga negaranya.Perlu memperhatikan juga mengidentifikasi dalam mencari solusi atas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya praktek kejahatan tersebut.Maka kerangka berpikir inilah

18

Buzan Barry, Ole Waever dan Jaap de Wilde. 1998, Security a New Framework For Analisis.

Boulder, Clorado: Lyane Rienner. Dalam Pengantar Hubungan Internasional.Hal 122.Dari Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochamad Yani. Bandung: PT Remaja Roselakarya. 19

Nur Imam Subono, Op.Cit. 20

(13)

13 peranpencegahan dan penanganan masalah perdagangan orang antarnegara diwilayah Asia tenggara yang dilakukan Indonesia.

1.5.2.2 Transnational Crime

Salah satu bentuk dari keamanan maraknya kejahatan terhadap trafficking yaitu Transnational Crime sebagai Gejala Global,21Masalah kejahatan yang berbentuk trans-national crime seperti human-trafficking merupakan ancaman serius bagi Negara di Asia Tenggara yang memiliki posisi geografis yang strategis bagi suburnyapertumbuhan jenis-jenis kejahatan lintas batas. kejahatan transnasional merupakan masalah global yang terus meningkat, ditambah dengan globalisasi merupakan masalah utama berkontribusi terhadap kejahatan transnasional bagi negara kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian, Indonesia, Thailand dan malaysia adalah lahan subur bagi kejahatan transnasional, dan harus berusaha untuk melawan dan mengatasi ancaman yang ditimbulkannya.

AmerikaNations and Transnational Organized Crime(UNTOC) yang diadopsi tahun 2000 menetapkan sejumlah kejahatan yang diklasifikasikan ke dalam kejahatan transnasional terorganisir: pencucian uang, perdagangan manusia, penyelundupan migran dan perdagangan ilegal.22

Kejahatan transnasional menimbulkan sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional dan internasional, publikasi UNTOCadalah mengidentifikasi bahwa kejahatan transnasional mengancam kedaulatan, masyarakat, dan

21

Kejahatan transnasional dan ancaman keamanan Indonesia, di:

http://www.stormingmedia.us/22/2248/A224815.pdf di akses pada 10 mei 2011 22

(14)

14 individu.Hal ini juga bisa mengancam untuk nasional dan kontrol negara, nilai-nilai demokrasi dan institusi publik, ekonomi nasional dan lembaga keuangan.Secara signifikan, bisa mengancam demokratisasi, pengembangan, dan global rezim dan kode etik.23

Dalam penelitian ini, peneliti lebih menfokuskan pada persoalan kejahatan lintas Negara di kawasan Asia Tenggara (Transnational crime)dalam bentukperdagangan manusia (Human-Trafficking).Sehingga dari konsep transnational crime ini bisa memberi keuntungan bagi Negara-negara kawasan Asia Tenggara termasuk juga Indonesia dalam penanganan masalah kejahatan lintas batas Negara khususnya penanganan perdagangan manusia dengan memperketat penjagaan keamanan di wilayah batas Negara.

Trafficking merupakan rangkaian kegiatan dengan maksud eksploitasi terhadap perempuan dan anak yang meliputi kegiatan perdagangan manusia (human-trafficking), segala tindakan yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar Negara di Asia tenggara.Pemindah tanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampuangan sementara atau di tempat tujuan perempuan dan anak dengan acara ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik, penculikan, penipuan, jebakan hutang dan lain-lain. Memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan ketika perempuan dan anak digunakan untuk tujuan, buruh migran legal maupun illegal,

23

(15)

15 pembantu rumah tangga, industry pornografi, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainya.24

Berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 49/166 mendefinisikan trafficking dengan:

“Trafficking is the illicit and clandestine movement of persons across national and international borders, largely from developing countries and some countries witheconomies in transition, with the goal of forcing women and girl children into sexually or economically oppressive and exploitative situations for the profit of recruiters, traffickers, and crime syndicates, as well as other illegal activities related to trafficking, such as forced domestic labour, false marriages, clandestine employment and false adoption”.25

Dan bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ialah:

“Perdagangan ialah suatu perkumpulan gelap oleh beberapa orang di lintas nasional dan perbatasan internasional, sebagian besar berasal dari Negara-negara yang berkembang dengan perubahan ekonominya, dengan tujuan akhir memaksa wanita dan anak-anak perempuan bekerja di bidang seksual dan penindasan ekonomis dan dalam keadaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur, dan sindikat kejahatan, sebagaimana kegiatan illegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan seperti pembantu rumah tangga, perkawinan palsu, pekerja gelap, dan adopsi”.

Sedangkan berdasarkanProtokol Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencegah, menekan dan menindak perdagangan manusia, khususnya kaum perempuan dan anak-anakmenyatakan bahwa yang dimaksud dengan traffciking ialah:

“perekrutan, pengiriman ke suatau tempat, pemindahan, penampungan atau penerimaan melalui ancaman, atau

24

L.M. Gandhi Lapian dan Hetty A. Geru, (edit.), 2010, Trafficking Perempuan dan Anak,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 132 25

(16)

16 pemaksaan dengan kekerasan atau dengan cara-cara kekerasan

lain, penculikan, penipuan, pengaiayaan, penjualan, atau tindakan penyewaan untuk mendapatkan keuntungan atau pembayaran tertentu untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi setidaknya, mencakup eksploitasi melalui pelacuran, melalui bentuk lain eksploitasi seksual, melalui kerja paksa atau memeberikan layanan paksa, melalui perbudakan, melalui praktik-praktik serupaperbudakan, melalui penghambaan atau melalui pemindahan organ tubuhnya”.26

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa bentuk kejahatan trafficking tersebut melanggar hak asasi manusia karena perempuan dan anak menjadi objek perdagangan dan eksploitasi untuk mencapaikan kepentingan yang merugikan pihak korban yang telah menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan.Begitu juga dapat diketahui bahwa trafficking merupakan suatu fenomena dunia yangmerupakan tindak pidana yang dapat merugikan kepentingan banyak Negara yang pengaturannya harus bisa mencakupnya sebagai bagian dari kejahatan lintas Negara di Asia Tenggara khususnya.

Sebagaimana telah peneliti paparkan pada poin sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua konsep, yaitu: konsep human security dan transnational crime. Kedua konsep sangat relevan dalam mendiskripsikan tentang peran Indonesia di kawasan dalam menangani permasalahan perdagangan manusia (human trafficking) lintas negara di Asia Tenggara.Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dalam kajian kehidupan global, perlindungan kemanusiaan (human security) bukan hanya sekedar konsep keilmuan saja, akan tetapi telah menjadi salah satu fenomena global yang menuntut setiap aktor hubungan internasional,

26

(17)

17 terutama negara, untuk menjamin adanya perlidungan kemanusiaan. Fenomena ini terjadi sebagai implikasi dari bergeseranya paradigma tentang keamanan, dari tardisional kepada non-tradisional.Keamanan tidak lagi dimaknai sekedar sebuah ancaman terhadap negara, tapi lebih daripada itu, keamanan juga didefinisikan sebagai ancaman terhadap keberlangsungan hidup ras manusia. Artinya, dewasa ini, manusia dihadapkan pada potensi kepunahan rasnya akibat kekuasaan manusia yang lain. Penyebabnya bisa berasal dari program nuklir dan perdagangan manusia (human-trafficking).

Persoalan perdagangan manusia (human-trafficking) mengindikasikan bahwa manusia tidak lagi diposisikan sebagai makhluk yang memiliki derajat yang sama, tetapi lebih merupakan komoditas seperti layaknya barang dagangan. Pihak-pihak yang bermodal akan membeli mereka-mereka yang tidak bermodal sebagai pekerja, bahkan terkadang sebagai pemuas kebutuhan biologisnya yang seringkali berujung pada kematian. Kenyataan ini terjadi dalam kehidupan global, termasuk di Asia Tenggara.Oleh sebab itu berdasarkan konsep human security ini, peran Indonesia di kawasan untuk menangani persoalan perdagangan manusia meruapakan sebuah keharusan sebagai bagian dari tuntutan masyarakat global dalam keamanan manusia.

(18)

18 merupakan persoalan lintas negara, terkait dengan kedaulatan antara negara yang satu dengan yang lainnya.

Karena itulah, konsep transnasional crimedan Human-Securityini sangat relevan dengan penelitian ini yang mengambil fenomena perdagangan manusia lintas negara sebagai instrumen penelitian untuk melihat lebih jauh mengenai peran Indonesia dalam menangani persoalan tersebut.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Tipe penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Artinya peneliti akan menelusuri data dalam bentuk gambaran-gambaran (diskripsi) Metodologi deskriptif merupakan jenis metodologi yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat idividu, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain, yang dimungkinkan sudah terdapat hipotesis atau belum terdapat hipotesis sesuai tingakat pemahaman tentang masalah yang dikaji27. Mengenaiperan Indonesia dalam menangani human trafficking lintas negara di kawasan Asia Tenggara.

1.6.2 Tingkat (Level) Analisa

Dalam bukunya yang bejudul Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Mohtar Mas’oed menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok tingkat analisa, yaitu: 1) Reduksionis (unit eksplanasinya pada tingkat yang lebih rendah

27

(19)

19 dibandingkan unit analisanya); 2) Korelasionis (unit eksplanasi dan analisanya pada tingkat yang sama); dan 3) Induksionis (unit eksplanasinya pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan unit analisanya).28

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tingkat analisa induksionis. Artinya, peneliti akan menjelaskan (mendiskkripsikan) tentang keterlibatan peran Indonesia dalam menangani perdagangan manusia (human-trafficking) lintas negara di Asia Tenggara (unit eksplanasi). Sehingga, unit analisanya adalah negara-bangsa.

Menurut Mohtar Mas’oed, perilaku individu, kelompok, organisasi, lembaga dan proses perpolitikan mereka hanya akan diperhatikan sejauh perilaku tersebut berkaitan dengan tindakan internasional negara yang bersangkutan.29

1.6.3 Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif. Artinya, data-data yang diperoleh peneliti melalui sumber-sumber data-data akan dipaparkan atau dilaporkan dalam bentuk kaliamat-kalimat penjelasan secara sistematis, terstruktur, dan tidak dalam bentuk angka-angka atau jumlah. Pelaporan tersebut disajikan sebagai gambaran dari peranIndonesia di kawasan dalam menangani permasalahan perdagangan manusia (human trafficking) lintas negara di Asia Tenggara.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan ini dilakukan dengan

28Mohtar Mas’oed, 1994,

Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: PT Pustaka LP3ES, hal. 39

29

(20)

20 caramengumpulkan data-data dan informasi melalui surat kabar, jurnal, majalah, buku-buku, literatur serta sumber informasi lainnya seperti pemanfaatan fasilitas dan jasa internet untuk mendapatkan data tertulis yang telah didokumentasikan.

1.6.5 Ruang LingkupPenelitian

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu jauh dari tujuan penulisan yang hendak ingin di capai, maka penulis memberi batasan-batasan yang terkait dengan trafficking. Diantaranya adalah memberi gambaran tentang peran pemerintah Indonesia dalam penanganan kasus human-traffickingdikawasan Asia Tenggara, melalui daerah perbatasan yang menjadi komoditas transit untuk melakukan perdagangan manusia ke negara tetangga pada tahun 2000 sampai 2011.

1.7 Argumen Dasar

(21)

21 1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mengikuti sajian pembahasan materi skripsi ini, penulis akan menguraikan secara singkat bab demi bab yang terkait guna memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap arah pembahasan seperti dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, manfaat dan tujuan, tinjauan kepustakaan yang terdiri dari definisi dari trafficking atau perdagangan manusiadalam bentuk-bentuk dan unsur dari tindak pidana trafficking ini, dan mengenai konsep keamanan dalam konteks Hubungan Internasional, serta metodelogi penelitian dan rumusan masalah.

BAB II ISU-ISUHUMAN-TRAFFICKINGDI ASIA TENGGARA Bab ini membahas tentang isu-isuhuman-traffickingdiAsia Tenggara yang meliputi titik rawanpraktek human-traffickingdan juga kasus-kasus human-trafficking di Asia Tenggara.

BAB IIIPERAN INDONESIA DI KAWASAN MENANGANIMASALAH

HUMAN-TRAFFICKING LINTAS NEGARA DI ASIA TENGGARA

(22)

22 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

SKRIPSI

PERAN INDONESIA DI KAWASAN DALAM PENANGANAN MASLAH

HUMAN-TRAFFICKING

LINTAS NEGARA DI ASIA TENGGARA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

HERWANTO (07260031)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(24)

i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Herwanto

NIM : 07260031

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Peran Indonesia di Kawasan dalam Penanganan Masalah

Human-Trafficking Lintas Negara di Asia Tenggara.

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si Dra, Juli Astutik, M.Si

Mengetahui

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional

(25)

i LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

a. Judul Proposal Skripsi : Peran Indonesia di Kawasan dalam Penanganan Masalah Human-Trafficking Lintas Negara di Asia Tenggara.

.

b. Identitas Mahasiswa :

1. Nama : Herwanto

2. NIM : 07260031

3. SKS yang ditempuh : 154 SKS

4. IPK : 3,09

1. Dosen Pembimbing : Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si c. Proposal Telah Diseminarkan Pada :

Malang, 30 April 2012

Dosen Pembimbing Seminar Penyusun Proposal

Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. Herwanto

Mengetahui, Dekan FISIP-UMM

(26)

i Berita Acara Bimbingan Skripsi

1. Nama : Herwanto

2. Nim : 07260031

3. Jurusan : Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata satu (S-1).

7. Judul Skripsi : Peran Indonesia di Kawasan dalam Penanganan Masalah Human-Trafficking Lintas Negara di Asia Tenggara.

8. Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. 2. Dra. Juli Astutik, M.Si.

9. Pembimbingan : Lihat Tabel

WAKTU

PARAF

KETERANGAN Pembimbing I Pembimbing II

01 Oktober 2011 Pengajuan Judul

12 Oktober 2011 ACC Judul Skripsi

07 Januari 2012 ACC Seminar

Proposal

12 Januari 2012 Seminar Proposal

18 Januari 2012 Revisi Bab I

28 Januari 2012 ACC Bab I

05 Febuari 2012 Revisi Bab II

(27)

i PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Herwanto

Tempat, Tanggal Lahir : Perlang, 20 September 1986

NIM : 07260031

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

Peran Indonesia di Kawasan dalam Penanganan Masalah

Human-Trafficking

Lintas Negara di Asia Tenggara

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah Saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini Saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia mendapat sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Malang, 30 April 2012. Yang Menyatakan,

(28)

i DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam………... i

Lembar Pengesahan Proposal………...………... ii

Lembar Persetujuan Skripsi………... iii

Lembar Pengesahan………...………... iv

Lembar Orisinalitas………...…………... v

Ucapan Terima Kasih………...………... vi

Abstraksi Indonesia………...………...…………. viii

Abstraksi Inggris………..……...…………...….……….. ix

Daftar isi………..………..…...………... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang…...………...…………..……...……….. 1

1.2 Rumusan Masalah…...………...………...………. 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4 Kegunaan penelitian……...……...…... 5

1.5 Kerangka Pemikiran………...………...…...……..………..6

1.5.1 Studi Terdahulu…….…....……...………...……..………6

1.5.2 Konsep………...…………...……..…..….. 10

1.5.2.1 Human Security... 10

(29)

ii

1.6 Metode Penelitian ………...………...…...………..…….. 18

1.6.1 Tipe penelitian………..………...…...……….…..……... 18

1.6.2 Tingkat (Level) Analisa……...…………...………... 18

1.6.3 Teknik Analisa Data………...…...…………...…..…... 19

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data ………...…….….…….…… 19

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian……….…………...……...…..……..19

1.7 Argumen Dasar………...……...……….…... 20

1.8 Sistematika Penulisan…….………...…...…..…... 20 BAB II ISU-ISU HUMAN- TRAFFICKING DI ASIA TENGGARA 2.1 Profil Asia Tenggara...23

2.1.1 Peta Kawasan Asia Tenggara... 23

2.1.2 Unsur-Unsur Fisik Sosial Kawasan Asia Tenggara……..…...25

2.2 Faktor-Faktor Pendorong dan Bentuk-Bentuk Terjadinya Human Trafficking di Asia Tenggara………...………….…...… 28

2.3 Bentuk-Bentuk Human-Trafficking ……..………...…...…....…...30

2.3.1 Pelaku Human-Trafficking (Trafficker)...……….…...…35

2.3.2 Modus Operandi……….………...……... 37

2.4 Titik Rawan dan Kasus-Kasus Praktek Human-Trafficking di Asia Tenggara………..………...…...38

(30)

iii

2.4.2 Kasus-Kasus Human-Trafficking di Asia

Tenggara…...……….………...….…...…….. 46

BAB III PERAN INDONESIA DI KAWASAN DALAM MENANGANI MASALAH HUMAN-TRAFFICKING LINTAS NEGARA DI ASIA TENGGARA 3.1 Kerjasama Bilateral... 52

3.1.1 Kerjasama Bilateral Indonesia dengan Malaysia………...….…...53

3.2.2 Kerjasama Bilateral Indonesia dengan Laos………...……...56

3.2.3 Kerjasama Bilateral Indonesia dengan Filipina…………...…...57

3.2 Kerjasama Regional…………...……...…....….………...…...…..58

3.3 Kerjasama Multilateral...64

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan………...……... 72

4.2 Rekomendasi...…………..………...………...74

DAFTAR PUSTAKA... 76

(31)

1 DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Afnil Guza, SS, Tata Cara Dan Mekanisme Pelayanan Terpadu Bagi Saksi Dan/Korban Perdagangan Orang, PP RI No. 9 Tahun 2008. L.M. Ghandhi Lapian dan Hetty A.Geru , 2010, Trafficking Perempuan dan Anak:

penanggulangan konferhensif study kasus diselawesi utara, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mely G. Tan dalam Koentjaraningrat dalam Ulber Silalahi, 2009.Metode Penelitian Sosial.Bandung : PT. Rafika Aditama, hal.28

Mas’oed Mohtar, 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. LP3ES, Jakarta.

Nur Imam Subono,,jurnal perempuan, trafficking dan kebijakan. No. 86, 2005.Yayasan Jurnal perempuan, Jakarta.

Harkristuti Harkrisnowo, Tindak Pidana Perdagangan Orang: Beberapa Catatan, Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. VII, No.1, Juli 2007

Sri Widiyastuti dan Afra Roki, Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Kalimantan Barat Dalam Pennaggulangan Lintas Batas Permpuan (Trafficking in Women)

M. Iman Santoso, Perspektif Imigrasi Dalam United Nations Convention Against Transnational Organized Crime, Jakarta: Perum Percetakan Negara RI, 2007

Dr.Bambang cipto, MA.”Dalam Hubungan International Di Asia Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, Dan Masa Depan”,

(32)

2 Giorgio Giacomelli, “Foreword to United Nations International Drug control Programme”, dalam Alan Dupount, Transnational Crime, and Security in East Asia.(California University Press, 2010)

Irwan M. Hidayana, Migrasi Lintas Batas dan Seksualitas di Asia Tenggara, Jurnal Perempuan 36

ASEAN selayang Pandang: Direktorat Jendral kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,Jakarta 2006

Dimitri Vlassis, UN Convention Againts Transnational Organized Crime. Jakarta ,2000.

Sardjono, Kerjasama Internasional di Bidang Kepolisian, NCB Indonesia, Jakarta, 1996

Non Buku:

Internasional Development Law OrganizationHuman Trafficking (Perdagangan Manusia),

Laboratory of International Relations Department-UMM,Krisis Ekonomi dan Perdagangan.

Perbudakan Modern itu Bernama Perdagangan Perempuan dan Anak.. Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama Internasional, Pemberantasan Perdagangan Manusia di Asia tenggara Memerlukan Sinergi

Kerjasama Negara Anggota ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO),

di:http://www.dpr.go.id/.../pers_Siaran_Pers_Tentang_Perdaganga n_Manusia_(17-7-06).pdf diakses 23 Novenber 2011.

Keamanan Transnasional Ancaman ke

Indonesia,http://www.apcss.org/core/Library/CSS/APOC/Indonesi a%20%20Transnational%20Security%20Threats.pdf

(33)

3 Kementerian pertahanan RI Indonesia Ministry of

Defense.http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file= article&sid=3101

RI. Penghapusan Perdagangan Orang (Trafficking in Person) di

Indonesia.http://oldkesra.menkokesra.go.id/pdf/deputi3/human_traf ficking_ind.pdf

http://www2.ohchr.org/english/law/ccpr.htmInternational Covenant on Civil and Political Right

Sebuah sumber daya web tuk memenrangi perdagangan manusia di Vietnam http://www.humantrafficking.org/countries/vietnam

Kejahatan transnasional dan ancaman keamanan Indonesia,

http://www.stormingmedia.us/22/2248/A224815.pdf di akses pada 10 mei 2011.

Isu internasional, kejahatan transnasional,Departemen Republik Indonesia, di: http://www.deplu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=20&l=enD epartement Republik Indonesia

Sekuritasi kejahatan transnasional, senjata light dan perdagangan narkoba di Indonesia, di:

http://www.rsis- ntsasia.org/resources/publications/research-papers/transnational-crime/Riefqi.pdf

Tempo, Politik, di: http://www.tempo.co/read/news/2009/08/04/063190634/Asia-Tenggara-Sumbang-Sepertiga-Perdagangan-Manusia-di-Dunia Ratnawati Yuni Suryandari. Harga Sebuah Kebabasan : IsuPerdagangan

Perempuan, di akses dalam:

http://images.visitnabire.multiply.multiplycontent.com

Pemberantasan Perdagangan Manusia di Asia Tenggara Memerlukan Sinergi Kerjasama Negara Anggota AIPO, di akses dalam

http://www.dpr.go.id/complorgans/inter/pers_Siaran_Pers_Tentang _Perdagangan_Manusia_%2817-7-06%29.pdf

Indonesian Association for Migrant Workers Sovereignity: Peningkatan Status PRT Menjadi Tenaga Kerja Formal.di:

(34)

4 Graeme Hugo, “Indonesia’s Labor Looks Abroad,” Migration Information Source

(Migration Policy Institute),

http://www.migrationinformation.org/Profiles/print.cfm?ID=53 Kondisi Umum Kawasan Perbatasan Antar Negar, di: www.bappenas.go.id

Isu Keamanan Maritim Regional di: http://www.tabloiddiplomasi.org/previous- isuue/105-september-2010/920-isu-keamanan-maritim-regional-.html

Kawasan Asia Tenggara, di: http://www.scribd.com/doc/22767582/Kawasan-Asia-Tenggara

Keamanan Laut dan Kekuatan ASEAN 2011, di:

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/en/columns/politik-internasional/450-keamanan-laut-dan-keketuaan-asean-2011 Humphrey Wangke, Sekurititasi Kejahatan Transnational: Trafficking

DanPenyelundupan Orang Dalam Hubungan Indonesia-Malaysia, di: http://www.dpr.go.id/bukukajian/Masalah-Penyelundupan-dan-Perdagangan-Orang-di-Indonesia-2009.pdf

Perdagangan Perempuan Dan Anak (Trafficking) Menurut Aturan-Aturan Hukum Internasional,

di:http://usupress.usu.ac.id/files/Trafiking_finish_normal_bab%20 1.pdf

Penyelundupan Manusia Dan Ancaman Keamanan Di Era Globalisasi: Kasus Penyelundupan Manusia di:

http://www.dpr.go.id/bukukajian/Masalah-Penyelundupan-dan-Perdagangan-Orang-di-Indonesia-2009.pdf Peran Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pengawasan Implementasi Perda

NO. 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan

(35)

5 http://www.dpr.go.id/bukukajian/Masalah-Penyelundupan-dan-Perdagangan-Orang-di-Indonesia-2009.pdf

Sukawarsini Djelantik. Globalisasi, Migrasi Tenaga Kerja, Kejahtan Lintas Negara Dan Perdagangan Perempuan Dan Anak, di:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/621098116_1693-556X.pdf

Pelecehan terhadap trafficking di Indonesia dan Malaysia, di:

http://www.hrw.org/sites/default/files/reports/indonesia0704bi.pdf

Kasus Trafficking di Kepri Faktor Sosial Ekonomi Jadi Pemicu, di:

http://www.stoptrafiking.or.id/index.php?option=com_content&tas k

Perdagangan Perempuan Dan Anak (Trafficking) Menurut Aturan-Aturan Hukum Internasional,

di:http://usupress.usu.ac.id/files/Trafiking_finish_normal_bab%20 1.pdf

Novrieza Rahmi, Kerja Sama, Kunci Penanganan Transnational Crimes, di: http://nynda.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Kerja-Sama-Kunci-Penanganan-Transnational-Crimes.pdf

Peran Indonesia di ASEAN, di:

http://.deplu.go.id/?category_id=14&news_org_id=148&108 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia: “Kerjasama Bilateral Malaysia

dengan Indonesia” di:

http://www.deplu.go.id/Lists/BilateralCooperation/DispForm.aspx? ID=172

Kementerian Pertahanan RI Indonesia Ministry of Defense, di:

http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article& sid=9071

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia: “Kerjasama Bilateral Malaysia

(36)

6 http://www.deplu.go.id/Lists/BilateralCooperation/DispForm.aspx? ID=172

Pemerintah Indonesia Lawan Perdagangan Manusia, di:

http://www.cathnewsindonesia.com/2011/01/10/malaysia-dan-indonesia-lawan-perdagangan-manusia/

ASEAN, di:http://www.investor.co.id/home/indonesia-laos-sepakati-kerja-sama-bidang-keamanan/21654

RI-Filipina Kerja Sama Atasi Perdagangan Manusia, di:

http://internasional.kompas.com/read/2011/03/08/15273037/RIFili pina.Kerja.Sama.Atasi.perdagangan manusia

Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan kerjasama Internasional, di: www.bappenas.go.id/get-file-server/node/3329/

Posisi Indonesia dalam menangani kejahatan Transnasional Dalam Kerjasama ASEAN http://fleepzfloopz.blog.com/2011/05/10/posisi-indonesia- menangani-kejahatan-transnasional-dalam-kerangka-kerjasama-asean/

Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan kerjasama Internasional, di: www.bappenas.go.id/get-file-server/node/3329/

Upaya Indonesia dalam menangani perdagangan manusia dari Indonesia ke Malaysia, di:http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/81082035.pdf INTERPOL, 2010-Tahun Pencapaian Utuk INTERPOL Yang Menjadi Tonggak

Dasar Untuk Penegakan Hukum Pada Abad 21, di: http://www.interpol.go.id/id/media-release/interpol

NCB-INTERPOL INDONESIA, di: http://www.interpol.go.id/id/tentang-kami/liaison-officer/liaison-officer-department

http://labhi.staff.umm.ac.id/2011/05/12/peran-asean-maritime-forum-amf- dalam-keamanan-perairan-di-asia-tenggara/

http://www.dpr.go.id/bukukajian/Masalah-Penyelundupan-dan-Perdagangan- Orang-diIndonesia-2009.pdf

http://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/3049/1761

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Model baru pengesahan ini dapat diterapkan secara online sehingga dalam pelaksanaanya pihak dosen yang mengajukan proposal Hibah Dikti tidak perlu bertemu pihak

Akan menjadi suatu penelitian yang menarik apabila dengan menggunakan responden yang sama yakni warga kota Joglosemar dengan menggunakan konsep yang dikemukakan Chen dan Chang

According to Lenchner (2005: 2), the ultimate goal of school mathematics at all times is to develop in our students the ability to solve problems. Lenchner also argued that the

Data barang digunakan untuk uji pola data dan proses pemasukan data roti yang ingin diramalkan pada aplikasi, sehingga ketika aplikasi pada sistem digunakan sudah

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang.. Negara Republik Indonesia Nomor 5434);.. Peraturan Menteri Riset, Teknologi,

[r]

Dengan adanya Kemajuan dalam bidang teknologi dan peralatan hidup, masyarakat pada saat ini dapat bekerja secara cepat dan efisien karena adanya peralatan yang

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara