ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN GOODCORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdapat di Jakarta Islamic Index
Periode 2011-2013)
The Analyze of Corporate Social Responsibility Disclosure and Good Corporate Governance on The Firm Value
(Cases Study in The Firms Listed on Jakarta Islamic Index Period 2011-2013) SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Studi Akuntansi Beasiswa Unggulan
Jenjang S1 (Strata 1) Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Oleh :
MAYA MARIA MUSTAFA 21109055
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2011-2013)
Maya Maria Mustafa 21109055
Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Skripsi pada tanggal September 2014
Menyetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. NIP 4127.34.02.015
Dekan Fakultas Ekonomi
Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic M.Si NIP. 4127.70.019
Ketua Program Studi Akuntansi
PERSETUJUAN PUBLIKASI
Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, Menyetujui :
“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty Non eksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.
Bandung, __ September 2014
Penulis
Maya Maria Mustafa NIM 21109055
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia
Gilman Pradana Nugraha Kepala Kantor Perwakilan Bandung
Mengetahui, Pembimbing
Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. NIP 4127.34.02.015
Catatan:
135
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Maya Maria Mustafa
Tempat Tanggal Lahir : Subang, 6 Oktober 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Rancasari dalam RT 08 RW 03 Pamanukan,
Subang, Jawa Barat
DATA PENDIDIKAN
Tahun 1995 - 1997 : RA Miftahul Huda Rancasari
Tahun 1997 - 2001 : MI Miftahul Huda Rancasari
Tahun 2001 - 2003 : SDN Baktisari Sarimukti
Tahun 2003 - 2006 : SMPN 1 Pamanukan
Tahun 2006 - 2009 : SMAN 1 Subang
Tahun 2009 - 2014 : Mahasiswi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Tahun 2012 - 2014 : Mahasiswa Program Studi Korea Bisnis Universitas
Youngsan, Busan-Korea Selatan
DATA PENGALAMAN KERJA
Tahun 2012 Asisten Chief Cappadocia Turkish Restaurant, Busan (part time)
Tahun 2012 - 2013 Pekerja Paruh Waktu di Taeyangsa.Co, A&D Tech. , One Food Dream Co.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK……….... i
KATA PENGANTAR……….. iii
DAFTAR ISI………. vii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR………
DAFTAR LAMPIRAN………
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian……….
1.2Identifikas dan Rumusan Masalah………
1.2.1 Identifikasi Masalah……….
1.2.2 Rumusan Masalah……….
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………
1.3.1 Maksud Penelitian………
1.3.2 Tujuan Penelitian………
1.4Kegunaan Penelitian………..
1.4.1 Kegunaan Praktis……….
1.4.2 Kegunaan Akademis………..
1
8
8
8
9
9
9
9
10
1.5Lokasi dan Waktu Penelitian………..
2.1.1Corporate Social Responsibility (CSR)……… 2.1.1.1 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)……… 2.1.1.2 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)………. 2.1.1.3 Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory)………. 2.1.1.4 Teori Sinyal (Signalling Theory)……… 2.1.1.5 Konsep dan Teori Corporate Social Responsibility………
2.1.1.6 Pengungkapan Corporate Social Responsibility……….. 2.1.1.7 Indikator Corporate Social Responsibility………...
2.1.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi CSR …………..…………
2.1.2 Good Corporate Governance………
2.1.2.1Teori Keagenan (Agency Theory)……… 2.1.2.2Konsep dan Definisi Good Corporate Governance………...
2.1.2.3Indikator Good Corporate Governance………...
2.1.3 Nilai Perusahaan……….
ix
2.1.3.2Indikator Nilai Perusahaan………... 2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya……….
2.2Kerangka Pemikiran………..
2.2.1 Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai
Perusahaan...
2.2.2 Hubungan Good Corporate Governance dan Nilai Perusahaan….
2.3Hipotesis………
29
30
33
33
33
35
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1Objek Penelitian……….. 3.2Metode Penelitian ……….………..
3.2.1 Desain Penelitian……….
3.3Operasionalisasi Variabel………..
3.4Sumber Data………..
3.5Populasi dan Penarikan Sampel……… 3.6Metode Pengumpulan Data………..
3.7Metode Pengujian Data………
3.7.1 Rancangan Analisis………
3.7.2 Pengujian Hipotesis………..
36
37
38
40
49
51
54
55
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1Gambaran Umum Unit Observasi………... 4.1.1 Jakarta Islamic Index (JII)………
4.1.1.1 Definisi Jakarta Islamic Index (JII)………. 4.1.1.2 Pemilihan Saham Untuk Indeks………
4.1.1.3 Perhitungan Indeks………
4.1.1.4 Komponen Saham JII………..
4.1.2 Analisis Deskriptif Corporate Social Responsibility, Good
Corporate Governance, dan Nilai Perusahaan………... 4.1.2.1 CSR Pada Perusahaan di JII 2011-2013………. 4.1.2.2 GCG Pada Perusahaan di JII 2011-2013……….. 4.1.2.3 Nilai Perusahaan Pada Perusahaan di JII 2011-2013……... 4.1.3 Analisis Verifikatif Pengaruh Corporate Social Responsibility dan
Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan………
4.1.3.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan……….
4.1.3.2 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan……….
4.1.3.3 Pengaruh Corporate Social Responsibility, Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan………. 67
67
67
68
70
70
72
74
75
76
76
85
90
xi
4.2Pembahasan………
4.2.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan………
4.2.2 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
4.2.3 Pengaruh Corporate Social Responsibility, Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan………
104
104
105
107
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan ………... 5.2Saran………...
108
111
DAFTAR PUSTAKA………. 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN………. 116
113
Agustina, Silvia. 2012. Pengaruh dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan, Artikel Penelitian-Universitas Negeri Padang.
Ammann, Manuel, et.al. 2010. Corporate Governance and Firm Value-International Evidence, Electronic Journal at http://ssm.com, version: October 2010.
Andi, Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Husein, Umar. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta:Raja Garfindo.
Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibilitty Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi Di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Kawatu, Freddy Semuel. 2009. Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening-SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 3.
Mitra Riset, 2013. Diakses dari http://www.mitrariset.com/DATA_CGPI.html
Mwangi, Cyrus Iraya. 2013. The Relationship between Corporate Social Responsibility Practices and Financial Performance of Firms in the Manufacturing, Construction an Allied Sector of the Performance of Firms in the Manufacturing, Construction and Allied Sector of the Nairobi Securities Exchange, International Journal of Business, Humanities and Technology, Vol. 3, No. 2.
114
Purwati, Ani. 2006. Diakses dari www.goodcsr.wordpress.com
Ratih, Suklimah. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaann Peraih The Indonesia Most Trusted Company-CGPI, Jurnal Kewirausahaan, Vol. 5, No. 2.
Retno M., Reny Dyah dan Denies Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010), Jurnal Nominal, Vol. 1 No. 1
Rosiana, Gusti Ayu Made Ervina. 2013. Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi-ISSN:2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3.
Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2013. CSR (Corporate Social Responsibility). Bandung: Rekayasa Sains.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
________. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.
Sulaiman, Faradillah. 2012. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Tahun 2009-2011. Artikel. Malang: Universitas Brawijaya.
Susanto, Priyatna Bagus dan Imam Subekti. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Artikel Universitas Brawijaya.
Perusahaan dengn Profitabilitas sebagai Moderating Variabel Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2010. Medan: Universitas Sumatera Utara..
Umi,Narimawati dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah:Paduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta: Penerbit Genesis
Wulandari, Rani. 2013. Pengaruh Financing Deposit to Ratio dan Capital Adequacy Ratio terhadap Profitabilitas Bank Syariah, Skripsi. Bandung: UNIKOM.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan”.
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena di
dalamnya tidak terlepas dari berbagai kekurangan baik pembahasan, cara penyajian,
dan lainnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas akhir di masa yang akan
datang.
Dalam pelaksanaan penelitian penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing sekaligus
penanggung jawab Beasiswa Unggulan. Selain itu penulis pun banyak mendapatkan
bimbingan, saran, motivasi dan bantuan yang besar dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Ananto Kusuma Sera selaku Kepala Biro Perencanaan Luar Negeri
(BPKLN) Kemendikbud yang telah memberikan beasiswa kepada penulis.
3. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Dr.Surtikanti, SE., M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Wati Aris Astuti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
6. Inta Budi Setya Nusa, SE., M. Ak selaku dosen pendamping BU Unikom yang
selalu memberi bimbingan, arahan, dan saran bagi mahasiswa BU Unikom
7. Ony Widilestariningtyas,SE.,MSi., dan Oman Sukirman,SE., M.Si selaku
dosen Prodi Akuntansi UNIKOM yang telah membantu memberikan arahan
dalam proses penyelesaian penelitian ini.
8. Seluruh Staf dosen dan Sekretariat Prodi Akuntansi Unikom yang telah
menjadi fasilitator kami selama perkuliahan.
9. Ayahanda Drs. Mustofa dan Ibunda Ade Romlah, S.Pd.I sebagai kedua orang
tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang
yang begitu besar dan selalu mendo’akan anak-anaknya untuk sukses dan
v
10. Dinda Muhammad Ilham Fadlillah Mustofa yang selalu membuat hidup jadi
lebih berwarna dengan celoteh tawa dan canda.
11. M. Junaidi yang selalu memberikan dukungan spirit kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
12. Sahabat terbaik saya Rani, dan Ririn yang telah menjadi pengingat penulis
dikala futur dan selalu memberikan serta menularkan semangat berjuang.
13. Teteh-teteh Forum Mahasiswa Unikom (Teh Ratih, Teh Iha, Teh Mia, Teh
Kiki, Teh Ae, Teh Neng, dkk) yang selalu mengingatkan kami untuk tidak
lelah berjuang dalam kebaikan.
14. Teman-teman pengurus HMAk 2010-2011, BPMAk 2011-2011, Saung
Budaya UNIKOM yang telah memberikan kepercayaan dan amanah kepada
penulis untuk membangun karakter.
15. Seluruh rekan-rekan 24 pendekar (BU Unikom-Youngsan angkatan pertama),
khususnya Fera, Cici, Atika, dan Clara as my roommate, dan rekan-rekan lain
yang telah menjadi guru kehidupan bagi penulis.
16. Seluruh Dosen beserta Staf Youngsan University yang selalu memfasilitasi
kami selama perkuliahan di Korea.
17. Keluarga Teh Nita yang selalu membantu penulis selama tinggal di Bandung.
18. Seluruh jajaran staf Bupyeong Night Market, Busan yang telah memberikan
motivasi dan memberikan banyak bantuan selama bekerja paruh waktu di
19. Pimpinan dan seluruh jajaran staf Samsan Migrant Association Centre yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi bagian dari
mereka.
20. Ibu-ibu mix married Korea (Ka Emy, Mba Lilis, Teh Yani, Mba Wiwi, Teh
Selvy, dll) yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama
tinggal di Korea.
21. Partner kerja (Lee Ying Ying, Geoffrey, Thao) yang selalu membantu penulis
juga memberikan banyak motivasi sebagai selama bekerja di Bupyeong Night
Market.
22. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan yang membaca laporan ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, September 2014 Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat serta persaingan yang begitu ketat. Hal ini didukung dengan semakin
tingginya daya saing sebuah perusahaan dalam memikat investor untuk
berinvestasi. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting karena
mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor
terhadap perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat memberikan sinyal
positif kepada investor untuk berinvestasi pada sebuah perusahaan (Priyatna dan
Imam, 2013). Nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja
perusahaan baik di mata investor tidak hanya sekarang tetapi juga menjadi
prospek perusahaan di masa depan.
Nilai perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya faktor
keuangan sebagai kunci utama yang mempengaruhi nilai perusahaan tetapi juga
faktor non keuangan. Selain dipengaruhi oleh pengungkapan Corporate Social
Responsibility, dan Good Corporate Governance juga merupakan faktor non
keuangan lainnya yang saat ini banyak dipertimbangkan oleh investor dalam
menilai suatu perusahaan (Sari dan Riduan, 2011 dalam Priyatna dan Imam, 2012).
Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah gagasan yang membuat
terhadap masalah sosial dan lingkungan sekitar perusahaan agar perusahaan dapat
tumbuh secara berkelanjutan, seperti pendapat Sari (2012) dalam Gusti (2013)
yang menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan lebih luas lagi, sampai pada
kemasyarakatan. Perkembangan CSR terkait semakin banyaknya masalah
lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan.
Sebagai contoh kasus besar yang sempat booming pada tahun 2006 silam
yaitu saat meluapnya lumpur karena kelalaian PT. Lapindo yang mengakibatkan
39.947 orang penduduk dari 20.237 keluarga di dua belas desa di Kecamatan
Tanggulangin, Jabon dan Porong terusir dari kampungnya. Sehingga
mengharuskan PT. Lapindo bertanggung jawab atas kerugian warga baik berupa
penggantian pemukiman rumah penduduk yang bernilai triliunan rupiah, lapangan
pekerjaan, pendidikan serta kesehatan yang lenyap oleh meluapnya lumpur
(http://epaper.korantempo.com dalam Vesy dan Riadi, 2012).
Selain itu banyak kasus yang menjerat perusahaan besar lainnya sebagai
akibat kurang pekanya perusahaan terhadap lingkungan sehingga menurunkan
citra perusahaan tersebut di mata publik. Hal ini menjadi indikasi orientasi
pimpinan puncak korporasi hanya berpusat kepada kepentingan kepuasan
pemegang saham (produktifitas tinggi, profit besar, nilai saham tinggi) serta
pencapaian prestasi pribadi saja, sementara corporate social responsibility hanya
sekedar kosmetik semata. Padahal menurut Daniri (2008) dalam Roza (2011)
corporate social responsibility tidak hanya sebagai bentuk amal (charity) saja
tetapi juga sudah seyogyanya merupakan kebijakan strategis dengan tujuan jangka
3
perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan sumber daya alam wajib
mengungkapkan CSR, hal itu termuat dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Utama, 2007 dalam Gusti et al., 2013).
Corporate social responsibility akan menghasilkan dampak positif
terhadap reputasi perusahaan dan legitimasi dalam menjalankan bisnis mereka jika
dijalankan dengan penuh pertimbangan. Namun realitanya banyak perusahaan
yang belum memahami secara keseluruhan konsep daripada CSR tersebut.
Sehingga banyak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman dalam prakteknya.
Misalnya saja masih banyak kasus perusahaan yang melakukan CSR dengan
memberikan amal dan kegiatan sembrono yang menciptakan lingkungan bisnis
yang tidak sehat dan masyarakat lokal menjadi tergantung pada perusahaan.
Karena minimnya pemahaman mengenai CSR banyak komunitas lokal
mengharapkan perusahaan untuk meningkatkan standar hidup mereka, karena
dianggap sebagai kewajiban pemerintah (Roza, 2011).
Roza (2011) menambahkan bahwa sekarang ini semakin banyak
perusahaan yang tidak menyalurkan CSR-nya kepada masyarakat atau organisasi
sosial maupun masyarakat kalangan bawah karena tidak mampu meningkatkan
keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development
kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep
empowerment dan sustainable development.
ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan.Investor mengapresiasi praktik CSR dan melihat aktivitas CSR sebagai pedoman untuk menilai potensi keberlanjutan suatu perusahaan. Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan investasi, banyak investor yang cukup memperhatikan CSR yang diungkapkan oleh perusahaan (Ghoul et al., 2011 dalam Ervina et. al, 2013: 725).
Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committe tahun 1992 dengan definisi “A set a rules that define the relationship between shareholder, manager, creditor, government, employee and other
internal and external stakeholder in respect to the right and responsibility.” (Djanegara, 2008). Jadi, Good Corporate Governance (Tata Kelola yang Baik)
adalah seperangkat aturan yang digunakan untuk mengatur hubungan pihak
internal dan eksternal perusahaan agar dapat berjalan baik dan selaras sesuai
dengan yang seharusnya demi mencapai tujuan umum perusahaan. OECD (2003)
dalam Zarkasyi (2008) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai
struktur yang oleh stakeholder, pemegang saham, komisaris dan manajer
menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan
mengawasi kinerja (Faradillah, 2011).
Konsep GCG berkembang seiring dengan banyaknya muncul konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang disebut agency problem
disebabkan adanya kepentingan dan tujuan yang tidak sejalan dengan tujuan
utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham.
Biasanya terjadi saat manajer berlomba mengedepankan kepentingan pribadi
sementara pemegang saham tidak menyukai kepentingan para manajer tersebut
5
menurun dan berpengaruh terhadap nilai saham yang berakibat pada penurunan
nilai saham (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wien Ika Permanasari, 2010
dalam Reny dan Denies: 2012).
Di Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance menyusun pedoman GCG untuk memudahkan para pelaku bisnis dalam menata dan mengarahkan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha. GCG diyakini memiliki banyak manfaat jika diterapkan secara konsisten. Manfaat penerapan GCG antara lain adalah membuat kinerja perusahaan terus membaik, harga saham dan citra perusahaan terus terdongkrak, kredibilitas perusahaan pun terus ikut naik melampaui batas-batas negara, baik di mata investor, mitra atau kreditor dan stakeholders lainnya. Meskipun demikian, pada prakteknya penerapan GCG di Indonesia masih belum merata (Fajar: 2013).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2011 dalam
Suklimah, 2011) terdapat lima asas dalam good corporate governance, seperti
fairness, transparency, accountability, responsibility, dan independency.
Kemudian menurut Roza (2011) keempat asas selain independency menjadi
pijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. Dengan adanya mekanisme
good corporate governance akan dapat mengurangi asimetri informasi dalam
mendukung pengungkapan CSR.
Corporate social responsibility dan good corporate governance
diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang saling berkaitan satu sama lain dalam
dunia bisnis. CSR berorientasi kepada stakeholders yang sejalan dengan salah
satu prinsip utama GCG yaitu responsibility. Masalah etika bisnis dan
adanya sistem baru yang kemudian dikenal dengan GCG. Aspek-aspek yang
meliputi sosial dan lingkungan (CSR), etika digambarkan dengan GCG, dan
ekonomi dalam hal ini berupa nilai perusahaan yang dijadikan sebagai cara
pengkomunikasian bentuk akuntabilitas kepada para stakeholders dalam bentuk
sustainability reporting seperti yang direkomendasikan oleh Global Reporting
Initiative. Laporan ini diharapkan dapat menggambarkan hubungan positif antara
aspek-aspek tersebut.
Jakarta Islamic Index (JII) dipilih sebagai objek penelitian karena dewasa
ini perkembangan investasi saham syariah yang semakin menjanjikan serta adanya
keunikan-keunikan yang dimiliki oleh saham-saham yang terdaftar di JII. Untuk
bisa terdaftar di JII, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi suatu saham apakah
berbasis syariah atau tidak dengan melihat sektor usaha serta sisi permodalan
perusahaan yang dimaksud. Basis syariah yang digunakan sebagai kriteria
pemilihan perusahaan di JII mengindikasikan bahwa perusahaan menerapkan
GCG dengan high standard sehingga menjadi suatu ketertarikan untuk diteliti
lebih lanjut.
Penelitian terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Cyrus dan
7
yang menunjukkan hasil sebaliknya adalah hasil penelitian Nuswandari (2006) dalam Suklimah (2011). Penelitian Rustiarini (2010) dalam Roza (2011) mengungkapkan bahwa corporate social responsibility dan good corporate governance mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang tidak konsisten mengenai adanya pengaruh CSR dan GCG terhadap nilai perusahaan melatarbelakangi penelitian ini dalam rangka menguatkan atau melemahkan penelitian terdahulu.
Pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate
governance di Indonesia bukan lagi pengungkapan yang bersifat sukarela, tetapi
sudah menjadi kewajiban karena sudah ada dasar hukumnya. Namun hukum yang
ada belum disertai dengan standar yang baku untuk semua perusahaan yang ada di
Indonesia karena itu masih sering terjadi salah tafsir terhadap pelaksanaan
corporate social responsibility. Good corporate governance didalam
pengungkapan oleh perusahaan juga masih belum ada standar yang baik, karena
itu tingkat pengungkapan good corporate governance perusahaan di Indonesia
masih rendah serta banyaknya perbedaan-perbedaan penelitian terdahulu.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis ingin mengetahui
mendalam mengenai variabel-variabel yang bersangkutan sehingga mengangkat
judul “Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
1. Pengetahuan mengenai Corporate Social Responsibility pada perusahaan
belum menyeluruh hal ini terlihat banyaknya kasus akibat kelalaian
perusahaan dalam menjalankan operasinya.
2. Di Indonesia penerapan Good Corporate Governance belum merata
sehingga banyak bermunculan konflik kepentingan antara manajer dan
pemegang saham.
3. Perusahaan kebanyakan hanya memperhatikan faktor keuangan saja dalam
menilai perusahaan.
4. Perusahaan belum menyadari manfaat pentingnya pengungkapan CSR.
5. Perusahaan belum mengetahui manfaat penerapan GCG.
6. Masih banyak perusahaan yang tidak mengetahui pentingnya
pengungkapan CSR dan GCG terhadap peningkatan nilai perusahaan.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
perusahaan yang terdaftar di JII ?
2. Bagaimana penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada
perusahaan yang terdaftar di JII?
3. Bagaimana kondisi nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di JII?
4. Seberapa besar pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap
9
5. Seberapa besar pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan?
6. Seberapa besar pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2010-2013.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan CSR pada perusahaan yang terdaftar di JII.
2. Untuk mengetahui penerapan GCG pada perusahaan yang terdaftar di JII.
3. Untuk mengetahui nilai perusahaan yang terdaftar di JII.
4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Corporate Social Responsibility
(CSR) terhadap Nilai Perusahaan.
5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Corporate Governance terhadap
Nilai Perusahaan.
6. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Corporate Social Responsibility
(CSR) dan Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam rangka
menanamkan rasa ketertarikan melakukan penelitian sebagai upaya mempelajari
prakteknya terutama mengenai unsur Corporate Social Resbonsibility (CSR),
Good Corporate Governance (GCG) sebagai indikasi mengukur nilai
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Selain itu, penulis
mengharapkan bahwa penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi ilmiah
pada bidang yang bersangkutan dan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
1.4.1 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini berguna sebagai alat untuk
mengetahui kemajuan dan kinerja perusahaan melalui nilai perusahaan dan
gambaran Corporate Governance perusahaan yang bersangkutan.
2 Bagi perusahaan sejenis, dapat menjadi referensi pemikiran akan
pentingnya pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan
yang disebut sustainability reporting dan sebagai pertimbangan dalam
pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya pada lingkungan sosial.
3 Bagi investor, sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan dalam
berinvestasi dengan melihat aspek Corporate Social Responsibility (CSR)
dan Corporate Gocernance sehingga memiliki keputusan yang tepat dalam
berinvestasi.
4 Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai
11
kesadaran akan hak-hak yang harus diperoleh dari barang dan jasa yang
mereka gunakan. (Silvia, 2012)
5 Sebagai salah satu syarat wajib untuk meraih gelar kesarjanaan (S-1) pada
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia. (Rani, 2013)
1.4.2 Kegunaan Akademis
Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai
Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate Governance
terutama sebagai aplikasi mata kuliah Akuntansi Sektor Publik, dan Etika
Bisnis. Media SPSS sebagai pengolah data menjadi aplikasi mata kuliah
computer aplikasi SPSS dan statistik.
2. Bagi pihak lain
Menjadi tambahan referensi sebagai penambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya mengenai masalah-masalah yang berkaitan
dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. (Rani, 2013)
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Berdasarkan maksud dan tujuan dari penelitian yang penulis kemukakan diatas,
lokasi dan waktu kerja praktek diuraikan sebagai berikut :
1.5.1 Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian melalui data sekunder dari website BEI yaitu
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1.1. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Menurut Gray et. al, (1996) dalam Nor Hadi (2011) dalam Reny et. al,
(2012:86) definisi teori legitimasi adalah sebagai berikut:
“….a system-oriented view of organisation and society ….permits us to focus on the role of information and disclosure in the relationship between organizations, the state, individuals, and group”.
Reny dan Denies (2012:86) menjabarkan bahwa yang dimaksud dengan
teori legitimasi merupakan:
“Sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah, individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat”.
Branco dan Rodrigues (2008) dalam Ervina et. al, (2013:726) juga
mendefinisikan teori legitimasi adalah:
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teori legitimasi
merupakan sistem perusahaan yang berpihak kepada masyarakat, individu,
pemerintah, dan kelompok masyarakat menyangkut keberlangsungan perusahaan
tersebut karena menunjukan tingkat kepatuhan suatu perusahaan dalam hal ini
melalui pengungkapan dan pelaksanaan CSR.
2.1.1.2. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Menurut Purwanto (2011) bahwa Stakeholder merupakan semua pihak
yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan, seperti:
karyawan, masyarakat, perusahaan pesaing dan pemerintah. Daud dan Abrar
(2008) juga berpendapat bahwa kelompok tersebut menjadi pertimbangan paling
penting untuk perusahaan mengungkapkan informasinya. Menurut teori
stakeholder, perusahaan merupakan entitas yang beroperasi bukan hanya untuk
kepentingan perusahaan itu sendiri tetapi juga harus memberikan manfaat kepada
stakeholder-nya. Oleh sebab itu, dukungan dari stakeholder sangat mempengaruhi
keberadaan suatu perusahaan. Jensen (2011) menyatakan bahwa keputusan
manajeman harus memperhatikan stakeholdernya untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Stakeholder juga mem;unyai hak terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan, seperti halnya pemegang saham
(Waryanti, 2009 dalam Ervina et. al, 2013:725).
Adam C.H (2002) dalam Nor Hadi (2011) dalam Reny dan Denies
(2012:87) menambahkan bahwa batasan hubungan stakeholder mengisyaratkan
15
adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan
perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak
mungkin akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder.
2.1.1.3. Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory)
J. J Rousseau (1792) dalam Nor Hadi (2011) dalam Reny dan Denies
(2012: 87) berpendapat bahwa alam bukanlah wujud dari konflik, melainkan
memberikan hak kebebasan bagi individu-individu untuk berbuat secara kreatif.
Kontrak sosial (social contract) di buat sebagai media untuk mengatur tatanan
(pranata) sosial kehidupan masyarakat.
2.1.1.4. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi kepada pihak eksternal karena terjadi asimetri
informasi antara manajemen dengan pihak eksternal. Oleh sebab itu, semua
informasi perusahaan, baik itu informasi keuangan maupun non keuangan harus
diungkapkan oleh perusahaan. Salah satu informasi tersebut adalah tentang
aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan, yang diungkapkan dalam laporan
tahunan perusahaan. Perusahaan mengungkapkan CSR dengan harapan dapat
2.1.1.5. Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility
Dalam konteks global, istilah corporate social responsibility pertama
sekali dikemukakan tahun 1953 oleh HowardBotton dalam bukunya yang
berjudul “The Social Responsibilites of A Businessman” yang menjelaskan tentang apa yang dapat diharapkan dalam sebuah perusahaan (Gariga & Mele,
2004 dalam Simon & Fredrik, 2009 dalam Roza, 2011) dan mulai digunakan sejak
tahun 1970an dan semakin popular terutama setelah kehadiran buku Cannibals
With Forks: The Tripple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John
Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable, development,
yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang
digagas The World Commission on Environment end Development (WCED)
dalam Brundtland Report (1987) , Elkington mengemas corporate social
responsibility ke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet, dan people.
Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit).
Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet)
dan kesejahteraan masyarakat (people) (Edi, 2008 dalam Roza 2011).
Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial
perusahaan didefinisikan sebagai:
“Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large” (Nor Hadi, 2011 dalam Reny dan Denies, 2012: 87).
Definisi tersebut menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan
17
dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi,
yang disertai dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut
keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat secara lebih luas (Reny dan Denies, 2012: 87).
Menurut Dwi (2009) rumusan CSR telah dikembangkan oleh The Global
Reporting Initiative/GRI (2002) menjadi suatu kerangka yang dapat membedakan
kinerja ekonomi, social dan lingkungan dari suatu perusahaan. Bagi GRI, dimensi
social dari sustainability yang menyebabkan diperlukannya pelaksanaan CSR
meliputi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas organisasi terhadap
masyarakat, termasuk di dalamnya karyawan, konsumen, komunitas local, rantai
pasokan dan rekan bisnis. Aktivitas CSSR dalam hal ini mencakup empat konteks,
yaitu: the workplace (health &safety, wages, and benefits, non discrimination,
training, child labor, etc.), human rights, supplier, products and services.
Konsep Corporate Social Social Responsibility melibatkan tanggung
jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta
komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis.
Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara
stakeholders (Silvia, 2012).
Menurut Sofyan (2007) dalam Silvia (2012) pelaksanaan socio economic
accounting atau corporate social responsibility ini akan semakin cepat oleh
beberapa tekanan atau faktor antara lain:
a. Adanya peraturan pemerintah atau undang-undang yang
b. Ditetapkannya standar akuntansi yang mengharuskan pengungkapan
corporate social responsibility
c. Adanya tekanan dari pressure group misalnya Greenpeace, Trade
Union, PBB, dan lain-lain
d. Kesadaran perusahaan
2.1.1.6. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Gray et al. (1995b) dalam Muhamad Rizal Hasibuan (2001: 16-17) dalam
Reny dan Denies (2012: 88) menyebutkan dalam tiga studi yaitu:
“Pertama, Decision-usefulness studies; penelitian yang dilakukan oleh
beberapa peneliti menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh
users seperti; para analis, banker, dan pihak lain yang terlibat. Penelitian tersebut
menyebutkan bahwa informasi aktivitas social perusahaan adalah posisi
“Moderately important”
Kedua, Economic theory study, studi dalam corporate responsibility
reporting ini mendasari padda economic agency theory dan accounting positive
theory yang menganalogikan manajemen adalah agen dari suatu prinsipal.
Prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain, namun
pengertian users tersebut telah berkembang menjadi seluruh interest group
perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan berupaya
mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik(stakeholder)
Ketiga, Social and political theory studies. Bidang ini menggunakan
teori stakeholder, theory legitimasi organizes dan theory economy public. Teori
19
dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya. Semakin kuat
posisi stakeholder semakin besar pula kecenderungan perusahaan mengadaptasi
diri terhadap keinginan para stakeholdernya”.
Pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Hal ini sejalan
dengan paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas
dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan
melakukan tanggung jawab social kepada masyarakat (Hartanti, 2006 dalam Ni
Wayan Rustiarini, 2010 dalam Reny dan Denies (2012: 88).
2.1.1.7. Indikator Corporate Social Responsibility
Sen dan Bhattacharya (2001) dalam Dewi (2007) dalam Roza (2011)
menjelaskan bahwa terdapat enam hal pokok yang termasuk dalam corporate
social responsibility yaitu;
1. Community support, yaitu dukungan pada program pendidikan,
kesehatan, kesenian, dan sebagainya.
2. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan
konsumen dan calon pekerja dalam hal gender, fisik, atau ras tertentu.
3. Employee support, berupa perlindungan kepada tenaga kerja, insentif dan
penghargaan serta jaminan keselamatan kerja.
4. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, mengelola
limbah dengan baik, menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan.
5. Non-US operations, perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan
bekerja, antara lain dengan membuka pabrik di luar negeri (abroad
operations).
6. Product. Perususahaan berkewajiban untuk membuat produk yang aman
bagi kesehatan, tidak menipu, melakukan riset dan pengembangan produk,
dan menggunakan kemasan yang bias didaur ulang (recycled).
Areal tanggung jawab social perusahaan dalam Januarti (2005) dalam
Roza (2011) terdiri dalam tiga level, yaitu:
1. Basic responsibility merupakan tnggung jawab yang muncul karena
keberadaan perusahaan tersebut, misalnya kewajiban membayar
pajak, mematuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan
memuaskan pemegang saham.
2. Organizational responsibility, menunjukan tanggung jawab
perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder
seperti: pekerja, konsumen, pemegang saham, dan masyarakat di
sekitarnya.
3. Societal responsibility, menjelaskan tahapan ketika interaksi antara
bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat
sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan.
Hasil penelitian Anggaraini (2006) dalam Roza (2011) menunjukan
keikutsertaannya dalam kegiatan sosial (1) menunjukan keikutsertaannya dalam
kegiatan social, (2) memiliki risiko sistematis dan tingkat leverage yang rendah,
21
informasi sosial berhubungan positif dengan kinerja social dan visibilat politis
serta berhubungan negatif dengan biaya kontrak dan pengawasan.
2.1.1.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Corporate Social Responsibility Faktor yang mempengaruhi implementasi dan pengungkapan corporate
social responsibility adalah diantaranya political economy theory, legitimacy
theory, dan stakeholder theory dan social contexts merupakan factor penting yang
mempengaruhi keputusan untuk mengungkapkan informasi corporate social
responsibility. Haigh dan Jones (2006) mengungkapkan informasi corporate
social responsibility oleh perusahaan. Keenam faktor tersebut adalah internal
pressures on business managers, pressures coming from governments and
non-governmental organizations. Guthrie dan Parker (1990) dalam Sayekti dan
Wondabio (2007) menyatakan bahwa dalam pengungkapan informasi corporate
social responsibility dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara
perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi
perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Roza, 2011).
2.1.2 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.2.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Bringham & Houston (2006 ) dalam Reny dan Denies (2013)
para manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham,
untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik
keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang
disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut
sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan
untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.
2.1.2.2. Konsep dan Definisi Good Corporate Governance
Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committe tahun 1992 dengan definisi “A set a rules that define the relationship between shareholder, manager, creditor, government, employee and other
internal and external stakeholder in respect to the right and responsibility.” (Djanegara, 2008 dalam Faradillah, 2012).
Jadi, Good Corporate Governance (Tata Kelola yang Baik) adalah
seperangkat aturan yang digunakan untuk mengatur hubungan pihak internal dan
eksternal perusahaan agar dapat berjalan baik dan selaras sesuai dengan yang
seharusnya demi mencapai tujuan umum perusahaan. OECD (2003)
mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai struktur yang oleh
stakeholder, pemegang saham, komisaris dan manajer menyusun tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja
(Zarkasyi: 2008).
Pada tanggal 16 Agustus 2007, pemerintah telah mengesahkan peraturan
yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yaitu Undang-undang No. 40 Tahun
2007. Keberadaan Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut diharapkan
23
Terbatas sebagai suatu pilar pembangunan perekonomian perlu diberikan landasan
hukum untuk lebih memacu pembangunan nasional. Pembaharuan
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 ini salah satunya adalah untuk
mendukung implementasi dari good corporate governance (Roza: 2011)
Pentingnya penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan
berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Dalam memenuhi tujuan
perusahaan yaitu untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang sahamnya,
seringkali manajemen mengalami konflik dengan shareholder. Hal ini didasarkan
pada teori agensi (agency theory) yang menyatakan bahwa Agency theory
menyatakan bahwa terdapat kontraktual antara dua atau lebih pihak, dimana salah
satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal (Deegan, 2004).
Adanya konflik agensi antara agent dan principal menimbulkan agency cost.
Menurut Jensen dan Meckeling (1976), agency cost merupakan penjumlahan
biaya untuk membentuk struktur dari kontrak sehingga terdapat tiga macam biaya
agensi yaitu : biaya pengawasan (monitoring expenditures) yang dikeluarkan oleh
principal, biaya ikatan (bonding expenditures) yang dikeluarkan oleh agen, dan
kerugian residual. Widhasrahtama (2010) menyatakan bahwa pengaruh dari
konflik keagenan ini akan menyebabkan turunnya nilai perusahaan sehingga
diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat menyelaraskan perbedaan
kepentingan antara kepentingan kedua belah pihak, yaitu mekanisme Good
Corporate Governance (Faradillah: 2012).
Menurut Organization for Economic Corporation and Development
kewajaran (fairness), akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency),
dan responsibilitas (responsibility). Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk
mengukur seberapa jauh good corporate governance telah diterapkan dalam
perusahaan. Adapun, penjelasan untuk ke empat prinsip dasar tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kewajaran (fairness). Prinsip kewajaran menekankan pada adanya
perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham
minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing
serta investor lainnya. Praktik kewajaran juga mencakup adanya sistem
hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi
semua pihak. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah
yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer
karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda
(conflict of interest) salah satu cara mengatasinya adalah dengan
memberikan saham kepada manager.
2. Akuntabilitas (accountability). Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan
adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan
yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan
komisaris dan direksi independen, dan komite audit. Akuntabilitas
diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang
timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh
komisaris.
25
dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan
investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang
disampaikan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk
menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat
dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Dengan kata lain
prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
penyajian (disclosure) informasi yang dimiliki perusahaan. Transparansi
dilaksanakan dengan adanya kepemilikan institusi.
4. Responsibilitas (responsibility). Responsibilitas diartikan sebagai tanggung
jawab perusahaan untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku
serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas
menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme
pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang
hendak dicapai yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang
berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi
bisnis dan pihak-pihak lainnya. Prinsip responsibility ini penekanannya diberikan kepada kepentingan stakeholders perusahaan.
2.1.2.3. Indikator Good Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan
mengendalikan perusahaan. Good corporate governance dalam penelitian ini
merupakan mekanisme corporate governance seperti kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit
(Roza: 2011). Berikut penjelasan beberapa indikator yang dimaksud :
Menurut Downes dan Goodman (1999) dalam Murwaningsari, (2009)
kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal
ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Dalam
teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan
pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan manajer
mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai
kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan
menambah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan
perusahaan dan penurunan deviden yang akan diterima. Dengan peningkatan
kepemilikan managerial yang lebih baik dapat menyelaraskan kepentingan
manajer dan pemegang saham, sehingga dapat meningkatkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan (Nurlela dan
Islahuddin, 2008 dalam Roza, 2011).
Kepemilikan institusional dalam proporsi yang besar juga mempengaruhi
nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika lembaga institusi mampu
menjadi alat pemonitoran yang efektif. Hasil penelitian Bjuggren et al. (2007)
dalam Roza, 2011 menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
27
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal
perusahaan memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Komisaris
independen mempunyai akuntabilitas yang tinggi didalam melakukan pengawasan,
semakin baik pengawasan sebuah perusahaan semakin baik kualitas
pengungkapan informasi yang disampaikan. Penelitian Rustiarini (2010) dalam
Roza (2011) menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif pada
nilai perusahaan.
Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal dapat
mengurangi sifat opportunistic manajemen dengan cara mengawasi laporan
keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Komite audit
meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: (1)
pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan
penggunaan prinsip akuntansi berterima umum, dan (2) mengawasi proses audit
secara keseluruhan. Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya komite audit
memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu: (1) berkurangnya pengukuran
akuntansi yang tidak tepat, (2) berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak
tepat dan (3) berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal.
Komite audit juga berpengaruh pada nilai perusahaan (Black et al. 2002; Siallagan
2.1.3 Nilai Perusahaan
2.1.3.1. Definisi Nilai Perusahaan
Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi,
perkiraan, dan judgment. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu : nilai
ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada
harga yang wajar; penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu.
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam
penilaian perusahaan, di antaranya adalah : a) pendekatan laba antara lain metode
rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba; b)
pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen
antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode
penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economic value added
(Suharli, 2006 dalam Roza, 2011).
Nilai perusahaan diartikan sebagai nilai pasar dalam penelitian ini, seperti
yang diungkapkan oleh Fama (1978), karena apabila harga saham perusahaan
meningkat, maka perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada para
shareholder. Nilai perusahaan merupakan indikator penting bagi investor untuk
menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Islahuddin, 2008 dalam
Gusti et. al, 2013).
Nilai perusahaan dalam penelitian diukur menggunakanTobin’s Q karena
informasi yang diberikan oleh Tobin’s Q dinilai paling baik. Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan tidak terfokus pada investor dalam bentuk saham
29
Tobin’s Q dengan nilai yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prosfek
pertumbuhan perusahaan semakin baik, karena investor akan mengeluarkan
pengorbanan yang lebih untuk perusahaan yang memiliki nilai pasar aset yang
lebih besar daripada nilai bukunya. Apabila nilai Q lebih kecil dari 1, berarti
investasi dalam aktiva tidak menarik (Herawaty, 2008 dalam Gusti et. al, 2013).
Menurut Klepper dan Love (2002) dalam Murwaningsari (2009) nilai
perusahaan (Tobin’s Q) adalah adalah perbandingan antara market value of equity
ditambah debt dibagi dengan total asset (Roza, 2011).
2.1.3.2. Indikator Nilai Perusahaan
Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut di jual.
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja
perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika
nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan
utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Gapensi, 1996 dalam
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Sebagai pendukung penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, berikut
daftar penelitian terdahulu dan teori yang sudah dikemukakan sehingga dapat
mengidentifikasi originalitas penelitian ini :
Tabel 2.1
Kesimpulan Persamaan Perbedaan
31 berpengaruh positif dan signifikan
33
2010) berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1. Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan
CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki
masalah sosial danlingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan,
oleh sebab itu CSR sangat berperan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Heinkel et al. (2001)perusahaan harus menganggap CSR sebagai strategi
jangka panjang yang menguntungkan, bukan sebagai aktivitas yang merugikan.
Selain itu, Chariri (2008) berpendapat bahwa pengungkapan CSR dapat
digunakan sebagai alat manajerial untuk menghindari masalah sosial dan
lingkungan (Gusti et. al, 2013:725).
2.2.2. Hubungan Good Corporate Governance dan Nilai Perusahaan
Terdapatnya hubungan antara GCG dengan nilai perusahaan (NP) dapat
dilihat dari pernyataan Institute of Corporate Governance (IICG, 2006)
sebagaimana yang diadopsi dari Cadbury Committee of united Kingdom, sebagai
berikut : “The objective of corporate governance is to create added value to the
stakeholder” Suklimah, 2011: 19)
Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan
nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan
Corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan menguntungkan para pemegang saham (Freddy, 2009: 410)
Berikut disajikan bagan untuk menjelaskan hubungan antar variabel yang
diteliti:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut disajikan kerangka
pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar berikut. CSR
Nilai Perusahaan
Redah Tinggi
GCG
Hipotesis:
Dengan adanya Pengungkapan CSR dan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) akan meningkatkan citra perusahaan di mata investor
35
a Gusti Ayu Made Ervina Rosiana, et. al, (2013: 723)
1. Reny Diah Retno M. & Denies Priantinah (2012:84) 2.
L Freddy Semuel Kawatu (2009:405)
Reny Diah Retno M. & Denies Priantinah (2012:84)
Gambar 2.2 Skema Paradigma
Gambar di atas dapat diartikan bahwa CSR dan GCG mempunyai
pengaruh terhadap Nilai Perusanaan.
2.3 Hipotesis
Pengertian hipotesis menurut (Umi Narimawati, 2007:59) adalah sebagai
berikut:
“Jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus
diuji secara empiris melalui suatu analisis (berdasarkan data di lapangan).”
1 H1 : Corporate Social Responsibility (CSR) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan
2 H2 : Corporate Governance mempunyai pengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
3 H3 : Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
(CSR) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan Corporate Social
Responsibility (X1)
Corporate Governance (X2)
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi yang dilakukan menggunakan data
tahunan pada 14 sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) dari
tahun 2011 sampai tahun 2013 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perusahaan mulai menyadari arti sebuah keharusan dalam pengungkapan
corporate social responsibility. Meskipun penelitian ini menggunakan global
reporting indeks yang mencakup keseluruhan aspek dan memungkinkan adanya
beberapa kriteria yang tidak cocok untuk perusahaan sampel.
2. GCG: Kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan tidak mempengaruhi
peningkatan penerapan good corporate governance karena pemegang saham juga
merupakan manajemen perusahaan. Lain halnya dengan kepemilikan
institusional yang berada di luar manajemen sehingga menuntut GCG diterapkan
dengan baik sebagai pertanggungjawaban manajemen terhadap pemegang saham.
Komisaris independen perusahaan sampel sudah memenuhi kriteria good
corporate governance yang baik, Komite audit perusahaan sampel telah
memenuhi kriteria good corporate governance yang dianjurkan oleh
undang-undang yang mengharuskan minimal anggota komite audit adalah 3 orang.
3. Nilai perusahaan yang menjadi sampel cukup baik, walaupun masih ada juga
109
menunjukkan bahwa perusahaan sampel menghasilkan laba yang memberikan
nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang
investasi baru.
4. Corporate social responsibility memiliki pengaruh signifikan dan memiliki
hubungan positif terhadap Nilai Perusahaan yang diproksikan melalui Tobin’s Q. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Hal ini menunjukan
bahwa investor bersedia memberikan premium lebih kepada perusahaan yang
memberikan transparansi atas pengungkapan Corporate Social Responsibility
dalam laporan tahunan mereka. Semakin baik pengungkapan Corporate Social
Responsibility maka semakin tinggi pula nilai perusahaan yang ditunjukan
dengan tingginya harga saham perusahaan.
5. Good Corporate Governance kecuali proksi kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap nilai perusahaan
yang diproksikan melalui Tobin’s Q. Artinya, bahwa investor juga selain melihat faktor CSR, GCG mempengaruhi naiknya nilai perusahaan meskipun nilai
signifikansinya tidak lebih besar daripada pengungkapan CSR. Nilai perusahaan
akan meningkat apabila indikator GCG selain kepemilikan manajerial
(kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit) menerapkan
tata kelola perusahaan dengan baik. Meningkatnya kepemilikan institusional
menyebabkan tekanan kepada perusahaan untuk menerpakan GCG. Keberadaan