LAMPIRAN 1
1. Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Profitabilitas (Y)
39 ,00007 1,21 ,174 ,210
Manajemen Modal Kerja
(X1) 39 ,1 34,5 5,573 6,3129
Likuiditas (X2) 39 ,513 13,87 3,24 3,05
Leverage (X3) 39 ,1 3,0 ,776 ,7009
LAMPIRAN 2
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,004 ,111 ,036 ,972
Manajemen
Modal Kerja (X1) ,002 ,001 ,385 2,870 ,007 ,959 1,043 Likuiditas (X2) ,011 ,012 ,154 ,894 ,378 ,580 1,725 Leverage (X3) ,174 ,049 ,578 3,520 ,001 ,641 1,561 Corporate
3. Uji Autokorekasi
a. Predictors: (Constant), Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage dan Coporate Governance
b. Dependent Variable: Profitabilitas
LAMPIRAN 3
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Manajemen Modal Kerja (X1)
a. Dependent Variable: Profitabilitas
b. All requested variables entered.
Coefficientsa
LAMPIRAN 4
1. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
2. Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji �) ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,693 4 ,173 5,969 ,001b
Residual ,988 34 ,029
Total 1,681 38
a. Dependent Variable: Profitabilitas
3. Analisis Koefisien Determinasi
Model R R Square
,642a ,413 ,343 ,170427034863
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Faisal, 2005. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Penerbitan Universitas Muhammadiyah, Malang
Brigham, Eugene F and Philips R. Daves, 2004.Intermediate Financial Management,Eight Edition, South Western, United States.
Debora, Yessi, 2014. Pengaruh Likuiditas dan Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012, Skripsi, Universitas Sumatera Utara,Medan.
Field, A. 2009. Discovering Statistics Using SPSS. London: Sage.
Ghozali, 2005.Pengantar Metode Statistik, Jilid 2, LP3S, Jakarta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBMSPSS19, Semarang: Universitas Diponegoro.
Ginting, Maretha Natasia 2013. Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Likuiditasterhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics 4thEdition. New York: Mc Graw Hill.
Husnan, Suad, 1988. Manajemen Keuangan, Edisi kedua, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Rajawali Pers, Jakarta.
Liana, 2009.Pengunaan MRA dengan Spss untuk Menguji Variabel Moderating terhadapHubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XIV, Semarang
Manajemen Laba pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta, Skripsi.UniversitasIslam Indonesia, Yogyakarta
Mann, P.S. and C.J. Lacke. 2011. Introductory Statistics, International Student Version,7th Edition. John Wiley & Sons Inc.
Nugroho, Setyo Budi. 2012. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT. Telekomunikas Indonesia, TBK, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Riyanto, A. 2012. Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Siagian, Fetty, 2011. Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Stevens, J.P. 2009. Applied Multivariate Statistics For The Social Science, 5thEdition . New York: Routledge.
Subramanyam, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta
Suharyadi, 2009.Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Edisi Kedua, Jakarta
Supranto, J. 2005. Ekonometri, Buku Kesatu. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tunggal, Amin Widjaja, 2014. Konsep Dan Studi Kasus Internal Auditing, Harvarindo, Jakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
Kausal.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti adalah data sekunder. Data yang
dikumpulkan berupa data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala rasio dan
merupakan data sekunder yang diperoleh melalui situs www.idx.co.id. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang
berhubungan dengan variabel penelitian yaitu :
a. Informasi mengenai perputaran modal kerja perusahaan
b. Informasi mengenai rasio lancar perusahaan
c. Informasi mengenai rasio utang terhadap modal perusahaan
d. Informasi mengenai jumlah dewan komisaris perusahaan
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari kesalahan dalam
membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, dapat dibagi
dalam suatu batasan operasional, antara lain:
a. Variabel independen (X) adalah Manajemen Modal Kerja
(X1),Likuiditas (X2), Leverage (X3) dan Corporate Governance (X4)
3.4 Operasionalisasi Variabel
Variabel Operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai
yang diterapkan dalam suatu penelitian.
3.4.1 Variabel bebas (independent variable)
Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Manajemen Modal Kerja (X1)
Manajemen Modal Kerja bahwamanajemen modal kerja meliputi kebijakan
modal kerja dan penggunaannya pada operasional perusahaan sehari-hari.
Salah Satu cara untuk mengukur tingkat Manajemen modal kerja suatu
perusahaan yaitu dengan Rasio perputaran modal kerja yaitu rasio yang
menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerja. Variabel Rasio perputaran modal kerja dalam penelitian ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
b. Likuiditas (X2)
Merupakan yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar
utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban
(utang) pada saat ditagih.
Salah Satu cara untuk mengukur likuiditas adalah Rasio lancar . Rasio
Lancar adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
secara keseluruhan. Variabel Rasio lancar dalam penelitian ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
c. Leverage (X3)
Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya,
besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.
Salah Satu cara untuk mengukur leverage adalah Debt to Equity Ratio.
Dalam penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :
d. Corporate Governance (X4)
Corporate governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan
mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus
sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan
masyarakat sekitar.
Salah Satu cara untuk mengukur Corporate governance adalah dengan
Ukuran dewan komisaris. Ukuran Dewan Komisaris Adalah Jumlah Seluruh
Anggota Dewan Komisaris. Variabel Ukuran dewan komisaris dalam penelitian
ini dihitung berdasarkan jumlah seluruh anggota dewan komisaris, baik yang
berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.
3.4.2 Variabel terikat (Dependent variable)
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang
ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pedapatan investasi.
Salah Satu cara untuk mengukur Profitabilitas adalah rasio Return On Asset .
Rasio ini dihitung sebagai berikut:
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variable dalam penelitian ini dapat dilihat pada table
berikut ini:
Tabel 3.1
Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel
No. Variabel Defenisi Indikator Skala
Pengukuran
Rasio Perputaran Modal Kerja
=
Aset Lancar -Hutang
2. Likuiditas
tempo, atau rasio untuk
mengetahui kemampuan
perusahaan dalam
membiayai dan memenuhi
kewajiban (utang) pada saat
ditagih.
Rasio
3. Leverage
(X3)
Rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana
Ukuran Dewan Komisaris =
Jumlah total anggota dewan
komisaris.
B.
atau laba dalam suatu
periode tertentu.
Rasio
Sumber: Diolah Peneliti, 2016
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2013-2015.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling,
yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penentuan
sampel pada penelitian ini, yaitu :
1) Perusahaan Manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian yakni 2013-2015
2) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit secara
berturut-turut
3) Perusahaan Manufaktur yang mempunyai laba bersih positif selama periode
penelitian yakni 2013-2015
4) Perusahaan Manufaktur yang menampilkan data dan informasi yang lengkap
Daftar populasi dan sampel yang telah melalui proses seleksi dijelaskan pada tabel
berikut :
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
Kriteria
Sampel
1 2 3 4
A. Sektor Industri Dasar dan Kimia
1. Semen
2. Keramik, Gelas dan Porselin
6 PT Arwana Citra Mulia Tbk ARNA X X X
3. Logam dan Sejenisnya
30 PT Budi Acid Jaya Tbk BUDI X X
5. Plastik dan Kemasan
39 PT Alam Karya Unggul Tbk AKKU X X X
7. Kayu dan Pengolahannya
56 SLJ Global Tbk SULI X X X 57 PT Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT X
8. Industri Pulp dan Kertas
58 PT Alkindo Naratama Tbk ALDO X X X 59 PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk DAJK X X X 60 PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW X X X 61 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP X 62 PT. Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI X 63 PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Tbk
B. Sektor Aneka Industri
67 PT Grand Kartech Tbk KRAH X X 102 PT Supreme Cable Manufacturing and
Commerce Tbk
SCCO
103 PT Voksel Electric Tbk VOKS X X X
6. Elektronik
104 PT Sat Nusa Persada Tbk PTSN X X X
C. Sektor Industri Barang Konsumsi
1. Makanan dan Minuman
105 Davonas Abadi Tbk DAVO X X X X 118 PT Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk
ULTJ
X
119 PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA
X 126 PT Industri Jamu & Farmasi Sido
Muncul Tbk 132 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia
Sumber: IDX 2013-2015 (data diolah oleh peneliti)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 13
data perusahaan manufaktur dengan 3 tahun penelitian sehingga total sampel
penelitian berjumlah 39.
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yaitu internet
melalui situs Bursa Efek Indonesia dengan melihat laporan keuangan yang
diterbitkan setiap tahunnya baik dalam media cetak maupun data yang di
download dari internet melalui www.idx.com.
3.8.Metode Analisis Data
Dalam melakukan analisis data digunakan metode deskriptif kuantitatif,
yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan hasil yang
diperoleh.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
statistik, yaitu uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dan pengujian
hipotesis.
3.8.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji analisis regresi linear berganda, maka hal yang 136 PT Martina Berto Tbk MBTO X X 137 PT Mustika Ratu Tbk MRAT X X
138 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR 13
5. Peralatan Rumah Tangga
139 PT Chitose International Tbk CINT X X X
pertama dilakukan adalah uji asumsi klasik, yang bertujuan untuk mendapatkan
nilai estimasi yang diperoleh bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and
Estimator), yang artinya nilai estimator yang terbaik, estimator yang linear, dan
estimator yang tidak bias. Maka data-data yang digunakan dalam analisis regresi
terlebih dahulu akan diuji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji autokorelasi.
a. Uji Normaliitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Uji ini
berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal,
maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal maka digunakan
statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal.Data yang baik
adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.Untuk melihat
normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data
normal.Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai
residualnya.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1. jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2. jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam
penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
H0 : data residual berdistribusi normal,
Ha : data residual tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2006: 91), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.” Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel- variabel independen
antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara
sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Ada
tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks
korelasi. variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai
VIF tidak lebih dari sepuluh dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2006:125) “Model regresi yang baik
adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.”
Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat
dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot
yang menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:
1) titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol,
2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah,
3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier
terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1. Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi.
Menurut Ghozali (2006:99) “Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data time series”. Pada data cross section, masalah autokorelasi
relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW).
Kriteriauntuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
1. nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif,
2. nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,
3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untukmenganalisis besarnya
hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua.
Analisis ini menggunakan teknik analisis statistik SPSS dengan metode analisis
regresi berganda dengan model persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2 X2 b3 X3 + b4 X4 + e
Dimana:
Y = Return on Assets / ROA
X1 = Manajemen Modal Kejra X2 = Likuiditas
X3 = Leverage
X4 = Corporate Governance
a = Konstanta
b =Koefisien regresi
e = Standard Error
3.8.3 Pengujian Hipotesis
a. Uji t (Uji Secara Parsial)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.Tujuan dari uji
t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.
Rumusan Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
- H0 diterima bila ttabel >thitung, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya
variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
- Ha diterima bila thitung> ttabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya
apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
b. Uji F (Uji Secara Serentak)
Pengujian Hipotesis Distribusi F pada model regresi berganda dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
- Terima H0 (tolak Ha) bila Fhitung ≤ Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
- Tolak H0 (terima Ha) bila Fhitung> Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan
secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat
c. Pengujian Koefisien Determinan (R2 )
Pengujian koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat.Pengujian ini dilakukan dengan melihat
nilai koefisien determinan. Koefisien determinan (R2) merupakan besaran non
negatif dan besarnya koefisien determinasi adalah ( .
Jika koefisien determinan bernilai 0, maka tidak ada hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya jika koefisien determinan bernilai 1,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistic yang menggunakan persamaan regresi linier
berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan
menggunakan microsoftexcel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi
klasik dan pengujian menggunakan regresi linier berganda. Pengujian
asumsi klasikdan regresi linier berganda digunakan dengan menggunakan
software SPSS versi23. Prosedur dimulai dengan memasukkan
variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output
sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,diperoleh 13 perusahaan
yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian dan diamati
selama periode 2013-2015 adalah sebagai berikut
Tabel 4.1
Perusahaan Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
1 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 2 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk
3 EKAD PT. Ekadharma International Tbk 4 INCI PT. Intan Wijaya International Tbk 5 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 6 ASII PT. Astra International Tbk.
10 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk 11 GGRM PT. Gudang Garam Tbk.
12 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 13 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk.
Sumber : Data diolah, 2016
4.2. Diskripsi Variabel Bebas (Independen Veriabel)]
4.2.1 Manajemen Modal Kerja (X1)
manajemen modal kerja adalah “manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar
dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal kerja menunjukkan
keputusan-keputusan mendasar mengenai target masing-masing elemen aktiva
lancar.” (Martono, 2001 : 71)
manajemen modal kerja meliputi kebijakan modal kerja dan penggunaannya
pada operasional perusahaan sehari-hari.
Salah Satu cara untuk mengukur tingkat Manajemen modal kerja suatu
perusahaan yaitu dengan Rasio perputaran modal kerja yaitu rasio yang
menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerja. Variabel Rasio perputaran modal kerja dalam penelitian ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan Rasio perputaran modal kerja
pada perusahaan Manufaktur yang menjadi sempel. Rasio Perputaran Modal Kerja = Penjualan
Tabel 4.2
Daftar Sampel Manajemen Modal Kerja (X1)
No. Kode Nama Perusahaan 10 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk 18,66 3,87 5,34 11 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. 3,82 4,42 3,80 12 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 3,29 3,03 2,80 13 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk. 12,03 13,65 10,41
4.2.2 Likuiditas (X2)
Likuiditas merupakan yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau
rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi
kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Salah Satu cara untuk mengukur likuiditas adalah Rasio lancar . Rasio
Lancar adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan.
Variabel Rasio lancar dalam penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan Rasio perputaran modal kerja
pada perusahaan Manufaktur yang menjadi sempel.
Tabel 4.3
Daftar Sampel Likuiditas (X2)
No. Kode Nama Perusahaan
Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya,
besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.
Salah Satu cara untuk mengukur leverage adalah Debt to Equity Ratio.
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan Debt to Equity Ratio pada
perusahaan Manufaktur yang menjadi sempel.
Tabel 4.4
4.2.4 Corporate Governance (X4)
Corporate governance sistem yang mengatur,mengelola dan mengawasi
proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai
bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan,kreditor, dan masyarakat sekitar.
Salah Satu cara untuk mengukurCorporate governance adalah dengan
Ukuran dewan komisaris. Ukuran Dewan Komisaris Adalah Jumlah Seluruh
Anggota Dewan Komisaris. Variabel Ukuran dewan komisaris dalam penelitian
ini dihitung berdasarkan jumlah seluruh anggota dewan komisaris, baik yang
berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan Ukuran dewan komisaris pada
Tabel 4.5
Daftar SampelCorporate Governance (X4)
No. Kode Nama Perusahaan
4.3 Diskripsi Variabel Terikat (Dependen Veriabel)
4.3.1 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang
ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pedapatan investasi.
Salah Satu cara untuk mengukur Profitabilitas adalah rasio Return On Asset .
Variabel Return On Asset. Dalam penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan Return On Asset pada perusahaan
Manufaktur yang menjadi sempel.
Tabel 4.6
Daftar Sampel Profitabilitas (Y)
No. Kode Nama Perusahaan
2013 2014 2015
1 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0,19 0,18 0,16 2 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk 0,09 0,09 0,10 3 EKAD PT. Ekadharma International Tbk 0,11 0,09 0,26 4 INCI PT. Intan Wijaya International Tbk 0,10 0,12 0,01 5 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 0,16 0,08 0,07 6 ASII PT. Astra International Tbk. 0,10 0,09 0,06 7 MYTX PT. Apac Citra Centertex Tbk 0,08 0,07 0,10 8 POLY PT. Asia Pasifik Investasi Tbk 0,11 0,10 0,12 9 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 0,04 0,05 0,04 10 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk 0,66 0,36 0,24 11 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. 0,09 0,09 0,10 12 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 0,19 0,17 0,15 13 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk. 0,40 0,40 1,21
4.4 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan
nilai standar deviasi, dari variabel Manajemen Modal Kerja (X1), Likuiditas (X2),
Tabel 4.7 Statistik Deskritif dari Manajemen Modal Kerja(X1),
Likuiditas(X2), Leverage(X3) , Corporate Governance (X4) dan
Profitabilitas (Y).
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui :
1. Nilai Profitabiltas (Y) minimum adalah 0,00007 dan profitabilitas
maksimum 1,212. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari
profitabilitas adalah 0,17 dan 0,21.
2. Nilai Manajemen Modal Kerja (X1) minimum adalah 0,1 dan Manajemen
Modal Kerja maksimum 34,5. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari
manajemen modal kerja adalah 5,573 dan 6,312.
3. Nilai Likuiditas (X2) minimum adalah 0,51 dan Likuiditas maksimum
13,87. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari likuiditas adalah 3,24
dan 3,05.
4. Nilai Leverage (X3) minimum adalah 0,1 dan Leverage maksimum 3.
5. Nilai Corporate Governance (Y) minimum adalah 2 dan Corporate
Governance maksimum 11. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari
Corporate Governance adalah 5,69 dan 2,35.
4.5 Uji Asumsi Klasik
4.5.1 Uji Asumsi Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel terikat dan
variabel bebas terdistribusi secara normal. Jika data instrument penelitian
terdistribusi secara normal maka telah memenuhi model regresi yang baik. Untuk
menguji normalitas data penelitian ini menggunakan Normal Probability Plot
yang membandingkan data distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari data distribusi normal. Grafik Normal Probability Plot
yang berdistribusi normal menunjukkan pola atau titik – titik menyebar disekitar
garis diagonal atau mengikuti garis diagonal.
Gambar 4.2
Histogram Normal P-P Plot
4.5.2 Uji Multikolinearitas
Suatu model regresi yang baik selain data terdistribusi secara normal juga
tidak mengalami Multikolinearitas. Multikolinearitas merupakan korelasi antara
satu variabel
bebas dengan variabel bebas lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai
Variance Inflasing Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas bebas yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Model
regresi yang bebas multikolinearitas adalah yang mempunyai VIF <10 dan nilai
tolerance > 0,1. Tabel berikut menyajikan hasil uji multikolinearitas.
Tabel 4.8 UjiMultikolinearitas
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai VIF setiap variabel
dibawah 10 dan nilai tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1 sehingga tidak
terdapat hubungan atau korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas
lainnya. Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa data penelitian tidak mengalami
multikolinearitas sehingga model regresi yang ada layak dipakai dalam
memprediksi profitabilitas.
4.5.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson. Berikut hasil
berdasarkan uji Durbin-Watson.
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
Model
Durbin-Watson
Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari
3 diindikasi terjadi autokorelasi. Field (2009:220-221) menyatakan sebagai
berikut.
“The size of the Durbin-Watson statistic depends upon the number of predictors in the model and the number of observations. For accuracy, you should look up the exact acceptable values in Durbin and Watson's (1951) original paper. As very conservative rule of thumb, values less then 1 or greater than 3 are definitely cause for concern; however, values closer to 2 may stil be problematic depending on your sample and model”.
Berdasarkan Tabel 4.9, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1,297.
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3,
yakni 1 <1,297< 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain,
tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual.
4.5.4 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y,
dan ZPRED pada sumbu X.(Ghozali, 2013). Ghozali (2013) menyatakan dasar
analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.2, tidak terdapat pola yang
begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.6 Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini dianalisis dengan model regresi linear berganda untuk
melihat seberapa besar pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage
dan Corporate Governance terhadap Profitabilitas dengan model dasar sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2 X2 b3 X3 + b4 X4 + e
Dimana:
Y = Profitabilitas
X1 = Manajemen Modal Kejra X2 = Likuiditas
X3 = Leverage
X4 = Corporate Governance
b =Koefisien regresi
e = Standard Error
Tabel 4.10 Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan Tabel 4.10, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut.
Y = 0,004 + 0,002X1 + 0,011 X2 0,174X3-0,004 X4 + e
1. Manajemen Modal Kerja (X1) menunjukkan nilai koefisien sebesar0,002
dengan tingkat signifikansi 0,07 lebih besar dari 0,05 (5%) artinya dapat
disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif dan
tidak berpengaruh signifikan terhadap Profibilitas.
2. Likuiditas (X2) menunjukkan nilai koefisien sebesar0,011 dengan tingkat
signifikansi 0,378 lebih besar dari 0,05 (5%) artinya dapat disimpulkan Coefficientsa
bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Profibilitas.
3. Leverage (X3) menunjukkan nilai koefisien sebesar0,174 dengan tingkat
signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05 (5%) artinya dapat disimpulkan
bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif dan berpengaruh
signifikan terhadap Profibilitas.
4. Corporate Governance (X4) menunjukkan nilai koefisien sebesar-0,004
dengan tingkat signifikansi 0,742 lebih besar dari 0,05 (5%) artinya dapat
disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif dan
tidak berpengaruh signifikan terhadap Profibilitas.
4.7 Pengujian Hipotesis
4.7.1 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing – masing variabel
independen yaitu Motivasi, pengalaman kerja, kepemimpinan dan kepuasan kerja
terhadap variabel dependen yaitu Profibilitas. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara t hitung dengan t tabel dengan tingkat signifikasi 5%.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah
1. jika t hitung > t tabel (n-k-1) maka Ho ditolak dan
2. jika t hitung < t tabel (n-k-1) maka Ho diterima.
Nilai t tabel dengan df = n – k – 1 = 39-4-1= 34 maka nilai t tabel diperoleh
Selain itu uji t tersebut dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas value
(p value) dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Adapun Kriteria
pengujian yang digunakan adalah Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dan jika p
value > 0,05 maka Ho diterima. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa koefisien
regresi, nilai t dan signifikansi secara parsial adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Model
a. Dependent Variable: Profibilitas
Berdasarkan hasil pengujian parsial (uji t) dari tabel 4.11 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai thitung variable Manajemen Modal Kerja (X1) diperoleh sebesar 2,870
> 1,69 sehingga dapat dinyatakan bahwa Manajemen modal kerja
berpengaruh terhadap Profibilitas (Y) tetapi tidak signifikan karena tingkat
signifikansi variable Manajemen Modal Kerja 0,07> 0,05 Maka dari hasil
2. Nilai thitung variable Likuiditas (X2) diperoleh sebesar 0,894 <1,69
sehingga dapat dinyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap
Profibilitas (Y) Maka dari hasil penelitian diatas Ho diterima.
3. Nilai thitung variable Leverage diperoleh sebesar 3,520 > 1,69 sehingga
dapat dinyatakan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Profibilitas (Y)
dan berpengaruh secara signifikan karena tingkat signifikansi Leverage
0,01 > 0,05 Maka dari hasil penelitian diatas Hoditolak.
4. Nilai thitung variable Corporate Governance (X4) diperoleh sebesar -0,331 <
1,69 sehingga dapat dinyatakan bahwa Corporate Governance tidak
berpengaruh terhadap Profibilitas (Y) Maka dari hasil penelitian diatas
Hoditerima.
4.7.2 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji )
Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
bersama-sama (simultan) variable-variabel independen (bebas) terhadap
variable dependen (terikat).
Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
1. Jika F hitung > F tabel (n-k-1) maka Ho ditolak maka secara statistik data
yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen
berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).
2. Jika F hitung < F tabel (n-k-1) maka Ho diterima maka secara statistik
data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen
Untuk melihat variabel independen berpengaruh secara signifikan dapat
dilihat dengan signifikansi setiap variabel independen dengan taraf signifikansi 5
% atau 0,05.
1. Jika signifikansi > 0,05 maka pengaruh variabel independen tidak
signifikan dan
2. jika signifikansi < 0,05 maka pengaruh variabel independen signifikan.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai F dan signifikansi secara
simultan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Uji Pengaruh Simultan dengan Uji
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,693 4 ,173 5,969 ,001b
Residual ,988 34 ,029
Total 1,681 38
a. Dependent Variable: Profitabilitas
Berdasarkan nilai Ftabel sebesar 2,65 dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%
dan tingkat segnifikan 0,05, df 1= jumlah variable – 1 = 5 -1 = 4 dan df 2 (n-k-1)
atau 39-4-1 = 34, hasil diperoleh untuk Ftabel sebesar 2,65.
Pada tabel 4.12 nilai F hitung >F tabel (5,969 > 2,65) maka Ho ditolak
artinya Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage dan Corporate Governnace
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Profibilitas dengan tingkat
4.7.3 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang
mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan
dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas.
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi
Model R R Square
Berdasarkan Tabel 4.13 nilai koefisien determinasi 2 terletak pada kolom
Adjusted R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 2 =0,343.
Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas, yakni Manajemen Modal Kerja,
Likuiditas, Leverage dan Corporate Governance secara simultan mempengaruhi
variabel Profibilitas sebesar 34,3%, sisanya sebesar 65,7% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
4.8.1 Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Dari hasil pengujian secara parsial, variabel manajemen modal kerja yang
diukur dengan Working Capital Turnover (WCT) / perputaran modal kerja
menunjukkan hasil bahwa nilai thitung2,870 > 1,69 sehingga dapat dinyatakan
bahwa Manajemen modal kerja berpengaruh terhadap Profibilitas tetapi tidak
signifikan karena tingkat signifikansi variable Manajemen Modal Kerja 0,07 >
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Oleh Nugroho (2013), Ginting (2013),Debora (2014) dan M. Naufal Afif (2015)
yang menunjukkan hasil Manajemen modal kerja tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas.
4.8.2 Likuiditas Terhadap Profitabilitas
Dari hasil pengujian secara parsial, variabel Likuiditas diukur dengan
current ratio menunjukkan hasil bahwa nilai thitung0,894 < 1,69 sehingga dapat
dinyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap Profibilitas.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2012) dan M. Naufal Afif(2015) yang menunjukkan hasil likuiditas
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan hasil penelitan dari Ginting (2013) dan Debora (2014) yang menunjukkan
hasil likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.
4.8.3 Leverage Terhadap Profitabilitas
Dari hasil pengujian secara parsial, variabel Likuiditas diukur dengan debt
to equity ratio (DER) menunjukkan hasil nilai thitung3,520 > 1,69 sehingga dapat
dinyatakan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Profibilitasdan berpengaruh
secara signifikan karena tingkat signifikansi Leverage 0,01 > 0,05.
Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh M. Naufal Afif (2015) yang menunjukkan hasil Leverage
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap porfitabilitas dan juga penelitain
terhadap Profitabilitas yakni nilai thitung 1,286 < 12,076. Perbedaan kesimpulan
dengan hasil penelitian Nugroho (2012) disebabkan pengukuran variabel
independen leverage berbeda dengan penulis dimana Nugroho (2012)
menggunakan debt to asset ratio sedangkan penulis menggunakan debt to equity
ratio dalam mengukur rasio leverage.
4.8.4 Corporate Governance Terhadap Profitabilitas
Dari hasil pengujian secara parsial, variabel Corporate Governance yang
diukur dengan ukuran dewan komisarismenunjukkan hasil -0,331 < 1,69 sehingga
dapat dinyatakan bahwa Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap
Profibilitas.
Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh M. Naufal Afif (2015) yang menunjukkan hasil Corporate
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada
perumusan serta tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan dengan objek penelitian perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
periode pengamata 2013-2015 dengan menggunakan 13
perusahaan sebagai sampel penelitian.
2. Berdasarkan analisa data dan pembahasan dalam penelitian maka
diperoleh jawaban dari rumusan masalah yaitu manajemen modal
kerja, likuiditas, leverage dan corporate governance secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Hasil pengujian hipotesis berdasarkan uji signifikansi parsial
diketahui bahwa :
a. Manajemen modal kerja berpengaruh terhadap Profibilitas tetapi
tidak signifikan karena tingkat signifikansi variable Manajemen
b. likuiditas tidak berpengaruh terhadap Profibilitas.
c. Leverage berpengaruh terhadap Profibilitas dan berpengaruh
secara signifikan karena tingkat signifikansi Leverage 0,01 >
0,05.
d. Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap Profibilitas.
4. Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan Diketahui nilai
koefisien determinasi sebesar �2 = 0,343. Nilai tersebut berarti
seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel
Profitabilitas sebesar 34,3%, sisanya sebesar 65,7% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain.
5.2Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel penelitian terbatas pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat
menggambarkan secara umum semua jenis perusahaan di Indonesia.
2. Periode penelitian hanya tiga tahun, sehingga belum cukup
lama untuk menentukan profitabilitas dalam jangka panjang.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan keterbatasan
1. Hendaknya perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia lebih
memperjelas mengenai pembuatan dan peng-input-an data pada laporan
keuangan, sehingga para shareholders, mahasiswa, dan peneliti tidak
mengalami kesusahan dalam melakukan penelitian.
2. Hendaknya Bursa Efek Indonesia menetapkan standar umum yang
berlaku dalam penggunaan satuan didalam laporan keuangan bagi
setiap perusahaan, mulai dari mata uang, susunan yang tersistematis,
dan grafik yang informatif, tetapi tidak mengesampingkan keakuratan
dan kelengkapan data.
3. Sebaiknya peneliti memperluas sampel perusahaan sehingga dapat
menggambarkan secara umum semua jenis perusahaan di Indonesia.
4. Sebaiknya tahun penelitian ditambah untuk memperluas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agency
Dalam rangka memahami konsep profitabilitas, maka digunakanlah dasar
persfektif hubungan keagenan. Konsep agency theory menurut Jensen dan
Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah “sebuah kontrak
antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal).” Hubugan kegenan
tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham.
Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai
sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri.
Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-
masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah
munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian
yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan
sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan
pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam
menjalankan perusahaan. Maka dari itu mau tidak mau para manajer berusaha
untuk meningkatkan tingkat profitabilitas agar kebutuhan baik para pemegang
2.1.2 Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang
ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pedapatan investasi.
Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu menggunakan modal
atau aktiva yang dimilikinya.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan yaitu:
1) Gross profit margin (GPM)
Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan
sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross
profit margin maka semakin baik. Rumus untuk mencari GPM adalah
sebagai berikut:
2) Operating profit margin (OPM).
Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.
3) Net profit margin (NPM).
Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan
perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan
pajak.
d. Return on assets (ROA).
Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.
x 100%
5) Return on investment (ROI)
Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini akan dapat
diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam
6) Return on equity (ROE)
Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas
investasi di perusahaan.
x 100%
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan return on asssets (ROA) sebagai
parameter profitabilitas.
2.1.3 Manajemen Modal Kerja
Pengertian manajemen modal kerja adalah “manajemen dari elemen-elemen
aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal kerja
menunjukkan keputusan-keputusan mendasar mengenai target masing-masing
elemen aktiva lancar.” (Martono, 2001 : 71)
Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat Manajemen modal kerja
suatu perusahaan yaitu:
1) Perputaran Modal Kerja
manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio
perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni perbandingan antara
penjualan dengan jumlah keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan
pada suatu periode tertentu. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan
piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Formulasi dari
2) Perputaran Persediaan
PerputaranPersediaan menunjukkan barang dijual dan diadakan
kembali selama satu periode akuntansi. Dengan demikian, tingkat perputaran
persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi
pada perusahaan. Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai
berikut :
x 1
Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jumlah persediaan akhir
tahun dan awal tahun dengan dua. Besarnya hasil perhitungan perputaran
persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang
dagang. Melalui tingkat perputaran persediaan maka kita dapat menghitung hari
rata-rata barang disimpan digudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun
dengan tingkat perputaran persediaan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Hari rata-rata barang disimpan digudang akan bermanfaat untuk menilai
efisiensi dari persediaan.
3) Perputaran Aset Tetap
rasio perputaran asset tetap menunjukkan berapa kali nilai aset berputar bila
diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya
kemampuan aset tetap menciptakan penjualan tinggi. Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut:
4) Rasio Perputaran Piutang
rasio perputaranpiutang menunjukkkan berapa cepat penagihan
utang”. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang
dilakukan dengan cepat. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan working capital turnover
(WCT) sebagai parameter profitabilitas sebab working capital turnover
menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia
dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan..
2.1.4 Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan “kemampuan
perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban finansialnya pada saat jatuh
tempo dengan mempergunakan aktiva lancar.” (Martono, 2001: 55). Fungsi lain
rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban
kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam
perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio likuiditas
merupakan yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban
(utang) pada saat ditagih. Caranya dengan membandingkan seluruh komponen
yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka
pendek).
Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan
yaitu:
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar (Current Ratio) merupakan aktiva lancar perusahaan yang
dibagi dengan kewajiban lancar. Rumus dari current ratio adalah sebagai
berikut:
2) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Quick ratio dapat dihitung
dengan formula :
Sebagai parameter dari likuiditas, penulis menggunakan current ratio
(CR). Karena dalam praktiknya, sering kali dipakai bahwa rasio lancar
dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran
Current ratio yang tinggi juga menunjukkan posisi para kreditor yang baik
karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu
akan dapat dibayar pada waktunya. Rumus dari currentratio adalah sebagai
berikut:
2.1.5Leverage
Seperti yang diketahui, dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki
beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah
pinjaman atau modal sendiri.
Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman
haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Dalam hal ini leverage
ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, besarnya jumlah utang
yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika
dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Agar perbandingan
penggunaan kedua rasio ini dapat terlihat jelas, kita dapat menggunakan rasio
leverage.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio leverage yang sering
digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas
antara lain :
1) Debt to asset ratio
Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan
Rumusan untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan sebagai berikut :
2) Debt to equity ratio
Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna
untuk mengetahui dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan. Bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini akan semakin tinggi resiko
keuangan perusahaan tersebut. Rumus dari debt to equity ratio adalah sebagai
berikut:
3) Long term debt to equity ratio
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa
bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumusan untuk mencari Long Term
Debt to Equity Ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang
4) Time interest earned
Merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Jumlah kali
perolehan bunga merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan
dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak
mampu membayar biaya bunga tahunannya. Rumus untuk mencari Time
Interest Earned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut:
Atau
5) Fix charged coverage
Fixed Charge Coverage (FCC) merupakan rasioyang dilakukan apabila
perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa. Rumus untuk mencari Fixed Charged Coverage
(FCC) adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini penulis menggunakan debt to equity ratio (DER)
sebagai parameter dari rasio leverage. Karena bagi perusahaan, semakin tinggi
rasio ini akan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan dan mempengaruhi
2.1.6 Corporate Governance
Corporate governance adalah “seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perushaan.” ( FCGI, 2001)
Penerapan Corporate Governance yang baik memberikan manfaat sebagai berikut
3.4 perbaikan dalam komunikasi 3.5 minimisasi potensial benturan 3.6 fokus pada strategi-strategi utama
3.7 peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi 3.8 kesinambungan manfaat
3.9 promosi citra korporat
3.10 peningkatan kepuasan pelanggan 3.11 perolehan kepercayaan investor
kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah: a. lebih mudah memperoleh modal
b. biaya modal (Cost of capital) yang lebih rendah c. memperbaiki kinerja usaha
d. mempengaruhi harga saham e. memperbaiki kinerja ekonomi.
Unsur-unsur yang penting dalam corporate governance yang baik terdiri atas:
a. komisaris
b. pemegang saham c. direksi
d. komite audit
e. sekretaris perusahaan f. manajer dan karyawan g. auditor eksternal h. auditor internal
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ukuran dewan komisaris sebagai
parameter corporate governance. Menurut UU No. 1/1995 tentang Perseroan
Terbatas menganut two board system, yaitu direksi dan komisaris. Ini merupakan
system yang dianut dari continental, Belanda. Ada direksi sebagai pengurus dan
komisaris sebagai pengawas. Sedangkan di Amerika menganut single
boardsystem yang disebut Board of Directors.
Board of Directors (di Indonesia Dewan Komisaris) merupakan faktor
sentral dalam corporate governance karena hukum perseroan menempatkan
tanggung jawab legal atas urusan suatu perusahaan kepada Board of Directors.
Board of Directors secara legal bertanggung jawab untuk menetapkan sasaran
korporat, mengembangkan kebijakan yang luas, dan memilih personel tingkat atas
untuk melaksanakan sasaran dan kebijakan tersebut.
Ukuran dewan komisaris pada penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah
seluruh anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan
maupun dari eksternal perusahaan sampel.
UDK = Jumlah total anggota dewan komisaris
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah ada
sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain
terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian
dan objek penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Nama
No Peneliti Variabel Penelitian Hasil penelitian
Terdahulu
1 Debora Variabel Secara parsial likuiditas berpengaruh (2014) Independen: terhadap profitabilitas, sedangkan Liquidity, working perputaran modal kerja dan perputaran capital turnover, persediaan tidak berpengaruh signifikan inventory turnover terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara Variabel Dependen : simultan, likuiditas, perputaran modal Profitabilitas kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan
Debora (2014) yang menganalisis pengaruh likuiditas dan manajemen modal
kerja terhadap profitabilitas perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran
modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Namun secara simultan, likuiditas
dan, perputaran modal kerja, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%.
Ginting (2013) juga meneliti pengaruh manajemen modal kerja dan likuditas
terhadap profitabilitas pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal
kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas,
sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.
Nugroho (2012) juga meneliti pengaruh Pengaruh Efisiensi Modal Kerja,
Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT.
Telekomunikasi Indonesia, TBK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Secara parsial WCT, CR, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Secara Simultan WCT, CR, dan Debt to Total capital
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, terlihat bahwa hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab
akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu manajemen
modal kerja yang diproksikan dengan working capital turnover (X1), likuiditas
yang diproksikan dengan current ratio (X2), leverage yang diproksikan dengan
debt to equity ratio (X3), corporate governance yang diproksikan dengan ukuran
dewan komisaris (X4) akan mempengaruhi variabel dependen profitabilitas
(ROA) (Y).
waktu, normalnya satu tahun. Manajemen modal kerja dimaksudkan sebagai
pengelolaan aktiva-aktiva tersebut. Tujuan manajemen modal kerja lainnya adalah
mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang
layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan Working Capital Turnover sebagai parameter manajemen
modal kerja. Semakin besar perputaran modal kerja, semakin tinggi tingkat
profitabilitas. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa manajemen modal kerja
berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio
likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak
luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas
perusahaan). Semakin tinggi tingkat likuiditas maka ada kemungkinan
profitabilitas juga meningkat. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa likuiditas
berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya,
besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Semakin tinggi
jumlah utang maka semakin menurun tingkat profitabilitas. Sebab, semakin
banyak utang yang dipakai dalam operasi perusahaan, semakin sedikit
Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalkan
perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan dan juga telah
terbukti meningkatkan kinerja korporat sampai 30% di atas rate of return yang
normal. Dapat disimpulkan bahwa dengan dilakukannya praktik corporate
governance, kinerja korporat akan meningkat yang berarti bahwa tingkat
profitabilitas juga akan meningkat. Oleh karena itu, dapat dirumuskan corporate
governance berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
2.3.2Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini
sebagai berikut:
H1 = Manajemen Modal Kerja berpengaruh terhadap Profitabilitas
H2 = Likuiditas berpengaruh terhadap Profitabilitas
H3 = Leverage berpengaruh terhadap Profitabilitas
H4 = Corporate Governance berpengaruh terhadap Profitabilitas
H5= Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, Corporate Governance
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri-
industri yang beroperasi di Indonesia. Salah satu perusahaan di Indonesia yang
berperan serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia adalahperusahaan
manufaktur. Perusahaan Manufaktur merupakan salah satu yang berkembang saat
ini di Indonesia. Pertumbuhan ini terutama disokong oleh peningkatan produksi
industri mesin dan perlengkapan, makanan dan farmasi, serta produk obat kimia
dan obat tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur memiliki
peluang bisnis yang cukup baik.
Sebagai perusahaan yang berorientasi pada laba, maka laba memiliki peranan
yang sangat dominan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan apakah
perusahaan tersebut akan pailit atau dapat terus bertahan di dunia perindustrian.
Salah satu cara agar perusahaan dapat mempertahankan serta memajukan
perusahaannya yaitu dengan terus memantau tingkat likuiditas perusahaannya.
Likuiditas adalah “kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi
kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan
aktiva lancar yang tersedia.” (martono, 2001 : 55).
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendeknya. Perusahaan harus dapat menjaga likuiditasnya