• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Produk Hilir Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Produk Hilir Kelapa Sawit"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK HILIR

KELAPA SAWIT

MUHAMMAD RIAN WISNUANTARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Produk Hilir Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD RIAN WISNUANTARA. Strategi Pengembangan Produk hilir kelapa sawit Indonesia di Pasar Internasional. Dibimbing oleh JONO MINTARTO MUNANDAR dan SRI NURYANTI.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti daya saing produk hilir kelapa sawit Indonesia. Produk yang diteliti difokuskan kepada minyak kelapa sawit mentah (HS 15110) dan minyak kelapa sawit olahan (HS 151190). Data ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dan Malaysia terhadap empat negara importir, yaitu: Cina, Pakistan, India, serta Belanda digunakan sebagai sampel untuk menghitung daya saing dengan menggunakan metode CMSA. Rekomendasi strategi menggunakan Matriks IE, SWOT, dan AHP. Hasil dari perhitungan CMSA minyak kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan daya saing hanya di pertumbuhan standar, sedangkan Malaysia memiliki keunggulan daya saing pada efek distribusi, efek komposisi, dan efek daya saing. Berdasarkan Matriks IE diperoleh matriks IFE (2.56) dan EFE (3.20) menunjukkan bahwa bahwa kelapa sawit Indonesia berada pada tahap “tumbuh dan membangun”. Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh strategi untuk mengembangkan produk hilir kelapa sawit yaitu: i) mengembangkan industri spesialisasi oleokimia, ii) klaster industri, iii) pengawasan serta penerapan ISPO, iv) mengembangkan industri spesialisasi biofuel. Berdasarkan hasil analisis vertikal AHP alternatif strategi yang paling direkomendasikan adalah strategi mengembangkan industri oleokimia.

Kata Kunci : AHP, Daya saing, Kelapa sawit, Produk hilir. ABSTRACT

MUHAMMAD RIAN WISNUANTARA. Development Strategy for Downstream Products of Palm Oil in International Market. Supervised by JONO MINTARTO MUNANDAR and SRI NURYANTI.

This research aimed to study the competitiveness of downstream products of palm oil in Indonesia. The study is focused on two main products i.e. crude palm oil (HS code 151110) and refined palm oil (HS 151190). Export data of palm oil Indonesia and Malaysia to four main exporting countries namely: China, Pakistan, India, and Netherland were used to estimate competitiveness using CMSA method. The recommended strategy was built from IE matrix, SWOT analysis and AHP. The result of CMSA show that Indonesian palm oil was competitive in export growth, while Malaysia was more competitive in distribution, composition, and competitiveness. Based on IE matrix it was found 2.56 of IFE and 3.20 of EFE those values shows that palm oil of Indonesia was in “grow and build” stage. SWOT analysis result shows that developing strategy for downstream industry of palm oil in Indonesia are i) developing specialization in oleochemical industry, ii) developing industry cluster, iii) monitoring the implementation of ISPO, and iv) developing specialization in biofuel industry. AHP vertical analysis result show that the most recomended strategy is developing specialization in oleochemical industry.

(5)

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK HILIR

KELAPA SAWIT

MUHAMMAD RIAN WISNUANTARA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Produk Hilir Kelapa Sawit Nama : Muhammad Rian Wisnuantara

NIM : H24100101

Disetujui oleh

Dr Ir Jono Mintarto Munandar, MSc Sri Nuryanti, STP, MP

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 sampai bulan Desember ini ialah Pemasaran, dengan judul Strategi Pengembangan Produk Hilir Kelapa Sawit.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Jono Mintarto Munandar serta Ibu Sri Nuryanti selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, sahabat, BEM FEM IPB atas doa serta kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vi

Daftar Lampiran vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Penelitian 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pemasaran 3

Kelapa Sawit 3

Produk 4

Persaingan 4

METODOLOGI PENELITIAN 5

Kerangka Pemikiran Penelitian 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Jenis dan Sumber Data 6

Pengolahan data 7

PEMBAHASAN 7

Produk Hilir Kelapa Sawit Indonesia 9

Produk Hilir Kelapa Sawit Malaysia 10 Metode CMSA 11

Analisis IFE EFE 16 Hasil SWOT 19 Hasil AHP 20 Implikasi Manajerial 26 SIMPULAN dan SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

(10)

DAFTAR TABEL

1. Faktor-faktor Strategi Internal 17

2. Faktor Strategi Eksternal 18

3. Hubungan antara Faktor dengan Aktor 24

4. Hubungan antara Tujuan dengan Aktor 25

5. Hubungan antara Tujuan dengan Alternatif 25

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran 6

2. Produk Hilir Kelapa Sawit 11

3. Perkembangan CMSA nilai minyak kelapa sawit mentah 14 4. Perkembangan CMSA nilai minyak kelapa sawit olahan 15

5. Matriks IE 18

6. Matriks SWOT 20

7. Hasil Pengolahan Vertikal AHP 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pembiayaan 32

2. Jadwal Kegiatan 32

3. Hasil CMSA 33

4. Hasil IFE EFE 37

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar setelah Malaysia di dunia. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang memberikan manfaat serta dampak penting dalam membangun perekonomian Indonesia terutama dalam penghasil devisa negara dari sektor non migas. Perkembangan tahun 2002 hingga 2011 industri kelapa sawit saat ini sangat berkembang pesat. Perkembangan tahun 2002 hingga 2011 ini ditandai dengan adanya peningkatan permintaan terhadap kebutuhan kelapa sawit baik dalam kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan luar negeri. Permintaan kelapa sawit dunia yang meningkat pada tahun 2002 dan 2011 ekspor CPO Indonesia kepada dunia tahun 2002 mencapai 4,9 juta ton dan pada tahun 2011 mencapai 16,4 juta

ton (United Nation Comtrade 2013). Perbandingan ekspor CPO Indonesia dengan turunannya masih dalam

(12)

Rumusan Masalah

Produk kelapa sawit Indonesia (CPO dan produk turunannya) yang ada saat ini mencapai 27 jenis produk perlu diperhatikan, bahkan ditingkatkan. Apalagi dengan kendala berbagai macam pesaing dari negara tetangga, misalkan Malaysia yang bergerak dalam industri kelapa sawit dan bauran produk Malaysia lebih tinggi, yaitu 33 jenis produk (Kemenperin 2010). Ekspor produk hilir kelapa sawit Indonesia pada tahun 2009-2011 hanya mencapai 6 juta ton per tahun, sedangkan negara Malaysia mencpai 11 juta ton per tahun (United Nation Comtrade 2013).

Berdasarkan kondisi di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi daya saing produk hilir kelapa sawit Indonesia dibandingkan dengan Malaysia?

2. Strategi apakah yang harus digunakan untuk mengembangkan produk hilir kelapa sawit yang ada di Indonesia?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis daya saing produk hilir kelapa sawit Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing.

2. Identifikasi dan pemilihan strategi pengembangan produk hilir kelapa sawit Indonesia.

Manfaat Penelitian

1. Bagi pengusaha hilir kelapa sawit sebagai bahan rujukan untuk membuka bisnis di sektor kelapa sawit.

2. Sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut mengenai produk kelapa sawit.

Ruang lingkup Penelitian

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Pemasaran

Menurut Kotler (2008) pemasaran merupakan proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Konsep pemasaran yang membentuk teori di atas didasarkan kepada kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan. Kebutuhan dan keinginan dapat mempengaruhi jumlah permintaan terhadap produk yang diminta oleh pelanggan.. Sehingga perusahaan berlomba lomba menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan agar pelanggan tersebut loyal terhadap produk dari perusahaan.

Kelapa Sawit

(14)

Produk

Menurut Kotler (2008) produk merupakan semua hal yang ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk menjadi elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Sehingga perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk yang dapat memaksimalkan kepuasaan konsumen agar konsumen tetap loyal terhadap perusahaan. Menurut kotler terdapat tiga tingkat produk, yaitu: a) manfaat inti, manfaat inti merupakan manfaat yang terkandung di dalam suatu produk dapat dirasakan oleh konsumen. b) produk aktual, produk aktual merupakan nama, komponen dan atribut lain yang telah digabungkan untuk menghantarkan manfaat inti agar tetap terhubung. c) produk tambahan, produk tambahan merupakan pelayanan dan manfaat tambahan yang diberikan kepada konsumen

Ketika mengembangkan produk, awalnya pemasar harus mengenali kebutuhan inti pelanggan yang akan dipuaskan oleh produk perusahaan. Kemudian pemasar merancang produk aktual yang ditambahkan added value dari produknya dengan produk tambahan yang dapat berupa layanan pasca penjualan produk. Tiga tingkatan produk ini berguna untuk memberikan kepuasan maksimalkan bagi konsumen serta meningkatkan loyalitas konsumen dan menghasilkan profit bagi perusahaan.

Persaingan

Pengertian Daya Saing

Menurut Porter (2001) persaingan bisnis atau daya saing suatu negara dianalisa dalam lima aspek utama yaitu: persaingan dalam perusahaan sejenis, ancaman masuk pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, dan ancaman produk pengganti. Teori porter ini dikenal juga dengan sebutan model diamond of national competitiveness. Persaingan dalam perusahaan sejenis akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Ancaman masuk pendatang baru akan memunculkan sejumlah implikasi bagi perusahaan misalnya terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kekuatan tawar menawar pemasok akan menimbulkan naik turunnya harga yang mempengaruhi biaya produksi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kekuatan tawar menawar pembeli atau konsumen dalam produk yang dijual oleh perusahaan, mereka menginginkan barang semurah mungkin dan memiliki kualitas sebaik mungkin. Ancaman produk pengganti dapat terjadi apabila barang substitusi mempunyai harga yang sama atau bahkan lebih murah dan memiliki kualitas yang lebih baik apabila dibandingkan dengan produk perusahaan.

(15)

Industri yang masih tertinggal terjadi karena masih awal atau perintisan, sumber persaingan masih terbatas kepada sumber daya alam dan teknologi yang terbatas. Industri yang sudah mulai tumbuh memerlukan politisi dan birokrat untuk mendukung bisnis secara sistematis agar sukses dalam ekspor melalui investasi aktif, seleksi industri berpotensi, dukungan administrasi dan pajak, asuransi, informasi, dan jaminan untuk wirausahawan pemula. Biasanya pasar diorganisir pada lini monopolistik atau oligopolistik. Adapun industri yang telah mapan dalam kondisi kedewasaan inovasi muncul dalam proses manufaktur, pengembangan produk dan organisasi bisnis. Industri mulai hulu hingga hilir tetap kompetitif dalam pasar internasional, karena wirausahawan berperan dalam memimpin atas sistem bisnis dengan memanfaatkan investasi aktif. Sedangkan industri yang dalam masa penurunan terjadi karena pasar mulai jenuh dan kualitas yang tinggi masih belum terpenuhi. Sehingga biaya produksi meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan manajer dan insinyur profesional untuk membuat terobosan atau inovasi.

Metode Constant Market Share Analysis

Menurut Hadi (2004), metode competitive market share analysis (CMSA) merupakan metode yang banyak dikembangkan untuk mengukur daya saing produk pertanian secara relatif dibandingkan negara pesaingnya. Latar belakang adanya perhitungan CMSA adalah adanya kemungkinan bahwa suatu negara selama suatu periode mengalami pertumbuhan ekspor lebih rendah dibanding dunia. Asumsi dasar CMSA adalah bahwa pangsa pasar suatu negara pengekspor ke dunia dalam suatu waktu bersifat konstan. Jika terjadi perbedaan pertumbuhan ekspor hal itu dikarenakan oleh efek komposisi, efek distribusi, dan efek daya saing. Perubahan pangsa ekspor merupakan indikator yang menunjukkan daya saing suatu negara. Adapun beberapa elemen yang termasuk ke dalam CMSA yaitu: pertumbuhan standar, efek komposisi, efek distribusi, dan efek daya saing.

(16)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Tujuan utama penelitian ini merupakan bagian dari implementasi MP3EI, yaitu menjadikan negara Indonesia menjadi sepuluh negara terbesar melalui delapan program utama. Pengembangan industri kelapa sawit merupakan salah satu dari delapan program utama MP3EI. Pakar yang terlibat dalam penelitian ini yaitu peneliti, akademisi, asosiasi, pengusaha hilir, dan eksportir. Pengembangan industri kelapa dapat dilihat dari keadaan daya saing negara Indonesia dan keadaan negara Malaysia sebagai pesaing utama melalui menggunakan metode CMSA. Daya saing produk kelapa sawit olahan (HS151190) yang dilihat yaitu pengolahan data nilai ekspor menggunakan metode CMSA. Analisis IFE EFE untuk mengetahui keadaan internal dan eksternal produk kelapa sawit. Hasil analisis IFE EFE dan CMSA digunakan sebagai informasi untuk mengetahui kelapa sawit olahan Indonesia. Informasi ini digunakan sebagai langkah awal dalam penentuan strategi pengembangan produk hilir menggunakan analisis SWOT. Analisis selanjutnya yaitu menentukan priotitas alternatif strategi pengembangan produk hilir dengan memakai alat bantu AHP berdasarkan informasi yang diperoleh dari analisis IFE, EFE, dan SWOT.

Ringkasan pemikiran penelitian akan ditunjukkan dalam Gambar 1 (kerangka pemikiran).

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan: --- = metode analisa Alternatif Strategi

Rekomendasi Strategi

AHP Matriks IFE, EFE Analisis Daya Saing

Analisis Metode CMSA

Daya saing produk hulu dan hilir

SWOT

Keadaan Indonesia Keadaan negara pesaing Malaysia MP3EI

(17)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah Bogor dan Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) sesuai dengan mempertimbangkan data yang digunakan bersifat primer dan sekunder. Adapun waktu yang direncanakan untuk penelitian, yaitu bulan Juli 2013 hingga Desember 2013.

Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa perbandingan ekpor kelapa sawit dari segi nilai negara Indonesia dan Malaysia ke empat negara importir, yaitu China, India, Pakistan, dan Belanda. Data primer didapatkan dari hasil focus group disecusion, wawancara, dan pengisian quisioner oleh para pakar. Pakar yang terlibat dari penelitian ini adalah lembaga riset yaitu Riset Penelitian Nusantara, asosiasi yaitu MAKSI, pengusaha hilir yaitu Giant, serta akademisi yang ada di lingkugan kampus Institut Pertanian Bogor.

Pengolahan Data

Analisis data berdasarkan data kualititatif dilakukan secara deskriptif dan memakai analisis SWOT dan AHP, sedangkan untuk data kuantitatif dilakukan dengan memakai CMSA (Constant market share analysis), serta matriks IFE dan EFE.

Analisis SWOT

(18)

Analisis IFE dan EFE

Menurut Rangkuti (1998) matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Tahapan kerja matriks IFE adalah (1) membuat daftar kata kunci kekuatan dan kelemahan (2) membuat bobot masing-masing dari kata kunci terrsebut (3) memberikan rating (4) mengalikan bobot dengan rating untuk menentukan skor dan (5) menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total nilai.

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang ada di luar perusahaan dan bersifat mempengaruhi perusahaan. Cara membuat matriks EFE hampir sama dengan matriks IFE

AHP

Menurut Saaty (1993) AHP adalah suatu model pendekatan yang memberikan kesempatam bagi setiap individu untuk membangun gagasan-gagasan atau ide dan mendefiisikan persoalan- persoalan yang ada dengan membuat asumsi-asumsi dan selanjutnya mendapatkan pemecahan yang diinginkan. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan kompleks. Langkah-langkahnya pemecahan masalah dengan pendekatan AHP adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci permasalahan yang diinginkan ; 2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara

menyeluruh ;

3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan ;

4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks pada langkah 3 ;

5. Memasukan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama ;

6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 ;

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas, dan

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki.

Competitive Market Share Analysis

(19)

)

pertumbuhan standar………(1)

)

CMSA =efek komposisi produk + efek distribusi pasar+efek daya saing dimana:

E = nilai ekspor negara tertentu semua produk ke suatu kawasan/pasar dunia

r = nilai pertumbuhan standar

ri = nilai pertumbuhan standar produk i

Ei = nilai ekspor negara tertentu produk i ke suatu kawasan/pasar dunia

Ej = nilai ekspor negara tertentu semua produk ke negara j

Eij = nilai ekspor negara tertentu semua produk ke negara j

t = tahun t t-1 = tahun t-1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk Hilir Kelapa Sawit Indonesia

(20)

dikonsumsi oleh masyarakat. Oleo kimia merupakan produk turunan kelapa sawit yang biasa digunakan untuk keperluan industri. Biofuel merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari CPO sebagai bahan utama (PPKS 2012).

Oleo Pangan

Oleo pangan merupakan produk hilir kelapa sawit yang paling dominan. Oleo pangan merupakan industri yang paling berkembang pesat di negara Indonesia apabila dibandingkan dengan negara Malaysia (Indonesian Commercial Newsletter 2009). Sebanyak 95 persen industri kelapa sawit dunia menghasilkan produk oleo pangan. Produk-produk yang termasuk oleo pangan antara lain: emulsifier, vanaspati, shortening, minyak goreng, dan margarin. Minyak goreng merupakan oleo pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri sebesar 37 persen dari total produk hilir dihasilkan. Minyak goreng juga memiliki nilai tambah 60 persen dari produk awalnya. Shortening merupakan pengembang yang biasanya digunakan untuk membuat kue dan roti. Shortening memiliki nilai tambah 60 persen dari produk awalnya. Sedangkan Margarine dan emulsifier memiliki nilai tambah 100 persen Vanaspati merupakan lemak yang biasa digunakan untuk berbagai tujuan dan biasanya permintaan paling banyak produk ini ada di negara negara Timur Tengah sebagai pengganti ghee.

Oleo Kimia

Industri oleo kimia Indonesia memiliki backup yang sangat besar dari segi bahan baku karena Indonesia menghasilkan CPO terbesar di dunia, tetapi perkembangan industri oleo kimia masih belum maju apabila dibandingkan dengan negara Malaysia (ICN 2009). Industri oleo kimia Malaysia dapat berkembang dengan pesat karena adanya dukungan dari pemerintah dan organisasi khusus yang tergabung dalam Malaysian Palm Oil Board (MPOB) yang membuat kebijakan pengembangan industri kelapa sawit. Indonesia menguasai sekitar 12 persen dari seluruh dunia sedangkan Malaysia memenuhi 18 persen dari pemerintaan seluruh dunia (ICN 2009). Industri oleo kimia menghasilkan keunggulan dengan nilai tambah yang cukup tinggi rata-rata sebesar 40 persen dari nilai bahan bakunya CPO dan PKO. Produk hilir seperti kosmetik dan farmasi sangat potensial apabila dikembangkan dalam industri ini karena memiliki nilai tambah hingga 1000 persen dibandingkan dengan produk awalnya. Deterjen merupakan oleo kimia yang paling banyak digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembersih. Deterjen yang dibuat dari kelapa sawit memiliki sifat mudah terdegradasi oleh alam. Deterjen memiliki nilai tambah 400 persen dari produk awalnya (ICN 2009).

Biofuel

(21)

yang termasuk biofuel adalah biodiesel dan biogas. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang bahan baku utamanya berasal dari CPO (Suirta 2009). Permintaan biodiesel di pasar-pasar Eropa, Amerika Serikat, dan Asia cenderung meningkat dari tahun ke tahun meskipun masih dalam pasar yang spesifik. Beberapa perusahaan yang menghasilkan biodiesel yaitu: PTP Nusantara, Sinar Mas Group, Genting Biofuel, Wilmar Group, Tolaran Group, BP Petrolium, Indomal Group, dan Munting Group. Biogas dari proses biologis tumbuhan sawit melalui sistem pengolahan secara anaerob dan menghasilkan methana (Loh 2013). Biogas merupakan produk yang sejalan dengan konsep “zero waste”. Industri biogas memanfaatkan sisa sisa dari limbah kelapa sawit secara komprehensif dan strategis dengan harapan dapat meminimalisir dampak dari limbah kelapa sawit. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik untuk mesin-mesin pabrik (Loh 2013).

Produk Hilir Kelapa Sawit Malaysia

(22)

v

Gambar 2 Pohon industri Kelapa Sawit Indonesia (PPKS 2012) BAHAN BAKAR,

KARBON

LILIN

Fibre Board Bahan Bakar PAKAN TERNAK

Tandan Buah Segar

INTI SAWIT MESOCARP

CANGKANG AMPAS SAWIT

Palm Kernel Oil

SERAT Crude Palm Oil

OLEO KIMIA OLEO PANGAN

EMULSIFIER VANASPATI SHORTENING MINYAK GORENG

MARGARIN

FARMASI PELUMAS KOSMETIK

Tandan Kosong

PULP and PAPER COMPOST CARBON RAYON

BUAH SAWIT

PELEPAH dan BATANG SAWIT

FURNITURE PULP and PAPER, ANIMAL FEED

SUSU KENTAL MANIS

CONFECTIONERIES,ES KRIM, YOGHURT

ESTER BIODIESEL

ASAM LEMAK FATTY

ALKOHOL FATTY

AMINA SENYAWA

EPOKSI SENYAWA

HIDROKSI

(23)

Hasil Pengolahan CMSA

Analisis daya saing dengan menggunakan metode CMSA dilakukan pada data ekspor-impor basis kelapa sawit (HS 1511). Karena keterbatasan data yang ada di laman jaringan International Trade Centre dengan periode tahun analisis 2002-2012, maka produk kelapa sawit (HS 1511) dua kelompok produk, yaitu minyak kelapa sawit mentah (HS 15110), dan minyak kelapa sawit olahan (151190). Metode CMSA digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif produk negara Indonesia dibandingkan dengan produk negara Malaysia. Metode CMSA dilakukan dalam empat negara yang merupakan tujuan utama ekspor produk kelapa sawit, yaitu Cina, Pakistan, India, dan Belanda. Faktor yang dilihat dari analisis ini yaitu dari segi nilai ekspor (values). Metode CMSA dibagi menjadi beberapa bagian, efek komposisi produk, efek distribusi standar, dan efek daya saing. Efek komposisi memperlihatkan ekspor terkonsentrasi pada komoditas-komoditas tertentu. Efek distribusi memperlihatkan ekspor terarah kepada pasar-pasar yang berkembang pesat. Efek daya saing memperlihatkan bahwa ekspor komoditi tertentu dapat bersaing di pasar dunia. Penjumlahan dari efek komposisi, efek distribusi, dan efek daya saing menjadi efek total CMSA yang menandakan tingkat daya saing negara.

Metode CMSA Nilai Minyak Kelapa Sawit Mentah

Perkembangan efek komposisi Indonesia pada tahun 2002 hingga 2012 cenderung turun dengan rata-rata per tahun sebesar 2,90 persen, sedangkan Malaysia cenderung naik dengan rata-rata sebesar 8,36 persen per tahun. Keunggulan efek komposisi negara Malaysia memperlihatkan ekspor terkonsentrasi pada komoditi kelapa sawit mentah Malaysia lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Perkembangan efek daya saing nilai minyak kelapa sawit mentah Indonesia dan Malaysia pada tahun 2002 hingga 2012 memiliki rata-rata yang sama yaitu sebesar 0,03 persen. Efek daya saing ini menunjukkan bahwa kelapa sawit mentah Indonesia dan Malaysia mampu bersaing di pasar dunia dengan keunggulan yang sama besar. Nilai positif negara Indonesia dan Malaysia menunjukkan kedua negara memiliki pesaing yang kuat dan memiliki potongan harga dibawah pesaingnya. Perkembangan efek distribusi nilai minyak kelapa sawit Indonesia pada tahun 2002 hingga 2012 rata-rata sebesar 0,88 persen per tahun, sedangkan Malaysia sebesar 3,05 persen per tahun. Keunggulan efek distribusi nilai minyak kelapa sawit mentah Malaysia dibanding Indonesia memperlihatkan ekspor nilai minyak kelapa sawit mentah Malaysia lebih terarah kepada pasar-pasar yang berkembang pesat.

(24)

tahun 2002-2012 rata-rata 3,82 persen per tahun, sedangkan efek total CMSA nilai minyak kelapa sawit mentah Malaysia memiliki efek total CMSA rata-rata 11,4 persen per tahun. Keunggulan nillai minyak kelapa sawit mentah Malaysia lebih unggul dibandingkan nilai minyak kelapa sawit mentah Indonesia menurut metode analisis CMSA.

Gambar 3 Perkembangan efek total CMSA nilai minyak kelapa sawit mentah tahun 2002 hingga 2012

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indonesia 25.90 1.771 -4.23 1.169 -3.12 24.19 18.22 3.130 4.246 -13.4 -25.9

Malaysia -10.2 -3.50 2.438 14.75 42.01 -22.2 -5.32 16.48 4.091 23.50 30.15 -40.000%

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

indonesia 9.740 0.755 -1.83 0.491 -1.32 10.01 8.658 1.660 2.335 -7.62 -13.1

malaysia -2.64 -1.00 0.702 4.025 11.19 -6.25 -1.71 6.378 1.595 9.887 11.45 -15.000%

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indonesia 0.0034 -2E-18 0 1E-18 -4E-18 0 -7E-18 0 -1E-18 0 0

(25)

Gambar 3 Perkembangan efek total CMSA nilai minyak kelapa sawit mentah tahun 2002 hingga 2012 (lanjutan)

Metode CMSA Nilai Minyak Kelapa Sawit Olahan

Perkembangan efek komposisi Indonesia pada tahun 2002 hingga 2012 cenderung turun dengan rata-rata per tahun sebesar -0,9 persen, sedangkan Malaysia cenderung naik dengan rata-rata sebesar 1,59 persen per tahun. Keunggulan efek komposisi negara Malaysia memperlihatkan ekspor terkonsentrasi pada komoditi kelapa sawit olahan Malaysia lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Perkembangan efek daya saing nilai minyak kelapa sawit mentah Indonesia pada tahun 2002 hingga 2012 memiliki rata-rata yang sama yaitu sebesar 0 persen. Keunggulan efek daya saing menunjukkan bahwa kelapa sawit olahan Malaysia dan Indonesia memiliki tingkatan daya saing yang sama dalam bersaing di pasar dunia. Nilai 0 dalam efek daya saing menunjukkan bahwa posisi Indonesia dan Malaysia yaitu sama-sama memiliki kedudukan di harga pesaing. Perkembangan efek distribusi nilai minyak kelapa sawit olahan Indonesia pada tahun 2002 hingga 2012 rata-rata sebesar -0,8 persen per tahun, sedangkan Malaysia sebesar -1,1 persen per tahun. Keunggulan efek distribusi nilai minyak kelapa sawit mentah Indonesia dibanding Malaysia memperlihatkan ekspor nilai minyak kelapa sawit olahan Indonesia lebih terarah kepada pasar-pasar yang berkembang pesat.

Analisis CMSA nilai minyak kelapa sawit olahan memperlihatkan Indonesia memiliki keunggulan daya saing hanya di efek distribusi, sedangkan Malaysia memiliki keunggulan daya saing pada efek komposisi. Efek daya saing Indonesia 1,867E-18 sedangkan Malaysia memiliki daya saing 9,898E-19. Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai minyak kelapa sawit olahan Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara Malaysia daya saingnya dalam konsentrasi ekspor komoditi minyak kelapa sawit olahan. Nilai daya saing Indonesia positif menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pesaing kuat yang memiliki potongan harga dibawah pesaing-pesaingnya. Secara terperinci dapat dilihat pada efek total

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

indonesia 35.99 2.53% -6.07 1.66% -4.45 34.21 26.88 4.79% 6.58% -21.0 -39.0

(26)

minyak kelapa sawit olahan Malaysia sebesar 1 persen per tahun. Artinya, nilai minyak kelapa sawit olahan Malaysia lebih unggul dibandingkan nilai minyak kelapa sawit olahan Indonesia menurut metode analisis CMSA.

Gambar 4 Perkembangan efek total CMSA nilai minyak kelapa sawit olahan tahun 2002 hingga 2012

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indonesia -15.61 -1.32% 3.23% -0.85% 2.30% -17.08 -16.50 -3.53% -5.19% 17.65%26.80%

Malaysia 14.65%31.72%12.45% -32.83 -43.74 8.83% 82.77% -64.09 -7.62% 35.25% -19.89 -100.00%

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indonesia -9.74% -0.76% 1.83% -0.49% 1.33% -10.01 -8.66% -1.66% -2.34% 7.62% 13.17%

Malaysia 6.64% -1.16% -3.17% -2.63% -3.08% 6.64% 0.19% -8.24% 5.46% -3.52% -9.93% -15.00%

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 indonesia -7E-18 0 1E-17 0 0 0 -1E-17 9E-18 4E-19 2E-17 0

malaysia 0 -1E-17 -3E-18 0 1E-19 4E-17 -1E-17 0 -6E-18 1E-19 0

(27)

Gambar 4 Perkembangan efek total CMSA nilai minyak kelapa sawit olahan tahun 2002 hingga 2012 (lanjutan)

HASIL ANALISIS IFE EFE

Hasil identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman kelapa sawit Indonesia berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) diperoleh beberapa kekuatan, peluang, dan ancaman. Kekuatannya yaitu biaya produksi kelapa sawit Indonesia rendah, ketersediaan alam dan sumber daya alam mendukung, produksi CPO Indonesia tinggi, produk kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Kelemahannya yaitu: bea keluar ekspor sawit Indonesia tinggi, rendahnya Implementasi riset terkait dengan kelapan sawit, kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, dan ekspor produk kelapa sawit Indonesia masih hulu. Peluangnya yaitu permintaan produk hilir kelapa sawit tinggi nilai tambah produk kelapa sawit tinggi, dan pertumbuhan harga ekspor kelapa sawit cenderung meningkat. Ancamannya yaitu harga produk hilir dan turunan kelapa sawit rentan terhadap isu internasional, dan penentuan harga berdsarkan Rotterdam sehingga harga menjadi fluktuatif .

Matriks IFE

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa pentingnya faktor-faktor internal yang terdapat pada negara Indonesia. Matriks IFE disusun berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi dan lingkungan internal yang berupa kekuatan dan kelemahan yang di miliki kelapa sawit Indonesia.

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indonesia -25.35 -2.07% 5.06% -1.34% 3.63% -27.10 -25.15 -5.19% -7.52% 25.27%39.97%

Malaysia 21.29%30.56% 9.28% -35.46 -46.83 15.47%82.97% -72.33 -2.15% 31.73% -29.82 -100.00%

-80.00% -60.00% -40.00% -20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

P

e

rs

e

n

ta

se

(28)

Tabel 1 Faktor-faktor strategi internal

Faktor-faktor strategi internal Bobot (a)

1. Biaya produksi kelapa sawit Indonesia rendah

0,12 3,40 0,42

2. Ketersediaan alam dan sumber daya alam mendukung

0,13 3,40 0,45

3. Produksi CPO Indonesia tinggi 0,14 3,80 0,52

4. Produk kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi

0,10 3,20 0,31

Kelemahan

1. infrastruktur yang kurang mendukung 0,10 1,60 0,15 2. Bea keluar ekspor sawit Indonesia tinggi 0.09 1,80 0,16 3. Rendahnya Implementasi riset terkait

dengan kelapa sawit

0,10 1,60 0,16

4. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung

0,09 1,80 0,16

5. Ekspor produk kelapa sawit Indonesia masih hulu

0.12 1,60 0.20

Total 2,56

Sumber: Data diolah (2014)

Matriks EFE

Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor eksternal yang dihadapi perusahaan. Matriks EFE disusun berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi lingkungan eksternal perusahaan diperoleh beberapa peluang dan ancaman yang dihadapi kelapa sawit Indonesia.

Tabel 2 Faktor strategi eksternal

Faktor-faktor strategi eksternal Bobot (a)

1. Permintaan produk hilir kelapa sawit tinggi

0.25 3.8 0.94

2. Nilai tambah produk kelapa sawit tinggi 0.22 3.4 0.76 3. Pertumbuhan harga ekspor kelapa sawit

2. Penentuan harga berdasarkan Rotterdam sehingga harga menjadi fluktuatif

0.14 2.4 0.33

Total 3.20

(29)

Berdasarkan Tabel 1 faktor strategi internal (IFE) didapatkan total nilai skor total nilai terbobot sebesar 2,56. Dari total nilai skor terbobot tersebut dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia berada pada posisi kuat. Hal ini ditunjukan nilai IFE lebih dari rata-rata sebesar 2,50. Kekuatan internal utama yaitu produksi

CPO Indonesia yang tinggi dengan skor 0,52 sedangkan kelemahan utama yaitu

ekspor produk kelapa sawit Indonesia masih hulu dengan skor 0,20. Kondisi ini menunjukkan bahwa faktor internal kelapa sawit Indonesia kuat dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan dapat mengatasi kelemahan. Nilai EFE yang diperoleh Indonesia sebesar 3,20. Hal ini menunjukan bahwa kelapa sawit Indonesia mampu merespon kondisi eksternal negara yaitu dengan cara memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Peluang utama yang dimiliki kelapa sawit Indonesia adalah permintaan produk hilir kelapa sawit yang tinggi dengan skor 0.94. Ancaman utama yang dimiliki kelapa sawit Indonesia adalah harga produk hilir yang rentan terhadap isu internasional sebesar 0.38.

Matriks IE

Berdasarkan hasil yang didapat dari matriks IFE (2.56) dan EFE (3.20), maka matriks IE dapat dilihat pada Gambar 5.

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Gambar 5 Matriks IE

Nilai skor bobot IFE dan EFE sesuai dengan matriks IE, terlihat posisi kelapa sawit Indonesia berada di sel II. Sel pertama, kedua, dan keempat menggambarkan bahwa kelapa sawit Indonesia berada pada tahap “tumbuh dan membangun”. Pada tahap ini Indonesia harus menjalankan strategi yang intensif atau integratif. Strategi intensif yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Strategi integratif yaitu strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan strategi horizontal. Sesuai dengan matriks IE maka analisis SWOT yang harus dilakukan dan menjadi dasar strategi yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.

1

4 3 2

3

2

1

2.56

(30)

Hasil Analisis SWOT

Matriks SWOT disusun berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, serta peluang dan ancaman yang dihadapi. Kekuatan yang dimiliki oleh negara Indonesia terdiri dari: biaya produksi kelapa sawit Indonesia yang rendah, ketersediaan alam dan sumber daya yang mendukung, produksi CPO Indonesia yang tinggi, produk kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Kelemahan Indonesia terdiri dari: Infrastruktur yang kurang mendukung, bea keluar ekspor Indonesia yang tinggi, rendahnya implementasi riset terkait dengan kelapa sawit, kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, ekspor produk kelapa sawit Indonesia masih terlalu hulu. Peluang Indonesia terdiri dari: permintaan produk hilir kelapa sawit yang tinggi, nilai tambah produk kelapa sawit yang tinggi, dan pertumbuhan harga ekspor yang cenderung meningkat. Ancaman terdiri dari: Harga produk hilir yang rentan terhadap isu internasional, penentuan harga berdasarkan Rotterdam sehingga harga bersifat fluktuatif.

Tahap selanjutnya setelah diidentifikasi adalah perumusan strategi. Melalui matriks SWOT dapat dirumuskan alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan daya saing ekspor kelapa sawit Indonesia di pasar Internasional adalah strategi S-O (mengembangkan industri oleokimia), strategi W-O (penerapan serta pengawasan ispo), strategi S-T (mengembangkan industri klaster), strategi W-T (mengembangkan industri biofuel).

(31)

Faktor Internal

2. Bea keluar ekspor Indonesia

yang tinggi.

5. Ekspor produk kelapa sawit

Indonesia masih terlalu

Hasil Analis AHP Pengolahan Vertikal

(32)

Gambar 7 Hasil pengolahan vertikal AHP Keterangan :

Faktor (a1)

A. Faktor produksi (biaya produksi yang rendah dan produktivitas kelapa sawit yang tinggi)

B. Sumber Daya (sumber daya alam Indonesia dan sumber daya manusia) C. Infrastruktur (keadaan infrastruktur industri kelapa sawit Indonesia) D. Kebijakan pemerintah (kebijakan penetapan pajak produk hilir,serta

kebijakan investasi untuk industri kelapa sawit,penetapan harga) E. Riset (implementasi riset mengenai kelapa sawit)

F. Ekspor (spesifikasi ekspor produk kelapa sawit lebih ke arah hulu, Pertumbuhan harga ekspor)

G. Permintaan pasar (permintaan pasar produk hilir tinggi)

H. Isu Internasional (isu negatif dari produk kelapa sawit, penetapan harga rotterdam)

I. Nilai tambah produk hilir

(33)

Aktor (a2)

A1 : Pengusaha hilir B1 : Pemerintah

C1 : Peneliti dan akademisi D1 : Pesaing

E1 : Eksportir F1 : Importir G1 : Asosiasi Tujuan (a3)

A11 : Meningkatkan ekspor B11: Meningkatkan daya saing C11: Perluasan pasar

D11: Spesialisasi produk Alternatif (a4)

A111: Mengembangkan industri spesialisasi oleochemical B111: Mengembangkan industri spesialisasi biodiesel dan biogas

C111: Penerapan serta pengawasan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dalam mengatasi isu- isu negatif kelapa sawit

D111: Pengembangan klaster industri kelapa sawit

Pengolahan Faktor

(34)

Pengolahan Aktor

Pemerintah merupakan aktor terpenting dengan bobot 0,223. Peringkat penting kedua yaitu eksportir dengan bobot 0,164. Peringkat penting ketiga yaitu pengusaha dengan bobot sebesar 0,149. Kemudian diikuti oleh aktor-aktor lainnya. Aktor yang paling penting dalam pengembangan produk hilir yaitu pemerintah. Pemerintah memegang peran dalam pembuatan kebijakan yang pro terhadap pengembangan produk hilir. Dengan adanya kebijakan yang pro terhadap pengembangan produk hilir maka pengembangan produk hilir dapat terlaksana. Eksportir memegang peranan dalam memperluas jangkauan pasar dari produk hilir kelapa sawit Indonesia. Dengan adanya jangkauan pasar yang luas akan berdampak kepada tingginya permintaan terhadap produk hilir. Hal ini dapat memacu industri-industri lokal yang ada di Indonesia untuk mengembangkan produk hilir. Peringkat ketiga dalam aktor yaitu pengusaha karena pengusaha berperan penting dalam menanamkan modalnya di Indonesia untuk membantu mengembangkan produk hilir.

Pengolahan Tujuan

Meningkatkan daya saing dan perluasan pasar adalah tujuan terpenting dengan bobot 0,314, peringkat kedua yaitu meningkatkan ekspor dengan bobot 0,260, peringkat ketiga yaitu perluasan pasar dengan bobot 0,257 dan selanjutnya posisi paling akhir yaitu spesialisasi produk dengan bobot 0,156. Prioritas yang paling utama dalam elemen tujuan yaitu meningkatkan daya saing. Meningkatkan daya saing menjadi prioritas utama dalam menjadi market leader di industri hilir kelapa sawit dunia dan memperluas jangkauan pasar produk hilir kelapa sawit Indonesia. Meningkatkan daya saing juga dapat meningkatkan citra kualitas yang baik bagi kelapa sawit Indonesia di mata dunia yang nantinya akan berdampak kepada tingginya permintaan dunia terhadap produk hilir kelapa sawit Indonesia. Meningkatkan ekspor menjadi prioritas kedua dalam elemen tujuan, semakin tingginya ekspor produk hilir kelapa sawit Indonesia maka akan menjadikan semakin dikenalnya produk hilir kelapa sawit Indonesia di mata dunia.

Pengolahan Alternatif

(35)

strategi. Industri ini merupakan trend bagi industri kelapa sawit untuk menerapkan zero waste dan zero deffect. Limbah hasil pengolahan produk hilir dapat dikonversikan menjadi biodiesel dan biogas yang menghasilkan profit tambahan bagi perusahaan.

Hasil Analisis AHP Pengolahan Horizontal

Pengolahan secara horizontal memperlihatkan hubungan antara elemen-elemen dalam satu tingkat hirarki dengan elemen-elemen-elemen-elemen lainnya di tingkat hirarki yang berbeda. Dari pengolahan data secara horizontal, akan terlihat pengaruh antar suatu elemen atau faktor pada satu tingkat terhadap sejumlah faktor lainnya pada tingkat hirarki di bawahnya.

Hubungan antara Faktor dengan Aktor

Tabel 3 Tabel hubungan antara faktor dengan aktor Elemen

Aktor

Elemen faktor

A B C D E F G H I

A1 0,162 0,216 0,171 0,087 0,102 0,133 0,167 0,150 0,165 B1 0,172 0,165 0,379 0,400 0,304 0,181 0,130 0,138 0,151 C1 0,111 0,090 0,087 0,104 0,147 0,130 0,113 0,113 0,084 D1 0,132 0,113 0,097 0,102 0,133 0,106 0,106 0,114 0,167

E1 0,176 0,157 0,114 0,127 0,106 0,195 0,233 0,215 0,159 F1 0,129 0,120 0,076 0,105 0,101 0,132 0,116 0,131 0,141 G1 0,119 0,138 0,076 0,075 0,106 0,124 0,135 0,139 0,132 Sumber: Data diolah (2014)

(36)

Hubungan tujuan dengan aktor

Tabel 4 Hubungan antara tujuan dengan aktor Elemen (Meningkatkan Ekspor) merupakan tujuan yang paling mempengaruhi A1 (pengusaha Hilir), dan E1 ( Eksportir). Sedangkan Tujuan B11 (meningkatkan daya saing) merupakan tujuan yang paling memperngaruhi Aktor B1 (Pemerintah), C1 ( Peneliti dan akademisi), D1 ( Pesaing), F1 ( Importir), dan G1 (asosiasi). Dalam meningkatkan ekspor terdapat aktor yang sangat berperan penting dalam pencapaiannya yaitu pengusaha hilir,dan ekportir. Pengusaha hilir dan eksportir dapat memberikan infomrasi banyaknya permintaan pasar terhadap produk hilir kelapa sawit Indonesia. Tujuan peningkatan daya saing dapat dicapai dengan bantuan aktor pemerintah melalui kebijakannya, peneliti dan akademisi melalui pendidikan formal dan informal kepada para pengusaha sawit Indonesia, asosiasi dalam mewadahi aspirasi dari pengusaha kelapa sawit Indonesia.

Hubungan antara tujuan dengan alternatif dengan tujuan

Tabel 5 Hubungan antara tujuan dengan alternatif Elemen

(37)

menunjang tujuan untuk terjadinya peningkatan daya saing. Dalam pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit dapat berfokus untuk perbaikan kualitas produk hilir serta mempermudah produk lokal untuk masuk ke pasar internasional.

IMPLIKASI MANAJERIAL

Berdasarkan hasil penelitian strategi pengembangan produk hilir dengan menggunakan Metode CMSA diperoleh hasil bahwa daya saing produk mentah (HS151110) dan produk olahan kelapa sawit Indonesia (HS 151190) masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan Malaysia. Analisa CMSA pada minyak kelapa sawit Indonesia baik mentah maupun olahan menunjukkan kedua komoditi tersebut memiliki daya saing yang rendah pada efek komposisi dan efek distribusi. Hal ini memperlihatkan bahwa negara Indonesia masih sangat rendah dalam konsentrasi produk kelapa sawit, serta rendah dalam mengarah pasar-pasar yang potensial dibandingkan negara Malaysia. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal serta lingkungan internal kelapa sawit Indonesia diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan produk hilir kelapa sawit Indonesia. Seluruh faktor tersebut dimasukkan kedalam Matriks Internal Eksternal yang hasilnya menunjukkan hasil dari matriks IFE (2.56) dan EFE (3.20). Berdasarkan matriks IE kelapa sawit Indonesia berada dalam kondisi “Growth and build”.

Kemudian identifikasi strategi menggunakan analisis SWOT yang memperoleh strategi untuk mengembangkan produk hilir kelapa sawit yaitu: strategi S-O dengan mengembangkan industri spesialisasi oleokimia, strategi S-T mengembangkan klaster industri, strategi W-O pengawasan serta penerapan ISPO, dan strategi W-T mengembangkan industri spesialiasasi biomassa dan biogas. Alternatif strategi kemudian diolah menggunakan AHP untuk mengetahui alternatif strategi yang memiliki bobot yang terbesar. Analisis AHP secara vertikal memperlihatkan untuk pengembangan produk hilir kelapa sawit faktor yang paling berperan adalah nilai tambah, aktor yang paling berperan adalah pemerintah, tujuan yang paling berperan adalah meningkatkan daya saing, dan alternatif yang paling berperan adalah mengembangkan industri oleokimia menempati posisi pertama dan pengembangan klaster menempati posisi kedua.

(38)

asosiasi, riset, dan akademisi dalam mencapai pengembangan produk hilir kelapa sawit. Tahapan pelaksanaan meliputi pemilihan daerah strategis untuk menjadi pusat pengembangan industri oleokimia, penerapan regulasi terhadap pengurangan bea ekspor untuk industri oleokimia. Tahapan evaluasi terdiri dari evaluasi peningkatan investasi baru dalam industri oleokimia., evaluasi terhadap standar produk oleokimia, meningkatnya kapasitas produksi oleokimia, dan penguasaan pasar internasional berbasis oleokimia pada tahun 2025. Untuk pengusaha (pekerja, wirausahawan, manajer, dan insinyur professional) sebagai aktor yang juga berperan dalam pengembangan industri oleokimia. Tahapan perencanaan perusahaan dengan menentukan komoditi produk hilir yang akan difokuskan, faktor yang terlibat, waktu pelaksanaan, serta tujuan utama perusahaan dalam mengembangkan produk hilir. Pelaksanaan pengembangan produk oleokimia berjangka waktu 10 tahun mulai dari tahun 2015 hingga 2025 dengan target utama laba bersih sebesar 30 persen dari seluruh total biaya yang dikeluarkan oleh perusahan. Tahapan selanjutnya adalah tahapan pengorganisasian yaitu pembentukan komite-komite khusus dalam pengembangan produk hilir, kerjasama dengan kementrian perindustrian serta kementrian perdagangan untuk membantu perusahaan dalam memaksimalkan kinerjanya. Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan, perusahaan melaksanakan sesuai dengan tujuan dan tenggat waktu yang ditentukan. Tahapan selanjutnya adalah tahapan pengendalian yang terdiri dari penguasaan pasar domestik dan internasional, kualitas produk berdasarkan standar yang telah ditetapkan perusahaan, serta evaluasi terhadap profit yang didapatkan oleh perusahaan.

(39)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Minyak kelapa sawit mentah Indonesia memiliki keunggulan daya saing hanya di efek daya saing, sedangkan Malaysia memiliki keunggulan daya saing pada efek komposisi, dan efek distribusi. Hal ini menunjukkan bahwa minyak kelapa sawit mentah Indonesia rendah dalam mengarah pasar yang potensial, serta belum terkonsentrasi kepada komiditi minyak kelapa sawit mentah dibandingkan dengan Malaysia. Berdasarkan analisis CMSA nilai minyak kelapa sawit olahan Indonesia memiliki tidak keunggulan daya saing terhadap Malaysia dan hanya menyamai Malaysia dalam efek daya saing. Malaysia memiliki kenggulan di efek komposisi, efek distribusi. Hal ini menunjukkan bahwa Minyak kelapa sawit olahan Indonesia masih rendah dalam mengarah pasar potensial bagi produk olahan, serta belum terkonsentrasi kepada produk olahan kelapa sawit.

2. Indonesia berada pada tahap “tumbuh dan membangun”. Identifikasi strategi dilakukan oleh analisis SWOT dengan memperoleh strategi untuk mengembangkan produk hilir kelapa sawit yaitu: strategi S-O dengan mengembangkan industri spesialisasi oleokimia, strategi S-T mengembangkan klaster industri, strategi W-O pengawasan serta penerapan ISPO, strategi W-T mengembangkan industri spesialiasasi biomassa dan biogas.

3. Strategi untuk pengembangan produk hilir kelapa sawit memiliki faktor yang paling berperan yaitu nilai tambah, aktor yang paling berperan adalah pemerintah, tujuan yang paling berperan adalah meningkatkan daya saing, dan alternatif strategi yang paling berperan adalah mengembangkan industri oleokimia dan pengembangan klaster.

Saran

1. Untuk melebihi daya saing produk turunan malaysia pada tahun 2025 yang sudah mencapai 20:80 diperlukan pengembangan klaster. Perencanaan dan pengembangan klaster dapat dilakukan oleh aktor yang paling berperan dalam riset ini yaitu: pemerintah dan pengusaha. Sesuai dengan ketentuan MP3EI yang dirancang oleh pemerintah dalam meningkatkan daya saing kelapa sawit Indonesia diberlakukanlah klaster industri di beberapa tempat yang potensial. 2. Perencanaan yang dilakukan pemerintah (birokrat dan politisi) adalah

(40)
(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arif H. 2010. Pasca Panen dan Standar Produksi Kelapa Sawit, http//:www.habibiezone.wordpress.com/pasca-panen-dan-standar-produksi-kelapa-sawit.html, diakses 10 November 2013.

[DMSI] Dewan Minyak Sawit Indonesia. 2010. Fakta Kelapa Sawit Indonesia.

Jakarta(ID).

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Penetapan rencana produksi dan harga kecambah kelapa sawit tahun 2010. http://ditjenbun.deptan.go.id/ penetapan rencana produksi dan harga kecambah kelapa sawit tahun 2010, diakses 22 Agustus 2010.

Fardaniah R. 2013. Industri Minyak Sawit Menjanjikan Di Tengah Himpitan. http//www.antara news. Com/berita/362482, diakses 10 Januari 2013. Hadi P. 2004. Analisa Komparasi Daya Saing Produk Ekspor Pertanian Antar

Negara ASEAN Dalam Era Perdagangan Bebas AFTA. Vol 22 (1) p46-71. [ICN] Indonesian Commercial Newsletter. 2009. Laporan Marketing Intellegence

Indonesian Palm Oil tahun 2009. http://www.datacon.co.id/CPO1-2009Sawit.html, diakses 10 januari 2013.

[Kemerindag] Kementrian Perdagangan. 2012 Data Ekpor Crude Palm Oil Indonesia. Jakarta (ID).

[Kemenperind] Kementrian Perindustrian. 2010 Data Konsumsi Minyak Nabati Dunia. Jakarta (ID).

[Kemenperin] Kementrian Perindustrian. 2013. Peraturan Kebijakan Industri Nasional. Jakarta (ID).

[Kemenperin] Kementrian Perindustrian. 2013. Rumusan rapat kerja Kemenperin dengan Pemda 2013. http://rocana.kemenperin.go.id/, diakses 10 November 2013.

Loh K. 2013. Zero Discharge Treatment Technology Of Palm Oil Mill Effluent. Vol 25 p273-281.

[MPOB] Malaysian Palm Oil Board. 2014. Malaysian Palm Oil Exporters. Kuala Lumpur (MY). Malaysian Palm Oil Board.

Munandar JM. 2008. Mengejar Ketertinggalan Manajemen Pemasaran: Marketing Sharpener melalui Syariah Marketing, Global Competitive, dan Innovation Marketing. http://jonomunandar.wordpress.com/, diakses 12 April 2014.

Kotler P. 2008. Manajemen Pemasaran. Airlangga. Jakarta (ID). PT Indeks Kelompok Gramedia.

Pahan I. 2006. Paduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir Cetakan ke I. Jakarta (ID). PT Penebar Swadaya

Pasaribu N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit.

(42)

Porter E. 2001. The Competitive Advantage of Nations. Harvard Bussiness Review p73-93.

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2012. Pohon Industri Kelapa Sawit Indonesia. Medan (ID).

Rangkuti F. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta (ID).

Saaty T. 1993. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks (Terjemahan). Jakarta (ID). PT Pustaka Binaman Pressindo.

Said EG. 2013. Analisis SWOT Pengembangan industri Kelapa Sawit Indonesia.

Jakarta (ID). MAKSI Indonesia.

Suirta I. 2009. Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Vol 3 (2) p1-6.

[TAMSI] Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia. 2010. Fakta Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta (ID). TAMSI Indonesia

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil CMSA

CMSA Volume Minyak kelapa sawit mentah Indonesia Tahun Pertumbuhan

(44)

Lampiran 1 Hasil CMSA (lanjutan)

CMSA Volume Minyak kelapa sawit Mentah Malaysia Tahun Pertumbuhan

(45)

Lampiran 1 Hasil CMSA (lanjutan)

CMSA Nilai Minyak kelapa sawit Mentah Indonesia Tahun Pertumbuhan

(46)

Lampiran 1 Hasil CMSA

CMSA Nilai Minyak kelapa sawit Mentah Malaysia Tahun Pertumbuhan

(47)

Lampiran 2 Pengolahan IFE dan EFE

Pemberian rating untuk matriks IFE Kelapa Sawit Indonesia

Faktor R 1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata Skor

A 3 4 3,00 4 3,00 3,4 0,42

B 3 3 3,00 4 4,00 3,4 0,46

C 4 4 3,00 4 4,00 3,8 0,53

D 4 3 2,00 4 3,00 3,2 0,31

E 1 1 2,00 2 2,00 1,6 0,16

F 1 2 2,00 2 2,00 1,8 0,16

G 1 2 2,00 2 1,00 1,6 0,16

H 2 2 2,00 2 1,00 1,8 0,16

I 1 2 2,00 2 1,00 1,6 0,20

TOTAL 2,56

Pemberian rating untuk matriks EFE Kelapa Sawit Indonesia

Faktor R 1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata Skor

A 4 3 4,00 4 4,00 3,8 0,94

B 4 3 3,00 4 3,00 3,4 0,76

C 4 3 1,00 4 4,00 3,2 0,79

D 2 2 3,00 4 2,00 2,6 0,38

E 2 2 2,00 4 2,00 2,4 0,33

(48)

Lampiran 3 Pengolahan AHP

Pengolahan vertikal terhadap aktor

Faktor A B C D E F G H I

Bobot VP

faktor 0,089 0,091 0,103 0,104 0,131 0,101 0,113 0,124 0,144 A1 0,162 0,216 0,171 0,087 0,102 0,133 0,167 0,15 0,165 0,149 B1 0,172 0,165 0,379 0,4 0,304 0,181 0,13 0,138 0,151 0,223 C1 0,111 0,09 0,087 0,104 0,147 0,13 0,113 0,113 0,084 0,109 D1 0,132 0,113 0,097 0,102 0,133 0,106 0,106 0,114 0,167 0,121 E1 0,176 0,157 0,114 0,127 0,106 0,195 0,233 0,215 0,159 0,164 F1 0,129 0,12 0,076 0,105 0,101 0,132 0,116 0,131 0,141 0,117 G1 0,119 0,138 0,076 0,075 0,106 0,124 0,135 0,139 0,132 0,117

Pengolahan vertikal terhadap tujuan

Aktor A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1

Bobot VP

Aktor 0,149 0,223 0,109 0,121 0,164 0,117 0,117

A11 0,403 0,233 0,131 0,259 0,415 0,125 0,165 0,260 B11 0,156 0,357 0,494 0,366 0,14 0,362 0,404 0,314 C11 0,21 0,244 0,179 0,219 0,332 0,372 0,235 0,257 D11 0,231 0,166 0,197 0,155 0,113 0,141 0,196 0,170

Pengolahan vertikal terhadap alternatif

Tujuan A11 B11 C11 D11

Bobot

VP Tujuan 0,260 0,314 0,257 0,170

A111 0,387 0,255 0,297 0,468 0,337

B111 0,196 0,192 0,201 0,168 0,191

C111 0,166 0,156 0,149 0,167 0,159

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Januari 1993 dari ayah Eri Wismantara dan ibu Hetty Suherti. Penulis memiliki satu orang adik kandung yang bernama Sony Sastra Antara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Gambar

Gambar 2 (Pohon Industri kelapa sawit). Sebagian besar industri kelapa sawit
Gambar 2 Pohon industri Kelapa Sawit Indonesia (PPKS 2012)
Gambar 3 Perkembangan efek total CMSA nilai minyak kelapa sawit
Gambar 3 Perkembangan efek total CMSA nilai minyak kelapa sawit mentah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keunggulan pemerintah dan perusahaan swasta Malaysia dalam mengembangkan pasar produk kelapa sawit, mengembangkan teknologi pengolahan minyak sawit serta mengembangkan

Pada jenjang aktor, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah masih dominan pengaruhnya terhadap penetapan kebijakan yang rnenentukan keberhasilan pengembangan

Namun demikian, perkebunan kelapa sawit bisa menjadi peluang bagi pengembangan ternak kerbau karena beberapa hal diantaranya kemampuan perkebunan menghasilkan produk

Multistages cluster sampling di wiiayah pengembangan perkebunan kelapa sawit. Dari data wiiayah pengembangan perkebunan kelapa sawit, maka.. daerah terpilih adalah Kabupaten

Sedangkan sasaran khusus jangka menengah pengembangan agribisnis kelapa sawit 2010 adalah: luas areal kelapa sawit Indonesia akan mencapai 8,02 juta ha, produksi kelapa sawit

1) Produk minyak sawit mentah (CPO) memiliki potensi besar dikembangkan di sektor industri hilir, yang menghasil nilai tambah besar di dalam negeri untuk

lokal sehingga produk dan produktivitas tanaman kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat akan meningkat. 2) Pihak pemerintah perlu membuat strategi pengembangan industri

tukang pemel kelapa sawit selaku aktor untuk bisa bertahan hidup dengan melakukan berbagai strategi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aktor dipandang sebagai seseorang