• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan, Produksi, Dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus Bl. Miq.) Pada Berbagai Intensitas Naungan Dan Cara Pemupukan Nitrogen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan, Produksi, Dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus Bl. Miq.) Pada Berbagai Intensitas Naungan Dan Cara Pemupukan Nitrogen"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR SINENSETIN

TANAMAN KUMIS KUCING (

Orthosiphon aristatus

Bl. Miq.

)

PADA BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN DAN CARA

PEMUPUKAN NITROGEN

BURHAN EFENDI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus

Bl. Miq.) pada Berbagai Intensitas Naungan dan Cara Pemupukan Nitrogen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Burhan Efendi

(3)

ABSTRAK

BURHAN EFENDI. Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada Berbagai Intensitas Naungan dan Cara Pemupukan Nitrogen. Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan taraf naungan dan pemupukan nitrogen yang optimum terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar sinensetin kumis kucing. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Biofarmaka dan Laboratorium Biofarmaka Institut Pertanian Bogor dari Desember 2014 sampai Agustus 2015. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan petak tersarang (nested design) dengan dua faktor, yaitu tiga kelompok pemupukan nitrogen (tanpa pemupukan N, 11.81 N kg ha-1 split, 11.81 N kg ha-1 non split) tersarang dalam empat naungan (0%, 25%, 50%, 75%). Naungan 0% menghasilkan jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang, dan hasil panen tertinggi, namun tidak berbeda hingga naungan 50%. Kadar sinensetin paling rendah dihasilkan pada naungan 75%, namun masih diatas standar minimal yang ditetapkan Farmakope. Pemupukan 11.81 kg N ha-1 diberikan sekali pada awal pertumbuhan (non split) dan dua kali aplikasi (split) selama satu kali panen (8 MST) meningkatkan produktivitas daun segar dan produktivitas daun kering kumis kucing.

Kata kunci: kumis kucing, naungan, pemupukan nitrogen, sinensetin.

ABSTRACT

BURHAN EFENDI. Growth, Production, and Sinensetin Content of Java tea (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) Under Different Levels of Shading and Nitrogen Fertilization Method. Supervised by ANI KURNIAWATI.

Research was aimed to determine the optimum level of shading and nitrogen fertilization method on the growth, production and sinensetin content of java tea. The experiment was conducted at the Biofarmaka research field and Biofarmaka Laboratory of Bogor Agricultural University from December 2014 until August 2015. This research was arranged in a nested design consisting of two factors, namely the three nitrogen fertilization (non nitrogen fertilization, 11.81 N kg ha-1 split, 11.81 N kg ha-1 non split) groups nested within four levels of shading (0%, 25%, 50%, 75%). The level of 0% shading showed the higest result in number of leaves, number of branches, diameter of stem, and harvest result, but it was comparable to 50% shading. Sinensetin content lowest generated in the level of 75% shading, but still above the minimun standard of Farmakope. Fertilization 11.81 kg N ha-1 administered once at the begining of growth (non split) and two time applicotions (split) during one harvest (8 MST) increased estimated production wet and dry of leaves java tea.

(4)

PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR SINENSETIN

TANAMAN KUMIS KUCING (

Orthosiphon aristatus

Bl. Miq.

)

PADA BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN DAN CARA

PEMUPUKAN NITROGEN

BURHAN EFENDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)

PRAKATA

Segala puji hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia–Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai intensitas naungan dan cara pemupukan nitrogen.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ani Kurniawati, SP MSi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian, kepada kedua orang tua (Bapak Sahlan dan Ibu Sri Harsi) yang senantiasa memberikan dukungannya baik secara materiil maupun non materiil, Bapak Taufik selaku teknisi lapang, Bapak Amad, Bapak Adung, Mbak Laela dan petugas Biofarmaka IPB yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian di lapang. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungan Bapak Sudarso, Danang Wahid Saputro, Zaini Latif, Widyarso Hastanto, Meilani Candra, Azka Nidya Fathiyyah, Abdurrahman Affan Dani Hastanto, Muhammad Iqbal, Andi Sauleka, Ishmah Nur Asobah, Leni Siswati, Anggita Duhita, Galih Angga Kusuma, Rizki Anjal, Teguh Purwanto, Suharman, Milion Muhammad, Nuri Rukmiarti, Veronica Turnip, Nur Afifah, Nafi Utami, Rissa Rahmania, Nurhajijah, Bonifasius, Rista Delyani, Teguh Winoto, Irma Dyah, Rezha Yuli Hardiyanto, Ardian Hidayat, Gholib, Afad, Amila Ahsani, Karisma Ana Yasinta, Nur Fitri Fatimah, Ismira, teman-teman FKRD, FORMAISKA, Pejuang Subuh IPB, Ponpes Mahasiswa Al-inayah, dan Fakultas Pertanian IPB. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat untuk semua kalangan.

Bogor, Januari 2016

Burhan Efendi

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL 2

DAFTAR GAMBAR 3

DAFTAR LAMPIRAN 3

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Syarat Tumbuh Kumis Kucing 2

Kandungan Senyawa Sinensetin dan Manfaat Tanaman Kumis Kucing 3

Naungan 3

Pemupukan Nitrogen 4

METODE PENELITIAN 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat Penelitian 5

Bahan Penelitian 5

Metode Penelitian 5

Prosedur Penelitian 6

Pengamatan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi Umum 9

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam 10

Pertumbuhan vegetatif 12

Pertumbuhan generatif 17

Komponen hasil 17

Pembahasan 27

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 36

(8)

DAFTAR TABEL

1 Persentase tumbuh kumis kucing pada 1 MST 9

2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan

pemupukan terhadap peubah pertumbuhan panen pertama dan kedua

pada 7 MST 10

3 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan

pemupukan nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman

contoh kumis kucing 11

4 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan

pemupukan nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman

per petak 12

5 Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah

cabang 7 MST 14

6 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan

jumlah cabang 14

7 Pengaruh naungan terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan diameter

batang 15

8 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan

diameter batang 15

9 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap warna daun

panen pertama dan kedua 16

10 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap indeks luas

daun petak kumis kucing pada panen pertama dan kedua 16 11 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap umur berbunga

pada panen pertama dan kedua 17

12 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar

tanaman contoh pada panen pertama dan kedua 18 13 Pengaruh interaksi naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot

segar total, batang, dan bunga panen kedua 19 14 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot kering

tanaman contoh pada panen pertama dan kedua 20 15 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar air

tanaman contoh pada panen pertama dan kedua 21 16 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar

tanaman per petak pada panen pertama dan kedua 22 17 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot kering

tanaman per petak pada panen pertama dan kedua 23 18 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar air

tanaman per petak pada panen pertama dan kedua 24 19 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap produktivitas

daun segar, produktivitas daun kering dalam periode satu tahun 25 20 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada

panen pertama 26

21 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada

panen kedua 26

(9)

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan warna daun (BWD) 7

2 Pola pertumbuhan vegetatif kumis kucing pada berbagai tingkat

naungan 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data analisis tanah Kebun Biofarmaka, Cikabayan, Institut Pertanian

Bogor, Bogor tahun 2015 36

2 Data BMKG Dragama, Bogor 36

3 Intensitas penyinaran pada masing-masing taraf naungan (lux) 37

4 Kondisi umum lahan penelitian 37

5 Data analisis kadar sinensetin tanaman kumis kucing 37 6 Kromatogram HPLC dari masing-masing sampel naungan 38 7 Analisis usaha tani kumis kucing luas lahan 1 ha sampai dengan

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sejak ribuan tahun yang lalu, jauh sebelum obat modern ditemukan dan dipasarkan. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman tersebut merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan ketrampilan yang secara turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi (Wijayakusuma 2000). Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya back to nature serta obat dari bahan alam juga dianggap hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan (Pramono 2002).

Seiring dengan kesadaran masyarakat akan produk herbal, industri jamu nasional mengalami kenaikan omzet sejak 2006. Pada tahun 2010 nilai industri jamu naik dari Rp 8.5 triliun menjadi Rp 10 triliun. Pada tahun 2011 nilai omzet jamu secara nasional meningkat mencapai Rp 11.5 triliun (Noeltrg 2012). Pada tahun 2014 mencapai angka Rp 14 triliun (Hidayat 2014). Hal ini menjadi potensi besar yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Tanaman kumis kucing merupakan salah satu tanaman obat yang telah lama digunakan secara tradisional untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Kumis kucing dapat digunakan sebagai diuretik, mengobati rematik, sakit perut, ginjal, kandung kemih, dan asam urat (Basheer dan Majid 2011). Selain itu kumis kucing juga dapat digunakan untuk mengobati albuminuria dan mampu menurunkan kadar

glukosa darah (Sentosa 2013). Kumis kucing tumbuh menyebar dari India,

Indonesia, Thailand dan daratan Malaysia hingga Australia tropis, tetapi jarang ditemukan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Kumis kucing tumbuh di padang rumput dan sepanjang tepian hutan atau tepian jalan, terkadang di tempat yang terlindung dan tidak terlalu kering, tetapi juga dapat tumbuh di tempat yang panas hingga ketinggian 1 200 m dpl (Syukur 2008).

(12)

jumlah cabang, bobot basah dan bobot kering daun, serta bobot basah dan bobot kering batang pada daun saga manis (Abrus precatorius L.). Bonifasius (2014) menyebutkan bahwa dosis pemupukan terbaik untuk meningkatkan produksi bobot daun tanaman kumis kucing adalah 39.37 N kg ha-1, 18 P kg ha-1, 30 K kg ha-1 yang diaplikasikan pada 2 dan 4 MST (minggu setelah tanam). Jenis pupuk N yang banyak dijumpai di pasaran di Indonesia adalah dalam bentuk urea (CO(NH2)2), yang memiliki sifat mudah larut dalam air dan menguap ke udara (Tisdale et al 1990) sehingga diperlukan cara dan dosis aplikasi yang tepat.

Potensi pemanfaatan pertanian dibawah tegakan cukup besar, yaitu sekitar 12.1 juta ha yang meliputi areal perkebunan negara dan swasta yang setiap tahunnya sekitar 3-4% dari areal perkebunan tersebut merupkan areal tanam baru yang bisa dimanfaakan untuk tanaman sela sampai tanaman perkebunan berumur tiga tahun (Sopandie 2013). Penelitian ini dilakukan untuk menentukan tingkat naungan dan cara pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar sinensetin tanaman kumis kucing sehingga dapat dikembangkan budidaya tanaman kumis kucing dibawah tegakan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh naungan dan cara pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.).

Hipotesis

1. Terdapat tingkat naungan yang menghasilkan pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin terbaik pada tanaman kumis kucing.

2. Terdapat perlakuan cara pemupukan nitrogen yang menghasilkan pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin terbaik pada tanaman kumis kucing.

3. Terdapat tingkat naungan dan pupuk nitrogen yang menghasilkan pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin pada tanaman kumis kucing.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Syarat Tumbuh Kumis Kucing

(13)

berwarna hijau, setelah tua berwarna cokelat. Biji kecil, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam (Dalimartha 2000). Jenis kumis kucing berdasarkan warna bunganya terdapat tiga jenis, yaitu berbunga ungu, berbunga putih dengan tangkai berwarna agak merah, dan berbunga putih dengan tangkai berwarna hijau (Syukur dan Hermani 2002).

Kumis kucing dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 100-1000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini menghendaki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm tahun-1. Kumis kucing dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah terutama pada jenis tanah yang cukup gembur, subur, banyak mengandung humus dan ketebalan lapisan olah sedang. Pertumbuhan akan lebih baik di tempat yang terbuka dan disinari matahari penuh dibanding di tempat yang ternaungi (Sembiring et al. 2012).

Kandungan Senyawa Sinensetin dan Manfaat Tanaman Kumis Kucing

Senyawa kimia yang terdapat dalam daun kumis kucing antara lain adalah garam kalium, senyawa saponin, alkaloid, minyak atsiri, glikosida orthosiponin dan tanin. Kandungan bahan aktif utama yang paling stabil dalam daun kumis kucing adalah komponen senyawa sinensetin yang telah dijadikan zat identitas simplisia kumis kucing (Rosita dan Nurhayati 2004). Dalam kumis kucing terdapat tiga macam flavonoid, yaitu sinensitin, eupatorin and γ‟ -hydroxy-5,6,7,4‟-tetramethoxyflavone yang memiliki sifat sitotoksik, anti jamur, dan anti oksidan (Akowuah et al. 2004). Sinensetin merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder yang disintesis oleh tanaman bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar melainkan untuk kebutuhan sekunder, yaitu mempertahankan keberadaannya dalam berinteraksi dengan ekosistem (Sumaryono 1994).

Manfaat dari tanaman kumis kucing adalah mengobati hipertensi, diabetes, gangguan kemih, radang amandel, dan gangguan menstrulasi (Tahseen dan Mishra 2013). Juga dapat mengobati sakit perut, ginjal, dan asam urat. Penelitian menunjukkan bahwa kumis kucing menunjukkan berbagai sifat farmakologis seperti anti-inflamasi, antioksidan, dan anti-bakteri. Di negara-negara Eropa dan Asia Tenggara, kumis kucing dimanfaatkan sebagai teh, dikenal juga dengan sebutan “java tea” (Himani et al. 2013).

Naungan

(14)

lain adalah dengan meningkatkan jumlah kloroplas per luas daun dan dengan peningkatan jumlah klorofil pada kloroplas.

Naungan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Pemberian naungan dilakukan pada tanaman dalam fase pembibitan. Pada fase pembibitan tanaman tidak tahan terhadap intensitas cahaya yang terlalu tinggi, tanaman pada fase pembibitan hanya memerlukan 30-40% cahaya. Pada tanaman kelompok C3 tidak hanya pada masa pembibitan tapi sepanjang siklus hidupnya memerlukan naungan. Fungsi naungan selain untuk mengurangi intensitas cahaya, naungan juga dimanfaatkan sebagai metode pengendalian gulma pada tanaman pokok. Pemberian naungan juga dapat mengurangi aliran udara di sekitar tajuk, manjaga kelembaban udara di daerah tajuk lebih stabil 60-70%, dapat mengurangi evapotranspirasi, dan menjaga keseimbangan antara kesediaan air dengan transpirasi dan fotosintesis tanaman (Handoko 2002).

Menurut Aminudin (2004), pada kisaran naungan 40-70% tidak mempengaruhi pertumbuhan, biomasa dan kandungan kalium tanaman kumis kucing. Sedangkan kandungan sinensetin tertinggi terdapat pada tingkat penutupan tajuk 61-70% yaitu sebesar 0.24%. Mariani (2009) menyebutkan bahwa naungan mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah daun, ukuran daun, bobot basah tajuk, dan bobot kering simplisia. Perlakuan naungan 50% menghasilkan tinggi tanaman tertinggi dan ukuran daun terbesar. Perlakuan tanpa naungan memperoleh jumlah cabang primer, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering simplisia tertinggi tanaman sambiloto (Androgaphis paniculata).

Pemupukan Nitrogen

(15)

Naungan mempengaruhi ketersediaan nitrogen dalam tanaman. Bonner (1965) menyebutkan bahwa pada tanaman dengan kondisi naungan yang tinggi terjadi penumpukan NO3- dan NH4+ dalam glutamin. Hal ini terjadi karena cahaya pada naungan tersebut tidak cukup untuk mengubah sumber nitrogen utama tersebut menjadi nitrogen organik yang akan dimanfaatkan untuk berbagai proses metabolisme tanaman. Penelitian Pradnyawan et al. (2004) menyebutkan bahwa kandungan nitrogen sambung nyawa terbesar terdapat pada perlakuan naungan 70% dan terendah pada perlakuan naungan 0%.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Biofarmaka, Laboratorium Pasca Panen, dan Laboratorium Biofarmaka Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Desember 2014 sampai Agustus 2015.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat pertanian, label, bagan warna daun (BWD), luximeter (alat pengukur intensitas cahaya), dan alat di laboratorium untuk proses analisis sinensetin adalah sonikator, rotavapour,

High Performance Liquid Chomatrography (HPLC).

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit kumis kucing aksesi intermediet (tangkai bunga putih dengan pucuk berwarna keunguan), pupuk kandang 20 ton ha -1, kapur pertanian 2 ton ha -1, dan bahan di laboratorium untuk proses analisis sinensetin adalah simplisia kumis kucing, methanol pa, kertas saring, air (H2O), tetrahidrofuran (THF), dan kertas saringan Whatman 0.45 μm.

Metode Penelitian

Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan petak tersarang (nested design) dengan dua faktor, yaitu tiga kelompok pemupukan nitrogen tersarang dalam empat naungan. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap unit percobaan berupa petak dengan ukuran 2.1 m x 1.5 m dengan menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm, sehingga terdapat 35 tanaman dalam satu petak. Total tanaman sebanyak 1 260 tanaman, setiap petak percobaan terdapat 6 tanaman contoh, sehingga total terdapat 216 tanaman contoh. Perlakuan yang diuji adalah naungan 0%, naungan 25%, naungan 50%, naungan 75%; dan pemupukan nitrogen, yaitu tanpa pemupukan nitrogen, pempukan 11.81 N kg ha-1split; dan pemupukan 11.81 N kg ha-1non split.

(16)

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan perlakuan pemupukan nitrogen ke-i, naungan ke-j, dan ulangan ke-k

μ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh utama faktor tetap pemupukan nitrogen lahan ke-i

j = pengaruh utama faktor acak naungan ke-j

τk(j) = pengaruh acak kelompok ke-k tersarang dalam naungan ke-j

ij = pengaruh acak interaksi antara faktor tetap pemupukan nitrogen ke-i, faktor acak naungan ke-j

εijk = pengaruh acak galat faktor tetap pemupukan nitrogen ke-i, faktor acak naungan ke-j, ulangan ke-k

Data pengamatan yang diperoleh jika menyebar normal dianalisis dengan uji F, jika tidak normal maka dilakukan transformasi. Data yang terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5% (Mattjik dan Sumertajaya 2013). Data diolah menggunakan SAS dan STAR IRRI.

Prosedur Penelitian

Persiapan lahan

Persiapan lahan dimulai dengan pembersihan gulma, pengolahan tanah sedalam 20 cm kemudian tanah diratakan menggunakan cangkul. Pembuatan petakan dengan ukuran 2.1 m x 1.5 m sebanyak 36 petak. Pemberian pupuk kandang (20 ton ha-1) dan kapur pertanian (2 ton ha-1) dilakukan setelah pembuatan petakan, kemudian didiamkan selama satu minggu.

Persemaian

Kegiatan dimulai dengan mempersiapkan bibit tanaman kumis kucing melalui persemaian. Bahan stek diambil dari tanaman induk yang pertumbuhannya subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit. Bibit yang digunakan sebagai bahan tanam penelitian berumur lima minggu di persemaian.

Penanaman

Penanaman kumis kucing dilakukan dengan membuat lubang tanam jarak tanam 30 cm x 30 cm. Setelah itu, bibit kumis kucing yang telah siap pindah tanam ditanam pada lubang yang telah disediakan dengan melepas polybag terlebih dahulu.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan berupa penyiraman, penyulaman, pengendalian gulma serta hama penyakit tanaman. Pada awal penanaman penyiraman dilakukan setiap hari. Pengendalian gulma dilakukan setiap hari selama penelitian. Pemupukan nitrogen dilakukan sesuai perlakuan perlakuan, yaitu tanpa pemupukan, pemupukan 11.81 N kg ha-1 split (diaplikasikan pada 2 MST dan 2 MSP) dan pemupukan 11.81 N kg ha-1non split (diaplikasikan pada 2 MST).

Pemanenan

(17)

kemudian dilakukan pengeringan didalam oven pada suhu 50oC - 60oC untuk daun selama 2-3 hari dan 1050C untuk batang dan bunga (Sembiring et al. 2012). Semakin tinggi suhu yang digunakan akan dapat menurunkan kadar sinensetin dalam daun kumis kucing (Susiani 2010).

Pengamatan

a. Komponen pertumbuhan tanaman kumis kucing dilakukan pengamatan terhadap 6 tanaman contoh. Peubah yang diamati meliputi:

1. Intensitas cahaya, diukur dengan menggunakan luximeter pada jam yang sama selama tiga hari.

2. Persentase tumbuh, dihitung berdasarkan rasio jumlah tanaman yang tumbuh terhadap tanaman secara keseluruhan. Pengamatan dilaksanakan pada 1 MST.

3. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh tertinggi. Pengamatan dilaksanakan mulai dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.

4. Jumlah daun, daun yang diamati ialah daun yang membuka penuh atau sempurna. Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen. 5. Jumlah cabang, diamati dengan menghitung seluruh cabang yang muncul.

Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.

6. Jumlah buku, dihitung dari salah satu cabang tanaman. Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.

7. Panjang ruas, diukur dari salah satu ruas dari cabang tanaman sampai buku pertama. Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen. 8. Diameter batang, dikur dari salah satu batang tanaman. Pengamatan

dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.

9. Warna daun, diamati perubahan yang terjadi akibat perlakuan naungan dan pupuk urea yang diberikan dengan menggunakan bagan warna daun. Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.

Gambar 1 Bagan warna daun (BWD)

10.Indeks luas daun (ILD), dilakukan setelah panen dengan menggunakan rumus (Syahadat 2012):

LD = Keterangan :

LD = Luas daun (cm2) BD = Bobot daun (g)

(18)

Indeks Luas Daun (ILD) ditentukan dengan menggunakan rumus :

11.Waktu berbunga, diamati ketika tanaman kumis kucing sudah berbunga 75% dari populasi tanaman tiap unit percobaan.

b. Komponen panen kumis kucing dilakukan pengamatan yang meliputi:

1. Bobot segar total, didapatkan dari bobot tanaman setelah dipanen yang mencakup daun, batang, dan bunga.

2. Bobot kering total, didapatkan dari bobot tanaman setelah dipanen dan dikeringkan mencakup daun, batang, dan bunga.

3. Bobot daun segar, diperoleh dengan menimbang seluruh daun yang telah dikeringkan.

4. Bobot daun kering, diperoleh dengan menimbang seluruh daun yang telah dikeringkan.

5. Bobot batang segar, diperoleh dengan menimbang seluruh batang setelah panen dalam keadaan segar.

6. Bobot batang kering, diperoleh dengan menimbang seluruh batang setelah dikeringkan.

7. Estimasi produktivitas daun segar selama satu tahun Hasil (ton ha-1) =

8. Estimasi produktivitas daun kering selama satu tahun

Hasil (ton ha-1) =

9. Kadar air, data bobot segar dan kering digunakan untuk mengetahui kadar

air dengan menggunakan rumus: Kadar air (%) =

10.Rendemen Simplisia Daun per hektar

Rendemen (%) =

11.Kandungann senyawa sinensetin. Simplisia kumis kucing dihaluskan, diambil sebanyak 1 gram dilarutkan menggunakan methanol 100 ml, selanjutnya di shaker selama 4 jam kemudian disaring. Setelah itu dilakukan evaporate hingga tersisa 5 ml. Ekstrak yang dihasilkan dilarutkan ke 10 ml dengan pelarut campuran NaOH : air (6:4), saring 0.45 μm kemudian diinjeksikan kedalam HPLC. Penentuan kadar sinensetin menggunakan rumus (Suryana 2010):

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Hasil analisis tanah yang dilakukan sebelum perlakuan menunjukkan bahwa tanah pada lahan penelitian berjenis latosol dan bertekstur lempung berliat, memiliki pH 4.9, C-organik sebesar 1.67%, N-total 0.14%, P2O5 8.6 ppm, dan K2O 98 ppm (Lampiran 1). Pemupukan dilakukan pada umur 2 MST dan 2 MSP dengan cara membuat alur yang mengelilingi tanaman. Rata-rata curah hujan bulanan selama penelitian sebesar 238 mm bulan-1, rata-rata suhu harian sebesar 26oC (Lampiran 2). Hasil pengukuran intensitas cahaya pada naungan 0%, 25%, 50% dan 75% secara berturut-turut adalah 57339.70 lux, 40929.19 lux, 26369.70 lux, 4685.81 lux (lampiran 3).

Pertumbuhan tanaman pada awal penanaman kurang baik disebabkan oleh kondisi cuaca yang panas dan kekurangan air, namun dapat diatasi dengan melakukan penyiraman secara rutin. Kondisi umum penelitian disajikan pada lampiran 4. Persentase tumbuh tanaman kumis kucing pada umur 1 MST cukup tinggi yaitu sekitar 97.77-98.73%.

Tabel 1 Persentase tumbuh kumis kucing pada 1 MST Tingkat naungan (%) Persentase tumbuh (%)a

0 % 97.77

25 % 98.73

50 % 98.41

75 % 98.73

a

MST: minggu setelah tanam; 0: tanpa pupuk N; 11.81: 11.81 N kg ha-1split; 11.81: 11.81 N kg ha-1

non split.

(20)

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa naungan mempengaruhi pertumbuhan kumis kucing pada panen pertama dan kedua. Pemupukan nitrogen dan interaksi antara naungan dan pemupukan nitrogen pada umumnya tidak mempengaruhi pertumbuhan kumis kucing (Tabel 2). Pada panen pertama, naungan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang, indeks luas daun dan berpengaruh nyata terhadap panjang ruas. Interaksi antara naungan dan pemupukan nitrogen berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Pada panen kedua, naungan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun dan indeks luas daun, serta berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, panjang ruas dan diameter batang.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan terhadap peubah pertumbuhan panen pertama dan kedua pada 7 MST

Peubah

Hasil analisis sidik ragam

Panen 1 (MST) Panen 2 (MSP)

N P NxP KK N P NxP KK

Persentase tumbuh tn tn tn 2.88 - - - -

Tinggi tanaman tn tn tn 20.71 tn tn tn 18.53

Jumlah daun ** tn tn 15.88 ** tn tn 20.83

Jumlah cabang ** tn tn 21.15 * tn tn 15.98

Jumlah buku tn tn tn 6.19 tn tn tn 7.69

Panjang ruas * tn tn 21.30 * tn tn 15.76

Diameter batang ** tn * 10.48 * tn tn 11.55

ILD ** tn tn 22.88 ** * tn 25.85

Umur berbunga ** ** ** 0 ** ** ** 0

Keterangan: ** : Berpengaruh sangat nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 99%; * : berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 95%; + : berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 90%; N: naungan; P: pemupukan nitrogen; NxP: interaksi naungan dan pemupukan nitrogen; tn : tidak nyata; KK = koefisien keragaman; tr: hasil transformasi akar (x+0.5)-1.

(21)

Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman contoh kumis kucing

Peubah

Hasil analisis sidik ragam

Panen 1 Panen 2

N P NxP KK N P NxP KK

Bobot segar

Total * tn tn 27.08 tn tn * 18.93tr

Daun * tn tn 20.84 tn tn * 19.43tr

Batang tn tn tn 19.57tr tn tn * 15.62tr

Bunga ** tn tn 16.03tr ** tn tn 11.36tr

Bobot kering

Total ** * tn 21.20 tn tn tn 25.66

Daun ** * tn 17.88 tn tn tn 25.39

Batang tn tn tn 13.30tr * tn tn 25.25

Bunga ** ** ** 5.74tr ** tn tn 31.44tr

Kadar air

Daun ** tn tn 8.82 tn tn tn 24.16

Batang tn tn tn 20.75 tn tn tn 17.91

Bunga tn tn tn 13.23tr tn tn tn 16.00tr

RS ** tn tn 8.82 tn tn tn 24.16

Keterangan: **: Berpengaruh sangat nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 99%; *: berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 95%; + : berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 90%; N: naungan; P: pemupukan nitrogen; NxP: interaksi naungan dan pemupukan nitrogen; tn: tidak nyata; KK: koefisien keragaman; tr:hasil transformasi akar (x+0.5)-1; RS: Rendemen daun.

(22)

Tabel 4 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman per petak

Peubah

Hasil analisis sidik ragama

Panen 1 Panen 2

N P NxP KK N P NxP KK

Bobot segar

Total * * tn 23.22 tn tn tn 6.62tr

Daun * * tn 19.49 tn tn tn 6.83tr

Batang * tn tn 5.85tr tn tn tn 7.18tr

Bunga ** tn tn 16.18tr ** tn tn 27.79tr

Bobot kering

Total ** tn tn 4.90tr tn tn tn 27.85

Daun ** ** tn 14.47 tn tn tn 27.46

Batang * * tn 25.42 tn tn tn 26.59

Bunga ** ** tn 14.88tr ** tn tn 38.29tr

Kadar air

Daun ** * tn 9.51 tn tn tn 20.02

Batang * tn tn 21.28 tn tn tn 17.26

Bunga tn tn tn 13.27tr tn tn tn 23.44tr

RS ** * tn 9.51 tn tn tn 20.02

Produktivitas

PDS ** * tn 19.62 * tn * 16.74tr

PDK ** * tn 13.83 ** tn tn 28.84

Keterangan: **: Berpengaruh sangat nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 99%; *: berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 95%; + : berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 90%; N: naungan; P: pemupukan nitrogen; NxP: interaksi naungan dan pemupukan nitrogen; tn tidak nyata; KK: koefisien keragaman; tr:hasil transformasi akar log (x+1); RS: rendemen daun; PDS: estimasi produktivitas daun segar per tahun; PDK: estimasi produktivitas daun kering per tahun.

Pertumbuhan vegetatif

Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang

(23)

Tinggi tanaman Jumlah daun Jumlah cabang

0%

25%

50%

75%

Gambar 2 Pola pertumbuhan vegetatif kumis kucing pada berbagai tingkat naungan

Tanaman tanpa naungan umumnya menghasilkan jumlah daun, jumlah cabang tertinggi pada panen pertama dan kedua (Tabel 5). Perlakuan nuangan 75% menurunkan jumlah daun, jumlah cabang sebesar 62.45% dan 61.72%.

(24)

Tabel 5 Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang 7 MST

Peubah Naungan

0 % 25 % 50 % 75 %

Panen 1

Tinggi tanaman (cm) 40.22 45.70 43.67 40.92 Jumlah daun 306.92 a 259.45 b 244.54 b 115.24 c Jumlah cabang 22.31 a 15.58 b 17.30 b 8.54 c

Panen 2

Tinggi tanaman (cm) 26.40 27.74 25.01 25.15 Jumlah daun 407.02 a 383.59 a 362.02 a 176.41 b Jumlah cabang 5.74 a 4.84 bc 5.58 ab 4.48 c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%.

Pada panen pertama, kumis kucing yang ditanam dengan pemupukan 11.81 N kg ha-1split menghasilkan jumlah daun tertinggi. Pemupukan 11.81 N kg ha-1split meningkatkan jumlah daun 15.21% (Tabel 6).

Tabel 6 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang

Peubah Pupuk nitrogen (kg ha

-1 )

0 11.81 (split) 11.81 (non split)

Panen 1

Tinggi tanaman (cm) 42.33 44.44 41.12

Jumlah daun 213.40 b 251.71 a 229.49 ab

Jumlah cabang 14.94 17.19 15.67

Panen 2

Tinggi tanaman (cm) 25.93 26.57 25.72

Jumlah daun 323.26 358.17 315.35

Jumlah cabang 5.09 5.51 4.89

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

Jumlah buku, panjang ruas, dan diameter batang

(25)

Tabel 7 Pengaruh naungan terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan diameter

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%.

Pada panen pertama, kumis kucing yang ditanam dengan pemupukan 11.81 N kg ha-1 split menghasilkan panjang ruas tertinggi namun tidak berbeda dengan perlakuan tanpa pemupukan nitrogen.

Tabel 8 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan diameter batang

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

Warna daun

(26)

Tabel 9 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap warna daun panen MSP setengah dosis; WD1: warna daun pada 7 MST; WD2: warna daun pada 7 MSP.

Indeks luas daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa naungan dan pemupukan nitrogen mempengaruhi indeks luas daun (ILD) panen pertama dan kedua (Tabel 10). Naungan 50% memiliki ILD terbesar yaitu dua kali lebih besar dibandingkan naungan 0%. Pemupukan 11.81 N kg ha-1 split menghasilkan nilai ILD paling besar yaitu 1.41 kali lebih besar dibandingkan tanpa pemupukan.

Tabel 10 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap indeks luas daun petak kumis kucing pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Indeks luas daun masing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT

pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan

(27)

Pertumbuhan generatif

Umur berbunga

Tanaman kumis kucing pada naungan 0% dan 25% paling cepat berbunga jika dibandingkan dengan naungan lainnya (Tabel 11), terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat naungan menyebabkan semakin lama tanaman untuk berbunga. Hal inilah yang mengakibatkan frekuensi panen semakin kecil atau rotasi panen semakin lama. Frekuensi panen naungan 0% dan 25% lebih besar satu setengah kali jika dibandingan naungan lainnya.

Tabel 11 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap umur berbunga pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Panen 1

(minggu)

Panen 2 (minggu)

Rata-rata (minggu)

Frekuensi panen Tingkat Naungan (%)

0 8.00 c 7.00 c 7.50 c 6.00 a

25 8.00 c 7.00 c 7.50 c 6.00 a

50 9.00 b 9.00 b 9.00 b 5.00 b

75 12.00 a 12.00 a 12.00 a 4.00 c

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 9.25 8.75 9.00 5.25

11.81 (split) 9.25 8.75 9.00 5.25

11.81 (non split) 9.25 8.75 9.00 5.25

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

Komponen hasil

Bobot segar tanaman contoh

(28)

Tabel 12 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar tanaman contoh pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Bobot segar (g)

a

Daun Batang Bunga Total

Panen I Tingkat Naungan (%)

0 31.79 a 22.89 (4.67 a) 3.91 (2.04 a) 58.43 a

25 31.95 a 21.14 (4.62 a) 2.58 (1.74 b) 55.61 a

50 33.17 a 23.16 (4.83 a) 1.17 (1.27 c) 56.31 a

75 24.33 b 14.13 (3.74 b) 0.06 (0.74 d) 38.52 b

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 27.23 17.88 (4.21) 1.69 (1.40 ab) 46.68

11.81 (split) 31.50 23.64 (4.80) 2.46 (1.59 a) 56.72

11.81 (non split) 32.20 19.48 (4.38) 1.64 (1.36 b) 53.31

Panen 2 Tingkat Naungan (%)

0 21.76 9.95 (3.17) 2.08 (1.97 a) 35.43 (5.85)

25 20.55 11.91 (3.44) 2.02 (1.86 a) 36.03 (5.79)

50 20.14 12.13 (3.51) 1.62 (1.25 b) 33.41 (5.76)

75 17.41 8.75 (2.96) 1.01 (0.77 c) 26.28 (5.08)

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 17.28 9.65 (3.12) 1.71 (1.37) 28.63 (5.24)

11.81 (split) 22.34 11.47 (3.38) 2.37 (1.51) 36.19 (5.90)

11.81 (non split) 20.28 10.93 (3.32) 2.33 (1.52) 33.63 (5.71)

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2

MST dan 2 MSP setengah dosis; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi (x+0.5)-1.

(29)

Tabel 13 Pengaruh interaksi naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar total, batang, dan bunga panen kedua

Naungan (%) Pupuk nitrogen (kg ha

-1

)a

0 11.81 (split) 11.81 (non split)

Bobot segar total

0 43.22 a 34.69 a 28.38 b

25 13.80 b 43.41 a 50.89 a

50 29.78 ab 37.64 a 32.81 ab

75 27.73 ab 29.03 a 22.09 b

Bobot segar daun

0 25.94 a 22.69 a 16.65 ab

25 6.94 b 24.91 a 29.79 a

50 18.36 ab 22.28 a 19.77 a

75 17.88 ab 19.47 a 14.90 ab

Bobot segar batang

0 12.64 a 8.05 b 9.16 b

25 6.28 c 14.24 a 15.22 a

50 10.13 ab 14.12 a 12.14 ab

75 9.57 ab 9.49 ab 7.18 b

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

Bobot kering tanaman contoh

(30)

Tabel 14 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot kering tanaman contoh pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Bobot kering (g)

a

Daun Batang Bunga Total

Panen 1 Tingkat Naungan (%)

0 6.47 a 3.44 (1.96 ab) 0.62 (1.06 a) 10.53 a

25 4.87 b 3.28 (1.93 ab) 0.33 (0.91 b) 8.49 b

50 6.13 a 4.27 (2.17 a) 0.17 (0.81 c) 10.57 a

75 3.95 b 2.97 (1.82 b) 0.01 (0.71 d) 6.95 b

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 4.75 b 3.11 (1.88) 0.21 (0.84 b) 8.07 b

11.81 (split) 5.87 a 3.95 (2.09) 0.37 (0.92 a) 10.21 a

11.81 (non split) 5.45 ab 3.42 (1.95) 0.25 (0.85 b) 9.14 ab

Panen 2 Tingkat Naungan (%)

0 3.57 ab 1.82 b 0.46 (0.97 a) 5.87 a

25 3.06 b 2.17 ab 0.33 (0.90 ab) 5.57 ab

50 4.02 a 2.50 a 0.21 (0.83 b) 6.74 a

75 2.96 b 1.64 b 0.01 (0.71 c) 4.62 c

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 3.15 1.98 0.22 (0.84) 5.36

11.81 (split) 3.57 2.13 0.30 (0.88) 6.01

11.81 (non split) 3.48 1.99 0.25 (0.85) 5.73

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2

MST dan 2 MSP setengah dosis; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi (x+0.5)-1.

Kadar air tanaman contoh

(31)

Tabel 15 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar air tanaman contoh pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Kadar air(%)

a

Rendemen simplisia (%)

Daun Batang Bunga

Panen 1 Tingkat Naungan (%)

0 21.00 a 17.12 ab 17.54 (4.19 ab) 21.00 a

25 15.27 c 15.76 b 12.74 (3.62 b) 15.27 c

50 18.64 b 18.49 ab 15.51 (3.98 ab) 18.64 b

75 16.22 c 20.55 a 10.80 (4.36 a) 16.22 c

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 17.67 ab 17.91 13.17 (3.82) 17.67 ab

11.81 (split) 18.66 a 17.94 15.38 (4.09) 18.66 a

11.81 (non split) 17.02 b 18.10 13.90 (4.10) 17.02 b

Panen 2 Tingkat Naungan (%)

0 18.63 19.63 14.31 (3.81) 18.63

25 17.85 19.73 14.66 (3.77) 17.85

50 20.08 21.28 19.26 (4.42) 20.08

75 17.47 19.37 10.08 (3.93) 17.47

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 19.40 21.35 16.28 (4.04) 19.40

11.81 (split) 17.64 19.77 14.83 (4.04) 17.64

11.81 (non split) 18.49 18.90 12.62 (3.88) 18.49

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2

MST dan 2 MSP setengah dosis; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi (x+0.5)-1.

Bobot segar tanaman per petak

Naungan dan pemupukan nitrogen mempengaruhi seluruh peubah bobot segar panen pertama dan tidak mempengaruhi pada panen kedua (Tabel 16). Pada panen pertama, aungan 75% menurunkan bobot segar daun, batang, bunga, dan total masing-masing sebesar 23.81%, 36.14%, 98.90%, dan 29.76% dibandingkan perlakuan tanpa naungan. Pada umumnya pemupukan 11.81 N kg ha-1 split

(32)

Tabel 16 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar tanaman per petak pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Bobot segar (g)

a

PDS (ton ha-1)

Daun Batang Bunga Total

Panen 1 Tingkat naungan (%)

0 877.70 a 620.20 (2.73 a) 175.41 (2.04a) 1518.60 a 2.78 a

25 917.24 a 626.10 (2.77 a) 77.70 (1.87 a) 1621.00 a 2.91 a

50 885.62 a 650.90 (2.80 a) 28.28 (1.42 b) 1545.70 a 2.81 a

75 668.67 b 396.00 (2.56 b) 1.92 (0.38 c) 1066.60 b 2.12 b

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 730 b 481.72 (2.65 b) 47.96 (1.38) 1255.80 b 2.32 b

11.81 (split) 890 a 678.07 (2.80 a) 68.23 (1.54) 1622.40 a 2.82 a

11.81 (non split) 890.82 a 560.06 (2.70 ab) 96.28 (1.36) 1435.40 ab 2.82 a

Panen 2 Tingkat Naungan (%)

0 598.55 (2.73) 289.95 (2.41) 98.88 (1.86 a) 984.20 (2.93) 1.90 (0.44)

25 576.85 (2.66) 339.59 (2.49) 99.62 (1.79 a) 1016.10 (2.93) 1.83 (0.41)

50 527.87 (2.69) 324.48 (2.47) 30.05 (1.40 b) 882.10 (2.91) 1.67 (0.41)

75 479.88 (2.65) 246.12 (2.34) 2.95 (0.46 c) 728.90 (2.82) 1.52 (0.39)

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 435.29 (2.59) 256.37 (2.37) 43.65 (1.35) 753.10 (2.82) 1.43 (0.36) 11.81 (split) 620.31 (2.74) 330.46 (2.46) 64.75 (1.35) 1013.1 (2.94) 1.96 (0.45) 11.81 (non split) 563.76 (2.72) 313.26 (2.46) 65.23 (1.34) 942.30 (2.93) 1.78 (0.43) a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST, non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis; PDS: estimasi produksi daun segar per hektar; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi log (x+1).

Bobot kering tanaman per petak

(33)

Tabel 17 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot kering tanaman per petak pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Bobot kering (g)

a

PDK (ton ha-1)

Daun Batang Bunga Total

Panen 1 Tingkat naungan (%)

0 170.58 a 91.42 b 15.96 (1.19 a) 341.71 (2.48 a) 0.54 a

25 138.11 b 93.15 b 10.12 (1.01 b) 241.39 (2.37 ab) 0.43 b

50 167.41 a 123.31 a 4.19 (0.69 c) 294.87 (2.46 ab) 0.53 a

75 106.37 c 83.22 b 0.34 (0.11 d) 190.15 (2.25 b) 0.33 c

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 127.40 b 85.90 b 6.01 (0.70 b) 219.32 (2.32 b) 0.40 b

11.81 (split) 163.68 a 114.51 a 10.25 (0.85 a) 288.43 (2.45 a) 0.51 a

11.81 (non split) 145.77 a 92.92 b 6.70 (0.70 b) 293.35 (2.41 ab) 0.46 a

Panen 2 Tingkat Naungan (%)

0 101.52 53.03 ab 12.87 (1.06 a) 167.42 0.32

25 88.14 62.46 ab 9.38 (0.93ab) 159.99 0.27

50 104.70 65.81 a 5.33 (0.73 b) 175.80 0.33

75 82.65 47.43 b 0.36 (0.13 c) 130.45 0.26

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 83.67 53.03 5.84 (0.68) 142.52 0.26

11.81 (split) 99.89 60.87 8.13 (0.72) 168.90 0.31

11.81 (non split) 99.20 57.64 6.98 (0.86) 163.83 0.31

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST, non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis; PDK:estimasi produksi daun kering per hektar; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi log (x+1).

Kadar air tanaman dan rendemen simplisia daun per petak

(34)

Tabel 18 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar air tanaman per petak pada panen pertama dan kedua

Perlakuan Kadar air(%)

perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α

5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST, non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis; RS: rendemen simplisia daun; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi log (x+1).

Estimasi produktivitas daun segar dan kering dalam periode satu tahun

(35)

Tabel 19 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap produktivitas daun segar, produktivitas daun kering dalam periode satu tahun

Perlakuan Frekuensi Panen Produktivitas daun segar

(ton ha-1 tahun-1)

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 5.25 7.53 (0.87) 1.39

11.81 (split) 5.25 10.43 (1.01) 1.66

11.81 (non split) 5.25 9.67 (0.98) 1.68

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi log (x+1).

Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan dan Hasil Panen

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel yang digunakan (Walpole 2005). Koefisien korelasi (r) bernilai mendekati 1 berarti mempunyai korelasi yang positif dan kuat, jika r mendekati -1 maka mempunyai hubungan korelasi yang negatif dan kuat. Menurut Gomez dan Gomez (1995), nilai korelasi berada pada selang -1 sampai 1, jika nilai korelasi mendekati -1 atau 1, maka kedua peubah tersebut memiliki hubungan positif maupun negatif yang sangat kuat.

(36)

Tabel 20 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada

Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa tinggi tanaman sangat berkorelasi positif terhadap jumlah buku, bobot segar total, bobot segar daun, bobot kering total, dan bobot kering daun. Jumlah daun berkorelasi sangat positif terhadap jumlah cabang, bobot segar total, bobot kering total, bobot kering daun, dan berkorelasi positif terhadap bobot segar daun. Hal ini menjelaskan bahwa semakin banyak jumlah daun maka cabang, bobot segar total, bobot kering total, bobot kering daun, dan bobot segar daun semakin tinggi pula.

Tabel 21 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada panen kedua

(37)

dan kromatogram dari masing-masing sampel naungan disajikan pada lampiran 5 dan 6. Berdasarkan hasil analisis sinensetin, naungan 75% menghasilkan sinensetin paling rendah yakni 0.13%. Menurut Kemenkes RI (2009) dalam Farmakope Herbal Indonesia kadar sinensetin simplisia kumis kucing harus tidak kurang dari 0.10%, sedangkan ekstrak kental daun kumis kucing harus mengandung sinensetin tidak kurang dari 1.10%.

Produksi sinensetin adalah jumlah biomassa simplisia per tanaman dikalikan dengan kandungan sinensetin yang dimilikinya. Naungan 0% menghasilkan produksi sinensetin per petak 1.6 kali lebih besar dibandingkan naungan 75% Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi taraf naungan menyebabkan semakin rendah produksi sinensetin. Produksi total sinensetin yang tinggi pada tanaman kumis kucing dapat dihasilkan dengan menanam kumis kucing pada naungan 0% atau tumpangsari dengan naungan hingga 50%.

Tabel 22 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar sinensetin pada berbagai taraf naungan dan pemupukan nitrogen

Perlakuan Kadar sinensetin Bobot simplisia Produksi sinensetin

mg gr-1 % (g m-2) (g m-2)

Tingkat Naungan (%)

0 1.49 0.15 136.05 20.28

25 1.58 0.16 113.13 21.82

50 1.51 0.15 136.05 20.61

75 1.27 0.13 94.51 12.00

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

0 1.49 0.15 105.53 15.78

11.81 (split) 1.42 0.14 131.79 18.72

11.81 (non split) 1.47 0.15 122.49 18.08

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

Pembahasan

(38)

26369.70 lux, 4685.81 lux. Intensitas cahaya yang tinggi pada naungan 0% menyebabkan suhu udara dan suhu tanah yang lebih tinggi dibandingkan naungan lainnya. Suhu tanah dan suhu udara relatif menurun dengan bertambahnya taraf naungan.

Pertumbuhan adalah bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan bobot kering. Pertumbuhan hanya terjadi pada lokasi tertentu saja, yaitu pada jaringan meristem. Jaringan meristem merupakan jaringan yang terdiri dari sel-sel yang pada keadaan optimum dan mengalami pembelahan sel terjadi secara terus menerus (Darmawan dan Baharsjah 2010).

Pola pertumbuhan kumis kucing merupakan pola indeterminate dimana tanaman masih mengalami peningkatan tinggi dari fase vegetatif sampai generatif (Gambar 2). Tinggi tanaman pada panen pertama lebih besar daripada panen kedua. Hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman pada panen pertama terjadi dominansi apikal dimana pertumbuhan ujung batang mendominasi pertumbuhan sehingga pembentukan cabang lateral dihambat. Jumlah cabang panen kedua lebih besar dari panen pertama karena efek dari pemangkasan saat panen yang menyebabkan munculnya tunas cabang lateral yang lebih banyak. Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa penambahan jumlah cabang ini dapat terjadi karena hilangnya dominansi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk batang utama. Jumlah cabang yang semakin banyak menyebabkan jumlah daun semakin banyak karena daun kumis kucing terdapat dalam buku-buku pada batang tanaman. Bobot batang dan daun pada panen pertama lebih besar dari pada panen pertama, meskipun jumlah cabang dan jumlah daun lebih besar pada panen kedua. Hal ini diduga karena pada panen pertama hari hujan lebih tinggi sehingga lama penyinaran menjadi rendah yang menyebabkan masa panen yang lebih lama dan mendorong pertumbuhan vegetatif lebih besar. Sesuai penelitian Rosliani et al

(2005) yang menyebutkan bahwa waktu tanam bawang merah berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman berbunga, hari hujan yang tinggi menyebabkan penyinaran rendah sehingga persentase tanaman berbunga yang lebih rendah. Uji korelasi menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara jumlah cabang terhadap jumlah daun serta jumlah daun terhadap bobot segar total, bobot segar daun, bobot kering total, dan bobot kering daun. Menurut Moko et al. (1997), bobot segar dan kering yang lebih tinggi berkaitan pula dengan jumlah dan penambahan panjang cabang yang dihasilkan, dimana setiap cabang akan menghasilkan daun pada setiap ruasnya.

Pertumbuhan tinggi tanaman diikuti dengan pertumbuhan jumlah buku dan panjang ruas. Tinggi tanaman dan jumlah buku tanaman kumis kucing tidak menunjukkan hasil yang berbeda (Tabel 5 dan 7). Hal ini tidak sesuai dengan Golworthy dan Fisher (1992) yang menyebutkan bahwa tanaman ternaungi akan meningkatkan tinggi tanaman untuk meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya. Auksin yang tertimbun di sisi cahaya rendah dapat mengakibatkan pemanjangan lebih cepat sehingga tanaman tumbuh lebih tinggi. Penelitian Mariani (2009) menyebutkan bahwa rata-rata tinggi tanaman sambiloto mengalami kenaikan dengan meningkatnya taraf naungan.

(39)

sebagai akibat meningkatnya jumlah sel dan meluasnya sel, dan pembelahan sel terjadi pada dasar ruas (interkalar) bukan pada meristem ujung. Harjadi (1984) menambahkan bahwa intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan pembentukan ruas akan lebih pendek dibandingkan dengan pemberian intensitas cahaya rendah, karena hormon auksin akan rusak jika terpapar sinar matahari. Pada penelitian ini panjang ruas terkecil terdapat pada naungan 25%, sementara naungan lainnya tidak memberikan hasil yang berbeda (Tabel 7). Hal ini diduga karena pada ruas yang diamati (ruas kedua dari pangkal batang) tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Rata-rata jumlah daun mengalami penurunan dengan meningkatnya taraf naungan (Tabel 5). Hal ini disebabkan karena naungan mengurangi penangkapan energi matahari sehingga produksi fotosintat untuk pembentukan daun rendah (Kurniawati et al. 2005). Golworthy dan Fisher (1992) menambahkan bahwa daun yang ternaungi lebih cepat tua sehingga daun tidak menyumbang fotosintat bersih sehingga laju pertumbuhan vegetatif terhambat dan jumlah daun tanaman menjadi berkurang. Sesuai dengan penelitian Dainy (2006) yang melaporkan peningkatan tingkat naungan menyebabkan terjadinya penurunan jumlah daun tanaman sambung nyawa.

Jumlah cabang dan diameter batang memiliki kecenderungan semakin menurun dengan meningkatnya taraf naungan (Tabel 5 dan 7). Hal ini terjadi karena tanaman menggunakan energinya lebih banyak untuk menaikkan apeks batangnya menuju puncak kanopi (Salisbury dan Ross 1995). Penelitian Mariani (2009) menyebutkan bahwa rata-rata jumlah cabang sambiloto akan menurun dengan meningkatnya naungan. Azmi (2013) menyebutkan bahwa pada naungan 75% menghasilkan diameter batang terkecil tanaman tomat.

Pengukuran warna daun dilakukan dengan bagan warna daun (BWD) yang memiliki skala warna dimana semakin tinggi nilainya menunjukkan warna daun yang semakin hijau tua (Gani 2007). Semakin tinggi taraf naungan menyebabkan warna daun semakin tua. Sopandie (2013) menyebutkan bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan adalah dengan meningkatkan jumlah kloroplas per luas daun dan jumlah klorofil pada kloroplas. Salisbury dan Ross (1995) menambahkan bahwa pada intensitas cahaya rendah, kloroplas akan mengumpul pada kedua sisi dinding sel terdekat dan terjauh dari cahaya. Hal ini yang menyebabkan warna daun lebih hijau karena posisi kloroplas yang terkonsentrasi pada permukaan daun. Sesuai dengan penelitian Budi (2003) yang menyebutkan bahwa warna daun filodendron menjadi hijau tua dengan bertambahnya tingkat intensitas naungan.

(40)

Luas daun berperan penting dalam proses fotosintesis dan sering digunakan dalam analisis pertumbuhan tanaman (Haryadi 2013). Nilai ILD paling tinggi dihasilkan oleh tanaman pada naungan 50%. Nilai ILD yang tinggi ini menunjukkan bahwa tanaman dalam kondisi tersebut lebih efisien dalam memanfaatkan intensitas cahaya matahari sebagai faktor tumbuh. Levitt (1980) menyebutkan bahwa kemampuan tanaman dalam melanjutkan fotosintesis dalam kondisi defisit cahaya melalui dua cara, yakni mekanisme penghindaran yang berkaitan dengan respons perubahan anatomi dan morfologi daun untuk fotosintesis yang efisien serta mekanisme toleran yang berkaitan dengan penurunan titik kompensasi cahaya serta respirasi yang efisien. Taiz dan Zeiger (2010) menambahkan bahwa daun tanaman yang ternaungi akan lebih tipis dan lebar daripada areal terbuka, yang disebabkan oleh pengurangan lapisan palisade dan sel-sel mesofil. Sesuai dengan penelitian Pradnyawan et al. 2004 yang menyebutkan bahwa naungan 70% dapat meningkatkan luas daun, sedangkan penggunaan naungan 0% menghasilkan luas daun yang paling kecil dibandingkan perlakuan lainnya.

Pemupukan 11.81 kg N ha-1 split dan non split tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku, diameter batang. Hal ini diduga karena peranan nitrogen sebagai unsur utama pembentuk klorofil dan hasil fotosintesis daun lebih banyak dipusatkan terhadap ukuran daun (Devlin 1977). Sesuai dengan penelitian Andalusia (2005) yang menyebutkan bahwa perlakuan pemupukan urea tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah cabang tanaman jati belanda. Rohmaliah (2003) melaporkan bahwa pengaruh pupuk urea nyata meningkatkan jumlah daun pada tanaman daun dewa.

Pemupukan 11.81 kg N ha-1 split dan non split meningkatkan produktivitas daun segar dan produktivitas daun kering hanya sampai panen pertama. Hal ini diduga karena dosis nitrogen yang diberikan kurang, yakni hanya 0.3 dari dosis rekomendasi penelitian Bonifasius (2014). Produktivitas daun kering per hektar pada penelitian ini mencapai 510 kg pada panen pertama dan 310 kg pada panen kedua. Bonifasius (2014) menyebutkan bahwa produktivitas daun kering per hektar dengan perlakuan pemupukan 39.37 kg ha-1 pada panen pertama dan kedua mencapai 409.67 kg dan 676.82 kg. Estimasi produktivitas daun per tahun pada penelitian ini mencapai berkisar antara 1.04-3.24 ton ha-1. Penelitian Nurhajijah (2014) melaporkan bahwa estimasi produktivitas daun kering per tahun pada umur saat berbunga hingga dua minggu setelah berbunga berkisar antara 7.66-9.54 ton ha-1.

(41)

segar dan kering total per tanaman mangkokan, beluntas dan kenikir pada lahan naungan 0% lebih tinggi dibanding peubah yang sama di lahan ternaungi.

Kadar air daun berkisar 16.22-21.00%, kadar air batang berkisar 15.76-21.35%, kadar air bunga berkisar 10.08-19.26% (Tabel 15). Menurut Gatari (2014), persentase kadar air yang tinggi menunjukkan daun tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar sehingga harus langsung dikeringkan agar daun tidak busuk dan rusak. Kadar air simplisia daun kumis kucing berdasarkan ISO-1575-1987 adalah maksimal 14% atau sesuai dengan standar Materia Medika Indonesia (MMI) yaitu ≤10% (Sukmasari β00γ; Isnawati et al. 2006). Rendemen simplisia daun panen pertama dan kedua berkisar 15.27-21.00% dan 17.64-20.08% (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa dari 100 g bobot segar daun dapat menghasilkan 15-21 g bobot kering daun pada panen pertama dan 17-20 g bobot kering daun pada panen kedua. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian Nurhajijah (2014) yang menyebutkan bahwa rendemen simplisia daun antar perlakuan berkisar 11.41-20.71%.

Sinensetin merupakan zat yang dihasilkan proses metabolisme sekunder yang termasuk ke dalam golongan flavonoid dari jenis flavon. Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa kadar sinensetin paling rendah dihasilkan pada naungan 75%. Hal ini diduga karena flavon memiliki peran sebagai pelindung terhadap cahaya UV gelombang panjang. Secara umum, cahaya mampu meningkatkan kadar flavonoid dalam tanaman. Awad et all (2001) menyatakan bahwa cahaya pada kondisi naungan mengandung sinar UV-A, biru, hijau dan sinar merah yang sedikit sehingga semakin tinggi taraf naungan memiliki kandungan flavonoid yang semakin rendah. Kurniawati et al. (2012) menambahkan bahwa sambung nyawa dengan perlakuan sinar UV-C menghasilkan flavonoid yang lebih besar dibandingkan tanpa sinar UV-C.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin terbaik dihasilkan pada naungan 0% atau tanpa naungan. Naungan 0% menghasilkan jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang, hasil panen tertinggi namun tidak berbeda hingga naungan 50%. Kadar sinensetin paling rendah dihasilkan pada naungan 75%, namun masih diatas standar minimal yang ditetapkan Farmakope. Pemupukan 11.81 kg N ha-1 diberikan sekali pada awal pertumbuhan (non split) dan dua kali aplikasi (split) selama satu kali panen (8 MST) meningkatkan produktivitas daun segar dan produktivitas daun kering kumis kucing.

Saran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2003. Pengaruh pupuk nitrogen dan perambatan terhadap pertumbuhan dan produksi daun saga manis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Akowuah GA, Zhari I, Norhayati I, Sadikun A, Khomsah SN. 2004. Sinensetin, eupatorin, γ‟-hydroxy-5, 6, 7, 4‟-tetramethoxyflavone and rosmarinic acid contents and antioxidative effect of Orthosiphon stamineus from Malaysia. Food Chemistry. 87: 559–566.

Aminudin I. 2004. Kandungan sinensetin dan kalium pada kumis kucing (Orthosiphon aristatus (B1) Miq) di bawah berbagai tingkat penutupan tajuk [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Andalusia J. 2005. Pengaruh media tanam dan pupuk N terhadap pertumbuhan bibit jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Awad MA, Patricia SW, Jager AD. 2001. Effects of light on flavonoid and chlorogenic acid concentrations in the skin of „Jonagold‟ apples. Scientia Horticulturae 88: 289-298.

Azmi N. 2013. Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan dan produksi enam varietas tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Basheer A, Majid A. 2011. Medicinal potentials of Orthosiphon Stamineus Benth.

WebmedCentre. 1361(2011): 1-13.

Budi AF. 2003. Respon tumbuh tiga spesies tanaman memanjat terhadap berbagai intensitas naungan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bonifasius. 2014. Pertumbuhan, produksi dan kadar bioaktif sinensetin kumis kucing (Orthosipon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai dosis pemupukan N, P, dan K [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bonner J. 1965. Plant Biochemistry. New York (US): Academic Pr.

Dainy NC. 2006. Produksi dan kandungan flavonoid daun sambung nyawa (Gynura Procumbens [Lour]. Merr) pada berbagai tingkat naungan dan umur pemangkasan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta (ID): Trubus pohon terhadap pertumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman

indigenous.J hort indonesia. 1(1): 46-52

Erythrina. 2005. Pengaruh berbagai sumber pupuk Nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Kumis Kucing (Orthosipon Aristatus) Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pengembangan Pertanian di Lahan Kering; 2005 November 11-12; Begkulu, Indonesia. Bengkulu (ID): Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian.

(43)

Gani A. 2007. Bagan warna daun (BWD). Balai besar penelitian tanaman padi. [internet]. [diunduh 2015 Oktober 27]. Tersedia pada: ht0://www.dpi.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0008/199457/Ses3-Leaf-colour-chart.pdf.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Gatari DD. 2014. Pertumbuhan dan produksi tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan komposisi media tanam yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Golworthy P, Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.

Handoko C. 2002. Pengaruh naungan terhadapa pertumbuhan, produksi, dan mutu bangle (Zingiber purpureum Roxb.) pada taraf pemupukan nitrogen. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Penerbit Akademika Pressindo. Haryadi. 2013. Pengukuran luas daun dengan metode simpson. Anterios Jurnal.

12 (2): 1-5.

Media Litbang Kesehatan. 15(2): 1-6.

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009 Tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama. Jakarta (ID): KEMENKES RI.

Kurata H, Matsumura S, Furusaki S. 1997. Light irradiation causes physiological andmetabolic changes for purine alkaloid production by a Coffea arabica

cell suspension culture. Plant Sci. 123: 197–203.

Kurniawati A, Darusman LK, Rachmawaty RY. 2005. Pertumbuhan, produksi dan kandungan triterpenoid dua jenis pegagan (Centella asiatica L.(Urban)) sebagai bahan obat pada berbagai tingkat naungan. Buletin Agronomi.

(3): 62-67.

Gambar

Tabel 2  Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan
Tabel 3  Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan
Tabel 4  Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman per petak
Tabel 5  Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang 7 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka pada Tugas Akhir ini direncanakan gedung RUSUNAWA 6 lantai (+ 1basemant) di Surakarta dengan sistem

3 Tahun 2017 diterbitkan, hakim PA Kudus belum pernah memutus perkara cerai gugat (perceraian yang di kehendaki istri) agar suami (Tergugat) dihukum untuk membayar nafkah

Dalam analisis data ini digunakan teknik yang sesuai dengan jenis data yang ada serta tujuan penelitian, sehingga peneliti menggunakan metode induktif yaitu cara

Dalam perjalanan sejarah sepak bola Indonesia, terdapat beberapa peristiwa yang penting untuk dicatat yaitu berdirinya asosiasi sepak bola Indonesia yang bertugas menaungi klub

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : 1) Menganalisis besarnya kompensasi yang diterima oleh karyawan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan; 2)

Pelaksanaan Program Pendampingan Keluarga dilakukan minimal selama 15 kali kunjungan atau setara dengan 90 jam, yang termasuk dalam JKEM (Jam Kerja Efektif Mahasiswa). Dalam

Pedoman Bagi Pengelola Salon Kecantikan di Bidang Kesehatan telah diterbitkan Departemen Kesehatan pada tahun 1992, namun dengan perkembangan yang pesat dalam

Sebelum proses penyampaian pesan komunikasi dapat dilakukan pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau pendengar. Idea