• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Klaim Gizi dan Kesehatan pada Produk Pangan Untuk Bayi dan Anak Balita serta Ibu Hamil dan Menyusui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Klaim Gizi dan Kesehatan pada Produk Pangan Untuk Bayi dan Anak Balita serta Ibu Hamil dan Menyusui"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

HAMIL DAN MENYUSUI

TETTY H. SIHOMBING

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”

Kajian Regulasi Pangan

Fungsional : Studi Kasus Prebiotik, Probiotik dan Sinbiotik”

adalah

karya saya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tugas akhir ini.

Bogor,

Januari

2009

Yunida

Nugrahanti

Soedarto

(3)

ABSTRAK

TETTY HELFERY SIHOMBING. Kajian Klaim Gizi dan Kesehatan pada Produk Pangan untuk Bayi, Anak Balita serta Ibu Hamil dan Menyusui. Dibimbing oleh DEDDY MUCHTADI dan HANNY WIJAYA.

Klaim gizi dan kesehatan yang tercantum pada label dan iklan pangan merupakan uraian yang menggambarkan keberadaan serta manfaat zat gizi dan/atau non gizi yang terdapat dalam pangan. Klaim gizi dan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh konsumen sebagai cara cepat dan mudah untuk mengidentifikasi dan memilih produk pangan yang akan dibeli. Sementara bagi produsen pangan, klaim gizi dan kesehatan merupakan suatu cara pemasaran yang sangat berarti dalam menyampaikan keunggulan produk serta untuk meningkatkan penjualan. Menurut Codex Alimentarius Commission, klaim gizi terdiri dari klaim kandungan zat gizi dan klaim perbandingan zat gizi sementara klaim kesehatan terdiri dari klaim fungsi zat gizi, klaim fungsi lain dan klaim penurunan risiko penyakit.

Kajian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi klaim yang beredar sehingga diketahui 1) jenis klaim gizi dan kesehatan yang umum terdapat pada label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu menyusui, 2) zat gizi dan non gizi yang paling banyak dinyatakan dalam label dan iklan pangan tersebut, 3) kesesuaian klaim gizi dan kesehatan yang dijumpai terhadap ketentuan yang berlaku serta 4) pendapat responden tentang klaim gizi dan kesehatan yang beredar.

Data klaim gizi dan kesehatan diperoleh dari data pendaftaran produk pangan (2001-2004) di Badan Pengawas Obat dan Makanan dan label produk pangan yang diamati pada dua toko dan dua hypermart di Jakarta, brosur/leaflet, majalah, iklan pangan yang diamati selama enam hari berturut-turut pada sembilan stasiun televisi swasta, dan iklan di internet. Data tentang pendapat responden diperoleh melalui survei.

(4)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang

wajar IPB.

(5)

KAJIAN KLAIM GIZI DAN KESEHATAN PADA PRODUK

PANGAN UNTUK BAYI DAN ANAK BALITA SERTA IBU

HAMIL DAN MENYUSUI

TETTY H. SIHOMBING

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Teknologi Pangan

pada Program Studi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tugas Akhir : Kajian Klaim Gizi dan Kesehatan pada Produk Pangan

Untuk Bayi dan Anak Balita serta Ibu Hamil dan

Menyusui

Nama : Tetty H. Sihombing

NIM : F 252040025

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Deddy Muchtadi, MS. Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, M.Agr.

(Ketua) (Anggota)

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Magister Profesi Teknologi Pangan

Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi kasihNya

kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Tugas akhir ini disusun

berdasarkan penelitian penulis yang dilaksanakan di Jakarta selama tahun 2006

sampai 2007.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr.Ir.Deddy

Muchtadi,MS dan Ibu Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, M.Agr selaku dosen

pembimbing, serta kepada Ibu Ir. Sri Irawati Susalit selaku Direktur Standardisasi

Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang turut berupaya sehingga

penulis berkesempatan mengikuti pendidikan program Magister Profesi Teknologi

Pangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, anakku Riche

dan Samuel, seluruh keluarga, rekan kerja, rekan mahasiswa Magister Profesi

Teknologi Pangan angkatan I, Mbak Tika, serta semua pihak yang telah

memberikan dukungan doa, pengertian dan bantuan lainnya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Januari 1960 dari ayah St.

R.M. Sihombing dan ibu B.K Sirait. Penulis merupakan anak sulung dari enam

bersaudara.

Tahun 1977 penulis lulus dari SMA Negeri II Bogor dan pada tahun 1978

masuk IPB melalui seleksi Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SIPENMARU).

Setelah menyelesaikan tingkat periapan, penulis memilih jurusan Gizi Masyarakat

dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Sejak tahun 1986, penulis bekerja

sebagai staf Sub Direktorat Pengaturan Makanan dan Minuman, Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan sekarang Badan Pengawas Obat dan

Makanan (Badan POM). Sejak tahun 2001 hingga saat ini, penulis bekerja di

Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan POM sebagai Kepala Sub

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Zat Gizi dan Non Gizi dalam Klaim Gizi dan Kesehatan ... 5

Klaim Gizi dan Kesehatan ... 6

Klaim Gizi ... 9

Jenis Klaim Gizi dan Kesehatan ... 31

Sebaran Zat Gizi dan Non Gizi pada Klaim Gizi dan Kesehatan 32 Sebaran Klaim Gizi dan Kesehatan menurut Jenis Pangan 34

Kesesuaian Klaim Gizi dan Kesehatan terhadap Ketentuan yang Berlaku ... 37 Ulasan terhadap Beberapa Klaim Gizi dan Kesehatan ... 43

(10)

Pendapat Responden terhadap Klaim Gizi dan Kesehatan yang Beredar ...

63

Materi Klaim Gizi dan Kesehatan dalam Iklan ... 63

Peranan klaim dalam pemilihan produk ... 68

Keyakinan responden terhadap klaim pada iklan pangan …….. 68

Tanggapan terhadap sejumlah contoh klaim ... 70

SIMPULAN DAN SARAN ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(11)

1 Hasil monitoring iklan pangan ... 3

2 Jumlah label dan iklan menurut sumber data ………. 26

3 Data tayangan iklan di sembilan stasiun televisi………... ……. 27

4 Zat gizi dan non gizi dalam label dan iklan pangan ………... 28

5 Zat gizi dan non gizi yang paling sering dicantumkan …...… 29

6 Jenis zat gizi pada masing-masing jenis pangan ……….. 30

7 Sebaran zat gizi dan non gizi pada setiap jenis klaim …...… 33

8 Jumlah klaim berdasarkan jenis produ……….. 35

9 Status zat gizi dan non gizi terhadap Nutrient Reference Value (NRV) 38

10 Status zat gizi dan non gizi terhadap Acuan Label Gizi (ALG) ... 40

11 Sandingan Peraturan Pangan Fungsional (BPOMRI 2005) terhadap zat gizi dan non gizi dijumpai ... 42 12 Jumlah responden menemukan iklan susu formula bayi ... 65

13 Peranan klaim dalam pemilihan produk ... 68

14 Persentase responden yang percaya terhadap klaim ... 69

15 Pendapat responden terhadap klaim gizi dan kesehatan yang beredar ... 71

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pengelompokan klaim ……… ... 9

2 Jumlah produk yang diamati ... 24

3 Jumlah zat gizi pada label dan iklan masing-masing pangan ... 30

4 Jenis klaim gizi dan kesehatan ... 32

5 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu formula bayi ... 64

6 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu ... 66 7 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu untuk anak balita .. 67

8 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui ...

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuesioner ………... 82

2 Zat-zat gizi dalam Angka Kecukupan Zat Gizi tahun 1991 - 2005 85 3 Zat-zat gizi esensial ... 85

4 Pedoman FSA-UK tentang garam, lemak dan gula ... 86

5 Klaim kandungan gizi dan persyaratan pencantuman – CAC …... 86

6 Klaim gizi yang diberlakukan di Negara Uni Eropa ... 87

7 Klaim kandungan zat gizi yang berlaku di Indonesia ………... 88

8 Contoh klaim fungsi gizi di Malaysia ………... 88

9 Klaim peranan biologis (Biological role claim) Canada ……… 89

(14)

Di Indonesia, bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui merupakan

kelompok masyarakat yang mendapat perhatian khusus dalam program

pembangunan kesehatan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun

2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun

2004-2009). Menurut data dari Departemen Kesehatan, terdapat sejumlah masalah gizi

di Indonesia berkenaan dengan kelompok bayi, anak balita serta ibu hamil dan

menyusui, diantaranya anemi gizi besi. Pada tahun 2001 prevalensi anemia gizi

besi pada kelompok anak balita sebesar 47% dan pada ibu hamil sebesar 40,1%

sementara pada tahun 2003 prevalensi anak balita dengan gizi buruk sebesar 8,3%

dan gizi kurang 19,2%. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

yang diidentifikasi berdasarkan angka Total Goiter Rate (TGR) pada anak sekolah

tahun 2003 sebesar 11% dan masalah defisiensi vitamin A terdapat pada 50%

balita (kadar vitamin A dalam serum <20mcg/dl) (Depkes 2005).

Pada tingkat dunia, kesehatan bayi, anak balita serta kaum ibu juga

menjadi perhatian hingga saat ini sebagaimana dituangkan dalam dua sasaran dari

Millenium Development Goals (MDGs) masing-masing sasaran keempat dan

kelima. Sasaran keempat dari MDGs tersebut adalah menurunkan angka kematian

anak balita dan sasaran kelima adalah meningkatkan kesehatan ibu.

(http://www.who.int/ mdg/goals/en/index.html [27 Oktober 2007].

Bersamaan dengan masalah kurang gizi, Indonesia juga telah menghadapi

masalah gizi lebih yang cenderung meningkat. Pada tahun 2002 prevalensi anak

balita dengan gizi lebih yang dihitung berdasarkan berat badan menurut umur

adalah 2,2% dan pada tahun 2003 menjadi 2,4% (Depkes 2005). Menurut Sardesai

(2003), obesitas merupakan salah satu perwujudan dari gizi lebih dan terkait

dengan sejumlah penyakit degeneratif termasuk diabetes, hipertensi, penyakit

jantung, dan kanker. Penyakit degeneratif atau yang saat ini dikenal dengan

sebutan penyakit tidak menular (non communicable disease) perlu mendapat

(15)

health report 2002 disebutkan bahwa angka kematian yang berhubungan dengan

penyakit tidak menular pada negara berkembang sebesar 66% (WHO 2004).

Diet yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab utama penyakit tidak

menular yang antara lain ditunjukkan dengan konsumsi pangan yang tidak

seimbang, seperti tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam dan rendah serat.

Konsumsi pangan yang tidak seimbang dapat berasal dari pangan yang disiapkan

di rumah, pangan siap saji di warung, rumah makan, restoran dan penjaja lain,

atau pangan olahan hasil industri pangan.

Pada umumnya label dan iklan pangan olahan hasil industri pangan yang

beredar saat ini memuat berbagai klaim gizi atau klaim kesehatan termasuk pada

pangan yang ditujukan untuk bayi, anak berusia dibawah lima tahun (balita) serta

ibu hamil dan menyusui. Pencantuman klaim gizi atau klaim kesehatan pada

pangan yang ditujukan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui perlu

mendapat perhatian mengingat kelompok masyarakat tersebut merupakan

kelompok rawan dan pangan bagi kelompok tersebut mempunyai pengaruh besar

terhadap perkembangan kualitas manusia.

Klaim gizi dan kesehatan yang menekankan pada zat gizi tertentu

mengarahkan konsumen kepada kelebihan yang dimiliki pangan tersebut, namun

hal tersebut juga dapat membuat konsumen kurang memperhatikan kandungan zat

gizi lain termasuk yang ada kaitannya dengan penyakit seperti penyakit tidak

menular yaitu lemak, gula atau garam. Menurut Peraturan Pemerintah tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan, keterangan pada label pangan harus benar dan

tidak menyesatkan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5 ayat (1). Suatu label

pangan yang tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan tersebut

dapat memberikan gambaran atau kesan yang sebenarnya tentang pangan, maka

keterangan tersebut merupakan keterangan yang tidak benar.

Pencantuman klaim gizi dan kesehatan selain berpengaruh terhadap

kesehatan dan perkembangan kualitas konsumen, juga berpengaruh terhadap

perdagangan pangan. Bagi produsen, klaim kesehatan merupakan suatu cara

pemasaran (Hawkes 2004). Hal ini menggambarkan bahwa klaim kesehatan pada

label dan iklan pangan merupakan suatu peluang untuk menyampaikan

(16)

satu gambaran tentang penggunaan klaim gizi dan kesehatan pada label pangan

dapat diketahui dari survei yang dilakukan di Amerika. Menurut survei yang

dilakukan oleh U.S Food and Drug Administration pada tahun 2000-2001

terhadap pangan olahan yang dikemas, diketahui bahwa klaim kesehatan

tercantum pada 4,4% kemasan, klaim fungsi (structure-function claim) tercantum

pada 6,2% kemasan dan klaim kandungan zat gizi tercantum pada 49,7% kemasan

(LeGault et al. 2004).

Pemerintah memandang perlu mengatur dan mengendalikan pencantuman

klaim tentang manfaat pangan bagi kesehatan pada label dan iklan pangan, agar

informasi yang disampaikan kepada masyarakat benar dan tidak menyesatkan

serta demi terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab,

mengingat label dan iklan pangan juga merupakan sarana dalam kegiatan

perdagangan. Peraturan mengenai tata cara dan persyaratan pencantuman tentang

manfaat pangan bagi kesehatan merupakan salah satu alat Pemerintah yang

diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan klaim gizi dan kesehatan.

Persyaratan tersebut adalah apabila didukung oleh fakta ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan, antara lain melalui uji laboratorium atau uji klinis.

Hasil pengawasan iklan pangan di Indonesia yang dilaksanakan oleh

Badan Pengawas Obat dan Makanan selama beberapa tahun terakhir, menemukan

sejumlah pelanggaran. Menurut data pengawasan tahun 2003, jumlah iklan

pangan yang tidak memenuhi syarat sebesar 30% dan hasil pengawasan pada

tahun-tahun berikutnya sampai dengan pertengahan 2007 (Januari–Mei)

menunjukkan bahwa hampir separuh iklan pangan tidak memenuhi syarat seperti

terlihat pada Tabel 1. Iklan yang tidak memenuhi syarat tersebut terkait dengan

adanya pernyataan sebagai obat, pernyataan yang berlebihan dan menyesatkan.

Tabel 1 Hasil monitoring iklan pangan

Tahun Jumlah sampel

(17)

Mengamati perkembangan pencantuman keterangan tentang manfaat

kesehatan pada label dan iklan pangan terutama pada pangan yang diperuntukkan

bagi bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui, tugas akhir ini dimaksudkan

untuk mempelajari klaim gizi dan kesehatan pada produk pangan tersebut yang

meliputi susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu

ibu, susu untuk anak balita serta susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui.

Penyusunan tugas akhir ini juga didukung dengan pandangan responden terhadap

klaim gizi dan kesehatan yang beredar sehingga diharapkan data tugas akhir ini

dapat mendorong upaya penyusunan ketentuan klaim gizi dan kesehatan di

Indonesia.

Tujuan

Tugas akhir ini dimaksudkan untuk mengevaluasi klaim yang beredar

sehingga diketahui 1) jenis klaim gizi dan kesehatan yang umum terdapat pada

label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu

menyusui, 2) zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam label

dan iklan pangan tersebut, 3) kesesuaian klaim gizi dan kesehatan yang dijumpai

terhadap ketentuan yang berlaku serta 4) pendapat responden tentang klaim gizi

dan kesehatan yang beredar.

Diharapkan tugas akhir ini dapat bermanfaat sebagai bahan rekomendasi

bagi instansi terkait untuk menyusun ketentuan tentang klaim gizi dan kesehatan

di Indonesia dalam rangka perlindungan kesehatan konsumen dan menunjang

(18)

Klaim gizi dan kesehatan yang tercantum pada label maupun iklan pangan

memberikan gambaran tentang keberadaan dan manfaat suatu zat yang terdapat

dalam pangan. Pernyataan tentang keberadaan dan manfaat zat tersebut sangat

terkait dengan jumlah zat yang terkandung dan bahkan dalam beberapa keadaan

juga terkait dengan kualitas zat tersebut. Pada uraian definisi klaim gizi dan klaim

kesehatan yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission, istilah yang

digunakan untuk zat dalam pangan pada klaim gizi adalah zat gizi (nutrient) dan

unsur pokok (constituent) pangan pada klaim kesehatan (CAC 2004). Tidak

dijelaskan lebih lanjut apakah unsur pokok pangan tersebut termasuk zat gizi.

Sementara dalam definisi zat gizi yang juga dikeluarkan oleh Codex

Alimentarius Commission dikenal istilah substansi (substance). Zat gizi adalah

setiap substansi yang biasanya dikonsumsi sebagai suatu unsur pokok

(constituent) dari pangan yang 1) menghasilkan energi atau 2) dibutuhkan untuk

pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan kehidupan atau 3) yang jika

mengalami kekurangan substansi tersebut akan menyebabkan timbulnya

perubahan karakteristik biokimia atau fisiologis (CAC 1993). Memperhatikan

definisi zat gizi tersebut, maka seluruh zat atau substansi dalam pangan

kemungkinan dapat disebutkan sebagai zat gizi.

Istilah lain yang dikenal terutama terkait dengan pangan fungsional adalah

komponen fungsional (BPOM 2005) atau ingredien (Goldberg 1994) atau

komponen lain, dan bio komponen. Komponen atau ingredien tersebut antara lain

serat pangan, oligosakarida, gula alkohol, bakteri asam laktat. Dengan

mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pengkajian ini maka seluruh

zat gizi, unsur pangan, komponen atau ingredien, komponen lain, dan bio

komponen dari sampel klaim gizi dan kesehatan yang ditemukan disebut sebagai

zat gizi dan non gizi.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, jumlah dan jenis zat gizi

yang diketahui berperan terhadap kebutuhan dan kesehatan manusia terus

(19)

Kecukupan Gizi. Angka Kecukupan Gizi yang umum dikenal dengan sebutan

AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang

menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas tubuh untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal (DEPKES 2002). Secara reguler Angka

Kecukupan Gizi dikaji dan direvisi oleh para pakar terkait dalam pertemuan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (Almatsier 2003) dan selanjutnya

ditetapkan sebagai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hasil

pengkajian setiap empat tahun dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

menunjukkan jenis zat gizi yang diatur semakin banyak (Lampiran 2). Sampai

dengan tahun 1991 jumlah zat gizi yang diatur sebagai Angka Kecukupan Gizi

Rata-rata Yang Dianjurkan sebanyak 11 (sebelas) zat gizi meliputi tujuh vitamin

dan empat mineral (Ditjen POM 1998). Pada tahun 1994 jumlah zat gizi yang

ditetapkan dalam Daftar Angka Kecukupan Gizi sebanyak 15 (limabelas) zat gizi,

meliputi protein, tujuh vitamin dan tujuh mineral (DEPKES 1994). Sementara

pada tahun 2002 sebanyak 18 zat gizi meliputi protein, 11 (sebelas) vitamin dan

enam mineral (DEPKES 2002). Angka Kecukupan Gizi yang berlaku hingga saat

ini adalah yang ditetapkan pada tahun 2005 meliputi 21 (duapuluh satu) zat gizi

yang terdiri dari protein, 11 (sebelas) vitamin yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin

E, vitamin K, tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, piridoksin, vitamin B12,

vitamin C dan sembilan mineral yaitu kalsium, fosfor, magnesium, besi, iodium,

seng, selenium, mangan dan fluor (DEPKES 2005).

Meskipun demikian, jumlah zat gizi yang diatur dalam Angka Kecukupan

Gizi tersebut jauh lebih kecil dibanding dengan jumlah zat gizi yang telah dikenal.

Sebanyak empat puluh sembilan zat gizi esensial telah diketahui saat ini namun

kurangnya pengetahuan terutama yang berkenaan dengan kebutuhan zat gizi pada

manusia menyebabkan Angka Kecukupan Gizi belum dapat ditetapkan untuk

semua zat gizi yang telah diketahui (Almatsier 2003). Uraian selengkapnya

tentang zat gizi ensensial seperti dicantumkan pada Lampiran 3.

Klaim Gizi dan Kesehatan

Klaim gizi atau klaim kesehatan banyak dijumpai pada berbagai label dan

(20)

peranannya dalam kesehatan manusia merupakan salah satu faktor pendorong

pertumbuhan klaim gizi dan kesehatan. Klaim adalah setiap pesan atau

representasi, termasuk dalam bentuk gambar, grafik atau simbol yang

menyatakan, memberi kesan atau secara tidak langsung menyatakan bahwa suatu

pangan memiliki karakteristik tertentu (Anonim 2007). Sejalan dengan

peningkatan perhatian konsumen terhadap pedoman makan yang sehat, banyak

industri pangan yang menyoroti produk pangan yang rendah lemak atau yang

mencantumkan klaim manfaat kesehatan (http://www.which.co.ok/files/

application/pdf/0501healthclaims_br-445-55332.pgf. [29 Oktober 2007]).

Terkait dengan klaim pada label dan iklan pangan, di Indonesia dikenal

istilah klaim kandungan zat gizi (termasuk klaim perbandingan zat gizi), klaim

fungsi zat gizi, dan klaim manfaat terhadap kesehatan sebagaimana dituangkan

dalam Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional

[BPOMRI 2005]. Pada saat tugas akhir ini dilaksanakan, peraturan tersebut dalam

tahap peninjauan untuk direvisi sesuai dengan ketentuan Codex Alimentarius

Commission.

Pengelompokan dan penamaan klaim gizi dan klaim kesehatan di beberapa

negara tidak selalu sama, namun pada tingkat internasional kesepakatan klaim gizi

dan kesehatan yang dituangkan dalam standar atau pedoman Codex Alimentarius

Commission (CAC) digunakan sebagai acuan. Dokumen CAC yang memuat

uraian tentang klaim antara lain General Guidelines on Claims (CAC/GL 1-1979.

Rev.1-1991), General Standard for the Labeling of and Claims for Prepackaged

Foods for Special Dietary Uses (CodexStan 146-1985), Guidelines on Nutrition

Labeling (CAC/GL 2-1985. Rev.1-1993) dan Guidelines for Use of Nutrition and

Health Claims (CAC/GL 23-1997. Rev.1-2004). Dokumen tersebut secara regular

dikaji ulang setiap tahun dalam sidang-sidang terkait.

Pada prinsipnya semua negara mengatur beberapa hal yang sama tentang

klaim antara lain tidak boleh menyesatkan konsumen dan tidak memuat klaim

yang dikaitkan dengan peranan sebagai obat; pengobatan (treatment), pencegahan

(preventive) atau penyembuhan (cure) penyakit. Pengertian menyesatkan, sering

kali mengundang diskusi panjang terutama antara produsen dan instansi

(21)

secara rinci dan lengkap perihal ruang lingkup dan contoh-contoh klaim yang

termasuk dalam kategori menyesatkan.

Terkait dengan peranan sebagai obat, di Canada secara jelas ditetapkan

bahwa suatu produk digolongkan sebagai obat jika dimaksudkan untuk 1)

mendiagnosa, mengobati, meringankan (mitigation) atau mencegah suatu

penyakit, disorder, kelainan fisik atau simptomnya dan 2) memulihkan

(restoring), memperbaiki (correcting) atau memodifikasi fungsi organ tubuh dan

dihubungkan dengan penyakit yang termasuk dalam daftar penyakit yang

ditetapkan dalam undang-undang pangan dan obat (schedule A), antara lain

diabetes, ketidakteraturan waktu datang bulan (disorder of menstrual flow),

hipertensi, dan obesitas (CFIA 2004).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan

Iklan Pangan, pencantuman pernyataan yang menyesatkan masih mungkin terjadi

pada pangan yang benar telah ditambah, diperkaya atau difortifikasi dengan

vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lain. Hal tersebut terjadi jika karena pola

pengkonsumsian pangan yang bersangkutan, maka penambahan, pengkayaan atau

fortifikasi tidak memberi manfaat apapun bagi konsumen kecuali manfaat

komersial yang diperoleh produsen.

Menurut penelitian Consumer’s Association di Inggris konsumen menilai

klaim pada produk pangan sebagai suatu cara mudah dan cepat untuk

mengidentifikasi produk pangan yang lebih sehat (http://www.which.co.uk/

files/application/pdf/0501health claims_br-44555332.pdf. [29 Oktober 2007]).

Oleh karena itu pencantuman klaim perlu mendapat perhatian agar tidak

menyesatkan konsumen. Hasil pengamatan Consumer’s Association Inggris

terhadap produk pangan yang ditujukan kepada anak-anak menemukan bahwa

banyak produk mengandung tambahan gula, garam dan lemak jenuh yang tinggi

jika dibandingkan dengan pedoman tentang garam, lemak dan gula yang

ditetapkan oleh Food Standardization Agency Inggris (http://www.which.co.

uk/files/application/pdf/0311labelschildren_br-44555337.pdf. [29 Oktober 2007]).

Pedoman tentang garam, lemak dan gula tersebut seperti tercantum pada

(22)

Codex Alimentarius Commission (CAC 2004), mengelompokan klaim gizi

dan kesehatan sebagaimana tercantum dalam gambar 1 berikut.

Gambar 1 Pengelompokan klaim.

Klaim Gizi

Menurut Pedoman Codex klaim gizi adalah adalah setiap representasi yang

menyatakan, memberi kesan atau secara tidak langsung menyatakan bahwa suatu

pangan mempunyai sifat (properties) tertentu yang tidak terbatas pada nilai

energi, kandungan protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin dan mineral (CAC

2004). Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1, dalam Pedoman Codex tersebut

diuraikan bahwa klaim gizi terdiri dari klaim kandungan zat gizi (nutrient content

claim) dan klaim perbandingan (comparative claim). Klaim kandungan zat gizi

menguraikan tentang level suatu zat gizi yang terkandung dalam suatu pangan dan

klaim perbandingan adalah suatu klaim yang membandingkan level zat gizi

dan/atau energi pada dua atau lebih pangan. Bentuk pernyataan yang dikaitkan

dengan klaim kandungan gizi antara lain “sumber”, “tinggi”, “rendah” dan untuk

klaim perbandingan zat gizi antara lain “dikurangi”, “lebih dari” (CAC 2004).

Penggunaan klaim gizi tersebut harus memenuhi persyaratan spesifik untuk

masing-masing zat gizi (Lampiran 5).

Di Malaysia uraian dan persyaratan tentang klaim kandungan zat gizi

tersebut sama seperti yang diuraikan pada Codex (MOH 2006). Sementara Eropa

menetapkan klaim kandungan zat gizi yang lebih rinci dari Codex, dengan

menambahkan beberapa persyaratan khsusus (Lampiran 6). Indonesia mengatur

klaim kandungan zat gizi dalam dua kelompok berdasarkan pada level zat gizi

didalam pangan yang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG); yaitu

10–19% AKG dan kelompok lainnya sama dengan atau lebih dari 20% AKG Klaim Gizi

Klaim Kesehatan Klaim Fungsi Zat Gizi Klaim Perbandingan Zat Gizi

Klaim Fungsi Lain

Klaim Kandungan Zat Gizi

(23)

(BPOMRI 2005). Dibandingkan dengan ketentuan Codex, persyaratan yang

diberlakukan di Indonesia lebih sederhana dan bersifat umum. Uraian tentang

pengelompokan klaim kandungan gizi di Indonesia dan bentuk pernyataan klaim

gizi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7.

Klaim kandungan zat gizi di Indonesia berlaku untuk 38 jenis zat gizi dan

non gizi; yaitu vitamin A, karotenoid, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3,

vitamin B5, vitamin B6, vitamin B12, asam folat, vitamin C, vitamin D, vitamin

E, kalium, kalsium, zat besi, seng, tembaga, iodium, magnesium, mangan,

selenium, kromium, boron, vanadium, gula alkohol, asam lemak tidak jenuh,

whey protein, laktoferin, protein kedelai, lisin, serat pangan, prebiotik, probiotik,

kolin, isoflavon, fitosterol dan fitostanol dan polifenol. Khusus untuk natrium,

pernyataan dan persyaratan kandungannya dikaitkan dengan pengurangan

penggunaan natrium. Bentuk pernyataan klaim gizi untuk natrium adalah:

“Bebas”, “Sangat rendah”, “Rendah”, “Kurang”, “Sedikit mengandung” dan

“Tidak digarami”. (BPOM RI 2005).

Klaim Kesehatan

Klaim kesehatan adalah setiap representasi yang menyatakan, memberi

kesan atau secara tidak langsung menyatakan terdapat hubungan antara suatu

pangan atau unsur pokok dari pangan tersebut dengan kesehatan (CAC 2004).

Klaim kesehatan meliputi: 1) klaim fungsi zat gizi (nutrient function claims) yang

menguraikan peranan fisiologis zat gizi dalam pertumbuhan, perkembangan dan

fungsi normal tubuh, 2) klaim fungsi lain (other function claims) yang berkenaan

dengan efek menguntungkan spesifik dari mengkonsumsi pangan atau unsur

pokok pangan tersebut dalam konteks total diet terhadap fungsi normal atau

aktivitas biologis tubuh yang dihubungkan dengan kontribusi terhadap kesehatan

atau terhadap peningkatan suatu fungsi atau untuk memodifikasi atau

mempertahankan kesehatan, dan 3) klaim penurunan risiko penyakit (reduction of

disease risk claim) yang terkait dengan konsumsi suatu pangan atau unsur pokok

pangan dalam konteks total diet, terhadap penurunan risiko terjadinya suatu

(24)

Beberapa negara juga telah menetapkan klaim kesehatan yang diizinkan

untuk digunakan dan disertai dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Di

Malaysia klaim yang dizinkan adalah klaim fungsi zat gizi, dalam hal ini Malaysia

tidak membuat kelompok klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit.

Klaim fungsi zat gizi yang diizinkan tersebut adalah untuk 21 zat gizi dan non gizi

yaitu protein, protein kedelai, sialic acid, Bifidobacterium lactis, inulin, serat larut

oat, sterol dan stanol dari tanaman, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin

B12, niasin, asam folat, vitamin C, vitamin D, vitamin E, kalsium, zat besi,

iodium, magnesium, dan seng. Sebagai persyaratan pencantuman klaim, setiap

pangan yang memuat klaim tersebut harus memenuhi kriteria kandungan sebagai

“sumber” (MOH 2006) seperti tercantum dalam Lampiran 8.

Di Canada terdapat dua kelompok klaim kesehatan yaitu klaim peranan

biologis (Biological Role Claims) dan Diet-Related Health Claims seperti

tercantum pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Klaim peranan biologis

menggambarkan peranan energi atau zat gizi dalam suatu pangan bukan pangan

per se dan jika dibandingkan dengan ketentuan Codex, klaim peranan biologis

tersebut setara dengan klaim fungsi zat gizi.Terdapat dua klaim peranan biologis

yang dapat digunakan secara umum yaitu “Energi (atau nama zat gizi) merupakan

suatu unsur dalam pemeliharaan kesehatan yang baik” dan “Energi (atau nama zat

gizi) merupakan suatu unsur dalam pertumbuhan dan perkembangan normal”

(CFIA 2004). Selain kedua klaim tersebut Canada telah menetapkan sejumlah

klaim peranan biologis yang spesifik untuk beberapa zat gizi dan Canada

menetapkan bahwa klaim peranan biologis tidak diperkenankan untuk komponen

lain dalam pangan seperti likopen, lutein, anthocyanins (CFIA 2004).

Diet-Related Health Claims di Canada pertama kali diberlakukan tahun

2002, menguraikan tentang karakteristik suatu pangan (diet) yang dapat

menurunkan risiko timbulnya penyakit atau kondisi tertentu seperti osteoporosis

atau stroke. Klaim tersebutdisertai dengan uraian tentang sifat (properties) suatu

pangan sehingga cocok sebagai bagian dari pola konsumsi (CFIA 2004). Klaim

yang secara khusus diizinkan untuk pangan adalah klaim tentang penyakit

jantung, hipertensi dan kanker; sebelumnya produk yang memuat klaim tentang

(25)

harus dikutip secara utuh, tidak diperkenankan untuk memodifikasi kata-kata,

menyisipkan informasi, tanda grafis atau simbol dan tidak boleh menekankan

(highlight) salah satu bagian kata (CFIA 2004).

Di Inggris, perusahaan yang akan menggunakan klaim kesehatan

dianjurkan untuk mengikuti Code of Practice on Health Claims yang disiapkan

oleh Joint Health Claims Initiative (http://www.jhci.co.uk/ [29 Oktober 2007]).

Beberapa klaim kesehatan (disebut sebagai generic claim) yang diizinkan adalah

berkenaan dengan lemak jenuh, pangan dari biji-bijian utuh (wholegrain), protein

kedelai, oats, dan omega 3. Klaim lain yang diizinkan di Inggris adalah yang

berkenaan dengan folat, kalsium dan zat besi (http://www.food.gov.uk/multimedia

/pdfs/claimtable.pdf [29 Oktober 2007]).

Uni Eropa telah menetapkan peraturan tentang klaim gizi dan kesehatan

sebagaimana tertuang dalam Regulation (EC) No 1924/2006 of The European

Parliament and the Council on Nutrition and Health Claims made on Foods

tanggal 20 December 2006 (Anonim 2007). Peraturan yang diberlakukan sejak

Juli 2007 tersebut memuat persyaratan umum pencantuman klaim gizi dan

kesehatan; antara lain terbukti secara ilmiah mempunyai manfaat gizi atau

fisiologis, zat gizi atau non gizi yang diklaim terdapat dalam produk akhir sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan, jika dimungkinkan terdapat dalam bentuk yang

dapat digunakan tubuh, jumlah pangan yang wajar dikonsumsi memberikan

sejumlah zat gizi atau non gizi sebagaimana klaim yang dicantumkan, secara

rata-rata konsumen dapat mengerti manfaat kesehatan yang dimaksudkan klaim dan

klaim dikaitkan dengan pangan dalam bentuk yang siap dikonsumsi sesuai

petunjuk perusahaan. Dalam ketentuan tersebut juga ditetapkan bahwa

penggunaan klaim gizi dan kesehatan hanya diizinkan jika produk memenuhi

profil zat gizi (nutrient profile) yang akan ditetapkan. Profil zat gizi tersebut

dimaksudkan untuk menjamin bahwa pangan yang memuat klaim tentang

kesehatan tidak mengandung sejumlah zat gizi yang terkait dengan penyakit

kronis jika dikonsumsi secara berlebihan (Anonim 2007).

Di Amerika, klaim kesehatan ditetapkan oleh Food and Drug

Administration (FDA) setelah dicapai kesepakatan ilmiah (significant scientific

(26)

dan suplemen makanan (Schmidl & Labuza 2000). Sejak 6 Januari 1993, Amerika

telah mengizinkan penggunaan sejumlah klaim kesehatan, yang sebelumnya

dilarang karena klaim sedemikian termasuk dalam definisi obat (intended for use

in diagnosis, cure, mitigation, treatment or prevention of diseases in man or other

animals) (Schmidl & Labuza 2000).

Meskipun telah diberlakukan selama bertahun-tahun, menurut survei

internet yang dilakukan oleh Universitas Maine (Amerika) pada tahun 2001

terhadap 136 responden diperoleh data bahwa sebanyak 43% responden tidak

mengetahui berapa jumlah klaim kesehatan yang telah disetujui oleh Food and

Drug Administration (FDA) dan hanya 10% yang menjawab dengan benar.

(Camire & Dougherty 2005). Terkait dengan pangan konvensional FDA

menetapkan prosedur penilaian klaim yang disebut dengan Interim Procedures for

Qualified Health Claims in the Labeling of Conventional Human Food and

Human Dietary Supplements (CFSAN 2003). Prosedur ini merupakan alternatif

dalam rangka percepatan proses pengkajian klaim kesehatan. Dalam hal ini FDA

membuat keputusan berdasarkan pernyataan yang dipublikasi oleh suatu institusi

ilmu pengetahuan (scientific body) di Amerika Serikat. Jika pada umumnya klaim

yang diizinkan oleh pemerintah adalah klaim yang telah teruji, Qualified Health

Claim mengizinkan pencantuman klaim yang hasilnya tidak konklusif atau tidak

pasti seperti contoh berikut “Supportive but not conclusive research shows that

consumption of EPA and DHA omega-3 fatty acids may reduce the risk of

coronary heart disease. One serving of [name of food] provides [x] grams of EPA

and DHA omega-3 fatty acids. [See nutrition information for total fat, saturated

fat and cholesterol content. Untuk pangan, klaim tersebut diizinkan pada tahun

2004 sementara untuk produk suplemen telah diizinkan sejak tahun 2000 (FDA

2004).

Jepang merupakan salah satu negara yang mempelopori pembuatan

peraturan tentang klaim kesehatan. Di Jepang pangan yang diizinkan memuat

klaim tentang manfaat kesehatan dikenal dengan istilah FOSHU (Food for

Specified Health Use) dan pangan dimaksudkan untuk memperbaiki masalah

(27)

kadar yang tinggi dari kolesterol, tekanan darah dan glukosa, meningkatkan

penyerapan mineral, dan mencegah kerusakan gigi (Hawkes 2004).

Banyak negara tidak atau belum mengatur klaim kesehatan dan menurut

Hawkes (2004) pengaturan klaim kesehatan tidak mudah dilakukan bahkan telah

menimbulkan kontroversi. Dalam pengaturan klaim kesehatan, pemerintah harus

memperhatikan keseimbangan antara potensi pencapaian sasaran kesehatan

masyarakat dengan kenyataan bahwa klaim kesehatan dapat mengelabui atau

menyesatkan konsumen jika tidak didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang

menunjukkan hubungan manfaat tersebut (Hawkes 2004).

Label Pangan

Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang bebentuk

gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada

pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan

pangan (Menteri Negara Pangan dan Hortikultura 1999). Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan ditetapkan

bahwa label pangan harus memuat keterangan mengenai nama produk, daftar

bahan yang digunakan, berat atau isi bersih, nama dan alamat yang memproduksi

atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia serta tanggal kedaluwarsa.

Selain juga dapat dicantumkan keterangan tentang kandungan zat gizi dan

manfaat serta informasi spesifik lain misal yang terkait dengan kehalalan,

keorganikan, iradiasi, dan rekayasa genetika.

Menurut Bruhn (2000) informasi pada label dapat mengubah pengertian

konsumen tentang atribut mutu pangan dan mengubah keputusannya dalam

pembelian pangan. Informasi pada suatu produk pangan seyogianya membantu

konsumen dalam memilih pangan secara tepat. Namun informasi tentang

kandungan zat gizi (komponen yang diketahui secara luas bermanfaat bagi

kesehatan) pada suatu produk pangan tidak selalu memberi manfaat bahkan dapat

menyesatkan sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintanh Nomor 69

tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam Peraturan tersebut disebutkan

bahwa pencantuman pernyataan tentang pengkayaan vitamin atau mineral pada

(28)

menyesatkan dalam hal pola konsumsi produk pangan yang bersangkutan tidak

membawa manfaat apapun bagi konsumen.

Iklan Pangan

Selain label, iklan pangan juga merupakan sumber informasi yang tidak

kalah penting bagi konsumen. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun

1999 tentang Label dan Iklan Pangan, iklan pangan adalah setiap keterangan atau

pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang

dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan pangan. Iklan

merupakan salah satu bentuk kegiatan pemasaran (Story & French 2004). Iklan

merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau

menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak

pembuat iklan (http://sebelasproduction. tripod.com/index_files/Page1201. htm

[29 Oktober 2007].

Pada sidang Codex Committee on Food Labelling (CCFL) ke 35 bulan Mei

2007 disimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi komersial kepada

masyarakat yang dilakukan dengan berbagai cara kecuali dengan label pangan,

dalam rangka meningkatkan secara langsung atau tidak langsung penjualan atau

konsumsi suatu pangan dengan menggunakan klaim gizi dan klaim kesehatan;

Advertising means any commercial communication to the public, by any means

other than labelling, in order to promote directly or indirectly, the sale or intake

of a food through the use of nutrition and health claims in relation to food and its

ingredients (CAC 2007). Uraian tersebut menggambarkan bahwa klaim gizi dan

kesehatan pada label pangan seyogianya tidak dimaksudkan sebagai ajang

promosi.

Iklan merupakan suatu faktor kekuatan yang mempengaruhi kebiasaan

makan dan pemilihan jenis pangan pada remaja (Story & French 2004). Iklan

yang gencar pada anak-anak dimaksudkan untuk menumbuhkan dan membangun

brand awareness/ recognition, brand preference and brand royalty sebagaimana

terbukti dari sejumlah studi eksperimental yang secara konsisten menunjukkan

(29)

produk pangan yang diiklankan daripada yang tidak diiklankan (Story & French

2004).

Menurut studi yang dilakukan oleh Institute of Medicine tentang pengaruh

pemasaran pangan terhadap diet dan kesehatan anak dan remaja di Amerika

menggambarkan bahwa cara-cara pemasaran makanan dan minuman akhir-akhir

ini berisiko terhadap kesehatan anak-anak dalam jangka panjang (IOM 2005). Di

Amerika Serikat angka kegemukan pada anak pra sekolah (2-5 tahun) dan remaja

12-19 tahun meningkat dua kali lipat sementara pada anak 6-11 tahun tiga kali

lipat. Penyebabnya adalah interaksi sejumlah faktor yang mempengaruhi aktivitas

fisik dan makan anak termasuk peningkatan frekuensi mengkonsumsi makanan

menyenangkan (convenience) yang mengandung tinggi kalori dan lemak,

rendahnya konsumsi sayur, buah dan makanan bergizi lain, penggunaan waktu

senggang yang lebih banyak untuk hal-hal yang bersifat sedentary (cara atau gaya

hidup yang membutuhkan aktivitas fisik minimal) seperti menonton televisi,

bermain komputer dan video game daripada bermain diluar (IOM 2005).

Sejumlah peneliti perkembangan anak berpendapat bahwa anak berusia kurang

dari 8 tahun merupakan kelompok yang rawan terhadap periklanan yang

menyesatkan hal ini terkait dengan tingkat perkembangan kognitif mereka (Story

& French 2004). Di Amerika Serikat, iklan pangan merupakan yang terbesar

kedua setelah setelah otomotif, beberapa alasannya adalah 1) pengeluaran

terhadap pangan sebesar 12,5%, 2) pangan merupakan komponen yang dibeli

berulang-ulang dan pandangan konsumen dapat berubah dengan cepat, 3) pangan

merupakan salah satu produk dengan merek yang sangat banyak (highly branded

items) sehingga sangat berpeluang untuk diiklankan (Story & French 2004).

Saat ini tersedia berbagai sarana untuk menempatkan iklan pangan antara

lain televisi, radio, majalah, koran, brosur, booklet, leaflet, billboard dan internet.

Diantara sejumlah sarana tersebut, televisi memiliki sejumlah kelebihan untuk

digunakan sebagai wadah pemasaran. Kekuatan media televisi dengan audio

visualnya memiliki daya persuasif yang tinggi dalam memperkenalkan dan

membentuk pengertian iklan televisi sebagai alat penyampai pesan, dengan

harapan pemirsa dapat mengerti dan termotivasi (http://www.djpdn.go.id/servlet/

(30)

Besarnya peranan televisi bagi industri pangan juga ditunjukkan dengan

gambaran pengeluaran dana terhadap televisi. Lebih kurang 75% dana iklan

industri pangan dan 95% dana iklan restoran cepat saji dialokasikan untuk televisi

(Story & French 2004). Pemanfaatan televisi sebagai media promosi oleh industri

pangan kemungkinan juga terkait dengan besarnya peluang masyarakat menonton

iklan pangan di televisi. Menurut data statistik Indonesia, persentase populasi

berusia 10 tahun keatas yang menonton televisi dari tahun ketahun terus

meningkat; pada tahun 1993 sebesar 64,77%, tahun 2000 sebesar 87,97% dan

tahun 2006 sebesar 85,86% sementara yang mendengarkan radio cenderung

menurun dan yang membaca koran/majalah cenderung tetap (BPS 2007).

Televisi merupakan sumber pesan terbesar tentang pangan kepada

anak-anak. Studi yang dilakukan oleh Universitas Liverpool terhadap 60 anak berusia

9-11 tahun menunjukkan bahwa iklan pangan di televisi memberikan pengaruh

yang besar pada kebiasaan makan semua anak, meningkatkan konsumsi dua kali

lipat (http://www.liv.ac.uk/newsroom/press_release/2007/-04/obesity_ads.htm [29

Oktober 2007]). Beberapa negara telah menetapkan aturan untuk membatasi iklan

komersial selama program anak-anak di televisi, diantaranya Amerika, Belgia,

Australia dan Swedia. Pada tahun 1990 Amerika mengeluarkan Children

Television Act yang membatasi jumlah waktu komersial selama program

anak-anak menjadi 10.5 menit per jam pada akhir pekan dan 12 menit per jam pada hari

kerja. Di Belgia, ditetapkan larangan untuk menayangkan iklan selama program

anak-anak berlangsung termasuk 5 menit sebelum dan sesudah acara tersebut.

Australia tidak mengizinkan iklan selama program televisi untuk anak-anak

prasekolah. Swedia memiliki pengaturan yang paling ketat, yaitu melarang iklan

di radio dan televisi yang ditujukan kepada anak berusia dibawah 12 tahun dengan

alasan tidak dapat diterima secara moral dan etis (morally and ethically

unaccepted) karena anak-anak sulit untuk membedakan antara maksud/ tujuan

iklan dan cara-cara komunikasi (Story & French 2004).

Inggris mengeluarkan ketentuan baru tentang iklan pangan di televisi.

Secara bertahap sejak 1 Juli 2007 ketentuan tersebut akan membatasi anak berusia

kurang dari 16 tahun terpapar terhadap iklan makanan dan minuman yang tinggi

(31)

yang ditayangkan sebelum jam 21.00 (http://www.ofcom.org.uk/ media/mofaq

/bdc/ foodadsfaq/[29 Oktober 2007]).

Bayi, Anak Balita, Ibu Hamil dan Menyusui

Millenium Development Goals yang ditandatangai oleh sebanyak 189

negara memuat delapan sasaran serta sejumlah target pembangunan millennium

yang berkenaan dengan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar, HIV/AIDS,

malaria dan penyakit lain, lingkungan dan kerjasama dalam pembangunan.

Sementara dua sasaran lain berkenaan dengan anak dan ibu yaitu menurunkan

angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu (http://www.who.int/mdg/

goals/en/index.html [27 Oktober 2007]). Sasaran pembangunan millennium

tersebut menunjukkan bahwa anak dan ibu menjadi fokus pembangunan. Di

Indonesia tiga dari empat sasaran pembangunan kesehatan terkait dengan bayi dan

ibu sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah

Nasional. Sasaran pembangunan kesehatan tersebut adalah menurunkan angka

kematian bayi menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup, menurunkan gizi kurang

pada anak balita menjadi 20% dan menurunkan angka kematian ibu melahirkan

menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup (http://bankdata.depkes.go.id/

data%20intranet/ProfilDep/ Renstra2005-2009.pdf. [30 Oktober 2007]).

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 dan 2001 di

Indonesia terjadi peningkatan proporsi kematian akibat penyakit tidak menular.

Proporsi kematian karena penyakit kardiovaskuler meningkat dari 9,1% (1986)

menjadi 26,3% (2001), penyakit jantung iskemik dari 2,5% (1986) menjadi 14,9%

(2001), stroke dari 5,5% (1986) menjadi 11,5% (2001) dan kanker dari 3,4%

(1986) menjadi 6,0% (2001) (Depkes 2003). Berdasarkan perhitungan Human

Development Index (HDI) yang salah satu kriteria perhitungannya adalah usia

harapan hidup, posisi Indonesia saat ini berada di peringkat 110, berada diatas

Myanmar dengan peringkat 129 namun dibawah Vietnam dengan peringkat 108

(http://www.sfeduresearch.org/ images/Fast_Facts/hdi.png [30 Oktober 2007]).

Menurut Depkes (2005) angka kematian bayi tahun 2002 di Indonesia

adalah 43.5 per 1000 kelahiran hidup sementara angka kematian anak balita 46.0

(32)

Penelitian dilaksanakan pada kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan

(POM) di Jakarta serta toko swalayan dan hypermart di wilayah Jakarta Selatan.

Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan selama bulan Juni 2005 – Mei

2007.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei

pasar dilakukan di toko swalayan dan hypermart, juga terhadap iklan di majalah

dan televisi serta di kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan Jakarta. Untuk

mendapatkan data tentang klaim gizi dan kesehatan serta zat gizi dan non gizi

yang dicantumkan pada label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu

hamil dan/atau ibu menyusui, peneliti melakukan riset eksploratoris. Riset

eksploratoris adalah pengumpulan data atau informasi dengan beberapa alternatif

metode seperti diskusi dengan para pakar terkait, analisis data sekunder atau

analisis data primer melalui observasi, eksperimen atau kuesioner untuk

mendapatkan gagasan, wawasan dan pemahaman atas situasi permasalahan

tertentu sebagai pendekatan riset (Santoso dan Tjiptono 2001). Selain itu peneliti

juga melakukan survei terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel

yang bersifat tidak acak (non probability sampling), dimana sampel dipilih

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi

1989). Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui jenis klaim gizi dan

kesehatan, jenis zat gizi dan non gizi pada label dan iklan produk pangan untuk

bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu menyusui serta pendapat staf Badan

Pengawas Obat dan Makanan tentang klaim yang beredar, maka sampel yang

digunakan diambil dengan cara purposive sampling.

Penelitian diawali dengan mengumpulkan data klaim gizi dan kesehatan

dari data Badan Pengawas Obat dan Makanan, media cetak dan televisi, toko

(33)

Jenis Data dan Cara Pengumpulan

Zat Gizi dan Non Gizi serta Klaim Gizi dan Kesehatan

Data tentang zat gizi dan non gizi serta klaim gizi dan kesehatan diperoleh

dari :

a. Berkas pendaftaran produk pangan susu formula bayi, susu formula lanjutan,

makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak Balita serta susu untuk ibu

hamil dan/atau menyusui yang ada di Badan POM. Berkas pendaftaran produk

pangan yang diamati adalah berkas lima tahun sejak 2001-2004 dengan

pertimbangan tahun 2001 adalah tahun berdirinya Badan POM sementara data

yang dapat dikumpulkan pada saat penelitian dilaksanakan adalah data hingga

tahun 2004.

b. Label produk susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendaming

air susu ibu, susu yang ditujukan untuk anak Balita serta susu untuk ibu hamil

dan/atau menyusui yang sedang dipasarkan. Pengumpulan data dilaksanakan

pada dua toko swalayan dan dua hypermart di wilayah Jakarta Selatan,

masing-masing dalam satu kali kunjungan. Pemilihan tempat pengamatan

tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti yaitu lokasi

mudah dijangkau dan di tempat tersebut terdapat produk pangan yang dikaji,

pertimbangan lain adalah bahwa tempat penjualan serupa juga terdapat di

beberapa wilayah di Jakarta.

c. Media cetak berupa brosur produk dan majalah Ayahbunda, Bunda Balita dan

Junior, Nova, Nakita, Kartini, Femina dan Cosmopolitan terbitan tahun 2002–

2005. Majalah tersebut merupakan kumpulan majalah yang tersedia pada

beberapa keluarga yang bertempat tinggal dekat dengan peneliti.

d. Tayangan siaran iklan niaga di sembilan stasiun televisi swasta. Pada saat

penelitian ini dilaksanakan terdapat sembilan stasiun televisi swasta yang

beroperasi, yaitu RCTI, SCTV, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans TV, TV 7,

TPI, dan Lativi. Pengamatan dilakukan selama enam hari beturut-turut (4-9

Juli 2005) pada jam 19.00-22.00 wib. Pemilihan jam tayang tersebut sengaja

dilakukan karena termasuk jam tayang utama/prime time

(http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/102006/09/teropong/lainnya03.htm [7 Nopember

(34)

penontonnya dan kesempatan terbesar untuk bersaing dengan stasiun lainnya

(http://tvconsulto.com/?p=42) [7Nopember 2007]).

e. Situs internet Smarter.com yang melayani penjualan berbagai jenis produk

termasuk produk pangan, farmasi, kesehatan dan kosmetik.

Pendapat Responden terhadap Klaim Gizi dan Kesehatan yang Beredar Untuk mendapatkan data dari responden, kepada masing-masing

responden diberikan kuesioner. Kuesioner seperti tercantum pada Lampiran 1,

sebelumnya diujicobakan kepada beberapa orang untuk mendapatkan keyakinan

akan pengertian terhadap pertanyaan yang diajukan dan kuesioner kemudian

diperbaiki sesuai masukan yang diterima. Pertanyaan dalam kuesioner berupa

pertanyaan tertutup (closed questions) dengan sejumlah alternatif pilihan jawaban

dan pertanyaan terbuka (opened questions). Pertanyaan tertutup dimaksudkan

untuk memudahkan responden memberi jawaban dan pertanyaan terbuka

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya dari responden.

Sampel responden dipilih secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan

penilaian subyektif peneliti dan pencarian responden dilakukan berdasarkan

accidental sampling yaitu dari orang yang paling mudah dijumpai (Santoso dan

Tjiptono 2001). Responden adalah rekan kerja peneliti di Badan POM.

Teknik Pengolahan Data

1. Data dari label dan iklan pangan disajikan dan diolah dengan tabulasi silang

untuk mendapat data tentang zat gizi dan non gizi yang paling banyak

dinyatakan dalam label dan iklan pangan. Data dikelompokkan berdasarkan:

a. asal data, yaitu: label (Badan POM dan Toko), media cetak (majalah dan

brosur), media elektronik (televisi dan internet),

b. jenis pangan, yaitu: susu formula bayi, susu formula lanjutan, MP-ASI,

susu untuk anak balita (1-5 tahun) dan susu untuk ibu hamil dan/atau

menyusui,

c. jenis zat gizi atau non gizi untuk mengetahui zat gizi dan non gizi yang

(35)

2. Pernyataan klaim dari masing-masing zat gizi dan non gizi dicatat dan

dipelajari untuk mengetahui jenis klaim gizi dan kesehatan yang umum

terdapat pada label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu

hamil dan/atau ibu menyusui dan untuk menilai kesesuaian klaim gizi dan

kesehatan yang dijumpai terhadap ketentuan yang berlaku.

3. Untuk mengetahui pendapat responden tentang klaim gizi dan kesehatan

yang beredar, data dari responden diolah dengan tabulasi silang sementara

(36)

Total jumlah produk yang diamati sebanyak 224 buah dihitung

berdasarkan merek dan varian (rasa coklat, strawbery, coklat dan pisang, dan

lain-lain) atau ciri lain (beras merah, beras putih, ikan dan bayam, dan lain-lain-lain).

Produk yang paling banyak dijumpai adalah susu untuk anak balita sebanyak 115

produk, makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebanyak 67, susu formula

bayi 18 produk, susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui 17 produk dan susu

formula lanjutan 7 produk. Uraian terinci presentase masing-masing jenis pangan

seperti tercantum pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Jumlah produk yang diamati.

Selama proses pengelompokan data, dijumpai susu dengan peruntukan 0–

12 bulan, selanjutnya produk sedemikian dimasukkan dalam kelompok susu

formula bayi. Selain itu juga dijumpai susu yang ditujukan untuk anak satu tahun

keatas, dua tahun keatas, dan satu sampai sepuluh tahun, dalam pengolahan data

produk tersebut dikelompokkan kedalam susu untuk anak balita.

Sampai saat ini belum tersedia standar susu untuk anak dengan berbagai

kelompok usia kecuali standar susu formula bayi untuk 0-6 bulan dan standar susu

formula lanjutan untuk 6-36 bulan. Sebahagian konsumen mungkin beranggapan

bahwa susu dengan peruntukan 1-10 tahun akan lebih praktis bagi keluarga yang

mempunyai anak dengan berbagai kelompok usia, tetapi konsumen lain mungkin

MP-ASI * 29.9% Susu untuk anak Balita 51,3%

Susu formula lanjutan 3,1% Susu formula bayi 8,0% Susu untuk ibu hamil

dan/atau menyusui 7,6%

(37)

mengganggap bahwa susu dengan pengelompokan usia spesifik tertentu seperti

dua tahun atau tiga tahun, lebih baik karena disesuaikan dengan kebutuhan

spesifik masing-masing anak. Terkait dengan hal tersebut dipandang perlu agar

instansi terkait melakukan pengaturan terhadap produk susu untuk anak sehingga

konsumen mendapatkan manfaat yang optimal dari susu tersebut baik secara

ekonomis terutama manfaat kesehatan. Beberapa langkah yang dapat ditempuh

antara lain menetapkan ketentuan yang membatasi kelompok susu misal susu

formula bayi (0-6 bulan), susu formula lanjutan 1 (6-12 bulan) dan susu formula

lanjutan 2 (13-36 bulan) yang disertai dengan penyusunan standar masing-masing

produk.

Jumlah Label dan Iklan Pangan yang Diamati

Setelah menganalisa berkas pendaftaran pangan di Badan Pengawas Obat

dan Makanan untuk susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan

pendamping air susu ibu, susu anak balita serta susu untuk ibu hamil dan/atau ibu

menyusui serta menyingkirkan berkas yang tidak memuat klaim yang diperlukan,

maka terkumpul sebanyak 186 buah label produk pangan. Sementara dari toko

tempat penjualan produk terkumpul sebanyak 26 buah label produk pangan.

Jumlah iklan pangan yang terkumpul masing-masing dari 85 media cetak

dan brosur pangan yang diamati, terkumpul sebanyak 94 buah iklan produk

pangan. Dari hasil pengamatan terhadap iklan di televisi terkumpul sebanyak 163

iklan dan dari internet 13 iklan. Iklan dari internet dijumpai dari suatu situs

internet (Smarter.com) yang melayani penjualan berbagai jenis produk termasuk

produk pangan, farmasi, kesehatan dan kosmetik. Dari iklan pangan di internet

tersebut dijumpai iklan tentang susu formula bayi.

Di Indonesia terdapat ketentuan yang membatasi iklan susu formula bayi

sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tentang Label dan

Iklan Pangan 1999. Iklan hanya diizinkan pada media kesehatan dan atas izin

Menteri Kesehatan. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk lebih meningkatkan

penggunaan air susu ibu dan agar penyebarluasan informasi mengenai pangan

(38)

Berdasarkan data label dan iklan yang diperoleh dari berbagai sumber

tersebut diketahui bahwa data yang paling banyak terkumpul adalah dari Badan

Pengawas Obat dan Makanan dan iklan di televisi masing-masing 186 dan 163

sementara data dari sumber lain jauh lebih rendah. Beberapa faktor penyebab

adalah data yang dikumpulkan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

merupakan data pendaftaran seluruh produk yang beredar, sementara pengamatan

di toko dan iklan media cetak terbatas pada dua toko dan dua hypermart yang

dikunjungi serta sejumlah media cetak yang diamati. Besar kemungkinan tidak

semua produk terdapat dalam toko atau hypermart atau media cetak yang diamati.

Data yang terkumpul dari iklan televisi tergolong banyak, hal ini berkenaan

dengan lamanya pengamatan (selama enam hari berturut) dan banyaknya stasiun

televisi (sembilan buah).

Jika dihubungkan dengan jenis pangan, maka diketahui bahwa data yang

paling banyak dijumpai adalah data label dan iklan pangan untuk susu anak balita

dan yang paling sedikit data dari susu formula lanjutan. Uraian selengkapnya

seperti dicantumkan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Jumlah label dan iklan menurut sumber data

No Jenis Pangan Data dari ** MP-ASI adalah Makanan Pendamping air susu ibu

Melalui pengamatan iklan televisi diketahui bahwa jumlah iklan makanan

pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita serta susu untuk ibu hamil

dan/atau menyusui yang ditayangkan setiap hari jumlahnya bervariasi. Jika jam

pengamatan dibagi atas tiga kelompok masing-masing satu jam, dijumpai bahwa

iklan produk pangan untuk anak serta ibu hamil dan/atau menyusui paling banyak

(39)

dalam kategori jam tayang utama/prime time yang merupakan waktu paling

potensial untuk banyak penontonnya dan kesempatan terbesar untuk bersaing

dengan stasiun televisi lain (http://tvconsulto.com/?p=42) [7Nopember 2007]).

Kebiasaan para ibu dan anak-anak menonton televisi bukan pada jam tayang

utama tersebut. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa jumlah iklan

pangan yang ditayangkan jauh lebih banyak jika dilakukan pengamatan penuh

selama 24 jam, terutama pada program acara yang ditujukan untuk ibu/wanita dan

anak-anak.

Penayangan iklan pangan di televisi biasanya dilakukan dalam durasi yang

singkat (hitungan detik) namun berulang-ulang sebagaimana diketahui dari

pengamatan penulis terhadap durasi tayangan iklan pangan. Pada pengamatan

tanggal 24 Juni 2005, 25 Juni 2005, dan 4–9 Juli 2005 pada jam 19.00 – 22.00 wib

diketahui bahwa durasi tayang suatu iklan pangan adalah 5 detik, 15 detik atau 30

detik. Dari pengamatan juga diketahui bahwa dalam hari yang sama suatu produk

pangan juga diiklankan pada beberapa stasiun televisi. Uraian terinci tentang data

tayang iklan seperti dicantumkan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Data tayangan iklan di sembilan stasiun televisi

19.00-20.00 wib 20.00 – 21.00 wib 21.00 – 22.00 wib

Zat Gizi dan Non Gizi yang Dinyatakan dalam Label dan Iklan Pangan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seluruh label dan iklan pangan

pada produk yang diamati yaitu susu formula bayi, susu formula lanjutan,

makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita dan susu untuk ibu

hamil dan/atau menyusui, terdapat 52 jenis zat gizi dan non gizi yang dinyatakan

(40)

Sejumlah zat gizi dan non gizi tersebut kemungkinan merupakan sesuatu

yang baru bagi masyarakat umum diantaranya Medium Chain Triglycerides

(MCT), Unsaturated Fatty Acid (UFP), Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA),

asam linoleat (LA/EFA), asam linolenat/α-linolenat, Gamma Linolenic Acid

(GLA), Sialic Acid, lesitin, kolin, taurin, prebiotik/Fruktooligosakarida

(FOS)/inulin, laktulosa, laktoferin, nukleotida, glutamin, molibdenum,

oligofruktosa atau asam pantotenat. Beberapa diantaranya telah menjadi populer

di masyarakat dan mungkin telah menimbulkan “kebutuhan”, bahkan

kekhawatiran akan kekurangan misal Docosahexaenoic Acid (DHA), Arachidonic

Acid (AA), Omega 3, Omega 6, Asam Folat dan Kalsium.

Tabel 4 Zat gizi dan non gizi dalam label dan iklan pangan

1 Karbohidrat 19 Taurin 37 Kalsium

2 Glukosa 20 Spingomyelin 38 Fospor

3 Sialic Acid 21 Nukleotida 39 Magnesium

4 Lemak 22 Glutamin 40 Kalium

5 DHA 23 Vitamin A 41 Natrium

6 AA 24 Karoten 42 Klorida

7 Omega 3 25 Vitamin D 43 Zat besi

8 Omega 6 26 Vitamin E 44 Tembaga

9 Omega 9 27 Vitamin K 45 Seng/Zinc

10 MCT 28 Vitamin B1 (Tiamin) 46 Iodium 11 UFA, PUFA 29 Vitamin B2 (Riboflavin) 47 Selenium

12 Asam Linoleat 30 Niasin 48 Kromium

13 α-Linolenat 31 Asam pantotenat 49 Molibdenum

14 GLA 32 Biotin 50 Prebiotik : FOS, Inulin

15 Protein 33 Asam Folat 51 Probiotik

16 Laktoferin 34 Vitamin B6 (Piridoksin) 52 Laktulosa 17 Lesitin 35 Vitamin B12 (Kobalamin)

18 Kolin 36 Vitamin C

Dalam penelitian ini dijumpai beberapa penamaan yang berbeda untuk zat

gizi dan non gizi yang sama, misal prebiotik terdapat istilah prebio, prebio1 dan

prebio 3, serta AA dan ARA. Sejumlah label dan iklan pangan yang dijumpai

mencantumkan klaim beberapa zat gizi dan non gizi, misal pada iklan sebuah

produk makanan pendamping air susu ibu dicantumkan klaim tentang omega 3,

omega 6 dan prebiotik FOS. Contoh lain pada susu untuk anak balita dicantumkan

(41)

Zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam label dan

iklan pangan diantaranya adalah DHA, Kalsium, Prebiotik, dan Omega (meliputi

omega 3, omega 6 dan omega 9). Pada Tabel 5 berikut ditunjukkan frekuensi

beberapa zat gizi yang paling sering ditemukan dalam label dan iklan pangan.

Tabel 5 Zat gizi dan non gizi yang paling sering dicantumkan

No Zat Gizi Jumlah klaim

1 DHA 219

2 Kalsium 167

3 Prebiotik 130

4 Omega 120

5 AA 82

6 Protein 81

7 Zat Besi 76

8 Vitamin D 54

9 Linoleat 53

10 Kolin 53

11 Vitamin B1 (Tiamin) 47

12 Vitamin A 46

13 Yodium 38

Data pada tabel 5 tersebut menggambarkan bahwa beberapa zat gizi dan

non gizi merupakan komponen yang populer dikalangan industri pangan saat ini.

Penggunaan komponen yang populer seperti DHA, Kalsium, Prebiotik dan

Omega yang disertai dengan klaim pada label dan iklan pangan merupakan suatu

upaya untuk menarik perhatian konsumen sehingga memilih produk tersebut.

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Consumer’s Association

Inggris yang menunjukkan bahwa para konsumen menilai klaim pada produk

pangan sebagai suatu cara mudah dan cepat untuk mengidentifikasi produk

pangan yang lebih sehat.

Kajian lebih lanjut terhadap masing-masing jenis pangan diketahui bahwa

jenis zat gizi yang paling banyak dijumpai terdapat pada susu untuk anak balita

yaitu 46 jenis, pada makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebanyak 23

jenis, susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui 17 jenis, susu formula bayi 14 jenis

dan pada susu formula lanjutan sebanyak 12 jenis sebagaimana dapat dilihat pada

Gambar 3 berikut.

(42)

14

Gambar 3 Jumlah zat gizi pada label dan iklan masing-masing pangan.

Sejumlah zat gizi dan non gizi dinyatakan pada semua kelompok pangan

sementara beberapa lainnya hanya ditemukan pada pangan tertentu. Zat gizi yang

ditemukan pada semua kelompok pangan adalah DHA, AA, Omega 3, Omega 6,

dan Linoleat. Zat gizi yang hanya tercantum pada susu formula bayi adalah omega

9 sementara pada makanan pendamping air susu ibu Medium Chain Triglycerides

(MCT), lesitin glutamin dan glukosa. Beberapa zat gizi dan non gizi yang hanya

dijumpai pada susu untuk anak balita adalah Gamma Linolenic Acid (GLA),

sphingomyelin, probiotik, vitamin K, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2

(riboflavin), niasin, asam pantotenat, biotin, klorida, kromium, tembaga, kalium,

molibdenum, natrium, dan seng. Data selengkapnya seperti tercantum pada Tabel

6 berikut.

Tabel 6 Jenis zat gizi pada masing-masing jenis pangan

(43)

14 GLA - - - V

-Klaim Gizi dan Kesehatan pada Label dan Iklan Pangan Jenis Klaim Gizi dan Kesehatan

Klaim yang dikaji dari seluruh label dan iklan pangan berjumlah 1566

klaim dan dikaji terhadap pengelompokan klaim yang diatur oleh Codex

Alimentarius Commission dalam Pedoman Penggunaan Klaim Gizi dan Kesehatan

(CAC 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis klaim yang dijumpai

pada label dan iklan susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan

pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita, susu untuk ibu hamil dan/atau

menyusui adalah klaim gizi dan klaim kesehatan. Klaim gizi yang dijumpai

berupa klaim kandungan zat gizi dan klaim kesehatan dijumpai meliputi klaim

Gambar

Gambar 1 Pengelompokan klaim.
Gambar 2 Jumlah produk yang diamati.
Tabel 2   Jumlah label dan iklan menurut sumber data
Tabel 3  Data tayangan iklan di sembilan stasiun televisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Results of the analysis of variance of carrot root length showed that the treatment of different varieties of carrots and various doses of heavy metals Pb did not cause

This papcr will report on the existence of small rn;~m~rials and their parasites collected during, the survey, in relation to the distribution of

Dosen Pengampu, Prof.. Proses bisnis merupakan suatu kumpulan aktivitas atau pekerjaan yang terstruktur dimana saling terkait untuk menyelesaikan masalah tertentu atau

Sikap konsumen terhadap promosi Fruitea ditinjau dari usia konsumen diperoleh nilai Hatau Kai-Kuadrat 1,372 (lebih kecil dan X2 tabel o,«)5(2) =5,991) dengan probabilitas p

Ditambahkan oleh Hartley (2010:42-43) bahwa cultural studies telah mengembangkan kerangka kerja yang berusaha untuk memulihkan dan menempatkan budaya kelompok

Setiap modul diuji secara percobaan, melihat data teknis dan membaca grafik modul dengan suhu sisi panas (T h ) dijaga tetap 50°C untuk menentukan nilai kalor yang diserap (Q c )

389 Stempel Stop Map Bahan Kertas

Burung adalah salah satu jenis satwa yang sangat terpengaruh keberadaannya akibat alih guna lahan hutan, terutama pada lahan-lahan monokultur seperti