• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Makanan dan Kaitannya dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus Nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Makanan dan Kaitannya dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus Nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN

REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (

Mystus nigriceps

)

DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH

BENNY HELTONIKA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Makanan dan Kaitannya dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 23 Februari 2009

Benny Heltonika

(3)

ABSTRACT

BENNY HELTONIKA. The Studied of food habits for reproduction of Senggaringan (Mystus nigriceps) on Klawing River Purbalingga Central Java.Under direction of Iman Supriatna and Ridwan Affandi

Aimed of this research, to known relation between food habits and deposits energy on some organs (muscle, viresa, adephose fin, heart and gonad) with reproduction parameters (CF, VSI, AFI, HIS and GSI). The result of stomach content analisys showed that food composition change with increasing of maturity, and its indicated by increasing of flesh composition of food. To support the reproduction, this fish consumpt Pleurocea sp (mollusca). During gonad development, some parameter which related to reproduction, as well as condition factor (CF), viscero somatic index (VSI), adephose fin index (AFI), hepato somatic index (HSI) and gonado somatic index (GSI) had positive correlation with gonad development. Doposits energy content in each organ contributed to gonad maturation.

(4)

RINGKASAN

BENNY HELTONIKA Kajian Makanan dan Kaitannya dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah. Dibimbing oleh IMAN SUPRIATNA dan RIDWAN AFFANDI.

Ikan senggaringan merupakan ikan liar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hasil tangkapan ikan senggaringan cenderung mengalami penurunan dari tahun ketahun (dari tahun 1998 hingga 2002 hasil tangkapan menurun dari 14,3 ton menjadi 8,9 ton) (Putro 2002). Bila hal ini dibiarkan maka kemungkinan jenis ikan ini di alam akan mengalami kepunahan, sehingga untuk mencegah kepunahan perlu upaya konservasi. Untuk mengembangkan usaha budidaya ikan ini, diperlukan proses domestifikasi dan dalam upaya domestifikasi dibutuhkan antara lain informasi tentang aspek makanan dan reproduksi ikan tersebut di alam. Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang kajian makanan dan kaitannya dengan reproduksi ikan senggaringan.

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan contoh ikan di alam kemudian dilakukan analsis kebiasaan makanan dengan mengukurindex of stomach content

(ISC) dan index of propenderence. Sedangkan untuk mengetahui aspek reproduksi dilakukan penghitungan indeks-indeks morfoanatomi antara lain

gonado somatic index (GSI), hepato somatic index (HSI), visero somatic index

(VSI), faktor kondisi danadephose fin index(AFI). Disamping itu juga dilakukan penghitungan nilai b (hubungan panjang dan berat total tubuh), fekunditas, diameter telur, juga perkembangan gonad (secara histologis). Data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis statistik deskriptif dan komperatif.

Hasil analisis isi lambung menunjukkan adanya kecenderungan ikan senggaringan untuk meningkatkan jenis makanan hewan untuk menyokong proses reproduksinya, hal ini erat kaitannya dengan kebutuhan protein untuk perkembangan gonad. Selanjutnya ada kecenderungan dalam memenuhi kebutuhan kolesterol ikan senggaringan meningkatkan konsumsi gastropoda,

Pleurocea sp. Namun belum diketahui seberapa besar kandungan kolesterol

Pleurocea spsehingga menjadi pilihan bagi ikan senggaringan.

Ikan ini mempunyai tipe mulut sub terminal dan dilengkapi dengan gigi yang tajam. Ukuran lebar bukaan mulut ikan senggaringan yang diperoleh berkisar 1-1,9 cm. Rasio panjang intestine dibanding panjang total tubuh berkisar antara 0.8 - 1.1 dengan rataan 0.9, berdasarkan data rasio usus dan kebiasaan makanan maka ikan senggaringan termasuk ikan omnivora yang cenderung karnivora.

(5)

perkembangan gonad, penyakit dan tekanan parasit. Soumakil (1996) menambahkan, adanya perbedaan nilai b pada ikan karena adanya perbedaan tingkat kematangan gonad, musim, kesuburan perairan.

Hasil pengamatan faktor kondisi ikan senggaringan untuk setiap tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa nilai rataan faktor kondisi berkisar antara 0.6925- 0.8264. Peningkatan yang cukup besar itu terjadi pada TKG III dan IV. Dilihat dari kandungan energi otot dorsal per-TKG, menunjukkan peranan protein otot dorsal sebagai sumber energi bagi perkembangan gonad.

Nilai kisaran VSI berada antara 2.5467 – 11.4319. Dalam pengamatan secara visual pada TKG II, III dan IV terdapat lemak intraperitonial, dan lemak ini paling banyak ditemukan pada TKG III. Jika dilihat dari material energi pada visera menunjukkan peningkatan, mencapai puncak pada TKG III, hal ini menunjukkan peranan visera sebagai sumber lemak bagi perkembangan gonad.

Nilai AFI didapat nilainya antara 4.7059 hingga 12.7273. Puncak nilai AFI berada TKG III. Hal ini erat dengan kandungan material energi pada asephose fin. Dilihat dari kandungan lemak pada adephose fin, terdapat kontribusi adephose fin sebagai penyuplai lemak bagi perkembangan gonad.

Nilai HSI berkisar antara 0.6067 sampai 5.2357. Pada TKG III HSI mengalami kenaikan setelah itu turun kembali pada TKG IV, kenaikan ini erat kaitannya dengan proses vitelogenesis. Dilihat dari kandungan energi terlihat uncaknya pada TKG III, hal ini memperkuat jika puncak vitelogenesis pada ikan senggaringan terjadi pada TKG III.

Hasil pengamatan nilai IGS berkisar antara 0.0189 sampai 14.9830. sedangkan puncaknya pada TKG IV, begitu juga dengan kandungan material energi mencapai puncaknya pada TKG IV, hal ini erat kaitannya dengan keberadaan energi yang telah dimobilisasi dari beberapa organ ke gonad dalam menyokong proses perkembangan dan pematangan sel telur.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari 25 sampel gonad didapat rataan nilai fekunditas 20710.34 dengan kisaran antara 3025 – 50018. Jika dilihat dari hubungan antara panjang total tubuh terhadap nilai fekunditas didapat nilai nilai koefisien korelasinya (r) sebesar 0.482, hal ini menunjukkan ktidak ada korelasi antara panjang total tubuh dan nilai fekunditas. Nilai diameter telur berkisar antara 392.0935 - 604.7016 µm.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tertulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)
(8)

Judul : Kajian makanan dan kaitannya dengan reproduksi ikan senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Benny Heltonika

NIM : B351060061

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. drh. Iman Supriatna

Ketua

Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA

Anggota

Diketahui Ketua Mayor

Biologi Reproduksi

Dr. drh. Iman Supriatna

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2008 ini adalah reproduksi ikan, dengan judul “Kajian makanan dan kaitannya dengan reproduksi ikan senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yaitu Dr. drh. Iman Supriatna dan Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA disela kesibukannya masih bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis dalam penyelesaian karya

ilmiah ini. Selain itu ucapan terima kasih tersampaikan kepada Dr. Ir. Isdy Sulistyo atas saran dan bantuannya, kepada teman-teman mahasiswa Unsoed,

bapak Letkol (Purn) Sunarko sekeluarga atas bantuannya, mas Taufik BP dan teman-teman BRP, staf pengajar mayor BRP, teman-teman Himmpass IPB, Indra, Rinaldi, Endang, Erlangga, Da Akhyar dan teman-teman yang tidak dapat disebut satu persatu. Juga kepada guru-guru yang telah mendidik penulis. Karya ini terutama dipersembahkan buat Bapak dan Ibu, terima kasih atas semua motivasi dan kasih sayang yang tak pernah putus, juga kepada Harri Novriadi dan Putri Yanasari (buatlah kedua orang tua kita menjadi bangga dengan jerih payahnya). Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyokong penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 23 Februari 2009

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 12 Nopember 1981 dari ayah H. Selamat Antoni dan ibu Hj. Helmi Amd. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

(11)

DAFTAR ISI

Biologi Ikan Senggaringan (Mystus negriceps) ... 6

Energi Pertumbuhan dan Reproduksi... 7

Indek Morfoanatomi... 12

Kebiasaan Jenis Makanan ... 13

Kualitas Air ... 15

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Bahan dan Alat (prosedur penelitian) ... 18

Metode Penelitian ... 19

Pengumpulan Data (Sampling ikan dan Fisika-Kimia air) ... 19

Pengukuran Panjang dan Berat Tubuh serta Adepose fin... 19

Pengukuran Energi Organ Sampel (Analisa Proksimat)... 19

Struktur Histologis Gonad ... 20

Pengukuran Fisika dan Kimia Air... 20

Parameter yang Diamati ... 21

Analisis Data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

Kebiasaan Jenis Makanan ... 25

Index Stomach Content (ISC) ... 25

Kebiasaan Makanan (IP)... 26

Karakter Morfologi Tropik ... 28

Aspek Reproduksi ... 29

Perkembangan Gonad... 29

Ukuran Pertama Kali Gonad Berkembang ... 32

Deposit Energi Berdasarkan TKG ... 33

Indek – Indek Morfoanatomi ... 36

Hubungan Panjang Berat ... 36

(12)

Visera Somatic Index(VSI)... 38

Adephose Fin Index(AFI)... 38

Hepato Somatic Index(HSI) ... 39

Gonad Somatic Index(GSI) ... 40

Fekunditas dan Diameter Telur ... 41

Fisika kimia Air ... 42

Pembahasan... 43

KESIMPULAN DAN SARAN... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran... 4

2. Ikan senggaringan ... 6

3. Indek kepenuhan isi lambung (ISC) per TKG ... 25

4. Indeks kepenuhan isi lambung (ISC) per bulan ... 26

5. Komposisi makanan ikan senggaringan per-TKG ... 26

6. Komposisi makanan ikan senggaringan bedasarkan ukuran ... 28

7. Histologis ovarium ikan senggaringan... 30

8. Hubungan panjang total tubuh dan GSI ikan senggaringan per-TKG .. 32

9. Hubungan tingkat kematangan gonad dan panjang total tubuh ... 33

10. Kandungan energi pada beberapa organ tubuh ... 35

11. Nilai faktor kondisi ikan senggaringan per-TKG... 37

12. Nilai visero somatik index ikan senggaringan per-TKG... 38

13. Nilai adephose fin index ikan senggaringan per-TKG... 39

14. Nilai indeks hepato somatik index ikan senggaringan per-TKG ... 40

15. Nilai gonado somatik index ikan senggaringan per-TKG... 40

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta sungai Klawing Purbalingga ... 66

2. Analisa protein ... 67

3. Analisa lemak ... 68

4. Pembuatan preparat histologi ... 69

5. Indeks isi lambung (ISC) ... 70

6. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG I ... 71

7. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG II ... 72

8. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG III... 73

9. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG IV ... 74

10. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG V... 75

11. Analisa isi lambung ikan senggaringan per Ukuran... 76

12. Analisa lambung per TKG... 77

13. Ukuran pertama kali matang gonad... 78

14. Energi otot dorsal ... 79

15. Energi visera... 79

16. Energi adephose fin ... 79

17. Energi hati ... 79

18. Energi gonad... 79

19. Lemak intraperitoneal pada ikan senggaringan ... 80

20. Hubungan panjang berat ikan senggaringan per TKG ... 80

21. Nilai faktor kondisi ikan senggaringan per TKG ... 81

22. Nilai visera somatik indek per TKG... 82

23. Nilai adephose fin indek per TKG... 82

24. Nilai hepato somatik indek per TKG ... 82

25. Nilai gonado somatik indek per TKG ... 82

26. Nilai fekunditas ikan senggaringan ... 83

27. Jumlah sel telur per-ukuran diameter telur ikan sneggaringan... 83

28. Fisika kimia air perbulan ... 84

(16)

30. Nilai indeks morfoanatomi TKG II ... 86

31. Nilai indeks morfoanatomi TKG III... 87

32. Nilai indeks morfoanatomi TKG IV ... 89

33. Nilai indeks morfoanatomi TKG V... 91

34. Sungai Klawing saat banjir... 92

35. Sungai Klawing saat kering (kemarau) ... 92

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan senggaringan merupakan ikan liar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dalam beberapa tahun ini, ikan ini menjadi perhatian para peneliti untuk dijadikan bahan riset, karena dimasa mendatang ikan ini diharapkan dapat dijadikan komoditi budidaya. Hasil tangkapan ikan senggaringan cenderung mengalami penurunan, sebagaimana yang diungkapkan Putro (2003) bahwa antara tahun 1998 hingga 2002 hasil perolehan tangkapan di sungai Klawing untuk ikan senggaringan menurun dari 14,3 ton menjadi 8,9 ton. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh penangkapan yang intensif dan mulai menurunnya kualitas habitat hidupnya. Jika hal ini dibiarkan maka kemungkinan populasi jenis ikan ini di alam akan berkurang dan lama kelamaan dapat punah bila tidak dilakukan upaya konservasi.

Untuk menjaga keberadaan ikan senggaringan diperlukan upaya budidaya, yang kelak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan ikan-ikan tersebut, serta mendapatkan stok untuk usaha restoking diperairan umum yang ada untuk

menjaga keberadaan di habitat aslinya. Dalam usaha budidaya diperlukan benih, untuk melakukan pembenihan perlu diketahui aspek-aspek reproduksinya. Penelitian terdahulu tentang ikan senggaringan yang dilakukan oleh Sulistyo dan Setijanto (2002), dan Rukayah et al. (2003), baru dapat menyajikan informasi terbatas tentang aspek reproduktif (dua bulan dari satu siklus) yakni indeks morfoanatomi dan fekunditas. Informasi tentang musim pemijahan serta faktor utama lainnya untuk dapat dilakukannya usaha domestifikasi serta budidaya pada ikan ini msih perlu dikaji.

(18)

Domestifikasi (sebagai konservasi ex-situ) ikan-ikan liar memerlukan pengetahuan tentang karakteristik ekologi pakan dan perilaku makan (Cahuet al.

2004), serta ritme biologis karena perubahan ekologis (Anras & Lagardère 2004). Salah satu informasi dasar yang dibutuhkan adalah kandungan deposit energi pada ikan, sumber energi ini berasal dari makanan maupun pemanfaatan energi yang ditimbun di beberapa organ dalam bentuk lemak dan protein. Hal ini didukung oleh pendapat Craiget al.(2000) yang menyatakan bahwa energi baik dari pakan maupun yang telah ditimbun di dalam tubuh digunakan untuk perawatan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Selanjutnya Craiget al.(2000) menyatakan bahwa selama perkembangan tubuh, lemak, protein dan mineral ditimbun dalam beberapa bentuk, sedangkan protein dan lemak akan digunakan untuk perkembangan gonad.

Energi yang diperlukan dalam perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan gonad dan jenis kelamin ikan. Effendie (2002) menyatakan bahwa selama proses perkembangan gonad sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Setiap tingkat perkembangan gonad memerlukan energi yang berbeda-beda. Selanjutnya Czesny et al. (2000) menggambarkan ada hubungan positif antara penimbunan asam lemak dan protein di tubuh dengan perkembangan telur pada ikan sturgeon.

Li et al. (2009) mengungkapkan untuk menyokong strategi manajemen budidaya, perlu diketahui kondisi variasi dalam indek kondisi, kebutuhan energi

dan imunitas ikan. Litaay & Silva (2003) menjelaskan pengetahuan faktor waktu produksi gamet hingga waktu reproduksi serta sumber energi yang digunakan untuk pematangan gamet sangat berguna untuk perbaikan induk dan menajemen

(19)

Berdasarkan keterangan diatas maka perlu dilakukan penelitian dasar tentang aspek reproduksi pada ikan senggaringan (Mystus nigriceps) serta peranan kebiasaan makanan dan deposit energi dalam menyokong reproduksinya.

Kerangka Pemikiran

Keberadaan ikan dengan adanya reproduksi sangat tergantung dengan mutu individu induk, perkembangan gonad sangat tergantung dengan asupan energi yang dibutuhkan sedangkan dalam proses reproduksi ikan akan memerlukan asupan energi yang cukup besar. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan dipengaruhi oleh kebutuhan ikan akan energi, salah satunya adalah energi untuk perkembangan gonad. Saat ikan melakukan proses reproduksi akhir (menjelang pemijahan) sebagian ada yang melakukan puasa, untuk sumber energi perkembangan gonad dan pemijahan itu sendiri berasal dari energi yang dideposit di dalam tubuh berupa material energi (protein, lemak dan karbohidrat). Perkembangan gonad didukung oleh energi yang disimpan pada otot dan disekitar saluran pencernaan (viseral) (Pazos et al. 2003), hati dan viseral (Rukayahet al. 2005). Keberadaan energi yang tersedia sangat tergantung pada asupan pakan serta kondisi lingkungan.

Pertumbuhan terjadi karena adanya penambahan berat tubuh ikan, hal ini menunjukkan jika kandungan energi dalam makanan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk maintanance tubuh (Suprayudi et al.

(20)

Gambar 1 Bagan alur kerangka pemikiran penelitian.

Diketahuinya gambaran kebiasaan jenis makanan dan keberadaan material energi yang tersimpan pada beberapa organ tubuh, diharapkan dapat menggambarkan kebutuhan material energi ikan senggaringan dalam menyokong perkembangan gonad. Berdasarkan data tersebut, diharapkan nantinya dapat memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya dalam menyokong usaha budidaya terutama pembenihan baik secara manipulasi internal maupun eksternal. Internal berupa kualitas pakan dan induk, serta eksternal berupa manipulasi lingkungan.

Data tentang aspek reproduksi ikan ini secara utuh diharapkan nantinya dapat memberikan sumbangsih besar guna menjaga kebutuhan ikan ini baik di alam maupun dalam wadah budidaya.

Kebiasaan makanan (komposisi makanan dan indeks kepenuhan isi lambung) per-tingkat

kematangan gonad (TKG)

Deposit energi pada beberapa organ target (otot, hati, visseral, gonad dan adepose fin)

Indikator pertumbuhan somatik dan gonad

1. Indek kepenuhan isi lambung (ISC) dan kebiasaan makanan (IP)

2. Morfoanatomi gonad (GSI), hati (HSI), visceral (VSI) serta faktor kondisi, nilai b dan indeks adepose fin (AFI). 3. Gametogenesis

4. TKG, diameter telur dan fekunditas

Dasar untuk manipulasi 1. Nutrisi

(21)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis makanan yang dikonsumsi dan deposit material energi pada beberapa organ dalam rangka reproduksi ikan senggaringan (Mystus nigriceps).

Manfaat Penelitian

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Senggaringan (Mystus negriceps)

Ikan senggaringan dilihat dari morfologisnya termasuk dalam kelompok ikan bersungut dari ordo Siluriformes, subordoSiluroidei, famili Bagridae,genus

Mystus, spesies Mystus nigriceps untuk ikan senggaringan (Saanin 1986, Kottelat

et al. 1993).

Gambar 2 Ikan senggaringan (Mystus nigriceps).

Jenis ikan yang termasuk genus Mystus terdapat di perairan umum Indonesia ditaksir tidak kurang dari 11 jenis. Jenis tersebut selain M. nemurus

adalahM. baramensisi, M. bimaculatus, M. gulio, M. microcanthus, M. nigriceps, M. olyroides, M. planiceps, M. sabanus, M. wolffi dan M. wyckii(Yustina 2001).

Di India, Mijkherjee et al. (2002) melaporkan beberapa genus Mystus

terancam keberadaannya sebagai akibat eksploitasi berlebih, polusi pestisida di perairan, penyakit, pemasukan ikan eksotik yang tidak terkontrol, industrialisasi yang mengganggu habitat, dan pemanfaatan air secara berlebihan

(23)

Ikan senggaringan merupakan ikan yang bersifat karnivora dan cenderung menyukai makanan berupa crustacea dan insekta air (Sulistyo & Setijanto 2002). Karakteristik habitat yang disukai meliputi daerah perairan yang dangkal maupun dalam, terlindung, berarus lemah (0,08 – 0,16 m/s). Substrat dasar biasanya berupa campuran pasir, kerikil dan batuan, terkadang ditumbuhi lumut (Sulistyo & Setijanto 2002).

Rukayah et al. (2003), melaporkan bahwa strategi reproduktif ikan senggaringan ditinjau dari fekunditas mutlak berkisar antara 10005 – 39621,61 butir, sedangkan proporsi ukuran diameter telur pada musim kemarau masih didominasi oleh ukuran 50-100 µm. Nilai IGS cenderung meningkat dari 9,33±1,67% hingga mencapai 14,72±3,17% saat memasuki perkembangan ovarium. Peningkatan IGS tersebut juga mengakibatkan penurunan IHS sebesar 6,62% dan IVS sebesar 14,52%.

Energi Pertumbuhan dan Reproduksi

Dalam pemijahan sebagian besar ikan air tawar melakukan pemijahan pada awal dan pertengahan musim penghujan (Bardach et al. 1972). Puncak aktivitas reproduksi sering dihubungkan dengan hujan dan banjir atau siklus bulan (Vlaming, Connell diacu dalam Lam 1983). Hardyet al.diacu dalam Almansaet al. (1999) mengungkapkan keberadaan asam lemak pada otot dan telur yang berkembang pada ikan salmon menunjukkan keberadaan asam lemak pakan

setelah dua bulan dikonsumsi ikan.

(24)

setelah protein, yang digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan proses metabolisme (Zonneveldet al. 1991).

Perkembangan gonad didukung oleh material energi yang disimpan pada otot dan saluran pencernaan (Pazos et al. 2003), hati dan viseral (Rukayah et al. 2005), hati, viseral dan otot (Gelineau et al. 2001). Pematangan gonad sering dihubungkan dengan penurunan pertumbuhan somatik dan pengambilan makanan, dapat juga berpengaruh pada penurunan kualitas daging ikan (Damsgard et al. 1999). Meningkatnya proses reproduksi akan terjadi usaha meningkatkan produksi anakan dari tiap makanan yang dikonsumsi, proses ini akan menyebabkan penurunan biaya energi yang diperuntukkan untuk perawatan tubuh dan pertumbuhan somatik tubuh (Wootton 1985). Tingkat pertumbuhan dan penyimpanan energi mesti lebih tinggi selama masa kritis untuk perkembangan seksual (gonad), ikan yang matang gonad memiliki kadar lemak yang tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak matang ( Silversteinet al. 1999).

Ikan membutuhkan energi yang besar untuk reproduksi baik dalam tingkah laku maupun pematangan gonad. Setiap spesies ikan terdapat variasi jumlah energi yang dibutuhkan dalam proses reproduksi seperti mencari tempat bertelur, migrasi, tingkah laku menarik lawan jenis, cara penjagaan, produksi telur dan sperma. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah umur, fekunditas, kelulusan hidup dan frekuensi reproduksi (Moile & Cech 2000). Proses reproduksi biasanya membutuhkan lebih banyak energi yang bukan saja diperuntukkan untuk produksi

(25)

primer yang mencakup produksi telur dan sperma, yang kedua untuk perkembangan karakteristik sekunder dan ketiga diperuntukkan untuk kebiasaan reproduksi.

Menurut Xie et al. (1998) total energi dalam tubuh yang digunakan untuk reproduksi adalah 20,7% untuk ikan jantan dan 23,8% untuk ikan betina. Investasi energi pada ikan betina akan semakin besar sejalan dengan ukuran tubuhnya. Ikan dengan ukuran kecil akan menginvestasikan lebih banyak energinya untuk pertumbuhan (Moile & Cech 2000).

Buwono (2000) menjelaskan bahwa kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak di dalam perut ikan yaitu di dalam organ-organ visceral. Lemak juga dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode aktivitas penuh atau selama periode tanpa makan pada pemijahan (Zonneveld et al. 1991). Cadangan energi umumnya disimpan pada sekitar organ pencernaan dan otot (Litaay & Silva 2003).

Suatu aspek yang menarik dari reproduksi adalah usaha dan energi yang berbeda yang dikeluarkan oleh spesies dan sering berhubungan dengan pola riwayat hidup suatu spesies (Helfman et al. 2002). Usaha reproduktif meliputi gambaran masukan makanan dan perpindahan material energi menuju gonad, seperti halnya penggunaan energi somatik untuk pertumbuhan gonad.

Pada ikan betina, kematangan oosit melibatkan mobilisasi atau pengerahan dari lipid dan protein dari bagian lain dari tubuh ke ovarium. (Helfman et al.

2002). Perpindahan material energi ini akan menentukan keberlangsungan bagi perkembangan telur dan larva nantinya, sebagaimana Kamler (1992) mengungkapkan pada pertumbuhan dan metabolisme larva akan membutuhkan energi yang berasal dari kuning telur, pada saat ini larva ikan berada dalam periode endogenous feeding, dan material energi yang berada di dalam kuning telur sendiri berasal dari deposit yang yang dialokasikan pada saat perkembangan dan pertumbuhan ovari pada induk.

(26)

pemijahan lebih rendah dibandingkan sebelum pemijahan (Xie et al. 1998), informasi tersebut menunjukkan bahwa investasi energi yang disimpan digunakan untuk proses pemijahan.

Aktifitas reproduksi ikan didukung dengan ketersediaan lipid yang cukup pada makanan terutama dari hewan, dan diperkirakan jika material energi dan nutrien dimobilisasi dari intraperitoneal fat (IPF) dan hati untuk menyokong perkembangan reproduksi dan pemijahan ikan (Craig et al. 2000), didapatnya komposisi yang tinggi pada jaringan dan sel telur, dihubungkan dengan suksesnya pemijahan dan reproduksi, tingginya lipid pada ikan di alam selama musim panas diindikasikan jika terjadi biosintesis lipid pada hati untuk menyediakan persediaan energi yang dapat digunakan untuk perkembangan somatik maupun reproduksi (Cejas et al. 2003). Oleh sebab itu induk ikan mesti memakan pakan yang berkualitas tinggi selama beberapa bulan sebelum musim pemijahan (Almansa et al. 1999). Lee et al. diacu dalam Rachmawati et al. (2003) menyatakan kadar lipid tubuh ikan flounder hanya dipengaruhi oleh kadar energi pakan, dimana kadar lipid tubuh meningkat dengan semakin meningkatnya kadar energi dalam pakan.

Lemak merupakan bagian dari kimia yang unik dimana semua organism membutuhkannya untuk hidup. Lemak digunakan sebagai sumber energi yang utama, penyusun stuktur membran dan hormon (Watanabe 1982). Studi tentang kebutuhan energi pada ikan yang telah ditunjukkan pada ikan karnivora, seperti

Oncorhynchus, dimana mempunyai keterbatasan dalam memanfaatkan

karbohidrat sebagai sumber energi. Lemak mempunyai peranan penting dalam menyediakan energi, selain itu protein juga memiliki peranan sebagai sumber energi (Nomura & Davis 2005)

(27)

telur-telur ikan tertentu sehingga terjamin kualitasnya. Kebutuhan lemak dalam reproduksi sangat bervariasi antara spesies ikan. Kekurangan lemak mengakibatkan protein akan digunakan sebagai sumber energi. Sehingga akan mempengaruhi aktivitas reproduksi ikan. Kadar lemak yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi berlebih dalam ovarium sehingga mengganggu perkembangan gonad dan aktivitas ikan (Azwar diacu dalam Suryanti 2007)

Pada ikan, protein digunakan sebagai sumber energi dan protein dibutuhkan untuk pertumbuhan yang maksimal (Gelineau et al. 2001). Ikan umumnya menggunakan protein untuk tumbuh bila kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan aktifitas otot telah terpenuhi dari pakan. Namun, bila energi pakan rendah, protein pakan digunakan sebagai sumber energi Lee et al.

diacu dalam Rachmawatiet al.(2003).

Protein merupakan salah satu nutrien yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan optimal. Protein merupakan bahan organik terbesar pada jaringan ikan, kurang lebih 65 – 85% total dalam berat kering. Ikan mengkonsumsi protein untuk mendapatkan asam amino yang akan digunakan untuk sintesis protein baru, pertumbuhan, reproduksi dan mengganti jaringan yang rusak (Halver diacu dalam Awaludin 2003).

Protein menurut Sachwan (2001) mempunyai tiga fungsi tubuh yaitu: 1) sebagai zat pembangun yang membentuk berbagai jaringan yang rusak dan

bereproduksi, 2) sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim dan mengatur berbagai proses metabolisme dalam tubuh ikan dan 3) sebagai zat pembakar karena unsur karbon yang terkandung dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.

(28)

Indeks Morfoanatomi

Pertumbuhan merupakan karakteristik dari setiap makhluk hidup termasuk ikan. Dalam pertumbuhan terdapat siklus reproduksi dan juga perubahan-perubahan yang terjadi baik dari segi morfologi, seperti panjang dan berat serta anatomi, seperti gonad, hati dan viseral (Helfmanet al.2002).

Indeks morfoanatomi merupakan metode yang dapat dilakukan untuk memprediksi kinerja reproduktif ikan. Pertumbuhan dan kinerja reproduktif dikaji melalui pendekatan variabel indeks morfologi berupagonad somatic index(GSI),

hepato somatic index(HSI),viscera somatic index(VSI) dan faktor kondisi (FK).

Gonado somatic index (GSI) yang disebut dengan indeks gonad somatik, merupakan suatu perhitungan dalam persen dari berat tubuh ikan yang dialokasikan untuk material gonad (Helfman et al. 2002). Perkembangan gonad akan semakin besar dan matang hingga fase pemijahan. Selama fase tersebut sebagian besar energi yang diperoleh dari hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonadnya. Effendie (1997) menyatakan bahwa tanda utama untuk membedakan kematangan gonad adalah berdasarkan berat gonadnya. Sedangkan berat gonad tergantung pada ukuran ikan dan tingkat pertumbuhan gonadnya (Vlaminget al.1982).

Rasio ini (berat gonad/berat tubuh x 100%) disebut sebagai indeks gonad somatik (IGS) (Sulistyo et al. 2000). Dalam kegiatan perikanan GSI digunakan secara luas sebagai sebuah indeks dari aktifitas gonad dan sebagai sebuah indeks

untuk menyatakan persiapan pemijahan dari suatu spesies ikan (Vlaming et al.

1982).

(29)

otot, hati dan viseral. Adanya perubahan ukuran berat pada hati ini dinyatakan sebagai hepato somatik indek (HSI)

Viscera somatic index(VSI) merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang dinyatakan dengan persentase perbandingan antara berat viseral dengan berat tubuh ikan (Sulityo et al. 1998). Viscera merupakan organ dalam tubuh yang meliputi sistemgastrointretinal dari oesopagus hingga anus termasuk lemak yang terdapat didalamnya, selain gonad dan hati. Viscera somatic merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang dinyatakan denganviscera somatic index.

Buwono (2000) menjelaskan bahwa kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak di dalam perut ikan yaitu di dalam organ-organ visceral. Lemak juga dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode aktifitas penuh atau selama periode tanpa makan pada pemijahan (Zonneveldet al. 1991).

Nilai faktor kondisi berupa K1 diperoleh dengan memperhitungkan berat tubuh dan berat gonad dalam perbandingkan dengan panjang tubuh, sementara nilai K2 diperoleh tanpa memasukkan berat gonad dalam perhitungannya. Cren (1951) menguraikan bahwa perubahan nilai K2 merupakan petunjuk dikerahkannya timbunan energi yang diperuntukkan bagi perkembangan gonad.

viscera somatic index (VSI) dan faktor kondisi (K) selain untuk memprediksi kinerja reproduktif juga digunakan sebagai indikator pertumbuhan (Massouet al.

2002).

Kebiasaan Jenis Makanan

Makanan sangat penting bagi ikan karena makanan merupakan sumber energi yang akan menentukan semua aktivitas yang akan dilakukan. Disamping itu makanan juga diperlukan untuk tumbuh, berkembang, reproduksi dan aktifitas metabolisme lainnya. Informasi tentang pakan yang dimakan oleh ikan tersebut juga dapat dipakai untuk mengetahui dengan lebih baik tentang kebiasaan makanannya termasuk pertumbuhan, migrasi dan penting pula dalam pengelolaan perikanan secara komersil (Bal & Rao 1984).

(30)

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan cara makanan tersebut didapat. Selanjutnya kebiasaan makanan ikan perlu dipelajari untuk menentukan nilai gizi alamiah ikan tersebut. Selain itu dapat dilihat hubungan antar ekologi diantara organisme dalam perairan itu. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan, kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, suhu perairan dan kondisi umum ikan itu sendiri (Beckman diacu dalam Wibisana 2000).

Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat digolongkan atas ikan herbivora, kernivora dan omnivora. Affandi (1993) pada ikan gurame didapat rasio panjang usus dan panjang total tubuh mengalami peningkatan dengan adanya pertumbuhan, sehingga selama pertumbuhannya ikan gurame mengalami perubahan karakter ikan karnivora ke karakter ikan omnivora atau herbivora. Penggolongan ini didasarkan pada morfologi alat pencernaannya. Ciri khas ikan karnivora adalah lambung dan usus yang pendek sedangkan pada ikan herbivora, tidak ditemukan lambung tetapi usus yang panjang (Huet 1971). Mujiman dalam Najamuddin (2004) menyatakan berdasarkan macam makanan yang dimakan, secara garis besar ikan dapat digolongkan menjadi herbivora, karnivora, predator, pemakan plankton, pemakan detritus dan lain sebagainya, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan adanya ikan yang memakan semua jenis makanan yang disediakan oleh lingkungan dimana ikan tersebt berada, dengan demikian penilaian kesukaan makanan ikan menjadi sangat relatif. Menurut Lagler (1956)

kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting seperti habitat hidupnya, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran dan umur ikan dan tempat. Selain umur, waktu dan ukuran tubuh, pola kebiasaan makanan ikan juga ternyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat yang mempengaruhi ketersediaan makanan alami (Bio Science Club diacu dalam Pratiwi 1991).

(31)

sedikit. Selain itu ada juga makanan pengganti yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia (Nikolsky 1963).

Kualitas Air

Kualitas fisik kimia air merupakan komponen abiotik penyusun sistem sungai. Komponen ini sangat berpengaruh bagi kehidupan ikan dan jasad renik lainnya (Odum 1971). Bagi kehidupan ikan akan menentukan aktifitas biologi dan reproduksinya. Kualitas fisik dan kimia air yang berperan dalam proses pertumbuhan dan reproduksi antara lain suhu, kecepatan arus, derajat keasaman, kekeruhan, oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan amonia.

Suhu air dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tempat dari permukaan air laut. Di daerah dataran tinggi umumnya suhu lebih rendah dari pada daerah dataran rendah (Boyd 1988). Suhu air mempengaruhi pertukaran zat asam atau metabolise dari makhluk hidup sehingga berpengaruh terhadap reproduksi, pertumbuhan organisme muda dan kompetisi (Krebs 1985). Suhu air merupakan salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan badan ikan. Kenaikan suhu perairan mempengaruhi kemampuan derajat metabolisme ikan dan selanjutnya menaikan kebutuhan oksigen. Kecepatan reaksinya akan naik 2 – 3 kali lipat, setiap kenaikan suhu sebesar 10 oC. Semakin tinggi suhu maka semakin meningkat metabolisme organisme yang hidup di perairan dan semakin meningkat kebutuhan oksigen, tetapi

kemampuan haemoglobin untuk mengikat oksigen semakin berkurang. Walk et al. (2000) menyatakan bahwa suhu tinggi akan berpengaruh langsung terhadap

proses fisiologi pada beberapa jenis ikan dan menurunkan kelimpahannya di perairan. Sejalan dengan itu Pescod (1973) mengemukakan bahwa perubahan suhu di perairan yang mengalir tidak boleh melebihi 28oC.

(32)

Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari ion hidrogen yang terlepas dari perairan dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan air (Soeseno 1977). Derajat keasaman air penting untuk menentukan nilai guna suatu perairan karena pada umumnya derajat keasaman mempengaruhi tumbuhan dan hewan air agar dapat hidup secara wajar. Derajat keasaman sering digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup ikan (Jangkaru 1974). Sutisno & Sutarmanto (1995) menyatakan bahwa pH yang optimal untuk proses reproduksi ikan berkisar antara 6,7 – 8,2. Sedangkan nilai pH perairan berfluktuasi pada siklus siang hari/diurnal secara primer dipengaruhi oleh konsentrasi CO2, kepadatan fitoplankton, alkalinitas total dan tingkat kesadahan (Schmittou 1991).

Oksigen terlarut sangat penting bagi kehidupan organisme perairan, karena diperlukan untuk proses respirasi. Kandungan oksigen terlarut dapat berasal dari usaha melalui proses difusi, adanya aliran air masuk dan proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan air (Jangkaru 1974). Sutisna & Sutarmanto (1995) menyatakan bahwa oksigen merupakan gas yang terpenting untuk proses respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan maupun organisme akuatik lainnya. Konsentrasi oksigen dinyatakan dalam part per million (ppm). Konsentrasi oksigen yang optimal bagi kehidupan ikan adalah 5 ppm, jika konsentrasi oksigen kurang dari 3 ppm akan membahayakan kehidupan larva ikan.

Alkalinitas berperan sebagai buffer perairan terhadap perubahan pH yang

drastis. Tingkat produktifitas perairan sebenarnya tidak berkaitan secara langsung dengan nilai alkalinitas tetapi berkaitan dengan keberadaan fosfor dan elemen esensial lain yang kadarnya meningkat dengan meningkatnya nilai alkalinitas. Alkalinitas yang baik berkisar antara 30 – 500 mg/l CaCO3, jika > 40 mg/l CaCO3 disebut perairan sadah dan jika < 40 mg/l CaCO3 disebut perairan dengan kesadahan sedang (Effendi 2000)

(33)
(34)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Oktober 2008. Pengambilan sampel dilakukan di sungai Klawing Kebupaten Purbalingga Jawa Tengah (Lampiran 1). Analisis lambung dan analisis lemak dilakukan di laboratorium Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsoed. Sedangkan untuk pembuatan preparat histologis, analisis protein dan glikogen dilakukan di FPIK IPB.

Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

Ikan contoh ditangkap di sungai Klawing menggunakan jala (1,75). Jumlah ikan yang dikumpulkan berkisar antara 26 – 47 ekor per-TKG. Selanjutnya contoh ikan diukur panjang dengan kertas milimeter dan beratnya dengan timbangan analitik (0,5 g), dengan menggunakan alat bedah beberapa organ (gonad, viseral, hati dan otot dorsal) ikan dipisahkan per TKG kemudian ditimbang dengan timbangan digital merk O-Hauss (ketelitian 0,05 mg) untuk mendapatkan nilai indek morfoanatomi, selanjutnya dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan jumlah lemak dan protein.

Dalam menentukan TKG disesuaian dengan pendapat Effendie (1992) pada ikan baung (Mystus nemurus), seperti yang disajikan Tabel 1.

Tabel 1 Struktur morfologis gonad

TKG Struktur morfologis

I Ovarium berbentuk sepasang benang terletak pada kiri dan kanan rongga perut, warna bening/jernih dengan permukaan licin

II Ovarium berukuran lebih besar dari TKG I, berwarna lebih gelap kekuning-kuningan, butiran telur masih belum dapat dilihat dengan mata telanjang

III Ovarium berwarna kuning. Secara morfologi telur mulai kelihatan butirnya dengan mata

IV Ovarium makin besar mengisi ½ - 2/3 rongga perut. Telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir lemak tidak tampak

(35)

Adepose fin diukur tebal dan tinggi dari pertengahan adepose finnya dengan jangka sorong (0,05 mm) untuk mendapatkan nilai indeknya lalu dianalisis lanjut untuk mendapatkan jumlah lemak. Analisis kadar protein menggunakan metode kjeldahl dan lemak dengan metode Folch. Setelah didapat kandungan lemak dan proteinnya, untuk mendapatkan kandungan energinya lemak dan protein dikalikan dengan 39,50 dan 23,6 kJ. Selain itu juga dibuat preparat histologi gonad, pengukuran diameter telur dan fekunditas. Selain itu juga dilakukan analisis lambung, berupa nilai indek isi kepenuhan lambung (ISC) dan juga indek bagian terbesar (indeks preponderance). Pengukuran fisika kimia air digunakan termometer untuk mengukur suhu, kertas pH indikator universal untuk mengukur pH, tali dan pelampung untuk arus, tali dan pemberat untuk kedalaman, sedangkan O2, CO2 dan Alkalinitas diukur di Fakultas Biologi Unsoed.

Metode Penelitian

Pengumpulan Data (Pengambilan Contoh Ikan dan Pengukuran Parameter Fisika-Kimia air)

Pengukuran Panjang dan Berat Tubuh serta Tebal dan Tinggi Adepose Fin

Ikan yang telah terkumpul diukur untuk mendapatkan ukuran panjang ikan. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan ikan diatas kertas milimeter, dan dihitung jumlah kotak yang ditempati ikan. Sedangkan adepose fin diukur tebal dan tinggi dari pertengahan adepose finnya.

Setelah ikan diukur panjangnya, ikan ditimbang berat totalnya, setelah berat total didapat ikan dibedah untuk mendapatkan organ yang dibutuhkan. Setelah dibedah ,organ hati, organ viseralnya dan ovarium diambil dan ditimbang. Lalu sampel-sampel tersebut disimpan dalam ice box bersuhu 4 – 5 oC lalu disimpan dalam freezer hingga dilakukan analisis proksimat.

Pengukuran Energi Pada Organ Contoh (Analisis Proksimat)

Sampel yang telah terkumpul yaitu organ gonad, hati, viseral dan sebagian otot dorsal dianalisis proksimat yang dilakukan di Laboratorium Pakan

FPIK IPB dan Laboratorium umum PSPK Unsoed. Analisis proksimat yang dilakukan berupa pengukuran kadar protein dan lemak sebagai sumber cadangan

(36)

Analisis kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode kjeldahl (Lampiran 2). Setelah jumlah persen (%) protein didapat lalu dihitung nilai kalorinya dengan rumus : % protein x 23,6 kJ/g.

Analisis kadar lemak dilakukan dengan menggunakan metode folch (Lampiran 3). Setelah jumlah persen (%) protein didapat lalu dihitung nilai kalorinya dengan rumus : % lemak x 39,5 kJ/g

Struktur Histologis Gonad

Gonad ikan diambil dari individu betina pada setiap tingkatan kematangan gonadnya. Pengambilan ini bertujuan untuk melihat perbedaan secara histologis kondisi perkembangan gonad.

Pembuatan preparat histologis gonad dilakukan berpedoman kepada metode mikroteknik (Lampiran 4).

Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Air 1. Temperatur

Temperatur air diukur menggunakan termometer yang dicelupkan kedalam sungai hingga mendapatkan nilai suhu yang konstan, data yang didapat dicatat. 2. Kedalaman Air

Pengukuran kedalaman air dilakukan dengan mengikat tali dengan bundel yang berat, lalu ambil beberapa titik untuk mengukur kedalamannya.

3. Kecepatan Arus

Kecepatan arus diukur dengan menggunakan botol yang diisi ± 70% dari volumenya, lalu diikat dengan tali rafia yang panjangnya 10 meter, setelah itu botol tersebut dihanyutkan dengan memengang bagian tali yang tidak terikat, waktu yang dibutuhkan untuk tali dapat menegang dicatat untuk dikalkulasi menjadi kecepatan arus.

4. Nilai pH

(37)

5. Oksigen Terlarut

Nilai oksigen terlarut diukur menggunakan metode Winkler. 6. Alkalinitas

Alkalinitas diukur dilaboratorium FMIPA unsoed

Parameter yang Diamati

1. Index stomach content(ISC) dan kebiasaan makanan

Index stomach content atau konsumsi pakan relatif adalah nilai dari perbandingan berat isi lambung dengan berat tubuh ikan (Spataru & Gophen diacu dalam Sulistiono 1998).

Untuk mengetahui kebiasaan makanan dilakukan dengan menganalisis isi lambung dan mengolahnya dengan melihat indeks bagian terbesar (index of preponderence, IP) (Effendie 1992).

IP =

Vi : persentase volume satu macam makanan

Oi : persentase frekuensi kejadian satu macam makanan ∑Vi.Oi: jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan

IP : Index of preponderence

Analisis kebiasaan makanan dilakukan terhadap ikan betina pada masing-masing TKG, ikan yang tertangkap dibedah dan diambil saluran pencernaannya lalu dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi formalin 4% untuk disimpan sebelum dianalisis. Sebelum dianalisis, lambung dibedah, lalu isi lambung ikan diencerkan dengan akuades. Hasil pengenceran disaring kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan ditetesi formalin 10%. Setelah itu diaduk dan diambil dua tetes sampel untuk diamati, lakukan

sebanyak 3 kali sebagai ulangan. Pengamatan terhadap isi lambung dilakukan dengan menggunakan mikroskop, kemudian dilakukan identifikasi sampai

(38)

2. Aspek Reproduksi

a. Ukuran pertama kali matang gonad

Penentuan ukuran pertama kali matang gonad dengan menggunakan metode Sperman Karber (Udapa 1986 diacu dalam Musbir et al. 2006). Kriteria matang gonad adalah pada TKG III, IV dan V. Adapun rumusnya adalah :

LogM= (x Pi)

2 X

Xk  

Dimana :

Xk = Logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad 100% X = Selisih logaritma nilai tengah kelas

Xi = Logaritma nilai tengah kelas pi = ri/ni

ri = Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i ni = Jumlah ikan pada kelas ke i

Qi = i - pi

b. Faktor kondisi (FK)

Faktor kondisi merupakan nilai yang menunjukkan keadaan ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk hidup dan bereproduksi. Nilai FK didapat dengan membandingkan berat ikan dengan pangkat tiga dari panjangnya. Nilai FK dapat ditentukan dengan rumus (Effendie 1992) dengan rumus :

FK =

Dimana W : berat ikan L : panjang ikan

c. Visero somatic index (VSI)

Nilai VSI didapat dengan membandingkan berat visera dengan berat tubuh. Nilai VSI dapat ditentukan dengan rumus (Sulistyo et al. 1998) sebagai berikut :

d. Adephose fin index (AFI)

Nilai AFI, didapat dengan membandingkan antara tebal adepose fin dengan tinggi adepose fin. Nilainya didapat dengan :

Adepose fin index = x100% Tinggi(mm)

(39)

e. Hepato somatic index (HSI)

Nilai HSI didapat dengan membandingkan berat hati dengan berat tubuh. Nilai HSI dapat ditentukan dengan rumus (Sulistyo et al. 2000) sebagai berikut :

g. Gonado somatic index (GSI)

Penentuan nilai Indeks Kematangan Gonad (gonado somatik index, GSI) diperoleh dengan cara menimbang berat total tubuh ikan kemudian timbang berat gonadnya. Nilai GSI dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1992) sebagai berikut :

GSI = x100%

Jumlah deposit energi tubuh yang didapat per-TKG diperbandingkan secara deskriptif, dan bertujuan untuk melihat kondisi deposit energi dalam menyokong reproduksi ikan senggaringan.

4. Struktur histologis gonad

Pengamatan struktur histologis gonad dilakukan untuk melihat perkembangan tingkat kematangan gonad, dan berpedoman pada Sukendi (2001) pada ikan baung.

5. Fekunditas dan diameter telur

Perhitungan fekunditas dilakukan dengan cara mengambil sebagian gonad yang telah disimpan, kemudian ditimbang dan dicatat, selanjutnya dihitung jumlah telur didalamnya. Fekunditas mutlak (F) adalah jumlah telur dalam gonad, dengan menggunakan metode gravimetri. Fekunditas mutlak dihitung dengan menggunakan rumus (Cerdaet al.1994) :

TF =

Ws S Wg

(40)

Diameter telur diketahui dengan mengukur diameter telur contoh dengan menggunakan mikrometer okuler (0,01 mm) merk UYCP-12. Jumlah telur contoh yang diukur sebanyak 100 butir untuk setiap gonad yang diamati. Rata-rata diameter dan simpangan bakunya dihitung dan dicatat. Rumus perhitungan diameter telur :

DT = 0.01 y

x

X

Dimana : DT : diameter telur (mm)

x : nilai diameter telur yang diamati dengan mikroskop y : nilai perbesaran

6. Parameter fisika-kimia air

Fisika-kimia air diukur untuk mengetahui gambaran kondisi perairan yang

menyokong kehidupan ikan dan reproduksinya.

Analisis Data

Analisis meliputi kebiasaan jenis makanan, indek morfoanatomi dan analisis proximat yaitu kadar lemak dan protein di tubuh, disesuaikan dengan perkembangan gonad. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan komperatif.

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Kebiasaaan Jenis Makanan

Index Stomach Content(ISC)

Hasil perhitungan indek kepenuhan isi lambung (ISC) per-TKG dapat dilihat pada Gambar 3, untuk nilai ISC dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai ISC yang didapat menunjukkan adanya peningkatan konsumsi makanan dengan peningkatan tingkat kematangan gonad.

Gambar 3 Indek isi lambung (ISC) ikan senggaringan per-TKG

Dilihat dari Gambar 4, puncak nilai ISC berada di bulan Mei, berdasarkan dari pengamatan dilapangan pada bulan Mei ikan sudah banyak yang mencapai TKG III, sedangkan pada bulan Juni dan Juli banyak ditemukan TKG IV dan V, pada bulan-bulan sebelumnya (Maret dan April) sebaran TKG III dan IV masih realtif sedikit.

(42)

aktif makan, sehingga dapat diketahui kelimpahan organisme yang dimakan di perairan serta kualitas perairannya.

Gambar 4 Indek isi lambung (ISC) ikan senggaringan perbulan

Kebiasaan Makanan (Indeks Bagian Terbesar atau IP)

Hasil analisis isi lambung yang dilakukan (Gambar 5), menunjukkan fenomena makanan ikan senggaringan dalam melakukan reproduksinya, terjadi peralihan jenis makanan dari tiap tingkatan TKG, TKG I dominan ditemukan serpihan tumbuhan, sedangkan pada TKG II komposisi serpihan hewan mulai meningkat, namun masih besar kandungan serpihan tumbuhannya (Lampiran 12).

Gambar 5 Komposisi makanan ikan senggaringan Per-TKG

(43)

makanan yang didapat berupa serpihan tumbuhan sebesar 58,3250%, serpihan hewan sebesar 36,0450%, plankton sebesar 5,5470% dan makrobentos sebesar 0,0830%, dilihat dari Gambar 2 terlihat perubahan komposisi makanan ikan senggaringan, terlihat jika ikan senggaringan pada TKG II meningkatkan mengkonsumsi hewan serta mulai mengkonsumsi makrobentos.

Hasil analisis isi lambung pada TKG III (Lampiran 8) mulai terjadi perubahan besar terhadap jenis makanan, didapat serpihan tumbuhan sebesar 36,9940%, serpihan hewan sebesar 61,1770%, plankton sebesar 1,7480% dan makrobenthos sebesar 0,0800%. Makrobenthos yang didapat berupa cacing, potongan udang dan gastropoda. Analisis lambung TKG IV (Lampiran 9) didapat serpihan tumbuhan sebesar 23,5110%, serpihan hewan sebesar 73,1330%, plankton sebesar 0,9720% dan makrobenthos sebesar 0,3840%. Terlihat fenomena dalam menyokong reproduksi, ikan senggaringan akan meningkatkan konsumsi pakan yang kaya akan protein yang sangat dibutuhkannya untuk aktifitasnya, hal ini terlihat dari peningkatan konsumsi hewan, pada jenis makrobenthos terlihat peningkatan konsumsi gastropoda dengan meningkatnya TKG.

Analisis isi lambung TKG V (Lampiran 10) didapat serpihan tumbuhan sebesar 37,0980%, serpihan hewan sebesar 60,7950%, plankton sebesar 2,0320% dan makrobenthos sebesar 0,0750%.

Hasil analisis lambung berdasarkan ukuran (Gambar 6), didapat perubahan

komposisi jenis makanan, hal ini terlihat dengan kenaikan jumlah serpihan hewan sejalan dengan peningkatan ukuran tubuh, komposisi makrobenthos berupa potongan udang, gastropoda, cacing dan insect.

(44)

Gambar 6 Komposisi makanan ikan senggaringan berdasarkan ukuran

Karakter Morfologi Tropik

Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap ikan Senggaringan, diketahui bahwa letak dan bentuk mulut tergolong ikan yang mempunyai tipe mulut subterminal dan dilengkapi dengan gigi yang tajam. Ukuran lebar bukaan mulut ikan Senggaringan yang diperoleh berkisar 1 – 1,9 cm dengan kisaran panjang total tubuh 14,6 – 22,5 cm.

Ukuran lebar bukaan mulut ikan Senggaringan yang diperoleh berkisar 1 – 1,9 cm. Pengukuran lebar bukaan mulut menunjukkan jika ikan Senggaringan cenderung semakin lebar bukaan mulutnya dengan bertambahnya ukuran, karena pada pengukuran yang telah dilakukan bahwa lebar bukaan mulut ikan Senggaringan berbanding lurus dengan panjang totalnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya ukuran maka semakin besar pula kemampuannya

(45)

insangnya menyesuaikan untuk memegang, memarut, menahan dan menggilas mangsa.

Rasio panjang usus dibanding panjang total tubuh berkisar antara 0,7818 – 1,0656 dengan kisaran panjang tubuh total 95 – 218 mm, nilai rasio meningkat dengan adanya pertumbuhan ikan, berdasarkan hasil tersebut maka ikan Senggaringan termasuk ikan omnivora yang cenderung ke karnivora. Keterangan ini memperjelas keterangan hasil penelitian Sulistyo & Setijanto 2002 yang mengungkapkan kecenderungan ikan senggaringan merupakan ikan yang bersifat karnivora. Al Husaini (1947), Kapoor et al. (1975), menyatakan bahwa rasio panjang usus terhadap panjang total ikan berkisar 0,5-2,4 untuk karnivora, 0,8 – 4 untuk omnivora dan 2 – 21 untuk herbivora. Menurut Kramer & Bryant diacu dalam Anjarningsih (2007), menyatakan bahwa rasio panjang usus terhadap panjang tubuh karnivora lebih pendek dari omnivora dan lebih pendek lagi dibanding herbivora, karena panjang intestine secara alometrik meningkat dengan bertambah panjang tubuh sehingga hewan karnivora akan cenderung menjadi omnivora.

Aspek Reproduksi

Perkembangan Gonad (Anatomis dan Histologis)

Hasil pengamatan anatomis dan histologis (Gambar 7) menunjukkan perubahan dengan adanya perkembangan gonad (kenaikan TKG). Dilihat dari

bentuk anatomis, ikan yang mengalami matang gonad (TKG III dan IV) akan terlihat perutnya gendut, dan dari pada TKG I dan II, jika ikan senggaringan yang matang gonad ketika perutnya disentuh permukaan perutnya akan terasa lembut, sedangkan pada papilla genitalnya akan terlihat kemerahan. Pada TKG V perut terasa lembek serta permukaan kulit terlihat ada kerutan dikarenakan adanya pengeluaran sel telur saat pemijahan, selain itu pada papilla genitalnya terlihat sedikit membesar seperti telah terjadinya proses pengeluaran sel telur.

(46)

TKG I, oogonia mulai berkembang menjadi oosit primer dan mulai terlihat vakuola pada perifer.

Keterangan: og : oogonium, op: oosit primer, os: oosit sekunder, ov: ovum, V : vakoula, Fyg: Fusionof yolk globule(butiran kuning telur) Gambar 7 Struktur histologis ovarium ikan senggaringan per-TKG ( 0,5 cm)

(47)

Secara struktur histologis pada TKG III sudah mulai terlihat adanya granula kuning telur dan oosit primer berkembang menjadi oosit sekunder bakal ovum. Pada TKG IV oosit sekunder berkembang menjadi ovum. Butir kuning telur dan minyak semakin banyak yang menyebar dari sekitar inti sel hingga ke tepi. Fisher & Kane (2000) mengungkapkan secara histologis TKG IV terdapat butir-butir halus kuning telur dan vakuola dengan ukuran yang besar di dalam oviplasm.

Tabel 2 Morfologi dan hitologis ovarium ikan senggaringan (Mystus nigriceps)

Morfologi Histologis

TKG I

Ovarium berbentuk sepasang benang halus terletak pada kiri dan kanan rongga perut, warna bening.

TKG II

Ovarium sudah sedikit berkembang, ukurannya lebih besar dari TKG I, warna mulai putih kebeningan hingga coklat muda, butiran telur belum dapat terlihat.

TKG III

Ovarium berukuran lebih besar dari TKG II dan hampir setengah rongga perut. Butiran telur sudah terlihat dengan mata telanjang, ovarium terlihat berwarna kuning.

TKG IV

Ovarium telah mengisi dua pertiga rongga perut. Warna menjadi lebih gelap. Ukuran telur terlihat lebih besar dari pada TKG III. bulat dan lebih tebal dengan inti sel lebih besar, sitoplasma banyak dan berwarna ungu.

Ukuran oosit meningkat diameternya, oosit mulai berkembang menjadi oosit primer dan mulai terlihat vakuola pada perifer.

Ukuran oosit terus meningkat ukuran diameternya, dan sudah terdapat oosit sekunder, ciri khas oosit sekunder ini adalah mulai terbentuknya butir kuning telur dan butiran minyak.

Oosit primer berkembang menjadi ovum, diameternya meningkat dan butir kuning telur serta butiran minyak semakin banyak dan menyebar dari sekitar inti sel hingga tepi.

(48)

Pada TKG V bentuk ovarium sudah mengempis dengan warna yang relatif gelap. Ukuran oosit hampir sama dengan TKG IV, sedangkan sebagian dinding ovum telah ada yang pecah dan terbuka serta mulai berkurangnya butir lemak pada oosit.

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Pangamatan ukuran pertama kali matang gonad, dengan melihat hubungan antara ukuran panjang total dengan nilai gonado somatic index (GSI) menghasilkan nilai 190 mm untuk ukuran pertama kali matang gonad, dalam hal ini diasumsikan jika dimulai dengan TKG IV (Gambar 8).

Ukuran pertama kali matang gonad biasanya dipengaruhi kelimpahan dan ketersediaan makanan, suhu, periode cahaya (photoperiode) dan faktor lingkungan pada suatu habitat atau perairan yang berbeda-beda (Nikolsky 1963; Mendoza et al. 2005). Sehingga pada tiap kondisi lingkungan akan memberikan dampak pada ukuran pertama kali ikan ini mulai matang gonad untuk pertama kalinya.

Gambar 8 Hubungan Panjang total tubuh dan GSI ikan senggaringan per-TKG

(49)

pertama kali matang dianggap bila 50% dari individu mencapai tingkat V (Boely diacu dalam Musbiret al. 2006).

Dari Gambar 9 dilihat nilai perpotongan pada garis 50% berada pada titik 151, sedangkan hasil dari perhitungan (Lampiran 13) adalah 148,9010 mm untuk ukuran pertama kali ikan senggaringan matang gonad.

Gambar 9 Hubungan tingkat kematangan gonad dan panjang total tubuh ikan senggaringan

Deposit Energi Berdasarkan TKG

Hasil pengukuran deposit energi pada beberapa organ yang diasumsikan sebagai penyimpanan material energi pada tubuh ikan, didapat hasil seperti pada Gambar 10. Kandungan energi otot dorsal (kJ/g) TKG I hingga TKG V (8,5787, 16,8225, 19,0417, 23,7516 dan 22,9592). Dapat dilihat adanya peningkatan

jumlah energi hingga TKG IV dan mengalami penurunan pada TKG V. Jika dilihat dari kandungan material energi (Lampiran 14), lemak terus mengalami

kenaikan dari TKG I hingga TKG V, untuk protein mengalami fluktuatif, TKG I hingga TKG III mengalami kenaikan (32,5696%, 63,9640% dan 71,7557%), kemudian TKG IV mengalami penurunan (53,3172%) yang cukup besar dan penurunan ini terus berlanjut pada TKG V (46,6041%), hal ini menjelaskan adanya pemanfaatan material energi untuk proses reproduksi dan metabolisme pada otot dorsal.

(50)
(51)

Gambar 10 Kandungan energi pada organ otot dorsal (a), viseral (b), adephose fin (c), hati (d) dan gonad (e) ikan senggaringan per-TKG

Adephose fin atau sirip lemak kandungan material yang diukur hanya

berupa lemak, hasil yang didapat menunjukkan adanya pemanfaatan lemak dari adephose fin untuk menyokong proses perkembangan serta pematangan sel telur, terlihat dari adanya terus peningkatan dari TKG I hingga TKG III (5,8892%, 44,2699% dan 73,6852%), kemudian mengalami penurunan pada TKG IV (46,8861%) dan meningkat kembali pada TKG V (61,9462%). Kandungan material energi pada adephose fin (lemak) sejalan dengan adanya perkembangan gonad (Lampiran 16)

(52)

46,6041%). Hal serupa juga terjadi pada kandungan glikogen hati yang memiliki pola yang sama dengan protein.

Kandungan protein maupun lemak serta energi yang terkandung di gonad sejalan dengan peningkatan TKG, mengalami kenaikan dari TKG III ke TKG IV, penurunan pada TKG V (Lampiran 18), kejadian ini sejalan dengan proses perkembangan gonad dimana bertambahnya material yang dialokasikan ke sel telur, pada TKG V terjadi penurunan disebabkan karena telah dikeluarkannya sel telur pada saat pemijahan.

Indek-indek Morfoanatomi Hubungan Panjang Berat

Analisis statistik hubungan panjang total dan berat tubuh per TKG ikan senggaringan disajikan dalam bentuk grafik (Lampiran 20). Persamaan hubungan panjang total dengan berat tubuh menunjukkan bahwa nilai koefesian regresi (b) untuk ikan senggaringan (betina) TKG I adalah 3,0690, TKG II 3,1600, TKG III 3,0440, TKG IV 2,7570 dan TKG V 3,1060. Dari hubungan panjang berat

menurut Effendie (2002) nilai b ini berada pada kisaran 2,4 – 3,5, bila berada diluar kisaran tersebut, maka bentuk tubuh ikan tersebut di luar batas kebiasaan bentuk tubuh ikan secara umum. Lebih lanjut diterangkan lagi, bila mana harga b sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertumbuhan berat dan panjangnya seimbang, namun bila nilai b lebih kecil dari 3

hal tersebut menunjukkan pertumbuhan berat ikan relatif lambat jika dibandingkan dengan panjangnya, sebaliknya jika nilai b besar dari 3 menunjukkan jika pertumbuhan berat relatif lebih cepat dibandingkan dengan panjangnya, arti kata ikan tersebut montok.

(53)

korelasinya. Allometrik negatif untuk TKG IV, artinya pertumbuhan panjang lebih dominan daripada pertumbuhan berat, atau bisa jadi pada TKG IV ikan ini mengalami pengurangan komposisi material tubuh yang digunakan untuk proses reproduksi, sehingga mempengaruhi nilai kegemukan (b). Hal ini sesuai pendapat Turkmenet al. (2002), faktor fisik seperti nilai b diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan, perbedaan umur, persediaan makanan, perkembangan gonad, penyakit dan tekanan parasit. Soumakil (1996) menambahkan, adanya perbedaan nilai b pada ikan karena adanya perbedaan tingkat kematangan gonad, musim, kesuburan perairan.

Faktor Kondisi (FK)

Hasil pengamatan terhadap nilai rataan faktor kondisi ikan senggaringan untuk setiap tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa nilai rataan faktor kondisi berkisar antara0,6925 – 0,8264(Lampiran 21).

Gambar 12 menunjukkan adanya peningkatan nilai faktor kondisi dari

masing-masing TKG, kecuali pada TKG V terjadi penurunan yang erat kaitannya

dengan proses pemijahan, hal ini dipengaruhi oleh pengurangan berat tubuh akibat telah dikeluarkannya sebagian sel telur serta penurunan kandungan material energi yang telah dimanfaatkan untuk proses perkembangan gonad dan pemijahan.

(54)

Visera Somatic Index(VSI)

Hasil pengamatan nilai VSI menunjukkan adanya penurunan dengan kenaikan kematangan gonad (Gambar 13), nilai VSI berada antara 2,5467 – 11,4320%, rataan tertinggi berada pada TKG V sebesar 4,6168% dan terendah berada pada TKG IV sebesar 2,7993% (Lampiran 22).

Pengamatan secara visual pada TKG II, III dan IV, terlihat adanya

intraperitonial fat (IPF) (Lampiran 19), lemak ini paling banyak ditemukan pada TKG III, sehingga rongga perut ikan dominan diisi dengan ovarium dan

intraperitoneal fat (IPF). Dibandingkan dengan kandungan IPF TKG IV, maka akan terlihat pada TKG IV IPF-nya mulai sedikit dan bahkan hampir habis, menunjukkan jika pemanfaatan IPF sebagai salah satu cadangan material energi untuk reproduksi, hal ini diperkuat dengan ketiadaannya pada saat TKG V. Untuk kondisi IPF sendiri pada tiap bulannya berbeda, hal ini dapat dilihat dari berbedanya warna IPF perbulan selama pengambilan sampel. Silva et al. (1998) mengungkapkan perbedaan profil asam lemak erat kaitannya dengan pertumbuhan, kebiasaan makanan, ketersediaan makanan dan kebiasaan migrasi.

Gambar 12 Nilai visera somatik index ikan senggaringan per-TKG

Adepose Fin Index(AFI)

Hasil pengamatan indeks adephose fin didapat nilainya antara 4,7059%

(55)

TKG III sebesar 10,5032% dan terendah terdapat pada TKG I sebesar 6,4114% (Lampiran 23).

Dilihat dari Gambar 14, dapat dilihat peningkatan nilai AFI sehubungan dengan kenaikan TKG, kenaikan ini hanya sampai TKG III, pada TKG IV dan V terjadi penurunan. Kenaikan nilai AFI ini erat hubungannya dengan keberadaan material energi yang di deposit ikan senggaringan sebagai cadangan energi. Penurunan pada TKG IV menunjukkan jika ikan telah mengerahkan material energi baik diubah sebagai energi maupun material penyusun sel telur dan gonad.

Gambar 13 Nilai adephose fin index ikan senggaringan per-TKG

Hepato Somatic Index(HSI)

Hasil pengamatan nilai HSI berkisar antara 0,6067% sampai 5,2357% (Lampiran 24). Nilai rataan tertinggi pada TKG V yaitu sebesar 1,2812% dan

terendah pada TKG II sebesar 1,0008%.

(56)

Gambar 14 Nilaihepato somatic index(HIS) ikan senggaringan per-TKG

Gonado Somatic Index(GSI)

Hasil perhitungan nilai GSI berkisar antara 0,0189% sampai 14,9830%

(Lampiran 25), Nilai rataan tertinggi pada TKG IV yaitu sebesar 8,4075% dan terendah pada TKG I sebesar 0,0308%. Nilai GSI mengalami kenaikan sesuai dengan perkembangan gonad (Gambar 16), nilai GSI dari TKG I hingga TKG IV mangalami kenaikan lalu mengalami penurunan pada TKG V, penurunan ini erat kaitannya dengan proses pemijahan.

(57)

Kenaikan GSI erat kaitannya dengan pertumbuhan Gonad, dimana saat

TKG II gonad mengalami pertumbuhan berat dan panjang juga dalam hal jumlah

selnya, begitu juga pada TKG III dan IV, yang mana pertumbuhannya cukup

besar juga di pengaruhi dengan mulai banyaknya material penyusun sel telur

hingga tahap pematangan, dimana salah satu proses yang mempunyai peranan

besar adalah vitelogenesis.

Fekunditas dan Diameter Telur

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari 25 sampel di dapat rataan nilai

fekunditas 20710,3400 butir dengan kisaran antara 3025 – 50018 butir (Lampiran 26). Hubungan antara panjang total tubuh terhadap nilai fekunditas (Gambar 17), nilai determinan (R2) sebesar 0,2320 dan nilai koefisien korelasinya (r) sebesar 0,4820, hal ini menunjukkan jika korelasi antara panjang total tubuh dan nilai fekunditas kecil. Untuk nilai diameter telur didapat kisaran antara 392,0935 – 604,7016 µm.

Rukayah et al. (2003), melaporkan bahwa proporsi ukuran diameter telur pada musim kemarau masih didominasi oleh ukuran 50-100 µm, lebih lanjut melaporkan bahwa strategi reproduktif ikan senggaringan ditinjau dari fekunditas mutlak berkisar antara 10005 – 39621,61 butir

Gambar 16 Hubungan panjang total tubuh terhadap fekunditas ikan senggaringan

(58)

proses reproduksi, sehingga material untuk pertumbuhan gonad dan energi untuk metabolisme tubuhnya diambil dari jaringan somatik, sehingga akan berpengaruh terhadap hitungan nantinya (Effendie 2002).

Jika dilihat dari nilai korelasi, maka nilainya sangat rendah. Rendahnya korelasi yang didapat kemungkinan disebabkan oleh batas kisar yang ekstrim dari fekunditas pada ukuran yang sama, hal ini merupakan hal yang tidak biasa (Effendie 2002). Namun jika dilihat dari nilai b berada dalam nilai yang normal, sebagaimana yang diungkapkan Bagenal diacu dalam Effendie (2002) harga eksponen b berkisar antara 2,34 – 5,28 dan kebanyakan berkisar diatas 3.

Hubungan nilai fekunditas dan diameter telur (Gambar 18 dan Lampiran 27) menunjukkan bahwa ikan senggaringan termasuk ikan yang total spawning pada saat pemijahannya.

Gambar 17 Sebaran telur perkelompok diameter telur (dari 900 sel telur)

Fisika Kimia Air

Pengukuran fisika-kimia air selama penelitian di dapat kedalam tepi berkisar 0,25 – 1,36 m dan tengah berkisar antara 0,99 – 5,2 m. Suhu berkisar

antara 23 – 29 OC. Kecepatan arus berkisar antara 0,075 – 1,09 m/s. Kualitas

kimia air nilai pH di dapat antara 6,5 – 7,5, oksigen terlarut antara 4,2 – 8,4 ppm,

alkalinitas berkisar antara 70,56 – 87,49 mg CaCo3/l dan CO2 bekisar antara 1,76

– 8,58 ppm. Untuk kondisi fisika-kimia air masih dalam kondisi yang baik untuk

sebuah perairan umum. Kondisi fisika kimia air perbulan dapat dilihat pada

(59)

PEMBAHASAN

Kebiasaan Makanan

Komposisi makanan ikan senggaringan perTKG mengalami perubahan dengan adanya kenaikan kematangan gonad, hal ini terlihat dengan adanya perubahan komposisi serpihan hewan yang terus meningkat hingga TKG IV, serta dengan adanya konsumsi gastropoda yang meningkat dari TKG III ke TKG IV, hal ini menunjukkan ikan ini memiliki kebiasaan mengkonsumsi gastropoda dalam memenuhi kebutuhannya dalam reproduksi, jenis gastropoda yang dikonsumsi ikan senggaringan berupa Pleurocea sp. Hasil penelitian ini melengkapi data penelitian Sulistyo & Setijanto 2002 yang menyatakan ikan senggaringan cenderung menyukai makanan berupa crustacea dan insekta air. Hasil penelitian diatas masih bersifat umum dan belum melihat kecenderungan jenis makanan ikan berdasarkan tingkat kematangan gonad.

Perubahan komposisi jenis makanan ikan senggaringan menggambarkan adanya kebutuhan protein yang tinggi dalam menyokong keberlangsungan reproduksinya, hal ini erat dengan kebutuhan material energi untuk metabolisme maupun untuk perkembangan gonad. Adanya kecenderungan peningkatan gatropoda pada TKG IV, kecenderungan ini besar kemungkinannya dengan kebutuhan ikan akan kolesterol sebagai bahan hormon. Gastropoda sendiri besar kemungkinan memiliki kandungan kolesterol, namun belum diketahui berapa besar kandungan kolesterolnya.

Dridi et al. (2007) mengungkapkan perubahan aktifitas metabolisme pada moluska memiliki interaksi yang komplek dengan kemampuan mengambil makanan, kondisi lingkungan, pertumbuhan dan siklus gametogenesis. Lebih jauh lagi diterangkan, pada umumnya ketika makanan berlebihan, akan ditingkatkan deposit material energi pada tubuh, deposti material ini akan diprioritaskan untuk gemetogenesis, dalam bentuk lemak, protein dan glikogen.

Indek Morfoanatomi dan Energi pada Beberapa Organ

Gambar

Gambar 4 Indek isi lambung (ISC) ikan senggaringan perbulan
Gambar 6 Komposisi makanan ikan senggaringan berdasarkan ukuran
Gambar 7 Struktur histologis ovarium ikan senggaringan per-TKG (
Gambar 8 Hubungan Panjang total tubuh dan GSI ikan senggaringan per-TKG
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI MAKANAN (ENERGI, PROTEIN, YODIUM) DENGAN STATUS YODIUM PADA WANITA USIA.. SUBUR DI DESA SELO, KECAMATAN SELO, KABUPATEN BOYOLALI

Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis ingin mengetahui : “Apakah ada hubungan asupan energi, lemak, protein dan karbohidrat dengan kadar gula darah pada lansia

KAJIAN KEBIASAAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) PADA HABITAT YANG BERBEDA Dl LINGKUNGAN DANAU MELINTANG.. KUTAI KARTANEGARA