• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Vina Yuwanda

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 9 Juli 1994

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Yose Rizal No. 28/54, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Hang Kesturi Medan (1998 – 2000) 2. SD Hang Kesturi Medan (2000 – 2006)

3. SMP Sutomo 1 Medan (2006-2009)

4. SMA Sutomo 1 Medan (2009 -2011)

Riwayat Pelatihan : 1. PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2011

2. MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2011

Riwayat Organisasi : Anggota KMB FK USU (2011-2012)

(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Vina Yuwanda adalah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan Olahraga dan Aktivitas Harian dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 dan 2013”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan olahraga dan aktivitas harian dengan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh yang berlebih dapat mengakibatkan diabetes mellitus, hipertensi dan stroke. Olahraga dapat mencegah penyakit tersebut. Adapun beberapa aktivitas harian seperti berjalan, mengepel dan menjemur pakaian dapat digolongkan sebagai olahraga dengan syarat kegiatan tersebut dilakukan selama 10 menit tanpa henti.

Pada penelitian ini, kawan-kawan akan diukur berat badan dan tinggi badan untuk mengukur indeks massa tubuh. Sebelum dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan, kawan-kawan akan melepaskan alas kaki dan penutup kepala dan meletakkan barang-barang seperti tas, dompet, telepon genggam dan barang-barang yang ada di kantong di tempat tersedia. Selanjutnya kawan-kawan berada dalam posisi diam, tegak lurus dan pandangan mata menghadap ke depan. Kemudian saya akan melihat berat badan kawan-kawan yang ditunjukkan jarum timbangan. Setelah itu, saya akan menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak kepala kawan dan melihat tinggi badan kawan-kawan.

Selanjutnya, kawan-kawan akan mengisi kuesioner yang berisi tentang aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Aktivitas fisik terdiri dari olahraga dan aktivitas keseharian.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya olahraga dan melakukan aktivitas harian yang

(3)

melibatkan pergerakan tubuh. Pada saat dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan tidak akan menimbulkan rasa sakit.

Identitas kawan akan disamarkan dan kerahasiaan data kawan-kawan sekalian akan dijamin sepenuhnya. Bila hasil penelitian ini dipublikasikan, kerahasiaan data kawan-kawan akan tetap dijaga. Saya berharap kawan-kawan bersedia mengikuti penelitian ini. Jika terdapat pertanyaan atau penjelasan yang kurang jelas, kawan-kawan dapat bertanya kepada peneliti.

(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

“Informed Consent”

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………..

Umur : ………..

Alamat : ………..

Menyatakan bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk menjadi responden dan mengizinkan peneliti untuk mengukur Indeks Massa Tubuh saya dan mengisi kuesioner yang dilampirkan dengan jujur dan apa adanya dalam penelitian dengan judul “Hubungan Olahraga dan Aktivitas Harian dengan

Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 dan 2013” setelah mendapat penjelasan dan keterangn secara lengkap.

Medan, ……….. 2014

Yang membuat pernyataan

(………...)

(5)

Lampiran 4

KUESIONER

Hubungan Olahraga dan Aktivitas Harian dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011,

2012 dan 2013 Indeks Massa Tubuh : _________

II. Olahraga dan Aktivitas Harian

Petunjuk:

Pada kuesioner ini, yang dimaksud dengan:

 Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang membutuhkan usaha yang besar dan membuat kamu bernafas jauh lebih sulit dari normal.

 Aktivitas fisik moderat adalah aktivitas yang membutuhkan usaha yang sedang dan membuat kamu bernafas lebih sulit dari normal.

 Duduk adalah kegiatan duduk yang dilakukan di tempat kerja, rumah, kuliah dan saat santai. Ini termasuk duduk di bus, duduk di depan computer atau duduk sambil menonton televisi.

(6)

1a. Dalam 1 minggu terakhir, berapa hari kamu melakukan aktivitas fisik berat seperti mengangkat barang berat, olahraga aerobik atau bersepeda dengan cepat?

Aktivitas fisik yang kamu lakukan selama 10 menit tanpa henti. ______ hari dalam 1 minggu

Atau

Tidak  Lanjut pertanyaan ke-2

1b. Berapa lama kamu melakukan aktivitas fisik berat dalam 1 hari tersebut? _____ jam _____ menit

2a. Dalam 1 minggu terakhir, berapa hari kamu melakukan aktivitas moderat seperti mengangkat barang ringan, bersepeda santai atau berjalan cepat? Aktivitas fisik yang kamu lakukan selama 10 menit tanpa henti.

______ hari dalam 1 minggu Atau

Tidak  Lanjut pertanyaan ke-3

2b. Berapa lama kamu melakukan aktivitas fisik moderat dalam 1 hari tersebut? ______ jam _____ menit

3a. Dalam 1 minggu terakhir, berapa hari kamu berjalan minimal 10 menit tanpa henti? Ini termasuk berjalan di rumah dan tempat kerja, berjalan dari satu tempat ke tempat lain dan berjalan untuk rekreasi dan olahraga.

______ hari dalam 1 minggu Atau

Tidak  Lanjut pertanyaan ke-4

3b. Berapa lama kamu berjalan dalam 1 hari tersebut? _____ jam _____ menit

4. Dalam 1 minggu terakhir, berapa lama waktu yang kamu habiskan untuk duduk pada saat hari kerja?

_____ jam _____ menit

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

20 batak 0 0 0 0 2 180 360 1440 2 120

Fisik Kategori aktivitas duduk menit

(12)
(13)
(14)
(15)

90 297 657 aktivitas sedang 600 10 Q4 60.3 1.605 23.41 overweight 90 297 297 aktivitas rendah 600 10 Q4 61.0 1.588 24.19 overweight 140 330 3342 aktivitas tinggi 300 5 Q3 75.2 1.685 26.49 obesitas

75 248 408 aktivitas rendah 660 11 Q4 59.5 1.598 23.30 overweight 150 495 1935 aktivitas sedang 420 7 Q3 84.2 1.770 26.88 obesitas

10 33 33 aktivitas rendah 180 3 Q1 50.0 1.630 18.82 normal 120 396 876 aktivitas sedang 300 5 Q3 74.2 1.736 24.62 overweight

0 0 960 aktivitas sedang 360 6 Q3 80.4 1.765 25.81 obesitas 1260 4158 8478 aktivitas tinggi 240 4 Q2 72.0 1.713 24.54 overweight

240 792 2232 aktivitas sedang 540 9 Q4 52.6 1.540 22.18 normal 420 1386 2106 aktivitas sedang 540 9 Q4 61.9 1.585 24.64 overweight

0 0 1440 aktivitas sedang 600 10 Q4 80.6 1.813 24.52 overweight 30 99 1059 aktivitas sedang 180 3 Q1 60.8 1.560 24.98 overweight 45 149 149 aktivitas rendah 480 8 Q4 82.4 1.735 27.37 obesitas 60 198 558 aktivitas rendah 720 12 Q4 75.7 1.640 28.15 obesitas 180 594 594 aktivitas rendah 420 7 Q3 65.0 1.525 27.95 obesitas 100 330 730 aktivitas sedang 480 8 Q4 51.0 1.545 21.37 normal

(16)

Lampiran 6

Karakteristik Responden

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(17)

Indeks Massa Tubuh

Kategori aktivitas Mean N Std. Deviation

aktivitas rendah 277.08 52 213.500 aktivitas sedang 1440.69 53 630.612 aktivitas tinggi 4901.17 15 1478.754

Total 1369.02 120 1595.773

Waktu Duduk

Waktu duduk

Frequency Percent Valid Percent

(18)

Aktivitas Jalan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Waktu Jalan 120 0 1440 126.42 219.627

Valid N (listwise) 120

Kategori Aktivitas Fisik Terhadap Indeks Massa Tubuh

Kategori aktivitas * Kategori IMT Crosstabulation

Count

Kategori IMT

Total normal overweight obesitas

Kategori aktivitas aktivitas rendah 14 19 19 52

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.

Indeks Massa Tubuh Terhadap Waktu Duduk

(19)

Kategori IMT * Waktu duduk Crosstabulation

a. 3 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.67.

Indeks massa tubuh dengan aktivitas jalan

ANOVA

Waktu Jalan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 224361.667 2 112180.833 2.380 .097 Within Groups 5515747.500 117 47143.141

Total 5740109.167 119

(20)

Lampiran 7

(21)

Lampiran 8

(22)

Lampiran 9

RINGKASAN NILAI AKTIVITAS FISIK

(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, B.E., Haskell, W.L., Herrmann, S.D., Meckes, N., Baskett Jr, D.R., Tudor-Locke, C., Greer, J.L., Vezina, J., Whitt-Glover, M.C., Leon, A.S., 2011. Compendium of Physical Activities: A Second Update of Codes and MET Values. Medicine and Science in Sports and Exercise 43(8): 1575-1581. Al-Rethaiaa, A.S., Fahmy, A.E., Al-Shwaiyat, N.M., 2010. Obesity and Eating Habits among College Students in Saudi Arabia: A Cross Sectional Study. Nutr J. 9(39): 2-10.

Alipour, S., Saberi, A., Alikhassi, A., Bayani, L., Hosseini, L., 2014. Association of Mammographic Breast Density with Dairy Product Consumption, Sun Exposure, and Daily Activity. ISRN Oncology 159049.

Anuurad, E., Shiwaku, K., Nogi, A., Kitajima, K., Enkhmaa. B., Shimono, K., Yamane, Y., 2003. The New BMI Criteria for Asians by the Regional Office for the western Pacific region of WHO are Suitable for Screening og Overweight to Prevent Metabolic Syndrome in Elder Japanese Workers. J Occup Health 45: 335-343.

Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. 1st ed. Jakarta : EGC.

Asiah, Nur, 2009. Peran Genetik dalam Penurunan Berat Badan. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 7, Juli 2009: 322-326.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI.

Bamman, K., Peplies, J., De Henauw, S., Hunsberger, M., Molnar, D., et al, 2014. Early Life Course Risk Factors for Childhood Obesity: The IDEFICS Case-Control Study. PLoS ONE 9(2): e86914.

(48)

Bell, M., et al., 2011. Measuring Height/Weight and Calculating BMI. Department of Health and Social Services, Alaska Division of Public Health. Chandran M., Ciaraldi T., Phillips S., Henry R.R., 2003. Adiponectin: More than

Just Another Fat Cell Hormone? Diabetes Care 26 (8): 2442-2449.

Delisle, H., Ntandou-Bouzitou, G., Agueh, V.,Sodjinou R., Fayomi, B., 2012. Urbanisation, Nutrition Transition and Cardiometabolic Risk: the Benin Study. British Journal of Nutrition 107: 1534-1544.

Egan, B., Zierath, J.R., 2013. Exercise Metabolism and the Molecular Regulation of Skeletal Muscle Adaptation. Cell Metabolism 17:162-184.

El-Gilany, A-H., Badawi, K., El-Khawaga, G., Awadalla, N., 2011. Physical Activity Profile of Students in Mansoura University, Egypt. Eastern Mediterranean Health Journal, 17(8): 694-702

Flier, J.S., Maratos-Flier, E., 2008. Biology of Obesity. In: Fauci, A.S., et al., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA: The McGraw-Hill Companies,Inc.

Flint, E., Cummins, S., Sacker, A., 2014. Associations between Active Commuting, Body Fat, and Body Mass Index: Population Based, Cross Sectional Study in the United Kingdom. BMJ, 349:g4887.

Fogelholm, M., Stallknecht B., Baak M.V., 2006. ECSS Position Statement: Exercise and Obesity. European Journal of Sport Science 6 (1): 15-24.

Gordon-Larsen, P., Adair, L.S., Popkin, B.M., 2002. Ethnic Differences in Physical Activity and Overweight Status. Obesity Research 10(3): 141-149. Guyton, A.C., Hall, J.E., 2000. Textbook of Medical Physicology. 10th ed. USA:

Saunders.

Health Promotion Board, 2011. National Physical Activity Guidelines: Professional Guide. Health Promotion Board.

(49)

Heinonen, I., et al., 2013. Sedentary Behaviours and Obesity in Adults: the Cardiovascular Risk in Young Finns Study. BMJ Open 3: e002901.

Hellerstein, M.K., Parks, E.J., 2007. Obesity and Overweight. In: Gardner, D.G., Shoback, D., ed. Greenspan’s Basic and Clinical Endocrionology. USA: The McGraw-Hill Companies,Inc.

Horowitz, J.F., 2001. Regulation of Lipid Mobilization and Oxidation during Exercise in Obesity. Exerc Sport Sci. Rev. 29(1):42-46.

Howley, E.T. Type of activity: resistance, aerobic and leisure versus occupational physical activity. Med.Sci.Sports Exerc., Vol. 33, No.6, Suppl., 2001, pp. S364-S369.

International Diabetes Institute, 2000. The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment. WHO, IASO, International Obesity TaskForce

International Physical Activity Questionnaire. 2001. International Physical Activity Questionnaire.

Jayamani, V., Gopichandran, V., Lee, P., Alexander, G., Christopher, S., Prasad, J.H., 2013. Diet and Physical Activity among Women in Urban and Rural Areas in South India: A Community based Comparative Survey. JFam Med Primary Care 2 : 334-338.

Kruk, J., 2009. Physical Activity and Health. Asian Pacific J of Cancer Prev 10: 721-728.

Labban, L., 2014. The Association between Physical Activity, Overweight and Obesity among Syrian University Students. Saudi J Sports Med, 14:121-7. McKinney L. 2013. Dalam: Skolnik N. & Chrusch A (eds). 2013. Diagnosis and

Management of Obesity. USA: American Academy of Family Physician.

(50)

Mialich, M.S., Covolo, N., Vettori, J.C., Junior, A.A.J., 2014. Relationship Between Body Composition and Level of Physical Activity Among University Students. Rev Chil Nutr, 41(1):46-53.

Must, A., Tybor, D.J., 2005. Physical Activity and Sedentary Behavior: A Review of Longitudinal Studies of weight and Adiposity in Youth. International Journal of Obesity 29:S84-S96.

Natcen Social Research, Research Department of Epidemiology and Public Health, 2013. Health Survey for England-2012. Available from: http://www.hscic.gov.uk/catalogue/PUB13219.

Norman, A., Bellocco R., Bergström A., Wolk A., 2001. Validity and Reproducibility of Self-Reported Total Physical Activity – Differences by the Relative Weight. International Journal of Obesity 25: 682-688.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.1st ed. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Organisation for Economic Cooperation and Development, 2012. Overweight and Obesity. France: Organisation for Economic Cooperation and Development. Available from: http://www.oecd-ilibrary.org/sites/factbook-2013-en/12/02/03/index.html?itemId=/content/chapter/factbook-2013-100-en. [Accessed 5 May 2014]

Orzano, A.J., Scott, J.G., 2004. Diagnosis and Treatment of Obesity in adults: An Applied Evidence-Based Review. Journal of the American Board of Family Medicine 17(5):350-369.

Rauner, A., Mess F., Woll A., 2013. The Relationship between Physical Activity, Physical Fitness and Overweight in Adolescents: a Systematic Review of Studies Published in or after 2000. BMC Pediatrics 13(19).

Resende, M.A., Resende, R.B.V., Tavares, R.S., Santos, C.R.R., Barreto-Filho, J.A.S, 2010. Comparative Study of the Pro-Atherosclerotic Profile of

(51)

Students of Medicine and Physical Education. Arquivos Brasileiros de Cardiologia 95(1): 21-29.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Indonesia: Sagung Seto.

Schmitz, K.H., Jacobs Jr, D.R., Leon, A.S., Schreiner, P.J., Sternfeld, B., 2000. Physical Activity and Body Weight: Associations over Ten Years in the CARDIA Study. International Journal of Obesity 24: 1475-1487.

Schwingshackl, L., Dias S., Strasser B.,Hoffmann G., 2013. Impact of Different Training Modalities on Anthropometric and Metabolic Characteristics in Overweight/Obese Subjects: A Systematic Reiew and Network Meta-Analysis. PLoS ONE 8(12): e82853.

Selvaraj, K., Sivaprakasam, P., 2013. A Study on the Prevalence of Overweight and Obesity among Medical Students of Kanchipuran District. National Journal of Research in Community Medicine, 2(2): 079-148.

Simpson, K.A., Singh M.A.F, 2008. Effects of Exercise on Adiponectin: A Systematic review. Obesity 16: 241-256.

Sonestedt, E., Roos, C., Gullberg, B., Ericson, U., Wirfält, E., Orho-Melander, M., 2009. Fat and Carbohydrate Intake Modify the Association between Genetic Variation in the FTO Genotype and Obesity. Am J Clin Nutr, 90:1418-25.

Stamatakis, E., Hirani, V., Rennie, K., 2008. Moderate-to-Vigorous Physical Activity and Sedentary Behaniours in Relation to Body Mass Index-Defined and Waist Circumference-Defined Obesity. British Journal of Nutrition, 101: 765-773.

Tortora, G.J., Derrickson, B.H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Asia: John Wiley & Sons, Inc.

(52)

Townsend, N., Bhatnagar, P., Wickramasinghe, K., Scarborough, P.,Foster, C., Rayner M., 2012. Physical Activity Statistics 2012. London: Bristish Heart Foundation.

U.S. Department of Health and Human Services, 2008. 2008 Physical Activity Guidelines for Americans. The Secretary of Health and Human Services.

WHO Expert Consultation, 2004. Approporiate Body-Mass Index for Asian Population and Its Implications for Policy and Intervention Strategies.The Lancet 383: 157-163.

World Health Organization, 2014. Obesity and Overweight. Switzerland: World

Health Organization. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/. [Accessed 25 May 2014]

Zanovec, M., Lakkakula, A.P., Johnson, L.G., Turri, G., 2009. Physical Activity is Associated with Percent Body Fat and Body Composition but not Body Mass Index in White and Black College Students. Int J Exerc Sci, 2(3): 175-185.

(53)

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Definisi Operasional Indeks Massa Tubuh

Definisi : Indeks massa tubuh (IMT) adalah perbandingan berat badan (dalam kilogram) dan kuadrat tinggi badan (dalam meter) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013 sebagai subyek penelitian.

Cara ukur : Mengukur berat badan dan tinggi badan.

Alat ukur : Timbangan berat badan dan meteran tinggi badan. Hasil ukur : Berat badan rendah : <18,5 kg/m2

Berat badan normal : 18,5-22,9 kg/m2 Berat badan resiko berlebih : 23,0-24,9 kg/m2 Obesitas : 25,0-29,9 kg/m2 Skala ukur : Skala ordinal

Olahraga dan Aktivitas Harian

(54)

17

fisik dan inaktivitas fisik yang dilakukan di tempat kerja, rumah, waktu senggang dan pada saat transportasi yang dilakukan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Cara ukur : Menggunakan International Physical Activity Questionnaire

untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan dalam 1 minggu terakhir dan diisi oleh responden.

Alat ukur : Kuesioner (lampiran 4) dan nilai aktivitas fisik yang digunakan pada aktivitas fisik berat adalah 8 METs, aktivitas fisik moderat adalah 4 METs dan aktivitas berjalan adalah 3,3 METs.

Aktivitas fisik berat = 8* aktivitas fisik berat dalam menit* aktivitas fisik berat dalam hari

Aktivitas fisik moderat = 4* aktivitas fisik moderat dalam menit* aktivitas fisik moderat dalam hari

Aktivitas berjalan = 3,3* aktivitas berjalan dalam menit* aktivitas berjalan dalam hari

Total aktivitas fisik = jumlah dari aktivitas fisik berat, moderat dan berjalan

Hasil ukur : Aktivitas rendah : kegiatan fisik kurang dari 600 METs menit dalam seminggu

Aktivitas sedang : kegiatan fisik dengan 600-3000 METs menit dalam seminggu

Aktivitas tinggi : kegiatan fisik lebih dari 3000 METs menit dalam seminggu

Skala ukur : Skala ordinal

Hipotesis

Hipotesa penelitian ini adalah adanya hubungan antara olahraga dan aktivitas harian dengan indeks massa tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(55)

18

BAB 4

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Pada penelitian cross-sectional, observasi dan pengukuran variabel dilakukan hanya pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2010).

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Juli 2014 hingga Oktober 2014.

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013, yang berjumlah 1506 orang.

Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Untuk populasi lebih kecil dari 10.000, besar sampel minimal pada penelitian ini akan ditentukan berdasarkan rumus di bawah ini (Notoatmodjo, 2005):

= + 2

Keterangan:

(56)

19

n = jumlah sampel minimal N = jumlah populasi

d = tingkat ketepatan, pada penelitian ini dipakai d= 0,1

= + , 2

= ,

= 93,

Dengan diketahuinya jumlah populasi, didapatkan jumlah sampel sebanyak 94 orang (pembulatan dari 93,77). Untuk mendapatkan jumlah responden yang sama pada tiap angkatan, maka jumlah populasi yang digunakan adalah 96 orang. Sehingga setiap angkatan memiliki 32 responden.

Sebelum dilakukan penelitian, sampel harus memiliki kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

a) Bersedia menjawab kuesioner yang diberikan b) Bersedia diukur berat badan dan tinggi badan 2. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

a) Merokok

Teknik Pengumpulan Data Data Primer

Pada penelitian ini, populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan dibagi sesuai angkatan. Kemudian dari setiap angkatan, peneliti akan memilih responden secara acak. Responden yang terpilih akan diminta untuk mengisi kuesioner dan mengukur berat badan dan tinggi badan. Alat yang akan digunakan untuk penelitian telah dikalibrasi sebelumnya.

Menurut Alaska Department of Health and Social Services, langkah-langkah mengukur berat badan adalah sebagai berikut:

(57)

20

1. Pastikan jarum timbangan berada di posisi nol ( 0 ).

2. Beritahukan responden untuk melepaskan alas kaki dan pakaian luar (jaket, jas dan topi) dan mengosongkan isi kantong (telepon genggam dan dompet).

3. Responden berdiri di timbangan, membelakangi alat dan berdiri dalam keadaan diam dan tegak lurus dengan kedua lengan di samping badan dan mata menghadap ke depan.

4. Baca nilai dari berat badan pada 0,1 kilogram terdekat.

5. Responden diminta turun dari timbangan dan melakukan pengukuran yang kedua kali dengan cara yang sama.

6. Untuk menjaga kerahasiaan, jangan menyebut nilai berat badan.

Adapun langkah-langkah untuk mengukur tinggi badan adalah sebagai berikut:

1. Beritahukan responden untuk melepaskan sepatu, topi dan ornamen rambut (sanggul dan kepang).

2. Responden berdiri di tempat pijakan kaki dengan punggung menempel pada alat pengukur.

3. Pastikan kaki menyentuh satu sama lain dan lurus. Lengan diletakkan di samping tubuh dan bahu dilemaskan.

4. Pastikan tumit, pantat, punggung bagian atas dan kepala menyentuh permukaan alat pengukur.

5. Pastikan tubuh responden pada garis lurus dan pandangan menghadap ke depan.

6. Responden diminta untuk menarik dan menahan nafas pada saat dilakukan pengukuran.

7. Turunkan penanda tinggi badan hingga mencapai puncak kepala dan pengukuran dibaca dengan 0,1 cm terdekat dan catat hasilnya.

8. Pindahkan penanda tinggi badan dan memeriksa postur tubuh dan mengulangi pemeriksaan.

9. Pengukuran diterima apabila memliki perbedaan kurang dari 1 cm.

(58)

21

10. Catat hasil yang dibaca.

Data sekunder

Data sekunder yang diambil adalah jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data tersebut diambil dari bagian pendidikan fakultas.

Metode Analisis Data

Data dari responden akan dimasukkan dan dianalisis dengan uji kai-kuadrat ke dalam program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Uji kai-kuadrat digunakan untuk menganalisis data variabel bebas nominal (olahraga dan aktivitas harian) dan variabel tergantung nominal (indeks massa tubuh).

(59)

22

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. T. Mansur No. 5 Medan, Indonesia. Fakultas Kedokteran USU didirikan pada tanggal 20 Agustus 1952. Fakultas Kedokteran USU bertempat di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara sewaktu penelitian ini diadakan. Responden telah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Total responden yang diperoleh selama periode September-Oktober sebanyak 127 orang yang terdiri dari angkatan 2011, 2012 dan 2013. Data yang diperoleh adalah data primer.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

(60)

23

Berdasarkan tabel karakteristik responden, usia responden yang mengikuti penelitian ini mayoritas berusia 20 tahun (32,5%) dan minoritas berusia 22 tahun (5%). Mayoritas suku yang mengikuti penelitian ini adalah suku batak (42,5%) dan suku mi/noritas adalah suku Jambi (0,8%) dan Manado (0,8%).

Indeks Massa Tubuh

Pada penelitian ini, indeks massa tubuh dibagi menjadi normal, overweight dan obesitas. Berikut adalah deskripsi dan distribusi populasi berdasarkan indeks massa tubuh.

Tabel 5.2 Deskripsi indeks massa tubuh responden

Karakteristik Indeks Massa Tubuh Rata-rata (kg/m2) Frekuensi Persen

Normal 20,93 40 33,3%

Overweight 23,97 40 33,3%

Obesitas 29,32 40 33,3%

Total 24,74 120 100%

Berdasarkan tabel deskripsi indeks massa tubuh, nilai rata-rata indeks massa tubuh dengan berat badan normal adalah 20,93 kg/m2. Nilai rata-rata indeks massa tubuh dengan berat badan overweight adalah 23,97 kg/m2. Nilai rata-rata indeks massa tubuh dengan berat badan obesitas adalah 29,32 kg/m2. Nilai rata-rata indeks massa tubuh untuk seluruh responden adalah 24,74 kg/m2. Jumlah responden dengan berat badan normal sebanyak 40 orang (33,3%). Jumlah yang

(61)

24

sama juga terdapat pada responden dengan berat badan overweight dengan jumlah responden sebanyak 40 orang (33,3%). Sama halnya dengan berat badan obesitas, jumlah responden sebanyak 40 orang (33,3%).

5.1.4 Aktivitas Fisik

Pada penelitian ini, aktivitas fisik dibagi menjadi aktivitas rendah, sedang dan tinggi. Berikut adalah deskripsi dan distribusi populasi berdasarkan aktivitas fisik.

Tabel 5.3 Deskripsi aktivitas fisik responden

Aktivitas Fisik Rata-rata (MET) Frekuensi Persen (%)

Aktivitas Rendah 277 52 43,3%

Aktivitas Sedang 1441 53 44,2%

Aktivitas Tinggi 4901 15 12,5%

Total 1369 120 100%

Berdasarkan tabel deskripsi aktivitas fisik responden, nilai rata-rata aktivitas fisik rendah adalah 277 MET. Nilai rata-rata aktivitas fisik sedang adalah 1441 MET. Nilai rata-rata aktivitas fisik tinggi adalah 4901 MET. Nilai rata-rata untuk aktivitas fisik seluruh responden adalah 1369 MET. Responden yang melakukan aktivitas fisik rendah sebanyak 52 orang (43,3%). Aktivitas fisik sedang dilakukan oleh 53 orang responden (44,2%). Terdapat 15 orang (12,5%) melakukan aktivitas fisik tinggi.

5.1.5 Waktu Duduk

Tabel 5.4 Distribusi populasi berdasarkan waktu duduk

Waktu Duduk Frekuensi Persen (%)

Q1 (kurang dari 4 jam) 29 24,2%

Q2 (4 jam) 14 11,7%

Q3 (5 jam hingga 7 jam) 46 38,3%

Q4 (lebih dari 7 jam) 31 25,8%

Berdasarkan tabel 5.4, responden dengan waktu duduk kurang dari 4 jam sebanyak 29 orang (24,2%). Responden yang melakukan waktu duduk selama 4 jam sebanyak 14 orang (11,7%). Terdapat 46 orang (38,3%) melakukan waktu

(62)

25

duduk selama 5 hingga 7 jam. Waktu duduk lebih dari 7 jam dilakukan sebanyak 31 orang (25,8%).

5.1.6 Aktivitas jalan

Tabel 5.5 Deskripsi aktivitas jalan

Aktivitas jalan Nilai (menit)

Nilai maksimum 1440

Nilai minimum 0

Rata-rata 126,42

Standar Deviasi 219,627

Berdasarkan tabel 5.5, responden yang paling lama melakukan aktivitas jalan dalam seminggu adalah selama 1440 menit. Terdapat responden yang tidak melakukan aktivitas jalan. Nilai rata-rata responden yang melakukan aktivitas jalan dalam seminggu adalah 126,42 menit dengan standar deviasi 219,627.

5.1.7 Hubungan antara Kategori Aktivitas Fisik terhadap Indeks Massa

Tubuh

Tabel 5.6 Kategori aktivitas fisik terhadap indeks massa tubuh Kategori

Aktivitas Fisik

Indeks Massa Tubuh

Total Normal Overweight Obesitas

N % N % N % N % tinggi. Empat puluh responden lainnya memiliki berat badan overweight, 19 orang (47,5%) melakukan aktivitas fisik rendah, 17 orang (42,5%) melakukan aktivitas fisik sedang, dan 4 orang (10%) melakukan aktivitas fisik tinggi. Empat puluh responden lainnya yang memiliki berat badan obesitas, 19 orang (47,5%)

(63)

26

melakukan aktivitas fisik rendah, 16 orang (40%) melakukan aktivitas fisik sedang dan 5 orang (12,5%) melakukan aktivitas fisik tinggi.

Dari hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat

kepercayaan 95% didapatkan nilai p = 0,763. Nilai p dari hasil analisa lebih

dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik

dengan indeks massa tubuh.

5.1.8 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh terhadap Waktu duduk

Waktu duduk dinilai dengan menggunakan IPAQ. Berikut gambaran IMT terhadap waktu duduk.

Tabel 5.7 Indeks massa tubuh terhadap waktu duduk Indeks

Berdasarkan tabel 5.7, responden dengan waktu duduk kurang dari 4 jam (Q1) berjumlah 29 orang, paling banyak ditemukan pada responden dengan berat badan normal dengan jumlah 15 orang (51,7%) kemudian diikuti responden dengan overweight dan obesitas masing-masing 7 orang (24,1%). Waktu duduk selama 4 jam (Q2) dilakukan 14 orang dengan jumlah paling banyak terdapat pada 8 responden dengan berat badan normal (57,1%) dan diikuti 3 orang dengan berat badan overweight (21,4%) dan 3 orang dengan berat badan obesitas (21,4%). Empat puluh enam responden duduk selama 5 hingga 7 jam dalam sehari. Paling banyak ditemukan pada responden dengan berat badan overweight dengan jumlah 20 orang (43,5%), diikuti berat badan obesitas sebanyak 18 orang (39,1%) dan 8 orang (17,4%) dengan berat badan normal. Responden dengan waktu duduk lebih dari 7 jam ditemukan paling banyak pada berat badan obesitas dengan 12 orang (38,7%), diikuti 10 orang (32,3%) berat badan overweight dan 9 orang (29%) berat badan normal.

(64)

27

Dari hasil analisa chi-square didapati nilai p=0,032 dengan tingkat kepercayaan 95%. Ini menunjukkan adanya hubungan antara IMT dan waktu duduk.

5.1.9 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Aktivitas Jalan

Pengukuran indeks massa tubuh yang dilakukan terhadap mahasiswa fakultas kedokteran dilakukan secara langsung. Berikut gambaran indeks massa tubuh terhadap aktivitas jalan dalam waktu.

Tabel 5.8 Indeks massa tubuh dengan aktivitas jalan dalam waktu Indeks Massa Tubuh Aktivitas jalan (menit)

Normal 152,25

Overweight 161,5

Obesitas 65,5

P value 0,097

Berdasarkan tabel 5.8, aktivitas jalan yang dilakukan responden dengan berat badan overweight paling lama dengan rata-rata waktu 161,5 menit. Aktivitas jalan paling cepat terdapat pada responden dengan berat badan obesitas 65,5 menit.

Dari hasil analisa ANOVA, didapati nilai p=0,097 untuk aktivitas jalan. Ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata waktu aktivitas jalan dengan pada ketiga kelompok indeks massa tubuh.

5.2 Pembahasan

Obesitas dapat lebih mudah terjadi pada suku bangsa atau ras tertentu. Ini disebabkan adanya gen uncoupling protein yang mengatur laju metabolisme energi (Asiah, 2009). Pada penelitian ini, sebagian besar responden merupakan suku Batak (42,5%). Sampai saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan kecenderungan terjadinya obesitas dengan suku bangsa di Indonesia.

Pada penelitian ini, nilai rata-rata indeks massa tubuh pada penelitian ini adalah 24,74 kg/m2. Berdasarkan International Diabetes Institute (2000), orang dengan kelompok IMT beresiko untuk gemuk dengan rentang 23-24,9 kg/m2 terjadi peningkatan resiko menderita penyakit komorbid. Untuk orang dengan berat badan obesitas tingkat I (25-29,9 kg/m2) memiliki peningkatan moderat

(65)

28

untuk resiko menderita penyakit komorbid. Berat badan obesitas tingkat II (≥30 kg/m2) memiliki resiko yang sangat tinggi untuk menderita penyakit komorbid.

Pada tabel 5.3, menunjukkan responden lebih banyak melakukan aktivitas fisik sedang (44,2%) dan lebih sedikit mahasiswa yang melakukan aktivitas fisik tinggi (12,5%). Penelitian yang dilakukan di Mansoura menunjukkan lebih banyak melakukan aktivitas fisik sedang (52%) dan sedikit mahasiswa yang melakukan aktivitas fisik rendah (11,3%). Hasil ini berbeda disebabkan penelitian yang dilakukan di Mansoura dilakukan pada kelompok yang ada program studi pendidikan jasmani. Ada disebutkan bahwa mahasiswa kedokteran dua kali lebih banyak tidak aktif secara fisik daripada mahasiswa pendidikan jasmani (El-Gilany et al, 2011).

Berdasarkan tabel 5.4, mayoritas responden lebih banyak duduk dalam rentang waktu 5-7 jam. Kurikulum yang diterapkan pada mahasiswa kedokteran mengakibatkan mahasiswa menghabiskan waktu duduk yang lebih lama.

Berdasarkan tabel 5.6, hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan Selvaraj dan Sivaprakasam (2013) dimana responden dengan berat badan overweight dan obesitas melakukan lebih sedikit aktivitas fisik dibandingkan responden dengan berat badan normal. Ini dapat disebabkan kurikulum dan pola ujian dari mahasiswa kedokteran mengakibatkan mahasiswa mempunyai lebih sedikit waktu untuk berkonsentrasi pada aktivitas ekstrakurikuler.

Penelitian yang dilakukan Zanovec et al (2009) menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tinggi badan, berat badan dan IMT. Akan tetapi, aktivitas fisik berhubungan dengan persentasi lemak tubuh. Indeks massa tubuh memiliki keterbatasan dalam mengukur lemak, dimana dapat dibingungkan dengan massa otot. Massa otot biasanya tetap dan cenderung meningkat pada beberapa olahraga. Seseorang dengan massa otot yang tinggi akan terlihat memiliki berat badan overweight atau obesitas, dimana kenyataannya, mereka mempunyai lemak tubuh yang rendah ( Stamatakis et al, 2008).

Pada orang dengan IMT normal mempunyai persentase lemak dalam rentang yang masih normal. Orang dengan berat badan overweight dan obesitas

(66)

29

memiliki persentase lemak yang lebih tinggi (Labban, 2014). Penelitian Mialich et al (2013) menunjukkan bahwa orang dengan indeks massa tubuh normal memiliki lemak tubuh yang tinggi. Penelitian Al-Rethaiaa et al (2010) menunjukkan 57,4% dari 357 sampel mempunyai IMT normal, tetapi lebih dari 55% mempunyai lemak tubuh yang tinggi.

Responden dengan waktu duduk kurang dari dan sama dengan 4 jam lebih banyak dilakukan pada responden dengan berat badan normal. Responden dengan waktu duduk dari 5 jam hingga 7 jam dilakukan responden dengan berat badan overweight (43,5%). Responden dengan waktu duduk lebih dari 7 jam paling banyak dilakukan pada responden dengan berat badan obesitas (38,7%). Analisa dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara IMT dan waktu duduk dengan nilai p=0,032.

Hasil penelitian dari Labban (2014), yang mendukung penelitian ini, menyatakan semakin lama waktu duduk akan menghasilkan nilai IMT yang semakin tinggi. Adanya tren yang mengacu pada penurunan aktivitas fisik dikarenakan aktivitas pekerjaan yang menyebabkan lebih banyak melakukan aktivitas duduk dan transportasi. Makanan yang tinggi energi, lemak dan gula menyebabkan ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan.

Berdasarkan tabel 5.8, aktivitas jalan paling lama dilakukan oleh responden dengan berat badan overweight. Rata-rata waktu aktivitas jalan dapat dilihat di tabel 5.5. Hasil analisa menggunakan uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata waktu aktivitas jalan pada ketiga kelompok IMT. Penelitian dari Flint et al (2014) menunjukkan hasil yang berbeda, dimana responden yang melakukan aktivitas jalan mempunyai IMT yang lebih rendah.

Tidak ada hubungan antara rata-rata waktu aktivitas jalan dengan IMT dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan obesitas. Salah satu faktor di antaranya adalah IMT orang tua (Bammann et al, 2014). Genotip FTO dapat mempengaruhi IMT. Genotip FTO dapat menonjolkan obesitas apabila diikuti dengan konsumsi makanan tinggi lemak (Sonestedt et al, 2009).

(67)

30

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Rata-rata indeks massa tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 24,74 kg/m2.

2. Rata-rata aktivitas fisik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 1369 MET.

3. Rata-rata aktivitas duduk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah selama 357 menit

4. Tidak terdapat hubungan antara kategori aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh.

5. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan waktu duduk. 6. Tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan aktivitas jalan

dalam waktu.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan dapat memberi informasi kepada penderita overweight

dan obesitas untuk meminimalkan aktivitas duduk.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang sama

pada populasi yang berbeda untuk mendapatkan sampel yang lebih banyak

dan bervariasi.

(68)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi

Obesitas adalah akumulasi lemak berlebih yang berdampak buruk terhadap kesehatan (WHO, 2014). Menurut Hellerstein dan Parks (2007), obesitas adalah kelainan komposisi tubuh ditentukan dari adanya kelebihan lemak tubuh.

2.1.2 Epidemiologi

Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) (2013), lebih dari setengah (53%) populasi orang dewasa yang terdaftar dalam laporan OECD menderita kegemukan atau obesitas. Pada tahun 2008, 35% orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas menderita kegemukan dan 11% lainnya menderita obesitas (WHO, 2014). Prevalensi obesitas telah meningkat lebih dari 40% selama 10 tahun terakhir di negara Eropa (OECD, 2013). Di Inggris, terdapat peningkatan pada orang yang gemuk dari tahun 1993 hingga 2012 yaitu sekitar 42% pada pria dan 32% pada wanita. Orang yang mengalami obesitas juga mengalami peningkatan, yaitu dari 13% hingga 24% pada pria dan dari 16% hingga 25% pada wanita (Natcen Social Research dan Research Department of Epidemiology and Public Health, 2013).

Di Indonesia, penduduk dewasa yang kurus sebanyak 8,7 persen, berat badan lebih 13,5 persen dan obesitas 15,4 persen. Pada tahun 2013, prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas sebanyak 19,7 persen dan penduduk perempuan dewasa obesitas sebanyak 32,9 persen (Riskesdas, 2013).

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

Obesitas disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dengan kalori yang dikeluarkan (WHO, 2014). Menurut Jeffrey dan Eleftheria (2008), penyebab obesitas adalah asupan nutrisi berlebih dalam jangka waktu yang lama dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan tubuh.

(69)

5

Beberapa hal berikut dapat menyebabkan obesitas: a) Interaksi antara gen dan lingkungan

Gen yang berperan dalam menyebabkan obesitas tergantung pada lingkungan. Tanpa faktor lingkungan, orang yang memiliki genetik obesitas tidak akan menderita obesitas (Hellerstein dan Parks, 2007).

b) Asupan kalori dan aktivitas fisik

Peningkatan konsumsi makanan padat energi dan tinggi lemak dapat menyebabkan obesitas (WHO, 2014). Penurunan aktivitas fisik yang disebabkan kemudahan transportasi, teknologi yang semakin canggih dan rekreasi pasif juga menyebabkan obesitas (Guyton dan Hall, 2000).

c) Sindroma genetik

Mutasi dari beberapa gen dapat menyebabkan obesitas. Sindroma Prader-Willi dan sindroma Bardet-Biedl merupakan contoh dari mutasi genetik yang menyebabkan obesitas (Flier dan Maratos-Flier, 2008).

d) Faktor psikogenik

Orang-orang cenderung untuk mengalami peningkatan berat badan ketika mengalami stress, seperti depresi mental (Guyton & Hall, 2000).

e) Kelainan neurogenik

Lesi pada hipotalamus dapat menyebabkan obesitas. Akan tetapi, lesi pada hipotalamus hampir tidak ditemukan pada orang yang mengalami obesitas. Kelainan neurotransmitter dan reseptor pada jalur saraf dari hipotalamus yang mengatur makanan dapat menyebabkan obesitas (Guyton & Hall, 2000). f) Kelebihan nutrisi pada masa anak-anak

Pembentukan sel lemak yang baru cepat terjadi pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan. Semakin besar penyimpanan lemak, semakin banyak jumlah sel lemak yang terbentuk. Jumlah sel lemak pada anak-anak dengan obesitas lebih banyak tiga kali lipat daripada anak-anak normal. Setelah remaja, jumlah sel lemak cenderung menetap (Guyton & Hall, 2000).

(70)

6

2.1.4 Diagnosa

Klasifikasi berat badan direkomendasikan WHO untuk mengetahui resiko seseorang mengalami diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Klasifikasi ini didasarkan pada perhitungan indeks massa tubuh (IMT). IMT adalah perbandingan berat badan (dalam kilogram) dan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Indeks massa tubuh memiliki spesifisitas 98% hingga 99% dan sensitivitas yang rendah, berkisar 13% hingga 55%. Untuk menghitung indeks massa tubuh, dibutuhkan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh adalah (WHO expert consultation, 2004):

� � =�� ��� � � 2 ��2

Menurut WHO expert consultation (2004), seseorang dikatakan overweight apabila memiliki IMT 25-29,9 kg/m2. Batas ambang untuk obesitas adalah di atas 30 kg/m2. Batas ambang normal apabila memiliki IMT 18,5-24,9 kg/m2. Klasifikasi ini berlaku secara internasional.

Klasifikasi IMT untuk daerah Asia berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa populasi di Asia memiliki deposit lemak lebih banyak pada IMT yang lebih rendah (Anuurad, 2003). Berikut adalah klasifikasi IMT untuk daerah Asia pada orang dewasa:

Tabel 2.1 Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang dewasa

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan rendah <18,5

Berat badan normal 18,5 -22,9

Berat badan resiko berlebih 23 -24,9

Obesitas kelas I 25 – 29,9

Obesitas kelas II ≥30

Sumber: World Health Organization, 2000

(71)

7

2.1.5 Penatalaksanaan 2.1.5.1 Terapi Diet

Terapi diet yang direkomendasikan adalah diet rendah kalori dan rendah lemak, dengan konsumsi energi 800-1500 kkal per hari (Orzano dan Scott, 2004). Penurunan kalori dari 500 – 1000 kkal dari asupan biasa dapat menurunkan berat badan dari 0,45 hingga 0,9 kg per minggu (McKinney, 2013).

2.1.5.2 Aktivitas Fisik

Menurut 2008 Physical Activity Guidelines for Americans, orang dewasa direkomendasikan untuk melakukan olahraga intensitas moderat minimal 150 menit atau olahraga intensitas berat minimal 75 menit dalam 1 minggu. Aktivitas aerobik dilakukan paling tidak 10 menit per sesi dan dibagi rata dalam 1 minggu. Aktivitas fisik untuk menguatkan otot dengan intensitas sedang atau tinggi dilakukan selama 2 atau 3 hari per minggu.

2.1.5.3 Terapi Perilaku

Tujuan dari terapi perilaku adalah menurunkan dan mengatur berat badan dengan memonitor dan mengubah asupan makanan dan meningkatkan aktivitas fisik (McKinney, 2013). Pada terapi perilaku akan dilakukan konseling kepada pasien tentang mengontrol stimulus makan, membantu menyusun tujuan, self-monitoring, dan lain-lain (Orzano dan Scott, 2004).

2.1.5.4 Farmakoterapi

Penggunaan obat penurun berat badan apabila memiliki kriteria IMT 30 kg/m2 atau lebih dan IMT 27 kg/m2 atau lebih dan kondisi yang berhubungan dengan obesitas (seperti hipertensi, diabetes tipe 2 atau dislipedemia). Pengobatan secara farmakologi perlu dilakukan dalam jangka panjang untuk menurunkan berat badan secara efektif. Beberapa obat berikut dapat digunakan untuk jangka panjang (McKinney, 2013):

1. Orlistat

(72)

8

Orlistat menginaktivasi enzim lipase lambung dan pankreas dan menurunkan absorpsi lemak pada saluran pencernaan kira-kira 30%. Pengguna orlistat dianjurkan untuk mengonsumsi multivitamin larut lemak untuk mengimbangi lemak yang hilang.

2. Lorcaserin

Lorcaserin diindikasikan sebagai tambahan untuk diet rendah kalori dan peningkatan aktivitas fisik untuk penurunan berat badan dalam jangka waktu yang lama. Lorcaserin adalah agonis reseptor 2C serotonin. Lorcaserin menurunkan berat badan dengan menurunkan nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang. Respon terhadap lorcaserin harus tampak selama 12 minggu dan pengobatan harus dihentikan apabila tidak ada penurunan berat badan sebanyak 5% dari berat badan awal.

2.1.5.5 Pembedahan

Pembedahan penurunan berat badan biasa disebut pembedahan bariatrik. Pembedahan ini biasanya dilakukan pada orang dengan IMT ≥40 kg/m2 atau IMT ≥35 kg/m2 dan kondisi yang berhubungan dengan obesitas. Pembedahan bariatric dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu gastric bypass dan gastroplasty. Kedua metode ini menurunkan kapasitas lambung dan mempercepat rasa kenyang (Orzano dan Scott, 2004).

a. Olahraga Definisi Olahraga

Olahraga merupakan salah satu bagian dari aktivitas fisik (Howley, 2001). Olahraga adalah pergerakan tubuh mengulang, terstruktur dan terencana yang menghasilkan energi (Kruk, 2009).

Klasifikasi Olahraga

Menurut HHS (2008), klasifikasi olahraga dibagi menjadi 2, yaitu olahraga yang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan. Olahraga yang berhubungan dengan kesehatan dibagi menjadi ketahanan kardiorespirasi, ketahanan otot, kekuatan otot, komposisi tubuh dan fleksibilitas. Olahraga yang

(73)

9

berhubungan dengan keterampilan cenderung menyinggung kemampuan atlet. Komponen yang terdapat didalamnya adalah ketangkasan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan, kekuatan dan waktu reaksi.

Menurut HHS (2008), orang dewasa yang aktif cenderung lebih sehat dan lebih sedikit menderita penyakit kronis dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak aktif. Aktivitas olahraga yang tepat digunakan untuk orang dewasa yang aktif adalah olahraga aerobik dan olahraga memperkuat otot.

Olahraga Aerobik

Olahraga aerobik adalah aktivitas dinamik yang melibatkan kelompok otot utama dan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam detak jantung dan energi yang dikeluarkan (Howley, 2001). Berjalan cepat, berlari, bersepeda, lompat tali dan berenang merupakan contoh olahraga aerobik.

Olahraga aerobik memiliki 3 komponen, yaitu intensitas, frekuensi dan durasi. Intensitas adalah besarnya usaha seseorang untuk melakukan aktivitas tersebut. Intensitas ringan apabila berjalan santai dan berdiri. Intensitas moderat apabila jalan cepat (kecepatan kurang dari 5 km/jam), aerobik air dan bersepeda (kecepatan kurang dari 16 km/jam). Intensitas berat apabila berlari, dansa aerobik, lompat tali dan bersepada (kecepatan lebih dari 16 km/jam). Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas dilakukan. Durasi adalah lama aktivitas dilakukan. Berdasarkan ketiga komponen tersebut, olahraga aerobik dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

Tabel 2.2 Klasifikasi aktivitas olahraga aerobik dalam 1 minggu Tingkatan aktivitas olahraga Lama aktivitas olahraga aerobik dilakukan

(dalam 1 minggu)

Inaktif Melakukan aktivitas intensitas ringan

Rendah Kurang dari 150 menit (intensitas moderat)

Kurang dari 75 menit (intensitas berat)

Sedang 150 menit hingga 300 menit (intensitas moderat)

75 menit hingga 150 menit (intensitas berat)

(74)

10

Tinggi Lebih dari 300 menit (intensitas moderat)

Sumber: U.S. Department of Health and Social Services, 2008

Olahraga Memperkuat Otot

Pada olahraga memperkuat otot biasanya dilakukan dengan angkat beban atau pita karet, dengan tujuan otot-otot akan bergerak mengikuti ataupun melawan beban atau gaya. Efek dari olahraga ini hanya terbatas pada otot yang bekerja. Komponen yang dimiliki dalam olahraga memperkuat otot, yaitu intensitas, frekuensi, dan pengulangan. Dua atau tiga set dengan pengulangan sebanyak 8 hingga 12 kali disarankan dalam setiap olahraga untuk memperkuat otot (HSS, 2008).

Efek Olahraga terhadap Tubuh Jaringan Tulang

Jaringan tulang memiliki kemampuan untuk mengubah kekuatannya terhadap perubahan stres mekanis. Ketika ada stres, jaringan tulang bertambah kuat melalui peningkatan deposit garam mineral dan produksi serat kolagen oleh osteoblas. Tanpa adanya stres mekanis, tulang tidak dapat membentuk ulang secara normal karena resorpsi tulang terjadi lebih cepat daripada pembentukan tulang. Stres mekanis pada tulang adalah hasil dari gaya tarik otot skeletal dan gaya tarik gravitasi, contohnya adalah olahraga angkat beban (Tortora dan Derrickson, 2009).

Jaringan Otot Skeletal

Otot skeletal ada 3 tipe, yaitu serat oksidatif lambat, serat glikolitik-oksidatif cepat dan serat glikolitik cepat. Serat glikolitik-oksidatif lambat memiliki banyak mitokondria sehingga umumnya menggunakan respirasi selular aerobik. Serat oksidatif lambat disesuaikan untuk kegiatan mempertahankan postur tubuh, olahraga aerobik. Serat glikolitik cepat menghasilkan kontraksi yang paling kuat sehingga serat ini digunakan untuk pergerakan anaerobik seperti angkat beban. Serat glikolitik-oksidarif cepat menghasilkan ATP dengan respirasi selular

(75)

11

aerobik dan glikolisis anaerobik. Serat ini disesuaikan untuk kegiatan berjalan dan lari estafet (Tortora dan Derrickson, 2009).

Olahraga yang berbeda dapat mengubah karakteristik serat otot. Olahraga aerobik dapat mengubah serat glikolitik cepat menjadi serat glikolitik-oksidatif cepat. Perubahan serat terlihat dari diameter, jumlah mitokondria, suplai darah dan kekuatan. Sebaliknya, pada olahraga yang membutuhkan kekuatan yang besar dalam waktu singkat akan meningkatkan ukuran dan kekuatan serat glikolitik cepat (Tortora dan Derrickson, 2009)

Jantung

Olahraga yang terus menerus meningkatkan kebutuhan oksigen dari otot. Kebutuhan ini tergantung pada adekuat dari curah jantung dan fungsi yang baik dari sistem respirasi. Setelah beberapa minggu olahraga, seseorang yang sehat meningkatkan curah jantung maksimal sehingga meningkatkan laju maksimal pengiriman oksigen ke jaringan. Pengiriman oksigen meningkat karena otot skeletal menghasilkan lebih banyak jaringan kapiler. Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, ansietas dan depresi; mengendalikan berat badan; dan meningkatkan kemampuan tubuh seseorang untuk melarutkan klot darah dengan meningkatkan aktivitas fibrinolitik (Tortora dan Derrickson, 2009).

Sistem Respirasi

Ketika otot berkontraksi saat olahraga, otot membutuhkan jumlah oksigen yang besar dan menghasilkan karbon dioksida yang besar juga. Olahraga yang berat meningkatkan konsumsi oksigen dan ventilasi paru. Pada olahraga yang moderat terjadi peningkatan kedalaman ventilasi daripada peningkatan laju napas. Apabila olahraga menjadi lebih berat, maka laju nafas juga meningkat (Tortora dan Derrickson, 2009).

Aktivitas Harian

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh dari kontraksi otot skeletal yang akan meningkatkan pengeluaran energi (Howley, 2001). Aktivitas fisik dapat

(76)

12

dilakukan di tempat kerja, rumah, waktu senggang ataupun pada saat transportasi (HPB, 2011).

Aktivitas fisik di tempat kerja adalah aktivitas fisik dimana berhubungan dengan pekerjaan dan biasanya dalam kurun waktu 8 jam (Howley, 2001). Aktivitas fisik di rumah dibagi menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat. Aktivitas ringan merupakan pekerjaan rumah yang dilakukan di rumah berukuran kecil atau sedang atau dilakukan bersama orang lain di rumah berukuran besar. Aktivitas sedang apabila pekerjaan dengan aktivitas ringan ditambah pekerjaan di luar rumah atau bekerja di rumah besar tanpa bantuan orang lain. Aktivitas berat apabila pekerjaan yang dilakukan lebih banyak daripada yang disebutkan sebelumnya (Alipour et al, 2014)

Aktivitas fisik di waktu senggang adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dimana aktivitas tersebut bukan merupakan aktivitas yang dianggap penting dalam keseharian. Olahraga, berkebun dan menari merupakan salah satu contoh aktivitas fisik yang dilakukan di waktu senggang. Aktivitas fisik yang dilakukan pada saat transportasi adalah berjalan, bersepeda ataupun menaiki tangga (HPB, 2011).

Inaktivitas fisik adalah suatu keadaan dimana tidak ada peningkatan yang berarti dalam pengeluaran energi. Biasanya dilakukan pada waktu senggang dengan pengeluaran energi kurang dari 1,5 kilokalori per kilogram per hari (Kruk, 2009). Inaktivitas fisik terjadi ketika pergerakan tubuh minimal dan dapat juga disebut sebagai sedentary behavior (perilaku yang terikat pada satu tempat). Yang termasuk sedentary behavior adalah menonton televisi, membaca, bekerja di depan computer ataupun berbicara dengan teman di telepon atau belajar (Must dan Tybor, 2005). Tidur juga termasuk dalam inaktivitas fisik (Ainsworth, 2001).

Penilaian Aktivitas

Metabolic Equivalent (MET) digunakan sebagai pengukuran intensitas dari aktivitas yang dilakukan (Norman et al, 2001). MET adalah perbandingan kecepatan metabolik pada saat bekerja terhadap kecepatan metabolik pada saat istirahat (British Heart Foundation, 2012). Satu MET dinyatakan sebagai energi

(77)

13

yang dibutuhkan pada saat istirahat dengan pengeluaran kalori sebanyak 1 kkal/kg/jam (Heinonen et al, 2013).

Menurut BHF (2012), aktivitas fisik seseorang berdasarkan nilai MET dibagi menjadi sedentary (kurang dari 1,5 METs), aktivitas fisik ringan (1,5 hingga kurang dari 3 METs), aktivitas moderat (3 hingga kurang dari 6 METs) dan aktivitas berat (lebih dari 6 METs). Nilai aktivitas dapat dilihat dari The 2011 Compendium of Physical Activities: Tracking Guide (Ainsworth et al, 2011). Pembagian aktivitas fisik menurut IPAQ (2012) adalah aktivitas fisik rendah (kurang dari 600 MET menit/minggu), aktivitas sedang (600-3000 MET menit/minggu) dan aktivitas tinggi (lebih dari 3000 MET menit/minggu).

Olahraga dan Aktivitas Fisik Harian terhadap IMT

Aktivitas fisik ditemukan memiliki hubungan yang berlawanan dengan berat badan. Hal ini dibuktikan oleh salah satu penelitian yang dilakukan oleh Schmitz et al. (2000) yang menunjukkan penurunan aktivitas fisik juga menyebabkan peningkatan berat badan.

Menurut penelitian Jayamani et al. (2013), perbandingan wanita dengan aktivitas fisik yang moderat mengalami kegemukan/obesitas sebanyak 3,87 kali daripada wanita dengan aktivitas fisik yang tinggi. Wanita dengan aktivitas fisik yang tinggi memiliki berat badan di bawah normal/normal, sedangkan pada wanita yang melakukan aktivitas fisik rendah/moderat memiliki berat badan dengan status kegemukan/obesitas.

Seseorang yang menonton televisi dan video dan menggunakan komputer dan bermain video game memiliki keterkaitan dengan kegemukan. Pada laki-laki obesitas ditemukan resiko relatif sebesar 1,49 dengan lebih dari 35 jam/minggu untuk menonton televisi. Pada perempuan obesitas ditemukan resiko resiko sebesar 1,43 dengan lebih dari 35 jam/minggu untuk menonton televisi (Gordon-Larsen, Adair dan Popkin, 2002).

Penelitian dari Schwingshackl et al. (2013) menunjukkan melakukan olahraga aerobik dan olahraga memperkuat otot adalah cara yang paling efektif untuk menurunkan berat badan. Olahraga tersebut apabila dilakukan secara teratur

(78)

14

akan memberikan efek metabolik terhadap penyakit kronik yang berhubungan dengan gaya hidup (Egan dan Zierath, 2013).

Metabolisme yang terjadi pada saat olahraga dibutuhkan untuk menghasilkan energi. Jalur metabolisme yang digunakan untuk menghasilkan energi berbeda tergantung pada intensitas dan tenaga yang dikeluarkan dari sesi olahraga. Tenaga yang dikeluarkan menentukan kecepatan kebutuhan ATP dan pengeluaran energi, sedangkan intensitas mempengaruhi kontribusi dari karbohidrat dan lemak dan penyimpanan suplai di ekstramuskular (sirkulasi) dan intramuskular (Egan dan Zierath, 2013).

Pada saat melakukan olahraga dengan intensitas rendah hingga moderat, suplai pertama yang digunakan untuk otot skeletal adalah glukosa, berasal dari glikogenolisis di hepar (glukoneogenesis) atau konsumsi secara oral, dan asam lemak bebas yang berasal dari lipolisis jaringan lemak. Sehubungan dengan suplai dari ekstramuskular dimana intensitas semakin meningkat, penggunaan asam lemak bebas di sirkulasi sebagai suplai energi untuk otot mulai menurun dan digantikan glukosa yang meningkat hingga intensitas yang mendekati maksimal. Apabila intensitas yang konstan diperpanjang hingga waktu lebih dari 60 menit, maka energi yang digunakan berasal dari oksidasi lemak. Sehingga, energi dari glikogen otot akan menurun dan oksidasi asam lemak bebas meningkat di peredaran darah (Egan dan Zierath, 2013).

Oksidasi asam lemak dimulai dari masuknya asam lemak menuju mitokondria melalui enzim carnitine palmitoyl transferase-1 (CPT-1) (Horowitz, 2001). Asam lemak yang telah mencapai mitokondria akan didegradasi menjadi Acetyl Coenzyme A (Asetil KoA) dengan Beta Oxidation, kemudian Asetil KoA akan mengalami oksidasi hingga akhirnya menghasilkan energi (Guyton dan Hall, 2000). Kerusakan pada proses ini akan menyebabkan akan menurunkan oksidasi lemak. Seseorang dengan obesitas di daerah abdominal, memiliki aktivitas CPT-1 otot skeletal yang rendah dan penurunan aktivitas dari beberapa enzim oksidatif mitokondria. Ini dapat mengakibatkan penurunan penggunaan lemak sebagai suplai, walaupun asam lemak yang diserap lebih banyak. Perbedaan antara asam

(79)

15

lemak yang diserap dan dioksidasikan menjelaskan penumpukan intramuskular trigliserida (IMTG) yang menyebabkan resistensi insulin (Horowitz, 2001).

Penggunaan IMTG selama olahraga dan penurunan konsentrasi IMTG dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin selama beberapa jam setelah olahraga. Olahraga aerobic meningkatkan oksidasi asam lemak yang akhirnya berujung pada peningkatan sensitivitas insulin dan menurunkan resiko penyakit (Horowitz, 2001).

(80)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai adanya akumulasi lemak berlebihan yang dapat menganggu kesehatan seseorang (WHO, 2013). Jaringan lemak, merupakan organ endokrin, mensekresikan adiponektin menuju sirkulasi, dimana konsentrasi yang ditemukan biasanya tinggi (Simpson dan Singh, 2007). Penurunan jumlah adiponektin di sirkulasi menyebabkan obesitas, diabetes mellitus tipe II dan penyakit arteri koroner (Chandran et al, 2003).

Prevalensi kegemukan dan obesitas semakin meningkat seiring berjalannya waktu (OECD, 2013). Pada awalnya kegemukan dan obesitas merupakan masalah pada negara yang pendapatannya tinggi. Akan tetapi, negara dengan pendapatan yang rendah maupun sedang mulai mengalami hal yang sama, terutama di daerah perkotaan (WHO, 2013). Di Inggris, orang yang gemuk dari tahun 1993 hingga 2012 meningkat menjadi 42% pada pria dan 32% pada wanita. Terdapat peningkatan yang berarti untuk orang yang mengalami obesitas, yaitu dari 13% hingga 24% pada pria dan dari 16% hingga 25% pada wanita (Natcen Social Research dan Research Department of Epidemiology and Public Health, 2013). Untuk di Indonesia, prevalensi pria dewasa yang mengalami obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7% dan pada wanita dewasa sebanyak 32,9% (Riskesdas, 2013).

Menurut Arisman (2004), kelebihan berat badan seseorang dapat ditentukan dengan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ada banyak cara, dimana salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam survey gizi adalah pengukuran indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan perbandingan berat badan (dalam kilogram) dan kuadrat tinggi badan (dalam meter). IMT berkaitan dengan lemak tubuh, sehingga klasifikasi status gizi adalah sebagai berikut: berat badan rendah, berat badan normal, berat badan resiko berlebih, obesitas kelas I dan obesitas kelas II (Arisman, 2004 ; WHO, 2000).

(81)

2

Penyebab dari kegemukan dan obesitas adalah ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dengan kalori yang dikeluarkan (WHO, 2013). Hal ini terjadi karena adanya faktor dari lingkungan dan genetik (Rauner et al, 2013). Olahraga dan diet merupakan pencegahan primer dan penatalaksanaan terhadap kelebihan berat badan (Schwingshackl et al, 2013). Olahraga dengan intensitas sedang seperti berjalan selama 25-30 menit per hari dapat meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan sensitivitas insulin. Peningkatan durasi olahraga menjadi 35-45 menit per hari dapat mengubah berat badan. Semakin berat olahraga yang dilakukan, semakin besar berat badan yang hilang (Fogelholm et al, 2006).

Aktivitas hidup masyarakat saat ini telah berubah (WHO, 2014). Perubahan tersebut terdapat pada makanan yang dikonsumsi dan penurunan aktivitas fisik (Jayamani et al, 2013). Hal ini lebih banyak terjadi di kota besar daripada di pedesaan (Delisle et al, 2011). Salah satu kelompok perkotaan yang memiliki aktivitas fisik yang rendah adalah mahasiswa kedokteran (Resende et al, 2009).

Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui secara langsung hubungan antara olahraga dengan indeks massa tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan penelitian sebagai berikut: bagaimana hubungan olahraga dan aktivitas harian dengan indeks massa tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan olahraga dan aktivitas harian dengan indeks massa tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013.

(82)

3

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menentukan indeks massa tubuh mahasiswa subyek penelitian. 2. Mengetahui aktivitas olahraga yang dilakukan mahasiswa subyek

penelitian.

3. Mengetahui aktivitas harian mahasiswa subyek penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yakni:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat mempromosikan tujuan dari olahraga.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat.

Gambar

Tabel 5.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.2 Deskripsi indeks massa tubuh responden
Tabel 5.3 Deskripsi aktivitas fisik responden
Tabel 5.5 Deskripsi aktivitas jalan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Saat pemerintahan Soeharto, beliau menggunakan strategi pembangunan ekonomi tanpa memikirkan bidang-bidang lain seperti politik, dan sosial sedangkan sekarang

[r]

Pada umumnya prosedur sistem akuntansi penjualan tunai yang diterapkan oleh Toko Sepatu Fladeo sudah dapat dikatakan sesuai dengan Sistem Pengendalian Intern Standar Akuntansi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4 Tahun 2000

Hasil dari penulisan ilmiah ini adalah bahwa alternatif yang digunakan perusahaan dalam perhitungan PPh 21 sudah sesuai dengan Perundang-undangan perpajakan pasal 21 nomor 17 tahun

Yang dimaksud dengan “ keterjangkauan ” adalah pola pengembangan transportasi wilayah harus dilakukan secara berkesinambungan, berkembang dan meningkat dengan mengikuti

Pemberian Penjelasan Dokumen Pengadaan akan dilaksanakan secara elektronik (on line) melalui aplikasi SPSE sesuai Jadwal pada LPSE.. Peserta dan aanwijezer lapangan berkumpul

Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk manyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan yang sangat memerlukan adanya komunikasi antara pemerintah dengan