• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Diri Pemakai Batu Akik (Studi Fenomenologi dan Persentase Diri Pemakai Batu Akik di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persentase Diri Pemakai Batu Akik (Studi Fenomenologi dan Persentase Diri Pemakai Batu Akik di Kota Medan)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This study titled Presentation Yourself User Agate (Study Phenomenology And Percentage Yourself User Agate In the city of Medan. This research use approach Phenomenology. This study focuses on the percentage of self and self-concept on the wearer agate in Medan. The purpose of this study was to understand how exactly the percentage of self and self-concept in interpersonal relationships wearer agate with their social environment. This study used a qualitative methodology that explains the phenomenon deeply through the collection of data. This study uses the theory of Communication Intrapersonal, Self-Concept, Percent Self, and Management impressions. In this study, researchers recruited five (5) informants who came from lecturers, civil servants, and also traders in Medan chosen deliberately by researchers in accordance with the purpose and need for research using purposive sampling technique. The interview is the data collection techniques used in This study and the data used in analyzing qualitative data analysis techniques developed by Miller and Huberman (1992) to reduce, present and concluded that the data obtained from interviews. The final conclusion is that users agate in Medan was very intense in terms of exchanging information. Users agate also admits that the praise of others is a certain satisfaction for what they have done so far related to the hobby wearing agate. he is a man who really pay attention to the style of dress when wearing agate Based on the analysis and observation also found that the informants yng wear agate are people who are very concerned about the style of dress when wearing agate. Agate is also an object that has a symbol of beauty, the degree of social, economic and also the degree of prestige

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Persentase Diri Pemakai Batu Akik (Studi Fenomenologi Dan Persentase Diri Pemakai Batu Akik Di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi. Penelitian ini berfokus pada persentase diri dan konsep diri pada pemakai batu akik di Kota Medan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana sebenarnya persentase diri dan konsep diri dalam hubungan interpersonal pemakai batu akik dengan lingkungan sosialnya. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yang menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan teori Komunikasi Intrapersonal, Konsep Diri, Persentase Diri, dan Pengelolaan Kesan. Pada penelitian ini, peneliti melibatkan 5 (lima) informan yang berasal dari Dosen, PNS, dan juga pedagang di Kota Medan yang dipilih secara sengaja oleh peneliti sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, dan dalam menganalisis data digunakan teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miller dan Huberman (1992) untuk mereduksi, menyajikan dan menyimpulkan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa para pemakai batu akik di Kota Medan ternyata sangat intens dalam hal bertukar informasi. Para pemakai batu akik juga mengakui bahwa pujian dari orang lain merupakan suatu kepuasan tersendiri atas apa yang mereka lakukan selama ini terkait dengan hobi memakai batu akik. dirinya merupakan orang yang sangat memperhatikan gaya berpakaiannya ketika memakai batu akik Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan juga ditemukan bahwa para informan yng memakai batu akik merupakan orang-orang yang sangat memperhatikan gaya berpakaiannya ketika memakai batu akik. Batu akik juga merupakan suatu benda yang memiliki simbol keindahan, drajat sosial, drajat ekonomi dan juga gengsi

Kata-kata kunci:

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Budyatna & Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana.

Bungin. Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.

______________. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

_____________. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Effendy. Onong Uchana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdikarya.

____________________. 2007. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya.

Hunaidah. Tri Dayaksini. 2003. Psikologi Sosial. Malang: Univesitas Muhammadiyah Malang Press.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Moleong. L.J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana. Nawawi. Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada Press.

Nova, Eko. 2013. Kerajinan Penggosokan Intan Dan Permata Di Martapura. Jakarta. Bank Indonesia.

Rakhmat. Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Silalahi. Uber. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV PT Remaja Rosdakarya.

(4)

Sujatmiko. 2014. J.N. Kemilau Investasi Batu Cincin. Yogyakarta: Kamea Pustaka

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung: CV Alfabeta. Ziyad, Eko A H. 2011. Keyakinan Bahwa Batu Mulia Memiliki Khasiat. Jakarta. Islam House.

Sumber lain

(5)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan alternatif akhir untuk menjawab dorongan ingin tahu terhadap suatu hal, dimana hal ini dianggap sebagai cara ilmiah karena tidak saja memusatkan perhatian pada kebenaran ilmiah, akan tetapi juga mempertimbangkan cara-cara untuk memperoleh kebenaran ilmiah tersebut (Bungin, 2007:9). Penelitian mengenai kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dosen dan mahasiswa dalam mengulang/perbaikan nilai mata kuliah ini merupakan studi yang menggunakan metodologi kualitatif. Dalam tataran teoritik, ada beberapa asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang dikatakan Merriam (dalam Creswell, 1994:145). Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1. Peneliti kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses dari pada hasil atau produk.

2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha memahami kehidupan, pengalaman dan struktur lingkungan mereka. 3. Peneliti kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan

(6)

4. Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan fieldwork. Artinya, peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting), tempat atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya. 5. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada

proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar-gambar.

6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis dan teori.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, penelitian ini secara praktis berusaha untuk mengkaji peristiwa kehidupan yang nyata dialami oleh subjek penelitian ini (mahasiswa) secara holistik dan bermakna. Dalam uraian yang lebih lugas, penelitian ini berusaha untuk memberikan deskripsi dan eksplanasi terhadap kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa dalam interaksi komunikasi dengan dosen dalam mengulang/perbaikan nilai mata kuliah.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan sampling sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Penelitian kualitatif lebih menekan pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. (Kriyantono, 2009:56)

Periset atau peneliti adalah bagian integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian kualitatif bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik, bukan untuk digeneralisasikan. Desain penelitian dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan penelitian.

Secara umum penelitian yang menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri-ciri:

(7)

1. Intensif, partisipasi peneliti dalam waktu lama pada setting lapangan, peneliti adalah instrumen pokok penelitian.

2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan-catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti dokumenter. 3. Analisis data lapangan.

4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan) dan komentar-komentar.

5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses penelitiannya. Realitas dipandang dinamis dan sebagai produk konstruksi sosial.

6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi peneliti. Peneliti sebagai sarana penggalian interpretasi data.

7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah.

8. Peneliti memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan individu-individunya.

9. Lebih pada kedalaman (depth) dari pada keluasan (breadth). 10.Prosedur penelitian: empiris-rasional dan tidak berstruktur.

11.Hubungan antara teori, konsep dan data: data memunculkan atau membentuk teori baru. (Kriyantono, 2009:57-58)

Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komperehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Dengan berbagai metode, peneliti memilih untuk mempelajari sebuah kasus, yakni kasus kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen dalam mengulang/perbaikan nilai mata kuliah.

(8)

peneliti menggunakan wawancara mendalam sebagai instrumen pengumpulan data.

Adapun ciri-ciri studi kasus, antara lain:

1. Partikularistik, artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu.

2. Deskriptif, artinya hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti.

3. Heuristik, artinya metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan tujuan dari studi kasus.

4. Induktif, artinya studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori. (Kriyantono, 2009:66)

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merujuk pada masalah yang diteliti.Penelitian ini dilakukan di Kota Medan karena banyaknya elemen masyarakat yang memakai dan memperjualbelikan Batu Akik.

3.3. Subjek Penelitian

(9)

dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner. (Kriyantono, 2006:163)

Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja yang mudah di akses.

Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang (subjek) secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan masyarakat mereka sehari-hari. Melalui metode ini memungkinkan kita menyelidiki konsep yang dalam pendekatan lainnya akan hilang.

Subjek penelitian ini adalah orang ataupun informan yang dipilih secara sengaja oleh peneliti sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Merujuk pada hal tersebut, penelitian ini menggunakan teknik purposive untuk menentukan seorang informan. Purposive adalah sebuah teknik menyeleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat berdasarkan tujuan riset (Kriyantono, 2006:158). Maka subjek penelitian ini

3.4. Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dari informan di lapangan akan dilakukan dalam proses pengumpulan data secara terus menerus hingga data jenuh. Teknik analisis data selama di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman, sebagai berikut:

(10)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan cara penelitian lapangan:

a. Wawancara Mendalam (depth interview)

Tipe wawancara ini adalah tidak terstruktur, yaitu tidak memiliki

setting wawancara yang baku penyampaian dan peruntutan pertanyaan

akan berbeda dari wawancara ke wawancara. Tetapi peneliti tetap membuat interview guide yang akan menjadi panduan dalam wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan jumlah pertemuan tidak ditetapkan sesuai kebutuhan informasi.

Dalam kegiatan wawancara mendalam seseorang bukan lah disebut sebagai responden yang sifatnya merespon jawaban dari si peneliti. Pada wawancara mendalam seseorang yang diwawancarai disebut sebagai informan karena dial ah yang memberikan informasi kepada peneliti.

b. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun dan penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius

2. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

(11)

4. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.(Bungin, 2008: 115)

Sebagai pembanding, peneliti akan melakukan observasi atau pengamatan langsung ke lapangan Misalnya dengan melakukan kunjungan ke beberapa Gemstone‟s yang ada di kota Medan.

3.6. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah setiap keadaan harus memenuhi; 1) mendemonstrasikan nilai yang benar, 2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya (Moleong, 2007:320). Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Perpanjangan keikutsertaan

Kehadiran peneliti dalam setiap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. (Bungin, 2008:254)

b. Ketekunan pengamatan

(12)

derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin, 2008:256). Selain itu, ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. (Kriyantono, 2009:165)

Tahap analisis data memegang peranan penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas riset. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dimana analisis data yang digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata-kata, kalimat-kalimat, atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun obervasi. Melalui data kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi. (Kriyantono, 2009:194)

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miller dan Huberman (1992), yaitu :

1. Reduksi Data

(13)

permasalahan, pendekatan pengumpulan data yang diperoleh. Selama pengumpulan data, misalnya membuat ringkasan, kode, mencari tema-tema, menulis memo dan lain-lain. Reduksi merupakan bagian dari analisis, bukan terpisah. Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan sehingga interpretasi bisa ditarik. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-benar-benar-benar valid. Ketika peneliti menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan di cek ulang dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan pembaca dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu sajiannya harus tertata secara apik. Penyajian data juga merupakan bagian dari analisis, bahkan mencakup pula reduksi data. Dalam proses ini peneliti mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi kategori atau kelompok satu, kelompok dua, kelompok tiga, dan seterusnya. Masing-masing kelompok tersebut menunjukkan tipologi yang ada sesuai dengan rumusan masalahnya. Masing-masing tipologi terdiri atas sub-sub tipologi yang bisa jadi merupakan urutan-urutan atau prioritas kejadian. Dalam tahap ini peneliti juga melakukan penyajian data secara sistematik, agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar bagian-bagiannya dalam konteks yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas satu dengan lainnya. Dalam proses ini, data diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

(14)

tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan „temuan baru‟ yang berbeda dari temuan yang sudag ada. Bedasarkan uraian di atas, langkah analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1

Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1994)

Reduksi data Penyajian data

Reduksi data

(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.1. Proses Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan baik secara observasi maupun dengan cara wawancara langsung terhadap informan yang telah ditetapkan. Penelitian ini berlangsung selama lebih kurang tiga bulan dari bulan September 2015 hingga November 2015.Penelitian dilakukan terhadap pecinta batu akikdi Kota Medan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi mengenai karakteristik dan jumlah subjek yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian. Adapun karakteristik informan yang menjadi subjek penelitian yaitu :

1. Subjek harus menggeluti hobi batu akik minimal selama 2 tahun 2. Subjek harus memiliki koleksi batu akik yang bervariasi.

(16)

wawancara yang berguna sebagai acuan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan mengenai konsep diri para pecinta batu akik.

Peneliti melanjutkan penelitian dengan mencari informan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penentuan kriteria ditetapkan atas dasar penjelasan bahwa seorang yang sudah dua tahun menggeluti hobi batu akik sudah cukup paham dengan seluk beluk batu akik dan bagaimana perilaku pemakainya ketika beraktifitas sehari-hari. Informan yang menjadi subjek penelitian adalahberasal dari kalangan orang dewasa yang memakai cincin batu akik.

Penelitian dilanjutkan dengan melakukan pendekatan kepada calon-calon informan. Peneliti mendapatkan info dari orang tua peneliti bahwa ada salah satu temannya yang sudah lama menjadi pecinta batu akik dan memiliki koleksi yang cukup banyak terkait batu akik. Informan tersebut adalah Bapak Basyarudin yang merupakan teman dari orang tua peneliti. Saya pergi ke rumah informan yang terletak di perumahan Dosen Unimed, beliau bekerja sebagai dosen di Unimed. Informan menyambut baik maksud dari peneliti yang ingin mewawancarainya.

Dalam proses wawancara dengan informan pertama yakni bapak Basyarudin, beliau memberitahu bahwa isterinya juga seorang pecinta batu akik. Bapak Basyarudin pun menganjurkan agar peneliti mewawancarai isterinya jika bersedia. Akhirnya dengan saran dari informan tersebut, peneliti mencoba untuk mewawancarai istri bapak Basyarudin. Isteri bapak Basyarudin pun dengan senang hati mengijinkan peneliti untuk mewawancarinya.Isterinya baru sekitar dua tahun menggeluti hobi batu akik tersebut.

Kemudian informan ketiga berasal dari teman peneliti, yang memberitahu peneliti bahwa saudaranya merupakan salah seorang pecinta batu akik.Secara kebetulan saudara dari teman peneliti tersebut cukup dikenal oleh peneliti.Kemudian peneliti mencoba meminta tolong kepada teman peneliti tersebut untuk menghubungkan dengan saudaranya yang pecinta batu akik tersebut.Setelah itu kami pergi ke rumah calon informan tersebut, setelah sampai peneliti menjelaskan maksud dari penelitian tersebut dan akhirnya informan bersedia untuk diwawancarai. Informan ketiga tinggal di Jalan mustafa krakatau, beliau bekerja di Kantor Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam.

(17)

Informan keempat merupakan penjual bakso yang sering berjualan di dekat Gelanggang Mahasiswa pintu I USU. Perjumpaan peneliti dengan informan berawal ketika peneliti bersama teman-teman peneliti makan bakso di dekat Gelanggang Mahasiswa.Ketika peneliti ingin memesan bakso kepada si penjual, peneliti melihat penjual bakso tersebut memakai banyak sekali cincin batu akik di jemari tangannya. Peneliti pun akhirnya bertanya lebih detil mengenai batu akiknya tersebut, akhirnya peneliti berksimpulan bahwa penjual bakso tersebut cocok dengan kriteria untuk menjadi informan. Kemudian peneliti menanyakan kesedian penjual bakso tersebut untuk diwawancarai, penjual bakso tersebut pun bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti.Informan menyarankan peneliti untuk datang keesokan harinya ke rumahnya.

Kemudian informan terakhir peneliti adalah bapak Dr. Zulfendri, M.kes berusia 51 tahun dan bekerja sebagai dosen di Fakultas di Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara. Informan yang terakhir ini merupakan informan yang saya temui di media sosial. Proses wawancara dilakukan diberbagai tempat sesuai dengan permintaan masing–masing informan yang menjadi subjek penelitian. Lokasi wawancara dilaksanakan di rumah informan, karena keempat informan merupakan orang yang sudah berkeluarga. Sehingga merasa lebih baik jika harus diwawancarai dirumahnya. Peneliti harus mendatangi informan kerumahnya pada jam dan hari-hari tertentu saja, karena terkait dengan pekerjaan para informan. Untuk Informan yang bernama bapak Basyarudin dan isterinya peneliti harus mewawancarai mereka pada hari minggu, karena dihari-hari biasa mereka harus mengajar kuliah di Unimed. Pada proses wawancara peneliti hanya sekali saja mewawancarai peneliti di rumahnya. Wawancara dilakukan pada siang hari hingga malam.Hal ini dikarenakan peneliti juga sekalian ingin bersilaturahmi dengan saudara peneliti.

(18)

informan. Waktu penelitian terlebih dahulu ditetapkan bersama-sama dengan cara mencari waktu senggang, sehingga proses wawancara dapat berlangsung dengan lancar tanpa banyak mengalami intervensi. Peneliti tidak mengalami kesulitan yang berarti saat mewawancarai informan. Para informan juga sangat terbuka, karena hal-hal yang ditanyakan juga yang menyangkut dengan hobinya.

Peneliti pada awalnya hanya menetapkan jumlah informan yang menjadi subjek penelitian sebanyak IV (empat) orang. Namun, akhirnya peneliti menambah I (satu) orang informan lagi sehingga informan dalam penelitian ini adalah V (lima) orang. Dengan demikian informan yang ditetapkan dalam penelitian ini sebanyak empat orang yaitu dua orang Dosen, satu orang Guru SMP, dan seorang lagi penjual bakso Arema yang sering mangkal di kampus USU.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana konsep diri dan presentasi diri pemakai batu akik di Kota Medan dan untuk mengetahui bagaimana konsep diri dalam proses komunikasi pemakai batu akik dengan orang lain. Proses wawancara berlangsung sesuai dengan pedoman wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada informan yang menyangkut tujuan penelitian. Melalui proses wawancara, peneliti akan memperoleh data mengenai informan secara lebih mendalam.

Setelah wawancara selesai dilakukan, maka penelitian dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap analisis data.Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap keempat informan. Kemudian peneliti melakukan reduksi data hasil wawancara yaitu dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari pola serta tema data hasil wawancara. Kemudian peneliti melakukan penyajian data dan melakukan penarikan kesimpulan.

4.1.2. Hasil wawancara dan pengamatan terhadap informan Informan I

Nama : Drs. H. Basyarudin Daulay M.Kes

(19)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Dosen

Informan pertama dalam penelitian ini bernama Drs. H. Basyarudin Daulay M.Kes.berusia 51 tahun dan bekerja sebagai dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan di Universitas Negeri Medan. Bapak Basyarudin telah menikah dan memiliki dua orang anak yang masing-masing sedang menyelesaikan studinya di perguruan tinggi.

Bapak Basyarudin sudah 13 tahun menggeluti hobi batu akik atau lebih tepatnya sudah sejak tahun 2002. Awal mula Bapak Basyarudin menggeluti batu akik adalah karena ikut-ikutan dengan temannya di lingkungan rumah.Seringkali pada saat berkumpul di lingkungannya teman-temannya bercerita mengenai serba-serbi batu akik yang mereka miliki.Pada saat itu menurutnya ada temannya yang menawarkan secara gratis cincin batu akik untuk dipakai oleh Bapak Basyarudin. Awalnya Bapak Basyarudin tidak mau untuk memakai batu akik tersebut, karena takut akan ikut-ikutan juga. Namun, karena melihat teman-temannya yang begitu semangat untuk menyuruhnya memakai batu akik tersebut akhirnya dirinya bersedia untuk memakainya.

Mulai dari saat itu dirinya mulai tertarik dengan batu akik tersebut.Bapak Basyarudin pun akhirnya mencari tahu berbagai informasi mengenai batu akik.Agar pada saat berkumpul dengan temannya bapak Basyarudin bisa mengikuti perbincangan tersebut.Menurut bapak Basyarudin dirinya begitu tertarik dengan bagaimana Tuhan menciptakan batu akik begitu indahnya.Batu akik menurutnya memiliki nilai khusus tersendiri dibanding batu mulia lainnya.

Hal ini disebabkan oleh bentuk, warna dan pola batu akik yang bila makin dalam kita gali maka keindahan batu akik tersebut menjadi tidak terbatas. Bila semakin lama menggosok batu tersebut juga akan semakin mempercantik warna batu tersebut. Lebih lanjut bapak Basyarudin mengatakan :

(20)

Dari penuturan bapak Basyarudin dirinya memiliki koleksi batu akik yang sangat banyak, bahkan dirinya sendiri tidak tahu sudah berapa banyak batu akik yang dia miliki.

“ . . . kalau dihitung-hitung ya bisa ratusan lebih. Karena batu

yang saya punya itu bukan hanya saya beli tetapi banyak juga

yang dikasih sama teman ataupun keluarga . . .”

Dari sekian banyak koleksi batu akik yang bapak Basyarudin ada satu jenis batu yang paling disukainya. yaitu batu Bacan Doko Super.Batu Bacan Doko adalah salah satu dari sekian banyak jenis yang memiliki nilai jual tinggi dan masuk dalam jenis batu akik termahal yang dijual dipasaran.Tempat asal penambangannya adalah, sesuai dengan namanya, berada di Desa Doko Maluku Utara, lebih tepat lagi berada di Halmahera, Kecamatan Bacan Barat yang masih dalam pulau Kasiruta.

Warna dominan dari Doko ini adalah hijau, ada yang warnanya hijau tua agak kehitaman dan ada pula yang hijau bening.Menurut bapak Basyarudin dikalangan pecinta batu akik banyak yang menyebut bahwa ini adalah „batu hidup‟. Ini karena kemampuan batu permata ini untuk melakukan metamorfosis layaknya tumbuhan, atau kalau para maniak Akik menyebutnya melakukan pengkristalan yang mana dari awalnya memiliki seat atau guratan di dalamnya, lambat laun akan berubah menjadi bening dan bersih.

Di samping itu, keunikan lain yang menurut bapak Basyarudin didapati dari batu bacan ini adalah karena ia mampu menyerap unsur logam yang melekat padanya, misalnya saja dibuat dalam bentuk batu cincin kemudian pengikat atau gagangnya dari emas, maka lama kelamaan akan terlihat seperti bintik emas di permukaannya karena kemampuan tadi, yaitu bisa menyerap unsur yang ada didekatnya. itulah sebabnya hingga kini, kualitas super dari batu mulia ini diburu dan berada di peringkat no. 1 dari semua jenis akik yang ada.

(21)

Basyarudin bagi para pecinta batu akik harga bukan menjadi masalah selama kualitas dan keindahan batu benar-benar luarbiasa.Bahkan menurutnya harga puluhan juta masih dalam taraf wajar bagi pecinta batu akik sejati.

“. . . kalau harga itu tidak jadi masalah, karena kalau sudah suka

dengan batu akik yang kita lihat, sudah pasti uang cuma perkara

kecil. Kalau untuk pecinta batu akik harga puluhan masih wajar, karena yang miliyaran pun banyak yang beli . . .”

Menurut bapak Basyarudin hal tersebut memang tidak logis bagi orang yang tidak mengetahui batu akik.Namun, sebenarnya selain menjadi hobi batu akik juga memiliki nilai investasi layaknya emas dipasaran.Misalnya saja batu-batu yang dibelinya Rp.21.000.000 bisa dijualnya dengan harga Rp.40.000.000.

“. . . ya karena sambil sebagai hobi, juga bisa menjadi income buat saya.Saya beli 21 juta bisa saya jual 40 juta . . . “

Dari sekian banyak batu yang berharga mahal milik bapak Basyarudin ada satu batu yang tidak akan pernah dijual oleh bapak Basyarudin. Batu tersebut adalah batu Kalimaya yang diberikan oleh isterinya ketika bapak Basyarudin berulangtahun.Menurutnya pada saat itu isterinya memberikan dirinya batu akik tersebut karena melihat bapak Basyarudin yang sangat menyukai cincin batu akik.Isterinya juga berpesan bahwa Bapak Basyarudin tidak boleh menjual hadiah tersebut walau apapun yang terjadi.

“ . . . iya kemarin pernah dikasih cincin sama ibu‟, cincinnya jenis Kalimaya. Dikasihnya pas waktu saya ulang tahun, jadinya

berkesan lah liat cincinnya. Enggak akan saya jual itu . . .”

(22)

Bapak Basyarudin hal itu terjadi karena mertua laki-lakinya juga merupakan pecinta batu akik. Bahkan jauh sebelum bapak Basyarudin menyukai batu akik. Hal ini lah yang membuat istri bapak Basyarudin mendukung hobi suaminya dalam menggeluti batu akik. Menurutnya ada juga jenis batu akik yang berkhasiat untuk memperlancar hubungan rumah tangga. Batu kecubung merupakan batu akik yang mampu memperbaiki permasalahan rumah tangga sehingga keluarga bisa selalu damai dan tenteram. Walaupun sebenarnya hal tersebut tidak bisa dipastikan secara empiris.

Didalam keluarganya sendiri mula-mulanya anak-anak dan isterinya sempat heran juga dengan hobinya tersebut. Dalam keluarga bapak Basyarudin juga heran melihat hobinya tersebut, karena adik-adik, kakak-kakak, dan ipar-iparnya tidak ada yang menggeluti hobi batu akik tersebut selain bapak Basyarudin. Namun, untuk bapak iparnya dirinya menjadi kesayangan karena sama-sama menggeluti hobi batu akik.

Dalam kegiatan sehari-harinya seperti saat bekerja bapak Basyarudin juga memakai batu akik. Bapak Basyarudin yang merupakan seorang dosen sering bercerita dengan teman-teman satu dosennya mengenai batu akik. Berawal dari rasa penasaran mereka hingga menanyakan berbagai pertanyaan seputar batu akik. Bahkan menurutnya banyak rekan kerjanya yang ikut menggeluti hobi batu akik seperti dirinya.

“ . . . mereka kepingin jadinya karena mereka sering melihat dan berdiskusi dengan saya, akhirnya mereka tertarik. Ada beberapa

batu yang saya berikan dan ada juga yang saya jual ke mereka . . .”

(23)

Bapak Basyarudin menuturkan bahwa batu akik juga merupakan salah satu objek perbincangan yang sangat seru baik untuk kalangan pecinta batu akik, maupun bagi orang yang hanya ikut-ikutan ingin tahu. Hal tersebut terjadi karena hampir semua batu akik melekat berbagai cerita mulai dari asal-usul warna, manfaat kesehatan sampai cerita mistis yang membuatnya semakin sedap untuk menjadi bahan perbincangan.

Dalam setiap perbincangan dengan berbagai teman, tidak jarang bapak Basyarudin memberikan beberapa koleksi batu akiknya kepada teman-temannya untuk dipakai.Semua teman yang diberinya batu akik menjadi ikut menggandrungi batu akik setelahnya. Bahkan menurutnya ada beberapa teman yang menjadi lebih fanatik dibanding dirinya dalam mengoleksi batu akik.

Menurut bapak Basyarudin batu akik merupakan suatu kebutuhan yang wajib ada dan dipakai pada saat beraktifitas dirumah maupun diluar. Menurutnya kepercayaan dirinya akan berkurang jika tidak memakai batu akik ke tempatnya bekerja.

“ . . . ya dasarnya kebutuhan karena kalau gak ada yang dipakai di tangan seperti ada yang kurang, dan bikin pengen langsung pulang saja karena merasa tidak percaya diri . . .”

Bentuk yang bermacam-macam, ada yang kecil dan bahkan ada yang besar biasa dipakai oleh bapak Basyarudin. Namun, menurutnya tidak ada orang yang pernah mengejeknya karena memakai batu akik. Kesan kuno dan tradisional bagi orang yang memakai batu akik menurutnya lama-kelamaan hilang bersamaan dengan tren batu akik yang luar biasa akhir-akhir ini.

(24)

keluar kota dirinya sudah menyiapkan stok batu akik yang akan dia bawa selama ke luar kota.

“ . . . minimal tiga cincin batu akik, jadi kalau saya kerja ke luar kota saya hitung berapa hari disana, kalau tiga hari berarti minimal 9 batu akik haru saya bawa untuk persediaan . . .”

Menurut bapak Basyarudin pemakaian batu akik juga disesuaikannya dengan busana apa yang dipakainya. Hal tersebut menurutnya penting untuk dilakukan karena akan lebih menambah indah penampilannya. Jika dalam acara formal biasanya bapak Baysarudin akanmemakai batu akik yang mahal miliknya dan bentuknya juga agak lebih kecil. Bahkan menurutnya pengetahuan fashion seorang pengguna batu akik sangat penting untuk mengeluarkan keindahan maksimal batu akik yang dipakai.

“ . . . karena warnanya, gak mungkin lah saya pakai baju putih terus saya pakai batu akik yang terang juga. Biasa saya pakai batu

akik yang lebih gelap. Ibaratnya pandai-pandai kita memadu

padankan busana yang kita pakai dengan cincin yang cocok . . .”

Dengan melihat tren batu akik saat ini dirinya cukup senang karena lebih banyak lagi orang yang mengetahui mengenani batu akik seperti dirinya. Bapak Basyarudin bukan lah gelombang orang yang baru mengikuti trend batu akik akhir-akhir ini. Dirinya sudah lama menggeluti hobi batu akik tersebut dan sudah memiliki banyak pengetahuan tentang batu akik. Lamanya bapak Basyarudin menggeluti hobi batu akiknya tersebut sebenarnya juga membuat heran dirinya sendiri. Ada kepuasan yang melatar belakangi hobinya tersebut, dan dirinya juga merasa hobinya membawa pintu rezeki yang lebih banyak lagi.

“. . . ada kepuasan, dan jujur saja saya kadang-kadang merasa

heran karena rezekinya bertambah dan ada terus untuk hobi saya

ini. Dari semua koleksi batu yang saya sukai hampir semua saya

pakai.Terkadang kalau dihitung-hitung dengan kemampuan uang

(25)

Berbagai macam cerita yang melatar belakangi batu akik menjadi pelengkap si batu akik tersebut. Bahkan cerita-cerita magis kerap kali mengiringinya. Namun, menurut bapak Basyarudin dirinya tidak mempercayai cerita-ceirta terseebut walaupun sering kali bagian mistis menjadi bagian cerita dirinya ketika berdiskusi soal batu akik dengan teman-temannya. Menurutnya percaya dengan hal tersebut merupakan perbuatan sirik dan menduakan Tuhan. Informan II

Nama : Anita S.pd

Usia : 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Guru SMP

Informan kedua dalam penelitian ini bernama Anita S.pd berusia 45 tahun dan pekerjaannya sebagai seorang Guru SMP. Ibu Nita merupakan isteri dari Bapak Basyarudin yang juga menjadi informan dalam penelitian ini. Pemilihan ibu Nita sebagai informan mengacu pada teknik Snowball yang menghendaki penambahan informan berdasarkan rujukan dari informan sebelumnya guna menambah kekayaan data.

(26)

Namun, karena teman-temannya terus menerus memaksanya untuk memakai batu akik tersebut akhirnya dirinya bersedia untuk memakainya.

Menurut cerita ibu Nita pada saat dirinya pulang kerumah memakai cincin akik tersebut, suaminya melihat hal tersebut dan memuji ibu Nita karena terlihat cantik menggunakan batu akik tersebut. Karena mendengar pujian tersebut ibu Nita akhirnya mulai tertarik dengan batu akik tersebut. Ibu Nita yang mengetahui bahwa suaminya juga merupakan pecinta batu akik akhirnya mulai bertanya kepada suaminya mengenai batu akik apa yang cocok dipakai oleh perempuan. Bapak Basyarudin pun akhirnya mencari tahu berbagai informasi mengenai batu akik yang cocok dipakai oleh perempuan. Pada awalnya ibu Nita diberikan oleh temannya batu yang berwarna merah namun dirinya tidak tahu jenis batu apa itu.

Pada saat suaminya mencari batu akik yang cocok untuk dipakai ibu Nita akhirnya pilihan jatuh kepada cincin batu akik berjenis lavender yang memiliki warna teduh seperti bunga lavender. Menurut suaminya kala itu batu lavender tersebut cocok untuk ibu Nita karena warnanya yang cocok dengan perempuan. Pada saat itu suaminya memberikan cincin batu akik lavender yang dibentuk kecil dan juga menggunakan pengikat berwarna kuning keemasan.

Awalnya ibu Nita sangat terpukau dengan keindahan batu akik yang dibawa oleh suaminya tersebut. Warna lavender yang teduh dan juga pengikat yang berwarna keemasan menambah cantik batu akik tersebut. Karena penasaran ibu Nita pun menanyakan berapa harga batu akik tersebut, dan suami ibu Nita pun menjawab bahwa batu akik tersebut berharga Rp.1.500.000, dan sontak saja ibu Nita terkejut mengetahui harga batu akik tersebut.

(27)

“ . . . jarang-jarang suami saya memberi hadiah yang semahal itu. Malah waktu dia ngasih hadiah yang mahal, rupanya cincin batu akik. Memang gak masalah, cuman lucu aja saya melihatnya . . .”

Ibu Nita juga mengatakan bahwa suaminya memberitahu dirinya bahwa batu akik itu sangat istimewa, karena keindahannya tergantung ketelatenan si pemiliknya untuk memperindahnya. Hal ini disebabkan oleh bentuk, warna dan pola batu akik yang bila makin dalam kita gali maka keindahan batu akik tersebut menjadi tidak terbatas. Bila semakin lama menggosok batu tersebut juga akan semakin mempercantik warna batu tersebut. Ibu Nita pun akhirnya mulai tertarik dengan batu akik ini. Bahkan menurut ibu Nita dirinya tidak akan pernah menjual batu akik pertama pemberian suaminya tersebut walau berapapun harganya. Karena menurutnya batu tersebut merupakan pemberian yang istimewa dan juga berharga.

Dari penuturan ibu Nita, beliau menyebutkan bahwa dirinya menggemari batu akik selain karena keindahannya tetapi juga karena alasan lain, yakni agar lebih mendapat perhatian dari suaminya. Menurut ibu Nita suaminya sangat senang ketika melihat ibu Nita memakai dua atau tiga cincin batu akik yang berlainan warna. Bahkan jika ibu Nita membeli batu akik yang baru, hal itu pasti akan memancing perbincangan antara ibu Nita dengan suaminya. Lebih lanjut ibu Nita mengatakan bahwa :

“ . . . saya memang suka dengan batu akik ini, tapi poin

pentingnya itu saya menggemari batu akik karena suami saya juga suka dan menarik perhatian suami saya . . .”

Bahkan menurut ibu Nita tidak jarang suaminya memberikan pujian ketika melihat ibu Nita memakai cincin ataupun asesoris yang terbuat dari batu akik lainnya. Hal ini lah yang semakin membuat ibu Nita merasa memakai batu akik ada keuntungannya juga.

“ . . . suami saya sering muji saya waktu melihat saya make batu akik, banyak lah pujiannya. Itu makannya saya suka sekarang pake

(28)

Dari penuturan ibu Nita dirinya memiliki koleksi batu akik yang tidak terlalu banyak. Namun,selain cincin batu akik dirinya juga mengoleksi jenis aksesoris yang terbuat dari batu akik.

“ . . . saya punya koleksi cincin batu akik cuma 12 buah. Tetapi

saya bukan cuma mengoleksi cincin saja, tetapi kalung juga saya

punya 5, bros saya punya 3, gelang saya punya 7 yang semuanya itu terbuat dari batu akik . . .”

Dari sekian banyak koleksi batu akik yang ibu Nita punya, ternyata ibu Nita juga memiliki batu akik favorit yang sama dengan suaminya yakni menyukai jenis batu Bacan Doko Super. Batu Bacan Doko adalah salah satu dari sekian banyak jenis yang memiliki nilai jual tinggi dan masuk dalam jenis batu akik termahal yang dijual dipasaran.

Warna dominan dari Doko ini adalah hijau, ada yang warnanya hijau tua agak kehitaman dan ada pula yang hijau bening. Menurut ibu Nita dikalangan pecinta batu akik banyak yang menyebut bahwa ini adalah „batu hidup‟. Ini karena kemampuan batu permata ini untuk melakukan metamorfosis layaknya tumbuhan, atau kalau para maniak Akik menyebutnya melakukan pengkristalan yang mana dari awalnya memiliki seat atau guratan di dalamnya, lambat laun akan berubah menjadi bening dan bersih.

Di samping itu, keunikan lain yang menurut Ibu Nita didapati dari batu bacan ini adalah karena ia mampu menyerap unsur logam yang melekat padanya, misalnya saja dibuat dalam bentuk batu cincin kemudian pengikat atau gagangnya dari emas, maka lama kelamaan akan terlihat seperti bintik emas di permukaannya karena kemampuan tadi, yaitu bisa menyerap unsur yang ada didekatnya. itulah sebabnya hingga kini, kualitas super dari batu mulia ini diburu dari semua jenis akik yang ada.

(29)

dirinya ibu Nita berprinsip bahwa batu akik yang dia beli tidak lah boleh melebihi harga Rp.5.000.000 karena bila sudah melebihi harga tersebut hal itu sudah tidak bisa diterima oleh ibu Nita.

“. . . untuk orang yang suka sekali dengan batu akik harga itu tidak jadi masala. Tetapi, itu jadi masalah buat saya.Karena kalau

saya bisa ngeluarin uang sebanyak puluhan juta cumin untuk beli

batu akik ya bisa bangkrut keluarga saya. Suami saya juga saya

kasi tau supaya jangan beli batu yang terlampau mahal, karena

kan nilai jualnya hanya bertahan ketika tren seperti sekarang ini. Kalau sudah tidak tren lagi kan harganya bisa jatuh . . .”

Menurut ibu Nita jika dikelola dengaan baik batu akik memang dapat membawa keuntungan bagi pemiliknya. Karena bila pemiliknya pandai dalam mengelola koleksi batu akiknya hal itu bisa menjadi sumber pemasukan bagi pemiliknya. Misalnya saja kalung batu kalimaya yang dibelinya seharga Rp.500.000 bisa dijualnya dengan harga Rp.2.000.000 kepada seorang temannya.

“. . . pernah saya beli kalung kalimaya seharga Rp.500.000 kemudian saya jual lagi ke teman saya bisa laku Rp.2000.000.

memang tergantung kepandaian kita mengelolanya . . . “

Secara khusus ibu Nita tidak menyiapkan dana setiap bulan untuk membeli batu akik. Sama dengan penuturan suaminya menurutnya jika ada rezeki lebih setiap bulan maka akan disisikan untuk membeli batu akik. Harga yang mahal dan perawatan yang tidak sembarang tentu akan menambah biaya pengeluaran disetiap bulannya. Dalam kehidupan keluarga tentu hal tersebut akan menimbulkan masalah. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada keluarga ibu Nita dan bapak Basyarudin. Menurut ibu Nita hal itu terjadi karena dirinya dan suaminya bisa mengelola hobi tersebut menjadi sebuah sumber pemasukan.

(30)

orang-orang yang menentang hobi suaminya. Namun, saat ini dirinya malah ikut-ikutan juga menggeluti hobi batu akik ini.

Dalam kegiatan sehari-harinya seperti dalam acara perwiritan ataupun acara-acara kekeluargaan lainnya ibu Nita selalu memakai cincin ataupun aksesoris batu akik. Pada saat berkumpul seperti sekarang ini ibu Nita sudah terbiasa berbincang mengenai batu akik dengan teman-temannya tersebut, bahkan saat ini ibu Nita menjadi panutan dalam hal batu akik diantara teman-temannya. Teman-temannya pun tidak jarang ada yang meminta saran mengenai batu akik jenis apa yang cocok mereka kenakan. Bahkan ada yang meminta ibu Nita untuk menemani membeli batu akik agar tidak tertipu barang palsu.

“ . . . banyak teman-teman saya di pengajian, arisan atau di

lingkungan rumah yang nanya-nanya tentang batu akik. Padahal

dulu teman-teman saya yang ngajari saya buat makai batu akik.

Sekarang mereka yang minta saya buat nemenin mereka kalau

mau beli cincin akik. Saya juga kan sudah punya beberapa kenalan

penjual batu akik yang bukan cuma cincin saja tetapi juga juga

kalung, gelang, bros dan juga aksesoris lainnya. . .”

Menurut beberapa teman yang melihatnya memakai batu akik banyak yang mengatakan bahwa ibu Nita semakin terlihat anggun setelah memakai batu akik. Ditempat tinggal ibu Nita juga banyak yang memakai cincin batu akik seperti dirinya.Namun, diantara semua teman-temannya dirinya merupakan contoh dalam urusan memadupadankan busana yang dipakai dengan batu akik sebagai aksesoris.

(31)

ibu-ibu juga tidak lupa berbincang-bincang mengenai batu akik yang mereka miliki dan seberapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk membelinya.

Dalam setiap perbincangan dengan berbagai teman, tidak jarang ibu Nita memberikan beberapa koleksi batu akiknya kepada teman-temannya untuk dipakai. Semua teman yang diberinya batu akik menjadi ikut menggandrungi batu akik setelahnya. Bahkan menurutnya ada beberapa teman ibu Nita yang memaksa suaminya untuk membelikannya cincin batu akik. Ibu Nita merasa pengetahuan dan jumlah batu akik yang beliau miliki menjadikannya berada di posisi atas diantara teman-temannya yang lain. Ada suatu kebanggaan tersendiri ketika banyak teman-teman yang memuji dan meminta saran kepada dirinya terkait batu akik tersebut.

Tidak seperti suaminya yakni bapak Basyarudin yang menganggap batu akik merupakan suatu kebutuhan yang wajib ada dan dipakai pada saat beraktifitas dirumah maupun diluar, ibu Nita tidak terlalu mewajibkan dirinya untuk selalu memakai batu akik. Menurut ibu Nita tidak ada urusan kepercayaan dirinya akan berkurang jika tidak memakai batu akik. Ibu Nita menganggap hal itu hanya sebuah sugesti belaka

“ . . . kalau masalah percaya diri atau enggak itu tergantung sugesti si pemakainya saja. Kalau dia merasa percaya diri bila

memakai batu akik ya memang seperti itu lah fikirannya terbentuk.

Tetapi kalau seperti saya ini orangnya ya baik-baik aja kalau pun enggak pakai batu akik . . .”

(32)

Pendapat orang lain di sekitar ibu Nita juga mempengaruhinya dalam menggeluti batu akik. Semua orang disekitarnya mendukung hobinya tersebut, karena efek positifnya lebih banyak dibandingkan dengan efek negatifnya.Ketika memakai batu akik dalam beraktifitas sehari-hari ibu Nita memakai minimal 2 batu akik di jarinya. Sama seperti suaminya setiap hari batu akik yang dipakai oleh ibu Nita juga berbeda karena menurutnya akan menambah kecantikan yang lebih. Namun, untuk keluar rumah sendirian ibu Nita hanya memakai cincin-cincin yang tidak terlalu mahal saja. Karena menurutnya akan berbahaya jika dia memakai cincin atau kalung yang harganya mahal.

“ . . . kalau saya pergi ke pasar mau belanja saya enggak mau pakai koleksi cincin atau aksesoris saya yang berharga mahal.

Karena kan takut ngundang penjahat buat ngejambret. Lagian

sekarang ini batu akik itu bisa mengundang orang buat berbuat jahat juga . . .”

Menurut ibu Nita pemakaian batu akik juga disesuaikannya dengan busana apa yang dipakainya. Hal tersebut menurutnya penting untuk dilakukan karena akan lebih menambah indah penampilannya. Jika dalam acara formal biasanya ibu Nitaakan memakai cincin dan aksesoris yang terbuat dari batu akik lainnya yang harganya mahal. Menurut ibu Nita seorang pengguna batu akik harus mengerti untuk mengkombinasikan aksesoris yang dia miliki dengan pakaian yang dia kenakan. Karena hal tersebut akan menentukan seberapa besar keindahan batu akik akan terpancar dari si penggunanya.

“ . . . pemakaian batu akik ini baik cincin maupun aksesoris lainnya tidak boleh sembarang. Karena kalau asal-asalan

(33)

Informan III

Nama : Muhardani Budi Septian, SH.

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Informan ketiga dalam penelitian ini bernama Muhardani Budi Septian, SH. berusia 30 tahun dan bekerja di Kantor Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam. Budi yang merupakan nama sapaannya ini telah menikah dan memiliki satu orang anak yang baru berusia III (tiga) tahun dari perkawinannya yang sudah memasuki usia V (lima) tahun dengan isterinya yang bernama Ratna.

Beda dengan bapak Basyarudin yang sudah 13 tahun menggeluti hobi batu akik, bapak Budi merupakan salah seorang diantara sekian banyak pecinta batu akik yang baru muncul akhir-akhir ini. Awal mula Bapak Budi menggeluti batu akik adalah karena penasaran dengan maraknya masyarakat yang memakai batu akik sebagai cincin dan setiap harinya tidak habis membicarakan segala hal tentang batu akik. Bahkan hampir seluruh teman kantornya juga membicarakan batu akik. Seringkali pada saat berkumpul di tempatnya bekerja di Kantor Kejaksaan teman-temannya bercerita mengenai berbagai hal tentang batu akik yang mereka miliki danbanyak diantara mereka yang menawarkan bapak Budi untuk memakai salah satu cincin milik mereka.

Pada saat itu temannya menawarkan secara gratis cincin batu akik untuk dipakai oleh bapak Budi.Bapak Budi sangat senang karena diberikan batu akik secara gratis untuk dipakai. Pada saat itu temannya menunjukan deretan batu yang bisa diambilnya untuk kemudian dipakai. Dari sekian banyak cincin batu akik yang berwarna-warni tersebut ada salah satu cincin batu akik yang sangat indah menurutnya, cincin batu akik tersebut adalah jenis batu akik lavender.

(34)

layaknya bunga lavender ini, memiliki pesona dan keindahan tersendiri. Bahkan menjadi salah satu batu paling populer saat ini, selain batu bacan, sungai dareh, batu kalimaya, batu cempaka atau jenis batu terkenal lainnya.Akik lavender banyak ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia dan masuk dalam jenis batu Chalcedony (jenis batu yang tidak bening) dengan banyak macam warna.sedangkan untuk jenis lavender ciri khas ungu, namun masing-masing daerah punya ciri khas tersendiri baik pada kristal batu atau warnanya, misalnya warna lebih tua atau lebih muda.

Mulai dari saat itu dirinya mulai tertarik dengan batu akik tersebut. Bapak Budi pun akhirnya mencari tahu berbagai informasi mengenai batu akik.Salah satu tujannya untuk mencari informasi mengenai batu akik adalah agar tidak kalah ketika berdiskusi dengan temannya membahas batu akik. Hal ini terjadi karena setiap berkumpul diwaktu istirahat atau saat berkumpul dengan teman kantornya walau dimanapun itu mereka selalu membicarakan batu akik. Batu akik menurutnya memiliki nilai khusus tersendiri dibanding batu mulia lainnya, karena tidak aka nada masyarakat yang seramai ini bila membahas emas, perak ataupun berlian. Namun, batu akik memiliki banyak cerita didalamnya untuk bisa diperbincangkan.

Satu hal lagi yang menurutnya sangat menarik bila melihat fenomena batu akik saat ini adalah hampir semua kalangan memakainya. Dari mulai satpam penjaga kantor Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam hingga petinggi kantor tersebut. Hal ini menurutnya disebabkan oleh seberapa cerdas seseorang untuk bisa mencari batu akik yang memiliki warna dan kualitas bagus dan pandai menegosiasikan harga. Sebab harga batu yang bisa mencapai puluhan juta bisa saja menjadi ratusan ribu saja tergantung pengetahuan si pembeli untuk memilih barangnya.

“ . . . batau akik itu lintas dimensi, semua kalangan boleh pakai tua, muda, kaya ataupun miskin bisa pakai. Orang yang tidak

punya pengetahuan sama sekali tentang batu akik bisa saja

mendapat batu akik yang harganya mahal dengan kualitas kaki

(35)

juta harga puluhan ribu. Tergantung seberapa banyak pengetahuan yang pemakai punya . . .”

Dari penuturan bapak Budi dirinya memiliki koleksi batu akik tidak terlalu banyak, pastinya menurut bapak Budi dirinya memiliki koleksi cincin batu sebanyak 60 buah.

“ . . . kalau dihitung-hitung ada 60 buah cincin batu akik. Saya

cumin punya cincin batu akik, kalau akik yang dijadikan kalung

saya enggak mau koleksi.Karena saya juga enggak mau

memakainya, kesannya kampungan dan tua. Saya kan masi muda, paling tidak enggak tua . . .”

Dari sekian banyak koleksi batu akik yang bapak Budi punya ada satu jenis batu yang paling disukainya. Batu tersebut adalah batu Opal atau biasa disebut batu Kalimaya. Di Indonesia Batu kalimaya banyak di temukan di Lebak Banten. Tepatnya di wilayah kecamatan Cimarga, Sajira dan Maja Banten.Namun, batu ini juga diambil dari tempat ditemukanya dimana batu ini banyak ditambang sekitar sungai atau kali.

Letak keunikan dan keindahan pada batu Opal Banten ini adalah dari kemampuannya merefleksikan beragam warna-warni dari dalam batu. Satu buah batu cincin bisa memunculkan lebih dari V (lima) warna beragam dan masing-masing batu yang sudah dibentuk, baik dalam bentuk batu cincin atau liontin tidak akan memiliki corak dan pantulan warna yang sama.Berdasarkan warna dan corak yang ada pada batu kali maya terletak pada warna dasar diantaranya warna hitam, putih susu, warna kopi, teh, kristal hijau dan lain-lain. Jenis kalimaya atau opal yang paling di incar kolektor dan penghobi adalah yang berwarna hitam atau lebih dikenal dengan „Black Opal‟ Kalimaya.

(36)

menurutnya harga puluhan juta masih dalam taraf wajar bagi pecinta batu akik sejati.

“. . . yang namanya orang uda suka masalah harga itu uda bukan jadi masalah lagi dek, yang penting itu batu nya bisa buat kita

senang dengan keindahannya atau enggak. Banyak yang bahkan

mau ngeluarin uang puluhan juta hanya untuk hobinya ngoleksi batu akik . . .”

Sama seperti bapak Basyarudin, bapak Budi juga memandang batu akik ini dari segi investasi, bukan hanya sekedar hobi. Karena terkadang ketika dirinya berbincang dengan teman-temannya membahas batu akik, banyak yang tertarik dengan cincin-cincin batu akik yang dipakai oleh bapak Budi. Misalnya saja baru-baru ini ada yang menawar cincin batu berjenis Sungai Dareh miliknya dengan harga Rp. 300.000 sementara pada saat dia membelinya dalam bentuk bongkahan saat itu harganya hanya Rp.70.000, jadi bila ditotal dirinya untung sampai Rp.200.000.

“. . . tergantung sudut pandang orang yang hobi batu akik ini. Kalau dia Cuma mau ngoleksi ya enggak papa, tapi kalau saya liat

ini bisa jadi bisnis yang menguntungkan jadi saya putarkan lagi buat saya jual . . . “

Secara khusus bapak Budi memang tidak menyiapkan dana setiap bulan untuk membeli batu akik. Namun, menurutnya kegiatan membeli batu akik bisa dilakukannya kapan saja, tergantung pada momennya. Apa bila dirinya melihat ada batu yang bagus dan dia sukai maka dia akan membelinya. Harga yang bervariasi, jumlah cincin batu yang banyak dan perawatan yang tidak sembarang tentu akan menambah biaya pengeluaran disetiap bulannya.

(37)

menyukai cincin batu akik.Bahkan koleksi batu akik milik isteri pak Budi lebih berfariasi dari mulai cincin, kalung, liontin, hingga bros menjadi koleksi milik isterinya.Hal ini lah yang membuat istri bapak Budi mendukung hobi suaminya dalam menggeluti batu akik.

Didalam keluarganya sendiri mula-mulanya anak-anak dan isterinya sempat heran juga dengan hobinya tersebut.Dalam keluarga bapak Budi juga heran melihat hobinya tersebut, karena adik-adik, kakak-kakak, dan ipar-iparnya tidak ada yang menggeluti hobi batu akik tersebut selain bapak Budi.Namun, setelah isterinya ikut menggeluti hobi batu akik saudara-saudaranya pun akhirnya memakluminya sebagai tren.

Dalam kegiatan sehari-harinya seperti saat bekerja bapak Budi juga memakai batu akik. Bapak Budi yang merupakan pegawai di Kantor Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam sering bercerita dengan teman-temannya satu kantor mengenai batu akik. Berawal dari rasa penasaran mereka hingga menanyakan berbagai pertanyaan seputar batu akik.Bahkan smenurutnya banyak rekan kerjanya yang ikut menggeluti hobi batu akik seperti dirinya.

“ . . . batu akik itu kalau dipandang maka akan semakin kuat rasa tertarik seseorang untuk bertanya tentang batu akik tersebut.

Teman-teman di kantor saya juga begitu, dari pertamanya

nanya-nanya kemudian tukar-tukaran batu . . .”

Menurut beberapa teman yang melihatnya memakai batu akik banyak yang mengatakan bahwa bapak Budi memiliki aura yang bagus atau terlihat lebih berkarisma ketika memakai cincin batu akik, apalagi jika busana yang dipakai cocok dengan cincin tersebut, maka akan menambah daya tarik si pengguna. Ditempat bapak Budi juga banyak yang memakai cincin batu akik seperti dirinya.Namun, diantara semua teman-temannya dirinya termasuk baru-baru saja menjadi pecinta batu akik ditempatnya bekerja dalam memakai batu akik.

(38)

semua batu akik melekat berbagai cerita mulai dari asal-usul warna, manfaat kesehatan sampai cerita mistis yang membuatnya semakin sedap untuk menjadi bahan perbincangan.

Dalam setiap perbincangan dengan berbagai teman, tidak jarang bapak Budi memberikan beberapa koleksi batu akiknya kepada teman-temannya untuk dipakai.Semua teman yang diberinya batu akik menjadi ikut menggandrungi batu akik setelahnya.Bahkan menurutnya ada beberapa teman yang menjadi lebih fanatik dibanding dirinya dalam mengoleksi batu akik.

Menurut bapak Budi batu akik merupakan suatu kebutuhan yang wajib ada dan dipakai pada saat beraktifitas dirumah maupun diluar. Menurutnya kepercayaan dirinya akan berkurang jika tidak memakai batu akik ke tempatnya bekerja.

“ . . . kalau tidak memakai batu akik itu rasanya seperti ada yang

kurang, terus saya merasa kurang pede kalau tidak memakai cincin . . .”

Bentuk yang bermacam-macam, ada yang kecil dan bahkan ada yang besar biasa dipakai oleh bapak Budi. Namun, menurutnya tidak ada orang yang pernah mengejeknya karena memakai batu akik. Kesan kuno dan tradisional bagi orang yang memakai batu akik menurutnya lama-kelamaan hilang bersamaan dengan tren batu akik yang luar biasa akhir-akhir ini.

(39)

“ . . . kalau saya pergi ke luar kota saya pasti bawa beberapa cincin akik saya. Biasa saya pakai minimal dua jadi kalau

misalnya saya pergi seeminggu ya saya bawa sekitar 8 cincin yang sering saya padu padankan . . .”

Menurut bapak Budi pemakaian batu akik juga disesuaikannya dengan busana apa yang dipakainya. Hal tersebut menurutnya penting untuk dilakukan karena akan lebih menambah indah penampilannya. Jika dalam acara formal biasanya bapak Budi akan memakai batu akik yang mahal miliknya dan bentuknya juga agak lebih kecil. Bahkan menurutnya pengetahuan fashion seorang pengguna batu akik sangat penting untuk mengeluarkan keindahan maksimal batu akik yang dipakai.

“ . . . kita yang memakai batu akik ini dituntut agar memiliki cita

rasa berbusana yang elegan. Orang yang memadu padankan

cincin dengan busana yang dia pakai ujung-ujungnya bisa jadi kampungan kesannya . . .”

Dengan melihat tren batu akik saat ini dirinya cukup senang karena lebih banyak lagi orang yang mengetahui mengenai batu akik seperti dirinya. Bapak Budi merupakan salah satu diantara sekian banyak gelombang orang yang baru mengikuti trend batu akik akik akhir-akhir ini. Walaupun dirinya baru menggeluti hobi batu akik tersebut namun menurutnya dia sudah memiliki banyak pengetahuan tentang batu akik. Intensitas bapak Budi menggeluti hobi batu akiknya tersebut sebenarnya juga membuat heran dirinya sendiri. Ada semacam rasa candu ketika dirinya mendapat kepuasan ketika mendapatkan batu yang paling dia incar, dan dirinya juga merasa hobinya membawa pintu rezeki yang lebih banyak lagi.

“. . . kita tidak bisa mengukur seberapa besar rasa kecintaan seseorang terhadap hobinya mengoleksi batu akik. Namun, apa

yang dimulai berdasarkan rasa kesukaan kita pastinya akan

(40)

Berbagai macam cerita yang melatar belakangi batu akik menjadi pelengkap si batu akik tersebut.Bahkan cerita-cerita magis kerap kali mengiringinya. Bapak Budi merupakan salah satu orang yang percaya-percaya saja dengan apa yang orang katakan. Karena menurutnya hal tersebut lah yang membuat batu akik menjadi eksis seperti saat ini.

Informan IV

Nama : Suryono

Usia : 41 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Penjual Bakso

Informan keempat dalam penelitian ini bernama Suryono.berusia 41 tahun dan bekerja sebagai penjual bakso Arema yang sering berjualan dilingkungan kampus. Bapak Suryono telah menikah dan memiliki dua orang anak yang semua anggota keluarganya tinggal di Kota Surabaya.

Bapak Suryono sudah 20 tahun menggeluti hobi batu akik atau lebih tepatnya sudah sejak tahun 1995.Awal mula Bapak Suryonon menggeluti batu akik adalah karena ikut-ikutan dengan temannya di lingkungan rumahnya di Surabaya.Pada masa mudanya Suryono seringkali mendengar teman-temannya bercerita mengenai berbagai hal tentang batu akik yang mereka miliki.Hal yang sering mereka perbincangkan pada saat itu adalah kasiat mistis yang ada pada cincin-cincin milik mereka. Pada saat itu menurutnya ada temannya yang menawarkan cincin batu akik berkasiat seharga Rp.200.000 kepada Bapak Suryono.Awalnya Bapak Basyaraudin tidak mau untuk memakai batu akik tersebut, karena tidak mempunyai uang. Namun, karena tergiur dengan berbagai manfaat yang ada pada cincin tersebut Suryono pun akhirnya menabung uang untuk membeli cincin tersebut.

(41)

tajam.Ada juga yang menawarkan dirinya batu cincin yang berkasiat sebagai pemurah rezeki.Mulai dari saat itu dirinya mulai tertarik dengan batu akik tersebut.Bapak Suryonon pun akhirnya mencari tahu berbagai informasi mengenai batu akik. Menurut bapak Suryonon pada masyarakat Jawa kepercayaan seperti itu masih banyak dipercayai.

Fenomena batu akik menjadi mitos, bagi sebagian penggemarmya, adalah sesuatu yang sulit dipungkiri. Ada kepercayaan di antara peminat bahwa batu akik membawa tuah, manna atau kekuatan magic tertentu. Batu akik dapat dijadikan obat, batu akik dapat membawa keberuntungan, batu akik membawa spirit dan semangat tertentu, adalah bentu nyata adanya mitos pada batu akik.

Dalam sejarah kepercayaan umat ada fase dinamisme. Dinamisme (dalam kaitan agama dan kepercayaan) adalah pemujaan terhadap roh (sesuatu yang tidak tampak mata). Mereka percaya bahwa roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering dimintai tolong untuk urusan mereka. Caranya, memasukkan arwah-arwah mereka ke dalam benda-benda pusaka, seperti batu hitam atau batu merah delima.Ada juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan yang mempercayai kekuatan abstrak yang berdiam pada suatu benda. Istilah tersebut disebut dengan manna.

Pak Suryono menggemari batu akik bukan hanya karena keindahannya saja tetapi lebih penting lagi karena kasiatnya. Banyak sekali kasiat yang menurutnya terdapat pada batu akik salah satunya adalah untuk meningkatkan karisma diri seseorang. Lebih lanjut Suryono mengatakan bahwa :

“ . . . ada beberapa cincin batu akik yang punya manfaatnya

sendiri-sendiri ada yang buat pengasih, tahan senjata tajam dan

juga ada yang berkasiat membuka aura. Orang lain yang melihat

bisa terkagum-kagum karena aura kita . . .”

(42)

“ . . . kalau dihitung-hitung sudah ada ratusan cincin akik punya saya. Karena sudah 20 tahun saya mulai makai cincin akik ini.

Bahkan mungkin kalau orang lain melihat saya pasti heran karena batu akik saya banyak sekali . . .”

Dari sekian banyak koleksi batu akik yang bapak Suryono ada satu jenis batu yang paling disukainya. Batu tersebut adalah batu Merah Delima. Batu Merah Delima adalah salah satu dari sekian banyak jenis yang memiliki nilai jual tinggi dan masuk dalam jenis batu akik termahal yang dijual dipasaran. Bahkan keberadaan batu Merah Delima sangat langka dipasaran.

Semarak batu akik di masyarakat kita sampai saat ini memang sudah menampakkan tanda–tanda tren penurunan. Namun justru sebaliknya, saat ini bahkan kepopuleran batu akik merambah sampai masyarakat pelosok desa. Tidak hanya orang dewasa anak-anak pun juga banyak yang memakainya.

Dari sekian banyak jenis batu akik, ada beberapa macam yang sangat disakralkan di kalangan masyarakat pada umumnya. Salah satu yang paling disakralkan dan dikaitkan dengan dunia mistis adalah batu merah delima. Konon kabarnya batu merah delima ini yang asli sulit sekali didapatkan dan bukan sembarang orang yang bisa dan mampu memilikinya. Karena menurut mitos yang berkembang, batu ini berkaitan langsung dengan alam gaib.

Batu Merah Delima milik Suryono merupakan cincin batu akik warisan dari orang tuanya ketika hendak merantau ke Pulau Sumatera. Orang tuanya berpesan agar Suryono tidak boleh menjual batu tersebut apapun yang terjadi, dan hal itu pula lah yang selalu dituruti oleh Suryono sampai sekarang ini. Dari yang pernah Suryono dengar harga batu merah delima asli bisa mencapai miliyaran Rupiah, sementara apabila ada batu akik yang dijual hanya seharga jutaan rupiah saja maka bisa dipastikan itu merupakan batu merah delima yang palsu.

Gambar

Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1994)
Gambar 2.1 Pengelolaan Kesan

Referensi

Dokumen terkait

Subjek penelitian ini adalah anggota Solo Hijabers (SH). Teknik penentuan informan dalam penelitian kualitatif ini menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menentukan dan melakukan wawancara, observasi

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang diadopsi penulis dalam penelitian dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu dengan menggunakan

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes tertulis (pre test dan post test), dan wawancara. Analisis data dalam peneliti data adalah teknik analisis

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan. penulisan dalam penelitian ini menggunakan analisa data

Teknik pengumpulan data menggunakan metode metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi, metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis data dalam

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang

ada di Kota Ponorogo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi.